skenario b blok 22 tahun 2014.docx

Upload: alvin-halim-senaboe

Post on 02-Jun-2018

231 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 8/10/2019 Skenario B Blok 22 Tahun 2014.docx

    1/43

    1

    I. Skenario B Blok 22 Tahun 2014

    A 9 year old girl came to the Moh. Hoesin Hospital with complain of pale and abdominal

    distention. She lives in Kayu Agung. She has been Already hospitalized two times before

    (2009 and 2010) in Kayu Agung General Hospital and always got blood transfusion. Her

    younger brother, 7 years old, looks taller than her. Her uncle was died when he was 21 years

    old due to the similar disease like her.

    Physical Examination

    Compos mentis, anemis (+), wide epicanthus, prominent upper-jaw

    HR: 94x/mnt, RR: 27x/mnt, TD: 100/70 mmHg, Temp: 36,7oC

    Heart and Lung : within normal limit

    Abdomen : hepatic enlargement x , spleen: schoeffner III

    Extremities : pallor palm of hand. Others: normal

    Laboratory Results

    Hb: 7,6 gr/dl, Ret: 1,8%, WBC:10,2 x 109/lt, thrombocyte: 267x109/lt, Diff.count:

    0/2/0/70/22/6

    Blood film: anisocytosis, poikylocitosis, hypochrome, target cell (+)

    MCV: 64 (fl), MCH: 21 (pg), MCHC: 33 (gr/dl), SI within normal limit, TBC within normal

    limit, serum ferritin: within normal limit

    II. Klarifikasi istilah

    1. Abdominal distention = sensasi di mana terjadi peningkatan tekanan dan volume

    di abnominal

    2. Blood transfusion = proses pemindahan darah atau produk dari satu orang ke

    sistem sirkulasi lainnya

    3. Wide epicanthus = lipatan kulit vertikal pada kedua sisi hidung yang lebar,

    kadang-kadang menutupi kantus sebelah dalam

    4. Prominent upper-jaw = keadaan di mana rahang atas lebih menonjol

  • 8/10/2019 Skenario B Blok 22 Tahun 2014.docx

    2/43

    2

    5. Anemis = keadaan di mana aliran darah tidak berjalan dengan baik

    6. Schoeffner III = garis yang menguhubungkan dari titik arcus costae

    melewati umbilicus diteruskan sampai sias kanan; untuk

    menentukan pembesaran lien

    7. Target cell = eritrosit yang pipih abnormal, bila diwarnai menunjukkan

    pusat gelap dan cincin hemoglobin perifer, dipisahkan

    oleh cincin pucat, tidak terwarnai yang mengandung

    lebih sedikit hemoglobin

    8. Poikylocytosis = adanya eritrosit dengan ragam bentuk yang abnormal

    dalam darah

    9. Hypochrome = gambaran dari sel darah merah yang terlihat pucat karena

    penurunan abnormal dari hemoglobin

    III. Identifikasi Masalah

    1. A 9 year old girl came to the Moh. Hoesin Hospital with complain of pale and

    abdominal distention. She lives in Kayu Agung. (chief complain )

    2.

    She has been Already hospitalized two times before (2009 and 2010) in Kayu Agung

    General Hospital and always got blood transfusion.3. Her younger brother, 7 years old, looks taller than her.

    4. Her uncle was died when he was 21 years old due to the similar disease like her.

    5. Physical Examination(main problem)

    Compos mentis, anemis (+), wide epicanthus, prominent upper-jaw

    HR: 94x/mnt, RR: 27x/mnt, TD: 100/70 mmHg, Temp: 36,7oC

    Heart and Lung : within normal limit

    Abdomen : hepatic enlargement x , spleen: schoeffner III

    Extremities : pallor palm of hand. Others: normal

    6. Lab result

    Hb: 7,6 gr/dl, Ret: 1,8%, WBC:10,2 x 109/lt, thrombocyte: 267x109/lt, Diff.count:

    0/2/0/70/22/6

    Blood film: anisocytosis, poikylocitosis, hypochrome, target cell (+)

    MCV: 64 (fl), MCH: 21 (pg), MCHC: 33 (gr/dl), SI within normal limit, TBC within

    normal limit, serum ferritin: within normal limit

  • 8/10/2019 Skenario B Blok 22 Tahun 2014.docx

    3/43

    3

    IV. Analisis Masalah

    1. A 9 year old girl came to the Moh. Hoesin Hospital with complain of pale and

    abdominal distention. She lives in Kayu Agung.

    a. Bagaimana hubungan usia, jenis kelamin, dan tempat tinggal terhadap keluhan A?

    Usia pasien, 9 tahun, merupakan kelompok usia yang sering menderita

    thalassemia. Dari penelitian di RSUP H. Adam Malik Medan, penderita

    thalassemia terbanyak pada kelompok usia 6-15 tahun. Thalassemia- mayor

    biasanya ditemukan pada anak berusia 6 bulan 2 tahun dengan klinis anemia

    berat, dan tanpa penanganan klinis yang serius penderita jarang dapat mencapai

    usia dewasa. Kelompok usia tersebut berhubungan dengan survival rate, sehingga

    penyakit ini jarang ditemukan pada usia dewasa maupun tua. Tidak ada pengaruh

    dari jenis kelamin terhadap thalasemia.

    Tempat tinggal pasien yaitu di Kayu Agung, Sumatra Selatan, dimana Sumatra

    Selatan merupakan salah satu provinsi dengan penderita thalassemia terbanyak

    dengan frekuensi 10-12% (artinya bila ada 100 orang maka sekitar 10-12 orang di

    Sumatera Selatan adalah pembawa sifat Thalassemia beta), sedangkan untuk

    Indonesia adalah sekitar 3%. Endemik di Kayuagung sebenarnya adalah malaria.

    Dalam usaha membentuk antibodi melawan malaria (penyakit yang disebabkan

    oleh parasit yang tumbuh didarah yang ditansmisikan oleh gigitan nyamuk)

    terjadilah perubahan gen (mutasi) yang dapat menyebabkan penyakit thalassemia.

    Kenyataannya, carrier dari tiap jenis thalassemia tidak menyebabkan masalah

    kesehatan. Selanjutnya, mutasi gen meningkatkan kemungkinan selamat dari

    infeksi malaria. Penduduk yang selamat (pembawa sifat) menurunkan mutasi ini

    pada keturunannya dan menyebar sepanjang daerah endemik malaria.

    b.

    Apa etiologi pucat dan distensi abdominal?

    Pucat:

    Warna merah dari darah manusia disebabkan oleh hemoglobin yang terdapat di

    dalam sel darah merah. Hemoglobin terdiri atas zat besi dan protein yang dibentuk

    oleh rantai globin alpha dan rantai globin beta. Pada penderita thalassemia beta,

    produksi rantai globin beta tidak ada atau berkurang. Sehingga hemoglobin yang

    dibentuk berkurang. Selain itu berkurangnya rantai globin beta mengakitbatkan

    rantai globin alfa berlebihan dan akan saling mengikat membentuk suatu benda

    yang menyebabkan sel darah merah mudah rusak. Berkurangnya produksi

  • 8/10/2019 Skenario B Blok 22 Tahun 2014.docx

    4/43

    4

    hemoglobin dan mudah rusaknya sel darah merah mengakibatkan penderita

    menjadi pucat atau anemia atau kadar Hbnya rendah.

    Distensi abdominal:

    Perut terlihat buncit dikarenakan hepatomegali dan splenomegali sebagai akibat

    terjadinya penumpukan Fe karena bekerja terlalu keras dalam membersihkan sel

    darah yang rusak.

    c. Bagaimana mekanisme pucat dan perut membesar pada kasus (alvin)

    2. She has been Already hospitalized two times before (2009 and 2010) in Kayu Agung

    General Hospital and always got blood transfusion

    a.

    Apa hubungan keluhan yang dialamai dengan riwayat transfusi sebelumnya?

    Keluhan yang dirasakan adalah pucat dan distensi abdomen. Pucat disini terjadi

    akibat gangguan pembentukan hemoglobin yang akan mengakibatkan RBC

    mudah lisis, sehingga terjadi anemia. Pada anemia akibat jumlah hemoglobin yang

    sedikit, oksigenasi ke jaringan pun berkurang, sehingga pasien tampak pucat.

    Distensi abdomen terjadi karena hepatospleenomegali akibat peningkatan

    destruksi eritrosit, hematopoiesis ekstramedular, dan penumpukan besi. Salah satu

    penyebab terjadinya penumpukan besi adalah transfusi yang terus menerus.

    b.

    Apa saja dampak dari transfusi darah berulang?

    Reaksi Tipe Cepat

    Hemolisis Intravaskular Akut

    Terjadi karena transfusi sel darah merah yang tidak kompatibel, sehingga terjadi

    hemolisis. Hemolisis tersebut disebabkan oleh antibodi yang terdapat di dalam

    plasma darah pasien. Hal ini sering terjadi karena kesalahan penulisan formulir

    permintaan darah, pemberian label yang salah pada tabung sampel yang dikirim

    ke bank darah, dan pengecekan darah yang kurang memadai terhadap identitas

    pasien sebelum transfusi dimulai. Pasien thalassemia memiliki risiko lebih besar

    untuk menerima darah yang salah jika sering berganti rumah sakit.

