skenario tahun lalu

47
SKENARIO A BLOK 19 (dr. Madun) dr. Madun, dokter di puskesmas rawat inap yang terletak di pinggir jalan lintas Sumatera sekitar 40 km dari Palembang. Puskesmas dilengkapi pelayanan UGD dengan fasilitas yang lengkap. Suatu kecelakaan lalu lintas terjadi di sekitar 100 meter dari puskesmas. Mobil kijang pick-up yang melaju dengan kecepatan tinggi menabrak tiang listrik. Tiang listrik terlihat bengkok dan bagian depan mobil hancur, kaca depan pecah. Sang sopir, satu-satunya penumpang mobil terlempar keluar melalui kaca depan. dr. Madunyang mendengar tabrakan, langsung pergi ke tempat kejadian dengan membawa peralatan tatalaksana trauma seadanya. Di tempat kejadian terlihat sang sopir, laki-laki 28 tahun tergeletak dan merintih, mengeluh dadanya sesak, nyeri di dada dan paha kanannya. Melalui pemeriksaan sekilas, didapatkan gambaran : - Pasien sadar tapi terlihat bingung, cemas dan kesulitan bernapas - Tanda vital : laju respirasi : 40 x/menit, nadi : 110x/menit; lemah, TD : 90/50 mmHg - Wajah dan bibir terlihat kebiruan - Kulit pucat, dingin, berkeringat dingin - GCS : 13 (E : 3, M: 6, V : 4) Setelah melakukan penanganan seadanya, dr. Madun langsung membawa sang sopir ke UGD. Pemeriksaan fisik (informasi tambahan) : 1. Kepala

Upload: snowers

Post on 03-Jan-2016

90 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

tutorial

TRANSCRIPT

Page 1: Skenario Tahun Lalu

SKENARIO A BLOK 19 (dr. Madun)

dr. Madun, dokter di puskesmas rawat inap yang terletak di pinggir jalan lintas

Sumatera sekitar 40 km dari Palembang. Puskesmas dilengkapi pelayanan UGD dengan

fasilitas yang lengkap.

Suatu kecelakaan lalu lintas terjadi di sekitar 100 meter dari puskesmas. Mobil kijang

pick-up yang melaju dengan kecepatan tinggi menabrak tiang listrik. Tiang listrik terlihat

bengkok dan bagian depan mobil hancur, kaca depan pecah. Sang sopir, satu-satunya

penumpang mobil terlempar keluar melalui kaca depan.

dr. Madunyang mendengar tabrakan, langsung pergi ke tempat kejadian dengan

membawa peralatan tatalaksana trauma seadanya. Di tempat kejadian terlihat sang sopir, laki-

laki 28 tahun tergeletak dan merintih, mengeluh dadanya sesak, nyeri di dada dan paha

kanannya.

Melalui pemeriksaan sekilas, didapatkan gambaran :

- Pasien sadar tapi terlihat bingung, cemas dan kesulitan bernapas

- Tanda vital : laju respirasi : 40 x/menit, nadi : 110x/menit; lemah, TD : 90/50

mmHg

- Wajah dan bibir terlihat kebiruan

- Kulit pucat, dingin, berkeringat dingin

- GCS : 13 (E : 3, M: 6, V : 4)

Setelah melakukan penanganan seadanya, dr. Madun langsung membawa sang sopir ke

UGD.

Pemeriksaan fisik (informasi tambahan) :

1. Kepala

Inspeksi :

- Luka lecet di dahi dan pelipis

2. Dada

Inspeksi :

- Gerakan dada asimetris, kanan tertinggal dengan FR 40x/menit

- Tampak memar di dada kanan bawah

Palpasi :

- Nyeri tekan dada kanan bawah sampai samping

- Krepitasi setinggi costae thorakal 9, 10 dan 11 kanan depan

Perkusi :

Page 2: Skenario Tahun Lalu

- Dada kanan hipersonor dan dada kiri sonor

- Deviasi trakea ke kiri

- Vena jugularis distensi

Auskultasi :

- Suara napas kanan melemah dan bising napas kiri terdengar jelas

3. Paha

Inspeksi :

- Deformitas, hematom, dan memar pada paha kanan

Palpasi :

- Nyeri tekan pada paha kanan

I. KLARIFIKASI ISTILAH

1. Puskesmas : Pusat Kesehatan Masyarakat yang memiliki fasilitas

UGD dan rawat inap, pusat pelayanan primer yang

terdiri dari UKM dan UKP

2. Tergeletak : kondisi pasiena tak berdaya

3. Merintih : reaksi menahan kesakitan, masih sadar

4. Dada sesak : kesulitan dalam bernafas

5. Nyeri dada : nyeri bagian dada yang ditimbulkan akibat traum

bagian thorak

6. Nyeri paha kanan : nyeri yang ditimbulkan akibat trauma bagian paha

kanan

7. Mobil pickup : mobil bak terbuka dengan setir sejajar dada

8. Wajah dan bibir kebiruan : sianosis sentral; penurunan oksigenasi di paru-paru

9. Bingung dan cemas : ansietas

10. Peralatan tatalaksana trauma : peralatan yang akan membantu dalam melaksanakan

primary surve; alat-alat yang dibutuhkan dalam

menjaga jalan nafas (suction, OPA, LMA, ETT, dll),

pernafasan (oksigen), dan sirkulasi (cairan, darah).

11. Kulit pucat, dingin : penurunan perfusi oksigen ke perifer

12. Keringat dingin : peningkatan aktivasi parasimpatis sebagai reaksi

terhadap syok

Page 3: Skenario Tahun Lalu

II. IDENTIFIKASI MASALAH

1. Supir kijang pick-up, laki-laki 28 th tergeletak dan merintih, mengeluh dadanya

sesak, nyeri di dada dan paha kanannya.

2. Sopir terlempar keluar melalui kaca depan, setelah menabrak tiang listrik dengan

kecepatan tinggi hingga tiang bengkok dan bagian depan mobil hancur.

3. Sopir lansung mendapat pertolongan pertama dari dokter puskesmas yang berjarak

100m dari tempat kejadian.

4. Hasil pemeriksaan sekilas:

i. Pasien sadar tapi terlihat bingung, cemas, dan kesulitan bernafas

ii. Tanda vital: laju respirasi : 40x/menit, nadi: 110x/menit; lemah, TD: 90/50

mmHg

iii. Wajah dan bibir terlihat kebiruan

iv. Kulit pucat, dingin, berkeringat dingin

v. GCS : 13 (E:3, M:6, V:4)

5. Pemeriksaan fisik (informasi tambahan):

i. Kepala

a. Inspeksi :

- Luka lecet di dahi dan pelipis

ii. Dada

a. Inspeksi :

- Gerakan dada asimetris, kanan tertinggal dengan FR 40x/menit

- Tampak memar di dada kanan bawah

b. Palpasi :

- Nyeri tekan dada kanan bawah sampai samping

- Krepitasi setinggi costae thorakal 9, 10 dan 11 kanan depan

c. Perkusi :

- Dada kanan hipersonor dan dada kiri sonor

- Deviasi trakea ke kiri

- Vena jugularis distensi

d. Auskultasi :

- Suara napas kanan melemah dan bising napas kiri terdengar jelas

iii. Paha

a. Inspeksi :

Page 4: Skenario Tahun Lalu

- Deformitas, hematom, dan memar pada paha kanan

b. Palpasi :

- Nyeri tekan pada paha kanan

III. ANALISIS MASALAH

1. Bagaimana mekanisme dada sesak dan merintih pada kasus?

Mobil menabrak tiang listrik Benturan yang sangat hebat pada bagian thorax

fraktur costa 9, 10, 11 anterior dextra costa yang patah,menembus pleura dan

merobek paru-paru terjadi kebocoran udara udara masuk ke dalam rongga

pleura dan tidak dapat keluar lagi (one way valve) dada terasa sesak, dan merintih

saat melakukan usaha napas akibat nyeri pasca trauma.

