skenario b blok 17 tahun 2015
DESCRIPTION
enjoyTRANSCRIPT
Skenario B Blok 17 Tahun 2015
Ny. W, 42 tahun, dibawa ke UGD RSMH karena mengalami nyeri perut kanan atas yag hebat,
disertai demam dan menggigil. Sejak 2 bulan yang lalu, Ny. W, mengeluh nyeri dia perut kanan
atas yang menjalar sampai ke bahu sebelah kanan dan disertai mual. Nyeri hilang timbul dan
bertambah hebat bila makan makanan berlemak. Biasanya Ny. W minum obat penghilang nyeri.
Sejak 1 minggu sebelum masuk RS ia juga mengeluh demam ringan yang hilang timbul, mata
dan badan kuning, BAK seperti teh tua, BAB seperti dempul, dan gatal-gatal.
Pemeriksaan Fisik :
Keadaan umum : tampak sakit sedang, kesadaran kompos mentis,
Tanda Vital : TD : 110/70 mmHg, Nadi : 106x/menit, RR : 24 x/menit, Suhu : 39,0oC
BB : 80kg, TB : 158 cm
Pemeriksaan Spesifik :
Kepala : Sklera ikterik.
Leher dan thoraks dalam batas normal.
Abdomen : Inspeksi : datar
Palpasi : Lemas, nyeri tekan kanan atas (+) -> Murphy’ sign (+0, hepar dan lien
tidak teraba.
Kandung empedu : Sulit dinilai
Perkusi : Shifting dullness (-).
Ekstremitas : Palmar eritema (-), akral pucat, edema perifer (-)
Pemeriksaan Laboratorium :
Darah Rutin : Hb : 12,4 g/dl, Ht : 36 vol%, Leukosit : 15.400/mm3, Trombosit : 329.000/mm3,
LED : 77 mm/jam
Liver Function Test (LFT) : Bil. Total : 20,49 mg/dl, Bil. Direk : 19,94 mg/dl, Bil. Indirek : 0,55
mg/dl, SGOT : 29 u/l, SGPT : 37 u/l, Fosfatase alkali : 864 u/l
Amilase : 40 unit/L dan Lipase : 50 unit/L.
I. Klarifikasi Istilah
a. Demam: Pireksia, peningkatan temperature tubuh diatas normal.
b. Mual: Sensasi tidak menyenangkan yang samar pada epigastrium dan abdomen dengan
kecenderungan untuk muntah.
c. Dempul: Warna feses seperti dempul karena kurangnya cairan empedu yang bisa
merupakan suatu tanda adanya gangguan pada hati, kandung empedu atau usus halus
(warna putih).
d. Gatal-gatal: Sensasi kulit yang tidak nyaman menimbulkan keinginan untuk
menggaruk atau menggosok.
e. Ikterik: Warna kekuningan pada kulit, sclera, membran mukosa dan ekskresi akibat
hiperbilirubinemia dan pengendapan pigmen empedu.
f. Murphy’s Sign: Pemeriksaan penunjang untuk cholesistitis dan pyelonephritis dan
cholangitis ascendens
g. Shifting Dullness: Suara pekak yang berpindah-pindah saat perkusi akibat adanya
cairan bebas pada abdomen.
h. Palmar Eritema: Kemerahan pada kulit bagian telapak tangan yang dihasilkan oleh
kongesti pembuluh kapiler.
i. Akral: Berkenaan dengan atau mempengaruhi tungkai atau ekstremitas lain.
j. Bilirubin total: Pigmen empedu yang dihasilkan melalui pemecahan heme dan reduksi
biliverdin.
k. Bilirubin direk: Bilirubin yang telah diambil oleh sel-sel hati dan dikonjugasikan
membentuk bilirubin diglukuronid yang larut dalam air.
l. Bilirubin indirek: Bentuk bilirubin larut dalam lemak yang bersirkulasi dengan asosiasi
longgar terhadap protein plasma.
m. SGOT:Enzim yang biasanya terdapat dalam jaringan tubuh terutama dalam jantung
dan hati.
