jual beli mebel jepara dengan sistem pesanan di...
TRANSCRIPT
JUAL BELI MEBEL JEPARA DENGAN SISTEM PESANAN
DI KECAMATAN TAHUNAN KABUPATEN JEPARA
DITINJAU DARI HUKUM ISLAM
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Guna Memperoleh Gelar Sarjana dalam Hukum Islam
Oleh:
NI‟MATUL FAUZIYAH
NIM. 214-14-036
PROGRAM STUDI HUKUM EKONOMI SYARI’AH
FAKULTAS SYARI’AH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)
SALATIGA
2019
ii
NOTA PEMBIMBING
Lamp : 4 (empat) eksemplar
Hal : Pengajuan Naskah Skripsi
Kepada Yth.
Dekan Fakultas Syari‟ah IAIN Salatiga
Di Salatiga
Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Disampaikan dengan hormat, setelah dilaksanakan bimbingan, arahan
dan koreksi, maka naskah skripsi mahasiswa:
Nama : Ni‟matul Fauziyah
NIM : 214 14 036
Judul : JUAL BELI MEBEL JEPARA DENGAN SISTEM
PESANAN DI KECAMATAN TAHUNAN
KABUPATEN JEPARA DITINJAU DARI HUKUM
ISLAM.
dapat diajukan kepada Fakultas Syari‟ah IAIN Salatiga untuk diujikan
dalam sidang munaqasyah.
Demikian nota pembimbing ini dibuat, untuk menjadi perhatian dan
digunakan sebagaimana mestinya.
Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Salatiga, Maret 2019
Pembimbing
Dr. Siti Zumrotun, M.Ag
NIP. 19670115 199803 2 002
iii
KEMENTERIAN AGAMA RI
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA
Jl. TentaraPelajar No. 02 Telp (0298) 323706, 323433 Salatiga
Website: www.iainsalatiga.ac.id E-mail: [email protected]
PENGESAHAN SKRIPSI
JUAL BELI MEBEL JEPARA DENGAN SISTEM PESANAN DI
KECAMATAN TAHUNAN KABUPATEN JEPARA DITINJAU DARI
HUKUM ISLAM
Oleh:
NI‟MATUL FAUZIYAH
NIM: 214 14 036
Telah dipertahankan didepan Dewan Penguji Skripsi Fakultas Syari‟ah,
Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga, pada hari Jum‟at tanggal 22 Maret
2019 dan dinyatakan LULUS,sehingga dapat diterima sebagai salah satu syarat
guna memperoleh gelar Sarjana Hukum (S.H).
Susunan Dewan Panitia Penguji
Ketua Sidang : Prof. Dr. Muh. Zuhri, M. A.
Sekertaris Sidang :Dr. Siti Zumrotun, M. Ag.
Penguji I :Dr. Ilya Muhsin, S.HI., M. Si.
Penguji II :Tri Wahyu Hidayati, M. Ag.
Salatiga, 22 Maret 2019
Dekan Fakultas Syariah
Dr. Siti Zumrotun, M.Ag.
NIP. 19670115 199803 2 002
iv
PERNYATAAN KEASLIAN
Yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : Ni‟matul Fauziyah
NIM : 214 14 036
Jurusan : Hukum Ekonomi Syari‟ah
Fakultas : Syari‟ah
Judul Skripsi : JUAL BELI MEBEL JEPARA DENGAN SISTEM
PESANAN DI KECAMATAN TAHUNAN KABUPATEN
JEPARA DITINJAU DARI HUKUM ISLAM.
Menyatakan bahwa skripsi ini benar-benar merupakan hasil karya saya sendiri,
bukan jiplakan dari karya tulis orang. Pendapat atau temuan orang lain yang
terdapat dalam skripsi ini dikutip dan dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah.
Salatiga, Maret 2019
Yang menyatakan
Ni‟matul Fauziyah
NIM: 214 14 036
v
MOTTO
“Sesungguhnya Allah tidak mengubah keadaan suatu kaum
sampai mereka mengubah keadaan diri mereka sendiri”
(QS. Ar-ra’d 13: 11)
vi
PERSEMBAHAN
Alhamdillah puji syukur kepada Allah SWT dengan izin-Nya skripsi ini
dapat terselesaikan dengan baik. Skripsi ini penulis persembahkan untuk
orang-orang yang mendukung penulis dalam menuntut ilmu.
1. Kedua orang tuakutercinta Bapak (Suwarwi S. Pd. I), Ibu (Harsumi).
Sebagai motivator terbesar dalam hidupku yang tak mengenal lelah dan
mendoakanku serta menyayangiku, terimakasih atas semua
pengorbanan, keringat dan kesabaran mengantarkanku sampai kini.
2. Kedua Kakakku tersayangku, Muhammad Adib Aminuddin dan
Rohmad Afif Aminuddin walaupun tidak ada ucapan yang keluar tetapi
aku yakin pasti didalam batinmu selalu mendoakankuselalu.
3. Lupi Huriyanto, yang selalu mendampingi, mensupport dan
mengingatkan setiap hari sampai skripsi ini selesai.
vii
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Alhamdulillah, puji syukur kehadirat Allah SWT, Tuhan semesta alam
yang telah melimpahkan rahmat dan hidayh-Nya kepada penyusun dalam
mengarungi proses pembelajaran akademik di jurusan Hukum Ekonomi Syari‟ah
Fakultas Syari‟ah IAIN Salatiga.
Shalawat serta salam mudah-mudahan dilimpahkan kepada Khotamul
ambiya‟, Nabi Muhammad SAW, yang telah menyelamatkan ummat manusi dari
gelap kejahiliyaan kepada cahaya ilahiyah yang terang benderang yang penuh
ilmu pengetahuan.
Dalam penyelesaian penyusunan skripsi ini, yang berjudul “Jual Beli
Mebel Jepara Dengan Sistem Pesanan Di Kecamatan Tahunan Kabupaten
Jepara Ditinjau Dari Hukum Islam” sebagai salah satu syarat guna
memperoleh gelar sarjanan Strata 1 dalam Hukum Ekonomi Syari‟ah, pada
Fakultas Syari‟ah Institut Agama Islam Negeri Salatiga,tentunya tidak terlepas
bantuan dan dukungan dari beberapa pihak yang telah membantu dalam penulisan
skripsi ini, hingga akhirnya skripsi ini dapat terselesaikan dengan segala
kekurangannya. Karenanya patutlah penyusun mengucapkan terimakasih kepada
mereka yang telah membantu, baik secara langsung maupun tidak langsung,
terutama kepada:
1. Bapak Dr. RahmatHariyadi, M.Pd.,selaku Rektor Institut Agama Islam Negeri
Salatiga.
2. Ibu Dr. Siti Zumrotun, M. Ag selaku Dekan Fakultas Syar‟iah Intitut Agama
Islam Negeri Salatiga. Dan selaku Dosen Pembimbing Skripsi yang telah
meluangkan waktu, tenaga dan pikiran serta dukungannya untuk mengarahkan
saya dalam penyusunan skripsi ini.
3. Ibu Heni Satar, S.H., M.Si, selaku Ketua Program Studi Fakultas Syariah
Jurusan Hukum Ekonomi Syari‟ah yang telah mengizinkan penulis untuk
membahas judul skripsi ini.
4. IbuLutfianaZahriani, S.H., M.H.selakuKepala Lab. Fakultas Syari‟ah Institut
Agama Islam Negeri Salatiga.
5. Keluarga tercinta Ibu, Bapak, dan Saudaraku yang tak henti-hentinya selalu
mendoakan dan memberikan semangat.
6. Sahabat-sahabat tercinta Arfa Laila Rahmawati, Eka Pratiwi, Rima Septiana
Sari, Eka Akhsana Amala, yang telah berbagi suka, duka, bahagia serta
mengisi hari-hariku selama menempuh S1.
viii
7. Teman-teman Hukum Ekonomi Syari‟ah angkatan 2014 IAIN Salatiga.
8. Kepada semua narasumber yang berkenan memberikan informasi kepada
penulis yang tidak dapat penulis sebut satu persatu.
9. Seluruh jajaran Akademis Institut Agama Islam Negeri Salatiga Fakultas
Syariah yang tidak bisa penulis sebutkan semuannya terima kasih banyak telah
banyak membantu penyusunan skripsi ini.
10. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu-persatu, yang telah
memberikan Konstribusi dan dukungan yang cukup besar sehingga penulis
dapat menjalani perkuliahan dari awal hingga akhir di Institut Agama Islam
Negeri (IAIN) Salatiga.
Semoga Allah SWTmembalas semua amal kebaikan mereka dengan
balasan yang lebih dari yang mereka berikan dan senantiasa mendapatkan
maghfiroh, dilingkupi rahmat dan cita-cita-Nya.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini terdapat banyak
kekurangan dan kelemahan baik dari segi materi ataupun skripsi. Sehingga saran,
dan kritik serta perbaikan yang membangun dari pembaca akan penulis terima
dengan kerendahan hati. Semoga skripsi ini membawa manfaat bagi
pengembangan ilmu.
Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Salatiga, 01 Maret 2019
Yang menyatakan
Ni‟matul Fauziyah
NIM: 214 14 036
ix
ABSTRAK
Fauziyah, Ni’matul. 2019. “Jual Beli Mebel Jepara Dengan Sistem Pesanan Di
Kecamatan Tahunan Kabupaten Jepara Ditinjau Dari Hukum
Islam”.Skripsi.Jurusan Hukum Ekonomi Syari‟ah Fakultas Syari‟ah
Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga. Pembimbing, Dr. Siti
Zumrotun, M.Ag
Kata Kunci :Jual Beli Mebel, Hukum Islam.
Proses jual beli mebel di Kecamatan Tahunan Kabupaten Jepara yaitu
dengan cara penjual menawarkan barangnya (produknya) dengan contoh barang
yang akan di jual. Seperti pembeli memesan mebel dengan membawa gambar
sesuai dengan spesifikasi yang telah ditentukan oleh pembeli. Dari latar belakang
tersebut penulis focus meneliti tentang1.Bagaimana proses jual beli mebel Jepara
dengan sistem pesanan di Kecamatan Tahunan Kabupaten Jepara? 2. Bagaimana
tinjauan hukum Islam terhadap proses jual beli mebel Jepara dengan sistem
pesanan di Kecamatan Tahunan Kabupaten Jepara?
Dalam penelitian ini jenis penelitian yang digunakan oleh peneliti adalah
penelitian kualitatif dan pendekatannya menggunakan pendekatan sosiologis.
Dengan metode ini, dilakukan wawancara kepada informan sesuai data yang
dibutuhkan. Peneliti juga menggunakan data dan dokumentasi yang ada. Dan
untuk menguji hasil temuan data tersebut, peneliti menganalisis data dengan
kerangka teoritik yang peneliti susun.
Dalam penelitian ini menunjukkan bahwa dalam akadproses jual beli
mebel Jepara di kecamatan Tahunan Kabupaten Jepara, akad yang dipakai yaitu
akad salam (pesanan). Dimana ketika seseorang memesan mebel dengan
spesifikasi berupa gambar, ukuran, mutu dan jumlah yang telah diinginkan
olehpembeli. Sebagai tanda jadi pembeli dikenai DP 35%-50%. Untuk proses
pembayaran menggunakan sistem nota atau kwitansi sebagai bukti transaksi.
Berbeda ketika pembelian melalui media online, untuk proses tanda jadi, pembeli
diharuskan menyerahkan bukti transfer sebagai tanda supaya pesanan segera
dikerjakan. Setelah barang jadi pembeli melakukan pelunasan.Kemudianuntuk
proses pengiriman sesuai kesepakatan kedua belah pihak. Mengenai tinjauan
hukum Islam terhadap jual beli mebel Jepara di Kecamatan Tahunan Kabupaten
Jepara didapati dari beberapa rujukan Al-Qur‟an maupun Hadits yang telah
tertulis sebelumnya menerangkan bahwasanya dalam konseptual akad jual beli
mebel Jepara telah mengambil daripada konsep jual beli yang disyariatkan dalam
Islam.
x
DAFTAR ISI
COVER ........................................................................................................... i
NOTA PEMBIMBING ................................................................................... ii
PENGESAHAN .............................................................................................. iii
PERNYATAAN KEASLIAN ......................................................................... iv
MOTTO .......................................................................................................... v
PERSEMBAHAN ........................................................................................... vi
KATA PENGANTAR .................................................................................... vii
ABSTRAK ...................................................................................................... ix
DAFTAR ISI ................................................................................................... x
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah .............................................................. 1
B. Rumusan Masalah ........................................................................ 6
C. Tujuan Penelitian ......................................................................... 6
D. Manfaat Penelitian ...................................................................... 6
E. Penegasan Istilah .......................................................................... 7
F. Tinjauan Pustaka .......................................................................... 9
G. Metode Penelitian ........................................................................ 12
H. Sistematika Penulisan .................................................................. 14
BAB II JUAL BELI PESANAN DALAM SYARIAT ISLAM
A. Jual Beli
1. Pengertian Jual Beli ........................................................................ 16
2. Dasar Hukum Jual Beli ................................................................... 18
3. Rukun dan Syarat Jual Beli ............................................................ 20
4. Syarat Sah Jual Beli ....................................................................... 21
xi
5. Macam-macam Jual Beli ............................................................... 27
6. Larangan Jual Beli ......................................................................... 34
7. Kewajiban Penjual ......................................................................... 42
8. Kewajiban pembeli ........................................................................ 42
B. As-Salam
1. Pengertian Salam ........................................................................... 43
2. Dasar Hukum Jual Beli Salam ....................................................... 46
3. Rukun Jual Beli ............................................................................. 48
4. Syarat Sah Jual Beli ....................................................................... 49
BAB III PROSES JUAL BELI PESANAN MEBEL
A. Sejarah Mebel Jepara .................................................................. 51
B. Jenis-jenis Mebel Jepara ............................................................. 54
C. Model-model Jual Beli Mebel Jepara ......................................... 56
D. Proses Jual Beli Pesanan Mebel Di Kecamatan Tahunan Kabupaten
Jepara .......................................................................................... 57
BAB IV ANALISIS PROSES JUAL BELI MEBEL JEPARA DENGAN
SISTEM PESANAN DI KECAMATAN TAHUNAN KABUPATEN JEPARA
DITINJAU DARI HUKUM ISLAM
.................................................................................................................... Tinjauan
Hukum Islam Terhadap Proses Jual Beli Mebel Dengan Sistem Pesanan Di
Kecamatan Tahunan Kabupaten Jepara .................................................... 66
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ......................................................................................... 70
B. Saran .................................................................................................... 71
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Allah SWT telah menjadikan harta sebagai salah satu sebab tegaknya
kemaslahatan manusia di dunia. Untuk mewujudkan kemaslahatan tersebut,
Allah SWT telah mensyariatkan cara perdagangan tertentu. Sebab, apa saja
yang dibutuhkan oleh setiap orang tidak bisa dengan mudah diwujudkan setiap
saat, karena mendapatkannya dengan menggunakan kekerasan dan penindasan
itu merupakan tindakan yang merusak, maka harus ada sistem yang
memungkinkan tiap orang untuk dapat memperoleh apa saja yang dibutuhkan
tanpa harus menggunakan kekerasan dan penindasan. Itulah perdagangan dan
hukum-hukum dalam jual beli1.
Jual beli menurut bahasa berarti al bai‟, al-tijarah dan al mubadalah
yang berarti menjual, mengganti, dan menukar sesuatu dengan sesuatu yang
lain. Sedangkan menurut istilah yang dimaksud jual beli adalah menukar
barang dengan barang atau barang dengan uang dengan jalan melepaskan hak
milik dari yang satu kepada yang lain atas dasar saling merelakan2.
Maka dari pada itu, Allah SWT telah mensyariatkan cara-cara jual
beli, sebagaimana Islam membentangkan nilai-nilai harta, cara-cara
memperoleh harta dan memeliharanya serta mendorong melakukan
perdagangan antara lain yaitu jual beli pesanan atau As-Salam sebagai jalan
1 Taqiyuddin an-Nabhani, Membangun Sistem Ekonomi Alternatif: Perspektif Islam, (Cet. VII,
Surabaya: Risalah Gusti, 1996), hlm. 149 2 Hendi Suhendi, Fiqh Muamalah (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2002), hlm. 67
2
untuk memenuhi kebutuhan dan keperluan hidup yang berbagai macam
bentuknya.
Perdagangan harus dilakukan secara bersih dan jujur. Apabila
seseorang melaksanakan perdagangan sesuai dengan petunjuk Al-Quran dan
sunnah maka orang itu akan melihat karunia Allah, sungguh dia tidak bisa
mengumpulkan kekayaan yang sangat besar. Sepanjang tidak ada kedzaliman,
penipuan, kompetisi tidak sehat, dan transaksi yang melibatkan riba.
Orang yang terjun dalam dunia usaha, berkewajiban mengetahui hal-
hal yang dapat mengakibatkan jual beli itu sah atau tidak. Ini dimaksudkan
agar muamalah berjalan sah dan segala sikap dan tindakannya jauh dari segala
sikap yang tidak dibenarkan. Tidak sedikit kaum muslimin yang mengabaikan
mempelajari mu‟amalah, mereka melalaikan aspek ini sehingga mereka tidak
peduli kalau mereka memakan barang yang haram sekalipun, setiap hari
usahanya kian meningkat dan keuntungannya semakin banyak3.
