praktikum lapangan jepara

Upload: ayyudia-sarah

Post on 11-Jul-2015

559 views

Category:

Documents


5 download

TRANSCRIPT

LAPORAN PRAKTIKUM LAPANGAN GEOMORFOLOGI DAN GEOLOGI FOTOBentang Alam Pantai Teluk Awur dan Pantai Bandengan, Jepara, Jawa Tengah

Disusun Oleh: Ayyudia Sarah 21100110120032

LABORATORIUM GEOMORFOLOGI DAN GEOLOGI FOTO PROGRAM STUDI TEKNIK GEOLOGI FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS DIPONEGOROSEMARANG MEI 2011

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Maksud dan Tujuan 1.1.1. Maksud 1.1.2. Tujuan Dapat mengetahui bentuk lahan delta pantai berdasarkan pengamatan langsung kelapangan. Dapat menentukan litologi batuan pada daerah delta pantai yang ada di lapangan. Dapat mengetahui proses-proses geomorfik dalam pembentukannya yang yang terjadi pada daerah delta pantai yang ada di lapangan. Dapat mengetahui pola aliran sungai. Dapat menentukan tata guna lahan berdasarkan kenampakan yang ada dilapangan. Mengenali ciri-ciri bentuk lahan delta dan pantai dan Fluvial Menentukan proses geomorfik pembentukan delta yang terjadi Menentukan litologi batuan pada daerah delta yang ada di Menentukan tata guna lahan yang ada di lapangan. berdasarkan pengamatan langsung kelapangan. di lapangan. lapangan.

1.2. Kesampaian Daerah 1.2.1 Kesampain Daerah Pantai Teluk Awur, Jepara Praktikum Geomorfologi acara Bentang alam Delta / Pantai kali ini seluruh praktikan melakukan observasi ke daerah yang telah ditentukan. Kali ini kelompok kami mendapatkan daerah observasi disekitar laut Jepara tepatnya teluk awur dan sekitarnya. Observasi ini dilakukan pada hari Sabtu, 30 April 2011 pukul 07.00 WIB dan sampai disana sekitar pukul 09.45 WIB. Perjalanan yang kami tempuh sekitar 2 jam perjalanan dengan jarak kira-kira sejauh 65 km, dari semarang 1.2.2 Kesampaian Daerah Pantai Bandengan, Jepara Praktikum Geomorfologi acara Bentang alam Delta / Pantai kali ini seluruh praktikan melakukan observasi ke daerah yang telah ditentukan. Kali ini kelompok kami mendapatkan daerah observasi disekitar laut Jepara tepatnya di pantai bandengan. Observasi ini dilakukan pada hari Sabtu, 30 April 2011 pukul 10.30 WIB dan sampai disana sekitar pukul 11.52 WIB. Perjalanan yang kami tempuh sekitar 1 jam perjalanan dengan jarak kira-kira sejauh 5km, dari pantai teluk awur, Jepara. 1.3. Bahan dan Alat 1.3.1 Bahan - Peta lapangan daerah Jepara 1.3.2 Alat - Kompas - Palu sedimen - Kamera - Hcl - Alat tulis - Buku lapangan

BAB II DASAR TEORI2.1. WILAYAH PANTAI Seperti juga wilayah-wilayah lain di bumi, terbentuk oleh berbagai proses geologi yaitu proses endogen yang diprakarsai oleh proses yang terjadi dari dalam bumi, dan proses exogen yang dimotori oleh kegiatan dari luar bumi. Proses endogen bermula dari gerak-gerak daari dalam bumi seperti gempa bumi, letusan gunungapi; proses tersebut membentuk benua, lautan, deretan pegunungan, dsb. Proses exogen diprakarsai oleh pancaran sinar matahari, kegiatan atmosfir tanah, erosi oleh air/angin/es, transport sediment, dan sedimentasi di berbagai tempat. Pemanasan global merupakan bagian dari aktivitas iklim dan cuaca secara global yang penyebabnya tidak mudah untuk diketahui dengan pasti antara lain oleh : - menaiknya intensitas radiasi matahari - variasi dari perputaran bumi, dan berubahnya sumbu bumi - faktor geologi : berkurangnya ketinggian daratan oleh berbagai sebab sehingga berkurangnya curah hujan, berkembangnya tudung es di ketinggian sehingga turut memanaskan bumi secara global - menaiknya jumlah karbon dioxida di udara oleh berbagai faktor; sebaliknya menurunnya karbon dioxida yang disertai dengan naiknya permukaan daratan ke elevasi yang lebih tinggi akan dapat menurunkan suhu bumi dan menimbulkan glasiasi - pergerakan benua ke arah wilayah ayang labil tinggi temperaturnya juga dapat menyebabkan melelehnya es. Wilayah pantai merupakan wilayah pertemuan antara daratan dan lautan. Perubahan-perubahan yang terjadi sebagai akibat proses endogen dan exogen

