peran guru dalam mengembangkan kecerdasan …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1472/1/skripsi...

113
PERAN GURU DALAM MENGEMBANGKAN KECERDASAN EMOSIONAL DAN SPIRITUAL (ESQ) SISWA DI MA AL BIDAYAH CANDI KECAMATAN BANDUNGAN SKRIPSI Diajukan Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam (S.Pdi) OLEH AHMAD JAMHARI NIM: 11111024 JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA (IAIN) SALATIGA 2016

Upload: doankien

Post on 08-Mar-2019

233 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

PERAN GURU DALAM MENGEMBANGKAN

KECERDASAN EMOSIONAL DAN SPIRITUAL (ESQ)

SISWA DI MA AL BIDAYAH CANDI

KECAMATAN BANDUNGAN

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memperoleh Gelar

Sarjana Pendidikan Islam (S.Pdi)

OLEH

AHMAD JAMHARI

NIM: 11111024

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA (IAIN)

SALATIGA

2016

ii

iii

iv

v

vi

MOTTO

KEHEBATAN KITA BUKAN TERLETAK PADA KITA

TIDAK PERNAH GAGAL, KEHEBATAN KITA

KARENA KITA BISA BANGKIT DARI KEGAGALAN

LAO TSE

Tugas saya adalah melakukan apa yang benar. Dan

selanjutnya di tangan Tuhan

Martin Luther King

vii

PERSEMBAHAN

Dengan segala kerendahan hati, skripsi ini penulis persembahkan kepada:

1. Orang tuaku tercinta bapak Mukhlasin dan ibu Elmiyati, yang senantiasa

mencurahkan kasih sayang, dukungan moral maupun materiil dan doa yang

tak pernah putus untuk putra-putrinya

2. Kakakku M. Sukron Ibnu Asrin yang mendukungku dan Latif Mashadi yang

selalu memberi semangat dan membantuku.

3. Bapak Mufiq yang telah sabar membimbingku dalam penyusunan skripsi ini

4. Teman-temanku PAI A dan angkatan 2011 yang sama-sama berjuang dan

belajar di IAIN Salatiga

5. Teman-teman crisopillum cainito yang telah membantuku

6. Semua pihak yang selalu memberi semangat kepada penulis dalam

menyelesaikan skripsi ini yang tidak dapat disebutkan satu persatu

viii

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb

Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.

Segala puji dan syukur senantiasa penulis haturkan kepada Allah SWT. Atas segala

limpahan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat diberikan kemudahan

dalam menyelesaikan skripsi ini. Shalawat serta salam semoga tercurah kepada

Rasulullah SAW, keluarga, sahabat dan para pengikut setianya.

Skripsi ini dibuat untuk memenuhi persyaratan guna untuk memperoleh gelar

kesarjanaan dalam Ilmu Tarbiyah Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga.

Dengan selesainya skripsi ini tidak lupa penulis mengucapkan terima kasih yang

sedalam-dalamnya kepada :

1. Bapak Dr. Rahmat Hariyadi, M.Pd., selaku Rektor IAIN Salatiga.

2. Bapak Suwardi, M.Pd., selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan.

3. Ibu Siti Rukhayati M.Ag., selaku Ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam (PAI).

4. Bapak Mufiq S.Ag. M.Phil sebagai dosen pembimbing skripsi yang telah dengan

ikhlas mencurahkan pikiran dan tenaganya serta pengorbanan waktunya dalam

upaya membimbing penulis untuk menyelesaikan tugas ini.

5. Bapak M. Farid Abdullah, S.PdI., M.Hum., selaku pembimbing akademik.

6. Bapak dan Ibu Dosen serta karyawan IAIN Salatiga yang telah banyak membantu

dalam penyelesaian skripsi ini.

ix

7. Bapak dan ibu serta saudara-sadaraku di rumah yang telah mendoakan dan

mendukung penulis dalam menyelesaikan studi di IAIN Salatiga dengan penuh

kasih sayang dan kesabaran.

8. Keluarga besar MA Al Bidayah Candi Bandungan yang telah memberikan penulis

tempat dalam mengadakan penelitian, sehingga terselesainya skripsi ini.

9. Seluruh teman-teman dan semua pihak yang telah membantu dan mendukung

dalam penyelesaian skripsi ini

Harapan penulis, semoga amal baik dari beliau mendapatkan balasan yang

setimpal dan mendapatkan ridho Allah SWT. Akhirnya dengan tulisan ini semoga

bisa bermanfaat bagi penulis khususnya dan para pembaca umumnya.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb

Salatiga, 29 Februari 2016

Penulis,

Ahmad Jamhari

x

ABSTRAK

Jamhari, Ahmad. 2016. Peran Guru Dalam Mengembangkan Kecerdasan

Emosional Dan Spiritual Siswa Di MA Al Bidayah Candi KEC. Bandungan.

Skripsi. Jurusan Pendidikan Agama Islam. Fakultas Tarbiyah dan Ilmu

Keguruan. Institut Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing: Mufiq S.Ag.

M.Phil.

Kata kunci: peran guru , kecerdasan emosional dan spiritual

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peran guru agama dalam

mengembangkan kecerdasan emosional dan spiritual siswa di MA Al Bidayah Candi

Kecamatan Bandungan. Fokus masalah yang akan dikaji adalah: 1) peran guru dalam

mengembangkan kecerdasan emosional dan spiritual siswa di MA Al Bidayah Candi

Kecamatan Bandungan. 2) Apa faktor pendukung dan penghambat dalam

mengembangkan kecerdasan emosional dan spiritual (ESQ) siswa di MA Al Bidayah.

Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif. Penelitian dilaksanakan dengan

tahap persiapan, pelaksanaan, penyelesaian. Subjek penelitian adalah peran guru.

Teknik pengumpulan data menggunakan metode observasi, wawancara, dan

dokumentasi. Teknik analisis data menggunakan tiga komponen utama yaitu reduksi

data, penyajian data, dan verifikasi data.

Dari hasil penelitian diketahui bahwa peran guru di MA Al Bidayah dalam

mengembangkan kecerdasan emosional dan spiritual meliputi: pengembangan sikap

konsistensi (istiqomah), kerendahan hati (tawadu’), berusaha dan berserah diri

(tawakkal), ketulusan (keikhlasan) serta integritas dan penyempurnaan (ihsan).

Faktor pendukung sarana dan prasarana yang cukup memadai, serta lingkungan yang

nyaman dan kondusif. Faktor penghambat terbatasnya waktu pertemuan, tidak adanya

penilaian secara tertulis serta kurangnya motivasi dan perhatian dari orang tua.

xi

DAFTAR ISI

JUDUL ........................................................................................................ i

LEMBAR BERLOGO ................................................................................. ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING ................................................................ iii

PENGESAHAN KELULUSAN .................................................................. iv

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN .................................................... v

MOTTO ....................................................................................................... vi

PERSEMBAHAN ........................................................................................ vii

KATA PENGANTAR ................................................................................. viii

ABSTRAK ................................................................................................... x

DAFTAR ISI ................................................................................................ xi

DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................ xiv

DAFTAR FOTO .......................................................................................... xv

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ................................................................ 1

B. Fokus Penelitian ............................................................................ 6

C. Tujuan Penelitian ........................................................................... 6

D. Kegunaan Penelitian ..................................................................... 7

E. Penegasan Istilah ............................................................................ 7

F. Metode Penelitian .......................................................................... 9

G. Sistematika Penulisan ................................................................... 15

xii

BAB II KAJIAN PUSTAKA

A. Pengertian Kecerdasan Emosional dan Spiritual .......................... 17

1. Pengertian Kecerdasan Emosional ............................................ 17

2. Pengertian Kecerdasan spiritual .............................................. 25

3. Pengertian Kecerdasan Emosional dan Spiritual ...................... 31

B. Peran Guru .................................................................................... 34

1. Peran Guru Dalam Pembelajaran .............................................. 35

2. Peran Guru Secara Pribadi ........................................................ 37

3. Peran Guru Secara Psikologi ..................................................... 38

BAB III PAPARAN DATA DAN TEMUAN PENELITIAN

A. Gambaran Umum MA Al Bidayah ................................................ 42

B. Hasil Penelitian .............................................................................. 53

BAB IV PEMBAHASAN

A. Peran Guru Agama Dalam Mengembangkan ESQ ........................

B. Faktor Pendukung ESQ .................................................................. 74

C. Faktor Penghambat ESQ ................................................................ 74

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan .................................................................................... 77

B. Saran-Saran .................................................................................... 81

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN-LAMPIRAN

xiii

DAFTAR LAMPIRAN

1. Daftar SKK

2. Riwayat Hidup Penulis

3. Surat Tugas Pembimbing Skripsi

4. Surat Permohonan Izin Melakukan Penelitian

5. Surat Keterangan Melakukan Penelitian

6. Lembar Konsultasi

7. Deskripsi Wawancara

xiv

DAFTAR FOTO

Foto 1. Dokumentasi Wawancara

Foto 2. Foto Kegiatan Siswa

1

BAB 1

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Pendidikan merupakan proses pendewasan dan mengembangkan

aspek-aspek manusia baik fisik, biologis maupun psikologis. Aspek fisik

biologis manusia dengan sendirinya akan mengalami proses perkembangan,

pertumbuhan dan penuaan. Sedangkan aspek psikologis manusia melaluai

pendidikan dicoba untuk didewasakan, dikembangkan dan disadarkan. Proses

penyadaran dan pendewasaan dalam konteks pendidikan ini mengandung

makna yang mendasar karena bersentuhan dengan aspek yang paling dalam

dari diri manusia. yaitu kejiwaan dan kerohanian, dua elemen ini sangat

penting dalam membina moralitas pada pendidikan sehingga menghasilkan

lulusan pendidikan yang berwawasan luas dalam bidang ilmu pengetahuan,

dan memiliki kecerdasan emosional yang mencakup aspek kejiwaan serta

memiliki kecerdasan spiritual yang mencakup aspek kehormatan.

Dalam undang-undang No. 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan

nasional menyebutkan : “pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk

mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik

dapat secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan

spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasa, akhlak mulia

serta ketrampilan yang dibutuhkan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.”.

(Undang-undang sistem pendidikan nasional 2008:3).

2

Pengertian pendidikan diatas menunjukkan bahwa tugas seorang

pendidik adalah untuk membantu peserta didik dalam mengembangkan

potensi yang dimiliki anak didik, serta berperan meningkatkan keimanan dan

ketaqwaan dalam membentuk kepribadian siswa baik secara lahir maupun

secara batin.

Namun pendidikan kita saat ini sering dikritik masyarakat yang

disebabkan oleh adanya sejumlah pelajar dan lulusan pendidikan yang

menunjukkan sikap kurang terpuji, banyak pelajar yang terlibat tawuran,

melakukan tindakan kriminal, penodongan, penyimpangan seksual dan

sebagainya. Perbuatan-perbuatan seperti ini sangat meresahkan masyarakat.

Hal-hal tersebut masih ditambah lagi dengan meningkatnya jumlah

pengangguran yang pada umumnya adalah tamatan pendidikan. Keadaan

inilah yang semakin membuat potret hitam dunia pendidikan.

Di antara penyebab dunia pendidikan kurang mampu menghasilkan

lulusan sesuai yang diharapkanan adalah karena banyak pendidikan kita

selama ini hanya membina kecerdasan intelektual, wawasan dan keterampilan

saja, tanpa diimbangi oleh kecerdasan emosional. Sekaligus juga didukung

kecerdasan spiritual bagi timbulnya kearifan sosial.

Berdasarkan permasalahan yang banyak timbul di dunia pendidikan

inilah, guna mempersiapkan/melahirkan generasi-generasi pendidikan yang

berkualitas, tidak hanya berintelektual tinggi, berwawasan luas tapi juga harus

memiliki kemantapan emosi, etika moral dan spiritual yang luhur. Sehingga

dapat dipahami betapa pentingnya peningkatan kecerdasan dan spiritual pada

3

siswa dalam dunia pendidikan.

Daniel Goleman mengatakan bahwa, kecerdasan emosi mengandung

beberapa pengertian, pertama kecerdasan emosi tidak hanya berarti sikap

ramah, tetapi juga pada saat-saat tertentu yang diperlukan bukan sifat ramah,

melainkan sifat tegas yang barangkali tidak menyenangkan, tentang

mengungkapkan kebenaran yang selama ini dihindari. Kedua kecerdasan

emosi bukan berarti memberikan kebebasan kepada perasan untuk berkuasa,

memanjakan perasaan, melainkan untuk mengelola perasan sedemikian rupa

sehingga terekspresikan dengan tepat dan efektif yang memungkinkan orang

bekerja sama dengan lancar menuju sasaran yang sama.

Banyak contoh di sekitar kita membuktikan orang yang memiliki

kecerdasan otak saja belum tentu sukses berkiprah didunia pekerjaan,

seringkali justru orang yang berpendidikan formal rendah banyak yang

ternyata mampu lebih berhasil, karena mereka memiliki kecerdasan emosi

seperti, ketangguhan mental, inisiatif, optimis dan kemampuan beradaptasi.

(Ginanjar, 2005:41)

Jika mengetahui betapa besarnya pengaruh EQ (kecerdasan emosional)

bagi dunia pendidikan dan penunjang kesuksessan hidup, maka kita perlu

mempersiapkan generasi-generasi penerus bangsa untuk mencapai dan

meningkatkan EQ (kecerdasan emosional). Harus diketahui bahwa

kecerdasan emosional tidaklah berkembang secara alamiah semata-mata

berdasarkan perkembangan umur biologisnya. Namun perkembangan EQ

(kecerdasan emosional) ini sangat bergantung pada proses pelatihan dan

4

pendidikan secara kontinu.

Ada banyak keuntungan jika seseorang memiliki kecerdasa emosisonal

secara memadai: pertama, kecerdasan emosional jelas mampu menjadi alat

pengendalian diri. Kedua, kecerdasan emosional bisa diimplementasikan

sebagai cara yang sangat baik untuk memasarkan atau membersihkan ide,

konsep atau sebuah produk. Ketiga, kecerdasan emosional adalah modal

penting bagi seseorang untuk mengembangkan bakat kepemimpinan.

Dengan demikian kecerdasan emosi mempunyai pengaruh yang besar

dalam menentukan keberhasilan belajar anak. Penelitian Le-Doux misalnya

menunjukan betapa pentingnya integrasi antara emosi dan akal dalam

kegiatan belajar mengajar. Tanpa keterlibatan emosi, kegiatan saraf otak

berkurang dari yang dibutuhkan untuk menyimpan pelajaran dalam memori.

(Desmita, 2010:172)

Setelah pembahasan singkat mengenai EQ (kecerdasan emosional).

Yang tak kalah pentingnya dalam meningkatkan kualitas pendidikan adalah

SQ (kecerdasan spiritual) karena tanpa adanya landasan spiritual yang kuat

pada diri seseorang, meskipun dia memiliki IQ tinggi, dan berkemampuan

dalam EQ, tetapi tanpa disertai SQ maka dirasa kurang sempurna. Karena SQ

inilah yang dapat membantu seseorang untuk menjalani kehidupan dengan

lebih bijak dan arif.

SQ adalah kemampuan seseorang untuk mendengarkan suara hati

nuraninya/bisikan kebenaran yang meng-illahi dalam cara dirinya mengambil

keputusan/melakukan pilihan-pilihan berempati dan beradaptasi. Untuk itu

5

kecerdasan spiritual sangat ditentukan oleh upaya untuk membersihkan dan

memberikan pencerahan qalbu sehingga mampu memberikan nasihat dan

arah tindakan serta caranya mengambil keputusan. Qalbu harus senantiasa

menerima curahan nur yang bermuatan kebenaran dan kecintaan pada illahi.

