strategi pengembangan kompetensi guru pendidikan...
TRANSCRIPT
i
STRATEGI PENGEMBANGAN KOMPETENSI GURU
PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI MTs SUNAN KALIJAGA
DESA.BAWANG KECAMATAN.BAWANG
KABUPATEN.BATANG TAHUN AJARAN 2016/2017
SKRIPSI
Diajukan untuk Memperoleh Gelar
Sarjana Pendidikan
Oleh:
Naely Murodah
NIM. 111 13 079
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA
2017
ii
iii
.
iv
v
vi
MOTTO
Artinya:
Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah keadaan
suatu kaum sehingga mereka mengubah keadaan yang
ada pada diri mereka sendiri (QS.Ar-Ra’d:11)
vii
PERSEMBAHAN
Skripsi ini penulis persembahkan kepada pihak-pihak yang mempunyai peranan
penting dalam hidupnya
1. Kepada kedua orang tuaku Bapak Marwazi dan Ibu Chotim terimakasih
telah menjadi orang tua yang baik yang telah mendidiku, merawatku
dengan penuh kasih sayang dan penuh kesabaran yang tak ternilai
harganya
2. Terimakasih banyak buat Nizam Mahbub dan saudara-saudaraku yang
selama ini telah setia mendukungku, dan memberi semangat untuk
mengerjakan skripsi ini sehingga skripsi ini selesai.
3. Untuk sahabat-sahabatku seperjuangan, Rastrid Dita Nugraheni, Sarifatul
„Alawiyah, Wahyu Anggun Safitri, yang selalu memberi saya semangat
dengan ikhlas
4. Seluruh teman-teman seperjuangan khususnya PAI angkatan 2013
5. Kepada pembaca yang budiman.
viii
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum wr.wb
Dengan menyebut nama Allah Swtyang Maha Pengasih lagi Maha
Penyayang, segala puji dan syukur kehadirat Allah Swt. yang telah memberikan
hidayah dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini
dengan lancar. Shalawat serta salam senantiasa tercurah terhadap Nabi
Muhammad Saw., yang telah mencapai puncak kesuksesan tertinggi sepanjang
kehidupan manusia yang pernah ada. Serta keluarga, sahabat dan pengikutnya
hingga akhir zaman. Skripsi ini disusun sebagai syarat mencapai Gelar Sarjana
Pendidikan pada Jurusan Pendidikan Agama Islam di Fakultas Tarbiyah dan Ilmu
Keguruan IAIN Salatiga.
Penulis mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah
membantu dan memberikan dorongan baik moral maupun material, sehingga
skripsi ini dapat terselesaikan. Oleh karena itu, melalui ruang penulis
mengucapkan penghargaan dan terima kasih kepada:
1. Bapak Dr. H. Rahmat Hariyadi, M.Pd., selaku Rektor IAIN Salatiga
2. Bapak Suwardi, M.Pd., selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan.
3. Ibu Siti Rukhayati, M.Ag., selaku Ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam
4. Bapak Drs. Bahroni, M.Pd., selaku dosen Pembimbing Akademik
5. Bapak Drs. H. Wahyudhiana, MM.Pd., selaku dosen pembimbing skripsi.
6. Kepada seluruh dosen tarbiyah khususnya pada Jurusan Pendidikan Agama
Islam di FTIK IAIN Salatiga.
ix
x
ABSTRAK
Murodah, Naely. 2017. Strategi Pengembangan Kompetensi Guru
Pendidikan Agama Islam di MTs Sunan Kalijaga Desa.Bawang
Kecamatan. Bawang Kabupaten. Batang Tahun Ajaran
2016/201. Skripsi. Jurusan Pendidikan Agama Islam. Fakultas
Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Institut Agama Islam Negeri
Salatiga. Pembimbing: Drs. H.Wahyudhiana, M.M.Pd.
Kata Kunci: Strategi Pengembangan Kompetensi Guru PAI
Penelitian ini merupakan strategi pengembangan Kompetensi
untuk guru PAI dalam meningkatkan mutu pembelajaran. Pertanyaan
utama yang ingin dijawab melalui penelitian ini adalah (1). Bagaimana
pemahaman kompetensi guru oleh guru PAI di MTs Sunan Kalijaga Desa
Bawang Kec. Bawang Kab. Batang Tahun Ajaran 2016/2017 (2).
Bagaimanakah strategi pengembangan kompetensi guru PAI di MTs
Sunan Kalijaga Desa Bawang Kec. Bawang Kab. Batang Tahun Ajaran
2016/2017 (3) Faktor-faktor apa sajakah yang dapat mempengaruhi
strategi pengembangan kompetensi guru di MTs Sunan Kalijaga Desa
Bawang Kec. Bawang Kab. Batang Tahun Ajaran 2016/2017.
Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif di mana penulis
harus mendapatkan data dengan cara melakukan metode observasi,
wawancara dan dokumentasi. Setelah data terkumpul maka data dapat
dianalisis dengan reduksi data, melakukan penyususnan data dan
kemudian baru bisa di analisis.
Setelah melakukan analisis maka penelitian dapat disimpulkan
bahwa: (1) Pemahaman kompetensi guru oleh guru di MTs Sunan
Kalijaga, adalah Profesionalisme yang harus dimiliki oleh setiap guru
dalam proses pembelajaran sesuai dengan bidangnya, dan memiliki mutu
pembelajaran agar tercapainya KBM yang efektif dan tepat sasaran. (2)
Strategi pengembangan kompetensi guru adalah dengan meningkatkan
kemampuan guru melalui seminar, mengikuti pertemuan MGMP,
mengikuti diklat dan giat mengikuti kegiatan pelatihan lainnya dalam
usaha memajukan kompetensi guru. (3) Faktor yang mempengaruhi
pengembangan kompetensi guru adalah kurangnya sarana dan prasarana
dalam proses pembelajaran dan minimnya pengadaan sosialisasi.
Berdasarkan penelitian ini diharapkan akan menjadi bahan informasi serta
masukan bagi kepala sekolah dan guru, siswa dan lingkungan sekitar.
xi
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ...................................................................................... .. i
HALAMAN BERLOGO ............................................................................... . ii
HALAMAN PERSETUJUAN ...................................................................... iii
HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................ iv
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ............................... . v
HALAMAN MOTTO .................................................................................... vi
HALAMAN PERSEMBAHAN .................................................................... vii
KATA PENGANTAR ................................................................................... viii
ABSTRAK ...................................................................................................... . x
DAFTAR ISI ................................................................................................... xi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ............................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ......................................................................... 7
C. Tujuan PenulisanSkripsi ................................................................ 7
D. Kegunaan Penelitian ..................................................................... 8
E. Penegasan Istilah ........................................................................... 8
F. Sistematika Penulisan ................................................................ 11
BAB II KAJIAN TEORI
A. Kompetensi Guru ........................................................................ 14
B. Strategi Pengembangan……………………............................. ... 20
C. Berbagai Macam Kompetensi Guru......................................... ... 28
xii
D. Urgensi Kompetensi Guru........................................................ 39
E. Tugas Guru Pendidikan Agama Islam ......................................... 41
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Pendekatan ................................... ............................................... 45
B. Jenis Penelitian ...... ..................................................................... 45
C. Kehadiran Peneliti................................................................... ..... 46
D. Lokasi Penelitian .......................................................................... 47
E. Sumber Data ................................................................................ 47
F. Metode Pengumpulan Data .......................................................... 48
G. Analisis Data ................................................................................ 49
H. Konfirmasi Keabsahan Data ........................................................ 50
I. Tahap-tahap Penelitian ................................................................ 51
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum penelitian ............... ........................................ 53
1. Waktu dan Tempat Penelitian .............. ........................... 53
2. Profil Sekolah MTs Sunan Kalijaga.. .. ........................... 53
3. Visi dan Misi MTs Sunan Kalijaga .................................. 67
B. Hasil Temuan Data . .................................................................... 68
1. Hasil Wawancara dengan Kepala Sekolah ...................... 68
2. Hasil Wawancara dengan Guru PAI ................................ 70
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan........................................................... ..... ................. 80
B. Saran-saran ................................................................................... 81
xiii
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 83
LAMPIRAN-LAMPIRAN
A. DaftarTabel
1. Tabel 4.1 Jumlah Siswa 9 (sembilan) tahun terakhir ............ 56
2. Tabel 4.2 Data Kelulusan Siswa ............................................ 57
3. Tabel 4.3 Data RuangKelas ................................................... 58
4. Tabel 4.4 Data Ruang Laboratorium dan ketrampilan .......... 59
5. Table 4.5 Data Guru dan Staff ............................................... 59
6. Table 4.6 Data Infrastruktur ................................................... 60
7. Table 4.7 Data Meubelair ,Perabot dan Inventarisasi Per Jenis
Ruang ..................................................................................... 61
8. Table 4.8 Data Sanitasi .......................................................... 65
9. Table 4.9 Data Sumber Air Bersih ......................................... 65
10. Table 4.10 Data Sumber Listrik ............................................. 66
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan merupakan sarana yang paling penting dalam
mengembangkan sumber daya manusia (SDM) dan watak bangsa. Harkat
dan martabat suatu bangsa sangat ditentukan oleh mutu pendidikannya
(Priansa, 2014: 10). Peranan pendidikan harus dilihat dalam konteks
pembangunan secara menyeluruh, yang bertujuan membentuk manusia
sesuai cita-cita bangsa. Pembangunan tidak mungkin berhasil jika tidak
melibatkan manusianya sebagai pelaku dan sekaligus sebagai tujuan
pembangunan. Untuk mensukseskan pembangunan perlu ditata suatu
sistem pendidikan yang relevan. Sistem pendidikan ini dirancang dan
dilaksanakan oleh orang-orang yang ahli dalam bidangnya. Tanpa keahlian
yang memadai, yang ditandai oleh kompetensi yang menjadi persyaratan,
maka pendidikan sulit berhasil. Keahlian yang dimiliki oleh tenaga
kependidikan, tidak dimiliki oleh warga masyarakat pada umumnya,
melainkan hanya dimiliki orang-orang tertentu yang telah mengalami
pendidikan guru secara berencana dan sistematik (Hamalik, 1991: 6).
Tujuan pendidikan perlu dicapai dengan partisipasi berbagai pihak,
terutama guru melalui peran strategis yang diembannya. Untuk
mewujudkan tujuan pendidikan diperlukan guru yang profesional dengan
kompetensi yang sesuai. Tujuan pendidikan tersebut didukung oleh
2
optimalisasi strategi pembangunan pendidikan seperti sistem pendidikan
nasional yang meliputi : pelaksanaan pendidikan agama serta akhlak
mulia, pengembangan dan pelaksanaan kurikulum berbasis kompetensi,
proses pembelajaran yang mendidik dan dialogis, penyediaan sarana
prasarana belajar yang mendidik, pelaksanaan wajib belajar,
pemberdayaan peran masyarakat (Priansa, 2014: 82-83).
Untuk mencapai tujuan pendidikan yang diinginkan oleh suatu
lembaga pendidikan maka seorang pendidik ditandai dengan keberhasilan
pelaksanaan kegiatan belajar mengajar, yang meliputi keterpaduan antara
pendidik dan pesertadidik, sarana prasarana yang memadai dengan
kegiatan siswa. Dalam pengajaran seorang guru harus memiliki rumusan
atau tujuan pembelajaran yang jelas sehingga dalam proses pembelajaran
dapat berjalan dengan baik. Hal ini dilaksanakan untuk meningkatkan
mutu pendidikan bangsa dan terciptanya masyarakat Indonesia yang lebih
baik. Allah SWT dalam firman-Nya terdapat pada Qur‟an surat Al-
Mujadilah ayat 11 yaitu:
Artinya: “Hai orang-orang yang beriman apabila dikatakan
kepadamu: “berlapang-lapanglah dalam majlis”, Maka lapangkanlah
niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu, dan apabila dikatakan:
“Berdirilah kamu”, Maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan
orang-orang yang beriman diantaramu dan orang-orang yang diberi ilmu
3
pengetahuan beberapa derajat, dan Allah Maha mengetahui apa yang
kamu kerjakan”.
Guru adalah figur yang bertanggung jawab mencerdaskan
kehidupan anak didik, guru adalah orang yang identik dengan pihakyang
memiliki tugas dan tanggung jawab membentuk karakter generasi bangsa.
Ditangan para gurulah tunas bangsa ini terbentuk sikap dan moralitasnya
sehingga mampu memberikan yang terbaik untuk anak negeri ini. Pribadi
susila yang cakap adalah yang di harapkan ada pada diri setiap anak didik.
Untuk itulah guru dengan penuh dedikasi dan loyalitas berusaha
membimbing dan membina anak didik agar di masa mendatang menjadi
orang yang berguna bagi nusa dan bangsa. Oleh sebab itu, tetaplah
dikatakan orang bahwa karena guru kita menjadi pintar, karena gurulah
kita pandai, karena gurulah kita cemerlang, maka naïf rasanya kalau kita
melupakan jasa dan pengorbanan para guru yang telah memberikan yang
terbaik untuk anak-anaknya (Asdiqoh, 2013: 17).
Guru sebagai pendidik profesional mempunyai citra yang baik di
masyarakat apabila dapat menunjukkan kepada masyarakat bahwa ia layak
menjadi panutan atau teladan masyarakat sekelilingnya. Masyarakat
terutama akan melihat bagaimana sikap dan perbuatan guru itu sehari-hari,
apakah memang ada yang patut diteladani atau tidak (Mahanani, 2011:
17).
Setiap guru harus memenuhi persyaratan sebagai manusia yang
bertanggung jawab dalam bidang pendidikan, khususnya dalam
memberikan layanan pembelajaran kepada peserta didik. Dalam hal ini
4
guru bertanggung jawab untuk mewariskan nilai-nilai dan norma-norma
kepada generasi berikutnya karena setiap tanggung jawab memerlukan
sejumlah kompetensi dan setiap kompetensi dapat dijabarkan (Mulyasa,
2013: 65-66).
Secara umum kompetensi guru mencakup, kompetensi personal,
kompetensi profesional, kompetensi paedagogik, dan kompetensi sosial.
Keempat kompetensi tersebut dijadikan landasan dalam rangka
mengembangkan sistem pendidikan tenaga kependidikan (Asdiqoh, 2013:
27-36).
Undang-undang nomer 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional pada pasal 39 ayat 2 menyatakan bahwa tugas guru adalah
merencanakan dan melaksanakan proses pembelajaran,menilai hasil
pembelajaran, melakukan bimbingan dan pelatihan . selanjutnya undang-
undang nomor 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen pada pasal 1 ayat 1
menyatakan bahwa guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama
mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan
mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur
pendidikan formal, pendidikan dasar dan pendidikan menengah (Priansa,
2014: 78)
Kompetensi guru sangat penting dalam rangka penyusunan
kurikulum.Ini dikarenakan kurikulum pendidikan haruslah disusun
berdasarkan kompetensi yang dimiliki oleh guru.Tujuan, program
pendidikan, sistem penyampaian, evaluasi,dan sebagainya, hendaknya
5
direncanakan sedemikian rupa agar relevan dengan tuntutan kompetensi
guru secara umum. Dengan demikian diharapkan guru tersebut mampu
menjalankan tugas dan tanggung jawab sebaik mungkin (Asdiqoh, 2013:
25-26).
Pendidikian Agama Islam adalah usaha sadar untuk menyiapkan
peserta didik untuk meyakini, memahami menghayati dan mengamalkan
Agama Islam melalui kegiatan bimbingan, pengajaran dan latihan dengan
memperhatikan tuntutan untuk menghormati agama lain dalam hubungan
kerukunan antar umat beragama dalam masyarakat untuk mewujudkan
persatuan nasional (Thoha dan Mu‟ti, 1998: 180).
Tujuan Pendidikan Agama Islam pada sekolah untuk
meningkatkan keyakinan, pemahaman, penghayatan dan pengamalan
tentang agama Islam, sehingga menjadi muslim yang beriman dan
bertaqwa kepada Allah SWT serta berakhlak mulia dalam kehidupan
pribadi, bermasyarakat, berbangsa dan bernegara serta untuk melanjutkan
pendidikan pada jenjang yang lebih tinggi.
