skenario 1.docx

41
Skenario 1 Wabah Demam Berdarah Menghantui Piala Dunia 2014 Penyelenggaraan Piala Dunia 2014 dihantui oleh wabah demam berdarah. Maklum, beberapa kota-kota di Brazil merupakan endemi demam berdarah. Meskipun Piala Dunia diselenggarakan pada waktu dengan risiko demam berdarah yang rendah di sebagian kota Brazil. “Tiga kota di bagian timur laut seperti Fortaleza, Salvador, dan Natal jutru sedang mengalami peak kasus demam berdarah”, kata Prof. Simon Hay, seorang ahli epidemiologi dan Kedokteran Komunitas dari University of Oxford. Bedasarkan data surveilans, Prof. Simon Hay mengatakan bahwa untuk pencegahan penyakit demam berdarah, pengasapan dan penyebaran anti serangga harus dimulai pada bulan April dan Mei sebelum dimulai Piala Dunia. Demam berdarah adalah penyakit yang disebabka oleh infeksi virus, dan termasuk penyakit berbasis lingkungan karena tubuh subur di daerah perkotaan dan berkembang biak di genangan air. Diperkirakan 500 ribu penggemar sepak bola dari seluruh dunia akan menuju Brazil musim panas ini, terutama dari negara-negara dimana demam berdarah tidak begitu populer. Mereka dikhawatirkan tidak akan waspada dengan penyakit ini. “Masyarakat cenderung hanya tahu tentang malaria, kebanyakan orang hanya tahu jika pergi ke 1

Upload: andini-romza

Post on 28-Dec-2015

80 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

Page 1: Skenario 1.docx

Skenario 1

Wabah Demam Berdarah Menghantui Piala Dunia 2014

Penyelenggaraan Piala Dunia 2014 dihantui oleh wabah demam berdarah.

Maklum, beberapa kota-kota di Brazil merupakan endemi demam berdarah.

Meskipun Piala Dunia diselenggarakan pada waktu dengan risiko demam

berdarah yang rendah di sebagian kota Brazil. “Tiga kota di bagian timur laut

seperti Fortaleza, Salvador, dan Natal jutru sedang mengalami peak kasus demam

berdarah”, kata Prof. Simon Hay, seorang ahli epidemiologi dan Kedokteran

Komunitas dari University of Oxford. Bedasarkan data surveilans, Prof. Simon

Hay mengatakan bahwa untuk pencegahan penyakit demam berdarah, pengasapan

dan penyebaran anti serangga harus dimulai pada bulan April dan Mei sebelum

dimulai Piala Dunia. Demam berdarah adalah penyakit yang disebabka oleh

infeksi virus, dan termasuk penyakit berbasis lingkungan karena tubuh subur di

daerah perkotaan dan berkembang biak di genangan air.

Diperkirakan 500 ribu penggemar sepak bola dari seluruh dunia akan menuju

Brazil musim panas ini, terutama dari negara-negara dimana demam berdarah

tidak begitu populer. Mereka dikhawatirkan tidak akan waspada dengan penyakit

ini. “Masyarakat cenderung hanya tahu tentang malaria, kebanyakan orang hanya

tahu jika pergi ke negara tropis harus menelan pil anti malaria”, kata Prof Hay

menambahkan.

Bagaimana ya, pencegahan demam berdarah di Indonesia?

1

Page 2: Skenario 1.docx

STEP 1

1. Kedokteran komunitas

Cabang ilmu kedokteran yang memusatkan perhatian kepada komunitas (faktor

pekerjaan, penyebaran penyakit, pencegahan penyakit, dan lingkungan).

2. Wabah

Meningkatnya kejadian kesakitan atau kematian yang meluas secara cepat baik

dalam jumlah kasus maupun luas daerah penyakit dan dapat menimbulkan

malapetaka.

3. Surveilans

Pengumpulan, analisis, dan analisis data secara terus menerus dan sistematis

yang kemudian didiseminasikan (disebarluaskan) kepada pihak-pihak yang

bertanggungjawab dalam pencegahan penyakit dan masalah kesehatan lainnya.

STEP 2

1. Jelaskan tentang kedokteran komunitas!

2. Jelaskan tentang surveilans!

3. Jelaskan tentang wabah dan cara penanggulangannya!

2

Page 3: Skenario 1.docx

STEP 3

1. Kedokteran komunitas adalah Kedokteran komunitas (community medicine)

adalah cabang kedokteran yang memusatkan perhatian kepada kesehatan

anggota-anggota komunitas, dengan menekankan diagnosis dini penyakit,

memperhatikan faktor-faktor yang membahayakan (hazard) kesehatan yang

berasal dari lingkungan dan pekerjaan, serta pencegahan penyakit pada

komunitas.

2. Surveilans adalah pengumpulan, analisis, dan analisis data secara terus

menerus dan sistematis yang kemudian didiseminasikan (disebarluaskan)

kepada pihak-pihak yang bertanggungjawab dalam pencegahan penyakit dan

masalah kesehatan lainnya.

Jenis – jenis surveilans yaitu :

- Surveilans individu

- Surveilans penyakit

- Surveilans sindromik

- Surveilans Berbasis Laboratorium

- Surveilans terpadu

- Surveilans Kesehatan Masyarakat Global

3. Wabah adalah kejadian berjangkitnya suatu penyakit menular dalam

masyarakat yang jumlah penderitanya meningkat secara nyata melebihi

daripada keadaan lazim pada waktu dan daerah tertentu serta dapat

menimbulkan malapetaka.

Wabah dibagi berdasarkan:

a. Ruang lingkup:

- Out break

- Epidemik

- Pandemik

- Endemik

3

Page 4: Skenario 1.docx

b. Sifat:

- Common source epidemic

- Progressive.