Danah Zohar dan Ian Marshall mendefinisikan kecerdasan spiritual

sebagai landasan kecerdasan untuk menghadapi makna atau value yaitu

kecerdasan untuk menempatkan perilaku dan hidup kita dalam konteks makna

yang lebih luas dan kaya. Kecerdasan untuk menilai bahwa tindakan atau

jalan hidup seseorang lebih bermakna daripada orang lain. (Ginanjar,

2006:46)

Pada prinsipnya di dalam dunia pendidikan, dalam proses

pembelajaran seorang guru seharunya tidak hanya mementingkan kecerdasan

IQ saja pada sisiwa, tetapi juga memmperhatikan, menumbuhkan serta

mengembangkan kecerdasan emosional dan spiritual (ESQ) pada siswa.

Sehingga dapat menghasilkan lulusan-lulusan yang tidak hanya berintelektual

tinggi, tetapi dapat menghasilkan lulusan yang berintelektual tinggi,

berwawasan luas, beretika moral dan mempunyai spiritual yang tinggi.

Maka berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan diatas

penulis ingin meneliti tentang ”PERAN GURU AGAMA DALAM

MENGEMBANGKAN KECERDASAN EMOSIONAL DAN SPIRITUAL

SISWA DI MA AL BIDAYAH BANDUNGAN”.

6

B. FOKUS PENELITIAN

Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis merumuskan masalah

sebagai berikut:

1. Bagaimanakah peran guru agama dalam mengembangkan kecerdasan

emosional dan spiritual siswa di MA Al Bidayah?

2. Apakah faktor pendukung dan penghambat dalam mengembangkan

kecerdasan emosional dan spiritual siswa di MA Al Bidayah ?

C. TUJUAN PENELITIAN

Adapun yang menjadi tujuan penulis mengacu pada permasalahan

tersebut di atas adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui peran guru agama dalam mengembangkan kecerdasan

emosional siswa di MA Al Bidayah

2. Untuk mengetahui faktor pendukung dan penghambat dalam

mengembangkan kecerdasan emosional dan spiritual siswa di MA Al

Bidayah

D. KEGUNANAN PENELITIAN

Manfaat ataupun kegunaan penelitian ini terbagi menjadi dua yaitu:

1. Secara Teoritis

Penelitian ini bermanfaat untuk pengembangan ilmu pengetahuan

dam penambahan wawasan mengenai peran guru dalam mengembangkan

kecerdasan emosional dan spiritual (ESQ) siswa, khususnya kajian

pendidikan dalam pendidikan agama Islam (PAI).

7

2. Secara Praktis

Penelitian ini diharapkan dapat menambah khazanah keilmuan dan

dapat memberikan informasi tentang pentingnya memberikan bantuan

kepada siswa untuk mengembangkan kecerdasan emosional dan spiritual

(ESQ) sehingga siswa tersebut dapat menjadi siswa yang tangguh dalam

menghadapi persoalan hidupnya.

E. Penegasan Istilah

1. Peran Guru

Guru adalah seseorang yang memiliki kemampuan dan memiliki

kemampuan yang dapat memudahkan dalam melaksanakan peranannya

dalam membimbing siswanya, ia harus sanggup menilai diri sendiri tanpa

berlebihan, sanggup berkomunikasi dan bekerjasama dengan orang lain,

selain itu perlu diperhatikan pula bahwa ia memiliki kekurangan dan

kelemahan. (Darajat, 1996:266)

Peran guru dalam penelitian ini adalah:

1) Peran guru dalam mendidik dapat mengembangkan ESQ.

2) Peran guru sebagai Pembimbing dapat mengembangkan kecerdasan

emosional dan spiritual.

3) Peran guru sebagai motivator dalam mengembangkan atau membina

kecerdasan emosional dan spiritual.

4) Peran guru dalam mengelola kelas, mengajar dan mengarahkan peserta

didik untuk mengembangkan kecerdasan emosional dan spiritual

(ESQ) siswa di MA Al Bidayah Bandungan.

8

5) Peran guru sebagai evaluator dalam mengevaluasi kecerdasan

emosional dan spiritual siswa.

2. Kecerdasan Emosional dan Spiritual (ESQ)

Kecerdasan emosional adalah kemampuaan untuk mengendalikan

diri, memotivasi diri, empati, memahami perasaan orang lain, dan

membina hubungan dengan orang lain, sedangkan kecerdasan spiritual

adalah kemampuan seseorang untuk mendengarkan hati nuraninya atau

bisikan kebenaran yang bersumber dari Illahi dalam cara mengambil

keputusan atau pilihan-pilihan untuk menghadapi masalah dalam

hidupnya.

Kecerdasan emosional dan spiritual adalah bagaimana mengatur

tiga komponen: iman, islam dan ihsan dalam keselarasan dan kesatuan

tauhid. (Ary Ginanjar, 2003:14)

Berdasarkan pengertian tersebut maka Indikator kecerdasan

emosional dan spiritual dalam penelitian ini adalah:

1. Konsistensi (istiqomah)

2. Kerendahan hati (tawadu’)

3. Berusaha dan berserah diri (tawakkal)

4. Ketulusan (keikhlasan)

5. Totalitas (kaffah)

6. Integritas dan penyempurnaan (ihsan)

9

F. Metode Penelitian

1. Pendekatan dan Jenis Penelitian

Pendekatan yang dilakukan dalam penelitian skripsi ini adalah

pendekatan deskriptif kualitatif, dan jenis penelitianya adalah penelitian

lapangan (field research) yakni metode yang digunakan untuk memperoleh

data-data melalui penyelidikan berdasarkan objek lapangan, daerah atau

lokasi guna memperoleh data yang valid dan dapat dipertanggung

jawabkan.

Metode penelitian kualitatif sering disebut metode penelitian

naturalistik karena penelitiannya dilakukan pada kondisi yang alamiah

(natural setting); disebut sebagai metode kualitatif karena data yang

terkumpul dan analisisnya lebih bersifat kualitatif (Sugiyono, 2011: 8).

2. Kehadiran Peneliti

Dalam penelitian ini, peneliti bertindak sebagai pengumpul data dan

sebagai instrument penelitian dalam upaya mengumpulkan data-data

di lapangan. Untuk memperoleh data yang valid yang dibutuhkan

dalam penelitian maka peneliti hadir secara langsung dilokasi

penelitian.

3. Sumber Data

Data-data yang dijadikan acuan dalam penelitian ini diambil dari

berbagai sumber di antaranya:

10

a. Data Kepustakaan

Data ini diperoleh dari kajian kepustakaan, dari buku-buku

dan kajian ilmiah yang berkaitan dengan kecerdasan

emosional dan spiritual (ESQ).

b. Data Lapangan

Data ini diperoleh dari informan yaitu guru dan siswa. Dalam

hal ini yang berkaitan dengan bagaimana peran guru dalam

mengembangkan kecerdasan emosional dan spiritual.

4. Metode Pengumpulan Data

Langkah-langkah yang digunakan penulis dalam pengumpulan data

adalah dengan metode interview/ wawancara, dokumentasi, dan metode

komparasi.

a. Interview/wawancara

Yaitu metode yang digunakan sebagai teknik pengumpulan

data apabila peneliti ingin melakukan studi pendahuluan untuk

menemukan permasalahan yang harus diteliti, dan juga apabila

peneliti ingin mengetahui tentang hal-hal dari responden yang lebih

mendalam dan jumlah respondennya sedikit atau kecil. (Sugiono,

2011:137)

Dalam metode ini peneliti ingin mengadakan wawancara

langsung dengan guru, dalam hal ini guru aqidah akhlak, guru fiqih,

guru yang menangani masalah kesiswaan, waka sarana dan prasarana,

siswa dan juga kepala sekolah. Penelitian ini menggunakan interview

11

bentuk terbuka sehingga dapat diperoleh data yang luas dan mendalam

mengenai bagaimana peran guru dalam mengembangkan kecerdasan

emosional dan spiritual di MA Al Bidayah Candi Bandungan.

Penggunaan metode interview dalam penelitian ini untuk

mengetahui lebih jauh bagaimana perencanaan pembelajaran untuk

mengembangkan kecerdasan emosional dan spiritual (ESQ). Peran

guru dalam mengembangkan kecerdasan emosional dan spiritual siswa

di MA Al Bidayah Candi Bandungan dan usaha-usaha yang dilakukan

serta hambatan-hambatan lembaga tersebut dalam mengembangkan

kecerdasan emosional dan spiritual (ESQ).

b. Observasi

Observasi merupakan metode dengan jalan pengamatan dan

pencatatan secara sistematis terhadap fenomena-fenomena yang

diselidiki (Hadi, 1986: 136).

Metode ini penulis lakukan dengan melakukan pengamatan

langsung untuk mengetahui peran guru dalam melakukan kegiatan-

kegiatan yang berkaitan dengan pengembangan kecerdasan emosional

dan spiritual (ESQ) yang meliputi kesadaran diri, pengaturan diri,

empati, ketrampilan sosial, dan mempunyai prinsip hidup yang kuat.

c. Dokumentasi.

Dokumen merupakan catatan atau peristiwa yang sudah

berlalu. Dokumen bisa berbentuk tulisan, gambar atau karya-karya

monumental dari seseorang (Sugiyono, 2011: 240). Metode ini

12

digunakan untuk melengkapi data tentang kondisi dan keadaan objek

penelitian serta memberikan gambaran secara umum tentang objek

penelitian.

5. Metode Analisis Data

Proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang

diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan dokumentasi,

dengan cara mengorganisirkan data ke dalam kategori, menjabarkan ke

dalam unit-unit, melakukan sintesa, menyusun ke dalam pola, memilih

mana yang penting dan yang akan dipelajari, dan membuat kesimpulan

sehingga mudah difahami oleh diri sendiri maupun orang lain (Sugiyono,

2011: 244).

Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode analisis data

secara kualitatif. Dengan menggunakan langkah-langkah sebagai berikut:

a. Display data, peneliti menyajikan semua data yang

diperolehnya dalam bentuk uraian atau laporan terperinci.

b. Reduksi data, peneliti memotong data-data yang tidak perlu

untuk dibuang, laporan yang diambil hanya yang pokok saja

difokuskan pada hal-hal penting.

c. Verivikasi data, peneliti berusaha untuk mencari data yang

dikumpulkanya dan kemudian disimpulkan untuk menjawab

tujuan penelitian.

6. Pengecekan Keabsahan Data

13

Keabsahan data yang akan peneliti lakukan yaitu dengan

menggunakan kriteria kredibilitas. Hal ini di maksudkan bahwa data-

data yang dikumpulkan sesuai dengan latar belakang. Menurut Lexy

J. Moleong (2008: 327-334) bahwa dalam menerapkan teknik

pemeriksaan data dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut:

a. Perpanjangan Keikutsertaan

Jadi peneliti memperpanjang waktu penelitian di lapangan

sampai kejenuhan pengumpulan data tercapai. Karena menurut

yang sudah dikemukakan, bahwa instrumen dalam penelitian

kualitatif adalah peneliti itu sendiri. Maka keikutsertaan peneliti

sangat menentukan dalam pengumpulan data, waktunyapun tidak

singkat, akan tetapi ada perpanjangan keikutsertaan pada latar

penelitian.

b. Triangulasi

Teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan

sesuatu yang lain. Triangulasi dengan sumber berarti

membandingkan dan mengecek balik derajat kepercayaan suatu

informasi yang diperoleh melalui waktu dan alat yang berbeda

dalam penelitian kualitatif.

Dengan teknik ini, peneliti dapat me-recheck temuanya

dengan jalan membandingkanya dengan berbagai sumber,

metode, atau teori dengan cara:

1) Mengajukan berbagai macam variasi pertanyaan

14

2) Mengeceknya dengan berbagai sumber data

3) Memanfaatkan berbagai metode agar pengecekan kepercayaan

data dapat dilakukan

c. Ketekunan/keajegan pengamatan

Dalam hal ini bermaksud untuk menemukan ciri-ciri dan

unsur-unsur dalam situasi yang sangat relevan dengan persoalan

atau isu yang sedang dicari dan kemudian memusatkan diri pada

hal-hal tersebut secara rinci. Dalam teknik ini menuntut peneliti

agar mampu menguraikan secara rinci bagaimana dapat

melakukan pengamatan secara detail dan penelaahan secara rinci

tersebut dapat dilakukan.

d. Pemeriksaan sejawat melalui diskusi

Teknik ini dilakukan dengan jalan mengumpulkan rekan

sebaya, yang memiliki pengetahuan umum yang sama tentang apa

yang sedang diteliti, untuk membantu peneliti mempertajam

analisis penelitian.

G. Sistematika penulisan

Dalam penulisan skripsi ini, penulis akan membagi dalam beberapa

bab, dengan harapan agar pembahasan dalam skripsi ini dapat tersusun

dengan baik dan dapat memenuhi standar penulisan sebagai karya ilmiah.

Adapun sistematika pembagian bab adalah sebagai berikut:

15

Bab I : Dalam bab pendahuluan terdiri dari latar belakang, fokus

penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian, penegasan

istilah, metode penelitian, dan sistematika penulisan.

Bab II : Kajian Pustaka yang berkenaan dengan teori-teori kecerdasan

emosional dan spiritual, dan peran guru agama.

Bab III : Paparan data dan temuan penelitian tentang peran guru agama

dalam mengembangkan kecerdasan emosional dan spiritual,

kurikulum yang diterapkan, faktor yang mendukung dan

menghambat pengembangan kecerdasan emosional dan spiritual

di MA Al Bidayah Bandungan.

Bab IV : Analisis data penelitian tentang peran guru agama dalam

mengembangkan kecerdasan emosional dan spiritual (ESQ)

siswa di MA AL Bidayah Bandunagan.

Bab V : Penutup yang berisi kesimpulan dan saran.

16

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. KECERDASAN EMOSIONAL DAN SPIRITUAL (ESQ)

1. Pengertian kecerdasan emosional (EQ)

Dalam khasanah ilmu pengetahuan terutama psikologi istilah EQ

atau kecerdasan emosional merupakan sebuah temuan tentang kecerdasan

manusia yang sangat dibutuhkan untuk menunjang manusia dalam

mengembangkan potensi-potensi yang dimilikinya. Istilah ini pertama kali

dipopulerkan oleh Goleman, pada pertengahan tahun 1990-an. Daniel

Goleman yang banyak berkecimpung dalam neurosains dalam psikologi

berhasil meruntuhkan legenda tentang IQ yang pernah bertahta bertahun-

tahun itu dengan temuan barunya yang ia sebut dengan kecerdasan

emosional (EQ) yaitu sebuah kecerdasan yang lebih menekankan pada

penguasaan dan pengendalian diri dan emosi. Dari hasil penelitian yang

dilakukan Goleman, setinggi-tingginya IQ menyumbang kira-kira 20 persen

bagi faktor-faktor yang menentukan sukses dalam hidup, maka yang 80

persen diisi oleh kekuatan-kekuatan lain.(Hidayatullah, 2009:200)

Pendapat lain dikemukakan oleh Reuven Bar-On (dalam Uno,

2000:69), menjelaskan bahwa kecerdasan emosional adalah serangkaian

kemampuan, kompetensi, dan kecakapan non kognitif yang mempengaruhi

kemampuan seseorang untuk berhasil mengatasi tuntutan dan tekanan

lingkungan. Dengan kata lain kecerdasan emosional adalah serangkaian

kecakapan yang memungkinkan kita melapangkan jalan di dunia yang

17

rumit, yang mecakup aspek pribadi, sosial, dan pertahanan dari seluruh

kecerdasan, akal sehat yang penuh misteri, dan kepekaan yang penting

uentuk berfungsi secara efektif setiap hari.

Pada intinya kecerdasan emosional merupakan kemampuan

seseorang untuk mengendalikan emosi yang sedang bergejolak sehingga

diharapkan tidak merugikan diri sendiri maupun orang lain. Kecerdasan

emosi ini juga dimaknai dengan kemampuan seseorang dalam membina

hubungan dengan sesamanya, memahami perasan serta mampu bekerja

sama. Jadi kecerdasan emosional berkaitan dengan hubungan intrapersonal

dan interpersonal, di mana seseorang tidak hanya dituntut untuk bisa

memahami diri sendiri, memotivasi diri sendiri dan mengendalikan diri.

