fakultas tariyah dan ilmu keguruan (ftik) program...

128
POLA ASUH DAN EKSPEKTASI PENDIDIKAN ISLAM PADA ANAK (STUDI KASUS KELUARGA BURUH PABRIK DI DESA MERBUH KECAMATAN SINGOROJO KABUPATEN KENDAL TAHUN 2018/ 2019) SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Kewajiban dan Melengkapi Syarat guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.) Disusun Oleh: Nurul Istiadah 23010-15-0010 FAKULTAS TARIYAH DAN ILMU KEGURUAN (FTIK) PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA 2019

Upload: others

Post on 22-Oct-2020

3 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • POLA ASUH DAN EKSPEKTASI PENDIDIKAN ISLAM PADA ANAK

    (STUDI KASUS KELUARGA BURUH PABRIK DI DESA MERBUH

    KECAMATAN SINGOROJO KABUPATEN KENDAL TAHUN 2018/ 2019)

    SKRIPSI

    Diajukan untuk Memenuhi Kewajiban dan Melengkapi Syarat

    guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.)

    Disusun Oleh:

    Nurul Isti’adah

    23010-15-0010

    FAKULTAS TARIYAH DAN ILMU KEGURUAN (FTIK)

    PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

    INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA

    2019

  • i

  • ii

    POLA ASUH DAN EKSPEKTASI PENDIDIKAN ISLAM PADA ANAK

    (STUDI KASUS KELUARGA BURUH PABRIK DI DESA MERBUH

    KECAMATAN SINGOROJO KABUPATEN KENDAL TAHUN 2018/ 2019)

    SKRIPSI

    Diajukan untuk Memenuhi Kewajiban dan Melengkapi Syarat

    guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.)

    Disusun Oleh:

    Nurul Isti’adah

    23010-15-0010

    FAKULTAS TARIYAH DAN ILMU KEGURUAN (FTIK)

    PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

    INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA

    2019

  • iii

    NOTA PEMBIMBING

    Dr. Muna Erawati, M.Si

    Dosen IAIN Salatiga

    Persetujuan Pembimbing

    Lamp : 4 Eksemplar

    Hal : Naskah Skripsi

    Kepada

    Yth. Dekan IAIN Salatiga

    Di Salatiga

    Assalamu’alaikum Wr. Wb

    Dengan hormat, setelah dilaksanakan bimbingan, arahan, dan koreksi, maka naskah skripsi

    mahasiswa:

    Nama : Nurul Isti’adah

    NM : 23010-15-0010

    Jurusan : S1- Pendidikan Agama Islam

    Fakultas : Tarbiyah dan Ilmu Keguruan

    Judul : Pola Asuh dan Ekspektasi Pendidikan Islam pada Anak (Studi Kasus

    Keluarga Buruh Pabrik di Desa Merbuh Kecamatan Singorojo Kabupaten

    Kendal)

    Dapat diajukan kepada Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan IAIN Salatiga untuk diajukan

    dalam sidang monaqosyah. Demikian nota pembimbing ini dibuat, untuk menjadi perhatian

    dan digunakan sebagaimana mestinya.

    Wassalamu’alaikum Wr. Wb

    Salatiga, 15 Maret 2019

    Pembimbing,

  • iv

  • v

    PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN

    Saya yang bertanda tangan dibawah ini:

    Nama : Nurul Isti’adah

    N M : 23010- 15- 0010

    Fakultas : Tarbiyah

    Program Studi : Pendidikan Agama Islam

    Menyatakan bahwa skripsi yang saya tulis ini benar- benar merupakan hasil karya

    saya sendiri, bukan jiplakan dari hasil karya tulis orang lain. Pendapat dan temuan orang lain

    yang terdapat dalam skripsi ini dikutip atau dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah.

    Salatiga, 19 Maret 2019

    Penulis

    Nurul Isti’adah

    NM. 23010150010

  • vi

    MOTTO

    “ Dengan ilmu kita akan terjaga, dengan harta kita yang menjaga”

    (Life is a choice)

    PERSEMBAHAN

    Bismillahirrahmanirrahim. Pujii syukur Alhamdulillah kepada Allah SWT, yang telah

    memberikan rahmat dan hidayah- Nya dalam menyelesaikan karya ini.

    Kupersembahkan karya ini kepada:

    1. Kedua orang tuaku tercinta (Bp. Asro’i dan Ibu Rowiyah). Terimakasih atas kasih

    sayang, cinta, dorongan, kepercayaan, kesabaran, jerih payah serta pengorbanan tanpa

    pamrih.

    2. Saudara-saudara kandungku (M. Faiz Mufthi dan Naila Nurul Kholisoh) yang telah

    memberikan semangat.

    3. Bapak dan ibu Dosen IAIN Salatiga yang telah memberikan berbagai ilmu kepada

    saya.

    4. Ibu Dr. Muna Erawati, M.Si selaku Dosen pembimbing yang selalu memberikan

    motivasi, dorongan dan bimbingan dalam menyelesaikan skripsi ini.

    5. Kepada ibu Miratul Munawwaroh dan abah Muhsoni. Alm selaku pengasuh pondok

    pesantren Bina Insani dan umi Kamalah Ishom dan pak Budhi Raharjo selaku

    pengasuh pondok Al- Hasan, yang telah memberikan doa terbaik dan bimbingannya.

  • vii

    6. Sahabat-sahabatku (Dani Hasanah, Nur Alifah, Maudyna Sismawanti. A, Naimatun

    Binti. M, Ummu Athika. R) yang telah banyak membantu dan memberikan suport

    dalam menyelesaikan skripsi ini.

    7. Untuk mb Munadhiroh, mb Azizah, mb Esa yang telah memberi suport.

    8. Untuk kawan seperjuangan pondok Al- Hasan (Rizki Noor. A, Maulina Fitria. U,

    Qieqie Khalidatul. Jazil) yang telah berjalan bersama di bangku perkuliahan ini.

    9. Untuk pondok atas adik- adikku (Eni, Thia, Lia, Siti, Muthia, Nindy, hany, Inka,

    Dian, Anna) terimakasih telah menjadi adek yang baik.

    10. Seluruh santri pondok pesantren Al-Hasan yang telah banyak membantu saya.

    11. Seluruh sahabat- sahabat alumni Bina Insani yang telah memberi suport terhadap

    saya.

    12. Semua teman-teman seperjuangan prodi PAI angkatan 2015 khususnya kelas A.

    13. Semua teman-teman PPL di SMA Islam Sudirman Ambarawa dan teman- teman

    KKN desa Bangkok Karanggede yang saya banggakan.

  • viii

    KATA PENGANTAR

    Puji dan syukur penulis panjatkan kehadiran llahi Rabbi, Allah SWT, yang telah

    melimpahkan rahmat dan nikmat- Nya yang tidak terhitung banyaknya. Shalawat dan salam

    semoga tetap tercurah kepada junjungan Nabi Muhammad SAW, yang telah menuntun

    manusia kepada jalan yang lurus untuk mencapai kebahagiaan dunia dan akhirat.

    Penulis menyadari bahwa skripsi ini dapat selesai berkat motivasi, bantuan dan

    bimbingan dari berbagai pihak. Penulis mengucapkan banyak terimakasih kepada:

    1. Bapak Dr. Rahmat Hariyadi, M.Pd, selaku Rektor IAIN Salatiga.

    2. Bapak Suwardi, M.Pd, ketua Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan IAIN

    Salatiga.

    3. Ibu Hj. Siti Rukhayati M. Ag selaku ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam

    (PAI).

    4. Dosen pembimbing ibu Dr. Muna Erawati, M. Si yang telah memberikan

    bimbingan, arahan dan motivasi serta pengorbanan waktunya dalam upaya

    membimbing penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.

    5. Dosen pembimbing Akademik bapak Guntur Cahyono, M.Pd yang telah

    membantu penulis selama menuntut ilmu di IAIN Salatiga.

    6. Kepada bapak dan ibu Dosen yang telah memberikan ilmu dan pengalaman

    dengan penuh kesabaran.

  • ix

    7. Karyawan-karyawan IAIN Salatiga yang telah memberikan layanan serta bantuan.

    Semoga amal baik dari beliau mendapatkan pahala dari Allahh SWT dan

    mendapatkan Ridho Allah SWT. Penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat

    khususnya bagi penulis dan pembacanya.

    Salatiga, 15 Maret 2019

    Penulis

  • x

    DAFTAR ISI

    HALAMAN SAMPUL LUAR .......................................................................... i

    LEMBAR BERLOGO IAIN.............................................................................ii

    HALAMAN SAMPUL DALAM .................................................................. iii

    PERSETUJUAN PEMBIMBING ................................................................... iv

    PENGESAHAN KELULUSAN ....................................................................... v

    PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN ................................................. vi

    MOTTO DAN PERSEMBAHAN ..................................................................vii

    KATA PENGANTAR .................................................................................. viii

    DAFTAR ISI ..................................................................................................... x

    DAFTAR TABEL .......................................................................................... xiv

    DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................... xv

    ABSTRAK ..................................................................................................... xvi

    BAB I PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang Masalah ................................................................. 1

    B. Fokus Penelitian .............................................................................. 7

    C. Tujuan Penelitian ............................................................................ 7

    D. Manfaat Penelitian .......................................................... .............. 8

    1. Manfaat Teoritis ........................................................................ 8

    2. Manfaat Praktis ......................................................................... 8

    E. Penegasan Istilah ............................................................................. 9

    F. Sistematika Penulisan ................................................................... 14

  • xi

    BAB II KAJIAN PUSTAKA

    A. Landasan Teori

    1. Kajian Tentang Ekspektasi orang Tua ................................... 16

    a. Pengetian Orang Tua ....................................................... 16

    b. Pengertian Ekspektasi...................................................... 16

    c. Harapan Orang Tua ......................................................... 17

    2. Kajian Upaya Orang Tua ..................................................... 23

    a. Peran Orang Tua ............................................................ 23

    b. Metode Mendidik Anak ................................................. 24

    c. Upaya Orang Tua .......................................................... 29

    3. Pola Asuh Orang Tua.

    a. Pengertia Pola Asuh ..................................................... 34

    b. Macam-Macam Pola Asuh ............................................ 38

    B. Kajian Pustaka ............................................................................. 45

    BAB III METODE PENELITIAN

    A. Pendekatan dan Jenis Penelitian ................................................ 48

    B. Kehadiran Peneliti ...................................................................... 49

    C. Lokasi Penelitian ........................................................................ 49

    D. Sumber Data............................................................................... 50

    E. Prosedur Pengumpulan Data ...................................................... 50

    F. Analisis Data .............................................................................. 52

    G. Pengecekan Keabsahan Data ..................................................... 53

    H. Tahap-Tahap Penelitian ............................................................... 5

    BAB IV PAPARAN DAN ANALISIS DATA

    A. Paparan Data

  • xii

    1. Profil Desa Merbuh

    a. Sejarah Singkat Desa .................................................... 56

    b. VISI Dan Misi .............................................................. 56

    c. Letak Georgrafis .......................................................... 56

    2. Profil Informan

    a. Profil Keluarga PJ ...................................................... 61

    b. Profil Keluarga SO ..................................................... 62

    c. Profil Keluarga BJ ...................................................... 63

    d. Profil Keluarga IS ........................................................ 64

    e. Profil Keluarga MO ..................................................... 65

    f. Profil Keluarga SR ...................................................... 65

    g. Profil Keluarga NI ....................................................... 66

    h. Profil Keluarga EN ...................................................... 67

    B. Analisis Data

    1. Harapan Orang Tua Terhadap Pendidikan Islam Pada Anak..67

    2. Upaya Orang Tua dalam Meningkatkan Pendidikan Islam.....77

    3. Pola Asuh Orang Tua Terhadap Anak......................................83

    BAB V PENUTUP

    A. Simpulan .................................................................................... 89

    B. Saran .......................................................................................... 91

    DAFTAR PUSTAKA

    LAMPIRAN-LAMPIRAN

  • xiii

    DAFTAR TABEL

    Tabel 4.1 Jumlah Penduduk Berdasarkan Kelompok Usia....................................58

    Tabel 4.2 Jumlah Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan..............................58

    Tabel 4.3 Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Pekerjaan....................................59

    Tabel 4.4 Jumlah Penduduk Berdasarkan Lapangan Usaha..................................60

  • xiv

    DAFTAR LAMPIRAN

    1. Lampiran 1 Foto

    2. Lampiran 2 Pedoman Wawancara

    3. Lampiran 3 Verbatim Wawancara

    4. Lampiran 4 Surat Tugas Pembimbing

    5. Lampiran 5 Lembar Konsultasi

    6. Lampiran 6 Surat Keterangan Penelitian

    7. Lampiran 7 Surat Balasan Penelitian

    8. Lampiran 8 Daftar Nilai SKK

    9. Lampiran 9 Daftar Riwayat Hidup

    10. Lampiran 10 Surat Tugas Pembimbing Skripsi

  • xv

    ABSTRAK

    Isti’adah, Nurul. 2019. Pola Asuh dan Ekspektasi Pendidikan Islam Pada Anak (Studi Kasus

    Keluarga Buruh Pabrik di Desa Merbuh Kecamatan Singorojo Kabupaten Kendal).