akan dapat terlihat pada wilayah tersebut, baik perubahan dari geomorfologi, proses-proses erosi dan sedimentasi, jenis tanah dan batuan sedimen yang terbentuk, kondisi hidrogeologi, berbagai proses bencana alam, dan perubahan ekosistem maupun lingkungan manusia .Wilayah pantai yang umumnya datar, berbatasan dengan laut, banyak sungai, airtanah yang relatif dangkal, serta terkadang mengandung mineral ekonomis, berpandangan indah dan mempunyai terumbu karang tentu sangat menarik dan dapat mendukung berbagai dan pembangunan. bahan Kota-kota, dapat pelabuhan, pertanian dan perikanan, wisata bahari, kawasan industri, bahkan kadang-kadang berkembang di wilayah pantai. Banyak kota besar, kota pelabuhan, kota perdagangan, dan ibu kota negara atau ibu kota daerah berada di sana.Pemanasan global yang berakibat naiknya muka laut dengan demikian akan dapat menimbulkan dampak yang serius bagi wilayah pantai tersebut. 2.2. JENIS-JENIS PANTAI Bentuk-bentuk pantai ada berbagai macam sebagai akibat dari berbagai proses geologi yang membentuknya dan batuan serta struktur geologi yang mengendalikannya. Ada pantai yang berbentuk dataran yang landai baik yang sempit maupun yang lebar, atau pantai yang bertebing terjal dan berbatu-batu, dan bertelukteluk. Berikut ini beberapa ulasan mengenai hal tersebut. Bentuk Dan Genesa Pantai Johnson mengenali berbagai bentuk pantai antara lain : penambangan mineral bangunan

1) Pantai bertebing terjal dan berteluk-teluk (fyord) : Pantai berbatasan langsung dengan kaki bukit/gunung atau dengan dataran yang sempit. Teluk-teluk berselingan dengan punggungan bukit dengan berbagai struktur geologi seperti struktur lipatan, patahan, komplex, atau gunungapi. Dasar laut umumnya terjal, langsung ke laut dalam. Gejala demikian terlihat di Dalmasia, Spanyol, Pasifik Selatan, dan mungkin juga di Indonesia bagian Timur. Hal tersebut disebabkan oleh tenggelamnya wilayah tersebut oleh genangan airlaut (submergence). 2) Pantai berdataran yang luas dan panjang : Pantai ini mempunyai ciri adanya dataran yang luas. Banyak yang lurus, dasar laut yang relatif dangkal dan merupakan hasil endapan sedimen dari daratan, dengan kemiringan kearah laut dalam secara gradual. Kerja gelombang di pantai menghasilkan berbagai morfologi seperti pematang pantai (barrier bars) laguna (lagoon) dengan tidal inlet, dan delta Banyak dari gejala tersebut di atas dibentuk karena munculnya dasar laut, ke permukaan. Dalam perkembangannya, kedua jenis pantai tersebut dapat berelevasi ke berbagai bentuk pantai. Selain kedua jenis pantai tersebut, yang bentuk-bentuknya dipengaruhi oleh kondisi muka laut, maka terdapat pula bentuk-bentuk pantai yang lain : 1) Delta, dataran aluvial, dan Outwosh Plain. Delta merupakan dataran di muara sungai yang terbentuk sebagai akibat dari endapan sedimen di laut yang berasal dari sungai. Berbagai bentuk delta dikenal tergantung kepada kondisi morfologi sungai, morfologi dataran, arah gelombang laut, kedalaman laut, dsb. Dataran Aluvial merupakan wilayah yang datar atau hampir datar yang terbentuk oleh endapan yang dibawa air. Beberapa jenis bentuk dataran aluvial antara lain :

