skenario a blok 12angkatan 2011

Upload: yolanda-rachmi

Post on 30-Oct-2015

44 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

SKENARIO A BLOK XII TUTOR 2

BAB IPENDAHULUAN

1.1 Latar BelakangBlok Hematologi Dan Limfatik adalah blok keduabelas pada semester IV dari Kurikulum Berbasis Kompetensi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Palembang.Pada kesempatan ini dilaksanakan tutorial studi kasus skenario Ayang memaparkan tentang anemia defisiensi zat besi pada Ny. Ana.

1.2 Maksud dan TujuanAdapun maksud dan tujuan dari laporan tutorial studi kasus ini, yaitu :1. Sebagai laporan tugas kelompok tutorial yang merupakan bagian dari sistem pembelajaran KBK di Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Palembang.2. Dapat menyelesaikan kasus yang diberikan pada skenario dengan metode analisis dan pembelajaran diskusi kelompok.3. Tercapainya tujuan dari metode pembelajaran tutorial.

BAB IIPEMBAHASAN

2.1 Data TutorialTutor: Dr. Desti MarianiModerator: Irvandra AfrenSekretaris: Risma KurniasihNotulen: Maya AgustinWaktu: Senin, 06 Mei 2013Pukul 10.30 12.30 WIB.Rabu, 08Mei 2013Pukul10.30 12.30 WIB.The Rule of Tutorial: 1. Menonaktifkan ponsel atau mengkondisikanponseldalam keadaan diam. 2. Mengacungkan tangan saat akan mengajukanargumen. 3. Izin saat akan keluar ruangan.2.2 Skenario Kasus