Penanggulangan wabah :

a. Menetapkan terjangkitnya keadaan wabah

Pengumpulan dan analisis data serta penarikan kesimpulan (Pedoman

pengambilan kesimpulan: Nilai Batas Keadaan Wabah)

b. Melaksanakan penanganan keadaan wabah

Kegiatan yang ditujukan terhadap:

- Penderita

- Masyarakat

- Lingkungan

c. Menetapkan berakhirnya keadaan wabah

d. Pelaporan wabah

Tindakan yang diambil :

a. Terhadap kasus

b. Terhadap masyarakat

c. Terhadap lingkungan

4

Page 5: Skenario 1.docx

STEP 4

1. Kedokteran komunitas adalah cabang kedokteran yang memusatkan perhatian

kepada kesehatan anggota-anggota komunitas, dengan menekankan diagnosis

dini penyakit, memperhatikan faktor-faktor yang membahayakan kesehatan

yang berasal dari lingkungan dan pekerjaan, serta pencegahan penyakit pada

komunitas.

Kedokteran komunitas memberikan perhatian tidak hanya kepada anggota

komunitas yang sakit tetapi juga anggota komunitas yang sehat. Sebab tujuan

utama kedokteran komunitas adalah mencegah penyakit dan meningkatkan

kesehatan anggota-anggota komunitas. Karena menekankan upaya

pencegahan penyakit, maka kedokteran komunitas kadang-kadang disebut

juga kedokteran pencegahan (preventive medicine). Kedokteran komunitas

memberikan pelayanan komprehensif dari preventif, promotif, kuratif hingga

rehabilitatif. Fokus perhatian kedokteran komunitas adalah masalah kesehatan

dan penyakit yang terjadi pada komunitas di mana individu tersebut tinggal,

bekerja, atau bersekolah

2. Surveilans adalah pengumpulan, analisis, dan analisis data secara terus

menerus dan sistematis yang kemudian didiseminasikan (disebarluaskan)

kepada pihak-pihak yang bertanggungjawab dalam pencegahan penyakit dan

masalah kesehatan lainnya.

Surveilans memantau terus-menerus kejadian dan kecenderungan penyakit,

mendeteksi dan memprediksi outbreak pada populasi, mengamati faktor-

faktor yang mempengaruhi kejadian penyakit, seperti perubahan-perubahan

biologis pada agen, vektor, dan reservoir. Selanjutnya surveilans

menghubungkan informasi tersebut kepada pembuat keputusan agar dapat

dilakukan langkah-langkah pencegahan dan pengendalian penyakit.

Surveilans memungkinkan pengambil keeputusan untuk memimpin dan

mengelola dengan efektif. Surveilans kesehatan masyarakat memberikan

informasi kewaspadaan dini bagi pengambil keputusan dan manajer tentang

5

Page 6: Skenario 1.docx

masalah-masalah kesehatan yang perlu diperhatikan pada suatu populasi.

Surveilans kesehatan masyarakat merupakan instrumen penting untuk

mencegah outbreak penyakit dan mengembangkan respons segera ketika

penyakit mulai menyebar. Informasi dari surveilans juga penting bagi

kementerian kesehatan, kementerian keuangan, dan donor, untuk memonitor

sejauh mana populasi telah terlayani dengan baik.

Surveilans berbeda dengan pemantauan (monitoring) biasa. Surveilans

dilakukan secara terus menerus tanpa terputus (kontinu), sedang pemantauan

dilakukan intermiten atau episodik. Dengan mengamati secara terus-menerus

dan sistematis maka perubahan-perubahan kecenderungan penyakit dan faktor

yang mempengaruhinya dapat diamati atau diantisipasi, sehingga dapat

dilakukan langkah-langkah investigasi dan pengendalian penyakit dengan

tepat.

Tujuan Surveilans

Surveilans bertujuan memberikan informasi tepat waktu tentang masalah

kesehatan populasi,sehingga penyakit dan faktor risiko dapat dideteksi dini

dan dapat dilakukan respons pelayanankesehatan dengan lebih efektif. Tujuan

khusus surveilans yaitu

1. Memonitor kecenderungan (trends) penyakit

2. Mendeteksi perubahan mendadak insidensi penyakit, untuk mendeteksi

dini outbreak

3. Memantau kesehatan populasi, menaksir besarnya beban penyakit

(disease burden) pada populasi

4. Menentukan kebutuhan kesehatan prioritas, membantu perencanaan,

implementasi, monitoring, dan evaluasi program kesehatan

5. Mengevaluasi cakupan dan efektivitas program kesehatan

6. Mengidentifikasi kebutuhan riset.

Jenis Surveilans

1. Surveilans individu

6

Page 7: Skenario 1.docx

Surveilans individu (individual surveillance) mendeteksi dan memonitor

individu-individu yang mengalami kontak dengan penyakit serius,

misalnya pes, cacar, tuberkulosis, tifus, demam kuning, sifilis. Surveilans

individu memungkinkan dilakukannya isolasi institusional segera

terhadap kontak, sehingga penyakit yang dicurigai dapat dikendalikan.