    Pada pasien yang sadar, tanda dan gejala biasanya muncul dalam beberapa menit

    sesudah transfusi dimulai. Kadang-kadang tanda dan gejala tersebut timbul pada

    pemberian < 10 mL darah. Pada pasien yang tidak sadar, keadaan hipotensi dan

    perdarahan yang tidak terkendali akibat Disseminated Intravascular Coagulation

  • 8/10/2019 Skenario B Blok 22 Tahun 2014.docx

    5/43

    5

    (DIC) mungkin merupakan satu-satunya tanda yang menunjukkan transfusi yang

    tidak kompatibel.

    Kontaminasi Bakteri dan Syok Septik.

    Tanda-tandanya biasanya muncul dengan cepat sesudah transfusi dimulai,

    meskipun kemunculannya bisa saja tertunda selama beberapa jam. Reaksi yang

    hebat dapat ditandai dengan panas tinggi yang onsetnya mendadak, menggigil,

    dan hipotensi. Tindakan suportif yang segera dan pemberian antibiotik dosis

    tinggi intravena sangat diperlukan.

    Overload Cairan.

    Dapat menimbulkan gagal jantung dan edema paru. Overload cairan dapat terjadi

    karena terlalu banyak cairan yang ditransfusikan, pemberian transfusi (infus)

    terlalu cepat, atau fungsi ginjal terganggu. Keadaan ini terutama terjadi pada

    pasien dengan anemia kronis berat atau pasien dengan penyakit kardiovaskular.

    Reaksi Anafilaksis.

    Terjadi beberapa menit sesudah transfusi dimulai dan ditandai oleh kolaps

    kardiovaskular, gawat nafas, dan tanpa febris. Risiko terjadinya reaksi anafilaksis

    akan meningkat pada pemberian transfusi yang cepat, khususnya bila digunakan

    Fresh Frozen Plasma (FFP) sebagai cairan penukar dalam terapi pertukaran

    plasma. Sitokin plasma dapat menjadi salah satu penyebab bronkokonstriksi dan

    vasokonstriksi pada beberapa resipien tertentu. Defisiensi IgA pada resipien

    merupakan kelainan langka yang dapat menyebabkan reaksi anafilaksis yang

    sangat berat. Keadaan ini dapat ditimbulkan oleh setiap produk darah.

    Transfusion-Related Acute Lung Injury (TRALI).

    Biasanya disebabkan oleh anti-netrofil spesifik atau anti-HLA antibodi dalam

    plasma donor. Kegagalan faal paru yang terjadi dengan cepat biasanya muncul

    dalam waktu 1-4 jam sesudah transfusi dimulai, terlihat gambaran opasitas yang

    difus pada rontgen toraks. Gejala TRALI berupa dispnoe, takikardia, febris, dan

    hipotensi. Penatalaksanaannya meliputi pemberian oksigen, kortikosteroid,

    diuretik, dan jika perlu digunakan ventilator.

    c. Apa saja indikasi transfusi darah? (nafil

    Transfusi sel darah merah hampir selalu diindikasikan pada kadar Hemoglobin

    (Hb)

  • 8/10/2019 Skenario B Blok 22 Tahun 2014.docx

    6/43

    6

    asimptomatik dan/atau penyakitnya memiliki terapi spesifik lain, maka batas

    kadar Hb yang lebih rendah dapat diterima.

    Transfusi sel darah merah dapat dilakukan pada kadar Hb 7-10 g/dl apabila

    ditemukan hipoksia atau hipoksemia yang bermakna secara klinis dan

    laboratorium.

    Transfusi tidak dilakukan bila kadar Hb 10 g/dl, kecuali bila ada indikasi

    tertentu, misalnya penyakit yang membutuhkan kapasitas transport oksigen

    lebih tinggi (contoh: penyakit paru obstruktif kronik berat dan penyakit

    jantung iskemik berat).

    Transfusi pada neonatus dengan gejala hipoksia dilakukan pada kadar Hb 11

    g/dL; bila tidak ada gejala batas ini dapat diturunkan hingga 7 g/dL (seperti

    pada anemia bayi prematur). Jika terdapat penyakit jantung atau paru atau

    yang sedang membutuhkan suplementasi oksigen batas untuk memberi

    transfusi adalah Hb 13 g/dL.

    Kehilangan darah akut, bila 2030% total volume darah hilang dan perdarahan

    masih terus terjadi.

    Anemia berat

    Syok septik (jika cairan IV tidak mampu mengatasi gangguan sirkulasi darah

    dan sebagai tambahan dari pemberian antibiotik)

    Memberikan plasma dan trombosit sebagai tambahan faktor pembekuan,

    karena komponen darah spesifik yang lain tidak ada

    Transfusi tukar pada neonatus dengan ikterus berat.

    d. Apa saja macam-macam jenis transfusi ?

    1. Transfusi dengan darah seluruhnya ( whole blood )

    Indikasi transfusi dengan whole blood :

    Perdarahan akut dan profusehypovelemik shock

    Exchange transfusion : haemolitik diseases of the new born intoxicaci,

    kegagalan faal hati akut

    Macam transfusi dengan whole blood :

    a.

    FRESH BLOOD : darah setelah pengambilan/telah disimpan pada suhu 4

    derajat celcius, selama kurang dari 6 jam.

  • 8/10/2019 Skenario B Blok 22 Tahun 2014.docx

    7/43

    7

    b. STORED BLOOD : darah yang telah disimpan pada suhu 4 derajat

    celcius, selama lebih dari 6 jam. Trombosit, faktor V, VII, biasanya

    mudah rusak.

    2. Transfusi dengan komponen darah

    a. Komponen darah padat (sel darah).

    Transfusi dengan Sel Darah Merah (SDM) :

    - SDM diendapkan

    - SDM dipadatkan (Packed RBC)

    - Lekosit Poor RBC

    - Washed RBC

    Transfusi dengan sel darah putih (SDP)

    Transfusi dengan trombosit :

    - Platellet Rich Plasma (PRP)

    - Platellet Concentrate (PC)

    b.

    Komponen darah non sel (komponen cair) :

    Transfusi dengan Plasma :

    - single donor plasma

    - pooled plasma

    Transfusi dengan fraksi plasma : albumin, globulin, fibrinogen, AHF

    (anti hemophilitik factor), dsb.

    e. Apa indikasi rawat inap pada penyakit ini?

    Rawat inap berulang dilakukan untuk transfusi darah atau komplikasi akibat

    penyakit

    3.

    Her younger brother, 7 years old, looks taller than her

    a. Bagaimana nilai normal pertumbuhan pada anak laki-laki 7 tahun dan perempuan

    usia 9 tahun?

    Usia 6-12 tahun kadang-kadang disebut sebagai masa anak-anak pertengahan atau

    masa laten. Tinggi badan wanita usia 9 tahun berkisar antara 122-142 cm dan

    berat badan berkisar antara 22-40 kg. Pertumbuhan periode tersebut rata-rata 3-3,5

    kg dan 6 cm per tahun. Lingkaran kepala tumbuh hanya 2-3 cm selama periode

  • 8/10/2019 Skenario B Blok 22 Tahun 2014.docx

    8/43

    8

    tersebut, menandakan pertumbuhan otak yang melambat, karena proses

    mielinisasi sudah sempurna pada usia 7 tahun.

    Pertumbuhan wajah bagian tengah dan bawah terjadi secara bertahap. Kehilangan

    gigi desidua (bayi) merupakan tanda maturasi yang lebih dramatis, mulai sekitar

    usia 6 tahun setelah tumbuhnya gigi-gigi molar pertama. Penggantian dengan gigi

    dewasa terjadi pada kecepatan sekitar 4/ tahun. Jaringan limfoid hipertrofi, sering

    timbul tonsil dan adenoid yang mengesankan yang kadang-kadang membutuhkan

    penanganan pembedahan.

    Seharusnya anak laki-laki 7 tahun lebih pendek dibandingkan anak perempuan 9

    tahun

    b. Mengapa terjadi keterlamabatan pertumbuhan pada A?

    Talasemiaanemiapeningkatan absorbsi besi + transfusi iron overload

    gangguan fungsi endokrin (hipopituitarisme dan hipotiroidisme) pertumbuhan

    terganggu

    4. Her uncle was died when he was 21 years old due to the similar disease like her.

    a. Bagaimana hubungan riwayat keluarga terhadap kasus? (faqih, alvin)

    Nenek dan kakeknya terdiagnosis carrier karena pamannya thalassemia. Orang tua

    nya juga carrier dikarenakan anak perempuan ini thalassemia.

    b.

    Bagaimana harapan hidup pada penderita thalssemia?

    Kurang lebih 20 thuan-an dengan transfusi, tanpa transfusi hanya 5 tahun-an

    5. Physical Examination(main problem)

    Compos mentis, anemis (+), wide epicanthus, prominent upper-jaw

    HR: 94x/mnt, RR: 27x/mnt, TD: 100/70 mmHg, Temp: 36,7oC

    Heart and Lung : within normal limit

    Abdomen : hepatic enlargement x , spleen: schoeffner III

    Extremities : pallor palm of hand. Others: normal

    a. Interpretasi dan mekanisme pemeriksaan

    Compos Mentis (conscious), yaitu kesadaran normal, sadar sepenuhnya, dapat

    menjawab semua pertanyaan tentang keadaan sekelilingnya. Berarti tidak ada

    kurangnya aliran darah ke otak yang menyebabkan oksigen berkurang atau

    hipoksia dikarenakan anemia yang diderita pasien.

  • 8/10/2019 Skenario B Blok 22 Tahun 2014.docx

    9/43

    9

    HR : 94 x/menit

    Normal = 60-100 x/menitinterpretasi : normal.

