tugas dr tendry

28
TANDA DAN GEJALA SKIZOFRENIA Perjalanan penyakit Skizofrenia dapat dibagi menjadi 3 fase yaitu fase prodromal, fase aktif dan fase residual. Pada fase prodromal biasanya timbul gejala gejala non spesifik yang lamanya bisa minggu, bulan ataupun lebih dari satu tahun sebelum onset psikotik menjadi jelas. Gejala tersebut meliputi : hendaya fungsi pekerjaan, fungsi sosial, fungsi penggunaan waktu luang dan fungsi perawatan diri. Perubahan perubahan ini akan mengganggu individu serta membuat resah keluarga dan teman, mereka akan mengatakan “orang ini tidak seperti yang dulu”. Semakin lama fase prodromal semakin buruk prognosisnya. Pada fase aktif gejala positif / psikotik menjadi jelas seperti tingkah laku katatonik, inkoherensi, waham, halusinasi disertai gangguan afek. Hampir semua individu datang berobat pada fase ini, bila tidak mendapat pengobatan gejala gejala tersebut dapat hilang spontan suatu saat mengalami eksaserbasi atau terus bertahan. Fase aktif akan diikuti oleh fase residual dimana gejala gejalanya sama dengan fase prodromal tetapi gejala positif / psikotiknya sudah berkurang. Disamping gejala gejala yang terjadi pada ketiga fase diatas, penderita skizofrenia juga mengalami gangguan kognitif berupa gangguan berbicara spontan, mengurutkan peristiwa, TANDA DAN GEJALA SKIZOFRENIA | [email protected]

Upload: marlintan-sukma-ambarwati

Post on 25-Nov-2015

21 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

stase jiwa

TRANSCRIPT

TANDA DAN GEJALA SKIZOFRENIA

Perjalanan penyakit Skizofrenia dapat dibagi menjadi 3 fase yaitufase prodromal, fase aktif dan fase residual.Padafase prodromalbiasanya timbul gejala gejala non spesifik yang lamanya bisa minggu, bulan ataupun lebih dari satu tahun sebelum onset psikotik menjadi jelas. Gejala tersebut meliputi : hendaya fungsi pekerjaan, fungsi sosial, fungsi penggunaan waktu luang dan fungsi perawatan diri. Perubahan perubahan ini akan mengganggu individu serta membuat resah keluarga dan teman, mereka akan mengatakan orang ini tidak seperti yang dulu. Semakin lama fase prodromal semakin buruk prognosisnya. Padafase aktifgejala positif / psikotik menjadi jelas seperti tingkah laku katatonik, inkoherensi, waham, halusinasidisertai gangguan afek. Hampir semua individu datang berobat pada fase ini, bila tidak mendapat pengobatan gejala gejala tersebut dapat hilang spontan suatu saat mengalami eksaserbasi atau terus bertahan. Fase aktif akan diikuti olehfase residualdimana gejala gejalanya sama dengan fase prodromal tetapi gejala positif / psikotiknya sudah berkurang. Disamping gejala gejala yang terjadi pada ketiga fase diatas, penderita skizofrenia juga mengalami gangguan kognitif berupa gangguan berbicara spontan, mengurutkan peristiwa, kewaspadaan dan eksekutif (atensi, konsentrasi, hubungan sosial).

