bab ii landasan teori - uinbanten.ac.idrepository.uinbanten.ac.id/1472/4/bab ii.pdf · 2017. 12....
TRANSCRIPT
13
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Pengertian Investasi
Secara filosofis, investasi berarti segala sesuatu yang
dilakukan untuk meningkatkan nilai tambah. Sedangkan dalam
pengertian ekonomi, investasi memiliki arti sebagai pengeluaran
yang dilakukan untuk meningkatkan nilai tambah.1
Investasi dikategorikan dalam dua bentuk yaitu investasi
nyata (real investment) dan investasi keuangan (financial
investment). Pada dua bentuk investasi ini menurut William F.
Sharpe dkk., menegaskan bahwa pada perekonomian primitif hampir
semua investasi lebih condong ke investasi nyata, sedangkan pada
perekonomian modern lebih dilakukan investasi keuangan karena
lembaga-lembaga investasi yang berkembang pesat memberi
fasilitas untuk berinvestasi nyata. Berdasarkan penjelasan tersebut,
kedua bentuk investasi lebih bersifat komplementer, bukan
kompetitif. Dengan demikian, ukuran kemajuan ekonomi suatu
negara dapat dilihat dari keberadaan dan kualitas bursa efeknya yang
diakui oleh para pebisnis.2
B. Pengertian Pasar Modal
Kegiatan pasar modal di Indonesia diatur dalam Undang-
Undang No. 8 Tahun 1995 (UUPM), yaitu:
1Zaini Ibrahim, Pengantar Ekonomi Makro Edisi Revisi (Banten: Lembaga
Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LP2M), 2013), 49. 2Irham Fahmi, Manajemen Investasi Edisi 2 (Jakarta Selatan: Penerbit
Salemba, 2015), 4.
14
Pasal 1 butir 13 Undang-Undang No. 8 Tahun 1995
menyatakan bahwa pasar modal adalah kegiatan yang
bersangkutan dengan penawaran umum dan perdagangan efek,
perusahaan publik yang berkaitan dengan efek yang
diterbitkannya serta lembaga dan profesi yang berkaitan
dengan efek.3
Dalam arti sempit, pengertian pasar merupakan tempat para
penjual dan pembeli bertemu untuk melakukan transaksi langsung
dalam satu tempat. Namun, dalam arti luas pengertian pasar
merupakan tempat melakukan transakti antara pembeli dan penjual,
di mana pembeli dan penjual tidak harus bertemu dalam suatu
tempat atau bertemu langsung, tetapi dapat dilakukan melalui sarana
informasi yang ada seperti sarana elektronika. Pengertian pasar
modal secara umum merupakan suatu tempat bertemunya para
penjual dan pembeli untuk melakukan transaksi dalam rangka
memperoleh modal. Penjual dalam pasar modal merupakan
perusahaan yang membutuhkan modal (emiten), sehingga mereka
berusaha untuk menjual efek-efek di pasar modal. Sedangkan
pembeli (investor) adalah pihak yang ingin membeli modal di
perusahaan yang menurut mereka menguntungkan.4
Suatu gejala dalam kehidupan dunia perusahaan sekarang ini
adalah bahwa perusahaan tidak lagi berpuas diri bergerak dalam
skala kecil, melainkan dalam skala besar. Untuk itu, perusahaan
tersebut tentunya memerlukan modal. Dari sini ada beberapa
alternatif pilihan yang dapat diambil oleh perusahaan tersebut
3Nurul Huda dan Mohamad Heykal, Lembaga Keuangan Islam ( Jakarta:
Kencana Prenada Media Group, 2013), 220. 4Kasmir, Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya (Jakarta: Rajawali Pers,
2013), 184.
15
sebagai upaya untuk pemenuhan modal tersebut, yaitu melalui bank,
pasar modal, atau lembaga pembiayaan sebagai sumber
pandangannya. Jika pilihan jatuh pada pasar modal, perusahaan
tersebut akan berhadapan dengan investor di pasar modal. Investor
di pasar modal adalah masyarakat. Dari masyarakat, perusahaan
akan memperoleh tambahan modal yang akan dipakai untuk
mengembangkan perusahaan dalam skala yang lebih besar tersebut.5
C. Reksadana Syariah
1. Pengertian Reksadana
Reksadana adalah salah satu instrumen investasi bagi
masyarakat, baik individu, usaha, maupun perorangan atau badan
usaha yang memiliki kelebihan dana, khususnya pemodal kecil
dan pemodal yang memiliki waktu terbatas dan tidak memiliki
keahlian untuk menghitung risiko atas investasi mereka.6
Menurut UU No. 8 Tahun 1995 tentang pasar modal,
Pasal. 1 ayat (27), reksadana adalah wadah yang dipergunakan
untuk menghimpun dana dari masyarakat pemodal untuk
selanjutnya diinvestasikan dalam portofolio efek oleh Manajer
Investasi (MI). Terdapat 2 (dua) hal yang terkait dengan definisi
tersebut yaitu: dana berasal dari masyarakat investor (masyarakat
yang kelebihan dana) dan dana dikelola dalam portofolio yang
5Khaerul umam, Pasar Modal Syariah & Praktik Pasar Modal Syariah
(Bandung: CV Pustaka Setia, 2013), 33. 6Tri Hendro dan Conny Tjandra Rahardja, Bank & Institusi Keuangan Non
Bank Di Indonesia (Yogyakarta: UPP STIM YKPN, 2014), 266.