    RR : 27 x/menit

    Normal = 16-24 x/menitinterpretasi : takipneu

    Mekanisme : kondisi thallasemia menyebabkan RBC mudah pecah karena

    adanya bentukan hemoglobin yang abnormal akibat kelainan genetik. Hal ini

    menyebabkan pasokan hemoglobin pada pasien di skenario ini menjadi

    kurang. Akibatnya terjadi anemia pada pasien ini yang diakibatkan hemolysis

    karena thallasemianya. Anemia menyebabkan pemenuhan oksigenasi tidak

    tercukupi. Sebagai kompensasinya tubuh meningkatkan kecepatan respirasi,

    sehingga terjadi takipneu.

    TD : 100/70 mmHg

    Interpretasi : hipotensi

    Kondisi thallasemia yang menyebabkan anemia seperti yang disebutkan

    sebelumnya, menyebabkan viskositas darah menurun, akibatnya tekanan darah

    juga menurun

    Suhu : 36,7oC

    Normal, tidak ada demam.

    Heart and Lung: within normal limit

    Abdomen: Hepatic enlargement x , Speen: Schoeffner III

    Hepatomegali

    Penghancuran sel darah merah abnormal berlebihan, hemopoiesis

    ekstrameduler (di organ-organ selain sum-sum tulang seperti hepar,limpe,dll),

    deposit besi berlebih (pada thalassemia akibat absorbsi besi di usus meningkat,

    hemolisis RBC, transfusi darah)Hepatomegali

    Splenomegali

    Gangguan produksi rantai globin karena 2 tipe rantai globin berpasangan,

    maka akan terjadi produksi berlebihan dari rantai globin yg normal

    menghasilkan ketidakseimbangan produksi rantai globin normal akumulasi

    rantai globin normal didalam sel sel menjadi tidak stabil & memudahkan

    terjadinya destruksi sel gangguan sintesis Hb berkurangnya deposisi Hb

    di sel darah merah (hipokromatik) sel darah merah menjadi lebih kecil

    anemia hipokromik mikrositikfungsi limpa sebagai penghancur eritrosit tua

    & abnormal dan membentuk eritrosit baru saat masa janin/bayi baru lahir

  • 8/10/2019 Skenario B Blok 22 Tahun 2014.docx

    10/43

    10

    sel darah merah abnormal dalam jumlah besar akan diproses di limpa &

    hematopoiesis inefektif (apabila anemia yang kronik dan tidak diterapi)

    semakin banyak eritrosit abnormal, kerja limpa semakin berat hiperplasia

    limpa (splenomegali)

    Extremities: Pallor palm of hand. Others: normal

    Penyebab dan mekanisme pucat

    Pada penderita thalassemia beta, produksi rantai globin beta tidak ada atau

    berkurang. Sehingga hemoglobin total yang dibentuk berkurang terutama HbA

    (22) yang merupakan Hb dewasa penyusun 96% dari Hbtotal.

    Selain itu berkurangnya rantai globin beta mengakitbatkan rantai globin alfa

    berlebihan dan rantai ini akan mengendap di eritrosit, berkumpul membentuk

    suatu agregat yang tidak larut di eritrosit yang menyebabkan eritrosit mudah

    rusak atau permeabilitasnya terganggu (eritrosit mudah rapuh) sehingga rentan

    untuk dilakukan fagositosis. Eritrosit yang rusak ini akan mengalami destruksi

    di limpa dan hati.

    Berkurangnya produksi hemoglobin secara keseluruhan dan mudah rusaknya

    sel darah merah (mengalami lisis) mengakibatkan penderita anemia sehingga

    kulit tampak pucat

    Mekanisme :

    Kelainan genetik (delesi pada gen yang mengkode protein globin di kromosom

    11 atau 16) Tidak terbentuknya salah satu atau kedua rantai globin

    Rantai tidak terbentuk peningkatan relative rantai rantai berikatan

    dengan rantai membentuk HbF (22)peningkatan HbFmengendap di

    membran (Heinz bodies) RBC mudah dihancurkan Penurunan jumlah

    hemoglobin(oksigenasi ke perifer berkurang) pucat

    b. tujuan pemeriksaan

    Pemeriksaan vital sign merupakan pemeriksaan wajib untuk setiap kasus untuk

    melihat tanda umum pada pasien

    Pemeriksaan jantung dan paru-paru untuk melihat dampak penyakit terhadap

    organ tersebut.

    Pameriksaan abdomen untuk melihat adanya organomegaly. Pada thalasemia

    terdapat pembesaran hati dan limpa

  • 8/10/2019 Skenario B Blok 22 Tahun 2014.docx

    11/43

    11

    c. bagaimana cara pemeriksaan hepar dan lien?

    Hepar:

    Dilakukan dengan ujung jari

    Patokan : proyeksi 2 grs ini ( misalnya 1/3-1/2 ) atau dinyatakan dalam cm,

    lebih jelas bila digambar

    Garis yang menghubungkan pusat dg titik potong garis midklavikularis kanan

    dengan arkus kosta

    Garis yang menghubungkan pusat dg prosesus xifoideus

    Penilaian

    Konsistensi, tepi, permukaan, nyeri

    Limpa:

    Besarnya limpa diukur menurut cara schuffner

    Jarak maksimum dari pusat ke garis singgung pada arkus kosta kiri dibagi 4

    bagian yang sama

    Garis ini diteruskan ke bawah sehingga memotong lipat paha, garis dari pusat

    ke lipat paha inipun dibagi menjadi 4 bagian yang sama

    Pembesaran limpa dinyatakan dengan memproyeksikan kegaris ini.

    Limpa yang membesar sampai kepusat dinyatakan sebagai S IV, sampai lipat

    paha S VIII

    Beda splenomegali dengan pembesaran lobus kiri hati

    Ikut bergerak pada pernapasan

    Insisura lienalis

    Dapat didorong kemedial, lateraal dan atas

  • 8/10/2019 Skenario B Blok 22 Tahun 2014.docx

    12/43

    12

    6. Lab result

    Hb: 7,6 gr/dl, Ret: 1,8%, WBC:10,2 x 109/lt, thrombocyte: 267x109/lt, Diff.count:

    0/2/0/70/22/6

    Blood film: anisocytosis, poikylocitosis, hypochrome, target cell (+)

    MCV: 64 (fl), MCH: 21 (pg), MCHC: 33 (gr/dl), SI within normal limit, TIBC within

    normal limit, serum ferritin: within normal limit

    a.

    Interpretasi dan mekanisme pemeriksaan

    Pemeriksaan Hasil pemeriksaan Nilai normal Interpretasi

    Hb 7,6 gr 12-15,5 gr/dl (6-14

    tahun)

    Menurun

    Retikulosit 1,8 % 0,5-1,5% Meningkat

    WBC 10.2 x 10 /lt 4,0-11,0x10 /L Normal

    thrombocyte 267x10

    /lt 150 -400 x10 /L Normal

  • 8/10/2019 Skenario B Blok 22 Tahun 2014.docx

    13/43

    13

    Diff count 0/2/0/70/22/6 Basofil : 0 1 (%)

    Eosinofil : 1 3 (%)

    Batang : 2 6 (%)

    Segmen : 50 70

    (%)

    Limfosit : 20 40

    (%)

    Monosit : 28 (%)

    Neutrofil batang

    menurun

    Blood film Anisocytosis,

    poikylocytosis,

    hypochrome,

    target cell (+)

    Normal ukuran,

    bentuk, dan warna

    -

    Ukuran diameter

    eritrosit yang

    terdapat di dalam

    suatu sediaan apus

    berbeda-beda

    (bervariasi)

    -Diameter < 7

    mikron, biasa

    disertai dengan

    warna pucat

    (hipokromia)

    Bermacam-macam

    variasi bentuk

    eritrosit

    MCV 64 fl 78-96 fl Menurun

    MCH 21 pg 27-32 pg Menurun

    MCHC 33 gr/dl 31-35 g/dl Normal

    SI within normal limit Pr: 40-155 g/dl

    Lk: 55-160 g/dl

    Anak: 50-120 g/dl

    Normal

    TIBC within normal limit 240-450 g/dl Normal

    Serum ferritin within normal limit Anak usia 6 bulan-15

    tahun: 7-140 g/dl

    Normal

    Mekanisme hasil pemeriksaan abnormal:

  • 8/10/2019 Skenario B Blok 22 Tahun 2014.docx

    14/43

    14

    Anisositosisgangguan pada pembentukan Hb sel darah merah mudah ruptur

    Hb menurun memicu pengeluaran eritropoetin peningkatan

    pemebentukan sel darah sel darah yang belum matur di keluarkan ke sirkulasi

    anisositosis (ukuran eritrosit yang beredar disirkulasi tidak sama besar, yang

    belum matur cenderung lebih besar).

    Poikilositosis gangguan pada pembentukan Hb sel darah merah mudah

    ruptur Hb menurun memicu pengeluaran eritropoetin peningkatan

    pemebentukan sel darah sel darah yang belum matur di keluarkan ke sirkulasi

    poikilositosis (bentuk eritrosit yang berdara di sirkulasi beragam)

    Hypocrom gangguan pembentukan Hb eritrosit menjadi pucat (kerena

    yang member warna merah pada darah adalah hemoglobin)

    Target cellpembentukan hemoglobin yang tidak sempurna sel darah merah

    memiliki rasio yang relative lebih besar dibandingkan volume Hb tergenang

    ditengah eritrosittarget cell.

    Retikulosit meningkat -->Hitung retikulosit merupakan indicator aktivitas

    sumsum tulang dan digunakan untuk mendiagnosis anemia. Banyaknya

    retikulosit dalam darah tepi menggambarkan eritropoesis yang hamper akurat.