Sebagai contoh, karantina merupakan isolasi institusional yang

membatasi gerak dan aktivitas orang-orang atau binatang yang sehat

tetapi telah terpapar oleh suatu kasus penyakit menular selama periode

menular. Dikenal dua jenis karantina yaitu karantina total dan karantina

parsial. Karantina total membatasi kebebasan gerak semua orang yang

terpapar penyakit menular selama masa inkubasi, untuk mencegah kontak

dengan orang yang tak terpapar. Karantina parsial membatasi kebebasan

gerak kontak secara selektif, berdasarkan perbedaan tingkat kerawanan

dan tingkat bahaya transmisi penyakit. Contoh, anak sekolah diliburkan

untuk mencegah penularan penyakit campak, sedang orang dewasa

diperkenankan terus bekerja. Satuan tentara yang ditugaskan pada pos

tertentu dicutikan, sedang di pospos lainnya tetap bekerja. Dewasa ini

karantina diterapkan secara terbatas, sehubungan dengan masalah legal,

politis, etika, moral, dan filosofi tentang legitimasi, akseptabilitas, dan

efektivitas langkah-langkah pembatasan tersebut untuk mencapai tujuan

kesehatan masyarakat.

2. Surveilans penyakit

Surveilans penyakit (disease surveillance) melakukan pengawasan terus-

menerus terhadap distribusi dan kecenderungan insidensi penyakit,

melalui pengumpulan sistematis, konsolidasi, evaluasi terhadap laporan-

laporan penyakit dan kematian, serta data relevan lainnya. Jadi fokus

perhatian surveilans penyakit adalah penyakit, bukan individu. Di banyak

negara, pendekatan surveilans penyakit biasanya didukung melalui

program vertikal (pusat-daerah). Contoh, program surveilans

tuberkulosis, program surveilans malaria. Beberapa dari sistem surveilans

vertikal dapat berfungsi efektif, tetapi tidak sedikit yang tidak terpelihara

dengan baik dan akhirnya kolaps, karena pemerintah kekurangan biaya.

7

Page 8: Skenario 1.docx

Banyak program surveilans penyakit vertikal yang berlangsung paralel

antara satu penyakit dengan penyakit lainnya, menggunakan fungsi

penunjang masing-masing, mengeluarkan biaya untuk sumber daya

masing masing, dan memberikan informasi duplikatif, sehingga

mengakibatkan inefisiensi.

3. Surveilans sindromik

Syndromic surveillance (multiple disease surveillance) melakukan

pengawasan terus-menerus terhadap sindroma (kumpulan gejala)

penyakit, bukan masing-masing penyakit. Surveilans sindromik

mengandalkan deteksi indikator-indikator kesehatan individual maupun

populasi yang bisa diamati sebelum konfirmasi diagnosis. Surveilans

sindromik mengamati indikator-indikator individu sakit, seperti pola

perilaku, gejala-gejala, tanda, atau temuan laboratorium, yang dapat

ditelusuri dari aneka sumber, sebelum diperoleh konfirmasi laboratorium

tentang suatu penyakit. Surveilans sindromik dapat dikembangkan pada

level lokal, regional, maupun nasional. Sebagai contoh, Centers for

Disease Control and Prevention (CDC) menerapkan kegiatan surveilans

sindromik berskala nasional terhadap penyakit-penyakit yang mirip

influenza (flu-like illnesses) berdasarkan laporan berkala praktik dokter

di AS. Dalam surveilans tersebut, para dokter yang berpartisipasi

melakukan skrining pasien berdasarkan definisi kasus sederhana (demam

dan batuk atau sakit tenggorok) dan membuat laporan mingguan tentang

jumlah kasus, jumlah kunjungan menurut kelompok umur dan jenis

kelamin, dan jumlah total kasus yang teramati. Surveilans tersebut

berguna untuk memonitor aneka penyakit yang menyerupai influenza,

termasuk flu burung, dan antraks, sehingga dapat memberikan peringatan

dini dan dapat digunakan sebagai instrumen untuk memonitor krisis yang

tengah berlangsung. Suatu sistem yang mengandalkan laporan semua

kasus penyakit tertentu dari fasilitas kesehatan, laboratorium, atau

anggota komunitas, pada lokasi tertentu, disebut surveilans sentinel.

Pelaporan sampel melalui sistem surveilans sentinel merupakan cara

8

Page 9: Skenario 1.docx

yang baik untuk memonitor masalah kesehatan dengan menggunakan

sumber daya yang terbatas.

4. Surveilans Berbasis Laboratorium

Surveilans berbasis laboartorium digunakan untuk mendeteksi dan

menonitor penyakit infeksi. Sebagai contoh, pada penyakit yang

ditularkan melalui makanan seperti salmonellosis, penggunaan sebuah

laboratorium sentral untuk mendeteksi strain bakteri tertentu

memungkinkan deteksi outbreak penyakit dengan lebih segera dan

lengkap daripada sistem yang mengandalkan pelaporan sindroma dari

klinik-klinik.

5. Surveilans terpadu

Surveilans terpadu (integrated surveillance) menata dan memadukan

semua kegiatan surveilans di suatu wilayah yurisdiksi (negara/ provinsi/

kabupaten/ kota) sebagai sebuah pelayanan publik bersama. Surveilans

terpadu menggunakan struktur, proses, dan personalia yang sama,

melakukan fungsi mengumpulkan informasi yang diperlukan untuk

tujuan pengendalian penyakit. Kendatipun pendekatan surveilans terpadu

tetap memperhatikan perbedaan kebutuhan data khusus penyakit penyakit

tertentu. Karakteristik pendekatan surveilans terpadu :

a. Memandang surveilans sebagai pelayanan bersama (common

services)

b. Menggunakan pendekatan solusi majemuk

c. Menggunakan pendekatan fungsional, bukan struktural

d. Melakukan sinergi antara fungsi inti surveilans (yakni,

pengumpulan, pelaporan, analisis data, tanggapan) dan fungsi

pendukung surveilans (yakni, pelatihan dan supervisi, penguatan

laboratorium, komunikasi, manajemen sumber daya)

e. Mendekatkan fungsi surveilans dengan pengendalian penyakit.