Gejala skizofrenia dalam tiga kategori sebagai berikut :1. Gejala positifa. Delusi/waham, yaitu keyakinan yang tidak masuk akal. Contohnya berpikir bahwa dia selalu diawasi lewat televisi, berkeyakinan bahwa dia orang terkenal, berkeyakinan bahwa radio atau televisi memberi pesan-pesan tertentu.b. Halusinasi, yaitu mendengar, melihat, merasakan, mencium sesuatu yang sebenarnya tidak ada. Sebagian penderita, mendengar suara/ bisikan bersifat menghibur atau tidak menakutkan. Sedangkan yanng lainnya mungkin menganggap suara/bisikan tersebut bersifat negatif/ buruk atau memberikan perintah tertentu.c. Pikiran paranoid, yaitu kecurigaan yang berlebihan. Contohnya merasa ada seseorang yang berkomplot melawan, mencoba mencelakai atau mengikuti, percaya ada makhluk asing yang mengikuti dan yakin dirinya diculik/ dibawa ke planet lain.2. Gejala negatifa. Motivasi rendah (low motivation). Penderita akan kehilangan ketertarikan pada semua aspek kehidupan. Energinya terkuras sehingga mengalami kesulitan melakukan hal-hal biasa dilakukan, misalnya bangun tidur dan membersihkan rumah.b. Menarik diri dari masyarakat (social withdrawal). Penderita akan kehilangan ketertarikan untuk berteman, lebih suka menghabiskan waktu sendirian dan merasa terisolasi.3. Gejala kognitifa. Mengalami problema dengan perhatian dan ingatan. Pikiran mudah kacau sehingga tidak bisa mendengarkan musik/ menonton televisi lebih dari beberapa menit. sulit mengingat sesuatu, seperti daftar belanjaan.b. Tidak dapat berkosentrasi, sehingga sulit membaca, menonton televisi dari awal hingga selesai, sulit mengingat/ mempelajari sesuatu yang baru.c. Miskin perbendaharaan kata dan proses berpikir yang lambat. Misalnya saat mengatakan sesuatu dan lupa apa yang telah diucapkan, perlu usaha keras untuk melakukannya.

Tiga hal yang perlu diperhatikan dalam menilai symptom/gejala klinis skizofrenia adalah :1. tidak ada symptom atau gejala klinis yang patognomonik untuk skizofrenia. Artinya tidak ada symptom yang khas atau hanya terdapat pada skizofrenia. Tiap symptom skizofrenia mungkin ditemukan pada gangguan psikiatrik atau gangguan syaraf lainnya. Karena itu diagnosis skizofrenia tidak dapat ditegakkan dari pemeriksaan status mental saat ini. Riwayat penyakit pasien merupakan hal yang esensial untuk menegakkan diagnosis skizofrenia.2. symptom/gejala klinis pasien skizofrenia dapat berubah dari waktu ke waktu. Oleh karena itu pasien skizofrenia dapat berubah diagnosis subtipe mungkin berubah.3. Harus diperhatikan taraf pendidikan, kemampuan intelektual dan latar belakang sosial budaya pasien. Sebab prilaku atau pola pikir masyarakat dari sosial budaya tertentu mungkin dipandang sebagai suatu hal yang aneh bagi budaya lain. Contohnya memakai koteka di Papua merupakan hal yang biasa namun akan dipandang aneh jika dilakukan di Jakarta.