n. SGPT: Serum Glutamic Piruvic Transaminase yaitu enzim yang normalnya dijumpai
pada serum dan jaringan tubuh terutama hati.
o. Fosfatase Alkali: Enzim yang diproduksi terutama oleh sel hati dan osteoblast yang
berasal dari usus dan disekresikan melalui saluran empedu.
p. Amilase: Enzim yang mengkatalase peristiwa hidrolisis zat tepung menjadi molekul
lebih kecil.
q. Lipase: Tiap enzim yang mengkatalisis pemecahan anion asam lemak dari trigliserida
atau phospholipid.
Analisis Masalah
1. Ny. W, 42 tahun, dibawa ke UGD RSMH karena mengalami nyeri perut kanan
atas yang hebat, disertai demam dan menggigil.
a. Apa saja organ yang terdapat pada region Hypochondriac Dextra?
Dalam bentuk kuadran
Dalam bentuk kuadran merupakan bentuk garis besar dan sederhana.
Penentuan kuadran ini dengan menarik garis (horizontal dan vertikal) melalui
umbilikus. Dengan cara ini dinding abdomen terbagi atas 4 daerah yang sering
disebut :
1. Kuadran kanan atas
2. Kuadran kiri atas
3. Kuadran kanan bawah
4. Kuadran kiri bawah
Gambar1.Kuadran Abdominalis
Kepentingan pembagian ini yaitu untuk menyederhakan penulisan laporan,
misalnya untuk kepentingan konsultasi atau pemeriksaan kelainan yang
mencakup daerah yang cukup jelas.
Berikut gambaran secara besar tentang organ yang terdapat pada kuadran-
kuadran.
Regio digunakan untuk pemeriksaan yang lebih rinci atau lebih spesifik, yaitu
dengan menarik dua garis sejajar dengan garis median dan garis transversal yang
menghubungkan dua titik paling bawah dari arkus kosta dan satu lagi yang
menghubungkan kedua spina iliaka anterior superior (SIAS).
Bedasarkan pembagian yang lebih rinci tersebut permukaan depan abdomen terbagi
menjadi 9 regio:
1. Regio hypocondriaca dextra
2. Regio epigastrica
3. Regio hypocondriaca sinistra
4. Regio abdominal lateralis dextra
5. Regio umbilicalis
6. Regio abdominal lateralis sinistra
7. Regio inguinalis dextra
8. Regio pubica (hypogastrium)
9. Regio inguinalis sinistra
Kuadran Kanan Atas Kuadran Kiri Atas
Hati, kantung empedu, paru, esofagus Hati, jantung, esofagus, paru,
pankreas, limfa, lambung
Kuadran Kanan Bawah Kuadran Kiri Bawah
Usus 12 jari (duo denum), usus besar,
usus kecil, kandung kemih, rektum,
testis, anus
Anus, rektum, testis, ginjal, usus kecil,
usus besar
gambar 2. Regio Abdominalis
Kepentingan pembagian ini, yaitu bila kita meminta pasien untuk menunjukan dengan
tepat lokasi rasa nyeri serta melakukan deskripsi perjalanan rasa nyeri tersebut. Dalam hal ini
sangat penting untuk membuat peta lokasi rasa nyeri beserta perjalanannya, sebab sudah
diketahui karakteristik dan lokasi nyeri akibat kelainan masing-masing organ intra abdominal
berdasarkan hubungan persarafan viseral dan somatik.
