3. pembahasan - tutorial skenario b blok 13.doc

59
TUTORIAL SKENARIO B BLOK 13 2.1 Data Tutorial Tutor : dr. Sulaiman Waiman Moderator : Fredy Tandri Sekretaris Papan : Nur Suci Trendy Asih Sekretaris Meja : Frandi Wirajaya Hari, Tanggal : Rabu, 26 Desember 2012 Peraturan : 1. Alat komunikasi di nonaktifkan 2. Semua anggota tutorial harus mengeluarkan pendapat (aktif) 3. Dilarang makan dan minum 1

Upload: amir-ibnu-hizbullah

Post on 23-Dec-2015

243 views

Category:

Documents


4 download

TRANSCRIPT

TUTORIAL SKENARIO B BLOK 13

2.1 Data Tutorial

Tutor : dr. Sulaiman Waiman

Moderator : Fredy Tandri

Sekretaris Papan : Nur Suci Trendy Asih

Sekretaris Meja : Frandi Wirajaya

Hari, Tanggal : Rabu, 26 Desember 2012

Peraturan : 1. Alat komunikasi di nonaktifkan

2. Semua anggota tutorial harus mengeluarkan pendapat (aktif)

3. Dilarang makan dan minum

1

2.2 Skenario Kasus

Skenario B Blok 13

Mrs. Mona, a 41 year old woman, come to the clinic with chief complaint of weakness and

palpitation. She is having symptom of nauseous and need medication to relieve it. She has

had suffered from prolonged and excessive menstruation ( twice in a month) since 1,5 year

ago. She likes planting and taking care of flowers in her garden without gloves.

Physical exammination :

General appearance : pale, fatique, HR : 110 x/minute, RR : 22x/minute, Temperature : 36,6

ºC, BP : 120/80 mmHg, Liver and spleen non palpable, no lymphadenophaty, no epigastric

pain, cheilitis positive, tongue : papil atrophy, koilonychia positive.

Laboratory :

Hb : 6,2 g/dL, Ht : 18 vol%, RBC : 2.480.000/mm3, WBC : 7.400/mm3, Trmbosit :

386.000/mm3, DC :0/2/5/63/26/4, MCV : 72 fL, MCH : 25 pg, MCHC : 30%, Fecal Occult

Blood : Negative, Hookworm’s egg : Positive

2

DISKUSI TAHAP 1 DAN 2

2.3 Paparan

2.3.1 Klarifikasi Istilah

- Palpitation :Perasaan berdebar-debar atau denyut jantung tidak

teratur yang sifatnya subjektif.

- Weakness :Suatu kondisi yang lemah, rapuh atau kekurangan

kekuatan fisik atau energi .

- Nauseous :Berhubungan dengan atau menimbulkan nausea.

Nausea adalah sensasi tidak menyenangkan yang secara

samar mengacu pada epigastrium dan abdomen, dengan

kecenderungan untuk mutah.

- Pale :Pucat

- Lymphadenophaty :Penyakit kelenjar limfe, biasanya ditandai degan

pembengkakan.

- Cheilitis : Peradangan pada bibir.

- Koilonychia :Distrofi kuku jari dimana kuku menjadi tipis dan

cekung, degan pingiran yang naik.

- Papil Atrophy

- Fatique

:Papil yang mengalamin pengecilan ukuran

:Keadaan meningkatnya ketidaknyamanan dan

menurunnya efisiensi akibat kerja berkepanjangan.

- Epigatric pain :Rasa nyeri pada regio epigastrium

- Hookworm’s egg :Telur nematoda parasitik dalam usus manusia dan

vetebrata lain ; dua spesies yang penting yaitu : Necator

americanus dan Ancylostoma duodenale.

3

2.3.2 Identifikasi Istilah

No Kenyataan Kesesuaian Konsen

1. Mrs. Mona, a 41 year old woman, come to the

clinic with chief complaint of weakness and

palpitation.

TSH VVV

2. She is having symptom of nauseous and need

medication to relieve it. TSH V

3. She has had suffered from prolonged and

excessive menstruation ( twice in a month)

since 1,5 year ago.

TSH VV

4. She likes planting and taking care of flowers in

her garden without gloves. TSH V

5. Physical exammination :

General appearance : pale, fatique, HR : 110

x/minute, RR : 22x/minute, Temperature : 36,6

ºC, BP : 120/80 mmHg, Liver and spleen non

palpable, no lymphadenophaty, no epigastric

pain, cheilitis positive, tongue : papil atrophy,

koilonychia positive.

TSH V

6.Laboratory :

Hb : 6,2 g/dL, Ht : 18 vol%, RBC :

2.480.000/mm3, WBC : 7.400/mm3, Trmbosit :

386.000/mm3, DC :0/2/5/63/26/4, MCV : 72

fL, MCH : 25 pg, MCHC : 30%, Fecal Occult

Blood : Negative, Hookworm’s egg : Positive

TSH VV

2.3.3 Analisa Masalah

4

1. Mrs. Mona, a 41 year old woman, come to the clinic with chief complaint of weakness and palpitation.a. Bagaimana keterkaitan usia, jenis kelamin dengan keluhan utama pada

kasus ini ?Hubungannya berdasarkan jenis kelamin yaitu perempuan. Perempuan memiliki siklus menstruasi yang mana siklus mentruasi itu akan membuang besi sebanyak 0,5-1 mg/hari. Perempuan dewasa menjelang menopause umur 40 sampai 50 tahun seringkali mengalami gangguan ketidakseimbangan hormonal. Ketidakseimbangan hormon dapat mengakibatkan siklus menstruasi biasanya menjadi tidak teratur, dan ovulasi sering tidak terjadi, sehingga korpus luteum akan gagal terbentuk, menyebabkan tidak ada sekresi progesteron. Penigkatan estrogen dibanding progesteron memungkinkan endometrium berkembang dan menebal yang akhirnya akan mengalami outgrows suplai darah dan kemudian berdegenerasi. Hasil akhirnya adalah kerusakan asynchronous dari lapisan endometrium pada tingkat yang berbeda. Ini menyebabkan pendarahan lebih berat dibanding aliran menstruasi normal. Pendarahan yang meningkat dari yang normal akan menyebabkan anemia dengan gejala lemah dan jantung berdebar-debar sebagai kompensasi kehilangan banyak darah. Ketidakseimbangan hormon estrogen dan progesteron dapat menyebabkan otot otot perut melemah sehingga kondisi perut lebih mudah menjadi asam dan menyebabkan rasa mual.

b. Apa etiologi dari weakness dan palpitation pada kasus ini ?Anemia merupakan penyebab utama kelelahan dan palpitasi pada wanita. Mengeluarkan darah selama menstruasi dapat menyebabkan kekurangan zat besi. Kurangnya zat besi akan mengakibatkan gangguan dalam pembentukkan Sel-sel darah merah disumsum tulang sehingga sel darah merah yang terbentuk sedikit , ukuran yang kecil dan warna yang pucat. Sel darah merah sangat diperlukan tubuh karena mereka membawa oksigen ke jaringan dan organ yang diperlukan untuk pembentukan energi. Saat pasokan oksigen yang kurang maka pembentukan energi akan berkurang sehingga akan menyebabkan weakness. Pada keadaan tubuh yang kekurangan oksigen tubuh akan mengkompensasinya dengan cara meningkatkan heart rate dan respiratory rate yang berguna untuk memenuhi kekurangan oksigen didalam tubuh akibatnya terjadi palpitasi.

c. Bagaimana patofisiologi dari weakness ?Anemia jumlah eritrosit & Hb menurun oksigen kejaringan dan organ menurun metabolisme energi tubuh terganggu pasokan energi menurun kelemahan

d. Bagaimana patofisiologi dari palpitation ?