2. Bagaimana mekanisme nyeri dada dan paha kanan pada kasus?

Trauma merusak struktur thorax costae IX, X, XI dextra anterior, yang terselip

n.intercostales di tiap iga, patah trauma mekanik robekan pada pleura parietalis

yang sangat sensitive terhadap nyeri dan rangsangan nyeri ke n.intercostales nyeri

dada

Trauma merusak struktur ekstremitas inferior dextra kerusakan otot, fraktur tulang,

rupture pembuluh darah menimbulkan rangsangan nyeri kepada saraf-saraf di

esktremitas dekstra inferior, antara lain cabang n. femoralis dextra nyeri paha kanan

3. Bagaimana initial assessment dilakukan?

Initial assessment terdiri dari triase, primary survey, resusitasi, secondary survey,

reevaluasi dan definitive.

Triase

Memilah penderita berdasarkan:

1. ABCDE

2. Fasilitas tersedia

3. Faktor lain salvagebility (kemungkinan bertahan hidup)

Page 5: Skenario Tahun Lalu

Primary Survey

Bisa dengan cara memanggil pasien, bila pasien bisa merespon, diperkirakan

ABCD pasien tidak terganggu. Patensi airway baik, adanya cukup udara yang

tersedia untuk penderita berbicara, cukup perfusi untuk terjadi cerebration, serta

adanya sensorium yang baik.

a. Airway

Menilai patensi airway dengan cara look, listen dan feel. Lakukan triple

airway maneuver (head tilt, chin lift, jaw thrust) untuk memperbaikin

kondisi bila terjadi obstruksi.

Hal yang dinilai:

- Nafas spontan atau apnu

- Airway dan cervical spine injury

- Gerakan dada, tanda – tanda obstruksi airway (gurgling, snoring,

stridor), suara nafas, refleks jalan nafas

- Trauma maxillofacial atau laryngeal injury.

b. Breathing

Hal yang dinilai adalah perkembangan dinding dada dan simetrisitasnya, air

entry, frekuensi, usaha bernafas, warna kulit dan sensorium sebagai tanda

baik atau tidaknya oksigenasi dan ventilasi penderita.

Bila didapat tension pneumothorax, lakukan needle decompression, dan bila

didapat open pneumothorax lakukan occlusive dreassing.

c. Circulation

Hal yang dinilai adalah perfusi organ melalui level kesadaran, warna kulit,

denyut nadi dan karakternya.

Bila pada langkah ini didapati perdarahan, stop perdarahan. Ada dua cara,

yaitu, penekanan secara langsung atau bebat tekan, dan operasi. Bila

didapati fraktur tertutup atau perdarahan di dalam, lakukan pembedahan

atau operasi untuk menghentikan perdarahan.

Page 6: Skenario Tahun Lalu

d. Disability

Pemeriksaan GCS, dan menilai ada atau tidaknya tanda – tanda herniasi /

lateralisasi melalui refleks pupil.

e. Exposure / Environment

Lepas semua baju dll yang terpakai di badan penderita, agar bisa melihat

dengan jelas semua regio tetapi cegah terjadinya hipertermia / hipotermia.

Lakukan log roll saat mengubah posisi penderita.

Tambahan untuk primary survey: lakukan pemeriksaan vital signs, ABGs, EKG,

urin output (pasang kateter urin), pulse oximeter dan CO2.

Resusitasi

Lakukan pergantian cairan atau resusitasi cairan, dengan IV line. Pergantian

cairan diberikan sebanyak 3 kali jumlah kehilangan darah. Bila terjadi

kehilangan darah, berikan kristaloid yang mengandung elektrolit sebagai

pengantian cairan.

Secondary Survey

Terdiri atas:

- Anamnesis : AMPLE (allergies, medication, past illness, last meal,

events/environment)

- Pemeriksaan fisik : Dilakukan head to toe examination, pemeriksaan dari

kulit, Otot, tulang, sampai ke visceral, serta pemeriksaan semua lubang

anatomis penderita

- Pemeriksaan neurologi lengkap

- Tes diagnostik khusus : x-rays, DPL

Reevaluasi

Definitive

4. Apa pertolongan pertama yang dapat diberikan pada kasus?

Sintesis : Initial Assessment

Page 7: Skenario Tahun Lalu

Trauma thoraks

Fraktur iga 9-11

VisceralisParietalis

Tembus pleura

↑tek intrapleura

Kebocoran oksigenNyeri dada

Tekan paru

↓tek oksigen di paru

Kompensasi ↑ RR

Sulit bernafas

Dada sesak

Pengembangan paru terganggu

Paru kolaps

5. Bagaimana jenis, mekanisme, dan dampak trauma pada kasus?

6. Bagaimana hubungan antara trauma di bagian thorak dan sianosis sentral, nyeri dada,

dada sesak, kesulitan nafas, dan respiratori rate meningkat?

7. Bagaimana hubungan antara trauma di bagian kepala dengan keadaan umum?

Trauma di bagian kepala yang dialami sopir sebenarnya tidak menimbulkan

penurunan kesadaran karena dari hasil pemeriksaan dr. Madun hanya didapatkan luka

di pelipis. Lebih lanjut, penurunan kesadaran yang dialami sopir disebabkan karena

menurunnya saturasi dan perfusi oksigen akibat shock yang dialami sopir.

8. Bagaimana hubungan antara trauma di bagian ekstremitas dengan deformitas paha,

limitasi gerakan, nyeri tekan, dan memar?

