skenario a blok 17.doc
TRANSCRIPT
-
7/28/2019 Skenario A Blok 17.doc
1/26
Skenario A Blok 17
Budi, a boy, 12 month, was hospitalized due to diarrhea. Four days before admission, the
patient had no projectile vomiting 6 times a day. He vomited what he ate. Three days before
admision the patient got diarrhea 10 times a dayaround half glass in every defecation, there
was no blood and mucous/pus in it. The frequency of vomiting decreased. Along those 4
days, he drank eagerly and was given plain water. He also got mild fever. Yesterday, he
looked worsening, still had diarrhea but no vomiting. The amount of urination in 8 hours ago
wass less than usual. Budis family lives in slum area.
Physical Examination
Patient look severly ill, compos mentis but weak (lethargic), BP 70/50 mmHg, RR 38X/m,
HR 144x/m regular but weak, body temperature 38,70C, BW 8,8 kg, BH 75 cm
Head : Sunken eye, no tears drop, and dry mouth
Thorax : Similar movement on both side, retraction (-/-), vesicular breath sound, normal
hearth sound
Abdomen : Flat, shuffle, bowel sound increases. Liver is palpable 1 cm below arcus costa and
xiphoid processus, spleen unpalpable. Pinch the skin of the abdomen: very slowly (longer
than 2 seconds). Redness skin surrounding anal orifice.
Extremities : cold hand and feet
Laboratory Examination
Hb 12,8 g/dl, WBC 9000/mm3, DC : 0/1/16/48/35/0
- Urine Routine
Macroscopic : yellowish colour
Microscopic : WBC (-), RBC (-), protein (-)
- Faeces routine
Macroscopic : water more than waste material, blood (-), mucous (-)
WBC : 2-4/HPF, RBC 0-1/HPF
-
7/28/2019 Skenario A Blok 17.doc
2/26
A. Klarifikasi Istilah
- Diarrhea : pengeluaran tinja berair berkali-kali dan tidak normal
- Non projetile vomiting : muntah dimana muntahannya tidak disemburkan
dengan sangat kuat
- Defecation : pembuangan tinja dari rectum
- Mild fever : demam dengan suhu dibawah 38,50 C
- Sunken eye : mata cekung
- Severly ill
- Bowel sound : bunyi yang ditimbulkan oleh kontraksi usus.
Normalnya 3-6x per menit
- Redness skin surrounding anal orifice
- Lethargic : tingkat kesadaran yang menurun disertai dengan
pusing,...(dorland : 600)
- Turgor : keadaan menjadi turgid
- Vesicular breath sound : bunyi napas normal pada paru selama ventilasi dengan
memiliki frekuensi bunyi yang rendah
- Retraction : kondisi thoraks yang tertarik ke belakang
- Abdomen : shuffle
B. Identifikasi Masalah
- Budi, a boy, 12 month, was hospitalized due to diarrhea
- Four days before admission, the patient had no projectile vomiting 6 times a day.
He vomited what he ate
- Three days before admision the patient got diarrhea 10 times a dayaround half
glass in every defecation, there was no blood and mucous/pus in it. The frequency
of vomiting decreased.
- Along those 4 days, he drank eagerly and was given plain water
-
7/28/2019 Skenario A Blok 17.doc
3/26
- He also got mild fever
- Yesterday, he looked worsening, still had diarrhea but no vomiting
- The amount of urination in 8 hours ago wass less than usual.
- Budis family lives in slum area
- Physical examination
- Laboratory examintaion
C. Analisis Masalah
a. Budi, a boy, 12 month, was hospitalized due to diarrhea
i. Anatomi dan Fisiologi dari Sistem Digesitf dari anak usia 12 bulan
(moza, meylinda, mulyati)
ii. Perbedaan etiologi dari diare pada anak dan dewasa (maulia, adiguna)
iii. Mekanisme diare pada anak(uly, feddy)
iv. Perbedaan jenis diare pada anak dan dewasa (prass, kadek)
v. Klasifikasi diare (mulyati, rike)
Klasifikasi
Terdapat beberapa pembagian diare:
1. Berdasarkan lamanya diare:
a. Diare akut, yaitu diare yang berlangsung kurang dari 14 hari.
-
7/28/2019 Skenario A Blok 17.doc
4/26
b. Diare kronik, yaitu diare yang berlangsung lebih dari 14 hari dengan
kehilangan berat badan atau berat badan tidak bertambah (failure to thrive) selama
masa diare tersebut.
(Suraatmaja, 2007).
2. Berdasarkan mekanisme patofisiologik: a. Diare sekresi (secretory diarrhea) b.
Diare osmotic (osmotic diarrhea)
(Suraatmaja, 2007)
2.1.5. Patofisiologi
Diare dapat disebabkan oleh satu atau lebih patofisiologi/patomekanisme dibawah ini:
1. Diare sekretorik
Diare tipe ini disebabkan oleh meningkatnya sekresi air dan elektrolit dari usus,
menurunnya absorpsi. Yang khas pada diare ini yaitu secara klinis ditemukan diare
dengan volume tinja yang banyak sekali. Diare tipe ini akan tetap berlangsung
walaupun dilakukan puasa makan/minum (Simadibrata, 2006).
