skenario a blok 6 tahun 2011

105
1 SKENARIO A BLOK 6 TAHUN 2011 Akibat perkelahian, “Abang Terminal” (preman desa) mengalami luka robek di daerah paha kiri sebelah dalam yang mengeluarkan banyak darah. Abang terminal terlihat cemas, berkeringat dingin, dan badannya lemas. Kulitnya pucat dan dingin. Saat diperiksa bidan desa, Tanda vital : frekuensi nadi 120x/menit (lemah) dan tekanan darah 90/60 mmHg. Lukanya dibalut oleh bidan, namun darah tetap keluar merembes. Setelah diberi infus dengan cairan Dextrose 5%, ia langsung dikirim ke rumah sakit terdekat yang berjarak 2 jam. Sampai di rumah sakit, Abang Terminal sudah tidak sadar dan terlihat sesak napas. Saat diperiksa oleh dokter : Frekuensi nafas 32x/menit (cepat dan dalam), frekuensi nadi 130x/menit, tekanan darah 80/50 mmHg, Glasgow Coma Scale : 10. Dokter menyatakan bahwa abang terminal telah mengalami asidosis. I. Klarifikasi Istilah 1. Luka robek : luka yang menyebabkan robek pada kulit dan

Upload: retno-susilowati

Post on 01-Jul-2015

13.634 views

Category:

Documents


6 download

TRANSCRIPT

Page 1: SKENARIO A BLOK 6 TAHUN 2011

1

SKENARIO A BLOK 6 TAHUN 2011

Akibat perkelahian, “Abang Terminal” (preman desa) mengalami luka robek di

daerah paha kiri sebelah dalam yang mengeluarkan banyak darah. Abang terminal

terlihat cemas, berkeringat dingin, dan badannya lemas. Kulitnya pucat dan

dingin.

Saat diperiksa bidan desa, Tanda vital : frekuensi nadi 120x/menit (lemah) dan

tekanan darah 90/60 mmHg. Lukanya dibalut oleh bidan, namun darah tetap

keluar merembes. Setelah diberi infus dengan cairan Dextrose 5%, ia langsung

dikirim ke rumah sakit terdekat yang berjarak 2 jam.

Sampai di rumah sakit, Abang Terminal sudah tidak sadar dan terlihat sesak

napas. Saat diperiksa oleh dokter : Frekuensi nafas 32x/menit (cepat dan dalam),

frekuensi nadi 130x/menit, tekanan darah 80/50 mmHg, Glasgow Coma Scale :

10. Dokter menyatakan bahwa abang terminal telah mengalami asidosis.

I. Klarifikasi Istilah

1. Luka robek : luka yang menyebabkan robek pada kulit dan otot

pada paha kiri sebelah dalam.

2. Berkeringat dingin : cairan yang keluar dari permukaan tubuh yang

memiliki suhu dibawah suhu optimal tubuh.

3. Kulit pucat : keadaan kulit menjadi lebih putih dikarenakan

kekurangan suplai oksigen pada kulit

4. Bidan : seorang yang berpendidikan dalam dua disiplin

ilmu, keperawatan dan kebidanan yang memiliki

sertifikat sesuai dengan tuntutan CNM (Certified

Nurse Mid-Wife)

Page 2: SKENARIO A BLOK 6 TAHUN 2011

2

5. Tanda vital : tekanan darah, denyut nadi, respirasi, dan suhu

tubuh

6. Tekanan darah : kekuatan yang mendorong darah terhadap dinding

arteri

7. Infus : penyuntikan cairan terapeutik yang lambat dari

darah ke dalam vena

8. Cairan Dextrose : monosakarida terutama dipakai sebagai cairan dan

pengganti makanan dan juga dipakai sebagai

dieuretika

9. Sesak napas : pengubahan patologi yang disebabkan kurangnya

O2 dalam udara pernapasan yang menyebabkan

hipoksia

10. Frekuensi napas : Banyaknya jumlah nafas / menit (normalnya :16-

24/ menit)

11. Frekuensi nadi : frekuensi jantung berdetak per menit

12. Glasgow Coma Scale : skala yang digunakan untuk menilai tingkat

kesadaran pasien

13. Asidosis : keadaan biologi akibat akumulasi asam pada

tubuh atau kehilangan basa dari tubuh

II. Identifikasi Masalah

1. Abang Terminal mengalami luka robek di daerah paha kiri sebelah dalam yang

mengeluarkan banyak darah.

2. Abang terminal terlihat cemas, berkeringat dingin, badannya lemas, dan

kulitnya pucat serta dingin.

Page 3: SKENARIO A BLOK 6 TAHUN 2011

3

3. Saat diperiksa bidan desa, Tanda vital : frekuensi nadi 120x/menit (lemah) dan

tekanan darah 90/60 mmHg.

4. Lukanya dibalut oleh bidan, namun darah tetap keluar merembes.

5. Setelah diberi infus dengan cairan Dextrose 5%, ia langsung dikirim ke rumah

sakit terdekat yang berjarak 2 jam.

6. Abang terminal mengalami hal-hal sebagai berikut :

- tidak sadar; Glasgow Coma Scale : 10

- Sesak napas; 32x/menit (cepat dan dalam)

- Nadi 130x/menit

- Tekanan darah 80/50 mmHg

7. Dokter menyatakan bahwa abang terminal telah mengalami asidosis.

(MAIN PROBLEM)

III. Analisis Masalah

1. a. Apa anatomi paha ? (anatomi+daerah/arteri yang mungkin terkena sehingga

menyebabkan luka robek yang mengeluarkan banyak darah)

Jawab :

Arteri Femoralis adalah sebutan untuk beberapa arteri besar di daerah paha.

Arteri Femoralis dimulai dari Caput Femoris dan berakhir di atas patella,

tepatnya di adductor canal. Arteri Femoralis menerima darah dari arteri iliac

external. Koneksi ini terjadi di segitiga femoralis belakang ligamentum

inguinalis yang dekat dekat kepala tulang femur. Bagian Proximal Arteri

Femoralis meninggalkan segitiga femoralis menuju apek di bawah musculus

Sartorius.

Page 4: SKENARIO A BLOK 6 TAHUN 2011

4

Page 5: SKENARIO A BLOK 6 TAHUN 2011

5

Sumber : Anatomi Klinik Snell

Page 6: SKENARIO A BLOK 6 TAHUN 2011

6

b. Apa akibat dari luka robek di paha kiri sebelah dalam yang mengeluarkan

banyak darah yang dialami Abang Terminal ?

Jawab :

Luka robek di paha kiri sebelah dalam yang dialami Abang Terminal

mengeluarkan banyak darah menyebabkan terjadinya syok hipovolemik

yaitu kehilangan cairan tubuh dengan cepat sehingga terjadinya multiple

organ failure akibat perfusi yang tidak adekuat.

c. Mengapa luka robek pada paha sebelah kiri bagian dalam mengeluarkan

banyak darah?

Jawab :

Luka yang terjadi biasanya mengalami pendarahan apabila mengalami

pendarahan luar dan menyebabkan pembuluh darah pecah sehingga darah

keluar dari tubuh. Pembuluh adarah yang terkena dapat dibagimenjadi tiga,

yaitu : perdarahan kapiler, vena, arteri.

Kapiler ditandai dengan darah merembes perlahan, dan biasanya

berhenti dengan sendirinya.

Vena ditandai dengan darah berwarna merah tua (miskin O2) dan

tidak memancar hebat seperti perdarahan arteri, mudah dihentikan

dengan menekan/meninggikan lokasi yg perdarahan lebih tinggi dari

jantung

Arteri ditandai dengan darah merah muda dan memancar keluar

sesuai dengan denyut nadi, biasanya sukar dihentikan

Luka robek dapat menyebabkan hilangnya integritas dinding pembuluh

darah, sehingga memungkinkan darah keluar dari pembuluh darah dalam

jumlah yang banyak. Luka robek yang dialami Abang Terminal mengenai

arteri femoralis yang terdapat di paha kiri sebelah dalam, arteri femoralis

itu merupakan arteri terbesar di bagian paha sehingga darah sukar berhenti.

Page 7: SKENARIO A BLOK 6 TAHUN 2011

7

d. Apa pertolongan pertama yang harus diberikan dalam menangani luka

robek yang mengeluarkan banyak darah ?

Jawab :

Mengatasi Perdarahan

Secara umum tindakan untuk mengatasi perdarahan adalah dengan :

1. Lakukan penekanan langsung diatas perdarahan/luka

2. lakukan penekanan diatas tempat tertentu

3. pasang tourniquet hanya pada lokasi tertentu (perdarahan arteri yang

tidak teratasi dan massif)

a. gunakan manset atau balutan segitiga yang besar yang dililitkan 6-8

kali

b. jangan melepas tourniquet

c. buat satu tanda pada pasien yang menjelaskan lokasi tourniquet dan

lamanya pemasanagan

Metode lain yang dapat digunakan untuk tindakan perdarahan adalah kita

harus menentukan apakah perdarahan ini sirurgis, atau non sirurgis.

Perdarahan dapat berupa perdarahan non sirurgis maupun sirurgis, seperti

luka laserasi, amputasi, patah tulang, perdarahan gastro intestinal atau

ruptur limpa-hati dan lain-lain.

Dan jika sirurgis maka tindakan lanjut adalah :

a. menghentikan perdarahan dengan :

menekan pada salah satu titik dari enam titik pada satu sisi badan

penekanan langsung pada luka (dengan kain steril-bersih)\

balut tekan

torniket, hanya pada amputasi atau sebagai “life saving”

b. mengganti darah yang hilang

Pengganti yang terbaik adalah yang cocok golongannya. Kalau tak ada

maka untuk sementara dapat dipakai :

Page 8: SKENARIO A BLOK 6 TAHUN 2011

8

Plasma

plasma nate

fresh frozen plasma (mengandung semua factor pembekuan,

kecuali trombosit)

ringer laktat

NaCl.

Darah tetap merembes setelah dibalut oleh bidan, karena banyaknya

pembuluh darah yang ruptur/robek (meliputi arteri dan vena, terutama

arteri yang memiliki tekanan yang tinggi). Ada kemungkinan cara

membalut luka yang masih kurang sempurna.

2. a. Mengapa kulit Abang Terminal pucat dan dingin ?

Jawab :

Mekanisme pucat dan kulit dingin

Trauma (luka robek) perdarahan hipovolemik autoregulasi

(simpatetik) vasokontriksi di semua pembuluh darah perifer karena

darah disuplai, diutamakan ke otak dan jantung tidak terjadi aliran

darah ke pembuluh darah perifer kulit pucat

Kulit pucat + suhu inti yang dibawa oleh darah tidak dipindahkan ke

kulit suhu kulit dingin.

Kulit yang terasa dingin, akibat aliran darah pembuluh darah perifer

kurang.

b. Bagaimana mekanisme Abang terminal terlihat cemas, berkeringat dingin,

badannya lemas, dan kulitnya pucat serta dingin ?

Jawab :

Page 9: SKENARIO A BLOK 6 TAHUN 2011

9

Rasa cemas

pendarahan -> stimulus medulla adrenal -> melepas katekolamin dan

menstimulasi formation reticularis -> rasa cemas

Keringat dingin

pendarahan -> stimulus simpatis -> vasodilatasi pada pembuluh darah

(mempertahankan panas tubuh) -> berkeringat

Kulit pucat & dingin

pendarahan -> aliran darah ke pembuluh perifer berkurang -> kulit pucat dan

terasa dingin

3. a. Bagaimana klasifikasi hasil pemeriksaan tekanan darah ? (rendah, normal,

tinggi)

Jawab :

KategoriTD Sistolik

(mmHg)

TD Diastolik

(mmHg)

Normal < 120 < 80

Prehipertensi 120-139 80-89

Hipertensi tingkat 1 140-159 90-99

Hipertensi tingkat 2 ≥ 160 ≥ 100

Hipertensi sistolik terisolasi ≥ 140 < 90

b. Bagaimana cara pemeriksaan frekuensi nadi dan tekanan darah ?

Jawab :

Pemeriksaan Frekuensi nadi :

Persiapan alat

1. Alat pengukur waktu (jam tangan dengan jarum detik, stop watch)

Page 10: SKENARIO A BLOK 6 TAHUN 2011

10

2. Buku catatan nadi (kartu status)

3. Alat tulis

Persiapan pasien

1. Jelaskan pada pasien perlunya pemeriksaan yang akan dilakukan

2. Buatlah pasien rilek dan nyaman .

Cara pemeriksaan

1. Cuci tangan pemeriksa

2. minta pasien untuk menyingsingkan baju yang menutupi lengan bawah

3. Pada posisi duduk, tangan diletakkan pada paha dan lengan ekstensi.

Pada posisi

tidur terlentang, kedua lengan ekstensi dan menghadap atas.

4. Lakukan palpasi ringan arteri radialis dengan menggunakan jari telunjuk

dan jari

tengah ,lakukan palpasi sepanjang lekuk radial pada pergelangan tangan

5. Rasakan denyut arteri radialis dan irama yang teratur

6. Hitung denyut tersebut selama satu menit ,

7. Informasikan ke pasien dan catat hasil pemeriksaan pada buku.

Pemeriksaan tekanan darah :

1. Pasanglah manset pada lengan atas , dengan batas bawah  manset 2 - 3

cm darilipat siku dan perhatikan posisi pipa manset yang akan menekan

tepat di atas denyutan arteri di lipat siku ( arteri brakialis)

2. Letakkan stetoskop tepat di atas arteri brakialis 

3. Rabalah pulsasi arteri pada pergelangan tangan (arteri radialis)

4. Pompalah manset hingga tekanan manset mencapai 30 mmHg setelah

pulsasi arteri radialis menghilang.

5. Bukalah katup manset dan tekanan manset dibirkan menurun perlahan

dengan kecepatan 2-3 mmHg/detik

6. Bila bunyi pertama terdengar , ingatlah dan catatlah sebagai tekanan

sistolik.

7. Bunyi terakhir yang masih terdengar dicatat sebagai tekanan diastolik

8. Turunkan tekanan manset sampai 0 mmHg, kemudian lepaskan manset.

Page 11: SKENARIO A BLOK 6 TAHUN 2011

11

c. Apa arti dari hasil pengukuran tekanan vital tersebut ?

