tugas dr taufiqy

Upload: dewi-purnamasari

Post on 30-Oct-2015

6 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

FAKTOR RISIKO MATERNAL TERJADINYA PREEKLAMSIA BERAT

MAKALAHDiajukan Untuk Memenuhi Tugas Dan Sebagai Persyaratan Perbaikan Nilai

Disusun Oleh :Fajar Alfa MuflihanH2A009019

FAKULTAS KEDOKTERANUNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG2013

BAB IPENDAHULUAN

Preeklamsia merupakan salah satu penyebab utama morbiditas dan mortalitas ibu, janin dan neonatal. (chapell 2008) Preeklamsia sendiri adalah penyakit dengan tanda-tanda hipertensi yang timbul setelah 20 minggu kehamilan dan disertai dengan proteinuria dan edema. Preeklamsia diklasifikasikan menjadi preeklamsia ringan dan preeklamsia berat. Jika preeklamsia berat yang disertai dengan timbulnya kejang maka keadaannya disebut eklamsia. (Lam 2005) Di dunia didapatkan angka kejadian preeklamsia sebanyak 8.370.000 setiap tahunnya. Di Inggris juga didapatkan angka kejadian preeklamsia 4% sampai 6% dari 33.500 ibu hamil. (chapell 2008) Sedangkan di Singapore angka kejadian preeklamsia berat selama 2 tahun antara tahun 2000 sampai 2001 sebanyak 93 kasus dari 31.701 ibu hamil. (loi k 2007) Penelitian yang dilakukan di Los Angeles pada tahun 1977 sampai 2003 menunjukkan angka kejadian preeklamsia sebanyak 2.117 dari 70.924 ibu hamil yang diantaranya tergolong preeklamsia berat sebanyak 426 kasus.(janed 2007) Dari data tersebut dapat kita ketahui bahwa kejadian preeklamsia termasuk preeklamsia berat masih tergolong tinggi. Di Indonesia preeklamsia berat merupakan penyebab kematian ibu berkisar 1,5% sampai 25%. Pada penelitian yang dilakukkan di RSUPNCM Jakarta pada tahun 2007 didapatkan kejadian preeklamsia berat sebanyak 623 kasus dari total ibu hamil sebanyak 6.834.(kusuma 2009) Sedangkan di Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Yogyakarta angka kejadian preeklamsia pada tahun 2007 sampai 2009 sebanyak 19 dari 3036 total persalinan. (siti N 2010)Berdasarkan penelitian yang dilakukan Loi K di Singapore pada tahun 2000 sampai 2001 didapatkan hasil bahwa usia < 24 tahun angka kejadian preeklamsia berat sebesar 13 dari 93 kasus preeklamsia dan usia > 35 tahun angka kejadian preeklamsia berat sebesar 25 dari 93 kasus preeklamsia, sedangkan pada usia 25 34 tahun sebesar 55 dari 93 kasus preeklamsia. Ibu dengan kehamilan pertama angka kejadian preeklamsia berat sebesar 47 dari 93 kasus preeklamsia, sedangkan ibu dengan kehamilan lebih dari satu angka kejadian preeklamsia berat sebesar 46 dari 93 kasus preeklamsia. Dari 93 ibu yang mengalami preeklamsia didapatkan 3 ibu memiliki riwayat hipertensi, dan 18 ibu memiliki riwayat preeklamsia pada kehamilan sebelumnya yang mana 12 diantaranya termasuk preeklamsia berat. Penulisan ini bertujuan untuk mengetahui faktor risiko maternal terjadinya preeklamsia berat.