Akan tetapi juga dapat berperilaku sosial dengan orang lain. Inti

kemampuan pribadi dan sosial yang merupakan kunci utama keberhasilan

sesungguhnya adalah kecerdasan emosi ( Agustian, 2001:9)

Sedangkan menurut Suharsono EQ (kecerdasan emosional)

merupakan kemampuan untuk memahami perasaan diri masing-masing dan

perasaan orang lain. Kemampuan untuk memotivasi dirinya sendiri dan

menata dengan baik emosi yang muncul dalam dirinya dan hubungan

dengan orang lain (Suharsono, 2000:28)

a. Macam-Macam Emosi

Manusia memiliki berbagai macam jenis emosi yang ada dalam

dirinya. Jumlah emosi manusia ada ratusan, bersama campuran, variasi,

18

mutasi, dan nuansanya. Akan tetapi Goleman (1997:411)

mengemukakanya ke dalam delapan jenis emosi yaitu:

1) Amarah: beringas, mengamuk, benci, marah besar, jengkel, kesal hati,

terganggu, berang, tersinggung, bermusuhan, agresi, tindak kekerasan,

dan kebencian patologis.

2) Kesedihan: pedih, sedih, muram, kesepian, ditolak, putus asa, dan

depresi berat.

3) Rasa Takut: cemas, takut, gugup, khawatir, was-was, waspada, tidak

tenang, ngeri, fobia, dan panik.

4) Kenikmatan: bahagia, gembira, puas, senang, terhibur, bangga,

kenikmatan indrawi, rasa terpesona, rasa terpenuhi, kegirangan, luar

biasa, dan mania.

5) Cinta: penerimaan, persahabatan, kepercayaan, kebaikan hati, rasa

dekat, bakti, hormat, kasmaran, dan kasih.

6) Terkejut: kaget, terkesikap, takjub, terpana.

7) Jengkel: hina, jijik, mual, benci, tidak suka, mau muntah.

8) Malu: rasa salah, kesal hati, sesal aib, dan hati hancur lebur.

Sedangkan menurut Darwis Hude (2006: 137), di dalam Al Qur’an,

emosi dasar manusia meliputi:

1) Emosi Senang

19

Segala sesuatu yang membuat hidup dalam perasaan senang, seperti

perasaan cinta, puas, gembira, disebut emosi senang. Pada umumnya

manusia tertarik dengan lawan jenisnya, harta dan kemewahan,

menerima kenikmatan dan lepas dari kesulitan.

Artinya “ dan jika Kami rasakan kepadanya kebahagiaan

sesudah bencana yang menimpanya, niscaya Dia akan

berkata: "Telah hilang bencana-bencana itu daripadaku";

Sesungguhnya Dia sangat gembira lagi bangga,”

2) Emosi Marah

Emosi marah muncul, disebabkan oleh faktor internal dan eksternal.

Faktor internal berasal dari dalam diri manusia atau temperament.

Sedang faktor eksternal datang dari lingkungan alam dan sosial. Emosi

ini bisa diidentifikasi dengan perubahan raut muka, nada suara yang

berat, badan bergetar, dan bersedia menyerang. Jika tidak demikian,

maka ekspresi marah diungkapkan dengan diam saja. Setiap orang

mengekspresikan kemarahan melalui tindakan yang berbeda-beda.

20

Artinya” kemudian Musa kembali kepada kaumnya dengan

marah dan bersedih hati. berkata Musa: "Hai kaumku,

Bukankah Tuhanmu telah menjanjikan kepadamu suatu

janji yang baik? Maka apakah terasa lama masa yang

berlalu itu bagimu atau kamu menghendaki agar kemurkaan

dari Tuhanmu menimpamu, dan kamu melanggar

perjanjianmu dengan Aku?".

3) Emosi Sedih

Emosi sedih menghinggapi manusia ketika sedang tertimpa

musibah, mendapatkan masalah, dan akibat dari hubungan interpersonal

yang tidak baik, dikarenakan perilaku dan sikap seseorang yang

menyakitkan hati. Emosi ini diekspresikan dengan tangisan dan

kekhawatiran.

artinya “manusia tidak jemu memohon kebaikan, dan jika

mereka ditimpa malapetaka Dia menjadi putus asa lagi

putus harapan.”

4) Emosi takut

Dalam kehidupanya manusia kadang diliputi emosi takut. Manusia

takut dengan kematian, kekurangan harta, tertimpa bencana alam, dan

lain-lain. Sebab-sebab yang membuat manusia takut dari masing-

masing individu berbeda-beda.

21

Artinya “Maka Musa merasa takut dalam hatinya. Kami

berkata: "Janganlah kamu takut, Sesungguhnya kamulah

yang paling unggul (menang)".

5) Emosi Benci

Dalam Al Qur’an telah digambarkan tentang orang-orang yang

membenci kebenaran dari Allah, keharusan untuk taat, dan berjihad.

Artinya “Luth berkata: "Sesungguhnya aku sangat benci

kepada perbuatanmu". (Luth berdoa): "Ya Tuhanku

selamatkanlah aku beserta keluargaku dari (akibat)

perbuatan yang mereka kerjakan."

6) Emosi Heran dan Kaget

Seandainya ada sesuatu yang terjadi diluar dugaan dan rencananya,

maka emosi heran dan kaget akan menghinggapi batin manusia.

Artinya “ isterinya berkata: "Sungguh mengherankan,

Apakah aku akan melahirkan anak Padahal aku adalah

seorang perempuan tua, dan ini suamikupun dalam

Keadaan yang sudah tua pula?. Sesungguhnya ini benar-

benar suatu yang sangat aneh. Para Malaikat itu berkata:

"Apakah kamu merasa heran tentang ketetapan Allah? (Itu

adalah) rahmat Allah dan keberkatan-Nya, dicurahkan atas

kamu, Hai ahlulbait! Sesungguhnya Allah Maha Terpuji

lagi Maha Pemurah".

22

b. Ciri-Ciri Kecerdasan Emosional

Menurut Salovely yang dikutip oleh Goleman (1997:56), tanda-tanda

orang yang memiliki kecerdasan emosi adalah sebagai berikut:

1) Mampu mengenali emosi diri sendiri

Mengenali emosi adalah dasar dari kecerdasan emosional. Orang

yang mengenali emosi diri, akan menyadari apa yang sedang

dirasakanya. Apakah dalam kondisi senang, susah, atau khawatir.

Tanda orang yang bisa mengenali emosi, dia bisa mengatakan

bagaimana suasana hatinya saat itu, dan dia menyadarinya

sehingga dengan mudah mengatasi perasaanya. Bila suasana

hatinya sedang jelek, mereka tidak risau dan tidak larut

kedalamnya, dan mereka mampu melepaskan diri dari suasana itu

dengan lebih cepat. (Goleman, 1997:65)

2) Mampu mengelola emosi

Emosi seperti kesedihan, jika dibiarkan akan menggangu kesehatan

dan berlanjut pada depresi. Emosi yang menyenangkan seperti

cinta, apabila tidak dikelola juga akan membuat lupa diri. Dengan

mengelola emosi, berarti mampu untuk menjaga keseimbangan

emosi. Menjaga emosi yang merisaukan agar tetap terkendali

adalah kunci kunci kecerdasan emosi. (Mustofa, 2007:43)

3) Mampu memotivasi diri sendiri

Motivasi adalah menggunakan hasrat kita yang paling dalam untuk

menggerakkan dan menuntun kita menuju sasaran membantu kita

23

mengambil inisiatif dan bertindak sangat efektif, serta untuk

bertahan menghadapi kegagalan dan frustasi (Mustofa, 2007:47).

Langkah memotivasi diri merupakan upaya untuk mengantarkan

seseorang kepada kesuksesan di berbagai bidang.

4) Memiliki Empati

Empati merupakan kemampuan untuk merasakan apa yang

dirasakan orang lain. Empati adalah memahami perasaan dan

masalah orang lain, berpikir dengan sudut pandang orang lain dan

menghargai perbedaan perasaan orang mengenai berbagai hal

(Goleman, 1997:428). Hasil hasil dari empati menghasilkan sikap

altruisme

5) Mampu membina hubungan dengan lingkungan sekitar

Dari kematangan empatik yang dimiliki seseorang akan dapat

mengarahkan orang tersebut untuk dapat berhubungan dengan

orang lain sekaligus memelihara hubungan tersebut, menyakitkan,

mempengaruhi, dan membuat orang lain merasa aman (Yasin

Mustofa :46). Hubungan sosial sangat dibutuhkan daalam

kehidupan, karena manusia adalah zoon politicon (makhluk sosial

dan tidak dapat hidup sendiri). Jika hubungan sosial diabaikan,

maka kesulitan sering di dapat.

24

2. Kecerdasan Spiritual

a. Pengertian

Kecerdasan spiritual tersusun dalam dua kata yaitu kecerdasan dan

spiritual. Kecerdasan adalah kecakapan untuk menangani situasi-situasi dan

kemampuan mempelajari sesuatu, termasuk pencapaian hubungan dengan

yang lain. Kemampuan berurusan dengan kerumitan, kerumitan atau

abstrak-abstrak, kemampuan dan kecakapan berfikir. (Sudarsono, 1993:118)

Kecerdasan berasal dari kata “cerdas” yang mendapat imbuan ke-an.

Cerdas berarti akal budi, pandai, tajam dalam pikiran. (Poerwadarminta,

2006:363).

Spiritual adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan atau

bersifat kejiwaan, rohani atau batin. (Poerwadarmita, 2006:1143)

Kecerdasan spiritual atau spiritual Quetiont adalah kemampuan

seseorang untuk mendengarkan hati sebagai bisikan kebenaran yang berasal

dari Allah SWT. Ketika seseorang mengambil keputusan atau melakukan

pilihan, berempati, dan beradaptasi. Potensi ini sangat ditentukan oleh upaya

membersihkan qalbu dan memberikan pencerahan qalbu, sehingga mampu

memberikan nasehat dan mengarahkan tindakan, bahkan akhirnya menuntut

seseorang dalam mengambil tiap-tiap keputusan (Tasmara, 2001 : 48)

Sedangkan menurut Danah Zohar dan Ian Marshall kecerdasan

spiritual adalah kecerdasan untuk menempati makna dan value yaitu

kecerdasan untuk menempatkan perilaku dan hidup kita dalam konteks

25

makna yang lebih luas dan kaya, kecerdasan untuk menilai bahwa tindakan

atau tujuan hidup seseorang lebih bermakna dibandingkan dengan yang lain.

SQ adalah landasan yang digunakan untuk mengoptimalkan EQ dan IQ

dengan baik. Bahkan dapat dikatakan bahwa SQ merupakan kecerdasan

tertinggi kita.(Zohar,Marshall dalam Nasution, 2009:16).

Sebagaimana firman Allah dalam surat Ar Ruum ayat 30:

Artinya: “Maka hadapkanlah wajahmu dengan Lurus

kepada agama Allah; (tetaplah atas) fitrah Allah yang telah

menciptakan manusia menurut fitrah itu. tidak ada peubahan pada

fitrah Allah. (Itulah) agama yang lurus; tetapi kebanyakan manusia

tidak mengetahui.”

Dalam perbuatanya setiap orang memiliki prinsip-prinsip yang

dipegangi dan mengikuti dorongan hati. Jiwa manusia ada nilai-nilai

spiritual yang bersifat universal seperti kejujuran, kebenaran, kepedulian,

cinta, tenggang rasa, keberanian, tanggung jawab, keadilan, rasa syukur, dan

lain-lain. Menurut Ary Ginanjar, nilai-nilai itu dinamakan suara hati fitrah

yang bersumber dari asmaul husna. Ia menjelaskan bahwa nilai yang paling

dalam itu (God Spot) mengandung sifat-sifat tuhan (Asmaul Husna) sebagai

potensi diri untuk dikembangkan.

Sedangkan dalam ESQ, kecerdasan spiritual adalah kemampuan

untuk memberi makna spiritual terhadap pemikiran, perilaku, dan kegiatan,

26

serta menyinergikan IQ, EQ dan SQ ssecara komprehensif (Ginanjar, 2007 :

47)

Yang dimaksud dengan SQ yakni pengetahuan akan kesadaran diri,

makna hidup dan nilai-nilai tertinggi. Kecerdasan ini berupa mengelola

“kecerdasan hati” sehingga terekspresikan kita bekerja sama dengan lancar

menuju sasaran yang lebih luas dan bermakna.

Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa definisi

kecerdasan spiritual adalah kemampuan potensial manusia yang menjadikan

ia dapat menyadari dan menentukan makna, nilai, moral, serta cinta

terhadap kekuatan yang lebih besar dan sesama makhluk hidup, karena

merasa sebagai bagian dari keseluruhan.

Nilai-nilai spiritual inilah yang dapat memberikan makna kehidupan

karena sesungguhnya pemaknaan terhadap kehidupan ini bukan datang dari

luar akan tetapi datang dari dalam. Dengan kata lain, harta, jabatan, dan

kemewahan lainya (dunia luar) tidak bisa memberikan ketenangan yang

hakiki bagi kehidupan manusia. Buktinya banyak orang yang cukup secaraa

materi, tetapi batin mereka kering dan hampa (Nasution, 2009:10).

Meskipun demikian, bukan berarti kemiskinan (jauh dari harta, jabatan dan

kemewahan) menjadi kunci ketenangan. Akan tetapi yang dimaksud adalah

kita orang Islam jangan terjebak oleh fatamorgana kemewahan dunia.

Jadikanlah materi hanya sebagai target “antara” untuk mempertahankan

kelangsungan hidup mengabdi kepada Allah Ta’ala menuju target akhir

(kehidupan abadi di akhirat).

27

Jadi kecerdasan spiritual adalah kemampuan seseorang untuk

menghadapi dan memecahkan masalah serta memaknai kehidupan dari

berbagai sudut pandang, menjadikan setiap perilaku dan kegiatan sebagai

ibadah kepada Allah serta berprinsip hanya kepada-Nya.

a. Ciri-Ciri Kecerdasan Spiritual

Menurut Zohar dan Ian Marshall dalam Muhaimin (2010:43)

seseorang yang memiliki kecerdasan spiritual mempunyai ciri-ciri sebagai

berikut :

1) Kemampuan berperilaku fleksibel (adaptif secara spontan dan

aktif).

Orang yang mempunyai kecerdasan spiritual yang tinggi

ditandai dengan sikap hidupnya yang yang berperilaku fleksibel

akan terlihat luwes dalam menyelesaikan permasalahannya yang

luas dan dalam. Dia menyesuaikan diri dalam situasi dan kondisi

apapun dengan mudah.

2) Tingkat kesadaran diri yang tinggi

Orang yang mempunyai tingkat kesadaran yang tinggi

ditandai dengan mengenali siapa dirinya. Kesadaran yang tinggi

telah menjadikanya mudah untuk mengendalikan diri dan

memahami orang lain.

3) Kemampuan menghadapi penderitaan

Seseorang yang mampu menghadapi penderitaan itu adalah

jalan menuju manusia yang berkualitas. Dia meyakini dalam

28

penderitaan itu masih ada orang yang lebih menderita dari pada

dirinya, dan dia akan selalu mengambil hikmah dari setiap

penderitaan itu.

4) Kemampuan menghadapi rasa takut

Rasa takut pasti pernah dialami setiap orang dalam

hidupnya, manusia kadang merasa takut kehilangan jabatanya,

hartanya, orang yang disayanginya, dan sebagainya. Namun

dengan kecerdasan spiritual rasa takut itu dapat dihadapi dengan

wajar tanpa kecurangan ataupun tindakan yang tidak terpuji.

5) Kualitas hidup yang diilhami oleh visi dan nilai

Seseorang yang memiliki kecerdasan spiritual selalu

berpegang teguh dengan visi dan nilai yang diyakininya. Visi

dan nilai ini bisa bersumber dari pengalaman hidup. Visi dan

nilai membuat kehidupan menjadi berkualitas, selalu terarah

kepada kebaikan, tidak tergoyahkan ketika menghadapi cobaan,

dan lebih mudah untuk mencapai kebahagiaan.