Jawab :

Frekuensi nadi 120 kali per menit, termasuk takikardia, menunjukan bahwa

Abang terminal sedang mengalami shock. Tekanan darah 90/60 menunjukkan

tekanan darah Abang terminal semakin rendah dikarenakan kehilangan banyak

darah akibat luka robek.

4. a. Mengapa darah tetap keluar merembes meski sudah dibalut ?

Jawab :

Darah tetap keluar merembes meski sudah dibalut karena pada luka robek

yang dialami Abang Terminal mengenai arteri femoralis yang merupakan

arteri terbesar pada paha bagian dalam. Seprti yang telah dikatakan

sebelumnya, luka yang mengenai arteri akan memancar dan sukar berhenti

meski sudah dibalut. Kemungkinan lainnya adalah balutan yang mungkin

kurang tepat sehingga darah tetap merembes keluar.

5. a. Mengapa Abang Terminal diberi infus dengan cairan Dextrose 5% ? (untuk

apa)

Jawab :

Cairan dextrose merupakan langkah awal digunakan untuk mengganti

cairan yg keluar dari tubuh berfungsi sebagai sumber energi.

b. Apakah infus dengan cairan Dextrose 5% cukup untuk mengganti cairan

tubuh selama perjalanan 2 jam menuju rumah sakit terdekat ?

Jawab :

Tidak, karena dextrose 5% yang merupakan cairan kristaloid, memiliki

waktu paruh yang jauh lebih singkat daripada koloid, sekitar 20-30

menit,sedangkan waktu perjalanan ke rumah sakit selama 2 jam. Cairan ini

Page 12: SKENARIO A BLOK 6 TAHUN 2011

12

memungkinkan untuk terjadinya penimbulan hipovolemia sesudah

resusitasi karena waktu paruhnya di intravaskuler yang pendek. Jadi cairan

ini tidak memberi pengaruh ke arah lebih baik.

c. Apa kegunaan dan mekanisme kerja cairan dextrose 5% dalam kasus ini ?

Jawab :

Dextrose dipakai sebagai diuretic dan dextrose sendiri atau dalam

kombinasi dengan bahan lain dipakai untuk berbagai keperluan klinik.

Cara Kerja :

5% Dextrose (-) Na+, didistribusikan ke tiga ruang tubuh secara

proporsional. Volume terbesar menuju ruang intraseluler, karena

merupakan kompartemen terbesar hanya sebagian kecil ke ruang

intravascular. Jadi, bila 1 liter 5% dextrose diinfuskan, hanya 120 ml yang

tetap berada dalam ruang intravascular. Selain itu, 5% dextrose juga

bersifat diuretic, sehingga akan menyebabkan penurunan volume plasma.

Karena itu 5% dextrose tidak mempunyai peranan dalam terapi

hipovolemik seperti yang sedang dialami Abang Terminal. 5% dextrose

akan bermanfaat bila diberikan pada penderita syok hipoglikemia.

d. Mengapa cairan dextrose 5% yang diberikan ini tidak memberikan reaksi ?

Jawab :

Cairan Dextrose 5 % termasuk jenis cairan kristaloid yang baik digunakan

untuk terapi syok hipovolemik. Dextrose 5% merupakan cairan hipotonis,

yang mengandung kadar glukosa 50 g/L dan NaCl 0,45%, digunakan

sebagai cairan sementara untuk mengganti kehilangan cairan insensibel.

Dextrose 5% ini akan menyebar ke ruang interstitial, dan digunakan untuk

resusitasi defisit cairan di ruang interstitial. Namun, Dextrose 5% ini hanya

bertahan sebentar di ruang interstitial

Page 13: SKENARIO A BLOK 6 TAHUN 2011

13

Jadi, bila 1 L 5% dekstrosa di infuskan, hanya 120mL yang tetap berada

dalam ruang intravaskular. Karena itu 5% dekstrosa tidak mempunyai

peranan dalam terapi hipovolemia.

6. a. Bagaimana interpretasi dari hasil pemeriksaan :

- Glasgow Coma Scale : 10

- Frekuensi napas 32x/menit (cepat dan dalam)

- Frekuensi Nadi 130x/menit

- Tekanan darah 80/50 mmHg

Jawab :

Tekanan darah 80/50mmHg (hipotensi) menunjukkan tekanan darah

Abang Terminal yang semakin rendah yang disebabkan karena kehilangan

banyak darah, sehingga jantung berdenyut lebih cepat (tachikardia) untuk

mencukupi suplai O2 ke jaringan. Jantung memompa darah lebih cepat,

tetapi darah yg dipompa sedikit sehingga menyebabkan hipotensi.

Frekuensi napas 32x/menit berarti cepat dan dalam normal16-24x/menit.

Frekuensi nadi 130x/menit (normal 60-100x/menit) dapat menyebabkan

tachycardiac. Penilaian Glasgow Coma Scale dilihat dari refleks membuka

mata, respon verbal, dan motorik lalu diukur. Hasil pengukuran

dijumlahkan jika kurang dari 13, maka dikatakan seseorang mengalami

cedera kepala, yang menunjukan adanya penurunan kesadaran. Hasil

pengukuran Glasgow Coma Scale : 10 menunjukkan bahwa kondisi abang

terminal yang sedang dalam keadaan tidak sadar dan cukup buruk namun

prognosisnya masih bagus.

b. Bagaimana mekanisme pernapasan yang normal ?

Jawab : Mekanisme pernapasan diatur dan dikendalikan oleh dua faktor

utama, yaitu kimiawi dan pengendalian oleh saraf. Beberapa faktor

tertentu merangsang pusatvpernapasan yang terletak di dalam medula

Page 14: SKENARIO A BLOK 6 TAHUN 2011

14

oblongata. Dan kalau dirangsang maka pusat itu mengeluarkan impuls

yang disalurkan oleh saraf spinalis ke otot pernapasan yaitu otot diafragma

dan otot interkostalis.

Pengendalian oleh saraf

Pusat pernapasan ialah suatu pusat otomatik di dalam medula oblongata

yang mengeluarkan impuls eferen ke otot pernapasan. Melalui beberapa

radix saraf servikalis impuls ini diantarkan ke diafragma oleh saraf

frenikus:dan di bagian yang lebih rendah pada sumsum belakang,

impulsnya berjalan daridaerah torax melalui saraf interkostalis untuk

merangsang otot interkostalis. Impuls ini menimbulkan kontraksi ritmik

pada otot diafragma dan interkostal yang kecepatannya kira-kira lima belas

kali setiap menit. Impuls aferen yang dirangsang oleh pemekaran

gelembung udara, diantarkan oleh saraf vagus ke pusat pernapasan di

dalam medula.

Pengendalian secara kimiawi

Faktor kimiawi ini ialah faktor utama dalam pengendalian dan pengaturan

frekuensi,kecepatan dan dalamnya gerakan pernapasan. Pusat pernapasan

di dalam sumsum sangat peka pada reaksi : kadar alkali darah harus

dipertahankan. Karbondioksidaadalah produk asam dari metabolisme, dan

bahan kimia yang asam ini merangsang pusat pernapasan untuk mengirim

keluar impuls saraf yang bekerja atas otot pernapasan.

c. Bagaimana mekanisme sesak napas dalam kasus ini ?

Jawab :

Page 15: SKENARIO A BLOK 6 TAHUN 2011

15

d. Bagaimana cara pemeriksaan frekuensi napas dan Glasgow Coma Scale ?

Jawab :

GCS (Glasgow Coma Scale) yaitu skala yang digunakan untuk menilai

tingkat kesadaran pasien, (apakah pasien dalam kondisi koma atau tidak)

dengan menilai respon pasien terhadap rangsangan yang diberikan.

Respon pasien yang perlu diperhatikan mencakup 3 hal yaitu reaksi

membuka mata , bicara dan motorik. Hasil pemeriksaan dinyatakan dalam

derajat (score) dengan rentang angka 1 – 6 tergantung responnya.

Eye (respon membuka mata) :

(4) : spontan

(3) : dengan rangsang suara (suruh pasien membuka mata)

Page 16: SKENARIO A BLOK 6 TAHUN 2011

16

(2) : dengan rangsang nyeri (berikan rangsangan nyeri, misalnya menekan

kuku jari)

(1) : tidak ada respon

Verbal (respon verbal) :

(5) : orientasi baik

(4) : bingung, berbicara mengacau ( sering bertanya berulang-ulang )

disorientasi tempat dan waktu.

(3) : kata-kata saja (berbicara tidak jelas, tapi kata-kata masih jelas, namun

tidak dalam satu kalimat. Misalnya “aduh…, bapak…”)

(2) : suara tanpa arti (mengerang)

(1) : tidak ada respon

Motor (respon motorik) :

(6) : mengikuti perintah

(5) : melokalisir nyeri (menjangkau & menjauhkan stimulus saat diberi

rangsang nyeri)

(4) : withdraws (menghindar / menarik extremitas atau tubuh menjauhi

stimulus saat diberi rangsang nyeri)

(3) : flexi abnormal (tangan satu atau keduanya posisi kaku diatas dada &

kaki extensi saat diberi rangsang nyeri)

(2) : extensi abnormal (tangan satu atau keduanya extensi di sisi tubuh,

dengan jari mengepal & kaki extensi saat diberi rangsang nyeri).

(1) : tidak ada respon

Hasil pemeriksaan tingkat kesadaran berdasarkan GCS disajikan dalam

simbol E…V…M…

Page 17: SKENARIO A BLOK 6 TAHUN 2011

17

Selanjutnya nilai-nilai dijumlahkan. Nilai GCS yang tertinggi adalah 15

yaitu E4V5M6 dan terendah adalah 3 yaitu E1V1M1. Jika dihubungkan

dengan kasus trauma kapitis maka didapatkan hasil :

GCS : 14 – 15 = CKR (cidera kepala ringan)

GCS : 9 – 13 = CKS (cidera kepala sedang)

GCS : 3 – 8 = CKB (cidera kepala berat)

e. Bagian apa saja yang terlibat dalam pengaturan kesadaran seseorang ?

Jawab :

Bagian yang terlibat dalam pengaturan kesadaran seseorang adalah

Reticular Activating System (RAS) yang terdapat di otak besar.

f. Bagaimana mekanisme pengaturan kesadaran ?

Jawab :

Mekanisme pengaturan keasadaran dilaksanakan oleh Reticular Activating

System (RAS). RAS yang mengatur tingkat kesadaran dibagi menjadi :

Midbrain Reticular Formation

Mesencephalic Nucleus (mesencephalon)

Thalamic Intralaminar nucleus (centromedian nucleus)

Dorsal Hypothalamus

Tegmentum

g. Sistem apa saja yang terlibat dalam kasus ini ?

Jawab :

Neuron Endocrine System

Page 18: SKENARIO A BLOK 6 TAHUN 2011

18

dr. Irfannudin slide

Cardiovascular System

Detak jantung semakin meningkat hal ini bertujuan untuk mengkompensasi

akibat dari adanya kekurangan O2 dalam sel, sehingga detak jantung

diperceepat agar sel darah merah yang membawa oksigen lebih cepat

bergerak sehingga O2 pun lebih cepat sampai ke sel.

Respiratory System

Pernafasan semakin meningkat, akibat dari kadar O2 yang kurang dalam

tubuh. Sehingga tubuh merespon untuk bernafas lebih cepat.

h. Bagaimana mekanisme dari ketidaksadaran Abang Terminal dalam kasus

ini ?

Jawab :

Trauma perdarahan hipovolemik tekanan darah rendah (terjadi

enurunan tekanan darah setelah 2 jam, 80/60 mmHg dimana minimal arteri

pressurenya kurang dari 70 mmHg perfusi Oksigen ke otak menurun

gangguan pusat kesadaran di otak hilang kesadaran

Page 19: SKENARIO A BLOK 6 TAHUN 2011

19

7. a. Bagaimana etiologi dari asidosis ?

Jawab :

Asidosis disebabkan karena Ph darah yg menjadi asam. Ph darah yang

asam salah satunya disebabkan karena terganggunya metabolisme dimana

metabolisme aerob berubah menjadi metabolisme anaerob glikolisis. Pada

metabolisme aerob, asam piruvat diubah menjadi asetil koenzim A tetapi

pada metabolisme anaerob glikolisis asam piruvat diubah menjadi alkohol

dan asam laktat. Asam laktat inilah yg menyebabkan Ph darah menjadi

asam sehingga mengindikasikan adanya asidosis.

b. Bagaimana patogenesis dari asidosis ?

Jawab :

Hal ini disebabkan sedikitnya pengiriman oksien ke jaringan, yang sangat

mengurangi metabolisme oksidatif makanan. Bila hal ini terjadi, sel

memperoleh sebagian besar energinya melalui proses anaerobik dari

glikolisis, yang menyebabkan pembentukan asam laktat secara berlebihan

dalam jumlah yang banyak dalam darah. Selain itu, sedikitnya aliran darah

yang melalui jaringan akan mencegah pembuanan normal karbondioksida.

Karbondioksida bereaksi dengan air secara lokal di dalam sel guna

membentuk asam karbonat intra sel berkonsentrasi tingi; asam karbonat ibi

selanjutnya bereaksi dengan berbagai bahan kimia jarinan guna

membentuk lagi bahan asam intrasel lainnya. Menurunya aliran darah juga

akan menyebabkan CO2 tidak ditranport keluar tubuh seperti biasa CO2

akan berikatan dengan H2O yang akan menghasilkan H2CO3 dan akan

terurai menjadi HCO3 dan H+. Normalnya HCO3 akan berikatan dengan Na

yang diretensi di ginjal dan membentuk garam tetapi apabila HCO3 intra

sel terlalu tinggi sehingga menyebabkan reaksi.

c. Bagaimana patofisiologi dari asidosis ?

Jawab :

Page 20: SKENARIO A BLOK 6 TAHUN 2011

20

Trauma syok hipovolemik saraf simpatis menstimulus medulla

adrenal sekresi epinefrin dan nor-epinefrin kontraksi denyut

jantung meningkat & vasokontriksi pembuluh darah perifer aliran

darah ke otak meningkat supply nutrisi dan oksigen ke jaringan lain

menurun metabolisme oksidatif makanan terganggu terjadi

glikolisis anaerob pembentukan asam laktat berlebihan dalam darah

pH darah menurun (asam)

Supply darah ke jaringan berkurang pembuangan karbon dioksida

terganggu karbon dioksida bereaksi dengan air dalam sel

membentuk asam karbonat intra sel asam bikarbonat bereaksi

dengan bahan-bahan kimia jaringan membentuk bahan asam intrasel

lain pH darah menurun (asam)

Supply darah ke jaringan berkurang pembuangan karbondioksida

terganggu CO2 berikatan dengan H2O membentuk H2CO3

terurai menjadi HCO3 dan H+ pH darah menurun (asam)

IV. Hipotesis

Abang Terminal mengalami syok hipovolemik karena luka robek di paha bagian

dalam yang menyebabkan asidosis metabolik.