5

Anemia suplai oksigen pada tubuh terganggu otot jantung kekurangan oksigen heart rate dan respiratory rate meningkat palpitasi

2. She is having symptom of nauseous and need medication to relieve it.a. Apa etiologi dari nausea pada kasus ini ?

Pada kasus ini nausea disebabkan oleh oleh tiga hal yaitu anemia, infeksi cacing

tambang, dan siklus menstruasi yang abnormal.

b. Bagaimana mekanisme nausea pada kasus ini ?

Kurangnya sel darah merah maupun hemoglobin akan berdampak pada kurangnya

asupan oksigen dalam gastrointestinal. Hal ini dapat menyebabkan penimbunan

asam laktat pada otot-otot polos sehingga gaster, intestinal, colon, menjadi

kelelahan, dan manifestasinya adalah berupa disritmia dan kontraksinya tidak

teratur. Selain kekurangan oksigen keadaan kekurangan besi juga dapat

menyebabkan disritmia dan gangguan kontraksi otot karena penurunan fungsi

mioglobin, enzim sitokrom, dan gliserofosfat oksidase yang akan menyebabkan

glikolisis terganggu sehingga adanya penumpukan asam laktat. Keadaan ini akan

menyebabkan mual dan rasa penuh pada perut.

Menstruasi abnormal dengan ketidakseimbangan hormon progesteron dan

esterogen dan infestasi cacing hookworm di usus yang mengganggu pencernaan

dengan menghisap sari makanan yang menyebabkan peningkatan sekresi asam

lambung hal ini akan mengakibatkan nausea.

3. She has had suffered from prolonged and excessive menstruation ( twice in a month)

since 1,5 year ago.

a. Bagaimana siklus menstruasi normal?

Siklus menstruasi normal berlangsung selama 21-35 hari, 2-8 hari adalah waktu

keluarnya darah haid yang berkisar 20-60 ml per hari. Penelitian menunjukkan

wanita dengan siklus mentruasi normal hanya terdapat pada 2/3 wanita dewasa,

sedangkan pada usia reproduksi yang ekstrim (setelah menarche (pertama kali

terjadinya menstruasi) dan menopause lebih banyak mengalami siklus yang tidak

teratur atau siklus yang tidak mengandung sel telur). Siklus mentruasi ini melibatkan

kompleks hipotalamus-hipofisis-ovarium. Pada hari 1 sampai hari ke-14 terjadi

pertumbuhan dan perkembangan folikel primer yang dirangsang oleh hormon

6

FSH. Pada saat tersebut sel oosit primer akan membelah dan menghasilkan ovum

yang haploid. Saat folikel berkembang menjadi folikel de Graaf yang masak,

folikel ini juga menghasilkan hormon estrogen yang merangsang keluarnya LH

dari hipofisis. Estrogen yang keluar berfungsi merangsang perbaikan dinding

uterus yaitu endometrium yang habis terkelupas waktu menstruasi, selain itu

estrogen menghambat pembentukan FSH dan memerintahkan hipofisis

menghasilkan LH yang berfungsi merangsang folikel de Graaf yang masak untuk

mengadakan ovulasi yang terjadi pada hari ke-14, waktu di sekitar terjadinya

ovulasi disebut fase estrus.

Selain itu, LH merangsang folikel yang telah kosong untuk berubah menjadi

badan kuning (Corpus Luteum). Badan kuning menghasilkan hormon progesteron

yang berfungsi mempertebal lapisan endometrium yang kaya dengan pembuluh

darah untuk mempersiapkan datangnya embrio. Periode ini disebut fase luteal,

selain itu progesteron juga berfungsi menghambat pembentukan FSH dan LH,

akibatnya korpus luteum mengecil dan menghilang, pembentukan progesteron

berhenti sehingga pemberian nutrisi kepada endometriam terhenti, endometrium

menjadi mengering dan selanjutnya akan terkelupas dan terjadilah perdarahan

(menstruasi) pada hari ke-28. Fase ini disebut fase perdarahan atau fase

menstruasi. Oleh karena tidak ada progesteron, maka FSH mulai terbentuk lagi

dan terjadilan proses oogenesis kembali.

b. Bagaimana keterkaitan usia dengan siklus menstruasi pada kasus ini ?

Menorrhagia adalah pengeluaran darah haid yang terlalu banyak dan biasanya

disertai dengan pada siklus yang teratur. Menorrhagia biasanya berhubungan

dengan usia dimana terjadi ketidakseimbangan hormon progesteron dan esterogen

dimana terjadi penurunan progesteron sehingga hormon estertogen dominan

dalam pembentukkan atau penebalan endometrium yang berlebihan dengan suplai

darah yang tinggi. Pada usia 40 sampai 50 tahun, siklus menstruasi biasanya

menjadi tidak teratur, dan ovulasi sering tidak terjadi. Pada kasus ini Mrs. Mona

41 tahun merupakan usia yang mendekati menopause.

c. Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi menstruasi ?

7

Faktor-faktor yang mempengaruhi siklus menstruasi yaitu fungsi hormon yang

terganggu, kelainan hormon tiroid, kelainan berat badan tubuh yang kurus,

diabetes melitus, keadaan stress, hormon prolaktin yang menyebabkan penekan

tingkat kesuburan wanita dan keteseimbangan hormon estrogen dan progesteron.

d. Bagaimana patofisiologi dari menstruasi yang terjadi pada kasus ini (2 kali

dalam satu bulan) ?

Zat besi (Fe) berkaitan erat dengan iodium. Walaupun mekanisme molekuler

peran Fe belum dengan iodium belum begitu jelas, namun beberapa penelitian

menunjukan korelansi antara kedua mineral tersebut. Defisiensi besi diduga

berperan dalam metabolisme iodium dalam sel tiroid dan defisiensi besi juga

menurunkan profilaksis iodium. Sintesa hormon tiroid membutuhkan kehadiran

Fe dan katalis enzim tiroperoksidase (TPO, enzim yang bergantung pada zat besi).

Defisiensi besi berat menurunkan aktifitas TPO dan menggangu sintesa hormon

tiroid yang akhirnya menurunkan konsentrasi tiroksin dalam plasma.

Pada wanita yang kekurangan hormon tiroid sering kali menyebabkan timbulnya

menoragia(darah menstruasi yang berlebihan) dan polimenore (frekuensi

menstruasi lebih sering). Pada beberapa wanita juga , kekurangan hormon ini

menimbulkan periode mentruasi yang tak teratur dan kadangkala, bahkan dapat

timbul amenore.

e. Adakah keterkaitan antara siklus menstruasi yang abnormal dengan

keluhan utama pada kasus ini ?

Ada, Pada wanita yang mengeluarkan darah saat menstruasi secara berlebihan

sangat rawan sekali terkena anemia karena darah yang dikeluarkan terlalu banyak

sehingga menyebabkan kekurangan zat besi sehingga persediaan besi berkurang

sehingga muncul gejala weakness dan palpitasi yang merupakan gejala umum dari

anemia.

4. She likes planting and taking care of flowers in her garden without gloves.

8

a. Bagaimana keterkaitan hobi Mrs. Mona dengan keluhan yang dialaminya ?

Kebiasaan berkebun tanpa menggunakan sarung tangan yang langsung

berhubungan dengan tanah mendapat infeksi lebih dari 70%. Kebiasaan defekasi

di tanah, dan pemakaian tinja sebagai pupuk kebun penting dalam penyebaran

infeksi. Seperti yang kita tahu tanah yang gembur ( pasir, humus ) dengan suhu

optimum 28-32ºC adalah tanah yang baik untuk pertumbuhan larva cacing

tambang. Jadi kebiasaan Mrs.mona berkebun tanpa menggunakan sarung tangan

membuatnya lebih rentan terkena infeksi cacing tambang yang banyak terdapat di

dalam tanah tanaman. Cacing tambang menginfeksi manusia melalui

larvanya(filariform) yang dapat menembus kulit.