a. Kipas aluvial, berbentuk kipas dengan apex berada pada bagian hulu dan kakinya berada di bagian hilir. Umumnya berada pada perbatasan antara wilayah pegunungan/perbukitan dengan wilayah dataran. Kemiringan lereng bervariasi antara 0o 30 o, makin ke hilir makin mendatar. b. Dataran sungai; merupakan dataran di dalam tubuh sungai yang terbentuk oleh sedimentasi (point bars). Endapan dapat berupa bongkah, kerakal, kerikil, pasir, lanau, danlempung. c. Dataran banjir; berupa dataran yang luas yang berada pada kiri kanan sungai yang terbentuk oleh sedimen akibat limpasan banjir sungai tersebut. Umumnya berupa pasir, lanau, dan lumpur. d. Dataran pantai; suatu dataran di tepi pantai yang terbentuk oleh endapan akibat gelombang laut di saat kondisi pasang dan surut. Umumnya berupa bongkah, kerakal, dan pasir. e. Dataran rawa; merupakan dataran bekas rawa-rawa dekat pantai, terbentuk sebagai akibat dari kondisi surut muka laut atau naiknya permukaan daratan (emmergence). Terdiri dari tanah pasir halus, lumpur, dan lumpur/tanah organik, gambut. Segala jenis endapan di wilayah dataran tersebut dia tas umumnya bersifat lepas, lunak, lembek, belulm tersemen kuat sehingga bersifat lolos air, mudah terkikis, mudah ambles khususnya yang bersifat lempung dan organik. 2. 3. BUDIDAYA DI WILAYAH PANTAI Daya Dukung Wilayah Pantai pantai umumnya merupakan wilayah yang merupakan koridor Kawasan

pembangunan yang diminati. Hal tersebut disebabkan karena wilayah tersebut mengandung banyak hal yang memberi kemudahan dan memberi daya dukung untuk pembangunan. Kemudahan dan daya dukung tersebut adalah :

1) Wilayah pantai sebagian besar merupakan wilayah dataran dengan kemiringan lereng yang datar atau hampir datar, sehingga mudah dicapai dan banyak pembangunan dapat dilaksanakan. 2) Berbatasan dengan laut sehingga di beberapa tempat dapat dikembangkan menjadi pelabuhan sehingga dapat terjalin komunikasi ke luar pulau, serta adanya wilayah penangkapan dan budidaya perikanan laut. 3) Banyak sungai mengalir dan bermuara di wilayah pantai ini. Sungai dapat menjadi sumbu air tawar, dan muara sungai menjadi wilayah pelabuhan. 4) Tanah di wilayah dataran pantai mempunyai tanah yang lunak, gembur, berpori sehingga dapat menjadi akifer air tanah yang baik dan dangkal dibandingkan dengan wilayah pegunungan. Tanah yang lunak dan gembur merupakan tanah yang relatif mudah digarap menjadi kawasan pertanian dan sawah. 5) Wilayah pantai yang merupakan pertemuan antara daratan dan lautan pada umumnya mempunyai pemandangan yang indah dan mempesona, sehingga dapat berkembang menjadi daerah pariwisata bahari, lebih-lebih jika terdapat terumbu karang. 6) Wilayah pantai merupakan berbagai ekosistem seperti wilayah hutan bakau, terumbu karang, laguna, serta gua-gua pada tebing terjal di pantai, muara sungai/delta, dan pantai landai berpasir. 2.4. Budi Daya Wilayah Pantai Kondisi wilayah pantai yang demikian menjadikan wilayah tersebut sering merupakan titik permukaan pengembangan wilayah selanjutnya. Banyak kota-kota tua di Dunia dan di Nusantara berawal dari wilayah pantai ini seperti Mesir, Babilonia, Sriwijaya, Sunda Kelapa, Semarang, dsb. Juga pulau-pulau kecil yang letaknya strategis dapat berkembang menjadi kawasan yang disegani seperti P. Malta dilaut Mediteran, P. Singapura, P. Hongkong, dsb.