Meskipun menggunakan pendekatan terpadu, surveilans terpadu

9

Page 10: Skenario 1.docx

tetap memandang penyakit yang berbeda memiliki kebutuhan

surveilans yang berbeda

6. Surveilans Kesehatan Masyarakat Global

Perdagangan dan perjalanan internasional di abad modern, migrasi

manusia dan binatang serta organisme, memudahkan transmisi penyakit

infeksi lintas negara. Konsekunsinya, masalah-masalah yang dihadapi

negara-negara berkembang dan negara maju di dunia makin serupa dan

bergayut. Timbulnya epidemi global (pandemi) khususnya menuntut

dikembangkannya jejaring yang terpadu di seluruh dunia, yang

manyatukan para praktisi kesehatan, peneliti, pemerintah, dan organisasi

internasional untuk memperhatikan kebutuhan-kebutuhan surveilans

yang melintasi batas-batas negara. Ancaman aneka penyakit menular

merebak pada skala global, baik penyakit-penyakit lama yang muncul

kembali (re-emerging diseases), maupun penyakit-penyakit yang baru

muncul (newemerging diseases), seperti HIV/AIDS, flu burung, dan

SARS. Agenda surveilans global yang komprehensif melibatkan aktor-

aktor baru, termasuk pemangku kepentingan pertahanan keamanan dan

ekonomi.

3. Wabah adalah kejadian berjangkitnya suatu penyakit menular dalam

masyarakat yang jumlah penderitanya meningkat secara nyata melebihi

daripada keadaan lazim pada waktu dan daerah tertentu serta dapat

menimbulkan malapetaka.

Jenis-jenis wabah yaitu :

a. Berdasarkan ruang lingkupnya

- Outbreak

Suatu episode dimana terjadi dua atau lebih penderita suatu penyakit

yang sama dimana penderita tersebut mempunyai hubungan satu

sama lain.

10

Page 11: Skenario 1.docx

- Pandemi

Keadaan dimana suatu masalah kesehatan (umumnya penyakit),

frekuensinya dalam waktu singkat meningkat tinggi dan

penyebarannya telah smencakup wilayah yang luas.

- Endemi

Keadaan dimana suatu masalah kesehatan (umumnya penyakit),

frekuensinya pada wilayah tertentu menetap dalam waktu lama

berkenaan dengan adanya penyakit yang secara normal biasa timbul

dalam suatu wilayah tertentu.

- Epidemi

Keadaan dimana suatu masalah kesehatan (umumnya penyakit) yang

ditemukan pada suatu daerah tertentu dalam waktu yang singkat

frekuensinya meningkat.

b. Berdasarkan sifat

- Common source epidemic

Suatu letusan penyakit yang disebabkan oleh terpaparnya sejumlah

orang dalam suatu kelompok secara menyeluruh dalam waktu

singkat.

Contoh : keracunan makanan massal.

- Progressive.

Penularan dari orang ke orang sehingga waktu lebih lama baik secara

langsung atau melalui vektor.

Contoh : demam berdarah.

Penanggulangan wabah :

a. Menetapkan terjangkitnya keadaan wabah

Pengumpulan dan analisis data serta penarikan kesimpulan (Pedoman

pengambilan kesimpulan: Nilai Batas Keadaan Wabah)

11

Page 12: Skenario 1.docx

b. Melaksanakan penanganan keadaan wabah

Kegiatan yang ditujukan terhadap:

- Penderita

- Masyarakat

- Lingkungan

c. Menetapkan berakhirnya keadaan wabah

d. Pelaporan wabah

Laporan :

- Terjangkitnya keadaan wabah

- Penanganan wabah

- Berakhirnya keadaan wabah

Tindakan yang diambil :

- Terhadap kasus/ penderita

1. Anamnesis

Terhadap kasus & keluarga

Identitas : nama, alamat, umur, jenis kelamin, pekerjaan, agama

Keluhan utama, keluhan tambahan

Riwayat penyakit : Keterangan sekitar dan selama masa

inkubasi untuk menentukan

sumber penularan (manusia/hewan/benda mati)

pencarian kasus baru (amati orang-orang yang kontak)

2. Pemeriksaan fisik

Pemeriksaan dilakukan seperti pemeriksaan fisik penderita

yang biasa sesuai dengan jenis penyakit menular yang diderita

3. Pengambilan sediaan untuk pemeriksaan laboratorium

4. Diagnosis

Tegakkan diagnosis klinis dilengkapi hasil laboratorium (bila

tidak mungkin atau hasilnya terlalu lama dapat diabaikan)

12

Page 13: Skenario 1.docx

5. Terapi

Pengobatan sesuai dengan penyakit yang diderita.Terapi bisa

bersifat etiologis ataupun simptomatis.

6. Isolasi

Isolasi berupa memisahkan penderita dari orang lain untuk

beberapa waktu, pada tempat dan kondisi khusus untuk

mencegah baik langsung atau tidak langsung adanya

pemindahan penyakit dari penderita. Lama isolasi tergantung

pada masa inkubasi penyakit. Bila diperlukan dapat dirujuk ke

fasilitas pelayanan kesehatan yang lebih tinggi (rujukan medis).