5. Physical exammination : General appearance : pale, fatique, HR : 110 x/minute,

RR : 22x/minute, Temperature : 36,6 ºC, BP : 120/80 mmHg, Liver and spleen non

palpable, no lymphadenophaty, no epigastric pain, cheilitis positive, tongue : papil

atrophy, koilonychia positive.

a. Bagaimana intepretasi dari pemeriksaan fisik ?

No Pemeriksaan fisik Nilai normal Hasil Interpretasi

1. General appearance

Compos mentis Pale , fatique Anemia

2. Heart rate 60 – 100x/menit 110x/menit Aritmia

3. Respiratory rate 16 – 20x/menit 22x/menit Tacyphnea

4. Temperature 36,5 – 37,2 ° C 36,6 °C Normal

5. Blood presure 120/80 mmHg 120/80 mmHg Normal

6. Liver and spleen Tidak teraba Tidak teraba Normal

7. Lymphadenopathy - - Normal

8. Epigastric pain - - Normal

9. Cheilitis - + Defisiensi besi

10. Tongue - Papil atrophy Defisiensi besi

11. Koilonychia - + Defisiensi besi

b. Bagaimana mekanisme dari pemeriksaan fisik yang abnormal ?

9

General Appearance : Pale dan Fatique

Anemia menyebabkan terjadinya peningkatan aliran darah ke organ – organ dalam. Hal ini menyebabkan berkurangnya aliran darah di perifer. Vasokonstriksi pembuluh darah di kulit menyebabkan kulit tampak pucat. Fatique disebabkan karena RBC yang berfungsi untuk membawa oksigen ke sel sel tubuh untuk melakukan metabolisme pembentukkan energi berkurang.

HR: 110x/min dan RR: 22x/min

Menstruasi dan Infeksi cacing menyebabkan terjadinya kehilangan darah atau anemis yang tinggi. Hal ini menimbulkan mekanisme kompensasi untuk meningkatkan aliran darah dan pengangkutan oksigen ke organ utama. Peningkatan kerja jantung dengan meningkatkan kontraksi untuk memompa darah secara cepat ke seluruh tubuh menimbulkan takikardi. Peningkatan frekuensi pernafasan atau takipneu untuk memenuhi kebutuhan oksigen jaringan.

Cheilitis positive, Tongue : papil atrophy, Koilonychia positive

Anemia menyebabkan terjadinya peningkatan aliran darah ke organ – organ dalam. Hal ini menyebabkan berkurangnya aliran darah di perifer. Berkurangnya aliran darah ke mukosa bibir menyebabkan bibir kering dan pecah-pecah. Atrofi papil lidah mungkin saja terjadi akibat cedera sel papila akibat kekurangan oksigen yang terjadi akibat anemia yang diderita oleh pasien. Kurangnya zat besi pada tubuh juga menyebabkan kuku menjadi tipis sehingga tampak pinggir-pinggir kuku terdorong ke atas membentuk cekung.

6. Laboratory :Hb : 6,2 g/dL, Ht : 18 vol%, RBC : 2.480.000/mm3, WBC : 7.400/mm3,

Trmbosit : 386.000/mm3, DC :0/2/5/63/26/4, MCV : 72 fL, MCH : 25 pg, MCHC :

30%, Fecal Occult Blood : Negative, Hookworm’s egg : Positive

a. Bagaimana intepretasi hasil laboratorium ?

10

Pemeriksaan laboratorium

Nilai Normal Hasil Intepretasi

Hb P: 12-15 g/dL

L :13-18 g/dL

6,2 g/dL Anemia

Ht

Rbcs

L : 40-48 vol %

P : 37-43 vol %

L: 4,5 -5 jta/mm3

P : 4 - 5 jta/mm3

18 vol %

2.480.000/mm3

Anemia

Anemia

Wbcs 5000-10000/mm3 7.400/mm3 Normal

Trombosit 150.000-400000 /mm3 386.000/mm3 Normal

Diff.count B: 0-1 %, E : 1-3 %, N.B :

2-8 %, N.S : 50-70 %, L:

20-40 %, M : 2-6 %

0/ 2 / 5 / 63 / 26 / 4 Normal

MCV 82-92 fL 72 fL Mikrositik

MCH 27-31 pg 25 pg Hipokrom

MCHC 32-37 % 30% Rendah

Fecal Occult Blood Negatif Negatif Normal

Hookworm egg Negatif Positif Infeksi cacing tambang

11

b. Bagaimana mekanisme dari hasil laboratorium yang abnormal ?

Hb, Ht, Rbcs, MCV, MCH, MCHC

Pada skenario ini Mrs. Mona mengalami siklus menstruasi yang abnormal yaitu

menorragia dan polimenorre hal ini akan mengakibatkan banyaknya darah yang

keluar sehingga akan terjadi defisiensi besi. Dimana normalnya besi akan dibuang

sebanyak 0,5-1 mg/hari saat menstruasi. Defisiensi besi ini menyebabkan proses

eritropoesis disumsum tulang terganggu sehingga jumlah sel darah merah yang

terbentuk berkurang dan warnanya pucat. Kadar Hb, Ht dan Rbcs ini menentukan

index eritrosit yaitu MCV,MCH, dan MCHC.

Infeksi cacing tambang dapat menyebabkan pendarahan menahun (kronis) yang

berakibat menurunya cadangan besi tubuh dan akhirnya menyebabkan timbulnya

defisiensi besi. Cacing tambang hidup dalam rongga usus halus tapi melekat

dengan giginya pada dinding usus dan menghisap darah. Pendarahan terjadi akibat

proses penghisapan aktif oleh cacing dan juga akibat perembesan darah dari

sekitar tempat hisapan. Cacing berpindah tempat menghisap sekitar 6 jam,

pendarahan ditempat yang ditinggalkan segera berhenti dan luka menutup kembali

12

dengan cepat karena turn over sel epitel usus sangat cepat. Kehilangan darah juga

dapat terjadi akibat adanya lesi yang terjadi pada dinding usus oleh karena

penghisapan darah oleh cacing. Kejadian ini akan bermanifestasi pada

pemeriksaan laboratorium dimana ditemukan Hb,Ht, dan jumlah eritrosit yang

abnormal. Ketidak hal itu akan mempengaruhi index eritrosit.

Hookworm’s egg positive

Kebiasaan Mrs.mona berkebun tanpa menggunakan sarung tangan membuatnya

lebih rentan terkena infeksi cacing tambang yang banyak terdapat di dalam tanah

tanaman. Cacing tambang menginfeksi manusia melalui larvanya(filariform) yang

dapat menembus kulit. Setalah menembus kulit, larva ikut aliran darah kejantung

terus ke paru-paru. Di paru-paru menembus pembuluh darah masuk ke bronchus

lalu ke trachea dan laring. Dari laring, larva ikut tertelan dan masuk kedalam usus

halus dan menjadi cacing dewasa. Kemudian cacing dewasa janta dan betina akan

melakukan copulasi dan menghasilkan telur. Cacing betina menghasilkan 9000-

10000 telur sehari.

c. Bagaimana cara pemeriksaan telur hookworm ?

Melalui pemeriksaan feses dan kultur. Pemeriksaan tinja bertujuan untuk

menegakkan diagnosis pasti, ada dan tidaknya infeksi cacing, berat ringannya

infeksi serta jenis telur cacing yang ada. Ada beberapa metode salah satunya

adalah metode kato katz.

Metode Pemeriksaan Kato-Katz

a. Cara Membuat Larutan Kato

Yang dimaksud dengan Larutan Kato adalah cairan yang dipakai untuk

merendam/memulas selofan (cellophane tape) dalam pemeriksaan tinja

terhadap telur cacing menurut modifikasi teknik Kato dan Kato-Katz.