Trauma pada ekstremitas inferior dekstra rupture pembuluh darah extravasasi cairan intravascular ke interstisial memar

Trauma pada ekstremitas inferior dekstra fraktur tulang femoralis atau tibia atau fibula perbatasan gerakan

Page 8: Skenario Tahun Lalu

Trauma pada ekstremitas inferior dekstra ruptur pembuluh darah, fraktur tulang femoralis rangsangan nyeri nyeri tekan

9. Bagaimana interpretasi pemeriksaan sekilas yang dilakukan dr. Madun?

Hasil pemeriksaan sekilas Interpretasi

Sadar tapi terlihat bingung,

cemas dan kesulitan bernafas

Sadar tapi bingung dan cemas

- mengindikasikan adanya ↓kesadaran

- merupakan tanda syok

- Mekanisme : syok↓perfusi ke

otak↓kesadaran

Kesulitan bernafas disebabkan oleh

terganggunya pengembangan paru akibat

fraktur iga dan nyeri dada

RR 40x/mnt, PR 110x/mnt,

TD 90/50 mmHg

Tachypnea, tachycardia, hipotensi

- merupakan tanda syok

- tension pneumothorax↑tek

intrapleuratekan vena

balik↓venous returncardiac

output↓hipotensikompensasi :

tachycardia

- ↓perfusi + ↓tek oksigen di

parukompensasi : tachypnea

Wajah dan bibir kebiruan - Mengindikasikan sianosis sentral

- Intake oksigen ↓saturasi oksigen

↓sianosis sentral

Kulit pucat, dingin,

berkeringat dingin

- merupakan tanda syok

- hipotensivasokonstriksikulit

pucat, dingin

GCS 13 (E3, m6, V4) - merupakan tanda syok

- ↓cardiac output↓perfusi ke

otak↓kesadaranGCS 13

10. Bagaimana interpretasi pemeriksaan tambahan?

Page 9: Skenario Tahun Lalu

Mekanisme abnormalitas pemeriksaan inspeksi thorax :

Mobil menabrak tiang listrik Benturan yang sangat hebat pada bagian thorax

fraktur costa 9, 10, 11 anterior dextra costa yang patah,menembus pleura dan

merobek paru-paru terjadi kebocoran udara udara masuk ke dalam rongga

pleura dan tidak dapat keluar lagi (one way valve) terjadi ↑↑ tekanan di intrapleura

akibat udara yang terperangkap disana lama kelamaan tekanan intrapleura yang

semakin meninggi akan menyebabkan :

mediastinum terdorong ke sisi berlawanan (terdorong ke sisi kiri) tekanan

diteruskan hingga ke trakea terjadi deviasi trakea ke arah yang sehat

(deviasi trakea ke arah kiri)

terjadinya hambatan pada pengembalian darah vena ke jantung (venous return)

distensi vena jugularis JVP ↑↑

penekanan paru kontralateral

Pada Kasus Interpretasi dan Nilai Normal

Sadar, tapi terlihat bingung;

GCS Score 13 (E:3, M:6, V:4)

Normal / sadar penuh

Pasien terlihat cemas Tanda-tanda adanya hipoksia pada

otak (mulai adanya penurunan

kesadaran) atau ekspresi menahan

rasa nyeri yang diderita

Kesulitan bernafas Ada gangguan pada Airway

Vital Sign

Respiratory rate 40xmmHg Tachypneu, akibat adanya

pneumothorax, udara dalam pleura

menekan parenkim paru (kolaps),

sehingga oksigen dalam tubuh

berkurang

Heart rate 110x/menit;lemah Takikardi, dikarenakan adanya

kompensasi jantung akibat

kehilangan darah dan terjadinya

hipoksia (N= 60-100x/menit)

Tekanan darah 90/50 mmHg Hipotensi, merupakan tanda-tanda

Page 10: Skenario Tahun Lalu

terjadinya shock pada pasien,

dimana kompensasi konstriksi

pembuluh darah menurun dan

volume darah semakin berkurang

(N=120/80 mmHg)

Wajah dan bibr kebiruan Trauma thorax tension

pneumothorax, fraktur iga multipel

gangguan ventilasi oksigen

<< saturasi O2<<sianosis

kulit pucat, dingin dan keringat

dingin

Cardiac output menurun

kompensasi << perfusi ke jaringan

perifer kulit pucat, berkeringat,

keringat dingin

GCS :

Eye

- 4 : mata terbuka spontan

- 3 : mata terbuka karena mendengar perbincangan

- 2 : mata terbuka karena nyeri

- 1 : tidak ada respon mata

Movement

- 6 : mengikuti perintah

- 5 : dapat melokalisasi nyeri

- 4 : menarik extrimitas jika nyeri

- 3 : extrimitas fleksi

- 2 : extrimitas ekstensi

- 1 : tidak ada pergerakan

Verbal

- 5 : mampu bicara dan mengerti perbincangan

- 4 : mampu berbicara namun tampak bingung

- 3 : kata-kata tidak dapat dimengerti

- 2 : suara yang tidak dimengerti

Page 11: Skenario Tahun Lalu

- 1 : tidak mampu berbicara

11. Apa working diagnosis dan bagaimana menegakkan diagnosis?

Pada pasien terjadi :

Syok hemoragik : trauma tumpul di kepala, dada dan paha perdarahan.

Berdasarkan klasifikasi syok hemoragik, pasien tergolong kelas III, yaitu

Kelas III

Kehilangan Darah (mL)

1500-2000

Kehilangan Darah (% volume darah)

30%-40%

Denyut Nadi >120

Tekanan Darah Menurun

Tekanan nadi

(mm Hg)

Menurun

Frekuensi Pernafasan

30-40

Produksi Urin

(mL/jam)

5-15

CNS/ Status

Mental

Cemas,

Bingung

Penggantian Cairan

(Hukum 3:1)

Kristaloid dan darah

Syok non hemoragik : tension pneumothorak (gangguan nafas akut, emfisema

subkutan, menghilangnya suara nafas pada auskultasi, hipersonor pada perkusi,

pergeseran trakea). Trauma tumpul di dada fraktur costae paru-paru luka

Page 12: Skenario Tahun Lalu

udara masuk ke rongga pleura tekanan intrapleural meningkat

pergeseran mediastinum menekan jantung penurunan output jantung

12. Pemeriksaan penunjang apakah yang perlu dilakukan pada pasien ini?

Sintesis : Tension Pneumotorak

13. Bagaimana patofisiologi pada kasus ini?

Sintesis : Tension Pneumotorak

14. Bagaimana tatalaksana dan pencegahan pada kasus ini?

Sintesis : Initial Assessment

15. Bagaimana prognosis pada kasus ini?

Dubia et bonam, apabila segera diagnosis dini dan segera dilakukan penatalaksanaan

yang tepat, secara keseluruhan prognosis tergantung pada cedera dan morbiditas.

16. Apa komplikasi yang mungkin terjadi pada kasus ini?

A. Tension Pneumothoraks

kesalahan dalam melakukan prosedur needle decompression dan chest tube akan

menyebabkan hemothorax akibat luka pada parenkim paru atau arteri pembuluh

darah intercostal

sekitar 20% dari pasien yang dilakukan chest tube, mengalami pembekuan darah

pada cavum toraksnya, dan hampir setengah dari pasien ini harus menjalani operasi

untuk mengeluarkan bekuan tersebut.

Empyema juga dapat terjadi jika bekuan darah yang terbentuk dalam cavum toraks

mengalami infeksi sekuunder.

Fibrothorax terjadi jika deposisi fibrin di dalam bekuan hemothorax. Hal ini akan

menyebabkan persistent atelectasis dan pengurangan fungsi pulmonal.

koagulopati, sepsis, kegagalan multiorgan.

Kehilangan darah, kegagalan pernapasan, pneumomediastinum, emfisema

subkutan, gagal napas, penebalan pleura, edema paru reekspansi, dan infeksi.