- Terhadap masyarakat

1. Promosi kesehatan

2. Specific protection

a. Memberikan imunisasi

b. Obat untuk pencegahan (chloroquin untuk malaria)

c. Mematikan vektor penyebab penyakit

-DHF : abatisasi, fogging

3. Pencarian kasus baru

a. Cara telusur ke belakang (Backward tracing)

menentukan masa inkubasi penyakit

menetukan tanggal mulainya masa inkubasi

menentukan sumber penularan penyakit (orang, makanan,

minuman, binatang dan lain-lain)

menentukan orang-orang yang kontak dengan penderita pada

saat mulainya masa inkubasi

menentukan tempat atau lokasi terjadinya kontak tersebut

b.Cara telusur ke depan (Forward tracing)

Untuk mencari kasus baru yang ditulari oleh penderita. Caranya

dengan:

menentukan masa inkubasi penyakit tersebut

13

Page 14: Skenario 1.docx

mencatat kemana saja kasus tersebut pergi selama masa

inkubasi dan selama masa sakit

mencatat orang-orang yang mungkin tertular penyakit

mencatat sumber makanan/minuman atau barang lain yang

tercemari

melakukan konfirmasi hasil diagnosis dengan hasil

laboratorium

mengawasi tersangka kontak

- Terhadap lingkungan

1. Lingkungan fisik

Terhadap lingkungan fisik yang masih baik

Contoh:

perlindungan sumber air minum

perlindungan makanan & minuman

Terhadap lingkungan fisik yang telah tercemar

Contoh :

klorinasi sumber air

pemberian antiseptik

pemusnahan barang-barang yang telah tercemar

Terhadap lingkungan fisik yang dipakai sebagai sarang vektor

Contoh:

abatisasi dan penimbunan rawa

2. Lingkungan biologic

Tindakan terhadap binatang yang sehat

Tujuan : agar tidak menjadi reservoir bibit penyakit

Contoh : imunisasi rabies pada anjing yang sehat

Tindakan terhadap binatang yang sakit

14

Page 15: Skenario 1.docx

Tujuan: agar tidak sampai menjadi penyebab timbulnya penyakit

Contoh: membunuh anjing yang terserang rabies

Tindakan terhadap vektor

Tujuan : Memusnahkan vektor

Contoh: fogging pada DBD (DHF)

15

Page 16: Skenario 1.docx

STEP 5

1. Jelaskan perbedaan penyakit menular dan tidak menular!

2. Jelaskan tentang KLB!

3. Jelaskan tentang natural history of disease dan kronisitas penyakit!

4. Bagaimana cara melakukan surveilans?

5. Jelaskan ruang lingkup kedokteran komunitas?

16

Page 17: Skenario 1.docx

STEP 7

1. Perbedaan penyakit menular dan tidak menular yaitu :

Menular Tidak menular

Negara berkembang Negara industry

Rantai penularan jelas Tidak ada rantai penularan

Akut Kronis

Etiologi mikroorganisme Etiologi tidak jelas

Single kausa Multiple kausa

Diagnosa mudah Diagnosa sulit

Mudah mencari penyebab Sulit mencari penyebab

Biaya relative murah Biaya relative mahal

Jelas muncul di permukaan Ada fenomena gunung es

Morbiditas dan mortalitas cenderung

menurun

Morbiditas dan mortalitas cenderung

meningkat

2. Kejadian Luar Biasa (KLB) adalah timbulnya atau meningkatnya

kesakitan/kematian yang bermakna secara epidemiologis dalam kurun waktu

dan daerah tertentu.

Batasan KLB meliputi arti yang luas :

a. Meliputi semua kejadian penyakit, dapat suatu penyakit infeksi akut kronis

ataupun penyakit non infeksi.

b. Tidak ada batasan yang dapat dipakai secara umum untuk menentukan

jumlah penderita yang dapat dikatakan sebagai KLB. Hal ini selain karena

jumlah kasus sangat tergantung dari jenis dan agen penyebabnya, juga

karena keadaan penyakit akan bervariasi menurut tempat (tempat tinggal,

pekerjaan) dan waktu (yang berhubungan dengan keadaan iklim) dan

pengalaman keadaan penyakit tersebut sebelumnya.

c. Tidak ada batasan yang spesifik mengenai luas daerah yang dapat dipakai

untuk menentukan KLB, apakah dusun, desa, kecamatan, kabupaten atau

17

Page 18: Skenario 1.docx

meluas satu propinsi dan negara. Luasnya daerah sangat tergantung dari cara

penularan penyakit tersebut.

d. Waktu yang digunakan untuk menentukan KLB juga bervariasi. KLB dapat

terjadi dalam beberapa jam, beberapa hari atau minggu atau beberapa bulan

maupun tahun.

Kriteria suatu peristiwa dikatakan Kejadian Luar Biasa ( KLB )

a. Timbulnya suatu penyakit/menular yang sebelumnya tidak ada atau tidak

dikenal

b. Peningkatan kejadian penyakit/kematian terus menerus selama 3 kurun

waktu berturut-turut menurut jenis penyakitnya

c. Peningkatan kejadian/kematian ≥ 2 x dibandingkan dengan periode

sebelumnya

d. Jumlah penderita baru dalam satu bulan menunjukkan kenaikan ≥ 2 x bila

dibandingkan dengan angka rata-rata per bulan tahun sebelumnya

e. Angka rata-rata per bulan selama satu tahun menunjukkan kenaikan ≥ 2 x

dibandingkan angka rata-rata per bulan dari tahun sebelumnya

f. CFR suatu penyakit dl suatu kurun waktu tertentu menunjukkkan kenaikan

50% atau lebih dibanding CFR periode sebelumnya

g. Proporsional Rate penderita baru dr suatu periode ttt menunjukkan kenaikan

≥ 2 x dibandingkan periode yg sama dan kurun waktu/tahun sebelumnya

h. Beberapa penyakit khusus: Kholera,/DHF/DSS:

• Setiap peningkatan kasus dari periode sebelum nya (pada daerah

pandemis)

• Terdapat satu/lebih penderita baru dimana pd periode 4 minggu

sebelumnya daerah tsb dinyatakan bebas dari penyakit tersebut.

i. Beberapa penyakit yang di alami 1 atau lebih penderita :

Keracunan makanan

Keracunan pestisida

Klasifikasi Kejadian Luar Biasa (KLB)

Sebagian KLB tergolong dalam letusan kejadian yang bersumber dari

makanan/minuman dan air, yang lain berupa penyakit-penyakit menular atau

18

Page 19: Skenario 1.docx

kejadian yang tak diketahuisebab-sebabnya. Menurut Undang-Undang wabah

Kejadian Luar Biasa digolongkan sebagai berikut :

a. Menurut penyebabnya

- Toxin

- Infeksi

- Toxin Biologis

- Toxin Kimia

b. Menurut Sumbernya

- Sumber dari manusia, seperti jalan nafas, tenggorokan, tangan, tinja, air

seni,muntahan dan lain-lain.