Untuk membuat Larutan Kato diperlukan campuran dengan perbandingan:

Aquadest 100 bagian, Glycerin 100 bagian dan Larutan malachite green

3% sebanyak 1 bagian.

Timbang malachite green sebanyak 3 gram, masukkan ke dalam

botol/beker glass dan tambahkan aquadest 100 cc sedikit demi sedikit lalu

13

aduk/kocok sehingga homogen, maka akan diperoleh larutan malchite

green 3%.

Masukkan 100 cc aquadest ke dalam baskom plastik kecil, lalu tambahkan

100 cc glycerin sedikit demi sedikit dan tambahkan 1 cc larutan malachite

green 3%, lalu aduk sampai homogen. Maka akan didapatkan Larutan

Kato 201 cc.

b. Cara merendam / memulas selofan (cellophane tape)

Buatlah bingkai kayu segi empat sesuai dengan ukuran Waskom plastik

kecil. Contoh: Misal bingkai untuk foto

Libatkan / lilitkan selofan pada bingkai tersebut.

Rendamlah selama + 18 jam dalam Larutan Kato.

Pada waktu akan dipakai, guntinglah selofan yang sudah direndam

sepanjang 3 cm.

c. Cara Pemeriksaan Kualitatif (modifikasi teknik Kato)

Hasil pemeriksaan tinja kualitatif berupa positif atau negatif cacingan.

Prevalensi cacingan dapat berupa prevalensi seluruh jenis cacing atau per

jenis cacing.

Cara Membuat Preparat

Pakailah sarung tangan untuk mengurangi kemungkinan infeksi berbagai

penyakit.

Tulislah Nomor Kode pada gelas objek dengan spidol sesuai dengan yang

tertulis di pot tinja.

Ambillah tinja dengan lidi sebesar kacang hijau, dan letakkan di atas gelas

obyek.

14

Tutup dengan selofan yang sudah direndam dalam larutan Kato, dan

ratakan tinja di bawah selofan dengan tutup botol karet atau gelas obyek.

Biarkan sediaan selama 20-30 menit.

Periksa dengan pembesaran lemah 100 x (obyektif 10 x dan okuler 10x),

bila diperlukan dapat dibesarkan 400 x (obyektif 40 x dan okuler 10 x).

Hasil pemeriksaan tinja berupa positif atau negatif tiap jenis telur cacing.

Cara Pemeriksaan Kuantitatif

Pemeriksaan kuantitatif diperlukan untuk menentukan intensitas infeksi atau

berat ringannya penyakit dengan mengetahui jumlah telur per gram tinja

(EPG) pada setiap jenis cacing.

Cara Membuat Preparat

Saringlah tinja menggunakan kawat saring.

Letakkan karton yang berlubang di atas slide kemudian masukkan tinja

yang sudah di saring pada lubang tersebut.

Ambillah karton berlubang tersebut dan tutuplah tinja dengan selofan yang

sudah direndam dalam larutan Kato.

Ratakan dengan tutup botol karet hingga merata. Diamkan kurang lebih

sediaan selama 20 – 30 menit.

Periksa di bawah mikroskop dan hitung jumlah telur yang ada pada sediaan

tersebut.

Cara Menghitung Telur

Hasil pemeriksaan tinja secara kuantitatif merupakan intensitas infeksi,

yaitu jumlah telur per gram tinja (Egg Per Gram/EPG) tiap jenis cacing.

15

Intensitas Cacing Tambang = Jumlah telur cacing tambang / Jumlah

specimen positif telur Cacing Tambang x 1000/R

Ket : R = berat tinja sesuai ukuran lubang karton (mg). Untuk program

cacingan adalah 40 mg

d. Bagaimana siklus hidup dari hookworm ?

Hospes parasit ini adalah manusia, cacing dewasa hidup dirongga usus halus

dengan giginya melekat pada mukosa usus. Cacing betina menghasilkan 9000-

10000 telur sehari. Siklus hidupnya : telur cacing keluar bersama tinja (setelah 1-

1,2 hari dalam tanah), telur tersebut menetas menjadi larva rabditiform. Dalam

waktu 3 hari larva tumbuh menjadi larva filariform yang dapat menembus kulit

(dapat bertahan hidup 7-8 minggu di tanah). Setalah menembus kulit, larva ikut

aliran darah kejantung terus ke paru-paru. Di paru-paru menembus pembuluh

darah masuk ke bronchus lalu ke trachea dan laring. Dari laring, larva ikut tertelan

dan masuk kedalam usus halus dan menjadi cacing dewasa. Infeksi terjadi bila

larva filariform menembus kulit atau ikut tertelan bersama makanan.

Telur cacing tambang yang besarnya kurang lebih 60x40 mikron, berbentuk bujur

dan mempunyai dindin tipis. Di dalamnya terdapat beberapa sel. Larva

rabditiform panjangnya kurang lebih 250 mikron, sedangkan larva filariform

panjangnya kurang lebih 600 mikton.

e. Bagaimana cara pemeriksaan Fecal Occult Blood ?

Untuk melakukan pemeriksaan tinja maka sebagai contoh di dapat dari tinja yang

keluar spontan atau diperoleh dari rectal swab dengan menggunakan sarung

tangan. Pemeriksaan tinja tidak boleh ditunda lebih dari beberapa jam (3 jam ).

Makroskopis dilihat, volume, warna, bau, konsistensi perhatikan adanya darah

atau parasit-parasit.

Mikroskopis, sebagai larutan pengencer dipakai Nacl 0,9% atau eosin 1,2% atau

lugol 1 %, untuk menemukan adanya telur cacing,necator americanus,

ancylostoma duodenale, ascaris lumbricoides,dll.

Pemeriksaan ini bertujuan untuk mendeteksi adanya pendarahan saluran cerna,

pendarahan yang besar(>150ml) dapat langsung diketahui secara makroskopik,

16

tapi bila pendarahan <100ml/hari maka feses akan terlihat normal. Dengan

pemeriksaan in lesi yang masih asimtomatis atau ringan atau lokal dapat dideteksi

lebih cepat.

f. Bagaimana cara penatalaksanaan pada kasus ini ?

Terapi terhadap anemia hipokrom mikositik akibat defisiensi besi adalah :

Terapi kausal : terapi terhadap penyebab pendarahan, misalnya pengobatan

caacing tambang, pengobatan hemoroid, pengobatan menorhagia. Terap kausal

harus dilakukan, kalau tidak makan anemia akan kambul lagi.

Pemberian preparat besi : untuk mengantikan kekurangan besi dalam tubuh

(iron replacement therapy).

Terapi besi oral : terapi besi oral merupakan terapi pilihan pertama oleh

karena efektif, murah dan aman. Preparat yang tersedia adalah ferrous sulphat

(sulfa ferosus) merupakan preparat pilihan pertama oleh karena paling murah

tetapi efektif. Dosis anjuran adalah 3 x 200 mg. Setiap 200 mg sulfa ferosus

mengandung 66 mg besi elemental. Pemberian sulfa ferosus 3 x 200 mg

mengakibatkan absorbsi besi 50 mg per hari yang dapat meningkatkan

eritropoesis dua sampai tiga kali normal. Preparat lain : ferrous gluconate,

ferrous fumarat, ferrous lactate, dan ferrous succinate.

Preparat besi sebaiknya diberikan saat lambung kosong, tetapi efek samping

lebih sering dibandingkan dengan pemberian setelah makan. Pada pasien yang

mengalami intoleransi, sulfa ferosus dapat diberikan saat makan atau setelah

makan.

Efek samping utama besi per oral adalah gangguan gastrointestinal yang

dijumpai pada 15 sampai 20%, yang sangat mengurangi kepatuhan pasien.

Keluhan ini dapat berupa mual, muntah, serta konstipasi. Untuk mengurangi

efek samping besi diberikan saat makan atau dosis dikurangi menjadi 3 x 100

mg.