Ny. Ana, 32 tahun, datang ke poliklinik dengan keluhan mudah lelah, serta pusing, mata berkunang- kunang sejak 2 bulan yang lalu dan bertambah berat sejak 1 minggu. Satu bulan yang lalu Ny. Ana pernah berobat ke bidan desa dan dikatakan mengalami kurang darah. Ny. Ana dan suaminya bekerja sebagai petani penggarap dan memiliki 6 orang anak serta anak terakhirnya berusia 5 bulan dan masih disusui. Menu makan harian Ny. Ana sepiring nasi setiap makan disertai lauk seperti ikan asin dan jarang mengkonsumsi daging, ayam, telur, sayur dan buah-buahan. Riwayat menstruasi teratur. Riwayat penyakit dahulu tidak pernah menderita penyakit yang lama.Pemeriksaan fisik:Keadaan umum : tampak pucat, Nadi 100 x/menit, RR 24 x/menit, suhu 36,8 C, TD 110/70 mmhg, TB 155cm, BB 46 kg.Keadaan khusus: Kepala: konjungtiva pucat Leher: JVP (5-2) cm H2O, pembesaran KGB (-) Thoraks: jantung dan paru normal Abdomen: datar, lemas, bising usus normal, hepar dan lien tidak teraba. Ekstremitas: edem tungkai (-), telapak tangan dan kaki pucat.Pemeriksaan laboratoriumDarah : Hb 9,1 g/dl, MCV 70 fl, MCH 25%, MHCHC 29 %,. Gambaran darah tepi : anisositosis, hipokrom mikrositer, poilkilositosis, Fe serum 12 g/, iron binding capacity 460 g/dl, serum feritin 14 g/dl.I. Klarifikasi Istilah1. kurang darahpenurunan jumlah eritrosit, kuantitas Hb atau volume didalam darah dibawah normal.2. Mata berkunang- kunangPandangan berkelip- kelip seakan melihat cahaya seperti berkunang-kunang.3. Mudah lelahKondisi dimana tubuh lesu dan tidak bertenaga.4. AnisitosisAdanya eritrosit yang menunjukkan berbagai ukuran dalam darah.5. PusingPerasaan terganggunya keseimbangan seperti berputar- putar / bergoyang- goyang.6. Hipokrom mikrositerRBC dengan ukuran yang berkurang dan pewarnaan yang berkurang.7. PoilkilositosisAdanya eritrosit dengan keragaman bentukyang abnormal dalam darah.8. MCVVolume eritrosit rata- rata.9. Iron binding capacityUntuk mengetahui jumlah transferin yang berada dalam sirkulasi darah.10. MCHJumlah rata- rata Hb dalam eritrosit.11. MCHCKonsentrasi Hb rata- rata dalam eritrosit12. Serum ferinKompleks besi apoferitin yang merupakan bentuk utama penyimpanan besi dalam tubuh yang terdapat dalam serum.II. Identifikasi Masalah 1. Ny. Ana, 32 tahun, datang ke poliklinik dengan keluhan mudah lelah, serta pusing, mata berkunang- kunang sejak 2 bulan yang lalu dan bertambah berat sejak 1 minggu.2. Satu bulan yang lalu Ny. Ana pernah berobat ke bidan desa dan dikatakan mengalami kurang darah.3. Ny. Ana dan suaminya bekerja sebagai petani penggarap dan memiliki 6 orang anak serta anak terakhirnya berusia 5 bulan dan masih disusui.4. Menu makan harian Ny. Ana sepiring nasi setiap makan disertai lauk seperti ikan asin dan jarang mengkonsumsi daging, ayam, telur, sayur dan buah-buahan. 5. Riwayat menstruasi teratur. Riwayat penyakit dahulu tidak pernah menderita penyakit yang lama.6. Pemeriksaan fisik:Keadaan umum : tampak pucat, Nadi 100 x/menit, RR 24 x/menit, suhu 36,8 C, TD 110/70 mmhg, TB 155cm, BB 46 kg.Keadaan khusus: Kepala: konjungtiva pucat Leher: JVP (5-2) cm H2O, pembesaran KGB (-) Thoraks: jantung dan paru normal Abdomen: datar, lemas, bising usus normal, hepar dan lien tidak teraba. Ekstremitas: edem tungkai (-), telapak tangan dan kaki pucat.7. Pemeriksaan laboratoriumDarah : Hb 9,1 g/dl, MCV 70 fl, MCH 25%, MCHC 29 %,. Gambaran darah tepi : anisositosis, hipokrom mikrositer, poilkilositosis, Fe serum 12 g/, iron binding capacity 460 g/dl, serum feritin 14 g/dlIII. Analisis Masalah1. Ny. Ana, 32 tahun, datang ke poliklinik dengan keluhan mudah lelah, serta pusing, mata berkunang- kunang sejak 2 bulan yang lalu dan bertambah berat sejak 1 minggu.a. Apa saja kemungkinan penyebab dari keluhan yang dialami Ny. Ana ?Jawab:1) Kekurangan asupa nutrisi2) Anemia3) Dehidrasi4) Hipoksia

b. Bagaimana hubungan umur dan jenis kelamin dengan keluhan Ny. Ana?Jawab:Kemungkina Ny. Ana mengalami anemia untuk umur tidak ada perbedaan antar umur semua umur bisa terkena anemia, sedangkan jenis kelami pada anak- anak laki-laki lebih rentan terkena anemia dibandingkan perempuan. Namun pada usia dewasa wanita lebih rentan terkena anemia dibandingkan laki-laki.

c. Apa makna keluhan yang dirasakan sejak 2 bulan yang lalu dan semakin bertambah berat sejak 1 minggu?Jawab:Penyakit anemia biasanya progresivitasnya berlangsung lama, sejak 2 bulan yang lalu Ny. Ana sudah mengalami keluhan- keluhan tersebut namun dalam satu minggu terakhir keluhannya bertambah berat karena kemungkinan anemia yang dialami Ny. Ana sudah megalami progresivitas.

d. Bagaimana mekanisme dari mudah lelah, serta pusing, mata berkunang- kunang?Jawab:1) Mekanisme lelahAnemia pengangkutan oksigen terganggu pada saat bekerja, energi yang dibutuhkan tinggi tidak seimbang antara pembuatan energi dengan kebutuhan mudah lelah2) Mekanisme pusig dan mata berkunang-kunangAnemia pengangkutan oksigen terganggu kebutuhan oksigen otak tidak tercukupi pusing da mata berkunang-kunang.