    Peningkatan jumlah retikulosit di darah tepi menggambarkan akselerasi

    produksi eritrosit dalam sumsum tulang. Sebaliknya, hitung retikulosit yang

    rendah terus-menerus dapat mengindikasikan keadaan hipofungsi sumsum tulang

    atau anemia aplastik.

    Hemoglobin menurun Pada thalassemia beta, rantai alfa yang berlebihan tidak

    dapat berikatan dengan rantai globin lainnya, akan berpresipitasi pada precursor

    sel darah merah dalam sumsum tulang dan dalam sel progenitor dalam darah tepi.

    Presipitasi ini akan menimbulkan gangguan pematangan prekurosor eritroid dan

    eritropoiesis yang tidak efektif (inefektif), sehingga umur eritrosit menjadi

    pendek, kadar hemoglobin dalam darah menurun. Akibatnya, timbul anemia.

  • 8/10/2019 Skenario B Blok 22 Tahun 2014.docx

    15/43

    15

    Gambar Poikilositosis

    Gambar Anisositosis

    b. cara pemeriksaan

    Pemeriksaan HB: Metode Sahli

    - Masukkan 5 tetesHCl 0,1 N ke dalam tabung Sahli

    - Isap 20 ml darah dengan pipet Sahli, bersihkan darah yang menempel pada

    bagian luar pipet.

  • 8/10/2019 Skenario B Blok 22 Tahun 2014.docx

    16/43

    16

    - Masukkan darah tersebut dengan hati-hati ke dalam tabung Sahli yang

    sudah berisikan HCl 0,1 N.

    - Bilas darah dalam pipet dengan cara menghisap dan mengeluarkan HCl 0,1

    N beberapa kali.

    - Biarkan 4 menit agar hemoglobin berubah menjadi asam hematin.

    - Encerkan larutan dengan aquadest tetes demi tetes, sambil dikocok tiap kali

    menembahkan aquadest, sampai warna larutan sama dengan warna standar

    (pembanding).

    - Hasil harus dibaca dalam waktu 5 menit

    - Tinggi bagian bawah meniskus menunjukkan kadar hemoglobin (g/dl)

    WBC

    - Isap darah kapiler dengan pipet eritrosit sampai tanda 0.5, hapuslah

    kelebihan darah yang melekat di ujung luar pipet.

    - Isap ke dalam pipet (1) cairan Hayem (atau Gower) sampai tanda 101,

    sambil memutar-mutar pipetnya, lepaskan karetnya.

    - Kocok pipet 10-15 detik dalam posisi horizontal sambil diputar-putar.

    - Kocok lagi selama 3 menit, buanglah 4 tetesan yang pertama lalu diisikan

    ke dalam kamar hitung yang bersih, biarkan 2-3 menit.

    -

    Hitung di bawah mikroskop dengan:

    Kamar hitung Improved Neubauer:

    Eritrosit : dengan HPF dalam 80 kotak kecil atau dalam 5 x 16 kotak

    kecil dan hasilnya dikalikan dengan 10.000 (4 angka 0)l

    Retikulosit

    - Taruh satu tetes larutan BCB dalam alkohol di tengah-tengah kaca obyek

    dan biarkan sampai kering

    -

    Taruh setetes darah di atas zat warna yang sudah kering dan segera campur

    darah dan zat warna itu dengan memakai sudut kaca obyek lain

    - Tutuplah tetes darah itu dengan kaca penuutp, lapisan darah dalam sediaan

    basah ini harus tipis benar

    - Biarkan beberapa menit lalu periksalah dengan memakai lensa obyektif

    100x dan minyak imersi. Tentukan berapa retikulosit yang didapat di antara

    1000 eritrosit.

    Trombosit

  • 8/10/2019 Skenario B Blok 22 Tahun 2014.docx

    17/43

    17

    - Isap cairan ees-Ecker ke dalam pipet eritosit sampai garis tanda 1 dan

    buanglah lagi cairan itu

    - Isap darah kapiler dengan pipet eritrosit sampai garis tanda 0.5 dan cairan

    Rees-Ecker sampai tanda 101, segera kocok selama 3 menit.

    - Teruskan tindakan-tindakan seperti untuk menghitung eritrosit dalam kamar

    hitung

    - Biarkan kamar hitung yang telah diisi dengan sikap datar dalam cawan petri

    yang tertutup selama 10 menit agar trombosit mengendap.

    - Hitunglah semua trombosit dalam seluruh bidang besar di tengah-tengah

    memakai lensa objektif besar.

    - Jumlah itu dikali 2.000 menghasilkan jumlah trombosit per ul darah

    Blood Film: Buat preparat apus, warnai lalu amati menggunakan mikroskop

    - Sediakan beberapa kaca benda yang bersih di atas meja (bersihkan dengan

    alkohol) lalu keringkan dengan kain.

    - Ambillah darah kapiler (ujung jari dan hemolet di-disinfeksi terlebih dulu).

    - Buatlah sediaan yang cukup tipis

    - Sediaan yang memenuhi syarat dikeringkan di udara lalu diwarnai.

    Pengecatan menurut Giemsa

    1. fiksasi dengan metil alkohol 3-5 menit

    2.bilasi dengan aquadest

    3. encerkan Giemsa stain 1 cc menjadi 10 cc dengan aquadest

    4. cat dengan (3) selama 30 menit

    5. cat dibuang, dibilasi dengan aquadest lalu dengan air mengalir.

    Pengecatan menurut Wright

    1.

    Ratakan 10 tetes Wright stain di atas sediaan, biarkan 2-3 menit, kalau akan

    mengering tetesi lagi catnya.

    2. Tambahkan tetesan sol buffer yang sama jumlahnya dengan tetesan Wright

    yang dipakai sampai rata bercampur dengan (1), biarkan 5-10 menit. Warna

    hijau mengkilat menunjukkan pengecatan telah cukup.

    3. Siram dengan aquadest 30 detik lalu siram dengan air mengalir. Keringkan

    miring di udara pada kertas saring

  • 8/10/2019 Skenario B Blok 22 Tahun 2014.docx

    18/43

    18

    Diff. Count

    - Buat preparat apus yang dari kepala sampai ekor makin tipis

    - Lihat menggunakan mikroskop

    - Hitung leukosit dari ekor (zona VI) ke arah kepala sampai didapatkan 100

    leukosit

    - Hitung dan kelompokan jenis-jenis leukosit tersebut.

    MCH, MCH, MCHC

    1. MCV (VER) = 10 x Ht : E, satuan femtoliter (fl)

    2. MCH (HER) = 10 x Hb : E, satuan pikogram (pg)

    3. MCHC (KHER) = 100 x Hb : Ht, satuan persen (%)

    Nilai normal :

    MCV: 82-92 femtoliter

    MCH: 27-31 picograms / sel

    MCHC: 32-37 gram / desiliter

    SI, TIBC, Ferritin

    Penilaian SI dilakukan secara kolorimtetri dengan menggunakan pewarna (zat

    kromogen). Pasien sebeleumnya harus berpuasa minimal 12 jam dan tidak

    mendapatkan suplemen besi selama 12 sampai 24 jam. Penilaian TIBC

    dilakukan dengan cara yang sama, besi dilarutkan pada darah sampai

    mengalami titik jenuh dan diukur nilai besi yang dilarutkan tersebut.

    Pengukuran Ferritin dilakukan dengan metode Immunoradiometrik (IRMA)

    dan enzyme link Immunosorbent assay(ELISA

    V.

    Leraning Issue

    1.

    Hematopoesis

    2. Thalassemia

    VI. Sintesis Masalah

    1. Hematopoesis

    Hematopoiesis merupakan proses produksi (mengganti sel yang mati) dan

    perkembangan sel darah dari sel induk / asal / stem sel, dimana terjadi

  • 8/10/2019 Skenario B Blok 22 Tahun 2014.docx

    19/43

  • 8/10/2019 Skenario B Blok 22 Tahun 2014.docx

    20/43

    20

    kromatin makin padat dan tebal, warna inti gelap.

    Tahapan perkembangan eritrosit yaitu sebagai berikut :

    a.Proeritroblas

    Proeritroblas merupakan sel yang paling awal dikenal dari seri eritrosit.

    Proeritroblas adalah sel yang terbesar, dengan diameter sekitar 15-20m.

    Inti mempunyai pola kromatin yang seragam, yang lebih nyata dari

    pada pola kromatin hemositoblas, serta satu atau dua anak inti yang

    mencolok dan sitoplasma bersifat basofil sedang. Setelah mengalami

    sejumlah pembelahan mitosis, proeritroblas menjadi basofilik eritroblas.

    b.Basofilik Eritroblas

    Basofilik Eritroblas agak lebih kecil daripada proeritroblas, dan

    diameternya rata-rata 10m. Intinya mempunyai heterokromatin padat

    dalam jala-jala kasar, dan anak inti biasanya tidak jelas. Sitoplasmanya

    yang jarang nampak basofil sekali.

    c.Polikromatik Eritroblas (Rubrisit)

    Polikromatik Eritoblas adalah Basofilik eritroblas yang membelah berkali-

    kali secara mitotris, dan menghasilkan sel-sel yang memerlukan

    hemoglobin yang cukup untuk dapat diperlihatkan di dalam sediaan yang

    diwarnai. Setelah pewarnaan Leishman atau Giemsa, sitoplasma warnanya

    berbeda-beda, dari biru ungu sampai lila atau abu-abu karena adanya

    hemoglobin terwarna merah muda yang berbeda-beda di dalam sitoplasma

    yang basofil dari eritroblas. Inti Polikromatik Eritroblas mempunyai

    jala kromatin lebih padat dari basofilik eritroblas, dan selnya lebih

    kecil.

    d.Ortokromatik Eritroblas (Normoblas)

    Polikromatik Eritroblas membelah beberapa kali secara mitosis.