6) Enggan menyebabkan kerugian yang tidak perlu

Agar keputusan yang diambil tidak merugikan diri sendiri

dan orang lain, maka orang cerdas spiritualnya akan berpikir

selektif. Dia selalu memutuskan sesuatu yang

mempertimbangkan sisi baik buruknya, sehingga menimbulkan

langkah yang efektif.

29

7) Cenderung melihat keterkaitan berbagai hal

Berpikir holistik atau melihat keterkaitan berbagai hal,

bermanfaat untuk menghasilkan kebaikan. Berfikir holistik

membuat seseorang tampak lebih matang dan berkualitas.

Kecerendungan melihat keterkaitan berbagai hal diperlukan saat

menghadapi berbagai kejadian.

8) Cenderung bertanya “mengapa” atau “bagaimana jika”

Pertanyaan “mengapa” atau “bagaimana jika” merupakan

pertanyaan untuk mencari jawaban yang mendasar. Dengan

mengajukan pertanyaan seperti itu, seorang akan terbantu

memahami setiap permasalahan secara baik dan bukan parsial.

Tjuan bertanya mengapa atau bagaimana jika adalah supaya

seseorang tidak terjebak dalam satu permasalahan yang

memungkinkan seseorang dapat mengambil keputusan tidak

tepat, dan terhindar dari sebuah kegagalan mencapai sebuah

keberhasilan.

9) Pemimpin yang penuh perhatian dan tanggung jawab

Apabila kita mencari seorang pemimpin, carilah pemimpin

yang mempunyai kecerdasan spiritual yang tinggi. Sebab orang

yang memiliki kecerdasan spiritual yang tinggi akan bias

menjadi pemimpin yang penuh pengabdian dan tanggung jawab.

(Zohar dan Marshall, 2007: 14)

30

3. Kecerdasan Emosional Spiritual

a. Pengertian

Kecerdasan emosional spiritual adalah suatu perangkat kerja dalam

hal pemngembangan karakter dan kepribadian berdasarkan nilai-nilai rukun

iman dan rukun islam yang akhirnya akan menghasilkan manusia yang

unggul dalam sektor emosi dan spiritual yang mampu mengeksplorasi dan

menginternalisasi kekayaan ruhaniah dan jasadiyah dalam hidupnya.

(Ginanjar, 2001: 25)

Menurut penulis kecerdasan emosional spiritual adalah gabungan

antara kecerdasan emosi dan spiritual berdasarkan pemaknaan rukun iman,

rukun islam dan ihsan sehingga menciptakan manusia yang utuh.

b. Ciri-ciri kecerdasan emosional spiritual

Ary Ginanjar (2001:276) berpendapat: hal-hal yang berhubungan

dengan kecakapan kecerdasan emosional dan spiritual, seperti konsistensi

(istiqomah), kerendahan hati (tawadu’), berusaha dan berserah diri

(tawakkal), ketulusan (keikhlasan), totalitas (kaffah), keseimbangan

(tawazun), integritas dan penyempurnaan (ihsan).

1) Konsistensi (istiqomah)

Konsistensi atau istiqomah dalam terminologi akhlak adalah

perilaku teguh dalam mempertahankan keimanan dan keislaman sekalipun

menghadapi berbagai macam tantangan dan godaan. ( Ilyas, 2007:97)

31

Orang yang istiqomah dalam melaksanakan perintah Allah

jiwannya tidak akan terpengaruh oleh lingkungan, ujian kehidupan baik

yang bersifat menyenangkan maupun menyedihkan. Dengan keistiqomahan

itu seseorang akan tetap berpegang teguh pada Allah meskipun menghadapi

ujian yang berat dan pedih. Hubunganya dengan kecerdasan emosi, orang

yang istiqomah akan dijauhkan dari kesedihan, yang negatif yakni

kesedihan yang berlarut-larut dan diliputi penyesalan yang mendalam serta

ketakutan menghadapi masa depan.

2) Kerendahan hati (tawadu’)

Kerendahan hati bukan berarti merendahkan diri dihadapan

manusia akan tetapi adalah tidak memandang diri lebih tinggi daripada

orang lain. Orang yang rendah diri menyadari bahwa apa yang dia miliki

baik berupa bentuk fisik yang cantik maupun tampan, ilmu pengetahuan,

harta kekayaan, kedudukan dan pangkat, hanyalah karunia Allah SWT.

3) Berusaha dan berserah diri (tawakkal)

Tawakkal artinya menyerahkan diri kepada Allah SWT dan selalu

bergantung padaNya. Tawakkal diawali dengan usaha (ihtiyar) yang

sungguh-sungguh danmaksimal. Kemudian apa yang telah diusahakan itu,

diserahkan kepada Allah SWT.

Diantara hikmah tawakkal yaitu ketika seseorang sudah

merencanakan sesuatu dengan cermat, mengerahkan segala tenaga, dan

melaksanakan rencananya dengan penuh kedisiplinan, dan menyerahkan

hasilnya kepada Allah, namun keinginanya tidak tercapai, maka itu tidak

32

membuat dirinya putus asa. Pada setiap proses yang akan dan telah kita

lalui, tertadap takdir atau hukum ketetapan tuhan yang bersifat pasti.

(Ginanjar, 2001: 212)

4) Ketulusan (keikhlasan)

Ikhlas berasal dari bahasa arab khalasa yang artinya jernih, bersih,

murni, tidak bercampur. Secara istilah ikhlas berarti beramal semata-mata

hanya untuk mengharap ridla Allah SWT. (Ilyas, 2007:29). Jadi ikhlas

adalah beramal dengan sebaik-baiknya tanpa ada rasa pamrih atau

mengharap sesuatu balasan apapun selain hanya mengharap ridha dari Allah

SWT. Ikhlas membuat sesorang menjadi tangguh dalam menghadapi semua

masalah atau problem yang sedang dihadapi serta membuat seseorang tidak

lupa diri ketika mendapat pujian dan terhindar dari sifat sombong.

Niat yang ikhlas berarti niat yang didasarkan semata-mata hanya

untuk mencari ridha Allah SWT. Prinsip mencari ridha Allah itu membuat

hati seseorang menjadi tentram dan bahagia juga menjaga kesetabilan emosi

(Ginanjar, 2001:133). Beramal dengan sebaik-baikya sama dengan

melakukan pekerjaan secara profesional. Bekerja secara profesional berarti

bekerja untuk menghasilkan sesuatu dengan usaha atau jerih payahnya

sendiri untuk kebajikan diri sendiri juga untuk orang lain.

5) Totalitas (kaffah)

Totalitas artinya keseluruhan. Dalam Al Qur’an disebutkan bahwa

seseorang harus masuk Islam secara keseluruhan. Seseorang yang masuk

islam secara kaffah maka akan menjalankan ajaran agamanya secara

33

keseluruhan baik secara fisik maupun secara batin. Dia akan komitmen

melaksanakan ajaran islam seperti perintah mentaati rukun iman, langsung

dari Allah dan bersyahadat kepada Allah (Ginanjar, 2001:265).

6) Integritas dan penyempurnaan (ihsan)

Integritas adalah perilaku jujur dan dapat dipercaya (Ginanjar,

2001:129). Integritas merupakan kesamaan antara perkataan, pikiran dan

perbuatan. Orang yang memiliki integritas dalam melakukan pekerjaan tidak

membutuhkan tidak membutuhkan pujian atau tepuk tangan dari orang lain.

Dia melakukanya dengan penuh kesungguhan, ketuntasan dan bekerja

dengan hati. Ihsan menghendaki manusia untuk menyadari kehadiran Allah

dan berperilaku sebaik-baiknya (Ginanjar, 2003:17). Ihsan membuat

seseorang untuk berperilaku maksimal, karena dia merasa diawasi Allah.

B. Faktor-faktor yang menpengaruhi kecerdasan emosional dan spiritual

ESQ

1. Faktor Intren

Faktor intren adalah faktor yang ada dalam diri seseorang itu

sendiri meliputi aspek fisiologis (fisik, jasmani atau pembawaan) dan

aspek psikologis (kerohanian)

a. Aspek fisiologis

Kondisi fisiologis (fisik/jasmani) dapat mempengaruhi

kepribadian, semisal, jika seseorang itu memiliki fisik yang cacat,

besar kemungkinan dia akan menjadi orang yang minder akan

34

dirinya sendiri, dan semua ini akan berimbas pada kepribadiannya

yang cenderung menyendiri, karena malu untuk berhubungan dan

bekerjasama dengan orang lain, sehingga berpengaruh pada

kecerdasan emosinya. (Gunawan 2000:59)

b. Aspek psikologis

Dalam aspek psikologis, banyak faktor yang dapat

mempengaruhi perkembangan seseorang. Namun diantara faktor-

faktor psikologis ini atau lebih dikenal dengan faktor kerohanian,

cenderung dipengaruhi oleh tingkat kecerdasan, sikap, bakat, minat

dan motivasi. Semisal ,seseorang memiliki kecerdasan tinggi

biasanya dia akan mudah bergaul dan bekerja sama dengan orang

lain. Karena dia merasa cukup percaya diri dengan kecerdasan

yang dia miliki, sama dengan sikap, bakat, ataupun minat. Dengan

sikap yang tenang, percaya diri, optimis, pandai bersosialisasi,

maka semua itu akan mempengaruhi pada kematangan EQ

seseorang. (Syah 1997:133)

2. Faktor Ekstren

Faktor ekstern berasal dari faktor lingkungan sosial yang meliputi

keluarga, sekolah dan masyarakat, dan kesemuanya itu mempengaruhi

kecerdasan emosional seseorang, jika dia hidup dalam keluarga yang

harmonis dan lingkungan masyarakat yang baik, maka akan

memberikan dampak positif bagi perkembangan emosional seseorang.

Dalam ajaran agama Islam baik kecerdasan emosional maupun

35

kecerdasan spiritual yang luhur itu dapat terwujud dengan adanya

akhlaq yang baik dalam diri seseorang, jadi sebagai orang tua yang

berperan sebagai pendidik pertama bagi seorang anak maka wajib bagi

mereka menanamkan akhlaq tang baik pada anaknya

Faktor eksternal meliputi faktor keluarga, faktor pendidikan dan

lingkungan sosial. Dalam keluarga orang tua sangat berperan dalam

pembentukan atau perkembangan spiritual anak, begitu juga dengan

faktor pendidikan,. Pendidikan moral dan budi pekerti baik yang

ditanamkan kepada siswa sejak dini, mak dapat memberikan bekas dan

pengaruh kuat dalam perilaku spiritual siswa di sekolah dan kehidupan

sehari-hari. (Sukidi 2000:30)

C. Peran Guru dalam mengembangkan ESQ

Guru yang baik adalah guru yang mengajar dengan hati,

membimbing dengan nuraninya, mendidik dengan keikhlasan dan

menginspirasi serta menyampaikan kebenaran dengan rasa kasih sayang,

tidak kalah pentingnya adalah hasratnya untuk mempersembahkan apapun

yang dia karyakan sebagai ibadah terhadap tuhan.

Sebelum penjelasan mengenai peran guru dalam dalam

pengembangan ESQ (kecerdasan emosional dan spiritual) perlu diketahui

beberapa peran guru disekolah yaitu:

1. Peran guru dalam proses belajar mengajar itu ada empat yaitu:

a. Guru sebagai demonstrator atau pengajar, guru hendaknya

selalu mengusai bahan materi pelajaran yang akan

36

diajarkan, serta senantiasa mengembangkannya, dalam arti

luas meningkatkan kemampuannya dalam ilmu

pengetahuan yang dimilikinya, karena dalam hal ini akan

sangat menentukan hasil belajar yang dicapai siswa.

(Usman, 2011:9)

b. Guru sebagai pengelola kelas

Dalam peranannya sebagai pengelola kelas, guru

hendaknya mampu mgelola kelas sebagai lingkungan

belajar serta merupakan aspek dari lingkuang sekolah yang

perlu diorganisasikan. Tujuan umum pengelolaan kelas

ialah menyediakan dan menggunakan fasilitas kelas untuk

bermacam-macam kegiatan belajar mengajar agar mencapai

hasil yang baik. Sedangkan tujuan khususnya adalah

mengembangkan kemampuan siswa dalam menggunakan

alat-alat belajar, menyediakan kondisi-kondisi yang

memungkinkan siswa bekerja dan belajar, serta membantu

siswa untuk memperoleh hasil yang diharapkan. (Usman,

2011:10)

c. Guru sebagai mediator dan fasilitator

Sebagi mediator dan fasilitator guru hendaknya memiliki

pengetahuan dan pemahaman yang cukup tentang media

pendidikan karena media pendidikan merupakan alat

komunikasi untuk lebih mengefektifkan proses belajar

37

mengajar tetapi guru harus memiliki pengetahuan dan

ketrampilan untuk memilih dan menggunakan serta

mengusahakan media pendidikan itu dengan baik.

Sedangkan sebagai fasilitator guru hendaknya mampu

mengusahakan sumber belajar yang berguna serta dapat

menunjang tercapainya tujuan dalam proses belajar

mengajar baik yang bersumber dari narasumber, buku

bacaan, majalah, atau surat kabar.

d. Guru sebagai evaluator

Dalam proses belajar mengajar guru hendaknya menjadi

seorang evaluator yang baik. Kegiatan ini dilakuakan untuk

mengetahui apakah tujuan yang telah dirumuskan itu

tercapai atau belum, dan apakah materi yang disampaikan

sudah tepat. Tujuan lain dari penilaian diataranya adalah

untuk mengetahui kedudukan siswa di dalam kelas atau

kelompoknya. Dengan penilaian guru dapat mengetahui

prestasi yang telah di capai siswa dalam proses belajar

mengajar.

2. Peran guru secara pribadi

Dilihat dari segi dirinya sendiri, seorang guru harus berperan

sebagai berikut:

a. Petugas sosial, yaitu seseorang yang harus membantu untuk

kepentingan masyarakat. Dalam kegiatan-kegiatan masyarakat

38

guru merupakan petugas yang dapat dipercaya berpartisipasi di

dalamnya.

b. Pelajar dan ilmuan yaitu senantiasaterus menerus menuntut

ilmu pengetahuan. Dengan berbagai cara seorang guru harus

senantiasa belajar untuk mengikuti perkembangan ilmu

pengetahuan.

c. Orang tua yaitu mewakili orang tua disekolah untuk pendidikan

anaknya. Sekolah merupakan lembaga pendidikan setelah

keluarga, sehingga dalam arti luas sekolah merupakan keluarga,

guru berperan sebagi orang tua untuk siswa-siswinya.

d. Pencari teladan yaitu guru senantiasa mencarikan teladan yang

baik untuk siswa-siswinya. Guru menjadi ukuran bagi norma-

norma tingkah laku.

e. Pencari keamanan yaitu guru senantiasa mencarikan rasa aman

bagi siswa-siswanya (https://fixguy.wordpress.com/peran

guru/, diakses pada hari sabtu, 26 September 2015 pukul

12.15).

3. Peran guru secara psikologis

a. Ahli psikologi yaitu petugas psikologi dalam pendidikan yang

melaksanakan tugas-tugasnya atas dasar prinsip-prinsip

psikologi.

39

b. Seniman dalam hubunganya antar manusia yaitu orang yang

mampu membuat hubungan antar manusia untuk tujuan

tertentu, dengan cara tertentu, khususnya dalam hal pendidikan.

c. Pembentuk kelompok atau jalan dalam pendidikan

d. Catalytic agent yaitu orang yang memberi pengaruh dalam hal

pembaharuan atau sering disebut dengan (inovator)

e. Petugas kesehatan mental yaitu pentugas yang bertanggung

jawab atas pembinaan mental, khususnya mental siswa.

(http://file.upi.edu/Direktori/FTIK/M_K_D_U/jtptiain-gdl-eny

ulfatur -3844-1-3103250_/.pdf, diakses Hari Rabu, 08/07/2015

pukul 09.43).