- Bersumber dari kegiatan manusia, seperti toxin biologis dan kimia

(pembuangantempe bongkrek, pencemaran lingkungan, penangkapan ikan

asin dengan racun).

- Bersumber binatang, seperti binatang piaraan, ikan, binatang mengerat.

Contoh penyakit: salmonella, cacing dan parasit lainnya.

- Bersumber dari serangga, seperti lalat, kecoa, dan sebagainya.

- Bersumber dari udara seperti streptococcus, pencemaran udara dan lain-

lain.

- Bersumber dari permukaan benda-benda/alat-alat , misalnya salmonella

- Bersumber dari air, seperti vibrio cholera, salmonella

- Bersumber dari makanan/minuman, seperti keracunan makanan

Pencegahan terjadinya wabah/KLB adalah :

a. Pencegahan tingkat pertama

- Menurunkan faktor penyebab terjadinya wabah serendah mungkin

dengan cara desinfeksi, pasteurisasi, sterilisasi yang bertujuan untuk

menghilangkan mikroorganisme penyebab penyakit dan

menghilangkan sumner penularan.

- Mengatasi/modifikasi lingkungan melalui perbaikan lingkungan fisik

seperti peningkatan air bersih, sanitasi lingkungan, peningkatan

lingkungan biologis seperti pemberntasan serangga dan binatang

19

Page 20: Skenario 1.docx

pengerat serta peningkatan lingkungan sosial seperti kepadatan rumah

tangga.

- Meningkatkan daya tahan pejamu meliputi perbaikan status

gizi,kualitas hidup penduduk, pemberian imunisasi serta peningkatan

status psikologis.

b. Pencegahan tingkat kedua

Sasaran pencegahan ini terutama ditunjukkan pada mereka yang

menderita atau dianggap menderita (suspek) atau yang terancam akan

menderita (masa tunas) dengan cara diagnosis dini dan pengobatan yang

tepat agar dicegah meluasnya penyakit atau untuk mencegah timbulnya

wabah serta untuk segera mencegah proses penyakit lebih lanjut serta

mencegah terjadinya komplikasi.

c. Pencegahan tingkat ketiga

Bertujuan untuk mencegah jangan sampai penderita mengalami cacat

atau kelainan permanen, mencegah bertambah parahnya suatu penyakit

atau mencegah kematian akibat penyakit tersebut dengan dilakukannya

rehabilitasi.

Kegiatan penanggulangan KLB

- Penetapan populasi rentan thd KLB berdasarkan waktu, tempat pada

kelompk masyarakat

- Langkah-langkah penetapan populasi rentan : Memperkirakan adanya pop

rentan KLB berdasar informasi dan data serta mempelajari gambaran

klinis (gejala,cara penularan,cara pengobatan) dan gambaran epid

(sumber&cara penularan, klp masy yg sering terserang, jml

kasus,kematian, faktor ling, budaya yg berpengaruh thd KLB)

- Pengumpulan data (laporan rutin, data penyelidikan epid, laporan rutin

data kesakitan&kematian dr puskesmas/RS yg teratur & lengkap, data lab

yg memberikn infoms penyebab peny, data faktor risiko

- Pengolahan dan penyajian data (tabel, grafik, peta)

20

Page 21: Skenario 1.docx

- Analisis dan interpretasi

- Deseminasi informasi

3. Riwayat alamiah penyakit (natural history of disease) adalah deskripsi tentang

perjalanan waktu dan perkembangan penyakit pada individu, dimulai sejak

terjadinya paparan dengan agen kausal hingga terjadinya akibat penyakit, seperti

kesembuhan atau kematian, tanpa terinterupsi oleh suatu intervensi preventif

maupun terapetik.

a. Prepatogenesis;

Tahap ini terjadi interaksi antara penjamu dengan bibit penyakit, tetapi

interaksi ini terjadi diluar tubuh manusia, dalam arti bibit penyakit berada di

luar tubuh manusia dan belum masuk ke dalam tubuh. Pada keadaan ini belum

ditemukan adanya tanda-tanda penyakit dan daya tahan tubuh penjamu masih

kuat dan dapat menolak penyakit. Keadaan ini disebut sehat.

b. Inkubasi;

Pada tahap ini bibit penyakit masuk ke tubuh penjamu, tetapi gejala-gejala

penyakit belum nampak. Tiap-tiap penyakit mempunyai masa inkubasi yang

berbeda. Masa inkubasi adalah tenggang waktu antara masuknya bibit penyakit

ke dalam tubuh yang peka terhadap penyebab penyakit, sampai timbulnya

gejala penyakit.

c. Penyakit dini;

Tahap ini mulai dihitung dari munculnya gejala-gejala penyakit, pada tahap ini

pejamu sudah jatuh sakit tetapi masih ringan dan masih bisa melakukan

aktifitas sehari-hari. Bila penyakit segera diobati, mungkin bisa sembuh, tetapi

jika tidak, bisa bertambah parah. Hal ini tergantung daya tahan tubuh manusia

itu sendiri, sperti gizi, istirahat dan perawatan yang baik di rumah.

d. Penyakit lanjut;

Penyakit pejamu bertambah parah, karena tidak diobati/tidak tertangani serta

tidak memperhatikan anjuran-anjuran yang diberikan pada tahap penyakit dini,

maka penyakit masuk pada tahap lanjut. Pejamu terlihat tak berdaya dan tak

sanggup lagi melakukan aktifitas. Tahap ini pejamu memerlukan perawatan

dan pengobatan yang intensif.