Sebuah kasus yang terjadi dalam lingkup pendidikan baru-baru ini
yaitu. Selasa 28, Juni 2016 seorang guru bernama Samsudi 45 tahun guru
di SMP Raden Rahmat, Balongbendo Sidoarjo. di disidang karena
mencubit siswanya ketika menyuruh siswanya mengerjakan sholat Dhuha
dimana kegiatan sholat Dhuha adalah salah satu kebijakan sekolah untuk
menumbuhkan sikap bertaqwa kepada siswanya. Kejadian ini terjadi di
Sidoarjo, dimana ratusan guru melakukan aksi long march dari alun-alun
6
menuju PN (pengadilan negeri) Sidoarjo, sambil menyerukan tindakan
keterlaluan aparat hukum yang menyidangkan seorang guru karena
permasalahan sepele. Kemudian ketua PGRI (persatuan guru republik
Indonesia) Jawa Timur, Ichwan mengatakan penyidangan terhadap guru
tersebut berada di luar akal sehat. Katakanlah, seorang guru itu mencubit
siswa namun yang dilakukannya itu dalam koridor mendidik
(http:/regiona.kompas.com/read/2016/07/01/17403801/di unduh pada hari
sabtu, 18MARET2017:16.46).
Dari contoh permasalahan di atas maka seorang guru harus lebih
tegas dalam mengembangkan sikap spiritual anak didiknya sehingga tidak
akan terulang kembali permasalahan seperti itu. Dan guru Pendidikan
Agama Islam yang kompeten akan lebih mampu menguasai situasi kelas
yang sedang diampunya, sehingga proses pembelajaran berada pada taraf
yang optimal. Agar tujuan pembelajaran dapat tercapai hal ini ditandai
dengan lingkungan belajar yang kondusif agar berhasil dan efektif . Dalam
hal ini guru Pendidikan Agama Islam harus melengkapi dan meningkatkan
kompetensinya.
Berdasarkan uraian diatas, maka penulis terdorong untuk
menyusun skripsi dengan judul STRATEGI PENGEMBANGAN
KOMPETENSI GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM di MTs
SUNAN KALIJAGA DESA.BAWANG KECAMATAN. BAWANG
KABUPATEN. BATANG TAHUN AJARAN 2016/2017.
7
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana pemahaman kompetensi guru di kalangan para guru
Pendidikan Agama Islam di MTs Sunan Kalijaga Desa Bawang
Kecamatan Bawang Kabupaten Batang Tahun Ajaran 2016/2017 ?
2. Bagaimana Strategi pengembangan kompetensi guru Pendidikan
Agama Islam di MTs Sunan Kalijaga Desa Bawang Kecamatan
Bawang Kabupaten Batang Tahun Ajaran 2016/2017 ?
3. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi strategi pengembangan
kompetensi guru Pendidikan Agama Islam di MTs Sunan Kalijaga
Desa Bawang Kecamatan Bawang Kabupaten Batang Tahun Ajaran
2016/2017 ?
C. Tujuan Penulisan Skripsi
1. Untuk mengetahui pemahaman kompetensi guru di kalangan para
guru Pendidikan Agama Islam di MTs Sunan Kalijaga Desa Bawang
Kecamatan Bawang Kabupaten Batang Tahun Ajaran 2016/2017.
2. Untuk mengetahui strategi pengembangan kompetensi guru
Pendidikan Agama Islam di MTs Sunan Kalijaga Desa Bawang
Kecamatan Bawang Kabupaten Batang Tahun Ajaran 2016/2017.
3. Untuk mengetahui faktor yang mempengaruhi Strategi pengembangan
kompetensi guru Pendidikan Agama Islam di MTs Sunan Kalijaga
Desa Bawang Kecamatan Bawang Kabupaten Batang Tahun Ajaran
2016/2017.
8
D. Kegunaan Penelitian
Dalam pengkajian suatu ilmu diharapkan mampu memberikan
informasi-informasi yang baru dan dapat diambil manfaatnya. Manfaat
bagi yang mengkaji maupun bagi umum yang membaca serta mempelajari
dari kajian itu. Dalam skripsi ini diharapkan mengandung manfaat secara
teoritis maupun secara praktis.
1. Manfaat teoritis dari penelitian ini dapat menambah ilmu pengetahuan
tentang pengembangan kompetensi guru Pendidikan Agama Islam
untuk meningkatkan mutu pembelajaran sehingga didapatkan hasil
belajar yang optimal.
2. Manfaat praktis
a. Adanya pemahaman di kalangan guru tentang pentingnya
kompetensi dalam kegiatan belajar mengajar.
b. Ditemukannya strategi yang tepat untuk mengembangkan
kompetensi guru pendidikan agama islam di sekolah.
E. Penegasan Istilah
Untuk menghindari pengertian dan penafsiran judul di atas, serta
membatasi ruang lingkup dalam pembahasan penelitian ini maka perlu
dijelaskan beberapa pengertian yang terkandung yaitu :
1. Strategi
Strategi merupakan rencana besar yang bersifat meningkat, efisien
dan produktif guna mengefektifkan tercapainya tujuan. Strategi yang
9
dimaksud disini merupakan rencana yang cermat untuk mencapai
sasaran khusus (Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Ketiga, Balai
Pustaka, Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, Jakarta:
2007,1092).
Strategi adalah suatu proses berfikir yaitu membuat generalisasi
dari fakta, konsep dan prinsip dari apa yang yang diketahui seseorang
(Yamin, 2005: 5).
Jadi, strategi adalah salah satu taktik untuk meningkatkan mutu
pembelajaran secara bertahap untuk menghasilkan suatu pembelajaran.
Pengembangan adalah proses, cara, perbuatan mengembangkan
(Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Ketiga, Balai Pustaka, Pusat
Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, Jakarta: 2007, 538). Jadi
pengembangan di sini adalah usaha sadar yang dilakukan untuk
mencapai tujuan yang diinginkan agar lebih baik dari tujuan
sebelumnya.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa strategi
pengembangan adalah rencana untuk mencapai sasaran dan tujuan
untuk dikembangkan secara optimal dan lebih baik.
2. Kompetensi
Kompetensi menurut Charles E. Johnson, merupakan perilaku yang
rasional untuk mencapai tujuan yang dipersyaratkan sesuai dengan
kondisi yang diharapkan. Kompetensi merupakan suatu tugas yang
memadai atas kepemilikan pengetahuan, keterampilan dan kemampuan
10
yang dituntut oleh jabatan seseorang. Kompetensi juga berarti sebagai
pengetahuan, keterampilan, dan nilai-nilai dasar yang direfleksikan
dalam kebiasaan berpikir dan bertindak (Asdiqoh, 2013: 24).
Kompetensi profesional guru selain berdasarkan pada bakat guru,
unsur pengalaman dan pendidikan memegang peran yang sangat
penting. Pendidikan guru sebagai suatu usaha yang berencana dan
sistematis melalui berbagai program yang dikembangkan oleh LPTK
dalam rangka usaha peningkatan kompetensi guru (Hamalik, 2003:
38).
Kompetensi atau penguasaan bahan ajar harus dimiliki semua
lapisan guru (Sutadipura, 1984: 10). Jadi kompetensi guru adalah suatu
penguasaan kemampuan yang harus dimiliki seorang guru untuk
mencapai tujuan pembelajaran.
Guru adalah unsur manusiawi yang sangat dekat hubungannya
dengan anak didik dalam pendidikan. Selain itu guru juga sebagai
pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar,
membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi
peserta didik pada pendidikan usia dini, jalur pendidikan formal,
pendidikan dasar, dan pendidikan menengah (Drajat dan Effendi,
2014: 47).
Jadi guru adalah seseorang yang memiliki tanggung jawab untuk
mencerdaskan anak bangsa dan mewujudkan kinerja secara tepat dan
efektif .
11
Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa kompetensi
guru adalah seperangkat penguasaan kemampuan yang harus ada
dalam diri guru agar dapat mewujudkan kinerjanya secara tepat dan
efektif.
3. Pendidikan Agama Islam
Pendidikan Agama Islam adalah usaha sadar untuk menyiapkan
peserta didik untuk meyakini, memahami menghayati dan
mengamalkan tentang Agama Islam melalui kegiatan bimbingan,
pengajaran dan latihan dengan memperhatikan tuntutan untuk
menghormati agama lain dalam hubungan kekurangan antar umat
beragama dalam masyarakat untuk mewujudkan persatuan Nasional
(Thoha dan Mukti, 1998: 180).
Jadi dengan adanya Pendidikan Agama Islam di sekolah bertujuan
untuk meningkatkan keyakinan, pemahaman, penghayatan dan
pengamalan tentang agama Islam, sehingga menjadi muslim yang
beriman dan bertaqwa kepada Allah SWT serta berakhlak mulia dalam
kehidupan pribadi, bermasyarakat, berbangsa dan bernegara serta
untuk melanjutkan pendidikan pada jenjang yang lebih tinggi.
F. Sistematika Penulisan
Untuk mempermudah dan memahami isi skripsi ini, maka peneliti
menulis skripsi ini secara sistematis. Skripsi ini terdiri dari 5 bab yaitu
meliputi:
12
BAB I : PENDAHULUAN
Berisi tentang Latar Belakang Masalah, Rumusan Masalah,
Tujuan Penelitian, Kegunaan Penelitian, Penegasan Istilah,
dan Sistematika Penulisan Skripsi.
BAB II : KAJIAN TEORI
Berisi tentang kajian pustaka yang menjelaskan landasan
teori tentang strategi pengembangan, kompetensi guru,
guru Pendidikan Agama Islam, pentingnya kompetensi
guru, macam-macam kompetensi guru.
BAB III : METOGOLOGI PENELITIAN
Berisi tentang pendekatan, jenis penelitian, kehadiran
peneliti, lokasi penelitian, sumber data, metode analisis
data, analisis data, pengecekan keabsahan data, tahap-tahap
penelitian.
BAB IV : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Berisi data dan temuan peneliti yang menggambarkan
gambaran umum tentang Strategi pengembangan
kompetensi guru Pendidikan Agama Islam di MTs Sunan
Kalijaga Desa Bawang Kecamatan Bawang Kabupaten
Batang yang meliputi letak geografis, keadaan sekolah,
keadaan pendidikan, keadaan sosial ekonomi,kegiatan
keagamaan, struktur organisani, dan hasil wawancara.
13
Kemudian setelah hasil penelitian selesai maka diteruskan
dengan pembahasan yang merupakan bagian yang
menjelaskan temuan peneliti tentang Strategi
pengembangan kompetensi guru Pendidikan Agama Islam
di MTs Sunan Kalijaga Desa Bawang Kecamatan Bawang
Kabupaten Batang Tahun Ajaran 2016/2017.
BAB V : PENUTUP
Menjelaskan tentang kesimpulan hasil penelitian, saran-
saran dalam penelitian.
14
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Kompetensi Guru
Kompetensi berasal dari kata competency, yang berarti kemampuan
atau kecakapan. Menurut kamus besar bahasa Indonesia, kompetensi dapat
diartikan (kewenangan) kekuasaan untuk menentukan atau memutuskan
suatu hal (Asdiqoh, 2013: 23).
Johnson (2004), mengemukakan bahwa kompetensi merupakan
perilaku yang rasional untuk mencapai tujuan yang dipersyaratkan sesuai
dengan kondisi yang diharapkan (Mulyasa, 2013: 63).
Kualitas seorang guru harus menjadi prioritas dalam upaya
mengembangkan sebuah pola pendidikan yang efektif. Kualitas seorang
guru ditandai dengan tingkat kecerdasan, ketangkasan, dedikasi, dan
loyalitas yang tinggi serta ikhlas dalam memajukan dan mencerdaskan
anak didik (Asmani, 2009: 39-40).
Guru yang profesional harus memiliki kompetensi yang baik
karena kompetensi guru adalah suatu penguasaan kemampuan yang harus
dimiliki seorang guru untuk mencapai tujuan pembelajaran. Oleh karena
itu, diperlukan sosok guru yang mempunyai kualifikasi, kompetensi dan
dedikasi yang tinggi dalam menjalankan tugas profesionalnya (Asdiqoh,
2013: 23). Dalam Panduan Sertifikasi Guru bagi LPTK tahun 2006 yang
dikeluarkan direktur ketenagaan Dirjen Dikti Depdiknas disebut bahwa
15
kompetensi merupakan kebulatan penguasaan pengetahuan, keterampilan
dan sikap yang di tampilkan melalui unjuk kerja (Mahanani, 2011: 44).
Pada intinya guru yang profesional adalah guru yang memiliki
kompetensi dalam melakukan tugas pendidikan dan pengajaran.
Istilah kompetensi memiliki banyak makna yang di antaranya
adalah sebagai berikut :
1. Pengetahuan (knowledge), yaitu pengetahuan seseorang untuk
melakukan seuatu, misalnya akan dapat melakukan proses berpikir
ilmiah untuk memecahkan suatu persoalan manakala ia memiliki
pengetahuan yang memadai tentang langkah-langkah berpikir ilmiah.
2. Pemahaman (understanding), yaitu kedalam kognitif dan afektif yang
dimiliki oleh individu. Misalnya siswa hanya mungkin dapat
memecahkan masalah ekonomi manakala ia memahami konsep-konsep
ekonomi.
3. Keterampilan (skill),adalah suatu yang dimiliki oleh individu untuk
melakukan tugas yang dibebankan. Misalnya siswa hanya mungkin
dapat melakukan pengamatan tentang mikroorganisme manakala ia
memiliki keterampilan bagaimana cara menggunkan microscope
sebagai alat.
4. Nilai (value), adalah suatu standar perilaku yang telah diyakini dan
secara spikologis telah menjadi bagian dari dirinya, sehingga akan
mewarnai dalam segala tindakannya. Misalnya standar perilaku siswa
16
dalam melaksanakan proses berpikir seperti keterbukaan, kejujuran,
demokratis, kasih sayang, dan lain sebagainya.
5. Sikap (attitut), yaitu perasaan atau reaksi terhadap suatu rangsangan
yang datang dari luar. Misalnya perasaan senang atau tidak senang
terhadap munculnya aturan baru, reaksi terhadap diberlakukannya
Kurikulum Berbasis Kompetensi, dan lain sebagainya.
6. Minat (interest), yaitu kecenderungan seseorang untuk melakukan
suatu tindakan atau perbuatan. Misalnya minat untuk mempelajari dan
memperdalam materi pelajaran (Sanjaya, 2006: 6-7).
Kompetensi merupakan kemampuan dasar yang dapat dilakukan
oleh para siswa pada tahap pengetahuan, ketrampilan, dan sikap.
Kemampuan dasar ini akan dijadikan sebagai landasan melakukan proses
pembelajaran dan penilaian siswa (Yamin, 2005: 127-128).
Menurut McAshan, kompetensi adalah suatu pengetahuan,
ketrampilan, dan kemampuan atau kapabilitas yang dimiliki oleh seorang
yang telah menjadi bagian dari dirinya sehingga mewarnai perilaku
kognitif, afektif, dan psikomotoriknya (Sanjaya, 2006: 6).
Dalam pengertian yang lebih substansi kompetensi merupakan
gambaran hakikat kualitatif perilaku seseorang. Menurut Lefrancois,
kompetensi merupakan kapasitas untuk melakukan sesuatu, yang
dihasilkan dari proses belajar. Kompetensi diartikan oleh Cowell sebagai
suatu keterampilan atau kemahiran yang bersifat aktif. Kategori
kompetensi dimulai dari tingkat sederhana atau dasar hingga lebih sulit
17
atau kompleks yang pada gilirannya akan berhubungan dengan proses
penyusunan bahan atau pengalaman belajar yang terdiri dari : (1)
penguasaan minimal kompetensi dasar, (2) praktik kompetensi dasar, (3)
penambahan penyempurnaan atau pengembangan terhadap kompetensi
atau keterampilan. Ketiga proses tersebut dapat terus berlanjut selama
masih ada kesempatan untuk melakukan penyempurnaan atau
pengembangan kompetensinya (Khoiri, 2010: 36-37).