V. Kerangka Konsep

Perdarahan

Jumlah Darah Menurun

Page 21: SKENARIO A BLOK 6 TAHUN 2011

21

VI. Learning Issues

No Pokok bahasan What I What i don’t What I How i will

Page 22: SKENARIO A BLOK 6 TAHUN 2011

22

know know have to prove learn

1. Anatomi paha Definisi Pembuluh darah di paha

Pendarahan akibat pembuluh darah besar yang terkena

-Text book

-Internet

- Journal

2. Syok hipovolemia Definisi Etiologi, patofisiologi

Syok hipovolemia dan asidosis

3. Asidosis Definisi Jenis, Etiologi, Patofisiologi

Syok hipovolemik dan asidosis

4. Luka Definisi Jenis, penanganan

Luka robek dan asidosis

5. Pengaturan Kesadaran

Definisi Mekanisme, pengukuran

Pengaturan kesadaran dan asidosis

6. Tanda vital Definisi Mekanisme, pengukuran

Pengukuran tanda vital dan hubungannya dengan syok

7. Sistem Kardiovaskular

Definisi Mekanisme Hubungan dengan asidosis

8. Sistem Respirasi Definisi Mekanisme Hubungan dengan asidosis

9. Cairan Dextrose 5%

Definisi Cara Kerja, Fungsi

Kegunaan dalam mengatasi syok

10. Glasgow Coma Scale

Definisi Cara pengukuran

Prognosis syok

VII. Sintesis

Anatomi Paha

Page 23: SKENARIO A BLOK 6 TAHUN 2011

23

1. Tulang Paha

Tulang paha atau femur adalah bagian tubuh terbesar dan tulang terkuat pada

tubuh manusia. Ia menghubungkan tubuh bagian pinggul dan lutut. Kata "femur"

merupakan bahasa Latin untuk paha. Kata harus dibedakan dengan femina yang

berarti wanita. Tulang paha terdiri dari bagian kepala dan leher pada bagian

proksimal dan dua condylus pada bagian distal. Kepala tulang paha akan

membentuk sendi pada pinggul. Bagian proksimal lainnya yaitu trochanter major

dan trochanter minor menjadi tempat perlekatan otot. Pada bagian proksimal

posterior terdapat tuberositas glutea yakni permukaan kasar tempat melekatnya

otot gluteus maximus. Di dekatnya terdapat bagian linea aspera, tempat

melekatnya otot biceps femoris. Salah satu fungsi penting kepala tulang paha

adalah tempat produksi sel darah merah pada sumsum tulangnya. Pada ujung

distal tulang paha terdapat condylus yang akan membuat sendi condylar bersama

lutut.Terdapat dua condylus yakni condylus medialis dan condylus lateralis. Di

antara kedua condylus terdapat jeda yang disebut fossa intercondylaris.

Page 24: SKENARIO A BLOK 6 TAHUN 2011

24

2. Perdarahan

Arteria Femoralis

A.Femoralis sampai di tungkai atas dengan berjalan di belakang

ligamentum inguinale, sebagai lanjutan dari a.iliaca externa. Di sini, arteria

terletak di pertengahan antara spina iliaca anterior superior dan symphysis

pubis. A.Femoralis merupakan pembuluh nadi utama untuk membrum

inferius. Arteria ini berjalan ke bawah hampir vertical kea rah tuberculum

adductorium femoris, dan berakhir di lubang pada m.adductor magnus

(hiatus adductorius) dengam memasuki spatium poplitea sebagai a.poplitea

Page 25: SKENARIO A BLOK 6 TAHUN 2011

25

Cabang – cabang :

1. A.circumflexa ilium superficialis adalah sebuah cabang kecil yang berjalan

ke atas ke region spina iliaca anterior superior

2. A. epigastrica superficialis adalh sebuah cabang kecil yang menyilang

ligamentum inguinale dan berjalan ke region umbilicus

3. A. pudenda externa superficialis adalah sebuah cabang kecil yang berjalan

ke medial untuk mempersarafi kulit scrotum ( atau labium majus )

4. A. pudenda externa profunda, berjalan ke medial dan mempersarafi kulit

scrotum ( atau labium majus )

5. A. profunda femoris adalah sebuah cabang besar dan penting yang muncul

dari sisi lateral a. femoralis kira-kira 2,5 inci ( 4 cm ) dibawah ligamentum

inguinale

6. A. genecularis descendens adalah cabang kecil yang dipercabangkan dari

a. femoralis dekat ujung akhirnya. Arteri ini membantu mempersarafi

articulation genus.

Vena Femoralis

V. Femoralis memasuki tungkai atas dengan berjalan melalui hiatus m. di

adductor magnus sebagai lanjutan dari vena poplitea. Vena ini berjalan ke atas

melalui tungkai atas, awalnya di sisi lateral a. femoralis, kemudian ke sebelah

posterior, dan akhirnya di sisi medialnya. Pembuluh ini meninggalkan tungkai

atas pada ruang intermedia dari vagina femoralis dan berjalan di belakang

ligamentum inguinale untuk berlanjut sebagai vena iliaca externa.

Cabang – cabang

Cabang – cabang adalah v. saphena magna dan venae yang bersesuaian

dengan cabang- cabang a.femoralis. V.circumflexa ilium superficialis, v.

epigastrica superficialis, dan Vv.pudendae externae bermuara ke v. saphena

magna. (Anatomi Klinik Snell hal 574 –578)

Page 26: SKENARIO A BLOK 6 TAHUN 2011

26

Perdarahan terjadi apabila mengalami pendarahan luar yang menyebabkan

pembuluh darah pecah sehingga darah keluar dari tubuh. Pembuluh adarah

yang terkena dapat dibagimenjadi tiga, yaitu : perdarahan kapiler, vena,

arteri.

Kapiler ditandai dengan darah merembes perlahan, dan biasanya

berhenti dengan sendirinya.

Vena ditandai dengan darah berwarna merah tua (miskin O2) dan

tidak memancar hebat seperti perdarahan arteri, mudah dihentikan

dengan menekan/meninggikan lokasi yg perdarahan lebih tinggi dari

jantung

Arteri ditandai dengan darah merah muda dan memancar keluar

sesuai dengan denyut nadi, biasanya sukar dihentikan

Luka robek dapat menyebabkan hilangnya integritas dinding pembuluh

darah, sehingga memungkinkan darah keluar dari pembuluh darah dalam

jumlah yang banyak. Luka robek yang dialami Abang Terminal mengenai

arteri femoralis yang terdapat di paha kiri sebelah dalam, arteri femoralis

itu merupakan arteri terbesar di bagian paha sehingga darah sukar berhenti.

Page 27: SKENARIO A BLOK 6 TAHUN 2011

27

Syok Hipovolemia

Syok hipovolemia timbul akibat hillang atau berkurangnya plasma.

Syok hipovolemia adalah suatu kondisi dimana perfusi jaringan menurun

dan menyebabkan inadekuatnya hantaran oksigen dan nutrisi yang

diperlukan sel. Keadaan apapun yang menyebabkan kurangnya oksigenasi

sel, maka sel dan organ akan berada dalam keadaan syok. Ditingkat

multiseluler syok lebih sulit untuk dijelaskan karena tidak semua jaringan

dan organ secara klinis terganggu akibat kurangnya oksigen ini. Dekade

terakhir ini para klinisi berusaha menjelaskan dan memonitor utilisasi

oksigen tingkat intraseluler, yang bermanfaat secara fisiologis dalam

menegakkan klinis dan pemeriksaan penunjang apa yang harus dilakukan.

Hipovolemik syok sering dijumpai dalam klinis, secara etiologi adalah

akibat hilangnya volum sirkulasi, misal: pasien luka tusuk dan trauma

tumpul, perdarahan saluran cerna dan perdarahan saat kehamilan. Tubuh

sebenarnya punya mekanisme kompensasi terhadap kehilangan ini dalam

batas tertentu melalui mekanisme neuronal dan humoral. Dengan

pengetahuan tatalaksana trauma terkini memungkinkan pasien bisa

diselamatkan. Syok adalah suatu sindrom klinis akibat kegagalan akut

fungsi sirkulasi yang menyebabkan ketidakcukupan perfusi jaringan dan

oksigenasi jaringan, dengan akibat gangguan mekanisme homeostasis.

Berdasarkan penelitian Moyer dan Mc Clelland tentang fisiologi keadaan

syok dan homeostasis, syok adalah keadaan tidak cukupnya pengiriman

oksigen ke jaringan. Syok merupakan keadaan gawat yang membutuhkan

terapi yang agresif dan pemantauan yang kontinyu atau terus-menerus di

unit terapi intensif.

Syok secara klinis didiagnosa dengan adanya gejala-gejala seperti

berikut:

Page 28: SKENARIO A BLOK 6 TAHUN 2011

28

- Hipotensi: tekanan sistole kurang dari 80 mmHg atau TAR (tekanan

arterial rata-rata) kurang dari 60 mmHg, atau menurun 30% lebih.

- Oliguria: produksi urin kurang dari 20 ml/jam.

- Perfusi perifer yang buruk, misalnya kulit dingin dan berkerut serta

pengisian kapiler yang jelek.

Syok dapat diklasifikasi sebagai syok hipovolemik, kardiogenik, dan

syok anafilaksis. Di sini akan dibicarakan mengenai syok hipovolemik

yang dapat disebabkan oleh hilangnya cairan intravaskuler, misalnya

terjadi pada:

- Kehilangan darah atau syok hemoragik karena perdarahan yang mengalir

keluar tubuh seperti hematotoraks, ruptura limpa, dan kehamilan ektopik

terganggu.

- Trauma yang berakibat fraktur tulang besar, dapat menampung kehilangan

darah yang besar. Misalnya, fraktur humerus menghasilkan 500–1000 ml

perdarahan atau fraktur femur menampung 1000–1500 ml perdarahan.

- Kehilangan cairan intravaskuler lain yang dapat terjadi karena kehilangan

protein plasma atau cairan ekstraseluler, misalnya pada:

- Gastrointestinal: peritonitis, pankreatitis, dan gastroenteritis.

- Renal: terapi diuretik, krisis penyakit Addison.

- Luka bakar (kombustio) dan anafilaksis.

Pada syok, konsumsi oksigen dalam jaringan menurun akibat

berkurangnya aliran darah yang mengandung oksigen atau berkurangnya

pelepasan oksigen ke dalam jaringan. Kekurangan oksigen di jaringan

menyebabkan sel terpaksa melangsungkan metabolisme anaerob dan

menghasilkan asam laktat. Keasaman jaringan bertambah dengan adanya

asam laktat, asam piruvat, asam lemak, dan keton (Stene-Giesecke, 1991).

Yang penting dalam klinik adalah pemahaman kita bahwa fokus perhatian

Page 29: SKENARIO A BLOK 6 TAHUN 2011

29

syok hipovolemik yang disertai asidosis adalah saturasi oksigen yang perlu

diperbaiki serta perfusi jaringan yang harus segera dipulihkan dengan

penggantian cairan. Asidosis merupakan urusan selanjutnya, bukan

prioritas utama.

1. Gejala dan Tanda Klinis

Gejala syok hipovolemik cukup bervariasi, tergantung pada usia, kondisi

premorbid, besarnya volume cairan yang hilang, dan lamanya berlangsung.

Kecepatan kehilangan cairan tubuh merupakan faktor kritis respons

kompensasi. Pasien muda dapat dengan mudah mengkompensasi

kehilangan cairan dengan jumlah sedang dengan vasokonstriksi dan

takhikardia. Kehilangan volume yang cukp besar dalam waktu lambat,

meskipun terjadi pada pasien usia lanjut, masih dapat ditolerir juga

dibandingkan kehilangan dalam waktu yang cepat atau singkat.

Apabila syok telah terjadi, tanda-tandanya akan jelas. Pada keadaan

hipovolemia, penurunan darah lebih dari 15 mmHg dan tidak segera

kembali dalam beberapa menit. Adalah penting untuk mengenali tanda-

tanda syok, yaitu:

- Kulit dingin, pucat, dan vena kulit kolaps akibat penurunan pengisian

kapiler selalu berkaitan dengan berkurangnya perfusi jaringan.

- Takhikardia: peningkatan laju jantung dan kontraktilitas adalah respons

homeostasis penting untuk hipovolemia. Peningkatan kecepatan aliran

darah ke mikrosirkulasi berfungsi mengurangi asidosis jaringan.

- Hipotensi: karena tekanan darah adalah produk resistensi pembuluh darah

sistemik dan curah jantung, vasokonstriksi perifer adalah faktor yang

esensial dalam mempertahankan tekanan darah. Autoregulasi aliran darah

otak dapat dipertahankan selama tekanan arteri turun tidak di bawah 70

mmHg.Oliguria: produksi urin umumnya akan berkurang pada syok

hipovolemik. Oliguria pada orang dewasa terjadi jika jumlah urin kurang

dari 30 ml/jam.

Page 30: SKENARIO A BLOK 6 TAHUN 2011

30

Pada penderita yang mengalami hipovolemia selama beberapa saat, dia

akan menunjukkan adanya tanda-tanda dehidrasi seperti: (1) Turunnya

turgor jaringan; (2) Mengentalnya sekresi oral dan trakhea, bibir dan lidah

menjadi kering; serta (3) Bola mata cekung.

Akumulasi asam laktat pada penderita dengan tingkat cukup berat,

disebabkan oleh metabolisme anaerob. Asidosis laktat tampak sebagai

asidosis metabolik dengan celah ion yang tinggi. Selain berhubungan

dengan syok, asidosis laktat juga berhubungan dengan kegagalan jantung

(decompensatio cordis), hipoksia, hipotensi, uremia, ketoasidosis diabetika

(hiperglikemi, asidosis metabolik, ketonuria), dan pada dehidrasi berat.