16
dikelola MI. MI adalah pihak yang memiliki keahlian dan
dipercaya untuk meneglola dana tersebut.7
2. Landasan Hukum Reksadana Syariah
Pandangan Islam tentang reksadana syariah ini dikutip dari
Lokakarya Alim Ulama tentang reksadana syariah, yang
diselenggarakan oleh Majelis Ulama Indonesia bekerja sama
dengan Bank Muamalat Indonesia tanggal 24-25 Rabiul Awwal
1417 H. bertepatan dengan 29-30 Juli 1997 M. di Jakarta. Seperti
dalam Firman Allah SWT yang menyatakan:
Orang-orang yang memakan riba tidak dapat berdiri melainkan
seperti berdirinya orang yang kemasukan setan karena gila.
Yang demikian itu karena mereka berkata bahwa jual beli itu
sama dengan riba. Padahal Allah telah menghalalkan jual beli
dan mengharamkan riba. Barang siapa mendapat peringatan
dari Tuhannya, lalu dia berhenti, maka apa yang diperolehnya
dahulu menjadi miliknya dan urusannya (terserah) kepada
Allah. Barang siapa mengulangi, maka mereka itu penghuni
neraka, mereka kekal di dalamnya (Q.S Al-Baqarah: 275).8
7Tri Hendro dan Conny Tjandra Rahardja, Bank & Institusi Keuangan Non
Bank Di Indonesia (Yogyakarta: UPP STIM YKPN, 2014), 266. 8Quran Alfatih, Al-Qur’an dan Terjemahannya (Jakarta: PT Insan Media
Pustaka, 2013), 47.
17
Allah SWT memerintahkan orang-orang yang beriman agar
memenuhi akad yang mereka lakukan seperti disebut dalam Al-
Qur‟an surat al-Maidah ayat 1:
Wahai orang-orang yang beriman beriman! Penuhilah akad-
akad. Hewan ternak dihalalkan bagimu, kecuali yang akan
disebutkan kepadamu. (yang demikian itu) dengan tidak
menghalalkan berburu ketika kamu sedang mengerjakan haji.
Sesungguhnya Allah menetapkan hukum-hukum menurut yang
dikehendaki-Nya (Q.S Al-Maidah: 1)9
Dimaksud dengan Akad (perjanjian) mencakup: janji
prasetia hamba kepada Allah dan perjanjian yang dibuat oleh
manusia dalam pergaulan sesamanya. Syarat-syarat yang berlaku
dalam sebuah akad, adalah syarat-syarat yang ditentukan sendiri
oleh kaum muslimin, selama tidak melanggar ajaran Islam.
Dalam reksadana konvensional berisi akad muamalah yang
dibolehkan dalam Islam, yaitu jual beli dan bagi hasil
(mudharabah/musyarakah). Di sana terdapat banyak maslahah,
seperti memajukan perekonomian, saling memberikan
keuntungan di antara para pelakunya, meminimalkan risiko dalam
pasar modal dan sebagainya. Namun didalamnya juga ada hal-hal
yang bertentangan dengan Islam. Islam dapat menerima usaha
semacam reksadana sepanjang hal yang tidak bertentangan
dengan Islam.10
9Quran Alfatih, Al-Qur’an dan Terjemahannya, 106.
10Veithzal Rivai, dkk, Islamic Financial Management (Bogor: Ghalia
Indonesia, 2010), 440.
18
3. Prinsip Reksadana Syariah
Reksadana syariah berbeda dengan reksadana konvensional
dalam operasionalnya. Hal yang paling tampak adalah proses
screening dalam mengkonstruksi portofolio. Filterisasi menurut
prinsip Islam akan mengeluarkan saham yang memiliki aktivitas
haram, seperti riba, minuman keras, judi, daging babi dan rokok.
Mekanisme operasional antara pemodal dengan manajer investasi
dalam reksadana syariah menggunakan sistem wakalah. Pada
akad wakalah tersebut, pemodal memberikan mandat kepada
manajer investasi untuk melakukan investasi bagi kepentingan
pemodal, sesuai dengan ketentuan yang tercantum dalam
prospektus serta mudarabah antara manajer investasi dengan
pengguna investasi.11
4. Bentuk-bentuk Reksadana
1) Reksadana Berbentuk Persero (Corporate Type). Dalam
bentuk ini, perusahaan penerbit reksadana (emiten) yang
kegiatannya menghimpun dana dengan menjual saham, dan
selanjutnya dari hasil penjualan tersebut diinvestasikan pada
berbagai jenis efek yang diperdagangkan di pasar modal dan
pasar uang.
2) Reksadana Berbentuk Kolektif (Contractual Type). Reksadana
ini merupakan kontrak antara Manajer Investasi dengan Bank
Kusrodian yang mengikat pemegang unit penyertaan, di mana
11Nurul Hudan dan Muhammad Heykal, Lembaga Keuangan Islam Tinjauan
Teoritis Dan Praktis (Jakarta: Kencana Prenadamedia Group, 2013), 230-231.
19
MI diberi wewenang untuk mengelola portofolio investasi
kolektif dan bank kustodian diberi wewenang untuk
melaksanakan penitipan kolektif.12
5. Jenis-jenis Reksadana
Beberapa jenis reksadana yang dapat dijelaskan sebagai
berikut:
1) Reksadana Pasar Uang (Money Market Fund). Reksadana ini
hanya melakukan investasi pada pasar uang, antara lain:
deposito, sertifikat deposito, efek bersifat utang dengan jatuh
tempo kurang dari 1 (satu) tahun. Tujuan reksadana ini adalah
untuk menjaga likuiditas dan pemeliharaan modal. Reksadana
ini dapat dengan mudah mempertahankan nilai awal modal
karena tidak memiliki risiko kerugian yang umumnya dapat
ditimbul oleh Efek Saham.
2) Reksadana Pendapatan Tetap (Fixed Income Fund).