Dari uraian di atas, maka kompetensi bukan hanya ada dalam
tataran pengetahuan akan tetapi sebuah kompetensi harus tergambarkan
dalam pola perilaku. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa
kompetensi merupakan satu gambaran yang utuh tentang potensi,
pengetahuan, keterampilan dan sikap yang terkait dengan profesi tertentu.
Kompetensi guru adalah salah satu faktor yang mempengaruhi
tercapainya tujuan pembelajaran dan pendidikan di sekolah, namun
kompetensi guru tidak dapat berdiri sendiri, melainkan di pengaruhi oleh
faktor-faktor latar belakang suatu pendidikan, pengalaman mengajar, dan
lamanya mengajar. Kompetensi guru dapat dinilai penting sebagai alat
seleksi dalam penerimaan calon guru, juga dapat dijadikan sebagai
pedoman dalam rangka pembinaan dan pengembangan tenaga guru.
Selain itu kompetensi guru mencerminkan tugas dan kewajiban
guru yang harus dilakukan sehubungan dengan arti jabatan guru yang
menuntut suatu kompetensi tertentu (Uno, 2011: 64).
18
Kompetensi guru merupakan kemampuan seorang guru dalam
melaksanakan perannya secara bertanggung jawab dan layak (Sanjaya,
2006: 15).
Kompetensi guru diperlukan untuk menjalankan fungsi profesi.
Dan kompetensi guru diperlukan dalam rangka mengembangkan dan
mendemonstrasikan perilaku pendidikan, bukan sekedar mempelajari
keterampilan-keterampilan mengajar tertentu, tetapi merupakan
penggabungan dan aplikasi suatu keterampilan dan pengetahuan yang
saling bertautan dalam bentuk perilaku nyata.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa kompetensi guru
adalah kemampuan yang harus dimiliki oleh seorang guru agar dapat
tercapainya tujuan pembelajaran, sebagaimana seorang guru memiliki
tanggung jawab yang besar untuk mencerdaskan anak bangsa.
Perilaku pendidikan tersebut harus dijunjung oleh aspek-aspek lain
seperti bahan yang dikuasai, teori-teori pendidikan, serta kemampuan
mengambil keputusan yang situasional berdasarkan nilai, sikap dan
kepribadian. Dengan demikian, Lembaga Pendidikan Guru, yang dulu
dikenal dengan Lembaga Pendidikan Tenaga Pendidikan (LPTK) harus
membekali lulusannya dengan perangkat kompetensi yang diperlukan
sesuai dengan tugas dan tanggung jawab yang akan diemban para lulusan,
serta sesuai pula dengan perkembangan masyarakat dan kebutuhan zaman
yang senantiasa berubah (Mulyasa, 2008: 31).
19
Permasalahan kompetensi guru yang pada dasarnya adalah
kemampuan yang dimiliki oleh guru untuk menggunakan bidang studi atau
mata pelajaran sebagai alat pendidikan, maka agar kompetensi guru dapat
dimiliki oleh guru, maka mereka seharusnya: (1). Memahami hakekat ilmu
yang diajarkan, (2). Memahami kiat pembelajaran ilmunya, (3). Memiliki
kemampuan strukturisasi ilmunya menjadi peta konsep, (4). Memiliki
kemampuan meneliti dan menyediakan sumber belajarnya, (5). Memiliki
kemampuan menyediakan media belajarnya, (6). Memiliki kemampuan
organisasi ilmunya menjadi bahan ajar, (7). Memiliki kemampuan
memaknakan kurikulum menjadi objek dan persoalan belajar, (8).
Memiliki kemampuan menentukan evaluasi hasil pembelajaran ilmunya
(Djohar, 2006: 55-56).
Nana Sudjana telah membagi kompetensi guru menjadi tiga bagian
yaitu sebagai berikut:
1. Kompetensi bidang kognitif, artinya kemampuan intelektual, seperti
penguasaan mata pelajaran, pengetahuan cara mengajar, pengetahuan
tentang belajar dan tingkah laku individu, pengetahuan tentang
bimbingan penyuluhan, pengetahuan tentang admisistrasi kelas,
pengetahuan mengenai cara menilai hasil belajar siswa, pengetahuan
tentang kemasyarakatan, serta pengetahuan umum lainnya.
2. Kompetensi bidang sikap, kesiapan dan kesediaan guru terhadap
bebagai hal berkenaan dengan tugas dan profesinya misalnya, sikap
menghargai pekerjaan, mencintai dan memiliki perasaan senang
20
terhadap mata pelajaran yang dibinanya, sikap toleransi terhadap
sesama teman profesinya, memiliki kemauan yang keras untuk
meningkatkan hasil pekerjaannya.
3. Kompetensi perilaku/performance, artinya kemampuan guru dalam
berbagai keterampilan/berperilaku, seperti kemampuan mengajar,
membimbing, menilai, menggunakan alat bantu pengajaran, bergaul
atau berkomunikasi dengan siswa, keterampilan menumbuhkan
semangat belajar para siswa, keterampilan menyusun persiapan
perencanaan mengajar, keterampilan melaksanakan administrasi kelas
(Uno, 2011: 67-68).
B. Strategi Pengembangan
Seorang guru dalam melaksanakan tugasnya harus
mengembangkan kompetensinya, baik profesional, sosial, pedagogik
maupun personal sebagai seorang guru. Selain itu instansi dimana guru itu
berkerja akan ikut andil berusaha agar mengembangkan kompetensi yang
dimiliki guru tersebut, agar pelaksanaan tugas seorang guru dapat berjalan
dengan lancar dan berkembang sesuai kebutuhan siswa dan perkembangan
zaman.
Menurut Hendyat untuk dapat mengembangkan profesi guru , ada
dua jalan yang dapat di tempuh yaitu melalui pengembangan diri guru itu
sendiri.
Dalam pengembangan diri ada beberapa cara dan usaha yang dapat
dilakukan oleh guru dalam mengembangkan profesinya, antara lain:
21
berusaha memahami tujuan pendidikan dan pengajaran secara jelas dan
konkrit, berusaha memahami dan memilih bahan pengajaran sesuai dengan
tujuan.
Agar profesi guru dapat dikembangkan maka harus berusaha
memahami problem minat, dan kebutuhan dalam proses belajar subyek
didik, mengorganisasi bahan dan pengalaman belajar, berusaha
memahami, menyeleksi, dan menerapkan metode pembelajaran, berusaha
memahami dan sanggup membuat, mendayagunakan berbagai alat
pelajaran.
Guru harus berusaha membimbing dan mendorong kemajuan
pertumbuhan dan perkembangan belajar subyek didik, mampu menilai
program dan hasil pembelajaran yang telah dicapai.
Guru sebaiknya mengadakan penilaian diri sendiri (self evalution)
untuk melihat kekurangan dan keberhasilan pelaksanaan tugasnya,
profesional reading (berusaha membaca buku-buku yang relevan dengan
tugas profesinya), profesional writing (berusaha mengembangkan diri
dengan menulis karya ilmiah di berbagai media).
Agar menjadi guru yang mempunyai wawasan maka guru
mengadakan individual conference (pertemuan pribadi antara sejawat dan
dengan ahli lain dalam mengembangkan wawasan keilmuan dan wawasan
proses dan strategi pembelajaran), experimentation (berusaha melakukan
percobaan-percobaan atas inovasi yang ditemukan atau strategi
pembelajaran baru) (Afifah, 2010: 14-15),
22
Selain pengembangan diri dalam mengembangkan profesi guru,
ada pengembangan kelembagaan yaitu sebagai berikut.
Dalam Pengembangan Kelembagaan dimana guru itu bekerja harus
berusaha mengembangkan profesinya agar dapat bekerja secara
profesional. Kompetensi guru disiapkan oleh program studi pada jurusan
bidang studi yang relevan yang dapat mefasilitasi kompetensi guru
tertentu. Contohnya kompetensi guru bidang MIPA disiapkan oleh
masing-masing jurusan yang ada di MIPA, kompetensi guru seni tari atau
seni musik dapat dibina sekaligus oleh jurusan seni pertunjukan. Maka
lembaga penyelenggara kompetensi guru bidang studi atau matapelajaran
ini adalah pada jurusan masing-masing yang sesuai atau serumpun dengan
bidang studi pada Universitas-LPTK. Jurusan bidang studi membekali
guru agar mampu mengolah setiap bidang studi menjadi bidang sudi dalam
pendidikan, dan mengembangkan kekhususan pembelajaran dari bidang
studinya (Djohar, 2006: 21-22).
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa seorang guru yang
profesional dapat mengembangkan profesinya misalnya guru dalam
bidang matapelajaran PAI maka guru harus mengajar sesuai dengan
rumpun bidang studi yang dimilikinya.
Perilaku guru dapat diperoleh dari keterlatihannya terhadap
sejumlah ketrampilan pembelajaran. Dimana guru memperoleh pendidikan
dan latihan sejumlah keterampilan mengajar, mencermati karakteristik
siswa, cara-cara mendeteksi kegagalan siswa, cara-cara memerikan
23
bantuan yang tepat, cara memaknakan kurikulum secara proposional, dan
cara-cara memilih dan menyediakan media belajar serta cara evaluasi
mengajar- belajar yang mencapai sasaran.
Maka perlu merumuskan standar performance guru, dengan
demikian lebih mudah untuk menilai actual performance di sekolah. Agar
kriteria guru dapat diperoleh oleh setiap peserta pendidikan calon guru,
maka dibutuhkan kontrol terhadap kualitas standard performance maupun
terhadap actual performance calon guru. Untuk keperluan itu sangan
diperlukan adanya keterbukaan, sehingga masyarakat yang tergabung
dalam Educational Watch dapat melakukan supervise dan evaluasi kinerja
guru dan lembaga pendidikan dan pembinaan atau penataran guru menjadi
lebih terbuka (Djohar, 2006: 22-23).
Guru yang sudah mengikuti banyak kegiatan keprofesian maka
bisa mengembangkan profesinya dengan membuat penerbitan buletin atau
majalah atau surat kabar, penyelenggaraan kursus-kursus,
penyelenggaraan penataran-penataran, konseling yang diberikan kepada
guru baik secara individual maupun secara kelompok, pertemuan umpan
balik bergelombang berdasarkan pada masalah dan tema yang telah
diberikan sebelumnya, pengembangan program testing dan pola-pola baru
secara bersama, penyelenggaraan penelitian-penelitian yang diikuti oleh
para guru.
24
Pengertian lain menyebutkan bahwa pengembangan sikap
profesional ini dapat dilakukan baik ketika dalam pendidikan prajabatan
maupun setelah bertugas (dalam jabatan).
a. Pengembangan sikap selama pendidikan prajabatan
Dalam pendidikan prajabatan, calon guru dididik dalam
berbagai pengetahuan, sikap, dan ketrampilan yang diperlukan dalam
pekerjaannya nanti. Karena tugasnya yang bersifat unik, guru selalu
menjadi panutan bagi siswanya, dan bahkan bagi masyarakat
sekelilingnya. Oleh sebab itu, bagaimana guru bersikap terhadap
pekerjaan dan jabatannya selalu menjadi perhatian siswa dan
masyarakat.
Pembentukan sikap yang baik tidak mungkin muncul begitu
saja, tetapi harus dibina sejak calon guru menilai pendidiknya di
lembaga pendidikan guru. Berbagai usaha dan latihan, contoh-contoh
dan aplikasi penerapan ilmu, ketrampilan dan bahkan sikap profesional
dirancang dan dilaksanakan selama calon guru berada dalam pendidikan
prajabatan.
b. Pengembangan sikap selama dalam jabatan
Pengembangan sikap profesional tidak berhenti apabila calon
guru selesai mendapatkan pendidikan prajabatan. Seperti yang telah
disebutkan, peningkatan ini dapat dilakukan dengan cara formal melalui
kegiatan mengikuti penataran, lokakarya, seminar, atau kegiatan ilmiah
25
lainnya, atau pun secara informal melalui media masa televisi, radio,
koran, dan majalah maupun publikasi lainnya.
Kegiatan ini selain dapat meningkatkan pengetahuan dan
keterampilan, sekaligus dapat juga meningkatkan sikap profesional
keguruan (Soetjipto dan Raflis Kosasi, 2007: 54-55).
Kinerja guru menjadai tanggung jawab dua lembaga. Kinerja
awal guru sangat ditentukan oleh kemampuan awal hasil pendidikan
guru, meskipun kemampuan awal itu selanjutnya akan berkembang
sesuai pengalaman mereka. Maka dengan kemampuan awal guru ini
sangat penting dan mendasar, karena menjadi awal budaya guru
berkembang lebih lanjut ke arah yang sesuai dengan kompetensi dan
profesi yang optimal.
Oleh karena kerjasama yang fungsional antara Universitas
LPTK (lembaga pendidikan tenaga kependidikan), LPPG (lembaga
pendidikan profesi guru) dan sekolah akan menghasilkan sinergi yang
konstruktif dalam upaya peningkatkan mutu pendidikan kita (Djohar,
2006: 57).
Adapun cara untuk pengembangan kompetensi guru dengan cara
sebagai berikut:
1. Program sertifikasi
Sertifikasi guru adalah proses perolehan sertifikat pendidik
bagi guru. Sertifikasi pendidik bagi guru berlaku sepanjang yang
bersangkutan menjalankan tugas sebagai guru sesuai dengan peraturan
26
perundang-undangan. Sertifikasi pendidik ditandai dengan satu nomor
registrasi guru yang dikeluarkan oleh Deparemen Pendidikn Nasional.
Sertifikasi di peroleh melalui pendidikan profesi yang diakhiri dengan
uji kompetensi. Dalam program sertifikasi telah di tentukan kualifikasi
pendidikan bagi semua guru di semua tingkatan ,yaitu minimal sarjana
atau Diploma IV.
Untuk memperoleh sertifikasi pendidik tidak semudah
membalikkan telapak tangan dan memerluka kerja keras para guru.
Sertifikasi pendidik akan dapat diperoleh guru apabila mereka benar-
benar memiliki kompetensi dan profesionalisme.
2. Peningkatan kompetensi dan profesionalisme guru
Untuk kepentingan sertifikasi dan menjamin mutu pendidikan
perlu dilakukan peningkatan kompetensi dan profesionalisme seorang
guru. Hal ini perlu dipahami karena dengan adanya pasca sertifikasi
guru harus tetap meningkatkan kemampuan dan profesionalismenya
agar mutu pedidikan tetap terjamin. Peningkatan kompetensi dan
profesionalisme guru dapat dilakukan dengan beberapa cara yaitu
sebagai berikut:
a. Studi lanjut program Strata atau magister
Merupakan cara pertama yang dapat di tempuh oleh para
guru dalam meningkatkan kompetensi dan profesionalismenya.
Ada dua jenis program magister yang dapat diikuti, yaitu program
magister yang menyelenggarakan program pendidikan ilmu murni
27
dan ilmu pendidkan. Ada kecenderungan para guru lebih suka
untuk mengikuti program ilmu pendidikan untuk meningkatkan
kompetensi dan profesionalismenya.
b. kursus dan pelatihan
keikutsertaan dalam kursus dan pelatihan tentang
kependidikan merupakan cara kedua yang dapat ditempuh oleh
guru untuk meningkatkan kompetensi dan profesionalismenya.
Walaupun tugas utama seorang guru adalah mengajar, namun tidak
ada salahnya dalam rangka peningkatan kompetensi dan
profesionalismenya juga dilengkapi dengan kemampuan meneliti
dan menulis artikel/buku.
c. Pemanfaatan jurnal
Jurnal yang diterbitkan oleh masyarakat profesi atau
perguruan tinggi dapat dimanfaatkan untuk peningkatan
kompetensi dan profesionalisme. Artikel-artikel di
dalamjurnalbiasanya berisi tentang perkembangan terkini suatu
disiplin tertentu. Dengan demikian, jurnal dapat dipergunakan
untuk memutakhirkan pengetahuan yang dimiliki oleh seorang
guru. Dengan memiliki bekal ilmu pengetahuan yang memadai,
seorang guru bisa mengembangkan kompetensi dan
profesionalismenya seorang guru dalam mentransfer ilmu kepada
peserta didik.