Secara garis besar organ-organ dalam abdomen dapat diproyeksikan pada permukaan abdomen
dalam bentuk regio, yaitu antara lain:
a. Hati atau hepar berada di regio hypocondriaca dextra, epigastrica dan sedikit ke
hypocondriaca sinistra.
b. Lambung berada di regio epigastrium.
c. Limpa berkedudukan di regio hypocondrium kiri.
d. Kandung empedu atau vesika felea sering kali berada pada perbatasan regio
hypocondrium kanan dan epigastica.
e. Kandung kemih yang penuh dan uterus pada orang hamil dapat teraba di regio
hypogastrium.
f. Apendiks berada di daerah antara regio inguinalis dextra, abdominalis lateral
kanan, dan bagian bawah regio umbilicalis.
b. Bagaimana Anatomi, Fisiologi, dan Histologi dari hepar?
a. Vesica Fellea
Anatomi
Kandung empedu ( Vesica fellea) adalah kantong berbentuk buah pear yang terletak pada
permukaan visceral hepar. Vesica fellea dibagi menjadi 6
fundus, corpus dan collum. Fundus berbentuk bulat dan biasanya menonjol dibawah pinggir
inferior hepar, dimana fundus berhubungan dengan dinding anterior abdomen setinggi ujung
rawan costa IX kanan. Corpus bersentuhan dengan permukaan visceral hati dan arahnya keatas,
belakang dan kiri. Collum dilanjutkan sebagai duktus cysticus yang berjalan dalam omentum
minus untuk bersatu dengan sisi kanan ductus hepaticus comunis membentuk duktus koledokus.
Peritoneum mengelilingi fundus vesica fellea dengan sempurna menghubungkan corpus dan
collum dengan permukaan visceral hati. Pembuluh darah kandung empedu adalah a. cystica,
cabang a. hepatica kanan. V. cystica mengalirkan darah lengsung kedalam vena porta. Sejumlah
arteri yang sangat kecil dan vena – vena juga berjalan antara hati dan kandung empedu.
Pembuluh limfe berjalan menuju ke nodi lymphatici cysticae yang terletak dekat collum vesica
fellea. Dari sini, pembuluh limfe berjalan melalui nodi lymphatici hepaticum sepanjang
perjalanan a. hepatica menuju ke nodi lymphatici coeliacus. Saraf yang menuju kekandung
empedu berasal dari plexus coeliacus.
Fisiologi Vesica Fellea
Vesica fellea berperan sebagai resevoir empedu dengan kapasitas sekitar 50 ml. Vesica
fellea mempunya kemampuan memekatkan empedu. Dan untuk membantu proses ini,
mukosanya mempunyai lipatan – lipatan permanen yang satu sama lain saling berhubungan.
Sehingga permukaanya tampak seperti sarang tawon. Sel- sel thorak yang membatasinya juga
mempunyai banyak mikrovilli.
Empedu dibentuk oleh sel-sel hati ditampung di dalam kanalikuli. Kemudian disalurkan
ke duktus biliaris terminalis yang terletak di dalam septum interlobaris. Saluran ini kemudian
keluar dari hati sebagai duktus hepatikus kanan dan kiri. Kemudian keduanya membentuk duktus
biliaris komunis. Pada saluran ini sebelum mencapai doudenum terdapat cabang ke kandung
empedu yaitu duktus sistikus yang berfungsi sebagai tempat penyimpanan empedu sebelum
disalurkan ke duodenum.
Empedu dialirkan sebagai akibat kontraksi dan pengosongan parsial kandung empedu.
Mekanisme ini diawali dengan masuknya makanan berlemak kedalam duodenum. Lemak
menyebabkan pengeluaran hormon kolesistokinin dari mukosa duodenum, hormon kemudian
masuk kedalam darah, menyebabkan kandung empedu berkontraksi. Pada saat yang sama, otot
polos yang terletak pada ujung distal duktus coledokus dan ampula relaksasi, sehingga
memungkinkan masuknya empedu yang kental ke dalam duodenum. Garam – garam empedu
dalam cairan empedu penting untuk emulsifikasi lemak dalam usus halus dan membantu
pencernaan dan absorbsi lemak.