Reksadana jenis ini melakukan investasi sekurang-kurangnya
(minimal) 80% dari aktivanya (asetnya) dalam bentuk efek
bersifat utang seperti deposito, SBI, obligasi, dan surat utang
lainnya dan 20% dari dana yang dikelola dapat diinvestasikan
pada instrument lainnya. Reksadana ini memiliki risiko yang
relatif besar dibandingkan reksadana pasar uang. Tujuannya
adalah untuk menghasilkan tingkat pengembalian yang stabil
dan reksadana ini sangat sesuai bagi pemodal yang tidak
12
Heri Sudarsono, Bank dan Lembaga Keuangan Syariah Edisi Keempat
(Yogyakarta, Kampus Fakultas Ekonomi Universitas Islam Indonesia Condongcatur,
2015), 222-223.
20
berkeberatan untuk menanggung risiko kehilangan sebagian
kecil dari modal atau dana awal.
3) Reksadana Saham (Equity Fund). Reksadana yang melakukan
investasi sekurang-kurangnya (minimal) 80% dari aktivanya
dalam bentuk efek yang bersifat ekuitas dalam waktu jangka
panjang. Karena investasinya dilakukan pada saham maka
risikonya lebih tinggi dari dua jenis reksadana sebelumnya
namun menghasilkan tingkat pengembalian yang lebih
tinggi.13
Tabel 2.1 Perbedaan Reksadana Saham dengan Investasi Saham14
Investasi Saham Secara
Langsung
Membeli Reksadana Saham
Perlu pengetahuan dan
informasi yang up to date,
akurat dan komprehensif.
Tidak harus memiliki
pengetahuan dan informasi
seperti investasi secara
langsung
Modal awal investasi besar.
Minimal deposito awal Rp 25
juta.
Investasi awal kecil.
Bisa memilih saham sendiri. Tidak bisa memilih sendiri.
13
Heri Sudarsono, Bank dan Lembaga Keuangan Syariah Edisi Keempat,
224-225. 14
Heri Sudarsono, Bank dan Lembaga Keuangan Syariah Edisi Keempat,
225.
21
Investor harus mengelola
Portofolio sendiri
Pengelolaan Portofolio
dilakukan oleh PMI dan Bank
Kustodian
Diversifikasi portofolio tidak
dapat tercapai dengan dana
kecil.
Diversifikasi tercapai secara
otomatis.
Akses untuk mendapat saham
IPO untuk penjatahan tetap,
terbatas.
Reksadana lebih mudah
mendapatkan pejahatan dari
tetap dalam IPO.
Tidak terkena entry fee,
management fee, kustodian
fee, redemption fee dan lain-
lain
Ada entry fee, management
fee, custodian fee, dan
redeption fee.
4) Reksadana Campuran (Discretionary Fund). Reksadana jenis
ini melakukan investasi dalam efek bersifat ekuitas dan efek
bersifat utang.15
5) Reksadana Terproteksi (Capital Protected Fund) memiliki
mekanisme proteksi dalam kebijakan investasinya sehingga
jumlah investasi yang terproteksi sekurang-kurangnya sama
dengan jumlah awal. Sebagian besar dana yang dikelola akan
dimasukkan pada efek bersifat utang yang pada saat jatuh
tempo sekurangnya dapat menutup nilai yang diproteksi.
15
Heri Sudarsono, Bank dan Lembaga Keuangan Syariah Edisi Keempat,
225.
22
Sisanya diinvestasikan kepada efek lain, sehingga investor
masih punya peluang memperoleh peningkatan NAB.16
6. Keunggulan Investasi di Reksadana
Adapun keunggulan investasi di reksadana apabila
menyimpan dana di reksadana, adalah sebagai berikut:
1) Pemodal walaupun tidak memiliki dana yang cukup besar
dapat melakukan diversifikasi investasi dalam efek, sehingga
dapat memperkecil resiko. Sebagai contoh, di Danareksa
Securitas, dengan uang senilai Rp100.000,00, investor dapat
memiliki portofolio investasi saham dan obligasi atau investasi
di pasar uang atau syariah atau kombinasi, sesuai dengan paket
yang dipilih.
2) Melalui investasi reksadana, reksadana mempermudah
pemodal untuk melakukan investasi di pasar modal. Investor
dapat memilih dan membeli saham-saham terbaik meskipun
investor tidak memiliki pengetahuan dan keahlian di bidang ini
karena menentukan saham-saham yang baik untuk dibeli
bukanlah pekerjaan yang mudah, namun memerlukan
pengetahuan dan keahlian tersendiri.17
3) Efisiensi waktu, dengan melakukan investasi pada reksadana
dimana dana tersebut dikelola oleh manajer investasi
16
Tri Hendro dan Conny Tjandra Rahardja, Bank & Institusi Keuangan Non
Bank Di Indonesia (Yogyakarta: UPP STIM YKPN, 2014), 267. 17
Tri Hendro dan Conny Tjandra Rahardja, Bank & Institusi Keuangan Non
Bank Di Indonesia, 268.
23
profesional maka pemodal tidak perlu memantau kinerja
investasinya hal tersebut telah dialihkan kepada MI tersebut.18
4) Dengan seluruh dana dari masyarakat akan terkumpul jumlah
dana yang lebih besar sehingga MI akan lebih fleksibel dalam
mengalokasikan dana pada portofolio investasi saham,
obligasi, dan deposito.19
7. Risiko Reksadana
Sedangkan risiko yang akan dihadapi bila menyimpan dana
ke reksadana, adalah sebagai berikut:
1) Risiko berkurangnya Nilai Unit Penyerta (NUP), risiko ini
dipengaruhi oleh turunnya harga dari efek (saham, obligasi,
derivatif dan surat berharga lainnya) yang masuk dalam
portofolio reksadana tersebut akibat kenaikan atau penurunan
Nilai Aktiva Bersih Reksadana.
2) Risiko likuiditas, risiko ini menyangkut kesulitan yang
dihadapi oleh Manajer Investasi jika sebagian besar pemegang
unit melakukan penjualan kembali (redemption) atas unit-unit
yang dipegangnya. MI kesulitan dalam menyediakan uang
tunai atas redemption tersebut.