    Normoblas lebih kecil daripada Polikromatik Eritroblas dan mengandung

    inti yang lebih kecil yang terwarnai basofil padat. Intinya secara bertahap

    menjadi piknotik. Tidak ada lagi aktivitas mitosis. Akhirnya inti

    dikeluarkan dari sel bersama-sama dengan pinggiran tipis sitoplasma. Inti

    yang sudah dikeluarkan dimakan oleh makrofag- makrofag yang ada di

    dalam stroma sumsum tulang

    e.Retikulosit

  • 8/10/2019 Skenario B Blok 22 Tahun 2014.docx

    21/43

    21

    Retikulosit adalah sel-sel eritrosit muda yang kehilangan inti selnya,

    dan mengandung sisa-sisa asam ribonukleat di dalam sitoplasmanya,

    serta masih dapat mensintesis hemoglobin. (Child, J.A, 2010 ; Erslev AJ,

    2001)

    Retikulosit dianggap kehilangan sumsum retikularnya sebelum

    meninggalkan sumsum tulang, karena jumlah retikulosit dalam darah

    perifer normal kurang dari satu persen dari jumlah eritrosit.

    Dalam keadaan normal keempat tahap pertama sebelum menjadi retikulosit

    terdapat pada sumsung tulang. Retikulosit terdapat baik pada sumsum

    tulang maupun darah tepi. Di dalam sumsum tulang memerlukan

    waktu kurang lebih 2 3 hari untuk menjadi matang, sesudah itu lepas

    ke dalam darah. (Bell dan Rodak, 2002)

    f.Eritrosit

    Eritrosit merupakan produk akhir dari perkembangan eritropoesis.

    Sel ini berbentuk lempengan bikonkaf dan dibentuk di sumsum tulang.

    Pada manusia, sel ini berada di dalam sirkulasi selama kurang lebih 120

    hari. Jumlah normal pada tubuh laki laki 5,4 juta/l dan pada

    perempuan 4,8 juta/l. setiap eritrosit memiliki diameter sekitar 7,5 m

    dan tebal 2 m. (Ganong, William F.1998)

    Perkembangan normal eritrosit tergantung pada banyak macam- macam

    faktor, termasuk adanya substansi asal (terutama globin, hem dan besi).

    Faktor-faktor lain, seperti asam askorbat, vitamin B12, dan faktor intrinsic

    (normal ada dalam getah lamung), yang berfungsi sebagai koenzim

    pada proses sintesis, juga penting untuk pendewasaan normal

    eritrosit.(Djunaedi Wibawa, 2011)

    Pada sistem Eritropoesis dikenal juga istilah Eritropoiesis inefektif, yang

    dimaksud Eritropoiesis inefektif adalah suatu proses penghancuran sel

    induk eritroid yang prematur disumsum tulang. Choi, dkk, dalam

    studinya bahwa pengukuran radio antara retikulosit di sumsum tulang

    terhadap retikulosit di darah tepi merupakan ukuran yang pentng untuk

    bisa memperkirakan beratnya gangguan produksi SDM. (Choi JW. 2006)

    2.Seri Leukosit

    a.Leukosit Granulosit / myelosit

  • 8/10/2019 Skenario B Blok 22 Tahun 2014.docx

    22/43

    22

    Myelosit terdiri dari 3 jenis yaitu neutrofil, eosinofil dan basofil yang

    mengandung granula spesifik yang khas. Tahapan perkembangan myelosit

    yaitu :

    1.Mieloblas

    Mieloblas adalah sel yang paling muda yang dapat dikenali dari seri

    granulosit. Diameter berkisar antara 10-15m. Intinya yang bulat dan

    besar memperlihatkan kromatin halus serta satu atau dua anak inti.

    2.Promielosit

    Sel ini agak lebih besar dari mielobas. Intinya bulat atau lonjong,

    serta anak inti yang tak jelas.

    3.Mielosit

    Promielosit berpoliferasi dan berdiferensiasi menjadi mielosit. Pada proses

    diferensiasi timbul grnula spesifik, dengan ukuran, bentuk, dan sifat

    terhadap pewarnaan yang memungkinkan seseorang mengenalnya

    sebagai neutrofil, eosinofil, atau basofil. Diameter berkisar 10m, inti

    mengadakan cekungan dan mulai berbentuk seperti tapal kuda.

    4.Metamielosit

    Setelah mielosit membelah berulang-ulang, sel menjadi lebih kecil

    kemudianberhenti membelah. Sel-sel akhir pembelahan adalah

    metamielosit. Metamielosit mengandung granula khas, intinya

    berbentuk cekungan. Pada akhir tahap ini, metamielosit dikenal

    sebagai sel batang. Karena sel-sel bertambah tua, inti berubah,

    membentuk lobus khusus dan jumlah lobi bervariasi dari 3 sampai 5. Sel

    dewasa (granulosit bersegmen) masuk sinusoid-sinusoid dan mencapai

    peredaran darah. Pada masing-masing tahap mielosit yang tersebut di atas

    jumlah neutrofil jauh lebih banyak daripada eosinofil dan basofil.

    b.Leukosit non granuler

    1.Limfosit

    Sel-sel precursor limfosit adalah limfoblas, yang merupakan sel berukuran

    relatif besar, berbentuk bulat. Intinya besar dan mengandung kromatin

    yang relatif dengan anak inti mencolok. Sitoplasmanya homogen dan

    basofil. Ketika limfoblas mengalami diferensiasi, kromatin intinya

    menjadi lebih tebal dan padat dan granula azurofil terlihat dalam

    sitoplasma. Ukuran selnya berkurang dan diberi nama prolimfosit. Sel-

  • 8/10/2019 Skenario B Blok 22 Tahun 2014.docx

    23/43

    23

    sel tersebut langsung menjadi limfosit yang beredar.

    2.Monosit

    Monosit awalnya adalah monoblas berkembang menjadi promonosit.

    Sel ini berkembang menjadi monosit. Monosit meninggalkan darah lalu

    masuk ke jaringan, disitu jangka hidupnya sebagai makrofag mungkin 70

    hari.

    3.Seri Trombosit (Trombopoesis)

    Pembentukan Megakariosit dan Keping-keping darah

    Megakariosit adalah sel raksasa (diameter 30-100m atau lebih). Inti

    berlobi secara kompleks dan dihubungkan dengan benang-benang halus

    dari bahan kromatin. Sitoplasma mengandung banyak granula azurofil dan

    memperlihatkan sifat basofil setempat. Megakariosit membentuk tonjolan-

    tonjolan sitoplasma yang akan dilepas sebagai keping-keping darah.

    Setelah sitoplasma perifer lepas sebagai keping-keping darah, megakariosit

    mengeriput dan intinya hancur. (Nadjwa Zamalek D, 2002 ; Indranila KS,

    1994)

    2. Thalassemia

  • 8/10/2019 Skenario B Blok 22 Tahun 2014.docx

    24/43

    24

    a. WD (anamnesis, pemeriksaan, dll)

    1. Anamnesis

    -

    Pucat kronis

    - Riwayat transfusi berulang

    - Riwayat keluarga dengan penyakit yang sama

    -

    Organomegali: perut yang semakin membesar atau teraba massa di

    perut

    2. Pemeriksaan fisik

    - Pucat

    - Organomegali: hepatosplenomegali diakibatkan oleh (1) destruksi

    eritrosit berlebihan, (2) hemopoiesis ekstramedular, dan (3)

    penumpukan besi. Splenomegali meningkatkan kebutuhan darah

    dengan meningkatkan volume plasma.

    -

    Facies cooley diakibatkan oleh hiperplasia sumsum tulang dan

    penipisan korteks

    - Gangguan pertumbuhan dan status gizi yang kurang

    3.

    Pemeriksaan penunjang

    Darah perifer lengkap (essensial)

    - Hb

    -

    Index eritrosit : MCV , MCH , MCHC , RDW (bila tidak ada

    cell counter, lakukan uji resistemsi osmotik 1 tabung)

    - Sediaan apus darah tepi : mikrositik, hipokrom, anisositosis,

    poikilositosis, sel target, fragmentosit, normoblast (+)

    -

    Indeks Mentzer (MCV/eritrosit). Pada talasemia, nilainya < 13

    sedangkan pada anemia defisiensi besi nilainya > 13

    - Leukositosis palsu akibat retikulosit/eritrosit berinti yang terhitung

    sebagai sel darah putih.

    - Trombositopenia akibat hipersplenisme.

  • 8/10/2019 Skenario B Blok 22 Tahun 2014.docx

    25/43

    25

    Analisis hemoglobin

    Pada talasemia trait biasanya menunjukkan kurang atau tidak adanya

    HbA, peningkatan kadar HbA2 atau HbF. Penderita talasemia beta

    mayor umumnya terdiagnosis pada masa bayi. Pucat, gelisah,

    keterlambatan perkembangan, pembesaran perut, dan ikterus muncul

    saat semester kedua kehidupan.