28
d. Seminar
Keikutsertaan dalam seminar merupakan alternatif keempat
yang dapat ditempuh untuk meningkatkan kompetensi dan
profesionalisme seorang guru. Hal ini merupakan cara yang paling
diminati dan sedang menjadi trend para guru dalam era sertifikasi.
Karena dapat menjadi sasaran untuk mendapatkan angka kredit.
Melalui seminar guru mendapatkan informasi-informasi baru. Cara
itu sah dan baik untuk dilakukan. Namun demikian, di masa-masa
yang akan datang akan lebih baik apabila guru tidak hanya menjadi
peserta seminar saja, tetapi lebih dari itu dapat menjadi
penyelenggara dan pemakalah dalam acara seminar. Forum
seminar yang diselenggarakan guru dapat menjadi wahana yang
baik untuk mengkomunikasikan berbagai hal yang menyangkut
bidang ilmu dan profesinya sebagai guru
(http://dharianto97.blogspot.co.id/pengembangan-kompetensi-
guru/diunduhpada 3APRIL2017:08.43).
C. Berbagai Macam Kompetensi Guru
Secara umum, guru harus memenuhi dua kategori yaitu memiliki
capability dan loyality, yakni guru itu harus memiliki kemampuan dalam
bidang ilmu yang diajarkannya, memiliki kemampuan teoritik tentang
mengajar yang baik dan mulai perencanaan, implementasi sampai evaluasi
dan memiliki loyalitas keguruan, yakni terhadap tugas-tugas yang tidak
semata di dalam kelas, tapi sebelum dan sesudah. Kedua kategori ,
29
capability dan loyality tersebut, terkandung dalam macam-macam
kompetensi guru(Asdiqoh, 2013: 26-27).
Adapun macam-macam kompetensi yang harus dimiliki oleh
tenaga guru antara lain:
1. Kompetensi Profesional, artinya guru harus memiliki pengetahuan
yang luas dari subject matter (bidang studi) yang akan di ajarkan serta
penguasaan metodologi dalam arti memiliki konsep teoretis mampu
memilih metode dalam proses belajar mengajar.
2. Kompetensi personal, artinya sikap kepribadian yang mantap sehingga
mampu menjadi sumber intensifikasi bagi subjek. Dalam hal ini berarti
memiliki kepribadian yang pantas diteladani, melaksanakan
kepemimpinan seperti yang dikemukakan oleh Ki Hajar Dewantara,
yaitu “Ing Ngarsa Sung Tulada, Ing madya Mangun Karsa, Tut Wuri
Handayani”.
3. Kompetensi Sosial, artinya guru harus menunjukkan atau mampu
berinteraksi sosial, baik dengan murid-muridnya maupun dengan
sesama guru dan kepala sekolah, bahkan dengan masyarakat luas.
4. Kompetensi untuk melakukan pelajaran yang sebaik-baiknya yang
berarti mengutamakan nilai-nilai sosial dari nilai material (Uno, 2011:
69).
Dalam undang- undang No. 14 tahun 2005 tentang Guru dan
Dosen Pada pasal 10 dan peraturan pemerintah No. 19 tahun 2005 tentang
Standar Nasional Pendidikan Pasal 28, disebutkan guru yang berkualitas
30
harus memiliki empat kompetensi, yaitu kompetensi Pedagogik,
profesional, kepribadian, dan kompetensi sosial. Namun dalam kurun
waktu terakhir ada beberapa penambahan diantaranya kompetensi
personal, kompetensi spiritual yang juga oleh penulis dijelaskan sebagai
berikut:
a. Kompetensi Personal
Kompetensi personal ini telah mencakup kompetensi
kepribadian dan kompetensi sosial yang merupakan modal dasar bagi
guru dalam menjalankan tugas dan keguruannya secara profesional.
Kompetensi personal guru menunjuk perlunya struktur
kepribadian dewasa yang mantap, susila, dinamik (reflektif serta
berupaya untuk maju), dan bertanggung jawab. Kompetensi
kepribadian sangat besar pengaruhnya terhadap pertumbuhan dan
perkembangan pribadi para peserta ddik. Kompetensi ini juga sangat
penting dalam membentuk kepribadian anak, guru menyiapkan dan
mengembangkan sumber daya manusia (SDM), serta mensejahterakan
masyarakat, kemajuan negara dan bangsa pada umumnya (Asdiqoh,
2013: 27-28).
Sedangkan kompetensi sosial merupakan kemampuan guru
untuk berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan peserta didik,
sesama pendidik, tenaga kependidikan, orang tua/wali peserta didik,
dan masyarakat sekitar. Kompetensi ini memiliki sub kompetensi
dengan indikator esensial sebagai berikut:
31
1) Mampu berkomunikasi dan bergaul secara efekif dengan peserta
didik memiliki indikator esensial: berkomunikasi secara efektif
dengan peserta didik
2) Mampu berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan sesama
pendidik dan tenaga kependidikan
3) Mampu berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan orang
tua/wali peserta didik dan masyarakat sekitar (Khoiri, 2010: 42-43).
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa kompetensi
kepribadian sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan dan
perkembangan peserta didik sedangkan kompetensi sosial merupakan
kemampuan guru untuk berkomunikasi secara efektif.
b. Kompetensi Profesional
Definisi dari kompetensi profesional merupakan penguasaan
materi pembelajaran secara luas dan mendalam mencakup penguasaan
materi kurikulum mata pelajaran di sekolah dan subtansi keilmuannya
secara filosofis (Asdiqoh, 2013: 29).
Dalam Standar Nasional Pendidikan,Penjelasan Pasal 28 ayat
(3) butir c dikemukakan bahwa yang dimaksud dengan kompetensi
profesional adalah kemampuan penguasaan materi pembelajaran
secara luas dan mendalam yang memungkinkan membimbing peserta
didik memenuhi standar kompetensi yang di tetapkan dalam Standar
Nasional Pendidikan.
32
Dari berbagai sumber yang membahas tentang kompetensi
guru, secara umum dapat diidentifikasi ruang lingkup kompetensi
profesional guru sebagai berikut:
1) Mengerti dan dapat menerapkan landasan kependidikan baik
filosofi, psikologis, sosiologis, dan sebagainya
2) Mengerti dan dapat menerapkan teori belajar sesuai taraf
perkembangan peserta didik
3) Mampu menangani dan mengembangkan bidang studi yang
menjadi tanggung jawabnya
4) Mengerti dan dapat menerapkan metode pembelajaran yang
bervariasi
5) Mampu mengembangkan dan menggunakan berbagai alat, media
dan sumber belajar yang relevan
6) Mampu mengorganisasikan dan melaksanakan program
pembelajaran
7) Mampu melaksanakan evaluasi hasil belajar peserta didik
8) Mampu menumbuhkan kepribadian peserta didik (Mulyasa, 2008:
135-136).
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa
kompetensi personal merupakan penguasaan bahan ajar secara
mendalam yang harus dimiliki oleh sertiap guru untuk memenuhi
standar kompetensi atau mencapai tujuan pembelajaran yang optimal.
33
c. Kompetensi Pedagogik
Menurut peraturan pemerintah tentang guru, bahwasanya
kompetensi pedagogik guru merupkan kemampuan guru dalam
pengelolaan pembelajaran peserta didik (Asmani, 2009: 43).
Kompetensi pedagogik merupakan kemampuan guru dalam
mengelola pembelajaran, sekurang- kurangnya meliputi:
1) Pemahaman wawasan atau landasan kependidikan
Guru memiliki latar belakang pendidikan keilmuan
sehingga memiliki keahlian secara akademik dan intelektual.
Merujuk pada sistem pengelolaan pembelajaran yang berbasis
subjek (mata pelajaran), guru seharusnya memiliki kesesuaian
antara latar belakang keilmuan dengan subjek yang dibina. Selain
itu, guru memiliki pengetahuan dan pengalaman dalam
penyelenggaraan pembelajaran di kelas. Secara otentik dua hal
tersebut dapat dibuktikan dengan ijazah akademik dan ijazah
keahlian mengajar (akta mengajar) dan lembaga pendidikan yang
di akreditasi pemerintah.
2) Pemahaman terhadap peserta didik
Guru memiliki pemahaman akan psikologi perkembangan
anak, sehingga mengetahui dengan benar pendekatan yang tepat
yang dilakukan pada anak didiknya. Menurut Whale dan Wong
(2000) mengemukakan perkembangan menitik beratkan pada
perubahan yang terjadi secara bertahap, dari tingkat yang paling
34
kecil ke tinggi, yang paling tinggi dan kompleks melalui proses
pembelajaran yang natural dan bisa disebut dengan naturalisasi
pembelajaran (http://taufikhidayat93.blogspot.co.id/perkembangan-
peserta didik/diunduhpada 10APRIL2017:20.40).
Guru dapat membimbing anak melewati masa-masa sulit
dalam usia yang dialami anak. Selain itu, guru memiliki
pengetahuan dan pemahaman terhadap latar belakang pribadi anak,
sehingga dapat mengidentifikasi problem-problem yang dihadapi
anak serta menentukan solusi dan pendekatan yang tepat.
3) Pengembangan kurikulum/ silabus
Guru memiliki kemampuan mengembangkan kurikulum
pendidikan nasional yang disesuaikan dengan kondisi spesifik
lingkungan sekolah.
4) Perancangan pembelajaran
Guru memiliki merencanakan sistem pembelajaran yang
memanfaatkan sumber daya yang ada. Semua aktivitas
pembelajaran dari awal sampai akhir telah dapat direncanakan
secara srategis, termasuk antisipasi masalah yang kemungkinan
dapat timbul dari skenario yang direncanakan.
5) Pelaksanaan pembelajaran yang mendidik dan dialogis
Guru menciptakan situasi belajar bagi anak yang kreatif,
aktif dan menyenangkan. Memberikan ruang yang luas bagi anak
35
untuk dapat mengeksplor potensi dan kemampuannya sehingga
dapat dilatih dan dikembangkan.
6) Pemanfaatan teknologi pembelajaran
Dalam penyelenggaraan pembelajaran, guru menggunakan
teknologi sebagai media. Menyediakan bahan belajar dan
mengadministrasikan dengan menggunakan teknologi informasi.
Membiasakan anak berinteraksi dengan menggunakan teknologi.
7) Evaluasi hasil belajar
Guru memiliki kemampuan untuk mengevaluasi
pembelajaran yang dilakukan meliputi perencanaan, respon anak,
hasil belajar anak, metode dan pendekatan. Untuk dapat
mengevaluasi, guru harus dapat merencanakan penilaian yang
tepat, melakukan pengukuran dengan benar, dan membuat
kesimpulan dan solusi secara akurat.
8) Pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai
potensi yang dimilikinya
Guru memiliki kemampuan untuk membimbing anak,
menciptakan wadah bagi anak untuk mengenali potensinya dan
melatih untuk mengaktualisasikan potensi yang dimiliki. Salah satu
upaya yang dapat dilakukan untuk mengembangkan kemampuan
ini adalah dengan melaksanakan penelitian tindakan kelas
(Mahanani, 2011: 47-49).
36
d. Kompetensi Kepribadian
Kompetensi kepribadian adalah kesiapan mental, kepribadian
dan moralitas guru untuk mengemban amanah sebagai guru.
Kompetensi ini tercermin dalam sikap dan perilaku guru dalam
kehidupan sehari-hari, baik selama kegiatan ( pembelajaran) di sekolah
maupun di luar sekolah (Damay, 2012: 42).
Secara rinci sub kompetentsi kepribadian dapat dijabarkan
sebagai berikut:
1) Kepribadian yang mantap dan stabil memiliki indikator esensial:
betindak sesuai dengan norma hukum, bertindak sesuai dengan
norma sosial, bangga sebagai guru, dan memiliki konsistensi dalam
bertindak sesuai dengan norma.
2) Kepribadian yang dewasa memiliki indikator esensial:
menampilkan kemandirian dalam bertindak sebagai pendidik dan
memiliki etos kerja sebagai guru.
3) Kepribadian yang arif memiliki indikator esensial: menampilkan
tindakan yang didasarkan pada kemanfaatan peserta didik, sekolah
dan masyarakat serta menunjukkan keterbukaan dalam berpikir dan
bertindak.
4) Kepribadian yang berwibawa memiliki indikator esensial: memiliki
perilaku yang berpengaruh positif terhadap peserta didik dan
memiliki perilaku yang disegani.
37
5) Akhlak mulia dan dapat menjadi teladan memiliki indikator
esensial: bertindak sesuai dengan norma religious (iman dan takwa,
jujur, ikhlas, suka menolong), dan memiliki perilaku yang
diteladani peserta didik (Khoiri, 2010: 41-42).
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa
kompetensi kepribadian adalah salah satu kemampuan yang harus
dikuasai oleh guru dimana guru memiliki kemantapan, kedewasan,
arif dan bijaksana, berakhlak mulia dan menjadi teladan bagi peserta
didik dan masyarakat.
e. Kompetensi Sosial
Kompetensi sosial adalah kemampuan guru sebagai bagian dari
masyarakat untuk berkomunikasi dan bergaul secara efektif denga
peserta didik, sesama pendidik, tenaga kependidikan, orang tua/wali
peserta didik dan masyarakat sekitar (Asdiqoh,2013:35).
Hal tersebut diuraikan lebih lanjut dalam RPP tentang guru,
bahwa kompetensi sosial merupakan kemampuan guru sebagai bagian
dari masyarakat, yang sekurang-kurangnya memiliki kompetensi
untuk:
1) Berkomunikasi secara lisan, tulis dan isyarat
2) Menggunakan teknologi komunikasi dan informasi secara
fungsional
3) Bergaul secara efektif dengan peserta didik, sesama pendidik,
tenaga kependidikan, orang tua/ wali peserta didik
38
4) Bergaul secara santun dengan masyarakat sekitar (Mulyasa, 2008:
173)
f. Kompetensi Spiritual
kompetensi spiritual meski dalam hakikatnya kompetensi
spiritual masuk dalam kompetensi kepribadian, kecenderungan ketika
mengurai tentang kompetensi spiritual sangat berbeda dari konsep dan
implementasi pada kompetensi kepribadian. Secara kasat mata ranah
kompetensi kepribadian bertumpu pada tingkah laku pendidikan.
Diharapkan guru memahami konsep kompetensi spiritual.
Ranah kompetensi spiritual dari guru akan berorientasi pada
pembentukan karakter siswa didik yang ideal. Dalam konsepsi
pendidikan Islam, seorang guru harus mempunyai tingkat keimanan
dan ketakwaan tinggi.
Dengan bekal tingkat keimanan dan ketakwaan yang tinggi
kepada Tuhan Yang Maha Esa, seorang guru akan memiliki konsep
dan proses yang baik dalammelakukan pembelajaran. Dampaknya guru
tidak sekedar ditakuti atau sosok yang diikuti, tapi guru juga sebagai
sosok yang mempunyai wibawa dan karisma yang bisa secara
langsung menjadi inspirasi pada anak didik.
Jika penerapan kompetensi spiritual senantiasa dipegang dan
dijalankan oleh guru dengan baik, ketika anak didik melakukan
kesalahan, anak didik tersebut akan mengakui kesalahan dan meminta
maaf karena terdorong rasa berdosa jika dia tidak mengakui.
39
Kompetensi spiritual menjadi benteng terakhir untuk memberikan
pagar yang kuat dari pribadi masing-masing siswa didik. Dan,
memulai konsep-konsep tersebut tentu dari kompetensi spiritual yang
baik dari seorang pendidik, bukan sisiwa didik (Asdiqoh, 2013: 36-37).
D. Urgensi Kompetensi Guru
Proses belajar mengajar merupakan suatu proses yang rumit dan
kompleks, proses tersebut mengandung serangkaian perbuatan guru dan
siswa atas hubungan timbal balik yang berlangsung dalam situasi edukatif
untuk mencapai tujuan tertenu.