Perdagangan adalah jual beli dengan tujuan untuk mencari
keuntungan. Penjualan merupakan transaksi paling kuat dalam dunia
perniagaan bahkan secara umum adalah bagian yang terpenting dalam
aktivitas usaha. Kalau asal dari jual beli disyariatkan. Oleh sebab itu, menjadi
satu kewajiban sebagai seorang usahawan muslim untuk mengenal hal-hal
yang menentukan sahnya jual beli tersebut, dan mengenal mana yang halal
dan mana yang haram dari kegiatan itu4.
3 Sayyid Sabiq, Fiqh Sunnah Jilid XII Alih Bahasa Kamaluddin, Marzuki, dkk, (Cet III, Bandung:
Al_Ma‟arifa, 1996), hlm. 43 4 Abdullah Al Muslih dan Ash-Shawi, Shalah Malaya Saut tajiru Jahluhu di terjemahkan oleh Abu
Umar basyir, Fikih Ekonomi Keuangan Islam (Cet. I, Jakarta: Darul Had), hlm. 89
3
Dalam sejarah dunia membuktikan bahwa manusia harus hidup
berekonomi di dunia ini adalah sifat dasar manusia, karena manusia dalam
keperluan hidup saling bergantung satu sama lain5. Ada tiga kebutuhan pokok
(primer) manusia yang tidak mungkin diabaikan yaitu sandang, pangan dan
papan. Mebel adalah satu bagian yang terpenting dengan konstribusi papan,
dengan demikian papan tidak bisa dihapuskan dari kehidupan manusia saat
ini, kebutuhan masyarakat akan papan semakin meningkat, sebagai kebutuhan
kepada mebel juga semakin tinggi. Usaha mebel merupakan usaha penunjang
sektor papan yang dapat menyerap sejumlah tenaga kerja yang terlatih dan
paham, dalam proses pembuatannya, sebab disamping memakan waktu yang
agak lama, model dan peralatan yang diperlukan dalam pembuatan mebel ini
juga spesial6.
Apabila pengrajin telah menghasilkan produk, maka pengrajin
tersebut harus berusaha memasarkannya. Untuk tujuan ini produk tersebut
harus bisa memenuhi standar pasar. Oleh karena itu usaha mebel harus
dilakukan dengan baik dan profesional sejak proses pembuatan sampai
pemasarannya, sehingga tidak menimbulkan kerugian. Pengusaha harus
membuat produk sesuai yang diinginkan konsumen, dikarenakan dengan
meningkatnya pembangunan rumah, usaha mebel turut berkembang dengan
kompetisi yang sehat yang membawa dampak positif bagi konsumen atau
produsen karena produk mebel mudah diperoleh di pasaran dengan harga yang
kompetitif. Dengan demikian usaha ini merupakan suatu tantangan ekonomi
5 Abdul Sidiq al-haj, Inti Dasar Hukum Dagang Islam, (Jakarta: Balai Pustaka Cet 1, 1993), hlm.
45 6 Hasil wawancara dengan pemilik toko mebel pada tanggal 7 Desember 2018.
4
yang harus dihadapi dengan managemen usaha yang baik. Maka harus
diupayakan adanya poin unggulan demi menarik minat konsumen, diantaranya
dengan kemudahan bertransaksi, selain kualitas produk, ini tak jarang
timbulnya persaingan yang tidak sehat diantara sesama usaha7.
Dalam Islam persaingan usaha tidaklah dilarang, Allah SWT telah
memerintahkan kepada segenap hamba-Nya untuk senantiasa berusaha dengan
adil dan ikhlas (baik). Adil merupakan kunci kesuksesan yang diibaratkan
sebagai modal. Sedangkan sikap ikhlas akan mendatangkan kesuksesan dan
kebahagiaan sebagai labanya8.
Menurut Rasulullah SAW usaha perdagangan yang sangat strategis
bila dibandingkan dengan usaha-usaha lain, sebagaimana beliau mengatakan
bahwa sesungguhnya di dunia perdagangan itu sembilan dari sepuluh pintu
rizki. Maksudnya, Allah membuka sepuluh pintu bagi semua manusia untuk
mendapatkan harta, dan sembilan diantaranya ada pada pintu dagang. Secara
simpel dapat dipahami bahwa kelebihannya bisa dalam arti kuantitatif, sebab
Rasulullah SAW melakukan aktifitasnya dalam bidang ini tetapi bila dikaji
lebih mengacu pada makna kualitatif, artinya posisi strategi dari usaha
perdagangan itu terletak pada banyaknya kesempatan untuk melakukan
kebajikan, sejajar dengan peluang untuk melakukan kecurangan didalamnya9.
7 Hasil wawancara dengan pemilik toko mebel pada tanggal 7 Desember 2018
8 Dakhil Ghunaim Al –awwad, Kepada Para Pedagang ,(Solo: PT Aqwan Media Profetika, 2005),
hlm. 40. 9 Ibid.,h. 41
5
Kecamatan Tahunan merupakan salah satu sentra industri mebel atau
seni ukir terbesar di Kabupaten Jepara, itu ditunjukkan oleh banyaknya
pengrajin dan pengusaha ukir dari mulai yang kecil sampai dengan pengusaha
besar. Mayoritas pengusaha masyarakat Tahunan menggunakan sistem
pesanan yang dalam syari‟at Islam di sebut salam, dikarenakan salam bisa
bermanfaat bagi penjual dan pembeli. Manfaat salam bagi penjual yaitu
penjual menerima pembayaran dimuka untuk melakukan aktifitas produksi.
Dan manfaat bagi pembeli dikarenakan pembeli mendapatkan jaminan
memperoleh barang dalam jumlah dan kualitas tertentu pada saat ia
membutuhkan dengan harga yang telah disepakati diawal10
.
Perdagangan secara pesanan (Bai‟ as-salam) merupakan salah satu
dari bentuk-bentuk perdagangan yang diperbolehkan oleh syari‟at Islam11
.
Menurut Ibnu Rasyd yang dikutip oleh Syafi‟i Antonio, dalam pengertian
yang sederhana, Bai‟ as-salam berarti pembelian barang yang diserahkan
dikemudian hari, sedangkan pembayaran dilakukan di muka.
Dalam prosesnya jual beli mebel di Tahunan Jepara yaitu dengan cara
penjual menawarkan barangnya (produknya) dengan contoh barang yang akan
dijual. Seperti saya pesan almari dengan gambar contoh seperti ini, hasil
akhirnya harus sesuai dengan gambar yang dipesan sesuai dengan perjanjian
diawal. Tetapi pada kenyataannya ada barang yang diterima tidak sesuai
dengan contoh barang yang dipesan, seperti halnya ukuran meja tersebut.
10
Hasil Wawancara pada tanggal 7 Desember 2018. 11
Yazid Affandi, Fiqh Muamalah Dan Implementasinya Dalam Lembaga Keuangan Syariah,
(Yogyakarta: Logung Printika, 2009), hlm. 295
6
Berdasarkan latar belakang diatas penulis tertarik untuk melakukan
penelitian mengenai “Jual Beli Mebel Jepara dengan Sistem Pesanan di
Kecamatan Tahunan Kabupaten Jepara ditinjau dari Hukum Islam”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas ada beberapa hal yang
menjadi pokok permasalahan dalam penelitian ini, sebagai berikut:
1. Bagaimana proses jual beli mebel Jepara dengan sistem pesanan di
Kecamatan Tahunan Kabupaten Jepara?
2. Bagaimana tinjauan hukum Islam terhadap proses jual beli mebel dengan
sistem pesanan di Kecamatan Tahunan Kabupaten Jepara?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan permasalahan pokok di atas tujuan yang ingin dicapai
dalam penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui proses jual beli mebel Jepara dengan sistem pesanan di
Kecamatan Tahunan Kabupaten Jepara.
2. Untuk mengetahui tinjauan hukum Islam terhadap proses jual beli mebel
dengan sistem pesanan di Kecamatan Tahunan Kabupaten Jepara.
D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan mampu memberikan beberapa manfaat yang
baik bagi berbagai pihak, diantaranya adalah:
7
1. Secara akademik
a. Hasil penelitian ini diharapkan menambah wawasan dan pengetahuan
terutama pada penulis khususnya pembaca pada umumnya yang ingin
mendalami permasalahan ini.
b. Diharapkan dapat bermanfaat bagi seluruh civitas akademika sebagai
bahan informasi dan rujukan bagi mereka yang ingin mengadakan
penelitian lebih lanjut.
2. Secara praktis
Hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan pertimbangan bagi toko
mebel dalam menerapkan jual beli mebel agar senantiasa berpegang teguh
pada aturan yang berlaku dalam hukum Islam.
E. Penegasan Istilah
Untuk mmenghindari pemahaman yang kurang tepat terhadap judul
diatas maka perlu ditegaskan kembali pengertian kata penting yang terdapat
pada judul penelitian tersebut, diantaranya sebagai berikut:
1. Jual beli dalam istilah fiqh disebut dengan al-bai‟ yang berarti menjual,
mengganti, dan menukar ssesuatu yang lain. Lafal bai‟ dalam bahasa Arab
terkadang digunakan untuk pengertian lawannya, yakni asyira‟ (beli).
Dengan demikian kata al-bai‟ berarti jual tetapi sekaligus juga berarti
beli12
. Sedangkan menurut istilah jual beli pada intinya adalah suatu
perjanjian tukar menukar barang atau benda yang mempunyai nilai secara
sukarela diantara kedua belah pihak, yang satu menerima benda-benda
12
Harun Nasrun, Fiqh Muamalah (Jakarta: Gaya Media Pratama), hlm. 111
8
dan pihak lain menerimanaya sesuai dengan perjanjian atau ketentuan
yang dibenarkan syara‟ yang berdasarkan kesepakatan13
.
2. Mebel adalah perlengkapan rumah yang mencakup semua barang seperti
kursi, meja, kusen dan lain-lain. Mebel berasal dari kata movable, yang
artinya bisa bergerak. Dalam kata lain mebel adalah semua benda yang
ada dirumah dan diguunakan oleh penghuninya untuk duduk, berbaring
yang terbuat dari kayu, papan, kulit, sekrup dan lain-lain.
3. Pesanan dalam syariat islam dikenal dengan istilah “Salam” berasal dari
kata bai‟ as-salam atau disebut juga dengan salaf secara bahasa berarti
pesanan. Jual beli pesanan atau salam menurut istilah yaitu jual beli
dengan melakukan pesanan terlebih dahulu dengan pembayaran dimuka
dan barang diserahkan dikemudian hari sesuai dengan kesepakatan14
.
4. Hukum Islam adalah peraturan mengenai kehidupan berdasarkan kitab
suci Al-Qur‟an dan Hadist. Hukum Islam merupakaan rangkain kata dari
“hukum” dan „Islam” untuk mengetahui arti hukum Islam, perlu diketahui
lebih dahulu arti kata hukum. Hukum yaitu seperangkat peraturan tentang
tingkah laku manusia yang diakui sekelompok masyarakat itu sendiri
yang berlaku mengikat untuk seluruh anggotanya.
Menurut pendapat Hasbi Ash Shiddieqy15
, hukum Islam
merupakan hukum yang tetap berlaku untuk setiap masa, tidak berubah-
ubah, yang ditetapkan secara jelas dan tegas. Hal ini tidak berarti hukum
13
Hendi Suhendi, Fiqh Muamalah (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2002), hlm. 68-69 14
Yazid Efendi, Fiqh Muamalah Dan Implementasinya Dalam Lembaga Keuangan Syariah,
(Yogyakarta: Logung Pustaka, 2009), hlm. 159 15
Hasbi Ash-shiddiqie, Hukum-hukum Fiqh Islam, (Jakarta: Bulan Bintang, 2008), hlm. 4-5
9
Islam bersifat statis, tetapi berkaitan dengan soal-soal yang tidak berubah-
ubah dan terus hidup. Adakalanya berkaitan dengan dasar
kemasyarakatan, adakalanya pula berkaitan dengan suatu prinsip undang-
undang yang tidak dapat diubah dengan perubahan masa.
F. Telaah Pustaka
Penulis melakukan penelaahan terhadap hasil-hasil karya ilmiah yang
berkaitan dengan tema ini guna menghindari terjadinya duplikasi penelitian.
1. Skripsi Ana Nuryani Latifah mahasiswi IAIN Walisongo Semarang 2009
yang berjudul “Tinjauan Hukum Islam Terhadap Ketidakjelasan Waktu
Penangguhan Pembayaran Dalam Perjanjian Jual beli Mebel (Studi
Kasus Perjanjian Jual beli Mebel Antara Pengrajin Visa Jati di Jepara
Dengan PT HM Furniture di Semarang)”. Skripsi ini menjelaskan bahwa
ketidakjelasan waktu penangguhan barang dalam perjanjian jual beli
mebel dikarenakan pihak perusahaan menerima barang harus menunggu
pembayaran dari pihak asing, baru setelah nantinya pihak eksportir
membayar kepada perusahaan penerima barang jadi akan membayar
barang yang sudah dibuat oleh pengrajin. Akan tetapi pihak perusahaan
penerima barang jadi tidak menyebutkan waktu pembayaran dalam
perjanjian jual beli pada pengrajin. Sehingga pengrajin terkatung-katung
menunngu pembayaran yang ditangguhkan dan tidak diketahui secara jelas
waktunya. Pada akhirnya berakibat pada resiko penipuan terhadap pihak
pengrajin, yang sangat merugikan pengrajin. Ketidakjelasan waktu
penangguhan pembayaran dalam perjanjian jual beli tidak diperbolehkan
10
dalam hukum Islam, karena hal itu merupakan suatu kedzaliman dan
cacatnya suatu perjanjian karena salah satu rukunnya tidak terpenuhi.
Adapun perbedaan skripsi ini dengan skripsi penulis adalah skripsi
ini membahas tentang ketidakjelasan waktu penangguhan pembayaran.
Sedangkan penulis tidak perjanjian ketidakjelasan waktu penangguhan
pembayaran, rukun dan syarat sudah terpenuhi.
2. Skripsi Umiyati Tahun 2008 yang berjudul “Tinjauan Hukum Islam
Terhadap Akad Pesan Barang (Studi Kasus di Toko Mebel Mia Jaya
Abadi Kecamatan Tahunan Kabupaten Jepara)”. Dalam penelitian ini
adanya pemotongan sebagian uang pemesan karena barang dikembalikan
oleh pemesan karena tidak sesuai. Dalam hukum Islam mebel melanggar
aturan yang tidak sesuai dengan syariat Islam.
Adapun perbedaan yang membedakan skripsi ini dengan skripsi
penulis adalah skripsi ini menjelaskan tentang akad jual beli. Sedangkan
penulis cenderung ke proses jual beli pesanan salam.
3. Skripsi Irwan Rudini Tahun 2013 yang berjudul “Jual Beli Kunsen
(Salam) di Kecamatan Tampan Menurut Ekonomi Islam” penelitian ini
dilatar belakangi oleh kebiasaan para pengusaha kunsen di Kecamatan
Tampan dalam menerapkan sistem perdagangan dengan cara pesanan,
apakah sudah sesuai dengan konsep salam yang telah diatur dalam
ekonomi islam. Dan berdasarkan penelitian tersebut, maka praktek yang
telah berjalan selama ini ada beberapa hal yang sudah sesuai dengan
konsep salam yaitu: spesifikasi barang pesanan, waktu penyerahan dan
11
tempat pengiriman yang sudah dijelaskan dan disepakati oleh kedua belah
pihak. Namun perdagangan kunsen secara pesanan tersebut dalam hal
pencatatan kesepakatan dan tanggungan produsen terhadap barang yang
tidak sesuai dengan spesifikasi yang telah disepakati didalam perjanjian
jika terjadi kesalahan dalam hal ini praktek yang terjadi pada perdagangan
kunsen di Kecamatan Tampan belum sesuai dengan konsep salam dalam
Ekonomi Islam.
Adapun perbedaan yang membedakan skripsi ini dengan skripsi
penulis adalah skripsi ini menjelaskan adanya ketidaksesuaian menurut
Ekonomi Islam dan barang yang diperjual belikan berbeda, skripsi ini
hanya cenderung ke kunsen saja. Sedangkan penulis dari semua
pembahasan sudah sesuai dengan hukum Islam. Barang yang diperjualkan
mencakup semua mebel yang berada di satu Kecamatan. .
Dari beberapa hasil penelitian yang ada, terlihat bahwa ada
kedekatan judul dengan judul yang penulis lakukan. Namun penelitian
yang penulis lakukan berbeda dengan penelitian yang sudah diteliti oleh
peneliti lainnya. Letak perbedaannya pada permasalahan yaitu pertama,
penulis menitikberatkan pada proses jual beli mebel tersebut. Kedua,
penulis ingin meneliti tentang tinjauan Hukum Islam terhadap proses jual
beli mebel dengan sistem pesanan di Kecamatan Tahunan Kabupaten
Jepara.
12
G. Metode Penelitian
1. Pendekatan dan Jenis Penelitian
Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kualitatif adalah prosedur
penelitian yag menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau
lisan dari orang-orang dan prilaku yang diamati. Ciri khas penelitian ini
tidak dapat dipisahkan dengan pengamatan yang berperan serta, sebab
peranlah yang menentukan keseluruhan skenarionya. Pengamatan
berperan serta sebagai penelitian yang bercirikan interaksi sosial yang
memakan waktu yang lama antara peneliti dengan subyek di dalam
lingkungan subyek. Selama ini data dalam bentuk catatan lapangan
dikumpulkan secara sistematis dan catatan tersebut berlaku tanpa adanya
gangguan. Pendekatan ini menggunakan pendekatan yuridis sosiologis.
Dalam penelitian ini, peneliti bertindak sebagai instrumen kunci,
berpartisipasi penuh sekaligus mengumpul data, sedangkan instrumen
yang lain sebagai penunjang. Penelitian ini menggunakan penelitian
lapangan karena objek penelitian dilakukan di Kecamatan Tahunan
Kabupaten Jepara.