    Analisis DNA (molekular)Analisis DNA dilakukan bila sudah transfusi berulang dan hasil

    skrining orang tua sesuai dengan pembawa sifat thalassemia atau hasil

    pemeriksaan esensial tidak khas.

    b. DD

  • 8/10/2019 Skenario B Blok 22 Tahun 2014.docx

    26/43

    26

    Pemeriksaan yang dapat menyingkirkan diagnosis banding antara lain :

    1) Index Mentzer

    Indek Mentzer (MCV/jumlah RBC) dapat membantu membedakan antara

    defisiensi besi dan thallasemia. Hasil index >13 pada defisiensi besi dan < 13 pada

    thallasemia.

    2)

    RDW (red blood cell distribution width)

    RDW menyingkirkan DD defisiensi besi dan anemia sideroblastik dari thallasemia.

    RDW meningkat >90% pada individu dnegna defisiensi besi, namun hanya pada

    50% pasien dengan thallasemia. RDW biasanya meningkat pada anemia

    sideroblastik. Thallasemia hamper selalu menjadi penyebab anemia mikrositik

    dengan RDW yang normal. Namun, individu degan peningkatan RDW tetap

    membutuhkan pemeriksaan tambahan.

  • 8/10/2019 Skenario B Blok 22 Tahun 2014.docx

    27/43

    27

    3) Tes supplemental

    Serum ferritin

    Apusan darah tepi

    Elektroforesis Hb

    Kadar timah serum

    Jarang, aspirasi sumsul tulang

    c. Definisi

    Thalasemia adalah sekelompok penyakit keturunan yang merupakan akibat

    dari ketidakseimbangan pembuatan salah satu dari keempat rantai asam

    amino yang membentuk hemoglobin (komponen darah).

    d.

    Epidemiologi

  • 8/10/2019 Skenario B Blok 22 Tahun 2014.docx

    28/43

    28

    Penyakit thalassemia ini tersebar luas di daerah mediteranian seperti Italia,

    Yunani Afrika bagian utara, kawasan Timur Tengah, India Selatan,

    SriLangka sampai kawasan Asia Tenggara termasuk Indonesia, daerah ini

    dikenal sebagai kawasan thalassemia. Frekuensi thalassemia di Asia

    Tenggara adalah antara 3-9%.Gen untuk thalassemia- ternyata tersebar

    luas di dataran Cina tidak terbatas pada propinsi Guangdong, seperti di

    duga semula. Seperti halnya di Muang Thai, thalassemia Hb E tidak jarang

    terdapat di bagian Selatan Cina. Frekuensi thalassemia terbesar berpusatdi

    daerah perbatasan Muang Thai, Laos dan Kamboja dengan frekuensi

    sebesar 50-60% dan juga tersebar di daerah lain Asia Tenggara dengan

    frekuensi yang makin berkurang di daerah yang lebih jauh. Thalassemia di

    dapat pula pada orang Negro di Amerika Serikat. Pada daerah-daerah

    tertentu di Italia dan di negara-negara mediteranian frekuensi carrier.

    Thalassemia beta dapat mencapai 15-20%. Di Muang Thai 20%

    penduduknya mempunyai satu atau jenis lain talasemia alfa. Frekuensi gen

    untuk Indonesia belum jelas. Di duga sekitar 3-5%, sama seperti Malaysia

    dan Singapura. Iskandar wahidayat (1979) melaporkan bahwa di Rumah

    Sakit Dr. Cipto Mangunkusumo, Jakarta di dapat kasus baru thalassemia

    beta per tahun. Di Rumah Sakit Dr. Sutomo, Surabaya lebih sering di

    jumpai thalassemia beta Hb E. Hb E trait di Rumah Sakit Dr. Sutomo

    adalah 6,5% (frekuensi pada suku Batak, relatif rendah). Selama 15 tahun

    Untario mencatat seluruhnya 134 kasus thalassemia beta. Untuk talasemia

    alfa di daerah perbatasan Muang Thai dan Laos frekuensinya berkisar 30-

    40%, kemudian tersebar dalam frekuensi lebih rendah di Asia Tenggara

    termasuk Indonesia (Tjokronegoro, 2001).

    e.

    Etiologi

    Thalassemia terjadi akibat adanya perubahan pada gen globin pada

    kromosom manusia. Gen globin adalah bagian dari sekelompok gen yang

    terletak pada kromosom 11. Bentuk daripada gen beta-globin ini diatur oleh

    locus control region (LCR). Berbagai mutasi pada gen atau pada unsur-

    unsur dasargen menyebabkan cacat pada inisiasi atau pengakhiran

    transkripsi, pembelahan RNA yang abnormal, substitusi, dan frameshifts.

  • 8/10/2019 Skenario B Blok 22 Tahun 2014.docx

    29/43

    29

    Hasilnya adalah penurunan atau pemberhentian daripada penghasilan rantai

    beta-globin, sehingga menimbulkan sindrom thalassemia beta.

    Mutasi Beta-zero (0) ditandai dengan tidak adanya produksi beta-globin,

    yang biasanya akibat mutasi nonsense,frameshift, atausplicing. Sedangkan

    mutasi beta-plus(+) ditandai dengan adanya produksi beberapa beta-globin

    tetapi dengan sedikit cacat splicing. Mutasi yang spesifik memiliki

    beberapa hubungan dengan faktor etnis atau kelompok berbeda yang lazim

    di berbagai belahan dunia. Seringkali, sebagian besar individu yang

    mewarisi penyakit ini mengikuti pola resesif autosomal, dengan individu

    heterozigot memiliki kelainan gen tersebut, sedangkan pada individu

    heterozigot atau individu compound homozigot, kelainan itu memanifestasi

    sebagai penyakit beta-thalassemia mayor atau intermedia.

    Faktor genetik yaitu perkawinan antara 2 heterozigot (carier) yang

    menghasilkan keturunan Thalasemia (homozigot).

  • 8/10/2019 Skenario B Blok 22 Tahun 2014.docx

    30/43

  • 8/10/2019 Skenario B Blok 22 Tahun 2014.docx

    31/43

    31

    f. Faktor risiko

    Anak dengan orang tua yang memiliki gen thalassemia

    Anak dengan salah satu orang tua thalasemia

    Resiko laki-laki atau perempuan untuk terkena sama

    Thalassemia Beta mengenai orang asli dari Mediterania atau ancestry

    (Yunani, Italia, Ketimuran Pertengahan) dan orang dari Asia dan Afrika

    Pendaratan.

    Alfa thalassemia kebanyakan mengenai orang tenggara Asia, Orang

    India, Cina, atau orang Philipina

    g. Klasifikasi

    Thalasemia digolongkan bedasarkan rantai asam amino yang terkena 2 jenis

    yang utama adalah :

    1. Alfa Thalasemia (melibatkan rantai alfa) Alfa Thalasemia paling

    sering ditemukan pada orang kulit hitam (25% minimal membawa 1 gen).

    2. Beta Thalasemia (melibatkan rantai beta) Beta Thalasemia pada

    orang di daerah Mediterania dan Asia Tenggara.

    Secara umum, terdapat 2 (dua) jenis thalasemia yaitu :

    1. Thalasemia Mayor, karena sifat sifat gen dominan.

    Thalasemia mayor merupakan penyakit yang ditandai dengan kurangnya

    kadar hemoglobin dalam darah. Akibatnya, penderita kekurangan darah

    merah yang bisa menyebabkan anemia. Dampak lebih lanjut, sel-sel darah

    merahnya jadi cepat rusak dan umurnya pun sangat pendek, hingga yang

    bersangkutan memerlukan transfusi darah untuk memperpanjang hidupnya

    Penderita thalasemia mayor akan tampak normal saat lahir, namun di usia

    3-18 bulan akan mulai terlihat adanya gejala anemia. Selain itu, juga bisa

    muncul gejala lain seperti jantung berdetak lebih kencang dan facies

    cooley. Facies cooley adalah ciri khas thalasemia mayor, yakni batang

    hidung masuk ke dalam dan tulang pipi menonjol akibat sumsum tulang

    yang bekerja terlalu keras untuk mengatasi kekurangan hemoglobin.

    Penderita thalasemia mayor akan tampak memerlukan perhatian lebih

    khusus. Pada umumnya, penderita thalasemia mayor harus menjalani

  • 8/10/2019 Skenario B Blok 22 Tahun 2014.docx

    32/43

    32

    transfusi darah dan pengobatan seumur hidup. Tanpa perawatan yang baik,

    hidup penderita thalasemia mayor hanya dapat bertahan sekitar 1-8 bulan.

    Seberapa sering transfusi darah ini harus dilakukan lagi-lagi tergantung

    dari berat ringannya penyakit. Semakin berat penyakitnya, kian sering pula

    si penderita harus menjalani transfusi darah.

    2. Thalasemia Minor

    Individu hanya membawa gen penyakit thalasemia, namun individu hidup

    normal,tanda-tanda penyakit thalasemia tidak muncul. Walau thalasemia

    minor tak bermasalah, namun bila ia menikah dengan thalasemia minor

    juga akan terjadi masalah. Kemungkinan 25% anak mereka menerita

    thalasemia mayor. Pada garis keturunan pasangan ini akan muncul penyakit

    thalasemia mayor dengan berbagai ragam keluhan. Seperti anak menjadi

    anemia, lemas, loyo dan sering mengalami pendarahan. Thalasemia

    minor sudah ada sejak lahir dan akan tetap ada di sepanjang hidup

    penderitanya, tapi tidak memerlukan transfusi darah di sepanjang hidupnya

    h. Patofisiologi

    Hemoglobin terdiri atas cinci heme yang berisi besi dan empat rantai globin

    (dua rantai alfa dan dua rantai non-alfa). Kompisis empat rantai globin

    menentukan tipe hemoglobin:

    -

    Hemoglobin fetal (HbF): dua rantai alfa dan dua rantai gamma

    - Hemoglobin A (HbA, tipe dewasa): dua rantai alfa dan dua rantai

    beta

    -

    Hemoblobin A2 : dua rantai alfa dan dua rantai delta

    Ketika lahir, jumlah HbF mencapai 80% dan jumlah HbA hanya 20%.