Gangguan Pikiran1. Gangguan Proses Pikira. Neologisme: kata baru yang diciptakan oleh pasien, seringkali dengan mengkombinasikan suku kata dari kata-kata lain, untuk alasan psikologis yang aneh (idiosinkratik) Contoh : AASSDFHIOOOOO. b. Word salad (gado-gado kata): carnpuran kata dan frasa yang membingungkan. Contoh : kemarin jatuh ada kuda polisi durian tiba-tiba bagaimana ee c. Sirkumstansialitas: bicara yang tidak langsung yang lambat dalam mencapai tujuan tetapi pada akhirnya mulai lagi dari titik awal untuk mencapai tujuan yang diharapkan; ditandai dengan pemasukan detail-detail yang tidak bermakna. Contoh : apa pekerjaan nona? dijawab tahun 2000 kita kan baru lulus SMU kong ta pe tanta pangge ka Manado,waktu itu musim rok mini di toko-toko kong dia tawarkan jadi SPG di Matahari,ada stou 2 taun kita disitu.Disana no atik baku dapa deng doI kong paitua pangge pi jo pa de pe Om pe caffe.Taon 2003,20042007 Juli kita schwangger des brenti no...(penanya sudah tertidur)d. Tangensialitas: ketidakmarnpuan untuk mempunyai asosiasi pikiran yang diarahkan oleh tujuan; pasien tidak pemah berangkat dari titik awal dari tujuan yang diinginkan. e. lnkoherensi: pikiran yang, biasanya, tidak dapat dimengerti; berjalan bersama pikiran atau atau kata-kata dengan hubungan yang tidak logis atau tanpa tata bahasa, yang menyebabkan disorganisasi; terputusnya asosiasi antar ide-ide yang ekstrim sehingga tidak dapat dimengerti sama sekali. Contoh : ada tiga durian kemarin mandi sudah ke pasar saya Agnes Monica tidak lupa menggosok sepatu Hypermart low price low hipssssst. f. Perseverasi: respon terhadap stimulus sebelumnya yang menetap setelah stimulus baru diberikan, sering disertai dengan gangguan kognitif. g. Verbigerasi: pengulangan kata-kata atau frasa-frasa spesifik yang tidak mempunyai arti. h. Ekolalia: pengulangan kata-kata atau frasa-frasa seseorang oleh seseorang lain secara psikopatologis; cenderung berulang dan menetap, dapat diucapkan dengan mengejek atau intonasi yang terputus-putus. i. Kondensasi: penggabungan berbagai konsep menjadi satu konsep. j. Jawaban yang tidak relevan: jawaban yang tidak harmonis dengan pertanyaan yang ditanyakan (pasien tampaknya mengabaikan pertanyaan). Contoh : Ada dimana sayang? jawaban diujung Hp yang lain Ooooh iiiyo kakanda segera kesana!k. Pengenduran asosiasi: aliran pikiran di mana gagasan-gagasan bergeser dari satu subjek ke subjek lain dalam cara yang sama sekali tidak berhubungan; jika berat, bicara mungkin membingungkan (inkoheren). l. Keluar dari jalur (derailment): penyimpangan yang mendadak dalarn urutan pikiran tanpa penghambatan; seringkali digunakan secara sama dengan pengenduran asosiasi. m. Lompat gagasan (flight of ideas): verbalisasi atau permainan kata-kata yang cepat dan terus menerus yang menghasilkan terus pergeseran terus menerus dari satu ide ke ide lain; ide-ide cenderung dihubungkan, dan dalam bentuk yang kurang parah pendengar mungkin mampu untuk mengikutinya. Contoh : tadi ada supervisor yang masuk Cuma sebentar,ya saya akan jadi pedagang grosir menjual pasir di pasar hati-hati kesasar di Makasar- ombak besar pernah menyambar Sumbar..n. Asosiasi bunyi (clang assosiation): asosiasi kata-kata yang mirip bunyinya tetapi berbeda artinya; kata tidak mempunyai hubungan logis, dapat termasuk permainan sajak dan permainan kata. o. Penghambatan (blocking): terputusnya aliran berpikir secara tiba-tiba sebelum pikiran atau gagasan diselesaikan; setelah suatu periode terhenti singkat; orang tampak tidak teringat pada apa yang telah dikatakan atau apa yang akan dikatakan (juga dikenal sebagai pencabutan pikiran). Contoh : sering terjadi pada saat Co-Ass ujian.p. Glossolalia: ekspresi pesan-pesan yang relevan melalui kata-kata yang tidak dipahami (juga dikenal sebagai "berbahasa lidah"); tidak dianggap sebagai gangguan pikiran jika terjadi pada praktek keagamaan tertentu.