BAB IITINJAUAN PUSTAKA

Preklampsia (PE) adalah terjadinya peningkatan tekanan darah paling sedikit 140/90, proteinuria, dan odema. Preeklampsia berat merupakan penyebab utama yang dapat menyebabkan angka kesakitan dan kematian pada ibu dan neonatus. Faktor-faktor predisposisinya sebagai berikut yaitu nulipara, kehamilan ganda, usia < 20 atau > 35 th, riwayat pre-eklampsia, eklampsia pada kehamilan sebelumnya, riwayat dalam keluarga pernah menderita pre-eklampsi, penyakit ginjal, hipertensi dan diabetes melitus yang sudah ada sebelum kehamilan, obesitas. (rozhikan), (serrano 2004)PE didiagnosis dari adanya tekanan darah 140/90 mm Hg dan proteinuria 0.3 g dalam spesimen urin 24 jam yang terjadi setelah 20 minggu kehamilan, menurut definisi American College of Obstetricians dan Gynecologists. PE digolongkan berat jika terdapat salah satu dari kriteria berikut ini : tekanan darah 160/110 mm Hg, proteinuria 5 g dalam 24 jam, oliguria 500 ml dalam 24 jam, gangguan otak atau visual, paru edema, epigastrium atau kuadran kanan atas-nyeri, fungsi hati terganggu, dan thrombocytopenia.(mello 2005) Gejala subyektifnya ialah: sakit kepala yang keras karena vasospasmus atau oedema otak, sakit di ulu hati karena regangan selaput hati oleh haemorrhagia atau edema, gangguan penglihatan yaitu penglihatan menjadi kabur bahkan pasien dapat menjadi buta, gangguan pernafasan sampai sianosis, pada keadaan berat akan diikuti gangguan kesadaran. (rozhikan)Pada pemeriksaan darah kehamilan normal terdapat peningkatan angiotensin, renin, dan aldosteron, sebagai kompensasi sehingga peredaran darah dan metabolisme dapat berlangsung. Pada pre-eklampsia dan eklampsia, terjadi penurunan angiotensin, renin, dan aldosteron, tetapi dijumpai edema, hipertensi, dan proteinuria. Berdasarkan teori iskemia implantasi plasenta, bahan trofoblas akan diserap ke dalam sirkulasi, yang dapat meningkatkan sensitivitas terhadap angiotensin II, renin, dan aldosteron, spasme pembuluh darah arteriol dan tertahannya garam dan air. Teori iskemia daerah implantasi plasenta, didukung kenyataan sebagai berikut: 1. Pre-eklampsia dan eklampsia lebih banyak terjadi pada primigravida, hamil ganda, dan mola hidatidosa. 2. Kejadiannya makin meningkat dengan makin tuanya umur kehamilan 3. Gejala penyakitnya berkurang bila terjadi kamatian janin.Dampak terhadap janin, pada pre-eklapsia atau eklampsia terjadi vasospasmus yang menyeluruh termasuk spasmus dari arteriol spiralis deciduae dengan akibat menurunya aliran darah ke placenta. Dengan demikian terjadi gangguan sirkulasi fetoplacentair yang berfungsi baik sebagai nutritive maupun oksigenasi. Pada gangguan yang kronis akan menyebabakan gangguan pertumbuhan janin didalam kandungan disebabkan oleh mengurangnya pemberian karbohidrat, protein, dan faktor-faktor pertumbuhan lainnya yang seharusnya diterima oleh janinPengelolaan dini hipertensi pada kehamilan tujuannya adalah untuk mengenali dan menemukan secara dini setiap kenaikan tekanan darah pada kehamilan dan mengenali tanda serta gejala preeklampsia lainnya, serta mengambil tindakan yang tepat dan merujuknya. Hasil yang diharapkan adalah ibu hamil dengan tanda preeklampsia mendapat perawatan yang memadai dan tepat waktu, serta dapat menurunkan angka kesakitan dan kematian akibat eklampsia.Komplikasi dari pre eklamsi adala sindrom HELLP dan sindrom kejang (eklamsi). Sindrom HELLP (Hemolisis, enzim hati Peningkatan, dan Rendah Trombosit) didiagnosis sesuai dengan temuan laboratorium dalam kombinasi yaitu hemolisis (dehidrogenase laktat 600 IU/L, serum bilirubin 1.2 mg / dL, atau adanya schistocytes dalam darah perifer, peningkatan aspartate serum aminotransferase konsentrasi (70 IU / L), dan trombositopenia (jumlah trombosit 35 tahun (risiko tinggi) memiliki hubungan yang signifikan terhadap kejadian preeklamsia berat dengan p-value 0,011 dan 0,008. Pada penelitian ini menggunakan sampel sebanyak 93 dan diambil dari data rekam medic selama periode 2 tahun antara bulan Januari 2000 sampai Desember 2001.Dari penelitian yang dilakukan Padmashree C W, dkk menunjukkan bahwa faktor usia tidak memiliki hubungan yang signifikan terhadap kejadian preeklamsia berat dengan p-value 0,62. Pada penelitian ini menggunakan metode kasus control dengan jumlah sampel pada kelompok kasus sebanyak 41 sedangkan pada kelompok control sebanyak 123 dengan perbandingan 3:1.Dari penelitian yang dilakukan Rozikhan, menunjukkan bahwa faktor usia memiliki hubungan yang signifikan terhadap kejadian preeklamsia berat dengan p-value 0,011. Pada penelitian ini menggunakan desain studi epidemiologi kasus kontrol dengan menggunakan data sekunder dari periode Januari 2004 sampai Juni 2007. Jumlah sampel minimal yang digunakan sebanyak 100 untuk kelompok kasus dan 100 untuk kelompok kontrol. 2. Paritas Dari penelitian yang dilakukkan Loi K, dkk menunjukkan bahwa faktor paritas tidak memiliki hubungan yang signifikan terhadap kejadian preeklamsia berat dengan p-value 0,071.Dari penelitian yang dilakukan Padmashree C W, dkk menunjukkan bahwa faktor paritas tidak memiliki hubungan yang signifikan terhadap kejadian preeklamsia berat dengan p-value 0,20.Dari penelitian yang dilakukan Sebastian, dkk menunjukkan bahwa faktor paritas tidak memiliki hubungan yang signifikan terhadap kejadian preeklamsia berat dengan p-value > 0,05. Pada penelitian ini menggunakkan sampel sebanyak 39 ibu hamil yang diambil dari data rekam medik. Dengan rincian 11 ibu multipara, 10 primipara dan 18 primigravida. Penelitian ini dibagi menjadi dua kelompok antara lain yaitu ibu yang sudah mengalami preeklamsia berat sebelumnya dan ibu yang tidak memiliki riwayat preeklamsia berat. Dari penelitian yang dilakukan Rozikhan, menunjukkan bahwa faktor paritas memiliki hubungan yang signifikan terhadap kejadian preeklamsia berat dengan p-value 0,031.3. Riwayat Hipertensi Dari penelitian yang dilakukan Rozikhan, menunjukkan bahwa faktor riwayat hipertensi memiliki hubungan yang signifikan terhadap kejadian preeklamsia berat dengan p-value 0,042.4. Riwayat PreeklamsiaDari penelitian yang dilakukan Rozikhan, menunjukkan bahwa faktor riwayat preeklamsia memiliki hubungan yang signifikan terhadap kejadian preeklamsia berat dengan p-value 0,001. 5. Kehamilan GandaDari penelitian yang dilakukan Rozikhan, menunjukkan bahwa faktor kehamilan ganda tidak memiliki hubungan yang signifikan terhadap kejadian preeklamsia berat dengan p-value 0,651.6. Riwayat KeturunanDari penelitian yang dilakukan Giorgio Mello, dkk menunjukkan bahwa faktor riwayat keturunan memiliki hubungan yang signifikan terhadap kejadian preeklamsia berat dengan CI 95% (1,4-10,9). Pada penelitian ini menggunakan studi kasus kontrol dari periode Maret 2000 sampai Juli 2003 dengan jumlah sampel sebanyak 808 untuk kelompok kasus dan 808 untuk kelompok kontrol. Dari penelitian yang dilakukan Rozikhan, menunjukkan bahwa faktor riwayat keturunan memiliki hubungan yang signifikan terhadap kejadian preeklamsia berat dengan p-value 0,001. 7. Obesitas Dari penelitian yang dilakukan Padmashree C W, dkk menunjukkan bahwa faktor obesitas tidak memiliki hubungan yang signifikan terhadap kejadian preeklamsia berat dengan p-value 0,89.Dari penelitian yang dilakukan Rozikhan, menunjukkan bahwa faktor obesitas tidak memiliki hubungan yang signifikan terhadap kejadian preeklamsia berat dengan p-value 0,59. Dari penelitian yang dilakukan Giorgio Mello, dkk menunjukkan bahwa faktor obesitas tidak memiliki hubungan yang signifikan terhadap kejadian preeklamsia berat dengan CI 95% (0,8-4,4).