Selanjutnya, atas berbagai pertimbangan ekonomi, pertahanan, perdagangan, administrasi pemerintaha, dll. Wilayah pantai dapat berkembang menjadi kota pelabuhan, ibu kota daerah/negara, kawasan permukiman, kawasan industri. Pusat listrik tenaga uap (PLTU), kawasan nelayan, pertanian, olah raga air dan bahari, dan kawasan pariwisata, bahkan karena kondisi geologi tertentu menjadi kawasan pertambangan. (Cilacap, Bangka/Biliton/Singkep, dsb.). Jakarta yang terletak di wilayah pantai yang datar dan luas menjadi ibu kota negara R.I. dengan pembangunan di wilayah pantai berupa pelabuhan, PLTU, kota pantai, pariwisata dan rekreasi pantai, gedung-gedung pemerintahan dan perdagangan, waduk-waduk pengendali banjir, permukiman dan tambak. Kota lain seperti Semarang, Surabaya, Ujung Pandang juga terletak di dataran pantai dan juga berkembang menjadi kota besar bahkan kota metropolitan dengan berbagai fasilitasnya. Kota Palembang, yang terletak di tepi sungai Musi, juga dapat mengalami dampak yangsama sebagai akibat dari kenaikan muka air laut secara global tersebut. Air pasang yang masuk ke dalam sungai Musi akan dapat menjadi banjir yang menggenangi wilayah endapan aluvial dan rawa-rawa di sekitarnya; perlu diingat pula bahwa di tepian sungai Musi di seberang kota Palembang terdapat kota pengolahan dan pelabuhan wilayah yang besar yaitu Plaju dan Sungai Gerong. 2.5. DAMPAK KENAIKAN MUKA AIR LAUT Kenaikan muka air laut secara global tentu saja akan banyak pengaruhnya di seluruh wilayah pesisir baik di Indonesia maupun di dunia. Indonesia sebagai negara kepulauan dan maritim tentu saja akan mengalami dampak yang luar biasa besarnya, tergantung kepada seberapa besar kenaikan tersebut. Berikut ini beberapa butir dampak yang mungkin terjadi yaitu dampak terhadap geologi dan dampak terhadap sosial, ekonomi. Dampak Terhadap Geologi

1) Berkurangnya luas tanah dataran sebagai akibat dari invasi air laut terhadap daratan. 2) Invasi air laut ke daratan menyebabkan terjadinya abrasi sepanjang tepi pantai. 3) Banyak terumbu karang di pantai yang menjadi tenggelam lebih dalam di bawah muka laut. 4) Abrasi pantai yang terjadi dapat diikuti oleh gejala longsoran sepanjang tebing pantai, dan menyebabkan banyak terjadi sedimentasi pula. 5) Invasi muka laut ke arah daratan akan memperpendek aliran sungai dan amengakibatkan gradien sungai menjadi lebih besar: karena sungai menjadi lebih pendek; hal tersebut akan mengakibatkan sedimentasi yang besar di muara sungai masing-masing. 6) Invasi air laut ke daratan akan mengakibatkan kenaikan muka airtanah tetapi sekaligus juga menyebabkan intrusi air laut lebih mengarah ke daratan. 7) Secara keseluruhan kenaikan muka air laut sebagai akibat dari pemanasan global akan mengakibatkan perubahan terhadap peta daratan dunia dan tentu saja Indonesia serta kondisi geologi dan hidrogeologi wilayah pantai. 2.6 Dampak Terhadap Sosial Ekonomi Dampak kenaikan muka laut selain mengakibatkan perubahan-perubahan kondisi geologi seperti tersebut di atas yaitu perubahan letak garis pantai, menyempitnya dataran pantai, banyaknya kejadian longsoran tebing pantai, meluasnya intruai air asin ke arah darat, tenggelamnya terumbu karang, dsb.tentu saja akan mempengaruhi ekosistem secara keseluruhan. Tidak luput pula mempengaruhi kepada kondisi dan pola pembangunan infra struktur yang menanjak kehidupan modern di masa datang. Seperti yang dikemukakan dalam bab terdahulu bahwa wilayah dataran pantai merupakan wilayah yang banyak mendukung

pengembangan pembangunan, permukaan tanah yang datar atau hampir datar, tempatnya yang berbatasan dengan laut, banyak sungai mengalir, air tanah tawar yang relatif dangkal, kemudahan untuk dikerjakan, bahkan kadang-kadang mengandung mineral ekonomis, terumbu karang, serta pemandangan yang indah. Wilayah yang demikian tu mendukung perkembangan banyak pembangunan dan menarik orang untuk memanfaatkan wilayah tersebut untuk berbagai pengembangan lingkungan binaan : berbagai kawasan permukiman, kawasan pertanian/sawah/dan perikanan, kawasan industri bahkan pertambangan, wisata pantai dan bahari, berbagai pendayagunaan laut dan pantai, serta berbagai sarana dan prasarana. Dengan terjadinya kenaikan muka laut maka dikhawatirkan terjadi infasi air laut terhadap segala infrastruktur danlingkungan binaan tersebut di atas.