2. Lokasi dan Subyek Penelitian
Lokasi penelitian yang berkaitan dengan pemilihan tempat tertentu
yang berlangsung dengan kasus dan situasi masalah yang akan diteliti16
.
Penelitian ini beralokasi di Kecamatan Tahunan Kabupaten Jepara.
3. Sumber Data
16
Afifudin, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung: CV Pustaka Setia, 2009), hlm. 91
13
a. Sumber data primer, adalah sumber data yang berasal dari informasi,
yaitu meliputi pembeli maupun penjual pembuat mebel tersebut17
.
Terkait dengan tema penelitian ini, data yang dimaksud adalah fakta
lapangan dari penjual dan pembeli.
b. Sumber data sekunder, adalah sumber data yang tidak langsung
memberikan data kepada pengumpul data18
. Diantaranya berupa
buku-buku yang berhubungan dengan jual beli salam, artikel, skripsi,
tesis dll.
4. Sifat Penelitian
Sifat penelitian yang digunakan adalah deskriptif analitik yaitu
penelitian yang digunakan untuk mengungkapkan, menggambarkan dan
menguraikan suatu masalah secara obyektif dari objek yang di teliti
tersebut. Penelitian deskriptif analitik bertujuan untuk memperoleh
informasi-informasi mengenai keadaan saat ini, dan melihat antara
variabel yang ada.
5. Tekhnik Pengumpulan Data
a. Observasi
Observasi adalah tekhnik pengumpulan data dengan melakukan
pengamatan dan pencatatan secara sistematik terhadap gejala atau
fenomena yang ada pada objek penelitian19
. Yang ada dalam
17
Arikunto, Suharsimi, Prosedur Penelitian (Suatu Pendekatan Praktek), (Jakarta: Rineka
Cipta,1989), hlm. 102 18
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan (Pendidikan Kuantitatif , Kualitatif dan R&D),
(Bandung: Alfabet, 1988), hlm. 30 19
Haris Herdiansyah, Wawancara, Observasi dan Focus Groups, (Jakarta: Raja Grafindo, 2013),
hlm. 13
14
penelitian ini adalah semua aktivitas jual beli pesanan mebel di
Kecamatan Tahunan Kabupaten Jepara.
b. Wawancara
Wawancara adalah sebuah proses interaksi komunikasi yang
dilakukan setidaknya dua orang, atas dasar ketersediaan dan dalam
setting ilmiah, dimana arah pembicaraan mengacu kepada tujuan yang
telah ditetapkan dengan mengedepankan trust (kepercayaan) sebagai
landasan utama dalam proses memahami20
. Dalam penelitian ini
peneliti mengadakan wawancara langsung dengan penjual dan
pembeli sebagai subjek peneliti.
c. Dokumentasi
Dokumentasi adalah tekhnik pengumpulan data yang digunakan untuk
mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa Koran,
artikel, foto, faktur atau nota pembelian mebel dan lain-lain21
.
H. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan merupakan suatu susunan untuk mempermudah
dalam mengerahkan penulisan agar tidak mengarah pada hal-hal yang tidak
berhubungan dengan masalah yang hendak di teliti. Metode ini bertujuan
untuk mempermudah dalam memahami maksud penyususnan skripsi. Susunan
bagian-bagian tersebut antara lain yaitu sebagai berikut:
Bab pertama merupakan pendahuluan yang menjelaskan tentang latar
belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, kegunaan penelitian,
20
Ibid., h. 131 21
Lexy Moleong, Metodologi penelitian Kualitatif, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2002), hlm.
161
15
penegasan istilah, telaah pustaka, metode penelitian, dan sistematika
pembahasan.
Bab kedua merupakan jual beli pesanan dalam syari‟at Islam yang
menjelaskan tentang pembahasan jual beli yang meliputi pengertian jual beli,
dasar hukum jual beli, rukun jual beli, syarat jual beli, larangan jual beli,
kewajiban penjual dan kewajiban pembeli. Dan pembahasan tentang salam
yang meliputi pengertian salam, dasar hukum salam, rukun dan syarat salam.
Bab ketiga merupakan hasil penelitian. Dalam bab ini menjelaskan
tentang gambaran umum tentang mebel Jepara, jenis-jenis mebel, Model-
model jual beli mebel Jepara dan proses jual beli mebel Jepara dengan sistem
pesanan di Kecamatan Tahunan Kabupaten Jepara.
Bab keempat merupakan analisis data terhadap pokok permasalahan
yang ada dilapangan dengan yang ada di teori. Bab ini menjelaskan tentang
tinjauan hukum Islam proses jual beli mebel Jepara dengan sistem pesanan di
kecamatan Tahunan Kabupaten Jepara.
Bab lima merupakan bab penutup. Pada bab terakhir dari pembahasan
skripsi yang berisi kesimpulan sebagai jawaban dari rumusan masalah yang
sudah dipaparkan pada bab sebelumnya yang juga disertai dengan saran-saran
yang relevan dengan permasalahan dan kritik yang membangun yang
diharapkan penulis.
16
BAB II
JUAL BELI PESANAN DALAM SYARI’AT ISLAM
A. Jual Beli
1. Pengertian Jual Beli
Islam mengatur hubungan yang kuat antara akhlak, akidah, ibadah,
dan mu‟amalat. Aspek mu‟amalat merupakan aturan main bagi manusia
dalam menjalankan kehidupan sosial, sekaligus merupakan dasar untuk
membangun sistem perekonomian yang sesuai dengan nilai-nilai Islam.
Ajaran mu‟amalat akan menahan manusia untuk menghalalkan segala cara
untuk mencari rezeki dengan cara yang halal dan baik22
.
Jual beli dalam istilah ahli fiqh di sebut dengan al-ba‟i yang berarti
menjual atau menukar sesuatu dengan sesuatu yang lain. Lafal al-ba‟i
dalam bahasa arab terkadang digunakan untuk pengertian lawannya yaitu
kata asy-syira‟ (beli). Kata al-ba‟i (jual) dan al-syira‟ (beli) dipergunakan
biasanya dalam pengertian yang sama. Dan kata ini masing-masing
mempunyai makna dua, yang satu dengan yang lainnya bertolak
belakang23
.
Jual beli menurut bahasa artinya pertukaran atau saling menukar.
Sedangkan menurut pengertian fiqih, jual beli adalah menukar suatu
barang dengan barang yang lain dengan rukun dan syarat tertentu. Jual beli
juga dapat diartikan menukar uang dengan barang yang diinginkan sesuai
22
Yazid Affandi, Fiqh Muamalah (Yogyakarta: Logung Pustaka, 2009) h: 2 23
Sayyid Sabiq, Fiqh Sunah (terj), Alih Bahasa Kamaluddin A. Marzuki, jilid. XII, (Bandung: Al-
Ma‟arif), h. 47
17
dengan rukun dan syarat tertentu24
. Setelah jual beli dilakukan secara sah,
barang yang dijual menjadi milik pembeli sedangkan uang yang
dibayarkan pembeli sebagai pengganti harga barang, menjadi milik
penjual.
Adapun pengertian jual beli menurut para fuqoha, sebagaimana
dijelaskan dalam definisi-definisi tersebut:
1. Pemberian harta karena menerima harga dengan ikrar penyerahan dan
jawab penerima (ijab qabul) dengan cara yang diizinkan25
.
2. Pertukaran harta dengan harta dilandasi dengan saling rela atau
pemindahan kepemilikan dengan penukaran dalam bentuk yang
diizinkan.
3. Akad yang tegak atas dasar penukaran harta dengan harta, maka
jadilah penukaran hak milik secara tetap26
.
Jual beli dalam arti khusus ialah ikatan tukar menukar sesuatu yang
bukan kemanfaatan dan bukan pula kelezatan yang mempunyai daya tarik,
penukarannya bukan berupa emas dan bukan pula perak, bendanya dapat
direalisir dan ada sekitar (tidak ditangguhkan), bukan merupakan hutang
baik barang tersebut ada dihadapan si pembeli maupun tidak, barang yang
sudah diketahui sifat-sifatnya terlebih dahulu27
.
Dari definisi-definisi diatas dapat dipahami inti dari jual beli
adalah suatu perjanjian tukar menukar benda (barang) yang mempunyai
24
Abdul Aziz Muhammad Azzam, Fiqh Muamalat (Jakarta: AMZAH, 2010) hlm. 23 25
Moh rifa‟i, Kifayat Al-Akhyar, (Semarang: CV Toha Putra), h. 183 26
Sayyid Sabis, Fiqh Sunah (terj), Nor Hasanudin, Fiqh Sunah, jilid V, (Jakarta: Pena Pundi
Aksara, 2007), h. 158-159 27
Hendi Suhendi, Fiqh Muamalah, (Jakarta: Rajawali Pers, 2002)h. 70
18
nilai, atas dasar kerelaan (kesepakatan) antara dua belah pihak sesuai
dengan perjanjian atau ketentuan yang telah dibenarkan oleh syara‟ dan
disepakati28
. Yang dimaksud dengan ketentuan syara‟ dalam jual beli
tersebut harus dilakukan dengan persyaratan-persyaratan, rukun-rukun dan
hal-hal lain yang ada kaitannya dengan jual beli. Jika syarat-syarat dan
rukunnya tidak terpenuhi berarti jual beli tersebut tidak sesuai dengan
ketentuan syara‟.
2. Dasar Hukum Jual Beli
Jual beli merupakan akad yang dibolehkan berdasarkan Al-Qur‟an,
sunnah dan ijma‟ para Ulama. Dilihat dari aspek hukum, jual beli
hukumnya mubah kecuali jual beli yang dilarang oleh syara29
.
a. Surat Al-Baqarah 2: 275 yang berbunyi:
Artinya: “Allah telah menghalalkan jual beli dan
mengharamkan riba”.
Surat An-Nisa 4: 29.
Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu
saling memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil,
kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan suka
sama-suka di antara kamu. dan janganlah kamu membunuh
28
Hendi Suhendi, Fiqh Muamalah, (Jakarta: Rajawali Pers, 2002),h. 68 29
Ibid, hlm. 69
19
dirimu. Sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang
kepadamu”.
b. Dasar Hukum Dari Sunnah
Adapun landasan hukum jual beli yang berasal dari hadits Rasulullah
SAW, adalah sebagaimana sabdanya:
ا ال عن ت راض ي ع ب انم Artinya: “Sesungguhnya sahnya jual beli atas dasar kerelaan”.
Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Rofa‟ah ibnu Rafi‟
Al-Bazzar dan al-Hakim ditegaskan bahwa “Dari Rifa‟ah ibnu Rafi‟
bahwa Nabi Muhammad saw ditanya usaha apakah yang paling baik?
Nabi menjawab usaha sesorang dengan tangannya sendiri dan setiap
jual beli yang mabrur (jujur). (Diriwayatkan oleh Al-Bazzar dan
dishahihkan oleh Al-Hakim)30
.
Begitu pula dalam hadist riwayat At-tirmidzi, Rasulullah SAW
bersabda: “pedagang yang jujur dan dapat dipercaya itu sejajar
(tempatnya di surga) dengan para Nabi, Shiddiqin, dan Syuhada”. Pada
dasarnya jual beli dihukumkan mubah (boleh) jika dilakukan sesuai
dengan tuntutan syari‟at Islam31
.
c. Ijma‟
Para ulama‟ telah sepakat mengenai kebolehan akad jual beli. Ijma‟
ini memberikan hikmah bahwa kebutuhan manusia berhubungan
dengan sesuatu yang ada dalam kepemilikan orang lain, dan
30
Al-Hafidl Ibnu Hajjar al-Asqalany, Bulughul Maram, Maktabah Al-Alawiyah, (Semarang, t.th.),
h, 158. 31
Azyumardi. Fiqh Muamalah. (Bogor: Ghalia Inodnesia, 2003),h. 283
20
kepemilikan sesuatu itu tidak akan diberikan dengan begitu saja, harus
ada kompensasi sebagai imbal baliknya. Sehingga dengan
disyariatkannya jual beli tersebut merupakan salah satu cara untuk
merealisasikan keinginan dan kebutuhan manusia, karena pada
dasarnya, manusia tidak akan dapat hidup sendiri tanpa berhubungan
dan bantuan orang lain32
.
3. Rukun Jual Beli
Rukun jual beli merupakan suatu akad yang dipandang sah apabila
telah memenuhi rukun dan syarat jual beli. Mengenai rukun jual beli para
ulama‟ berbeda pendapat 33
.
Rukun jual beli menurut mazhab Hanafi adalah ijab (ungkapan
membeli dari pembeli) dan qabul (ungkapan menjual dari penjual) atau
sesuatu yang menunjukkan kepada ijab dan qabul. Menurut mereka yang
menjadi rukun dalam jual beli hanyalah kerelaan kedua belah pihak untuk
melakukan transaksi jual beli.
Akan tetapi, karena unsur kerelaan itu merupakan unsur hati yang
sulit di indera sehingga tidak kelihatan, maka diperlukan indikasi yang
menunjukkan kerelaan kedua belah pihak yang melakukan transaksi jual
beli, boleh tergambar dalam ijab qabul atau cara saling memberikan
barang dan harga barang34
.
32
Qamarul Huda, Fiqh Muamalah, (Yogyakarta: Teras, 2011), h. 54 33
Abdul Aziz, Fiqh Muamalah Sistem Transaksi Dalam islam, (Jakarta: AMZAH, 2010), h. 28 34
Dimyauddin Djuwaini, Pengantar Fiqh Muamalah, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2008), h. 73
21
Sementara menurut Malikiyah, rukun jual beli ada tiga, yaitu35
:
a. Aqidain (dua orang yang berakad, yaitu penjual dan pembeli).
b. Ma‟qud Alaih (barang yang diperjualbelikan dan nilai tukar pengganti
barang).
c. Shighat (Ijab dan qabul).
Menurut jumhur ulama, rukun jual beli itu dibagi menjadi empat,
yaitu:
1. Penjual
2. Pembeli
3. Sighat akad (ijab dan qabul)
4. Ma‟qud „alaih (Benda atau Barang)36
.
4. Syarat Sah Jual Beli
a. Aqid (penjual dan pembeli).
Aqid atau orang yang melakukan akad, yaitu penjual dan pembeli37
.
Persyaratan yang harus dipenuhi penjual sama dengan persyaratan
yang harus dipenuhi pembeli. Syarat-syarat yang harus terpenuhi oleh
keduanya adalah sebagai berikut:
1. Mumayyiz, baligh dan berakal. Maka tidak sah akadnya orang gila,
orang yang mabuk, begitu juga akadnya anak kecil, kecuali
terdapat izin dari walinya sebagaimana pendapat jumhur ulama.
35
Mardani, Fiqih Ekonomi Syariah: Fiqh Muamalah, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group,
2012), h, 102. 36
Rahmat Syafei. Fiqh Muamalah, (Bandung: Pustaka Setia, 2001)h. 75-76 37
Ahmad Wardi Muslich, Fiqh Muamalat, (Jakarta: AMZAH, 2010), h. 186
22
Hanafiyah hanya mensyaratkan berakal dan mumayyiz, tidak
mensyaratkan baligh.
2. Keadaannya tidak mubazir (pemboros), sebab harta orang mubazir
itu di tangan walinya.
Firman Allah SWT:
Artinya: “Dan janganlah kamu serahkan kepada orang-orang
yang belum sempurna akalnya, harta (mereka yang ada dalam
kekuasaanmu) yang dijadikan Allah sebagai pokok
kehidupanmu, berilah mereka belanja”. (QS. An-Nisa‟: 5).
3. Tidak dalam keadaan terpaksa ketika melakukan akad. Karena
adanya kerelaan dari kedua belah pihak merupakan salah satu
rukun jual beli. Jika terdapat paksaan, maka akadnya dipandang
tidak sah atau batal menurut jumhur ulama. Sedangkan menurut
Hanafiyah, sah akadnya ketika dalam keadaan terpaksa jika
diizinkan, tetapi bila tidak diizinkan maka tidak sah akad jual beli
tersebut38
.
4. Baligh. Anak kecil tidak sah melakukan jual beli. Adapun anak-
anak yang sudah mengerti tetapi belum sampai umur dewasa,
menurut pendapat sebagian ulama, mereka diperbolehkan jual beli
barang yang kecil-kecil, karena kalau tidak diperbolehkan, sudah
tentu menjadi kesulitan dan kesukaran. Sedangkan agama Islam
38
Enang Hidayat, Fiqh Jual Beli, (Bandung:PT Remaja Rosdakarya), h, 18
23
tidak akan menetapkan peraturan yang mendatangkan kesulitan
kepada pemeluknya39
.
b. Ma‟qud Alaih (objek akad jual beli)
Ma‟qud alaih atau objek akad jual beli adalah barang yang dijual
(mabi‟) dan harga atau uang (tsaman). Syarat yang harus dipenuhi oleh
objek akad (ma‟qud alaih) adalah sebagai berikut:
1. Barang yang dijual harus maujud (ada). Oleh karena itu, tidak sah
jual beli barang yang tidak ada (ma‟dum) atau yang dikhawatirkan
tidak ada. Seperti jual beli anak unta yang masih dalam kandungan,
atau jual beli buah-buahan yang belum tampak40
. Jual beli benda
yang tidak ada serta tidak dapat dilihat ialah jual beli yang dilarang
oleh agama Islam, karena barangnya tidak tentu atau masih gelap,
sehingga dikhawatirkan barang tersebut diperoleh dari curian atau
barang titipan yang akibatnya dapat menimbulkan kerugian salah
satu pihak.