Pengobatan besi diberikan 3 sampai 6 bulan, ada juga yang menganjurkan

sampai 12 bulan, setelah kadar Hb normal untuk mengisi cadangan besi tubuh.

Dosis pemeliharaan yang diberikan adalah 100 sampai 200 mg. Jika tidak

diberikan dosis pemeliharaan, anemia sering kambuh kembali.

17

Untuk meningkatkan penyerapan besi dapat diberikan preparat vit C, tetapi

dapat meningkatkan efek samping terapi. Dianjurkan pemberian diet yang

banyank mengandung hati dan daging yang banyak mengandung besi.

Terapi besi parenteral : terapi besi parenteral sangat effektif tetapi

mempunyai resiko lebih besar dan harganya lebih mahal. Preparat yang tersedia

ialah iron dextran complex ( mengandung 50 mg besi/ml) iron sorbitol citric

acid complex dan yang terbaru adalah iron ferric gluconate dan iron sucrose

yang lebih aman. Besi parenteral dapat diberikan secara i.m dalam dan i.v

pelan. Pemberian i.m memberikan rasa nyeri dan memberikan warna hitam

pada kulit. Efek samping yang dapat timbul adalah reaksi anafilaksis, meskipun

jarang (0,6%). Efek samping lain adalah flebitis, sakit kepala, flushing, mual,

muntah, nyeri perut dn sinkop.

Pengobatan lain : diet : sebaiknya diberikan makanan bergizi dengan tinggi

protein terutama yang berasal dari protein hewani. Vitamin c : diberikan 3 x

100 mg per hari untung meningkatkan absorbsi besi. Tranfusi darah tetapi

jarang.

Respon terhadapa terapi : respon baik bila retikulosit naik pada minggu

pertama , mencapai puncak pada hari ke-10 dan normal lagi pada hari ke-14,

diikuti kenaikan Hb 0,15 g/hari-2 g/hari setelah 3-4 minggu. Hb menjadi

normal setelah 4-10 minggu.

Pencegahan : berupa pendidikan kesehatan, pemberantasan infeksi cacing

tambang, suplementasi besi dan fortifikasi bahan makanan dengan besi.

g. Apa diagnosis banding (differential diagnosis) pada kasus ini ?

Pada kasus ini anemia hipokrom mikrositik, diagnosis bandingnya bisa anemia

defisiensi besi, anemia akibat penyakit kronis, anemia sideroblastik dan

thalassemia. Untuk lebih jelas dapat dilihat pada tabel 1.1 dibawah ini.

Tabel 1.1 diagnosis banding

Anemia def. Besi Anemia akibat

peny. kronis

Trait

thalassemia

Anemia

sideroblastik

18

Derajat anemia Ringan sampai

berat

Ringan Ringan Ringan

MCV Menurun Menurun/N Menurun Menurun/N

MCH Menurun Menurun/N Menurun Menurun/N

Besi serum Menurun < 30 Menurun <50 Normal / Normal/

TIBC Meningkat >360 Menurun <360 Normal / Normal/

Saturasi transferin Menurun <15% Menurun /N 10-

20%

Meningkat

>20%

Meningkat

>20%

Besi sumsum tulang Negatif Positif Positif kuat Positif degan

ring

sideroblast

Protoporfirin eritrosit Meningkat Meningkat Normal Normal

Feritin serum Menurun <20ug/l Normal 20-200ug/l Meningkat >50

ug/l

Meningkat

>50 ug/l

Elektrofoesis Hb N N Hb.A2

meningkat

N

2.3.4 Keterkaitan Masalah

19

Mrs. Mona, 41 tahun mempunyai hobi bertanam dan merawat bunga tanpa menggunakan sarung tangan

2.3.5 Topik Pembelajaran

a. Hookworm

A. Pengertian

Penyakit cacing tambang adalah penyakit infeksi yang disebabkan cacing

Ancylostoma duodenale dan Necator americanus. Cacing ini banyak terdapat di tanah

di perkebunan kopi, teh dan karet. Disebut cacing tambang karena saat ditemukan

pertama kali oleh pekerja tambang yang menderita penyakit ini sehingga disebut

dengan cacing tambang.

Sekitar seperempat penduduk dunia terinfeksi oleh cacing tambang. Infeksi paling

sering ditemukan di daerah yang hangat dan lembab, dengan tingkat kebersihan yang

buruk. Ancylostoma duodenale ditemukan di daerah Mediteranian, India, Cina dan

Jepang. Necator americanus ditemukan di daerah tropis Afrika, Asia dan Amerika.

Necator americanus dan Ancylostoma duodenale

Klasifikasi Ilmiah

Kerajaan : Animalia

Filum : Nematoda

Kelas : Secernentea

Ordo : Strongiloidae

Famili : Ancylostomatidae

B.Gejala

20

Siklus menstruasi yang abnormal (dua kali dalam satu bulan) Terinfeksi hookworm

Anemia hipokrom mikrositik

weakness palpitation

Gejala penyakit ini awal mulanya tak spesifik seperti mual, muntah, malas makan,

sakit perut dan badan kurus. Bentuk cacing dewasa menempel di dinding usus halus

penderita dengan menggunakan giginya. Akibat adanya gigitan ini menyebabkan

pembuluh darah dinding usus mengalami pendarahan. Sebagian darah dihisap oleh

cacing dewasa dan sebagian keluar dari usus sehingga pada beraknya ditemukan

darah.

Gejala lain yang dapat ditemukan antara lain adalah :

Demam, batuk dan bunyi nafas mengi (bengek) bisa terjadi akibat

berpindahnya larva melalui paru-paru

Cacing dewasa sering kali menyebabkan nyeri diperut bagian atas

Anemia karena kekurangan zat besi dan rendahnya kadar protein di dalam

darah bisa terjadi akibat pendarahan usus

Kehilangan darah yang berat dan berlangsung lama, bisa menyebabkan

pertumbuhan yang lambat, gagal jantung dan pembengkakan jaringan yang

meluas pada anak-anak.

Ruam yang menonjol dan terasa gatal (ground itch) bisa muncul di tempat

masuknya larva pada kulit.

Untuk gejala yang satu ini, dikalangan media penyakit ini terkenal dengan istilah

Cutaneous larva migrans. Artinya, ada migrasi larva di kulit (cutan:lapisan kulit).

Nama lainnya dermatosis linearis migrans ataupun sandworm disease. Dari namanya

dapat diketahui bahwa beberapa penderita terserang penyakit ini ketika berhubungan

dengan pasir.

Istilah lainnya juga disebut creeping eruption (CE). Istilah ini digunakan karena pada

invasi larva cacing tambang ini, akan timbul kelainan pad akulit berupa erupsi

peradangan berbentuk lurus atau berliku-liku yang menonjol di atas permukaan kulit.

Semua orang bisa terinfeksi penyakit ini jika secara langsung terpapar dengan larva

tersebut. Namun, kelompok yang beresiko tinggi biasanya berkaitan dengan pekerjaan

ataupun hobi yang membawanya terkontak dengan pasir, tanah ataupun lapisan

humusnya. Diantara wisatawan yang sedang berjemur di pantai dengan telanjang kaki,

anak-anak yang suka bermain pasir, petani, tukang kebun, penambang atau pekerja

lain yang berinteraksi dengan tanah.

Masuknya larva kedalam kulit, biasanya disertai dengan rasa gatal dan panas pada

tempat masuknya. Kemudian akan muncul tonjolan pada permukaan kulit, beberapa

21

saat akan muncul bentuk yang khas yaitu tonjolan di atas permukaan kulit yang

berkelok-kelok berwarna kemerahan. Untuk selanjutnya, tonjolan kemerahan ini akan

makin berkelok-kelok membentuk terowongan sesuai dengan pergerakan larva. Tiap

larva membentuk lesi berkelok-kelok seperti ular memanjang dengan ukuran beberapa

milimeter hingga beberapa sentimeter dalam sehari.