2. Gangguan isi pikira. Kemiskinan isi pikiran: pikiran yang memberikan sedikit informasi karena tidak ada pengertian, pengulangan kosong atau frasa yang tidak jelas. b. Gagasan yang berlebihan: keyakinan palsu yang dipertahankan dan tidak beralasan yang dipertahankan secara kurang kuat dibandingkan dengan suatu waham. c. Waham: keyakinan palsu, didasarkan pada kesimpulan yang salah tentang kenyataan eksternal tidak sejalan dengan inteligensia pasien dan latar belakang kultural, yang tidak dapat dikoreksi dengan suatu alasan apapun. 1) Waham yang kacau dan aneh (bizzare delusion): keyakinan palsu yang aneh, mustahil dan sama sekali tidak masuk akal (sebagai contohnya: orang dari angkasa luar telah menanamkan suatu elektroda pada otak pasien). 2) Waham tersistematisasi: keyakinan yang palsu yang digabungkan oleh suatu tema atau peristiwa tunggal (sebagai contohnya: pasien dimata-matai oleh agen rahasia, mafia atau bos). 3) Waham yang sejalan dengan mood (mood congruent delusion): waham yang sesuai dengan mood (sebagai contoh: seorang pasien depresi percaya bahwa ia bertanggungjawab untuk penghancuran dunia). 4) Waham yang tidak sejalan dengan mood (mood incongruent delusion): waham dengan isi yang tidak mempunyai hubungan dengan mood atau merupakan mood netral (sebagai contohnya, pasien depresi mempunyai waham kontrol pikiran atau siar pikiran).5) Waham nihilistik: perasaan palsu bahwa dirinya dan orang lain dan dunia adalah tidak ada atau berakhir. 6) Waham kemiskinan: keyakinan palsu bahwa pasien kehilangan atau akan terampas semua harta miliknya. 7) Waham somatik: keyakinan yang palsu menyangkut fungsi tubuh pasien (sebagai contohnya, keyakinan bahwa otak pasien adalah berakar atau mencair). 8) Waham paranoid: termasuk waham persekutorik dan waham referensi, kontrol dan kebesaran (dibedakan dari ide paranoid, dimana kecurigaan adalah lebih kecil dari bagian waham). a) Waham persekutorik: keyakinan palsu bahwa pasien sedang diganggu, ditipu atau disiksa; sering ditemukan pada seorang pasien yang senang menuntut yang mempunyai kecenderungan patologis untuk mengambil tindakan hukum karena penganiayaan yang dibayangkan. b) Waham kebesaran: gambaran kepentingan, kekuatan atau identitas seseorang yang berlebihan. (sebagai contoh, seorang laki-laki yang ditinggal lari istrinya mengaku memiliki penis khusus yang hanya boleh dipakai untuk senggama dengan Zulaika Rivera.Seorang wanita mengaku jauh lebih cantik dari Nadine Chandrawinata padahal dia labiopalatoschizis.)c) Waham referensi: keyakinan palsu bahwa perilaku orang lain ditujukan pada dirinya; bahwa peritiwa, benda-benda atau orang lain, mempunyai kepentingan tertentu dan tidak biasanya, umumnya dalam bentuk negatif, diturunkan dari idea referensi, di mana seseorang secara salah merasa bahwa ia sedang dibicarakan oleh orang lain (sebagai contohnya, percaya bahwa orang di televisi atau di radio berbicara padanya atau membicarakan dirinya). d) Waham menyalahkan diri sendiri: keyakinan yang palsu tentang penyesalan yang dalam dan bersalah. (sebagai contoh, seorang pemuda di Aceh karena ulahnya merasa sebagai penyebab Tsunami.) e) Waham pengendalian: perasaan palsu bahwa kemauan, pikiran atau perasaan pasien dikendalikan oleh tenaga dari luar. Contoh : sasasaya dokter ada yang suruh suruh masuk ke tempat hiburan sex yang tidak bisa saya tolaaaak. Penarikan pikiran (thought withdrawal): waham bahwa pikiran pasien dihilangkan dari ingatanya oleh orang lain atau tenaga lain. Penanaman pikiran (thought insertion): waham bahwa pikiran ditanam dalam pikiran pasien oleh orang atau tenaga lain. Siar pikiran (thought broadcasting): waham bahwa pikiran pasien dapat didengar oleh orang lain, seperti pikiran mereka sedang disiarkan di udara. Pengendalian pikiran (thought control): waham bahwa pikiran pasien dikendalikan oleh orang atau tenaga lain. Contoh : Seorang laki-laki mengatakan bahwa ada microchips didalam kepalanya yang berisi program kegiatan sehari-hari.9) Waham ketidaksetiaan (waham cemburu): keyakinan palsu yang didapatkan dari kecemburuan patologis bahwa kekasih pasien adalah tidak jujur. 