b. HEPAR
Anatomi
Hepar adalah kelenjar terbesar dalam tubuh dengan berat rata-rata 1.500 gr atau 2% dari
total berat badan orang dewasa normal. Letaknya tepat dibawah diafragma kanan. Hati memiliki
2 lobus, yaitu lobus kiri dan lobus kanan yangdibatasi oleh ligamentum falsiformis. Pada bagian
posterior hati terdapat porta hepatica tempat dimana masuknya vena porta dan arteria hepatica
dan keluarnya duktus hepaticus. Hepar bertekstur lunak, lentur, dan terletak di bagian atas
cavitas abdominal tepat dibawah diafragma. Sebagian besar hepar terletak di profunda arcus
costalis dextra, dan hemidiafrgma dextra memisahkan hepar dari pleura, pulmo, pericardium dan
cor. Hepar terbentang ke sebelah kiri untuk mencapai hemidiafragma sinistra. Permukaan atas
hepar yang cembung melengkung di bawah kubah diafragma. Fascia viseralis membentuk
cetakan visera yang letaknya berdekatan sehingga bentuknya menjadi tidak beraturan.
Permukaan ini berhubungan dengan pars abdominalis oesofagus, gaster, duodenum, fleksura
colidextra, ren dextra dan glandula suprarenalis dextra, serta vesica biliaris. Hepar dibagi
menjadi lobus hepatis dexter yang besar dan lobus hepatis sinister yang kecil oleh perlekatan
ligamentum peritoneale, ligamentum falciforme.
Lobus hepatis dexter terbagi lagi menjadi lobus quadrates, dan lobus caudatus oleh
adanya vesica biliaris, fissure ligament teretis, vena cava inferior, dan fissure ligament venosi.
Porta hepatis, atau hilus hepatis, terdapat pada fascies viseralis, dan teletak diantara lobus
caudatus dan lobus quadrates. Bagian atas ujung bebas omentum minus melekat pada pinggir-
pinggir porta hepatis. Pada tempat ini terdapat duktus hepaticus sinister dan dexter, ramus dexter
dan sinister arteria hepatica, vena portae hepatis, serta serabut saraf simpatis dan parasimpatis.
Disisni terdapat beberapa kelenjar limf hepar. Kelenjar-kelnjar ini menapung cairan limf hepar
danvesica biliarus, dan mengirimkan serabut eferannya ke nodi lymphoidei coeliaci. Seluruh
hepar dikelilingi oleh capsula fibrosa, tetapi hanya sebagian ditutupi oleh peritoneum. Hepar
tersusun atas lobuli hepatis. Vena sentralis pada masing-masing lobules bermuara ke vena
hepaticae. Di dalam ruangan diantara lobules-lobulus terdapat canalis hepatis yang berisi cabang-
cabang arteria hepatica, vena portae hepatis, dan sebuah cabang duktus choledochus (trias
hepatis). Darah arteria dan vena berjalan diantara sel-sel hepar melalui sinusoid dan dialirkan
melalui vena sentralis.
Pendarahan
Vasa darah yang memberi darah ke hepar adalah a.hepatica dan v.portae hepatis.
Arteri hepatica membawa darah yang kaya oksigen ke hepar, sedangkan v.portae hepatis
membawa darah vena yang kaya hasil pencernaan yang telah diserap dari tractus
gastrointestinal. Darah arteri dan vena masuk ke v.centralis dari setiap lobules hepatis
melalui sinusoid hepar.Vena centralis bermuara ke vena hepatica dextra et sinistra, dan
meninggalkan permukaan posterior hepar menuju vena cava inferior.
Limfe
Hepar menghasilkan banyak limfe, sekitar 1/3-1/2 seluruh limfe tubuh. Vasa limfe
meninggalkan hepar dan masuk ke beberapa lymphonodus di porta hepatis. Vassaefferent
menuju LN.coeliacus. Sejumlah kecil vasa limfe menembus diafragma menuju
LN.mediastinalis posterior. 10
Persyarafan
N.symphaticus dan N.parasymphaticus yang berasal dari plexus coeliacus.