BAB III GEOLOGI REGIONAL JEPARA

3.1 Geologi Regional Daerah Secara geografis, wilayah Jepara, Propinsi Jawa Tengah terletak pada Jepara sebagai salah satu kabupaten di Jawa Tengah terletak pada1109`48, 02" sampai 11058`37,40" Bujur Timur, 543`20,67" sampai 647`25, 83" Lintang Selatan Dengan batas-batas : Sebelah Barat : Laut Jawa Sebelah Utara : Laut Jawa Sebelah Timur : Kabupaten Kudus & Pati Sebelah Selatan : Kabupaten Demak Jarak terdekat dari ibukota kabupaten adalah Kecamatan Tahunan yaitu 7 km dan jarak terjauh adalah Kecamatan Karimunjawa yaitu 90 km Wilayah Kabupaten Jepara sebagaimana daerah lainnya di Indonesia beriklim tropis, terdiri dari musim kemarau dan musim hujan yang silih berganti sepanjang tahun. Besar rata-rata jumlah curah hujan tahunan wilayah Jepara utara adalah 2000 - 2500 mm/tahun dan Jepara bagian selatan antara 2500 - 3000 mm/tahun. Sedangkan curah hujan rata-rata per bulan berdasarkan data dari tahun 1994 - 1998 berkisar antara 58 - 338 mm/bulan, curah hujan tertinggi terjadi pada bulan Oktober sampai bulan April dengan curah hujan antara 176-338 mm/bulan, sedangkan curah hujan terendah terjadi pada bulan Mei sampai bulan September dengan curah hujan antara 58 - 131 mm/bulan. A. Morfologi Daerah Jepara Morfologi daerah Jepara berdasarkan pada bentuk topografi dan kemiringan lerengnya dapat dibagi menjadi 7 (tujuh) satuan morfologi yaitu:

a. Dataran Merupakan daerah dataran aluvial pantai dan sungai. daerah bagian barat daya merupakan punggungan lereng perbukitan, bentuk lereng umumnya datar hingga sangat landai dengan kemiringan lereng medan antara 0 - 5% (0-3%), ketinggian tempat di bagian utara antara 0 - 25 m dpl dan di bagian barat daya ketinggiannya antara 225 - 275 m dpl. Luas penyebaran sekitar 164,9 km2 (42,36%) dari seluruh daerah Jepara. b. Daerah Bergelombang Satuan morfologi ini umumnya merupakan punggungan, kaki bukit dan lembah sungai, mempunyai bentuk permukaan bergelombang halus dengan kemiringan lereng medan 5 - 10% (3-9%), ketinggian tempat antara 25 - 200 m dpl. Luas penyebarannya sekitar 68,09 km2. (17,36%) dari seluruh daerah Jepara .c.Perbukitan Berlereng Landai Satuan morfologi ini merupakan kaki dan punggungan perbukitan, mempunyai bentuk permukaan bergelombang landai dengan kemiringan lereng 10 - 15 % dengan ketinggian wilayah 25 - 435 m dpl. Luas penyebaran sekitar 73,31 km2 (18,84%) dari seluruh daerah Jepara d. Perbukitan Berlereng Agak Terjal Satuan morfologi ini merupakan lereng dan puncak perbukitan dengan lereng yang agak terjal, mempunyai kemiringan lereng antara 15 - 30%, ketinggian tempat antara 25 - 445 m dpl. Luas penyebarannya sekitar 57,91Km2 (14,8%) dari seluruh daerah Jepara. e. Perbukitan Berlereng Terjal Satuan morfologi ini merupakan lereng dan puncak perbukitan dengan lereng yang terjal, mempunyai kemiringan lereng antara 30 - 50%, ketinggian tempat antara 40 325 m dpl. Luas penyebarannya sekitar 17,47 Km2 (4,47%) dari seluruh daerah Jepara. f. Perbukitan Berlereng Sangat Terjal Satuan morfologi ini merupakan lereng bukit dan tebing sungai dengan lereng yang