Keseluruhan peran tersebut sangatlah berkaitan, baik peran

guru dalam proses belajar mengajar, peran guru secara pribadi,

maupun peran guru dalam psikologis menentukan keberhasilan

dalam proses belajar mengajar. Sedangkan kualitas dan

kuantitas siswa dipengaruhi oleh hubungan dengan guru,

hubungan antara siswa dengan siswa baik didalam maupun

diluar sekolah. Sebagai seorang guru harus mampu menjadi

perantara dalam hubungan antar manusia. Untuk itu guru harus

terampil dalam menggunakan pengetahuan tentang bagaimana

seseorang berkomunikasi dan berinteraksi. Tujuanya agar guru

dapat menciptakan secara maksimal lingkuangan yang

interaktif. Untuk mencapai tujuan itu guru haruslah mendorong

40

berlangsungnya tingkah laku yang baik, mengembangkan gaya

interaksi pribadi, dan menumbuhkan hubungan yang positif

dengan siswa. Dari sinilah peran guru dalam mengembangkan

ESQ (kecerdasan emosional dan spiritual) siswa sangat

diperlukan.

Adapun menjadi seorang guru untuk mengembangkan kecerdasan

emosional dan spiritual (ESQ) harus memiliki karakter sebagai berikut:

1. Guru dalam menjalankan profesinya diniatkan sebagai ibadah

Mengajar jika diniatkan sebagai persembahan kepada sang maha

berilmu, yang terbesit hanyalah kerendahan hati, penghargaan

kepada sang pembelajar dan hasrat yang mengagumkan untuk

memberi yang terbaik. Mengajarkan akan menjadi lebih nikmat,

mengajar menjadi lebih menentramkan dan membahagiakan semua

pihak.

2. Guru yang mengajar dengan hati

Pada dasarnya apa yang berasal dari hati akan mudah diterima pula

oleh hati. Oleh sebab seorang guru haruslah mampu mengajar

dengan hatinya sehinga tujuan pembelajaran dapat tercapai dengan

baik karena mudah diterima oleh siswanya. Percaya atau tidak

semua perkataan guru akan didengarkan oleh siswanya.

3. Guru sebagai orang yang membimbing dengan hati nuraninya

Membimbing dengan hati nurani adalah mengarahkan seseorang

kearah yang positif, tanpa membuat mereka merasa diarahkan.

41

Membantu seseorang menyelesaikan masalahnya dengan memberi

masukan. Memberi masukan-masukan dengan cara yang arif,

sehingga yang dibantu tidak merasa diajari dan menimbulkan

kesan saya lebih tahu daripada kamu. Guru sudah sepatutnya

memercikan cahaya kebenaran kepada para pelajarnya, guru yang

mampu membimbing dengan hati dan memercikan cahaya

kebenara, maka akan membuat siswanya melakukan sesuatu tanpa

disuruh.

4. Guru sebagai orang yang mendidik dengan segenap keikhlasan

Memang tugas menjadi guru sangatlah mulia, apalagi jika seorang

guru mengajar dengan ikhlas dan dengan niat serta tujuan yang

baik kepada siswanya dalam proses belajar mengajar dan

memberantas kebodohan maka semua ini akan berdampak positif

bagi siswa dalam perkembang kecerdasan anak baik IQ, EQ, dan

SQ.

5. Guru sebagai pengajar yang menginspirasi dan menyampaikan

kebenaran dengan rasa kasih

Dalam menyampaikan informasi seorang guru harus selalu berpijak

pada kebaikan dan kebenaran, sehingga menanamkan kepada siswa

untuk bersikap, bertingkah laku dan membiasakan diri untuk

menjunjung tinggi kebenaran.

42

BAB III

PAPARAN DATA DAN TEMUAN HASIL PENELITIAN

A. Gambaran umum MA Al Bidayah Candi Bandungan

1. Letak Geografis

MA Al Bidayah berada dalam satu kompleks dengan Madrasah

Tsanawiyah, Madrasah Ibtidaiyah, Raudhlotul Adfal dan Paud dalam

yayasan pendidikan Islam Al Bidayah yang terletak di dusun Kalibendo,

desa Candi, Kecamatan Bandungan, kabupaten Semarang kode pos 50665.

Gedung MA Al Bidayah didirikan di atas tanah seluas 3750 m2,

sedangkan luas bangunan 1791 m2 dengan setatus gedung milik sendiri

dan bangunan permanen. Di sebelah timur MA Al Bidayah terdapat

beberapa pondok pesantren yang sebagaian siswanya adalah santri di

pondok pesantren tersebut. MA Al Bidayah juga memiliki halaman yang

cukup luas, bangunan yang sudah terbentuk dan rapi. Di sebelah halaman

madrasah juga terdapat bangunan masjid yang lumayan besar. Masjid

tersebut digunakan untuk shalat dzuhur berjamaah dan shalat jum’at oleh

siswa-siswi MA Al Bidayah dan lembaga pendidikan lain yang ada di

sekitarnya.

2. Identitas sekolah

Nama Madrasah : Ma Al Bidayah

Status : Terakreditasi B

Tanggal : 11 November 2009

43

Alamat Madrasah : Jl. Pangeran Diponegoro Km. 4

Desa Candi Kecamatan Bandungan

Kabupaten Semarang 50665

Telp ( 0298 ) 712005

Nama Yayasan / Penyelenggara Madrasah : Yayasan Pendidikan

Islam Al Bidayah Candi

Bandungan

NSS/NDS : 131233220007

NPSN : 20320569

Tahun Didirikan : 1984

Status Tanah : Hak Milik

Surat Kepemilikan tanah : Sertifikat / Akte

-. Luas Tanah : 3750 m2

Status Bangunan : Milik Sendiri

-. Luas bangunan : 1791 m2

3. Visi dan Misi

a. Visi

Terciptanya anak didik yang berkualitas dalam iman, ilmu dan

memiliki ketrampilan serta berakhlak mulia, dengan melaksanakan

syariat Islam ala ahli sunah wal jama’ah.

b. Misi

Mempersiapkan dan membekali peserta didik dengan ilmu

pengetahuan, teknologi dan seni agar mampu menjadi manusia muslim,

44

mandiri ulet, gigih dan berkarir dan berakhlaq mulia sehingga mampu

melanjutkan kejenjang pendidikan yang lebih tinggi dan atau bekerja

secara profesional dan berorientasi pada kemampuan dan beradaptasi

dengan lingkungan.

4. Keadaan Guru

Tenaga pendidik dan karyawan yang bertugas di MA Al Bidayah

Candi Bandungan pada tahun ajaran 2015/2016 seluruhya adalah terdiri

dari 15 guru dan 4 karyawan untuk lebih jelasnya penulis sajikan tabel

data pendidik dan karyawan di MA Al Bidayah Candi Bandungan

sebagai berikut:

a. Guru

Jumlah guru terdiri dari:

- Guru D P K : 1 orang

- Guru Tetap : 12 orang

- Guru Tidak Tetap : 2 orang

Tabel 1

Tabel Daftar Keadaan Guru

No Nama / NIP Jabatan TMT Status

01. Drs. Edi Winarto Kamad 1984 GTY

02. Dra. Retno Sri

Sayekti

Wk.

Kurikulum

1985

GTY

03.

Anshori,S.Pd.I

Guru/Ka.

Perpustakaan

1993

GTY

45

b.

c.

b. Karyawan.

Jumlah Karyawan terdiri dari:

- Karyawan Tetap : 1 orang

04.

Dra. Siti Maesaroh

19681127199403 2

005

Guru/Wk.

Keiswaan 1994 DPK

05. Mustofa, S Pd I Wk. Sapras 1996 GTY

06. Dra. Budi

Gendriyani

Wk Humas

2001

GTY

07.

Akhmad

Syaefudin,S.PdI

Guru

2001

GTY

08. Hening Titi Wijaya ,

S Pd

Guru

2005

GTY

09. Dra. Eni Nurmala Guru/Ka.Lab

IPA

2007

GTY

10. Pujiati, S.Si Guru 2008 GTY

11. Efendi Fitriyawan,

S.Pd

Guru

2010

GTT

12. Mazulfah,

M.Par,.M.Pd

Guru

2002

GTY

13 Ir. M.Fauzan Guru 2007 GTT

14 Afriyah Guru 2009 GTY

15 Nur Rowiyanto Guru 2008 GTY

46

- Kebersihan : 1 orang

- Satpam : 1 orang

- Penjaga : 1 orang

Tabel 2

Tabel Daftar Pegawai

No Nama / NIP Jabatan TMT Status

01. Nur Rowiyano Ka. TU 2008 PTY

02 Bejo Suseno Kebersihan 2008 PTY

03 Dawam Muroji Satpam 2007 PTY

04 Sutrisno Penjaga 2011 PTY

5. Keadaan peserta didik

Peserta didik merupakan faktor yang sangat penting dalam

pendidikan. Tanpa peserta didik maka kegiatan pendidikan tidak akan

terlaksana. Jumlah peserta didik di MA Al Bidayah Candi dari tahu

pelajaran 2010/2011 adalah 148 peserta didik, tahun ajaran 2011/2012

sebanyak 202 peserta didik, tahun 2012/2013 sebanyak 196 peserta didik,

tahun ajaran 2013/2014 sebanyak 190 peserta didik dan pada tahun ajaran

2014/1015 sebanyak 202 peserta didik. Adapun pada tahun ajaran

2015/2016 penulis sajikan dalam bentuk tabel sebagai berikut:

47

Tabel 3

Tabel Data Peserta Didik Tahun Ajaran 2015/2016

No

Kelas

Keadaan Siswa

Laki-laki Perempuan Jumlah

1. X 33 65 98

2.

XI IPA

XI IPS

7

21

13

18

20

39

3.

XII IPA

XII IPS

8

16

14

17

22

33

Jumlah 75 137 212

6. Sarana dan Prasarana

Sarana dan prasarana adalah hal penting yang harus ada dalam suatu

lembaga pendidikan agar tujuan dilaksanakannya pendidikan dapat tercapai.

Sarana pendidikan adalah peralatan dan perlengkapan yang secara langsung

dipergunakan sebagai penunjang proses pendidikan, khususnya proses

belajar mengajar seperti gedung, ruang kelas, meja, kursi, serta alat-alat dan

media pengajaran. Untuk lebih jelasnya penulis sajikan dalam bentuk tabel

sebagai berikut:

a. Gedung

Luas Tanah : 3570 M 2

48

Tabel 4

Tabel Data Bangunan

No Jenis Ruangan

Jumlah

Ruangan

Luas

01 Ruang Kelas 9 315 M2

02 Ruang Labolaturium 1 15 M2

03 Ruang Perpustakaan 1 12 M2

04 Ruang UKS 1 3 M2

05 Ruang Kepala Madrasah 1 15 M2

06 Ruang Guru 1 15 M2

07 Masjid 1 120 M2

08 Kamar Kecil Siswa 5 18 M2

09 Kamar Kecil Guru 2 12 M2

10 Toko Koperasi 1 12 M2

11 Ruang OSIS 1 6 M2

12 Sanggar Pramuka 1 6 m2

13 Ruang TU 1 12 M2

14 Ruang BK 1 4 M2

b. Mebeler

49

Tabel 5

Tabel Data Mebeler

No Uraian Jumlah

01 Meja Siswa 126

02 Kursi Siswa 252

03 Meja Guru 15

04 Kursi Guru 15

05 Meja TU 3

06 Kursi TU 3

07 Almari 4

08 Kursi Tamu 1 set

c. Keadaan Barang

Tabel 6

Tabel Data Keadaan Barang

No Nama Barang Jumlah

Keadaan

Baik Sedang

Rusak

Ringan

Rusak

Berat

1 Komputer 12 2 5 5 -

2 Mesin Jahit 21 15 5 1 -

3 Kursi Siswa 160 10 5 3

4 Meja Guru 15 15

50

5 Kursi Guru 15 15

6 Almari Laborat 5 5

7

Meja,Kursi

Ketik

1 1

8

Meja

Kantor/TU

4 4

9 Almari 4 4

10 Televisi 1 1

11 Telepon 1 1

12 Pompa Air 1 1

13 Radio tape 3 1 2

14 VCD Play 2 2

15 Pengeras Suara 2 1 1

16 LCD 4 4

17 Mesin Ketik 1 1

18 Alat Kesenian 1 set 1 set

19

Peralatan

Pramuka

1 Set 1 Set

51

d. Lapangan Olah Raga

Tabel 7

Tabel Data Lapangan Olah Raga

No Jenis Lapangan Olah Raga Jumlah Keterangan

1 Bola Volly 1

2 Tenis Meja 1

3 Sepak Bola 1 Milik Desa

e. Labolatorium

Tabel 8

Tabel Keadaan Labolaturium

No Laboratorium Ada / Tidak

Baik/ Rusak Ringan/

Berat

1 Bahasa Tidak -

2 IPA Ada Baik

3 Komputer Ada Rusak ringan

f. Perpustakaan

1) Jumlah Buku : 2340

2) Jumlah Judul : 237

3) Jenis Buku : a ) Karya Umum : 25 Judul

b ) Agama : 19 Judul

c ) Sosial : 45 Judul

52

d ) Bahasa : 25 Judul

e ) Ilmu Murni : 53 Judul

f ) Ilmu Terapan : 60 Judul

g ) Kesusastraan : 17 Judul

h ) Geografi dan Sejarah : 87 Judul

I ) Kesenian, Hiburan,

dan Olah Raga : 49 Judul

7. Kegiatan Sekolah

Dalam sebuah lembaga pendidikan tidak hanya sarana dan

prasarana saja yang dibutuhkan untuk menunjang atau meningkatkan

kemampuan atau potensi peserta didik. Akan tetapi, juga diperlukan

kegiatan-kegiata yang secara langsung dapat mengembangkan

pengetahuan dan ketrampilan peserta didik. Adapun kegiatan-kegiatan

yang dilakukan di MA Al Bidayah adalah sebagai berikut:

a.Intra Kurikuler

1). Seluruh Pelajaran Mengacu Peraturan Pemerintah

2). Program Tambahan Ciri Khusus ( Hafalan Surat Pendek, Praktek

Mengkafani Jenazah, Tahlil Dan Dzikir )

B. Ekstra Kurikuler

1). Olah Raga Prestasi Dan Non Prestasi

2). Berorganisasi Baik Melalui Osis Maupun Pramuka Dan Juga Ormas

Lain Seperti Ipnu,Ippnu.

3). Majelis Ta’lim Tengah Bulan

53

4). Khotbah

5). Tadarus Alqur’an

6). Menjahit

7). Komputer

C. Kegiatan Sosial

1). Pembagian Zakat Fitrah Kepada Kaum Dhuafa

2). Penyembelihan Hewan Kurban

3). Kemah Bakti Sosial

4). Ikut Serta Aktif Kegiatan Desa Maupun Tingkat Kecamatan

B. Hasil Temuan Penelitian

Seperti yang sudah dijelaskan pada bab sebelumya bahwa guru yang

baik adalah guru yang mengajar dengan hati nuraninya, membimbing dengan

hati nuraninya, mendidik dengan keikhlasan dan menginspirasi serta

menyampaikan kebenaran dengan rasa kaih sayang, tidak kalah pentingnya

adalah hasrat untuk mempersembahkan apa yang dia karyakan sebagai ibadah

terhadap Tuhanya.

Guru memiliki peran penting dalam hal mewujudkan pencapaian

pendidikan dan pembelajaran yang berkualitas disekolah. Agar pencapaian

kualitas pendidikan dan pembelajaran dapat berjalan secara optimal perlu

diupayakan bagaimana mengembangkan diri peserta didik untuk memiliki

kecerdasan emosional dan spiritual (ESQ) yang stabil. Melalui kecerdasan

emosional dan spiritual (ESQ) diharapkan semua unsur yang terlibat dalam

pendidikan dan pembelajaran dapat memahami diri dan lingkungan secara

54

tepat, memiliki kepercayaan diri yang kuat, tidak iri hati, dengki, cemas,

takut, murung, tidak mudah putus asa dan tidak mudah marah, sehingga

menjadi manusia yang berkualitas dalam iman, ilmu dan pengetahuan serta

berakhlaq mulia.