    Skripsi. Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan. Jurusan Pendidikan Agama Islam.

    Institut Agama islam Negri Salatiga. Pembimbing: Dr. Muna Erawati, M. Si.

    Kata Kunci: Ekspektasi, Upaya, Pola Asuh, Keluarga Buruh Pabrik.

    Keluarga berperan penting dalam memberikan pendidikan bagi anak. Pola asuh dalam

    keluarga mempengaruhi keberhasilan anak. Tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini

    adalah untuk mengetahui bagaimana ekspektasi, upaya dan pola asuh dalam pendidikan Islam

    pada anak dalam keluarga buruh pabrik di Desa Merbuh Kecamatan Singorojo Kabupaten

    Kendal.

    Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif dengan

    jenis penelitian deskriptif. Pengumpulan data dilakukan melalui wawancara mendalam dan

    dokumentasi. Keterlibatan peneliti secara langsung dan aktif dengan informan dan

    narasumber dan sumber data lainnya disini diperlukan karakteristik informan yang diteliti

    yaitu orang tua baik ayah maupun ibu yang bekerja sebagai buruh pabrik. Usia putra- putri

    bekisar antara 6-12 tahun, dan mereka tinggal di Desa Merbuh Kecamatan Singorojo

    Kabupaten Kendal. Informan yang terlibat dalam penelitian ini berjumlah 16 orang yang

    terdiri dari orang tua dan anak yang terdiri dari delapan keluarga yang bekerja buruh pabrik.

    Hasil penelitian mengenai pola asuh dan ekspektasi dalam pendidikan Islam anak

    dapat diklasifikasikan menjadi 3 yaitu ekspektasi, upaya yang dilakukan, dan pola asuh.

    Diketemukan bahwasa setiap keluarga memiliki ekspektasi yang positif tentang pendidikan

    Islam bagi anaknya, harapannya antara lain: Putra putrinya menjadi anak yang sholih dan

    sholihah dan memiliki masa depan yang lebih baik dari kedua orang tuanya. Upaya yang

    dilakukan berbagai macam, dan pola asuh yang diterapkan mayoritas adalah pola asuh

    demokratis. Berdasarkan penelitian, diketahui bahwa setiap keluarga buruh pabrik di Desa

    Merbuh memiliki upaya dan pola asuh yang berbeda dalam pendidikan Islam pada anak,

    bahkan setiap orang tua memiliki ekspektasi yang baik unt uk anaknya.

  • 1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang Masalah

    Pendidikan di dalam rumah merupakan pendidikan awal dan utama

    yang diterima oleh anak sejak lahir, karena anak mulai belajar berbagai

    macam hal terutama nilai-nilai, keyakinan, akhlaq, dan bersosialisasi.

    Anak belajar dari kedua orang tuanya, dan mereka menirukan seperti apa

    yang dilakukan orang tuanya (Helmawati, 2014:48). Jadi, pendidikan di

    dalam rumah bertujuan untuk membentuk karakter dalam diri anak, karena

    perilaku anak dapat terbentuk oleh perilaku yang diajarkan. Pendidikan

    didalam keluarga juga memberikan pengaruh yang besar terhadap

    keberhasilan pendidikan anak disekolah. Orang tua memiliki peran yang

    sangat besar dalam memberikan pendidikan bagi anaknya, karena dari

    proses pendidikan orang tua, seorang anak dapat tertanam sebuah perilaku

    dan mendapatkan pendidikan serta ajaran yang berasal dari orang tuanya.

    Selain itu, sudah menjadi tanggung jawab bagi orang tua, baik bapak

    maupun ibu untuk memberikan pendidikan bagi anaknya demi proses

    pendewasan sang anak.

    Dengan memberikan pola asuh yang baik dan positif kepada anak,

    akan memunculkan konsep diri yang positif bagi anak dalam menilai

    dirinya. Dimulai dari masyarakat yang tidak membatasi pergaulan anak

    namun tetap membimbing, agar anak dapat bersikap obyektif, dan

  • 2

    menghargai diri sendiri, dengan mencoba bergaul dengan teman yang

    lebih banyak (Hidayah,2009:16).

    Dari berbagai definisi di atas dapat disimpulkan bahwa pola asuh

    adalah bagaimana cara orang tua berinteraksi dengan anak dan

    memberikan perhatian kepada anak dan memberikan pengarahan agar

    anak mampu mencapai hal yang diinginkannya.

    Orang tua yang sadar akan pentingnya pendidikan di dalam rumah,

    dapat memberikan pengaruh yang positif bagi anak terhadap

    berlangsungnya pendidikan di sekolah sehingga anak memiliki semangat

    yang lebih, dalam melaksanakan pendidikan di sekolah dibandingkan

    dengan orang tua yang tidak sadar akan pentingnya pendidikan di dalam

    rumah, maka akan menghambat berlangsungnya pendidikan anak di

    sekolah dan anak merasa tidak peduli akan pentingnya pendidikan. Orang

    tua yang tidak sadar akan pentingnya pendidikan di dalam rumah biasanya

    beranggapan bahwa pendidikan merupakan hanya urusan guru di sekolah,

    jadi hanya guru yang bertanggung jawab penuh dalam mendidik anaknya

    kepada para guru (Helmawati, 2014:50).

    Ada beberapa masalah yang dialami oleh seorang anak yang tidak

    mendapatkan pendidikan secara penuh di dalam rumah karena kondisi

    orang tua yang memiliki kesibukan, terutama dipengaruhi oleh pekerjaan

    atau profesi dari orang tua dan pola asuh orang tua yang tidak sesuai

    dengan kebutuhan anak, sehingga melibatkan anak mnjadi merasa bahwa

    pendidikan tidak penting.

  • 3

    Tujuan pendidikan pada umumnya ialah menyediakan lingkungan

    yang memungkinkan anak didik untuk mengembangkan bakat dan

    kemampuannya secara optimal, sehingga ia dapat mewujudkan dirinya dan

    berfungsi sepenuhnya sesuai dengan kebutuhan pribadinya dan kebutuhan

    masyarakat. Dalam membantu anak meningkatkan prestasi belajar,

    pendidik terutama orang tua menciptakan iklim yang merangsang

    pemikiran dan ketrampilan kreatif anak, serta menyediakan sarana dan

    prasarana. Tetapi ini tidak cukup, disamping perhatian, dorongan, dan

    pelatihan dari lingkungan, perlu adanya motivasi intrinsik pada anak.

    Minat anak untuk melakukan sesuatu harus tumbuh dari dalam dirinya

    sendiri, atas keinginannya sendiri (Desy, 2013:2).

    Orang tua secara kodrati memiliki tanggung jawab sebagai seorang

    pendidik, alasannya karena orang tua merupakan guru madrasah yang

    pertama bagi anak. Jadi ketika orang tua mampu mendidik anak dengan

    baik maka anak akan mengikuti apa yang telah kita contohkan. Banyak

    konflik yang terjadi di akhir zaman ini, bahwasannya banyak remaja yang

    tidak faham betul akan pendidikan, itu di karenakan pergaulan bebas yang

    di sebabkan karena kurangnya pengontrolan orang tua terhadap anak. Di

    sini penulis akan membahas terkait pola asuh dan ekspektasi orang tua

    buruh pabrik terkait dengan mengarahkan anak dalam ranah pendidikan

    Islam.

    Istilah buruh babrik dalam KBBI adalah orang yang bekerja untuk

    orang lain dengan mendapat upah atau sama dengan pekerja. Mengenai

  • 4

    buruh itu di dalam KBBI lebih lanjut di bedakan adanya tiga klasifikasi

    buruh, yaitu pertama buruh kasar yang berarti buruh yang menggunakan

    fisiknya karena tidak mempunyai keahlian dibidang tertentu. Kedua buruh

    trampil, yaitu buruh yang memiliki ketrampilan dibidang tertentu, dan

    ketiga buruh terlatih, yaitu buruh yang sudah terlatih untuk ketrampilan

    tertentu. Kata pekerja sendiri dalam KBBI tersebut memiliki dua

    pengertian. Pengertian pertama adalah or ang yang bekerja dan yang ke

    dua orang yang menerima upah atas hasil kerjanya; buruh; karyawan.

    Dengan begitu orang tua yang memiliki profesi sebagai buruh pabrik

    hanya memiliki waktu yang singkat di rumah, dan hanya dapat memantau

    perkembangan beberapa saat saja, itupun jika fisik tidak lelah. Jika lelah

    mungkin tidak ada waktu untuk bercengkrama dengan baik. Sehingga

    kedekatan orang tua dan anak tidak stabil, sehingga yang banyak terjadi

    adalah banyak anak yang haus akan perhatian dan kasih sayang orang tua.

    Apabila seorang anak merasa cukup akan perhatian dan kasih sayang,

    maka anak akan mudah terbentuk karakter yang baik. Pengarahan dan

    perkataan orang tua akan diikuti. Apalagi di akhir zaman ini banyak anak

    yang berfikir bahwa pendidikan itu tidak penting, yang ada dalam benak

    mereka adalah mereka ketika nanti besar dapat mencari uang dengan

    tenaga mereka, karena uang bisa di cari tanpa harus bersusah payah

    dengan sekolah. Seperti halnya orang tuanya yang berprofesi sebagai

    buruh pabrik. Padahal ekspektasi orang tua yang baik, ia akan berfikir dan

    berkeinginan supaya anaknya mampu mencapai pendidikan yang lebih

  • 5

    tinggi dibandingkan orang tuanya. Namun disini perlu kita ketahui akan

    pola asuh yang dilakukan orang tua dalam membimbing anak untuk

    memahami akan pentingnya sebuah pendidikan.

    Kehidupan warga di Desa Merbuh ini sebagian besar bekerja sebagai

    buruh pabrik/ industri. Aktivitas keseharian mereka lakukan untuk bekerja

    di industri atau pabrik dan pekerjaan ini dilakukan oleh kalangan laki-laki

    guna memenuhi kebutuhan sehari-hari. Sedangkan untuk kalangan

    perempuan pada umumnya mereka yang masih remaja melaksanakan

    pendidikan tingkat SMA, sedangkan yang sudah bersuami mereka

    melakukan tugasnya sebagai seorang istri dengan cara merawat keluarga

    dan mendidik anaknya. Karena kurangnya pemahaman tentang pendidikan

    Islam dan kurangnya perekonomian yang tidak mencukupi maka para

    perempuan baik ibu-ibu ataupun para remaja lebih memilih bekerja

    sebagai buruh pabrik daripada harus melanjutkan pendidikannya ditingkat

    Perguruan Tinggi Islam, pondok pesantren, ataupun mengembangkan

    bakatnya melalui kewirausahaan. Karena dalam benak masyarakat bahwa

    pendidikan Islam hanya digunakan untuk menggugurkan kewajiban saja,

    seperti yang penting sholat, puasa , zakat yang penting melakukannya

    tanpa berfikir apakah apa yang dilakukan itu telah sesuai dengan syariat

    agama atau tidak, dan tidak perlu lagi mendalami lebih dalam lagi akan

    wawasan keislaman.