21

Page 22: Skenario 1.docx

e. Tahap akhir penyakit.

Tahap akhir dibagi menjadi 5 keadaan :

- Sembuh sempurna

Bentuk dan fungsi tubuh pejamu kembali berfungsi seperti keadaan

sebelumnya/bebas dari penyakit.

- Sembuh tapi cacat

Penyakit pejamu berakhir/bebas dari penyakit, tapi kesembuhannya tak

sempurna, karena terjadi cacat (fisik, mental maupun sosial) dan sangat

tergantung dari serangan penyakit terhadap organ-organ tubuh pejamu.

- Karier

Pada karier perjalanan penyakit seolah terhenti, karena gejala penyakit tak

tampak lagi, tetapi dalam tubuh pejamu masih terdapat bibit penyakit,

yang pada suatu saat bila daya tahan tubuh pejamu menurun akan dapat

kambuh kembali. Keadaan ini tak hanya membahayakan pejamu sendiri,

tapi dapat berbahaya terhadap orang lain/masyarakat, karena dapat

menjadi sumber penularan penyakit.

- Kronis

Pada tahap ini perjalanan penyakit tampak terhenti, tapi gejala-gejala

penyakit tidak berubah. Dengan kata lain tidak bertambah berat maupun

ringan. Keadaan ini pejamu masih tetap berada dalam keadaan sakit.

- Meninggal

Apabila keadaan penyakit bertambah parah dan tak dapat diobati lagi,

sehingga berhentinya perjalanan penyakit karena penjamu meninggal

dunia. Keadaan ini bukanlah keadaan yang diinginkan.

22

Page 23: Skenario 1.docx

Perjalanan penyakit dimulai dengan terpaparnya individu sebagai penjamu yang

rentan (suseptibel) oleh agen kausal. Paparan (exposure) adalah kontak atau

kedekatan (proximity) dengan sumber agen penyakit. Konsep paparan berlaku

untuk penyakit infeksi maupun non-infeksi. Contoh, paparan virus hepatitis B

(HBV) dapat menginduksi terjadinya hepatitis B, paparan stres terus-menerus

dapat menginduksi terjadinya neurosis, paparan radiasi menginduksi terjadinya

mutasi DNA dan menyebabkan kanker, dan sebagainya. Arti “induksi” itu sendiri

merupakan aksi yang mempengaruhi terjadinya tahap awal suatu hasil, dalam hal

ini mempengaruhi awal terjadinya proses patologis. Jika terdapat tempat

penempelan (attachment) dan jalan masuk sel (cell entry) yang tepat maka

paparan agen infeksi dapat menyebabkan invasi agen infeksi dan terjadi infeksi.

Agen infeksi melakukan multiplikasi yang mendorong terjadinya proses

perubahan patologis, tanpa penjamu menyadarinya.

Periode waktu sejak infeksi hingga terdeteksinya infeksi melalui tes laboratorium/

skrining disebut “window period”. Dalam “window period” individu telah

terinfeksi, sehingga dapat menularkan penyakit, meskipun infeksi tersebut belum

terdeteksi oleh tes laboratorium. Implikasinya, tes laboratorium hendaknya tidak

dilakukan selama “window period”, sebab infeksi tidak akan terdeteksi. Contoh,

antibodi HIV (human immuno-deficiency virus) hanya akan muncul 3 minggu

23

Page 24: Skenario 1.docx

hingga 6 bulan setelah infeksi. Jika tes HIV dilakukan dalam “window period”,

maka sebagian besar orang tidak akan menunjukkan hasil positif, sebab dalam

tubuhnya belum diproduksi antibodi. Karena itu tes HIV hendaknya ditunda

hingga paling sedikit 12 minggu (3 bulan) sejak waktu perkiraan paparan. Jika

seorang telah terpapar oleh virus tetapi hasil tes negatif, maka perlu

dipertimbangkan tes ulang 6 bulan kemudian.

Selanjutnya berlangsung proses promosi pada tahap preklinis, yaitu keadaan

patologis yang ireversibel dan asimtomatis ditingkatkan derajatnya menjadi

keadaan dengan manifestasi klinis. Melalui proses promosi agen kausal akan

meningkatkan aktivitasnya, masuk dalam formasi tubuh, menyebabkan

transformasi sel atau disfungsi sel, sehingga penyakit menunjukkan tanda dan

gejala klinis. Waktu sejak penyakit terdeteksi oleh skrining hingga timbul

manifestasi klinik, disebut “sojourn time”, atau detectable preclinical period.

Makin panjang sojourn time, makin berguna melakukan skrining, sebab makin

panjang tenggang waktu untuk melakukan pengobatan dini (prompt treatment)

agar proses patologis tidak termanifestasi klinis. Kofaktor yang mempercepat

progresi menuju penyakit secara klinis pada sojourn time (detectable preclinical

period) disebut akselerator atau progresor. Waktu yang diperlukan mulai dari

paparan agen kausal hingga timbulnya manifestasi klinis disebut masa inkubasi

(penyakit infeksi) atau masa laten (penyakit kronis). Pada fase ini penyakit belum

menampakkan tanda dan gejala klinis, disebut penyakit subklinis (asimtomatis).