B. Fraktur tertutup

Perdarahan, syok

Page 13: Skenario Tahun Lalu

Kecelakaan mobil (tabrakan frontal)

Multiple trauma

Trauma kepala Trauma ekstremitas

Trauma thoraks

Luka lecet di dahi dan pelipis kanan

Fraktur femur kanan

Fraktur iga 9-11 kanan

Tension pneumothoraks

Syok

Perdarahan

Non-union, lazim terjadi pada fraktur pertengahan batang femur, trauma

kecepatan tinggi dan fraktur dengan interposisi jaringan lunak di antara fragmen.

Fraktur yang tidak menyatu memerlukan bone grafting dan fiksasi interna.

Malunion, disebabkan oleh abduktor dan aduktor yang bekerja tanpa aksi

antagonis pada fragmen atas untuk abduktor dan fragmen distal untuk aduktor.

Deformitas varus diakibatkan oleh kombinasi gaya ini. Trauma arteri dan saraf

jarang, tetapi mungkin terjadi

C. Syok hipovolemia

Gangguan fungsi organ (mengarah ke syok ireversibel)

Gangguan kesadaran akibat hipoperfusi ke otak

17. KDU pada kasus ini? 3B

IV. HIPOTESIS

Sopir mobil pick-up, laki-laki, 28 tahun, mengalami multiple trauma : lesi di pelipis,

fraktur costae IX, X, XI dekstra tertutup, fraktur femur dekstra tertutup, dengan

komplikasi disertai shock hemoragik grade III dan tension pneumotorak.

V. KERANGKA KONSEP

VI. SINTESIS

Page 14: Skenario Tahun Lalu

ANATOMI

1. Anatomi dada

Dinding Dada

Dinding dada merupakan bungkus untuk organ di dalamnya, yang terbesar

adalah jantung dan paru-paru. Tulang-tulang iga (kosta 1-12) bersama dengan otot

interkostal, serta diafragma pada bagian caudal membentuk rongga thorax

Pleura

Pleura secara anatomis merupakan satu lapis sel mesotelial, ditunjang oleh

jaringan ikat, pembuluh darah kapiler, dan pembuluh getah bening. Rongga pleura

dibatasi oleh 2 lapisan tipis sel mesothelial, terdiri atas pleura parietalis dan pleura

viseralis. Pleura parietalis melapisi otot-otot dinding dada, tulang dan kartilago,

diafragma dan mediastinum, sangat sensitif terhadap nyeri. Pleura visceralis

melapisi paru dan menyusup ke dalam seuma fisura dan tidak sensitif terhadap

nyeri. Rongga pleura induvidu sehat terisi cairan (10-20) dan berfungsi sebagai

pelumas diantara kedua lapisan pleura.

Pleura parietals melapisi satu sisi dari thorax (kiri dan kanan), sedangkan

pleura viseralis melapisi seluruh paru (kanan dan kiri). Antara pleura parietals

dengan viseralis ada tekanan negative (“menghisap”), sehingga pleura parietals

dan viseralis sering bersinggungan. Ruangan antara kedua pleura disebut rongga

pleura. Bila ada hubungan antara udara luar (tekanan 1 atm) dengan rongga

pleura, misalnya karena luka tusuk, maka tekanan positif akan memasuki rongga

pleura, sehingga terjadi “open pneumo-thorax”. Tentu saja paru (bersama pleura

viseralis) akan kuncup (collaps).

Bila karena suatu sebab, permukaan pleura viseralis robek, dan ada

hubungan antara bronchus dengan rongga pleura, sedangkan pleura viseralis tetap

utuh, maka udara akan masuk rongga pleura sehingga juga dapat terjadi

pneumotorax. Apabila ada sesuatu mekanisme “ventile” sehingga udara dari

bronchus masuk rongga pleura, tetapi tidak dapat masuk kembali, maka akan

terjadi pneumothorax yang semakin berat yang pada akhirnya akan mendorong

paru sebelahnya. Keadaan ini dikenal sebagai “tension pneumothorax”.

Apabila terdapat perdarahan dalam rongga pleura, maka keadaan ini

dikenal sebagai hemothorax.

Paru-Paru

Page 15: Skenario Tahun Lalu

Terdapat dua masing-masing di kiri dan kanan. Dari pangkal paru

(hilus) keluar bronkus utama kiri dan kanan yang bersatu membentuk

trakea.

Mediasinum

Antara kedua paru (dan pleura viseralis) terdapat antara lain jantung dan

pembuluh darah besar. Apabila ada tension pneumothorax maka

mediastinum terdorong ke sisi yang sehat, sehingga ada gangguan arus

balik darah melalui cava. Keadaan ini akan menimbulkan syok, karena

jantung tidak maksimal mencurahkan darah.

Jantung berdenyut dalam suatu kantong, yang dikenal sebagai

pericardium, Apabila ada luka tusuk jantung, maka darah mungkin akan

keluar dari jantung dan mengisi rongga pericardium, sedemikian rupa

sehingga denyut jantung akan terhambat. Akan timbul syok, yang bukan

syok hemoragik, melainkan syok kardiogenik.

Biomekanika Trauma

a. Kinetika Trauma (KE=M x V2/2)

Kecepatan lebih berpengaruh terhadap besarnya EK dibanding pengaruh massa

terhadap EK.

b. Hukum Inersia

Suatu badan yang bergerak atau diam cenderung akan tetap pada keadaan tersebut

sampai bersentuhan (diaktifkan) oleh kekuatan energi yang datang dari luar.

c. Proses Deselerasi (1 benda bergerak, 1 benda diam)

Deselerasi lebih cepatenergi yang dihasilkan lebih besarpergerakan kasarcukup

untuk menimbulkan cedera/trauma

d. Energi bergerak lurus—menemui bagian jaringan dengan permukaan keras dari tubuh

manusiaakan terjadi perubahan arah dan bentukterjadi trauma tumpul atau cedera

tembus

e. Potential Impact

Vehicle collisionbody collision (benturan tubuh) organ collision (benturan organ2

dalam).

Mekanisme Trauma

Mekanisme trauma (biomekanik trauma)

Page 16: Skenario Tahun Lalu

Tauma tumpul

Trauma kompresi atau crush injury terhadap organ viscera akibat

pukulan langsung. Kekuatan seperti ini dapat merusak organ padat

maupun orang berongga dan bisa mengakibatkan ruptur, terutama

organ-organ yang distensi, dan mengakibatkan perdarahan maupun

peritonitis.

Trauma tarikan (shearing injury) terhadap organ visceral

sebenarnya adalah crush injury yang terjadi bila suatu alat pengaman

tidak digunakan dengan benar.

Trauma decelerasi pada tabrakan motor dimana terjadi pergerakan

yang terfiksir dan bagian yang bergerak, seperti suatu ruptur lien

ataupun ruptur hepar (organ yang bergerak ) dengan ligamennya

(organ yang terfiksir). Trauma tumpul pada pasien yang mengalami

laparotomi.