2. Suci atau mungkin untuk disucikan, maka tidak sah penjualan
benda-benda najis seperti anjing, babi, dan yang lainnya. Menurut
riwayat lain dari Nabi dinyatakan „kecuali anjing untuk berburu‟
boleh diperjualbelikan. Menurut Syafi‟iyah, bahwa sebab
keharaman arak, bangkai, anjing, dan babi kerena najis, berhala
bukan karena najis tapi karena tidak ada manfaatnya.
39
Sulaiman Rasjid, Fiqh Islam (hukum fiqh lengkap), (Bandung: Sinar Baru Algensindo, 1994), h.
279. 40
Ahmad Wardi Muslich, Fiqh Muamalat, (Jakarta: AMZAH, 2010), h. 189
24
3. Milik sendiri, tidaklah sah menjual barang orang lain dengan tidak
seizin pemiliknya atau barang-barang yang baru akan menjadi
miliknya.
4. Barang yang dijual harus bisa diserahkan pada saat dilakukannya
akad jual beli. Dengan demikian tidak sah menjual barang yang
tidak bisa diserahkan, walaupun barang tersebut milik si penjual,
seperti kerbau yang hilang, burung di udara, dan ikan di laut41
.
5. Dapat dimanfaatkan secara syar‟i walaupun pada masa akan datang
seperti anak keledai. Tidak boleh menjual sesuatu yang tidak bisa
dimanfaatkan dengan sendirinya walaupun bisa bermanfaat jika
digabungkan dengan yang lain seperti dua biji gandum, karena
tidak bisa dimanfaatkan baik karena sedikit seperti dua biji
gandum, ada manfaat tetapi tidak dianggap secara syar‟i42
.
c. Sighat (lafadz ijab qabul)
Shighat adalah ijab dan qabul. Ijab seperti yang diketahui
sebelumnya diambil dari kata aujaba yang artinya meletakkan, dari
pihak penjual yaitu pemberian hak milik, dan qabul yaitu orang yang
menerima hak milik. Jika penjual berkata: bi‟tuka (saya jual
kepadamu) buku ini dengan ini, maka ini adalah ijab, dan ketika pihak
lain berkata: “qabiltu” (saya terima), maka inilah qabul43
.
41
Ibid, h, 190. 42
Abdul Aziz Muhammad Azzam, Fiqh Muamalat (Sistem Transaksi Dalam Fiqh Islam),
(Jakarta: Hamzah, 2010), h, 51. 43
Ibid, h, 53.
25
Shighat atau ijab qabul, hendaknya diucapkan oleh penjual dan
pembeli secara langsung dalam satu majlis dan juga bersambung,
maksudnya tidak boleh diselang oleh hal-hal yang mengganggu
jalannya ijab dan qabul tersebut. Syarat-syarat sah ijab qabul adalah
sebagai berikut:
1. Jangan ada pemisahan, pembeli jangan diam saja setelah penjual
mengucapkan ijab, begitu juga sebaliknya.
2. Jangan diselangi kata-kata antara ijab dan qabul44
.
Ulama Hanafiyah menyatakan bahwa ijab adalah perkataan
pertama dari salah satu pihak yang mengadakan transaksi jual beli baik
penjual sebagaimana ia berkata “Aku jual kepadamu” atau seperti
pembeli berkata “aku beli darimu dengan seribu dinar” sedangkan
qabul adalah perkataan berikutnya. Mereka berpendapat bahwa jual
beli dianggap sah apabila dengan dua perkataan yang menunjukkan
makna memiliki atau yang memberikan milik, seperti aku jual, aku
beli, saya lepas barang ini dan lain sebagainya.
Menurut Imam Syafi‟i jual beli dapat terjadi dengan kata-kata
kinayah (kiasan) dan menurut beliau tidak bisa sempurna sehingga
mengatakan, “sungguh aku telah beli kepadamu”45
.
Menurut Imam Malik sama sekali tidak disyaratkan sahnya jual
beli dengan ijab dan qabul. Tiap-tiap yang dipandang urf sebagai tanda
penjualan dan pembelian menjadi sebab sahnya jual beli46
.
44
Sohari Sahrani, Fikih Muamalah, (Bogor, Ghalia Indonesia, 2011), h. 68. 45
Ibnu Rasyd, Bidayatul al-Mujtahid, Jilid V, (Darul al-Kutub al-Alamiyah, Beirut, t.th.), h. 25.
26
Dari sekian syarat jual beli, baik dari orang yang menjalankan akad
(aqidain), maupun barang yang dijadikan sebagai objek akad, harus
terpenuhi sehingga transaksi jual beli itu sah sebagaimana ketentuan
yang telah digariskan oleh syari‟at Islam. Demikian pula sebaliknya
akan dianggap sebagai transaksi yang fasid (rusak) apabila jual beli
tersebut tidak terpenuhi syarat dan rukunnya.
Syarat sah jual beli terbagi kepada dua bagian, yaitu syarat umum
dan syarat khusus. Syarat umum adalah syarat yang harus ada pada
setiap jenis jual beli agar jual beli tersebut dianggap sah menurut
syara‟. Para ulama fiqh mengemukakan, bahwa suatu jual beli
dianggap sah apabila terpenuhi dua hal berikut:
1. Jual beli itu terhindar dari cacat seperti barang yang diperjual
belikan tidak jelas, baik jenis, kualitas maupun kuantitasnya.
Begitu juga harga tidak jelas, jual beli itu mengandung unsur
paksaan, penipuan, dan syarat-syarat lain yang mengakibatkan jual
beli rusak.
2. Apabila barang yang diperjual belikan itu benda bergerak, maka
barang itu langsung dikuasai pembeli dan harga dikuasai penjual.
Sedangkan barang yang tidak bergerak, dapat dikuasai pembeli
setelah selesai surat menyuratnya diselesaikan sesuai dengan
kebiasaan setempat47
.
46
Hasby ash-Shidiqie, Hukum-Hukum Fiqh Islam, Cet. V, (Jakarta: Bulan Bintang, 1978), h. 392. 47
M. Ali Hasan, Berbagai Macam Transaksi Dalam Islam (Fiqh Muamalat), (Jakarta: Raja
Grafindo Persada, 2003), h. 125.
27
Selain itu dua hal tersebut ada juga syarat khusus dalam jual beli
yaitu syarat-syarat yang menyangkut sebagian jenis jual beli saja,
seperti jenis jual beli salam, jual beli sharf, murabahah, jual beli
barang-barang ribawi, jual beli barang yang berbentuk piutang. Jual
beli tersebut memiliki syarat khusus agar dapat dikatakan sah dalam
transaksinya48
.
Adapun beberapa syarat khusus yang diperuntukkan untuk akad-
akad tertentu yaitu:
1. Mengetahui harga awal (harga pokok pembelian) dalam jual beli
murabahah, tauliyah, wadi‟ah atau isyrak.
2. Serah terima kedua komoditas sebelum berpisah dalam konteks
jual beli valas (sharf).
3. Sempurnanya syarat-syarat dalam akad salam.
4. Adanya persamaan dalam transaksi barang ribawi dan terbebas dari
syubhat riba49
.
5. Macam-macam Jual Beli
Jual beli banyak sekali macamnya tergantung dari sudut mana jual
beli itu dipandang dan ditinjau, maka untuk lebih jelasnya, seperti penulis
jelaskan sebagai berikut :
1) Ditinjau dari segi hukumnya jual beli terbagi menjadi dua macam,
antara lain:
a. Jual Beli Shahih
48
Wahbah az-Zuhaili, Fiqh Islam Wa Adillatuhu, Jilid 5, (Jakarata: Gema Insani, 2011), h. 57. 49
Dimyauddin Djuwaini, Pengantar Fiqh Muamalah, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2008), h. 81
28
Jual beli yang shahih apabila objeknya tidak ada hubungannya
dengan hak orang lain selain aqid maka hukumnya nafidz. Artinya,
bisa dilangsungkan dengan melaksanakan hak dan kewajiban
masing-masing pihak, yaitu penjual dan pembeli. Apabila objek
jual belinya ada kaitan dengan hak orang lain maka hukumnya
mauquf, yakni ditangguhkan menunggu persetujuan pihak terkait.
Seperti jual beli barang yang digadaikan atau disewakan, atau jual
beli fudhuli50
.
b. Jual Beli Bathil
Apabila pada jual beli itu salah satu atau seluruh rukunnya
tidak terpenuhi, atau jual beli itu pada dasarnya dan sifatnya tidak
disyari‟atkan, maka jual beli itu batil. Jual beli yang batil yaitu
sebagai berikut:
1. Jual Beli Benda yang Tidak Ada
Para imam mazhab sepakat bahwa jual beli barang yang tidak
ada atau ada kemungkinan tidak ada itu tidak sah, seperti jual
beli kandungan dari jenis dengan mengatakan “Saya jual
kepadamu anak dari anak unta ini” atau menjual janin dalam
perut tetapi ini tetap berisiko kelahirannya, juga menjual
tanaman dan buah yang belum tampak secara sempurna51
.
50
Ahmad Wardi Muslich, Fiqh Muamalat, (Jakarta: AMZAH, 2010), h. 201 51
Wahbah az-Zuhaili, Fiqh Islam Wa Adillatuhu, Jilid 5, (Jakarata: Gema Insani, 2011), h. 95
29
2. Menjual Barang yang tidak dapat diserahkan
Berdasarkan teks riwayat, mayoritas ulama Hanafi
berpendapat bahwa jual beli barang yang tidak bisa diserahkan
saat transaksi itu tidak sah, meskipun barang itu milik penjual,
seperti menjual burung yang terlepas dari miliknya, budak yang
melarikan diri, dan barang yang hilang52
.
3. Jual Beli yang Mengandung Unsur Gharar
Jual beli gharar yaitu tipuan yang mengandung
kemungkinan besar tidak adanya kerelaan menerimanya ketika
diketahui dan ini termasuk memakan harta orang lain secara
tidak benar (bathil). Contohnya adalah tidak mampu
menyerahkan barang seperti menjual kuda yang lari dan unta
terlantar, menjual barang yang tidak terwujud atau barang yang
tidak jelas adanya, barang yang dijual tidak dimiliki oleh
penjual seperti menjual ikan di air yang luas, dan beberapa
bentuk lainnya53
.
4. Jual-beli al-urbun
Pembayaran uang muka dalam transaksi jual-beli, dikenal
ulama‟ fiqh dengan istilah bai‟ urbun adalah sejumlah uang
muka yang dibayarkan pemesan atau calon pembeli yang
menunjukkan bahwa ia bersungguh-sungguh atas pesananya
52
M. Ali Hasan, Berbagai Macam Transaksi dalam Islam (Fiqih Muamalat), (Jakarta: Raja
Grafindo Persada, 2003), h. 129. 53
Wahbah az-Zuhaili, Fiqh Islam Wa Adillatuhu, Jilid 5, (Jakarata: Gema Insani, 2011), h. 101
30
tersebut. Bila kemudian pemesan sepakat barang pesananya,
maka terbentuklah transaksi jual-beli dan uang muka tersebut
merupakan bagian dari harga barang pesanan yang disepakati.
Namun bila pemesan menolak untuk membeli, maka uang
muka tersebut menjadi milik penjual54
.
5. Memperjual belikan air sungai, air danau, air laut dan air yang
tidak boleh dimiliki seseorang. Air tersebut adalah milik
bersama umat manusia dan tidak boleh diperjual belikan.
Menurut Jumhur Ulama air sumur pribadi, boleh diperjual
belikan, karena air sumur itu milik pribadi, berdasarkan hasil
usaha sendiri, uang hasil usaha itu dianggap imbalan atau upah
atas jerih payah pemasok air tersebut55
.
2) Ditinjau dari segi Obyek Jual beli
Dari segi benda yang dapat dijadikan obyek jual-beli, jual beli
dapat dibagi menjadi tiga bentuk:
a. Jual-beli benda yang kelihatan.
Jual-beli benda yang kelihatan adalah pada waktu melakukan
jual-beli, benda atau barang yang diperjual belikan ada di
depan penjual dan pembeli. Hal ini lazim dilakukan masyarakat
banyak dan boleh dilakukan.
54
Dimyauddin Djuwaini, Pengantar Fiqh Muamalah, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2008), h. 90 55
M. Ali Hasan, Berbagai Macam Transaksi dalam Islam (Fiqih Muamalat), (Jakarta: Raja
Grafindo Persada, 2003), h. 133
31
b. Jual beli yang disebutkan sifat-sifatnya dalam perjanjian.
Jual beli yang disebutkan sifat-sifatnya dalam perjanjian ialah
jual beli salam (pesanan)56
. Menurut kebiasaan para pedagang.
salam adalah bentuk jual-beli yang tidak tunai (kontan)
maksudnya adalah perjanjian yang penyerahan barang-
barangnya ditangguhkan hingga masa tertentu sebagai imbalan
harga yang ditentukan pada waktu akad57
. Dalam salam berlaku
semua syarat jual beli dan syarat-syarat tambahannya yaitu:
1. Ketika melakukan akad salam disebutkan sifat-sifatnya
yang mungkin dijangkau oleh pembeli, baik berupa barang
yang dapat ditakar, ditimbang maupun diukur.
2. Dalam akad harus disebutkan segala sesuatu yang bisa
mempertinggi dan memperendah harga barang itu,
umpamanya benda tersebut berupa kapas, sebutkanlah
jenis kapas saclarides nomor satu, nomor dua dan
seterusnya, kalau kain, maka sebutkanlah jenis kainnya,
pada intinya sebutkanlah semua identitasnya yang dikenal
oleh orang-orang yang ahli di bidang ini, yang
menyangkut kualitas barang tersebut.
3. Barang yang akan diserahkan hendaknya barang-barang
yang biasa didapatkan di pasar.
4. Harga hendaknya dipegang di tempat akad berlangsung.
56
Yazid Afandi, Fiqh Muamalah, (Yogyakarta: Logung Pustaka, 2009), h. 253 57
Hendi Suhendi, Fiqh Muamalah, (Jakarta: Rajawali Pers, 2002),h. 76
32
c. Jual beli benda tidak ada
Jual-beli benda yang tidak ada dan tidak dapat dilihat ialah
jual beli yang dilarang agama Islam karena barangnya tidak
tentu atau masih gelap sehingga dikhawatirkan barang tersebut
diperoleh dari curian atau barang titipan yang akibatnya dapat
menimbulkan kerugian salah satu pihak.
Dalam kaitan ini Ibnu Rusyd menjelaskan, barang-barang
yang diperjual belikan itu ada dua macam: Pertama, barang
yang benar-benar ada dan dapat dilihat, ini tidak ada perbedaan
pendapat. Kedua, barang yang tidak hadir (ghaib) atau tidak
dapat dilihat dan tidak ada di tempat akad itu terjadi, maka
untuk hal ini terjadi perbedaan pendapat di antara para ulama.
Menurut Imam Malik dibolehkan jual beli barang yang tidak
hadir (ghaib) atau tidak dapat dilihat dan tidak ada di tempat
akad itu terjadi, demikian pula pendapat Abu Hanifah. Namun
dalam pandangan Imam Malik bahwa barang itu harus
disebutkan sifatnya, sedangkan dalam pandangan Abu Hanifah
tidak menyebutkan sifatnya pun boleh58
.
Pandangan kedua ulama tersebut (Imam Malik dan Abu
Hanifah) berbeda dengan pandangan Imam Syafi'i yang tidak
membolehkan jual beli barang yang tidak hadir (ghaib) atau
tidak dapat dilihat dan tidak ada di tempat akad itu terjadi.
58
Ibnu Rusyd, Bidâyah al Mujtahid Wa Nihâyah al Muqtasid, Juz II, (Beirut: Dâr Al-Jiil,1409
H/1989), hlm. 116 – 117.
33
Menurut Sayyid Sabiq, boleh menjual belikan barang yang
pada waktu dilakukannya akad tidak ada di tempat, dengan
syarat kriteria barang tersebut terperinci dengan jelas. Jika
ternyata sesuai dengan informasi, jual beli menjadi sah, dan
jika ternyata berbeda, pihak yang tidak menyaksikan (salah
satu pihak yang melakukan akad) boleh memilih menerima
atau tidak. Tak ada bedanya dalam hal ini, baik pembeli
maupun penjual59
.
3) Ditinjau dari segi pelaku akad (subyek)
Ditinjau dari segi pelaku akad (subyek) jual beli terbagi
menjadi tiga bagian yaitu:
a. Akad jual beli yang dilakukan dengan lisan adalah akad yang
dilakukan kebanyakan orang, bagi orang bisu dilakukan dengan
isyarat karena isyarat merupakan pembawaan alami dalam
menampakkan kehendak. Hal yang dipandang dalam akad
adalah kehendak dan pengertian bukan pernyataan60
.
b. Penyampaian akad jual beli melalui utusan, perantara, tulisan
atau surat-menyurat sama halnya dengan ijab kabul dengan
ucapan misalnya melalui via pos dan giro. Jual-beli ini
dilakukan antara penjual dan pembeli tidak berhadapan dalam
satu majelis akad, tetapi melalui pos dan giro, jual beli ini
diperbolehkan oleh syara‟.
59
Sayyid Sabiq, Fiqh Sunah (terj), Alih Bahasa Kamaluddin A. Marzuki, jilid. XII, (Bandung: Al-
Ma‟arif), h. 155 60
Hendi Suhendi, Fiqh Muamalah, (Jakarta: Rajawali Pers, 2002), h. 77
34
c. Jual beli dengan perbuatan (saling memberikan) atau dikenal
dengan istilah muathah yaitu mengambil dan memberikan
barang tanpa ijab qabul, adanya perbuatan memberi dan
menerima dari para pihak yang telah saling memahami
perbuatan perikatan tersebut dan segala akibat hukumnya
seperti seseorang mengambil rokok yang sudah ada bandrol
harganya dan kemudian diberikan kepada penjual uang
pembayarannya61
.