2. Diare osmotik
-
7/28/2019 Skenario A Blok 17.doc
5/26
Diare tipe ini disebabkan meningkatnya tekanan osmotik intralumen dari usus halus
yang disebabkan oleh obat-obat/zat kimia yang hiperosmotik (antara lain MgSO4,
Mg(OH)2), malabsorpsi umum dan defek dalam absorpsi mukosa usus missal pada
defisiensi disakaridase, malabsorpsi glukosa/galaktosa (Simadibrata, 2006).
3. Malabsorpsi asam empedu dan lemak
Diare tipe ini didapatkan pada gangguan pembentukan/produksi micelle empedu dan
penyakit-penyakit saluran bilier dan hati (Simadibrata, 2006).
4. Defek sistem pertukaran anion/transport elektrolit aktif di enterosit
Diare tipe ini disebabkan adanya hambatan mekanisme transport aktif
NA+K+ATPase di enterosit dan absorpsi Na+ dan air yang abnormal (Simadibrata,
2006).
5. Motilitas dan waktu transit usus yang abnormal
Diare tipe ini disebabkan hipermotilitas dan iregularitas motilitas usus sehingga
menyebabkan absorpsi yang abnormal di usus halus. Penyebabnya antara lain:
diabetes mellitus, pasca vagotomi, hipertiroid (Simadibrata, 2006).
-
7/28/2019 Skenario A Blok 17.doc
6/26
6. Gangguan permeabilitas usus
Diare tipe ini disebabkan permeabilitas usus yang abnormal disebabkan adanya
kelainan morfologi membran epitel spesifik pada usus halus (Simadibrata, 2006).
7. Diare inflamasi
Proses inflamasi di usus halus dan kolon menyebabkan diare pada beberapa keadaan.
Akibat kehilangan sel epitel dan kerusakan tight junction, tekanan hidrostatik dalam
pembuluh darah dan limfatik menyebabkan air, elektrolit, mukus, protein dan
seringkali sel darah merah dan sel darah putih menumpuk dalam lumen. Biasanya
diare akibat inflamasi ini berhubungan dengan tipe diare lain seperti diare osmotik
dan diare sekretorik (Juffrie, 2010).
8. Diare infeksi
b. Four days before admission, the patient had no projectile vomiting 6 times a
day. He vomited what he ate
i. Etiologi dari non projectile vomiting (prass, reza)
ii. Mekanisme dari non projectile vomiting (kadek, fadhli)
iii. Komplikasi muntah 6x sehari (annes, meylinda)
Muntah 6 x sehari dan diare pada kasus ini dapat menyebabkan pasien
kehilangan banyak air dan elektrolit yang dapat menimbulkan dehidrasi,
gangguan elektrolit, penurunan berat badan , kekurangan nutrisi dan bila
-
7/28/2019 Skenario A Blok 17.doc
7/26
tidak ditangani dengan baik dapat berujung pada syok hipovolemik,
multiple organ failure, dan kematian.
iv. Klasifikasi muntah ( moza, maulia)
v. Komposisi muntah (syahid, uly)
vi. Perbedaan non projectile vomiting dan projectil vomiting (fadli, feddy)
c. Three days before admision the patient got diarrhea 10 times a day around half
glass in every defecation, there was no blood and mucous/pus in it. The
frequency of vomiting decreased.
i. Komplikasi diare 10x per hari (reza, syahid)
ii. Mengapa tidak terdapat darah dan mukus/nanah dalam
faecesnya(feddy, adiguna)
iii. Mengapa frekuensi muntah menurun dan hilang (adiguna, annes)
Kerja rotavirus akan berbeda ketika di lambung dan di usus. Pada awalnya Rotavirus
menginfeksi mukosa lambung dengan enterotoxin. Enterotoxin itu sendiri adalah salah
satu protein yang di kode Rotavirus, yaitu NSP4. Akibatnya, ujung-ujung saraf yang
menstimulasi muntah terangsang dan terjadilah muntah. Demikian halnya juga terjadi
muntah saat toxin ini mengiritasi mukosa duodenum. Jadi, muntah sebagai bagian dari
pertahanan tubuh untuk mengeliminasi mikroorganisme penginfeksi untuk keluar dari
lambung dan duodenum (GIT atas). Hal inilah yang menyebabkan muntahnya
menghilang karena kemungkinan rotavirus tersebut sudah tidak ada lagi di lambung dan
duodenum. Hanya duodenum dan lambung yang memiliki saraf untuk merespon muntah.
Budi tidak muntah lagi karena infeksi virus sudah sampai ke ujung distal ileum dan
kolon, dimana disana sudah tidak ada lagi saraf- saraf yang berespon terhadap muntah.
Saraf- saraf yang berespon terhadap muntah terdapat di lambung dan duodenum.