Penderita dapat kekurangan protein hingga timbul bengkak di seluruh tubuhnya.

Gejala klinik yang lain berupa gatal-gatal di kulit karena larva cacing tambang

menembus kulit, migrasi melalui kulit. Migrasi larva dapat sampai ke paru-paru

hingga menyebabkan gejala batuk-batuk. Rasanya sangat gatal terutama dalam malam

hari. Dalam sehari panjang terowongan ini kira-kira bisa mencapai 2 mm hingga 2

cm.

Dikatakan, adapun tempat yang terkena infeksi ini, umumnya terletak di kaki, sela-

sela kaki, pantat, lutut, tangan ataupun pernah juga dilaporkan terjadi di dinding perut.

C. Daur Hidup

Hospes parasit ini adalah manusia, cacing dewasa hidup dirongga usus halus dengan

giginya melekat pada mukosa usus. Cacing betina menghasilkan 9000-10000 telur

sehari. Siklus hidupnya : telur cacing keluar bersama tinja (setelah 1-1,2 hari dalam

tanah), telur tersebut menetas menjadi larva rabditiform. Dalam waktu 3 hari larva

tumbuh menjadi larva filariform yang dapat menembus kulit (dapat bertahan hidup

7-8 minggu di tanah). Setalah menembus kulit, larva ikut aliran darah kejantung terus

ke paru-paru. Di paru-paru menembus pembuluh darah masuk ke bronchus lalu ke

trachea dan laring. Dari laring, larva ikut tertelan dan masuk kedalam usus halus dan

menjadi cacing dewasa. Infeksi terjadi bila larva filariform menembus kulit atau ikut

tertelan bersama makanan.

Telur cacing tambang yang besarnya kurang lebih 60x40 mikron, berbentuk bujur dan

mempunyai dindin tipis. Di dalamnya terdapat beberapa sel. Larva rabditiform

panjangnya kurang lebih 250 mikron, sedangkan larva filariform panjangnya kurang

lebih 600 mikton

22

Gb. Telur cacing tambang yang keluar bersama feses, kemudian menjadi larva

rabditiform kemudian menjadi filariform dan terinjak oleh kaki manusia

Siklus cacing tambang didalam tubuh yaitu dari Jantung - paru-paru - bronkus -

bronkiolus - trakea - faring - sel pencernaan - dan kembali lagi ke usus halus. Daur

hidup cacing tambang lebih panjang daripada cacing gelang.

Gb. Siklus cacing tambang didalam tubuh manusia

23

D. Diagnosa

Jika timbul gejala, maka pada pemeriksaan tinja penderita akan ditemukan telur

cacing tambang. Jika dalam beberapa jam tinja dibiarkan dahulu, maka telur akan

mengeram dan menetaskan larva.

E. Pencegahan

Mengingat sekarang musim hujan, keadaan tanah pasti lebih lembab dibanding

biasanya, orang tua yang memiliki anak kecil, diharapkan untuk mencegah anak

bermain terlalu lama di tanah maupun pasir, apalgi bermain tanpa menggunakan alas

kaki. Anjurkanlah mereka selalu menggunakan alas kaki. Membiasakan cuci tangan

dan kaki setelah bermain di luar juga pencegahan yang baik. Untuk mereka yang

pekerjaannya sering berhubungan dengan tenah atau pasir, seperti petani atau pekerja

kebun, anjurkan juga untuk menggunakan alas kaki saat bekerja.

Hal sederhana lainnya adalah bagi yang memelihara anjing dan kucing untuk

membuang kotoran hewan tersebut ditempat pembuangan khusus.

F. Pengobatan

Karena cacing tambang menyerang pada usia anak-anak maka pengobatanya antara

lain adalah :

Untuk pemberian obat minum golongan obat anti cacing albendazole dosis sehari 400

mg sebagai dosis tunggal selama 3 hari. Obat pilihan lain yang juga banyak jenisnya.

Selain dengan obat anti cacing, pengobatan cara lain dengan penyemprotan agen

pembeku, seperti misalnya chlorethyl atau dryce sepanjang lesi dapat juga digunakan

sebagai pengobatan penunjang. Tetapi cara ini agak sulit karena tidak mengetahui

secara pasti di mana larva berada dan keefektifannya dilaporkan 60-70% dari seluruh

kasus.

Perlu diingat, selama masa pengobatan kita harus memperhatikan pergerakan dari lesi.

Jika selama waktu pengamatan tertentu tidak tampak lahi pergerakan lesi, maka larva

biasanya telah mati. Terkadang untuk membantu mengamati pergerakan itu, lokasi

lesi diberi tanda tinta spidol sehingga lebih mempermudah pengamatan.

Selain pengobatan diatas, obat yang sering digunakan adalah “Pirantel Pamoat” dosis

10 mg/kg BB (usia anak-anak) selama 3 ahri berturut-turut. Ada pula 10 g/kg BB

terbagi dalam 3 dosis dengan BB : 20 kg maka 1 kali minum adalah 10mg/20kg è 200

mg/3 = 66 mg

24

b. Anemia Hipokrom MikrositikTerdiri dari anemia defisiensi besi, anemia akibat penyakit kronis, anemia

sideroblastik dan thalassemia. Pada skenario ini sebagian tanda menunjukkan anemia

defisiensi besi.

Anemia didefinisikan sebagai penurunan volume eritrosit atau kadar Hb sampai di

bawah rentang nilai yang berlaku untuk orang sehat.

Anemia dapat diklasifikasikan menurut morfologi sel darah merah dan berdasarkan

etiologinya. Pada klasifikasi anemia menurut morfologi, mikro dan makro

menunjukan ukuran eritrosit sedangkan kromik menunjukan warnanya (kandungan

Hb). Pada klasifikasi berdasarkan morfologi dibagi dalam tiga klasifikasi besar:

Anemia normositik normokrom, dimana ukuran dan bentuk eritrosit normal serta

mengandung Hemoglobin dalam jumlah normal (MCV dan MCHC normal atau

normal rendah), contohnya pada kehilangan darah akut, hemolisis, penyakit kronik

termasuk infeksi, gangguan endokrin, gangguan ginjal.

Anemia makrosistik normokrom, makrositik berarti ukuran eritrosit lebih besar dari

normal dan normokrom berarti konsentrasi Hb normal (MCV meningkat; MCHC

normal). Hal ini diakibatkan oleh gangguan atau terhentinya sintesis asam nukleat

DNA seperti yang ditemukan pada defisiensi besi dan/atau asam folat.

Anemia mikrositik hipokrom, mikrositik berarti kecil, hipokrom berarti mengandung

jumlah Hb kurang (MCV dan MCHC kurang), seperti pada anemia defisensi besi,

keadaan sideroblastik, kehilangan darah kronik, dan pada talesemia.

Anemia defisiensi besi adalah anemia yang terjadi karena kekurangan zat besi (Fe)

yang diperlukan untuk pembentukan sel darah merah. Defisiensi besi merupakan

penyebab terbanyak dari anemia di seluruh dunia. Diperkirakan 30 % dari populasi

dunia mengalami anemia akibat defisiensi besi.

Zat besi selain dibutuhkan untuk pembentukan Hb yang berperan dalam penyimpanan

dan pengangkutan oksigen, juga terdapat dalam beberapa enzim yang berperan dalam

metabolisme oksidatif, sintesa DNA, neurotransmiter dan proses katabolisme yang

bekerjanya membutuhkan ion besi.