6. Larangan Dalam Jual Beli
Jual beli yang dihalalkan oleh Islam yaitu jual beli yang memenuhi
rukun dan syaratnya. Sedangkan jual beli yang diharamkan oleh Islam
yaitu jual beli yang bertentangan dengan rukun dan syarat jual beli
tersebut. Jual beli yang diharamkan dalam Islam meliputi62
:
a. Jual beli barang haram
Salah satu jual beli yang diharamkan oleh Islam adalah jual beli
barang yang haram. Jual beli barang haram ini seperti misalnya
menjual obat-obatan terlarang, menjual minum-minuman beralkohol
dan lain sebagainya.
Jual beli seperti itu tentu adalah jual beli yang haram karena syarat
jual beli adalah niat dan produk yang dijual harus dipastikan terlebih
dahulu kehalalalannya. Banyak sekali proses jual beli yang terkadang
melanggar proses hukum Islam. Walaupun hasil keuntungannya sangat
61
Gemala Dewi, Hukum perikatan Islam di Indonesia, (Jakarta, Prenada Media: 2005), hlm. 64. 62
Abdul Aziz Muhammad Azzam, Fiqh Muamalat (Sistem Transaksi Dalam Fiqh Islam),
(Jakarta: Hamzah, 2010), hlm. 66
35
banyak tentu hukum ekonomi tidak hanya dilihat dari satu aspek. Hal
tersebut juga perlu dilihat bagaimana dampak dan manfaatnya kepada
seluruh aspek.
b. Jual beli gharar
Gharar dalam bahasa arab yang terdiri dari isim mashdar yang
berarti kekurangan, pertaruhan, serta menjerumuskan diri dalam
kehancuran atau ketidakjelasan. Sedangkan jual beli gharar, menurut
keterangan Syaikh As-Sa‟di termasuk dalam kategori perjudian63
.
Menurut M. Ali Hasan gharar adalah suatu akad yang mengandung
unsur penipuan karena tidak adanya kepastian baik mengenai ada atau
tidak adanya objek akad, besar kecil maupun menyerahkan objek akad
tersebut.
Jual beli gharar adalah jual beli atau akad yang mengandung unsur
penipuan karena tidak adanya kejelasan suatu barang baik dari sisi
harga, kuantitas, kualitas dan waktu penyerahannya64
:
1) Jika dilihat dari sisi harga, seperti jual beli sepeda motor secara
kredit. Apabila sepeda motor tersebut dilunasi dalam jangka waktu
singkat (lebih cepat) maka bunga yang dikenakan akan sedikit atau
lebih kecil. Sedangkan bila dilunasi dalam jangka waktu yang
panjang (lama), maka akan dikenakan bunga lebih besar. Dalam
kasus tersebut penjual dan pembeli tidak mengetahui kapan mobil
tersebut akan terlunasi.
63
Yazid Affandi, Fiqh Muamalah, (Yogyakarta: Logung Pustaka, 2009), h. 252 64
Moh Rifa‟i dkk,Terjemahan Khulashoh Kifayatul Akhyar (Semarang:Karya Thoha Putra,
1978),h. 187
36
2) Jika dilihat dari sisi kualitas, seperti jual beli sapi yang masih
dalam perut induknya. Jual beli ini dilarang dalam ajaran ekonomi
Islam, karena kedua belah pihak baik pembeli maupun penjual
tidak mengetahui bagaimana kualitas sapi saat nantinya ketika
lahir. Apakah pembeli akan diuntungkan atau dirugikan.
3) Jika dilihat dari sisi kuantitas, seperti pembelian seluruh hasil
panen ketika pohon atau tanaman belum menunjukkan hasilnya.
Dalam ajaran ekonomi Islam jual beli ini tidak diperbolehkan
(diharamkan) karena kedua belah pihak baik itu penjual maupun
pembeli tidak mengetahui berapa kuantitas hasil panen yang akan
diperjualbelikan. Nilai jual hasil panen bisa lebih tinggi dan bisa
lebih rendah dari nilai yang diserahterimakan.
4) Jika dilihat dari sisi Waktu penyerahan, seperti penjualan motor
yang sedang hilang dicuri dengan akad pembeli membayara
seharga tertentu dan berhak atas motor yang sedang hilang
dilarikan pencuri. Dalam kasus ini, kedua belah pihak baik itu
pembeli maupun penjual tidak mengetahui kapan barang akan
diserahterimakan.
c. Jual Beli dengan Riba
Kata riba berasal dari kata raba‟, yarbu‟ yang berarti lebih,
tambahan dan berkembang yang sifatnya bisa mencekik pembeli atau
objeknya. Riba menurut bahasa adalah az-ziyadah (tambahan), atau
sesuatu menjadi tinggi. Sedangkan menurut istilah syara‟ riba adalah
37
bunga uang atau tambahan nilai lebih atas pertukaran bahan makanan,
perak, emas dan uang atau pinjam-meminjam65
.
Dalam Islam riba hukumnya adalah haram. Dalam bentuk apapun
dan dengan alasana apapun juga tetap perbuatan tersebut dilarang oleh
Allah SWT. Sebagaimana Firman Allah dijelaskan dalam QS. Al-
Baqarah ayat 278.
Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada
Allah dan tinggalkanlah sisa riba (yang belum dipungut), jika
kamu orang yang beriman.
Terdapat di dalam QS. Al-baqarah 2: 275 Allah berfirman:
Artinya: Padahal Allah telah menghalalkan jual beli dan
mengharamkan riba.
Mengenai hukum riba disebutkan juga didalam hadits Rasulullah
SAW, yang artinya “Rasulullah mengutuk orang yang mengambil
riba, orang yang mewakilkan, orang yang mencatat dan orang yang
menyaksikan” (HR Muslim).
Riba dibagi menjadi beberapa macam:
1. Riba fadhl adalah pertukaran barang sejenis yang tidak sama
timbangannya. Seperti cincin emas 22 karat seberat 10 gram
65
Moh Rifa‟i dkk,Terjemahan Khulashoh Kifayatul Akhyar (Semarang:Karya Thoha Putra,
1978),h. 191
38
ditukar dengan cincin emas 22 karat seberat 11 gram,
kelebihannya itulah termasuk ke dalam riba.
2. Riba qardl adalah pinjam-meminjam dengan syarat harus memberi
kelebihan saat mengembalikannya. Seperti si A bersedia
meminjami si B uang sebesar Rp 100.000,00 asal si B
mengembalikannya sebesar Rp 115.000,00 bunga pinjaman itulah
yang disebut riba.
3. Riba yad adalah jual beli barang sejenis dan sama timbangannya,
namun penjual dan pembeli berpisah sebelum melakukan serah
terima. Seperti penjualan buah, ketela, kacang yang masih berada
di dalam tanah.
4. Riba nasi‟ah adalah akad jual beli dengan menyerahan barang
beberapa waktu kemudian. Seperti membeli buah-buahan yang
masih kecil-kecil dipohonnya, kemudian diserahkan setelah besar-
besar atau setelah layak dipetik atau membeli padi di musim
kemarau tetapi diserahkan setelah panas.
5. Riba jahiliyah adalah jenis riba yang disebabkan karena utang
yang dibayarkan lebih tinggi daripada pokok hutang, sehingga
menyebabkan si peminjam uang tidak mampu membayar atau
melunasi hutangmya setelah jatuh tempo.
d. Penjualan dengan Mengurangi Timbangan
Penjualan yang juga dilarang dan diharamkan oleh Islam adalah
ketika dikuranginya timbangan. Tentu hal ini menipu dan juga
39
melanggar kesepakatan transaksi jual beli66
. Hal ini sebagaimana
disampaikan dalam Al-Quran bahwa manusia yang mengurangi
timbangan dalam proses penjualan akan mendapatkan balasan Allah
kelak di akhirat.
Celakalah orang-orang yang mengurangi, apabila mereka itu
menakar kepunyaan orang lain (membeli) mereka memenuhinya,
tetapi jika mereka itu menakarkan orang lain (menjual) atau
menimbang untuk orang lain, mereka mengurangi. Apakah mereka itu
tidak yakin, bahwa kelak mereka akan dibangkitkan dari kubur pada
suatu hari yang sangat besar, yaitu suatu hari di mana manusia akan
berdiri menghadap kepada Tuhan seru sekalian alam?” (QS Al
Mutahfifin : 1-6)
e. Jual Beli Tanpa Akad atau Dengan Paksaan
Allah melarang manusia dalam melakukan sesuatu dengan akad
atau paksaan. Termasuk dalam hal ekomomi atau proses jual beli juga
melarang dengan paksaan. Proses jual beli dalam Islam haruslah
dengan adanya akad atau kesepakatan. Maka itu sangat wajar jika di
awal kali melakukan transaksi pasti ada proses tawar menawar67
.
Penawaran yang memaksa, tanpa adanya akad atau mengharuskan
membeli adalah hal yang tentu diharamkan. Orang tidak selalu
memiliki sumber daya atau memiliki kebutuhan untuk membeli.
Untuk itu, seluruh keputusan untuk membeli atau tidak semua
66
Ibid, hlm, 217 67
Yazid Affandi, Fiqh Muamalah dan Implementasinya dalam Lembaga Keuangan Syariah
(Yogyakarta: Logung Pustaka, 2009), h. 72
40
tergantung kepada konsumen bukan pada penjualnya. Kejujuran,
keterbukaan, dan juga keadilan harus dilakukan agar pembeli mau
terus bertransaksi karena ada proses kepercayaan bukan karena
paksaan.
Hal ini dijelaskan pula dalam QS. An-nisa‟ ayat 29:
Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu
saling memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil,
kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan suka
sama-suka di antara kamu”.
f. Jual Beli Mulamasah dan Munabadzah
Jual beli mulamasah adalah salah satu jual beli yang juga
disepakati oleh ulama diharamkan Islam. Jual beli mulamasah adalah
jual beli yang jika seseorang menyentuh barang jualan dari seseorang
maka ia diwajibkan untuk membayar atau terhitung membeli. Karena
memegang sudah dianggap cukup dari melihat, atau dia mengatakan
“jika kamu menyentuhnya maka saya menjual kepadamu” cukup
dengan menyentuh tanpa shighat atau menjual sesuatu dengan syarat
kapan dia memegangnya, maka jual beli menjadi wajib dan tidak ada
khiyar majlis dan yang lain68
.
68
Sayyid Sabiq, Fiqh Sunah (terj), Alih Bahasa Kamaluddin A. Marzuki, jilid. XII, (Bandung: Al-
Ma‟arif), h. 141
41
Berdasarkan sabda Rasulullah SAW:
ة ل ق حا م ال ع ي ب ن ع م لم س و الل ل و س ر ى :ن ال ق و ن ع ى الل ض ر س ن ا ن ع ة ن اب ز م ال و ة ذ ب نا م ال و ة س م ل م ال و ة ر ض خا م ال و
Artinya: “Dari Anas r.a berkata: Rasulullah SAW, telah
melarang jual beli muhaqalah, mukhadharah, mulamasah,
munabadzah, dan muzabanah”.69
Penjelasan jual beli dalam hadist tersebut adalah, sebagai berikut70
:
1. Jual beli Muhaqalah, yaitu jual beli jual beli tanaman, biji-bijian
dengan borongan dan tidak diketahui jumlah (banyaknya).
2. Jual beli Mukhadarah, yaitu jual beli kurma hijau yang belum
kelihatan mutunya, atau biasa disebut dengan ijon.
3. Jual beli Mulamasah (sentuhan), yaitu penjual atau pembeli
menyentuh kain atau baju salah satunya, barang atau baju yang
disentuh harus dibeli meski tanpa mengetahui kondisi aslinya.
4. Jual beli Munabadzah, yaitu kedua belah pihak saling mencela
barang yang ada pada pihak lain, hal tersebut dijadikan dasar
dalam jual beli, meski tidak saling ridha.
5. Jual beli Muzabanah, yaitu jual beli kurma yang masih di
pohonnya dengan kurma kering dengan takaran.
Tentu hal ini diharamkan bagi orang Islam karena proses seperti ini
sangatlah wajar dilakukan, apalagi baru orang-orang yang ingin
mengetahui terlebih dahulu jenis barang dan kualitasnya.
69
Abdul Aziz Muhammad Azzam, Fiqh Muamalat (Sistem Transaksi Dalam Fiqh Islam),
(Jakarta: Hamzah, 2010), h. 71 70
Sayyid Sabiq, Fiqh Sunnah, Jilid 3, (Cairo: Al Fath), h. 141
42
7. Kewajiban Pembeli
Kewajiban utama pembeli adalah membayar harga pembelian pada
waktu dan ditempat yang telah diperjanjikan. Akan tetapi, apabila waktu
dan tempat pembayaraan tidak ditetapkan dalam perjanjian maka
pembayaran harus dilakukan ditempat dan pada waktu penyerahan barang
yang dilakukan. Apabila si pembeli tidak membayar harga barang tersebut
maka si penjual dapat menuntut pembatalan perjanjian sebagaimana
halnya pembeli dapat menuntut pembatalan perjanjian jika si penjual tidak
menyerahkan barangnya71
.
8. Kewajiban Penjual
Dalam perjanjian jual beli terdapat dua kewajiban yang utama dari
penjual terhadap pembeli apabila harga barang tersebut telah dibayar oleh
pembeli, yaitu:
a. Menyerahkan barang yang diperjualbelikan kepada pembeli.
Cara penyerahan benda yang dperjualbelikan berbeda berdasarkan
kualifikasi barang yang di perjualbelikan tersebut. Adapun cara
penyerahannya sebagai berikut:72
b. Barang bergerak bertubuh, cara penyerahannya adalah penyerahan
nyata dari tangan penjual atau atas nama penjual ke tangan pembeli,
akan tetapi penyerahan secara langsung dari tangan ke tangan tersebut
tidak terjadi jika barang tersebut dalam jumlah yang sangat banyak
sehingga tidak mungkin diserahkan satu persatu, sehingga dapat
71
Ahmadimiru, Fiqh Muamalah Klasik dan Kontemporer, (Bogor: Ghalia Indonesia, 2012), h. 144 72
Ibid, hlm. 145
43
dilakukan dengan simbol-simbol tertentu. Misalnya: penyerahan kunci
gudang sebagai simbol dari penyerahan barang yang ada dalam gudang
tersebut.
c. Barang bergerak tidak bertubuh dan piutang atas nama, cara
penyerahannya adalah dengan melalui akta dibawah tangan autentik.
Akan tetapi agar penyerahan piutang atas nama tersebut mengikat bagi
si berutang.
d. Barang tidak bergerak atau tanah, cara penyerahannya adalah melalui
pendaftaran atau balik nama.
e. Menanggung atau menjamin barang tersebut.
Berdasarkan pasal 1491 KUHPerdata, ada dua hal yang wajib
ditanggung atau dijamin oleh penjual terhadap barang yang dijualnya,
yaitu:
1) Menjamin penguasan barang yang dijual secara aman dan
tenteram.
2) Menjamin cacat tersembunyi atas barang tersebut, yang sedemikian
rupa dapat menjadi alasan pembatalan.
B. As-Salam
1. Pengertian As-Salam
Jual beli pesanan (indent) dalam Fiqh Islam disebut as-salam ( السلم)
bahasa penduduk Hijaz atau as-salaf ( السللم) bahasa penduduk Irak73
.
Secara istilah salam adalah jual beli sesuatu dengan ciri-ciri tertentu yang
73
Abdul Rahman Al-ghazaly. Al-fiqh, „Ala Al-Madzahib al-Arba‟ah (Bayrut: Dar al-kita al-
Ilmiyah) 2006. 2006. Cet III, h. 520
44
akan diserahkan pada waktu tertentu. Contohnya, orang muslim membeli
komoditi tertentu dengan ciri-ciri tertentu, misalnya: lemari, kursi, meja
dan sebagainya, yang akan diterimanya pada waktu tertentu. Ia bayar
harganya dan menunggu waktu yang telah disepakati untuk menerima
komoditi tersebut. Apabila waktunya telah tiba, penjual menyerahkan
komoditi tersebut kepadanya74
.
Dalam pengertian yang sederhana, bai‟ salam berarti pembelian
barang yang diserahkan dikemudian hari, sedangkan pembayaran
dilakukan dimuka. Bai‟ al-salam atau salaf yaitu tukar menukar utang
dengan barang atau menjual suatu barang yang penyerahannya ditunda
dengan pembayaran modal lebih awal75
. Kemudian menurut pendapat
yang lain menjelaskan bahwa jual beli salam adalah jual beli melalui
pesanan, yakni jual beli dengan caa menyerahkan terlebih dahulu uang
muka kemudian barang diantar belakangan76
.
Dalam jual beli tidak semua barang diinginkan selalu tersedia baik
jenisnya atau jumlahnya, oleh sebab itu tertutup kemungkinan bahwa
sewaktu-waktu menjual atau membeli barang yang tidak hadir suaatu
akad terjadi. Jual beli seperti ini disebut dengan salam (indent). Yaitu
menjual sesuatu dengan kriteria tertentu (yang masih berada) dalam
tanggungan dengan pembayaran segera. Para fuqoha memberikan istilah
74
Ismail Nawawi, Fiqh Muamalah Klasik dan Kontemporer, (Bogor: Halia Indonesia, 2012) h.125 75
Enang Hidayat, Fiqh Jual Beli, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2015), h. 48 76
Rahmat Syafi‟i, Fiqh Muamalah, (Bandung: CV. Pustaka Setia, 2001), h. 101
45
terhadap barang pesanan dengan „al-mahawij‟ (barang-barang yang
mendesak)77
.