Tempat metabolisme laktat terutama adalah di hati dan sebagian di

ginjal. Pada insufisiensi hepar, glukoneogenesis hepatik terhambat dan

hepar gagal melakukan metabolisme laktat. Pemberian HCO3 (bikarbonat)

pada asidosis ditangguhkan sebelum pH darah turun menjadi 7,2. Apabila

pH 7,0–7,15 dapat digunakan 50 ml NaHCO3 8,4% selama satu jam.

Sementara, untuk pH < 7,0 digunakan rumus 2/2 x berat badan x kelebihan

basa.

2. Pemeriksaan Laboratorium – Hematologi

Pemeriksaan laboratorium sangat bermanfaat untuk menentukan kadar

hemoglobin dan nilai hematokrit. Akan tetapi, resusitasi cairan tidak boleh

ditunda menunggu hasil pemeriksaan. Hematokrit pasien dengan syok

hipovolemik mungkin rendah, normal, atau tinggi, tergantung pada

penyebab syok.

Jika pasien mengalami perdarahan lambat atau resusitasi cairan telah

diberikan, nilai hematokrit akan rendah. Jika hipovolemia karena

kehilangan volume cairan tubuh tanpa hilangnya sel darah merah seperti

pada emesis, diare, luka bakar, fistula, hingga mengakibatkan cairan

Page 31: SKENARIO A BLOK 6 TAHUN 2011

31

intravaskuler menjadi pekat (konsentarted) dan kental, maka pada keadaan

ini nilai hematokrit menjadi tinggi.

3. Diagnosa Differensial

Syok hipovolemik menghasilkan mekanisme kompensasi yang terjadi

pada hampir semua organ tubuh. Hipovolemia adalah penyebab utama

syok pada trauma cedera. Syok hipovolemik perlu dibedakan dengan syok

hipoglikemik karena penyuntikan insulin berlebihan. Hal ini tidak jarang

terjadi pada pasien yang dirawat di Unit Gawat Darurat.

Akan terlihat gejala-gejala seperti kulit dingin, berkeriput, oligurik,

dan takhikardia. Jika pada anamnesa dinyatakan pasien sebelumnya

mendapat insulin, kecurigaan hipoglikemik sebaiknya dipertimbangkan.

Untuk membuktikan hal ini, setelah darah diambil untuk pemeriksaan

laboratorium (gula darah sewaktu), dicoba pemberian 50 ml glukosa 50%

intravena atau 40 ml larutan dextrose 40% intravena.

4. Resusitasi Cairan

Manajemen cairan adalah penting dan kekeliruan manajemen dapat

berakibat fatal. Untuk mempertahankan keseimbangan cairan maka input

cairan harus sama untuk mengganti cairan yang hilang. Cairan itu

termasuk air dan elektrolit. Tujuan terapi cairan bukan untuk

kesempurnaan keseimbangan cairan, tetapi penyelamatan jiwa dengan

menurunkan angka mortalitas.

Perdarahan yang banyak (syok hemoragik) akan menyebabkan

gangguan pada fungsi kardiovaskuler. Syok hipovolemik karena

perdarahan merupakan akibat lanjut. Pada keadaan demikian, memperbaiki

keadaan umum dengan mengatasi syok yang terjadi dapat dilakukan

dengan pemberian cairan elektrolit, plasma, atau darah.

Page 32: SKENARIO A BLOK 6 TAHUN 2011

32

Untuk perbaikan sirkulasi, langkah utamanya adalah mengupayakan

aliran vena yang memadai. Mulailah dengan memberikan infus Saline atau

Ringer Laktat isotonis. Sebelumnya, ambil darah ± 20 ml untuk

pemeriksaan laboratorium rutin, golongan darah, dan bila perlu Cross test.

Perdarahan berat adalah kasus gawat darurat yang membahayakan jiwa.

Jika hemoglobin rendah maka cairan pengganti yang terbaik adalah

tranfusi darah.

Resusitasi cairan yang cepat merupakan landasan untuk terapi syok

hipovolemik. Sumber kehilangan darah atau cairan harus segera diketahui

agar dapat segera dilakukan tindakan. Cairan infus harus diberikan dengan

kecepatan yang cukup untuk segera mengatasi defisit atau kehilangan

cairan akibat syok. Penyebab yang umum dari hipovolemia adalah

perdarahan, kehilangan plasma atau cairan tubuh lainnya seperti luka

bakar, peritonitis, gastroenteritis yang lama atau emesis, dan pankreatitis

akuta.

5. Pemilihan Cairan Intravena

Pemilihan cairan sebaiknya didasarkan atas status hidrasi pasien,

konsentrasi elektrolit, dan kelainan metabolik yang ada. Berbagai larutan

parenteral telah dikembangkan menurut kebutuhan fisiologis berbagai

kondisi medis. Terapi cairan intravena atau infus merupakan salah satu

aspek terpenting yang menentukan dalam penanganan dan perawatan

pasien.

Terapi awal pasien hipotensif adalah cairan resusitasi dengan memakai

2 liter larutan isotonis Ringer Laktat. Namun, Ringer Laktat tidak selalu

merupakan cairan terbaik untuk resusitasi. Resusitasi cairan yang adekuat

Page 33: SKENARIO A BLOK 6 TAHUN 2011

33

dapat menormalisasikan tekanan darah pada pasien kombustio 18–24 jam

sesudah cedera luka bakar.

Larutan parenteral pada syok hipovolemik diklasifikasi berupa cairan

kristaloid, koloid, dan darah. Cairan kristaloid cukup baik untuk terapi

syok hipovolemik. Keuntungan cairan kristaloid antara lain mudah

tersedia, murah, mudah dipakai, tidak menyebabkan reaksi alergi, dan

sedikit efek samping. Kelebihan cairan kristaloid pada pemberian dapat

berlanjut dengan edema seluruh tubuh sehingga pemakaian berlebih perlu

dicegah.

Larutan NaCl isotonis dianjurkan untuk penanganan awal syok

hipovolemik dengan hiponatremik, hipokhloremia atau alkalosis

metabolik. Larutan RL adalah larutan isotonis yang paling mirip dengan

cairan ekstraseluler. RL dapat diberikan dengan aman dalam jumlah besar

kepada pasien dengan kondisi seperti hipovolemia dengan asidosis

metabolik, kombustio, dan sindroma syok. NaCl 0,45% dalam larutan

Dextrose 5% digunakan sebagai cairan sementara untuk mengganti

kehilangan cairan insensibel.

Ringer asetat memiliki profil serupa dengan Ringer Laktat. Tempat

metabolisme laktat terutama adalah hati dan sebagian kecil pada ginjal,

sedangkan asetat dimetabolisme pada hampir seluruh jaringan tubuh

dengan otot sebagai tempat terpenting. Penggunaan Ringer Asetat sebagai

cairan resusitasi patut diberikan pada pasien dengan gangguan fungsi hati

berat seperti sirosis hati dan asidosis laktat. Adanya laktat dalam larutan

Ringer Laktat membahayakan pasien sakit berat karena dikonversi dalam

hati menjadi bikarbonat.

Secara sederhana, tujuan dari terapi cairan dibagi atas resusitasi untuk

mengganti kehilangan cairan akut dan rumatan untuk mengganti

kebutuhan harian.

Page 34: SKENARIO A BLOK 6 TAHUN 2011

34

Asidosis

Pada skenario diketahui bahwa bang bandit mengalami asidosis, jadi pada laporan

kali ini, hanya akan dibahas tentang asidosis metabolik dan respiratorik.

A. Asidosis Metabolik

Sesuai dengan persamaan Henderson-Hasselbalch, penurunan kadar bikarbonat

akan menurunkan pH darah yang disebut dengan asidosis metabolik.

Sebab sebab mendasar asidosis dari asidosis metabolik adalah penambahan asam

(nonkarbonat).

Selisih anion normal (hiperkloremik)

1. kehilangan karbonat

kehilangan melalui saluran cerna :

- diare

- ileostomi; fistula pankreas, kantong empedu, atau usus halus

- ureterosigmoidostomi

kehilangan melalui ginjal :

- Asidosis Tubulus Proksimal Ginjal

(RTA)

- Hipoaldosteronisme

2. peningkatan beban asam

amonium klorida (NH4 Cl NH3 + HCl)

cairan cairan hiperalimentasi

3. lain lain

pemberian IV larutan garam secara cepat

Selisih anion meningkat

1. peningkatan produksi asam

asidosis laktat : laktat (perfusi jaringan atau oksigenasi yang tidak

memadai seperti pada syok atau henti kardiopulmonar)

Page 35: SKENARIO A BLOK 6 TAHUN 2011

35

ketoasidosis diabetik : beta-hidroksibutirat

kelaparan : peningkatan asam-asam keto

intoksikasi alkohol : peningkatan asam-asam keto

2. menelan substansi toksik

kelebihan dosis salisilat :salisilat, laktat, keton

metanol atau formaldehid : format

etilen glikol (antibeku): oksilat, glikolat

3. kegagalan ekskresi asam : tidak adanya ekskresi NH4+ ; retensi asam sulfat

dan asam fosfat

gagal ginjal akut atau kronik

Tanda dan gejala dari asidosis metabolik cenderung kabur, dan pasien dapat

asimtomatik, kecuali jika HCO3− serum turun sampai di bawah 15 mEq/L.

Pernafasan Kussmaul (pernafasan dalam, cepat menunjukkan hiperventilasi

kompensatorik) mungkin lebih menonjol pada asidosis ketoasidosis diabetik

daripada asidosis pada gagal ginjal.

Tanda dan gejala utama pada asidosis metabolik bermanifestasi sebagai kelainan

pada kardiovaskular, neurologik, dan fungsi tulang.

Gejala gejala neurologik dapat berupa kelelahan hingga koma akibat penurunan

pH pada cairan serebrospinal.

B. Asidosis Respiratorik

Terjadi peningkatan primer dari PaCO2 (hiperkapnea). Sesuai dengan persamaan

Henderson-Hasselbalch, peningkatan primer dari PaCO2 akan menurunkan pH

darah yang disebut dengan asidosis respiratorik.

Page 36: SKENARIO A BLOK 6 TAHUN 2011

36

Sebab mendasar dari asidosis respiratorik adalah hipoventilasi alveolar, istilah

yang sebenarnya berarti sama dengan penumpukan CO2 . Sebab sebab asidosis

respiratorik :

Hambatan pada pusat pernafasan di medula oblongata

1. obat-obatan : kelebihan dosis opiat, sedatif, anestetik (akut)

2. terapi oksigen pada hiperkapnea kronik

3. henti jantung (akut)

4. apnea saat tidur

gangguan otot otot pernafasan dan dinding dada

1. penyakit neuromuskular, cth : poliomelitis

2. deformitas rongga dada; kifoskoliosis

3. obesitas yang berlebihan

4. cedera dinding dada seperti patah tulang tulang iga

gangguan pertukaran gas

1. PPOM (emfisema dan bronkitis)

2. tahap akhir penyakit paru intrinsik yang difus

3. pneumonia akut atau asma yang berat

4. edema paru akut

5. pneumotoraks

obstruksi saluran nafas atas yang akut

1. aspirasi benda asing atau muntah

2. laringospasme atau edema laring, bronkospasme berat

Tanda dan gejala retensi CO2 tidak khas dan pada umumnya tidak mencerminkan

kadar Pa CO2 . Selain itu, baik asidosis respiratorik akut maupun kronik selalu

disertai hipoksemia, di mana hipoksemialah yang bertanggung jawab atas banyak

Page 37: SKENARIO A BLOK 6 TAHUN 2011

37

tanda tanda klinis akibat retensi CO2 . Umumnya, semakin besar dan cepat

peningkatan Pa CO2 , semakin berat gejala gejala yang ditimbulkan.

Peningkatan akut Pa CO2 hingga mencapai 60 mmHg atau lebih

mengakibatkan somnolen, kakacauan mental, stupor, dan akhirnya koma. Karena

retensi CO2 menyebabkan vasodilatasi pembuluh darah otak, maka kongesti

pembuluh darah otak yang terkena menyebabkan peningkatan tekanan intra

kranial (TIK). Peningkatan intra kranial ini dapat bermanifestasi sebagai

papiledema (pembengkakan diskus optikus yang terlihat pada pemeriksaan

dengan oftalmoskop)

Bila pH darah terus menglami penurunan, maka dapat menyebabkan

kematian.

Penyakit asidosis jika dibiarkan bisa menimbulkan dampak berikut:

Rendahnya kadar kalium dalam darah. Jika kadar kalium darah rendah,

maka terjadi kelainan neurologis seperti kelemahan otot, penurunan refleks

dan bahkan kelumpuhan.

Pengendapan kalsium di dalam ginjal yang dapat mengakibatkan

pembentukan batu ginjal. Jika itu terjadi maka bisa bisa terjadi kerusakan

pada sel-sel ginjal dan gagal ginjal kronis.

Kecenderungan terjadinya dehidrasi (kekurangan cairan)

Pelunakan dan pembengkokan tulang yang menimbulkan rasa nyeri

(osteomalasia atau rakitis).

Gangguan motorik tungkai bawah merupakan keluhan utama yang sering

ditemukan, sehingga anak mengalami keterlambatan untuk dapat duduk,

merangkak, dan berjalan.

Kecenderungan gangguan pencernaan, karena kelebihan asam dalam

lambung dan usus, sehingga pasien mengalami gangguan penyerapan zat

gizi dari usus ke dalam darah. Akibat selanjutnya pasien mengalami

Page 38: SKENARIO A BLOK 6 TAHUN 2011

38

keterlambatan tumbuh kembang (delayed development) dan berat badan

kurang.

Menurunnya aliran darah juga akan menyebabkan CO2 tidak

ditranport keluar tubuh seperti biasa CO2 akan berikatan dengan H2O yang

akan menghasilkan H2CO3 dan akan terurai menjadi HCO3 dan H+.

Normalnya HCO3 akan berikatan dengan Na yang diretensi di ginjal dan

membentuk garam tetapi apabila HCO3 intra sel terlalu tinggi sehingga

menyebabkan reaksi dengan bahan kimia lain dan akan membentuk asam

intra sel sehingga akan memperparah asidosis. Respon tubuh untuk

menghadapinya adalah dengan bernafas cepat dan dalam agar oksigenyang

dibutuhkan tubuh terpenuhi, dan CO2 berkurang.