Dalam proses belajar mengajar tersirat adanya suatu kesatuan
kegiatan yang tak terpisahkan antara siswa yang belajar dan guru yang
mengajar. Agar proses pembelajaran dapat dilaksanakan secara efektif dan
efisien, maka guru mempunyai tugas dan peranan yang penting dalam
mengantarkan peserta didiknya mencapai tujuan yang diharapkan. Oleh
karena itu, sudah selayaknya guru mempunyai berbagai kompetensi yang
berkaitan dengan tugas dan tanggung jawabnya.
Dengan kompetensi maka akan menjadikan guru profesional baik
secara akademis maupun non akademis. Masalah kompetensi guru
merupakan hal penting yang harus dimiliki oleh setiap guru dalam jenjang
pendidikan apapun. Guru yang terampil mengajar harus memiliki pribadi
yang baik dan mampu melakukan interaksi sosial di lingkungan (Asdiqoh,
2013: 25).
40
Kompetensi itu sendiri merupakan perwujudan dari keterampilan
hidup yang harus dikuasai oleh peserta didik. Pada tingkat nasional
dikembangkan kompetensi untuk setiap jenjang dan jenis pendidikan, dan
berdasarkan itu kemudian dikembangkan kurikulum yang sesuai dengan
kondisi setempat. Dalam pendekatan ini setiap daerah dan satuan
pendidikan mempunyai peluang yang lebih besar untuk mengembangkan
kurikulum beserta strategi pembelajarannya yang disesuaikan dengan
kondisi setempat (Isjoni, 2008: 82-83).
Selain itu format rencana pembelajaran bisa sangat beragam, tetapi
dalam rencana pembelajaran komposisinya setidaknya mencakup enam hal
yang disebut sebagai format perencanaan pembelajaran yang berbasis
belajar interakif, yaitu:
1. Topik pembahasan
2. Tujuan pembelajaran (kompetensi dan indikator kompetensi)
3. Materi pembelajaran
4. Kegiatan pembelajaran
5. Alat-alat yang dibutuhkan
6. Evaluasi hasil belajar
Setelah menyusun perencanaan, guru harus mampu menyusun
rencana implementasi pembelajaran dalam kelas. Karena pembelajaran
yang baik atau efektif tidak akan pernah terwujud tanpa sebuah
perencanaan yang baik (Patoni dan Naim, 2007: 54-55).
41
Untuk menunjang kompetensi itu tentu saja guru harus memahami
berbagai ilmu pengetahuan. Sebab, salah sau persyaratan sebagai profesi
adalah adanya keterampilan yang berdasarkan konsep dan teori ilmu
pengetahuan yang mendalam sesuai dengan bidang keahliannya (Moh Ali,
1985). Bidang pengetahuan yang harus dimiliki seorang guru profesional
untuk melaksanakan tugasnya antaranya pengetahuan tentang psikologi
perkembngan anak, berbagai pendekatan dalam pembelajaran,
pengetahuan tentang media dan sumber belajar, pengetahuan tentang
teknik penilaian dan lain sebagainya. Tanpa pengetahuan yang memadai
tentang hal-hal tersebut, tidak mungkin kompetensi itu dapat dimiliki
setiap guru (Sanjaya, 2006: 16).
E. Tugas Guru Pendidikan Agama Islam
Pendidikan Agama Islam adalah usaha sadar untuk menyiapkan
peserta didik dalam meyakini, memahami, menghayati dan mengamalkan
Agama Islam melalui kegiatan bimbingan, pengajaran dan latihan dengan
memperhatikan tuntutan untuk menghormati agama lain dalam hubungan
kerukunan antar umat beragama dalam masyarakat untuk mewujudkan
persatuan nasional (Thoha dan Mu‟ti, 1998: 180).
Salah satu permasalahan serius yang dihadapi dunia pendidikan
sekarang ini adalah rendahnya kualitas pembejalaran, termasuk
pembelajaran PAI. Proses pembelajaran PAI sering hanya bersifat
seadanya, rutinitas, formalitas, kering dan kurang makna. Perbaikan
42
kualitas pembelajaran harus diawali dari desain pembelajaran yang baik
(Naim dan Patoni, 2007: 34).
Di dalam ruang lingkup Pendidikan Agama Islam terdapat fungsi
pengajaran Agama Islam meliputi hal-hal sebagai berikut:
1. Pengembangan: yaitu meningkatkan keimanan dan ketaqwan kepada
Allah SWT, yang telah ditanamkan dalam lingkungan keluarga. Pada
dasarnya dan pertama-tama menanamkan kewajiban menanankan
keimanan menanamkan ketaqwan dilakukan oleh setiap orang tua
dalam keluarga. Sekolah berfungsi untuk menumbuh kembangkan
lebih lanjut dalam diri anak melalui bimbingan pengajaran dan
pelatihan agar keimanan dan ketaqwaan tersebut dapat berkembang
secara optimal sesuai dengan tingkat perkembangan.
2. Penanaman nilai: yaitu memberikan pedoman hidup untuk mencapai
kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat.
3. Penyesuaian mental: yaitu untuk menyesuaikan diri dengan
lingkungannya, baik lingkungan fisik maupun lingkungan sosial dan
dapat mengubah lingkungannya sesuai dengan ajaran Islam.
4. Perbaikan: yaitu memperbaiki kesalahan-kesalahan, kekurangan-
kekurangan dan kelemahan-kelemahan dalam keyakinan, pemahaman,
dan pengamalan ajaran Islam dalam kehidupan sehari-hari.
5. Pencegahan: yaitu untuk menangkal hal-hal negatif dari lingkungan
peserta didik atau dari budaya lain yang dapat membahayakan dan
43
menghambat perkembangan dirinya menuju manusia Indonesia
seutuhnya.
6. Pengajaran: yaitu untuk menyampaikan pengetahuan keagamaan
yang fungsionalnya.
7. Penyaluran: yaitu untuk menyalurkan peserta didik yang memiliki
bakat khusus dibidang agama agar bakat tersebut dapat berkembang
secara optimal sehingga dapat dimanfaatkan untuk dirnya sendiri dan
dapat bermanfaat untuk orang lain (Majid, 2012: 15-16).
Oleh karena itu, dengan melihat realitas yang seperti itu maka
salah satu agenda penting dalam proses pembelajaran pendidikan Islam
adalah bagaimana dapat meningkatkan kualitas. Ada beragam cara yang
dapat ditempuh. Salah satunya adalah menerapkan prinsip-prinsip yang
selaras dengan hakikat pendidikan Islam itu sendiri secara optimal (Naim
dan Patoni, 2007: 107).
Berdasarkan uraian di atas bahwa Pendidikan Agama Islam
bertujuan untuk meningkatkan keimanan pemahaman,penghayatan dan
pengamalan peserta didik tentang agama Islam sehingga menjadi manusia
muslim yang beriman dan bertaqwa kepada Allah SWT, serta berakhlak
mulia dalam kehidupan pribadi, bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
Pendidikan Agama Islam pada Sekolah Umum bertujuan untuk
meningkatkan keyakinan, pemahaman, penghayatan dan pengamalan
tentang agama Islam, sehingga menjadi muslim yang beriman dan
bertaqwa kepada Allah SWT serta berakhlak mulia dalam kehidupan
44
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara serta untuk mewujudkan
pendidikan pada jenjang yang lebih tinggi (Thoha dan Mu‟ti, 1998: 181).
Selain itu pendidikan agama Islam adalah “Usaha berupa
bimbingan dan asuhan terhadap anak didik agar kelak setelah selesai
pendidikannya dapat memahami dan mengamalkan ajaran-ajaran Islam
serta menjadikan sebagai way of life (jalan hidup)” (Depag RI, 1980: 2)
(Majid, 2012: 21).
45
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Pendekatan
Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif.
Denzin dan Lincoln menyatakan bahwa penelitian kualitatif adalah
penelitian yang menggunakan latar alamiah, dengan maksud
menafsirkan fenomena yang terjadi dan dilakukan dengan jalan
melibatkan berbagai metode yang ada (Moleong,2009:5).
Data yang dikumpulkan adalah berupa kata-kata ,gambar, dan
bukan angka-angka. Hal itu disebabkan oleh adanya penerapan metode
kualitatif. Selain itu, semua yang dikumpulkan berkemungkinan
menjadi kunci terhadap apa yang sudah diteliti (Moleong,2009:11).
B. Jenis Penelitian
Menurut Lexy Moleong, penelitian kualitatif adalah prosedur
penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis,
gambar dan bukan angka, yang mana data diperoleh dari orang-orang
dan perilaku yang dapat diamati. Dengan penelitian kualitatif ini
peneliti dapat memperoleh data secara mendetail tentang hal-hal yang
diteliti karena adanya hubungan langsung dengan responden ataupun
objek penelitian.
46
Penelitian yang dilakukan oleh peneliti bersifat penelitian kualitatif
dan metode deskriptif. Permasalahan utama yang dibahas dalam
skripsi ini yaitu untuk mengetahui strategi pengembangan kompetensi
guru PAI di MTs Sunan Kalijaga Desa Bawang Kecamatan Bawang
Kabupaten Batang Tahun Ajaran 2016/17.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk membuat deskripsi,
gambaran, lukisan secara sistematik, faktual, dan akurat, mengenai
fakta-fakta, sifat-sifat dan fenomena yang diselidiki. Ciri penelitian
deskriptif adalah penelitian yang bermaksud untuk mengetahui secara
langsung mengenai situasi atau kejadian. Penelitian ini tergolong jenis
penelitian deskriptif surfai yang merupakan penyelidikan yang ada dan
mencari keterangan, keterangan secara faktual dari suatu daerah
tertentu.
C. Kehadiran Peneliti
Sesuai dengan pendekatan kualitatif, maka semua fakta berupa
kata-kata maupun tulisan bersumber pada manusia dan tulisan yang
telah diamati dan dokumen yang terkait disajikan dan digambarkan
apa adanya yang kemudian ditelaah untuk menemukan sebuah makna.
Maka kehadian seorang peneliti sangat penting karena peneliti
bertindak langsung sebagai instrument dan sebagai pengumpul data
dari hasil observasi yang mendalam sehingga terlibat aktif dalam
penelitian.
47
D. Lokasi Penelitian
Peneliti memilih lokasi peneliatian di MTs Sunan Kalijaga yang
beralamatkan di JL. Sunan Kalijaga Blok II Desa Bawang Kecamatan
Bawang Kabupaten Batang, karena sekolah tersebut terletak sangat
strategis dan mempunyai keunggulan halini terbukti dengan adanya
hasil akreditasi, prestasi kelulusan, dan jumlah peminat yang
meningkat.
E. Sumber Data
Menurut Lofland dan Lofland ( 1984:47) sember data utama dalam
penelitian kualitatif ialah kata-kata, dan tindakan, selebihnya adalah
data tambahan seperti dokumen dan lain-lain. Berkaitan dengan hal itu
pada bagian ini jenis datanya dibagi sebagai berikut :
a. Kata-kata atau Tindakan
Data yang berbentuk kata- kata atau tindakan diambil
ketika informan atau responden pada waktu wawancara. Dengan
kata lain data-data tersebut berupa keterangan dari informan yang
meliputi beberapa pihak di antaranya: Kepala Sekolah dan Guru
Pendidikan Agama Islam.
b. Data Tertulis ( Dokumentasi)
Data tertulis didapati dari pihak sekolah dan dokumen-
dokumen lain yang tentunya masih berkaitan dengan subjek
penelitian.
48
c. Foto
Dalam penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti
diperoleh beberapa foto tentang Strategi pengembangan
kompetensi guru Pendidikan Agama Islam di MTs Sunan Kalijaga
Desa Bawang Kecamatan Bawang Kabupaten Batang Tahun
Ajaran 2016/2017.
F. Metode Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan pada penelitian ini menggunakan teknik
wawancara, observasi, dan dokumentasi.
a. Wawancara ( interview)
Wawancara adalah suatu percakapan yang dilakukan untuk
mengumpulkan data tentang berbagai hal dari seseorang atau
sekelompok orang (Sumanto,2014:187). Wawancara dilakukan
secara formal dan intensif sehingga peneliti akan mendapatkan
informasi sebanyak mungkin secara jujur dan mendetail.Teknik
wawancara ini guna menggali data dari guru PAI tentang strategi
pengembangan kompetensi yang dilakukan oleh guru PAI tersebut.
b. Observasi
Observasi adalah metode pengumpulan data dimana
peneliti mencatat informasi sebagaimana mereka saksikan selama
penelitian (Gulo,2002:116). Metode ini digunakan untuk
mengetahui dan mengamati secara langsung aktivitas guru PAI
49
yang berkaitan dengan strategi pengembangan kompetensi guru
yang meliputi aktifitas penyusunan RPP, pengembangan silabus,
ketersediaan sarana dan media pembelajaran yang di gunakan.
c. Dokumentasi
Metode dokumentasi adalah pengumpulan, dan
penyimpanan informasi dalam bidang pengetahuan (Kamus Besar
Bahasa Indonesia Edisi Kedua, Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan, Balai Pustaka, 140). Metode dokumentasi ini
digunakan untuk mendapatkan data dokumentasi perencanaan
pembelajaran yang meliputi silabus dan RPP guru Pendidikan
Agama Islam berupa buku acuan dan foto-foto pembelajaran, serta
dokumentasi sarana dan media pembelajaran.
G. Analisis Data
Pada bagian analisis data merupakan proses sistematis pencarian
dan pengaturan transkipsi wawancara, cacatan lapangan, dan materi-
materi tersebut dan untuk memungkinkan anda menyajikan apa yang
sudah anda temukan kepada orang lain (Emzir, 2011:85).
Metode yang digunakan peneliti untuk nenganalisis data yaitu
meliputi tiga bagian : Pertama pengumpulan data dan melakukan
reduksi data yaitu menggolongkan, menyederhanakan,
mengorganisasikan, memilah, membuang data yang tidak diperlukan
serta triangulsi atau pengecekan ke absahan data. Kedua, data disajikan
50
dalam bentuk narasi. Ketiga, penarikan simpulan dari data yang telah
disajikan.Metode pendekatan yang digunakan dalam penelitian
kualitatif ini adalah deskriptif sehingga data yang disajikan berupa
kata-kata tertulis dan hasil penelitian.
H. Konfirmasi Keabsahan Data
Agar data yang diperoleh dari hasil penelitian benar-benar
objektif maka peneliti melakukan pengecekan data dengan
menggunakan metode triangulasi. Triangulasi yaitu pemerikasaan
keabsahan data. Triangulasi sumber berarti mencari sumber –sumber
lain di samping sumber yang yang telah kita dapatkan. Untuk
mengetahui derajat kepercayaan suatu informasi yang di peroleh
peneliti bisa melakukan wawancara. Dalam teknik triangulasi yang
dipakai dalam penelitian ini adalah triangulasi sumber dimana
membandingkan dan mengecek balik derajat kepercayaan suatu
informasi yang diperoleh (Putra dan Lisnawati,2013:34).
Triangulasi sumber dapat dicapai melalui :
a. Membandingkan data hasil pengamatan dengan hasil wawancara.
b. Membandingkan apa yang dikatakan orang lain di depan umum
dengan apa yang dikatakannya secara pribadi.
c. Membandingkan apa yang dikatakan orang-orang tentang situasi
penelitian dengan apa yang dikatakannya sepanjang waktu.
51
d. Membandingkan keadaan perspektif seseorang dengan berbagai
pendapat dan pandangan orang seperti rakyat biasa, orang yang
berpendidikan menengah atau tinggi, orang berada, orang
pemerintahan.
e. Membandingkan hasil wawancara dengan isi suatu dokumen yang
berkaitan.