2. Satu bulan yang lalu Ny. Ana pernah berobat ke bidan desa dan dikatakan mengalami kurang darah.a. Bagaimana hubungan keluhan yang bertambah berat dngan riwayat berobat 1 bulan lalu?Jawab:Kemungkinan dalam mengkonsumsi obat Ny. Ana tidak teratur sehingga belum bisa mengganti kekurangan zat besi dalam tubuh, selai itu pola makan ny. Ana juga tidak diperbaiki sehingga anemianya berlanjut.

b. Apa saja komponen darah? Jelaskan!Jawab:1) ElemenPadata) Seldarahmerah (eritrosit)b) Seldarahputih (leukosit)c) Platelet (trombosit)2) ElemenCair (Plasma)a) Airb) ZatLarut (solut)c) Proteind) Zat inorganice) Nutrienf) Produksisag) Gas laruth) Hormon

Eritrosit (RBC) Selberbentukbikonkaf Tidakpunya nucleus Tidakdapatbereproduksi Membawa Hemoglobin (Hb) selmembawa 280 jutamolekulHb 1 molekulHbmengikat 4 molekul O2 Mengandungkarbonik anhydrase Membawa CO2 Konsentrasi (hematokrit/packet cell) 4-6 juta/mm3 Leukosit (WBC) Memilikinukleus, tidakmembawaHb Konsentrasi: 5000-9000/mm3 Tipe WBC Diff-count Leukosit granular: Neutrofil (50-70%), Eosinofil (1-4%), Basofil ( 20 %> 20 %

Feritin serum < 20Normal

10. pemeriksaan penunjang tambahan apa saja yang dibutuhkan untuk menegakkan penyakit pada kasus ini?Jawab:Pemeriksaan laboratorium pada pasien anemia (Doenges, 2000 :572) :1) Jumlah eritrosit : menurun (AP), menurun berat (aplastik); MCV (volume korpuskular rerata) dan MCH (hemoglobin korpuskular rerata) menurun dan mikrositik dengan eritrosit hipokronik (DB), peningkatan (AP). Pansitopenia (aplastik). Nilai normal eritrosit (juta/mikro lt) : 3,9 juta per mikro liter pada wanita dan 4,1 -6 juta per mikro liter pada pria2) Jumlah darah lengkap (JDL) : hemoglobin dan hematokrit menurun.3) Jumlah retikulosit : bervariasi, misal : menurun (AP), meningkat (respons sumsum tulang terhadap kehilangan darah/hemolisis).4) Pewarna sel darah merah : mendeteksi perubahan warna dan bentuk (dapat mengindikasikan tipe khusus anemia).5) LED : Peningkatan menunjukkan adanya reaksi inflamasi, misal : peningkatan kerusakan sel darah merah : atau penyakit malignasi.6) Masa hidup sel darah merah : berguna dalam membedakan diagnosa anemia, misal : pada tipe anemia tertentu, sel darah merah mempunyai waktu hidup lebih pendek.7) Tes kerapuhan eritrosit : menurun (DB).8) SDP : jumlah sel total sama dengan sel darah merah (diferensial) mungkin meningkat (hemolitik) atau menurun (aplastik). Nilai normal Leokosit (per mikro lt) : 6000 10.000 permokro liter9) Jumlah trombosit : menurun caplastik; meningkat (DB); normal atau tinggi (hemolitik). Nilai normal Trombosit (per mikro lt) : 200.000 400.000 per mikro liter darah10) Hemoglobin elektroforesis : mengidentifikasi tipe struktur hemoglobin. Nilai normal Hb (gr/dl) : Bilirubin serum (tak terkonjugasi): meningkat (AP, hemolitik).11) Folat serum dan vitamin B12 membantu mendiagnosa anemia sehubungan dengan defisiensi masukan/absorpsi12) Masa perdarahan : memanjang (aplastik)13) LDH serum : menurun (DB)14) Tes schilling : penurunan eksresi vitamin B12 urine (AP)15) Guaiak : mungkin positif untuk darah pada urine, feses, dan isi gaster, menunjukkan perdarahan akut / kronis (DB).16) Pemeriksaan andoskopik dan radiografik : memeriksa sisi perdarahan : perdarahan GI17) Aspirasi sumsum tulang/pemeriksaan/biopsi : sel mungkin tampak berubah dalam jumlah, ukuran, dan bentuk, membentuk, membedakan tipe anemia, misal: peningkatan megaloblas (AP), lemak sumsum dengan penurunan sel darah (aplastik)

