salah satu faktor yang mempengaruhi suksesnya...
TRANSCRIPT
KUALITAS SUSU SAPI FRIES HOLLAND (FH) YANG DIBERI TEPUNG DAUN MURBEI (Morus alba) DAN AMPAS
TAHU DENGAN LEVEL YANG BERBEDA
SKRIPSI
GARY ANUGRAH TI 111 06 019
FAKULTAS PETERNAKANUNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR2012
1
KUALITAS SUSU SAPI FRIES HOLLAND (FH) YANG DIBERI TEPUNG DAUN MURBEI (Morus alba) DAN AMPAS
TAHU DENGAN LEVEL YANG BERBEDA
SKRIPSI
Oleh :
GARY ANUGRAH TI 111 06 019
Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana pada Fakultas Peternakan Universitas Hasanuddin
FAKULTAS PETERNAKANUNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR2012
2
PERNYATAAN KEASLIAN
1. Yang bertandatangan di bawah ini :
Nama : Gary Anugrah T
NIM : I 111 06 019
Menyatakan dengan sebenarnya bahwa ;
a. Karya skripsi yang saya tulis adalah asli
b. Apabila sebagian atau seluruhnya dari karya skripsi, terutama dalam Bab
Hasil dan Pembahasan, tidak asli atau plagiasi maka bersedia dibatalkan
dan dikenakan sanksi akademik yang berlaku.
2. Demikian pernyatan keaslian ini dibuat untuk dapat dipergunakan seperlunya.
Makassar, Februari 2012
Tertanda
Gary Anugrah T
3
Judul Penelitian : Kualitas Susu Sapi Perah Fries Holland (FH) yang Diberi Tepung Daun Murbei (Morus alba) dan Ampas Tahu dengan Level yang Berbeda
Nama : Gary Anugrah T
No. Pokok : I 111 06 019
Program Studi : ProduksiTernak
Jurusan : ProduksiTernak
Fakultas : Peternakan
Skripsi ini telah diperiksa dan disetujui Oleh:
Pembimbing Utama Pembimbing Anggota
Prof.Dr.Ir.H. Sjamsuddin Garantjang,M.Sc Prof.Dr.drh.Hj. Ratmawati Malaka, M.Sc NIP. 19640503 199003 1 002 NIP. 19640712 198911 2 002
Dekan Fakultas Peternakan Ketua Jurusan Produksi Ternak
Prof. Dr. Ir. H. Syamsuddin Hasan, M.Sc Prof. Dr.Ir. H. Sudi r man Baco, M.Sc NIP. 19520923 197903 1 002 NIP. 19641231 198903 1 025
Tanggal Lulus : Februari 2012
4
KATA PENGANTAR
Segala puji syukur dan terima kasih penulis panjatkan kehadirat Allah
SWT, atas segala limpahan kasih dan karuniaNYA yang telah diberikan dalam
kehidupan, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul ” Kualitas
Susu Sapi Perah Friesh Holland (FH) yang Diberi Tepung Daun Murbei (Morus
alba) dan Ampas Tahu dengan Level yang Berbeda”, yang merupakan salah satu
persyaratan untuk memperoleh gelar sarjana pada Fakultas Peternakan,
Universitas Hasanuddin, Makassar.
Skripsi ini dapat diselesaikan berkat bantuan dari berbagai pihak, baik
bantuan moril maupun materil. Pada kesempatan ini dengan segala keikhlasan
dan kerendahan hati, penulis menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya
dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada :
1. Bapak Prof. Dr. Ir. H. Sjamsuddin Garantjang, M.Sc Selaku pembimbing
utama dan Ibu Prof. Dr. drh. Hj. Ratmawati Malaka, M.Sc Selaku
pembimbing anggota, atas segala bantuan dan keikhlasannya untuk
memberikan bimbingan, nasehat dan saran-saran sejak awal penelitian sampai
selesainya penulisan skripsi ini. Bapak Prof. Dr. Ir. H. Syamsuddin Hasan,
M.Sc. Selaku Dekan Fakultas Peternakan Universitas Hasanuddin, dan Bapak
Pembantu Dekan I, II, III, yang telah menyediakan fasilitas kepada penulis
selama menjadi mahasiswa.
5
2. Bapak Prof. Dr. Ir. H. Sudirman Baco, M.Sc. Sebagai Ketua Jurusan
Produksi Ternak beserta seluruh dosen dan staf Jurusan Produksi Ternak atas
segala bantuan kepada penulis selama menjadi mahasiswa.
3. Bapak Ir. Mustakim Mattau, M.S Selaku penasehat akademik yang
senantiasa memberikan motivasi dan nasehat yang sangat berarti bagi penulis
dalam menyelesaikan semua perkuliahan sampai selesai.
4. Seluruh Staf Dosen dan Pegawai dalam lingkungan Fakultas Peternakan yang
telah banyak membantu penulis selama menjadi mahasiswa hingga
menyelesaikan studi.
5. Ayahanda Andi Tau dan ibunda Cherry Yassen, saudara-saudara dan semua
keluarga atas segala limpahan doa, kasih sayang, kesabaran, pengorbanan,
dan segala bentuk motivasi yang telah diberikan tanpa henti.
6. Sahabat-sahabatku “C0LA6EN 06”, yang tidak sempat saya sebutkan
namanya satu persatu terima kasih yang setinggi-tingginya serta penghargaan
yang sebesar-besarnya atas segala cinta, pengorbanan, bantuan, pengertian,
canda tawa serta kebersamaan selama ini, waktu yang dilalui sungguh
merupakan pengalaman hidup yang berharga dan tak mungkin untuk
terlupakan dan terimakasih telah memberiku sedikit tempat di hatimu untuk
menjadikanku sahabat dan teriring dengan doa semoga rekan dan sahabatku
sukses selalu. Buat sahabat ku
7. Kepada Kakanda Mawardi Asja, teman-teman angkatan Lebah 05, Rumput
07 khususnya kepada Mawardi Rahman dan Muhammad Irfan karena
telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsinya, kepada Inri
6
Yuliana Masri yang telah banyak membantu saya dan Alm. Januar syarif,
terima kasih atas bantuannya, walaupun kamu telah pergi meninggalkan kami
tetapi kamu selalu berada dalam hati kami. Semoga kamu tenang disisiNYA.
Bakteri 08 khususnya Siti Nursayang sang belahan jiwaku karena selama ini
telah memberikan saya dukungan dalam menyelesaikan skripsi ini, dan juga
kepada Muh. Azhar (Achal) terima kasih karena telah membantu penulis
dalam mengolah data hasil penelitian, Merpati 09, Lion 010 yang telah
memberikan dukungan dalam menyelesaikan studi.
8. Kepada teman-teman UKM Domino, terima kasih sudah menghibur dan
meluangkan banyak waktunya untuk bermain bersama dan atas kebersamaan
yang telah kalian ajarkan.
Penulis mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya mendidik, apabila
dalam penyusunan skripsi ini terdapat kekurangan dan kesalahan. Semoga skripsi
ini dapat bermanfaat bagi pembaca. Amin
Penulis
Gary anugrah T
7
DAFTAR ISI
HalamanHALAMAN SAMPUL............................................................................. i
HALAMAN JUDUL……………………………………………………. ii
PERNYATAAN KEASLIAN................................................................. iii
HALAMAN PENGESAHAAN………………………………………... iv
KATA PENGANTAR………………………………………………….. v
DAFTAR ISI…………………………………………………………….. viii
DAFTAR GAMBAR……………………………………………………. x
DAFTAR TABEL …………………………………………………......... xi
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................ xii
ABSTRAK
PENDAHULUAN..................................................................................... 1
TINJAUAN PUSTAKA
a. Gambaran Umum Sapi Perah FH........................................ 4
b. Tinjauan Umum Susu………….......................................... 6
c. Tinjauan Umum Ampas Tahu……………………............. 10
d. Tinjauan Umum Tanaman Murbei (Morus alba)................ 14
METODE PENELITIAN
Waktu dan Tempat Penelitian............................................. 18
Materi Penelitian................................................................. 18
Metode Penelitian............................................................... 18
Rancangan Penelitian.......................................................... 19
Parameter yang Diamati...................................................... 19
Analisa Data........................................................................ 23
8
HASIL DAN PEMBAHASAN
a. Kadar Abu……………………………................................ 24
b. Bahan Kering Tanpa Lemak................................................. 26
c. Kadar Protein………………................................................ 28
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan........................................................................... 31
Saran ..................................................................................... 31
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................. 32
LAMPIRAN ................................................................................................ 36
RIWAYAT HIDUP
9
DAFTAR GAMBAR
No. Halaman Teks
1. Tanaman murbei (Morus alba)….................................................. 15
10
DAFTAR TABEL
No. Halaman Teks
1. Komposisi nutrien tanaman murbei (Morus alba)…..................... 15
2. Komposisi 15 macam asam amino daun murbei (% dari bahan kering)...................................................................... 16
11
DAFTAR LAMPIRAN
No. Halaman Teks
1. Hasil Analisa Bahan…………........................................................ 36
2. Analisa Kadar Abu........................................................................... 37
3. Analisa Kadar Bahan Kering Tanpa Lemak..................................... 38
4. Analisa Kadar Protein....................................................................... 39
12
GARY ANUGRAH T (I11106019). Kualitas Susu Sapi Fries Holland (FH) yang Diberi Tepung Daun Murbei (Morus alba) dan Ampas Tahu dengan Level Yang Berbeda. Sjamsuddin Garantjang Sebagai Pembimbing Utama dan Ratmawati Malaka Sebagai Pembimbing Anggota.