I. Tahap-tahap Penelitian
Tahap-tahap penelitian yang digunakan oleh peneliti sebagai berikut :
a) Tahapan pra lapangan
1) Mengajukan judul penelitian
2) Menyusun proposal penelitian
3) Konsultasi penelitian kepada pembimbing
b) Tahap pekerjaan lapangan
1) Persiapan diri untuk memasuki lapangan penelitian
2) Pengumpulan data atau informasi yang terkait dengan fokus
penelitian
3) Pencatatan data yang telah dikumpulkan
c) Tahap analisis
1) Penemuan hal-hal penting dari proses penelitian
2) Pengecekan kembali keabsahan data yang diperoleh peneliti
d) Tahap penulisan laporan
1) Penulisan hasil skripsi
52
2) Konsultasi hasil penelitian kepada pembimbing
3) Berbaikan hasil konsultasi
4) Pengurusan kelengkapan persyaratan ujian
5) Ujian munaqosyah skripsi
53
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Penelitian
1. Waktu dan tempat Penelitian
Waktu penelitian : 12 April- 29 April 2017
Tempat penelitian : MTs Sunan Kalijaga
2. Profil Sekolah MTs Sunan Kalijaga
a. Identitas Sekolah
1) Nama dan alamat Sekolah : Madrasah Tsanawiyah Sunan
Kalijaga
Jl.Sunan Kalijaga Blok II Bawang
Kabupaten Batang, Jawa Tengah
Telpon : (0285) 4486558
2) Nama Yayasan dan alamat : Sunan Kalijaga
Jl.Sunan Kalijaga Blok II Bawang
Kabupaten Batang Telpon : (0285)
4486558
3) Nomor Statistik Sekolah : 121233250013
4) Jenjang Akreditasi : Terakreditasi A
5) Tahun Didirikan : 1970 / 1970
6) Perjalanan Akreditasi Madrasah : Berdiri : 1970
Terdaftar : 1978
54
Diakui : 1995
Disamakan : 2001
Terakreditasi B: 2006
Terakreditasi A : 2013
b. Sejarah Madrasah
Kronologi sejarah berdirinya MTs Sunan Kalijaga Bawang:
Pada tanggal 11 September tahun 1969 Pengurus MWC NU
Kecamatan Bawang dan Pengurus Ranting NU Kecamatan Bawang
beserta Banomnya antara lain : Pimpinan GP.Ansor Anak Cabang Bawang
, Pimpinan Anak Cabang Muslimat dan Fatayat NU Bawang merintis dan
mendirikan Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama di Kecamatan Bawang
yang diberi nama PGANU. Dan pada tanggal 1 Januari 1970 dimulailah
Kegiatan program pengajaran di PGANU. Dan pada tahun 1971 nama
PGANU di ubah Menjadi MTs “SUNAN KALIJAGA”
Dan Pada tanggal 1 Juni tahun 1974 mendapat pengakuan dari
Departemen Agama Perwakilan Kabupaten Batang, kemudian pada
tanggal 1 Januari 1978 MTS Sunan Klaijaga terdaftar resmi di
Departemen Agama dan mendapatkan piagam persamaan Ujian Madrasah
Negeri yang pertama, dan pada tanggal 2 April tahun 1986 mendapat
Pengakuan dari Naungan Lembaga Pendidikan Ma‟arif NU Jawa, dan
pada tanggal 5 Desember 1987 mendapatkan piagam persamaan Ujian
Madrasah Negeri yang ke Dua, dan pada tanggal 25 OKtober 1995
mendapat predikat status madrasah : DIAKUI, tanggal 26 Desember
55
2001 mendapat predikat status madrasah : DISAMAKAN, dan pada
tanggal 30 Juni 2006 mendapat predikat status madrasah :
TERAKREDITASI. Dan pada tanggal 16 Nopember 2014 mendapatkan
predikat TERAKREDITASI A. Masa Kepemimpinan (Kepala Madrasah)
:
a) Tahun 1970- 1982 : KH. A.Fauzi Musthofa
b) Tahun 1983- 1985 : Drs.KH.Hasyim Asyari
c) Tahun 1986- 1998 :KH. Qonawi
d) Tahun 1999- 2010 : H.Sumono Edi, S.Pdi
e) Tahun 2011- 2012 : Ahmad Kholil, S.Ag
f) Tahun 2012- 2013 : Agus Adib, S.Ag
g) Tahun 2013- skrg : Drs.Qurrotul Aeni, M.Pd.I
7) Status Tanah:
a) Surat Kepemelikan Tanah : Sertifikat/Akte/527
b) Luas Tanah : 1.929 M2
8) Status Bangunan : Milik Sendiri / Yayasan
a) Surat Ijin Bangunan : No.02
b) Luas Bangunan : 1.346 M2
9) No.Rekening Rutin Sekolah : 2-032-09924-1
10) Nama rekening : MTs Sunan Kalijaga
11) Nama Bank : BPD Jateng Cabang Batang
56
c. Data Siswa 9 Tahun Terakhir
Tabel: 4.1
1) Jumlah Siswa 9 (sembilan) tahun terakhir :
Tahun
Ajara
n
Jml
Pendaft
ar
(Calon
Siswa
Baru)
Kelas VII Kelas VIII Kelas IX Jml ( Kls I
+ II + III )
Jumla
h
Siswa
Jumla
h
Romb
el
Jumlah
Siswa
Jumla
h
Romb
el
Juml
ah
Sisw
a
Jumla
h
Romb
el
Sisw
a
Ro
mb
el
2009 /
2010
250 214 5 217 5 209 5 640 15
2010 /
2011
250 200 5 185 5 208 5 593 15
2011 /
2012
275 267 6 193 5 176 5 646 16
2012 /
2013
275 265 6 255 6 184 5 704 17
2013 /
2014
273 235 6 238 6 226 6 699 18
2014 /
2015
275 241 6 209 6 230 6 681 18
2014 /
2015
265 223 6 337 6 206 6 666 18
2015 /
2016
250 198 6 212 6 218 6 628 18
2016 /
2017
232 198 6 212 6 218 6 628 18
57
Tabel: 4.2
2) Data Kelulusan Siswa MTs Sunan Kalijaga dari Tahun 2005 sampai
Tahun 2016
No
Tahun
Peserta Lulus Nilai %
Kelulu
san L P J L P J
Terend
ah
Tertin
ggi
Rata2
1.
2005 /
2006
68 105 173 68 105 173 17,67 24,60 20,44 100
2.
2006 /
2007
85 97 182 85 97 182 15,00 26,33 19,74 100
3.
2007 /
2008
93 71 164 93 71 164 21,90 30,65 25,35 100
4.
2008 /
2009
79 85 164 79 85 164 23.70 31.95 27.54 100
5.
2009 /
2010
91 118 209 91 118 209 23.60 35.05 28.62 100
6.
2010 /
2011
83 122 205 83 122 205 24.50 37.70 28.44 100
7.
2011 /
85
90
175
85
90
175
25.20
35.50
30.31
100
58
2012
8.
2012 /
2013
84 100 184 84 100 184 21.80 34.00 25.05 100
9.
2013 /
2014
104 122 226 104 122 226 21.80 33.40 25.66 100
10.
2014 /
2015
104 125 229 104 125 229 20.00 94.00 48.25 100
11.
2015 /
2016
92 113 205 92 113 205 22.50 92.30 50.50 100
d. Data Ruang kalas dan ruang lainnya
Tabel:4.3
1) Data Ruang Kelas :
Jml Ruang Kelas Asli (d)
Jumlah
ruang
lainnya yang
digunakan
untuk ruang
kelas (e)
Jml ruang yang
digunakan untuk
ruang kelas
F=(d+e)
Ukuran
7x9 m2
(a)
Ukuran
>
63 m2
(b)
Ukuran
<63
m2
(c)
Jumlah
d=(a+b+c)
Ruang
16 - 2 18 18 ruang
59
Kelas
Tabel: 4.4
2) Data Ruang Laboratorium dan ketrampilan
Jenis Ruang Jumla
h
Ukuran
(m2)
Jenis Ruang Jumla
h
Ukuran
(m2)
1. Perpustakaan 1 7x6 5. Lab. IPA - -
2. Ketrampilan 1 7x6 6. Lab. Bahasa 1 6x7
3. Asrama Guru - - 7. Lab. Komputer 1 6x7
4. Musholla 1 13x14 8. Tempat Ibadah 1 178
e. Data Guru dan Staff
Tabel : 4.5
1) Guru Dan Staf
Jumlah Guru / Staf Jumlah Keterangan
Guru Tetap (PNS) 4 orang
Guru Tetap Yayasan 25 orang
Guru Tidak Tetap/Guru Bantu -
Guru PNS Dipekerjakan (DPK) -
60
Staf Tata Usaha 6 Orang
f. Data Infrastruktur dan lain-lain
Tabel : 4.6
1) Infrastruktur
No
Kondisi
Jumlah
Kondisi
Baik Rusak Ringan Rusak berat
1. Pintu gerbang 2 1 - -
2. Pagar depan 2 1 1 -
3. Pagar samping 1 - 1 -
4. Pagar belakang - - - -
5. Tiang bendera 2 2 - -
6. Bak sampah
semi permanen
10 7 3 1
7. Saluran Primer 1 - 1 1
8. Papan nama 5 4 1 -
61
Tabel : 4.7
2) Meubelair ,Perabot dan Inventarisasi Per Jenis Ruang
No
Ruang
Jenis Meubelair
Jumlah
Kondisi
Baik Rusak
Ringan
Rusak berat
1. R. Kepala Meja 1 1 - -
Kursi 1 1 - -
Almari 1 1 - -
File Cabinet 1 1 - -
Meja Tamu 1 1 - -
Kursi Tamu 4 1 - -
2. R. Guru Meja 12 12 - -
Kursi 12 12 - -
Almari 3 1 1 1
Komputer 1 1 - -
Televisi 1 - - -
3. R. Tata
Usaha
Meja 5 1 4 -
62
Kursi 5 4 1 -
Almari 3 2 1 -
File Cabinet 2 2 - -
Komputer 3 2 1 -
Printer 3 2 1 -
Mesin Ketik 2 - 1 1
Televisi 1 1 - -
Brankas 1 - 1 -
Mesin Stensil 1 - - 1
4. R. Kelas Meja Guru 13 10 12 -
Kursi Guru 13 10 12 -
Meja Siswa 280 200 40 40
Kursi Siswa 565 450 50 65
Almari 13 5 3 5
5. R. Perpust Meja Petugas 1 1 - -
Kursi Petugas 1 1 - -
63
Meja Baca 10 7 3 -
Kursi Baca 30 15 10 5
Almari 1 - 1 -
Rak Buku 5 4 1 -
Komputer 1 1 - -
Televisi 1 1 - -
CD / DVD 1 1 - -
6. R. Kesenian Meja 1 1 - -
Kursi 4 1 - -
Alat2 Band 1 set 1 - -
Alat2 Rebana 1 set 1 - -
Alat2 Marching
Bn
1 set 1 - -
Mesin Jahit 8 4 4 -
Ampli 1 1 - -
Tape Recorder/
Warles
2 1 1 -
64
CD Player 1 - - -
Almari 1 - 1 -
7. R. OSIS Meja 1 1 - -
Kursi 2 2 - -
Almari 1 1 - -
8. Komputer 1 1 - -
9. R. BP/BK Meja 3 2 1 -
Kursi 6 4 2 -
Almari 1 - 1 -
10. Lab.
Komputer
Meja 20 17 3 -
Kursi 40 40 - -
Komputer 22 18 2 2
Printer 1 1 - -
Televisi 1 1 - -
Almari Etalase 1 1 - -
11. R. Koperasi Meja 2 2 - -
65
Kursi 2 2 - -
Almari Etalase 2 2 - -
Mesin Foto
Copy
1 1 - -
Table : 4.8
3) Sanitasi
No
Ruang Fasilitas
Jumlah
Kondisi
Baik Rusak
Ringan
Rusak berat
1. KM / WC Siswa Putra 4 2 -2 -
2. KM / WC Siswa Putri 4 2 2 -
3. KM / WC Guru 4 4 - -
Tabel : 4.9
4) Sumber Air Bersih
No
Jenis
Kondisi
Ket
Baik Rusak
Ringan
Rusak berat
1. PAM 1 1 - Kualitas air
66
2. Sumur
dengan
pompa listrik
1 - - baik, debit air
baik
3. Lain-lain 1 - -
Tabel : 4.10
5) Sumber Listrik
PLN V : 2.250 KVA
No
Fasilitas
Jumlah
Pemanfaatan Kondisi
Berfungsi Tidak Baik RR RB
1. Lampu TL 6 5 1 4 2 -
2. Lampu
Pijar
6 4 2 4 2 -
3. Instalasi
Listrik
4 4 - 4 - -
4. Foto Copy 1 1 - 1 - -
5. Komputer 25 25 - 20 2 3
6. Televisi 4 4 - 4 - -
7. Lainya - - - - - -
67
6) Sumber Dana Operasional : Bantuan Operasional
Sekolah
7) Akte Kemenkumham : ada
8) Susunan Pengurus yayasan : ada
9) Foto Copy Akte Yayasan : ada
10) Piagam Pengakuan dan Akreditasi : ada
11) Foto Copy bukti kepemilikan tanah : ada
3. Visi dan Misi MTs Sunan Kalijaga
a. Visi
Mewujudkan insan berkualitas, berilmu, beriman, bertaqwa dan
berakhlakul karimah.
b. Misi
1) Menjadikan peserta didik yang trampil, kreatif inovatif,
berwawasan luas dan percaya diri.
2) Mengupayakan peserta didik menguasai ilmu pengetahuan
dan teknologi (iptek).
3) Menjadikan anak sholih dan sholikhsh yang mau dan
mampu mendo‟akan orang tuanya.
4) Mewujudkan peserta didik menjadi kader ahlusunnah
waljama‟ah yang berguna bagi agama, nusa dan bangsa.
68
B. Hasil Temuan Data
Untuk mendeskripsikan hasil temuan data mengenai pemahaman
strategi pengembangan kompetensi guru di MTs Sunan Kalijaga Desa
Bawang Kec.Bawang Kab. Batang, maka disajikan hasil wawancara
dengan nara sumber dalam penelitian, dan dari hasil wawancara tersebut
peneliti menemukan beberapa hal yang melatar belakangi pengembangan
kompetensi guru tersebut. Adapun pertanyaan wawancara yang diajukan
kepada Kepala Sekolah dan guru PAI tentang pengembangan kompetensi
guru, sebagai berikut:
1. Hasil Wawancara dengan Kepala Sekolah (QA)
Peneliti menanyakan kepada Kepala Sekolah mengenai kompetensi
guru, pemahaman kompetensi guru dan kiat-kiat yang dilakukan untuk
mengembangkan kompetensi.
“Kompetensi guru menurut saya adalah penguasaan, kemampuan
guru yang ada dan harus dimiliki oleh pendidik untuk tujuan KBM
atau pembelajaran. Demi tercapainya KBM yang efektif dan tepat
dengan menggunakan empat pendekatan kompetensi yang meliputi
kompetensi profesional, kompetensi pedagogik, kompetensi
kepribadian dan yang terakhir kompetensi sosial.
Kalau pemahaman saya ya mbak dalam pemahaman guru mengenai
pengembangan kompetensi guru maka harus meningkatkan
profesionalitas guru dalam Kegiatan Belajar Mengajar (KBM).
Kemudian untuk kiat-kiat yang saya lakukan untuk
mengembangkan kompetensi guru selaku kepala sekolah yaitu
dengan cara mendorong guru agar giat belajar dan membaca
sehingga mempunyai banyak wawasan dan giat mengikuti kegiatan
pelatihan dan seminar mbak (wawancara, QA. /22/5/2017)”
Peneliti menanyakan tentang Peran Kepala Sekolah dalam
mengembangkan kompetensi guru kemudian arahan-arahan seperti apa
69
saja yang diberikan bapak kepada para guru di MTs Sunan Kalijaga ini
dan Target apa yang ingin dicapai setelah terwujudnya kompetensi guru.
“Saya sebagai kepala sekolah mempunyai peran penting mbak
dalam mengembangkan kompetensi guru yaitu untuk
menganjurkan guru yang belum linear agar kuliah lagi sesuai
dengan mata pelajaran yang di ampu dan yang belum S1 agar
mengikuti perkuliahan lagi.
