analisis dan sintesis skenario a blok 9 angkatan 2011

84
NOTE: Jika ada pertanyaan lebih lanjut mari kita bahas di bimbel FKIA, FK unsri Berprestasi :D SKENARIO A ; Tuan Budi Tn. Budi, usia 30 tahun, seorang transmigran asal Jawa Tengah, baru 1 bulan tinggal di daerah Amaroppa Papua mengeluh demam dan menggigil, berkeringat disertai sakit kepala dan mual-mual. Setelah berkonsultasi ke dokter Puskesmas. Ia diberi obat antimalaria klorokuin dan obat simptomatis lainnya serta dilakukan pemeriksaan apusan darah perifer tipis dan tebal. Walaupun telah minum obat klorokuin sesuai petunjuk dokter, namun gejala-gejalanya tidak berkurang. Hasil pemeriksaan laboratorium menyatakan Plasmodium falciparum (+++). I. KLARIFIKASI ISTILAH 1. Demam : Sakit yang menyebabkan suhu badan menjadi meningkatdaripada biasanya (KBBI) 2. Menggigil: Tubuh gemetar secara involunter, seperti demam. (Dorland, 28 hal: 984) 3. Klorokuin: Obat anti amoeba dan anti inflamasi yang dipakai dalam pengobatan malaria, giardiasis, amebiasis,ekstra intestinal, lupus aritematosus (Dorland 219, ed 25) 4. Obat simptomatis: Obat yang diarahkan untuk pengurangan gejala (Dorland Ed.25 hal:1040) 5. Plasmodium Falciparum : gen sporozoa (familia plasmodidae) bersifat parasitik pada sel drah merah hewan dan manusia. 4 spesies, plasmodium falciparum, plasmodium malariae, plasmodium ovale, plasmodium vivax, menyebabkan empat jenis malaria spesifik pada manusia. (Dorland : 864 ed.25) 6. Apusan darah perifer tipis dan tebal: Belum dapet. Bagi temen2 yang tau harap dikasih datanya pas tutorial 2, atau dikirim bareng LI.....

Upload: kadek-martha

Post on 24-Jul-2015

243 views

Category:

Documents


5 download

TRANSCRIPT

Page 1: Analisis Dan Sintesis Skenario a Blok 9 Angkatan 2011

NOTE: Jika ada pertanyaan lebih lanjut mari kita bahas di bimbel FKIA, FK unsri Berprestasi :D

SKENARIO A ; Tuan BudiTn. Budi, usia 30 tahun, seorang transmigran asal Jawa Tengah, baru 1 bulan tinggal di daerah Amaroppa Papua mengeluh demam dan menggigil, berkeringat disertai sakit kepala dan mual-mual. Setelah berkonsultasi ke dokter Puskesmas. Ia diberi obat antimalaria klorokuin dan obat simptomatis lainnya serta dilakukan pemeriksaan apusan darah perifer tipis dan tebal. Walaupun telah minum obat klorokuin sesuai petunjuk dokter, namun gejala-gejalanya tidak berkurang. Hasil pemeriksaan laboratorium menyatakan Plasmodium falciparum (+++).

I. KLARIFIKASI ISTILAH1. Demam : Sakit yang menyebabkan suhu badan menjadi meningkatdaripada biasanya

(KBBI)2. Menggigil: Tubuh gemetar secara involunter, seperti demam. (Dorland, 28 hal: 984)3. Klorokuin: Obat anti amoeba dan anti inflamasi yang dipakai dalam pengobatan malaria,

giardiasis, amebiasis,ekstra intestinal, lupus aritematosus (Dorland 219, ed 25)4. Obat simptomatis: Obat yang diarahkan untuk pengurangan gejala (Dorland Ed.25

hal:1040)5. Plasmodium Falciparum : gen sporozoa (familia plasmodidae) bersifat parasitik pada sel

drah merah hewan dan manusia. 4 spesies, plasmodium falciparum, plasmodium malariae, plasmodium ovale, plasmodium vivax, menyebabkan empat jenis malaria spesifik pada manusia. (Dorland : 864 ed.25)

6. Apusan darah perifer tipis dan tebal:Belum dapet. Bagi temen2 yang tau harap dikasih datanya pas tutorial 2, atau dikirim bareng LI.....

7. Obat antimalaria: Obat untuk mencegah/mengobati penyakit demam menular yang disebabkan oleh protozoa genus plasmodium yang ditularkan oleh nyamuk anopeles dan ditandai denagn serangan demam, menggigil dan berkeringat.

8. Sakit kepala : Nyeri di kepala (KBBI)9. Mual : Sensasi tidak menyenangkan yang secara samar mengacu pada epgastrium dan

abdomen, dengan kecenderungan untuk muntah. (Dorland: 733) 10. Berkeringat : mengeluarkan air dari pori-pori tubuh (KBBI)

Page 2: Analisis Dan Sintesis Skenario a Blok 9 Angkatan 2011

III. ANALISIS MASALAH

1. a) Bagaimana perbandingan kondisi lingkungan antara Jawa Tengah dengan Amaroppa, Papua? (kawasan endemik) di sintesis pada epidemiologi

b) Mengapa gejala baru timbul setelah 1 bulan? (kaitannya dengan antibodi)

di analisis

c) Bagaimana mekanisme dari:

- demam dan menggigil di analisis

- Berkeringat di analisis

- Sakit kepala di analisis

- Mual-mual di analisis

2. a) Bagaimana kerja anti malaria klorokuin dan obat simptomatis lainnya? Di sintesis di tatalaksana

b) Mengapa gejala tidak berkurang meski diberi klorokuin? disintesis di tatalaksana

c) Bagaimana indikasi dan kontra indikasi pemberian klorokuin? disintesis di tatalaksana

3. a) Bagaimana interpretasi dari hasil pemeriksaan lab? di analisis

b) Bagaimana siklus hidup Plasmodium falciparum? di analisis

NOTE: Jika ada pertanyaan lebih lanjut mari kita bahas di bimbel FKIA, FK unsri Berprestasi :D

Page 3: Analisis Dan Sintesis Skenario a Blok 9 Angkatan 2011

ANALISIS2. a) Bagaimana perbandingan kondisi lingkungan antara Jawa Tengah dengan

Amaroppa, Papua? (kawasan endemik) (melinda, ravenia, anggun)b) Mengapa gejala baru timbul setelah 1 bulan? (kaitannya dengan antibodi)

(kinanti, nyimas, vandy, liliana)

c) Bagaimana mekanisme dari:

- demam dan menggigil ( ravenia, vandy, mary)

- Berkeringat (anggun, selli, nurul)

- Sakit kepala (kinanti, vandy, sifa)

- Mual-mual (nyimas, melinda, audrey

2. a) Bagaimana kerja anti malaria klorokuin dan obat simptomatis lainnya? (mary, sifa, nyimas)

b) Mengapa gejala tidak berkurang meski diberi klorokuin? (ravenia, nurul , liliana, audrey)

c) Bagaimana indikasi dan kontra indikasi pemberian klorokuin? (kinanti, melinda, sellita)

3. a) Bagaimana interpretasi dari hasil pemeriksaan lab? (anggun, audrey , selli)

b) Bagaimana siklus hidup Plasmodium falciparum? (mary, asifa, liliana, nurul)

Page 4: Analisis Dan Sintesis Skenario a Blok 9 Angkatan 2011

Answering1. Apusan darah perifer tipis dan tebal:

Belum dapet. Bagi temen2 yang tau harap dikasih datanya pas tutorial 2, atau dikirim bareng LI..... ???

Diagnosis Laboratorium

Yang menjadi Gold standar sari pmeriksaan laboratorium untuk mendiagnosa malaria :

Pemeriksaan Mikroskopik Konvensional Malaria

Preparat Darah Tebal

Diwarnai dengan meggunakan pewarnaan Giemsa atau Field’stain

Preparat ini digunakan untuk melihat plasmodia atau untuk melihat ada/ tidaknya

gametosit

Preparat Darah Tipis

Diwarnai dengan menggunaka pewarnaa Wright atau Giemsa

Preparat ini di gunakan untuk melihat perubahan bentuk eritrosit dan identifikasi

spesies plasmodium

Alat:1. Preparat tipis/ thin filmboleh difiksasi dengan methanol2. Preparat Tebal ( Thick Film)Tidak boleh difiksasi tetapi harus dengan

hemoluse ( Rbc dihancurkan dengan H2O/ ledeng 1 cc/ 20 Tetes jadi terlihat pucat sehingga parasit dan leukosit saja yang hanya kelihatan inti jadi mudah dilihat

3. Jarum special/ khusus4. Giemsa: Buffer = 1 tetes , Ph= 7,2 (giemsa tahan 20- 24 jam)

Cara Kerja1. Ambil salah satu jari pasien ( tangan kiri, jari telunjuk/tengah/manis) hindari

jempol2. Antiseptic/ alcohol 70%

Page 5: Analisis Dan Sintesis Skenario a Blok 9 Angkatan 2011

3. Pijat jari agar konstriksi4. Tekan jari dan tusuk dengan jarum special/khusus5. Saat darah keluar, buang darah pertama yang keluar karena mengandung

jaringan yang ikut sehingga dikhawatirkan akan merusak preparat , jadi tetesan darah yang kedua yang diambil kemudian diteteskan dipreparat

6. Tetesan ke 2 jadikan 1/3 usap denagan preparat lainnya secara proksimal kedistal sehingga membentuk preparat tipis/ thin

7. Tetesan ke3 ambil jadikan melingkar searah jarum jam, melebar. Sebarkan namun tidak ada ruangan kosong dan terbentuk preparat tebal

8. Tunggu 5 menit, biarkan kering sambil mengerjakan giemsa9. Masukkan Buffer ph=7,2. 3 cc/ 60 tetes dan giemsa 3 tetes pada tabung

reaksi karena masing-masing preparat akan diberi 1 cc/ 20 tetes10. Tutup tabung reaksi dan aduk 7 kali supaya homogen dan jangan dikocok

karena akan muncul gelembung11. Setelah 5 menit tadi preparat thin/ tipis kita fiksasi dengan methanol

sebanyak 15-20 tetes sampai tertutup semua12. Sedangkan preparat thick/tebal kita hemoluse deng H2O/ ledeng/ aquades

15-20 tetes sampai tertutup semua13. Masing-massing tunggu 20 menit lagi. 14. Kemudian tumpahkan isi dengan campuran (giemsa+buffer) tadi yang

dalam tabung reaksi15. Cuci kedua preparat16. Preparat bisa diamati dibawah mikroskopNote: jaukan dari sinar matahari, pastikan preparat bersih dengan cara dibakar terlebih dahulu

Dari pemeriksaan mikroskopik tersebut dapat di bedakan morfologi dari spesies

Plasmodium

Plasmodium Vivax

Eritrosit membesar pucat dan mengandung Schaffner’dot, trofozoid muda

berbentuk ameboid ( bentuk vivax) hemozoin terdapat berkelompok di tengah

tfozoit. Skizon yang matang membagi dirinya menjdai 14-24 merozit. Bias juga

ditemukan bentuk-bentuk gametosit jantan dan gametosit betina yang tampak oval.

Hamper menutup ½ -3/4 eritrosit yang dihuninya.

Plasmodium Malariae

Eritrosit tidak membesar trfozoit matang berbentuk pita atau komet, kadang

terdapat Ziemann’s dot dalam eritrosit skizon dengan 6-12 merozoit dan merozoit

tersebut tersusun roset. Juga bisa dijumpai gametoit jantan dan betina dengan

sitoplasma yang hampir bulat.

Page 6: Analisis Dan Sintesis Skenario a Blok 9 Angkatan 2011

Plasmodium falciparum

Eritrosit tidak membesar, trofozoid muda( bentuk cincin) banyak sekali didapat

bentuk-bentuk accole dan infeksi multiple, pigmen hemozoin tampak padat

bewarna coklat tua. Skizon muda dan tua/matang jarang didapat didaerah darah tepi

terdapat 20-32 merozoit.

Pemeriksaan tambahan buat malaria

Selain dari pemeriksaa tetes sel dara tepi ada beberapa macam pemeriksaan lain berupa:

Tetes darah tebal/tipis ditemukan parasit malaria dalam eritrosit.

Pemeriksaan serologis Titer 1 : 64 pada indirect immunofluroscence

ELISA (Enzyme Linked Immonosorben Assay)

Radiommunoassay (RIA)

Untuk menentukan jenis parasit dan nilai ambang atau kepadatan parasit (terutama

penderita rawat inap) dinyatakan dalam:

1. Tetes tebal. (-) SD tidak di temukan parasit dalam 100 LP; (+) SD ditemukan 1-10

parasit/100 LP; (++) SD ditemukan 11-100 parasit/100 LP; (+++) SD ditemukan 1-

10 parasit/1 LP; (++++) SD ditemukan >10 parasit/1 LP

2. Hapusan tipis. Preparat hapusan tipis di utamakan untuk melihat jenis spesiesnya

(P. vivax atau P. falcifarum atau P. malariae atau P. ovale)

Tes diagnosis cepat

1. Antigen HRP-2 (histidine rich protein-2) yang di produksi oleh trofozoit dan

gametosit muda dari P. falciparum, di kenal di pasaran sebagai PF test, ICT test,

Paracheck, dll

2. Antigen enzim parasit lactate dehidrogenase (p-LDH) yang di produksi oleh parasit

bentuk aseksual / seksual dari 4 spesies. Dipasaran dikenal sebagai test OPTIMAL

3. Mendeteksi antigen HRP-2 dari P. falcifarum dan antigen “pan-malarial” dari 4

spesies plasmodium

Page 7: Analisis Dan Sintesis Skenario a Blok 9 Angkatan 2011

1. Mengapa gejala baru timbul setelah 1 bulan?

(kaitannya dengan antibodi)Ada banyak alasan, salah satunya

Plasmodium penyebab malaria memiliki masa inkubasi. Kemungkinan

masa inkubasi dari plasmodium yang menyerang tuan budi baru timbul. Masa

inkubasi adalah rentang waktu sejak sporozoit masuk sampai timbulnya gejala

klinis yang ditandai dengan demam. Masa inkubasi bervariasi tergantung spesies

Plasmodium.