3) Risiko wanprestasi, dimana risiko ini dapat timbul ketika
perusahaan asuransi yang mengasuransikan kekayaan
reksadana tidak segera membayar ganti rugi (klaim) atau
18
Heri Sudarsono, Bank dan Lembaga Keuangan Syariah Edisi Keempat
(Yogyakarta: Kampus Fakultas Ekonomi Universitas Islam Indonesia Condongcatur,
2015), 227. 19
Tri Hendro dan Conny Tjandra Rahardja, Bank & Institusi Keuangan Non
Bank Di Indonesia (Yogyakarta: UPP STIM YKPN, 2014), 268.
24
membayar lebih rendah dari nilai pertanggungan saat terjadi
hal-hal yang tidak diinginkan, seperti wanprestasi dari pihak-
pihak yang terkait dengan reksadana, pialang, bank kustodian,
agen pembayaran atau bencana alam yang dapat menurunkan
NAB reksadana.20
8. Nilai Aktiva Bersih (NAB)
Nilai Asset Value (NAV) atau nilai aktiva bersih (NAB)
merupakan alat ukur kinerja reksadana. Nilai aktiva bersih
berasal dari nilai portofolio reksadana yang bersangkutan. Aktiva
atau kekayaan reksadana dapat berupa kas, deposito, SBPU, SBI,
surat berharga komersial, saham, obligasi, right, dan efek lainnya.
Sementara kewajiban reksadana dapat berupa fee manajer
investasi yang belum dibayar, fee Bank Kustodian yang belum
dibayar, pajak-pajak yang belum dibayar, fee broker yang belum
dibayar serta efek yang belum dilunasi. NAB merupakan jumlah
aktiva setelah dikurangi kewajiban-kewajiban yang ada.
Sedangkan NAB per Unit Penyertaan merupakan jumlah NAB
dibagi dengan jumlah nilai unit penyertaan yang beredar
(outstanding) yang telah beredar (dimiliki investor) pada saat
tertentu. NAV per saham/unit dihitung setiap hari oleh bank
kustodian setelah mendapat dana dari MI dan nilainya dapat
dilihat dari surat kabar yang dilihat reksadana bersangkutan setiap
hari. Besarnya NAV bisa berfluktuasi setiap hari, tergantung dari
20
Heri Sudarsono, Bank dan Lembaga Keuangan Syariah Edisi Keempat
(Yogyakarta: Kampus Fakultas Ekonomi Universitas Islam Indonesia Condongcatur,
2015), 227.
25
perubahan nilai efek dari portofolio. Meningkatnya NAV
mengindikasikan naiknya nilai investasi pemegang saham/unit
penyertaan. Begitupun sebaliknya menurun berarti berkurang
nilai investasi pemegang unit penyerta.21
Nilai Asset Value (NAV) perusahaan investasi dapat
dihitung dengan menggunakan rumus:22
=
Keterangan:
= Nilai Aktiva Bersih pada periode t
= Total Nilai Pasar Aktiva pada periode t
= Total Kewajiban Reksadana pada periode t
= Jumlah unit penyertaan beredar pada periode t
D. Inflasi
1. Pengertian Inflasi
Inflasi adalah kenaikan harga barang-barang yang bersifat
umum dan terus-menerus. Dari definisi ini, ada tiga komponen
yang harus dipenuhi agar dapat dikatakan telah terjadi inflasi
yaitu kenaikan harga, bersifat umum, dan berlangsung terus-
menerus dalam rentang waktu tertentu.23
Inflasi didefinisikan
21
Heri Sudarsono, Bank dan Lembaga Keuangan Syariah Edisi Keempat,
226. 22
Fitria Saraswati, “Analisis Pengaruh Sertifikat Bank Indonesia Syariah,
Inflasi, Nilai Tukar Rupiah, dan Jumlah Uang Beredar terhadap Nilai Aktiva Bersih
Reksadana Syariah,” (Skripsi, Fakultas Ekonomi dan Bisnis, UIN Syarif
Hidayatullah, Jakarta, 2013). 23
Pratama Raharja dan Mandala Manurung, Teori Ekonomi Makro Suatu
Pengantar Edisi Keempat (Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas
Indonesia, 2008), 165.
26
sebagai kenaikan harga umum secara terus menerus dari suatu
perekonomian.24
Apabila terjadi kenaikan harga satu barang yang
tidak memengaruhi harga barang lain, sehingga harga tidak naik
secara umum, kejadian seperti itu bukanlah inflasi. Kecuali bila
yang naik itu seperti harga BBM, ini berpengaruh terhadap harga-
harga lain sehingga secara umum semua produk hampir
mengalami kenaikan harga. Bila kenaikan harga itu terjadinya
sesaat kemudian turun lagi, itupun belum dikatakan inflasi,
karena kenaikan harga yang diperhitungkan dalam konteks inflasi
mempunyai rentang waktu minimal sebulan.25
2. Jenis-jenis Inflasi
Jenis-jenis inflasi dikategorikan sebagai menurut parah
tidaknya inflasi, Janis-jenis inflasi tersebut yaitu:26
1) Inflasi Ringan (di bawah 10% setahun)
2) Inflasi Sedang (antara 10-30% setahun)
3) Inflasi Berat (antara 30-100% setahun)
4) Hiperinflasi (di atas 100% setahun)
3. Faktor-faktor Penyebab inflasi :
1) Inflasi permintaan (demand pull inflation). Inflasi ini timbul
karena permintaan masyarakat akan berbagai macam barang
terlalu kuat. Demand pull inflation terjadi karena kenaikan
24
Nurul Huda, dkk, Ekonomi Makro Islam Pendekatan Teoritis (Jakarta:
Kencana Prenadamedia Group, 2014), 175. 25
Asfia Murni, Ekonomika Makro Edisi Revisi (Bandung: PT Refika
Aditama, 2016), 218. 26
Julius R. Latumaerissa, Perekonomian Indonesia dan Dinamika Ekonomi
Global (Jakarta: Mitra Wacana Media, 2015), 174.