Anemia ini merupakan kelainan hematologi yang paling sering dijumpai pada bayi

dan anak. Banyaknya Fe yang diabsorpsi dari makanan kira-kira 10 % setiap hari

sehingga untuk nutrisi optimal diperlukan diet yang mengandung Fe sebanyak 8-10

mg Fe perhari. Fe yang berasal dari ASI diabsorpsi secara lebih efisien daripada yang

berasal dari susu sapi. Sedikitnya macam makanan yang kaya Fe yang dicerna selama

25

tahun pertama kehidupan menyebabkan sulitnya memenuhi jumlah yang diharapkan,

maka dari itu diet bayi harus mengandung makanan yang diperkaya Fe sejak usia 6

bulan.

Zat besi (Fe)

Zat besi terdapat pada seluruh sel tubuh kira-kira 40-50 mg/kilogram berat badan.

Hampir seluruhnya dalam bentuk ikatan kompleks dengan protein. Ikatan ini kuat

dalam bentuk organik, yaitu sebagai ikatan non ion dan lebih lemah dalam bentuk

anorganik, yaitu sebagai ikatan ion. Besi mudah mengalami oksidasi atau reduksi.

Kira-kira 70 % dari Fe yang terdapat dalam tubuh merupakan Fe fungsional atau

esensial, dan 30 % merupakan Fe yang nonesensial.

Fe esensial ini terdapat pada :

1. Hemoglobin 66 %

2. Mioglobin 3 %

3. Enzim tertentu yang berfungsi dalam transfer elektron misalnya sitokrom

oksidase, suksinil dehidrogenase dan xantin oksidase sebanyak 0,5%

4. Pada transferin 0,1 %.

Besi nonesensial terdapat sebagai cadangan dalam bentuk feritin dan hemosiderin

sebanyak 25 %, dan pada parenkim jaringan kira-kira 5 %.

Makanan sumber zat besi yang paling baik berupa heme-iron adalah hati, jantung dan

kuning telur. Jumlahnya lebih sedikit terdapat pada daging, ayam dan ikan.

Sedangkan nonheme-iron banyak terdapat pada kacang-kacangan, sayuran hijau,

buah-buahan dan sereal. Susu dan produk susu mengandung zat besi sangat rendah.

Heme-iron menyumbang hanya 1-2 mg zat besi per hari pada diet orang Amerika.

Sedangkan nonheme-iron merupakan sumber utama zat besi.

Kebutuhan Zat Besi

Jumlah Fe yang dibutuhkan setiap hari dipengaruhi oleh berbagai faktor. Umur, jenis

kelamin dan volume darah dalam tubuh (Hb) dapat mempengaruhi kebutuhan,

walaupun keadaan depot Fe memegang peranan yang penting pula.

Kebutuhan zat besi bagi bayi dan anak-anak relatif lebih tinggi disebabkan oleh

pertumbuhannya. Bayi dilahirkan dengan 0,5 gram besi, sedang dewasa kira-kira 5

gram, untuk mengejar perbedaan itu rata-rata 0,8 gram besi harus diabsorbsi tiap hari

selama 15 tahun pertama kehidupan. Disamping kebutuhan pertumbuhan ini, sejumlah

kecil diperlukan untuk menyeimbangkan kehilangan besi normal oleh pengelupasan

26

sel.Karena itu untuk mempertahankan keseimbangan besi positif pada anak, kira-kira

1 mg besi harus diabsorbsi.

Metabolisme zat besi

Penyerapan besi oleh tubuh berlangsung melalui mukosa usus halus, terutama di

duodenum sampai pertengahan jejunum, makin ke distal penyerapan akan semakin

berkurang. Ada 2 cara penyerapan besi dalam usus, yaitu :

1. Penyerapan dalam bentuk non heme ( + 90 % berasal dari makanan)

Zat besi dalam makanan biasanya dalam bentuk senyawa besi non heme berupa

kompleks senyawa besi inorganik (ferri/ Fe3+) yang oleh HCl lambung, asam amino

dan vitamin C mengalami reduksi menjadi ferro (Fe2+ ). Bentuk fero diabsorpsi oleh

sel mukosa usus dan di dalam sel usus, fero mengalami oksidasi menjadi feri yang

selanjutnya berikatan dengan apoferitin menjadi feritin. Bentuk ini akan dilepaskan ke

peredaran darah setelah mengalami reduksi menjadi fero dan di dalam plasma ion fero

direoksidasi menjadi feri yang akan berikatan dengan 1 globulin membentuk

transferin. Transferin berfungsi mengangkut besi untuk didistribusikan ke hepar,

limpa, sumsum tulang serta jaringan lain untuk disimpan sebagai cadangan besi

tubuh.

Di sumsum tulang sebagian besi dilepaskan ke dalam retikulosit yang akan

bersenyawa dengan porfirin membentuk heme. Persenyawaan globulin dengan heme

membentuk hemoglobin. Setelah eritrosit hancur, Hb akan mengalami degradasi

menjadi biliverdin dan besi. Besi akan masuk ke dalam plasma dan mengikuti siklus

seperti di atas.

2. Penyerapan dalam bentuk heme ( + 10 % dari makanan)

Besi heme di dalam lambung dipisahkan dari proteinnya oleh HCl lambung dan enzim

proteosa. Besi heme teroksidasi menjadi hemin yang akan masuk ke sel mukosa usus

secara utuh, lalu dipecah oleh enzim hemeoksigenasi menjadi ion feri dan porfirin.

Ion feri akan mengalami siklus seperti di atas.

Proses absorbsi besi juga dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain:

1. Heme-iron akan lebih mudah diserap dibandingkan nonheme-iron

2. Ferro lebih mudah diserap daripada ferri

3. Asam lambung akan membantu penyerapan besi

4. Absorbsi besi dihambat kompleks phytate dan fosfat

27

5. Bayi dan anak-anak mengabsorbsi besi lebih tinggi dari orang dewasa karena

proses pertumbuhan

6. Absorbsi akan diperbesar oleh protein

7. Asam askorbat dan asam organik tertentu

Jumlah total besi dalam tubuh sebagian besar diatur dengan cara mengubah kecepatan

absorbsinya. Bila tubuh jenuh dengan besi sehingga seluruh apoferitin dalam tempat

cadangan besi sudah terikat dengan besi, maka kecepatan absorbsi besi dari traktus

intestinal akan menjadi sangat menurun. Sebaliknya bila tempat penyimpanan besi itu

kehabisan besi, maka kecepatan absorbsinya akan sangat dipercepat.

Di dalam tubuh, cadangan besi ada dua bentuk, yang pertama feritin yang ebrsifat

mudah larut, tersebar di sel parenkim dan makrofag, terbanyak di hati. Bentuk kedua

adalah hemosiderin yang tidak mudah larut, lebih stabil tetapi lebih sedikit dibanding

feritin. Hemosiderin terutama ditemukan dalam sel Kupfer hati dan makrofag di limpa

dan sumsum tulang. Cadangan besi ini akan berfungsi untuk mempertahankan

homeostasis besi dalam tubuh.

Etiologi

Terjadinya anemia defisiensi besi dangat ditentukan oleh kemampuan absorpsi besi,

diet yang mengandung besi, kebutuhan besi yang meningkat dan jumlah yang hilang.

Kebutuhan besi dapat disebabkan :

1. Kebutuhan yang meningkat fisiologis

Pertumbuhan

Pada umur 1 tahun pertama dan masa remaja, kebutuhan besi akan meningkat

sehingga pada periode ini insiden anemia defisiensi Fe meningkat.

Menstruasi

Penyebab tersering pada anak perempuan adalah kehilangan darah lewat menstruasi.

2. Kurangnya besi yang diserap

Masukan besi dari makanan yang tidak adekuat

Bayi cukup bulan memerlukan + 200 mg besi dalam 1 tahun pertama untuk

pertumbuhannya. Bayi yang mendapat ASI jarang menderita anemia karena 40 % besi

dalam ASI diabsorpsi oleh bayi.

28

Malabsorpsi besi

Keadaan ini dijumpai pada anak kurang gizi yang mukosa ususnya mengalami

perubahan secara histologis dan fungsional.