10) Erotomania: waham bahwa seseorang sangat mencintai dirinya; lebih sering pada perempuan; juga dikenal dengan Kompleks Cleramnault-Kandinsky). Contoh : Seorang wanita tidak mau kawin-kawin karena menunggu Prince Charming datang menjemput.d. Pseudologia phantastica: suatu jenis kebohongan, di mana seseorang tampaknya percaya terhadap kenyataan fantasinya dan bertindak atas kenyataan; disertai dengan sindroma Munchausen, berpura-pura sakit yang berulang.e. Kecenderungan atau preokupasi pikiran: pemusatan isi pikiran pada ide tertentu, disertai dengan irama efektif yang kuat, seperti kecenderungan paranoid atau preokupasi tentang bunuh diri atau membunuh. f. Egomania: preokupasi dengan diri sendiri yang patologis. g. Monomania: preokupasi dengan suatu objek tunggal. h. Hipokondria: keprihatinan yang berlebihan tentang kesehatan pasien yang didasarkan bukan pada patologi organik yang nyata, tetapi pada interpretasi yang tidak realistik terhadap tanda atau sensasi fisik sebagai suatu yang tak normal. Contoh : Seorang pasien merasa yakin bahwa isi perutnya berdarah-darah karena terasa tidak enak.i. Obsesi: pikiran kukuh (persisten) yang patologis, sekalipun tidak dikehendaki pasien, pikiran mana yang tidak dapat ditentang dan tidak dapat dihilangkan dari kesadaran oleh usaha logika; biasanya disertai dengan kecemasan. j. Kompulsi: kebutuhan yang patologis untuk melakukan suatu tindakan yang jika ditahan, menyebabkan kecemasan; perilaku berulang sebagai respon suatu obsesi atau dilakukan menurut aturan tertentu, tanpa akhir yang sebenarnya. Contoh : Seseorang merasa belum mengunci pintu dan berulang kali mengeceknya bahkan sampai tidak tertidur sepanjang malam. k. Koprolalia: pengungkapan kompulsif dari kata kata yang cabul/kotor. l. Fobia: rasa takut patologis yang persisten, irasional, berlebihan, dan selalu terjadi terhadap suatu jenis stimulasi atau situasi tertentu; menyebabkan keinginan yang memaksa untuk menghindari stimulasi yang ditakuti. 1) Fobia sederhana: rasa takut yang jelas terhadap objek atau situasi yang jelas (sebagai contohnya, rasa takut terhadap laba-laba atau ular). 2) Fobia sosial: rasa takut akan keramaian masyarakat, seperti rasa takut berbicara dengan masyarakat, bekerja atau makan dalam masyarakat. 3) Akrofobia: rasa takut terhadap tempat yang tinggi. 4) Agorafobia: rasa takut terhadap tempat yang terbuka 5) Algofobia: rasa takut terhadap rasa nyeri. 6) Ailurofobia: rasa takut terhadap kucing. 7) Eritrofobia: rasa takut terhadap warna merah (merujuk terhadap rasa takut terhadap darah). 8) Panfobia: Rasa takut terhadap segala sesuatu. 9) Klaustrofobia: rasa takut terhadap tempat yang tertutup. 10) Xenofobia: rasa takut terhadap orang asing. 11) Zoofobia: rasa takut terhadap binatang. m. Noesis: suatu wahyu di mana terjadi pencerahan yang besar sekali disertai dengan perasaan bahwa pasien telah dipilih untuk memimpin dan memerintah. n. Unio mystica: suatu perasaan yang meluap, pasien secara mistik bersatu dengan kekuatan yang tidak terbatas; tidak dianggap suatu gangguan dalam isi pikiran jika sejalan dengan keyakinan pasien atau lingkungan kultural.