27
permintaan agregat di mana kondisi perekonomian telah
berada pada kesempatan kerja penuh.
2) Inflasi Biaya Produk (cost push inflation). Inflasi ini timbul
karena kenaikan biaya produksi atau berkurangnya penawaran
agregatif. Pada cost push inflation tingkat penawaran lebih
rendah dibandingkan tingkat permintaan. Karena adanya
kenaikan harga faktor produksi sehingga produsen terpaksa
mengurangi produksinya sampai pada jumlah tertentu.27
4. Inflasi Menurut Badan Pusat Statistik (BPS)
Inflasi Umum (Headline Inflation), inflasi umum adalah
komposit dari inflasi inti, inflasi administered prices, dan inflasi
volatile foods. Atau dengan kata lain inflasi umum adalah inflasi
seluruh barang dan jasa yang dimonitor harganya secara periodik.
Secara umum penghitungan inflasi dari IHK mengikuti rumus
berikut:
Keterangan:
IHKt = Indeks Harga Konsumen pada periode t
IHKt-1 = Indeks Harga Konsumen sebelum periode t
Sebagai contoh, diketahui IHK Umum bulan Juli 2009
sebesar 114,61 sedangkan IHK Umum bulan Juni 2009 sebesar
27
Julius R. Latumaerissa, Perekonomian Indonesia dan Dinamika Ekonomi
Global, 175.
28
114,10 maka besarnya angka inflasi IHK Umum bulan Juli 2009
adalah {(114,61-114,10)/114,10} x 100% = 0,45%.28
5. Inflasi dalam Perspektif Ekonomi Islam
Al-Maqrizi membagi Inflasi ke dalam dua macam, yaitu
inflasi akibat berkurangnya persediaan barang dan inflasi akibat
kesalahan akibat kesalahan manusia.29
Allah berfirman dalam surat Ar-Rum ayat 41:
Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena
perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada
mereka sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka
kembali (ke jalan yang benar) (Q.S Ar-Rum: 41)30
Menurut para ekonom Islam, inflasi berakibat sangat buruk
bagi perekonomian karena:31
1. Menimbulkan gangguan terhadap fungsi uang, terutama
terhadap fungsi tabungan (nilai simpan), fungsi dari
pembayaran di muka, dan fungsi dari unit penghitungan.
Orang harus melepaskan diri dari uang dan asset keuangan
akibat dari beban inflasi tersebut. Inflasi juga telah
28
Julius R. Latumaerissa, Perekonomian Indonesia dan Dinamika Ekonomi
Global, 177. 29
Nurul Huda, dkk, Ekonomi Makro Islam Pendekatan Teoretis (Jakarta:
Kencana Prenadamedia Group, 2014), 189. 30
Quran Alfatih, Al-Qur’an dan Terjemahannya (Jakarta: PT Insan Media
Pustaka, 2013), 408. 31
Adiwarman A. Karim, Ekonomi Makro Islam Edisi Ketiga (Jakarta:
Rajawali Pers, 2014), 139.
29
mengakibatkan terjadinya inflasi kembali, atau dengan kata
lain „self feeding inflation‟;
2. Melemahkan semangat menabung dan sikap terhadap
menabung dari masyarakat (turunnya Marginal Propensity to
Save);
3. Meningkatkan kecenderungan untuk berbelanja terutama
untuk non-primer dan barang-barang mewah (naiknya
Marginal Propensity to Consume);
4. Mengerahkan investasi pada hal-hal yang non-produktif yaitu
penumpukan kekayaan (hoarding) seperti: tanah, bangunan,
logam mulia, mata uang asing dengan mengorbankan investasi
ke arah produktif seperti: pertanian, industrial, perdagangan,
transportasi, dan lainnya.
E. Jumlah Uang Beredar
1. Pengertian Uang
Uang adalah segala sesuatu yang dapat diterima masyarakat
secara umum, dan dipercaya sebagai alat pembayaran yang sah
untuk keperluan transaksi, sebagai satuan hitung, dan sebagai alat
penyimpan nilai.32
Uang memiliki empat fungsi, yaitu sebagai berikut: 1)
Satuan hitung (unit of account), artinya uang dapat menentukan
satuan ukur yang sama terhadap semua barang, 2) sebagai alat
pembayaran dalam transaksi (medium of exchange), artinya dapat
digunakan untuk mempermudah transaksi jual beli, 3) Penyimpan
32
Asfia Murni, Ekonomi Makro Edisi Revisi (Bandung: PT Refika Aditama,
2016), 123.
30
nilai (store of value), artinya uang dapat digunakan untuk
menyimpan nilai dari kekayaan yang dimiliki, 4) Standar
pembayaran pada masa yang datang (standar of deffered
payment), artinya uang dapat juga digunakan untuk pembayaran
yang mungkin terjadi pada masa mendatang, misalnya
pembayaran gaji pegawai, pekerjaan hari ini tidak dibayarkan
hari ini tapi diterima di akhir atau di awal bulan. Dan ada
beberapa syarat agar uang dapat berfungsi sebagaimana mestinya
yaitu: 1) Uang harus dapat diterima secara umum. 2) Uang harus
memiliki nilai yang stabil, 3) Jumlah uang yang beredar harus
sesuai dengan kebutuhan, 4) Uang harus mudah dibawa dan
fisiknya tahan lama.33
2. Pengertian Jumlah Uang Beredar
Yang dimaksud dengan jumlah uang beredar adalah nilai
keseluruhan yang berada di tangan masyarakat.34
Di Indonesia,
saat ini hanya dikenal dengan dua macam jumlah uang beredar
yaitu:35
1) Uang Dalam Arti Sempit/Narrow Money (M1)
M1 terdiri dari uang kartal (berupa uang kertas dan uang
logam) dan uang giral (demand deposit/DD).Uang giral
terdiri dari rekening giro, kiriman uang, simpanan
berjangka, dan tabungan dalam rupiah yang sudah jatuh
tempo.