Masa inkubasi bisa berlangsung dalam hitungan detik pada reaksi toksik atau

hipersentivitas. Contoh, gejala kolera timbul beberapa jam hingga 2-3 hari sejak

paparan dengan Vibrio cholera yang toksigenik. Pada penyakit kronis masa

inkubasi (masa laten) bisa berlangsung sampai beberapa dekade. Kovariat yang

berperan dalam masa laten (masa inkubasi), yakni factor yang meningkatkan

risiko terjadinya penyakit secara klinis, disebut faktor risiko. Sebaliknya, faktor

yang menurunkan risiko terjadinya penyakit secara klinis disebut faktor protektif.

Selanjutnya terjadi inisiasi penyakit klinis. Pada saat ini mulai timbul tanda (sign)

dan gejala (symptom) penyakit secara klinis, dan penjamu yang mengalami

manifestasi klinis disebut kasus klinis. Gejala klinis paling awal disebut gejala

24

Page 25: Skenario 1.docx

prodromal. Selama tahap klinis, manifestasi klinis akan diekspresikan hingga

terjadi hasil akhir/ resolusi penyakit, baik sembuh, remisi, perubahan beratnya

penyakit, komplikasi, rekurens, relaps, sekuelae, disfungsi sisa, cacat, atau

kematian. Periode waktu untuk mengekspresikan penyakit klinis hingga terjadi

hasil akhir penyakit disebut durasi penyakit.

Kronisitas penyakit

Berdasarkan masa inkubasi, laten, dan durasi, maka penyakit dapat diklasifikasi

ke dalam 4 kategori yaitu:

d. Masa laten pendek, durasi pendek

e. Masa laten panjang, durasi pendek

f. Masa laten pendek, durasi panjang

g. Masa laten panjang, durasi panjang

4. Mekanisme kegiatan Surveilans epidemiologi Kesehatan merupakan

kegiatanyang dilaksanakan secara sistematis dan terus menerus dengan

mekanisme sebagai berikut :

a. Identifikasi kasus dan masalah kesehatan serta informasi terkait lainnya

b. Perekaman, pelaporan dan pengolahan data

25

Page 26: Skenario 1.docx

c. Analisis dan interprestasi data

d. Studi epidemiologi

e. Penyebaran informasi kepada unit yang membutuhkannya;

f. Membuat rekomendasi dan alternatif tindak lanjut;

g. Umpan balik.

Jenis penyelenggaraan Surveilans epidemiologi adalah sebagai berikut :

a. Penyelenggaraan Berdasarkan Metode Pelaksanaan

- Surveilans Epidemiologi Rutin Terpadu, adalah penyelenggaraan

Surveilans epidemiologi terhadap beberapa kejadian, permasalahan

dan atau faktor resiko kesehatan

- Surveilans epidemiologi Khusus, adalah penyelenggaraan

Surveilansepidemiologi terhadap suatu kejadian, permasalahan, faktor

resiko atau situasikhusus kesehatan

- Surveilans sentinel, adalah penyelenggaraan Surveilans epidemiologi

padapopulasi dan wilayah terbatas untuk mendapatkan signal adanya

masalahkesehatan pada suatu populasi atau wilayah yang lebih luas

- Studi epidemiologi, adalah penyelenggaraan Surveilans epidemiologi

padaperiode tertentu serta populasi atau wilayah tertentu untuk

mengetahui lebihmendalam gambaran epidemiologi penyakit,

permasalahan dan atau faktorresiko kesehatan.

b. Penyelenggaraan berdasarkan Aktivitas Pengumpulan Data

- Surveilans aktif, adalah penyelenggaraan Surveilans epidemilogi

dimana unitSurveilans mengumpulkan data dengan cara mendatangi

unit pelayanankesehatan, masyarakat atau sumber data lainnya;

- Surveilans Pasif, adalah Penyelenggaraan Surveilans epidemiologi

dimana unitSurveilans mengumpulkan data dengan cara menerima

data tersebut dari unitpelayanan kesehatan, masyarakat atau sumber

data lainnya;

c. Penyelenggaraan Berdasarkan Pola Pelaksanaan

26

Page 27: Skenario 1.docx

- Pola Kedaruratan, adalah kegiatan Surveilans yang mengacu pada

ketentuan yangberlaku untuk penanggulangan KLB dan atau wabah

dan atau bencana

- Pola Selain Kedaruratan, adalah kegiatan Surveilans yang mengacu

padaketentuan yang berlaku untuk keadaan di luar KLB dan atau

wabah dan atau bencana

d. Penyelenggaraan berdasarkan Kualitas Pemeriksaan

- Bukti klinis atau tanpa perlatan pemeriksaan, adalah kegiatan

Surveilans dimanadata diperoleh berdasarkan pemeriksaan klinis atau

tidak menggunakan peralatan pendukung pemeriksaan

- Bukti labortorium atau dengan peralatan khusus, adalah kegiatan

Surveilansdimana data diperoleh berdasarkan pemerksaan

laboratorium atau peralatanpendukung pemeriksaan lainnya.

5.

27

Page 28: Skenario 1.docx

DAFTAR PUSTAKA

Azwar, Azrul. 1995. Pengantar Pelayanan Dokter Keluarga. Yayasan Penerbitan

IDI. Jakarta.

Cermin Dunia Kedokteran 136. Keselamatan Kerja.

Dr.dr.Fahmi Idris, M.Kes. 2007. Manajemen Resiko dalam Pelayanan

Kesehatan : Konsep dalam Sistem Pelayanan Kesehatan. Unsri.

Dorland. 1998. Buku Saku Kedokteran. Jakarta : EGC.

Permenkes Tahun 2004.

28