    Sehingga dengan pemahaman keislaman yang sempit menjadikan lupa

    akan kodrat atau kewajibannya. Banyak anak yang terlahir dari golongan

  • 6

    pekerja buruh pabrik yang mengalami kurangnya kasih sayang, perhatian,

    pengawasan, terkadang anak dititipkan dengan nenek atau kakeknya

    sehingga mereka bebas tanpa pengawasan. Dengan demikian menjadikan

    anak merasa bahwa pendidikan tidak penting baginya. Sehingga pergaulan

    bebas yang menjadikan moral anak-anak menjadi teracuni akibat

    kurangnya pengawasan oarang tua terhadap anaknya.

    Ketika orang tua hanya memberikan materi yang cukup bahkan lebih,

    akan tetapi haus akan pengasuhan, kasih sayang, perhatian, menjadikan

    anak menjadi nakal. Akan tetapi tidak semua orang tua yang bekerja

    sebagai buruh pabrik atau industri bersiakap acuh terhadap anaknya,

    terkadang ada orang tua yang memiliki harapan terhadap anaknya kelak

    mampu mendapatkan pendidikan yang layak dan tidak bekerja seperti

    orang tuanya yang bekerja sebagai buruh pabrik. Orang tua berharap

    anaknya kelak menjadi anak yang shaleh, dan berguna bagi, bangsa,

    agama, dan lebih tinggi lagi derajadnya dibandingkan dengan orang

    tuanya.

    Atas dasar pemaparan di atas melihat kehidupan keluarga buruh

    pabrik/industri di Desa Merbuh, peneliti tertarik untuk menyusun skripsi

    dengan judul “ Pola Asuh dan Ekspektasi Pendidikan Islam pada Anak

    (Studi Kasus Keluarga Buruh Pabrik di Desa Merbuh Kecamatan

    Singorojo Kabupaten Kendal Tahun 2018/2019)”.

  • 7

    B. Fokus Penelitian

    Berdasarkan latar belakang masalah di atas maka penulis dapat

    merumuskan permasalahan sebagai berikut:

    1. Apa ekspektasi orang tua yang bekerja sebagai buruh pabrik terhadap

    pendidikan Islam pada anak di Desa Merbuh, kecamatam Singorojo,

    kabupaten Kendal?

    2. Bagaimana upaya orang tua yang bekerja sebagai buruh pabrik dalam

    meningkatkan pendidikan Islam pada anak di Desa Merbuh,

    kecamatan Singorojo, kabupaten Kendal?

    3. Bagaimana pola asuh yang diterapkan orang tua yang bekerja sebagai

    buruh pabrik dalam mendidik anak di Desa Merbuh, kecamatan

    Singorojo, kabupaten Kendal?

    C. Tujuan Penelitian

    Agar dapat memberikan gambaran konkrit serta arahan yang jelas

    dalam pelaksanaan penelitian ini maka perlu dirumuskan tujuan yang ingin

    di capai yaitu:

    1. Untuk mengetahui ekspektasi orang tua yang bekerja sebagai buruh

    pabrik terhadap pendidikan Islam pada anak di Desa Merbuh,

    kecamatam Singorojo, kabupaten Kendal.

    2. Untuk mengetahui upaya orang tua yang bekerja sebagai buruh pabrik

    dalam meningkatkan pendidikan Islam pada anak di Desa Merbuh,

    kecamatan Singorojo, kabupaten Kendal.

  • 8

    3. Untuk mengetahui pola asuh yang diterapkan orang tua yang bekerja

    sebagai buruh pabrik dalam mendidik anak di Desa Merbuh,

    kecamatan Singorojo, kabupaten Kendal.

    D. Manfaat Penelitian

    Penelitian ini diharapkan akan memberikan manfaat nantinya, adapun

    manfaat yang di harapkan dalam penulisan ini sebagai berikut:

    1. Manfaat Teoretis

    Hasil penelitian ini diharapkan memberi sumbangan ilmu pendidikan

    agama Islam kelangsungan dalam sebab pendidikan informal.

    2. Manfaat Praktis

    Untuk dapat memberikan gambaran, pemahaman keluarga dan

    masukan bagi orang tua dalam mengasuh anak sesuai dengan anjuran

    dalam melaksanakan pendampingan pendidikan agama islam

    dilakukan dalam keluarga dengan karakteristik dan kebutuhan anak

    serta dapat meningkatkan pengajaran dan pendidikan bagi anak.

    E. Penegasan Istilah

    Untuk menghindari kesalah pahaman dalam penafsiran judul di atas,

    maka perlu adanya pembatasan permasalahan yang akan penulis teliti.

    Dengan begitu penulis akan paparkan terkait dengan beberapa istilah yang

    berkaitan dengan penelitian yang penulis lakukan. Berikut pemaparan

    terkait dengan penegasan istilah:

  • 9

    1. Pola Asuh

    Pola asuh terdiri dari kata pola dan asuh. Pola artinya sistem atau

    cara kerja (Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa, 2005:271).

    Sedangkan asuh artinya menjaga atau merawat dan mendidik anak

    kecil (Tim Penyusun Kamus Pusat Bahas, 2005:73). Jadi dapat

    disimpulkan bahwa dari pola asuh adalah sistem atau cara kerja

    dalam menjaga dan mendidik anak.

    Menurut Helmawati yang mengutip dari Olds and

    Feldam(2014), pembentukan anak bermula atau berawal dari

    keluarga. Pola asuh orang tua terhadap anak-anaknya sangan

    menentukan dan memengaruhi kepribadian (sifat) serta perilaku

    anak. Anak menjadi baik atau buruk semua tergantung dari pola

    asuh orang tua dalam keluarga.

    2. Orang tua

    Orang tua dapat diartikan sebagai orang dalam usaha

    mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan

    (Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa, 2005:802).

    Menurut penulis sendiri, orang tua adalah orang yang

    bertanggung jawab atas perkembangan anak dan memiliki tugas

    untuk memberikan pendidikan yang layak terhadap anak, sehingga

    anak mampu mencapai keinginan dan cita-cita, sehingga anak

    mampu menjadi penerus bangsa dan agama di masa depannya

    kelak.

  • 10

    3. Ekspektasi

    Ekspektasi adalah harapan besar yang dibebankan pada

    sesutu yang di anggap akan mampu membawa dampak yang baik

    atau lebih baik (KBBI). Harapan yang dibebeankan pada penelitian

    ini adalah siswa atau anak yang orang tuanya sebagai buruh pabrik.

    Disini penulis pun berharap, akan menumbuhkan semangat yang

    tinggi kepada anak terhadap pendidikan, dan semangat orang tua

    dalam mendidik anaknya untuk mencapai apa yang diinginkan dan

    dicita-citakan.

    4. Buruh Pabrik

    Dapat kita fahami, bahwasannya istilah buruh babrik dalam

    KBBI adalah orang yang bekerja untuk untuk orang lain dengan

    mendapat upah atau sama dengan pekerja. Mengenai buruh itu

    didalam KBBI lebih lanjut dibedakan adanya tiga klasifikasi buruh,

    yaitu pertama buruh kasar yang berarti buruh yang menggunakan

    fisiknya karena tidak mempunyai keahlian dibidang tertentu.

    Kedua buruh trampil, yaitu buruh yang memiliki ketrampilan

    dibidang tertentu, dan ketiga buruh terlatih, yaitu buruh yang sudah

    terlatih untuk ketrampilan tertentu. Kata pekerja sendiri dalam

    KBBI tersebut memiliki dua pengertian. Pengertian pertama adalah

    orang yang bekerja dan yang ke dua orang yang menerima upah

    atas hasil kerjanya; buruh; katyawan. Jadi buruh pabrik merupakan

    orang yang bekerja untuk orang lain untuk mendapatkan gaji.

  • 11

    5. Pendidikan Anak

    Pendidikan dalam arti luas adalah usaha manusia untuk

    meningkatkan kesejahteraan hidupnya, yang berlangsung

    sepanjang hayat. Sedangkan dalam arti khusus, pendidikan itu

    sendiri dapat di pahami bahwa hanya dibatasi sebagai usaha orang

    dewasa dalam membimbing anak yang belum dewasa untuk

    mencapai kedewasaannya.

    Menurut George F. Kneller yang dikutip oleh Wiji Suwarno

    (2009: 69) Kneller menyatakan bahwa pendidikan memiliki arti

    luas dan sempit. Dalam arti luas, pendidikan diartikan sebagai

    tindakan atau pengalaman yang memengaruhi perkembangan jiwa,

    watak, ataupun kemampuan fisik individu. Dalam arti sempit,

    pendidikan adalah suatu proses mentrasformasikan pengetahuan,

    nilai-nilai, dan ketrampilan dari generasi ke generasi, yang

    dilakukan oleh masyarakat melalui lembaga- lembaga pendidikan

    seperti sekolah, pendidikan tinggi atau lembaga lainnya.

    Pendidikana merupakan investasi dalam pengembanagan

    sumber daya manusia, dengan alasan bahwa dengan pendidikan

    tersebut manusia dapat meningkatkan kemampuan dan ketrampilan

    yang dimiliki. Selain itu, pendidikan merupakan usaha sadar dan

    terencana untuk mempersiapkan anak melalui kegiatan bimbingan,

    pengajaran, atau latihan bagi perannya untuk masa mendatang

    (Ngatini: 2010: 61).

  • 12

    Pendidikan anak merupakan tanggung jawab dari orang tua,

    masyarakat, dan pemerintah yang semaksimal mungkin untuk

    menciptakan pendidikan yang baik untuk anak. Dengan hal itu

    maka pendidikan merupakan keharusan, karena dengan adanya

    pendidikan manusia akan memiliki kepribadian yang mampu

    berkembang dengan baik, dan menjadikannya seseorang yang

    bermanfaat.

    6. Pendidikan Agama Islam

    Pendidikan agama merupakan kata majemuk yang terdiri dari

    kata “pendidikan” dan “agama” (Syafaat, 2008: 11). Pendidikan

    dalam arti luas terbatas adalah segala usaha sadar yang dilakukan

    oleh keluarga, sekolah, masyarakat, dan pemerintah melalui

    kegiatan bimbingan pengajaran dan pelatihan yang

    diselenggarakan di lembaga pedidikan formal, non-formal, dan

    Informal serta dilaksanakan sepanjang hayat, dalam rangka

    mempersiapkan peserta didik agar berperan dalam berbagai

    kehidupan (Mufron, 2013: 12-11). Berpijak dari istilah diatas,

    pendidikan dapat diartikan sebagai usaha yang dilakukan oleh

    orang dewasa dalam pergaulanya dengan anak-anak untuk

    membimbing/memimpin perkembangan jasmani dan rohaninya ke

    arah kedewasaan (Syafaat, 2008: 12). Menurut John Dewey

    memandang sebuah pendidikan sebagai sebuah rekonstruksi atau

    reorganisasi pengalaman agar lebih bermakna, sehingga

  • 13

    pengalaman tersebut dapat mengarahkan pengalaman yang akan

    didapat berikutnya ( Suwarno, 2006:20).

    Sementara itu dalam bahasa Indonesia kata agama identik

    dengan kata din (Arab). Secara bahasa kata agama berasal dari

    bahawa sansekerta yang berarti tidak pergi, tetap ditempat, turun

    menurun. Adapun kata din mengandung arti menguasai,

    menundukkan, patuh, balasan dan kebiasaan. Pengertian agama

    menurut Frezer yaitu: menyembah atau menghormati kekuatan

    yang lebih agung dari manusia yang dianggap mengatur dan

    menguasai jalannya alam semesta dan jalannya kehidupan manusia

    (Syafaat, 2008: 13).