TilikanKebanyakan pasien skizofrenia mengalami pengurangan tilikan yaitu pasien tidak menyadari penyakitnya serta kebutuhannya terhadap pengobatan, meskipun hangguan yang ada pada dirinya dapat dilihat oleh orang lain.

Gangguan Persepsi1. Halusinasi : persepsi sensoris yang palsu yang terjadi tanpa stimulasi eksternal yang nyata; mungkin terdapat atau tidak terdapat interpretasi waham sehubungan dengan pengalaman halusinasi tersebut. a. Halusinasi hipnagogik: persepsi sensoris yang palsu yang terjadi saat akan tertidur biasanya dianggap sebagai fenomena yang nonpatologis. b. Halusinasi hipnopompik: persepsi palsu yang terjadi saat terbangun dari tidur; biasanya dianggap tidak patologis.c. Halusinasi dengar (auditoris): persepsi bunyi yang palsu, biasanya suara tetapi juga bunyi-bunyi lain, seperti musik; merupakan halusinasi yang paling sering pada gangguan psikiatrik. Contoh : Dokter ada orang yang ja basuruh pakita tiap pagi keliling kampung,kemanapun pergi selalu tu suara-suara itu iko.d. Halusinasi visual: persepsi palsu tentang penglihatan yang berupa citra yang berbentuk (sebagai contohnya, orang) dan citra yang tidak berbentuk (sebagai contohnya, kilatan cahaya); paling sering pada gangguan organik. e. Halusinasi penciuman (olfaktoris): persepsi membau yang palsu; paling sering pada gangguan organik. f. Halusinasi pengecapan (gustatoris): persepsi tentang rasa kecap yang palsu, seperti rasa kecap yang tidak menyenangkan yang disebabkan oleh kejang; paling sering pada gangguan organik. Contoh : Makanan yang berubah rasa padahal itu makanan favoritnya.g. Halusinasi perabaan (taktil; haptic): persepsi palsu tentang perabaan atau sensasi permukaan, seperti dari tungkai yang teramputasi (phantom limb); sensasi adanya gerakan pada atau di bawah kulit (kesemutan). h. Halusinasi somatik: sensasi palsu tentang sesuatu hal yang terjadi di dalam atau terhadap tubuh; paling sering berasal dari bagian viseral tubuh (juga dikenal sebagai halusinasi kenestetik). i. Halusinasi liliput: persepsi yang palsu di mana benda-benda tampak lebih kecil ukuranya (juga dikenal sebagai mikropsia).j. Halusinasi yang sejalan dengan mood (mood-congruent hallucination): halusinasi di mana isi halusinasi adalah konsisten dengan mood yang tertekan atau manik (sebagai contohnya, pasien yang mengalami depresi mendengar suara yang mengatakan bahwa pasien adalah orang yang jahat; seorang pasien manik mendengar suara yang mengatakan bahwa pasien memiliki harga diri, kekuatan dan pengetahuan yang tinggi).k. Halusinasi yang tidak sejalan dengan mood (mood-incongruent hallucination): halusinasi di mana isinya tidak konsisten dengan mood yang tertekan atau manik (sebagai contohnya, pada depresi, halusinasi tidak melibatkan tema-tema tersebut seperti rasa bersalah, penghukuman yang layak, atau ketidakmampuan; pada mania, halusinasi tidak mengandung tema-tema tersebut seperti harga diri atau kekuasaan yang tinggi). l. Halusinosis: halusinasi, paling sering adalah halusinasi dengar, yang berhubungan dengan penyalahgunaan alkohol kronis yang terjadi dalam sensorium yang jernih, berbeda dengan delirium tremens (DTs), yaitu halusinasi yang terjadi dalam konteks sensorium yang berkabut. m. Sinestesia: sensasi atau halusinasi yang disebabkan oleh sensasi lain, (sebagai contohnya, suatu sensasi auditoris yang disertai atau dicetuskan oleh suatu sensasi visual; suatu bunyi dialami sebagai dilihat, atau suatu penglihatan dialami sebagai didengar). n. Trailing phenonemon: kelainan persepsi yang berhubungan dengan obat-obat halusinogenik di mana benda yang bergerak dilihat sebagai sederetan citra yang terpisah dan tidak kontinu. 2. Ilusi : mispersepsi atau misinterpretasi terhadap stimulasi eksternal yang nyata.3. Depersonalisasi : adanya perasaan asing terhadap diri sendiri.4. Derealisasi : adanya perasaan asing terhadap lingkungan sekitarnya misalnya dunia terlihat tidak nyata.

Gangguan EmosiSuatu kompleks keadaan perasaan dengan komponen psikis, somatik dan perilaku yang berhubungan dengan afek dan mood.1. Afek:Afek adalah ekspresi emosi yang terlihat; mungkin tidak konsisten dengan emosi yang dikatakan pasiena. Afek yang sesuai (appropriate affect): kondisi irama emosional yang harmonis (sesuai, sinkron) dengan gagasan, pikiran atau pembicaraan yang menyertai; digambarkan lebih lanjut sebagai yang afek yang luas atau penuh, di mana rentang emosional yang lengkap diekspresikan secara sesuai.b. Afek yang tidak sesuai (inappropriate affect): ketidakharmonisan antara irama perasaan emosional dengan gagasan, pikiran atau pembicaraan. c. Afek yang tumpul (blunted affect): gangguan pada afek yang dimanifestasikan oleh penurunan yang berat pada intensitas irama perasaan yang diungkapkan keluar. d. Afek yang terbatas (restricted or constricted affect): penurunan intensitas irama perasaan yang kurang parah dari pada efek yang tumpul tetapi jelas menurun. e. Afek yang datar (fIat affect): tidak adanya atau hampir tidak adanya tanda ekspresi afek; suara yang monoton, wajah yang tidak bergerak.f. Afek yang labil (labile affect): perubahan irama perasaan yang cepat dan tiba-tiba, yang tidak berhubungan dengan stimulasi ekstemal.