ABSTRAK
Tujuan dilakukannya penelitian ini untuk mengetahui apakah pemberian tepung daun murbei dan ampas tahu mempengaruhi kualitas susu sapi perah FH. Kegunaan penelitian ini untuk mengetahui kualitas susu sapi perah FH hasil pemberian tepung daun murbei.Penelitian ini menggunakan metode Rancangan Acak Lengkap (RAL) yang terdiri tiga perlakuan dengan empat ulangan. Pengambilan data dilakukan dengan mengambil data awal minggu I, II, III, dan IV dari masing-masing perlakuan. Perlakuan ini mensubtitusi ampas tahu dengan daun tanaman murbei (Morus alba) yang sudah kering dan berbentuk tepung sebanyak 25% /ekor/hari dan 50% /ekor/hari dari berat BK ampas tahu yang diberikan.Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa subtitusi daun murbei pada level 50% nyata mempengaruhi kualitas protein, namun kadar abu dan bahan kering tanpa lemak tidak berpengaruh nyata.
Kata Kunci : Kualitas Susu Sapi Fries Holland (FH), Tepung Daun Murbei, Ampas Tahu
13
GARY ANUGRAH T (I11106019). The Quality of Fries Holland (FH) milk mixed with Mulberry Leaf Powder (Morus Alba) and Tofu Waste In Different Level. Sjamsuddin Garantjang as The First Consultant and Ratmawati Malaka as Consultant Member.
ABSTRACT
The purpose of this research is to find out whether substitutions of mulberry leaf powder and tofu waste influence the quality of FH milk. The benefit of this research is to find out the quality of fries holland milk after giving them mulberry leaf powder (Morus alba).This research used method of RAL consisting of three experiments, each of which used four samples. The data collecting was done by taking the first data during the 1st, 2nd, 3rd, and 4th weeks of each experiment. This experiment mixed 25% of mulberry leaf powder + 75% of tofu waste / 1 sample daily and 50% of mulberry leaf powder + 50% of tofu waste / 1 sample daily. The result of this research shows that the substitution of mulberry leaf at the level of 50% obviously influenced the quality of protein, but the level of ash (mineral) and nonfat solid did not give any clear effect.
Key Words: Quality of Fries Holland Milk, Mulberry Leaf Powder, Tofu Waste
14
PENDAHULUAN
Sapi perah merupakan salah satu jenis ternak yang populasinya tersebar
luas di seluruh Indonesia, terutama pada daerah yang produksi pertaniannya dapat
mendukung pengembangan sapi perah. Tujuan utama pemeliharaan sapi perah
adalah untuk memperoleh produksi susu yang tinggi serta kualitas susu yang baik.
Populasi sapi perah di Sulawesi Selatan pada tahun 2006 baru mencapai
1000 ekor dengan produksi susu rata-rata 4 liter perekor perhari (Garantjang,
2006). Rata-rata produksi susu tahun 2009 meningkat 8 liter/ekor/hari (Manda,
2009). Produksi susu yang dihasilkan dari ternak sapi perah di berbagai daerah
Sulawesi Selatan memang belum mampu mensuplai kebutuhan susu masyarakat
di Sulawesi Selatan. Hal ini disebabkan permintaan yang terus bertambah dari
berbagai konsumen. Kebutuhan susu segar maupun olahannya yang semakin lama
semakin meningkat haruslah diimbangi dengan peningkatan kualitas susu untuk
menjaga kepercayaan dan kredibilitas peternakan sapi perah.
Pakan untuk ternak, terutama untuk ternak sapi yang sehat memerlukan
jumlah pakan yang cukup dan berkualitas. Nutrisi yang terkandung dalam pakan
ternak merupakan unsur penting untuk menjamin kesehatan sapi, pertumbuhan
badan yang optimal dan kesehatan reproduksi. Sapi muda memerlukan jumlah
pakan yang terus meningkat sampai dicapai pertumbuhan badan yang maksimal.
Sapi yang sedang bunting memerlukan pakan dengan kandungan nutrisi yang
lebih baik untuk pertumbuhan fetus. Pakan hijauan kaya akan berbagai nutrisi
yang diperlukan seperti protein, karbohidrat, lemak, vitamin dan mineral.
Disamping itu, sapi memerlukan ketersediaan serat kasar yang cukup. Jenis
15
pakan: (1) pakan kasar; merupakan pakan yang kadar nutrisinya rendah, yakni
kandungan nutrisi pakan tidak sebanding dengan jumlah fisik volum pakan
tersebut. Misalnya rumput alam, jerami, batang jagung, pucuk daun singkong, dan
lain-lain. Sapi sangat membutuhkan pencernaan untuk bekerja secara baik,
membuat rasa kenyang dan mendorong kelancaran getah kelenjar pencernaan ke
luar. Rumput yang sudah menua kandungan nutrisinya telah menurun. (2) pakan
penguat; merupakan pakan yang mengandung nutrisi tinggi dengan kadar serat
kasar yang rendah. Pakan konsentrat meliputi bahan pakan yang terdiri dari biji-
bijian, jagung giling, tepung kedelai, dedak, dan lain-lain. Peranan pakan
konsentrat adalah untuk meningkatkan nilai nutrisi yang rendah agar memenuhi
kebutuhan normal hewan untuk tumbuh dan berkembang secara sehat (Anita,
2003).
Salah satu tanaman yang dapat tumbuh di dataran rendah sampai dataran
tinggi yang dapat memperlancar susu adalah tanaman murbei (Morus alba L).
Daun murbei memiliki kandungan nutrisi yang tinggi sehingga diduga mampu
menambah produksi susu sapi perah yang sedang laktasi dan juga meningkat
kualitas susu.
Mulyaningsih (2009) menyatakan, daun murbei sebagaimana selama ini
lebih dikenal sebagai satu-satunya sumber pakan dari ulat sutera, ternyata dari
aspek nutrisi dapat digunakan sebagai pengganti konsentrat pada pakan
ruminansia, utamanya sapi. Ini sebenarnya sudah lama menjadi pemikiran dan
pembahasan tersendiri di kalangan akademisi di bidang peternakan. Ide dasarnya
berangkat dari fakta, ulat sutera mampu tumbuh dan berproduksi hanya dengan
16
mengkonsumsi daun murbei sebagai sumber makanannya. Artinya adalah semua
kebutuhan nutrisi yang diperlukan oleh ulat sutera untuk metabolisme tumbuh
berkembang sampai berproduksi sudah dapat terpenuhi atau terkandung di dalam
daun murbei. Ternyata berbagai referensi menyebutkan daun murbei memiliki
kandungan protein sampai 20,4%. Angka yang sangat tinggi untuk nilai protein
dibandingkan berbagai bahan baku pakan yang biasa tersedia. Selain itu daun
murbei juga mengandung asam askorbat, asam folat, karoten, vitamin B1, pro
vitamin D, mineral Si, Fe, Al, Ca, P, K serta Mg. Sebuah penelitian yang
dilakukan oleh Syahrir, Wiryawan, Parakkasi, Winugroho, dan Sari (2009)
dengan memberikan sebanyak 25% daun murbei yang dicampur konsentrat
sebanyak 25% untuk pakan sapi. Hasilnya menunjukkan adanya peningkatan daya
kecernaan serat kasarnya. Selain itu juga meningkatkan jumlah produksi VFA
(Volatil Fatty Acid) yang biasa disebut juga dengan asam lemak terbang.
Salah satu parameter penting yang digunakan untuk melihat kualitas susu
yaitu dengan melihat kandungan protein, kadar abu dan bahan kering tanpa lemak.
Tujuan dilakukannya penelitian ini untuk menemukan terobosan teknologi
pembuatan pakan konsentrat yang mampu meningkatkan kualitas susu sapi perah
FH. Kegunaan penelitian ini untuk mengetahui kualitas susu sapi perah FH hasil
pemberian tepung daun murbei.
17
TINJAUAN PUSTAKA
A. Gambaran Umum Sapi Perah Fries Holland (FH)
Sapi adalah hewan ternak terpenting sebagai sumber daging, susu, tenaga
kerja dan kebutuhan lainnya. Sapi menghasilkan sekitar 50% (45-55%) kebutuhan
daging di dunia, 95% kebutuhan susu dan 85% kebutuhan kulit. Sapi berasal dari
famili Bovidae (Anonim, 2011a).
Sapi perah Fries Holland berasal dari propinsi Friesland, Negeri Belanda.
Sapi FH mempunyai kemampuan berproduksi tinggi, telah tersebar hampir di
seluruh dunia baik di daerah beriklim sedang maupun di daerah tropis (Siregar,
1995 dalam Anita, 2003). Bangsa sapi Fries Holand (FH) yang tetuanya
didatangkan dari negeri Belanda yang mempunyai temperatur rendah memerlukan
temperatur lingkungan ideal antara 15-20oC (Sudono, 1975 dalam Anita, 2003).