    Islam adalah agama samawi (langit) yang dirurunkan oleh

    Allah melalui Nabi Muhammad SAW, yang memiliki arti

    kedamaian dan keamanan. Konsep yang dijamin kebenarannya

    adalah konsep yang dibuat oleh Zat Yang Maha Mengetahui, yang

    ilmunya meliputi segal yng ada di langit dan di bumi, yang

    kelihatan maupun yang tidak kelihatan, yang awal dan yang akhir

    (Jasiman, 2011: 272).

    Pedidikan agama Islam merupakan usaha berupa bimbingan

    dan asuhan terhadap anak didik agar kelak setelah selesai

    pendidikannya dapat memahami dan mengamalkan ajaran agama

    Islam serta menjadikannya sebagai pandanga hidup (way of life).

    ( Muliawan, 2005: 86 )

  • 14

    F. Sistematika Penulisan

    Dalam penulisan skripsi ini, penulis bagi menjadi beberapa bagian.

    Dengan harapan agar pembahasan dalam skripsi ini dapat tersusun dengan

    baik dan dapat memenuhi standar penulisan karya ilmiah. Adapun

    sistematika pembagian bab adalah sebagai berikut:

    1. Bab I Pendahuluan

    Bab pendahuluan menjelaskan secara umum tentang arah dan

    maksud penelitian yang dilakukan oleh peneliti mengenai pola asuh

    dan ekspektasi orang tua buruh pabrik terhadap pendidikan anak

    sehingga pembaca dapat mengetahui mengenai latar belakang

    masalah, fokus penelitian, tujuan penelitian, kegunaan penelitian,

    penegasan istilah, dan sistematika penulisan.

    2. Bab II Kajian Pustaka

    Dalam bab kajian pustaka menjelaskan mengenai teori-teori yang

    relevan dan sesuai dengan penelitian yang akan dilakukan di lapangan

    mengenai pola asuh dan ekspektasi pendidikan Islam pada anak (studi

    kasus keluarga buruh pabrik di Desa Merbuh Kecamatan Singorojo

    Kabupaten Kendal).

    3. Bab III Metode Penelitian

    Metode penelitian yang berisi tentang pendekatan dan jenis

    penelitian, lokasi penelitian, sumber data, teknik pengumpulan data,

    analisis data, pengecekan keabsahan data, dan tahap-tahap penelitian.

  • 15

    4. Bab IV Paparan Data dan Analisis Data

    Bab ini menjelaskan tentang uraian data dan temuan yang

    diperoleh dari hasil dalam penelitian yang dilakukan di lapangan

    melalui observasi, wawancara atau interview, dan dokumentasi berupa

    gambar mengenai pola asuh dan ekspektasi pendidikan Islam pada

    anak (studi kasus keluarga buruh pabrik di Desa Merbuh Kecamatan

    Singorojo Kabupaten Kendal).

    Jadi dipembahasan ini penulis akan mengupas terkait pola asuh

    yang di lakukan orang tua buruh pabrik dalam mendidik anaknya,

    untuk mencapai ekspektasi.

    5. Bab V Penutup, memuat tentang kesimpulan dan saran

    Dalam pembahasan bab terakhir ini, adalah membahas tentang

    kesimpulan penelitian yang telah dilakukan dan saran-saran yang di

    harapkan dapat memberikan manfaat dalam pendidikan keluarga, dan

    penutup sebagai kesimpulan hasil akhir dari penelitian.

  • 16

    BAB II

    KAJIAN LANDASAN TEORI

    A. Ekspektasi Orang tua Terhadap Pendidikan Islam Anak

    1. Pengertian Orang Tua

    Orang tua adalah ayah dan ibu kandung, orang yang dianggap tua

    (cerdik, pandai,ahli), orang yang dihormati dan disegani di kampung

    (KBBI). Orang tua memegang peran yang penting dan amat

    berpengaruh atas pendidikan anak-anaknya. Sejak seorang anak lahir,

    ibunyalah yang ada di sampingnya, anak akan meniru perangai ibunya

    dan biasanya, seorang anak lebih cinta kepada ibunya, apabila seorang

    ibu tersebut menjalankan tugasnya dengan baik.

    2. Pengertian Ekspektasi

    Ekspektasi merujuk pada harapan realistis yang dapat dicapai anak

    dalam bidang akademik. Ekspektasi orang tua pada pendidikan anak

    mengarah pada dua hal yaitu kebelangsungan pendidikan anak dan

    prestasi akademik siswa.

    Ekspektasi berperan sebagai mediator antara variabel keyakinan

    dengan dukungan akademik orang tua bagi siswa. Artinya, ekspektasi

    yang tinggi memediasi pengaruh faktor keyakinan terhadap dukungan

    akademik orang tua bagi siswa (Spera, 2006: 457).

    Menurut Park &Kim 2006 (Erawati, 2015: 115) Memberikan

    pendidikan formal merupakan bagian dari tugas orang tua. Alasannya

  • 17

    berbeda dapat muncul dari setiap orang tua, mengapa mereka

    menyekolahkan anaknya hingga ke jenjang tertentu. Orang tua di

    Korea (Korea Selatan) menginginkan anaknya agarr minimal

    menyandang gelar sarjana. Ekspektasi orang tua dalam

    menyekolahkan anak antara lain memudahkan akses pekerjaan yang

    diharapkan (37%), menanamkan karakter moral (35%)

    mengembangkan akat dan minat (14%), meningkatkkat kesempatan

    mendapatkan menantu yang baik (9%) dan mengkompensasikan

    pendidikan mereka sendiri yang rendah (6%). Meskipun struktur

    keluarga mengalami perubahan nilai yang selalu dipegang kuat oleh

    orang tua Korea adalah pengorbanan (sacrifice), dedikasi (devotion),

    dan asirasi pendidikan. Tiga pilar pendidikan keluarga tersebut

    menanamkan perasaan hutang budi, rasa hormat, dan ikatan emosional

    pada anak-anak, serta tanggung jawab atas tingginya aspirasi

    akademik dan prestasi.

    3. Harapan Orang Tua

    Helmawati (2014: 25) menyatakan bahwa keluarga memiliki

    fungsi agama. Fungsi ini dilakukan melalui penanaman nila-nila

    keyakinan berupa keimanan dan ketakwaan. Fungsi ini dalam istilah

    lain disebut fungsi religius berhubungan dengan perintah untuk

    senantiasa menjalankan perintah Tuhan yang Maha Esa dan menjauhi

    larangannya melalui pembiasaan diri secara optimal (Safrudin, 2015:

    21 ). Sehingga ketika didalam pendidikan sekolah anak menerima

  • 18

    materi yang disampaikan oleh guru, maka di rumah anak mampu

    mengapikasikan di dalam kehidupan sehari-hari dengan pengawasan

    dan bimbingan orangtua. Jadi disini orang tua tidak hanya menuntut

    prestasi pada anak. Kasih sayang dan perhatian terhadap anak akan

    menumbuhkan semangat dan rasa tanggung jawab kepada anak.

    Namun, dalam konsep Islam, pembentukan anak shalih dan shalihah

    harus dimulai dari perilaku orang tua sejak dini, bukan saja dalam

    proses mengandung. Islam memandang bahwa perilaku anak dimasa

    depan adalah cerminan dari orang tuanya dan pola pendidikan yang

    diterapkan di dalam keluarga. Keluarga sebagai lingkungan

    pendidikan yang pertama sangat penting membentuk pola kepribadian

    anak, karena di dalam keluarga anak pertama kali berkenalan dengan

    nilai dan norma. Dari penelitian Diana Baumrind (1997: 226)

    “menyatakan bahwa, Intelegensi seorang anak tidak mempengaruhi

    perkembangan anak. Akan tetapi faktor lingkungan yang lebih

    berperan banyak terkait dengan perkembangan anak. Seperti halnya

    dalam penelitian Diana Baumrind, antara anak kulit hitam dan kulit

    putih, memiliki perangai yang berbeda berdasarkan lingkungan

    mereka. Jika si kulit hitam lebih dominan mandiri, namun susah

    bersosialisasi. Sedangkan si kulit putih ia lebih dominan manja,

    namun mudah bersosialisasi”, sehingga kepribadian seorang anak

    dapat terpengaruhi dari beberapa faktor. Dengan demikian dapat kita

  • 19

    fahami bahwasannya dari berbagai macam faktor memiliki

    kekurangan dan kelebihan tersendiri.

    Ilmu pengetahuan hanya dapat mengisi dan mengembangkan

    pikiran. Untuk mengisi perasaan diperlukan pengamalan dan

    pendidikan yang diterima sejak kecil, yang akan dapat menjadikan

    perasaan dan pikiran sejalan. Pendidikan agama dan spiritual bagi

    anak-anak adalah termasuk bidang-bidang yang harus mendapat

    perhatian penuh oleh keluarga (Ahid, 2010: 140). Sehingga

    pendidikan Islam yang diajarkan orang tua kepada anak-anaknya

    sangatlah diperlukan didalam suatu keluarga dalam mencetak generasi

    yang berkualitas.

    Tujuan pendidikan Islam adalah membentuk pribadi muslim sejati,

    memiliki kedalam keilmuan, ketajaman berfikir, keluasan pandangan,

    kekuatan iman yang sempurna dan takwalah sampai pada derajat

    ma’rifatullah (khalifatullah fil Ardi). Keluaraga merupakan

    lingkungan pertama bagi anak dan ia merupakan pendidikan tertua

    yang bersifat kodrati, maka tugas keluarga adalah meletakkan dasar-

    dasar perkembangan anak, agar anak dapat berkembang secara baik.

    Setiap keluarga (orang tua) hendaknya menjadi cermin yang baik bagi

    kehidupan anak-anaknya, karena dari situlah awal pembentukan

    pribadi anak untuk masa dewasa.

    Harapan dari orang tua yaitu agar terlindungi dari api neraka yang

    telah difirmankan oleh Allah Swt, yaitu dengan mendidik anaknya

  • 20

    menjadi anak yang berguna bagi keluarga, agama, Negara sehingga

    mampu menjadi penerus bangsa yang akan bermanfaat bagi sesama

    manusia. Seperti yang dijelaskan oleh Safrudin (2015: 12) terkait

    dengan beberapa harapan orang tua kepada anak diantaranya:

    a. Orang tua mampu Melandasi pengetahuan aqliyah dengan jiwa

    agama, dalam arti anak dibiasakan untuk menggunakan

    kemampuan akalnya semaksimal mungkin sebagai upaya ijtihad

    dan bila ternyata akal belum mampu memberikan solusi tentang

    suatu masalah, maka hendaknya dikembalikan kepada wahyu.

    b. Berusaha mencetak anak untuk menjadi generasi yang ulul albab,

    yakni seorang muslim yang berpredikat cendekiawan dan

    intelektual dengan cara melatih daya intelektual, daya pikir dan

    daya nalar serta memiliki keterikatan moral.

    c. Harapannya seorang anak mampu memiliki komitmen sosial dan

    melaksanakan sesuatu dengan cara yang baik.

    d. Apabila orang tua mampu mendidik anaknya dengan baik maka

    ada kemungkinan besar harapan dan hasil dari usaha mendidik

    anak sebagai generasi baru akan terwujud. Ketika sikap disiplin dan

    tanggung jawab tertanam dalam diri seorang anak, maka karakter

    yang baik akan menumbuhkan perilaku yang baik. Tanggung jawab

    orang tua dalam membangun dan mengembangkan karakter seluruh

    anak-anaknya dapat dilakukan dengan membekali pendidikan Islam

    secara berkualitas agar jiwa setiap anak dapat bangkit serta

  • 21

    mengakui kebesaran dan keagungan Tuhan. Sehingga selain

    menjadi anak yang secara cerdas secara intelektual, tentunya juga

    diharapkan shalih secara emosional maupun spiritual.