Jika kaitannya dengan antibody mungkin secara logika dan analogi yaitu

kita mengetahui bahwa plasmodium falciparum ini memiliki sifat dorman/tertidur

dalam tubuh inangnya/ pejamu dan akan relaps/ menunjukkan gejala/ kambuh

ketika system imun penderita menurun sehingga akan tampaklah gejala klinis

berupa demam dsb. Jika demikian berarti tuan budi ini telah terekspos/ terpapar

terlebih dahulu dgn plasmodium falciparum baru dia mengalami relaps

Waktu sejak sporozoit masuk sampai timbulnya gejala klinis, yang ditandai demam.

P. Falciparum : 9 – 14 (12) hari

P. Vivax : 12 - 17 (15) hari

P. Ovale : 16 - 18 (17) hari

P. Malariae : 18 - 40 (28) hari

Imunitas Terhadap Malaria

Imunologi terhadap malaria sangat kompleks, melibatkan hampir seluruh komponen

sistim imun baik imun spesifik maupun nonspesifik, imunitas humoral maupun seluler, yang

timbul secara alami maupun didapat akibat infeksi atau vaksinasi. Imunitas spesifik

timbulnya lambat. Imunitas hanya bersifat jangka pendek (short lived) dan barangkali tidak

ada imunitas yang permanen dan sempurna.

Page 8: Analisis Dan Sintesis Skenario a Blok 9 Angkatan 2011

Bentuk imunitas terhadap malaria dibedakan atas :

1. Imunitas alamiah non-imunologis berupa kelainan-kelainan genetik polimorfisme yang

dikaitkan dengan resistensi terhadap malaria. Misalnya hemoglobin S (sickle cell trait),

hemmoglobin C, hemoglobin E, talasemia ά/β, defisiensi G6PD, ovalositosis herediter,

golongan darah Duffy negatif kebal terhadap infeksi P.vivax, individu dengan HLA

tertentu misalnya HLA Bw 53 lebih rentan terhadap malaria dan melindungi dari malaria

berat.

2. Imunitas didapat non-spesifik (non-adaptive/innate)

Sporozoit yang masuk ke darah segera dihadapi oleh respon imun non-spesifik yang

terutama dilakukan oleh makrofag dan monosit, yang menghasilkan sitokin-sitokin

seperti TNF, IL-1, IL-2, IL-4, IL-6, IL-8, IL-10, secara langsung menghambat

pertumbuhan parasit (sitostatik), membunuh parasit (sitotoksik)

1. Imunitas didapat spesifik

Tanggapan sistim imun terhadap infeksi malaria mempunyai sifat spesies spesifik, strain

spesifik, dan stage spesifik. Imunitas terhadap stadium siklus hidup parasit (stage

specific), dibagi menjadi :

- Imunitas pada stadium eksoeritrositer

Eksoeritrositer ekstrahepatal (stadium sporozoit), respons imun pada stadium ini :

- antibodi yang menghambat masukmya sporozoit ke hepatosit

- antibodi yang membunuh sporozoit melalui opsonisasi.

Contoh : circumsporozoid protein (CSP), sporozoid threonin and asparagin rich

protein (STARP), sporozoid and liver stage antingen (SALSA), plasmodium

falciparum sporozoit surface protein-2 (SSP-2/trombospondinrelated anonymous

protein=TRAP)

Eksoeritrositer intrahepatik, respons imun pada stadium ini : Limfosit T sitotoksik CD8+,

antigen/antibodi pada stadium hepatosit : Liver stage antigen-1 (LSA-1), LSA-2, LSA-3.

Page 9: Analisis Dan Sintesis Skenario a Blok 9 Angkatan 2011

- Imunitas pada stadium aseksual eritrositer berupa antibodi yang mengaglutinasi merozoit,

antibodi yang menghambat cytoadherance, antibodi yang menghambat pelepasan atau

menetralkan toksin-toksin parasit.

Contoh : antigen dan antibodi pada stadium merosoit : Mreozoit surface antigen/protein-

1 (MSA/MSP-1), MSA-2, MSP-3, Apical membrane Antigen (AMA-1), Eritrocyte

Binding Antigen-175 (EBA-175), Rhoptry Associated Protein-1 (RAP-1), Glutamine Rich

Protein (GLURP)

Antigen dan Antibodi pada stadium aseksual eritrositer: Pf -155/Ring Eritrocyte Surface

Antigen (RESA), Serine Repeat Antigen (SERA), Histidine Rich Protein-2, P.falciparum

Eritrocyte Membrane Protein-1/Pf-EMP-1, Pf-EMP-2, Mature Parasite Infective

Eritrocyte Surface Antigen (MESA), Pf-EMP-3, Heat Shock Protein-70 (HSP-70)

- Imunitas pada stadium seksual berupa : antibodi yang membunuh gametosit, antibodi

yang menghambat fertilisasi, antibogi yang menghambat transformasi zigot menjadi

ookinete, antigen/antibodi pada stadium seksual prefertilisasi : Pf-230 (Transmission

blocking antibody), PF-48/45, Pf-7/25, Pf-16, Pf-320, dan antigen/antibodi pada stadium

seksual postfertilisasi, misal Pf-25, Pf-28

Perhatian pembuatan vaksin banyak ditujukan pada stadium sporozoit terutama

dengan menggunakan epitop tertentu dari sirkum sporozoid. Respon imun spesifik ini diatur

dan / atau dilaksanakan langsung oleh limfosit T untuk imunitas seluler dn limfosit B untuk

imunitas humoral.

2. Bagaimana mekanisme demam ?

Demam merupakan mekanisme pertahanan dasar tubuh terhadap adanya serangan

yang mengancam keadaan fisiologis tubuh.

Page 10: Analisis Dan Sintesis Skenario a Blok 9 Angkatan 2011

Mekanisme umum demam :

Mikroorganisme masuk

Pirogen eksogen/endotoksin

Inflamasi

Homeostasis

Limfosit, leukosit, makrofag (proses fagositosis)

Pirogen endogen (interleukin1) anti infeksi

Sel endotel hipothalamus terangsang

Enzim fosfalase

Asam arakhidonat

Enzim siklooksigenase

Memacu prostaglandin

Pengaruh ke kerja termostat hipothalamus

Perubahan suhu

Viabilitas Mikroorganisme menurun

Adapun jenis-jenis demam :

1. Demam karena infeksi

2. Demam Non Infeksi

3. Demam fisiologis

Page 11: Analisis Dan Sintesis Skenario a Blok 9 Angkatan 2011

Beberapa tipe demam yang mungkin kita jumpai, antara lain :

Demam septik : Pada tipe demam septik, suhu badan berangsur naik ke tingkat

yang tinggi sekali pada malam hari dan turun kembali ke tingkat diatas normal

pada pagi hari. Sering disertai keluhan menggigil dan berkeringat. Bila demam

yang tinggi tersebut turun ke tingkat yang normal dinamakan juga demam hektik.

Demam Remiten : Pada tipe demam remiten, suhu badan dapat turun setiap hari

tetapi tidak pernah mencapai suhu badan normal. Perbedaan suhu yang mungkin

tercatat dapat mencapai dua derajat dan tidak sebesar perbedaan suhu yang dicatat

pada demam septik.

Demam Intermiten : Pada tipe demam intermiten, suhu badan turun ke tingkat

yang normal selama beberapa jam dalam satu hari. Bila demam seperti ini terjadi

setiap dua hari sekali disebut tersiana dan bila terjadi dua hari bebas demam di

antara dua serangan demam disebut kuartana.

Demam kontinyu : Pada tipe demam kontinyu variasi suhu sepanjang hari tidak

berbeda lebih dari satu derajat. Pada tingkat demam yang terus menerus tinggi

sekali disebut hiperpireksia.

Demam siklik : Pada tipe demam siklik terjadi kenaikan suhu badan selama

beberapa hari yang diikuti oleh periode bebas untuk beberapa hari yang kemudian

diikuti oleh kenaikan suhu seperti semula.

Suatu tipe demam kadang-kadang dapat dihubungkan dengan suatu penyakit

tertentu, seperti misalnya tipe demam intermiten untuk malaria dan menunjukkan

gejala yang klasik yaitu terjadinya Trias Malaria secara berurutan:

Page 12: Analisis Dan Sintesis Skenario a Blok 9 Angkatan 2011

1. Periode dingin (15-60 menit)

2. Periode panas

3. Periode berkeringat

3. Bagaimana mekanisme berkeringat ?

Mekanisme berkeringat :

Rangsangan area preoptik di bagian anterior hipotalamus baik secara listrik

maupun panas yang berlebihan akan menyebabkan berkeringat. Impuls dari area

yang menyebabkan berkeringat ini dihantarkan melalui jaras saraf otonom ke

medulla spinalis dan kemudian melalui jaras saraf simpatis mengalir ke kulit di

seluruh tubuh.

Kelenjar keringat dipersarafi oleh saraf-saraf kolinergik tetapi juga dapat

dirangsang di beberapa tempat oleh epinefrin atau norepinefrin yang bersikulasi

dalam darah.

Kelenjar terdiri dari dua bagian :

1. bagian yang bergelung di subdermis dalam yang menyekresi keringat

2. bagian duktus yang berjalan keluar melalui dermis dan epidermis kulit.

Bagian sekretorik kelenjar keringat (bagian yang bergelung) memproduksi cairan

yang disebut dengan secret primer. Konsentrasi sekret primer tersebut akan

dimodifikasi sewaktu melewati duktus.

Pengeluaran keringat :

1. Sekret dihasilkan oleh sel-sel epitel yang melapisi bagian yang bergelung dari

kelenjar keringat. Serabut saraf kolinergik berakhir pada atau dekat dengan

sel-sel penghasil sekret tersebut.

Page 13: Analisis Dan Sintesis Skenario a Blok 9 Angkatan 2011

2. Komposisi keringat mirip dengan plasma, namun tidak mengandung protein

plasma. Keringat mengandung ion natrium dan klorida

3. Apabila kelenjar keringat ini sedikit dirangsang, sekret primer akan berjalan

lambat melalui duktus, kandungan natrium dan klorida akan terabsorpsi lebih

banyak dan tekanan osmotik berkurang sehingga cairan banyak diserap.

Konsentrasi unsur lain dalam keringat akan semakin pekat, seperti urea, asam

laktat dan ion kalium.

4. Bila kelenjar dirangsang dengan kuat, sekret primer akan disekresi lebih

banyak dengan lebih banyak natrium dan klorida. Keringat akan mengalir

lebih cepat melalui duktus sehingga cairan yang direabsorpsi sedikit dan

mengakibatkan peningkatan konsentrasi unsur lainnya(urea,asam laktat,ion

kalium) sedikit.

Pada malaria, proses berkeringat terjadi untuk menurunkan suhu, yang terjadi

pada periode terakhir trias malaria atau periode berkeringat.

Hipothalamus akan menentukan set point yang lebih rendah dari suhu tubuh.

Untuk mencapai set point tersebut, tubuh melakukan kompensasi antara lain

dengan mengeluarkan keringat.

4. Bagaimana mekanisme sakit kepala ?( baca guyton hal

626 atau bimbel)

Terdapat tiga mekanisme terjadinya sakit kepala :

1. NO yang meningkat karena IL-1&TNF yang tinggi akibat toksin dari

plasmodium.

2. merozoit yang keluar dari RBC yang pecah, memacu produksi prostaglandin

dan bradikinin yang bisa merangsang reseptor nyeri di kepala ( prostaglandin

mediator kimiawi sensitivasi nyeri kepala)

3. akibat iritasi serebral yang bersifat sementara.

Page 14: Analisis Dan Sintesis Skenario a Blok 9 Angkatan 2011

5. Bagaimana mekanisme menggigil ?

Terletak pada bagian dorsomedial dari hipotalamus posterior dekat dengan

dinding ventrikel ketiga adalah suatu area yang disebut pusat motorik primer

untuk menggigil. Pusat ini teraktivasi saat suhu tubuh turun bahkan hanya

beberapa derajat di bawah nilai suhu kritis. Pusat ini kemudian meneruskan sinyal

yang menyebabkan menggigil melalui traktus billateral turun ke batang otak

kemudian kedalam kolumna lateralis medulla spinalis dan akhirnya ke neuron-

neuron motorik anterior. Sinyal ini tidak teratur dan menyebabkan gerakan otot

yang sebenarnya. Sebaliknya sinyal tersebut meningkatkan tonus otot rangka

diseluruh tubuh dengan meningkatkan akltivitas neuron-neuron motorik anterior.

Ketika tonus ini meningkat diatas nilai kritis tertentu, proses menggigil dimulai.

Menggigil merupakan kompensasi tubuh untuk meningkatkan suhu tubuh. Pada

penderita malaria terjadi di fase awal demam yaitu stadium menggigil. Pada

stadium itu hipothalamus menetapkan set point yang lebih tinggi dari suhu tubuh,

untuk mencapai set point tersebut, tubuh melakukan proses yang dapat

menghasilkan panas dan meningkatkan suhu tubuh yaitu menggigil.

6. Bagaimana mekanisme tidak nyaman di abdominal

?

Tidak nyaman pada bagian perut (abdominal) lebih ditekankan pada perasaan

mual (nausea).

Penyebab mual :

- impuls iritatif yang datang dari gastrointestinal tract

- impuls yang berasal dari otak bawah yang berhubungan dengan motion sickness

- rangsangan pada pusat muntah (medula)

Page 15: Analisis Dan Sintesis Skenario a Blok 9 Angkatan 2011

- kelebihan asam lambung yang merupakan efek histamin 2.

histamin digunakan bila ada infeksi(dalam skenario ini infeksi plasmodium), dan

berfungsi untuk meningkatkan jumlah asam lambung.