Menurut ulama‟ Fiqh mendefinisikan salam sebagai berikut:
ء ش ع ي ب و ا ل اج ع ب ل ج ا ع ي ب لا م ال ءس ا ر و ي ف م دم ق ت ي و نم ا ي ا ة مم الذ ف ف و ص و م ي ل ج ل ن م ث م ال ر خم اء ت ي و
Artinya: menjual suatu barang yang penyerahannya ditunda,
atau menjual suatu barang yang ciri-cirinya jelas dengan
pembayaran modal diawal sedangkan barangnya diserahkan
kemudian hari78
.
Sedangkan menurut Ulama Syafi‟i dan Hambali mendefinisikan
salam dengan:
د ق ع ال س ل ج ب ض و ب ق م ة مم ذ ب ف و ص و م لي ع د ق ع
Artinya: “Akad yang disepakati dengan menentukan ciri-ciri
tertentu dengan membayar harganya lebih dahulu, sedangkan
barangnya diserahkan kemudian dalam suatu majelis akad”.
Menurut kebiasaan para pedagang, salam adalah untuk jual beli
yang tidak tunai (kontan), salam pada awalnya berarti meminjamkan
barang atau sesuatu yang seimbang dengan harga tertentu, maksudnya
ialah perjanjian yang penyerahan barang-barangnya ditangguhkan hingga
masa tertentu, sebagai imbalan harga yang telah disepakati ketika akad79
.
Akad salam pada hakekatnya adalah jual beli dengan hutang,
namun yang dihutang bukan uang pembayarannya melainkan barangnya,
sedangkan uang pembayarannya justru diserahkan secara tunai. Dalam
Kompilasi Hukum Ekonomi Syari‟ah (KHES) ayat 34 mendefinisikan
77
Syafii Jafri. Fiqh Muamalah. (Riau: Suskaprs, 2008). h. 61. 78
Nasrun Haroen, Fiqh Muamalah, (Jakarta: gaya Media Pratama, 2000)h. 147. 79
Hendi Suhendi, Fiqh Muamalah (Jakarta:PT Raja Grafindo Persada, 2005), h. 76
46
“salam adalah jasa pembiayaan yang berkaitan dengan jual beli yang
pembayarannya dilakukan bersamaan dengan pemesan barang”80
.
2. Dasar Hukum Salam
Salam diperbolehkan Rasulullah SAW dengan beberapa syarat
yang harus dipenuhi. Tujuan utama dari jual beli salam adalah untuk
memenuhi kebutuhan para konsumen yang memerlukan modal untuk
memulai usaha untuk menghidupi keluarganya. Dalil yang menjelaskan
tentang jual beli salam adalah sebagai berikut :
a. Dalil Al-Qur‟an
Jual beli salam ini dibenarkan oleh Islam, sebagaimana firman Allah
SWT:
Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu
bermu'amalah tidak secara tunai untuk waktu yang ditentukan,
hendaklah kamu menuliskannya. Dan hendaklah seorang
penulis di antara kamu menuliskannya dengan benar”. (QS. AL-
Baqarah 2: 282)81
.
Berdasarkan ayat diatas memberikan petunjuk kepada kaum
muslimin dalam melakukan transaksi muamalat secara tempo, maka
hendaklah dilakukan pencatatan untuk menghindari terjadinya
perselisishan di kemudian hari, serta guna menjaga akad transaksi
yang telah dilakukan. Mujtahid dan Ibnu Abbas berkata, ayat ini
80
Imam Musthofa, Fiqh Muamalah Kontemporer, (Jakarta: PT Raja Grafindo, 2016), h. 86 81
Departemen Agama RI, al-Qur‟an dan terjemahannya, (Bandung: PT Sygma Examedia
Arkaleema, 2009), h. 48
47
diturunkan oleh Allah untuk memberikan legalisasi akad salam yang
dilakukan secara tempo, drai pernyataan tersebut maka jual beli
salam sah untuk dilakukan dan Allah menghalalkannya.
b. Dalil Hadist
لف ف كي ل مع ل و م ووز ن مع ل و م ال اجل مع ل و م )رواه لف ف ت ر ف ل يس من اس (ال ب داو د والنمسائ والت ر مذى واب ن ماجو عن اب ن عبامس لم واب و خارى وم س
Artinya: “Jika kamu melakukan jual beli salam, maka
lakukanlah dalam ukuran tertentu, timbangan tertentu dan
waktu tertentu. (HR Bukhori, Muslim, Abu Daud, An-Nasa‟i, At-
Tirmizi, dan Ibnu Majah dari Ibnu Abbas )82
.
Adapun hadis tentang dasar hukum diperbolehkannya transaksi
ini adalah sebagaimana riwayat Hakim bin Hizam:
تبع ما لي س عن دك عن حكي م ب ن حزام انم النمب صلمى الل علي و وسلمم قال لو ل Artinya: “Dari Hakim bin Hizam, sesungguhnya Nabi
bersabda: janganlah menjual sesuatu yang tidak ada padamu”.
لف و ن ف عن اب ن عبماس قال قدم النمب صلمى الل علي و وسلمم ال مدي نة وى م ي س لف ف كي ل مع ل و م ووز ن لف ف ت ر ف ل ي س ف قال من اس الثممارالسمنة والسمنت ي
مع ل و م ال اجل مع ل و م Artinya: Dari Ibnu Abbas ra. Ia berkata : Nabi SAW. Memasuki
kota madinah sedang penduduknya melakukan salaf (jual beli
salam) dalam jangka waktu satu, dua atau tiga tahun, nabi
bersabda,”siapa saja yang melakukan jual beli salam (salaf) ,
maka lakukanlah dalam ukuran (takaran) tertentu, timbangan
tertentu dan waktu tertentu83
.
82
Muhammad bin Ismail Al-Amir As-san‟ani, terj. Ali Nur Medan dkk, Subulus Salam Sharh
Bulughul Maram (Jakarta: Darus Sunnah Press, 2009), h. 4 83
CD Hadits, Kutub at-Tis‟ah, Muslim no. 3010.
48
c. Dalil Ijma‟ Ulama
Para ulama telah sepakat mengenai kebolehan akad jual beli
pesanan (salam). Ijma‟ ini memberikan hikmah bahwa kebutuhan
manusia berrhubungan dengan sesuatu yang ada dalam kepemilikan
orang lain, dan kepemilikan sesuatu itu tidak akan diberikan dengan
begitu saja. Sehingga dengan disyariatkannya jual beli tersebut
merupakan salah satu cara untuk merealisasikan keinginan dan
kebutuhan manusia, karena pada dasarnya, manusia tidak akan dapat
hidup sendiri tanpa berhubungan dan bantuan orang lain84
.
3. Rukun Jual Beli Salam
Dalam melaksanakan jual beli salam, maka harus dipenuhi
beberapa rukun. Adapun rukun jual beli salam menurut Wahbah Az-
Zuhaili yaitu: 85
a. Adanya al-muslam atau pembeli
b. Adanya muslam ilaih atau penjual.
c. Ada modal atau uang.
d. Adanya muslam fiih atau barang.
e. Ada sighat (akad) yaitu ijab dan qabul, baik tertulis maupun terucap.
Adapun rukun jual beli salam menurut jumhur ulama, selain
Hanafiyah, terdiri atas: 86
1) Orang yang berakad harus baligh dan berakal.
84
Qamarul Huda, Fiqh Muamalah, (Yogyakarta: Teras, 2011), hlm. 54 85
Wahbah Az-Zuhaili, Fiqh Islam, (Jakarta: Gema Insani, 2011), hlm. 31 86
Nasrun Nasution, Fiqh Muamalah (Jakarta: Gaya Media Pratama, 2007), h. 149
49
b. Objek jual beli salam, yaitu barang yang dipesan harus jelas ciri-
cirinya, waktu harus jelas, dan harganya harus jelas serta diserahkan
diwaktu akad.
c. Ijab dan qabul
4. Syarat-syarat Jual Beli Salam
Selain beberapa rukun yang harus dipenuhi, bai‟ al-salam juga
mengharuskan tercukupinya segenap syarat pada masing-masing rukun.
Berikut ini akan diuraikan syarat dari rukun-rukun tersebut:
a. Uang hendaklah dibayar ditempat akad. Berarti pembayaan
dilakukan terlebih dahulu.
b. Barangnya menjadi utang bagi si penjual.
c. Barangnya dapat diberikan sesuai waktu yang dijanjikan. Berarti
pada waktu yang dijanjikan barang itu haruslah sudah ada. Oleh
sebab itu, memesan buah-buahan yang waktunya ditentukan bukan
pada musimnya tidak sah.
d. Barang tersebut hendaklah jelas kurangnya, baik takaran, timbangan,
ukuran, ataupun bilangnya menurut kebiasaan cara menjual
semacam itu.
e. Diketahui dan disebutkan sifat-sifat barangnya. Dengan sifat itu
berarti harga dan kemauan orang pada orang pada barang tersebut
dapat berbeda. Sifat-sifat ini hendaknya jelas sehingga tidak ada
keraguan yang akan mengakibatkan perselisihan nanti antara kedua
belah pihak (si penjual dan si pembeli). Begitu juga macamnya,
50
harus pula disebutkan, misalnya daging kambing, daging sapi, atau
daging kerbau.
f. Disebutkan tempat menerimanya, kalau tempat akad tidak layak buat
menerima barang tersebut. Akad salam mesti terus, berarti tidak ada
khiyar syarat87
.
Menurut Syafi‟i, Hanafi dan Maliki dibolehkan barang yang
dijual secara salam diberikan segera atau ditangguhkan. Sedangkan
pendapat Hambali tidak dibolehkan penyerahan barang dengan
segera dan tentu saja harus ada penangguhan meskipun beberapa
hari88
.
87
Sulaiman Rasjid, Fiqh Islam (Bandung: Sinar Baru Algensindo, 2009), h. 295-296 88
Syaikh Al-allamah Muhammad, Fiqh Empat Madzhab, (Bandung: Hasmini, 2010), h. 246
51
BAB III
PROSES JUAL BELI PESANAN MEBEL JEPARA
1. Sejarah Tentang Mebel Jepara
Mebel Jepara telah menjadi klaster industri yang dinamis. Pada
tahun 2010 terdapat 11.981 unit industri mebel di Jepara, yang
memperkerjakan lebih dari 100.000 orang89
. Jepara memang bukan satu-
satunya kota yang memproduksi mebel. Tapi tidak ada kota yang melebihi
kota Jepara dalam jumlah pengrajin dan pengusaha mebel. Di Jepara
terdapat showroom terpanjang di dunia. Bukan hanya satu showroom,
tetapi banyak showroom berderet-deret sepanjang 20 KM di Jl. Senenan-
Tahunan-Pecangaan.
Pada zaman dahulu kala hiduplah pengukir dan pelukis yaitu pada
zaman Raja Brawijaya dari kerajaan Majapahit, Jawa Timur. Pengukir itu
bernama Prabangkara atau disebut juga dengan Joko Sungging. Raja
Brawijaya ingin mempunyai lukisan istrinya dalam keadaan tanpa busana.
Ini wujud rasa cinta sang Raja. Dan dipanggillah ahli ukir dan ahli lukis
Prabangkara itu untuk mewujudkan keinginan Raja. Prabangkara
mendapatkan tugas yang mustahil yaitu melukis istri Raja tanpa busana
tetapi ahli ukir tidak boleh melihat permaisuri dalam keadaan tanpa
busana. Harus melalui imajinasi saja. Prabangkara melaksanakan tugas
tersebut dan menyelesaikan tugasnya dengan sempurna. Tiba-tiba ada
seekor cicak buang tinja dan mengenai lukisan tersebut. Sehingga lukisan
89
Irawati, R.H. dan Purnomo, H. 2012. Pelangi di Tanah Kartini: Kisah aktor mebel Jepara
Bertahan dan Melangkah ke Depan. Bogor. Center For Internasional Forestry Research.
52
tersebut mempunyai tahi lalat. Raja gembira dengan hasil karya tersebut.
Setelah dilihatnya dengan detail gambar tersebut, Raja melihat tahi lalat,
Raja murka, Raja menuduh Prabangkara melihat langsung permaisuri
tanpa busana, karna tahi lalat terebut persis seperti kenyataan. Raja
cemburu dan menghukum Prabangkara dengan mengikatnya di layang-
layang kemudian menerbangkannya. Layang-layang itu terbang hingga
kebelakang gunung di Jepara dan mendarat dibelakang gunung itu.
Belakang gunung itu kini bernama desa Mulyoharjo di Jepara. Kemudian
pada waktu itu Prabangkara mengajarkan ilmu mengukir kepada para
warga Jepara dan kemahiran ukir warga Jepara bertahan dan lestari hingga
sekarang.
Riwayat lain tentang mebel Jepara, yang ini dibuktikan adanya
bukti autentik yang berupa artefak peninggalan zaman Ratu Kalinyamat di
Masjid Mantingan. Ukiran Jepara sudah ada jejaknya pada masa
pemerintahan Ratu Kalinyamat (1521-1546), pada tahun 1549 sang Ratu
mempunyai anak perempuan bernama Retno Kencono yang peranannya
sangat besar bagi perkembangan seni ukir. Di kerajaan, ada Menteri
bernama Sungging Badarduwung, yang datang dari Campa (Cambodia)
dan dia adalah seorang pengukir yang baik. Ratu membangun masjid
Mantingan dan Makam Jirat (Makam untuk suaminya) dan meminta
kepada Sungging untuk memperindah bangunan itu dengan ukiran.
Sampai sekarang, ukiran itu bisa disaksikan di Masjid dan Makam Sultan
53
Hadlirin. Terdapat 114 releif pada batu putih. Dan pada waktu itu,
Sungging memenuhi permintaan Ratu Kalinyamat90
.
Sejarah seni ukir Jepara juga terdengar sejak zaman kewalian yaitu
pada zaman walisongo, yang mengenalkan seni ukir sebenarnya adalah
Sunan Kudus. Pada waktu itu Sunan Kudus berhenti di Jepara dan ada
benda pusakanya yang jatuh yaitu tata, tata merupakan alat untuk
mengukir ukiran Jepara. Dan pada perkembangannya, ukiran Jepara
sekarang berkembang pesat sampai ke penjuru dunia. Ukiran Jepara
dikenal karena seni yang dihasilkan itu hidup. Selain itu seni ukir Jepara
juga memiliki arti dan memiliki beberapa motif yang menjadi ciri khas
ukiran Jepara.
Pertama adalah motif majapahit, motif ini biasanya diukir di bagian
sandaran kursi dengan gaya ukiran majapahit. Ciri-cirinya adalah setiap
bagian ukiran pasti banyak ulir dan ditengah-tengah dimulai dengan ukiran
bunga.
Kedua adalah ukiran kudusan, motif ini biasanya diukir pada pintu
yang bergaya jati tua. Dan di setiap tiang terdapat ukiran yang menjurus ke
motif dimensi karena kedalaman ukiran, sehingga ukiran lebih tampak
hidup.
Ketiga yaitu ukiran motif relief, motif ini termasuk tergolong seni
yang bernilai tinggi. Relief jepara sudah terkenal sampai kemana-mana
karena kualitas seninya yang bagus dan terkesan lebih hidup.
90
Kartajaya. Attracting Tourists Traders Investors. Gramedia Pustaka Utama. 2005. Hlm: 5
54
Dengan perkembangan zaman yang semakin modern membuat
seniman Jepara harus berfikir kreatif dan inovatif dengan seni ukiran
daerah lain. Tetapi pada dasarnya memang ukiran Jepara sudah terkenal
dengan seninya, maka tak perlu khawatir Jepara terkenal dengan julukan
kota ukir, Hal ini dengan dibuktikan adanya hasil seni dan desain ukiran
yang bagus dan banyak disukai orang asing maupun lokal.
2. Jenis-jenis Mebel Jepara
Menurut bapak Arif Saifudin selaku pemilik Karunia Rahman
Furniture mengatakan bahwa berdasarkan sifat dasar bahan baku kayu dan
penggunaannya sebagai produk mebel dan kerajinan kayu, penggolongan
jenis-jenis produk tersebut dibedakan atas91
:
a. Mebel Kantor
Jenis mebel khusus yang biasa cocok untuk dikantor berupa meja
konsultasi, kursi, almari pajangan yang berkualitas sedang sampai
bagus dengan jenis kayu jati, kayu mahoni, finishing dengan polesan
dan pewarnaan. Mebel Karunia Rahman Furniture hampir sama
dengan toko mebel yang lainnya yang membedakan hanya kualitas
ukir saja. Dikarenakan untuk bentuk ukiran dari Karunia Rahman
Furniture bentuk ukirannya selalu mengikuti perkembangan zaman.
b. Mebel Rumah Tangga
Sangat banyak jenis dan macam-macam bentuknya seperti halnya satu
set kursi tamu, satu set kursi makan, kursi malas, almari pakaian,
91
Wawancara dengan bapak Arif Saifudin pada tanggal 22 Desember 2019 di Karunia Rahman
furniture.
55
almari pajangan, tempat tidur dan mebel-mebel yang lainnya. Jika
dilihat dari ukuran, model dan motif, kualitas sering terpadu dengan
ukiran atau bubutan, dan bahan aneka jenis (kayu) seperti kayu jati,
kayu snokeling, kayu mahoni, dan kayu akasia. Finishing beraneka
ragam (polesan, cat dan vernir). Hasil penelitian yang penulis dapatkan
dari toko mebel Jepara Wood Furniture, mebel Karunia Rahman
Furniture sama halnya dengan toko Jepara Wood Furniture yang hanya
menyediakan perabotan rumah tangga saja seperti aneka macam kursi,
almari, biffet pajangan dan lain-lain92
.