    Perihal tersebut dikuatkan oleh M. Sahlan Syafei (Safrudin: 2015,

    143-144), bahwa agar anak memiliki karakter yang baik terhadap

    Tuhan maka sebaiknya diberikanpendidikan secara tepat agar anak

    mampu:

    1) Percaya kepada Tuhan serta menyembahNya sesuai dengan ajaran

    agama yang benar.

    2) Selalu berdzikir dan bersyukur kepada Tuhan atas segala

    nikmatNya.

    3) Dapat bersikap sabar dan tawakal atas setiap cobaan hidup yang

    di berikan Tuhan.

    4) Tidak meminta pertolongan kecuali kepada Tuhan YME sesuai

    dengan tuntunan agama yang benar.

    5) Beriman dan bertaqwa kepada Tuhan YME sehingga ia mampu

    dan mau menjalankan segala perintah Tuhan dan menjauhi segala

    apa yang dilarangNya (Safrudin: 2015, 143-144).

    Masa depan adalah impian setiap anak dalam menjalani kehidupan.

    Ketika masih dalam usia sekolah, anak memiliki cita-cita besar untuk

    menjadi seseorang yang berguna bagi dirinya sendiri dan orang lain.

    Impian untuk mencapai masa depan adalah sebuah keniscayaan bagi

    setiap anak muda (Mohammad: 2013, 106-107). Sebagai penerus

  • 22

    bangsa, generaasi muda memiliki tugas dan tanggung jawab dalam

    membangun peradaban dunia dengan gemilang sekaligus berupaya

    meningkatkan kecakapan dan potensi diri yang berkembang.

    Masa depan adalah pilihan kita sendiri bukan berasal dari orang

    lain. Dalam merencanakan masa depan anak setiap orang tua perlu

    menanamkan prinsip menciptakan dan merencanakan apa yang terbaik

    bagi kehidupan anak. Sebagai orang tua, tidak bisa mengabaikan cita-

    cita dan impian anak. Ketika berangan-angan ingin menjadi manusia

    terbaik dan berguna bagi diri sendiri dan masyarakat sekitar.

    Pandangan Albert Schweitzer, “Tragedi dalam kehidupan bukanlah

    kematian kita, melainkan hal-hal yang mati”. Artinya, kalau anda

    hidup tidak memiliki impian dan tidak memelihara impian tersebut,

    itulah yang mati dalam kehidupan. Anda harus memiliki target ideal

    untuk memasuki the world of mine, dunia alam cipta, dunia imajinasi

    yang tak terbatas atau dunia impian. Demikian pula dengan generasi

    muda harus memiliki keberanian dalam menetapkan suatu impian

    hidup sehingga mampu menciptakan masa depan tanpa halangan

    (Mohammad, 2013: 107). Gambaran masa depan dapat di gambarkan

    kepada seorang anak, supaya anak mampu melangkah menuju masa

    depan yang gemilang dan mampu berguna bagi orang lain.

  • 23

    B. Upaya Orang Tua dalam Meningkatkan Pendidikan Islam pada Anak

    1. Peran Orang Tua

    Melihat peran penting keluarga dalam membangun generasi masa

    depan maka dipandang perlu untuk memahami makna dan nilai

    keluarga sejahtera sebagai bagian dan generasi cerdas dan penerus

    estafet kepemimpinan bangsa dimasa depan. Generasi cerdas adalah

    generasi yang mampu mencurahkan segala pikirannya untuk

    memperjuangkan kehidupan pribadi, keluarga, masyarakat, dan bangsa

    (Mohammad, 2013: 84). Melalui perjuangan yang keras dan pantang

    menyerah, diharapkan orang tua mampu membagun sebuah tatanan

    keluarga sejahtera dan ideal sesuai dengan impian para orang tua.

    Pada dasarnya tidak ada keinginan orang tua yang tidak baik

    terhadap anaknya, pastinya harapan semua orang tua untuk anaknya

    menjadi lebih baik darinya dan berguna bagi agama maupun negara.

    Kendala yang di hadapi orang tua pada umumnya karna kurangnya

    pemahaman akan ilmu dan wawasan yang menyebabkan kurang

    tepatnya pola asuh dalam keluarga.

    Orang tua yang sebagai pemimpin dalam keluarganya harus

    bertanggung jawab dalam kepemimpinannya. Dikarenakan setiap

    manusia adalah makhluk yang mempunyai tanggung jawab dan

    kewibawaan. Setiap manusia mempunyai tanggung jawab terhadap

    yang lain, terutama terhadap orang-orang yang berada di bawah

    kekuasannya (Sadulloh, 2014: 175), dengan demikian orang tua

  • 24

    bertanggung jawab atas kehidupan anaknya, yaitu bahagia dunia

    akhirat. Rasa tanggung jawab orang tua pada anaknya dengan

    memberikan ilmu pendidikan yang baik, sehingga anak akan memiliki

    bekal untuk menjadi generasi penerus bangsa yang baik.

    2. Metode Mendidik Anak

    Peran pendidik atau orang tua menjadi titik sentral. Orang tua

    hendaknya menggunakan ilmu pendidikan, khususnya metode

    pendidikan. Dalam membentuk karakter anak diperlukan berbagai

    macam metode karena ada banyak karakter yang perlu dimiliki oleh

    anak dalam mengarungi kehidupannya sehingga akan selamat dunia dan

    akhirat. Adapun beberapa metode yang dapat di terapkan dalam

    mendidik anak menurut Helmawati:

    a. Metode Keteladanan

    Keteladanan dalam pendidikan merupakan metode yang paling

    berpengaruh bagi anak. Anak pertamakali melihat, mendengar, dan

    bersosialisasi dengan orang tuanya. Ini berarti bahwa ucapan dan

    perbuatan orang tua akan dicontoh oleh anaknya. Dalam hal ini

    pendidik menjadi contoh terbaik dalam pandangan anak. Apa yang

    menjadi perilaku orang tua akan ditirunya.

    b. Metode Percontohan

    Mudah untuk mengatakan kata-kata perintah pada anak, tapi

    akankah anak melaksanakan apa yang diperintahkan apalagi yang

    belum diketahuinya jika tidak diberi contoh terlebih dahulu.

  • 25

    Bagaimana anak akan melakukan sholat jika orang tuanya saja

    tidak memberi contoh bagaimana sholat itu. Bahkan banyak orang

    tua yang memerintahkan sholat kepada anknya sedangkan ia

    sendiri tidak melaksanakannya. Metode memberi contoh merukana

    salah satu metode dalam membentuk karakter anak yang

    hendaknya dilaksanakan dalam kehidupan sehari-hari.

    c. Metode Pembiasaan

    Pembiasaan merupakan suatu keadaan dimana seseorang

    mengaplikasikan perilaku-perilaku yang belum pernah atau jarang

    dilaksanakan menjadi sering dilaksanakan sehingga pada akhirnya

    menjadi kebiasaan pula bagi anak. Dengan pembiasaan beribadah

    dalam keluarga, anak akan rajin menjalankan ibadah sholat,

    mengaji, juga puasa. Orang tua yang terbiasa mengucapkan salam

    dan membiasakan pada anaknya tentu akan membentuk anak

    menjadi terbiasa mengucapkan salam. Kebiasaan para orang tua

    yang tidak sholat maka tidak salah jika seorang anakpun akan

    menirunya. Bigitulah anak-anak akan melihat bahwa orang tua

    merupakan figur ideal bagi mereka. Maka segala kebiasaan mulai

    dari ucapan, tindakan atau tingkah laku orang tua selalu akan ditiru

    dan menjadi kebiasaan anak pula.

    d. Metode Pengulangan

    Pengulangan adalah suatu kegiatan yang berkali-kali dilakukan

    sehingga menjadi faham, hafal atau terbiasa. Metode pengulangan

  • 26

    dapat diaplikasikan pada tataran kognitif, afektif, maupun

    psikomotor anak. Contoh pengulangan ranak kognitif yaitu hafalan

    Al-Quran maupun bacaan-bacaan do’a ataupun pelajaran di

    sekolah. Sementara contoh untuk pengulangan afektif yaitu rajin

    memberi sedekah, penanaman rasa kasih sayang. Contoh

    pengulanagan secara psikomotor adalah prngulangan yang

    dilakukan dengan anggota tubuh seperti tatacara sholat, atau

    keterampilan tangan yang jika diulang terus akan menghasilkan

    kreatifitas anak.

    e. Metode pelatihan

    Latihan adalah mempraktikkan teori yang telah dipelajari. Segala

    sesuatu jika dilatih akan menghasilkan karakter tangguh dan

    pantang menyerah pada anak. Contoh pelatiahan (baik ranah

    kognitif, afektif, maupun psikomotorik) yang dapat dilakukan

    dalam membentuk karakter anak diantaranya adalah pelatihan

    membaca, menulis, berhitung, latihan fisik, dan pelatihan

    ketrampilan. Dalam pelatihan akan ada pengulangan. Dengan

    demikian, semakin anak berlatih giat, ia akan mengulang banyak

    hal yang akan berguna bagi dirinya maupun orang lain.

    f. Metode Motivasi

    Manusia memiliki semangat yang terkadang naik turun, sehingga

    pada saat manusia dalam kondisi semangatnya turun ia perlu

    dimotivasi. Manusia memiliki potensi yang apabila dimotivasi ia

  • 27

    akan menunjukkan kinerjanya yang lebih. Motivasi memberikan

    dampak yang sangat baik dan positif bagi perkembangan kejiwaan

    manusia terutama perkembangan pendidikan anak. Orang tua

    sebagai pendidik yang pertama dan utama bagi anak-anaknya

    hendaknya memotivasi anak-anaknya agar berkembang seluruh

    potensi yang dimilikinya.

    Upaya yang dapat dilakukan orang tua dalam menciptakan

    kebersamaan dengan anak-anak dalam merealisasikan nila-nilai moral

    secara esensial adalah dengan menciptakan aturan-aturan bersama oleh

    anggota keluarga untuk ditaati bersama. Dalam pembuatan aturan ini

    juga dapat diciptakan bantuan diri, khususnya bagi anak maupun

    anggota yang lain. Tujuannya adalah terciptanya aturan-aturan umum

    yang ditaati bersama dan aturan-aturan khusus yang dapat dijadikan

    pedoman diri bagi masing-masing anggota keluarga. (Shochib, 2014:

    127). Dengan demikian berarti orang tua atau pendidik menciptakan

    situasi dan kondisi yang mendorong serta merangsang anak untuk

    senantiasa berperilaku yang sesuai dengan aturan atau nilai-nilai moral.

    Sedangkan, konsep pola asuh dalam Islam lebih berorientasi pada

    praktik pengasuhan, bukan pada gaya pola asuh dalam sebuah keluarga.

    Dalam konsep pola asuh yang telah diteliti oleh Nashih Ulwan, yakni

    mendeskripsikan pengasuhan yang lebih mengarah kepada metode

    pendidikan yang berpengaruh terhadap anak. Adapun metode-metode

    tersebut adalah sebagai berikut:

  • 28

    1) Pola asuh yang bersifat keteladanan.

    2) Pola asuh yang bersifat nasihat yang didalamnya mengandung

    ajakan, cerita yang disertai perumpamaan, dan gabungan antara

    metode wasiat dan nasihat.

    3) Pola asuh dengan perhatian atau pengawasan yang meliputi

    perhatian dalam pendidikan sosialnya, terutama praktik dalam

    pembelajaran, pendidikan spiritual, moral, dan konsep pendidikan

    yang berdasarkan Reward and punishment terhadap anak.

    Anak yang telah terbiasa dengan penataan nilai-nilai moral

    subtansinya telah memiliki perilaku yang disiplin. Oleh sebab itu orang

    tua perlu menatanya dengan penataan lingkungan fisik, sosial,

    pendidikan, sosial budaya, dan psikologi. Pelibatan mereka dalam

    penata lingkungan fisik tersebut adalah wahana untuk saling menerima,

    menautkan diri, dan menghadirkan diri. Dengan demikian mereka

    merasakan apa yang telah ditata dan aturan-aturan untuk menjaga

    kerapian secara bersaman itu sebagai panggilan (Shochib, 2014: 128).