- Splenomegalimenekan lambungrasa mualrasa tidak nyaman pada perut

Cara Mendiagnosa Penyakit Malaria

Diagnosis malaria ditegakkan seperti diagnosis penyakit lainnya berdasarkan

anamnesis, pemeriksaan fisik dan laboratorium. Diagnosis pasti malaria harus

ditegakkan dengan pemeriksaan sediaan darah secara mikroskopik atau tes

diagnostik cepat

1. Anamnesis

Pada anamnesis sangat penting diperhatikan :

a. Keluhan utama: demam, menggigil, berkeringat dan dapat disertai sakit kepala,

mual,muntah, diare, nyeri otot dan pegal-pegal.

b. Riwayat berkunjung dan bermalam 1-4 minggu yang lalu ke daerah endemik

malaria.

c. Riwayat tinggal di daerah endemik malaria.

d. Riwayat sakit malaria.

e. Riwayat minum obat malaria satu bulan terakhir.

f. Riwayat mendapat transfusi darah.

Untuk penderita tersangka malaria berat, dapat disertai satu atau lebih :

a. Gangguan kesadaran dalam berbagai derajat.

b. Kelemahan umum.

c. Kejang-kejang

Page 16: Analisis Dan Sintesis Skenario a Blok 9 Angkatan 2011

d. Panas sangat tinggi

e. Mata atau tubuh kuning

f. Pendarahan hidung, gusi, atau saluran pencernaan

g. Nafas cepat dan atau sesak nafas

h. Muntah terus menerus

i. Tidak dapat makan minum

j. Warna air seni seperti teh tua sampai kehitaman

k. Jumlah air seni kurang (Oliguria) sampai tidak ada (Anuria)

l. Telapak tangan sangat pucat

Selain hal diatas pada penderita tersangka malaria berat, dapat ditemukan keadaan

berupa gangguan kesadaran dalam berbagai derajat, keadaan umum yang lemah,

kejang-kejang, panas sangat tinggi, mata atau tubuh kuning, perdarahan hidung,

gusi, atau saluran pencernaan. Pada penderita malaria berat sering ditemukan

nafas cepat dan atau sesak nafas, muntah terus-menerus dan tidak dapat makan

minum, warna air seni seperti teh tua dan dapat sampai kehitaman, jumlah air seni

kurang (oliguria) sampai tidak ada (anuria).

Dengan pemeriksaan laboratorium (Mikroskopik, Tes diagnostik cepat) :

Menemukan parasit malaria pada sediaan darah tepi. Sediaan dibuat sebaiknya

pada waktu demam. atau tanpa pemeriksaan laboratorium.

1. Pemeriksaan Fisik

1. Demam (perabaan atau pengukuran dengan termometer)

2. Pucat pada conjungtiva palpebrae atau telapak tangan.

3. Pembesaran limpa (Splenomegali).

4. Pembesaran hepar (Hepatomegali).

5. Pada malaria berat dapat ditemukan satu atau lebih tanda klinis berikut :

Temperatur aksila ≥40°C.

Page 17: Analisis Dan Sintesis Skenario a Blok 9 Angkatan 2011

Tekanan darah sistolik <70 mmHg pada dewasa dan pada anak-anak

<50mmHg.

Nadi cepat dan lemah / kecil.

Frekuensi nafas >35 x per menit pada orang dewasa atau >40 x/menit pada

balita, anak di bawah 1 tahun >50 x/menit.

6. Penurunan derajat kesadaran.

7. Manifestasi perdarahan (petekie,purpura,hematoma).

8. Tanda dehidrasi (mata cekung,turgor dan elastisitas kulit berkurang, bibir

kering, produksi air seni berkurang)

9. Tanda-tanda anemia berat (konjungtiva pucat, telapak tangan pucat, lidah

pucat, dll)

10. Terlihat mata kuning / Ikterik.

11. Adanya ronki pada kedua paru.

12. Gagal ginjal ditandai dengan Oliguria sampai dengan Anuria.

13. Gejala Neurologi (kaku kuduk, reflek patologik).

2. Pemeriksaan Laboratorium

1. Pemeriksaan mikroskopik :

Pemeriksaan darah tebal dan tipis.

Bila pemeriksaan pertama negatip,diperiksa ulang setiap 6 jam selama 3 hr

berturut-turut.

Bila hasil pemeriksaan 3 hr berturut-turut tidak ditemukan parasit maka

diagnosis malaria disingkirkan.

2. Tes diagnostik lain:

HRP 2 (Histidin Rich Protein) yang diproduksi oleh trofozoit, skizon,dan

gametosit muda P.Falciparum.

Enzym parasit lactate dehydrogenase (p-LDH) yang diproduksi oleh parasit

bentuk aseksual atau seksual ( gametocyt).

Page 18: Analisis Dan Sintesis Skenario a Blok 9 Angkatan 2011

7.Interpretasi Pemeriksaan Lab

Interpretasi Hasil Pemeriksaan Laboratorium

Hb → anemia

Kadar normal pada :

- Perempuan

o Usia 12-18 tahun: 12.0- 16.0 g/dl (mean 14.0 g/dl)

o Usia >18 tahun: 12.1- 15.1 g/dl (mean 14.0 g/dl)

- Laki-laki

o Usia 12-18 tahun: 13.0- 16.0 g/dl (mean 14.5 g/dl)

o Usia >18 tahun: 13.6 - 17.7 g/dl (mean 15.5 g/dl)

Faktor penyebab anemia :

1. Penghancuran eritrosit yang mengandung parasit dan yang tidak mengandung

parasit terjadi di dalam limpa.

2. Reduced survival time (eritrosit normal yang tidak mengandung parasit tidak dapat

hidup lama)

3. Diseritropoiesis (gangguan dalam pembentukan eritrosit karena depresi

eritropoiesis dalam sumsum tulang, retikulosit tidak dapat dilepaskan dalam

peredaran perifer)

Anemia pada malaria falsiparum lebih hebat dibanding malaria vivaks, malaria ovale

maupun malaria malariae, karena P. falciparum menyerang eritrosit dari semua umur vivax

dan ovale menyerang eritrosit muda, dan P. malariae menyerang eritrosit yang sudah tua.

Page 19: Analisis Dan Sintesis Skenario a Blok 9 Angkatan 2011

WBC → leukositosis

Penghitungan jumlah leukosit total (TLC/ Total Leucocyte Count) merupakan indikator

yang sangat baik dalam mengukur respon tubuh terhadap infeksi. Nilai normal 4500-10000

sel/mm3, Neonatus 9000-30000 sel/mm3, Bayi sampai balita rata-rata 5700-18000 sel/mm3,

Anak 10 tahun 4500-13500/mm3, ibu hamil rata-rata 6000-17000 sel/mm3, postpartum

9700-25700 sel/mm3. Segala macam infeksi menyebabkan leukosit naik, baik infeksi

bakteri, virus, parasit, dan sebagainya. Kondisi lain yang dapat menyebabkan leukositosis

yaitu:

Anemia hemolitik

Sirosis hati dengan nekrosis

Stres emosional dan fisik (termasuk trauma dan habis berolahraga)

Keracunan berbagai macam zat

Obat: allopurinol, atropin sulfat, barbiturat, eritromisin, streptomisin, dan

sulfonamid.

Mekanisme

Manusia → digigit nyamuk Anopheles ♀→sporozoit ( setelah 45 menit ) → menuju sel

hati (sebagian kecil mati di darah) →di sel parenkim hati terjadi fase aseksual

( SKIZOGONI EKSOERITROSIT ) → merozoit → lolos dari filtrasi & fagositosis di

limpa → ke sirkulasi darah → menyerang RBC → terbentuk eritrosit parasit (EP) →

bereplikasi scr aseksual ( SKIZOGONI ERITROSIT ) → tropozoit (stadium cincin) →

skizon ( stadium mature ) → permukaannya menonjol & membentuk knob dgn HRP-1

( Histidin Rich Protein – 1 ) → morogoni → mengaktivasi makrofag → menskresikan

TNF α → aktivasi leukosit ( mengerahkan dan mengaktivasi neutrofil & monosit) →

leukosit >> → leukositosis

Page 20: Analisis Dan Sintesis Skenario a Blok 9 Angkatan 2011

Pemeriksaan Lab penunjang:

1. Pemeriksaan Darah Tepi

Tersangka malaria (berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik) harus

segera dibuat preparat darah tebal dan preparat darah tipis yang kemudian

dilakukan pewarnaan. Preparat darah tebal diwarnai dengan Giemsa atau

Field’stain, sedangkan preparat darah tipis diwarnaidengan Wright atau Giemsa.

Pewarnaan darah tebal adalah untuk melihat plasmodia dan pewarnaan darah tipis

untuk melihat perubahan bentuk eritrosit selain parasitnya. Jadi, pada preparat

darah tipis dapat dibedakan antara keempat spesies plasmodium tersebut.

Plasmodium vivax : ertrosit membesar pucat dan mengandung Schaffner’s dot,

trofozoit muda berbentuk cincin dan trofozoit matang berbentuk ameboid (bentuk

vivax), hemozoin terdapat berkelompok ditengah trofozoit. Skizon yang matang

membagi dirinya menjadi 14 – 24 merozoit. Juga bisa ditemukan gametosit jantan

dan gametosit betina yang tampak oval, hamper menutup ½ - ¾ eritrosit yang

diserang plasmodium ini.

Plasmodium malariae : eritrosit tidak membesar, tropozoit matang berbentuk pita

atau komet, kadang terdapat Ziemann’s dot dalam eritrosit, skizon yang matang

membagi dirinya menjadi 6 – 12 merozoit, dan merozoit tersebut tersusun atas

roset. Juga bisa ditemukan gametosit jantan dan gametosit betina dengan

sitoplasma yang hamper bulat.

Plasmodium falciparum : eritrosit tidak membesar, trofozoit muda (berbentuk

cincin) banyak sekali didapat bentuk – bentuk accole dengan infeksi multiple,

pigmen hemozoin tampak padat berwarna coklat tua, skizon muda dan tua/matang

jarang terdapat di daerah tepi, terdapat 20 -32 merozoit yang berasal dari skizon

matang yang pecah

Plasmodium ovale : eritrosit tampak membesar dan sebagian besar eritrosit

berbentuk lonjong (ovale) serta dipinggir eritrosit tersebut bergerigi yang pada

Page 21: Analisis Dan Sintesis Skenario a Blok 9 Angkatan 2011

salah satu ujungnya ditemukan Schaffner’s dot yang banyak dan terbentuk sangat

dini dan tampak jelas.

Pemeriksaan darah tepi harus diulang sampai 2 – 3 hari, sebelum

menyatakan hasil negatif. Selain itu dapat juga dilakukan pemeriksaan darah yang

diambil dari pungsi sumsum tulang atau pungsi limpa. Pemberian epinefrin (uji

adrenalin) untuk memaksa parasit keluar karena kontraksi, meskipun dianjurkan

namun hasilnya tidak selalu tetap.

2. Pemeriksaan Tetes Darah untuk malaria

Pemeriksaan mikroskopik darah tepi untuk menemukan adanya parasit

malaria sangat penting untuk menegakkan diagnosa. Pemeriksaan satu kali dengan

hasil nagatif tidak mengenyampingkan diagnosa malaria. Pemeriksaan darah tepi

3 kali dan hasilo negative maka diagnosa malaria dapat dikesampingkan.

Pemeriksaan sebaiknya dilakukan oleh tenaga laboratorik yang berpengalaman

dalam pemeriksaan parasit malaria. Pemeriksaan pada saat penderita demam atau

panas dapat meningkatkan kemungkinan ditemukannya parasit. Pemeriksaan

dengan stimulasi adrenalin 1:1000 tidak jelas manfaatnya dan sering

membahayakan terutama penderita dengan hipertensi. Pemeriksaan parasit

malaria melalui aspirasi sumsum tulang hanya untuk maksud akademis dan tidak

sebagai cara diagnosa praktis. Pemeriksaan darah tepi dapat dilakukan melalui.

3. Tetesan preparat darah tebal.

Merupakan cara terbaik untuk menemukan parasit malaria karena tetesan

darah cukup banyak dibandingkan preparat darah tipis. Ketebalan dalam membuat

sediaan perlu untuk memudahkan identifikasi parasit. Pemeriksaan parasit

dilakukan selama 5 menit (diperkirakan 100 lapang pandangan dengan

pembesaran kuat). Preparat dinyatakan negative bila setelah diperiksa 200 lapang

pandangan dengan pembesaran kuat 700-1000 kali tidak ditemukan parasit.

Hitung parasit dapat dilakukan pada tetes tebal dengan menghitng jumlah parasit

per 200 leukosit. Bila leukosit 10.000/ul maka hitung parasitnya ialah jumlah

parasit dikalikan 50 merupakan jumlah parasit per mikro-liter darah.

Page 22: Analisis Dan Sintesis Skenario a Blok 9 Angkatan 2011

4. Tetesan darah tipis

Digunakan untuk identifikasi jenis plasmodium, jika bila dengan preparat

tebal sulit ditemukan. Kepadatan parasit dinyatakan sebagai hitung parsait

(parasite count), dapat dilakukan berdasar jumlah eritrosit yang mengandung

parasit per 1000 sel darah merah. Bila jumlah parasit >100.000/ul darah

menandakan infeksi yang berat. Hitung parasit penting untuk menentukan

prognosa penderita malaria, walaupunj komplikasi juga dapat timbul dengan

jumlah parasit yang minimal. Pengecatan dilakukan dengan cat Giemsa, atau

leishman’s atau Field’s dan juga Romanowsky. Pengcatan Giemsa yang umum

dipakai pada beberapa laboratorium dan merupakan pengecatan yang mudah

dengan hasl yang cukup baik.

5. Tes Antigen: P-F test

Yaitu mendeteksi antigen dari P. falciparum (Histidine Rich Protein II).

Deteksi sangat cepat hanya 3-5 menit, sensitifitasnya baik, tidak memerlukan alat

khusus. Deteksi untuk antigen vivaks yaitu dengan metode ICT. Tes sejenis

dengan mendeteksi laktat dehidrogenase daru plasmodium (pLDH) dengan cara

immunochromatographic telah dipasarkan dengan nama tes OPTIMAL. Optimal

dapat mendeteksi 0-200 parasit/ul darah dan dapat membeakan apakah infeksi P.

falciparum atau P. vivax. Sensitivitasnya 95% dan hasil positif salah lebih rendah

dari HRP-2.