Muljana (1985) menyatakan bahwa sapi Frisien Holstein ini sering
disingkat dengan nama FH, namun ada juga yang menyebut dengan Fries Holland
yang berasal dari Belanda dengan ciri-ciri yaitu :
1. Warna bulu hitam dan putih
2. Pada kaki bagian bawah dan juga ekor terdapat warna putih
3. Tanduknya pendek, akan tetapi menghadap ke muka
4. Kebanyakan pada dahinya terdapat belang warna putih yang berbentuk
segitiga
5. Mempunyai sifat jinak, dengan demikian mudah dalam penanganannya
6. Tidak tahan panas
7. Lambat dewasa, dapat dikawinkan pada umur 18 bulan
18
8. Berat badan sapi jantan 850 kg betina 625 kg
9. Produksi susunya 4500-5500 liter dalam satu masa laktasi dengan kadar
lemak 3,7%
Penampilan sapi perah terbaik akan dicapai pada suhu lingkungan kurang
dari 20oC dengan kelembaban 55 persen dan jika melebihi suhu tersebut maka
ternak sapi akan mengalami cekaman panas yang akan berakibat pada : nafsu
makan menurun, peningkatan konsumsi minum, penurunan metabolisme dan
peningkatan katabolisme, peningkatan pelepasan panas melalui penguapan,
penurunan konsentrasi hormon dalam darah, peningkatan temperatur tubuh,
respirasi dan denyut jantung (Mc Dowell, 1972). Menurut Etgen (1987) bahwa
sapi yang produksinya tinggi, apabila dua kali sehari diperah harus dengan
interval kurang lebih 12 jam, sementara pemeliharaan tiga kali sehari dengan
interval 8 jam sehari.
Menurut Siregar (1995) bahwa salah satu yang mempengaruhi produksi
susu adalah masa laktasi. Sejak melahirkan produksi susu akan meningkat dengan
cepat sampai mencapai puncak produksi pada 35-50 hari setelah melahirkan.
Setelah mencapai puncak produksi, produksi susu harian akan mengalami
penurunan rata-rata 2,5% per minggu. Lama laktasi yang paling ideal yaitu 305
hari atau sekitar 10 bulan.
Faktor yang mempengaruhi jumlah dan kualitas produksi susu selain
bangsa (faktor genetik), temperatur lingkungan juga pakan ternak sapi (Thomas,
1978). Peningkatan produksi melalui pemuliaan atau perbaikan genetik
memerlukan waktu yang lama, sedangkan peningkatan produksi melalui
19
perbaikan nutrisi pakan waktunya cepat dan dapat dilakukan dengan biaya yang
murah. Tillman dkk (1982), menyatakan bahwa produksi dan kualitas pakan yang
diberikan pada sapi perah yang laktasi akan berpengaruh langsung pada jumlah
produksi dan kualitas susunya.
Ransum sapi perah yang ideal ditinjau dari biologis dan ekonomis terdiri
dari sejumlah hijauan dan konsentrat sebagai makanan tambahan. Ransum sapi
perah yang hanya terdiri dari konsentrat saja akan meningkatkan produksi susu,
namun biaya ransumnya akan menjadi relatif lebih mahal dan ada kemungkinan
terjadi perubahan pada pencernaan yang menyebabkan sapi perah ke arah
penggemukan sehingga dianjurkan untuk menyeimbangkan makanannya (Siregar,
1996).
B. Tinjauan Umum Susu
Menurut Standar Nasional Indonesia (SNI) 01-3141-1998, susu murni
adalah cairan yang berasal dari ambing sapi sehat dan bersih, yang diperoleh
dengan cara pemerahan yang benar, yang kandungan alaminya tidak dikurangi
atau ditambah sesuatu apapun dan belum mendapat perlakuan apapun. Sedangkan
susu segar adalah susu murni yang disebutkan diatas dan tidak mendapat
perlakuan apapun kecuali proses pendinginan tanpa mempengaruhi kemurniannya
(Anonim, 1998).
Susu menurut Direktorat Jenderal Peternakan Tahun 1983 adalah susu
cairan yang berasal dari ambing sapi yang sehat, dengan pemerahan yang
sempurna dan benar tanpa menambah atau mengurangi sesuatu komponen,
sedangkan Syarief (1985) mendefinisikan susu sebagai sekresi normal dari
20
kelenjar susu mamalia. Susu merupakan cairan yang berbentuk koloid agak kental
dan berwarna putih sampai kuning, tergantung jenis hewannya dan makanan saat
masa laktasi. Apabila volume susu agak banyak, susu nampak berupa cairan yang
berwarna putih sampai kuning, namun bila susu berupa lapisan tipis akan nampak
transparan, pemisahan lemak yang menyebabkan warna susu menjadi agak
kebiru-biruan.
Susu dapat didefinisikan sebagai hasil sekresi normal kelenjar mamari atau
ambing mamalia, atau cairan yang diperoleh dari pemerahan ambing sapi sehat,
tanpa dikurangi atau ditambahkan sesuatu. Susu dapat pula didefinisakan dari
aspek kimia, yaitu suatu emulsi lemak di dalam larutan air dari gula dan garam-
garam mineral dengan protein dalam keadaan koloid (Dwidjoseputro, 1994).
Salah satu faktor yang mempengaruhi suksesnya peternakan sapi perah
ialah pemberian makanan. Sapi perah yang tinggi daya produksinya, bila tidak
mendapat makanan yang cukup dan bernilai gizi tinggi yang seimbang, tidak akan
menghasilkan susu yang sesuai dengan kemampuan. Kesalahan pemberian
makanan dapat mengakibatkan gangguan kesehatan, bahkan dapat menyebabkan
kematian. Kebutuhan sapi perah akan zat-zat makanan menurut efesiensi
penggunaannya ialah kebutuhan hidup pokok, kebutuhan untuk produksi dan
kebutuhan untuk menaikkan berat badan (Sudono dan Sutardi, 1969).
Susu dan produk susu sudah dinilai sebagai bahan makanan yang begizi
tinggi. Sumber susu untuk manusia dapat berasal dari sapi dan kambing. Hewan
lain yang dapat dipergunakan sebagai sumber susu, antara lain adalah kerbau,
domba, unta dan kuda. Pada umumnya susu dari berbagai spesies hewan
21
mengandung komponen yang sama, tetapi komposisi dan sifatnya agak bervariasi.
Sebagian besar susu dan produk susu disuplai atau berasal dari susu sapi. Istilah
“susu” selalu dianggap sebagai susu sapi dan susu yang berasal dari spesies lain
selalu disebut secara spesifik (Hadiwiyoto, 1994).
Secara umum komposisi susu dapat dituliskan sebagai berikut (Susilorini
dan Sawitri, 2006) :
a. Air 87,3% (berkisar antara 85,5 – 88,7%)
b. Lemak susu 3,9% (berkisar antara 2,4 – 5,5%)
c. Bahan kering tanpa lemak (solid nonfat = SNF) 8,8% (berkisar antara 7,9 –
20,0%) sebagai berikut :
- Protein 3,25% (3/4 kasein, ¼ wheyprotein, laktalbumin dan laktoglobulin).
- Laktosa 4,6%
- Mineral 0,65% (Ca, P, Mg, K, Ma, Zn, Cl, Fe, Cu, Sulfat, bikarbonat)
- Enzim (peroksidase, katalase, fosfatase, dan lipase)
- Asam 0,18% (sitrat, forminat, asetat, laktat, dan oksalat)
- Gas-gas (oksigen dan nitrogen)
- Vitamin-vitamin (A, C, D, serta B1 dan B2).
Menurut Jannes (2010), susu juga merupakan sumber kalsium, riboflavin,
dan vitamin A, sementara itu susu yang sudah difortifikasi (diperkaya) juga
banyak mengandung vitamin D. Sehingga para ahli sangat merekomendasikan,
bahwa susu dapat digunakan sebagai makanan pengganti ASI bagi anak-anak.
22
Selain itu perlu kita tahu bahwa susu juga mengandung vitamin, sitrat, dan
enzim. Susu sapi yang baik memiliki warna putih kekuningan dan tidak tembus
cahaya. Menurut Hadiwiyoto (1994), warna susu dipengaruhi oleh jenis sapi, jenis
pakan, jumlah lemak susu, dan persentase zat padat didalamnya.
Protein Susu
Protein dalam susu mencapai 3,25%. Struktur primer protein terdiri atas
rantai polipeptida dari asam-asam amino yang disatukan ikatan-ikatan peptida
(peptide linkages). Beberapa protein spesifik menyusun protein susu. Kasein
merupakan komponen protein yang terbesar dalam susu dan sisanya berupa
protein whey. Kadar kasein pada protein susu mencapai 80%. Kasein terdiri atas
beberapa fraksi seperti alpha-casein, betha-casein, dan kappa-casein. Kasein
merupakan salah satu komponen organik yang berlimpah dalam susu bersama
dengan lemak dan laktosa.
Kasein penting dikonsumsi karena mengandung komposisi asam amino
yang dibutuhkan tubuh. Dalam kondisi asam (pH rendah), kasein akan mengendap
karena memiliki kelarutan (solubility) rendah pada kondisi asam. Susu adalah
bahan makanan penting, karena mengandung kasein yang merupakan protein
berkualitas juga mudah dicerna (digestible) saluran pencernaan.