Banyak kehilangan elektrolit (khususnya Na+) dari diare yang dialami serta tidak adekuat
suplai cairan pengganti elektrolit yang diberikan (hanya air biasa), membuat Budi berada
-
7/28/2019 Skenario A Blok 17.doc
8/26
dalam keadaan hiponatremia. Keadaan ini menghambat ransangan terjadinya muntah.
Berangsur-angsur keluhan muntah mereda dan tidak muntah-muntah lagi satu hari
sebelum masuk rumah sakit.
a. Keadaan hiponatremi.
Banyak kehilangan elektrolit (esp. Na+) dari diare yang dialami serta tidak
adekuat nya suplai cairan pengganti elektrolit yang diberikan (hanya air
biasa), membuat Budi berada dalam keadaan hiponatremia. Keadaan ini
menghambat ransangan terjadinya muntah. Berangsur-angsur keluhan muntah
mereda menjadi berkurang
b. Proses infeksi
Budi mengalami muntah-muntah karena pada awalnya Rotavirus menginfeksi mukosa
lambung dengan enterotoxin. Enterotoxin itu sendiri adalah salah satu protein yang di kode
Rotavirus, yaitu NSP4. Akibatnya, ujung-ujung saraf yang menstimulasi muntah terangsang
dan terjadilah muntah. Demikian halnya juga terjadi muntah saat toxin ini mengiritasi
mukosa duodenum. Jadi, muntah sebagai bagian dari pertahanan tubuh untuk mengeliminasi
mikroorganisme penginfeksi untuk keluar dari lambung dan duodenum(GIT atas).
Akan tetapi, hal ini tidak terjadi saat virus dan toxinnya tiba di mukosa GIT di bawah
duodenum. Tidak hanya terjadi iritasi mukosa dengan toxin, tetapi juga invasi ke sel-sel villi.
Iritasi yang terjadi di sini tidak menyebabkan muntah karena sudah tidak ada lagi saraf- saraf
yang berespon terhadap muntah. Saraf- saraf yang berespon terhadap muntah terdapat di
lambung dan duodenum. Saat virus mencapai ujung distal ileum dan kolon, virus menginvasi
vili pada ileum menyebabkan kerusakan sel enterosit menurunkan kemampuan
absorpsi (sel-sel villi adalah sel mature yang memiliki kekhususan dalam absorpsi) dan
meningkatkan sekresi mucus (banyak sel-sel immature sebagai respon untuk menggantikan
sel-sel mature yang telah rusak, akan tetapi sel-sel ini memiliki kekhususan dalam sekresi).
Jadi, diare adalah bagian pertahanan tubuh untuk mengeliminasi mikroorganisme keluar dari
usus halus dan colon (GIT bawah).
Pada awalnya ia menginfeksi lambung dan menyebabkan muntah tapi begitu masuk
usus, maka usus akan berusaha untuk mengeluarkan melalui diare. Oleh karena itulah muntah
tidak terjadi lagi.
-
7/28/2019 Skenario A Blok 17.doc
9/26
iv. Interpretasi dari diare 10x per hari (reza, syahid)
v. Bagaimana volume faeces normal saat defekasi pada anak 12 bulan
(rike, meylinda)
d. Along those 4 days, he drank eagerly and was given plain water
i. Mengapa turgor masih turun walaupun telah minum banyak air
(memey, feddy)
ii. Cairan apa yang sebaiknya dikonsumsi (maulia, annes)
1. Oralit
Untuk mencegah terjadinya dehidrasi dapat memberikan oralit osmolaritas
rendah,.. Oralit merupakan cairan yang terbaik bagi penderita diare untuk
mengganti cairan yang hilang. Bila penderita tidak bisa minum harus segera di
bawa ke sarana kesehatan untuk mendapat pertolongan cairan melalui infus.Pemberian oralit didasarkan pada derajat dehidrasi (Kemenkes RI, 2011).
a. Diare tanpa dehidrasi
Umur < 1 tahun : - gelas setiap kali anak mencret Umur 1 4 tahun : - 1
gelas setiap kali anak mencret Umur diatas 5 Tahun : 1 1 gelas setiap kali
anak mencret
b. Diare dengan dehidrasi ringan sedang
Dosis oralit yang diberikan dalam 3 jam pertama 75 ml/ kg bb dan
selanjutnya diteruskan dengan pemberian oralit seperti diare tanpa dehidrasi.
-
7/28/2019 Skenario A Blok 17.doc
10/26
c. Diare dengan dehidrasi berat
Penderita diare yang tidak dapat minum harus segera dirujuk ke Puskesmas
untuk di infus.