6. Tes serologi

Menggunakan tehnik indirect fluorescent antibody test. Tes inin berguna

mendeteksi adanya antibody spesifik terhadap malaria atau pada keadaan dimana

parasit sangat minimal. Tes ini kurang bermanfaat sebagai alat diagnostic sebab

antibody baru terjadi setelah beberapa hari parasitemia. Manfaaat tes serologi

terutama untuk penelitian atau alat uji saring donor darah. Titer > 1:200 dianggap

sebagai infeksi baru; dan test >1:20 dinyatakan positif.

Page 23: Analisis Dan Sintesis Skenario a Blok 9 Angkatan 2011

7. Pemeriksaan PCR

Pemeriksaan ini dianggap sangat peka dengan teknologi amplifikasi DNA,

waktu dipakai cukup cepat dan sensitivitasnya dan spesifitasnya tinggi.

Keunggulan tes ini walaupun junlah parasit sangat sedikit dapat meemberikan

hasil positif. Tes ini baru dipakai sebagai sarana penelitian dan belum untk

pemeriksaan rutin.

8. Pemeriksaan penunjang lainnya

Pemeriksaan ini ditujukan untuk mengetahui kondisi umum penderita

meliputi pemeriksaan darah hemoglobin, hematokrit, trombosit, jumlah leukosit

dan eritrosit. Bisa juga dilakukan pemeriksaan kimia darah (gula darah, SGOT,

SGPT, dan tes fungsi ginjal), serta pemeriksaan foto thoraks, EKG, dan

pemeriksaan lainnya sesuai indikasi.

8. Siklus daur Hidup Malaria/ Plasmodium Falciparum

(akan lebih dijelaskan di pathogenesis/ patofisiologi di

sintesis)

SIKLUS PLASMODIUM

Page 24: Analisis Dan Sintesis Skenario a Blok 9 Angkatan 2011

Dalam daur hidupnya, plasmodium mengalami dua fase yaitu fase seksual

(sporogoni) dan aseksual (skizogoni). Fase aseksual terjadi di dalam tubuh host (manusia)

dan fase seksual terjadi dalam tubuh vector (nyamuk).

Fase aseksual mempunyai 2 daur, yaitu

1. daur eritrosit dalam darah (skizogoni eritrosit)

2. daur dalam sel parenkim hati (skizogoni eksoeritrosit)

a. skizogoni praeritrosit (skizogoni eksoeritrosit primer) setelah sporozoit masuk

dalam sel hati

b. skizogoni eksoeritrosit sekunder yang berlangsung dalam hati

Bila nyamuk anopheles betina yang mengandung parasit malaria dalam kelenjar

liurnya menusuk hospes, sporozoit yang berada dalam liurnya akan masuk ke tubuh hospes

dan melalui sirkulasi sampai akhirnya masuk ke dalam sel hati (hepatosit) setelah 1/2 -1 jam

Page 25: Analisis Dan Sintesis Skenario a Blok 9 Angkatan 2011

kemudian. Sebagian parasit dihancurkan oleh fagosit, tetapi sebagian lagu masuk ke

hepatosit menjadi trofozoit hati lalu menjadi skizon dan hipnozoit (pada P.vivax dan

P.ovale). Proses ini disebut skizogoni praeritrosit atau eksoeritrositer primer. Parasit

kemudian bermultiplikasi membentuk beribu-ribu merozoit. Pada akhir fase praeritrosit ini,

skizon pecah dan mengeluarkan merozoit yang kemudian masuk ke sirkulasi dan menyerang

eritrosit.

Sebagian besar menyerang eritrosit yang berada di sinusoid hati tetapi beberapa

difagositosis. Pada P.vivax dan p.ovale sebagian sporozoit yang menjadi hipnozoit setelah

beberapa waktu akan aktif kembali dan mulai dengan skizogoni eksoeritrosit sekunder.

Proses tersebut dianggap sebagai penyebab timbulnya relaps. P. falciparum dan P.malariae

tidak mempunyai fase eksoeritrosit sekunder, sehingga kekambuhnanya disebabkan oleh

proliferasi stadium eritrositik dan dikenal sebagai rekrudensi.

Di dalam eritrosit, merozoit akan berkembang dari stadium tropozoit sampai dengan

skizon, kemudian skizon akan pecah dan mengeluarkan merozoit yang berjumlah 6-36.

Proses perkembangan aseksual ini disebut skizogoni. Selanjutnya, sebagian merozoit hasil

pecahan skizont akan menginfeksi eritrosit lainnya. Dikenal dengan siklus eritrositer.

Eritrosit yang telah berparasit biasanya akan menjadi lebih elastic dan bagian dindingnya

berubah lonjong (knob). Sebagian merozoit lainnya akan membentuk mikrogametosit dan

makrogametosit. Jika nyamuk anopheles betina menghisap darah hospes ini, maka pada

tubuh nyamuk terjadi pembuahan dan menghasilkan zigot. Zigot berkembang menjadi

ookinet yang menembus dinding lambung nyamuk. Pada dinding luar lambung nyamuk,

ookinet berubah menjadi ookista dan kemudian menjadi sporozoit. Sporozoit inilah yang

akan ditularkan lagi kepada manusia melalui gigitan nyamuk.

Page 26: Analisis Dan Sintesis Skenario a Blok 9 Angkatan 2011

SINTESISMalaria

Epidemiologi

Malaria dapat ditemukan mulai dari belahan bumi utara (Amerika Utara sampai

Eropa dan Asia) ke belahan bumi selatan (Amerika Selatan); mulai dari daerah

dengan ketinggian 2850 m sampai dengan daerah yang letaknya 400m di bawah

permukaan laut. Malaria di suatu daerah dapat ditemukan secara autokton, impor,

induksi, introduksi, atau reintroduksi. Di daerah yang autokton, siklus hidup

malaria dapat berlangsung karena adanya manusia yang rentan, nyamuk dapat

menjadi vektor dan ada parasitnya. Introduksi malaria timbul karena adanya kasus

kedua yang berasal dari kasus impor. Malaria reintroduksi bila kasus malaria

muncul kembali yang sebelumnya sudah dilakukan eradikasi malaria. Malaria

impor terjadi bila infeksinya berasal dari luar daerah (daerah endemi malaria).

Malaria induksi bila kasus berasal dari transfusi darah, suntikan, atau kongenital

yang tercemar malaria. Keadaan malaria di daerah endemi tidak sama. Derajat

endemisitas dapat diukur dengan berbagai cara seperti angka limpa, angka parasit,

dan angka sporozoit, yang disebut angka malariometri. Sifat malaria juga dapat

berbeda dari satu daerah ke daerah lain, yang tergantung pada beberapa faktor,

yaitu : parasit yang terdapat pada pengandung parasit, manusia yang rentan,

nyamuk yang dapat menjadi vektor, dan lingkungan yang dapat menunjang

kelangsungan hidup masing-masing.

Batas dari penyebaran malaria adalah 64°LU (RuBia) dan 32°LS

(Argentina). Ketinggian yang dimungkinkan adalah 400 meter di bawah

permukaan laut (Laut mati dan Kenya) dan 2600 meter di atas permukaan laut

(Bolivia). Plasmodium vivax mempunyai distribusi geografis yang paling luas,

mulai dari daerah beriklim dingin, subtropik sampai ke daerah tropik.

Page 27: Analisis Dan Sintesis Skenario a Blok 9 Angkatan 2011

Plasmodium falciparum jarang sekali terdapat di daerah yang beriklim

dingin Plasmodium ovale pada umumnya dijumpai di Afrika di bagian yang

beriklim tropik, kadang-kadang dijumpai di Pasifik Barat. Penyakit malaria

banyak dijumpai lebih dari 100 negara di Asia, Amerika (bagian Selatan), Afrika,

daerah oceania, dan kepulauan caribia. Adapun negara-negara yang bebas dari

malaria, seperti Australia , Eropa (kecuali Rusia), Hongkong, Singapura, Japan,

Thaiwan, Canada dan lain lain dikarenakan vektor kontrolnya baik. Walaupun

demikian di negara-negara tersebut makin banyak dijumpai kasus malaria yang di

import oleh pendatang dari negara malaria atau penduduknya yang mengunjungi

daerah-daerah malaria.

Di Indonesia, penyakit malaria tersebar diseluruh pulau dengan derajat

endemisitas yang berbeda-beda dan dapat berjangkit di daerah dengan ketinggian

sampai 1800 meter diatas permukaan laut. Indonesia kawasan timur, mulai dari

Kalimantan, Sulawesi Tengah sampai ke Utara, Maluku, Irian jaya, Lombok,

NTT, Bangka Belitung merupakan daerah endemis malaria dengan P. falciparum

dan Vivax. P. malariae terdapat di daerah beberapa provinsi seperti NTT,

Lampung, Papua, begitupun dengan ovale. Berdasarkan penelitian Litbangkes, P.

vivax dan Falciparum terdapat di Bangka Belitung. Prevalensi malaria di Provinsi

Bangka Belitung sebesar 48%.

Berdasarkan dari tingginya SPR (side positive rate ), endemisitas daerah dibagi

menjadi :

1. HIPOENDEMIK : bila parasit rate atau spleen rate 0-10%

2. MESOENDEMIK : bila parasit rate atau spleen rate 10-50%

3. HIPERENDEMIK : bila parasit rate atau spleen rate 50-75%

4. HOLOENDEMIK : bila parasit rate atau spleen rate >75%

Parasit rate dan spleen rate ditentukan pada pemeriksaan anak-anak usia 2-

9 tahun. Pada daerah holoendemik banyak penderita pada anak-anak dengan

anemia berat, pada daerah hiperendemik dan mesoendemik mulai banyak malaria

serebral pada usia kanak-kanak (2-10 tahun) , sedangkan pada daerah

Page 28: Analisis Dan Sintesis Skenario a Blok 9 Angkatan 2011

hipoendemik / daerah tidak stabil banyak dijumpai pada orang dewasa dengan

gangguan fungsi hati dan ginjal serta malaria serebral.

VEKTOR MALARIA DI INDONESIA

Indonesia merupakan daerah yang sangat luas yang terdiri dari pulau-pulau dari

Sabang sampai Merauke. Vektor penyakit malaria di Indonesia melalui nyamuk anopheles.

Anopheles dapat disebut vektor malaria disuatu daerah, apabila species anopheles tersebut di

daerah yang bersangkutan telah pernah terbukti positif mengandung sporosoit didalam

kelenjar ludahnya.

Disuatu daerah tertentu apabila terdapat vektor malaria dari salah satu species

nyamuk anopheles, belum tentu di daerah lain juga mampu menularkan penyakit malaria.

Nyamuk anopheles dapat dikatakan sebagai vektor malaria apabila memenuhi

suatu persyaratan tertentu diantaranya seperti yang di sebutkan dibawah ini.

1. Kontaknya dengan manusia cukup besar.

2. Merupakan species yang selalu dominan.

3.Anggota populasi pada umumnya berumur cukup panjang, sehingga memungkinkan

perkembangan dan pertumbuhan plasmodium hingga menjadi sporosoit

4. Ditempat lain terbukti sebagai vektor

Ada beberapa jenis vektor malaria yang perlu diketahui diantaranya.

1. An. Aconitus.

2. An. Sundaicus.

3. An. Maculatus.

4. An. Barbirostris.

An. Aconitus

Vektor An. Aconitus pertama sekali ditemukan oleh Donitz pada tahun 1902. Vektor

jenis An. aconitus betina paling sering menghisap darah ternak dibandingkan darah manusia.

Perkembangan vektor jenis ini sangat erat hubungannya dengan lingkungan dimana kandang

ternak yang ditempatkan satu atap dengan rumah penduduk.

Page 29: Analisis Dan Sintesis Skenario a Blok 9 Angkatan 2011

Vektor Aconitus biasanya aktif mengigit pada waktu malam hari, hampir 80% dari

vektor ini bisa dijumpai diluar rumah penduduk antara jam 18.00 -22.00. Nyamuk jenis

Aconitus ini hanya mencari dm-ah didalam rumah penduduk. Setelah itu biasanya langsung

keluar. Nyamuk ini biasanya suka hinggap didaerah-daerah yang lembab. Seperti dipinggir-

pinggir parit, tebing sungai, dekat air yang selalu basah dan lembab.

Tempat perindukan vektor Aconitus terutama didaerah pesawahan dan saluran irigasi.

Persawahan yang berteras merupakan tempat yang baik untuk perkembangan nyamuk ini.

Selain disawah, jentik nyamuk ini ditemukan pula ditepi sungai yang airnya mengalir

perlahan dan kolam air tawar.

Distribusi dari An- Aconims, terdapat hubungan antara densitas dengan umur padi

disawah. Densitas mulai meninggi setelah tiga - empat minggu penanaman padi dan

mencapai puncaknya setelah padi berumur lima sampai enam minggu.

An. Sundaicus

An. Sundaictus pertama sekali ditemukan oleh Rodenwalt pada tahun 1925. Pada

vektor jenis ini umurnya lebih sering menghisap darah manusia dari pada darah binatang.

Nyamuk ini aktif menggigit sepanjang malam tetapi paling sering antara pukul 22.00 - 01.00

dini hari. Pada waktu malam hari nyamuk masuk ke dalam rumah untuk mencari darah,

hinggap didinding baik sebelum maupun sesudah menghisap darah.

Perilaku istirahat nyamuk ini sangat berbeda antara lokasi yang satu dengan lokasi

yang lainnya. Di pantai Selatan Pulau Jawa dan pantai Timur Sumatera Utara, pada pagi hari,

sedangkan di daerah Cilacap dan lapangan dijumpai pada pagi hingga siang hari, jenis vektor

An. Sundaicus istirahat dengan hinggap didinding rumah penduduk. Jarak terbang An.

Sundaicus betina cukup jauh. Pada musim densitas tinggi, masih dijumpai nyamuk betina

dalam jumlah cukup banyak disuatu tempat yang berjarak kurang lebih 3 kilometer (Km) dari

tempat perindukan nyamuk tersebut .