33
Asfia Murni, Ekonomi Makro Edisi Revisi, 124-125. 34
Pratama Rahardja dan Mandala Manurung, Pengantar Ilmu Ekonomi
(Mikroekonomi & Makroekonomi) Edisi Ketiga (Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas
Ekonomi Universitas Indonesia, 2014), 324. 35
Zaini Ibrahim, Pengantar Ekonomi Makro Edisi Revisi (Banten: Lembaga
Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LP2M), 2013), 67.
31
2) Uang Dalam Arti Luas/Broad Money (M2)
M2 terdiri dari M1 dan Quasi Money (QM), yaitu
deposito berjangka dan tabungan, baik dalam rupiah
maupun valuta asing (valas).
Menurut teori permintaan uang Klasik, Irving Fisher
sebagai salah satu tokoh ekonomi klasik menyatakan bahwa motif
permintaan uang hanya sebagai alat tukar.
Pendapat Fisher ini dikenal sebagai “Persamaan Kuan-titas
Uang Klasik” (Classical Quantitiy of Money), yaitu:36
Dimana:
M = Jumlah uang beredar.
V = Kecepatan uang beredar (Velocity of Money)
P = Tingkat harga yang berlaku.
T = Jumlah Transaksi.
Bank sentral di Indonesia memiliki kewenangan dalam
mengatur jumlah dan mengeluarkan uang yang beredar di
masyarakat. Bank sentral di Indonesia adalah Bank Indonesia.
Tugas utama pada bank sentral dalam menentukan kebijakan
untuk mengendalikan uang yang beredar yaitu dengan
menetapkan besarnya cadangan wajib (cash reserve) dan
menetapkan tingkat suku bunga.37
36
Zaini Ibrahim, Pengantar Ekonomi Makro Edisi Revisi, 68. 37
Asfia Murni, Ekonomi Makro Edisi Revisi (Bandung: PT Refika Aditama,
2016), 134-135.
MV = PT
32
3. Uang dalam Pandangan Islam
Dalam sejarah Islam, uang merupakan suatu diadopsi dari
peradaban Romawi dan Persia.Ini dimungkinkan karena
penggunaan dan kosep uang tidak bertentangan dengan ajaran
Islam. Dinar adalah mata uang emas yang diambil dari Romawi
dan dirham adalah mata uang perak warisan peradaban Persia.
Perihal dalam Al-Quran dua logam mulia ini, emas dan perak,
telah disebutkan baik dalam fungsinya sebagai mata uang atau
sebagai harta dan lambang kekayaan yang disimpan.38
Firman Allah SWT dalam QS. At-Taubat ayat 34
disebutkan:
Hai orang-orang yang beriman, Sesungguhnya sebahagian besar
dari orang-orang alim Yahudi dan rahib-rahib Nasrani benar-
benar memakan harta orang dengan jalan batil dan mereka
menghalang-halangi (manusia) dari jalan Allah.dan orang-orang
yang menyimpan emas dan perak dan tidak menafkahkannya
pada jalan Allah, Maka beritahukanlah kepada mereka, (bahwa
mereka akan mendapat) siksa yang pedih (Q.S At-Taubat: 34)39
38
Nurul Huda dan Mohamad Heykal, Lembaga Keuangan Islam (Jakarta:
Kencana Prenada Media Group, 2013), 15. 39
Quran Alfatih, Al-Qur’an dan Terjemahannya (Jakarta: PT Insan Media
Pustaka, 2013), 192.
33
Ayat tersebut menjelaskan, orang-orang yang menimbun
emas dan perak, baik dalam bentuk mata uang maupun dalam
bentuk kekayaan biasa dan mereka tidak mau mengeluarkan
zakatnya akan diancam dengan azab yang pedih. Artinya, secara
tidak langsung ayat ini menegaskan tentang kewajiban zakat bagi
logam mulia secara khusus.40
Umar bin Khattab pernah mengatakan keinginannya dalam
penukaran sebagai alat tukar dari kulit unta. Sehingga, dapat
disimpulkan bahwa mata uang tidak hanya dengan menggunakan
emas dan perak saja. Ketika benda tersebut telah ditetapkan
sebagai mata uang yang sah, maka barang tersebut telah berubah
fungsinya dari barang biasa menjadi alat tukar dengan segala
fungsi turunannya. Oleh karena itu, ketika uang kertas telah
menjadi alat pembayaran yang sah, sekalipun tidak
dilatarbelakangi oleh emas, maka kedudukannya dalam hukum
sama dengan kedudukan emas dan perak yang pada waktu Al-
Quran diturunkan tengah menjadi alat pembayaran yang sah.
Karena itu riba berlaku pada uang kertas. Uang kertas juga diakui
sebagai harta kekayaan yang harus dikeluarkan zakat
daripadanya. Dan zakat pun sah dikeluarkan dalam bentuk uang
kertas.41
40Nurul Huda dan Mohamad Heykal, Lembaga Keuangan Islam, 16.
41Nurul Huda dan Mohamad Heykal, Lembaga Keuangan Islam, 18.