(Kemenkes RI, 2011)
Tabel 2.2. Kebutuhan Oralit per Kelompok Umur
Umur
Jumlah oralit yang
diberikan tiap BAB
Jumlah oralit yang disediakan di
rumah
< 12 bulan 50-100 ml 400 ml/hari ( 2 bungkus)
1-4 tahun 100-200 ml 600-800 ml/hari ( 3-4 bungkus)
> 5 tahun 200-300 ml 800-1000 ml/hari (4-5 bungkus)
Dewasa 300-400 ml 1200-2800 ml/hari
Sumber: Depkes RI, 2006
-
7/28/2019 Skenario A Blok 17.doc
11/26
Untuk anak dibawah umur 2 tahun cairan harus diberikan dengan sendok
dengan cara
1 sendok setiap 1 sampai 2 menit. Pemberian dengan botol tidak boleh
dilakukan. Anak yang lebih besar dapat minum langsung dari gelas. Bila terjadi
muntah hentikan dulu selama 10 menit kemudian mulai lagi perlahan-lahan
misalnya 1 sendok setiap
2-3 menit. Pemberian cairan ini dilanjutkan sampai dengan diare berhenti
(Juffrie2010).
Penanggulangan Diare Berdasarkan Tingkat Dehidrasi (WHO, 2005)
A. Tanpa Dehidrasi
Pada anak-anak yang berumur bawah dari 2 tahun boleh diberikan larutan
oralit 50-100ml/kali dan untuk usia lebih dari 2 tahun diberikan larutan yang
sama dengan dosis 100-200ml/kali diare. Bagi mengelakkan dehidrasi ibu-ibu
harus meningkatkan pemberian minuman dan makanan dari biasa pada anak
mereka. Selain itu dapat juga diberikan zink (10-20mg/hari) sebagai makanan
tambahan.
B. Dehidrasi Ringan
Pada keadaan ini diperlukan oralit secara oral bersama larutan kristaloid
Ringer Laktat ataupun Ringer Asetat dengan formula lengkap yang
mengandung glukosa dan elektrolit dan diberikan sebanyak mungkin sesuaidengan kemampuan anak serta dianjurkan ibu untuk meneruskan pemberian
ASI dan masih dapat ditangani sendiri oleh keluarga di rumah. Berdasarkan
WHO, larutan oralit seharusnya mengandung 90mEq/L natrium, 20mEq/L
kalium klorida dan 111mEq/L glukosa.
C. Dehidrasi Sedang
Pada keadaan ini memerlukan perhatian yang lebih khusus dan pemberianoralit hendaknya dilakukan oleh petugas di sarana kesehatan dan penderita
-
7/28/2019 Skenario A Blok 17.doc
12/26
perlu diawasi selama 3-4 jam. Bila penderita sudah lebih baik keadaannya,
penderita dapat dibawa pulang untuk dirawat di rumah dengan pemberian
oralit. Dosis pemberian oralit untuk umur kurang dari 1 tahun, setiap buang air
besar diberikan 50-100ml, untuk 3 jam pertama 300ml. Untuk anak umur 1-4
tahun setiap buang air besar diberikan 100-200ml, untuk 3 jam pertama
600ml.
D. Dehidrasi berat
Pada keadaan ini pasien akan diberikan larutan hidrasi secara intravena
(intravenous hydration) dengan kadar 100ml/kgBB/3-6 jam. Dosis pemberian
cairan untuk umur kurang dari 1 tahun adalah 30ml/kgBB untuk 1 jam yang
pertama dan seterusnya diberikan 75ml/kgBB setiap 5 jam. Dosis pemberian
cairan untuk anak 1-4 tahun adalah 30ml/kgBB untuk jam yang pertama dan
seterusnya diberikan 70ml/kgBB setiap 2 jam.
WHO menganjurkan empat hal utama yang efektif dalam menangani anak-
anak yang menderita diare akut, yaitu:
1. Penggantian cairan (rehidrasi), cairan yang diberikan secara oral untuk
mencegah dehidrasi dan mengatasi dehidrasi yang sudah terjadi
2. Pemberian makanan terutama asi, selama diare dan pada masa penyembuhan
diteruskan
3. Tidak menggunakan obat antidiare
Antibiotika hanya diberikan pada kasus kolera dan disentri yang disebabkan
oleh shigella, sedangkan metronodazole diberikan pada kasus giardiasis dan
amebiasis
4. Petunjuk yang efektif bagi ibu serta pengasuh tentang:
Bagaimana merawat anak yang sakit di rumah, terutama tentang bagaimana
membuat oralit dan cara memberikannya
Tanda-tanda yang dapat dipakai sebagai pedoman untuk membawa anak
kembali berobat dan mendapat pengawasan medik yang baik
Metoda yang efektif untuk mencegah kejadian diare.