Vektor An. Sundaicus biasanya berkembang biak di air payau, yaitu campuran antara

air tawar dan air asin, dengan kadar garam optimum antara 12% -18%. Penyebaran jentik di

tempat perindukan tidak merata di permukaan air, tetapi terkumpul ditempat-tempat tertutup

seperti diantara tanaman air yang mengapung, sampah dan rumput - rumput di pinggir Sungai

atau pun parit.

Page 30: Analisis Dan Sintesis Skenario a Blok 9 Angkatan 2011

Genangan air payau yang digunakan sebagai tempat berkembang biak, adalah yang

terbuka yang mendapat sinar matahari langsung. Seperti pada muara sungai, tambak ikan,

galian -galian yang terisi air di sepanjang pantai dan lain -lain.

An. Maculatus.

Vektor An. Maculatus pertama sekali ditemukan oleh Theobaldt pada tahun 1901.

Vektor An. Maculatus betina lebih sering mengiisap darah binatang daripada darah manusia.

Vektor jenis ini akti fmencari darah pada malam hari antara pukul 21.00 hingga 03.00 Wib.

Nyamuk ini berkembang biak di daerah pegunungan. Dimana tempat perindukan

yang spesifik vektor An. Maculatus adalah di sungai yang kecil dengan air jernih, mata air

yang mendapat sinar matahari langsung. Di kolam dengan air jemih juga ditemukan jentik

nyamuk ini, meskipun densitasnya rendah. Densitas An. Maculatus tinggi pada musim

kemarau, sedangkan pada musim hujan vektor jenis ini agak berkurang karena tempat

perindukan hanyut terbawa banjir.

An. Barbirostris.

Vektor An. Barbirotris pertama sekali diidentifikasi oleh Van der Wulp pada tahun

1884. Jenis nyamuk ini di Sumatera dan Jawa jarang dijumpai menggigit orang tetapi lebih

sering dijumpai menggigit binatang peliharaan. Sedangkan pada daerah Sulawesi, Nusa

Tenggara Timur dan Timor- Timur nyamuk ini lebih sering menggigit manusia daripada

binatang. Jenis nyamuk ini biasanya mencari darah pada waktu malam hingga dini hari

berkisar antara pukul 23.00 -05.00. Frekuensi mencari darah tiap tiga hari sekali.

Pada siang hari nyamuk jenis ini hanya sedikit yang dapat ditangkap, didalam rumah

penduduk, karena tempat istirahat nyamuk ini adalah di alam terbuka. paling sering hinggap

pada pohon-pohon seperti pahon kopi, nenas dan tanaman perdu disekitar rumah. Tempat

berkembang biak (Perindukan) vektor ini biasanya di sawah –sawah dengan saluran

irigasinya kolam dan rawa-rawa. Penyebaran nyamuk jenis ini mempunyai hubungan cukup

kuat dengan curah hujan disuatu daerah. Dari pengamatan yang dilakukan didaerah Sulawesi.

Page 31: Analisis Dan Sintesis Skenario a Blok 9 Angkatan 2011

Etiologi

Penyebab infeksi malaria ialah plasmodium, yang selain mengiunfeksi manusia

juga menginfeksi binatang seperti golongan burung, reptile, dan mamalia.

Plasmodium pada manusia menginfeksi eritrosit dan mengalami pembiakan

aseksual di jaringan hati dan di eritrosit. Pembiakan seksual terjadi di tubuh

nyamuk yaitu anopheles betina.

Spesies plasmodium pada manusia :

P. Falciparum : penyebab malaria tropica

P. Vivax : penyebab malaria tertiana

P. Ovale : penyebab malaria ovale

P. Malariae : penyebab malaria malariae

Waktu sejak sporozoit masuk sampai timbulnya gejala klinis, yang ditandai

demam.

P. Falciparum : 9 – 14 (12) hari

P. Vivax : 12 - 17 (15) hari

P. Ovale : 16 - 18 (17) hari

P. Malariae : 18 - 40 (28) hari

Parasit malaria yang terdapat di Indonesia

Plasmodium malaria yang sering dijumpai ialah plasmodium vivax yang

menyebabkan malaria tertian dan plasmodium falsifarum yang menyebabkan

malaria tropika.

Page 32: Analisis Dan Sintesis Skenario a Blok 9 Angkatan 2011

Siklus Hidup Plasmodium

Patogensis (siklus hidup parasit plasmodium)

1. Sporozoit dikeluarkan dari kelenjar ludah nyamuk Anopheles betina dan

disuntikkan ke dalam kulit pada waktu nyamuk menggigit manusia. Sporozoit

“berkelana” mengikuti aliran darah dan akhirnya masuk ke dalam hepar. Di dalam

hepar, parasit tadi matang dan menjadi skizon jaringan. Parasit kemudian

dikeluarkan ke dalam aliran darah dalam bentuk merozoit dan menyebabkan

infeksi simptomatis karena parasit menyerang dan menghancurkan eritrosit. P.

vivax dan P. ovale mampu “bersembunyi” (dormant) di dalam hepar dan disebut

sebagai hipnozoit. P. vivax dan P. ovale dapat menyebabkan relapsing malaria.

Selama di dalam aliran darah, merozoit menyerang eritrosit dan mematangkan diri

menjadi bentuk cincin, trofozoit, dan skizon. Skizon melisis eritrosit sambil

melengkapi proses maturasinya dan mengeluarkan generasi merozoit berikutnya

yang akan menyerbu eritrosit yang belum terinfeksi.

2. Di dalam eritrosit, beberapa parasit berdiferensiasi menjadi bentuk seksual

(gametosit jantan dan Betina. Apabila parasit tadi dihisap oleh nyamuk Anopheles

betina, gametosit jantan akan kehilangan flagelum dan berubah menjadi gamet

jantan. Gamet jantan akan memfertilisasi gamet betina dan akan menghasilkan

zigot. Zigot menginvasi usus nyamuk dan berkembang menjadi ookista (oocyst).

Ookista matur memproduksi sporozoit. Sporozoit bermigrasi ke kelenjar ludah

nyamuk dan akan mengulangi siklus.

Page 33: Analisis Dan Sintesis Skenario a Blok 9 Angkatan 2011

Masa Inkubasi Parasit

a. Plasmodium vivax, merupakan infeksi yang paling sering dan menyebabkan

malaria tertiana/ vivaks (demam pada tiap hari ke tiga).

b. Plasmodium falciparum, memberikan banyak komplikasi dan mempunyai

perlangsungan yang cukup ganas, mudah resisten dengan pengobatan dan

menyebabkan malaria tropika/ falsiparum (demam tiap 24-48 jam).

c. Plasmodium malariae, jarang ditemukan dan menyebabkan malaria

quartana/malariae (demam tiap hari empat).

d. Plasmodium ovale, dijumpai pada daerah Afrika dan Pasifik Barat, diIndonesia

dijumpai di Nusa Tenggara dan Irian, memberikan infeksi yang paling ringan dan

dapat sembuh spontan tanpa pengobatan, menyebabkan malaria ovale.

Masa inkubasi malaria bervariasi tergantung pada daya tahan tubuh dan spesies

plasmodiumnya. Masa inkubasi Plasmodium vivax 14-17 hari, Plasmodium ovale 11-

16 hari, Plasmodium malariae 12-14 hari dan Plasmodium falciparum 10-12 hari

(Mansjoer, 2001).

Patogenesis

Terjadinya infeksi oleh parasit Plasmodium ke dalam tubuh manusia dapat terjadi

melalui dua cara yaitu :

1. Secara alami melalui gigitan nyamuk anopheles betina yang mengandung parasit

malaria

2. Induksi yaitu jika stadium aseksual dalam eritrosit masuk ke dalam darah manusia,

misalnya melalui transfuse darah, suntikan, atau pada bayi yang baru lahir melalui

plasenta ibu yang terinfeksi (congenital).

Sporozoit malaria dilepaskan ke dalam darah dan dalam beberapa menit akan

menempel dan menginvasi sel hati dengan cara berikatan dengan reseptor hepatosit

pada protein plasma thrombospondin dan properdin, yang terletak di basolateral

permukaan hepatosit. Di dalam sel hati, parasit malaria bermultiplikasi. Setelah sel hati

Page 34: Analisis Dan Sintesis Skenario a Blok 9 Angkatan 2011

pecah, merozoit (aseksual, bentuk darah haploid) sebanyak 30,000 (P. falciparum,

sedangkan 20,000 untuk P. Malariae) untuk keluar.

Setelah dilepaskan, merozoit P.falciparum berikatan oleh parasit molekul seperti

lektin dengan protein sialic pada molekul glycophorin di permukaan sel darah merah.

( Merozoit P. vivax berikatan dengan antigen Duffy pada sel darah merah oleh lektin).

Setelah masuk ke dalam sel darah merah, parasit akan bereplikasi di dalam membran

vakuola digestive dan akan mengeluarkan beberapa enzim protease dari organel spesial

yang disebut rhoptry. Enzim protease ini berfungsi untuk menghidrolisis hemoglobin.

Setelah sel pecah, merozoit keluar dan mulai menginfeksi sel darah merah yang lain,

dan beberapa merozoit lainnya berkembang menjadi gametosit yang menginfeksi

nyamuk saat menghisap darah manusia.

Selama parasit malaria matang di dalam sel darah merah, ia mengubah bentuknya

dari stadium ring menjadi schizont dan mensekresi protein yang membentuk benjolan

100 nm di permukaan sel darah merah yang disebut knob. Protein malaria yang ada di

permukaan knob disebut sequestrin. Sequestrin ini berikatan dengan sel endotelial oleh

ICAM-1, yang merupakan reseptor thrombospondin, dan glycophorin CD46 yang dapat

menyebabkan sel darah merah yang terinfeksi sel darah merah terbuang dari sirkulasi.

Patogenesis malaria akibat dari interaksi kompleks antara parasit , inang dan

lingkungan. Patogenesis lebih ditekankan pada terjadinya peningkatan permeabilitas

pembuluh darah. Oleh karena skizogoni menyebabkan kerusakan eritrosit maka akan

menyebabkan anemia. Beratnya anemia tidak sebanding dengan parasitemia, hal ini

menunjukkan adanya kelainan eritrosit selain yang mengandung parasit. Diduga

terdapat toksin malaria yang menyebabkan gangguan fungsi eritrosit dan sebagian

eritrosit pecah saat melalui limpa sehingga parasit keluar. Faktor lain yang

menyebabkan anemia mungkin karena terbentuknya antibodi terhadap eritrosit.

Limpa mengalami pembesaran dan pembendungan serta pigmentasi sehingga

mudah pecah. Dalam limpa dijumpai banyak parasit dalam makrofag dan sering terjadi

fagositosis dari eritrosit yang terinfeksi maupun yang tidak terinfeksi. Pada malaria

kronis terjadi hiperplasi dari retikulum disertai peningkatan makrofag.

Pada malaria berat mekanisme patogenesisnya berkaitan dengan invasi merozoit ke

dalam eritrosit sehingga menyebabkan eritrosit yang mengandung parasit mengalami

Page 35: Analisis Dan Sintesis Skenario a Blok 9 Angkatan 2011

perubahan struktur dan biomolekuler sel untuk mempertahankan kehidupan parasit.

Perubahan tersebut meliputi mekanisme transpor membran sel, penurunan

deformabilitas, pembentukan knob, ekspresi varian non antigen di permukaan sel,

sitoadherensi, sekuestrasi dan rosetting, peranan sitokin dan NO (Nitrik Oksida) 8.

Menurut pendapat ahli lain patogenesis malaria berat atau malaria falciparum

dipengaruhi oleh faktor parasit dan faktor penjamu (host). Yang termasuk ke dalam

faktor parasit adalah intensitas transmisi, densitas parasit dan virulensi parasit.

Sedangkan yang termasuk ke dalam faktor penjamu adalah tingkat endemisitas daerah

tempat tinggal, genetik, usia, status nutrisi, dan status imunologi. Parasit dalam eritrosit

(EP) secara garis besar mengalami 2 stadium, yaitu stadium cincin pada 24 jam I dan

stadium matur pada 24 jam ke II. Permukaan EP stadium cincin akan menampilkan

antign RESA (Ring-erythrocyte surgace antigen) yang menghilang setelah parasit

masuk stadium matur. Permukaan membran EP stadium matur akan mengalami

penonjolan dan membentuk knob dengan Histidin Rich Protein-1 (HRP-1) sebagai

komponen utamanya. Selanjutnya bila EP tersebut mengalami merogoni, akan

dilepaskan toksin malaria berupa GP1 yaitu glikosilfosfatidilinositol yang

merangsang pelepasan TNF-α dan IL-1 dari makrofag.

Timbulnya manifestasi klinis dimulai dari :

Sitoadherensi

Sekuestrasi

Rosetting

Pengeluaran mediator inflamsi (sitokin)

Timbul manifestasi klinis

Page 36: Analisis Dan Sintesis Skenario a Blok 9 Angkatan 2011

Keterangan :

Sitoadherensi ialah perlekatan antara EP stadium matur pada permukaan endotel

vaskular.

Sekuestrasi ialah Parasit dalam eritrosit matur yang tinggal dalam jaringan

mikrovaskular karena sitoadherensi menyebabkan EP matur tidak beredar kembali

dalam sirkulasi.

Rosetting ialah berkelompoknya EP matur yang diselubungi 10 atau lebih eritrosit

yang non-parasit. Rosseting ini menyebabkan obstruksi aliran darah lokal/dalam

jaringan sehingga mempermudah terjadinya sitoadherensi.

Sitokin. Sitokin terbentuk dari sel endotel, monosit, dan makrofag setelah mendapat

stimulasi dari malaria toksin (LPS, GP1). Sitokin ini antara lain : TNF-α, IL-1, IL-

6, IL-3, LT (lymphotoxin), dan IFN-γ.

Patofisiologi malaria sangat kompleks dan mungkin berhubungan dengan hal-hal

sebagai berikut :

1. Penghancuran eritrosit yang terjadi oleh karena :

-Pecahnya eritrosit yang mengandung parasit

-Fagositosis eritrosit yang mengandung dan tidak mengandung parasit

Akibatnya terjadi anemia dan anoksia jaringan dan hemolisis intravaskuler

2. Pelepasan mediator Endotoksin-makrofag

Pada proses skizoni yang melepaskan endotoksin, makrofag melepaskan berbagai

mediator endotoksin.