Kasein asam (acid casein) sangat ideal digunakan untuk kepentingan medis,
nutrisi, dan produk-produk farmasi. Selain sebagai makanan, acid casein
digunakan pula dalam industri pelapisan kertas (paper coating), cat, pabrik tekstil,
perekat, dan kosmetik.
23
Pemanasan, pemberian enzim proteolitik (rennin), dan pengasaman dapat
memisahkan kasein dengan whey protein. Selain itu, sentrifugasi pada susu dapat
pula digunakan untuk memisahkan kasein. Setelah kasein dikeluarkan, maka
protein lain yang tersisa dalam susu disebut protein whey.
Whey protein merupakan protein butiran (globular). Betha-lactoglobulin,
alpha-lactalbumin, Immunoglobulin (Ig), dan Bovine Serum Albumin (BSA)
adalah contoh dari protein whey. Alpha-lactalbumin merupakan protein penting
dalam sintesis laktosa dan keberadaannya juga merupakan pokok dalam sintesis
susu.
Dalam whey protein terkandung pula beberapa enzim, hormon, antibodi,
faktor pertumbuhan (growth factor), dan pembawa zat gizi (nutrient transporter).
Sebagian besar protein whey kurang tercerna dalam usus. Ketika protein whey
tidak tercerna secara lengkap dalam usus, maka beberapa protein utuh dapat
menstimulasi reaksi kekebalan sistemik. Peristiwa ini dikenal dengan alergi
protein susu (milk protein allergy).
C. Tinjauan Umum Ampas Tahu
Tahu adalah makanan yang banyak mengandung protein nabati. Tahu
merupakan salah satu bahan pangan yang mudah dijumpai dalam kehidupan kita
sehari-hari. Banyak produsen tahu di Indonesia, mulai dari tingkat usaha kecil dan
menengah hingga produsen yang berupa pabrik tahu. Fakta tersebut juga secara
tidak langsung menyebabkan surplus produksi ampas tahu atau sisa dari
pembuatan tahu. Ampas tahu belum banyak dimanfaatkan. Sebaian besar orang
24
menganggap ampas tahu sebagai limbah yang tidak berguna, oleh sebab itu ampas
tahu kurang mempunyai nilai ekonomis.
Jika kita mengkaji lebih lanjut, sesungguhnya ampas tahu tadi masih bisa
dimanfaatkan sebagai pakan ternak yang banyak kandungan proteinya. Saat ini
belum banyak peternak yang memanfaatkan ampas tahu tadi sebagai pakan
tambahan bagi ternaknya selain konsentrat. Ampas tahu bermanfaat untuk
mempercepat proses pertumbuhan ternak. Jika dikalkulasi dari segi ekonomi,
peternak akan mendapatkan keuntungan yang lebih tinggi.
Selama ini stok ampas tahu masih melimpah, harganyapun masih sangat
murah. Lebih murah jika dibandingkan dengan harga konsentrat. Haraganya kira
kira sekitar 9-12 ribu per karung (±60-80kg). Sehingga masih sangat
menguntungkan bagi para peternak. Peternak mengalani keuntungan yang lebih
karena dengan sedikit pengeluaran tambahan untuk membeli ampas tahu tetapi
hasil yang didapat akan lebih banyak. Waktu perawatan/pertumbuhan ternak lebih
cepat karena asupan protein bagi ternak lebih tinggi.
Ampas tahu dapat dijadikan pakan bagi berbagai jenis ternak diantaranya:
1. Pakan Ternak Sapi
Pemanfaatan ampas tahu sangat efektif pada sapi potong. Sapi yang diberi
makan ampas tahu akan mengalami pertambahan berat badan yang lebih cepat.
Biasanya pemberian ampas tahu sebagai bahan pangan sapi dicampur dengan
bekatul yang diberi air dan lebih baik lagi jika dicampur dengan ketela yang telah
dicacah maka pertambahan atau pertumbuhan sapi akan lebih optimal.
25
2. Pakan Ternak Babi
Babi dapat mengalami pertumbuhan yang lebih cepat jika diberi pakan
ampas ini karena kebutuhan protein dan gizinya terpenuhi. Bahkan babi pun tetap
suka dengan ampas tahu yang sudah berhari-hari. Sementara ini penggunaan
ampas tahu pada ternak babi paling besar dibanding pada ternak-ternak yang lain.
Kandungan gizi dalam ampas tahu masih cukup banyak, oleh sebab itu ampas
tahu dapat dijadikan pakan bagi babi.
3. Pakan Ternak Kambing
Pemanfaatan ampas tahu sangat efektif pada kambing untuk mempercepat
peningkatan berat badan dan juga untuk membuat rambut pada kambing lebih
mengkilat dan halus. Asupan gizi dari ampas tahu mampu membuat produksi
daging atau pun susu kambing meningkat.
4. Pakan Ternak Kelinci
Kelinci yang diberi pakan ampas juga mempunyai berat dan ukuran yang
cukup optimum. Apalagi buat kelinci pedaging, daging yang dihasilkan lebih
banyak, juga bulu menjadi lebih mengkilap dan perawatan pakan lebih praktis.
Juga tidak ada efek samping dari penggunaan ampas tahu.
5. Pakan Ternak Bebek
Pada bebek ampas tahu dapat diberikan sebagai pengganti konsentrat,
selain harganya murah ampas tahu juga mempercepat pertumbuhan bebek-bebek
yang kemudian juga menghasilkan daging dan telur. Dengan demikian biaya
produksi telur bebek lebih ringan. Para peternak bebek dapat menghemat beaya,
26
karena dengan pakan ampas sebagai pengganti konsentrat akan menekan beaya
pemeliharaan sehingga keuntungan dapat meningkat.
6. Pakan Ternak Bandeng
Saat ini belum banyak yang menggunakan ampas tahu sebagai pakan
bandeng tetapi para pengelola tambak bandeng di daerah pesisir utara sudah mulai
menggunakannya. Harga pellet yang cukup tinggi membuat ampas tahu layak
dijadikan sebagai alternatif bagi pakan bandeng untuk menghemat pengeluaran
para peternak bandeng.
Barang limbah tidak selamanya merugikan atau tidak berguna. Berguna
atau tidaknya suatu limbah tergantung bagaimana kita dapat berinisiatif dan
berinovasi untuk menjadikannya lebih berguna. Oleh karena itu, limbah-limbah
yang dinilai kurang memiliki nilai ekonomis sesungguhnya dapat dijadikan lebih
berguna dan bahkan dapat memiliki nilai ekonomis tinggi bila kita ada kemauan
dan cerdik dalam memanfaatkannya. Seperti halnya ampas tahu, dahulu
dipandang sebelah mata tetapi sekarang punya nilai jual. Hal ini menguntungkan
bagi semua pihak, bagi pemilik pabrik pembuat tahu dapat uang tambahan dari
sisa produksi tahu (ampas tahu) yang dulunya dibuang, dan bagi peternak
beruntung karena dapat mendapat pakan ternak murah dengan kandungan protein
yang tinggi (Joe, 2010).
27
D. Tinjauan Umum Tanaman Murbei (Morus alba)
Nama dari murbei ada banyak: walot (Sunda), murbai, besaran (Jawa);
kerta, kitau (Sumatera) ; sangye (Cina), maymon, dau tam (Vietnam); morus leaf,
morus fruit, mulberry leaf, mulberry bark ; mulberry twigs, white mulberry,
mulberry (Inggris). Tumbuhan yang sudah dibudidayakan ini menyukai daerah
yang cukup basah seperti dilereng gunung, tetapi pada tanah yang berdrainase
baik, kadang ditemukan tumbuh liar. Tanaman murbei memiliki tinggi sekitar
10 m, percabangan banyak, cabang muda berambut halus, daun tunggal, letak
berseling, bertangkai yang panjangnya 4 cm. Helai daun bulat telur sampai
berbentuk jantung ujung runcing, pangkal tumpul, tepi bergerigi pertulangan
menyirip agak menonjol, permukaan atas dan bawah kasar, panjang 2,5-20 cm,
lebar 1,5-12 cm, warnanya hijau. Bunga majemuk bentuk tandan keluar dari
ketiak daun, mahkota bentuk taju warnanya putih. Buahnya banyak berupa buah
buni, berair dan rasanya enak, tumbuhan ini dibudidayakan karena daunnya
digunakan untuk makanan ulat sutra (Silk, 2008).
Jenis-jenis murbei diklasifikasikan berdasarkan bentuk dan warna bunga,
kuncup, tunas, daun dan lain-lain. Bentuk yang khas dari daun adalah daun
berlekuk dan daun utuh. Daun berlekuk selanjutnya diklasifikasikan dalam
berbagai kategori, tergantung jumlah lekukan (Anonim, 2011)b. Di Indonesia
ditemukan beberapa jenis murbei yang dapat tumbuh dengan baik antara lain:
Morus nigra, M. alba, M. bombicis var. Lembang yang merupakan murbei lokal
dan M. multicaulis, M. australis, M. alba var. macrophila, dan M. cathayana yang
merupakan murbei impor.