Sesuai dengan hasil observasi, wawancara, serta dokumentasi di lokasi

penelitian yaitu di MA Al Bidayah Candi peneliti mendapatkan beberapa hal

diantaranya:

1. Peran guru dalam mengembangkan kecerdasan emosional dan

spiritual siswa di MA Al Bidayah Candi Bandungan

Adapun peran guru dalam mengembangkan kecerdasan emosional dan

spiritual siswa di MA Al Bidayah yang meliputi konsistensi, kerendahan

hati, berusaha dan berserah diri, ketulusan, totalitas, keseimbangan,

intergitas dan penyempurnaan:

a. Konsistensi (Istiqomah)

Menurut HT selaku guru waka kesiswaan mengatakan:

“guru mengharuskan kepada siswa untuk shalat dhuhur berjamaah

bagi siswa laki-laki maupun perempuan yang tidak berhalangan

serta shalat jum’at dan guru hanya membimbing dan mengabsen

siswa”

Siswa diwajibkan mengerjakan shalat dzuhur berjamaah dan shalat

jum’at diharapkan mampu membantu siswa untuk konsistensi

(istiqomah) dalam menjalankan ibadahnya di manapun mereka berada.

Ditambahkan oleh RS sebagai guru akidah akhlak dan waka

kurikulum menuturkan:

55

“kami membiasakan siswa untuk membaca asmaul husna setiap

hari dan atu tadarus Al Qur’an sebelum pelajaran dimulai”

Ditambahkan oleh M siswa kelas XII mengatakan:

“kami diwajibkan untuk shalat dzuhur berjama’ah dan shalat

jum’at mas.... bahkan kami juga diharuskan dzuha dengan bergilir

setiap kelas”

Guru berperan dalam mengembangkan kecerdasan emosional dan

spiritual siswa terutama dalam hal konsistensi (istiqomah) dengan

memberikan kewajiban serta membiasakan siswa untuk melakukan dan

merasakan pengalaman pengamalan ibadahnya.

Menurut ED selaku kepala sekolah menyampaikan sebagai berikut:

“kami mewajibkan kepada seluruh guru dan karyawan untuk

memberikan contoh keteladanan seperti kami juga ikut aktif dalam

kegiatan shalat dhuhur berjama’ah demi terwujudnya budi beperti

yang luhur sesuai dengan visi dan misi madrasah”

Senada dengan itu S selaku waka sarana dan prasarana

mengatakan:

“sebagai seorang guru tentu saja kita memberikan teladan yang

baik, karena guru itu digugu dan ditiru, jadi apa yang kita lakukan

tentu saja menjadi contoh bagi siswa baik perkataan maupun

perbuatan”

Guru selalu berusaha aktif dalam memberikan teladan yang baik

bagi siswa karena apa yamg dilakukan guru menjadi contoh yang akan

dilakukan siswanya baik dari segi perkataan maupun perbuatan, sehingga

jika seorang guru mempunyai konsistensi maka siswanya pun akan

memiliki konsistensi.

Hal seruapa juga dikatakan RS selaku guru akidah akhlak

mengatakan:

56

“guru menanamkan pada siswa bahwa Allah akan mengangkat

derajat manusia dengan ilmu dan kemampuan yang dimilikinya

sehingga dengan begitu akan menumbuhkan kesadaran diri pada

siswa untuk rajin dalam menuntut ilmu, serta memberikan teladan

yang baik misalnya melalui pelajaran akidah akhlak”

Penanaman nilai pada siswa bahwa Allah akan mengangkat derajat

manusia dengan ilmu yang dimilikinya akan membuat siswa mempunyai

kesadaran diri untuk rajin dalam menuntut ilmu. Selain itu guru juga

memberikan contoh atau teladan yang baik serta mengarahkan mereka

untuk berbuat baik.

b. Kerendahan hati (tawadu’)

Menurut RS selaku guru akidah akhlak mengatakan:

“dalam hal ini, guru melibatkan siswa secara optimal dalam

pelajaran baik secara fisik, sosial, maupun emosional. Karena

dengan begitu kita dapat melatih siswa pandai bersosialisasi

dengan teman, guru dan sesama, serta menuntun siswa pandai

mengendalikan diri dan emosi dan menggiringya kearah yang

positif....ya misalnya dengan metode diskusi, tannya jawab dan

sebagainya”

Guru melibatkan siswa secara langsung dalam proses pembelajaran

baik secara fisik, sosial, maupun material sehingga siswa pandai

bersosialisasi dan menjaga hubungan baik dengan guru, maupun sesama

siswa.

Ditambahkan oeh HT selaku guru waka kesiswaan mengatakan:

“guru menganjurkan pada siswa untuk bertutur kata dengan

sopan dan mengucapkan salam apabila bertemu dengan guru

serta ketika akan memasuki ruangan baik kelas maupun ruang

guru”

Hal ini sesuai dengan hasil pengamatan lapangan sebagai beriukut:

57

Guru mengajarkan kepada siswa untuk bertutur kata dengan sopan,

mengucapkan salam ketika bertemu serta berjabat tangan ketika

berjumpa. Guru melibatkan siswa secara aktif dalam proses pembelajaran

baik secara fisik, materiil, maupun emosional.

Melihat hal ini peran guru yang telah dilakukan adalah

mengajarkan kepada siswa untuk saling menghargai dan menghormati

dengan tidak memandang diri lebih tinggi daripada orang lain.

c. Berusaha dan berserah diri (tawakkal)

Berusaha dan berserah diri ( tawakkal) merupakan hal penting

dalam kegiatan belajar mengajar, sehingga ketika apa yang sudah

direncanakan dan diusahakan dengan sungguh-sungguh dalam belajar

tidak tercapai, maka itu tidak akan membuat dirinya putus asa. Oleh

sebab itu RS selaku guru akidah akhlak dan waka kurikulum

mengatakan:

“guru menanamkan pada siswa untuk berusaha dengan sungguh-

sungguh dalam menjalankan aktifitas belajar, atau memberikan

motivasi atau semangat pada siswa sehingga siswa akan tertarik

dengan suasana belajar dalam kelas sehingga siswa tidak akan

merasa bosan dalamk kelas”

Senada dengan itu ED yang merupakan guru waka kesiswaan

mengatakan:

“guru menuntut siswa untuk aktif dalam kegiatan belajar

mengajar ... selain itu kami juga melibatkan siswa untuk aktif

dalam dalam kegiatan-kegiatan atau event-event atau perlombaan

baik yang diadakan sekolah maupun diluar sekolah sehingga

mereka merasa tertarik dan berusaha dengan sungguh-sungguh

untuk mencapai hasil yang maksimal”

58

Siswa lebih senang apabila dilibatkan dalam kegiatan-kegiatan

sehingga hal itu mampu membuat siswa untuk berusaha dengan sungguh-

sungguh dalam kegiatan itu dan menyerahkan hasil yang telah

diusahakan kepada Allah SWT.

Diatmbahkan oleh HT sebagai waka kesiswaan mengatakan:

“guru membantu siswa yang bermasalah untuk menemukan

solusinya.... terutama bagi siswa kami mengajak mereka

mengobrol secara langsung serta memberikan surat panggilan

dengan orang tua untuk duduk dan ngobrol bersama untuk

mencari solusinya”

d. Ketulusan (keikhlasan)

Menurut RS waka kurikulum dan guru akidah akhlak mengatakan:

“ya seperti halnya yang dilakukan sekolah lain di sini kami juga

menganjurkan kepada siswa untuk menyisihkan sakunya untuk

yazis, infak dan shadakah yang dilakukan seminggu sekali

setiap hari jum’at untuk mengembangkan empati siswa, selain

itu kami juga mengajak siswa untuk takziyah ketika ada yang

terkena musibah”

Guru mengajarkan kepada siswa untuk menyisihkan uang untuk

shadaqah dan infak agar siswa terbiasa untuk melakukan sesuatu dengan

ikhlas.

Ditambahkan oleh HT waka kesiswaan:

“kegiatan yang dilakukan untuk mengembangkan keikhlasan

pada siswa yaitu dengan mengadakan kemah bakti sosial,

penyembelihan hewan kurban serta pembagian zakat, serta

infak dan sedekah untuk mengajarkan siswa ikhlas dalam

beramal serta kami (guru) mengajarkan kepada siswa untuk

mengerjakan kewajibanya dan apa yang di sunnahkan”

59

Guru mengajarkan kepada siswa untuk melakukan kegitan-kegiatan

positif yang bermanfaat bagi diri sendiri dan orang lain, serta

mengajarkan kepada siswa ikhlas dalam beramal.

e. Totalitas (kaffah)

Menurut ED selaku kepala sekolah menyampaikan:

“dalam hal ini kami berusaha secara total dalam melakukan

peran atau tugas sebagai guru, selain itu kami juga berusaha

membantu siswa dalam menyelesaikan masalah-masalah yang

sedang dihadapinya.”

Guru melakukan perannya secara total selain itu guru juga tidak

hanya mentransfer ilmu saja tetapi juga melakukan perannya dengan

membantu siswa menyelesaikan masalahnya.

Senada dengan itu RS selaku guru akidah akhlak dan waka

kurikulum menyampaikan:

“kami menuntut siswa untuk aktif dalam kegiatan belajar

mengajar...selain itu kami juga melibatkan siswa untuk aktif

dalam kegiatan-kegiatan, event-event atu perlombaan baik yang

diadakan sekolah maupun diluar sekolah”

Menurut M siswa kelas XII mengatakan:

“dalam hal ketrampilan tentu saja disini kami dituntut untuk

untuk mempunyai ketrampilan, bahkan kami sendiri yang

menentukan atau membuat perlombaan dalam acara class

meeting serta di beri kesempatan untuk mengelola kantin atau

koperasi sendiri”.

Selain itu ditambahkan oleh HT waka kesiswaan dan guru fisika

sebagai berikut:

“kami mendorong siswa untuk aktif dalam berorganisasi baik

yang organisasi dalam sekolah maupun di luar sekolah agar

siswa terbiasa bersosialisasi dan berkomunikasi dengan baik

60

serta pandai beradaptasi dengan lingkungan dimanapun mereka

berada dan mematuhi norma yang berlaku di masyarakat, selain

itu kami juga menjalin hubungan positif dengan masyarakat

dengan memberikan peraturan-peraturan terhadap siswa untuk

tidak melakukan hal-hal negatif yang meresahkan masyarakat

seperti tindakan kriminalitas seperti pencurian, penodongan,

tawuran dan sebagainya yang meresahkan warga atau

masyarakat”

guru mendorong dan menganjurkan kepada siswa untuk mengikuti

organisasi baik dalam lingkungan sekolah maupun di luar sekolah agar

siswa secara total .

Ditambahkan oleh S selaku guru fisika mengatakan:

“guru melibatkan siswa secara optimal dalam proses

pembelajaran baik secara fisik, sosial maupun emosional.

Karena dengan begitu kita dapat melatih siswa bersosialisasi

dengan baik dan melibatkan siswa secara total dalam

pembelajaran bukan sebatas teori saja”

f. Integritas dan penyempurnaan (ihsan)

Seperti yang dikatakan ED selaku kepala sekolah menyampaikan

sebagai berikut:

“kami mewajibkan kepda seluruh guru dan karyawan untuk

memberikan contoh keteladanan baik, seperti kami juga ikut aktif

dalam kegiatan shalat dhuhur berjamaah demi terwujudnya budi

pekerti yang luhur sesuai visi dan misi madrasah”

Senada dengan itu S selaku guru waka sarana dan prasarana

mengatakan:

“sebagai seorang guru tentu saja kita memberikan teladanyang

baik, karena guru itu digugu dan ditiru jadi apa yang kita lakukan

tentu saja menjadi contoh bagi siswa baik perkataan maupun

perbuatan”

Menurut RS guru akidah akhlak dan waka kurikulum dari hasil

wawancara sebagai berikut:

61

“guru menanamkan nilai-nilai moral dan agama melalui sikap

dan perilaku guru, melalui pelajaran-pelajaran yang disampaikan

seperti mata pelajaran akidah akhlak, fiqih, ski dan aswaja atu ke-

NU an”

Guru menanamkan nilai-nilai moral dan agama melalui kegiatan

belajar mengajar serta memberi contoh melalui sikap dan perilaku guru.

3. Kurikulum yang diterapkan di MA Al Bidayah

Kurikulum merupakan segala rencana pelaksanaan pendidikan yang

dijadikan pedoman di suatu lembaga sekolah/madrasah. Kurikulum yang

diterapkan di MA Al Bidayah adalah sesuai dengan peraturan yang

ditetapkan pemerintah yaitu menggunakan kurikulum 2013. Hal ini

sebagaimana penuturan RS selaku waka kurikulum sebagai berikut:

“di sini menggunakan kurikulum 2013 sebagaimana yang telah

ditetapkan meskipun kami belum sepenuhnya menggunakan

kurikulum itu dalam kegiatan belajar mengajar”

Hal serupa juga disampaikan ED selaku kepala sekolah:

“kalau kurikulum ya masih sama disini kami sesuai dengan

ketetapan pemerintah, tetapi disini juga melakukan tindakan

lain sebagai tambahan kurikulum intern atau program

tambahan sebagai ciri khusus seperti, hafalan surat pendek,

praktik mengkafani jenazah dan tahlil dan dzikir”

Kurikulum yang digunakan di MA Al Bidayah adalah kurikulum

2013. Selain itu program tambahan yang diberlakukan di MA Al Bidayah

sudah mengarah pada pengembangan ESQ siswa, meskipun secara

eksplisit tidak menyebutkan kata-kata mengembangkan kecerdasan

emosional dan spiritual.

62

4. Faktor pendukung pengembangan keerdasan emosional dan spiritual

(ESQ)

Demi tercapainya tujuan pendidikan di suatu lembaga pendidikan

sekolah/madrasah tentunya ada faktor yang mendukung. Adapun faktor

yang mendukung untuk pengembangan keerdasan emosional dan spiritual

di MA Al Bidayah, sebagaimana yang diungkapkan bapak S sebagai waka

sarpras, dari hasil wawancara sbagai berikut:

“alhamdulillah.. untuk fasilitas atau sarana dan prasarana di

Madrasah kami sudah mendukung, seperti masjid yang cukup

luas dan berada di lingkungan sekolah, Al Qur’an dan alat-alat

ibadah serta peralatan lain seperti: kesenian dan pramuka.

Suasana yang tenang karena jauh dari keramaian. Lingkungan

masyarakat yang aman, tentram dan damai”

Menurut HT selaku waka kesiswaan dan guru fisika mengatakan:

“dalam mengembangkan kecerdasan emosional dan spiritual

siswa,, untuk sarana dan prasarana juga sudah cukup

mendukung, sedangkan dari siswa sendiri juga memiliki

antusias yang tinggi dalam kegiatan belajar mengajar”

Sarana dan prasarana yang mendukung serta antusiasme dari siswa

menjadi faktor pendukung dalam mengembangkan kecerdasan emosional

dan spiritual siswa.

Selain itu disampaikan oleh ibu RS sebagi waka kurikulum dan

guru akidah akhlak tentang faktor pendukungnya sebagai berikut:

“kalau untuk peran guru agama dalam mengembangkan

kecerdasa emosional dan spiritual (ESQ)... dalam pembelajaran

terutama dalam guru yang mengempu mata pelajaran agama

pada khusunya dan juga guru yang mengampu mata pelajaran

lain disini kami berusaha untuk mengembangkan kecerdasan

siswa baik IQ, EQ, dan SQ, dan melihat perkembangan perilaku

dan karakter siswa”

63

Faktor yang mendukung pengembangan kecerdasan emosional

dan spiritual (ESQ) di MA Al Bidayah adalah lingkungan yang

kondusif, nyaman dan tentram, serta dukungan dari guru untuk selalu

memperhatikan perkembangan perilaku dan karakter siswa.