Syok hipovolemi ini juga akan menyebabkan gangguan absorbsi Fe

dari usus, padahal kita ketahui produksi Fe berperan penting dalam

pembentukan hemoglobin, apabila hemoglobin berkurang suplay O2 juga

akan terganggu. Hal ini kan menyebabkan kulit menjadi pucat.

LUKA

Mekanisme luka

Tubuh biasanya mengabsorbsi kekuatan baik dari elastisitas jaringan atau

kekuatan rangka. Intensitas tekanan mengikuti hukum fisika. Hukum fisika yang

terkenal dimana kekuatan = ½ masa x kecepatan. Sebagai contoh, 1 kg batu bata

ditekankan ke kepala tidak akan menyebabkan luka, namun batu bata yang sama

dilemparkan ke kepala dengan kecepatan 10 m/s menyebabkan perlukaan.

Faktor lain yang penting adalah daerah yang mendapatkan kekuatan. kekuatan

dari masa dan kecepatan yang sama yang terjadi pada dareah yang lebih kecil

menyebabkan pukulan yang lebih besar pada jaringan. Pada luka tusuk, semua

energi kinetik terkonsentrasi pada ujung pisau sehingga terjadi perlukaaan,

Page 39: SKENARIO A BLOK 6 TAHUN 2011

39

sementara dengan energi yang sama pada pukulan oleh karena tongkat pemukul

kriket mungkin bahkan tidak menimbulkan memar.

Efek dari kekuatan mekanis yang berlebih pada jaringan tubuh dan

menyebabkan penekanan, penarikan, perputaran, luka iris. Kerusakan yang terjadi

tergantung tidak hanya pada jenis penyebab mekanisnya tetapi juga target

jaringannya. Contohnya, kekerasan penekanan pada ledakan mungkin hanya

sedikit perlukaan pada otot namun dapat menyebabkan ruptur paru atau intestinal,

sementara pada torsi mungkin tidaka memberikan efek pada jaringan adiposa

namun menyebabkan fraktur spiral pada femur.

Klasifikasi luka

1. Abrasi

2. Kontusi

3. Laserasi

4. Luka iris

Abrasi

Merupakan perlukaan paling superfisial, dengan definisi tidak menebus lapisan

epidermis. Abrasi yang sesungguhnya tidak berdarah karena pembuluh darah

terdapat pada dermis. Kontak gesekan yang mengangkat sel keratinisasi dan sel di

bawahnya akan menyebabkan daerah tersebut pucat dan lembab oleh karena

cairan eksudat jaringan.

Kontusio atau memar

Meskipun sering bersamaan dengan abrasi dan laserasi, memar murni terjadi

karena kebocoran pada pembuluh darah dengan epidermis yang utuh oleh karena

proses mekanis. Ekstravasasi darah dengan diameter lenih dari beberapa

millimeter disebut memar atau kontusio, ukuran yang lenih kecil disebut ekimosis

dan yang terkecil seukuran ujung peniti disebut petekie. Baik ekimosis dan

petekie biasanya terjadi bukan karena sebab trauma mekanis.

Page 40: SKENARIO A BLOK 6 TAHUN 2011

40

Kontusio disebabkan oleh kerusakan vena, venule, arteri kecil. Perdarahan kapiler

hanya dapat dilihat melalui mikroskop, bahkan petekie berasal dari pembuluh

darah yang lebih besar dari kapiler

Luka gores/Laserasi

Berbeda dengan luka iris dimana pada luka gores jaringan yang rusak menyobek

bukan mengiris.

Laserasi dapat dibedakan dari luka iris :

1. Garis tepi memar dan kerusakan memiliki area yang sangat kecil sehingga

untuk pemeriksaanya kadang dibutuhkan bantuan kaca penbesar.

2. Keberadaan rangkaian jaringan yang terkena terdapat pada daerah bagian

dalam luka, termasuk pembuluh darah dan saraf .

3. Tidak adanya luka lurus yang tajam pada tulang dibawahnya,terutama jika

yang terluka daerah tulang tengkorak.

4. Jika area tertutup oleh rambut seperti kulit kepala, maka rambut tersebut

akan terdapat pada luka.

Luka laceration

Luka robek (laceration) adalah jenis kekerasan benda tumpul (blunt force injury)

yang merusak ataumerobek kulit (epidermis & dermis) dan jaringan dibawahnya

(lemak, folikel rambut, kelenjar keringat & kelenjar sebasea).

Cara terjadinya laceration, yaitu :

• Arah kekerasan tegak lurus terhadap kulit sedangkan jaringan dibawah kulit

terdapat tulang misalnya kepala yang terbentur pada sisi meja. Hal ini disebut luka

retak (harus kita bedakandengan luka iris (incissed wound).

• Arah kekerasan miring (tangensial) sehingga luka robek (laceration) dan

terkelupas.

• Benda yang berputar menyebabkan luka yang sirkuler misalnya gilasan mobil.

Page 41: SKENARIO A BLOK 6 TAHUN 2011

41

• Patah tulang yang menembus kulit.

Penyembuhan luka robek (laceration) sama dengan penyembuhan luka lecet

(abrasion) & luka memar (contussion) tergantung dari 4 faktor, yaitu :

1. Vaskularisasi.

2. Keadaan umum penderita.

3. Ukuran luka.

4. Ada tidaknya komplikasi.

Perbedaan antara antemortem dengan post mortem yaitu antemortem

mengeluarkan banyak darah sedangkan post mortem hanya sedikit mengeluarkan

darah. Kadang kita dapat menentukan arah kekerasan dengan memperhatikan

bibir luka (flap).

Luka Iris

Adalah luka yang disebabkan oleh objek yang tajam, biasanya mencakup seluruh

luka akibat benda-benda seperti pisau, pedang, silet, kaca, kampak tajam dll. Ciri

yang paling penting dari luka iris adalah adanya pemisahan yang rapih dari kulit

dan jaringan dibawahnya, maka sudut bagian luar biasanya bisa dikatakan bersih

dari kerusakan apapun.

 Luka potong

            Adalah luka iris yang kedalamannya lebih panjang. Luka potong tidak

lebih berbahaya dibandingkan tikaman, sebagaimana ketidakdalaman luka tidak

akan terlalu mempengaruhi organ vital, khususnya target utama nya adalah tangan

dan muka.

Luka tikam dan luka yang berpenetrasi

Page 42: SKENARIO A BLOK 6 TAHUN 2011

42

Menikam biasanya dengan pisau, sering terjadi pada kasus pembunuhan dan

pembantaian.

Karakteristik dari alat tikam:

1. Panjang, lebar dan ketebalan pisau

2. Satu atau dua sisi

3. derajat dari ujung yang lancip

4. bentuk belakang pada pisau satu sudut (bergerisi/kotak)

5. Bentuk dari pelindung pangkal yang berdekatan dengan mata pisau

6. Adanya alur, bergerigi atau cabang dari mata pisau

7. Ketajaman dari sudut dan khususnya ujung dari mata pisau

Karakteristik luka tikam, dapat menerangkan tentang:

1. Dimensi senjata

2. Tipe senjata

3. Kelancipan senjata

4. Gerakan pisau pada luka

5. Kedalaman luka

6. Arah luka

7. Banyaknya tenaga yang digunakan

KLASIFIKASI LUKA

Luka dapat terjadi pada trauma, pembedahan, neuropatik, vaskuler, penekanan

dan keganasan. Luka diklasifikasikan dalam 2 bagian :

1. Luka akut : merupakan luka trauma yang biasanya segera mendapat

penanganan dan biasanya dapat sembuh dengan baik bila tidak terjadi

komplikasi. Kriteria luka akut adalah luka baru, mendadak dan

penyembuhannya sesuai dengan waktu yang diperkirakan Contoh : Luka

sayat, luka bakar, luka tusuk, crush injury. Luka operasi dapat dianggap

Page 43: SKENARIO A BLOK 6 TAHUN 2011

43

sebagai luka akut yang dibuat oleh ahli bedah. Contoh : luka jahit, skin

grafting.

2. Luka kronik : luka yang berlangsung lama atau sering timbul kembali

(rekuren) dimana terjadi gangguan pada proses penyembuhan yang

biasanya disebabkan oleh masalah multifaktor dari penderita. Pada luka

kronik luka gagal sembuh pada waktu yang diperkirakan, tidak berespon

baik terhadap terapi dan punya tendensi untuk timbul kembali. Contoh :

Ulkus dekubitus, ulkus diabetik, ulkus venous, luka bakar dll.

Berdasarkan kedalaman dan luasnya luka, dibagi menjadi :

Stadium I : Luka Superfisial (“Non-Blanching Erithema) : yaitu luka yang

terjadi pada lapisan epidermis kulit.

Stadium II : Luka “Partial Thickness” : yaitu hilangnya lapisan kulit pada

lapisan epidermis dan bagian atas dari dermis. Merupakan luka

superficial dan adanya tanda klinis seperti abrasi, blister atau

lubang yang dangkal.

Stadium III : Luka “Full Thickness” : yaitu hilangnya kulit keseluruhan

meliputi kerusakan atau nekrosis jaringan subkutan yang dapat

meluas sampai bawah tetapi tidak melewati jaringan yang

mendasarinya. Lukanya sampai pada lapisan epidermis, dermis

dan fasia tetapi tidak mengenai otot. Luka timbul secara klinis

sebagai suatu lubang yang dalam dengan atau tanpa merusak

jaringan sekitarnya.

Stadium IV : Luka “Full Thickness” yang telah mencapai lapisan otot, tendon

dan tulang dengan adanya destruksi/kerusakan yang luas.

Page 44: SKENARIO A BLOK 6 TAHUN 2011

44

Luka yang dialami abang Terminal merupakan luka yang digolongkan dalam

luka robek (laceration).

PENGATURAN KESADARAN

Otak besar (serebrum)

Otak besar mempunyai fungsi dalam pengaturan semua aktivitas mental,

yaitu yang berkaitan dengan kepandaian (intelegensi), ingatan (memori),

kesadaran, dan pertimbangan. Otak besar merupakan sumber dari semua

kegiatan/gerakan sadar atau sesuai dengan kehendak, walaupun ada juga beberapa

gerakan refleks otak. Pada bagian korteks otak besar yang berwarna kelabu

terdapat bagian penerima rangsang (area sensor) yang terletak di sebelah belakang

area motor yang berfungsi mengatur gerakan sadar atau merespon rangsangan.

Selain itu terdapat area asosiasi yang menghubungkan area motor dan sensorik.

Area ini berperan dalam proses belajar, menyimpan ingatan, membuat

kesimpulan, dan belajar berbagai bahasa. Di sekitar kedua area tersebut dalah

bagian yang mengatur kegiatan psikologi yang lebih tinggi. Misalnya bagian

depan merupakan pusat proses berfikir (yaitu mengingat, analisis, berbicara,

kreativitas) dan emosi. Pusat penglihatan terdapat di bagian belakang.

Page 45: SKENARIO A BLOK 6 TAHUN 2011

45

Tingkat Kesadaran

Tingkat kesadaran adalah ukuran dari kesadaran dan respon seseorang terhadap

rangsangan dari lingkungan, tingkat kesadarankesadaran dibedakan menjadi :

1. Compos Mentis (conscious), yaitu kesadaran normal, sadar sepenuhnya, dapat

menjawab semua pertanyaan tentang keadaan sekelilingnya..

2. Apatis, yaitu keadaan kesadaran yang segan untuk berhubungan dengan

sekitarnya, sikapnya acuh tak acuh.

3. Delirium, yaitu gelisah, disorientasi (orang, tempat, waktu), memberontak,

berteriak-teriak, berhalusinasi, kadang berhayal.

4. Somnolen (Obtundasi, Letargi), yaitu kesadaran menurun, respon psikomotor

yang lambat, mudah tertidur, namun kesadaran dapat pulih bila dirangsang

(mudah dibangunkan) tetapi jatuh tertidur lagi, mampu memberi jawaban verbal.

5. Stupor (soporo koma), yaitu keadaan seperti tertidur lelap, tetapi ada respon

terhadap nyeri.

6. Coma (comatose), yaitu tidak bisa dibangunkan, tidak ada respon terhadap

rangsangan apapun (tidak ada respon kornea maupun reflek muntah, mungkin

juga tidak ada respon pupil terhadap cahaya).

Perubahan tingkat kesadaran dapat diakibatkan dari berbagai faktor, termasuk

perubahan dalam lingkungan kimia otak seperti keracunan, kekurangan oksigen

karena berkurangnya aliran darah ke otak, dan tekanan berlebihan di dalam

rongga tulang kepala.

Adanya defisit tingkat kesadaran memberi kesan adanya hemiparese serebral atau

sistem aktivitas reticular mengalami injuri. Penurunan tingkat kesadaran

berhubungan dengan peningkatan angka morbiditas (kecacatan) dan mortalitas

(kematian).

Jadi sangat penting dalam mengukur status neurologikal dan medis pasien.

Tingkat kesadaran ini bisa dijadikan salah satu bagian dari vital sign.

Page 46: SKENARIO A BLOK 6 TAHUN 2011

46

Mekanisme Ketidaksadaran

Mekanisme sesak nafas dan tidak sadar:

Gangguan Kesadaran

Kesadaran merupakan fungsi utama susunan saraf pusat. Untuk

mempertahankan fungsi kesadaran yang baik, perlu suatu interaksi yang konstan

dan efektif antara hemisfer serebri yang intak dan formasio retikularis di batang

otak. Gangguan pada hemisfer serebri atau formasio retikularis dapat

menimbulkan gangguan kesadaran.

Bergantung pada beratnya kerusakan, gangguan kesadaran dapat berupa

apati, delirium, somnolen, sopor atau koma. Koma sebagai kegawatan maksimal

fungsi susunan saraf pusat memerlukan tindakan yang cepat dan tepat, sebab

Page 47: SKENARIO A BLOK 6 TAHUN 2011

47

makin lama koma berlangsung makin parah keadaan susunan saraf pusat sehingga

kemungkinan makin kecil terjadinya penyembuhan sempurna.

Mekanisme cemas, berkeringat dingin, badannya lemas, kulit pucat serta

dingin

Faktor penyebab timbulnya kecemasan menurut Collins dalam Susabda (1983,112) bahwa kecemasan timbul karena adanya:

1. Threat (Ancaman) baik ancaman terhadap tubuh, jiwa atau psikisnya (seperti kehilangan kemerdekaan, kehilangan arti kehidupan) maupun ancaman terhadap eksistensinya (seperti kehilangan hak).