11. Apa WD pada kasus ini?Jawab: Anemia hipokromik makrositer defisiensi besi.

12. Apa etiologi dari kasus ini?Jawab: defisiensi zat besi

13. Bagaimana epidemiolgi dari penyakit pada kasus?Jawab:Afrika Amerika latinIndonesia

Laki dewasa6%3%16%-50%

Wanita tak hamil20%17%-21%25%-48%

Wanita hamil60%39%-46%46%-92%

14. Bagaimana manifestasi klinis pada penyakit ini?Jawab:1) Gejala umum anemia Gejala ini baru akan timbul apabila terjadi penurunan kadar hemoglobin hingga 7-8 gr/dl Lemah, lesu, lelah, mata berkunang-kunang dan telinga berdenging2) Gejala khas defisiensi besi Koilonichya (spoon nail) yaitu kuku yang cekung seperti sendok, memiliki garis-garis vertikal dan rapuh. Atrofi papil lidah sehingga permukaan lidah menjadi licin dan mengkilap Stomatitis angularis (cheilosis) yaitu adanya radang pada sudut mulut berupa bercak keputihan Disfagia Atrofi mukosa gaster pica : keinginan makan makanan yang tidak lazim seperti tanah liat, lem dll

15. Bagaimana tatalaksana secara komprehensif pada kasus ini? Jawab: Terapi kausal: tergantung penyebabnya, misalnya : pengobatan cacing tambang, pengobatan hemoroid, pengobatan menoragia. Dalam hal ini adalah Ulkus, ganti antasid dengan obat-obat sitoprotektif seperti Sukralfat (Al-sukrosa Sulfat) Ganti obat NSAID dengan yang dapat dipakai dalam jangka waktu lama tanpa menggangu sistem GIT. Pemberian preparat besi untuk mengganti kekurangan besi dalam tubuh : Besi peroral : merupakan obat pilihan pertama karena efektif, murah dan aman. Besi parental : Efek samping lebih berbahaya, serta harganya lebih mahal. Indikasi, yaitu: Intoleransi oral berat Kepatuhan berobat berkurang Kolitis ulserativa Perlu peningkatan Hb secara cepat (misal preoperasi, hamil trisemester terakhir) Preparat yang tersedia : iron dextran complex, iron sorbitol citric acid complex. Efek samping obat : reaksi anafilaksism flebitis, sakit kepala, flushing, mual, muntah, nyeri perut dan sinkop.

Cara pemberian Besi :Dosis besi parental : harus dihitung dengan tepat karena besi berlebihan akan membahayakan pasien. Besarnya dosis dapat dihitung dengan rumus berikut ini :Kebutuhan besi (mg) = (15-Hb sekarang) x BB x 3 Pengobatan lain Diet : sebaiknya diberikan makanan bergizi dengan tinggi protein terutama yang berasal dari protein hewani Vitamin C : vitamin C diberikan 3 x 100 mg/ hari untuk meningkatkan absopsi tubuh Transfusi darah : anemia kekurangan besi jarang memerlukan transfusi darah. Indikasi pemberian transfusi darah pada anemia kekurangan besi adalah : Hb < 7 gr/dl Anemia yang sangat simptomatik, misalnya anemia dengan gejala pusing yang mencolok Penderita memerlukan peningkatan kadar hemoglobin yang cepat,

16. Apasaja komplikasi dari penyakit pada kasus ini?Jawab:Komplikasi seperti pada anemia yang lain apabila anemianya berat maka akan timbul komplikasi pada sistem kardiovaskuler berupa dekompensatio cordis.