3. Pelepasan TNF

Merupakan suatu monokin yang dilepas oleh adanya parasit malaria. TNF ini

bertanggung jawab terhadap demam, hipoglikemia, ARDS.

4. Sekuetrasi eritrosit

Eritrosit yang terinfeksi dapat membentuk knob di permukaannya. Knob ini

mengandung antigen malaria yang kemudian akan bereaksi dengan antibody.

Eritrosit yang terinfeksi akan menempel pada endotel kapiler alat dalam dan

membentuk gumpalan sehingga terjadi bendungan.

Page 37: Analisis Dan Sintesis Skenario a Blok 9 Angkatan 2011

Patologi malariaSporozoit pada fase eksoeritrosit bermultiplikasi dalam sel hepar tanpa

menyebabkan reaksi inflamasi, kemudian merozoit yang dihasilkan menginfeksi eritrosit yang merupakan proses patologi dari penyakit malaria. Infeksi eritrosit ini mengakibatkan 250 juta kasus malaria dan 2 juta kematian setiap tahunnya di seluruh dunia. Proses terjadinya patologi malaria serebral yang merupakan salah satu dari malaria berat adalah terjadinya perdarahan dan nekrosis sekitar venula dan kapiler. Kapiler dipenuhi leukosit dan monosit, terjadi sumbatan pembuluh darah oleh roset eritrosit yang terinfeksi.

Manifestasi Klinis

Manifestasi klinis malaria tergantung pada imunitas penderita, tingginya transmisi

infeksi malaria. Berat/ringannya infeksi dipengaruhi oleh jenis plasmodium,

daerah asal infeksi, umur, dugaan konstitusi genetic, kesehatan dan nutrisi,

kemoprofilaktis, dan pengobatan sebelumnya.

1. Demam.  Demam mempunyai  dua stadium yaitu : stadium frigoris (menggigil)

yang berlangsung selama 20-60 menit, kemudian stadium akme (puncak demam)

selama 1-4 jam, lalu memasuki stadium surodis selama 1-3 jam dimana penderita

banyak berkeringat. Serangan demam ini umumnya diselingi masa tidak demam.

Pada malaria tertiana demam timbul setiap 2 hari, pada malaria quartana timbul

setiap 3 hari; sedangkan pada malaria tropikal demam bersifat “hectic”, timbul

tidak teratur. Bila tidak diobati, karena kekebalan yang timbul, demam ini akan

hilang dalam 3 bulan. Dan jika keadaan tubuh lemah dapat terjadi relaps.

2.     Pembesaran Limpa. Pada malaria tertiana, limpa membesar mulai minggu

kedua, sedangkan  pada malaria tropika pada hari ke-3 sampai 4, limpa membesar

karena harus menghilangkan eritrosit yang pecah. Pada infeksi kronik hepar juga

akan membesar.

3.     Anemia. Bervariasi dan ringan sampai berat. Paling berat pada infeksi

“plasmodium falciparum”. Eritrosit juga menjadi lebih mudah melekat satu

dengan yang lain dan dengan endotel, sehingga lebih mudah timbul trombus.

Gejala Patologik

Page 38: Analisis Dan Sintesis Skenario a Blok 9 Angkatan 2011

1. Masa tunas intrinsik berakhir dengan timbulnya serangan demam pertama.

Serangan demam yang khas terdiri atas 3 stadium : a. stadium ferigoris

(menggigil) ; b. stadium acme (puncak demam) ; c. stadium sudoris

(berkeringat banyak, suhu turun). Serangan demam berbeda-beda sesuai

dengan jenis malaria.

Kekambuhan dapat bersifat : a. Rekrudensi (short term relapse) : timbul

karena marasit malaria dalam eritrosit menjadi banyak. Timbul beberapa

minggu setelah penyakit sembuh . b. Rekuren (long term relapse) karena

parasit ekso-eritrosit masuk kedalam darah dan menjadi banyak. Biasanya

timbul 6 bulan setelah penyakit sembuh.

2. Hipertrofi dan hiperplasi sistim retikuloendotelial menyebabkan limpa

membesar. Sel makrofag bertambah dan dalam darah terdapat monositosis.

3. Anemia dapat terjadi oleh karena: a. Eritrosit ysng diserang hancur pada

sporulasi. b. Derajat fagositosis RES meningkat, akibatnya banyak eritrosit

hancur.

Manifestasi umum malaria

Malaria memiliki gambaran karakteristik demam periodic, anemia, dan

splenomegali. Masa inkubasi bervariasi pada masing-masing plasmodium.

Keluhan prodormal dapat terjadi sebelum terjadinya demam berupa kelesuhan,

malaise, sakit kepala, sakit belakang, merasa dingin di punggung, nyeri sendi dan

tulang, demam ringan, anoreksia, perut tak enak, diare ringan dan kadang-kadang

dingin. Keluhan prodormal sering terjadi pada P.ovale dan P.vivax, sedang pada

Pfalsiparum dan P.malariae sering tidak jelas bahkan dapat timbul mendadak.

Gejala yang klasik yaitu terjadinya Trias Malaria secara berurutan:

1. Periode dingin (15-60) menit

2. Periode panas

Page 39: Analisis Dan Sintesis Skenario a Blok 9 Angkatan 2011

3. Periode berkeringat

Trias Malaria lebih sering terjadi pa P.vivax, pada P.falsiparum menggigil dapat

berlangsung berat atau tidak ada. Periode tidak panas belangsung 12 jam pada

P.falsiparum, 36 jam pada P.vivax dan P.ovale, 60 jam pada P.malariae.

1. Anemia merupakan gejala yang paling sering dijumpai pada infeksi malaria.

Pembesaran limpa sering dijumpai pada penderita malaria, limpa akan teraba

setelah 3 hari dari serangan infeksi akut, limpa menjadi bengkak, nyeri dan

hiperemis. Limpa merupakan organ yang penting dalam pertahanan tubuh

terhadap infeksi malaria.

Beberapa keadaan klinik dalam perjalanan infeksi malaria:

1. Serangan primer: masa dari akhir masa inkubasi dan mulai terjadi serangan

paroksismal yang terdiri dari dingin / menggigil, panas, dan berkeringat.

Serangan paroksismal ini dapat pendek atau panjang tergantung dari

perbanyakan parasit dan keadaan imunitas penderita

2. Periode laten : yaitu periode tanpa gejala dan tanpa parasitemia selama

terjadinya infeksi malaria. Biasanya terjadi diantara 2 keadaan paroksismal.

3. Recrudescence: yaitu berulangnya gejala klinik dan parasitemia dalam masa 8

minggu sesudah berakhirnya serangan primer. Recrudescence dapat terjadi

berupa berulangnya gejala klinik sesudah periode laten dari serangan primer.

4. Recurrence: yaitu berulangnya gejala klinik atau parasitemia setelah 24

minggu berakhirnya serangan primer.

5. Relaps atau rechute: yaitu berulangnya gejala klinik atau parasitemia yang

lebih lama dari waktu diantara serangan periodic dari infeksi primer yaitu

setelah periode yang lama dari masa laten (sampai 5 tahun), biasanya terjadi

karena infeksi tidak sembuh atau oleh bentuk diluar eritrosit atau hati pada

malaria vivax atau ovale.

Jenis-jenis Malaria

Page 40: Analisis Dan Sintesis Skenario a Blok 9 Angkatan 2011

Menurut Harijanto (2000) pembagian jenis-jenis malaria berdasarkan jenis

plasmodiumnya antara lain sebagai berikut :

a. Malaria Tropika (Plasmodium Falcifarum)

Malaria tropika/ falciparum malaria tropika merupakan bentuk yang paling berat,

ditandai dengan panas yang ireguler, anemia, splenomegali, parasitemia yang

banyak dan sering terjadi komplikasi. Masa inkubasi 9-14 hari. Malaria tropika

menyerang semua bentuk eritrosit. Disebabkan oleh Plasmodium falciparum.

Plasmodium ini berupa Ring/ cincin kecil yang berdiameter 1/3 diameter eritrosit

normal dan merupakan satu-satunya spesies yang memiliki 2 kromatin inti (Double

Chromatin).

Klasifikasi penyebaran Malaria Tropika:

Plasmodium Falcifarum menyerang sel darah merah seumur hidup. Infeksi

Plasmodium Falcifarum sering kali menyebabkan sel darah merah yang

mengandung parasit menghasilkan banyak tonjolan untuk melekat pada lapisan

endotel dinding kapiler dengan akibat obstruksi trombosis dan iskemik lokal.

Infeksi ini sering kali lebih berat dari infeksi lainnya dengan angka komplikasi

tinggi (Malaria Serebral, gangguan gastrointestinal, Algid Malaria, dan Black Water

Fever).

b. Malaria Kwartana (Plasmoduim Malariae)

Plasmodium Malariae mempunyai tropozoit yang serupa dengan Plasmoduim

vivax, lebih kecil dan sitoplasmanya lebih kompak/ lebih biru. Tropozoit matur

mempunyai granula coklat tua sampai hitam dan kadang-kadang mengumpul

sampai membentuk pita. Skizon Plasmodium malariae mempunyai 8-10 merozoit

yang tersusun seperti kelopak bunga/ rossete. Bentuk gametosit sangat mirip dengan

Plasmodium vivax tetapi lebih kecil.

Ciri-ciri demam tiga hari sekali setelah puncak 48 jam. Gejala lain nyeri pada

kepala dan punggung, mual, pembesaran limpa, dan malaise umum. Komplikasi

yang jarang terjadi namun dapat terjadi seperti sindrom nefrotik dan komplikasi

Page 41: Analisis Dan Sintesis Skenario a Blok 9 Angkatan 2011

terhadap ginjal lainnya. Pada pemeriksaan akan di temukan edema, asites,

proteinuria, hipoproteinemia, tanpa uremia dan hipertensi.

c. Malaria Ovale (Plasmodium Ovale)

Malaria Tersiana (Plasmodium Ovale) bentuknya mirip Plasmodium malariae,

skizonnya hanya mempunyai 8 merozoit dengan masa pigmen hitam di tengah.

Karakteristik yang dapat di pakai untuk identifikasi adalah bentuk eritrosit yang

terinfeksi Plasmodium Ovale biasanya oval atau ireguler dan fibriated. Malaria

ovale merupakan bentuk yang paling ringan dari semua malaria disebabkan oleh

Plasmodium ovale. Masa inkubasi 11-16 hari, walau pun periode laten sampai 4

tahun. Serangan paroksismal 3-4 hari dan jarang terjadi lebih dari 10 kali walau pun

tanpa terapi dan terjadi pada malam hari.

d. Malaria Tersiana (Plasmodium Vivax)

Malaria Tersiana (Plasmodium Vivax) biasanya menginfeksi eritrosit muda yang

diameternya lebih besar dari eritrosit normal. Bentuknya mirip dengan plasmodium

Falcifarum, namun seiring dengan maturasi, tropozoit vivax berubah menjadi

amoeboid. Terdiri dari 12-24 merozoit

ovale dan pigmen kuning tengguli. Gametosit berbentuk oval hampir memenuhi

seluruh eritrosit, kromatinin eksentris, pigmen kuning. Gejala malaria jenis ini

secara periodik 48 jam dengan gejala klasik trias malaria dan mengakibatkan

demam berkala 4 hari sekali dengan puncak demam setiap 72 jam.

Dari semua jenis malaria dan jenis plasmodium yang menyerang system tubuh,

malaria tropika merupakan malaria yang paling berat di tandai dengan panas yang

ireguler, anemia, splenomegali, parasitemis yang banyak, dan sering terjadinya

komplikasi.

Manifestasi malaria tertiana

Page 42: Analisis Dan Sintesis Skenario a Blok 9 Angkatan 2011

Inkubasi 12-17 hari, kadang-kadang lebih panjang 12-20 hari. Pada hari pertama

panas irregular, kadang-kadang remitten atrau intermitten, pada saat tersebut

perasaan dingin atau menggigil jarang terjadi. Pada akhir minggu tipe panas

menjadi intermitten dan periodic setiap 48 jam dengan gejala klasik Trias Malaria.

Serangan paroksismal biasanya terjadi waktu sore hari. Kepadatan parasit

mencapai maksimal dalam waktu 7-14 hari. Pda minggu kedua limpa mulai

teraba. Parasitemia mulai menurun setelah 14 hari, liumpa masih membesar dan

panas masih berlangsung, pada akhir minggu kelima panas mulai menurun secara

krisis.

Pada malaria vivax manifestasi klinik dapat berlangsung secara berat tetapi

kurang membahayakan, limpa dapat membesar sampai derajat 4/5. Malaria

serebral jarang terjadi. Edema tungkai terjadi karena hipoalbuminemia. Mortalitas

malaria vivax rendah tetapi morbiditas tinggi karenma seringnya terjadi relaps.

Pada penderita yang semi imun kelangsungan malaria vivax tidak spesifik dan

ringan, parasitemia rendah, serangan demam pendek dan penyembuhan lebih

cepat. Relaps sering terjadi karena keluarnya bentuk hipnozoit yang tertinggal di

hati pada saat status imun tubuh menurun.

Manifestasi klinis malaria Quartana/ Malariae

Banyak dijumpai di daerah Afrika, Amerika latin, dan sebagian Asia.

Penyebarannya tidak seluas P.vivax dan P.falsiparum. masa inkubasi 18-40 hari.

Manifestasi klinik seperti pada malaria vivax hanya berlangsung lebih ringan,

anemia jarang terjadi, splenomegali sering dijumpai walaupun pemeriksaan

ringan. Biasanya pada waktu sore dan parasitemia sangat rendah <1%.