iii. Tanda-tanda dehidrasi pada anak(uly, rike)
-
7/28/2019 Skenario A Blok 17.doc
13/26
e. He also got mild fever
i. Apa penyebab mild fever (annes, kadek)
Demam ringan dapat disebabkan oleh infeksi termasuk:
Infeksi bakteri, seperti Radang tenggorokan atau demam berdarah
Selulitis (infeksi kulit)
Penyakit anak, seperti cacar air, penyakit kelima, campak (infeksi virus
menular yang juga dikenal sebagai rubeola), mumps (infeksi virus pada
kelenjar ludah di leher), batuk rejan (pertusis)
Dingin, flu, atau infeksi virus lainnya
Infeksi Telinga
Gastroenteritis (infeksi saluran pencernaan)
HIV atau AIDS
Infeksi paru-paru, seperti bronkitis, pneumonia, dan TBC
Mononucleosis (infeksi virus)
Infeksi parasit
Infeksi sinus
Infeksi saluran kemih
Penyebab lain demam ringan
Demam ringan juga dapat disebabkan oleh kondisi termasuk:
Kanker, seperti leukemia atau limfoma
Reaksi Imunisasi
Penyakit radang usus (termasuk penyakit Crohn, kolitis ulserativa)
Efek samping obat
Emboli paru (bekuan darah yang bergerak ke paru-paru)
Rheumatoid arthritis (penyakit autoimun kronis yang ditandai dengan
peradangan sendi)
Tumbuh gigi
Vaskulitis (radang pembuluh darah)
Penyebab serius atau mengancam jiwa demam ringan
-
7/28/2019 Skenario A Blok 17.doc
14/26
Dalam beberapa kasus, demam ringan mungkin merupakan gejala dari
kondisi serius atau yang mengancam jiwa yang harus segera dievaluasi
dalam kondisi darurat. Ini termasuk:
Hepatitis akut (infeksi aktif hati)
Radang usus buntu
Kanker
Divertikulitis (radang saku abnormal pada usus besar)
Ensefalitis (radang otak)
Epiglotitis (radang mengancam nyawa dan pembengkakan epiglotis,
flap jaringan antara lidah dan tenggorokan)
Panas kelelahan
Meningitis (infeksi atau radang kantung sekitar otak dan sumsum
tulang belakang)
Osteomielitis (infeksi tulang)
Pankreatitis (radang pankreas)
ii. Mekanisme mild fever(mulyati, prass)
Berbagai macam agen infeksius, imunologis atau agen yang berkaitan dengan toksin (pirogen
eksogen) mengibas produksi pirogen endogen oleh sel-sel radang hospes. Pirogen endogen ini
dalah sitokin, misalnya interleukin (IL-!, IL-1, IL-6), factor nekrosis tumor (TNF, TNF-
), dan interferon- (INF). Sitokin endogen yang sifatnya pirogenik secara langsung
menstimulasi hipotalamus untuk memproduksi prostaglandin E2, yang kemudian titik-ambang
naik ke tingkat demam dan selanjutnya transmisi neuronal ke perifer menyebabkan
konversasi dan pembentukan panas, dengan demikian suhu di bagian dalam tubuh meningkat.
iii. Klasifikasi demam (reza, fadhli)
f. Yesterday, he looked worsening, still had diarrhea but no vomiting
i. Mengapa keadaannya memburuk(kadek, maulia)
ii. Mengapa muntahnya menghilang dan diarenya tetap (feddy, uly)
iii. Hubungan antara diare dan muntah (reza, syahid)
g. The amount of urination in 8 hours ago wass less than usual.
-
7/28/2019 Skenario A Blok 17.doc
15/26
i. Interpretasi dan mekanisme abnormal dari sistem urinasi pada anak
(moza, adiguna)
h. Budis family lives in slum area
i. Apa hubungannya tempat tinggal budi dengan penyakit (mulyati,
prass)
I Physical examination
i. Interpretasi dan mekanisme abnormal (kalo normal dijelasi juga
kenapa )
- BP (memey, maulia)
- RR(uly, annes)
Umur Rentang Rata-rata waktu tidur
Neonatus
1 bulan 1 tahun
1 tahun 2 tahun
3 tahun 4 tahun
5 tahun 9 tahun10 tahun atau lebih
30 60
30 60
25 50
20 30
15 3015 30
35
30
25
22
1815
- HR(mulyati, syahid)
- TEMP (kadek, prass)
- BW&BH (rike, fadli)
- HEAD&THORAKS (uly, fadhli)
- ABDOMEN&EKSTREMITIES (feddy, adiguna, moza)
i. Laboratory examintaion
i. Interpretasi dan mekanisme abnormal (kalo normal dijelasi juga
kenapa)
- HB, WBC, DD (syahid, reza)
- URIN ROUTINE (moza, rike)
-
7/28/2019 Skenario A Blok 17.doc
16/26
- FAECES ROUTINE (adiguna, uly)
- DD (memey, adiguna)
- Cara penegakkan diagnosis (maulia, moza)
- WD (annes, reza)
Budi, bayi laki-laki 12 bulan,menderita diare akut disertai dehidrasi berat et causa
infeksi Rotavirus.
- Faktor resiko dan etiologi (mulyati, syahid)
Etiologi
Menurut World Gastroenterology Organization global guidelines 2005, etiologi
diare akut dibagi atas empat penyebab:
1. Bakteri : Shigella, Salmonella, E. Coli, Gol. Vibrio, Bacillus cereus,
Clostridium perfringens, Stafilokokus aureus, Campylobacter aeromonas
2. Virus : Rotavirus, Adenovirus, Norwalk virus, Coronavirus, Astrovirus
3. Parasit : Protozoa, Entamoeba histolytica, Giardia lamblia, Balantidium
coli, Trichuris trichiura, Cryptosporidium parvum, Strongyloides stercoralis
4. Non infeksi : malabsorpsi, keracunan makanan, alergi, gangguan
motilitas, imunodefisiensi, kesulitan makan, dll.