Fisiologi
Fungsi hepar yaitu (1) membentuk dan mensekresikan empedu ke dalam
traktusintestinalis; (2) berperan pada banyak metabolisme yang berhubungan dengan
karbohidrat, lemak dan protein; (3) menyaring darah untuk membuang bakteri dan benda
asing lain yang masuk ke dalam darah dari lumen intestinum. Fungsi hepar yang utama
adalah membentuk dan mengekskresi empedu. Hati menyekresi sekitar sekitar 500
hingga 1.000 ml empedu kuning setiap hari. Hati juga berperan dalam metabolism
makronutrien yaitu karbohidrat, lemak dan protein, serta berperan dalam fungsi
detoksifikasi.
b. Apa hubungan jenis kelamin, umur, dan berat badan dengan keluhan nyeri
perut kanan atas?
Female : pada umumnya menyerang wanita karena kadar hormonal dengan bahan
baku kolesterol lebih banyak dibutuhkan wanita (estrogen dll)
Forty : kasus terbanyak terjadi pada usia 40-an
Fat : konsumsi makanan berlemak yang berlebihan
Fertile : dalam masa kehamilan, yang membuat peningkatan kadar hormon estrogen
Family : faktor genetika, terutama dengan kelainan metabolisme empedu.
Perbandingan pria dan wanita adalah 1:2. Banyak terjadi pada usia 40-an. Perbedaan lain
dengan di negara Barat ialah batu empedu banyak ditemukan mulai pada usia muda di
bawah 30 tahun, meskipun usia rata-rata tersering ialah 40-50 tahun. Pada usia di atas 60
tahun, insiden batu saluran empedu meningkat. Jumlah penderita perempuan lebih
banyak daripada jumlah penderita laki-laki. Jing-Sen Shi,dkk (China, 2001) dalam
penelitiannya mengatakan penggunaan kontrasepsi steroid yang mengandung estrogen
dan progesteron memengaruhi pembentukan batu empedu pada pasien wanita dengan
usia 20-44 tahun.
(1) mereka yang kegemukan, terutama wanita (ingat aforism ”4-F” : forty,
female,fat,fertile). Orang gemuk, garam empedu darahnya menurun, sehingga kolesterol
dalam empedunya meningkat;
(2) pengaruh hormon estrogen, sedang hamil, terapi hormon, pemakai pil KB.
Estrogen meningkatkan kolesterol empedu selain mengurangi pemompaan kandung
empedu;
(3) pada usia 20-60 tahun wanita dua kali lebih sering kena batu empedu dibanding pria;
(4) pemakai obat antikolesterol. Obat ini meningkatkan kolesterol empedu.
(5) pada pengidap kencing manis. Pada kencing manis lemak darahnya tinggi;
(6) jika penurunan berat badan drastis. Ini berakibat metabolisme lemak meningkat.
Ekstra kolesterol masuk ke dalam empedu;
(7) mereka yang sedang berpuasa. Pengosongan kandung empedu berkurang sehingga
kolesterol empedu cenderung lebih pekat;
(8) cenderung terjadi pada etnis-etnis tertentu. Orang Amerika lebih banyak kena batu
empedu.
c. Apa etiologi demam pada kasus ini?
a. Infeksi
berdasarkan rujukan nilai leukosit pada kasus ada kemungkinan penyebab
demam pada kasus ini adalah proses infeksi. Hal ini dapat terjadi pada kolestasis,
yaitu keadaan terhambatnya aliran empedu akibat obstruksi sehingga kuman patogen
dapat berkembang. Eksotoksin dan endotoksin dari bakteri patogen dapat memicu sel-
sel PMN untuk mengeluarkan sitokin yang dapat menimbulkan demam
b. Inflamasi.
Terjadinya inflamasi pada sistem hepatobilier akibat obstruksi dapat memicu
pengeluaran sitokin sel radang yang dapat memicu demam.
Demam dan menggigil terjadi karena adanya infeksi yang menimbulkan gejala sistemik.