Manifestasi klinis malaria OvaleMerupakan bentuk yang paling ringan dari semua jenis malaria. Masa inkubasi

11-16 hari, serangan paroksismal 3-4 hari terjadi malam hari dan jarang lebih dari

10 kali walaupun tanpa terapi. Apabila terjadi infeksi campuran dengan

plasmodium lain, maka P.Ovale tidak akan tampak di darah tepi, tetapi

plasmodium lain yang akan ditemukan. Gejala klinis hampir sama dengan vivax,

Page 43: Analisis Dan Sintesis Skenario a Blok 9 Angkatan 2011

lebih ringan, puncak panas lebih rendah dan perlangsungan lebih pendek, dan

dapat sembuh spontan tanpa pengobatan. Serangan menggigil jarang terjadi dan

splenomegali jarang sampai dapat diraba.

Manifestasi klinis Malaria Tropika/M.falsiparum

Malaria tropika merupakan bentuk yang paling berat, ditandai dengan panas yang

ireguler, anemia, splenomegali, parasitemia sering dijumpai, dan sering terjadi

komplikasi. Masa inkubasi 9-14 hari. Malaria tropika mempunyai perlangsungan

yang cepat, dan parasitemia yang tinggi dan menyerang semua bentuk eritrosit.

Gejala prodormal yang sering dijunpai yaitu sakit kepala, nyeri belakang/tungkai,

perasaan dingin, mual, muntah dan diare. Parasit sulit ditemui dengan pengobatan

supresif. Panas biasanya ireguler dan tidak periodik, sering terjadi hiperpireksia

dengan temperatur diatas 40oC. Gejala lain berupa konvulsi, pneumonia aspirasi

dan banyak keringat walaupun temperatur normal. Apabila infeksi memberat nadi

cepat, nausea, muntah, diarea menjadi berat dan diikuti kelainan paru (batuk).

Splenomegali dijumpai lebih sering dari hepatomegali dan nyeri pada perabaan;

hati membesar dapat disertai timbulnya ikterus. Kelainan urin dapat berupa

albuminaria, hialin dan kristal yang granuler. Anemia lebih menonjol dengan

leukopenia dan monositosis.

Page 44: Analisis Dan Sintesis Skenario a Blok 9 Angkatan 2011

Tata Laksana Malaria

Penatalaksanaan kasus malaria meliputi :

1. Pemberian obat anti malaria

2. Pengobatan pendukung

3. Pengobatan komplikasi

A. Pengobatan Malaria Tanpa Komplikasi

1. Pengobatan malaria falsiparum tanpa komplikasi

Lini pertama: tablet artesunat + tablet amodiakuin + t.primakuin

Hari Jenis obatJumlah tablet perhari menurut kelompok umur

0-2 bl 2 – 11 bl 1– 4 th 5 – 9 th 10-14 th ≥15 th

1.

Artesunat ¼ ½ 1 2 3 4

Amodiakuin ¼ ½ 1 2 3 4

Primakuin *) *) ¾ 1½ 2 2-3

2.Artesunat ¼ ½ 1 2 3 4

Amodiakuin ¼ ½ 1 2 3 4

3.Artesunat ¼ ½ 1 2 3 4

Amodikuin ¼ ½ 1 2 3 4

Komposisi obat :

Artesunat: 50 mg/tablet

Amodiakuin:200 mg/tablet≈153 amodiakuin base/tablet. Primakuin 1 tablet berisi 25mg

garam/tablet setara dengan 15 mg basa.

Dosis menurut berat badan :

Page 45: Analisis Dan Sintesis Skenario a Blok 9 Angkatan 2011

Artesunat : 4 mg/kg BB /hari

Amodiakuin : 10 mg basa/kg BB/hari

Primakuin : 0,75 mg/kg BB/hari

Bila terjadi gagal pengobatan lini pertama maka diberikan pengobatan lini kedua sbb :

Pengobatan lini kedua untuk malaria falsiparum

Hari Jenis obatJumlah tablet perhari menurut kelompok umur

0-11bl 1-4th 5-9th 10-14th ≥15th

1.

Kina *) 3x½ 3x1 3x1½ 3x2

Tetrasiklin/

Doksisiklin- - - - 4x1

Primakuin - ¾ 1½ 2 2-3

2-7

Kina *) 3x½ 3x1 3x1½ 3x2

Tetrasiklin/

Doksisiklin- - - - 4x1

Keterangan :

1. *) Kina : 1 tablet kina sulfat mengandung 200 mg kina garam.

2. Pemberian kina pada anak usia < 1 th harus berdasarkan berat badan.Dosis kina : 30

mg/kgBB/hari (dibagi 3 dosis).

3. Doksisisiklin tidak diberikan pada anak usia<8 th.

4. Dosis Doksisiklin untuk anak usia 8-14 th :2 mg/kgBB/hari.

5. Bila tidak ada Doksisiklin dapat diberikan Tetrasiklin.

6. Dosis Tetrasiklin:25-50 mg/kgBB/4 dosis/hari atau 4x1(250 mg) selama 7

hari.Tetrasiklin tidak boleh diberikan pada anak usia<12 bln dan ibu hamil.

7. Primakuin tidak boleh diberikan pada ibu hamil dan anak usia<1 th.

8. Dosis Primakuin : 0,75 mg/kgBB,dosis tunggal.

Penggunaan pengobatan lini kedua berdasarkan kriteria sbb:

Page 46: Analisis Dan Sintesis Skenario a Blok 9 Angkatan 2011

1. Penderita sudah menyelesaikan pengobatan lini pertama (3 hari).

2. Pada waktu periksa ulang hari 4 atau hari 5 sampai 28 penderita belum sembuh atau

kambuh.

Penderita dikatakan tidak sembuh bila :

1. Penderita tetap demam atau gejala klinik tidak membaik yang disertai parasitemia

aseksual.

2. Penderita tidak demam atau tanpa gejala klinis lainnya,tetapi ditemukan parasitemia

aseksual.

Bila dalam pengobatan lini pertama kemudian dijumpai tanda2 klinis darurat sbb : tidak

dapat makan/minum,tidak sadar,kejang,muntah berulang,sangat lemah(tidak dapatduduk/berdiri)

maka penderita harus dikelola sebagai malaria berat atau dirujuk dan tidak diberikan obat lini

kedua.

2. Pengobatan malaria vivaks/malaria ovale.

Hari Jenis obat

Jumlah tablet menurut kelompok umur

(dosis tunggal)

0-1bl 2-11bl 1-4th 5-9th 10-14th ≥15th

H1Klorokuin ¼ ½ 1 2 3 3-4

Primakuin - - ¼ ½ ¾ 1

H2Klorokuin ¼ ½ 1 2 3 3-4

Primakuin - - ¼ ½ ¾ 1

H3Klorokuin 1/8 ¼ ½ 1 1½ 2

Primakuin - - ¼ ½ ¾ 1

H4-14 Klorokuin - - ¼ ½ ¾ 1

Perhitungan dosis berdasarkan berat badan untuk Pv / Po :

Klorokuin : hari I & II = 10 mg/kgbb,hari ke III = 5 mg/kgbb.

Primakuin : 0,25 mg/kgbb/hari,selama 14 hari.

Page 47: Analisis Dan Sintesis Skenario a Blok 9 Angkatan 2011

Kriteria penggunaan pengobatan kasus malaria vivaks resisten klorokuin :

* Penderita sudah menyelesaikan pengobatan klorokuin 3 hari.Pada waktu periksa ulang hari ke

4 atau hari ke 7 sampai 14 penderita belum sembuh

* Penderita dikatakan tidak sembuh (resisten thd klorokuin) bila dalam kurun waktu 14 hari :

- Penderita tetap demam atau gejala klinis tidak membaik disertai parasitemia aseksual.

- Penderita tidak demam atau tanpa gejala klinis lainnya, tapi ditemukan parasitemia aseksual.

Pengobatan malaria vivaks/ovale resisten klorokuin .

Hari Jenis obatJumlah tablet perhari menurut kelompok umur

0-1bl 2-11bl 1-4th 5-9th 10-14th ≥15th

H1-7 Kina *) *) 3x½ 3x1 3x1½ 3x2

H1-14 Primakuin - - ¼ ½ ¾ 1

Dosis berdasarkan berat badan : Kina 30 mg/Kgbb/hari (dibagi 3 dosis).Primakuin 0,25

mg/kgbb.

Pengobatan malaria vivaks / malaria ovale yang kambuh (relaps)

Lama pemberian

dalam mingguJenis obat

Jumlah tablet perminggu menurut kelompok umur

0-1bl 2-11bl 1-4th 5-9th 10-14th ≥15th

8-12*) Klorokuin ¼ ½ 1 2 3 3-4

8-12*) Primakuin**) - - ¾ 1½ 2¼ 3

*Pemberian klorokuin dan primakuin 1 kali setiap minggu,lama pengobatan selama 8 minggu.

**Dosis primakuin 0,75 mg/kgBB.

Page 48: Analisis Dan Sintesis Skenario a Blok 9 Angkatan 2011

Kriteria penggunaan pengobatan kasus malaria vivaks/ovale resisten klorokuin.

1. Penderita sudah menyelesaikan pengobatan klorokuin dan primakuin.

2. Pada waktu periksa ulang hari 14 sampai 28 penderita kambuh.

Penderita dikatakan kambuh bila dalam kurun waktu 14 – 28 hari :

- Penderita tetap demam atau gejala klinis tidak membaik yang disertai parasitemia aseksual.

- Penderita tidak demam atau tanpa gejala klinis lainnya,tetapi ditemukan parasitemia aseksual.

Pengobatan Malaria Klinis

Pengobatan malaria klinis dilakukan didaerah yang belum memungkinkan untuk

pemeriksaan laboratorium baik dengan mikroskopik maupun dengan RDT.

Pengobatan malaria klinis terdiri dari 2 regimen pengobatan yaitu :

Pengobatan lini pertama yang menggunakan klorokuin dengan primakuin

pengobatan lini kedua yang menggunakan kina dan primakuin tablet.

Pengobatan lini pertama malaria klinis :

Hari Jenis obatJumlah tablet perhari menurut kelompok umur

0-1 bl 2-11bl 1-4th 5-9th 10-14th ≥ 15th

H 1Klorokuin ¼ ½ 1 2 3 3-4*)

Primakuin - - ¾ 1½ 2 2-3**)

H 2 Klorokuin ¼ ½ 1 2 3 3-4*)

H 3 Primakuin 1/8 ¼ ½ 1 1 ½ 2

Keterangan :

Page 49: Analisis Dan Sintesis Skenario a Blok 9 Angkatan 2011

*) Bila perkiraan berat badan <50 kg,diberikan 3 tablet klorokuin bila >50 kg diberikan 4 tablet

klorokuin.

**)Bila perkiraan berat badan <50 kg,diberikan 2 tablet primakuin bila >50 kg diberikan 3 tablet

primakuin.

Pengobatan lini pertama malaria klinis berdasarkan berat badan ***)

  H 1 H 2 H 3

Klorokuin

Basa10 mg/kg bb 10 mg/kg bb 5 mg/kg bb

Primakuin 0,75 mg/kg bb - -

Keterangan :

***)Pemberian dosis obat untuk bayi harus berdasarkan B.B

Primakuin tidak boleh diberikan pada bayi.

Pemantauan :

1. Apabila pada hari ke 4 setelah pengobatan lini pertama penderita tetap demam, tetapi

tidak memburuk (tidak berkembang menjadi malaria berat ), di daerah yang sulit

mendapatkan pemeriksaan laboratorium maka pengobatan malaria klinis diulangi dengan

kina selama 7 hari dan primakuin 1 hari (pengobatan lini kedua).

2. Bila ada 1 atau lebih tanda-tanda bahaya selama pengobatan, penderita segera dirujuk

untuk mendapat kepastian diagnosis dan penanganan selanjutnya (bila tempat rujukan

sulit dicapai,penderita diberikan 1 dosis kina parenteral 10 mg/kgbb im ).

3. Tanda-tanda bahaya tersebut adalah :

Page 50: Analisis Dan Sintesis Skenario a Blok 9 Angkatan 2011

a. tidak dapat makan/minum

b. tidak sadar

c. kejang

d. muntah berulang

e. sangat lemah (tidak dapat duduk/berdiri).

Pengobatan lini kedua malaria klinis

Hari Jenis obatJulah Tablet Per Hari Menurut Kelompok Umur

0-1 bl 2-11bl 1-4 th 5-9 th 10-14th ≥15 th

H 1-7 Kina *) *) 3 x ½ 3 x 1 3 x 1½ 3 x 2

H 1 Primakuin - - ¾ 1 ½ 2 2-3

Keterangan :

*) Dosis untuk bayi (0-11) harus berdasarkan berat badannya.

- Satu tablet kina sulfat mengandung 200 mg kina garam.

- Dosis berdasarkan berat badan : - kina 30mg/kgbb/hari (dibagi 3 dosis).

- Primakuin 0,75 mg/kgbb, dosis tunggal.

Page 51: Analisis Dan Sintesis Skenario a Blok 9 Angkatan 2011

Pemantauan : apabila pada hari ke 4 setelah pengobatan lini kedua, penderita tetap demam,segera

dirujuk untuk mendapatkan kepastian diagnosis.

Pengobatan Malaria Berat

Penatalaksanaan kasus malaria berat meliputi :

1. Tindakan umum

2. Pengobatan simptomatik

3. Pemberian obat anti malaria

4. Pengobatan komplikasi.

Pemberian Obat Anti Malaria

Obat anti malaria pilihan untuk malaria berat adalah

1. Lini pertama: derivat artemisin parenteral.

Artesunat injeksi atau artemeter injeksi. Artesunat injeksi untuk penggunaan di Rumah Sakit atau

Puskesmas perawatan. Artemeter injeksi untuk penggunaan dilapangan atau Puskesmas yang

tidak menyediakan artesunat injeksi.

Dosis dan cara pemberian Artesunat injeksi:

Sediaan : 1 ampul berisi 60 mg serbuk kering asam artesunik,dilarutkan dalam 0,6 natrium

bikarbonat 5% diencerkan dalam 3 -5 cc D5%. Pemberian secara bolus

intravena selama ± 2 menit

Loading dose : 2,4 mg/kg bb IV diikuti 1,2 mg/kg bb IV pada jam ke 12 jam dan 24, selanjutnya

1,2 mg/kg bb IV setiap hari sampai hari ke 7.