sangat terjal, mempunyai kemiringan lereng antara 50 - 70%, ketinggian tempat antara 45 - 165 m dpl. Luas penyebarannya sekitar 2,26 Km2 (0,58%) dari seluruh daerah Jepara. g. Perbukitan Berlereng Curam Satuan morfologi ini umumnya merupakan tebing sungai dengan lereng yang curam, mempunyai kemiringan >70%, ketinggian tempat antara 100 - 300 m dpl. Luas penyebarannya sekitar 6,45 Km2 (1,65%) dari seluruh daerah Jepara. B. Tata Guna Lahan Penggunaan lahan di wilayah Kabupaten Jepara terdiri dari wilayah terbangun (Build Up Area) yang terdiri dari pemukiman, perkantoran perdagangan dan jasa, kawasan industri, transportasi. Sedangkan wilayah tak terbangun terdiri dari tambak, pertanian, dan kawasan perkebunan serta konservasi. C. Susunan Stratigrafi Geologi Kota Jepara berdasarkan Peta Geologi Lembar Magelang - Jepara (RE. Thaden, dkk; 1996), susunan stratigrafinya adalah sebagai berikut : 1. Aluvium Merupakan endapan aluvium pantai, sungai dan danau. Endapan pantai litologinya terdiri dari lempung, lanau dan pasir dan campuran diantaranya mencapai ketebalan 50 m atau lebih. Endapan sungai dan danau terdiri dari kerikil, kerakal, pasir dan lanau dengan tebal 1 - 3 m. Bongkah tersusun andesit, batu lempung dan sedikit batu pasir. 2. Batuan Gunung Api Batuannya berupa lava basalt, berwarna abu-abu kehitaman, halus, komposisi mineral terdiri dari felspar, olivin dan augit, sangat keras. 3. Formasi Jongkong Breksi andesit hornblende augit dan aliran lava, sebelumnya disebut batuan gunungapi Ungaran Lama. Breksi andesit berwarna coklat kehitaman, komponen berukuran 1 - 50 cm, menyudut - membundar tanggung dengan masa dasar tufaan,

posositas sedang, kompak dan keras. Aliran lava berwarna abu-abu tua, berbutir halus, setempat memperlihatkan struktur vesikuler (berongga). 4. Formasi Damar Batuannya terdiri dari batu pasir tufaan, konglomerat, dan breksi volkanik. Batu pasir tufaan berwarna kuning kecoklatan berbutir halus - kasar, komposisi terdiri dari mineral mafik, felspar, dan kuarsa dengan masa dasar tufaan, porositas sedang, keras. Konglomerat berwarna kuning kecoklatan hingga kehitaman, komponen terdiri dari andesit, basalt, batuapung, berukuran 0,5 - 5 cm, membundar tanggung hingga membundar baik, agak rapuh. Breksi volkanik mungkin diendapkan sebagai lahar, berwarna abu-abu kehitaman, komponen terdiri dari andesit dan basalt, berukuran 1 - 20 cm, menyudut membundar tanggung, agak keras. 5. Formasi Kaligetas Batuannya terdiri dari breksi dan lahar dengan sisipan lava dan tuf halus sampai kasar, setempat di bagian bawahnya ditemukan batu lempung mengandung moluska dan batu pasir tufaan. Breksi dan lahar berwarna coklat kehitaman, dengan komponen berupa andesit, basalt, batuapung dengan masa dasar tufa, komponen umumnya menyudut - menyudut tanggung, porositas sedang hingga tinggi, breksi bersifat keras dan kompak, sedangkan lahar agak rapuh. Lava berwarna hitam kelabu, keras dan kompak. Tufa berwarna kuning keputihan, halus - kasar, porositas tinggi, getas. Batu lempung, berwarna hijau, porositas rendah, agak keras dalam keadaan kering dan mudah hancur dalam keadaan basah. Batu pasir tufaan, coklat kekuningan, halus - sedang, porositas sedang, agak keras. 6. Formasi Kalibeng Batuannya terdiri dari napal, batupasir tufaan dan batu gamping. Napal berwarna abu-abu kehijauan hingga kehitaman, komposisi terdiri dari mineral lempung dan semen karbonat, porositas rendah hingga kedap air, agak keras dalam keadaan kering dan mudah hancur dalam keadaan basah. Pada napal ini setempat mengandung karbon (bahan organik). Batupasir tufaan kuning kehitaman, halus - kasar, porositas

sedang, agak keras, Batu gamping merupakan lensa dalam napal, berwarna putih kelabu, keras dan kompak 7. Formasi Kerek Perselingan batu lempung, napal, batu pasir tufaan, konglomerat, breksi volkanik dan batu gamping. Batu lempung kelabu muda - tua, gampingan, sebagian bersisipan dengan batu lanau atau batu pasir, mengandung fosil foram, moluska dan koral-koral koloni. D. Struktur Geologi Struktur geologi yang terdapat di daerah Jepara umumnya berupa sesar yang terdiri dari sesar normal, sesar geser dan sesar naik. Sesar normal relatif berarah barat timur sebagian agak cembung ke arah utara, sesar geser berarah utara selatan hingga barat laut - tenggara, sedangkan sesar normal relatif berarah barat - timur. Sesar-sesar tersebut umumnya terjadi pada batuan Formasi Kerek, Formasi Kalibening dan Formasi Damar yang berumur kuarter dan tersier.