    Transisi dari globin gamma ke globin beta dimulai sejak kelahiran. Sekitar

    usia 6 bulan, bayi yang sehat sudah akan bertransisi ke HbA. Ketika

    terdapat kelainan pada gen, terjadilah kelainan hemolitik talasemia.

  • 8/10/2019 Skenario B Blok 22 Tahun 2014.docx

    33/43

    33

    i. Manifestasi klinis

    Gejala klinis thalasemia mayor :

    i. Tampak pucat dan lemah karena kebutuhan jaringan akan oksigen tidak

    terpenuhi yang disebabkan hemoglobin pada thalasemia (HbF) memilikiafinitas tinggi terhadap oksigen

    ii. Facies thalasemia yang disebabkan pembesaran tulang karena hiperplasia

    sumsum hebat

    iii.Hepatosplenomegali yang disebakan oleh penghancuran sel darah merah

    berlebihan, hemopoesis ekstramedular, dan kelebihan beban besi.

    iv. Pemeriksaan radiologis tulang memperlihatkan medula yang lebar,

    korteks tipis, dan trabekula kasar. Tulang tengkorak memperlihatkan diploe

    dan pada anak besar kadang-kandang terlihat brush appereance.

    v. Hemosiderosis yang terjadi pada kelenjar endokrin menyebabkan

    keterlambatan menarse dan gangguan perkembangan sifat seks sekunder.

    Selain itu juga menyebabkan diabetes, sirosis hati, aritmia jantung, gagal

    jatung, dan perikarditis.

    vi. Sebagai sindrom klinik penderita thalassemia mayor (homozigot) yang

    telah agak besar menunjukkan gejala-gejala fisik yang unik berupa

    hambatan pertumbuhan, anak menjadi kurus bahkan kurang gizi, perut

  • 8/10/2019 Skenario B Blok 22 Tahun 2014.docx

    34/43

    34

    membuncit akibat hepatosplenomegali dengan wajah yang khas mongoloid,

    frontal bossing, mulut tongos (rodent like mouth), bibir agak tertarik,

    maloklusi gigi

    2) Gejala klinis Thalasemia minor

    Penderita yang menderita thalasemia minor, hanya sebagai carrier dan

    hanya menunjukkan gejala-gejala yang ringan. Orang dengan anemia

    talasemia minor (paling banyak) ringan (dengan sedikit menurunkan tingkat

    hemoglobin dalam darah).

    Situasi ini dapat sangat erat menyerupai dengan anemia kekurangan zat besi

    ringan. Namun, orang dengan talasemia minor memiliki tingkat besi darah

    normal (kecuali mereka miliki adalah kekurangan zat besi karena alasan

    lain). Tidak ada perawatan yang diperlukan untuk thalasemia minor. Secara

    khusus, besi tidak perlu dan tidak disarankan.

    j.

    Komplikasi

    Sirosis hepatis,diabetes mellitus dan gagal jantung akibat hemosiderosis

    Deformitas muka

    hiperpigmentasi

    k.

    Tata laksana

    a. Transfusi darah :

    Hb penderita dipertahankan antara 8 g/dl sampai 9,5 g/dl. Dengan

    kedaan ini akan memberikan supresi sumsum tulang yang adekuat,

    menurunkan tingkat akumulasi besi, dan dapat mempertahankan

    pertumbuhan dan perkembangan penderita. Pemberian darah dalam

    bentuk PRC (packed red cell), 3 ml/kg BB untuk setiap kenaikan Hb 1

    g/dl.

  • 8/10/2019 Skenario B Blok 22 Tahun 2014.docx

    35/43

    35

    b. Medikamentosa

    1) Vitamin E 200-400 IU setiap hari sebagai antioksidan dapat

    memperpanjang umur sel darah merah.

    2) Asam folat 2-5 mg/hari untuk memenuhi kebutuhan yang meningkat.

    3) Vitamin C 100-250 mg/hari selama pemberian kelasi besi, untuk

    meningkatkan efek kelasi besi.

    4) Bila kadar ferritin serum atau serum iron meningkat:

    Pemberian iron chelating agent(desferoxamine): diberikan setelah kadar

    feritin serum sudah mencapai 1000 mg/l atau saturasi transferin lebih

    50%, atau sekitar 10-20 kali transfusi darah. Desferoxamine, dosis 25-50

    mg/kg berat badan/hari subkutan melalui pompa infus dalam waktu 8-12

    jam dengan minimal selama 5 hari berturut setiap selesai transfusi darah.

    Atau desferopron oral.

    Gambar 14 .Lokasi untuk menggunakan pompa portable deferoksamin

    c. Bedah

    Splenektomi merupakan prosedur pembedahan utama yang digunakan

    pada pasien dengan thalassemia. Limpa diketahui mengandung sejumlah

    besar besi nontoksik (yaitu, fungsi penyimpanan). Limpa juga

    meningkatkan perusakan sel darah merah dan distribusi besi. Fakta-fakta

    ini harus selalu dipertimbangkan sebelum memutuskan melakukan

    splenektomi.. Limpa berfungsi sebagai penyimpanan untuk besi

    nontoksik, sehingga melindungi seluruh tubuh dari besi tersebut.

    Pengangkatan limpa yang terlalu dini dapat membahayakan.

    Sebaliknya, splenektomi dibenarkan apabila limpa menjadi

    hiperaktif, menyebabkan penghancuran sel darah merah yang berlebihan

    dan dengan demikian meningkatkan kebutuhan transfusi darah,

    menghasilkan lebih banyak akumulasi besi. Imunisasi pada penderita ini

    dengan vaksin hepatitis B, vaksin H.Influenzae tipe B, dan vaksin

  • 8/10/2019 Skenario B Blok 22 Tahun 2014.docx

    36/43

    36

    polisakarida pneumokokus diharapkan, dan terapi profilaksis penisilin

    juga dianjutkan.

    Splenektomi, dengan indikasi:

    Anak usia >6 tahun

    Limpa yang terlalu besar, sehingga membatasi gerak penderita,

    menimbulkan peningkatan tekanan intraabdominal dan bahaya

    terjadinya ruptur. Hipersplenisme ditandai dengan peningkatan

    kebutuhan transfusi darah atau kebutuhan suspensi eritrosit (PRC)

    melebihi 250 ml/kg berat badan dalam 1 tahun.

    d. Transplantasi sumsum tulang (TST)

    Pengobatan thalassemia yang berat dengan transplantasi sumsum

    tulang allogenik pertama kali dilaporkan lebih dari satu dekade yang

    lalu, sebagai alternatif dari pelaksanaan klinis standar dan saat ini

    diterima dalam pengobatan thalassemia . Keberhasilan trasplantasi

    allogenik pada pasien thalassemia membebaskan pasien dari transfusi

    kronis, namun tidak menghilangkan kebutuhan terapi pengikat besi pada

    semua kasus. Pengurangan konsentrasi besi hati hanya ditemukan pada

    pasien muda dengan beban besi tubuh yang rendah sebelum

    transplantasi, kelebihan besi pada parenkim hati bertahan sampai 6 tahun

    setelah transplantasi sumsum tulang, pada kebanyakan pasien yang tidak

    mendapat terapi deferoksamin setelah transplantasi.

    Prognosis yang buruk pasca TST berhubungan dengan adanya

    hepatomegali, fibrosis portal, dan terapi khelasi yang inefektif sebelum

    transplantasi dilakukan. Prognosis bagi penderita yang memiliki ketiga

    karakteristik ini adalah 59%, sedangkan pada penderita yang tidak

    memiliki ketiganya adalah 90%. Meskipun transfusi darah tidak

    diperlukan setelah transplantasi sukses dilakukan, individu tertentu perlu

    terus mendapat terapi khelasi untuk menghilangkan zat besi yang

    berlebihan. Waktu yang optimal untuk memulai pengobatan tersebut

    adalah setahun setelah TST.

    e. Supportif

    1) Thalassaemia Diet

    Diet Talasemia disiapkan oleh Departemen diit, Di Rumah

  • 8/10/2019 Skenario B Blok 22 Tahun 2014.docx

    37/43

    37

    sakit umum Sarawak pasien dinasehati untuk menghindari makanan

    yang kaya akan zat besi, seperti daging berwarna merah, hati, ginjal,

    sayur-mayur bewarna hijau, sebagian dari sarapan yang mengandung

    gandum, semua bentuk roti dan alkohol.