5. Faktor penghambat dalam mengembangkan kecerdasan emosional

dan spiritual (ESQ)

Dalam pelaksanaan suatu kegiatan dan pembelajaran tentu ada

faktor-faktor menghambat. Sebagimana yang dikatakan ibu RS waka

kurikulum dan guru akidah akhlak dalam wawancara sebagai berikut:

“dalam masalah kecerdasan emosional dan spiritual, masih ada

sebagian siswa yang belum mampu mengontrol emosinya,

mengeluarkan kata-kata jelek, membuat perilaku yang kurang

baik, serta kurangnya motivasi orang tua dan lingkungan

bermain di luar sekolah”

Faktor yang menghambat perkembangan kecerdasan

emosional dan spiritual siswa adalah kurang adanya motivasi atau

dukungan dari orang tua sebagai lingkungan pendidikan di luar

lingkungan sekolah.

Ditambah HT sebagai waka kesiswaan dan guru fisika dan

kimia dalam wawancara sebagai berikut:

“masalah yang sering muncul adalah siswa kurang mampu

mengendalikan diri, tidur waktu pelajaran, berkata jelek belum

paham mengenai kewajibanya disekolah, terbukti masih ada

sebagian siswa yang melanggar peraturan-peraturan yang

ditetapkan sekolah seperti datang terlambat, ketahuan merokok

saat masih menggunakan seragam sekolah”

64

Faktor yang menghambat perkembangan kecerdasan

emosional dan spiritual juga berasal dari lingkungan seperti lingkungan

keluarga dan sosial.

65

BAB IV

PERAN GURU DALAM MENGEMBANGKAN KECERDASAN

EMOSIONAL DAN SPIRITUAL (ESQ) SISWA DI MA AL BIDAYAH

CANDI BANDUNGAN

Perkembangan kecerdasan emosional dan spiritual (ESQ) sangat

dipengaruhi oleh proses pendidikan baik itu dalam keluarga, lingkungan

masyarakat, maupun lingkungan sekolah. Yang meliputi kasih sayang, saling

menghargai atau toleran, religius sehingga menghasilkan generasi muda yang

bertanggung jawab, mempunyai ketahanan mental yang kuat, serta beriman dan

bertaqwa kepada Allah SWT.

Kemerosotan moral yang menjangkiti semua lapisan-lapisan masyarakat

dalam berbagai usia menjadi pemicu utama tingginya kriminalitas. Orang tua

harus berupaya membentengi anak-anaknya dari krisis moral sedini mungkin.

Baik buruknya akhlaq atau perbuatan seseorang sangat dipengaruhi dari

pendidikan. Pendidikan diharapkan memberikan sebuah perubahan positif

terhadap peserta didik melalui guru, karena tugas guru yang utama adalah

memberikan pengetahuan (cognitive), sikap/nilai (affectif), dan ketrampilan

(psychomotoric) kepada peserta didik.

Guru memiliki peran penting dalam hal mewujudkan pencapaian

pendidikan dan pembelajaran yang berkualitas di sekolah. Agar pencapaian

kualitas pendidikan dan pembelajaran dapat berjalan secara optimal perlu

diupayakan bagaimana mengembangkan diri peserta didik untuk memiliki

66

kecerdasan emosional dan spiritual (ESQ) yang stabil. Melalui kecerdasan

emosional dan spiritual (ESQ) diharapkan semua unsur yang terlibat dalam

pendidikan dan pembelajaran dapat memahami diri dan lingkungan secara tepat,

memiliki kepercayaan diri yang kuat, tidak iri hati, dengki, cemas, takut, murung,

tidak mudah putus asa dan tidak mudah marah, sehingga menjadi manusia yang

berkualitas dalam iman, ilmu dan pengetahuan serta berakhlaq mulia.

A. Peran guru dalam mengembangkan kecerdasan emosional siswa di MA Al

Bidayah Candi

1. Peran guru dalam mengembangkan konsistensi (istiqomah)

Pengembangan konsistensi ini meliputi: Pemberian kewajiban

kepada siswa untuk melakukan shalat dzuhur berjama’ah, mebiasakan

siswa untuk membaca ayat-ayat Al Qur’an dan Asmaul Husna ketika akan

memulai pelajaran setiap hari. menumbuh kembangkan kepercayaan diri

yang kuat dan kesadaran diri yang kuat dengan penanaman nilai pada

siswa bahwa Allah akan mengangkat derajat manusia dengan ilmu yang

dimilikinya. Mendorong dan mengarahkan mereka untuk mampu

mengontrol dan mengendalikan emosinya. Memberikan teladan yang baik

serta mengarahkan mereka untuk berbuat baik. Dalam hal ini peran yang

telah dilakukan guru di MA Al Bidayah dengan mewajibkan siswa untuk

menjalankan shalat dhuhur berjamaa,ah dan membiasakan siswa untuk

membaca ayat-ayat suci Al Qur’an serta asmaul husna setiap hari.

67

2. Dalam mengembangkan kerendahan hati (tawadu’)

Adapun dalam menegembangkan kerendahan hati peran guru

meliputi: Melibatkan siswa secara optimal dalam pembelajaran baik secara

fisik, sosial, maupun emosional, melatih siswa untuk bertanggung jawab,

membiasakan siswa untuk peka terhadap kata hati diri sendiri yang

berpijak pada kebenaran, melatih siswa mampu menunda kenikmatan,

serta melatih siswa untuk mampu bangkit dari tekanan emosi. Mendorong

siswa untuk aktif dalam organisasi baik yang ada di dalam seperti osis dan

pramuka maupun di luar sekolah seperti IPPNU dan IPNU, serta

mendorong mereka untuk aktif dalam kegiatan-kegiatan atau event-event

yang diadakan sekolah maupun di luar sekolah. Dalam hal ini peran guru

di MA Al Bidayah dengan melibatkan siswa secara optimal dalam

kegiatan belajar mengajar serta dalam berorganisasi sehingga siswa dapat

bersosialisasi dengan baik tanpa memandang harta, pangkat maupun

jabatan.

3. Dalam berusaha dan berserah diri (tawakkal)

Peran guru dalam mengembangkan kesungguhan siswa antara lain:

Melibatkan siswa secara langsung baik secara fisik, materi maupun

emosional dalam pembelajaran dan kegiatan-kegiatan siswa. Mengajak

siswa untuk terlibat langsung dalam kegiatan-kegiatan yang dilakukan agar

siswa dapat mengembangkan inisiatifnya dan kreatifitasnya, menuntut

aktif siswa dalam proses belajar mengajar, memberikan kebebasan siswa

untuk mengeluarkan pendapat dan mengekspresikan apa yang mereka

68

inginkan.membantu siswa yang bermasalah dengan duduk bersama untuk

menyelesaikan masalahnya. Dengan demikian peran guru dalam

mengembangkan sikap berusaha dan berserah diri di MA Al Bidayah,

membantu siswa untuk menyelesaikan masalahnya dan menyerahkannya

kepada Allah SWT,

4. Dalam ketulusan (keikhlasan)

Seperti yang sudah dikemukakan di atas bahwa untuk

mengembangkan kemampuan berempati siswa peran guru meliputi:

pengembangan sikap ketulusan siswa dengan cara di adakannya yazis,

infak dan sahodaqah, penyembelihan hewan kurban, mengadakan kemah

bakti sosial, serta merasakan apa yang dirasakan peserta didik, melatih

siswa mampu mengenali emosi orang lain sehingga menumbuhkan sikap

empati pada siswa, menumbuhkan sikap saling percaya dan menyelaraskan

diri dengan berbagi macam orang, menanamkan sikap peduli terhadap

sesama, menanamkan pada siswa untuk ikhlas beramal serta mengerjakan

apa yang di wajibkan dan yang di sunnahkan. Sedangkan peran guru untuk

mengembangkan sikap ketulusan (keikhlasan) di MA Al Bidayah dengan

melalui tindakan-tindakan langsung seperti pembagian zakat, infak dan

shodaqah, bantuan moril kepada yang membutuhkan, menanamkan sikap

tolong menolong dan peduli terhadap antar sesama. Sehingga antara teori

dan praktiknya dapat berjalan dengan seimbang.

5. Dalam totalitas (kaffah)

69

Dalam mangembangkan totalitas siswa peran guru adalah dengan

cara mengadakan kegiatan-kegiatan sosial baik yang di adakan sekolah

maupun kegiatan yang dilakukan tingkat desa atau kecamatan,

memberikan kesempatan pada siswa untuk mengelola kantin, membimbing

dan mendorong siswa untuk aktif dalam kegiatan-kegiatan dan organisasi

yang dilakukan disekolah maupun diluar sekolah. Selain itu untuk

mengembangkan sikap totalitas pada siswa difokuskan bagi guru untuk

menjadi tauladan dalam menegakkan aturan atau disiplin dalam

pembelajaran, maupun dalam menjalin hubungan baik dengan masyarakat.

Dalam hal ini peran guru agama yang telah dilakukan di MA Al Bidayah

adalah mendorong siswa untuk aktif dalam organisasi yang ada di dalam

sekolah maupun di luar sekolah.

6. Integritas dan penyempurnaan (ihsan)

Adapun peran guru dalam integritas dan penyempurnaan meliputi: guru

memberikan contoh keteladanan dengan ikut aktif dalam kegiatan shalat

dhuhur berjama’ah serta memberikan contoh yang baik melalui sikap dan

perilaku. Sehingga antara teori dan praktiknya dapat berjalan dengan

seimbang.

B. Faktor yang mendukung dalam pengembangan kecerdasan emosional dan

spiritual siswa

Adapun faktor yang mendukung bagi pengembangan kecerdasan

emosional dan spiritual siswa adalah sarana dan prasarana di MA Al Bidayah

yang dirasa sudah cukup memadai bagi pelaksanaan pengembangan kecerdasan

70

emosional dan spiritual siswa dengan adanya sarana ibadah yang dimiliki

sendiri seperti masjid.

C. Faktor yang menghambat dalam pengembangan kecerdasan emosional

dan spiritual siswa di MA Al Bidayah Candi Bandungan.

Peran guru dalam mengembangkan kecerdasan emosional dan spiritual

(ESQ) di MA Al Bidayah Candi Bandungan ternyata berjalan kurang maksimal

karena beberapa faktor-faktor yang menghambat sebagi berikut:

1. Terbatasnya waktu pertemuan dan interaksi antara siswa dan guru,

sehungga para guru di semaksimal mungkin dalam memantau sikap,

tingkah laku, kepribadian, maupun perkembangan siswa itu sendiri,

termasuk di dalamya kecerdasan emosional dan spiritual siswa.

2. Kecerdasa emosional dan spiritual siswa merupakan kecerdasan yang

tidak permanen sehingga dalam pengembanganya tidak semudah

kecerdasan intelektualiatas, karena EQ dan SQ merupakan kecerdasan

yang berubah-ubah, terkadang mengalami kenaikan tetapi tidak jarang

juga mengalami penurunan.

3. Kurangnya motivasi atau perhatian orang tua ketika siswa berada

dalam lingkungan keluarga maupun lingkungan masyarakat.

4. Tidak adanya penilaian secara tertulis secara langsung mengenai

sejauh mana kecerdasan emosional dan spiritual siswa sehingga para

guru hanya bisa memantau dan menilai perkembangan ESQ siswa

melalui sikap mereka sehari-hari dan mengadakan kerjasama dan

interaksi terhadap wali murid mengenai perkembangan karakter siswa.

71

ESQ merupakan kecerdasan yang abstrak sehingga pengukurannya

sangat sulit, tidak seperti IQ yang pengukuranya terkait dengan

persoalan-persoalan logis rasional, jadi untuk memberikan penilaian

ESQ para guru hanya dengan memberikan peraturan dan batasan-

batasan yang lentur dan sikap atau tingkah laku siswa sehari-hari.

72

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Setelah penulis mendeskripsikan pembahasan secara menyeluruh

sebagaimana terliahat dalam bab-bab sebelumnya, dari pembahasan mengenai

“peran guru dalam mengembangkan kecerdasan emosional dan spiritual (ESQ)

siswa di MA Al Bidayah Candi Bandungan” maka penulis dapat menyimpulkan

sebagai berikut:

1. Bahwa peran guru dalam mengembangkan kecerdasan emosional

dan spiritual (ESQ) siswa di MA Al Bidayah Candi Bandungan

adalah:

a. Peran guru dalam mengembangkan konsistensi (istiqomah) dalam

diri siswa yaitu dengan mewajibkan sholat berjamaah,

membiasakan para siswa untuk selalu membaca Al Qur’an dan

Asmaul husna.

b. Dalam hal kerendahan hati peran guru yaitu melibatkan siswa

secara optimal dalam kegiatan belajar mengajar serta dalam

berorganisasi sehingga siswa dapat bersosialisasi dengan baik

tanpa memandang harta, fisik, dan jabatan.

c. Dalam mengembangkan sikap berusaha dan berserah diri di MA

Al Bidayah, membantu siswa untuk menyelesaikan masalahnya

dan menyerahkannya kepada Allah SWT,

73

d. Sikap ketulusan (keikhlasan) para siswa di MA Al Bidayah

diterapkan melalui tindakan-tindakan langsung seperti pembagian

zakat, infak dan shodaqah, bantuan moril kepada yang

membutuhkan, menanamkan sikap tolong menolong dan peduli

terhadap antar sesama. Sehingga antara teori dan praktiknya dapat

berjalan dengan seimbang.

e. Mendorong siswa untuk aktif dalam organisasi yang ada di dalam

sekolah maupun di luar sekolah merupakan usaha guru dalam

mengembangkan sikap totalitas (kaffah).

f. Mencerminkan sosok tauladan yang positif dalam perilaku dan

perbuatan untuk perkembangan integritas dan penyempurnaan

(ihsan) siswa

2. Faktor pendukung dan penghambat dalam mengembangkan

kecerdasan emosional dan spiritual (ESQ) siswa di MA Al

Bidayah bandungan:

a. Faktor pendukung dalam mengembangkang ESQ adalah sarana

dan prasarana yang memadai, serta lingkungan yang nyaman dan

kondusif karena berada dalam lingkungan pedesaan.

b. Faktor yang menghambat pengembangan ESQ adalah: Terbatasnya

waktu pertemuan dan interaksi antara guru dan siswa. Kurangnya

motivasi dan perhatian orang tua. Tidak adanya penilain secara

tertulis dalam kecerdasan emosional dan spiritual.

74

B. Saran-saran

1. Kepada peneliti lain untuk bisa mengkaji dan meneliti ulang masalah

ini, sebab hasil penelitian ini masih jauh dari kesempurnaan. Hal ini

dikarenakan semata-mata keterbatasan pengetahuan dan metodologi

penulis, namun demikian semoga hasil penelitian ini bisa dijadikan acuan

untuk penelitian selanjutnya.

2. Bagi lembaga pendidikan, diharapkan dapat memberikan perhatian

yang khusus terhadap aspek-aspek dan nilai-nilai peningkatan ESQ

siswa.

3. Kepada para pendidik (guru) di harapkan untuk mampu meningkatkan

tiga kecerdasan baik kecerdasan inteligen (otak), kecerdasan emosional

maupun kecerdasan spiritual secara seimbang.

4. Seorang guru harus menampakkan dan menjalankan figur yang tidak

hanya mengajar (transfer of knowledge) tetapi juga harus mendidik

dengan mentransfer nilai-nilai budi pekerti atau akhlak yang baik.

5. Dalam pelaksanaan peningkatan ESQ siswa, dibutuhkan kerjasama

yang harmonis dari berbagai pihak baik orang tua, guru dan masyarakat.

1

DAFTAR PUSTAKA

Agustian, Ary Ginanjar. 2001. Rahasia Sukses Membangun Kecerdasan

Emosi dan Spiritual ESQ Emotional Spiritual Quotient The ESQ

Way 165 Jilid 1. Jakarta: PT Arga Tilanta.

.2003. Rahasia Sukses Membangun Kecerdasan Emosional

Spiritual ESQ Emotional Spiritual Quotient The ESQ Way 165 Jilid

2.

Jakarta: PT Arga Tilanta.

Azzet, Muhammad Muhaimin. 2010. Mengembangkan Kecerdasan Spiritual

Bagi Anak. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Desmita. 2010. Psikologi Perkembangan. Bandung: PT remaja rosdakarya

Departement Agama Republik Indonesia, 1998. Al Qur’an dan Terjemahnya.