    Penataan lingkungan sosial dapat mengemas makna kebersamaan

    diantara anggota keluarga melalui komunikasi yang dapat saling

    menghadirkan diri dan menautkan diri bagi mereka yang terlibat dalam

    komunikasi yang mengemas pesan makna kebersamaan (Shochib,

    2014: 129). Hal itu akan menumbuhkan sikap mereka untuk terdorong

    dan terangsang untuk merealisasikan nila-nilai moral secara bersama-

    sama. Dalam keluarga pada saat pembuatan aturan-aturan dan

  • 29

    melibatkan anak maka secara tidak langsung orang tua melatih sikap

    sosial bagaimana untuk menghargai pendapat dan hidup dalam

    perbedan juga bersikap konsisten. Ketika sikap tersebut telah tertanam

    oleh orang tua dan secara otomatis anak akan mengikuti perilaku orang

    tua dan akan menerapkannya di dalam kehidupan di luar keluarga.

    Karena antara mereka telah mampu beridentifikasi diri, hal itu

    memudahkan orang tua atau pendidik untuk memperdalam makna

    suasana kebersamaan dengan menata suasana psikologis pada

    kehidupan keluarga. Suasana ini dapat ditata oleh mereka, terutama

    orang tua atau pendidik, melalui dialog-dialog yang benuansa

    persahabatan (Shochib, 2014: 130). Dengan demikian, jika anak lupa

    dalam merealisasikan nilai-nilai moral, orang tua mudah untuk

    menyentuh emosionalnya sehingga anak melakukannya dengan suka

    rela (kebersamaan dalam merealisasikan nilai-nilai moral).

    3. Upaya Orang Tua

    Kebersamaan keluarga semakin kukuh jika orang tua atau pendidik

    mampu menerjemahkan nilai-nilai menjadi pola kehidupan semua

    anggota keluarga. Misalnya, setiap seminggu sekali secara bersama

    diadakan kerja bakti untuk membersihkan ruangan dan menata kembali

    ruangan rumah untuk memecahkan masalah-masalah terutama yang

    berhubungan dengan nilai-nilai moral untuk dipecahkan bersama oleh

    semua anggota keluarga.

  • 30

    Daniel Goleman (1997) mengemukakan bahwa kecerdasan yang

    diperlukan dalam menjalin hubungan dengan orang lain, meliputi

    kemampuan memahami orang lain, motivasi dan mempengaruhi

    tindakan mereka, dan bagaimana membangun kepercayaan dan kerja

    sama terhadap mereka adalah kecerdasan emosi. Setiap hubungan

    antara orang tua dan anak pasti tidak lepas dari ikatan emosional yang

    mesti diperkuat demi membangun kepercayaan anak terhadap orang tua

    mereka. Kecerdasan emosional merupakan salah satu kecerdasan ruhani

    yang mempengaruhi sikap dan tindakan karena berkaitan langsung

    bagaimana mengendalikan diri dari suatu tindakan yang bersikap

    agresif dan reaktif (Mohammad, 2013: 146). Orang tua berkewajiban

    memberikan bimbingan atau pola asuh yang mengarah pada

    pembentukan kecerdasan pada anak-anaknya. Karena nantinya in

    merupakan salah satu ketrampilan yang mempunyai peran signifikan

    dalam meraih kesuksesan hidup mereka.

    Sementara satu hal yang menentukan apakah anak itu nantinya

    mampu mengembangkan potensi kecerdasan emosinya adalah pola asuh

    yang diterapkan oleh orang tua. Dari berbagai pola asuh yang ada pada

    tinjauan diatas, tampaknya sebagai orang tua harus mampu memilih

    mana pola asuh yang harus dan tepat diterapkan bagi anak-anaknya.

    Adapun upaya orang tua dalam memberikan pola asuh yang tepat bagi

    anak menurut Mohammad Takdir llahi yaitu:

  • 31

    a. Merawat anak dengan pelukan kasih sayang

    Hubungan orang tua dengan anak harus dilandasi oleh rasa kasih

    sayang yang mendalam. Kasih sayang orang tua tidak mampu

    terbayarkan dengan apapun. Walaupun dengan harta sekalipun.

    Biasanya anak yang tumbuh dengan mendapatkan kasih sayang

    dari orang tua dengan sepenuh hati tanpa adanya tekanan, akan

    senantiasa tumbuh dengan perasaan benar dalam diri mereka

    (Mohammad, 2013: 148). Kehangatan orang tua jelas berpengaruh

    pada hubungan anak selanjutnya ketika sudah menginjak usia

    dewasa. Perhatian anak sejak usia dini sangat menentukan terhadap

    perkembangan jiwa dan karakter anak dalam menentukan masa

    depan.

    b. Memberikan nutrisi sehat pada anak

    Membina hubungan yang baik adalah langkah pertama untuk

    mempertahankan anak-anak agar tetap sehat dan menyembuhkan

    ketika sakit. Inilah beberapa pola ketrampilan orang tua yang

    mempunyai hubungan yang baik, bisa memberikan konstibusi pada

    kesehatan anak. Dalam masa pertumbuhan, anak memerlukan

    asupan berbagai nutrisi yang tepat. Nutrisi ini tidak hanya berguna

    untuk perkembangan tubuhnya, tetapi juga otaknya. Para orang tua

    disarankan untuk memeperhatikan pilihan makanan yang sebaiknya

    kaya akan nutrisi dan energi (Mohammad, 2013: 152).

  • 32

    c. Membina hubungan baik

    Dalam pandangan psikologi, hubungan baik biasanya dibentuk

    dengan nilai kasih sayang yang menimbulkan empati dan ikatan

    batin secara mendalam. Paraa peneliti banyak menemukan bahwa

    anak-anak yang terkait dengan kasih sayang cenderung menikmati

    keromantisan yang berkualitas tinggi. Hubungan yang baik secara

    tidak langsung memberikan kesempatan kepada orang tua dan anak

    untuk membina kasih sayang yang telah dibangun sejak lama

    (Mohamma, 2013: 166-167). Model hubungan internal dalam

    keluarga, memungkinkan orang tua lebih dekat dengan anak karena

    mempunyai waktu khusus untuk berbagi pengalaman dan

    mencurahkan segenap perasaanyang menjadi kegelisahan.

    d. Membesarkan anak dengan tanggung jawab

    Kewajiban orang tua dalam mengajarkan tangung jawab tidak

    sekedar berkaitan dengan tugas-tugas sekolah yang lazim diberikan

    oleh guru mereka, tetapi juga berkaitan dengan tanggung jawab

    orang tua yang bersifat spiritual, semisal kewajiban melaksanakan

    perintah agama (Mohammad, 2013: 174). Orang tua di tuntut untuk

    mengawasi setiap aktivitas dan kegiatan anak agar tidak

    menyimpang dari tanggung jawab yang telah menjadi kewajiban

    mereka. Ketika anak sudah dewasa, mereka akan terbiasa

    melaksanakan setiap kewajiban yang menjadi tanggung jawabnya

  • 33

    secara pribadi secara pribadi karena menyangkut hubungan

    manusia dengan Tuhan.

    e. Menanamkan moral pada anak

    Peran keluarga dalam menanamkan nilai-nilai moralitas sangat

    penting untuk mendorongvanak menjadi pribadi yang berperilaku

    sesuai dengan norma hukum di masyarakat. Keluarga adalah

    sebuah miniatur dari masyarakat, yang mana anak-anak belajar

    menghargai otoritas dan menjadi warga negara yang bermoral

    (Mohammad, 2013: 180-181). Ketika seorang anak hidup dalam

    suatu pedoman yang kuat di dalam rumah, kemungkinan akan

    menjadikan nilai-nilai orang tua sebagai bagian dari mereka

    sendiri. Mereka kemudian membawa serta sistem pedoman ini

    untuk berinteraksi dengan orang lain.

    f. Meningkatkan rasa percaya diri pada anak

    Dalam setiap masalah yang dihadapi, anak perlu dorongan batin

    yang membangkitkanikatan emosi mereka agar semakin teguh

    dalam menjalani hidup (Mohammad, 2013: 185). Ini karena

    masing-masing anak membutuhkan dukungan dari orang-orang

    yang ia sayangi, yang dari dukungan tersebut memberikan sinyal

    positif baginya, dan akan menumbuhkan sikap percaya diri.

    g. Mengajarkan kebaikan dan sopan santun

    Pada dasarnya sopan santun yang baik akan keluar secara alami

    jika orang tua mengajarkan kepada anak alasan mengapa mereka

  • 34

    harus bersopan santun. Menurut Letita Baldrige (1997), sopan

    santun yang baik benar-benar merupakan hubungan manusia yang

    baik pula. Dia menyebutkan sopan santun sebagai tindakan yang

    baik sebagai tindakan yang baik kepada orang lain (Mohammad,

    2013: 187). Jadi setidaknya orang tua mulai menanamkan sikap

    sopan santun dari anak masih kecil, sehingga sikap sopan santun

    akan tertanam sampai dewasa.

    h. Menumbuhkan perilaku spiritual pada anak

    Menurut Mimi Doe dan Marsha Walch (2001), pengalaman

    spiritual anak sangat beragam dan cenderung individual. Ketika

    anak-anak melihat tuhan sebagai sumber cinta dan menjadikan doa

    sebagai cara berhubungan dengan sumber itu, secara tidak langsung

    mereka telah menemukan saran kedamaian seumur hidup

    (Mohammad, 2013: 198). Sebagai orang tua harus menciptakan dan

    menerapkan kebiasaan spiritual dalam kehidupan sehari-hari.

    Kebiasaan ini sebaiknya dijadikan praktik rutin yang dengan

    otomatis mampu menghubungkan seseorang kepada Tuhan.

    Dari keterangan diatas, dapat kita ambil pengertian bahwa pada

    dasarnya keluarga (orang tua ) berkewajiban memberi pengarahan dan

    bimbingan kepada anak-anaknya untuk hidup mandiri, menumbuhkan

    sikap yang terpuji, menumbuhkan nilai-nilai moralitas, berperilaku yang

    baik, dan menanamk an nilai-nilai sepiritual serta nilai-nilai individual

    dan sosial.

  • 35

    C. Pola Asuh Orang Tua Terhadap Anak

    1. Pengertian Pola Asuh

    Setiap orang tua menginginkan anaknya menjadi orang

    berkepribadian baik, dan akhlaq yang terpuji. Orang tua adalah sebagai

    pembentuk pribadi yang pertama dan utama dalam kehidupan anak,

    dan harus menjadi suri tauladan yang baik bagi anak-anaknya. Pola

    asuh pada dasarnya merupakan parental control, yakni bagaimana

    orangtua mengontrol, membimbing, dan mendampingi anak-anaknya

    untuk melaksanakan tugas-tugas perkembangannya menuju pada

    proses pendewasaan. Dalam mendidik anak, orang tua memiliki

    berbagai macam bentuk pola asuh yang bisa dipilih dan diterapkan.

    Tetapi sebelum membahas tentang macam-macam pola asuh orang tua.

    Terlebih dahulu akan di kemukakan pengertian pola asuh itu sendiri.

    Istilah pola dan model sama-sama merupakan kerangka/ bentuk

    awal yang bersifat umum kemudian diberi sentuhan personal menuju

    bentuk yang sempurna yang bersifat unik, pola lebih bersifat umum/

    dasar/ kaku, sedangkan model lebih bersifat subjektif. Kata pola asuh

    mempunyai arti mendidik, mengajar, dan merawat anak dari awal

    kehadirannya sampai batas waktu tertentu, sesuai posisi anak sebagai

    makhluk (Ngatini, 2010: 1-2). Dari uraian di atas, dapat disimpulkan

    bahwa yang disebut model pola asuh dalam keluarga adalah cara yang

    digunakan untuk mengasuh anak yang bersifat spesifik, dengan tujuan

    membentuk anak yang diimpikan dan diterapkan dalam kehidupan

  • 36

    keluarga. Dalam hal ini, pelaku dari pengasuhan, ayah, ibu, saudara,

    akan turut mempengaruhi pengalaman sosial anak dan juga pola

    perilakunya. Dorothy Law Notle (Save M Dagun, 1990: 42)

    mengungkapkan pentingnya peran keluarga bagi pembentukan

    kepribadian anak.