34
F. Hubungan Inflasi dengan NAB Reksadana Syariah
Putratama (2007) mengatakan bahwa tingkat inflasi
berpengaruh negatif terhadap NAB reksadana syariah jika dampak
inflasi mengurangi konsumsi dan daya beli masyarakat. Selain itu,
inflasi juga dapat berpengaruh positif jika penyebab inflasi adalah
sektor moneter yang mencakup jumlah uang beredar, seperti yang
dikatakan oleh Arisandi (2009).42
Bagi produsen, inflasi dapat
menguntungkan bila pendapatan yang diperoleh lebih tinggi
daripada kenaikan biaya produksi. Bila hal ini terjadi, produsen akan
terdorong untuk melipatgandakan produksinya jika inflasi yang
terjadi karena kenaikan permintaan (demand pull inflation). Namun,
bila inflasi menyebabkan naiknya biaya produksi hingga pada
akhirnya merugikan produsen, maka produsen enggan untuk
meneruskan produksinya jika inflasi karena kenaikan biaya produksi
(crost push inflation).43
Dari sisi emiten (penerbit saham), inflasi
yang terjadi merupakan dampak dari naiknya harga barang dan jasa
di pasar yang menyebabkan daya beli konsumen menurun,
sedangkan pendapatan konsumen tetap. Penurunan daya beli
konsumen ini menyebabkan omset perusahaan akan turun sehingga
pendapatan laba juga menurun, dan nilai saham menurun dengan
diikuti NAB reksadana syariah menurun. Kemudian penerapan
kebijakan yang diambil pemerintah Indonesia dalam situasi sekarang
42
Ainur Rachman dan Imron Mawardi, “Pengaruh Inflasi, Nilai Tukar
Rupiah, Bi Rate Terhadap Net Asset Value Reksa Dana Saham Syariah,” Jurnal
JESTT Vol. 2 No.12 (Desember 2015), 992. 43
M.Nur Rianto Al Arif, Teori Makroekonomi Islam (Bandung: Penerbit
Alfabeta, 2010), 93.
35
adalah penekanan pada pertumbuhan ekonomi. Kebijakan seperti ini
akan cenderung memberikan tekanan terhadap inflasi. Oleh karena
itu, sektor perbankan harus dibuat sebagai penyangga (buffer) dalam
menciptakan tingkat inflasi yang rendah atau lebih tepatnya bank
sentral menerapkan kebijakan yang bertujuan untuk menciptakan
tingkat suku bunga yang stabil. Di sisi lain, pemerintah harus
berhati-hati untuk selalu menjaga agar suku bunga tidak meningkat,
sebab akan mendorong para pelaku ekonomi untuk cenderung lebih
banyak memegang asset dalam bentuk obligasi dan deposito, atau
mengurangi saham.44
Dengan cara menjual sahamnya, maka
mengakibatkan harga saham menurun, dan NAB reksadana syariah
juga menurun.45
Bila suku bunga tinggi, maka jumlah investasi
menurun. Begitu juga sebaliknya, jumlah investasi semakin banyak
pada saat tingkat suku bunga relatif rendah.46
Tidak tercapainya
target inflasi yang ditetapkan akan berdampak pada menurunnya
minat berinvestasi di kalangan investor.
G. Hubungan JUB dengan NAB Reksadana Syariah
Penelitian yang dilakukan Fitria Saraswati tahun 2013 yang
menyimpulkan bahwa JUB berpengaruh positif terhadap NAB
reksadana syariah. Menurut Manurung (1996) dalam Muhammad
44
Irham Fahmi, Manajemen Investasi Edisi 2 (Jakarta: Penerbi Salemba
Empat, 2015), 72. 45
Ainur Rachman dan Imron Mawardi,“Pengaruh Inflasi, Nilai Tukar
Rupiah, Bi Rate Terhadap Net Asset Value Reksa Dana Saham Syariah,” Jurnal
JESTT Vol. 2 No.12 (Desember 2015), 991. 46
Zaini Ibrahim, Pengantar Ekonomi Makro Edisi Revisi (Banten: Lembaga
Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LP2M), 2013), 50.
36
alhidadi Muchtar (2005:61), peningkatan uang jumlah beredar
dikaitkan dengan buseniss cycle expansion, adanya peningkatan
jumlah uang beredar akan mendorong bertambahnya sumber
pembiayaan bagi perusahaan sehingga perusahaan dapat melebarkan
ekspansi usahanya lebih luas yang akhirnya meningkatkan kinerja
perusahaan. Meningkatnya kinerja perusahaan tersebut sehingga
berdampak positif terhadap harga saham ketika jumlah uang di
masyarakat semakin bertambah sehingga ekspektasi harga-harga
barang dan jasa (inflasi) mengakibatkan tingkat suku bunga deposito
dalam perekonomian menurun. Penurunan tingkat suku bunga
deposito menyebabkan masyarakat lebih memilih untuk
menginvestasikan dananya di pasar saham dengan harapan akan
memperoleh keuntungan yang lebih besar, sehingga akan berdampak
pada peningkatan permintaan saham di pasar modal. Hal ini juga
menyebabkan meningkatnya NAB reksadana karena pengelolaan
dana investasi reksadana sebagian dialokasikan pada saham. Bank
sentral mempunyai tugas untuk mengendalikan dan menetapkan
tingkat bunga bagi bank umum yang meminjam uang atau
menyimpan dana cadangannya di bank sentral.47
47
Fitria Saraswati, “Analisis Pengaruh Sertifikat Bank Indonesia Syariah,
Inflasi, Nilai Tukar Rupiah, dan Jumlah Uang Beredar terhadap Nilai Aktiva Bersih
Reksadana Syariah,” (Skripsi, Fakultas Ekonomi dan Bisnis, UIN Syarif
Hidayatullah, Jakarta, 2013).
37
H. Hasil-Hasil Penelitian yang Relevan
Peneltian terdahulu digunakan untuk sebagai bahan acuan
dalam menyusun penelitian ini dan juga sebagai pembanding.