17. Bagaimana prognosis dari penyakit ini?Jawab:Quo at vitam : bonamQuo at functional: bonam

18. Bagaimana KDU dalam kasus ini?Jawab:

KDU 4mampu membuat diagnosis klinik berdasarkan pemeriksaan fisik dan pemeriksaanpemeriksaan tambahan yang diminta oleh dokter (misalnya : pemeriksaan laboratorium sederhana atau X-ray). Dokter dapat memutuskan dan mampu menangani problem itu secara mandiri hingga tuntas.

19. Apa pandangan islam mengenai kasus ini?Jawab:Dari Abu Hurairah r.a. Nabi Muhammad SAW. Bersabda : Tidaklah seorang muslim ditimpa musibah, kesusahan, kesedihan, penyakit, gangguan menumpuk pada dirinya kecuali Allah SWT hapuskan akan dosa-dosanya (HR. Bukhari dan Muslim)

IV. Kerangka Konsep

Ibu menyusuiKebutuhan +Sosial ekonomiAsupan (-)

Fe serum menurunPeurunan cadanga besi

Penurunan serum feritin

Cadangan besi tubuh menurun

Penurunan saturasi transferin

Penurunan TIBC

Eritripoesis meurun

Kadar HB menurun

Suplai O2 kejaringan menurun

Eritrosit menurun

MCV, MCH, MCHC menurun

Lelah dan pusing

Poilkilositosis, anisositosis,hipokrom mikositer

V. Kesimpulan Nyonya Ana seorang ibu menyusui mengalami anemia defisiensi zat besi karena asupan nutrisi yang inadekuat.ANEMIA DEFISIENSI BESI

1. Definisi Anemia defisiensi besi adalah anemia yang timbul akibat berkurangnya penyediaan besi untuk eritropoietik karena cadangan besi kosong sehingga pembentukan hemoglobin berkurang. Berbeda dengan anemia akibat penyakit kronik, berkurangnya penyediaan besi untuk eritropoietik terjadi akibat pelepasan besi dari system retikuloendotelial yang berkurang, sementara cadangan besi normal. Namun, kedua jenis anemia ini merupakan anemia dengan gangguan metabolisme besi.

2. Epidemiologi Anemia defisiensi besi (ADB) merupakan jenis anemia yang paling banyak diderita oleh penduduk di negara berkembang, termasuk di indonesia. Sebanyak 16-50 % laki-laki dewasa di Indonesia menderita ADB dengan penyebab terbanyak yaitu infeksi cacing tambang (54%) dan hemoroid (27%). 25-48 % perempuan dewasa di Indonesia menderita ADB dengan penyebab terbanyak menorraghia (33%) , hemoroid (17%) dan infeksi cacing tambang (17%). 46-92 % wanita hamil di Indonesia menderita ADB.

3. Etiologi Anemia defisiensi besi dapat disebabkan oleh karena rendahnya masukan besi, gangguan absorbs, serta kehilangan besi akibat perdarahan menahun : Kehilangan besi sebagai akibat perdarahan menahun dapat berasal dari : Saluran cerna : akibat dari tukak peptic, pemakaian salisilat atau NSAID, kanker lambung, kanker kolon, divertikulosis, hemoroid dan infeksi cacing tambang (ankilostomiasis) Saluran genitalia perempuan : menorrhagia atau metrorhagia Saluran kemih : hematuria Saluran nafas : hemaptoePenyebab perdarahan paling sering pada laki-laki adalah perdarahan gastrointestinal, di Negara tropic paling sering karena infeksi cacing tambang (ankilostomiasis). Sedangkan pada perempuan dalam masa reproduksi paling sering karena meno-metrorhagia. Faktor nutrisi : akibat kurangnya jumlah besi total dalam makanan, atau kualitas besi (bioavailabilitas) besi yang tidak baik (makanan banyak serat, rendah vitamin C, dan rendah daging) Kebutuhan besi meningkat : seperti pada prematuritas, anak dalam masa pertumbuhan dan kehamilan Gangguan absorbs besi : gastrektomi, tropical sprue atau colitis kronik