2. Conflik (Pertentangan) yaitu karena adanya dua keinginan yang keadaannya bertolak belakang, hampir setiap dua konflik, dua alternatif atau lebih yang masing-masing yang mempunyai ifat approach dan avoidance.

3. Fear (Ketakutan) kecemasan sering timbul karena ketakutan akan sesuatu, ketakutan akan kegagalan menimbulkan kecemasan, misalnya ketakutan akan kegagalan dalam mengahadapi ujian atau ketakutan akan penolakan menimbulkan kecemasn setiap kali harus berhadapan dengan orang baru.

4. Unfulled Need (Kebutuhan yang tidak terpenuhi) kebutuhan manusia begitu kompleks dan bila ia gagal untuk memenuhinya maka timbullah kecemasan.

Faktor-faktor penyebab kecemasan dapat digolongkan menjadi:

1. Faktor Kognitif. McMahon (1986,559) menyatakan bahwa kecemasan dapat timbul sebagai akibat dari antisipasi harapan akan situasi yang menakutkan dan pernah menimbulkan situasi yang menimbulkan rasa sakit, maka apabila ia dihadapkan pada peristiwa yang sama ia akan merasakan kecemasan sebagai reaksi atas adanya bahaya.

2. Faktor Lingkungan. Menurut Slavson (1987), salah satu penyebab munculnya kecemasan adalah dari hubungan-hubungan dan ditentukan langsung oleh kondisi-kondisi, adat-istiadat, dan nilai-nilai dalam masyarakat. Kecemasan dalam kadar terberat dirasakan sebagai akibat dari perubahan sosial yang amat cepat, dimana tanpa persiapan yang cukup, seseorang tiba-tiba saja sudah dilanda perubahan dan terbenam dalam situasi-situasi baru yang terus menerus berubah. Dimana

Page 48: SKENARIO A BLOK 6 TAHUN 2011

48

perubahan ini merupakan peristiwa yang mengenai seluruh lingkungan kehidupan, maka seseorang akan sulit membebaskan dirinya dari pengalaman yang mencemaskan ini.

3. Faktor Proses Belajar. Menurut Mowrer (dalam Goldstein&Krasner, 1988:282) kecemasan timbul sebagai akibat dari proses belajar. Manusia mempelajari respon terhadap stimulus yang memperingatkan adanya peristiwa berbahaya dan menyakitkan yang akan segera terjadi.

Greenberger & Padesky (2004,212) menyatakan bahwa kecemasan berasal dari dua aspek, yakni aspek kognitif dan aspek kepanikan yang terjadi pada seseorang. diantaranya adalah :

1. Aspek kognitif, yang meliputi :

a. Kecemasan disertai dengan persepsi bahwa seseorang sedang berada dalam bahaya atau terancam atau rentan dalam hal tertentu, sehingga gejala fisik kecemasan membuat seseorang siap merespon bahaya atau ancaman yang menurutnya akan terjadi.

b. Ancaman tersebut bersifat fisik, mental atau sosial, diantaranya adalah:

a. Ancaman fisik terjadi ketika seseorang percaya bahwa ia akan terluka secara fisik.

b. Ancaman mental terjadi ketika sesuatu membuat khawatir bahwa dia akan menjadi gila atau hilang igatan.

c. Ancaman sosial terjadi ketika seseorang percaya bahwa ia akan ditolak, dipermalukan, merasa malu atau dikecewakan.

c. Persepsi ancaman berbeda-beda untuk setiap orang.

d. Sebagian orang, karena pengalaman mereka bisa terancam dengan begitu mudahnya dan akan lebih sering cemas. Orang lain mungkin akan memiliki rasa aman dan keselamatan yang lebih besar. Tumbuh dilingkungan yang kacau dan tidak sabil bisa membuat seseorang menyimpulkan bahwa dunia dan orang lain selalu berbahaya.

e. Pemikiran tentang kecemasan berorientasi pada masa depan dan seringkali memprediksi malapetaka. Pemikiran tentang kecemasan sering dimulai dengan “Bagaimana kalau…” dan berakhir dengan

Page 49: SKENARIO A BLOK 6 TAHUN 2011

49

hal yang kacau. Pemikiran tentang kecemasan juga sering meliputi citra tentang bahaya. Pemikiran-pemikiran ini semua adalah masa depan dan semuanya memprediksi hasil yan buruk.

2. Aspek kepanikan

Panik merupakan perasaan cemas atau takut yang ekstrem. Rasa panik terdiri atas kombinasi emosi dan gejala fisik yang berbeda. Seringkali rasa panik ditandai dengan adanya perubahan sensasi fisik atau mental, dalam diri seseorang yang menderita gangguan panic, terjadi lingkaran setan saat gejala-gejala fisik, emosi, dan pemikiran saling berinteraksi dan meningkat dengan cepat. Pemikiran ini menimbulkan ketakutan dan kecemasan serta merangsang keluarnya adrenalin. Pemikiran yang katastrofik dan reaksi fisik serta emosional yang lebih intens yang terjadi bias menimbulkan dihindarinya aktivitas atau situasi saat kepanikan telah terjadi sebelumnya.

Menurut kasus ini, kecemasan yang dialami dikarenakan adanya ancaman ( dari para preman) , ketakutan (akan kondisi tubuhnya) yang termasuk dalam ancaman fisik.

Mekanisme Pucat

Pendarahan yang terus menerus akan menyebabkan cairan ekstraselular

terutama darah akan mengalami penurunan yang drastis. Pendarahan ini

menyebabkan pengikatan oksigen oleh hemoglobin yang ada di dalam darah

berkurang sehingga kulit terlihat pucat

Mekanisme Lemas

Pendarahan yang terus menerus akan menyebabkan cairan ekstraselular

terutama darah akan mengalami penurunan yang drastis. Pendarahan ini

menyebabkan pengikatan oksigen oleh hemoglobin yang ada di dalam darah

berkurang aliran oksigen yang dibawa oleh darah ke sel atau jaringan akan

berkurang sel atau jaringan kekurangan asupan oksigen metabolisme

terganggu energi yang dihasilkan pun sedikit tubuh terlihat lemas.

Adanya pendarahan menyebabkan berkurangnya volume darah dalam vaskular

(hipovolemia). Hal ini menyebabkan tekanan arteri berkurang. Kemudian

Page 50: SKENARIO A BLOK 6 TAHUN 2011

50

baroreseptor arteri (sinus karotikus dan arkus aorta) dan reseptor regangan

vaskular merespon penurunan tersebut. Perubahan yang ditangkap oleh reseptor

tersebut memberikan stimulus kepada saraf simpatis yang menyebabkan cemas,

keringat dingin, vasokontriksi arteriol, dan takikardi. Vasokontriksi arteriol

menyebabkan aliran darh ke perifer berkurang, hal inilah yang menyebabkan

kulit menjadi dingin, pucat dan asupan nutrisi berkurang. Kurangnya asupan

nutrisi dan menurunnya perfusi O2  ke jaringan ( akibat tekanan arteri dan volume

darah yang menurun) menyebabkan lemas.

VITAL SIGN (TANDA VITAL)

Pengukuran Denyut Nadi

Denyut Nadi

Denyut nadi (pulse) adalah getaran/ denyut darah didalam pembuluh darah arteri

akibat kontraksi ventrikel kiri jantung. Denyut ini dapat dirasakan dengan palpasi

yaitu dengan menggunakan ujung jari tangan disepanjang jalannya pembuluh

darah arteri, terutama pada tempat-tempat tonjolan tulang dengan sedikit menekan

diatas pembuluh darah arteri. Pada umumnya ada 9 tempat untuk merasakan

denyut nadi yaitu temporalis, karotid, apikal, brankialis, femoralis, radialis,

poplitea, dorsalis pedis dan tibialis posterior, namun yang paling sering dilakukan

yaitu :

1. Arteri radialis

Terletak sepanjang tulang radialis, lebih mudah teraba diatas pergelangan

tangan pada sisi ibu jari. Relatif mudah dan sering dipakai secara rutin

2. Arteri Brankialis

Terletak di dalam otot biceps dari lengan atau medial di lipatan siku (fossa

antekubital). Digunakan untuk mengukur tekanan darah dan kasus cardiac

arrest pada infant

3. Arteri Karotid

Page 51: SKENARIO A BLOK 6 TAHUN 2011

51

Terletak dileher dibawah lobus telinga, dimana terdapat arteri karotid berjalan

diantara trakea dan otot sternokleidomastoideus. Sering digunakan untuk bayi,

kasus cardiac arrest dan untuk memantau sirkulasi darah ke otak.

Frekuensi denyut nadi manusia bervariasi, tergantung dari banyak faktor yang

mempengaruhinya, pada saat aktifitas normal :

• Normal : 60 – 100 x / menit,

• Bradikardi : <> 100. x / menit

Denyut nadi pada saat tidur yaitu :

a. Bayi baru lahir 100 – 180 x/menit

b. Usia 1 minggu – 3 bulan 100 – 220 x/ menit

c. Usia 3 bulan – 2 tahun 80 – 150 x/menit

d. usia 10 –21 tahun 60 – 90 x/menit

e. Usia lebih dari 21 tahun 69 – 100 x/menit

Berdasarkan kuat dan lemahnya denyut arteri diklasifikasikan :

i. Tidak teraba denyut : 0

ii. Ada denyut tetapi sulit teraba : +1,

iii. Denyut normal teraba dengan mudah dan tidak mudah hilang : +2

iv. Denyut kuat, mudah teraba seakan- akan memantul terhadap ujung jari serta

tidak mudah

hilang: + 3

1. PEMERIKSAAN FREKUENSI NADI

pemeriksaan frekuensi nadi yang umum dilakukan adalah sebagai berikut:

a. PEMERIKSAAN FREKUENSI DENYUT ARTERI RADIALIS

1). Persiapan alat

1. Alat pengukur waktu (jam tangan dengan jarum detik, stop watch)

2. Buku catatan nadi (kartu status)

Page 52: SKENARIO A BLOK 6 TAHUN 2011

52

3. Alat tulis

2). Persiapan pasien

1. Jelaskan pada pasien perlunya pemeriksaan yang akan dilakukan

2. Buatlah pasien rilek dan nyaman .

3). Cara pemeriksaan

1. Cuci tangan pemeriksa

2. minta pasien untuk menyingsingkan baju yang menutupi lengan bawah

3. Pada posisi duduk, tangan diletakkan pada paha dan lengan ekstensi. Pada

posisi tidur terlentang, kedua lengan ekstensi dan menghadap atas.

4. Lakukan palpasi ringan arteri radialis dengan menggunakan jari telunjuk

dan jari tengah, lakukan palpasi sepanjang lekuk radial pada pergelangan

tangan

5. Rasakan denyut arteri radialis dan irama yang teratur

6. Hitung denyut tersebut selama satu menit ,

7. Informasikan ke pasien dan catat hasil pemeriksaan pada buku.

b. PEMERIKSAAN FREKUENSI DENYUT ARTERI BRAKIALIS

1). Persiapan alat

1. Alat pengukur waktu (jam tangan dengan jarum detik, stop watch)

2. Buku catatan nadi ( kartu status )

3. Alat tulis

2). Persiapan pasien

1. Jelaskan pada pasien perlunya pemeriksaan yang akan dilakukan

2. Buatlah pasien rilek dan nyaman

3). Cara pemeriksaan

1. Cuci tangan pemeriksa

2. Menyingsingkan lengan baju pasien yang menutupi lengan atas

3. Pada posisi duduk, tangan diletakkan pada paha dan lengan ekstensi.

Pada posisi tidur terlentang, kedua lengan ekstensi dan menghadap

atas.

Page 53: SKENARIO A BLOK 6 TAHUN 2011

53

4. Lakukan palpasi ringan arteri dengan menggunakan jari telunjuk dan

jari tengah pada fossa cubiti (lekuk antara otot bisep dan trisep diatas

siku)

5. Rasakan denyut arteri brankialis dan irama yang teratur

6. Hitung jumlah denyut selama satu menit

7. Informasikan ke pasien dan catat hasil pemeriksaan pada buku.

c. PEMERIKSAAN FREKUENSI DENYUT ARTERI KAROTIS

1). Persiapan alat

1. Alat pengukur waktu (jam tangan dengan jarum detik, stop watch)

2. Buku catatan nadi ( kartu status )

3. Alat tulis

2). Persiapan pasien

1. Jelaskan pada pasien tentang perlunya pemeriksaan ini.

2. Buatlah pasien serilek dan senyaman mungkin

3). Cara pemeriksaan

1. Cuci tangan pemeriksa dengan air bersih

2. minta pasien melepaskan baju sehingga bagian leher terlihat jelas

3. pasien duduk dengan posisi tangan diistirahatkan diatas paha

4. Inspeksi kedua sisi leher untuk melihat denyut arteri karotis

5. Mintalah pasien untuk memalingkan kepala pada sisi arah yang

berlawanan dengan yang akan diperiksa

6. Kemudian lakukan palpasi dengan lembut, jangan terlalu keras untuk

menghindari rangsangan sinus karotid

7. Dengan menggunakan jari tengah dan telunjuk palpasi sekitar otot

sternokleidomastoideus bagian medial

8. Perhatikan perubahan denyut pada saat menarik atau menghembuskan

napas

9. Hitung frekuensi nadi dengan alat pengukur waktu untuk 30 detik,

kemudian hasilnya dikalikan 2. Bila irama tidak teratur hitung

selama 1 menit

Page 54: SKENARIO A BLOK 6 TAHUN 2011

54

Pengukuran Tekanan Darah

Pengukuran tekanan darah paling tepat bila diukur secara langsung dengan

memakai jarum intra-arteri. Namun, dalam praktik sehari-hari, kita menggunakan

cara tidak langsung dengan menggunakan sfigmomanometer. Sfigmomanometer

terdiri dari kantong yang dapat digembungkan yang terbungkus di dalam manset

yang tidak dapat mengembang, pompa karet berbentuk bulat, manometer di mana

tekanan darah dibaca, dan lubang pengeluaran untuk mengempiskan sistem

tersebut.Ada dua jenis manometer, yaitu

1. Manometer gravitasi air raksa terdiri dari suatu tabung kaca yang

dihubungkan dengan reservoir yang berisi air raksa. Tekanan di dalam

manset mendorong air raksa ke atas tabung. Air raksa tersebut turun

karena gaya berat, dan karena gaya berat adalah suatu konstanta, peneraan

ulang tidak diperlukan.