Hasil penelitian yang penulis dapatkan dari toko Putri Jati
Furniture yaitu toko tersebut hanya menyediakan mebel taman atau
kebun. Jenis mebel ini yaitu berupa gazebo dan garden atau meja dan
kursi berukuran relatif besar. Bahan baku yang digunakan yaitu kayu
jati yang tahan di luar ruangan dengan finishing tertentu. Penjualannya
berupa satuan buah dan set. Yang membedakan dari toko mebel yang
lainnya seperti Jepara Wood Furniture, Karunia Jati Furniture adalah
toko mebel Putri Jati Furniture hanya menyediakan mebel yang berada
diluar ruangan yang berbentuk gazebo dan garden saja93
.
Selanjutnya untuk toko mebel Sinar Jati Furniture hanya
menyediakan pintu, jendela, serta kusen pintu dan jendela dengan
berbagai macam. Bahan baku yang digunakan yaitu kayu jati kwalitas
92
Wawancara dengan Bapak Rafiq pada tanggal 31 Januari 2019 di toko Mebel Jepara Wood
Furniture. 93
Wawancara dengan bapak Mustain pada tanggal 31 Januari 2019 di toko Mebel Putri Jati
Furniture.
56
nomer satu supaya bisa bertahan lama dan tidak mudah keropos karena
kunsen adalah salah satu bagian yang terpenting disetiap rumah.
Penjualannya biasanya satu set yaitu pintu beserta kunsen dan juga
jendela beserta kunsen94
.
3. Model-model Jual Beli Mebel Jepara
A. Beli Langsung Jadi atau Tunai
Model jual beli dengan barang langsung jadi kebanyakan di Jepara
yaitu ketika pembeli datang ke toko mebel. Bagian administrasi
memberikan arahan atau katalog mengenai bahan baku yang tersedia
kepada pembeli untuk pembuatan barang. Penjual memilih barang
yang diinginkan. Bagian administrasi mencatat pesanan pembeli pada
nota penjualan. Nota penjualan dibuat rangkap dua, yaitu nota
penjualan yang pertama diberikan kepada pelanggan ketika pembeli
melakukan pembayaran dan nota penjualan kedua akan disimpan
sebagai arsip penjualan bahan baku mebel95
.
B. Beli dalam Bentuk Mentah atau Belum Finishing
Model jual beli dalam bentuk mentah dibagi menjadi dua yaitu
dalam bentuk gelondongan atau papan yang sudah diukir dan barang
yang sudah jadi tetapi belum diberi pewarna (finishing). Biasanya yang
membeli bahan dalam bentuk mentahan itu seperti tukang kayu, karena
tukang kayu membeli bahan mentah untuk di produksi menjadi perabot
94
Wawancara dengan bapak H. Abdul Rohman pada tanggal 31 Januari 2019 di toko Sinar jati
Furniture. 95
Wawancara dengan bapak Mustain pada tanggal 31 januari 2019 di toko Mebel Putri Jati
Furniture.
57
rumah tangga. Untuk proses pembelian sama dengan beli langsung jadi
perbedaannya hanya di barang tersebut96
.
C. Beli Secara Indent atau Salam
Model jual beli secara indent atau salam bisa dilakukan secara
online maupun datang langsung ke toko untuk melakukan pemesanan
barang. Proses online dilakukan dengan cara menggunakan media
sosial seperti instagram, facebook dan whatsapp dengan menghubungi
bagian administrasi dan mengirim gambar barang yang akan dipesan
dengan kesepakatan. Proses pemesanan secara langsung dilakukan
dengan cara datang ke toko, kemudian pembeli bertemu secara
langsung dengan bagian administrasi, kemudian pembeli menyerahkan
model gambar yang akan dipesan97
.
4. Proses Jual Beli Mebel Jepara dengan Sistem Pesanan di Kecamatan
Tahunan Kabupaten Jepara
Transaksi jual beli barang yang diperjual belikan dalam akad
pesanan (salam) akan diserahkan dalam kurun waktu yang telah disepakati
antara kedua belah pihak, dan sistem pembayarannya dilakukan secara
tunai atau Down Payment (DP). Syarat utama adalah barang atau hasil
produksi yang akan diserahkan terimakan tersebut dapat ditentukan
spesifikasinya secara jelas, seperti jenis, macam, ukuran, mutu, dan
jumlahnya98
. Apabila nanti barang yang akan diserah terimakan tidak
sesuai dengan spesifikasi sedikit misalkan ukuran, maka pembeli bisa
96
Wawancara dengan bapak H. Abdul Rohman pada tanggal 31 januari 2019 di Sinar Jati Furnitur. 97
Wawancara dengan bapak Rofiq pada tanggal 31 Januari 2019 di Jepara Wood Furniture. 98
Zainudin Ali, Hukum Perbankan Syariah (Jakarta: Sinar Grafika, 2008), h. 32
58
mentoleransi barang yang sudah di pesan oleh pembeli. Selanjutnya
apabila barang sama sekali tidak sesuai dengan spesifikasi yang diinginkan
oleh pembeli, maka ada dua kemungkinan yang terjadi yaitu pertama,
pembeli masih mau menerima jika barang tersebut diperbaiki yang hampir
mendekati sesuai keinginan pembeli, dan yang kedua sesuai kesepakatan
diawal apabila barang yang dipesan tidak sesuai dan pembeli tidak jadi
mengambil barang yang dipesan, maka uang muka yang sudah diberikan
tidak bisa dikembalikan secara utuh hanya 5% saja, karena untuk biaya
pembuatan. Dalam jual beli jenis ini, barang yang ingin di beli biasanya
belum ada (misalnya masih harus di produksi)99
.
Hasil penelitian di Kecamatan Tahunan Jepara biasanya pembeli
yang berminat untuk menggunakan jasa mebel di Kecamatan Tahunan,
pembeli langsung datang ke toko yang mereka inginkan. Pembeli langsung
disambut oleh pihak yang berada di toko mebel tersebut, pihak pembeli itu
sendiri langsung bernegosiasi dengan pemilik toko mebel.
Sesorang memesan sebuah almari, pembeli tersebut menyebutkan
atau memberitahu dengan jelas bentuk detail lemari yang ingin di pesan
tersebut dengan gambar-gambar yang ingin di ukir, misalnya bagian pintu
lemari yang ingin dibuat ukiran bunga, ukiran hewan, ukiran bentuk batik
atau yang lainnya, serta ukuran lemari tersebut sudah jelas diberitahu
kepada pihak penjual mebel tersebut. Setelah kesepakatan yang dibuat
oleh kedua belah pihak, dilanjutkan dengan kesepakatan harga yang
99
Wawancara dengan bapak Mustain pada tanggal 22 Desember 2019 di Toko Mebel Putri Jati
Furniture
59
diberikan oleh penjual kepada pihak pembeli, dan yang terakhir pihak
pemesan membayarkan pesanannya dengan cara tunai atau Down
Payment, kebanyakan Down Payment (DP) yang dikeluarkan oleh penjual
sekitar 35% - 50% dan sesuai kesepakatan, alasannya untuk mengatasi
kerugian yang dilakukan oleh pengrajin atau pemilik ketika barang yang
dipesan pembeli sudah dalam proses pembuatan100
.
Dalam wawancara yang penulis lakukan kepada beberapa pembeli
mereka mengatakan bahwa, mekanisme dalam pembayaran semacam ini
sangat membantu karena mereka beranggapan bahwa pembayaran setelah
barang jadi bisa sedikit meringankan beban para pembeli. Karena pembeli
selain bisa menyiapkan uang dalam kurun waktu pembuatan juga para
pembeli tidak akan merasa dirugikan, karena diawal pemesanan para
pembeli sudah membayar uang muka (DP) terlebih dahulu. Oleh sebab itu
dalam kurun waktu pembuatan barang yang sudah dipesan, maka pembeli
bisa menyiapkan uang pelunasan yang dapat dibayarkam setara dengan
kwalitas barang yang sudah mereka pesan. Untuk pembayarannya secara
langsung, pihak mebel hanya menggunakan sistem nota atau kwitansi
sebagai bukti dari transaksi pemesanan. Sedangkan untuk pembelian
melalui media online untuk proses tanda jadi, pembeli diharuskan
menyerahkan bukti transfer sebagai tanda jadi dengan membayar Down
100
Hasil wawancara dengan Bapak Mustain pada tanggal 22 Desember 2019 di Toko Mebel Putri
Jati Furniture,
60
Payment atau tunai supaya pesanan segera dikerjakan. Setelah barang jadi
pembeli melakukan pelunasan101
.
Cara pengiriman barang dilakukan dari pihak penjual menyediakan
jasa pengiriman barang pesanan, sesuai kesepakatan kedua belah pihak.
Apabila pembeli menginginkan barang pesanannya langsung diantar oleh
pihak penjual, maka akan dikenakan biaya tambahan. Tetapi jika pembeli
ingin mengambil pesanannya secara langsung maka pihak pembeli tidak
dikenai biaya tambahan untuk transportasi.
Dari beberapa pihak pemilik mebel untuk kelancaran bisnisnya,
mereka melakukan perencanaan pada aspek pemasaran, ini dilakukan
supaya pemasukan yang diperoleh oleh pihak mebel bertambah dan minat
pembeli untuk mengunjungi toko mebel semakin banyak, serta dibentuk
managemen yang bagus agar pembuatan barang pesanan dari pembeli bisa
sesuai dengan keinginan dan pembeli merasa puas.
Perencanaan pada aspek pemasaran yang ada di Kecamatan
Tahunan Jepara adalah proses untuk menentukan tujuan dari pemasaran
yang ditandai dengan meningkatnya jumlah pembeli pengguna jasa
pembuatan mebel pada masing-masing mebel.
Menurut Mas Rafiq salah satu pemilik Mebel Jepara Wood
Furniture di Kecamatan Tahunan, perencanaan yang terdapat di pemasaran
mebel tersebut adalah dengan menetapkan tujuan pemasaran yaitu tentu
saja untuk meningkatkan jumlah pembeli pengguna jasa mebel Jepara
101
Wawancara dengan beberapa pembeli mebel pada tanggal 30 Januari 2019 di toko mebel
jepara.
61
Wood Furniture. Pembeli di toko Jepara Wood Furniture tidak selalu
orang-orang bertempat tinggal dekat dengan lokasi, melainkan ada juga
pembeli yang lokasi tempat tinggalnya jauh dari toko mebel tersebut102
.
Pengorganisasian didalam setiap toko mebel yaitu dengan proses
pemberian tugas, pengalokasian sumber daya serta pengaturan kegiatan
secara terkoordinir kepada setiap pekerja untuk mendukung tercapainya
tujuan yang telah ditetapkan. Menurut bapak Arif Saifudin pemilik toko
Karunia Rahman Furniture, pengorganisasian di fungsi pemasaran mebel
tersebut adalah dengan menetapkan tugas apa yang harus dilakukan untuk
meningkatkan pasar itu sendiri misalnya memberikan informasi mengenai
Karunia Rahman Furniture ke beberapa pembeli melalui banner dan juga
melalui media online seperti sms, call, facebook, e-mail, instagram dan
lain-lain103
.
Hasil wawancara dengan ibu Laila selaku pembeli di Toko Karunia
Rahman Furniture, beliau memesan satu set kursi untuk ruang tamu dan
satuan almari besar, ibu Laila merasa puas dengan barang yang dipesan,
meskipun beliau memesan lewat media online (facebook) biasanya banyak
yang tidak sesuai dengan aslinya tetapi hasil dari Toko Karunia Rahman
Furniture sesuai dengan keinginannya, meskipun beliau harus rela
menunggu berbulan-bulan untuk proses pembuatannya104
.
102
Wawanacara dengan Rafiq pada tanggal 22 Desember 2018 di Toko Jepara Wood Furniture . 103
Wawancara dengan bapak Arif saifudin pada tanggal 22 Desember 2018 di Toko Karunia
Rahman Furniture. 104
Wawancara dengan ibu Laila selaku pembeli Furniture pada tanggal 22 Desember 2018 di Toko
Karunia Rahman Furniture.
62
Adapun kendala atau hambatan yang terjadi oleh pihak pemilik
mebel yaitu sebagai berikut105
:
1. Barang yang sudah dibuat atau selesai pembuatannya tidak bisa
diambil karena si pembeli belum membayar lunas sesuai dengan
kesepakatan awal.
2. Pada saat akad uang untuk pembayaran mebel sudah dibayar lunas
atau DP, akan tetapi pada pihak mebel belum menyelesaikan pesanan
yang dipesan oleh pembeli sesuai dengan waktu yang telah ditetapkan
dalam akad awal.
3. Adanya perselisihan antara pihak pembeli dikarenakan barang yang
telah dipesan tidak sesuai dengan permintaan pembeli. Ini biasanya
terjadi ketika waktu pemasangannya tidak sesuai dengan ukuran.
4. Kurangnya bahan baku dari pihak mebel, ketika musim penghujan
untuk proses pengeringan dan lamanya proses pengiriman.
5. Pemesanan dengan harga yang standart tetapi dengan kualitas yang
baik.
Menurut peneliti cara mengatasi kendala yang dihadapi oleh pihak
mebel adalah dengan menggunakan uang yang telah diberikan oleh
pembeli pada akad awal agar digunakan untuk membeli bahan baku yang
sekiranya kurang. Kekurangan ini biasanya terjadi ketika musim
penghujan. Dengan tercukupinya bahan baku yang ingin digunakan, pihak
105
Wawancara dengan Rofik selaku pengrajin pada tanggal 31 Januari 2019 di toko mebel Jepara
Wood Furniture.
63
mebel pun bisa menyelesaikan pembuatan mebel tersebut sesuai dengan
waktu yang telah disepakati bersama.
Agar tidak ada perselisihan antara si pembeli dan pihak mebel,
haruslah terjalinnya komunikasi yang baik antara konsumen dengan pihak
mebel tersebut. Dan sebaliknya dari pihak pembeli haruslah mengerti akan
hak dan kewajibannya, begitupula dengan pihak mebel. Pembeli harus
menepati kewajibannya dalam pemenuhan atas pembayarannya tepat pada
waktu yang telah ditetapkan di akad awal. Sedangkan untuk pihak mebel
harus menyiapkan pesanan perabot pembeli tepat pada waktu yang telah
ditetapkan diawal akad.
Adapun komplain yang sering dihadapi dari pihak pembeli kepada
toko mebel Jepara, sebagai berikut:
a. Bahan baku jelek, seperti halnya barang lama yang bagian dalamnya
cepat keropos.
b. Masalah harga yang tidak sesuai dengan bahan.
c. Pengrajinnya kurang rapi.
Hasil wawancara dengan mas Rofiq, untuk cara mengatasi
komplain dari pembeli yaitu ketika barang yang sudah di pesan kemudian
terjadi kerusakan pada barang tersebut maka dari pihak toko menyediakan
toleransi servise sesuai pada perjanjian awal dan dari pihak mebel
memeperbaiki lagi cara kerjanya biar pembeli tidak merasa dikecewakan.
Tetapi kebanyakan dari pihak mebel tidak pernah mendapati komplain
barang rusak setelah pengiriman, dikarenakan sebelum dilakukan
64
pengiriman barang sudah di cek terlebih dahulu dan dipastikan semuanya
dalam keadaan bagus106
.
Menurut ibu Farida yang merupakan salah satu pembeli di salah
satu toko mebel di Jepara, beliau menjelaskan bahwa keistimewaan
memesan barang di Jepara adalah karena kualitas barang dan hasil yang
memuaskan, meskipun beliau harus rela menunggu beberapa bulan
lamanya sehingga barang yang dipesan baru selesai tetapi beliau merasa
puas dengan hasil karya mebel Jepara107
.
Dapat penulis gambarkan bagaimana proses jual beli mebel di
Kecamatan Tahunan Kabupaten Jepara sebagai berikut:
1) Pembeli memesan barang sesuai yang diinginkan, biasanya mereka
menjelaskan spesifikasinya dari ukuran, jenis, mutu dan jumlahnya,
tidak jarang para pembeli membawa gambar yang diinginkan.
2) Selanjutnya pihak mebel menaksir biaya yang harus dibayar para
pembeli jika barang yang dipesan nantinya selesai pembuatan, setelah
harga disepakati antara penjual dan pembeli, mereka bernegosiasi
mengenai pengiriman barang, para pembeli mempunyai pilihan apakah
pembeli mengambil sendiri barang yang sudah jadi ataukah meminta
pemilik mebel yang mengantarkan langsung ke pembeli.
3) Para pembeli tersebut akan melakukan pembayaran lunas jika barang
yang telah dipesan sudah selesai dikerjakan, mengenai waktu pihak
106
Wawancara dengan Rofik selaku pengrajin pada tanggal 31 Januari 2019 di toko mebel Jepara
Wood Furniture. 107
Hasil wawancara dengan Ibu Farida selaku pembeli mebel pada tanggal 22 Desember 2018 di
toko mebel Star Woods.
65
penjual tidak bisa memastikan kapan tanggal pasti selesai
pengerjaannya, penjual hanya bisa memastikan saja, dikarenakan
orderan dari pembeli-pembeli yang lain harus menunggu giliran.
Dalam kesepakatan secara tertulis yang dibuktikan dengan nota atau
kwitansi, sebagai alat perjanjian yang sah.
Apabila di tengah-tengah perjalanan terjadi masalah antara penjual
dan pembeli ternyata ada pembeli yang membatalkan pesanan, maka pihak
toko mebel Jepara tetap memproduksi barang untuk dijual secara langsung
di toko mebel tersebut.