DAFTAR PUSTAKA1. Chapell, L. C; Enye, S; Seed, P; Briley, A. L; Poston, L; Shennan, A. H. Adverse Perinatal Outcomes and Rsk Faktor for Preeclamsia in Women With Chronic Hypertension:A Prospective Study. Journal of the American Heart Association.2008;51:1002-1009.2. Lam, C; Lim, K. H; Karumanchi, S. A. Circulating Angiogenic Factors in the Pathogenesis and prediction of preeclamsia. Journal of the American Heart Association. 2005;46:1077-1085.3. Loi, K; Khoo, C. K; Tan, K. H, et all. A review of 93 cases of Severe Preeclamsia in Singapore: Are There Risk Factors for Complication?. Singapore Med. J. 48: 808-812.4. Catov, J. M; Ness, R. B; Kip, K. E; and Olsen, J. Risk of Early or Severe Preeclamsia Related to Pre-existing Condition. International Journal of Epidemiologi. 2007; 36: 412-419.5. Dsgdfh6. Rsh7. Mello, G; Parretti, E; Marozio, L; Pizzi, C; Lojacono, A; et all. Thrombophilia is Significantly Associated with Severe Preeclampsia : Resuts of a Large-Scale, Case-Controlled Study. Journal of the American Heart Association. 2005; 46: 1270-1274.8. Serrano, N. C; Casas, J. P; Diaz, L. A; Paez, C; Mesa, C. M; et all. Endothelial NO Synthase Genotype and Risk of Preeclampsia a multicenter Case-Control Study. Journal of the American Heart Association. 2004; 44: 702-707.9. Woodham, P. C; Brittain, J. E; Baker, A. M; Long, D. L; Haeri, S; et all. Midgestation Maternal Serum 25-Hydroxyvitamin D Level and Soluble Fms-Like Tyrosine Kinase 1/Placental Growth factor ratio as predictors of Severe preeclamsia. Journal of the American Heart Association. 2011; 58: 1120-1125.9