2. Manometer aneroid mempunyai embusan logam yang menerima tekanan

dari manset. Dengan meningkatkan tekanan, embusan menggembang dan

memutar roda gigi yang menggerakkan jarum melintasi piringan angka

yang sudah dikaliberasikan.

Mengukur tekanan darah

Adapun tata cara pengukuran tekanan darah pasien sebagai berikut.

1. Mengukur tekanan darah setelah pasien beristirahat selama 15 menit.

2. Posisi pasien duduk, berdiri, dan berbaring.

3. Lengan diatur sedemikian rupa sehingga arteri brachialis terletak setinggi

jantung dalam posisi abduksi, rotasi ekstena dan sedikit fleksi.

4. Lilitkan manset yang masih dalam keadaan kempis dengan ketat pada

lengan atas sehingga batas bawah manset tersebut kira-kira 1 inci di atas

fossa antekubiti.

Page 55: SKENARIO A BLOK 6 TAHUN 2011

55

5. Mula-mula tekanan darah diukur dengan palpasi agar kesenjangan palpasi

dapat dideteksi. Rabalah denyut a. radialis dan pompalah manset sampai

denyut tidak terasa, catat hasil pengukuran dan kempiskan manset.

6. Lakukan evaluasi kedua dengan memompa lebih 30 mmHg dari tekanan

dimana denyut tidak terasa, kemudian tempelkan stetoskop pada lengan

tempat a. brachialis berada, lalu kempiskan manset perlahan-lahan, vibrasi

tersebut terdengar sebagai bunyi Korotkoff dengan lima fase, meliputi

a. Korotkof I, suara denyut mulai terdengar, tapi masih lemah dan akan

mengeras setelah tekanan diturunkan 10-15 mmHg (sesuai dg tekanan

sistolik).

b. Korotkof II, suara terdengar seperti bising jantung (murmur) selama

15-20 mmHg berikutnya.

c. Korotkof III, suara menjadi kecil kualitasnya, lebih jelas dan keras

selama 5-7 mmHg berikutnya.

d. Korotkof IV, suara meredup sampai kemudian menghilang setelah 5-6

mmHg berikutnya.

e. Korotkof V, titik dimana suara menghilang (sesuai dengan tekanan

diastolik).

KategoriTD Sistolik

(mmHg)

TD Diastolik

(mmHg)

Normal < 120 < 80

Prehipertensi 120-139 80-89

Hipertensi tingkat 1 140-159 90-99

Hipertensi tingkat 2 ≥ 160 ≥ 100

Hipertensi sistolik terisolasi ≥ 140 < 90

Pengukuran frekuensi napas

Page 56: SKENARIO A BLOK 6 TAHUN 2011

56

Saat menghitung frekuensi pernafasan pada penderita respons jangan biarkan ia

mengetahuinya. Satu pernafasan adalah satu kali menghirup nafas dan satu kali

mengeluarkannafas.

SISTEM KARDIOVASKULER

Jantung merupakan suatu organ otot berongga yang terletak di pusat dada.

Bagian kanan dan kiri jantung masing-masing memiliki ruang sebelah atas

(atrium yang mengumpulkan darah dan ruang sebelah bawah (ventrikel) yang

mengeluarkan darah. Agar darah hanya mengalir dalam satu arah, maka ventrikel

memiliki satu katup pada jalan masuk dan satu katup pada jalan keluar. Fungsi

utama jantung adalah menyediakan oksigen ke seluruh tubuh dan membersihkan

tubuh dari hasil metabolisme (karbondioksida). Jantung melaksanakan fungsi

tersebut dengan mengumpulkan darah yang kekurangan oksigen dari seluruh

tubuh dan memompanya ke dalam paru-paru, dimana darah akan mengambil

oksigen dan membuang karbondioksida. Jantung kemudian mengumpulkan darah

yang kaya oksigen dari paru-paru dan memompanya ke jaringan di seluruh tubuh.

Gambar1. Jantung tampak depan

Page 57: SKENARIO A BLOK 6 TAHUN 2011

57

• Fungsi jantung

Pada saat berdenyut, setiap ruang jantung mengendur dan terisi darah (disebut

diastol), selanjutnya jantung berkontraksi dan memompa darah keluar dari ruang

jantung (disebut sistol). Kedua atrium mengendur dan berkontraksi secara

bersamaan, dan kedua ventrikel juga mengendur dan berkontraksi secara

bersamaan.

Darah yang kehabisan oksigen dan mengandung banyak karbondioksida dari

seluruh tubuh mengalir melalui 2 vena berbesar (vena kava) menuju ke dalam

atrium kanan. Setelah atrium kanan terisi darah, dia akan mendorong darah ke

dalam ventrikel kanan.

Darah dari ventrikel kanan akan dipompa melalui katup pulmoner ke dalam

arteri pulmonalis, menuju ke paru-paru. Darah akan mengalir melalui pembuluh

yang sangat kecil (kapiler) yang mengelilingi kantong udara di paru-paru,

menyerap oksigen dan melepaskan karbondioksida yang selanjutnya

dihembuskan.

Darah yang kaya akan oksigen mengalir di dalam vena pulmonalis menuju ke

atrium kiri. Peredaran darah diantara bagian kanan jantung, paru-paru dan atrium

kiri disebut sirkulasi pulmoner.

Darah dalam atrium kiri akan didorong ke dalam ventrikel kiri, yang

selanjutnya akan memompa darah yang kaya akan oksigen ini melewati katup

aorta masuk ke dalam aorta (arteri terbesar dalam tubuh). Darah kaya oksigen ini

disediakan untuk seluruh tubuh, kecuali paru-paru.

Page 58: SKENARIO A BLOK 6 TAHUN 2011

58

Gambar 2. Ruang dan Katup Jantung

Gambar 3. Jantung (potongan melintang/bagian dalam)

• Pembuluh darah

Keseluruhan sistem peredaran (sistem kardiovaskuler) terdiri dari arteri,

arteriola, kapiler, venula dan vena.

Arteri (kuat dan lentur) membawa darah dari jantung dan menanggung

tekanan darah yang paling tinggi. Kelenturannya membantu mempertahankan

Page 59: SKENARIO A BLOK 6 TAHUN 2011

59

tekanan darah diantara denyut jantung. Arteri yang lebih kecil dan arteriola

memiliki dinding berotot yang menyesuaikan diameternya untuk meningkatkan

atau menurunkan aliran darah ke daerah tertentu.

Kapiler merupakan pembuluh darah yang halus dan berdinding sangat tipis,

yang berfungsi sebagai jembatan diantara arteri (membawa darah dari jantung)

dan vena (membawa darah kembali ke jantung). Kapiler memungkinkan oksigen

dan zat makanan berpindah dari darah ke dalam jaringan dan memungkinkan hasil

metabolisme berpindah dari jaringan ke dalam darah.

Dari kapiler, darah mengalir ke dalam venula lalu ke dalam vena, yang akan

membawa darah kembali ke jantung. Vena memiliki dinding yang tipis, tetapi

biasanya diameternya lebih besar daripada arteri, sehingga vena mengangkut

darah dalam volume yang sama tetapi dengan kecepatan yang lebih rendah dan

tidak terlalu dibawah tekanan.

Jantung dan pembuluh darah merupakan alat dalam tubuh yang mengatur

peredaran darah sehingga kebutuhan makanan dan sisa metabolisme jaringan

dapat terangkut dengan baik. Jantung sebagai organ pemompa darah sedangkan

pembuluh darah sebagai penyalur darah ke jaringan. Sistem kardiovaskuler

dikendalikan oleh sistem saraf otonom melalui nodus SA, nodus AV, berkas His,

dan serabut Purkinye. Pembuluh darah juga dipengaruhi sistem saraf otonom

melalui saraf simpatis dan parasimpatis. Setiap gangguan dalam sistem tersebut

akan mengakibatkan kelainan pada sistem kardiovaskuler.

SISTEM RESPIRASI

Sistem respirasi terdiri dari:

1. Saluran nafas bagian atas

Pada bagian ini udara yang masuk ke tubuh dihangatkan, disaring dan

dilembabkan

2. Saluran nafas bagian bawah

Page 60: SKENARIO A BLOK 6 TAHUN 2011

60

Bagian ini menghantarkan udara yang masuk dari saluran bagian atas ke

alveoli

3. Alveoli

terjadi pertukaran gas anatara O2 dan CO2

4. Sirkulasi paru

Pembuluh darah arteri menuju paru, sedangkan pembuluh darah vena

meninggalkan paru.

5. Paru, terdiri dari :

a. Saluran nafas bagian bawah

b. Alveoli

c. Sirkulasi paru

6. Rongga Pleura

Terbentuk dari dua selaput serosa, yang meluputi dinding dalam rongga dada

yang disebut pleura parietalis, dan yang meliputi paru atau pleura veserali.

7. Rongga dan dinding dada

Merupakan pompa muskuloskeletal yang mengatur pertukaran gas dalam

proses respirasi.

Saluran Nafas Bagian Atas

Page 61: SKENARIO A BLOK 6 TAHUN 2011

61

a. Rongga hidung

Udara yang dihirup melalui hidung akan mengalami tiga hal :

- Dihangatkan

- Disaring

- Dan dilembabkan

Yang merupakan fungsi utama dari selaput lendir respirasi ( terdiri dari :

Psedostrafied ciliated columnar epitelium yang berfungsi menggerakkan partikel

partikel halus kearah faring sedangkan partikel yang besar akan disaring oleh bulu

hidung, sel golbet dan kelenjar serous yang berfungsi melembabkan udara yang

masuk, pembuluh darah yang berfungsi menghangatkan udara). Ketiga hal

tersebut dibantu dengan concha. Kemudian udara akan diteruskan ke

b. Nasofaring (terdapat pharyngeal tonsil dan Tuba Eustachius)

c. Orofaring (merupakan pertemuan rongga mulut dengan faring,terdapat pangkal

lidah)

d. Laringofaring(terjadi persilangan antara aliran udara dan aliran makanan)

Saluran Nafas Bagian Bawah

Page 62: SKENARIO A BLOK 6 TAHUN 2011

62

a. Laring

Terdiri dari tiga struktur yang penting

- Tulang rawan krikoid

- Selaput/pita suara

- Epilotis

- Glotis

b. Trakhea

Merupakan pipa silider dengan panjang ± 11 cm, berbentuk ¾ cincin tulang rawan

seperti huruf C. Bagian belakang dihubungkan oleh membran fibroelastic

menempel pada dinding depan usofagus.

c. Bronkhi

Merupakan percabangan trakhea kanan dan kiri. Tempat percabangan ini disebut

carina. Brochus kanan lebih pendek, lebar dan lebih dekat dengan trachea.

Bronchus kanan bercabang menjadi : lobus superior, medius, inferior. Brochus

kiri terdiri dari : lobus superior dan inferior.

d. Alveoli

Page 63: SKENARIO A BLOK 6 TAHUN 2011

63

Terdiri dari : membran alveolar dan ruang interstisial.

Membran alveolar :

- Small alveolar cell dengan ekstensi ektoplasmik ke arah rongga alveoli

- Large alveolar cell mengandung inclusion bodies yang menghasilkan surfactant.

- Anastomosing capillary, merupakan system vena dan arteri yang saling

berhubungan langsung, ini terdiri dari : sel endotel, aliran darah dalam rongga

endotel.

- Interstitial space merupakan ruangan yang dibentuk oleh : endotel kapiler, epitel

alveoli, saluran limfe, jaringan kolagen dan sedikit serum.

Aliran pertukaran gas

Proses pertukaran gas berlangsung sebagai berikut: alveoli epitel alveoli «

membran dasar « endotel kapiler « plasma « eitrosit. Membran « sitoplasma

eritrosit « molekul hemoglobin

Surfactant

Mengatur hubungan antara cairan dan gas. Dalam keadaan normal surfactant ini

akan menurunkan tekanan permukaan pada waktu ekspirasi, sehingga kolaps

alveoli dapat dihindari.

Page 64: SKENARIO A BLOK 6 TAHUN 2011

64

Sirkulasi Paru

Mengatur aliran darah vena – vena dari ventrikel kanan ke arteri pulmonalis dan

mengalirkan darah yang bersifat arterial melaului vena pulmonalis kembali ke

ventrikel kiri.

Paru

Merupakan jalinan atau susunan bronhus bronkhiolus, bronkhiolus terminalis,

bronkhiolus respiratoty, alveoli, sirkulasi paru, syaraf, sistem limfatik.

Rongga dan Dinding Dada

Rongga ini terbentuk oleh:

- Otot –otot interkostalis

- Otot – otot pektoralis mayor dan minor

- Otot – otot trapezius

- Otot –otot seratus anterior/posterior

- Kosta- kosta dan kolumna vertebralis

- Kedua hemi diafragma

Yang secara aktif mengatur mekanik respirasi.

PARU-PARU

Merupakan jalinan atau susunan bronhus bronkhiolus, bronkhiolus terminalis,

bronkhiolus respiratoty, alveoli, sirkulasi paru, syaraf, sistem limfatik.

Page 65: SKENARIO A BLOK 6 TAHUN 2011

65

SIRKULASI PARU

a. Pulmonary blood flow total = 5 liter/menit

Ventilasi alveolar = 4 liter/menit

Sehingga ratio ventilasi dengan aliran darah dalam keadaan normal = 4/5 = 0,8

b. Tekanan arteri pulmonal = 25/10 mmHg dengan rata-rata = 15 mmHg.

Tekanan vena pulmolais = 5 mmHg, mean capilary pressure = 7 mmHg

Sehingga pada keadaan normal terdapat perbedaan 10 mmHg untuk mengalirkan

darah dari arteri pulmonalis ke vena pulmonalis.

c. Adanya mean capilary pressure mengakibatkan garam dan air mengalir dari

rongga kapiler ke rongga interstitial, sedangkan osmotic colloid pressure akan

menarik garam dan air dari rongga interstitial kearah rongga kapiler. Kondisi ini

dalam keadaan normal selalu seimbang.Peningkatan tekanan kapiler atau

penurunan koloid akan menyebabkan peningkatan akumulasi air dan garam dalam

rongga interstitial.