Faktor Risiko
Cara penularan diare melalui cara faecal-oral yaitu melalui makanan atau
minuman yang tercemar kuman atau kontak langsung tangan penderita atau tidak
langsung melalui lalat ( melalui 5F = faeces, flies, food, fluid, finger).
-
7/28/2019 Skenario A Blok 17.doc
17/26
Faktor risiko terjadinya diare adalah:
1. Faktor perilaku
2. Faktor lingkungan
Faktor perilaku antara lain:
a. Tidak memberikan Air Susu Ibu/ASI (ASI eksklusif), memberikan
Makanan
Pendamping/MP ASI terlalu dini akan mempercepat bayi kontak terhadap kuman
b. Menggunakan botol susu terbukti meningkatkan risiko terkena penyakit diare
karena sangat sulit untuk membersihkan botol susu
c. Tidak menerapkan Kebiasaaan Cuci Tangan pakai sabun sebelum memberi
ASI/makan, setelah Buang Air Besar (BAB), dan setelah membersihkan BAB
anak
d. Penyimpanan makanan yang tidak higienis
Faktor lingkungan antara lain:
a. Ketersediaan air bersih yang tidak memadai, kurangnya ketersediaan Mandi
Cuci
Kakus (MCK)
-
7/28/2019 Skenario A Blok 17.doc
18/26
b. Kebersihan lingkungan dan pribadi yang buruk
Disamping faktor risiko tersebut diatas ada beberapa faktor dari penderita yang
dapat meningkatkan kecenderungan untuk diare antara lain: kurang gizi/malnutrisi
terutama anak gizi buruk, penyakit imunodefisiensi/imunosupresi dan penderita
campak (Kemenkes RI, 2011).
- Epidemiologi (prass, fadli)
- Patogenesis (kadek, feddy)
- Manifestasi klinik(annes, maulia)
Manifestasi klinis
Infeksi usus menimbulkan gejala gastrointestinal serta gejala lainnya bila terjadi
komplikasi ekstra intestinal termasuk manifestasi neurologik. Gejala
gastrointestinal bisa berupa diare, kram perut, dan muntah. Sedangkan
manifestasi sistemik bervariasi tergantung pada penyebabnya.
Penderita dengan diare cair mengeluarkan tinja yang mengandung sejumlah ion
natrium, klorida, dan bikarbonat. Kehilangan air dan elektrolit ini bertambah
bila ada muntah dan kehilangan air juga meningkat bila ada panas. Hal inidapat menyebabkan dehidrasi, asidosis metabolik, dan hipovolemia. Dehidrasi
merupakan keadaan yang paling berbahaya karena dapat menyebabkan
hipovolemia, kolaps kardiovaskuler dan kematian bila tidak diobati dengan
tepat. Dehidrasi yang terjadi menurut tonisitas plasma dapat berupa dehidrasi
isotonik, dehidrasi hipertonik (hipernatremik) atau dehidrasi hipotonik.
Menurut derajat dehidrasinya bisa tanpa dehidrasi, dehidrasi ringan, dehidrasi
sedang atau dehidrasi berat (Juffrie, 2010).
-
7/28/2019 Skenario A Blok 17.doc
19/26
Diare
Muntah non projektil (muntah apa yang dimakan)
Dehidrasi
Minum dengan lahap
Demam ringan
Jumlah urinasi kurang dari biasanya
Gejala lainnya:
Pada bayi dan anak, mula-mula akan menjadi cengeng, gelisah, nafsu makan
berkurang atau bahkan tidak ada.
Anus dan sekitarnya lecet
Berat badan turun, pada bayi akan terlihat ubun-ubun cekung.
Tonus dan turgor kulit berkurang, selaput lendir mulut dan bibir terlihat kering.
- Pencegahan (prass, uly)
Pencegahan
Pencegahan diare menurut Pedoman Tatalaksana Diare Depkes RI (2006) adalah
sebagai berikut:
1. Pemberian ASI
ASI mempunyai khasiat preventif secara imunologik dengan adanya antibodi dan zat-
zat lain yang dikandungnya. ASI turut memberikan perlindungan terhadap diare pada
bayi yang baru lahir. Pemberian ASI eksklusif mempunyai daya lindung 4 kali lebih
besar terhadap diare daripada pemberian ASI yang disertai dengan susu botol. Flora
usus pada bayi-bayi yang disusui mencegah tumbuhnya bakteri penyebab diare
-
7/28/2019 Skenario A Blok 17.doc
20/26
(Depkes RI, 2006).
Pada bayi yang tidak diberi ASI secara penuh, pada 6 bulan pertama kehidupan resiko
terkena diare adalah 30 kali lebih besar. Pemberian susu formula merupakan cara lain
dari menyusui. Penggunaan botol untuk susu formula biasanya menyebabkan risiko
tinggi terkena diare sehingga bisa mengakibatkan terjadinya gizi buruk (Depkes RI,
2006).