28
Gambar 1. Tanaman Murbei
Di Indonesia, produksi Murbei dapat mencapai 15-17 Ton BK/Ha/Tahun,
dengan masa panen 2-3 bulan dengan luas lahan mencapai 10.000 ha. Sedangkan
di negara-negara lain seperti Cina lahan murbei mencapai 626.000 ha, di India
lahan murbei mencapai 280.000 ha, di Thailand lahan murbei sekitar 35.000 ha,
dan di Brazil 35.000 ha. Ini menunjukkan bahwa produktivitas murbei cukup
tinggi dan daya adaptasi tumbuhan ini cukup baik karena mampu tumbuh subur di
berbagai negara dengan kondisi suhu yang berbeda (Sunarto, 1997). Komposisi
nutrien tanaman murbei diperlihatkan pada Tabel 1 (Syahriani, 2009) dan pada
Tabel 2 disajikan komposisi asam amino daun murbei (Bambang, 2009).
Tabel 1. Komposisi nutrien tanaman murbei (Morus alba)
Kandungan Nutrien Murbei Rataan (%)
Kadar air 85,47
Kadar abu 10,92
Serat kasar 10,52
Lemak kasar 2,89
Protein kasar 18,43
BETN 57,24
Sumber: Syahriani, 2009.
29
Tabel 2. Komposisi 15 macam asam amino daun murbei (% dari bahan kering)
Jenis asam aminoDaun Murbei (Morus alba)
Muda Tua
Aspartat 0.45 0.47
Threonin 0.36 0.34
Serin 0.16 0.21
Glutamat 0.64 0.75
Glisin 0.21 0.24
Alanin 0.31 0.32
Valin 0.29 0.28
Methionin 0.06 0.05
Isoleusin 0.18 0.20
Leusin 0.34 0.43
Tirosin 0.21 0.23
Fenilalanin 0.28 0.23
Histidin 0.11 0.11
Lisin 0.35 0.32
Arginin 0.26 0.25
Sumber: Bambang, 2009.
Bagian tanaman murbei yang dapat dimanfaatkan yaitu bagian daun,
batang, ranting, akar dan kulit batang. Daun bersifat pahit, serta manis dingin,
berkhasiat sebagai peluruh keringat (diaforetik), peluruh kencing (diuretik),
mendinginkan darah, pereda demam (antipiretik) dan memperbaiki pengelihatan.
Buah bersifat manis, berkhasiat memelihara darah, memperkuat ginjal, diuretik,
peluruh dahak (ekspektoran), hipotensif, penghilang haus, meningkatkan sirkulasi
darah dan efek tonik pada jantung. Kulit akar bersifat manis, sejuk, berkhasiat
sebagai anti asmatik, ekspektoran, diuretik, dan menghilangkan bengkak. Ranting
30
bersifat pahit, netral, berkhasiat sebagai karminatif, antipiretik, analgesik,
antireumatik dan merangsang pembentukan kolateral (Setiadi, 2007).
Hasil penelitian Wyriawan (2009) mengenai performa sapi peranakan
ongole yang diberi daun murbei sebagai pengganti konsentrat dalam ransum
berbasis jerami padi didapatkan kesimpulan bahwa penggantian 50% konsentrat
dengan daun murbei dalam ransum berbasis jerami padi (P2) dapat meningkatkan
produktivitas sapi PO. Penggunaan 50% daun murbei dalam ransum berbasis
jerami padi (P3) secara ekonomis masih lebih menguntungkan dibandingkan
penggunaan 50% konsentrat (P1).
Penelitian Kartiarso (2009) dengan judul optimalisasi potensi daun murbei
sebagai pengganti konsentrat guna mendukung peningkatan produktivitas ternak
berkelanjutan didapat kesimpulan bahwa Kombinasi daun murbei dengan bahan
yang berbeda sebagai komponen konsentrat memberikan respon yang berbeda
terhadap sapi potong. Kombinasi daun murbei dengan jagung-urea menghasilkan
produktivitas yang terbaik, akan tetapi kombinasi daun murbei dengan onggok-
urea juga dapat menjadi salah satu alternatif yang baik untuk diaplikasikan, karena
kombinasi tersebut menghasilkan i R-C rasio yang tinggi.
31
METODE PENELITIAN
Waktu dan Tempat
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember 2011 – Januari 2012 dan
bertempat di Dusun Talaga Kelurahan Juppandang Kecamatan Enrekang
Kabupaten Enrekang, dan Laboratorium Kimia Makanan Ternak Fakultas
Peternakan Universitas Hasanuddin, Makassar.
Materi Penelitian
Penelitian ini menggunakan 12 ekor induk sapi perah yang sedang laktasi
dengan masa laktasi antara 4-6 bulan. Pemberian pakan berupa ampas tahu segar
dengan analisa kandungan bahan kering ± 10%. Pakan subtitusi menggunakan
tepung daun murbei (Morus alba) dan hijauan yang diberikan berupa rumput
gajah segar secara adlibitum.
Alat yang digunakan pada penelitian ini adalah kandang, milk can, kantong
plastik, literan susu, timbangan dan oven.
Metode Penelitian
Pembuatan Tepung Murbei (Morus alba L)
Tanaman murbei yang digunakan adalah tanaman murbei yang sudah tua
(daun dan ranting yang agak lunak). Tanaman dipanen kemudian dikeringkan
selama 5-7 hari (kadar air 3-5%) kemudian digiling dengan menggunakan mesin
sampai menjadi halus (bentuk tepung).
32
Penelitian ini menggunakan induk sapi perah laktasi yang dibagi dalam tiga
perlakuan yaitu :
a. Perlakuan A (PA) adalah pemberian ampas tahu dengan tanpa penambahan
tepung murbei (kontrol) (0 + 1000 g).
b. Perlakuan B (PB) adalah pemberian tepung murbei 250 g dan penambahan
ampas tahu 750 g (250 g + 750 g).
c. Perlakuan C (PC) adalah pemberian tepung murbei 500 g dan penambahan
ampas tahu 500 g (500 g + 500 g).
Rancangan Penelitian
Penelitian menggunakan metode eksperimental Rancangan Acak Lengkap
(RAL) yang terdiri tiga perlakuan dengan empat ulangan. Pengambilan data
dilakukan dengan mengambil data awal minggu I, II, III, dan IV dari masing-
masing perlakuan. Perlakuan ini mensubtitusi ampas tahu dengan daun tanaman
murbei (Morus alba) yang sudah kering dan berbentuk tepung sebanyak 25%
/ekor/hari dan 50% /ekor/hari dari berat BK ampas tahu yang diberikan.
Parameter yang Diamati
Peubah yang diamati dalam penelitian ini adalah kualitas susu dengan
melihat kandungan bahan kering tanpa lemak, protein, dan abunya. Tiap
perlakuan diambil ½ liter susu dari pemerahan pagi kemudian dimasukkan ke
dalam tabung reaksi lalu disimpan kedalam termos dan diisi es batu, kemudian
sampel dibawa dari kabupaten Enrekang ke Makassar untuk diamati di
Laboratorium Kimia Makanan Ternak, Universitas Hasanuddin, Makassar.
Peubah yang diamati dianalisa proksimat.
33
Prosedur Kerja Parameter yang Diamati
1. Kandungan Bahan Kering Tanpa Lemak
Prosedur Kerja Bahan Kering
Alat-alat yang digunakan : neraca analitik, oven, kantong kertas, desikator,
dan gegep.
Prosedur Percobaan:
a. Kantong kertas yang disiapkan di timbang (a gram)
b. Contoh kurang lebih 10 gram ditimbang bersama dengan kantong (b
gram)
c. Bahan dioven pada suhu 70oC selama 3 hari kemudian di timbang (c
gram)
Rumus : kadar bahan kering = c−ab−a x 100%
Prosedur Kerja Kadar Lemak
Alat dan bahan yang digunakan : tabung reaksi 10ml, neraca analitik, pipet
skala 5 cc, cawan porselin, oven, desikator, gegep, dan chloroform.
Prosedur Percobaan:
a. Sampel ditimbang lebih kurang 1 gram
b. Dimasukkan kedalam tabung reaksi berskala 10 ml
c. Ditambahakan chloroform untuk mendekati skala
d. ditutup rapat kemudian dikocok dan dibiarkan bermalam
e. disaring dengan kertas tissue kedalam tabung reaksi
34
f. Dipipet 5 ml ke dalam cawan yang telah diketahui beratnya (a gram)
g. Diovenkan pada suhu 100oC selama 8 jam atau dibiarkan bermalam
h. Dimasukkan kedalam desikator lebih kurang 30 menit
i. Ditimbang (b gram)
Rumus : kadar lemak = p(b−a)berat contoh
x 100%
Bahan Kering Tanpa Lemak = Bahan Kering – Kadar Lemak
2. Kandungan Protein
Prosedur Kerja Protein
Alat dan bahan yang digunakan : cawan porselin, neraca analitik, labu
Kjedhal 100 ml, labu ukur 100 ml, labu semprot, alat penyuling nitrogen
beserta kelengkapannya (destilator), penangas listrik, lemari asam, buret
asam, pompa pengisap, Erlenmeyer, H2SO4 pekat, campuran selenium,
H3BO3 2%, larutan H2SO4 0,0229 N, dan NaOH 30%.