4. Metabolisme BesiBesi dalam makanan terikat pada molekul lain yang lebih besar. Di dalam lambung besi akan dibebaskan menajdi ion feri oleh pengaruh asam lambung (HCl). Di dalam usus halus, ion feri diubah menjadi ion fero oleh pengaruh alkali. Ion feri inilah yang kemudian diabsorbsi oleh sel mukosa usus. Sebagian akan disimpan sebagai persenyawaan feritin dan sebagian masuk ke peredaran darah berikatan dengan protein yang disebut transferin. Selanjutnya transferin ini akan dipergunakan untuk sintesis hemoglobin. Sebagian dari transferin yang tidak terpakai akan disimpan sebagai labile iron pool. Ion fero diabsorbsi jauh lebih mudah dari pada ion feri., terutama bila makanan mengandung vitamin atau fruktosa yang akan membentuk suatu kompleks besi yang larut, sedangkan fosfat, oksalat dan fitrat menghambat absorbs besi.

5. Patogenesis dan Patofisiologi

Iron Depleted StatedCadangan besi menurun namun, eritropoietik belum tergangguPerubahan Fungsional AnemiaPerubahan Fungsional Non-AnemiaIron Deficient EritropoieticCadangan besi kosong dan eritropoietik terganggu namun, gejala anemia belum manifesIron Deficiency AnemiaEritropoietik sangat terganggu, kadar Hb menurun sehingga gejala anemia bermanifesferitin serum pengecatan besi pada sumsum tulang negatifabsorbsi besi melalui usus AnemiaDefisiensi BesiFree protophorfirin TIBC Anemia hipokrom mikrositerGejala klinik anemiaSistem Neuromuskuler Fe mioglobin, enzim sitokrom, gliserofosfat gangguan gilkolisis asam laktat kelelahan ototGangguan mental dan kecerdasan Fe gangguan enzim aldehidoksidase & enzim monoaminooksidase serotonin & katekolamin di otakGangguan imunitas dan ketahanan terhadap infeksi Fe enzim untuk sintesis DNA dan enzim mieloperoksidase netrofil imunitas selulerGangguan terhadap ibu hamil dan janin yang dikandung Fe angka kematian maternal, gangguan partus, risiko prematuritas, morbiditas & mortalitas fetus

6. Manifestasi Klinik3) Gejala umum anemia Gejala ini baru akan timbul apabila terjadi penurunan kadar hemoglobin hingga 7-8 gr/dl Lemah, lesu, lelah, mata berkunang-kunang dan telinga berdenging4) Gejala khas defisiensi besi Koilonichya (spoon nail) yaitu kuku yang cekung seperti sendok, memiliki garis-garis vertikal dan rapuh Atrofi papil lidah sehingga permukaan lidah menjadi licin dan mengkilap Stomatitis angularis (cheilosis) yaitu adanya radang pada sudut mulut berupa bercak keputihan Disfagia Atrofi mukosa gaster Pica : keinginan makan makanan yang tidak lazim seperti tanah liat, lem dll5) Gejala penyakit dasar Gejala tergantung penyebab dasar yang menimbulkan anemia Pada infeksi cacing tambang terdapat gejala dispepsia, parotis yang membengkak dan kulit telapak tangan berwarna kuning seperti jerami Anemia akibat kanker kolon dapat disertai oleh gangguan BAB

7. Penegakan DiagnosisTerdapat tiga tahap diagnosis anemia defisiensi besi, yaitu :1. Penentuan adanya anemiaAnemia secara klinis dapat memberikan beberapa gambaran, yang disebut sebagai sindroma anemia yakni badan lemah, letih, leu, cepat lelah, mata berkunang-kunang, telinga sering berdenging. Namun, biasanya, gejala simptomatis ini ditemukan apabila kadar Hb < 7 g/dl.Pada pemeriksaan fisik ditemukan anemis pada konjutiva dan jaringan bawah kuku.