Infeksi pada kasus kali ini kemungkinan terjadi pada saluran empedu (cholangitis) dan
merupakan infeksi sekunder. Bakteri
14
dapat menginfeksi sistem saluran bilier yang steril melalui ampula vateri. Bakteriobilia
tidak otomatis dengan sendirinya menyebabkan cholangitis pada individu yang sehat
karena efek bilasan mekanik aliran empedu, kandungan antibakteri garam empedu, dan
produksi IgA. Obstruksi pada saluran empedu dapat mengakibatkan cholangitis dan
cholesysistitis akibat adanya penurunan aliran empedu (bile flow) dan produksi IgA, yang
menyebabkan gangguan fungsi sel Kupfer dan rusaknya celah membran sel (biliary tight
junctions) menimbulkan refluks kolangiovena. Meningkatnya tekanan intrabilier >1960
Pa (20 cmH2O), kisaran normal 686-1373 Pa atau 7-14 cmH2O, dapat memaksa bakteri
dari saluran empedu masuk ke dalam sirkulasi sistemik. Pasien-pasien kolangitis dan batu
saluran empedu memiliki tekanan intrabilier lebih tinggi dibandingkan tanpa adanya batu
atau kolangitis. Pada akhirnya, obstruksi bilier akan meningkatkan translokasi bakteri ke
dalam sistem porta dan mengganggu ekskresi bilier dan sifat antibiotiknya sehingga
menyebabkan gejala klinis. Infeksi dari bakteri ini akan menyebabkan reaksi peradangan
pada saluran empedu atau kandung empedu yang akan menimbulkan lepasnya
interleukin-1 ke dalam sirkulasi sistemik. Interleukin-1 akan menginduksi pembentukkan
prostaglandin E2 dari asam arakidonat. Prostaglandin E2 akan bekerja di hipotalamus
dengan meningkatkan set-point suhu termostat suhu tubuh di hipotalamus. Akibatnya,
tubuh akan menduga bahwa suhu tubuh normal lebih rendah dari biasanya, sehingga
tubuh akan berusaha meningkatkan suhu tubuh menjadi sesuai dengan termostat tubuh
saat itu, salah satunya dengan cara menggigil. Dengan demikian suhu tubuh pasien akan
lebih tinggi dari normal dan pasien juga akan menggigil.
2. Sejak 2 bulan yang lalu, Ny. W, mengeluh nyeri di perut kanan atas yang
menjalar sampai ke bahu sebelah kanan dan disertai mual. Nyeri hilang timbul
dan bertambah hebat bila makan makanan berlemak. Biasanya Ny. W minum obat
penghilang nyeri.
a. Mengapa nyeri bertambah hebat bila makan makanan berlemak?
Empedu dialirkan sebagai akibat kontraksi dan pengosongan parsial kandung
empedu. Mekanisme ini diawali dengan masuknya makanan berlemak kedalam
duodenum. Lemak menyebabkan pengeluaran hormon kolesistokinin dari mukosa
duodenum, hormon kemudian masuk kedalam darah, menyebabkan kandung empedu
berkontraksi. Pada saat yang sama, otot polos yang terletak pada ujung distal duktus
coledokus dan ampula relaksasi, sehingga memungkinkan masuknya empedu yang kental
ke dalam duodenum. Garam – garam empedu dalam cairan empedu penting untuk
emulsifikasi lemak dalam usus halus dan membantu pencernaan dan absorbsi lemak.
Akan tetapi, karena terjadi obstruksi akibat adanya batu yang menyumbat di bile duct,
maka hal ini dapat menimbulkan rasa nyeri karena terjadinya peningkatan kontraksi
(peristaltis) kandung empedu dan saluran empedu.
b. Bagaimana mekanisme timbulnya nyeri dan penjalarannya?
c. Bagaimana mekanisme timbulnya mual?
Obstruksi saluran empedu → aliran balik cairan empedu ke hepar
(bilirubin,garam empedu dan kolesterol) → Peradangan di sekitar
hepatobiliar → keluarkan SGOT/SGPT →mengiritasi saluran cerna →
rangsang n.vagal dan tekan rangsangan parasimpatis → penurunan
peristaltik usus dan lambung → makanan tertahan di lambung →
peningkatan rasa mual
Mekanisme lain yang bisa menyebabkan mual yaitu akibat adanya
peningkatan bilirubin di dalam plasma, dimana bilirubin ini dapat bersifat
sebagai bahan iritan yang bisa merangsang hipotalamus dan
mensensitisasi rasa mual.
d. Bagaimana hubungan keluhan 2 bulan yang lalu dengan sekarang?