    Tabel 2. Daftar makanan dan kandungan zat besi

    FOOD TO AVOID

    Foods with high content of Iron Iron Content

    Organ meat (liver, kidney, spleen) 514 mg / 100 g

    Beef 2.2 mg / 100 g

    Chicken gizzard and liver 210mg / 100 g

    Ikan pusu (with head and entrails) 5.3 mg / 100 g

    Cockles (kerang) 13.2 mg / 100 g

    Hen eggs 2.4 mg / whole egg

    Duck eggs 3.7 mg / whole egg

    Dried prunes / raisins, Peanuts (without shell), other

    nuts

    2.9 mg / 100 g

    Dried beans (red, green, black, chickpeas, dhal) 48 mg / 100 g

    Baked beans 1.9 mg / 100 g

    Dried seaweed 21.7 mg / 100 g

    Dark green leafy vegetables bayam, spinach,

    kailan, cangkok manis, kangkung, sweet potato

    shoots, ulam leaves, soya bean sprouts, bitter gourd,

    paku, midi, parsley,

    > 3 mg 1 100 g

    Food Allowed

    Foods with moderate content of Iron

    Chicken, pork allow one small serving a day (= 2

    matchbox size)

    Soya bean curd (towkwa, towhoo,

    hookee)

    allow one serving only (= one piece)

    Light coloured vegetables (sawi,

    cabbage, long beans and other beans,

    ketola, ladys fingers)

    1 -2 servings a day (= 1/2 cup)

  • 8/10/2019 Skenario B Blok 22 Tahun 2014.docx

    38/43

    38

    Ikan pusu head and entrails removed

    Onions use moderately

    Oats

    Foods with small amount of IronRice and Noodles

    Bread, biscuits

    Starchy Root vegetables ( carrot, yam,

    tapioca, pumpkin, bangkwang, lobak)

    Fish (all varieties)

    Fruits (all varieties except dried fruits)

    Milk, cheese

    Oils and Fats

    f. Monitoring

    1) Terapi

    Pemeriksaan kadar feritin setiap 1-3 bulan, karena kecenderungan

    kelebihan besi sebagai akibat absorbsi besi meningkat dan transfusi

    darah berulang. Efek samping kelasi besi yang dipantau: demam, sakit

    perut, sakit kepala, gatal, sukar bernapas. Bila hal ini terjadi kelasi besi

    dihentikan

    2) Tumbuh Kembang

    Anemia kronis memberikan dampak pada proses tumbuh kembang,

    karenanya diperlukan perhatian dan pemantauan tumbuh kembang

    penderita.

    3) Gangguan jantung, hepar dan endokrin

    Anemia kronis dan kelebihan zat besi dapat menimbulkan gangguan

    fungsi jantung (gagal jantung), hepar (gagal hepar), gangguan endokrin

    (diabetes melitus, hipoparatiroid) dan fraktur patologis.

    Kontrol rutin setiap 3 bulan :

    Tes fungsi hati

    Tes fungsi ginjal

    kadar ferritin

    Pada penderita > 10 tahun evaluasi setiap 6 bulan :

  • 8/10/2019 Skenario B Blok 22 Tahun 2014.docx

    39/43

    39

    Pantau pertumbuhan dan perkembangan

    Pemeriksaan status pubertas

    Tes fungsi jantung / echocardiogram

    Tes fungsi paru

    Tes fungsi endokrin

    Skrining hepatitis dan HIV

    g. Lain-lain (rujukan subspesialis, rujukan spesialisasi lainnya dll)

    Bila perlu, rujuk ke divisi Tumbuh kembang, kardiologi, gizi,

    endokrinologi, radiologi, dan dokter gigi.

    Pencegahan PrimerPenyuluhan sebelum perkawinan (marriage counseling)

    Pencegahan Sekunder

    o Inseminasi buatan dengan sperma berasal dari donor yang bebas dari

    thalasemia

    o Pemeriksaan DNA cairan amnion

    o Pemeriksaan PCR (Polymerase Chain Reaction) pada korion villi mulai

    minggu ke-8

    o Pemeriksaan prenatal dapat dilakukan setelah minggu ke-8 kehamilan

    menggunakan CVS (Chorionic Villi Sampling)dengan 2 cara :

    1. Mengambil potongan kecil plasenta

    2. Amniosintesis setelah 8 minggu usia kehamilan

    l. Prognosis

    Quo Vitam: malam

    Quo Fungsionam: malam

    Prognosis thalassemia tergantung pada tipe dan derajat keparahan

    thalassemia. Perjalanan klinis thalassemia sangat bervariasi mulai dari yang

    ringan atau terkadang asimptomatik sampai keadaan yang berat dan

    mengancam jiwa.

    Thalassemia beta homozigot umumnya meninggal pada usia muda dan

    jarang mencapai usia dekade ke 3, walaupun digunakan antibiotik untuk

  • 8/10/2019 Skenario B Blok 22 Tahun 2014.docx

    40/43

    40

    mencegah infeksi dan pemberian chelating agent untuk mengurangi

    hemosiderosis.

    m.SKDI

    Tingkat Kemampuan 3: mendiagnosis, melakukan penatalaksanaan

    awal, dan merujuk

    3A. Bukan gawat darurat

    Lulusan dokter mampu membuat diagnosis klinik dan memberikan terapi

    pendahuluan pada keadaan yang bukan gawat darurat. Lulusan dokter

    mampu menentukan rujukan yang paling tepat bagi penanganan pasien

    selanjutnya. Lulusan dokter juga mampu menindaklanjuti sesudah kembali

    dari rujukan.

    VII. Kerangka Konsep

    hepatosplenomegaliPertumbuhan terganggu

    Palmar pucatpucat Eritropoiesis

    Prominent upper-jawWide epicanthus

    Absorbsi iron

    Iron overload

    transfusi

    Hb hepatosplenomegali

    Distensi abdomen

    Thalassemia

    Anemia hemolitik

    Kelainan Hemoglobin Faktor genetik

  • 8/10/2019 Skenario B Blok 22 Tahun 2014.docx

    41/43

    41

    VIII. Kesimpulan

    Seorang anak perempuan, 9 tahun, menderita anemia hemolitik et causa thalassemia

  • 8/10/2019 Skenario B Blok 22 Tahun 2014.docx

    42/43

    42

    Daftar Pustaka

    About thalassemia. Sarawak Thalassaemia Society. 2000.www.thalassaemia.cdc.net.

    Ananta Yovita. Terapi Kelasi Pada Thalassemia . Sari Pustaka. 2000

    Anonim . _____ . Hematopoeisis . (dalam http://digilib.unimus.ac.id/, diakses 16

    Desember 2014)

    Anonim . 2003 . Transfusi Komponen Darah Indikasi dan Skrining . (dalam

    http://buk.depkes.go.id/,diakses 16 Desember 2014)

    Anonim.Thalasemia (dalam

    http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/28803/3/Chapter%20II.pdf , diakses

    15 Desember 2014).

    Anonim.Thalasemia(dalamhttp://thalasemia.org/, diakses 15 Desember 2014).

    Bagian Patologi Klinik Universitas Sriwijaya . 2013 . Panduan Praktikum Patologi

    Klinik. Palembang: Bagian Patologi Klinik Universitas Sriwijaya

    Darling D. THALASSEMIA. . United states of america

    Ganie RA. Thalassemia : permasalahan dan penanganannya . dalam Pidato Pengukuhan

    Jabatan Guru Besar Tetap dalam Bidang Ilmu Patologi pada Fakultas Kedokteran,

    Diucapkan di hadapan Rapat Terbuka Universitas Sumatera Utara .2005

    Harianja. 2011 . Hematopoiesis . (dalamhttp://repository.usu.ac.id/,diakses 16 Desember

    2014)

    Hemoglobin: Structure & Function.2007.httpwww_med-ed_virginia_edu-courses-path-

    innes-images-nhgifs-hemoglobin1_gif.htm ( akses 20 April 2011)

    Hoffbrand A.V. and Pettit J.E. (2001). Genetic Diorders of Haemoglobin. In: Hoffbrand

    AV and Pettit JE (eds) Color Atlas of Clinical Hematology. 3th ed. 5: 85-98.

    London: Mosby

    Mansjoer A, Triyanti K,Savitri R, Wahyu IW dan setiowulan W. Kapita Selekta

    Kedokteran, Jilid 2 Edisi 3, Jakarta: Media aesculapius, 2001. 497-498

    Permono B, Ugrasena IDG , A Mia. Talasemia.Bag/ SMF Ilmu Kesehatan Anak, Fakultas

    Kedokteran UNAIR Surabaya

    http://www.thalassaemia.cdc.net/http://www.thalassaemia.cdc.net/http://www.thalassaemia.cdc.net/http://digilib.unimus.ac.id/http://digilib.unimus.ac.id/http://buk.depkes.go.id/http://buk.depkes.go.id/http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/28803/3/Chapter%20II.pdfhttp://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/28803/3/Chapter%20II.pdfhttp://thalasemia.org/http://thalasemia.org/http://thalasemia.org/http://repository.usu.ac.id/http://repository.usu.ac.id/http://repository.usu.ac.id/http://repository.usu.ac.id/http://thalasemia.org/http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/28803/3/Chapter%20II.pdfhttp://buk.depkes.go.id/http://digilib.unimus.ac.id/http://www.thalassaemia.cdc.net/
  • 8/10/2019 Skenario B Blok 22 Tahun 2014.docx

    43/43

    Santosa, Budi . 2010 . Differential Counting Berdasarkan Zona Baca Atas dan Bawah

    Pada Preparat Darah Apus . (dalam http://download.portalgaruda.org/, diakses 17

    Desember 2014)

    Weatherall D.J. (1965). Historical Introduction. In: Weatherall DJ (ed). The Thalassaemia

    Syndromes. Blackwell Scientific Publ. Oxford. 1: 1-5.

    www.daviddarling.infodiakses pada tanggal 16 Desember 2014

    www.Pediatrik.comdiakses pada tanggal 16 Desember 2014

    http://download.portalgaruda.org/http://download.portalgaruda.org/http://www.daviddarling.info/encyclopedia/H/hemoglobin.htmlhttp://www.daviddarling.info/encyclopedia/H/hemoglobin.htmlhttp://www.pediatrik.com/http://www.pediatrik.com/http://www.pediatrik.com/http://www.daviddarling.info/encyclopedia/H/hemoglobin.htmlhttp://download.portalgaruda.org/