BAB IV HASIL PENGAMATAN

BAB IV PEMBAHASAN4.1 Delta dan Pantai ( Daerah Pantai Teluk Awur, Jepara ). Pantai merupakan jalur atau bidang yang memanjang, tinggi serta lebarnya dipengaruhi oleh pasang surut dari laut, yang terletak antara daratan dan lautan dimana pasang surut air laut disini disebabkan oleh adanya gaya gravitasi yang dimiliki oleh bulan, sehingga air laut ini tertarik ketika bagian dari bumi, yaitu laut, dan bulan saling berhadapan. Menurut warga sekitar, fase laut ketika pasang hanya mencapai 3-4 meter. Akan tetapi ketika laut ini surut bisa mencapai puluhan meter. Terumbu karang dapat terlihat jika laut dalam kondisi pasang surut, namun jika kondisinya pasang naik maka terumbu karang akan tertutup oleh air laut.

Pasir pantai Karang laut

Gbr. 4.1 Pantai Teluk Awur, Jepara

Panti ini memiliki arus atau energi gelombang yang relatif lemah serta angin yang tidak kencang. Ini disebabkan karena pantai Jepara termasuk kawasan pantai utara yang arus gelombangnya bukan berasal dari laut lepas (samudra).

Kenampakan

pantai

ini

bergaris

pantai selebar 1 - 3 meter. Selain itu

garis pantai yang berada pada daerah ini relatif lurus seperti tampak pada gambar dibawah ini :

Gais pantai Shore line

Gbr.4.2 Garis pantai

Garis pantai merupakan jalur pemisah yang berbentuk baris dan merupakan batas antara daerah yang dapat dicapai air laut dan yang tidak bisa. Kenampakan lainnya, pantai ini mengerosi bagian terumbu karang yang hidup dan mentransportkannya ketepi pantai oleh suatu arus pantai (regresi), sehingga area yang berbatasan dengan pantai itu merupakan produk erosi dari air laut yang mengendap membentuk daerah pantai (beach). Butir pasir ini adalah hasil erosi terumbu karang. Berdasarkan proses geomorfiknya, pantai ini terbentuk akibat terjadi dari hasil proses laut, meliputi : erosi laut, yaitu erosi terumbu karang dan mengalami pengendapan gosong pasir (bars), membentuk ar ea beach yang menyebabkan daratan naik atau muka laut turun, serta deposisi laut dan bentukan oganik (Shepard ,1963). Klasifikasi lainnya, secara Klimato-Genetik, pantai ini termasuk pantai lintang rendah, artinya Pantai ini dicirikan oleh energi gelombang rendah dan lingkungan angin pasat. Sediment pantai banyak, dan Mangrove tumbuh didaerah sekitar beriklim tropik panas-basah (Davis, 1980).

litologi pada daerah ini yakni berupa batupasir, batulanau dan batuan sedimen karbonat yang berasal dari hasil erosi (terumbu karang/koral),. Ini dikarenakan pada saat ditetesi HCL timbul buihdan busa. Batuan sedimen karbonat ini ditemukan di sepanjang pesisir pantai yang terendapkan bersama-sama dengan tanah, jika amati pada daerah itu terdapat pula batuan beku yang telah ditempeli oleh organisme-organisme terumbu. Akan tetapi batuan ini bukanlah hasil dari transportasi alam yang menyebabkan batuan ini sampai kedaerah pantai melainkan batuan ini diangkut oleh manusia dan digunakan bangunan pembatas laut ataupun banguna-bagunan lainya.

Hasil erosi terumbu karang atau organisme laut berupa butiran pasir Hasil erosi terumbu karang berupa kerakal

Gbr.4.3 Produk hasil erosi

Ada beberapa macam vegetasi yang ditemukan didaerah teluk awur, jepara, namun yang paling dominan adalah tumbuhan jenis Rhizopora dan Avicennia. Pada suatu tempat yang terlindung dari hempasan ombak, komunitas mangrove terutamabanyak didominasi oleh species Rhizopora mucronata da Rizhopoda apiculata ( bakau).