Page 52: Analisis Dan Sintesis Skenario a Blok 9 Angkatan 2011

Bila penderita sudah dapat minum obat, ganti dengan artesunat oral.

Dosis dan cara pemberian Artemeter injeksi :

Sediaan : 1 ampul berisi 80 mg Artemeter. Artemeter injeksi diberikan secara intramuskuler,

selama 5 hari.

Dosis dewasa : dosis inisial 160 mg (2 ampul)im pada hari ke 1,diikuti 80 mg (1 ampul)im pada

hari ke 2 s/d ke 5.

Dosis untuk anak tergantung berat badan yaitu :

Hari pertama : 3,2 mg/kgbb/hari.

Hari II – V : 1,6 mg/kgbb/hari

2. Lini kedua: kina parenteral.

Kina per-infus

Kina perinfus masih merupakan obat pilihan untuk malaria berat. Kemasan garam kina HCl 25

% injeksi, 1 ampul berisi 500 mg / 2 ml.

Pemberian antimalaria prarujukan:

Apabila tidak memungkinkan pemberian kina per-infus maka dapat diberikan Kinin antipirin 10

mg/kgbb intra muskular (dosis tunggal).

Cara pemberian kina perinfus :

Dosis anak-anak : Kina HCL 25 % (perinfus) dosis 10 mg/kgbb (bila umur < 2 bulan : 6-8

mg/kgbb) diencerkan dengan Dektrosa 5% atau NaCL 0,9 % sebanyak 5-10 cc/kgbb diberikan

selama 4 jam,diulang setiap 8 jam sampai penderita sadar dan dapat minum obat.

Catatan :

Page 53: Analisis Dan Sintesis Skenario a Blok 9 Angkatan 2011

Kina tidak boleh diberikan secara bolus intra vena karena toksik bagi jantung dan dapat

menimbulkan kematian.

Maksimum pemberian kina IV 3 hari. Apabila setelah 3 hari penderita masih belum sadar

dan pemasangan NGT memungkinkan maka diberikan tablet kina melalui NGT sampai

hari ke 7 sejak diberikan kina yang pertama.

Apabila tidak ada perbaikan klinis setelah pemberian 48 jam kina parenteral maka dosis

rumatan kina diturunkan ½ nya dan lakukan pemeriksaan parasitologi serta evaluasi

klinik terhadap kemungkinan diagnosis lain

Bila sudah sadar/dapat minum obat pemberian kina IV diganti dg kina tablet peroral

dengan dosis 10 mg/kgbb/kali,pemberian 3 x sehari (dengan total dosis 7 hari dihitung

sejak pemberian kina perinfus yang pertama)

Pada hari pertama pemberian kina oral, diberikan juga 1 dosis primakuin (0,75 mg/

kgbb). Anak umur < 1 th dan ibu hamil tidak boleh diberikan primakuin.

Apabila kina tidak dapat diberikan perinfus, maka dapat diberikan intra muskuler dengan

masing-masing ½ dosis pada paha depan(jangan diberikan pada bokong). Sebaiknya

untuk pemakaian kina intra muskuler, kina diencerkan dengan garam faali(NaCl 0,9%

untuk mendapatkan konsentrasi 60 - 100 mg/ml.

Dosis maksimum dewasa : 2.000 mg/hari.

Untuk mencegah terjadinya hipotensi postural hindari posisi badan tegak. Mengingat

adanya keterbatasan sarana maupun tenaga ahli di Puskesmas/RS,maka untuk beberapa

kasus malaria berat yang memerlukan perawatan/pengobatan dengan fasilitas tertentu

(misal : hemo/peritoneal dialisis,transfusi tukar dll) yang tidak tersedia pada fasilitas

pelayanan pengobatan tersebut sebaiknya dirujuk ke RS tingkat yang lebih tinggi (yang

mempunyai fasilitas lebih lengkap)

Hendaknya hal ini tidak dijadikan alasan yang berlebihan untuk selalu merujuk pasien

malaria berat.

Setelah pemberian Artemeter inj/drip bila pasien telah sadar dapat diberikan pengobatan oral

dengan ACT.

Page 54: Analisis Dan Sintesis Skenario a Blok 9 Angkatan 2011

Prognosis

1. Prognosis malaria berat tergantung kecepatan diagnosa dan ketepatan &

kecepatan pengobatan.

2. Pada malaria berat yang tidak ditanggulangi, maka mortalitas yang dilaporkan

pada anak-anak 15 %, dewasa 20 %, dan pada kehamilan meningkat sampai 50 %.

3. Prognosis malaria berat dengan kegagalan satu fungsi organ lebih baik daripada

kegagalan 2 fungsi organ

- Mortalitas dengan kegagalan 3 fungsi organ, adalah > 50 %

- Mortalitas dengan kegagalan 4 atau lebih fungsi organ, adalah > 75 %

- Adanya korelasi antara kepadatan parasit dengan klinis malaria berat yaitu:

- Kepadatan parasit < 100.000, maka mortalitas < 1 %

- Kepadatan parasit > 100.000, maka mortalitas > 1 %

- Kepadatan parasit > 500.000, maka mortalitas > 50 %

Dalam skenario, Tuan Budi belum mengalami malaria berat dengan kegagalan

fungsi organ. Hal ini terlihat dari hasil pemeriksaan fisik yang menyatakan

sensorium kompos mentis, vital sign normal, jantung dan paru-paru normal. Maka

prognosis untuk Budi masih baik, bila ia segera mendapatkan penanganan yang

baik.

Komplikasi

Komplikasi malaria umumnya disebabkan karena P. falciparum dan sering

disebut pernicious manifestations. Penderita malaria dengan komplikasi

umumnya digolongkan sebagai malaria berat yang menurun WHO didefinisikan

sebagai infeksi P. falsiparum dengan satu atau lebih komplikasi sebagai berikut :

1. Malaria Serebral (coma) yang tidak disebabkan oleh penyakit lain atau lebih

dari 30 menit setelah serangan kejang, derajat penurunan kesadaran harus

dilakukan penilaian berdasar GCS (Glasgow Coma Scale)

2. Acidemia/acidosis pH darah <7,25 atau plasma bicarbonate <15mmol/l, kadar

laktat vena <>5mmol/l, klinis pernafasan dalam/ respiratory distress

3. Anemia berat (Hb < 5g/dl atau hematokrit ,15%) pada keadaan parasit

Page 55: Analisis Dan Sintesis Skenario a Blok 9 Angkatan 2011

>10.000/ul; bila anemianya hipokromik dan/atau miktositik harus

dikesampingkan adanya anemia defisiensi besi, talasemia/ hemoglobinopati

lainnya

4. Gagal ginjal akut (urine kurang dari 400ml/24 jam pad/da orang dewasa atau

12ml/kg BB pada anak-anak) setelah dilakukan rehidrasi, disertai kreatinin >3

mg/dl

5. Edema paru non-kardiogenik/ARDS (Adult Respiratory Distress Syndrome)

6. Hipoglikemi; gula darah < 40 mg/dl

7. Gagal sirkulasi atau syok; tekanan sistolik <70 mmHg (anak 1-5 tahun <50

mmHg); disertai keringat dingin atau perbedaan temperature kulit-mukosa

>10oC

8. Perdarahan spontan dari hidung, gusi, saluran cerna, dan/atau disertai kelainan

laboratorik adanya gangguan koagulasi intravaskular

9. Kejang berulang lebih dari 2kali/ 24 jam

10. Makroskopik hemoglobinuri oleh karena infeksi malaria akut (bukan karena

antimalaria / kelaian eritrosit kekurangan G-6-PD)

11. Diagnosa post mortem dengan ditemukannya parasit yang padat pada

pembuluh kapiler pada jaringan otak.

Beberapa keadaan lain yang juga digolongkan sebagai malaria berat sesuai

dengan gambaran klinis daerah setempat ialah :

1. gangguan kesadaran ringan (GCS < 15) di Indonesia sering dalam keadaan

delirium

2. kelemahan otot tanpa kelaian neurologik

3. hiperparasitemia > 5% pada daerah hipoendemik atau daerah tak stabil

malaria

4. ikterik (bilirubin >3mg/dl) bila disertai gagal organ lain

5. hiperpireksia (temperatur rektal >40oC) pada orang dewasa/ anak.

2. Daur Hidup Plasmodium

Page 56: Analisis Dan Sintesis Skenario a Blok 9 Angkatan 2011

1. Dalam tubuh manusia :

Parasit berkembang secara asexual ( schizogoni ). Sporozoit yang dimasukan ke dalam

tubuh manusia oleh nyamuk, masuk kedalam peredaran darah dan setelah ½ jam

bersarang dihati dan membentuk siklus pre-eritrosit : trofozoit schizont merozoit.

Siklus ini berlangsung beberapa hari dan tidak menimbulkan gejala. Merozoit sebagian

masuk kembali kedalam hati meneruskan siklus eksoeritrosit, sebagian masuk kedalam

aliran darah (eritrosit) untuk memulai siklus eritrosit : merozoit trofozoit muda

(bentuk cincin) trofozoit tua schizont schizont pecah Sizont pecah akan

mengeluarkan 6-36 merozoit dan siap menginfeksi eritrosit yang lain . Sebagian

merozoit memulai dengan gametogoni membentuk mikro dan makrogametosit. Siklus

tersebut disebut masa tunas intrinsic

2. Dalam tubuh nyamuk :

Versi I : Dalam darah sebagian parasit akan membentuk gamet jantan dan betina. Bila

nyamuk menghisap darah manusia yang menderita sakit malaria akan terjadi fase seksual

dalam tubuh nyamuk. Setelah perkawinan akan akan membentuk zygote dan menjadi

lebih bergerak menjadi ookinet yang menembus dinding perut nyamuk dan akhirnya

membentuk oocyst yang akan menjadi masak dan mengeluarkan sporozoit yang akan

bermigrasi ke kelenjar ludah nyamuk dan siap menginfeksi manusia.

Versi II : Berkembang secara seksual (sporogoni). Dalam lambung nyamuk makro dan

mikrogametosit berkembang menjadi makro dan mikro-gamet yang akan membentuk

zygote, disebut ookinet. Ookinet menembus dinding lambung nyamuk membentuk

ookista yang membentuk banyak sporozoit. Sporozoit dilepaskan dan masuk kedalam

kelenjar liur nyamuk. Siklus tersebut disebut masa tunas ektrinsik.

Masa inkubasi malaria sekitar 7-30 hari tergantung spesiesnya. P. Falciparum

memerlukan waktu 7-14 hari, P.vivax dan P.ovale 8-14 hari, sedangkan P.malariae

memerlukan waktu 7-30 hari.

Page 57: Analisis Dan Sintesis Skenario a Blok 9 Angkatan 2011

2. a) Bagaimana kerja anti malaria klorokuin dan obat simptomatis lainnya? disintesis di tatalaksana di atas

b) Mengapa gejala tidak berkurang meski diberi klorokuin? disintesis di tatalaksana karena sudah resisten

c) Bagaimana indikasi dan kontra indikasi pemberian klorokuin? disintesis di tatalaksana diatas

Sejak tahun 1638 malaria telah diatasi dengan getah dari batang pohon cinchona, yang lebih

dikenal dengan nama kina, yang sebenarnya beracun dan menekan pertumbuhan protozoa dalam

jaringan darah. Pada tahun 1930, ahli obat-obatan Jerman berhasil menemukan. Atabrine

(Quinacrine hidrochroliode) yang pada saat itu lebih efektif daripada quinine dan kadar

racunnya lebih rendah. Sejak akhir PD II, klorokuin dianggap lebih mampu menangkal dan

menyembuhkan demam rimba secara total, juga lebih efektif dalam menekan jenis-jenis malaria

dibandingkan dengan Atabrine atau Quinine. Obat tersebut juga mengandung kadar racun paling

rendah daripada obat-obatan lain yang terdahulu dan terbukti efektif tanpa perlu digunakan

secara terus menerus.(9,15)

Namun baru-baru ini strain plasmodium falciparum, organisme yang menyebabkan malaria

tropika memperlihatkan adanya daya tahan terhadap klorokuin, serta obat anti malaria sintetik

lain. Strain jenis ini ditemukan terutama di Vietnam, dan juga di Semenanjung Malaysia, Afrika

dan Amerika Selatan. Kina juga semakin kurang efektif terhadap strain plamodium falciparum.

Sering dengan munculnya strain parasit yang kebal terhadap obat-obatan tersebut, fakta bahwa

beberapa jenis nyamuk pembawa (Anopheles) telah memiliki daya tahan terhadap insektisida,

seperti DDT, telah mengakibatkan peningkatan jumlah kasus penyakit malaria di beberapa

negara tropis. Sebagai akibatnya kasus penyakit malaria juga mengalami peningkatan pada para

turis dari Amerika dan Eropa Barat yang datang ke Asia dan Amerika Tengah dan juga diantara

pengungsi-pengungsi dari daerah tersebut. Para turis yang datang ke tempat yang dijangkiti oleh

penyakit malaria yang tengah menyebar, dapat diberikan obat anti malaria sepert profilaksis

(obat pencegah).

Page 58: Analisis Dan Sintesis Skenario a Blok 9 Angkatan 2011

Pengobatan malaria menurut keperluannya dibagi menjadi pencegahan bila obat diberikan

sebelum infeksi terjadi, pengobatan supresif bila obat diberikan untuk mencegah timbulnya

gejala klinis, pengobatan kuratif untuk pengobatan infeksi yang sudah terjadi terdiri dari

serangan akut dan radikal, dan pengobatan untuk mencegah transmisi atau penularan bila obat

digunakan terhadap gametosit dalam darah.

Sedangkan dalam program pemberantasan malaria dikenal 3 cara pengobatan, yaitu :

1. Pengobatan presumtif dengan pemberian skizontisida dosis tunggal untuk mengurangi gejala

klinis malaria dan mencegah penyebaran

2. Pengobatan radikal diberikan untuk malaria yang menimbulkan relaps jangka panjang

3. Pengobatan massal digunakan pada setiap penduduk di daerah endemis malaria secara teratur.

Saat ini pengobatan massal hanya di berikan pada saat terjadi wabah.