Sebagai kepala sekolah saya selalu memberikan arahan-arahan
kepada guru dan karyawan dengan cara untuk terus belajar dan
latihan demi peningkatan profesionalitas guru contohnya guru yang
masih S1 agar mengejar perkuliahan S2 dan sering membuka
cakrawala/ pengetahuan di buku-buku maupun jurnal atau lewat
internet dan mengikuti pelatihan di LPTK .
Saya mempunyai target dimana seorang guru harus mempunyai
sertifikat mengajar tingkat mahir dan semua guru mempunyai akta
IV dan linear dengan mapel yang di ampu di tahun 2020 dari
sekolah mempunyai sarana dan prasarana dengan laborat yang
representative (wawancara, QA. /22/5/2017)”
Peneliti menanyakan faktor apa saja yang dapt mendukung dan
menghambat dalam usaha pengembangan kompetensi guru kepada kepala
sekolah.
“Menurut saya faktor pendukung dalam usaha pengembangan
kompetensi guru yaitu: Faktor internal dan eksternal, biaya,
dorongan keluarga, ekonomi dan semangat untuk maju. Sedangkan
faktor penghambat dalam pengembangan kompetensi yang paling
dominan adalah biaya selama mengikuti pelatihan dan pengadaan
latihan di sekolah madrasah apalagi apabila sekolah yang
mengadakan pelatihan dengan target seluruh guru. Mengikuti
pelatihan dengan jumlah 27 guru yang harus di keluarkan sekolah
sangat besar. Mulai dari biaya konsumsi, pengadaan tutor, dan
biaya transport dan lainnya (wawancara, QA. /22/5/2017)”
Bersadarkan hasil wawancara di atas dapat disimpulkan bahwa peran
Kepala Sekolah sangatlah penting dalam suatu lembaga pendidikan.
Dimana Kepala Sekolah berperan sebagai pemimpin dan mengarahkan
guru-guru untuk menjadi diri yang profesional. Setiap guru harus
70
memahami dan menguasai kompetensi guru agar dalam proses
pengembangan kompetensi dapat berjalan dengan baik serta mempunyai
wawasan yang luas dengan cara mengikutsertakan guru untuk mengikuti
pelatian, seminar dan lain sebagainya.
2. Hasil Wawancara dengan Guru PAI di MTs Sunan Kalijaga
Dari hasil penelitian yang didapat oleh penulis mengenai
pengembangan kompetensi guru oleh guru PAI di MTs Sunan Kalijaga
Bawang, berikut ini disajikan hasil wawancara dengan nara sumber dalam
penelitian, dan dari hasil wawancara tersebut peneliti menemukan
beberapa hal yang melatarbelakangi pengembangan kompetensi guru.
Adapun pertanyaan wawancara yang diajukan kepada guru PAI tentang
pengembangan kompetensi guru, sebagai berikut:
Bagaimana pemahaman Bapak terhadap kompetensi guru sebagai
guru PAI dan langkah-langkah apa saja yang Bapak lakukan dalam
menerapkan kompetensi guru.
Sependapat dengan Bapak Kepala Sekolah Bapak MD selaku guru
PAI yang mengampu mata pelajaran SKI mengemukakan bahwa:
“pemahaman saya terhadap kompetensi guru meliputi kompetensi
paedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan
kompetensi profesional yang diperoleh melalui pendidikan profesi.
langkah yang saya lakukan dalam memperoleh kompetensi guru
diantaranya dalam kompetensi pedagogik berusaha merancang
pembelajaran yang akan di sampaikan selama satu semester
kedepan, mulai menyesuaikan pendidikan, membuat prota-promes,
silabus membuat RPP dengan konsep teori belajar dan
pembelajaran, menentukan strategi yang tetap untuk pembelajaran
dan membuat evaluasi (wawancara,MD. 24/4/2017)”
71
Pendapat lain juga Menurut Bapak MS selaku guru PAI yang
mengampu mata pelajaran Bahasa Arab berpendapat bahwa:
“ kompetensi guru terdapat pada UU No. 14 tahun 2005 tentang
guru dan dosen, pasal 10 ayat 1 menyatakan bahwa kompetensi
guru sebagaimana dimaksud dalam pasal 8 meliputi kompetensi
paedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan
kompetensi profesional yang diperoleh melalui pendidikan profesi.
Sedangkan langkah-langkah dalam menerapkan kompetensi guru
diantaranya:
a. Dalam kompetensi pedagogik merusaha merancang
pembelajaran yang akan disampaikan selama satu semester
kedepan. Mulai menyesuaikan kalender pendidikan, membuat
prota, promes, silabus, membuat RPP dengan menerapkan teori
belajar, dan pembelajaran, menentukan strategi yang tepat
pembelajaran berdasarkan karakteristik peserta didik,
melaksanakan pembelajaran sesuai kalender pendidikan,
mengevaluasi dan mengembangkan peserta didik.
b. Dalam kompetensi kepribadian berusaha menjadi guru yang bisa
diteladani peserta didik, menjaga akhlak yang mulia/ akhlakul
karimah yang sesuai dengan norma religious baik iman dan
taqwa, jujur, ikhlas, suka menolong dan lainnya. Berusaha
menjadi figure yang mantap, berwibawa dan memiliki etos kerja
sebagai guru dan menjadi rujukan peserta didik.
c. Dalam kompetensi profesional berusaha menguasai materi
pembelajaran secara luas dan mendalam sesuai dengan
materinya, kurikulum dan penguasaan struktur dan metodologi
keilmuan yang diantaranya mengikuti pertemuan MGMP,
mengikuti diklat, dan lain sebagainya termasuk memanfaatkan
Teknologi Informasi dan Komunikasi untuk berkomunikasi dan
mengembangkan diri.
d. Dalam kompetensi sosial berusaha menjadi hubungan yang baik
dengan peserta didik, tenaga kependidikan, orang tua atau wali
peserta didik atau masyarakat sekitar di antaranya berkunjung ke
wali murid dan lain-lain (wawancara, MS.24/4/2017)”
Pendapat lain dari Bapak AS selaku guru PAI yang mengampu
mata pelajaran Fikih berpendapat bahwa:
“pemahaman kompetensi guru adalah pengetahuan keterampilan
dan niai-nilai dasar yang direfleksikan dalam kebiasaan berfikir dan
bertindak. Kalau langkah-langkah menurut saya ada beberapa
langkah untuk menerapkan kompetensi guru yaitu dengan
Mengikuti penataran guru, mengikuti MGBS (musyawarah guru
72
bidang study), mengikuti kursus-kursus dan menambah
pengetahuan melalui media masa atau elektronik (wawancara,
AS.25/4/2017)”
Pendapat lain juga dikemukakan oleh Bapak A selaku guru PAI
yang mengampu mata pelajaran Alqur‟an Hadis bahwa kompetensi guru
ialah:
“menurut saya mengenai pemahaman tentang peserta didik
meliputi pemahaman tentang psikologi perkembangan anak,
sedangkan pelajaran yang mendidik adalah kemampuan merancang
pembelajaran, mengimplementasikan pembelajaran, menilai proses
dan hasil atau evaluasi. Kemampuan yang harus dimiliki seorang
guru yaitu ada empat kompetensi di antaranya kompetensi
profesional, kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian dan
kompetensi sosial. Sedangkan langkah-langkah untuk menerapkan
kompetensi guru yaitu mampu menjabarkan kompetensi dasar,
menulis rumusan kompetensi dasar, mengkaji kompetensi dasar
untuk mengidentifikasi indikatornya yang di anggap relefan, dan
Kajian indikator tersebut dan di presentasikan kompetensi dasarnya
sebelum melakukan analisis lebih lanjut itu menurut saya dalam
menerapkan langkah-langkahnya (wawancara, A.28/4/2017)”
Pendapat lainnya juga muncul dari Bapak AK selaku guru PAI
yang mengampu mata pelajaran Akidah Akhlak beliau berpendapat
bahwa:
“kompetensi guru menurut saya merupkan skil atau kemampuan
yang harus dimiliki oleh setiap guru untuk bekal dalam
melaksanakan tugasnya dalam kegiatan pembelajaran di sekolah.
Tanpa adanya kompetensi yang dimiliki maka guru dalam
melaksanakan tugasnya maka tidak tahu arah tujuannya.
Kompetensi-kompetensi yang harus dimiliki seorang guru di
antaranya: kompetensi profesional, kompetensi pedagogik,
kompetensi kepribadian dan kompetensi sosial. Dan untuk langkah-
langkah untuk dilakukan dalam menerapkan kompetensi guru yaitu
dengan cara guru menyiapkan bahan ajar atau materi yang akan di
sampaikan kepada siswa dan memahami serta menguasai materi,
guru menyiapkan metode pembelajaran agar siswa tidak bosan
dalam pembelajaran, dalam kegiatan pembelajaran, guru
menggunakan media pembelajaran agar pemikiran siswa dapat
berekspresi dan berkembang, dan siswa diberi kebebasan untuk
73
mengutarakan pendapatnya sesuai dengan materi yang sedang
dipelajari (wawancara, AK.29/4/2017)”
Berdasarkan wawancara di atas dapat di simpulkan bahwa pemahaman
dari guru PAI terhadap kompetensi guru serta langkah-langkah dalam
menerapkan kompetensi guru yaitu: kompetensi guru merupakan dasar
pokok yang harus dimiliki oleh setiap guru dan untuk bekal tugasnya dan
di samping itu kompetensi guru juga sudah terdapat pada UU No. 14 tahun
2005 tentang guru dan dosen, pasal 10 ayat 1 menyatakan bahwa
kompetensi guru sebagaimana dimaksud dalam pasal 8 dimana seorang
guru harus menguasai kompetensi guru yang meliputi kompetensi
profesional, kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian dan
kompetensi sosial. Sedangkan langah-langkah yang yang harus di lakukan
untuk menerapkan pembelajaran yaitu dari pendapat di atas dapat
bahwasanya seorang guru harus memiliki pedoman pembelajaran,
memahami materi yang akan diajarkan dan membuat RPP sehingga dalam
proses pembelajaran tertata dengan baik. Sehingga proses pembelajaran
dapat efektif dan tepat sasaran.
Apa sajakah Faktor-faktor pendukung dan penghambat dalam
strategi pengembangan kompetensi guru.
Bapak MD menanggapi tentang faktor pendukung dan faktor
penghambat dalam strategi pengembangan kompetensi guru beliau
mengemukakan bahwa:
“Kalau menurut saya faktor yang mendukung strategi
pengembangan kompetensi yaitu faktor pendorong yang meliputi
adanya kerjasama dari berbagai pihak guru mata pelajaran dan
74
faktor sarana dan prasarana yang mencukupi dan memadai.
Sedangkan faktor penghambatnya meliputi sarana prasarana dan
kelengkapan kurang mendukung, kurangnya perhatian dari orang
tua siswa tentang pentingnya pendidikan dan kurangnya motivasi
siswa dalam belajar (wawancara,MD. 24/4/2017)”
Sependapat dengan bapak MD Menurut Bapak MS di antara faktor
pendukung dan penghambat meliputi:
“Menurut saya faktor yang mendukung dalam pengembangan
strategi kompetensi guru di antaranya terdapat dua faktor yaitu
Faktor internal dan eksternal dimana faktor internalnya adalah
semangat dalam menjalankan tugasnya, faktor kualifikasi
pendidikan, intelektualitas pendidikan dalam penguasaan materi,
tanggung jawab dan amanah sebagi guru,dan mempunyai etos
kerja yang tinggi melainkan faktor eksternal adanya kurikulum,
suasana atau kondisi kelas, sarana prasarana. Sedangkan faktor
penghambatnya adalah kurangnya sarana prasarana yang
mendukung, kurangnya informasi yang diperoleh dan minimnya
sosialisasi (wawancara, MS.24/4/2017)”
Pendapat lain dari Bapak AS mengenai faktor pendukung dan
penghambat dalam strategi pengembangan kompetensi guru beliau
berpendapat bahwa:
“Kalau saya amati ada dua macam yang mendukung strategi
pengembangan kompetensi guru yaitu meliputi:
a. Faktor dari diri sendiri antaranya semangat dalam menjalankan
tugasnya, tingkat pendidikannya, intelektualnya, tuntutan tugas
yang dihadapi dan etos kerjanya.
b. Faktor dari luar meliputi, kurikulum,suasanya, kondisi kelas dan
sarana prasarana.
Sedangakan untuk faktor penghambatnya menurut saya adalah
kurangnya sarana prasarana yang mendukung/tidak intelektual,
kurang memahami isi kurikulum yang ditetapkan, kurangnya
pemahaman (wawancara, AS.25/4/2017)”
Pendapat lain dari Bapak A mengungkapkan tentang faktor
pendukung dan penghambat dalam pengembangan kompetensi guru yaitu:
“Saya berpendapat didalam peningkatan kompetensi guru
dilaksanakan melalui berbagai strategi dalam bentuk pendidikan
75
dan pelatihan seperti KKG/MGMP, training dan lain-lain. Pelatihan
yang dilakukan di intitusi yang relefan, penelitian memlalui
kemitraan sekolah/ madrasah dengan kerja sama pada instansi yang
terkait, dan pembinaan internal oleh sekolah atau madrasah.
sedangkan faktor yang menghambat strategi pengembangan
kompetensi guru menurut saya yaitu:
a. Kurangnya sarana dan prasarana dalam kegiatan belajar
mengajar (KBM)
b. kurang harmonis antara teman sejawat (wawancara,
A.28/4/2017)”
Pendapat lain dari Bapak AK faktor yang mendukung dan yang
menghambat strategi pengembangan kompetensi guru yaitu:
“kalau saya amati faktor yang mendukung dalam proses
pengembangan kompetensi guru yaitu dengan cara mengukuti
program sertifikasi, meningkatkan kompetensi dan profesional guru
antaranya melakukan study lanjut program S2, mengikuti dilat,
mengikuti seminar, dan pemanfaatan media cetak. Sedangkan
faktor yang menghambat dalam proses pengembangan kompetensi
guru yaitu:
a. Guru menyepelekan kegiatan pembelajaran dengan tidak
menyiapkan materi pembelajaran dengan baik, guru
beranggapan bahwa materi pembelajaran sudah hafal diluar
kepala.
b. Guru masih menggunakan metode tradisional dalam kegiatan
pembelajaran dengan cara model ceramah.
c. Guru tidak mau mengikuti pelatihan
d. Guru tidak memberi kebebasan siswa untuk mengutarakan
pendapatnya (wawancara, AK.29/4/2017)”
Berdasarkan wawancara di atas dapat disimpulkan bahwa faktor yang
mendukung dan menghambat dalam strategi pengembangan kompetensi
guru yaitu pertama faktor yang mendukung dalam strategi pengembangan
yaitu adanya kerjasama dengan berbagai pihak guru, semangat dalam
menjalankan tugas, penguasaan materi, tanggung jawab dan amanah
sebagi guru, mempunyai etos kerja yang tinggi dan mengikuti pelatihan
seperti KKG/MGMP dan sertifikasi atau melanjutkan studi. Sedangkan
76
faktor penghambatnya meliputi kurangnya sarana prasarana di sekolah
terutama di dalam proses pembelajaran, selain sarana parasana kurang
harmonis antara teman sejawat menurut Bapak A dan minimnya sosialisasi
yang telah dipaparkan oleh Bapak MS di atas.