Trauma tajam

Luka tusuk ataupun luka tembak (kecepatan rendah) akan mengakibatkan

kerusakan jaringan karena laserasi ataupun terpotong. Luka tembak dengan

kecepatan tinggi akan menyebabkan transfer energi kinetik yang lebih besar

terhadap organ viscera dengan adanya efek tambahan berupa temporary

cavitation dan bisa pecah menjadi fragmen yang mengakibatkan kerusakan

lainnya.

Luka tusuk tersering mengenai hepar (40%), usus halus (30%), diafragma

(20%) dan colon (15%). Luka tembak mengakibatkan kerusakan yang lebih

besar yang ditentukan oleh jauhnya perjalanan peluru dan berapa besar energi

kinetiknya maupun kemungkinan pantulan peluru oleh organ tulang maupun

efek pecahan tulangnya. Luka tembak paling sering mengenai usus halus

(50%), colon (40%), hepar (30%) dan pembuluh darah abdominal (25%).

Suatu benturan langsung (pada kasus ini adalah tertimpa dinding

tribun) menyebabkan kompresi ataupun crush injury terhadap organ

visera kekuatan ini dapat merusak organ padat atau organ berongga

(pada kasus terjadi fraktur costae 6 dan 7, fraktur femur tertutup dan

perdarahan (pada kasus kita curiga terjadi perdarahan intrabdomen)

Organ yang paling sering terkena:

Page 17: Skenario Tahun Lalu

Lien (40-50%)

Hepar (35-45%)

Usus Halus (5-10%)

15 % hematom retroperitoneal

Klasifikasi Tr auma

Traumatologi adalah ilmu yang mempelajari tentang luka dan cedera, hubungannya

dengan kekerasan serta efeknya terhadap manusia. Luka adalah suatu keadaan

ketidaksinambungan jaringan tubuh yang terjadi akibat kekerasan.

1. Luka akibat benda tumpul

o Memar (kontusio, hematom)

Memar adalah suatu perdarahan dalam jaringan bawah kulit/kutis akibat

pecahnya kapiler dan vena yang disebabkan akibat oleh kekerasan tumpul

o Luka lecet (ekskoriasi, abrasi)

Luka kulit superficial akibat cedera epidermis yang bersentuhan dengan benda

yang memiliki permukaan kasar atau atau runcing

– Luka lecet gores (scratch)

– Luka lecet serut (graze) / geser (friction abrasion)

– Luka lecet tekan (impression, impact abrasion)

o Luka robek (vulnus laseratum)

Luka robek merupakan luka terbuka yang terjadi akibat kekerasan tumpul

yang kuat sehingga melampaui elastisitas kulit atau otot.

o Patah tulang

2. Luka akibat kekerasan setengah tajam

Jejas gigit (bite-mark) berupa luka lecet tekan berbentuk garis lengkung

terputus-putus hematom, atau luka robek dengan tepi rata.

3. Luka akibat kekerasan tajam

Luka iris/sayat

Luka bacok

Luka tusuk

4. Luka akibat tembakan senjata api

Luka tembak masuk (LTM)

– LTM jarak dekat

– LTM jarak sangat dekat

Page 18: Skenario Tahun Lalu

– LTM temple

Luka tembak keluar (LTK)

5. Luka akibat truma fisika

Luka akibat suhu tinggi

– Heat exhaustion primer

– Heat exhaustion sekunder

– Heat stroke

– Heat cramps

Luka akibat suhu redah

Luka akibat trauma listrik

Luka akibat petir

Luka akibat perubahan tekanan udara

6. Luka akibat trauma kimia

INITIAL ASSESSMENT

I. Primary Survey

a. Airway dengan kontrol servikal

i. Penilaian

Mengenal patensi airway ( inspeksi, auskultasi, palpasi)

Penilaian secara cepat dan tepat akan adanya obstruksi

ii. Pengelolaan airway

Lakukan chin lift dan atau jaw thrust dengan kontrol servikal in-line

immobilisasi

Bersihkan airway dari benda asing bila perlu suctioning dengan alat yang

rigid

Pasang pipa nasofaringeal atau orofaringeal

Pasang airway definitif sesuai indikasi ( lihat tabel 1 )

iii. Fiksasi leher

iv. Anggaplah bahwa terdapat kemungkinan fraktur servikal pada setiap penderita

multi trauma, terlebih bila ada gangguan kesadaran atau perlukaan diatas

klavikula.

v. Evaluasi

Tabel 1- Indikasi Airway Definitif

Page 19: Skenario Tahun Lalu

Kebutuhan untuk perlindungan airway

Kebutuhan untuk ventilasi

Tidak sadar Apnea• Paralisis neuromuskuler• Tidak sadar

Fraktur maksilofasial Usaha nafas yang tidak adekuat• Takipnea• Hipoksia• Hiperkarbia• Sianosis

Bahaya aspirasi• Perdarahan• Muntah - muntah

Cedera kepala tertutup berat yangmembutuhkan hiperventilasi singkat,bila terjadi penurunan keadaan neurologis

Bahaya sumbatan

• Hematoma leher

• Cedera laring, trakea

• Stridor

Gambar 2

Algoritme Airway

Keperluan Segera Airway DefinitifKecurigaan cedera servikal

Oksigenasi/Ventilasi

Apneic BernafasIntubasi orotrakeal Intubasi Nasotrakealdengan imobilisasi atau orotrakeal

servikal segaris dengan imobilisasiservikal segaris*

Cederamaksilofasial berat

Tidak dapat intubasi Tidak dapat intubasi Tidak dapat intubasi

Tambahan farmakologik

Intubasi orotrakeal

Tidak dapat intubasi

Page 20: Skenario Tahun Lalu

Airway Surgical

* Kerjakan sesuai pertimbangan klinis dan tingkat ketrampilan/pengalaman

b. Breathing dan Ventilasi-Oksigenasi

i. Penilaian

Buka leher dan dada penderita, dengan tetap memperhatikan kontrol

servikal in-line immobilisasi

Tentukan laju dan dalamnya pernapasan

Inspeksi dan palpasi leher dan thoraks untuk mengenali kemungkinan

terdapat deviasi trakhea, ekspansi thoraks simetris atau tidak, pemakaian

otot-otot tambahan dan tanda-tanda cedera lainnya.

Perkusi thoraks untuk menentukan redup atau hipersonor

Auskultasi thoraks bilateral

ii. Pengelolaan

Pemberian oksigen konsentrasi tinggi ( nonrebreather mask 11-12

liter/menit)

Ventilasi dengan Bag Valve Mask

Menghilangkan tension pneumothorax

Menutup open pneumothorax

Memasang pulse oxymeter

iii. Evaluasi

c. Circulation dengan kontrol perdarahan

i. Penilaian

Mengetahui sumber perdarahan eksternal yang fatal

Mengetahui sumber perdarahan internal

Periksa nadi : kecepatan, kualitas, keteraturan, pulsus paradoksus. Tidak

diketemukannya pulsasi dari arteri besar merupakan pertanda

diperlukannya resusitasi masif segera.

Periksa warna kulit, kenali tanda-tanda sianosis.

Periksa tekanan darah

ii. Pengelolaan

Page 21: Skenario Tahun Lalu

Penekanan langsung pada sumber perdarahan eksternal

Kenali perdarahan internal, kebutuhan untuk intervensi bedah serta

konsultasi pada ahli bedah.