    Dari pengertian di atas dapat diambil pengertian tenteng pola asuh,

    jadi pola asuh adalah suatu keseluruhan interaksi antara orang tua

    dengan anak, dimana orang tua bermaksud mengadakan interaksi

    dengan baik dengan anaknya agar dapat menjadi anak yang mandiri,

    tumbuh dan berkembeng dengan sehat dan optimal serta berakhlakkul

    karimah.

    Untuk mencapai keseimbangan pola asuh antara orang tua dan

    anak, diperlukan “pola asuh yang halus (tidak mengekang) merasa

    diberi dukungan dan penerimaan”, kontrol yang kuat, dan dari kontrol

    psikologinya (Smetana, 1995: 276). Dengan adanya keseimbangan

    antara tiga aspek diatas kemungkinan akan memunculkan pengaruh

    pola asuh yang baik. Terutama pola asuh yang digunakan pada anak

    yang sedang mengenyam pendidikan di sekolah dasar. Karena masa

    kanak- kanak merupakan masa dimana anak akan dengan mudah

    diarahkan, sehingga kepribadian yang baik untuk seorang anak baik

    untuk dibentuk pada masa kanak-kanak.

    Menurut Isabel Martinez dan Jose Fernando Garcia (2007: 144)

    menyatakan bahwa, Tuntutan mengacu besar pada orang tua yang

  • 37

    menunjukan kontrol, pengawasan, dan tuntutan yang dewasa pada

    proses pola asuhnya : kemampuan reaksi menunjuk besar pada orang

    tua yang menunjukkan pada anak mereka kehangatan sikap, dan

    penerimaan, memberi mereka dukungan, dan berkomunikai dengan

    mereka. Sehingga pola asuh yang diberikan orang tua akan

    memberikan pengaruh terhadap anak dalam pembentukan

    kepribadiannya. Sebuah tuntutan yang diberikan orang tua terhadap

    anak jika tidak diimbangi dengan kontrol dan dorongan/ kasih sayang

    maka akan menumbuhkan pola asuh yang sulit diterima oleh anak.

    Menurut pendapat Abdul Aziz El- Qussy, setiap anak memiliki

    kebutuhan pokok yang meliputi:

    a. Kebutuhan akan rasa aman.

    b. Kebutuhan akan rasa kasih sayang

    c. Kebutuhan akan rasa penghargaan

    d. kebutuhan akan rasa kebebasan

    e. Kebutuhan akan rasa sukses

    f. Kebutuhan akan suatu kekuatan pembimbing atau pengendalian

    Berkembangnya berbagai kebutuhan secara wajar dalam diri anak

    akan besar pengaruhnya bagi perkembangan anak. Pada masa pertama,

    pemenuhan kebutuhan diatas banyak bergantung dari bantuan orang

    tua. Oleh sebab itu, anak merasa tergantung dan membutuhkan sekali

    kepada kedua orang tuanya, lebih-lebih kepada ibu sebagai orang yang

    terdekat ( Ahid, 2010: 114-115).

  • 38

    2. Macam- Macam Pola Asuh

    Berbagai macam pola asuh orang tua dalam mendidik anaknya.

    Dalam pola asuh terdapat dua persepektif, yaitu Islam dan para ahli,

    hal itu akan dipaparkan sebagai berikut:

    a. Pola asuh anak dalam persepektif islam

    Dalam syariat islam sudah diajarkan bagi seorang muslim

    karena anak merupakan amanat yang harus dipertanggung

    jawabkan oleh orang tua, hal ini dipertegas dalam firman Allah

    Swt:

    قُْىُدهَب نَبًرا َواَْهلِْيُكمْ اَْنفَُسُكمْ قُْىآ آَمنُْىا يَآيٌّهَبالَِّذْينَ َملَئَِكة َعلَْيهَب َواْلٍحَجبَرةُ النَّبسُ وَّ

    َ ِشَداد الَّيَْعُصْىنَ ِغالَظ َمبيُْؤَمُزْونَ نَ َويَْفَعلُىْ َمآاََمَزهُمْ ّللاَّ

    Artinya:“Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan

    keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia

    dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, yang keras,

    yang tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang

    diperintahkanNya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa

    yang diperintahkan”. (QS. At-Ta hrim 66 ).

    Maksud dari ayat tersebut orang tua wajib menjaga

    keluarganya dari api neraka dengan cara mengarahkan, mendidik,

    dan mengajarkan anak agar terhindar dari siksa api neraka. Hal ini

    juga memberikan arahan bagaimana orang tua harus mampu

    menerapkan pendidikan yang bisa membuat anak memiliki prinsip

    untuk memnjalankan ajaran islam dengan benar, sehingga mampu

    membentuk mereka menjadi anak yang mempunyai akhlaq yang

    baik, dan menunjukkan kepada mereka hal-hal yang bermanfaat.

    Sehingga mereka mampu melakukan segala kewajiban dan

  • 39

    menjauhi segala larangan Allah, dan mampu membentuk karakter

    atau anak memiliki kepribadian yang baik sesuai dengan syariat

    agama.

    Secara umum, pola asuh dalam Islam adalah mempersiapkan

    generasi muda yang memiliki moral yang mengacu dalam norma-

    norma Islam dan membentuk generasi shalih dan shalihah (Muallifah,

    2009: 61-63), oleh karena itu, hal ini bisa dilakukan ketika anak sejak

    dalam kandungan bukan saja ketika anak lahir. Adapun pola asuh

    anak dalam persepektif para ahli:

    (1) Pendeskripsian pola asuh menurut Nasih Ulwah

    (a) Pola asuh yang bersifat keteladanan

    (b) Pola asuh yang bersifat nasihat

    (c) Pola asuh dengan perhatian dan pengawasan

    (2)Menurut Hurlock yang dikutip oleh Chabib Toha (Muallifah,2009:

    63) ada 3 macam pola asuh yaitu:

    (a) pola asuh otoriter

    Pola asuh otoriter adalah pola asuh yang ditandai dengan

    cara mengasuh anak-anaknya dengan aturan-aturan yang

    ketat.

    (b) Pola asuh demokratis

    Pola asuh yang ditandai dengan pengakuan orang tua

    terhadap kemampuan anak-anaknya dan kemudian diberi

    kesempatan untuk tidak selalu bergantung kepada orang tua.

  • 40

    (c) Pola asuh laisses fire

    Pola asuh ini dengan cara orang tua mendidik anak

    secara bebas, bebas melakukan apa saja yang dikehendakinya.

    Kontrol orang tua terhadap anak sangat lemah, juga tidak

    memberikan bimbingan pada anaknya. Semua apa yang

    dilakukan oleh anak adalah benar dan tidak perlu mendapat

    teguran, arahan, atau bimbingan (Mansur, 2005: 354-356).

    Dari berbagai macam pola asuh yang telah dikemukakan

    diatas, penulis hanya akan mengemukakakn tiga macam pola

    asuh saja, yaitu pola asuh otoriter, demokratis, dan permisif. Hal

    ini di jelaskan sebagai berikut:

    1. Pola asuh otoriter

    Pola asuh otoriter adalah cara mengasuh anak yang

    dilakukan orang tua dengan menentukan sendiri aturan-aturan

    dan batasan-batasan yang mutlak harus ditaati oleh anak

    tanpa memperhatikan keinginan dan pendapat serta melihat

    keadaan anak. Orang tua yang berkuasa menentukan segala

    sesuatu untuk anak, dan anak hanya sebagai objek pelaksana

    saja. Jika ank menentang atau membantah, maka orang tua

    tidak akan segan-segan memberei hukuman. Jadi, dalam hal

    ini kebebasan anak sangatlah dibatasi. Apa saja yang

    dilakukan anak haruslah sesuai dengan keinginan orang tua.

    Ciri-ciri pola asuh otoriter:

  • 41

    a) Umumnya dianut oleh masyarakat kelas bawah/ pekerja

    b) Menuntut kepatuhan semata

    c) Bersifat kaku dan kasar

    d) Terlalu banyak aturan

    e)Orang tua bersikap mengharuskan anak melakukan sesuatu

    tanpa kompromi(Ngatini, 2010: 6).

    Kelebihan dari model ini adalah sebagai berikut:

    1) Anak menjadi disiplin dan teratur.

    2) Akan menguntungkan jika orang tua dan pondasi agama

    yang kuat.

    Tipe anak yang di hasilkan adalah sebagai berikut:

    1) Mudah tersinggung

    2) Penakut

    3) Mudah terpengaruh

    4) Anak agresif dan keras

    5) Anak pemalu, kurang pergaulan, dan tertekan (Ngatini,

    200: 8-9)

    Setiap pola asuh orang tua pasti mempunyai dampak

    yang berbeda- beda, baik itu positif maupun negatif. Menurut

    Dariyo (2004: 98) dari segi positifnya, anak yang dididik

    dalam pola asuh otoriter ini, cenderung akan menjadi disiplin

    yakni menaati peraturan. Sedangkan dari sisi negatifnya anak

    cenderung memiliki ketaatan dan kedisiplinan yang semu,

  • 42

    karena anak hanya mau menunjukkan kedisiplinan dan

    kepatuhan dihadapan orang tua saja.

    2. Pola asuh demokratis

    Menurut Diana Baumrind adalah kedudukan antara

    orang tua dan anak sejajar, suatu keputusan di ambil bersama

    dengan mempertimbangkan kedua belah pihak (Dariyo,

    2004:98). Jadi pola asuh ini memberikan kebebasan kepada

    anak untuk mengemukakan pendapat, melakukan apa yang ia

    inginkan, tetapi dengan tidak melewati batasan-batasan atau

    aturan-aturan yang telah ditetapkan oleh orang tua. Orang tua

    juga memberikan bimbingan dan arahan dengan penuh

    pengertian terhadap anak, mana yang boleh dilakukan dan

    mana yang tidak boleh dilakukan.

    Menurut Diana Baumrind (Lestari, 2010: 8-9) pola

    asuh demokratis ini mempunyai beberapa ciri-ciri, antara lain:

    a) Umumnya memprioritaskan pengembengan IQ dan EQ

    b )Hukuman lebih codong kepada hukuman psikologis

    c) Sikap acceptance dan kontrol seimbang

    d) Respon terhadap anak

    e) Mendorong anak untuk menyatakan pendapatnya

    f) Segala sesuatu coba dijelaskan

  • 43

    Kelebihan dari pola asuh demokratis adalah:

    a. Pendapat anak menjadi tertampung

    b. Anak belajar menghargai perbedaan

    c. Pikiran anak menjadi optimal

    d. Pola hidup anak menjadi dinamis

    Kelemahan dari pola asuh demokratis adalah:

    a. Lebih kompleks sehingga, sehingga rawan konflik

    b. Jika tidak terkontrol, anak bisa menyalah artikan pola

    demokratis untuk hal-hal yang kurang tepat (Lestari, 2010:

    8-9).

    3. Pola asuh permisif

    Menurut Baumrind yakni segala aturan dan ketetapan

    keluarga ditangan anak, apa yang dilakukan anak diperbolehkan

    oleh orang tua, anak cenderung bertindak semena-mena (Dariyo,

    2004: 98). Menurut Baumrind pola asuh permisif memiliki ciri-

    ciri sebagai berikut:

    1) Umumnya dianut oleh masyarakat tingkat menengah

    keatas/sibuk

    2) Biasanya melanda pada keluarga yang agamanya kurang

    3) Identik dengan gaya hidup Barat yang tidak mengindahkan

    nilai-nilai ketimuran.memberikan kebebasan kepada anak

    untuk menyatakan dorongan atau keinginan.