Sejauh ini, apakah pengembangan kompetensi guru sudah
memenuhi target. Bapak MD mengemukakan pendapatnya tentang sejauh
mana pengembangan kompetensi sudah memenuhi target, beliau
mengatakan bahwa :
“ Sejauh ini saya amati target kurang memenuhi karena faktor
penghambat. Dan dalam pencapaian yang sulit karena tingkat
kecerdasan siswa yang berbeda-beda menjadikan kompetensi sulit
bisa tercapai. (wawancara, MD.24/4/2017)”
Pendapat lain muncul dari Bapak MS dan tidak jauh dengan
pendapat bapak MD beliu mengatakah bahwa:
“Menurut saya belum memenuhi target karena masih banyaknya
faktor penghambat yang dialami (wawancara, MS.24/4/2017)”
Kemudian pendapat lain dari Bapak AS beliau juga
mengemukakan:
“Dari pengamatan saya selama ini belum mbak karena situasi dan
kondisi dan masih adanya faktor penghambat dalam proses
pembelajaran itu menurut saya mbak (wawancara, AS.25/4/2017)”
Pendapat lain juga muncul dari Bapak A tetapi tidak sependapat
dengan guru yang lainnya beliau mengemukakan pendapatnya yaitu:
“Menurut saya sudah mbak, karena guru dapat memenuhi standar
dan mengembangkan kompetensi. Sehingga mampu melaksanakan
tugas-tugas utamanya secara efektif sesuai kebutuhan belajar
peserta didik untuk menghadapi kehidupan di masa yang akan
datang (wawancara, A. 28/4/2017)”
77
Pendapat lain dari Bapak AK beliau sependapat dengan beberapa
guru di atas beliau mengatakan bahwa:
“sejauh ini, kalau saya amati belum karena pengembangan
kompetensi guru belum sepenuhnya dilaksanakan sesuai dengan
target yang di kehendaki, dengan satu contoh secara umum seorang
guru yang mendapat tunjangan sertifikasi belum bisa
mengalokasikan sebagian pendapatnya untuk pengembangan
kompetensi guru. Apakah itu membeli buku, mengikuti diklat, atau
untuk membeli perangkat keras yang mendukung untuk kegiatan
belajar mengajar di dalam kelas (wawancara, AK.29/4/2017)”
Berdasarkan hasil wawancara di atas dapat disimpulkan di dalam
pengembangan kompetensi guru sudah memenuhi target atau belum.
Menurut paparan para guru PAI di atas dapat dikemukakan ada yang
berpendapat sudah memenuhi target dan ada yang berpendapat belum.
Tetapi setelah saya amati di antara beberapa pendapat di atas condong
belum memenuhi target dalam pengembangan kompetensi guru. Kenapa
belum memenuhi target? Karena tingkat kecerdsan siswa yang berbeda-
beda menjadikan kompetensi sulit untuk bisa dicapai dan masih banyak
faktor penghabat dalam proses pembelajaran.
Manfaat apa yang diperoleh dari pengembangan kompetensi guru.
Berdasarkan hasil wawancara yang telah penulis laksanakan, penulis
memperoleh beberapa data dari manfaat yang diperoleh dari
pengembangan kompetensi guru.
Menurut Bapak MD beliau mengemukakan manfaat yang
diperolehg dari pengembangan kompetensi guru
“manfaatnya adalah adanya peningkatan profesionalisme guru
dalam mengajar dan prestasi siswa meningkat dengan
profesionalistas guru yang tercapai dan dalam pemanfaatan
78
teknologi informasi sehingga pembelajaran dapat dilaksanakan
dengan efektif dan tepat sesuai dengan semangat. Kompetensi yang
dimiliki oleh guru terutama mata pelajaran Sejarah Kebudayaan
Islam (wawancara, MD.24/4/2017)”
Pendapat lain dari Bapak MS manfaat dari pengembangan
kompetensi guru adalah
“Kalau menurut saya kompetensi guru akan mempermudah proses
pembelajaran dan tujuan pembelajaran yang diperoleh dalam
pengembangan kompetensi guru semakin bertambah dengan terus
mempelajari dan penggunaan teknologi dan informasi yang terus
berkembang sehingga dapat mengetahui perkembangan kompetensi
guru (wawancara, MS.24/4/2017)”
Pendapat lain muncul dari Bapak AS beliau berpendapat tentang
manfaat kompetensi guru yaitu
“manfaatnya adalah akan memenuhi standar dan mengembangkan
kompetensinya, sehingga mampu melaksanakan tugas-tugas
utamanya secara efektif sesuai dengan kebutuhan belajar peserta
didik untuk menghadapi kehidupan di masa mendatang itu menurut
saya mbak mengenai manfaat kompetensi guru (wawancara,
AS.25/4/2017)”
Menurut Bapak A manfaat yang diperoleh dari pengembangan
kompetensi guru yaitu:
“Menurut saya manfaatnya adalah guru dapat memahami
karakteristik siswa dalam mengikuti pembelajaran dikelas sehingga
dapat menciptakan proses pembelajaran yang kondusif, untuk
memilih strategi dan metode pembelajaran yang tepat, memberikan
bimbingan kepada siswa, dan mengevaluasi hasil pembelajaran
(wawancara, A.28/4/2017)”
Pendapat lain juga muncul dari Bapak AK beliau mengemukakan
manfaat yang diperoleh dari pengembangan kompetensi guru yaitu
“Kalau menurut saya ya mbak manfaat yang diperoleh dari
pengembangan kompetensi guru banyak mbak yaitu meliputi:
a. Guru dapat menyiapkan materi pembelajaran dengan baik beserta
metodenya, strategi yang sesuai dengan materi pembelajaran
79
sehingga peserta didik akan lebih mudah untuk memahami materi
pembelajaran
b. Guru dapat membagi atau memperhitungkan jumlah jam dan
materi yang akan di ajarkan selama satu semester. Sehingga materi
pembelajaran selama satu semester dapat diajarkan dengan tuntas.
c. Dengan mengikuti diklat/pelatihan maka guru akan mengetahui
metode atau strategi bagaimana cara mengajar dengan baik
(wawancara, AK.29/4/2017)”
Berdasarkan hasil wawancara diatas dapat disimpulkan bahwa manfaat
yang diperoleh dari pengembangan kompetensi guru yaitu, dengan adanya
profesionalisme guru maka prestasi belajar siswa meningkat. Karena
dengan adanya kompetensi guru akan mempermudah proses pembelajaran
dan tujuan pembelajaran, dan guru dapat melaksanakan tugas-tugasnya
dengan baik sesuai dengan kebutuhan belajar siswa. Kemudian guru dapat
memahami karakteristik sehingga guru dapat menyiapkan materi
pembelajaran dengan baik beserta metode yang tepat untuk proses
pembelajaran sehingga peserta didik akan lebih mudah untuk memahami
materi pembelajaran yang sedang diajarkan oleh guru tersebut.
80
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kesimpulan penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Pemahaman kompetensi guru oleh guru Pendidikan Agama Islam di
MTs Sunan Kalijaga. Bahwasanya pemahaman kompetensi guru
dikalangan guru PAI yaitu guru yang profesional dimana harus
dimiliki oleh setiap guru dalam proses pembelajaran sesuai dengan
masing-masing bidang yang dimiliki guru, meningkatkan mutu
pembelajaran agar tercapainya KBM yang efektif dan tepat sasaran,
dan setiap guru harus mengetahui kompetensi guru yang terdiri dari
empat kompetensi yang meliputi kompetensi profesional, kompetensi
pedagogik, kompetensi kepribadian dan kompetensi sosial.
2. Strategi pengembangan kompetensi guru Pendidikan Agama Islam di
MTs Sunan Kalijaga Desa Bawang Kecamatan Bawang Kabupaten
Batang Tahun Ajaran 2016/2017. Mengenai strategi pengembangan
kompetensi guru yang di dapat penulis dalam wawancara dengan guru
Pendidikan Agama Islam dilakukan dengan meningkatkan kemampuan
guru dalam menguasai proses pembelajaran, dan rajin dalam membaca
referensi-referensi sehingga mempunyai banyak wawasan dalam
pengetahuan selain itu guru juga harus mengikuti seminar, mengikuti
pertemuan KKG/MGMP, mengikuti diklat dan giat mengikuti
kegiatan pelatihan lainnya dalam usaha memajukan kompetensi guru.
81
3. Faktor-faktor yang mempengaruhi strategi pengembangan kompetensi
guru Pendidikan Agama Islam di MTs Sunan Kalijaga antara lain:
a. Faktor pendukung dalam pengembangan kompetensi guru. (1)
adanya kerjasama dari berbagai pihak guru, (2) semangat dalam
melaksanakan tugas, (3) penguasaan materi, (4) tanggung jawab dan
mempunyai etos kerja yang tinggi.
b. Faktor penghambat dalam pengembangan kompetensi guru. (1)
kurangnya sarana dan prasana dalam kegiatan belajar mengajar
(KBM), (2) kurang harmonis antara teman sejawat, (3) guru masih
menggunakan metode tradisional dalam kegiatan pembelajaran
dengan cara model ceramah, kurangnya motivasi siswa dalam
belajar, (4) kurangnya informasi yang diperoleh dan minimnya
pengadaan sosialisasi.
B. Saran-saran
Berdasarkan kesimpulan yang penulis paparkan di atas, maka penulis
memberikan beberapa masukan untuk pihak MTs Sunan Kalijaga untuk
memajukan prestasi di antaranya:
1. Khususnya guru Pendidikan Agama Islam di MTs Sunan Kalijaga
harus selalu meningkatkan kompetensi guru yang dimilikinya maka
akan tercapai proses pembelajaran yang efektif. Sehingga prestasi
siswa dan prestasi sekolah dapat tercapai dengan baik.
82
2. Dengan adanya pelatihan yang diadakan maka guru akan menjadi
profesional dan dapat meningkatkan kemampuannya dalam menguasai
proses pembelajaran dengan mengikuti kegitan pelatihan. Selain itu
pemanfaatan sumber daya yang ada di MTs Sunan Kalijaga juga harus
dimaksimalkan agar kompetensi guru mudah dicapai dalam usaha
memajukan kompetensi guru.
3. Dalam mengembangkan kompetensi guru sarana prasarana harus
memadai karena sarana prasarana sangat dibutuhkan dalam proses
pembelajaran. maka dengan demikian sarana dan prasarana di MTs
Sunan Kalijaga harus dilengkapi karena sebagai penunjang kompetensi
guru. Dan sebagai kebutuhan belajar siswa dapat terpenuhi dengan
baik.
83
DAFTAR PUSTAKA
Afifah, Roifatul. 2010. Upaya Pengembangan Kompetensi Guru Pendidikan
Agama Islam di SMPNegeri dan Swasta Se Kecamatan Bandongan
Kabupaten Magelang Tahun 2010. Skripsi tidak diterbitkan. Salatiga:
Jurusan Tarbiyah STAIN Salatiga.
Asdiqoh, Siti. 2013. Etika Profesi Keguruan. Yogyakarta: TrustMedia Publishing.
Damay, Denidya. 2012. Panduan Sukses Sertifikasi Guru. Yogyakarta: Araska.
Departemen Pendidikan Nasional. 2007. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta:
Balai Pustaka .
Djohar. 2006. Guru, Pendidikan & Pembinaannya. Yogyakarta: CV Grafika
Indah.
Drajat, Manpan. Effendi, M.Ridwan. 2014. Etika Profesi Guru. Bandung:
Alfabeta.
Emzir. 2011. Metodologi Penelitian Kualitatif Analisis Data. Jakrta: Rajawali
Pers.
Gulo, W. 2002. Metodologi Penelitian. Jakarta: PT Gramedia.
Hamalik, Oemar. 1991. Pendidikan Guru Konsep dan Strategi. Bandung: CV.
Mandar Maju.
Isjoni. 2008. Guru Sebagai Motivator Perubahan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
__________.2003. Pendidikan Guru Berdasarkan Pendekatan Kompetensi.
Jakarta: Bumi Aksara.
Khoiri, Hoyyima. 2010. Jitu dan Mudah Lulus Sertifikasi Guru.Jogjakarta:
Bening.
Mahanani, Ayusita. 2011. Buku Pintar PLPG Pendidikan dan Latihan Profesi
Guru. Yogyakarta: Araksa.
Majid, Abdul. 2012. Belajar dan Pembelajaran Pendidikan Agama Islam.
Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Mulyasa, E. 2013. Uji Kompetensi dan Penilaian Kinerja Guru. Bandung: PT
Remaja Rosdakarya.
__________. 2008. Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru. Bandung: PT
Remaja Rosdakarya.
84
Moleong, Lexy J. 2009.Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya.
Patoni, Ahmad. Naim, Ngainun. 2007. Materi Penyusunan Desain Pembelajaran
Pendidikan Agama Islam. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Priansa, Donni Juni. 2014. Kinerja Dan Profesionalisme Guru Fokus pada
Peningkatan Kualitas Pendidikan Sekolah, dan Pembelajaran. Bandung:
CV Alfabeta.
Putra, Nusa. Lisnawati, Santi. 2013. Penelitian Kualitatif Pendidikan Agama
Islam. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Sanjaya, Wina. 2006. Pembelajaran dalam Implementasi Kurikulum Berbasis
Kompetensi. Jakarta: Kencana.
Soetjipto dan Kosasi, Raflis. 2007. Profesi Keguruan. Jakarta: Rineka Cipta.
Sumanto. 2014. Teori dan Aplikasi Metode Penelitian.Yogyakarta: CAPS (Center
of Academic Publishing Service).
Sutadipura, Balnadi. 1984. Kompetensi Guru dan Kesehatan Mental. Bandung:
Angkasa.
Thoha, Chabib. Mu‟ti, Abdul. 1998. PBM-PAI di Sekolah Eksistensi dan Proses
Belajar Mengajar Pendidikan Agama Islam. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Uno, Hamzah B. 2011. Profesi Kependidikan. Jakarta: PT Bumi Aksara.
Yamin, Martinis. 2005. Strategi Pembelajaran Berbasis Kompetensi. Jakarta:
Gaung Persada Press.
http://dharianto97.blogspot.co.id/pengembangan-kompetensi-guru/diunduhpada
3APRIL:08.43.
http:/regiona.kompas.com/read/2016/07/01/17403801/diunduhpada
18MARET2017:16.46.
http://taufikhidayat93.blogspot.co.id/perkembangan-peserta-didik/diunduhpada
10APRIL2017:20.40.
LAMPIRAN
Lampiran II
PEDOMAN WAWANCARA
A. Kepada kepala sekolah MTs Sunan Kalijaga Desa Bawang
Kecamatan Bawang Kabupaten Batang Tahun Ajaran 2016/2017
1. Bagaimana pemahaman Bapak mengenai kompetensi guru ?
2. Bagaimana pemahaman guru mengenai pengembangan kompetensi ?
3. Kiat-kiat apa saja yang dilakukan bapak sebagai kepala sekolah untuk
mengembangkan kompetensi guru ?
4. Bagaimana peran Bapak dalam mengembangkan kompetensi guru ?
5. Dalam mengembangkan kompetensi guru, arahan-arahan apa saja yang
Bapak berikan kepada para guru di MTs ini ?
6. Sebagai kepala sekolah, target apa yang ingin dicapai setelah
terwujudnya kompetensi guru ?
7. Apa faktor pendukung dalam usaha pengembangan kompetensi guru ?
8. Apa faktor penghambat dalam usaha pengembangan kompetensi guru?
B. Kepada Guru PAI MTs Sunan Kalijaga Desa Bawang Kecamatan
Bawang Kabupaten Batang Tahun Ajaran 2016/2017
1. Bagaimana pemahaman Bapak/ Ibu terhadap kompetensi guru ?
2. Langkah-langkah apa saja yang Bapak /Ibu lakukan dalam
menerapkan kompetensi guru ?
3. Apa sajakah faktor – faktor yang mendukung strategi pengembangan
kompetensi guru ?
4. Adakah faktor- faktor penghambat strategi pengembangan kompetensi
guru ?
5. Sejauh ini, apakah pengembangan kompetensi guru sudah memenuhi
target ?
6. Manfaat apa yang dipoeroleh dari pengembangan kompetensi guru ?
Dokumentasi wawancara dan observasi
Wawancara dengan Bapak Kepala Sekolah MTs Sunan Kalijaga
Wawancara dengan guru Pendidikan Agama Islam (PAI) MTs Sunan Kalijaga
Ruang kepala sekolah dan ruang kelas
Ruang kelas MTs Sunan Kalijaga
Gedung ruang guru dan TU di MTs Sunan Kalijga
Masjid di MTs Sunan Kalijaga untuk kegiatan beribadah dan kegiatan keagamaan
para guru dan siswa