Prosedur Percobaan:
a. Ditimbang kurang lebih 0,5 gram sampel
b. Dimasukkan ke dalam labu Khjedhal 100 ml
c. Ditambahkan kurang lebih 1 gram campuran selenium dan 10 ml
H2SO4 pekat (teknis)
d. Labu Khjedhal bersama isinya digoyangkan sampai semua sampel
terbasahi dengan H2SO4
35
e. Destruksi dalam lemari asam sampai jernih
f. Setelah dingin, dituang ke dalam labu ukur 100 ml dan dibilas dengan
air suling
g. Dipipet 5 ml sampel dalam labu ukur 100 ml dan ditambahkan 5 ml
larutan NaOH 30% dan air suling
h. Disiapkan labu penampung yang terdiri dari 10 ml H3BO3 2%
ditambah dengan 4 tetes larutan indikator campuran dalam Erlenmeyer
100 ml
i. Disuling hingga volume penampung menjadi kurang lebih 50 ml
j. Bilas ujung penyuling dengan air suling kemudian penampang
bersama isinya dititrasi dengan larutan HCl atau H2SO4 0,0222 N
Rumus : Kadar Protein = VxNx 0,014 x6,25 xP
berat contoh x 100%
Keterangan :
V = Volume titrasi contoh
N = Normalitas larutan HCl atau H2SO4 sebagai penitar
P = Faktor pengencer 100/5
3. Kandungan Abu
Prosedur Kerja Analisa Kandungan Abu
Alat yang digunakan : cawan porselin, tanur listrik, desikator, dan gegep.
Prosedur Percobaan:
36
a. Terlebih dahulu cawan porselin dikeringkan selama kira-kira 1 jam
dalam oven pada suhu 105oC, kemudian dalam desikator selama 15
menit dan ditimbang (a)
b. Ditimbang dengan teliti lebih kurang 1 gram contoh (b) dan
dimasukkan ke dalam cawan porselin
c. Kemudian cawan bersama dengan sampel yang berada di dalamnya
dimasukkan dalam tanur dengan suhu 600oC kemudian dibiarkan
selama 3 jam sampai menjadi abu betul
d. Dibiarkan agak dingin kemudian dimasukkan ke dalam desikator
selama ½ jam
e. Timbang (C)
f. Disimpan untuk penetapan kadar kalsium dan pospor
Rumus: Kandungan Abu = a+b−c
b x 100%
Analisa Data
Data yang diperoleh diolah dengan analisis ragam sesuai Rancangan Acak
Lengkap (Gaspersz, 1994), dengan model matematika sebagai berikut:
Keterangan :
Yij : Hasil persentase ke-ij
µ : Rata-rata pengamatan (Nilai tengah umum)
α : Pengaruh perlakuan pemberian tepung daun murbei ke-i,i = 1,2,3
€ij : Galat percobaan dari perlakuan ke-i pada pengamatan ke-j,J = 1, 2, 3, 4
37
Yij = µ + αi + €ij
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Kadar Abu
Kadar abu merupakan sisa bahan yang tertinggal setelah pemanasan tinggi
yang mengakibatkan semua unsur pembentuk senyawa organik terbakan yang
menyisakan abu yang berwarna putih hingga abu-abu, sehingga kadar abu
merupakan total mineral yang terkandung dalam bahan. Hasil uji proksimat kadar
abu pada sampel susu segar sapi perah yang diberi perlakuan pemberian pakan
tambahan tepung daun murbei disajikan pada Gambar 2.
0.73
0.74
0.75
0.76
0,74a0,75a
0,75a 0.75
Kad
ar A
bu (%
)
Gambar 2. Kadar Abu (%) Susu Segar Sapi Perah yang Diberi Pakan Tambahan Tepung Daun Murbei pada Level yang Berbeda.
Gambar 2 menunjukkan bahwa total rata-rata kandungan kadar abu yang
terdapat dalam susu segar dari sapi perah yang diberi perlakuan pakan tambahan
tepung daun murbei adalah sebesar 0,75±0,025%, nilai tersebut lebih tinggi dari
angka yang dikemukakan oleh Susilorini dan Sawitri (2006) sebanyak 0,65%.
Kadar abu tertinggi adalah pada perlakuan PC (50%), diikuti perlakuan PB (35%)
dan terakhir pada perlakuan PA (0%), tetapi hasil analisis ragam (Lampiran 1)
menunjukkan tidak adanya pengaruh yang nyata (P>0,05) dari perlakuan
penambahan tepung daun murbei.
38
Kualitas susu yang dihasilkan oleh seekor sapi perah laktasi sangat
bergantung pada suplai nutrisi yang diperoleh melalui pakan, komposisi zat gizi
seperti bahan kering, protein, mineral dan kandungan vitamin akan optimal jika
nilai nutrisi pakan terpenuhi (NAS, 2003). Hasil penelitian yang diperoleh
menunjukkan hasil sesuai dengan harapan, dimana kandungan mineral yang
terindikasi dari kadar abu menunjukkan kadar yang cukup tinggi pada susu yang
berkualitas baik, yang mengindikasikan bahwa substitusi tepung daun murbei
dapat dilakukan sebagai usaha untuk memenuhi kebutuhan nutrisi sapi perah
laktasi. Labih lanjut, NAS (2003) mengemukakan bahwa, apabila kandungan
nutrisi pakan yang diberikan tidak sesuai (belum mencapai) nilai yang dibutuhkan
oleh ternak, maka ternak akan menggunakan sumberdaya yang berasal dari
tubuhnya sendiri untuk tetap menjaga kualitas susu yang dihasilkan. Hal ini dapat
berdampak negatif terhadap penampilan reproduksi dan produktifitas ternak yang
tidak optimal untuk jangka panjang.
Sapi perah yang tinggi daya produksinya, bila tidak mendapat makanan
yang cukup dan bernilai gizi tinggi yang seimbang, tidak akan menghasilkan susu
yang sesuai dengan kemampuan. Kesalahan pemberian makanan dapat
mengakibatkan gangguan kesehatan, bahkan dapat menyebabkan kematian.
Kebutuhan sapi perah akan zat-zat makanan menurut efesiensi penggunaannya
ialah kebutuhan hidup pokok, kebutuhan untuk produksi dan kebutuhan untuk
menaikkan berat badan (Sudono dan Sutardi, 1969).
39
B. Bahan Kering Tanpa Lemak
Bahan kering tanpa lemak (BKTL) merupakan total bahan kering bahan
setelah dikurangi kandungan kadar lemak, sehingga bahan kering yang tersisa
mengindikasikan komposisi protein dan mineral yang terdapat dalam susu segar.
Adapun hasil perhitungan bahan kering tanpa lemak yang diperoleh disajikan
pada Gambar 3.
7.50
8.00
8.50
9.00
9.50
10.00
8,82a8,38a
9,59a 8.93
Bah
an K
erin
g T
anpa
L
emak
(%)
Gambar 3. Kadar Bahan Kering Tanpa Lemak (BKTL) (%) Susu Segar Sapi Perah yang Diberi Pakan Tambahan Tepung Daun Murbei pada Level yang Berbeda.
Gambar 3 menunjukkan rata-rata total kadar BKTL susu segar sapi yang
diberi pakan tambahan hasil substitusi tepung daun murbei adalah 8,93%, dengan
kisaran antara 7,90% hingga 9,95%. Nilai rata-rata yang diperoleh tersebut sudah
sesuai dengan syarat mutu susu segar dalam SNI-01-3141-1998 dimana
kandungan BKTL minimum adalah 8,0%. Kesesuaian nilai BKTL yang diperoleh
tersebut mengindikasikan adanya pengaruh yang baik dari substitusi tepung daun
murbei terhadap ampas tahu yang selama ini digunakan oleh peternak sebagai
pakan tambahan, hal ini kemungkinan dipengaruhi oleh tingginya nilai gizi yang
terkandung dalam daun murbei (Syahriani, 2009; Bambang, 2009).
40
Substitusi tepung daun murbei terhadap ampas tahu sebanyak 0%
menunjukkan BKTL sebesar 8,82%, pada substitusi 25% sebesar 8,38%; dan
sebesar 9,59% pada substitusi 50%. Hasil yang diperoleh tersebut menunjukkan
bahwa subsitusi tepung daun murbei terhadap ampas tahu pada pakan ternak tidak
berpengaruh nyata terhadap kadar bahan kering tanpa lemak dari susu meskipun
kelihatannya ada kecenderungan subtitusi 500 g daun murbei member nilai yang
tertinggi.
Tidak adanya pengaruh yang signifikan dari substitusi tepung daun murbei
pada kadar BKTL ini kemungkinan disebabkan oleh lebih besarnya pengaruh
genetik (bangsa) ternak dibandingkan dengan faktor lain dalam mempengaruhi
komposisi BKTL dalam susu. Sebagaimana yang tertuang dalam Raising the
Minimum Nonfat Solids Standard to the National Average in Raw Milk: A Study of
Fluid Milk Identity Standards yang diterbitkan oleh USDA pada tahun 2003, yang
mengemukakan bahwa perbaikan genetik merupakan salah satu upaya untuk
meningkatkan solid nonfat sebagai komponen penting utama dalam susu.
Dikatakan sebagai komponen penting utama dalam susu karena bahan
kering tanpa lemak (solids nonfat) adalah protein, laktosa, mineral, asam (sitrat,
format, asetat, laktat, oksalat), enzim (peroksidase, katalase, pospatase, lipase),
gas (oksigen, nitrogen), dan vitamin (vit. A, vit. C, vit. D, tiamin, riboflavin).