2. Pemberian Makanan Pendamping ASI
Pemberian makanan pendamping ASI adalah saat bayi secara bertahap mulai
dibiasakan dengan makanan orang dewasa. Pada masa tersebut merupakan masa yang
berbahaya bagi bayi sebab perilaku pemberian makanan pendamping ASI dapat
menyebabkan meningkatnya resiko terjadinya diare ataupun penyakit lain yang
menyebabkan kematian (Depkes RI, 2006).
Ada beberapa saran yang dapat meningkatkan cara pemberian makanan pendamping
ASI yang lebih baik yaitu :
a) Memperkenalkan makanan lunak, ketika anak berumur 4-6 bulan tetapi masih
meneruskan pemberian ASI. Menambahkan macam makanan sewaktu anak berumur
6 bulan atau lebih. Memberikan makanan lebih sering (4 kali sehari) setelah anak
-
7/28/2019 Skenario A Blok 17.doc
21/26
berumur 1 tahun, memberikan semua makanan yang dimasak dengan baik 4-6
kali sehari dan meneruskan pemberian ASI bila mungkin.
b) Menambahkan minyak, lemak dan gula ke dalam nasi/bubur dan biji-bijian untuk
energi. Menambahkan hasil olahan susu, telur, ikan, daging, kacangkacangan, buah-
buahan dan sayuran berwarna hijau ke dalam makanannya. Mencuci tangan sebelum
menyiapkan makanan dan menyuapi anak, serta menyuapi anak dengan sendok yang
bersih.
c) Memasak atau merebus makanan dengan benar, menyimpan sisa makanan pada
tempat yang dingin dan memanaskan dengan benar sebelum diberikan kepada anak
(Depkes RI, 2006)
3. Menggunakan air bersih yang cukup
Sebagian besar kuman infeksius penyebab diare ditularkan melalui jalur fecal-oral
mereka dapat ditularkan dengan memasukkan kedalam mulut, cairan atau benda yang
tercemar dengan tinja misalnya air minum, jari-jari tangan, makanan yang disiapkan
dalam panci yang dicuci dengan air tercemar (Depkes RI, 2006).
Masyarakat yang terjangkau oleh penyediaan air yang benar-benar bersih mempunyai
resiko menderita diare lebih kecil dibandingkan dengan masyarakat yang tidak
mendapatkan air bersih (Depkes RI, 2006).
-
7/28/2019 Skenario A Blok 17.doc
22/26
Masyarakat dapat mengurangi resiko terhadap serangan diare yaitu dengan
menggunakan air yang bersih dan melindungi air tersebut dari kontaminasi mulai dari
sumbernya sampai penyimpanan di rumah (Depkes RI, 2006).
Yang harus diperhatikan oleh keluarga adalah:
a) Air harus diambil dari sumber terbersih yang tersedia.
b) Sumber air harus dilindungi dengan menjauhkannya dari hewan, membuat lokasikakus agar jaraknya lebih dari 10 meter dari sumber yang digunakan serta lebih
rendah, dan menggali parit aliran di atas sumber untuk menjauhkan air hujan dari
sumber.
c) Air harus dikumpulkan dan disimpan dalam wadah bersih. Dan gunakan gayung
bersih bergagang panjang untuk mengambil air.
d) Air untuk masak dan minum bagi anak harus dididihkan. (Depkes RI, 2006)
4. Mencuci Tangan
Kebiasaan yang berhubungan dengan kebersihan perorangan yang penting dalam
penularan kuman diare adalah mencuci tangan. Mencuci tangan dengan sabun,
terutama sesudah buang air besar, sesudah membuang tinja anak, sebelum
menyiapkan makanan, sebelum menyuapi makanan anak dan sebelum makan,
mempunyai dampak dalam kejadian diare (Depkes RI, 2006).
5. Menggunakan Jamban
-
7/28/2019 Skenario A Blok 17.doc
23/26
Pengalaman di beberapa negara membuktikan bahwa upaya penggunaan jamban
mempunyai dampak yang besar dalam penurunan resiko terhadap penyakit diare.
Keluarga yang tidak mempunyai jamban harus membuat jamban, dan keluarga harus
buang air besar di jamban (Depkes RI, 2006).
Yang harus diperhatikan oleh keluarga :
a) Keluarga harus mempunyai jamban yang berfungsi baik dan dapat dipakai oleh
seluruh anggota keluarga.
b) Bersihkan jamban secara teratur.
c) Bila tidak ada jamban, jangan biarkan anak-anak pergi ke tempat buang air besar
sendiri, buang air besar hendaknya jauh dari rumah, jalan setapak dan tempat anak-
anak bermain serta lebih kurang 10 meter dari sumber air, hindari buang air besar
tanpa alas kaki.