Pasang kateter IV 2 jalur ukuran besar sekaligus mengambil sampel

darah untuk pemeriksaan rutin, kimia darah, tes kehamilan (pada wanita

usia subur), golongan darah dan cross-match serta Analisis Gas Darah

(BGA).

Beri cairan kristaloid yang sudah dihangatkan dengan tetesan cepat.

Pasang PSAG/bidai pneumatik untuk kontrol perdarahan pada pasien-

pasien fraktur pelvis yang mengancam nyawa.

Cegah hipotermia

iii. Evaluasi

d. Disability

i. Tentukan tingkat kesadaran memakai skor GCS/PTS

ii. Nilai pupil : besarnya, isokor atau tidak, reflek cahaya dan awasi tanda-tanda

lateralisasi

iii. Evaluasi dan Re-evaluasi aiway, oksigenasi, ventilasi dan circulation.

e. Exposure/Environment

i. Buka pakaian penderita

ii. Cegah hipotermia : beri selimut hangat dan tempatkan pada ruangan yang

cukup hangat.

II. RESUSITASI

a. Re-evaluasi ABCDE

b. Dosis awal pemberian cairan kristaloid adalah 1000-2000 ml pada dewasa dan 20

mL/kg pada anak dengan tetesan cepat ( lihat tabel 2 )

c. Evaluasi resusitasi cairan

i. Nilailah respon penderita terhadap pemberian cairan awal ( lihat gambar 3,

tabel 3 dan tabel 4 )

ii. Nilai perfusi organ ( nadi, warna kulit, kesadaran dan produksi urin ) serta

awasi tanda-tanda syok

d. Pemberian cairan selanjutnya berdasarkan respon terhadap pemberian cairan awal.

i. Respon cepat

Page 22: Skenario Tahun Lalu

- Pemberian cairan diperlambat sampai kecepatan maintenance

- Tidak ada indikasi bolus cairan tambahan yang lain atau pemberian

darah

- Pemeriksaan darah dan cross-match tetap dikerjakan

- Konsultasikan pada ahli bedah karena intervensi operatif mungkin

masih diperlukan

ii. Respon Sementara

- Pemberian cairan tetap dilanjutkan, ditambah dengan pemberian darah

- Respon terhadap pemberian darah menentukan tindakan operatif

- Konsultasikan pada ahli bedah ( lihat tabel 5 ).

iii. Tanpa respon

- Konsultasikan pada ahli bedah

- Perlu tindakan operatif sangat segera

- Waspadai kemungkinan syok non hemoragik seperti tamponade

jantung atau kontusio miokard

- Pemasangan CVP dapat membedakan keduanya ( lihat tabel 6 )

Tabel 2- Perkiraan Kehilangan Cairan dan Darah, Berdasarkan Presentasi Penderita Semula

KELAS I Kelas II Kelas III Kelas IVKehilangan Darah (mL)

Sampai 750 750-1500 1500-2000 >2000

Kehilangan Darah (% volume darah)

Sampai 15% 15%-30% 30%-40% >40%

Denyut Nadi <100 >100 >120 >140Tekanan Darah Normal Normal Menurun MenurunTekanan nadi(mm Hg)

Normal atau Naik

Menurun Menurun Menurun

Frekuensi Pernafasan

14-20 20-30 30-40 >35

Produksi Urin(mL/jam)

>30 20-30 5-15 Tidak berarti

CNS/ StatusMental

Sedikit cemas Agak cemas Cemas,bingung

Bingung,lesu(lethargic)

Penggantian Cairan(Hukum 3:1)

Kristaloid Kristaloid Kristaloid dan darah

Kristaloid dan darah

Table 3-Penilaian Awal dan Pengelolaan Syok

KONDISI PENILAIAN PENGELOLAAN

Page 23: Skenario Tahun Lalu

(Pemeriksaan Fisik)TensionPneumothorax

• Deviasi Tracheal• Distensi vena leher• Hipersonor• Bising nafas (-)

• Needle decompression• Tube thoracostomy

Massive hemothorax • ± Deviasi Tracheal• Vena leher kolaps• Perkusi : dullness• Bising nafas (-)

• Venous access• Perbaikan Volume• Konsultasi bedah• Tube thoracostomy

Cardiac tamponade • Distensi vena leher• Bunyi jantung jauh• Ultrasound

Pericardiocentesis• Venous access• Perbaikan Volume• Pericardiotomy• Thoracotomy

Perdarahan Intraabdominal

• Distensi abdomen• Uterine lift, bila hamil• DPL/ultrasonography• Pemeriksaan Vaginal

• Venous access• Perbaikan Volume• Konsultasi bedah• Jauhkan uterus dari vena cava

Perdarahan Luar • Kenali sumber perdarahan

Kontrol Perdarahan• Direct pressure• Bidai / Splints• Luka Kulit kepala yangberdarah : Jahit

Tabel 4-Penilaian Awal dan Pengelolaan Syok

KONDISI IMAGE FINDINGS SIGNIFICANCE INTERVENSIFraktur Pelvis

Pelvic x-ray• Fraktur Ramus Pubic

• Kehilangan darah kurangdibanding jenis lain• MekanismeKompresi Lateral

• Perbaikan Volume• Mungkin Transfuse• Hindari manipulasiberlebih

• Open book • Pelvic volume ↑ • Perbaikan Volume• Mungkin Transfusi• Pelvic volume• Rotasi Internal Panggul• PASG

• Vertical shear • Sumber perdarahan banyak

• External fixator• Angiography• Traksi Skeletal• Konsultasi Ortopedi

Cedera Organ Dalam

CT scan• Perdarahan intraabdomimal

• Potensial kehilangan darah• Hanya dilakukan bilahemodinamik stabil

• Perbaikan Volume• Mungkin Transfusi• Konsultasi Bedah

Page 24: Skenario Tahun Lalu

TAMBAHAN PADA PRIMARY SURVEY DAN RESUSITASI

A. Pasang EKG

1. Bila ditemukan bradikardi, konduksi aberan atau ekstrasistole harus dicurigai

adanya hipoksia dan hipoperfusi

2. Hipotermia dapat menampakkan gambaran disritmia

B. Pasang kateter uretra

1. Kecurigaan adanya ruptur uretra merupakan kontra indikasi pemasangan

kateter urine

2. Bila terdapat kesulitan pemasangan kateter karena striktur uretra atau BPH,

jangan dilakukan manipulasi atau instrumentasi, segera konsultasikan pada

bagian bedah

3. Ambil sampel urine untuk pemeriksaan urine rutine

4. Produksi urine merupakan indikator yang peka untuk menilai perfusi ginjal dan

hemodinamik penderita

5. Output urine normal sekitar 0,5 ml/kgBB/jam pada orang dewasa, 1

ml/kgBB/jam pada anak-anak dan 2 ml/kgBB/jam pada bayi

C. Pasang kateter lambung

1. Bila terdapat kecurigaan fraktur basis kranii atau trauma maksilofacial

yang merupakan kontraindikasi pemasangan nasogastric tube, gunakan

orogastric tube.