  • 44

    Kelemahannya adalah sebagai berikut:

    1) Akibat fatal adalah anak menjadi rusak akhlaqnya

    2) Anak menjadi penentang dan tidak suka diatur

    3) Anak menjadi sombong ( Ngatini,2004: 7-8)

    Memperluas model dari parenting adalah diharapkan menjamin

    dan membantu meningkatkan pengetahuan dari proses sosialisasi

    parenting dan hubuungan sekolah dan keluarga (Spera, 2006: 247).

    Sebaiknya orang tua mulai menanamkan sikap tanggung jawab, guna

    membangun keluarga yang harmonis. Ketika kebutuhan keluarga

    seperti kasih sayang, perhatian nilai-nilai spiritual dan sosial dan lain

    sebagainya telah terpenuhi maka akan membentuk keluarga yang

    berkualitas.

    Pendidikan Islam pada anak mampu menumbuhkan karakter yang

    baik. Alasannya ketika nilai-nilai spiritual yang tumbuh melalui

    pendidikan Islam akan menciptakan sikap yang positif pada anak,

    deengan catatan pola asuh orang tua yang diterapkan sesuai dengan

    kebutuhan anak.

    Setiap pola asuh yang diterapkan oleh orang tua memiliki

    kelemahan dan kelebihan masing- masing. Sebab kebutuhan dari

    masing- masing keluarga memiliki perbedaan. Menurut Baumrind,

    Intelegensi seorang anak tidak mempengaruhi perkembangan anak.

    Akan tetapi faktor lingkungan yang lebih berperan banyak terkait

    dengan perkembangan anak. Seperti halnya dalam penelitian Diana

  • 45

    Baumrind, antara anak kulit hitam dan kulit putih, memiliki perangai

    yang berbeda berdasarkan lingkungan mereka. Jika si kulit hitam lebih

    dominan mandiri, namun susah bersosialisasi. Sedangkan si klit putih

    ia lebih dominan manja, namun mudah bersosialisasi. Hal ini

    menjelaskan bahwa setiap manusia memiliki kebutuhan masing-

    masing, ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi perkembangan

    atau kepribadiannya.

    B. Kajian Pustaka

    Untuk mendukung penelaah peneliti yang lebih komprehensif,

    maka peneliti berusaha melakukan kajian terhadap beberapa peneliti yang

    mempunyai relevansi dengan topik yang akan diteliti. Hasil penelitian

    terdahulu yang hampir memiliki kesamaan topik dengan penelitian yang

    dilakukan peneliti diantaranya:

    1. Penelitian dari Susi Rahayu jurusan Politik dan Kewarganegaraan

    Fakultas lmu Sosial di Universitas Negri Semarang dengan judul “

    Pola Pendidikan Anak Pada Keluarga Buruh Pabrik Damatex di

    Salatiga”. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa keluarga buruh

    pabrik dalam memberikan pendidikan di dalam lingkungan keluarga

    adalah dengan mendidik anak-anaknya dari anak berusia dini dengan

    melalui pembiasaan, teladan yang baik, melalui peraturan-peraturan

    kemudian pola yang diterapkan di dalam keluarga. Pola yang

    diterapkan orang tua bersifat fleksibel terkadang menggunakan pola

    otoriter maupun demokratis sesuai dengan situasi dan kondisi.

  • 46

    Disesuaikan dengan permasalahan setiap keluarga. Adapun hambatan

    yang dialami oleh orang tua buruh pabrik Damatex Salatiga adalah

    dengan adanya faktor internal yaitu kesibukan oran g tua dalam

    bekerja, dan kurangnya waktu berkumpul. Sedangkan faktor

    eksternalnya yaitu pabrik itu sendiri, lingkungan sekitar dan kemajuan

    teknologi, informasi dan komunikasi.

    2. Penelitian dari Muhammad Abdur Rahman Jurusan Pendidikan

    Agama Islam Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan di Institut Agama

    Islam Negri Surakarta dengan judul “Pola Asuh Orang Tua Kepada

    Anak Dalam Pendidikan Akhlaq Pada Keluarga Petani dan Buruh

    Pabrik di Dusun Bancak 1 Desa Gebyong Kecamatan Mojogedang

    Kabupaten Karanganyar”. Hasil penelitian ini menunjukkan

    pendidikan akhlaq meliputi menghormati orang yang lebih tua, sopan

    santun dalam berperilaku, serta menjalankan perintah Allah dan

    menjauhi segala laranganNya. Pola asuh yang digunakan orang tua

    dalam mendidik akhlaq anak meliputi authoritarian (menegur/

    memarahi, memberi hukuman, jewer, menyiram air dan memukul),

    indulgent (memenuhi segala keinginan anak seperti uang saku, hp dan

    lain sebagainya agar anak mau mematuhi perintah orang tua),

    authoritative (mengingatkan sholat, meredam emosi anak, menasehati

    anak agar menyadari kesalahannya kemudian memotivasi agar

    semangat dalam beribadah dan belajar), dan neglectful (orang tua

  • 47

    membiarkan tingkah laku anaknya karena sudah merasa tidak sanggup

    dalam menghadapi tingkah laku anak).

    Demikian beberapa penelitian yang telah dilakukan sebelumnya,

    penulis menemukan dua penelitian dengan fokus yang sama yaitu pola

    asuh orang tua dalam keluarga buruh pabrik. Adapun dua penelitian

    lainnya memiliki persamaan dengan penelitian penulis yaitu terletak pada

    obyek penelitian yang sama-sama mengkaji tentang pola asuh orang tua

    yang berprofesi sebagai buruh pabrik. Berdasarkan penelitian tersebut

    terdapat perbedaan dengan penelitian penulis yaitu terletak pada

    pendekatan penelitian yang digunakan penulis adalah deskriptif kualitatif

    serta obyek yang dikaji oleh penulis yaitu pola asuh dan ekspektasi

    pendidikan Islam pada anak studi kasus keluarga buruh pabrik di desa

    Merbuh, kecamatan Singorojo, kabupaten Kendal.

  • 48

    BAB III

    METODE PENELITIAN

    A. Metodologi Penelitian

    1. Pendekatan dan Jenis Penelitian

    Pendekatan yang digunakan oleh peneliti ini adalah

    pendekatan kualitatif. Penelitian kualitatif ini dilakukan secara

    intensif, peneliti ikut berpartisipasi di lapangan, mencatat secara

    hati-hati apa yang terjadi, melakukan analisis reflektif terhadap

    berbagai dokumen yang ditemukan di lapangan, dan membuat

    laporan penelitian secara terinci (Sugiyono, 2011:14). Penulis akan

    mengambil penelitian lapangan yaitu dengan cara memperoleh data

    melalui penyelidikan berdasarkan obyek lapangan, daerah atau

    lokasi di Desa Merbuh Kecamatan Singorojo Kabupaten Kendal,

    guna memperoleh data yang valid dan dapat dipertanggung

    jawabkan.

    Penelitian kualitatif dalam aktifitas pengamatan lokasi

    tempat berbagai fakta, data, bukti, atau hal-hal lain yang berkaitan

    dengan penelitian, dan hal-hal yang terjadi (Santana, 2010:5). Jadi,

    penelitian juga dilakukan berdasarkan fakta dan bukti yang

    berkaitan dengan hal-hal yang terjadi dalam pengamatan di

    lapangan.

  • 49

    2. Kehadiran Peneliti

    Peneliti kualitatif masuk ke lapangan untuk memunculkan

    sekumpulan representasi, yang diperjelas dari catatan lapangan,

    wawancara, pembicaraan, fotografi, rekaman, dan catatan pribadi

    (Setana, 2010:5). Maka dari itu, dalam penelitian ini peneliti

    bertindak sebagai instrumen sekaligus pengumpulan data dalam

    upaya pengumpulan data-data di lapangan. Kehadiran peneliti

    secara langsung di lapangan untuk penelitian kualitatif mutlak

    diperlukan, sebagai tolak ukur keberhasilan untuk memehami

    kasus yang diteliti, sehingga keterlibatan peneliti secara langsung

    dan aktif dengan informan atau sumber data yang lainnya.

    3. Lokasi Penelitian

    Peneliti memilih lokasi penelitian di Desa Merbuh Kecamatan

    Singorojo Kabupaten Kendal. Alasan peneliti memilih lokasi

    tersebut karena lokasi tersebut memiliki jumlah masyarakat yang

    mayoritas berprofesi sebagai buruh pabrik. Sehingga peneliti akan

    melakukan penelitian tentang buruh pabrik yang berhubungan

    dengan pola asuh dan ekspektasi buruh pabrik terhadap pendidikan

    anak.

  • 50

    4. Sumber Data

    Sumber data yang peneliti gunakan dalam penelitian ini yaitu:

    a. Data Primer

    Sumber data primer adalah data dalam bentuk verbal atau kata-

    kata yang diucapkan secara lisan, gerak-gerik atau perilaku

    yang di lakukan oleh subjek yang dapat di percaya (Arikunto,

    2010: 22). Sumber data peneliti berasal dari orang tua yang

    berprofesi sebagai buruh pabrik dan si anak.

    b. Data Sekunder

    Sumber data sekunder adalah data yang di peroleh dari

    dokumen-dokumen grafis (tabel, catatan, notulen rapat, SMS,

    dan lain-lain), foto-foto, film, rekaman video, dan benda-benda

    yang dapat memperkaya data primer (Arikunto, 2010:22).

    Peneliti menggunakan data sekunder ini untuk memperkuat dan

    melengkapi informasi yang telah di kumpulkan melalui

    wawancara. Adapun sumber data sekunder yang di gunakan

    adalah data dari foto, data dari kelurahan, dan data dari

    keluarga buruh pabrik.

    5. Prosedur Pengumpulan Data

    Prosedur pengumpulan data merupakan langkah yang

    paling setrategis dalam penelitian, karena tujuan dari penelitian

    adalah mendapatkan data. Tanpa adanya prosedur pengumpulan

    data, maka peneliti tidak akan mendapatkan data yang di inginkan.

  • 51

    Pengumpulan data melibatkan terutama melalui

    pengamatan dan wawancara (Moleong, 2011:237). Oleh karena itu,

    untuk mendapatkan data yang valid maka peneliti mengumpulkan

    data melalui pengamatan dengan menggunakan metode sebagai

    berikut:

    a. Metode Interview atau Wawancara

    Interview (wawancara) digunakan sebagai teknik

    pengumpulan data yang mana peneliti ingin melakukan studi

    pendahuluan untuk menemukan permasalahan yang akan

    diteliti, atau bahkan juga untuk mengetahui hal-hal dari

    responden yang lebih mendalam (Sugiyono,188:2016). Dengan

    begitu penulis mampu mengetahui mengenai pola asuh dan

    ekspektasi orang tua buruh pabrik terhadap pendidikan anak.

    Pedoman wawancara dilakukan berdasarkan faktor-faktor yang

    menentukan pola asuh orang tua.

    b. Metode Dokumentasi

    Dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu.

    Dokuen bisa berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya

    monumental dari seseorang. Dokumen yang berbentuk tulisan

    misalnya catatan harian, sejarah kehidupan, ceritera, biografi,

    peraturan, kebijakan. Dokumen yang berbentuk gambar

    misalnya, foto, gambar hidup, seketsa dan lain-lain. Dokumen

    yang berbentuk karya misalnya karya seni, yang dapat berupa

  • 52

    gambar, patung, film dan lain-lain. Studi dokumen merupakan

    pelengkap dari penggunaan metode observasi dan wawancara

    dalan penelitian kualitatif (Sugiyono, 326: 2016).

    6. Analisis Data

    Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara

    sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan

    lapangan, dan dokumentasi, dengan cara mengorganisasikan data

    ke dalam kategori, menjabarkan dalam unit-unit, melakukan

    sintesa, menyusun kedalam pola, memilih mana yang penting dan

    yang akan dipelajari, dan membuat kesimpulan sehingga medah

    dipahami oleh diri sendiri maupun orang lain (Sugiyono,

    2011:24