Penelitian terdahulu diuraikan secara ringkas karena penelitian ini
mengacu pada dari beberapa penelitian. Walaupun ruang lingkup
penelitiannya sama, akan tetapi variabel dan periode tahunnya
berbeda. Penelitian-penelitian terdahulu pada penelitian ini yaitu:
Penelitian pertama yang dilakukan oleh Fitria Saraswati tahun
2013 dengan tujuan “Analisis Pengaruh Sertifikat Bank Indonesia,
Inflasi, Nilai Tukar Rupiah, dan Jumlah Uang beredar Terhadap
Nilai Aktiva Bersih Reksadana Syariah.”Hasil dari penelitian ini
yaitu bahwa secara parsial Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS)
dan Inflasi tidak berpengaruh terhadap NAB reksadana syariah, nilai
tukar rupiah berpengaruh negatif terhadap NAB Reksadana Syariah,
dan jumlah uang beredar berpengaruh postitif terhadap NAB
Reksadana Syariah. Akan tetapi, variabel-variabel yang di uji
bersama-sama mempunyai pengaruh secara simultan terhadap NAB
reksadana syariah.48
Penelitian yang kedua dilakukan oleh D. Zikria tahun 2012
menggunakan teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini
adalah purposive sampling, yaitu teknik pemilihan sampel secara
tidak acak dan berdasarkan pada tujuan tertentu. Reksadana syariah
48
Fitria Saraswati,“Analisis Pengaruh Sertifikat Bank Indonesia Syariah,
Inflasi, Nilai Tukar Rupiah, dan Jumlah Uang Beredar terhadap Nilai Aktiva Bersih
Reksadana Syariah,”(Skripsi, Fakultas Ekonomi dan Bisnis ,UIN Syarif Hidayatullah,
Jakarta, 2013).
38
yang terpilih sebagai objek penelitian adalah BNI Dana Syariah,
Danareksa Syariah Berimbang, Haji Syariah, Mandiri Investa
Syariah Berimbang, PNM Amanah Syariah dan PNM Syariah.
Berdasarkan hasil uji regresi ditemukan bahwa Indeks Syariah,
Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS), Indeks Pasar, Kurs, Suku
Bunga SBI dan Inflasi memiliki pengaruh yang signifikan secara
simultan terhadap Nilai Aktiva Bersih (NAB) reksadana syariah.
Sedangkan secara parsial, variabel Indeks Pasar tidak berpengaruh
signifikan terhadap NAB reksadana syariah. Variabel yang
memberikan pengaruh paling dominan terhadap NAB reksadana
syariah adalah Indeks Syariah.49
Penelitian yang ketiga dilakukan oleh A. Rizqollah (2016),
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana pengaruh
tingkat variabel inflasi dan kapitalisasi Jakarta Islamic Index (JII)
secara parsial dan simultan terhadap NAB reksadana syariah periode
Januari 2011 - Juli 2014. Jenis penelitian ini adalah penelitian
kuantitatif yang menggunakan data sekunder dimana data tersebut
diperoleh dari Statistik reksadana syariah dalam website Otoritas
Jasa Keuangan (OJK) dan Statistik Bank Indonesia dalam website
Bank Indonesia. Penelitian ini menggunakan variabel inflasi (X1),
Kapitalisasi Jakarta Islamic Index (X2), kedua variabel tersebut
sebagai variabel independen dan nilai aktiva bersih reksadana
49
D. Zikria,“Analisis pengaruh indeks syariah, sertifikat bank indonesia
syariah (SBIS), Indeks pasar, Kurs, suku bunga SBI Inflasi terhadap nilai aktiva
bersih (NAB) Reksadana Syariah,”(Skripsi, Fakultas Ekonomi dan Bisnis, UIN Syarif
Hidayatullah, Jakarta, 2012).
39
Syariah (Y) sebagai variabel dependen. Dari hasil analisis
menemukan bahwa pertama, secara parsial bahwa variabel inflasi
mempunyai pengaruh positif dan signifikan terhadap perkembangan
nilai aktiva bersih Reksa Dana Syariah, variabel kapitalisasi Jakarta
Islamic Index mempunyai pengaruh positif dan signifikan terhadap
perkembangan nilai aktiva bersih reksadana syariah. Kedua, secara
simultan variabel inflasi dan kapitalisasi Jakarta Islamic Index
mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap nilai aktiva bersih
reksadana syariah di Indonesia.50
I. Hipotesis
Secara ringkas hipotesis dalam statistik merupakan pernyataan
statistik tentang parameter populasi sedangkan hipotesis dalam
penelitian merupakan jawaban sementara terhadap rumusan
masalah.51
Berdasarkan latar belakang, rumusan masalah, dan kajian
pustaka maka dengan demikian penulis memperoleh pernyataan
hipotesis sebagai berikut:
1. Inflasi secara parsial berpengaruh negatif terhadap Nilai Aktiva
Bersih Reksadana Syariah periode Januari 2012 – Desember
2016.
50
Amsi Rizqollah,“Analisis Pengaruh Variabel Inflasi Dan Kapitalisasi
Jakarta Islamic Index (JII) Terhadap Nilai Aktiva Bersih (Nab) Reksa Dana Syariah
Di Indonesia Periode 2011-2014,”(Skripsi, Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam UIN
Raden Fatah, Palembang, 2016). 51
Sugiyono, Statistika Untuk Penelitian (Bandung: Penerbit Alfabeta, 2015),
85.
40
2. Jumlah Uang Beredar secara parsial berpengaruh positif
terhadap Nilai Aktiva Bersih Reksadana Syariah periode
Januari 2012 – Desember 2016.
3. Inflasi dan Jumlah Uang Beredar secara simultan berpengaruh
terhadap Nilai Aktiva Bersih Reksadana Syariah periode
Januari 2012 – Desember 2016.