2. Mood: Mood adalah suatu emosi yang meresap yang dipertahankan, yang dialami secara subjektif dan dilaporkan oleh pasien dan terlihat oleh orang lain. Contohnya adalah depresi, elasi, kemarahan. a. Mood disforik: mood yang tidak menyenangkan b. Mood eutimik: mood dalam rentang normal, menyatakan tidak adanya mood yang tertekan atau melambung. c. Mood yang meluap-luap (expansive mood): ekspresi perasaan seseorang tanpa pembatasan, seringkali dengan penilaian yang berlebihan terhadap kepentingan atau makna seseorang. d. Mood yang iritabel (irritable mood): ekspresi perasaan akibat mudah diganggu atau dibuat marah. e. Pergeseran mood (labile mood): osilasi antara euforia dan depresi atau dibuat marah. f. Mood yang meninggi (elevated mood): suasana keyakinan dan kesenangan; suatu mood yang lebih ceria dari biasanya. g. Euforia: elasi yang kuat dengan perasaan kebesaran. h. Kegembiraan yang luar biasa (ecstasy): perasaan kegairahan yang kuat.i. Depresi: perasaan kesedihan yang psikopatologis.j. Anhedonia: hilangnya minat terhadap dan menarik diri dari semua aktivitas rutin dan menyenangkan, seringkali disertai dengan depresi. k. Duka cita (berkabung): kesedihan yang sesuai dengan kehilangan yang nyata. l. Aleksitimia: ketidakmampuan atau kesulitan dalam menggambarkan atau menyadari emosi atau mood seseorang.

3. Emosi Yang Lain: a. Kecemasan: perasaan kekhawatiran yang disebabkan oleh dugaan bahaya, yang mungkin berasal dari dalarn atau luar. b. Kecemasan yang mengambang bebas (free floating anxiety): rasa takut yang meresap dan tidak terpusatkan dan tidak terikat pada suatu gagasan tertentuc. Ketakutan: kecemasan yang disebabkan oleh bahaya yang dikenali secara sadar dan realistik. d. Agitasi: kecemasan berat yang disertai dengan kegelisahan rnotorik e. Ketegangan (tension): peningkatan aktifitas motorik dan psikologis yang tidak menyenangkan. f. Panik: Serangan kecemasan yang akut, episodik, yang kuat disertai dengan perasaan ketakutan yang rnelanda dan pelepasan otonomik. g. Apati: irama emosi yang turnpul yang disertai dengan pelepasan (detachment) atau ketidakacuhan (indifference). h. Ambivalensi: terdapat secara bersama-sama dua impuls yang berlawanan terhadap hal yang sarna pada satu orang yang sama pada waktu yang sama. i. Abreaksional (abreaction): pelepasan atau pelimpahan emosional setelah mengingat pengalarnan yang menakutkan. j. Rasa malu: kegagalan membangun pengharapan diri.k. Rasa bersalah: emosi sekunder karena melakukan sesuatu yang dianggap salah.

4. Gangguan Psikologis Yang Berhubungan Dengan Mood: Tanda disfungsi somatik (biasanya otonomik) pada seseorang, paling sering berhubungan dengan depresi (juga disebut tanda vegetatif). a. Anoreksia: hilangnya atau menurunnya nafsu makan. b. Hiperfagia: meningkatnya nafsu makan dan asupan makanan.c. Insomnia: hilangnya atau menurunnya kemarnpuan untuk tidur. 1) Awal : kesulitan jatuh tertidur.2) Pertengahan: kesulitan tidur sepanjang malam tanpa terbangun dan kesulitan kembali tidur. 3) Terminal: terbangun pada dini hari. d. Hipersomnia: tidur yang berlebihan. e. Variasi diurnal: mood yang secara teratur terburuk pada pagi hari, segera setelah terbangun, dan membaik dengan semakin siangnya hari. f. Penurunan libido: penurunan minat, dorongan dan daya seksual (peningkatan libido sering disertai keadaan manik). g. Konstipasi: ketidakmampuan atau kesulitan defekasi.