Persentase atau jumlah dari masing-masing komponen tersebut sangat bervariasi
karena dipengaruhi berbagai faktor seperti faktor bangsa (breed), musim dan
lingkungan (region) dari sapi (NAS, 2003).
41
BKTL seringkali dijadikan sebagai parameter penting dalam pengukuran
kualitas susu, mengingat banyaknya produk-produk susu (yang saat ini) dikurangi
kandungan lemaknya sebagai jawaban dalam perhatian terhadap aspek kesehatan
konsumen produk sapi perah. Food and Drug Administration (FDA) menekankan
bahwa standar BKTL dalam susu segar sebesar 8,72% dari total padatan susu dan
3,67% didalamnya merupakan protein, (USDA, 2003).
C. Kadar Protein
Kadar protein didasarkan pada hasil analisis proksimat protein kasar yang
didasarkan pada pada penentuan kandungan nitrogen yang terdapat dalam bahan.
Kandungan nitrogen yang diperoleh dikalikan dengan 6,25 sebagai angka
konversi nilai nitrogen menjadi nilai protein yang terkandung dalam susu segar.
Adapun kandungan protein kasar yang diperoleh disajikan pada Gambar 4.
0.00
1.00
2.00
3.00
4.00
5.00
4,13a 4,36a
3,45b3.98
Kad
ar P
rote
in (%
)
Gambar 4. Kadar Protein (%) Susu Segar Sapi Perah yang Diberi Pakan Tambahan Tepung Daun Murbei pada Level yang Berbeda. (Keterangan: Superskrip yang berbeda menunjukkan beda nyata pada taraf 5%)
Gambar 4 menunjukkan total rata-rata kadar protein yang terkandung
dalam susu segar sapi yang diberi pakan tepung daun murbei adalah sebesar
3,98%. Kadar protein yang dihasilkan ini lebih tinggi atau sudah sesuai dengan
nilai kadar protein dalam SNI-01-3141-1998 dimana kadar protein minimum
42
sebesar 2,7%. Hal ini mungkin berkaitan dengan banyaknya kandungan asam
amino yang terkandung dalam daun murbei (Bambang, 2009) sehingga dapat
mendukung kebutuhan protein ternak sapi perah untuk dapat menghasilkan susu
segar dengan kualitas yang baik. Murbei mengandung banyak senyawa kimia
seperti ecdysterone, inokosterone, lupeol, β-sitosterol, rutin, moracetin,
scopoletin, benzaldehida, eugenol, linalol, benzyl alkohol, butylamine, aseton,
kholine dan quercetin (Kim et al., 2000). Ekstrak etanolik daun tanaman ini
dilaporkan memiliki khasiat sebagai antikanker secara in vitro karena memiliki
kandungan fitokimia seperti quercetin dan anthosianin (Kim et al., 2000; Chen et
al., 2006).
Analisis ragam (Lampiran 4) menunjukkan adanya pengaruh yang nyata
(P<0,05) dari perlakuan substitusi tepung daun murbei terhadap ampas tahu
terhadap kadar protein susu segar yang dihasilkan. Tingkat substitusi 25% (PB)
menunjukkan rerata kadar protein tertinggi sebesar 4,54%, uji lanjutan
menggunakan Uji Tukey-HSD (Lampiran 3) menunjukkan bahwa nilai kadar
protein tersebut nyata lebih tinggi (P<0,05) dibandingkan dengan tingkat
substitusi 50% (PC) dan tidak berbeda nyata (P>0,05) dibandingkan dengan
tingkat substitusi 0% (PA).
Hasil penelitian yang diperoleh menunjukkna kenaikan level substitusi
tepung daun murbei secara bertaraf 25% tidak menunjukkan respon positif
kenaikan kadar protein pada saat substitusi diberikan pada taraf 50%. Kadar
protein sampel susu segar pada substitusi 50% menunjukkan kadar protein 3,45±
0,51%, dengan kisaran data yang paling luas (Gambar 4) yang mengindikasikan
43
bahwa terdapat respon yang lebih beragam pada saat substitusi ditingkatkan dari
taraf 25% menjadi 50%. Hal ini mungkin dipengaruhi oleh adanya kandungan
tanin dalam daun murbei yang berdampak anti-nutrisi dalam pakan, Darmayanti,
dkk. (2008) melaporkan kandungan Tanin dalam murbei sebesar 0,23 – 0,45%
dengan rata-rata 0,32 dari total bahan kering. Lebih lanjut Darmayanti, dkk.
(2008) mengemukakan bahwa tanin adalah senyawa fenolik yang larut dalam air,
dengan berat molekul antara 500-3000, dapat mengendapkan protein dari larutan.
Secara kimia tanin sangat komplek dan dibagi kedalam dua grup, yaitu
hydrolizable tannin dan condensed tannin.
Widodo (2002) mengemukakan, bahwa dalam tubuh unggas khususnya
ayam, pemberian pakan yang mengandung tanin sebesar 0,3 % tidak
membahayakan. Akan tetapi apabila kadar tanin dalam pakan mencapai 0,5 %
atau lebih akan mulai memberikan pengaruhnya yaitu penekanan pertumbuhan
ayam (Widodo, 2002). Sementara pada ternak ruminansia (khususnya sapi perah)
terlihat memiliki toleransi yang lebih rendah dimana kandungan tanin dalam
pakan hanya dibolehkan hingga 0,45% (Powell et al., 2011). Walaupun
kandungan tanin dalam murbei relatif ada pada kisaran nilai yang masih rendah
dengan rataan 0,317 akan tetapi pada substitusi yang lebih tinggi maka komposisi
akumulasi tanin dalam pakan akan meningkat, sehingga dapat mempengaruhi
efisiensi pencernaan protein dalam saluran pencernaan sapi perah.
44
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Berdasarkan hasil dan pembahasan yang telah dilakukan, ditarik
kesimpulan sebagai berikut:
Subtitusi ampas tahu dan daun murbei tidak mempengaruhi terhadap kadar
abu dan bahan kering tanpa lemak, tetapi mempengaruhi kadar protein pada
subtitusi 50%.
Saran
Dari hasil penelitian ini sebaiknya dilakukan penelitian lebih lanjut untuk
menentukan sejauh mana pemberian daun murbei dengan level yang berbeda
terhadap peningkatan kualitas susu.
45
DAFTAR PUSTAKA
Anita, 2003. Pengaruh Masa Laktasi Terhadap Produksi Air Susu Sapi Fries Holland (FH) Di Kabupaten Enrekang. Jurusan Produksi Ternak Fakultas Peternakan Unuversitas Hasanuddin, Makassar.
Anonim. 1998. Standar Nasional Indonesia (SNI) 01-3141-1998 tentang Air Susu Murni.
. 2011a. Budidaya Ternak Sapi Perah.BPP Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi. Jakarta. http://ebookgratisan.net/budidaya-ternak-sapi-perah (diakses pada tanggal 15 Februari 2011).
.2011b.http://repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/13037/Bab%20I.%20Pendahuluan%20G09ili.pdf?sequence=10. Institut Pertanian Bogor (IPB). Jawa Barat (diakses pada tanggal 17 Februari 2011).
Bambang. 2009. Tanaman Penurun Kolesterol. http://www.agrisilk.com/ tanaman-penurun-kolesterol/tanaman-obat.html (diakses pada tanggal 17 Februari 2011).
Chen, P.N., 2006, Mulberry anthocyanins, cyanidin 3-rutinoside and cyanidin 3-glucoside, exhibited an inhibitory effect on the migration and invasion of a human lung cancer cell line, Cancer Letter; 235(2):248-259.
Darmayanti, E., C. M. Kusharto, R. Suprihatini dan Dadan, R. 2008. Studi kandungan katekin dan turunannya sebagai antioksidan alami serta karakteristik organoleptok produk teh murbei dan teh camellia-Murbei. Media Gizi dan Keluarga: 32 (I) 95 – 103.
Dwidjoseputro, D. 1994. Dasar - Dasar Mikrobiologi. Djambatan. Jakarta.
Etgen, W.R. 1987. Dairy Catlle Feeding and Management. John Wiley and Sons Inc, New York.
Garantjang, S. 2006. Performans Produksi Susu Sapi Perah di Kabupaten Enrekang Sul-Sel. BIPP Vol X (1) : 33 – 34. ISSN 0215 – 174 X.
Gasperz, V. 1994. Metode Perancangan Percobaan untuk Ilmu-Ilmu Pertanian, Ilmu-Ilmu Teknik, dan Biologi. Bandung : PT. Armico.
Hadiwiyoto, S. 1994. Tehnik Uji Mutu Susu dan Hasil Olahannya. Liberty. Yogyakarta.
46
Jannes.2010. Manfaat Susu Segar. http//duniasapi.com/manfaat-susu-segar/html//. Diakses 15 Maret 2011.
Joe. 2010. Manfaat Ampas Tahu Sebagai Pakan Ternak. http://joe-proudly-present.blogspot.com/2010/11/manfaat-ampas-tahu-sebagai-pakan-ternak.html// Diakses 19 Februari 2012.