Batu yang tadinya di kantong empedu turun ke duktus koledokus → Obstruksi total
Bilirubin meningkat Badan kuning, Mata kuning. BAK seperti teh tua
Pada kasus ini kemungkinan terjadi pembentukkan batu empedu pada kandung empedu
terlebih dahulu (batu sekunder) atau terjadi pembentukkan batu pada ductus intrahepatik (batu
primer). Kemudian dua bulan yang lalu, batu empedu tersebut ikut mengalir bersama cairan
empedu mengyumbat di ductus cysticus yang akan menyebabkan cholesistitis dan kemudian
berakhir dengan menyumbat saluran empedu (duktus choleodocus), disebut juga
choledocolithiasis. Keadaan ini (cholesistitis) menyebabkan munculnya rasa nyeri pada abdomen
kuadran kanan atas dan semakin parah ketika memakan makanan berlemak (karena adanya
sumbatan pada saluran empedu/choledocolithiasis sehingga saat ada makanan berlemak dan
terjadi kontraksi kantung empedu untuk mengeluarkan cairan empedu terjadilah peningkatan
peristaltik saluran yang mengakibatkan rasa nyeri hilang timbul). Pada saat itu, kemungkinan
sumbatannya masih parsial dan belum terjadi infeksi, sehingga pada saat itu belum terjadi
demam, menggigil, mata dan badan kuning, perubahan pada feses dan urin. Pada saat ini,
kemungkinan rasa sakit hanya ditimbulkan dari perangsangan peritoneum visceralis dan belum
mencapai peritoneum parietalis (nyeri yang belum berat dan disertai nyeri alih). Kemudian tanpa
adanya terapi, pada 1 minggu yang lalu terjadi obstruksi total dan mulai terjadi infeksi dan
peradangan . Selanjutnya, karena tetap tidak ada terapi, infeksi dan reaksi peradangannya
menjadi lebih parah dan telah terjadi perangsangan saraf pada peritoneum parietal (nyeri perut
yang hebat).
e. Mengapa setiap merasakan nyeri, Ny. W selalu minum obat?
Agar nyerinya hilang, Mekanisme nyeri hilang timbul pada pasien ini disebabkan karena
sekresi empedu ke dalam duodenum sebagian besar terjadi sesaat sesudah makan untuk
mencerna lemak, sehingga pada saat itu pasien merasa sakit karena adanya kontraksi yang
meningkat pada saluran empedu.
3. Sejak 1 minggu sebelum masuk RS ia juga mengeluh demam ringan yang hilang
timbul, mata dan badan kuning, BAK seperti teh tua, BAB seperti dempul, dan
gatal-gatal.
a. Apa penyebab keluhan dari Ny. W?
Jaundice
Mekanisme Penumpukan bilirubin dalam aliran darah akan menyebabkan pigmentasi kuning pada plasma
darah yang menimbulkan perubakan warna pada jaringan seperti sclera dan kulit.
BAK seperti teh tua
Jawab:
Batu empedu → obstruksi duktus koledokus → obstruksi pengaliran getah empedu (bilirubin
direk) ke duodenum → getah empedu yang seharusnya dibawa ke duodenum diserap oleh darah
→ masuk ke sirkulasi sistemik → filtrasi oleh ginjal → bilirubin diekskresikan oleh ginjal →
urun berwarna kuning bahkan kecoklatan.
Warna urin seperti air teh (merah kecoklatan) bisa karena adanya peningkatan bilirubin
konjugasi. Adanya bilirubin 2 yang meningkat menunjukkan kerusakan (sumbatan) pada saluran
kanalikuli biliaris sehingga bilirubin tak bisa keluar, yang akhirnya mengalir masuk ke pembuluh
darah menuju ginjal. Selanjutnya bilirubin 2 ini akan berada di dalam urin dan menyebabkan
warna urin merah kecoklatan.