Berdasarkan kadar hemoglobin, kriteria anemia menurut WHO ( Hoffbrand AV, 2001) :KelompokKriteria anemia ( Hb)

Laki-laki dewasa< 13 g/dl

Wanita dewasa tidak hamil< 12 g/dl

Wanita dewasa hamil< 11 g/dl

2. Penentuan defisiensi besi sebagai penyebab anemiaManifestasi klinis yang khas untuk anemia defisiensi besi adalah ;a. Atrofi papil lidah ; permukaan lidah licin, mengkilap karena papil lidah hilangb. Stomatitis angularis ; radang pada sudut mulutc. Disfagia akibat kerusakan epitel hipofaringd. Koilonichya ; kuku sendok ( spoon nail ), kuku rapuh, bergaris-garis vertical dan menjadi cekung sehingga mirip sendoke. Atrofi mukosa gasterf. Pica ; makan yang tidak lazim seperti tanah liat, es, lem dll

Secara laboratorium, untuk menegakan diagnosis defisiensi besi ( modifikasi kriteri Kerlin, et al ) yaitu :Anemia hipokrom mikrositik pada apusan darah tepi , atau MCV < 80 fl, dan MCHC < 31 % dengan salah satu dari criteria berikut :g. 2 dari 3 parameter berikut :i. Besi serum < 50 mg/dlii. TIBC > 350 mg/dliii. Saturasi transferin < 15 %h. Feritin serum < 20 mg/li. Pengecatan besi sumsum tulang negativej. Pemberian SF 3 x 200 mg/hari selama 4 minggu dapat meningkatkan kadar Hb > 2 gr.dl

3. Penentuan penyebab dasar timbulnya anemia defisiensi besi Gejala klinis tergantung pada penyeakit dasar yang menyertai. Pada anemia yang disebabkan oleh penyakit cacing tambang, ditemukan dyspepsia, parotis membengkak, dan kulit telapak tangan kuning seperti jerami. Apada anemia akibat perdarahan kronik akibat kanker kolon akan ditemukan keluhan BAB. Apabila dicurigai penyakit cacing tambang, dilakukan pemeriksaan feses untuk mencari telur cacing. Pada kecurigaan perdarahn sementara tidak ditemukan perdarahan nyata, maka dapat dilakukan tes darah samar ( occult blood test ) pada feses, dapat juga dilakukan endoskopi saluran cerna atas atau bawah jika ada indikasi.

BAB III PENUTUP3.1 KesimpulanNy. Ana 32 tahun seorang ibu menyusui mengalami anemia defisiensi besi karena asupan nutrisi yang inadekuat.

DAFTAR PUSTAKADavey, Patrick. 2003. At a Glance MEDICINE. Jakarta : ErlanggaDepartemen Kesehatan Republik Indonesia Dorland, W.A. Newman. 2002. Kamus Kedokteran Dorland. Jakarta : EGCGanong. 1993. Fisiologi Kedokteran. Jakarta : EGCGuyton, Arthur C., John E. Hall. 1997. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Jakarta: EGCStaf Pengajar FK UI. 2006. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta. Binarupa Harrison, T.R., Harrisons Principle of Internal Medicine, 17th ed., The McGraw-Hill Companies, Inc., United States Amerika, 2008Katzung, B.G., 2007 ,Basic and Clinical Pharmacology- 10th Ed., 1009-1011, The McGraw-Hill Companies, Inc., USA.Price,A. Sylvia, and Wilson, M. Lorraine., Patofisiologi, 6th ed., EGC., Jakarta. 2003. Vinay, Kumar, et all., Buku Ajar Patologi Robbins, 7th ed., EGC., Jakarta. 2007.Arif, Mansjoer, et all. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi III, Cetakan ke sepuluh., Media Aesculapius., Jakarta. 2009.

Skenario A blok 12 tutor 2 Anemia defisiensi besi Page 13