2. Selalu tersedia alat suction selama pemasangan kateter lambung, karena

bahaya aspirasi bila pasien muntah.

D. Monitoring hasil resusitasi dan laboratorium

Monitoring didasarkan atas penemuan klinis; nadi, laju nafas, tekanan darah,

Analisis Gas Darah (BGA), suhu tubuh dan output urine dan pemeriksaan

laboratorium darah.

E. Pemeriksaan foto rotgen dan atau FAST

1. Segera lakukan foto thoraks, pelvis dan servikal lateral, menggunakan mesin x-

ray portabel dan atau FAST bila terdapat kecurigaan trauma abdomen.

2. Pemeriksaan foto rotgen harus selektif dan jangan sampai menghambat proses

resusitasi. Bila belum memungkinkan, dapat dilakukan pada saat secondary

survey.

3. Pada wanita hamil, foto rotgen yang mutlak diperlukan, tetap harus dilakukan.

Page 25: Skenario Tahun Lalu

II. SECONDARY SURVEY

A. Anamnesis

Anamnesis yang harus diingat :

A : Alergi

M : Mekanisme dan sebab trauma

M : Medikasi ( obat yang sedang diminum saat ini)

P : Past illness

L : Last meal (makan minum terakhir)

E : Event/Environtment yang berhubungan dengan kejadian perlukaan.

B. Pemeriksaan Fisik ( lihat tabel 7 )

Tabel 7- Pemeriksaan Fisik pada Secondary Survey

Hal yangDinilai

Identifikasi/tentukan

PenilaianPenemuan

KlinisKonfirmasi

denganTingkatKesadaran

• Beratnya trauma kapitis

• Skor GCS • 8, cedera kepala berat

• 9 -12, cedera kepala sedang

• 13-15, cedera kepala ringan

• CT Scan• Ulangi tanpa

relaksasi Otot

Pupil • Jenis cedera kepala

• Luka pada mata

• Ukuran• Bentuk• Reaksi

• "mass effect"• Diffuse axional

injury• Perlukaan mata

• CT Scan

Kepala • Luka pada kulit kepala

• Fraktur tulang tengkorak

• Inspeksi adanya luka dan fraktur

• Palpasi adanya fraktur

• Luka kulit kepala

• Fraktur impresi• Fraktur basis

• CT Scan

Maksilofasial

• Luka jaringan lunak

• Fraktur• Kerusakan

syaraf• Luka dalam

mulut/gigi

• Inspeksi : deformitas

• Maloklusi• Palpasi :

krepitus

• Fraktur tulang wajah

• Cedera jaringan lunak

• Foto tulang wajah

• CT Scan tulang wajah

Leher • Cedera pada faring

• Fraktur servikal• Kerusakan

vaskular• Cedera

• Inspeksi• Palpasi• Auskultasi

• Deformitas faring

• Emfisema subkutan

• Hematoma• Murmur

• Foto servikal• Angiografi/

Doppler• Esofagoskopi• Laringoskopi

Page 26: Skenario Tahun Lalu

esofagus• Gangguan

neurologis

• Tembusnya platisma

• Nyeri, nyeri tekan C spine

Toraks • Perlukaan dinding toraks

• Emfisema subkutan

• Pneumo/ hematotoraks

• Cedera bronchus

• Kontusio paru• Kerusakan

aorta torakalis

• Inspeksi• Palpasi• Auskultasi

• Jejas, deformitas, gerakan

• Paradoksal• Nyeri tekan

dada, krepitus• Bising nafas

berkurang• Bunyi jantung

jauh• Krepitasi

mediastinum• Nyeri

punggung hebat

• Foto toraks• CT Scan• Angiografi• Bronchoskopi• Tube

torakostomi• Perikardio

sintesis• USG Trans-

Esofagus

Tabel 7- Pemeriksaan Fisik pada Secondary Survey ( lanjutan )

Hal yangDinilai

Identifikasi/ tentukan

Penilaian Penemuan klinis

Konfirmasi dengan

Abdomen/ pinggang

• Perlukaan dd. Abdomen

• Cedera intra-peritoneal

• Cedera retroperitoneal

• Inspeksi• Palpasi• Auskultasi• Tentukan arah

penetrasi

• Nyeri, nyeri tekan abd.

• Iritasi peritoneal

• Cedera organ viseral

• Cedera retroperitoneal

• DPL• FAST• CT Scan• Laparotomi• Foto dengan

kontras• Angiografi

Pelvis • Cedera Genito-urinarius

• Fraktur pelvis

• Palpasi simfisis pubis untuk pelebaran

• Nyeri tekan tulang elvis

• Tentukan instabilitas pelvis (hanya satu kali)

• Inspeksi perineum

• Pem. Rektum/vagina

• Cedera Genito- rinarius (hematuria)

• Fraktur pelvis• Perlukaan

perineum, rektum, vagina

• Foto pelvis• Urogram• Uretrogram• Sistogram• IVP• CT Scan

dengan kontras

MedulaSpinalis

• Trauma kapitis• Trauma medulla

spinalis• Trauma syaraf

perifer

• Pemeriksaan motorik

• Pemeriksaan sensorik

• "mass effect" unilateral

• TetraparesisParaparesis

• Cedera radiks syaraf

• Foto polos• MRI

Page 27: Skenario Tahun Lalu

KolumnaVertebralis

• Fraktur• lnstabilitas

kolumna Vertebralis

• Kerusakan syaraf

• Respon verbal terhadap nyeri,

tanda lateralisasi• Nyeri tekan• Deformitas

• Fraktur atau dislokasi

• Foto polos• CT Scan

Ekstremitas • Cedera jaringan lunak

• Fraktur• Kerusakan sendi• Defisit neuro-

vascular

• Inspeksi• Palpasi

• Jejas, pembengkakan, pucat

• Mal-alignment• Nyeri, nyeri

tekan, Krepitasi

• Pulsasi hilang/ berkurang

• Kompartemen• Defisit

neurologis

• Foto ronsen• Doppler• Pengukuran

tekanan kompartemen

• Angiografi

III. TAMBAHAN PADA SECONDARY SURVEY

A. Sebelum dilakukan pemeriksaan tambahan, periksa keadaan penderita dengan

teliti dan pastikan hemodinamik stabil

B. Selalu siapkan perlengkapan resusitasi di dekat penderita karena pemeriksaan

tambahan biasanya dilakukan di ruangan lain

C. Pemeriksaan tambahan yang biasanya diperlukan :

1. CT scan kepala, abdomen

2. USG abdomen, transoesofagus

3. Foto ekstremitas

4. Foto vertebra tambahan

5. Urografi dengan kontras

IV. RE-EVALUASI PENDERITA

A. Penilaian ulang terhadap penderita, dengan mencatat dan melaporkan setiap

perubahan pada kondisi penderita dan respon terhadap resusitasi.

B. Monitoring tanda-tanda vital dan jumlah urin

C. Pemakaian analgetik yang tepat diperbolehkan

IX. TRANSFER KE PUSAT RUJUKAN YANG LEBIH BAIK

A. Pasien dirujuk apabila rumah sakit tidak mampu menangani pasien karena

Page 28: Skenario Tahun Lalu

keterbatasan SDM maupun fasilitas serta keadaan pasien yang masih

memungkinkan untuk dirujuk.