BAB seperti dempul
Jawab:
Akibat obstruksi saluran bilier, bilirubin direct tidak dapat dialirkan menuju duodenum.
Normalnya bakteri usus akan mereduksi bilirubin menjadi urobilinogen / strekobilin , zat ini
akan memberi warna coklat pada feces. Jadi jika bilirubin tidak dapat dialirkan menuju
duodenum akibat adanya obstruksi maka urobilinogen tidak akan disekresikan melalui feces
sehingga feces akan berwarna pucat.
Gatal-gatal
Jawab:
Kemungkinan disebabkan oleh peningkatan garam empedu dalam sirkulasi sistemik dan
endapan garam empedu pada saraf di tepi kulit.
Mekanisme: Obstruksi saluran empedu → empedu gagal masuk ke duodenum→ bendungan
cairan empedu dalam hati → regurgutasi empedu (bilirubin, garam empedu, lipid) ke sirkulasi
sistemik → peningkatan dan penumpukan garam empedu dalam sirkulasi → merangsang ujung
serabut saraf C pruritoseptif → impuls dihantarkan sepanjang serabut saraf sensorik → terjadi
input eksitasi di kornu dorsalin susunan saraf tulang belakang → diproses di korteks serebri →
timbul perasaan gatal.
b. Pemeriksaan Fisik :
a. Bagaimana interpretasi hasil pemeriksaan pada kasus ini? (Herry, Rani,
Klara Sinta, Audy)
b. Bagaimana mekanisme hasil pemeriksaan pada kasus ini? (Herry, Rani,
Klara Sinta, Audy)
c. Pemeriksaan Laboratorium :
Darah Rutin : Hb : 12,4 g/dl, Ht : 36 vol%, Leukosit : 15.400/mm3, Trombosit :
329.000/mm3, LED : 77 mm/jam
Liver Function Test (LFT) : Bil. Total : 20,49 mg/dl, Bil. Direk : 19,94 mg/dl, Bil.
Indirek : 0,55 mg/dl, SGOT : 29 u/l, SGPT : 37 u/l, Fosfatase alkali : 864 u/l
Amilase : 40 unit/L dan Lipase : 50 unit/L.
a. Bagaimana intepretasi hasil pemeriksaan laboratorium pada kasus ini?
(Alif, Yola, Rere, Alia)
b. Bagaimana mekanisme hasil pemeriksaan laboratorium pada kasus ini?
(Alif, Yola, Rere, Alia)
d. Bagaimana cara penegakkan diagnosis? (Alif, Yola, Rere, Alia)
e. Apa saja diagnosis banding pada kasus ini? (Alif, Yola, Rere, Alia)
f. Apa diagnosis kerja pada kasus ini? (Semua)
g. Apa saja pemeriksaan penunjang yang bisa dilakukan pada kasus ini?
h. Bagaimana patofisiologi hasil diagnosis pada kasus ini? (Herry, Rani, Klara Sinta,
Audy)
i. Bagaimana penatalaksanaan pada kasus ini? (Farmako dan Non-Farmako) (Semua)
j. Bagaimana manifestasi klinis pada kasus ini? (Alif, Yola, Rere, Alia)
k. Bagaimana prognosis pada kasus ini? (Herry, Rani, Klara Sinta, Audy)
l. Apa saja komplikasi pada kasus ini? (Icha Dhanty, Umi, Sinta Nida, Harvin)
m. Apa SKDI untuk kasus ini? (Herry, Rani, Klara Sinta, Audy)
II. Hipotesis
Ny. W, 42 tahun, mengalami kemungkinan suspek menderita ikterus obstruksi et kausa
kholelitiasis.
III. Learning Issue
1. Ikterus Obstruktif (Alif, Yola, Rere, Alia)
2. Anatomi, Fisiologi, dan Histologi Hepatobilier (Icha Dhanty, Umi, Sinta Nida,
Harvin)
3. Kholelitiasis (Herry, Rani, Klara Sinta, Audy)