4.2 Pantai Bandengan Pantai bandengan adalah pantai yang terletakdi bagian utara jawa dimana pantai ini memiliki. Secara morfologi pantai bandengan termasuk dalam pantai yang sangat di pengaruhi oleh perubahan naik turunnya muka air laut, serta pengendapan sediment asal daratan atau sungai, erosi daratan dan angin. Daerah ini masih mendapat pengaruh air laut, seperti adanya beach (daerah pantai), yaitu daerah yang langsung mendapat pengaruh air laut dan selalu dapat dicapai oleh pasang naik dan pasang surut.

Pasir pantai Garis pantai

Gambar 4.4 Pantai bandengan

Pantai secara pengertian adalah bidang memanjang yang serta lebar nya sangat dipengaruhi oleh pasang surutnya air laut. Pasang surut ini terjadi karena adanya gaya gravitasi oleh bulan. Lalu pasang surut air laut ini membawa materialmaterial baik dari laut maupun dari sungai sehingga tertranspotrtkan lalu lamban laun akan terendapkan dan tersedimentasi. Perubahan-perubahan yang terjadi ini sebagai akibat proses endogen dan exogen akan dapat terlihat pada wilayah tersebut, baik perubahan dari geomorfologi, proses-proses erosi dan sedimentasi, jenis tanah

dan batuan sedimen yang terbentuk, kondisi hidrogeologi, berbagai proses bencana alam, dan perubahan ekosistem maupun lingkungan manusia Garis pantai yang dimiliki pantai bandengan kurang lebih 15-20m selain itu garis yang dimiliki juga relative turun. Litologi yang terdapat pada pantai ini yaitu terdapat pasir dan terumbu karang yang berukuran sangat kecil juga adanya hasil proses erosi.pasir halus dan Terumbu karang disini tidak sebesar yang ada pada teluk awur ini dikarenakan proses sedimentasi dan erosi yang terjadi pada pantai ini cukup lama. Salin itu pasir yang terdapat disini termasuk pasir karbonat ini dikarenakan pada saat ditetesi HCL timbul adanya buih dan busa. Seacara klasifikasi pantai bandengan termasuk dalam pantai maju ini dikarenakan secara kenampakan pantai ini memliki garis yang relative dimana pantai sekunder yang terbentuk akibat dari proses pengendapan laut dataran pantainya cukup luas. Pantai ini juga tergolong dalam pantai naik kerana daerah pantai dan pemukiaman penduduk juga tidak sama ketinggianya. Selain itu gradsai kemnampakan laut pada pantai ini juga tak tampak. Tata guna lahan pada daerah pantai bandengan ini dapat di jadikan tempat pemukiman karena letaknya yang tidak terlalu sejajar dengan pantai, lalu dapat digunakan sebagai tempat mata pencaharian bagi nelayan, dapat juga sebagai tempat pembudidayaan biota-biota laut dan daerah ini juga dapat digunakan sebgai tempat pariwisata karena keindahan lautnya.

BAB V PENUTUP

5.1 Kesimpulan 5.1.1 Bentuk lahan Delta/pantai ( Pantai Teluk Awur, Jepara) Klasifikasi Pantai Klasifikasi Pantai Secara Klasik termasuk pantai tenggelam Klasifikasi Pantai Secara Genetic dan Deskriptif termasuk pantai maju Klasifikasi Pantai Secara Tenaga Geomorfik termasuk pantai sekunder Klasifikasi Pantai Secara Klimato-Genetik merupakan pantai dengan lintang

yang rendah Tata Guna Lahan Perikanan Pariwisata Pendayagunaan air payau

5.1.2 Bentuk lahan pantai Bandengan Klasifikasi pantai Klasifikasi Pantai Secara Klasik termasuk pantai naik Klasifikasi Pantai Secara Genetic dan Deskriptif termasuk pantai mundur Klasifikasi Pantai Secara Klimato-Genetik merupakan pantai dengan lintang

yang rendah Tata Guna Lahan Perikanan Pariwisata Pendayagunaan air payau

5.2 Saran Para praktikan harus lebih teliti dalam menetukan klasifikasi pntai Para praktikan harus lebih teliti dalam mengamati litologi Membawa alat selengkapnya dalam pengindentifikasi pantai