Gangguan PerilakuAspek jiwa yang termasuk impuls, motivasi, harapan, dorongan, instink dan idaman, seperti yang diekspresikan oleh perilaku atau aktivitas motorik seseorang. 1. Ekopraksia: peniruan pergerakan yang patologis seseorang pada orang lain. 2. Katatonia: kelainan motorik dalam gangguan nonorganik (sebagai lawan dari gangguan kesadaran dan aktivitas motorik sekunder dari patologi organik). a. Katalepsi: istilah umum untuk suatu posisi yang tidak bergerak yang dipertahankan terus menerus. b. Luapan katatonik (catatonic furor): aktivitas motorik yang teragitasi, tidak bertujuan dan tidak dipengaruhi oleh stimulasi eksternal c. Stupor katatonik: penurunan aktivitas motorik yang nyata, seringkali sampai titik imobilitas dan tampaknya tidak menyadari sekeliling. d. Rigiditas katatonik: penerimaan postur yang kaku yang disadari, menentang usaha untuk digerakkan. e. Posturing katatonik: penerimaan postur yang tidak sesuai atau kaku yang disadari, biasanya dipertahankan dalam waktu yang lama. f. Cerea flexibilitas (fleksibilitas lilin): seseorang dapat diatur dalam suatu posisi yang kemudian dipertahankannya; jika pemeriksa menggerakkan anggota tubuh pasien, anggota tubuh terasa seakan-akan terbuat dari lilin. 4. Negativisme: tahanan tanpa motivasi terhadap semua usaha untuk menggerakkan atau terhadap semua instruksi. 5. Katapleksi: hilangnya tonus otot dan kelemahan secara sementara yang dicetuskan oleh berbagai keadaan emosional. 6. Stereotipik: pola tindakan fisik atau bicara yang terfiksasi dan berulang. 7. Mannerisme: pergerakan tidak disadari, dan bersifat habitual. 8. Otomatisme: tindakan atau tindakan-tindakan yang otomatis yang biasanya mewakili suatu aktivitas simbolik yang tidak disadari. 9. Otomatisme perintah: otomatisme mengikuti sugesti (juga disebut kepatuhan otomatik). 10. Mutisme: tidak bersuara tanpa kelainan struktural. 11. Overaktivitas: a. Agitasi psikomotor: overaktivitas motorik dan kognitif yang berlebihan, biasanya tidak produktif dan sebagai akibat respons atas ketegangan dari dalam (inner tension). b. Hiperaktivitas/hiperkinesis: kegelisahan dan aktivitas destruktif, seringkali disertai dengan dasar patologi pada otak. c. Tik: pergerakan motorik yang spasmodik dan tidak disadari. d. Tidur berjalan (somnambulisme): aktivitas motorik saat tertidur. e. Akathisia: perasaan subjektif terhadap ketegangan motorik sebagai akibat sekunder dari medikasi antipsikotik atau medikasi lain yang dapat menyebabkan kegelisahan; duduk dan berdiri berulang secara berganti-ganti dan berulang; dapat disalahartikan sebagai agitasi psikotik. f. Kompulsi: impuls tidak terkontrol untuk melakukan tindakan berulang.1) Dipsomania: kompulsi untuk minum alkohol. 2) Kleptomania: kompulsi untuk mencuri. 3) Nimfomania: kebutuhan untuk koitus yang kuat dan kompulsif pada seorang wanita. 4) Satiriasis: kebutuhan untuk koitus yang kuat dan kompulsif pada seorang laki-Iaki. 5) Trikotilomania: kompulsi untuk mencabut rambut. 6) Ritual: aktivitas kompulsif otomatis dalam sifat, menurunkan kecemasan yang orisinil. g. Ataksia: kegagalan koordinasi otot, iregularitas gerakan otot. h. Polifagia: makan berlebihan yang patologis. 12. Hipoaktifitas/hipokinesis: penurunan aktivitas motorik dan kognitif, seperti pada retardasi psikomotor; perlambatan pikiran, bicara dan pergerakan yang dapat terlihat. 13. Mimikri: aktivitas motorik tiruan dan sederhana pada anak-anak. 14. Agresi: tindakan yang kuat dan diarahkan tujuan yang mungkin verbal atau fisik; bagian motorik dari afek kekerasan, kemarahan atau permusuhan. 15. Memerankan (acting out): ekspresi langsung dari suatu harapan atau impuls yang tidak disadari dalam bentuk gerakan; fantasi yang tidak disadari dihidupkan secara impulsif dalam perilaku. 16. Abulia: penurunan impuls untuk bertindak dan berpikir, disertai dengan ketidakacuhan tentang akibat tindakan; disertai dengan defisit neurologis. 17. Vagaboundage : jalan-jalan seperti berkelana tanpa tujuan.

TANDA DAN GEJALA SKIZOFRENIA1 | [email protected]