Semarang: PT Karya Toha putra

Goleman, Daniel. 1995. Kecerdasan Emosional. Terjemahan oleh T.

Hermaya. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

Hadi, Sutrisno. 1987. Metodologi Reseach. Yogyaarta: Yayasan Penerbit

Fakultas UGM

Hidayatullah, Muhammad Furqon. 2009. Guru Sejati: Membangun Insan

Berkarakter Kuat Dan Cerdas. Surakarta: yuma pustaka.

Hude, Darwis. 2006. Emosi: Penjelajahan Religio Psikologis Tentang Emosi

Manusia Di Dalam Al Qur’an. Jakarta: Erlangga.

Ilyas, Yunahar. 2007. Kuliah Akhlak. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Offset.

Moleong, Lexy J. 2001. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja

Rosdakarya.

Moh. Uzer usman.2011. Menjadi Guru Profesional. Bandung: remaja

rosdakarnya.

Mulyasa. 2008. Menjadi Guru Profesional. Bandung: Remaja Rosda karya

Mustofa, Yasin. 2007. EQ untuk Anak Usia Dini dalam Pendidikan Islam:

Meningkatkan Perilaku Pengendalian Diri dan Rasa Empati atau

Kasih Sayang pada Anak. Yogyakarta: Sketsa.

Nasution, Ahmad Taufik. 2009. Melejitkan SQ dengan Prinsip 99 Asmaul

Husna: Merengkuh Puncak Kebahagiaan dan Kesuksesan Hidup.

Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

Poerdarminto, W.J.S. 2006. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai

Pustaka.

Suharsono.2004. Akselarasi Intelegensi, Optimalkan IQ, EQ, SQ, Secara

Islami, Jakarta: Inisiasi.

.2000. Mencerdaskan Anak. Jakarta: inisiasi.

Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif R&D. Bandung:

Alfabeta

Tasmara, Toto. 2001. Kecerdasan Ruhaniah Trasendental Intelligence.

Jakarta: Gema Insani Press.

Undang-Undang Sisdiknas tahun 2008

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

A. Identitas Diri

1. Nama : Ahmad Jamhari

2. Tempat/tanggal lahir : KAB. Semarang 19 Juli 1991

3. Jenis kelamin : Laki-laki

4. Agama : Islam

5. Alamat : Ngipik RT 03/ RW 08 Candi KEC.

Bandungan

6. Tempat penelitian : MA Al Bidayah Candi Bandungan

B. Pendidikan

1. SD N Candi 03 lulus tahun 2003

2. SMP Islam Sudirman Sumowono lulus tahun 2006

3. MA Al Bidayah Candi Bandungan lulus tahun 2009

4. SI IAIN Salatiga sampai sekarang

Salatiga, 9

Februari 2016

Penulis,

Hasil wawancara

Nama : Drs. Edi Winarno

Jenis Kelamin : Laki-Laki

Jabatan : Kepala sekolah

1. Bagaimana peran guru dalam mengembangkan kecerdasan emosioanal dan

spiritual (ESQ) siswa di MA Al Bidayah ini?

Jawaban: guru agama tentu saja berperan dalam mengembangkan

kecerdasan emosional dan spiritual siswa dengan menanamkan nilai-nilai

moral, memberikan teladan.

2. Menurut bapak kecerdasan emosional dan spiritual itu apa?

Jawaban: kecerdasan emosional adalah kecerdasan mengontrol emosi

yang dia punya.

3. langkah apa saja yang bapak lakukan untuk mengembangkan konsistensi

(istiqomah)?

Jawaban: kami mewajibkan kepada seluruh guru dan karyawan untuk

memberikan contoh keteladanan seperti kami juga ikut aktif dalam

kegiatan shalat dhuhur berjama’ah demi terwujudnya budi beperti yang

luhur sesuai dengan visi dan misi madrasah.

4. Untuk mengembangkan sikap rendah hati langkah apa yang bapak lakukan

?

Jawaban: kami mendorong siswa untuk aktif dalam organisasi-organisasi

yang ada di sekolah maupun di luar sekolah.

5. Untuk mengembangkan berusaha dan berserah diri langkah apa yang ibu

lakukan?

Jawaban: dengan adanya sarana wifi diharapkan siswa mempunyai

semangat dalam belajar karana dapat mempermudah mereka dalam

mengakses informasi yang dibutuhkan.

6. Dalam mengembangkan sikap tulus (keikhlasan) langkah apa yang

dilakukan?

Jawaban: disini diadakan infak dan shodaqoh serta takziah jika ada yang

terkena musibah.

7. Untuk mengembangkan totalitas (kaffah) langkah apa yang bapak/ibu

dilakukan?

Jawaban: dengan mendorong siswa untuk aktif dalam organisasi sehingga

siswa mampu bersosialisasi dan berkomunikasi dengan baik, sehingga

mereka mampu beradaptasi dengan lingkungan dimana mereka berada.

8. Dalam hal integritas dan penyempurnaan (ihsan) langkah apa yang

ibu/bapak lakukan?

Jawab: kami menyediakan sarana dan prasarana yang dapat

mempermuadah mereka dalam hal beribadah serta merasakan

pengalaman ibadahnya, sepert masjid, Al Qur’an dan sebagainya.

9. Apa faktor penghambat dalam mengembangkan kecerdasan emosional dan

spiritual?

Jawab: lingkungan tempat tinggal mereka seperti lingkungan keluarga

dan lingkungan masyarakat.

10. Faktor pendukung dalam mengembangkan kecerdasan emosional dan

spiritual?

Jawab: sarana dan prasarana yang kami miliki sudah cukup mendukung

dalam pengembangan kecerdasan emosional dan spiritua

Nama : Dra. Retno Sri Sayekti

Jenis Kelamin : Perempuan

Jabatan : Guru akidah akhlak

1. Menurut ibu kecerdasan emosional dan spiritual itu apa?

Jawaban: kecerdasan emosional itu kecerdasan untuk mengendalikan

emosi.

2. Untuk mengembangkan sikap konsistensi atau istiqomah langkah apa

yang ibu lakukan?

Jawaban: untuk mengembangkan kesadaran diri kami menanamkan

pada siswa bahwa Allah akan mengangkat derajat seseorang dengan

ilmu yang dimilikinya, serta memberikan teladan.

3. Untuk mengembangkan sifat rendah hati langkah apa yang ibu

lakukan?

Jawaban: dengan melibatkan siswa secara optimal dalam proses

pembelajara agar siswa mampu bersosialisasi dengan baik dengan

metode diskusi dll.

4. Untuk mengembangkan sikap bersungguh-sungguh dan berserah diri

(tawakkal) langkah apa yang dilakukan?

Jawaban: “guru menanamkan pada siswa untuk berusaha dengan

sungguh-sungguh dalam menjalankan aktifitas belajar, atau

memberikan motivasi atau semangat pada siswa sehingga siswa akan

tertarik dengan suasana belajar dalam kelas sehingga siswa tidak

akan merasa bosan dalam kelas”

5. Dalam mengembangkan ketulusan (keikhlasan) langkah apa yang

dilakukan ?

Jawaban: disini diadakan infak dan shodaqoh serta takziah jika ada

yang terkena musibah.

6. Untuk mengembangkan totalitas (kaffah) langkah apa yang ibu

lakukan?

Jawaban: kami menuntut siswa untuk aktif dalam kegiatan belajar

mengajar...selain itu kami juga melibatkan siswa untuk aktif dalam

kegiatan-kegiatan, event-event atu perlombaan baik yang diadakan

sekolah maupun diluar sekolah.

7. Dalam hal integritas dan penyempurnaan (ihsan) langkah apa yang

dilakukan?

Jawab: “guru menanamkan nilai-nilai moral dan agama melalui sikap

dan perilaku guru, melalui pelajaran-pelajaran yang disampaikan

seperti mata pelajaran akidah akhlak, fiqih, ski dan aswaja atu ke-NU

an”

8. Apa faktor penghambat dalam mengembangkan kecerdasan emosional

dan spiritual?

Jawab: kurangnya motivasi dan dukungan dari orang tua serta tidak

adanya penilaian secara tertulis.

Nama : Hening Titi Wijaya S.Pd

Jenis Kelamin : perempuan

Jabatan : Waka kesiswaan

1. Menurut ibu kecerdasan emosional dan spiritual itu apa?

Jawaban: kecerdasan emosional itu kecerdasan untuk mengendalikan

emosi berdasarkan nilai-nilai spiritual atau agama.

2. Untuk mengembangkan konsistensi langkah apa yang ibu lakukan?

Jawaban: guru mengharuskan kepada siswa untuk shalat dhuhur

berjamaah bagi siswa laki-laki maupun perempuan yang tidak

berhalangan serta shalat jum’at dan guru hanya membimbing dan

mengabsen siswa.

3. Untuk mengembangkan sifat rendah hati langkah apa yang ibu

lakukan?

Jawaban: guru menganjurkan pada siswa untuk bertutur kata dengan

sopan dan mengucapkan salam apabila bertemu dengan guru serta

ketika akan memasuki ruangan baik kelas maupun ruang guru.

4. Untuk mengembangkan berusaha dan berserah diri siswa langkah apa

yang ibu lakukan?

Jawaban: dengan mengajak siswa untuk telibat langsung dalam

kegiatan atau event-event yang diadakan sekolah.

5. Dalam mengembangkan ketulusan (keikhlasan) langkah apa yang

dilakukan?

Jawaban: disini diadakan infak dan shodaqoh serta takziah jika ada

yang terkena musibah.

6. Untuk mengembangkan sikap totalitas (kaffah) langkah apa yang

bapak/ibu dilakukan?

Jawaban: dengan mendorong siswa untuk aktif dalam organisasi

sehingga siswa mampu bersosialisasi dan berkomunikasi dengan baik,

sehingga mereka mampu beradaptasi dengan lingkungan dimana

mereka berada.

7. Dalam hal integritas dan penyempurnaan (ihsan) langkah apa yang

ibu/bapak lakukan?

Jawab: dengan mengarahkan siswa untuk melakukan kegiatan-

kegiatan dan siswa dituntut aktif didalamnya agar siswa dapat

merasakan pengalaman pengamalan ibadahnya. guru agama

menanamkan nilai-nilai moral dan agama melalui sikap dan perilaku

guru melalui pelajaran-pelajaran yang disampaikan seperti mata

pelajaran akidah akhlak

8. Apa faktor penghambat dalam mengembangkan kecerdasan emosional

dan spiritual?

Jawab: lingkungan tempat tinggal mereka seperti lingkungan keluarga

dan lingkungan masyarakat.

9. Apa faktor pendukung dalam mengembangkan kecerdasan emosional

dan spiritual?

Jawab: lingkungan yang jauh dari keramaian karena masih dalam

suasana pedesaan

Nama : Syaefudin S.Pdi

Jenis kelamin : Laki-laki

Jabatan : waka sarana dan parasaran

1. Menurut bapak/ibu kecerdasan emosional dan spiritual itu apa?

Jawaban: kecerdasan emosional itu kecerdasan untuk mengendalikan

emosi.

2. Untuk mengembangkan konsistensi (istiqomah) siswa langkah apa

yang ibu lakukan?

Jawaban: sebagai seorang guru tentu saja kita memberikan teladan

yang baik, karena guru itu digugu dan ditiru, jadi apa yang kita

lakukan tentu saja menjadi contoh bagi siswa baik perkataan maupun

perbuatan.

3. Untuk mengembangkan sikap kerendahan hati siswa?

Jawaban: dengan melibatkan siswa secara optimal dalam organisasi

acara-acara sehingga siswa mempuyai sifat rendah hati dalam

bersosialisasi..

4. Untuk mengembangkan berusaha dan berserah diri siswa langkah apa

yang ibu lakukan?

Jawaban: dengan adanya sarana wifi diharapkan siswa mempunyai

semangat dan berusaha dalam belajar karana dapat mempermudah

mereka dalam mengakses informasi yang dibutuhkan.

5. Dalam mengembangkan sifat tulus (ketulusan) langkah apa yang

dilakukan?

Jawaban: disini diadakan infak dan shodaqoh serta takziah jika ada

yang terkena musibah.

6. Untuk mengembangkan integritas dan penyempurnaan langkah apa

yang bapak/ibu dilakukan?

Jawaban: dengan mendorong siswa untuk aktif dalam organisasi

sehingga siswa mampu bersosialisasi dan berkomunikasi dengan baik,

sehingga mereka mampu beradaptasi dengan lingkungan dimana

mereka berada.

7. Dalam hal totalitas (kaffah) langkah apa yang ibu/bapak lakukan?

Jawab: kami menyediakan sarana dan prasarana yang dapat

mempermuadah mereka dalam hal beribadah serta merasakan

pengalaman ibadahnya, sepert masjid, Al Qur’an dan sebagainya.

8. Apa faktor penghambat dalam mengembangkan kecerdasan emosional

dan spiritual?

Jawab: lingkungan tempat tinggal mereka seperti lingkungan keluarga

dan lingkungan masyarakat.

9. Faktor pendukung dalam mengembangkan kecerdasan emosional dan

spiritual?

Jawab: sarana dan prasarana yang kami miliki sudah cukup

mendukung dalam pengembangan kecerdasan emosional dan spiritual.

Nama : Dra. Retno Sri Sayekti

Jenis kelamin : Perempuan

Jabatan : waka kurikulum

1. Kurikulum yang dipakai di MA Al Bidayah ini apa?

Jawab: kurikulum yang dipakai mengacu pada peraturan

pemerintah yaitu kurikulum 2013.

2. Adakah tambahan kurikulum atau pelajaran tambahan yang

digunakan untuk mengembangkan kecerdasan emosional dan

spiritual?

Jawab: disini ada progam tambahan yang menjadi ciri khas

seperti: dzikir tahlil, menghafal surat pendek dan praktek

mengkafani jenazah mungkin itu bisa mengembangkan kecerdasan

emosional mereka.

3. Untuk mengembangkan konsistensi (istiqomah) langkah apa yang

ibu lakukan?

Jawaban: kami menanamkan pada siswa bahwa Allah akan

mengangkat derajat seseorang dengan ilmu yang dimilikinya, serta

memberikan teladan.

4. Untuk mengembangkan sikap rendah hati siswa?

Jawaban: dengan melibatkan siswa secara optimal dalam proses

pembelajaran.

5. Untuk mengembangkan berusaha dan berserah diri langkah apa

yang ibu lakukan?

Jawaban: dengan adanya sarana wifi diharapkan siswa

mempunyai semangat dalam belajar karana dapat mempermudah

mereka dalam mengakses informasi yang dibutuhkan.

6. Dalam mengembangkan sikap tulus (keikhlasan) langkah apa yang

dilakukan?

Jawaban: disini diadakan infak dan shodaqoh serta takziah jika

ada yang terkena musibah.

7. Untuk mengembangkan totalitas (kaffah) langkah apa yang

bapak/ibu dilakukan?

Jawaban: dengan mendorong siswa untuk aktif dalam organisasi

sehingga siswa mampu bersosialisasi dan berkomunikasi dengan

baik, sehingga mereka mampu beradaptasi dengan lingkungan

dimana mereka berada.

8. Dalam hal integritas dan penyempurnaan (ihsan) langkah apa yang

ibu/bapak lakukan?

Jawab: kami menyediakan sarana dan prasarana yang dapat

mempermuadah mereka dalam hal beribadah serta merasakan

pengalaman ibadahnya, sepert masjid, Al Qur’an dan sebagainya.

9. Apa faktor penghambat dalam mengembangkan kecerdasan

emosional dan spiritual?

Jawab: lingkungan tempat tinggal mereka seperti lingkungan

keluarga dan lingkungan masyarakat.

10. Faktor pendukung dalam mengembangkan kecerdasan emosional

dan spiritual?

Jawab: sarana dan prasarana yang kami miliki sudah cukup

mendukung dalam pengembangan kecerdasan emosional dan

spiritual.

DOKUMENTASI PENELITIAN

Foto Proses Wawancara

Foto kegiatan siswa shalat dzuhur berjama’ah

Foto majlis taklim

Foto ekstra