(Depkes RI, 2006)
6. Membuang Tinja Bayi yang Benar
Banyak orang beranggapan bahwa tinja anak bayi itu tidak berbahaya. Hal ini tidak
benar karena tinja bayi dapat pula menularkan penyakit pada anak-anak danorangtuanya. Tinja bayi harus dibuang secara bersih dan benar, berikut hal-hal yang
harus diperhatikan:
a) Kumpulkan tinja anak kecil atau bayi secepatnya, bungkus dengan daun atau
kertas koran dan kuburkan atau buang di kakus.
b) Bantu anak untuk membuang air besarnya ke dalam wadah yang bersih danmudah dibersihkan. Kemudian buang ke dalam kakus dan bilas wadahnya atau anak
-
7/28/2019 Skenario A Blok 17.doc
24/26
dapat buang air besar di atas suatu permukaan seperti kertas koran atau daun besar
dan buang ke dalam kakus.
c) Bersihkan anak segera setelah anak buang air besar dan cuci tangannya
(Depkes RI, 2006)
7. Pemberian Imunisasi Campak
Diare sering timbul menyertai campak sehingga pemberian imunisasi campak juga
dapat mencegah diare oleh karena itu beri anak imunisasi campak segera setelah
berumur 9 bulan (Depkes RI, 2006).
Anak harus diimunisasi terhadap campak secepat mungkin setelah usia 9 bulan. Diare
dan disentri sering terjadi dan berakibat berat pada anak-anak yang sedang menderita
campak dalam 4 mingggu terakhir. Hal ini sebagai akibat dari penurunan kekebalantubuh penderita. Selain imunisasi campak, anak juga harus mendapat imunisasi dasar
lainnya seperti imunisasi BCG untuk mencegah penyakit TBC, imunisasi DPT untuk
mencegah penyakit diptheri, pertusis dan tetanus, serta imunisasi polio yang berguna
dalam pencegahan penyakit polio (Depkes RI, 2006).
Pencegahan terhadap diare atau pencarian terhadap pengobatan diare pada balita
termasuk dalam perilaku kesehatan. Adapun perilaku kesehatan menurut
Notoatmodjo (2007) adalah suatu respon seseorang (organisme) terhadap stimulus
atau objek yang berkaitan dengan sakit atau penyakit, sistem pelayanan kesehatan,
makanan, dan minuman, serta lingkungan. Dari batasan ini, perilaku kesehatan dapat
diklasifikasikan menjadi 3 kelompok :
1. Perilaku pemeliharaan kesehatan (health maintanance).
-
7/28/2019 Skenario A Blok 17.doc
25/26
Adalah perilaku atau usaha-usaha seseorang untuk memelihara atau menjaga
kesehatan agar tidak sakit dan usaha untuk penyembuhan bilamana sakit.
2. Perilaku pencarian atau penggunaan sistem atau fasilitas kesehatan
(health seeking behavior)
Perilaku ini adalah menyangkut upaya atau tindakan seseorang pada saat menderita
penyakit dan atau kecelakaan.
3. Perilaku kesehatan lingkungan
Adalah apabila seseorang merespon lingkungan, baik lingkungan fisik maupun sosialbudaya, dan sebagainya.
Untuk menilai baik atau tidaknya perilaku kesehatan seseorang, dapat dinilai dari
domain-domain perilaku. Domain-domain tersebut adalah pengetahuan, sikap, dan
tindakan. Dalam penelitian ini domain sikap tidak dinilai, karena merupakan perilakutertutup (convert behavior). Perilaku tertutup merupakan persepsi seseorang terhadap
suatu stimulus, yang mana persepsi ini tidak dapat diamati secara jelas. Sementara
tindakan termasuk perilaku terbuka, yaitu respon seseorang terhadap stimulus dalam
bentuk tindakan nyata atau terbuka. Hal ini dapat secara jelas diamati oleh orang lain
(Notoadmodjo, 2003).
- Tatalaksana (mulyati, kadek)
- Komplikasi (moza, adiguna)
- Prognosis ( reza, syahid)
- KDU (memey, rike)
-
7/28/2019 Skenario A Blok 17.doc
26/26
Learning Issue
- Diare pada anak (reza, feddy, adiguna, rike)
- Anatomi dan fisiologi sistem digestif pada anak (meylinda, moza, mulyati,
adiguna)
- Dehidrasi pada anak( maulia, uly, prass,)
- Muntah pada anak(annes, kadek, fadhli, syahid)
Hipotesis
Budi, anak laki-laki, usia 1 tahun menderita diare akut disertai dehidrasi berat.
NB:
PENGUMPULAN JAWABAN ANALISIS MASALAH DAN LEARNING
ISSUE PALING LAMBAT HARI RABU 8 MEI 2013 PUKUL 15.00 WIB
- JAWABAN HARUS DIKETIK RAPI DENGAN FORMAT FONT
TIMES NEW ROMAN 12. SPASI 1.5. JUSTIFY. DALAM BENTUK
DOC.
- JAWABAN DAPAT DIKUMPULKAN DALAM USB (SEHABIS
TUTORIAL KEDUA) ATAU email [email protected]
- JANGAN LUPA DAFTAR PUSTAKA