Kartiarso. 2009. Optimalisasi Potensi Daun Murbei Sebagai Pangganti Konsentrat Guna Mendukung Peningkatan Produktivitas Ternak Berkelanjutan. Lembaga penelitian Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Kim S. Y., Gao J. J., Kang H. K., 2000, Two flavonoids from the leaves of Morus alba induce differentiation of the human promyelocytic leukemia (HL-60) cell line, Biol Pharm Bull. 23(4):451-5.
Manda, S.R.K. 2009. Analisa Kebutuhan Populasi dan Produksi Susu Sapi Perah Di Kabupaten Enrekang. Jurusan Produksi Ternak Fakultas Peternakan Universitas Hasanuddin, Makassar.
Mc. Dowell R.E. 1972. Improvemen of livestock Production In Warm Climates.W. H. Freeman and Company San Francisco.
Muljana, W. 1985. Kegunaan dan Pemeliharaan Sapi Perah. CV aneka Ilmu, Semarang.
Mulyaningsih. 2009. Daun Murbei Untuk Sapi. LDF FORSITA Fapet-IPB, Bogor
NAS [National Academy of Sciences], 2003. Nutrient requirements of dairy cattle / Subcommittee on Dairy Cattle Nutrition, Committee on Animal Nutrition, Board on Agriculture, National Research Council. — 7th rev. Ed. NATIONAL ACADEMY PRESS, Washington, D.C. (http://books.nap.edu/catalog/9825.html).
Powell, J.M. M. J. Aguerre, and M.A. Wattiaux. Feeding tannins to dairy cows abates ammonia emissions from brans and soil. 242nd ACS National Meeting 23 January 2011, Denver, Colorado. http://www.agrodiv.org/ documents/denver11/Agriculture%20and%20Air%20Quality/Ag%20Air%20Qual%20Matias%20Aguerre%20and%20Powell_2011.pdf (Akses: 2 Februari 2012).
Setiadi, A. 2007. Murbei (Morus alba L). Laboratorium Kimia Hasil HutanFakultas KehuatananInstitut Pertanian Bogor.
47
Silk, B.J. 2008. Khasiat Daun Murbei (Morus alba L). http://ariefjais. blogspot.com/2008/03/khasiat-murbei.html (diakses pada tanggal 17 Februari 2011).
Siregar, S. 1996. Sapi Perah, Jenis, Teknik Pemeliharaan dan Analisa Usaha. Penebar Swadaya Anggota IKAPI, Jakarta.
. 1996. Pemeliharaan Sapi Perah Laktasi di Daerah Daratan Rendah. Wiratazoa, Majalah seni Ilmiah Peternakan. Pusat Penelitian dan Pengembangan Penelitian, Departemen Pertanian, Bogor.
Sudono, A. Dan Sutardi, T. 1969. Pedoman Beternak Sapi Perah. Direktorat Peternakan Rakyat, Direktorat Jenderal Peternakan. Departemen Pertanian, Jakarta.
Sunarto, H. 1997. Budidaya Murbei & Usaha Pesutraan Alam.Yogyakarta : Kanisius.
Susilorini, T.E. dan Sawitri, M.E. 2006.Produk Olahan Susu.Jakarta : Penebar Swadaya.
Syahrir, S., K.G.Wiryawan, A. Parakkasi, Winugroho dan O.N.P.Sari 2009.Efektivitas Daun Murbei Sebagai Pengganti Konsentrat dalam Sistem Rumen in Vitro/Media Peternakan Agustus. 2009.32(2):112-119.
Syahriani, S. 2009. Produksi Murbei di Indonesia. Lembaga ilmu pengetahuan indonesia. Bogor.
Syarief, Z. 1985. Ternak Perah. Jakarta : CV. Yasaguna.
Tillman, A.D. H. Hartadi, S. Prawirokusumo dan S. Lebdosoekoedjo. 1982. Ilmu Makanan Ternak Dasar. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.
Thomas, O.O. 1978. Management Of Cows and Their Caves During The Summer From the of Breeding Season to Weaning. In The A Course Manual In Beef Cattel Production. And. C.C. O’ Mary and I.A. Dyer. 2 nd. Ed, Lea and Febiger Philadelphia. (209-222).
USDA [U.S. Department of Agriculture] 2003. Raising the Minimum Nonfat Solids Standard to the National Average in Raw Milk: A Study of Fluid Milk Identity Standards. Dairy Programs Agricultural Marketing Service United States Department of Agriculture. Whitten Building, Washington, DC.
Widodo, 2002. Nutrisi dan Pakan Unggas Kontekstual, Universitas Muhammadiyah, Malang.
48
Wyriawan. 2009. Performa Sapi Peranakan Ongole Yang Diberi Daun Murbei Sebagai Pengganti Konsentrat Dalam Ransum Berbasis Jerami Padi. IPB (Bogor Agricultural University). Bogor.
49
Lampiran 1. Hasil Analisa Bahan
KODEULANGA
NKOMPOSISI (%)
ABU BK TANPA LEMAK PROTEIN1 0,74 8,58 4,212 0,74 8,40 4,01
A 3 0,75 8,54 4,394 0,73 9,77 3,89
Rata-rata 0,74 8,82 4,131 0,75 7,99 4,022 0,72 7,87 4,71
B 3 0,80 7,92 4,604 0,73 9,73 4,10
Rata-rata 0,75 8,38 4,361 0,76 9,46 3,222 0,71 9,23 2,85
C 3 0,77 11,34 4,004 0,77 8,32 3,74
Rata-rata 0,75 9,59 3,45
Lampiran 2. Analisa Kadar Abu
50
Univariate Analysis of Variance
Between-Subjects Factors
N
Perlakuan P0 4
P1 4
P2 4
Descriptive StatisticsDependent Variable:Abu
Perlakuan Mean
Std. Deviation N
P0 .7400 .00816 4P1 .7500 .03559 4P2 .7525 .02872 4Total .7475 .02491 12
Lampiran 3. Analisa Kadar Bahan Kering Tanpa Lemak
51
Univariate Analysis of Variance
Between-Subjects Factors
N
Perlakuan P0 4
P1 4
P2 4
Descriptive StatisticsDependent Variable:BK_Tp_Lemak
Perlakuan Mean
Std. Deviation N
P0 8.8225 .63636 4P1 8.3775 .90301 4P2 9.5875 1.26779 4Total 8.9292 1.02156 12
Lampiran 4. Analisa Kadar Protein
52
Univariate Analysis of Variance
Between-Subjects Factors
N
Perlakuan P0 4
P1 4
P2 4
Descriptive StatisticsDependent Variable:Protein
Perlakuan Mean
Std. Deviation N
P0 4.1250 .22053 4P1 4.3575 .34798 4P2 3.4525 .51623 4Total 3.9783 .52879 12
Tests of Between-Subjects EffectsDependent Variable:Protein
SourceType III Sum
of Squares df Mean Square F Sig.
Corrected Model
1.767a 2 .884 6.077 .021
Intercept 189.926 1 189.926 1.306E3 .000Perlakuan 1.767 2 .884 6.077 .021Error 1.309 9 .145Total 193.001 12Corrected Total 3.076 11
a. R Squared = .575 (Adjusted R Squared = .480)
Post Hoc Tests
53
Perlakuan
Multiple ComparisonsDependent Variable:Protein
(I) Perlakuan
(J) Perlakuan
Mean Difference (I-
J) Std. Error Sig.
95% Confidence Interval
Lower Bound Upper Bound
LSD P0 P1 -.2325 .26963 .411 -.8425 .3775
P2 .6725* .26963 .034 .0625 1.2825
P1 P0 .2325 .26963 .411 -.3775 .8425
P2 .9050* .26963 .008 .2950 1.5150
P2 P0 -.6725* .26963 .034 -1.2825 -.0625
P1 -.9050* .26963 .008 -1.5150 -.2950
Based on observed means. The error term is Mean Square(Error) = .145.*. The mean difference is significant at the .05 level.
Homogeneous Subsets
Protein
Perlakuan N
Subset
1 2
Duncana P2 4 3.4525
P0 4 4.1250
P1 4 4.3575
Sig. 1.000 .411
Means for groups in homogeneous subsets are displayed. Based on observed means.The error term is Mean Square (Error)145.
a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 4.000.
54
Protein
Perlakuan N
Subset
1 2
Duncana P2 4 3.4525
P0 4 4.1250
P1 4 4.3575
Sig. 1.000 .411
Means for groups in homogeneous subsets are displayed. Based on observed means.The error term is Mean Square (Error)145.
55
RIWAYAT HIDUP
Gary Anugrah T (I 111 06 019) lahir di Makassar tanggal 8
Oktober 1988. Anak pertama dari dua bersaudara, dari pasangan
Andi Tau dengan Cherry Yassen. Pendidikan pertama saya di SD
Pertiwi, kemudian melanjutkan lagi ke pendidikan ditingkat SMP
Negeri 3 Makassar. Pada tahun 2003 saya melanjutkan pendidikan di tingkat
SMA , tepatnya pada SMA Kartika Wirabuana-I Makassar dan selesai pada tahun
2006. Sekarang tengah menjalani pendidikan ditingkat perguruan tinggi disalah
satu universitas negeri yang ada di Makassar pada Fakultas Peternakan jurusan
Produksi Ternak yaitu pada Universitas Hasanuddin, Makassar.
56