TRANSPOR OKSIGEN

Page 66: SKENARIO A BLOK 6 TAHUN 2011

66

1.Hemoglobin

Oksigen dalam darah diangkut dalam dua bentuk:

- Kelarutan fisik dalam plasma

- Ikatan kimiawi dengan hemoglobin

Ikatan hemoglobin dengan tergantung pada saturasi O2, jumlahnya dipengaruhi

oleh pH darah dan suhu tubuh. Setiap penurunan pH dan kenaikkan suhu tubuh

mengakibatkan ikatan hemoglobin dan O2 menurun.

2. Oksigen content

Jumlah oksigen yang dibawa oleh darah dikenal sebagai oksigen content (Ca O2 )

- Plasma

- Hemoglobin

REGULASI VENTILASI

Kontrol dari pengaturan ventilasi dilakukan oleh sistem syaraf dan

kadar/konsentrasi gas-gas yang ada di dalam darah.

Pusat respirasi di medulla oblongata mengatur:

-Rate impuls Respirasi rate

-Amplitudo impuls Tidal volume

Pusat inspirasi dan ekspirasi : posterior medulla oblongata, pusat kemo reseptor :

anterior medulla oblongata, pusat apneu dan pneumothoraks : pons.

Rangsang ventilasi terjadi atas : PaCo2, pH darah, PaO2

PEMERIKSAAN FUNGSI PARU

Kegunaan: untuk mendiagnostik adanya sesak nafas, sianosis, sindrom bronkitis

Indikasi klinik:

- Kelainan jalan nafas paru,pleura dan dinding toraks

- Payah jantung kanan dan kiri

- Diagnostik pra bedah toraks dan abdomen

- Penyakit-penyakit neuromuskuler

- Usia lebih dari 55 tahun.

FUNGSI RESPIRASI DAN NON RESPIRASI DARI PARU

1. Respirasi : pertukaran gas O² dan CO²

Page 67: SKENARIO A BLOK 6 TAHUN 2011

67

2. Keseimbangan asam basa

3. Keseimbangan cairan

4. Keseimbangan suhu tubuh

5. Membantu venous return darah ke atrium kanan selama fase inspirasi

6. Endokrin : keseimbangan bahan vaso aktif, histamine, serotonin, ECF dan

angiotensin

7. Perlindungan terhadap infeksi: makrofag yang akan membunuh bakteri

Mekanisme Pernafasan

Agar terjadi pertukaran sejumlah gas untuk metabolisme tubuh diperlukan usaha

keras pernafasan yang tergantung pada:

1. Tekanan intar-pleural

Dinding dada merupakan suatu kompartemen tertutup melingkupi paru. Dalam

keadaan normal paru seakan melekat pada dinding dada, hal ini disebabkan karena

ada perbedaan tekanan atau selisih tekanan atmosfir ( 760 mmHg) dan tekanan

intra pleural (755 mmHg). Sewaktu inspirasi diafrgama berkontraksi, volume

rongga dada meningkat, tekanan intar pleural dan intar alveolar turun dibawah

tekanan atmosfir sehingga udara masuk Sedangkan waktu ekspirasi volum rongga

dada mengecil mengakibatkan tekanan intra pleural dan tekanan intra alveolar

meningkat diatas atmosfir sehingga udara mengalir keluar.

2. Compliance

Hubungan antara perubahan tekanan dengan perubahan volume dan aliran dikenal

sebagai copliance.

Ada dua bentuk compliance:

- Static compliance, perubahan volum paru persatuan perubahan tekanan saluran

nafas ( airway pressure) sewaktu paru tidak bergerak. Pada orang dewasa muda

normal : 100 ml/cm H2O.

- Effective Compliance : (tidal volume/peak pressure) selama fase pernafasan.

Normal: ±50 ml/cm H2O

Compliance dapat menurun karena:

- Pulmonary stiffes : atelektasis, pneumonia, edema paru, fibrosis paru

Page 68: SKENARIO A BLOK 6 TAHUN 2011

68

- Space occupying prosess: effuse pleura, pneumothorak

- Chestwall undistensibility: kifoskoliosis, obesitas, distensi abdomen

Penurunan compliance akan mengabikabtkan meningkatnya usaha/kerja nafas.

3. Airway resistance (tahanan saluran nafas)

Rasio dari perubahan tekanan jalan nafas

CAIRAN DEXTROSE

Jenis Cairan Infus :

Cairan hipotonik: osmolaritasnya lebih rendah dibandingkan serum

(konsentrasi ion Na+ lebih rendah dibandingkan serum), sehingga larut

dalam serum, dan menurunkan osmolaritas serum. Maka cairan “ditarik”

dari dalam pembuluh darah keluar ke jaringan sekitarnya (prinsip cairan

berpindah dari osmolaritas rendah ke osmolaritas tinggi), sampai akhirnya

mengisi sel-sel yang dituju. Digunakan pada keadaan sel “mengalami”

dehidrasi, misalnya pada pasien cuci darah (dialisis) dalam terapi diuretik,

juga pada pasien hiperglikemia (kadar gula darah tinggi) dengan

ketoasidosis diabetik. Komplikasi yang membahayakan adalah

perpindahan tiba-tiba cairan dari dalam pembuluh darah ke sel,

menyebabkan kolaps kardiovaskular dan peningkatan tekanan intrakranial

(dalam otak) pada beberapa orang. Contohnya adalah NaCl 45% dan

Dekstrosa 2,5%.

Cairan Isotonik: osmolaritas (tingkat kepekatan) cairannya mendekati

serum (bagian cair dari komponen darah), sehingga terus berada di dalam

pembuluh darah. Bermanfaat pada pasien yang mengalami hipovolemi

(kekurangan cairan tubuh, sehingga tekanan darah terus menurun).

Memiliki risiko terjadinya overload (kelebihan cairan), khususnya pada

penyakit gagal jantung kongestif dan hipertensi. Contohnya adalah cairan

Ringer-Laktat (RL), dan normal saline/larutan garam fisiologis (NaCl

0,9%).

Page 69: SKENARIO A BLOK 6 TAHUN 2011

69

Cairan hipertonik: osmolaritasnya lebih tinggi dibandingkan serum,

sehingga “menarik” cairan dan elektrolit dari jaringan dan sel ke dalam

pembuluh darah. Mampu menstabilkan tekanan darah, meningkatkan

produksi urin, dan mengurangi edema (bengkak). Penggunaannya

kontradiktif dengan cairan hipotonik. Misalnya Dextrose 5%, NaCl 45%

hipertonik, Dextrose 5%+Ringer-Lactate, Dextrose 5%+NaCl 0,9%,

produk darah (darah), dan albumin

Pembagian cairan lain adalah berdasarkan kelompoknya:

Kristaloid: bersifat isotonik, maka efektif dalam mengisi sejumlah volume

cairan (volume expanders) ke dalam pembuluh darah dalam waktu yang

singkat, dan berguna pada pasien yang memerlukan cairan segera.

Misalnya Ringer-Laktat dan garam fisiologis.

Koloid: ukuran molekulnya (biasanya protein) cukup besar sehingga tidak

akan keluar dari membran kapiler, dan tetap berada dalam pembuluh

darah, maka sifatnya hipertonik, dan dapat menarik cairan dari luar

pembuluh darah. Contohnya adalah albumin dan steroid.

Cairan Dextrose 5%

Dextrose merupakan cairan yang osmolaritasnya lebih tinggi dibanding serum

sehingga menarik cairan dan elektrolit dari jaringan dan sel ke dalam pembuluh

darah. Fungsinya menstabilkan tekanan darah, meningkatkan produksi urin dan

mengurangi edema.

Dextrose adalah nama kimia dari D-glukosa monohidrat yang didapat dari

hidrolisis pati; biasanya diberikan melalui infuse intravena. Dipakai juga sebagai

diuretic dan dextrose sendiri atau dalam kombinasi dengan bahan lain dipakai

untuk berbagai keperluan klinik.

5% Dextrose yang tidak mengandung Na+, didistribusikan ke tiga ruang

tubuh secara proporsional. Volume terbesar menuju ruang intraseluler, karena

merupakan kompartemen terbesar hanya sebagian kecil ke ruang intravascular.

Page 70: SKENARIO A BLOK 6 TAHUN 2011

70

Jadi, bila 1 liter 5% dextrose diinfuskan, hanya 120 ml yang tetap berada dalam

ruang intravascular. Selain itu, 5% dextrose juga bersifat diuretic, sehingga akan

menyebabkan penurunan volume plasma. Karena itu 5% dextrose tidak

mempunyai peranan dalam terapi hipovolemik seperti yang sedang dialami Abang

Terminal. 5% dextrose akan bermanfaat bila diberikan pada penderita syok

hipoglikemia.

Pada kasus Abang Terminal, cairan yang seharusnya diberikan adalah garam

isotonic yang ditetes dengan cepat (hati-hati terhadap asidosis hiperkloremia) atau

dengan cairan garam seimbang seperti Ringer Laktat dengan jarum besar

sebanyak 2-4 liter dalam waktu 20-30 menit. Ringer laktat adalah larutan steril

kalsium klorida, kalium klorida, natrium klorida, dan natrium laktat dalam cairan

suntik diberikan sebagai cairan dan pengisi elektrolit, melalui infuse intravena.

Selain ringer laktat, cairan fisiologis (NaCl 0,9%) juga dapat diberikan sebagai

pertolongan pertama. Akan tetapi NaCl hanya mampu bertahan sekitar 5 menit di

intravascular, tidak seperti ringer laktat yang mampu bertahan 20-30 menit di

intravascular. Itulah sebabnya penggunaan Ringer Laktat lebih sering daripada

NaCl.

Pada saat keadaan berat atau hipovolemia yang berkepanjangan, dukungan

inotropik dengan dopamine, vasopressin atau dobutamin dapat memberikan

kekuatan ventrikel yang cukup setelah volume darah dicukupi terlebih dahulu

dengan pemberian transfusi darah. Pemberian norepinefrin infuse tidak banyak

memberikan manfaat pada hipovolemia. Pemberian nalokson bolus 30 mcg/kg

dalam 3-5 menit dilanjutkan 60 mcg/kg dalam 1 jam dalam dextrose 5% dalam

meningkatkan Mean Arterial Pressure (MAP).

GLASGOW COMA SCALE

Merupakan skala sederhana sebagai standar penilaian gangguan kesadaran

atau sering disebut sebagai standar scoring (pola evaluasi) untuk menggambarkan

situasi kesadaran. Derajat kesadaran tampaknya mempunyai pengaruh yang kuat

Page 71: SKENARIO A BLOK 6 TAHUN 2011

71

terhadap kesempatan hidup dan penyembuhan. Skor Skala Koma Glasgow (SKG)

juga meupakan faktor prediksi yang kuat dalam menentukan prognosa, suatu skor

SKG yang rendah pada awal cedera berhubungan dengan prognosa yang

buruk.1,4,5,6 Jennet, dkk.4 melaporkan bahwa 82% dari penderita-penderita

dengan skor SKG 11 atau lebih, dalam waktu 24 jam setelah cedera mempunyai

good outcome atau moderately disabled dan hanya 12% yang meninggal atau

mendapat severe disability. Outcome secara progresif akan menurun kalau skor

awal SKG menurun. Di antara penderita-penderita dengan skor awal SKG 3 atau

4 dalam 24 jam pertama setelah cedera hanya 7% yang mendapat good outcome

atau moderate disability. Di antara penderita-penderita dengan skor SKG 3 pada

waktu masuk dirawat, 87% akan meninggal.4,6,7,8.

Disusun oleh Teasdale dan Jennett in Glasgow pada tahun 1974 di Scotlandia.

Terdiri dari 3 kolom daftar penilaian yaitu:

a. Membuka mata

b. Respon verbal (bahasa lisan)

c. Reaksi gerakan motorik.

Penilaian derajat beratnya cedera kepala dapat dilakukan menggunakan

Glasgow Coma Scale, yaitu suatu skala untuk menilai secara kuantitatif tingkat

kesadaran seseorang dan kelainan neurologis yang terjadi.

Ada tiga aspek yang dinilai, yaitu reaksi membuka mata (eye opening), reaksi

berbicara (verbal respons), dan reaksi gerakan lengan serta tungkai (motor

respons). Dengan Glasgow Coma Scale (GCS), cedera kepala dapat

diklasifikasikan menjadi:

a. Cedera kepala ringan, bila GCS 13 - 15

b. Cedera kepala sedang, bila GCS 9 - 12

c. Cedera kepala berat, bila GCS 3 – 8

Page 72: SKENARIO A BLOK 6 TAHUN 2011

72

Pada GSC tingkat kesadaran dinilai menurut 3 aspek :

1. Kemampuan membuka mata EYE opening= E

a. dapat membuka mata sendiri secara spontan : 4

b. dapat membuka mata atas perintah : 3

c. dapat membuka mata atas rangsang nyeri : 2

d. tak dapat membuka mata dengan rangsang nyeri apapun : 1

2. Aktifitas motorik MOTOR response = M

Dinilai anggota gerak yang memberikan reaksi paling baik dan tidak dinilai

pada anggota gerak dengan fraktur/kelumpuhan. Biasanya dipilih lengan

karena gerakannya lebih bervariasi daripada tungkai.

a. a.mengikuti perintah : 6

b. adanya gerakan untuk menyingkirkan rangsangan yang diberikan pada

beberapa tempat : 5

c. gerakan fleksi cepat disertai dengan abduksi bahu : 4

d. fleksi lengan disertai aduksi bahu

e. ekstensi lengan disertai aduksi

f. tidak ada gerakan

3. Kemampuan bicara VERBAL response = V

Menunjukkan fungsi otak dengan integritas yang paling tinggi

a. orientasi yang baik mengenai tempat, orang, dan waktu : 5

b. dapat diajak bicara tetapi jawaban kacau : 4

c. mengeluarkan kata-kata yang tidak dimengerti : 3

Page 73: SKENARIO A BLOK 6 TAHUN 2011

73

d. tidak mengeluarkan kata, hanya bunyi : 2

e. tidak keluar suara : 1

Penderita yang sadar baik (composmentis) dengan reaksi membuka

mata spontan, mematuhi perintah, dan berorientasi baik, mempunyai nilai

GCS total sebesar 15. Sedang pada keadaan koma yang dalam, dengan

keseluruhan otot-otot ekstremitas flaksid dan tidak ada respons membuka

mata sama sekali, nilai GCS-nya adalah 31.