Dari beberapa poin di atas, yang dijadikan mekanisme dibeberapa
toko mebel di Kecamatan Tahunan Kabupaten Jepara, pada dasarnya
pemesanan yang disebutkan dengan kadar spesifikasi yang jelas, maka
pihak penjual akan memahami apa yang diinginkan pembelinya.
Berdasarkan mekanisme tersebut, hal ini sangat penting dalam
penyebutan sifat dalam jual beli pesanan, guna memuaskan pihak pembeli
untuk mendapatkan barang yang diinginkan. Dalam hal penerimaan
barang, pihak penjual memberikan sepenuhnya hak kepada pembeli
dengan cara diserah terimakan di tempat ketika akad atau dihantarkan di
rumah pembeli.
66
BAB IV
TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PROSES JUAL BELI
MEBEL DENGAN SISTEM PESANAN DI KECAMATAN
TAHUNAN KABUPATEN JEPARA.
Transaksi jual beli merupakan aktifitas yang dibolehkan dalam Islam,
baik disebutkan dalam al-Qur‟an, Hadits maupun Ijma‟ Ulama. Adapun dasar
hukum jual beli adalah sebagai berikut:
1. Sebagaimana disebutkan dalam firman Allah SWT dalam QS. Al-Baqarah
2: 275:
Artinya: “Padahal Allah telah menghalalkan jual beli dan
mengharamkan riba”.
2. Dalam QS. An-Nisa‟ 4: 29:
Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu
saling memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil,
kecuali dengan jalan perniagaan yang Berlaku dengan suka
sama-suka di antara kamu. dan janganlah kamu membunuh
dirimu. Sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang
kepadamu”.
67
Berdasarkan ayat ini, yang menjadi kriteria suatu transaksi yang sah
adalah adanya unsur suka sama suka108
.
Adapun landasan hukum jual beli yang berasal dari hadits Rasulullah
SAW, adalah sebagai berikut:
ا ال عن ت راض ي ع ب انم Artinya: “Sesungguhnya sahnya jual beli atas dasar kerelaan”.
Sedangkan para ulama‟ telah sepakat mengenai kebolehan akad jual
beli. Ijma‟ ini memberikan hikmah bahwa kebutuhan manusia berhubungan
dengan sesuatu yang ada dalam kepemilikan orang lain, dan kepemilikan
sesuatu itu tidak akan diberikan dengan begitu saja, harus ada kompensasi
sebagai imbal baliknya. Sehingga dengan disyariatkannya jual beli tersebut
merupakan salah satu cara untuk merealisasikan keinginan dan kebutuhan
manusia, karena pada dasarnya, manusia tidak akan dapat hidup sendiri
tanpa berhubungan dan bantuan orang lain109
.
Dasar hukum jual beli salam adalah Al-Qur‟an dan Sunah, Al-Qur‟an
menyebutkan dalam QS. Al-Baqarah 2: 282 sebagai berikut:
Artinya: Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu
bermu'amalah tidak secara tunai untuk waktu yang ditentukan,
hendaklah kamu menuliskannya. Dan hendaklah seorang
penulis di antara kamu menuliskannya dengan benar”.
108
M. Ali Hasan. Berbagai Macam Transaksi Dalam Islam. (Jakarta: Raja Grafindo Persada,
2008)h, 381. 109
Qamarul Huda, Fiqh Muamalah, (Yogyakarta: Teras, 2011), h. 54
68
Ibnu Abbas menjelaskan pengertian ayat diatas adalah ada kaitanya
dengan bai‟ as-salam, “aku bersaksi bahwa salam (salaf) yang dijamin
untuk jangka waktu tertentu telah dihalalkan oleh Allah SWT dalam kitab-
Nya dan diizinkan-Nya” lalu beliau membaca ayat tersebut. Selain itu, ada
hadist yang mengatur masalah salam ini sebagai berikut:
لف ف كي ل مع ل و م ووز ن مع ل و م ال اجل مع ل و م لف ف ت ر ف ل يس من اس ) داو د والنمسائ والت ر مذى واب ن ماجو عن اب ن عبامس لم واب و )رواه ال ب خارى وم س
Artinya: “Jika kamu melakukan jual beli salam, maka
lakukanlah dalam ukuran tertentu, timbangan tertentu dan
waktu tertentu. (HR Bukhori, Muslim, Abu Daud, An-Nasa‟i, At-
Tirmizi, dan Ibnu Majah dari Ibnu Abbas )110
.
Adapun hadis tentang dasar hukum diperbolehkannya transaksi ini
adalah sebagaimana riwayat Hakim bin Hizam:
عن حكي م ب ن حزام انم النمب صلمى الل علي و وسلمم قال لو ل تبع ما لي س عن دك Artinya: “Dari Hakim bin Hizam, sesungguhnya Nabi
bersabda: janganlah menjual sesuatu yang tidak ada padamu”.
لف و ن ف عن اب ن عبماس قال قدم النمب صلمى الل علي و وسلمم ال مدي نة وى م ي س لف ف كي ل مع ل و م ووز ن لف ف ت ر ف ل ي س ف قال من اس الثممارالسمنة والسمنت ي
مع ل و م ال اجل مع ل و م Artinya: Ibnu Abbas meriwayatkan bahwa Rasulullah SAW
datang ke kota madinah sedang penduduknya melakukan salaf
(jual beli salam) dalam jangka waktu satu, dua atau tiga tahun,
nabi bersabda,”siapa saja yang melakukan jual beli salam
(salaf) , maka lakukanlah dalam ukuran (takaran) tertentu,
timbangan tertentu dan waktu tertentu. (HR Bukhori Muslim).
Para ulama telah sepakat mengenai kebolehan akad jual beli pesanan
(salam). Ijma‟ ini memberikan hikmah bahwa kebutuhan manusia
110
Muhammad bin Ismail Al-Amir As-san‟ani, terj. Ali Nur Medan dkk, Subulus Salam Sharh
Bulughul Maram (Jakarta: Darus Sunnah Press, 2009), h. 4
69
berhubungan dengan sesuatu yang ada dalam kepemilikan orang lain, dan
kepemilikan sesuatu itu tidak akan diberikan dengan begitu saja. Sehingga
dengan disyariatkannya jual beli tersebut merupakan salah satu cara untuk
merealisasikan keinginan dan kebutuhan manusia.
Berdasarkan hadist diatas jual beli dengan sistem pesanan (salam)
pernah dilakukan oleh Nabi Muhammad SAW, dan dari keterangan hadist
diatas juga menunjukkan bahwasannya salam diperbolehkan dalam syari‟at
Islam.
Kemudian dari beberapa rujukan Al-Qur‟an maupun hadist diatas
telah menerangkan tentang bagaimana keabsahan akad jual beli yang sesuai
dengan syari‟at. Yang mana dalam konseptual akad jual beli Mebel Jepara
telah mengambil dari pada konsep jual beli yang disyariatkan sebagaimana
tertuang dalam Al-Qur‟an, Hadis, maupun Ijma‟ ulama yang terpapar diatas.
Berdasarkan dalil-dalil diatas penulis berpendapat bahwa konseptual
pengelolaan akad proses jual beli mebel Jepara sudah benar. Karena akad
proses jual beli mebel Jepara sudah sesuai dengan kaidah mu‟amalat
sebagaimana dalil-dalil yang telah sesuai dengan al-Qur‟an dan hadist.
Alasan kebolehan atau kesesuaian dengan syariat Islam dimulai dari
penjual sudah memenuhi syarat, kemudian pembeli sudah memenuhi syarat,
barang yang diperjual belikan juga memenuhi syarat, dan yang terakhir akad
sudah memenuhi syarat. Sehingga tidak terjadi gharar atau penipuan dalam
jual beli tersebut.
70
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari hasil wawancara yang penulis peroleh dari narasumber,
diperoleh beberapa kesimpulan sebagai berikut:
1. Proses jual beli mebel di Kecamatan Tahunan Kabupaten Jepara, akad
yang digunakan yaitu akad pesanan (salam). Ketika pembeli ingin
memesan sebuah mebel yang sesuai spesifikasi berupa gambar,
ukuran, mutu dan jumlah yang telah diinginkan oleh pembeli. Sebagai
tanda jadi pembeli memberikan uang Down Payment (DP) sebesar
35% - 50% sesuai dengan kesepakatan kedua belah pihak. Setelah itu
proses pembayaran menggunakan sistem nota atau kwitansi sebagai
bukti transaksi. Berbeda ketika pembelian melalui media online, untuk
proses tanda jadi, pembeli diharuskan menyerahkan bukti transfer
sebagai tanda supaya pesanan segera dikerjakan. Setelah barang jadi
pembeli melakukan pelunasan. Kemudian untuk proses pengiriman
sesuai kesepakatan kedua belah pihak.
2. Tinjauan hukum Islam terhadap proses jual beli Mebel pesanan di
Kecamatan Tahunan Kabupaten Jepara sudah sesuai dengan syariat
Islam karena antara penjual dan pembeli, proses jual beli barang yang
diperjual belikan, dan akad yang digunakan tidak menyalahi aturan
syariat Islam.
71
B. Saran
Adapun saran yang dapat penulis sampaikan adalah sebagai berikut:
1. Kepada pemilik mebel Jepara semoga bisa mengistiqomahkan
konseptual mu‟amalat berbasis syari‟ah yang sudah direalisasikan.
2. Untuk pengusaha mebel lainnya semoga bisa mengikuti napak tilas
sebagaimana yang telah direalisasikan oleh pengelola mebel Jepara
lainnya yang senantiasa memperhatikan pengelolaan usaha dengan
konseptual syari‟ah.
3. Agar tidak terjadi perselisihan antara si penjual dan pembeli mebel,
haruslah terjalinnya komunikasi yang baik antara penjual dan pembeli
mebel tersebut. Dan sebaiknya pula dari pihak pembeli haruslah
mengerti hak dan kewajibannya, begitu pula dengan pihak mebel.
Karena ini sesuai dengan prinsip jual beli dalam Islam, yakni tidak
boleh merugikan salah satu pihak, baik penjual maupun pembeli.
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah Al Muslih dan Ash-Shawi, Shalah Malaya Saut tajiru Jahluhu di
terjemahkan oleh Abu Umar basyir, Fikih Ekonomi Keuangan Islam
(Cet. I), Jakarta: Darul Had.
Abdul Rahman Al-ghazaly. 2006. Al-fiqh, „Ala Al-Madzahib al-Arba‟ah. Bayrut:
Dar al-kita al-Ilmiyah.
Affandi, Yazid. 2009. Fiqh Muamalah dan Implementasinya dalam Lembaga
Keuangan Syariah. Yogyakarta: Logung Pustaka.
Afifudin. 2009. Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung: CV Pustaka Setia.
Ahmadimiru. Fiqh Muamalah Klasik dan Kontemporer. Bogor: Ghalia Indonesia.
Ali Hasan, Muhammad. 2003. Berbagai Macam Transaksi Dalam Islam (Fiqh
Muamalat). Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Ash-Shidiqie, Hasbi. 1978. Hukum-Hukum Fiqh Islam, Cet. V. Jakarta: Bulan
Bintang.
Ash-shiddiqie, Hasbi. 2008. Hukum-hukum Fiqh Islam. Jakarta: Bulan Bintang.
Aziz Muhammad Azzam, Abdul. 2010. Fiqh Muamalat (Sistem Transaksi Dalam
Fiqh Islam). Jakarta: Hamzah.
Azyumardi. 2003. Fiqh Muamalah. Bogor: Ghalia Indonesia.
Departemen Agama RI. 2009. al-Qur‟an dan terjemahannya. Bandung: PT
Sygma Examedia Arkaleema.
Dewi, Gemala. 2005. Hukum perikatan Islam di Indonesia. Jakarta: Prenada
Media.
Djuwaini, Dimyauddin. 2008. Pengantar Fiqh Muamalah. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar.
Ghunaim Al –awwad, Dakhil. 2005. Kepada Para Pedagang. Solo: PT Aqwan
Media Profetika.
Harun, Nasrun.2000. Fiqh Muamalah. Jakarta: Gaya Media Pratama.
Herdiansyah, Haris. 2013. Wawancara, Observasi dan Focus Groups. Jakarta:
Raja Grafindo.
Hidayat, Enang. Fiqh Jual Beli. Bandung:PT Remaja Rosdakarya.
Huda, Qamarul. 2011. Fiqh Muamalah. Yogyakarta: Teras.
Ibnu Hajjar al-Asqalany, Al-hafidl. Bulughul Maram, Maktabah Al-Alawiyah.
Semarang, t.th.
Ibnu Rasyd, Bidayatul al-Mujtahid, Jilid V, Darul al-Kutub al-Alamiyah, Beirut,
t.th.
Jafri, Syafii. 2008. Fiqh Muamalah. Riau: Suskaprs.
Laila. 2019. Wawancara dengan Pembeli Mebel di Toko Karunia Rahman
Furniture pada tanggal 22 Desember.
Moh Rifa‟i dkk. 1978. Terjemahan Khulashoh Kifayatul Akhyar. Semarang:Karya
Thoha Putra.
Moleong, Lexy. 2002. Metodologi penelitian Kualitatif,. Bandung: Remaja
Rosdakarya.
Nasrun, Harun. Fiqh Muamalah. Jakarta: Gaya Media Pratama.
Nasution, Nasrun. 2007. Fiqh Muamalah. Jakarta: Gaya Media Pratama.
Nawawi, Ismail. 2012. Fiqh Muamalah Klasik dan Kontemporer. Bogor: Halia
Indonesia.
Mardani. 2012. Fiqih Ekonomi Syariah: Fiqih Muamalah. Jakarta. Kencana
Prenada Media Group.
Muhammad bin Ismail Al-Amir As-san‟ani, terj. Ali Nur Medan dkk. 2009.
Subulus Salam Sharh Bulughul Maram. Jakarta: Darus Sunnah Press.
Mustain. 2019. Wawancara dengan Pemilik Mebel Putri Jati Furniture pada
tanggal 31 Januari.
Musthofa, Imam. 2016. Fiqh Muamalah Kontemporer. Jakarta: PT Raja
Grafindo.
Rasjid, Sulaiman. 1994. Fiqh Islam (hukum fiqh lengkap). Bandung: Sinar Baru
Algensindo.
Rafiq. 2019. Wawancara Dengan Pemilik Mebel Jepara Wood Funiture pada
tanggal 31 Januari.
Rifa‟i, Moh. Kifayat Al-Akhyar. Semarang: CV Toha Putra.
Rohman, Abdul. 2019. Wawancara dengan Pemilik Toko Mebel Sinar Jati
Furniture pada tanggal 31 Januari.
Sabiq, Sayyid. Fiqh Sunnah, Jilid 3. Cairo: Al Fath.
Sabiq, Sayyid. Fiqh Sunah (terj), Alih Bahasa Kamaluddin A. Marzuki, jilid. XII.
Bandung: Al-Ma‟arif.
Sabiq, Sayyid. 2007. Fiqh Sunah (terj), Nor Hasanudin, Fiqh Sunah, jilid V.
Jakarta: Pena Pundi Aksara.
Sahrani, Sohari. 2011. Fikih Muamalah. Bogor: Ghalia Indonesia.
Saifudin, Arif. 2019. Wawancara Pemilik Mebel Karunia Rahman Furniture
Jepara pada tanggal 22 Desember.
Sidiq al-haj, Abdul. 1993. Inti Dasar Hukum Dagang Islam. Jakarta: Balai
Pustaka Cet 1.
Suhendi, hendi. 2002. Fiqh Muamalah. Jakarta: Rajawali Pers.
Suhendi, Hendi. 2002. Fiqh Muamalah. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Syafe‟i, Rahmat. 2001. Fiqh Muamalah. Bandung: Pustaka Setia.
Syaikh Al-allamah Muhammad. 2010. Fiqh Empat Madzhab. Bandung: Hasmini.
Wahbah az-Zuhaili. 2011. Fiqh Islam Wa Adillatuhu, Jilid 5. Jakarata: Gema
Insani.
Wardi Muslich, Ahmad. 2010. Fiqh Muamalat. Jakarta: AMZAH.
Sugiyono. 1989. Metode Penelitian Pendidikan (Pendidikan Kuantitatif ,
Kualitatif dan R&D). Bandung: Alfabet.
Suharsimi, Arikunto. 1989. Prosedur Penelitian (Suatu Pendekatan Praktek).
Jakarta: Rineka Cipta.
Syafi‟i, Rahmat. 2001. Fiqh Muamalah. Bandung: CV. Pustaka Setia.
Taqiyuddin an-Nabhani. 1996. Membangun Sistem Ekonomi Alternatif: Perspektif
Islam, Cet. VII, Surabaya: Risalah Gusti.
Wahbah Az-Zuhaili. 2011. Fiqh Islam. Jakarta: Gema Insani.
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Curiculum Vitae
Data Pribadi
Nama : Ni‟matul Fauziyah
Tempat/ Tanggal Lahir : Pati/ 06 Juni 1996
Agama : Islam
Alamat : DK. Kulonan Rt 04 Rw 02 Desa Gerit
Kecamatan Cluwak, Kabupaten Pati.
Riwayat Pendidikan
1. MI Manba‟ul Falah Gerit Cluwak Pati tahun 2008
2. Mts Miftahul Huda Tayu Pati tahun 2011
3. Ma Raudlatul Ulum Guyangan Trangkil Pati tahun 2014
Demikian daftar riwayat hidup ini saya buat dengan sebenarnya.
Hormat saya
Ni‟matul Fauziyah
DOKUMENTASI