B. Tentukan indikasi rujukan, prosedur rujukan dan kebutuhan penderita selama

perjalanan serta komunikasikan dengan dokter pada pusat rujukan yang dituju.

TENSION PNEUMOTORAKS

Definisi

Merupakan kasus kegawatdaruratan, dimana pada tension pneumothorax terjadi

one-way-valve/ fenomena ventil, kebocoran udara yang berasal dari paru-paru atau

dari luar elalui dinding dada, masuk ke dalam rongga pleura dan tidak dapat keluar

lagi.

Sebagai akibatnya, tekanan intrapleural akan semakin tinggi, paru-paru menjadi

kolaps, mediastinum terdorong ke sisi berlawanan dan menghambat pengembalian

darah vena ke jantung, serta akan menekan paru kontralateral.

Frekuensi

Insiden aktual terjadinya tension pneumothorax di luar rumah sakit sulit untuk

ditentukan. Sekitar 10-30 % pasien dirujuk ke pusat trauma level 1 di US untuk

mendapatkan dekompresi sebelum dibawa ke rumah sakit. Dari tahun 2000, insidensi

kejadian tension pneumothorax yang dilaporkan ke Australian Incident Monitoring

Study (AIMS) terdiri dari 17 kasus aktual atau suspect pneumothorax dan 4

diantaranya didiagnosis menderita tension pneumothorax. Angka kejadian

berdasarkan studi yang lebih baru pada kematian anggota militer karena trauma

thorax yaitu lebih dari 5% dari total korban pertempuran.

Etiologi

Penyebab utama terjadinya tension pneumothorax adalah penggunaan ventilasi

mekanik atau ventilator dengan tekanan positif. Tension Pneumothorax juga dapat

timbul sebagai komplikasi pneumothorax sederhana akibat trauma thorax tembus atau

tajam dengan perlukaan parenkim paru yang tidak menutup atau setelah salah arah

dalam pemasangan kateter subklavia atau vena jugularis interna.

Patofisiologi

Page 29: Skenario Tahun Lalu

Tension Pneumothorax terjadi saat ada disrupsi yang melibatkan pleura viseral,

parietal, atau tracheobronchial tree. Disrupsi terjadi ketika terbentuk katup satu arah.

Katup ini membiarkan udara bebas masuk ke rongga pleura, tetapi menghalangi aliran

udara ke luar dari rongga pleura. Volume udara intrapleura akan bertambah ketika

inspirasi. Akibatnya tekanan dalam rongga pleura meningkat. Dengan semakin

bertambahnya tekanan, paru yang terkena akan mengalami kolaps dan menyebabkan

hipoksia. Jika dibiarkan lebih lama keadaan ini akan menyebabkan mediastinum

bergeser ke arah kontralateral. Kondisi ini akan memperparah keadaan hipoksia dan

menghambat aliran balik vena. Vena cava inferior merupakan yang pertama kali

terhambat dan akan membatasi aliran darah balik ke jantung. Keadaan inilah yang

mungkin menyebabkan penderita menjadi hipovolemik (penurunan aliran balik vena

akan mengurangi cardiac output) dan selanjutnya akan mengakibatkan rentetan

kondisi yang lebih parah sampai akhirnya menyebabkan kematian.

Manifestasi Klinis

Temuan awal :

Nyeri dada

Sesak Nafas

Kecemasan

Tachypnea

Tachycardia

Bagian dada yang terkena menjadi hipersonor

Suara napas menjauh sampai hilang

Temuan Lanjutan :

Penurunan kesadaran

Deviasi trakea

Hipotensi

Distensi vena jugularis

Sianosis

Pada pemeriksaan fisik :

1. Inspeksi pada sisi yang sehat menjadi kembung dan sakit. Tapi pada sisi yang

terkena akan tertinggal gerakan dinding dadanya.

2. Palpasi fremitus turun sampai hilang

3. Perkusi hipersonor

Page 30: Skenario Tahun Lalu

4. Auskultasi suara napas lemah sampai hilang

SYOK HEMORAGIK

Definisi

Syok adalah ketidaknormalan dari sistem peredaran darah yang mengakibatkan

perfusi organ dan oksigenasi jaringan yang tidak adekuat. Syok hemoragik terjadi karena

hilangnya darah dalam jumlah yang banyak dan memicu kompensasi tubuh untuk

menyediakan oksigenasi dan perfusi organ yang cukup.

Frekuensi

Di Amerika, cedera karena kecelakaan merupakan penyebab utama kematian usia 1-

44 tahun. Syok hemoragik merupakan penyebab utama pada pasien-pasien yang

mengalami trauma.

Etiologi

Syok hemoragik biasanya terjadi akibat trauma. Tetapi dapat juga timbul karena

perdarahan spontan seperti pada perdarahan gastrointestinal dan melahirkan, operasi, dan

sebab-sebab lainnya.

Manifestasi Klinis

Secara umum, dapat ditemukan tanda-tanda syok seperti hipotensi, nadi lemah,

takikardia, akral dingin, sianosis, hipotermia dan lain-lain. Pada pemeriksaan fisik dapat

ditemukan sumber perdarahan misalnya pada kepala, dada, dan abdomen. Dapat pula

ditemukan bersamaan dengan keadaan tension pneumothorax dan hemothorax. Pada

abdomen, trauma pada hati atau limpa merupakan penyebab utama terjadinya syok

hemoragik. Ruptur spontan aneurisma aorta abdominalis dapat menyebabkan syok

karena perdarahan intraabdominal yang parah. Dapat terjadi distensi abdomen yang

progresif jika syok hemoragik diakibatkan dari perdarahan intraabdominal.

Patofisiologi

Syok hemoragik yang ditemukan pada kasus ini kemungkinan berasal dari perdarahan

yang ditimbulkan akibat trauma tumpul pada abdomen (sehingga timbul intraabdominal

bleeding) dan trauma tusuk pada toraks (sehingga mengakibatkan pneumothorax dan

Page 31: Skenario Tahun Lalu

hemothorax). Kehilangan darah akan terus terjadi bila sumber perdarahan tidak segera

dihentikan. Tubuh akan berkompensasi dengan vasokonstriksi perifer untuk menjamin

arus darah ke otak, jantung, dan ginjal tetap baik. Denyut jantung akan ditingkatkan agar

kebutuhan organ-organ tersebut tetap terpenuhi.

Darah yang terlepas ke cavitas peritonealis akan mengiritasi peritoneum sehingga

menimbulkan tanda-tanda peritonitis seperti nyeri difus. Pada tahap lanjut pasien dapat

kehilangan kesadaran karena kehilangan banyak darah.

Perkiraan kehilangan cairan dan darah.

Perdarahan kelas 1 : kehilangan volume darah sampai 15 %.

Perdarahan kelas 2 : kehilangan volume darah 15-30%

Perdarahan kelas 3 : kehilangan volume darah 30-40%

Pedarahan kelas 4 : kehilangan volume darah lebih dari 40%

Page 32: Skenario Tahun Lalu