3. Perdarahan

Kehilangan darah akibat perdarahan merupakan penyebab penting terjadinya anemia

defisiensi Fe. Kehilangan darah 1 ml akan mengakibatkan kehilangan besi 0,5 mg.

Perdarahan dapat karena ulkus peptikum, infeksi cacing, obat-obatan (kortikosteroid,

AINS, indometasin).

4. Kehamilan

Pada kehamilan, kehilangan besi kebanyakan disebabkan oleh kebutuhan besi oleh

fetus untuk eritropoiesis, kehilangan darah saat persalinan, dan saat laktasi.

5.  Transfusi feto-maternal

Kebocoran darah yang kronis ke dalam sirkulasi ibu akan menyebabkan anemia pada

akhir masa fetus dan pada awal masa neonatus.

6. Hemoglobinuri

Keadaan ini biasa dijumpai pada anak yang memakai katup jantung buatan. Pada

Paroxismal Nocturnal Hemoglobinuria kehilangan besi melalui urin 1,8-7,8 mg/hari.

7. Atrogenic blood loss

Terjadi pada anak yang sering diambil darah venanya untuk pemeriksaan

laboratorium.

8. Idiopathic pulmonary hemosiderosis

Penyakit ini jarang terjadi, pada keadaan ini kadar Hb dapat turun drastis hingga 1,5-3

g/dl dalam 24 jam.

9. Latihan yang berlebihan

Pada orang yang berolahraga berat kadar feritin serumnya akan kurang dari 10 ug/dl.

Patofisiologi

Anemia defisiensi Fe merupakan hasil akhir keseimbangan negatif Fe yang

berlangsung lama. Bila keseimbangan besi ini menetap akan menyebabkan cadangan

besi terus berkurang. Terdapat 3 tahap defisiensi besi, yaitu :

Iron depletion

Ditandai dengan cadangan besi menurun atau tidak ada tetapi kadar Fe serum dan Hb

masih normal. Pada keadaan ini terjadi peningkatan absorpsi besi non heme.

Iron deficient erythropoietin/iron limited erythropoiesis

29

Pada keadaan ini didapatkan suplai besi yang tidak cukup untuk menunjang

eritropoiesis. Pada pemeriksaan laboratorium didapat kadar Fe serum dan saturasi

transferin menurun sedangkan TIBC dan FEP meningkat.

Iron deficiency anemia

Keadaan ini merupakan stadium lanjut dari defisiensi Fe. Keadaan ini ditandai dengan

cadangan besi yang menurun atau tidak ada, kadar Fe serum rendah, saturasi

transferin rendah, dan kadar Hb atau Ht yang rendah

Manifestasi klinis

Gejala klinis anemia sering terjadi perlahan dan tidak begitu diperhatikan oleh

penderita dan keluarga, yang ringan diagnosa ditegakkan hanya dari laboratorium.

Gejala yang umum adalah pucat. Pada Anemia defisiensi besi dengan kadar 6-10 g/dl

terjadi kompensasi kompensasi yang efektif sehingga gejalanya hanya ringan. Bila

kadar Hb

Gejala lain yang terjadi adalah kelainan non hematologi akibat kekurangan besi

seperti:

Perubahan epitel yang menimbulkan gejala koilonikia (spoon-shaped nail), atrofi

papila lidah, perubahan mukosa lambung dan usus halus.

Penurunan aktivitas kerja.

Termogenesis yang abnormal ditandai dengan ketidakmampuan mempertahankan

suhu tubuh normal saat udara dingin.

Daya tahan tubuh menurun karena fungsi leukosit yang abnormal.

c. Siklus menstruasiMenstruasi

Menstruasi adalah pelepasan dinding rahim (endometrium) yang disertai dengan

pendarahan dan terjadi setiap bulannya kecuali pada saat kehamilan. Menstruasi yang

terjadi terus menerus setiap bulannya disebut sebagai siklus menstruasi. menstruasi

biasanya terjadi pada usia 11 tahun dan berlangsung hingga anda menopause

(biasanya terjadi sekitar usia 45 – 55 tahun). Normalnya, menstruasi berlangsung

selama 3 – 7 hari.

30

Fisiologi Menstruasi

Pada siklus menstruasi normal, terdapat produksi hormon-hormon yang paralel

dengan pertumbuhan lapisan rahim untuk mempersiapkan implantasi (perlekatan) dari

janin (proses kehamilan). Gangguan dari siklus menstruasi tersebut dapat berakibat

gangguan kesuburan, abortus berulang, atau keganasan.

Gangguan dari sikluas menstruasi merupakan salah satu alasan seorang wanita

berobat ke dokter. Siklus menstruasi normal berlangsung selama 21-35 hari, 2-8 hari

adalah waktu keluarnya darah haid yang berkisar 20-60 ml per hari. Penelitian

menunjukkan wanita dengan siklus mentruasi normal hanya terdapat pada 2/3 wanita

dewasa, sedangkan pada usia reproduksi yang ekstrim (setelah menarche <pertama

kali terjadinya menstruasi> dan menopause) lebih banyak mengalami siklus yang

tidak teratur atau siklus yang tidak mengandung sel telur. Siklus mentruasi ini

melibatkan kompleks hipotalamus-hipofisis-ovarium.

Gambar 1. Kompleks Hipotalamus-Hipofisis-Ovarium

Siklus Menstruasi Normal

Sikuls menstruasi normal dapat dibagi menjadi 2 segmen yaitu, siklus ovarium

(indung telur) dan siklus uterus (rahim). Siklus indung telur terbagi lagi menjadi 2

bagian, yaitu siklus folikular dan siklus luteal, sedangkan siklus uterus dibagi menjadi

masa proliferasi (pertumbuhan) dan masa sekresi. Perubahan di dalam rahim

merupakan respon terhadap perubahan hormonal. Rahim terdiri dari 3 lapisan yaitu

31

perimetrium (lapisan terluar rahim), miometrium (lapisan otot rehim, terletak di

bagian tengah), dan endometrium (lapisan terdalam rahim). Endometrium adalah

lapisan yangn berperan di dalam siklus menstruasi. 2/3 bagian endometrium disebut

desidua fungsionalis yang terdiri dari kelenjar, dan 1/3 bagian terdalamnya disebut

sebagai desidua basalis.

Sistem hormonal yang mempengaruhi siklus menstruasi adalah:

1. FSH-RH (follicle stimulating hormone releasing hormone) yang dikeluarkan

hipotalamus untuk merangsang hipofisis mengeluarkan FSH

2. LH-RH (luteinizing hormone releasing hormone) yang dikeluarkan hipotalamus

untuk merangsang hipofisis mengeluarkan LH

3. PIH (prolactine inhibiting hormone) yang menghambat hipofisis untuk

mengeluarkan prolaktin.

Gambar 2. Siklus Hormonal

Pada setiap siklus menstruasi, FSH yang dikeluarkan oleh hipofisis merangsang

perkembangan folikelfolikel di dalam ovarium (indung telur). Pada umumnya hanya 1

folikel yang terangsang namun dapat perkembangan dapat menjadi lebih dari 1, dan

32

folikel tersebut berkembang menjadi folikel de graaf yang membuat estrogen.

Estrogen ini menekan produksi FSH, sehingga hipofisis mengeluarkan hormon yang

kedua yaitu LH. Produksi hormon LH maupun FSH berada di bawah pengaruh

releasing hormones yang disalurkan hipotalamus ke hipofisis. Penyaluran RH

dipengaruhi oleh mekanisme umpan balik estrogen terhadap hipotalamus. Produksi

hormon gonadotropin (FSH dan LH) yang baik akan menyebabkan pematangan dari

folikel de graaf yang mengandung estrogen. Estrogen mempengaruhi pertumbuhan

dari endometrium. Di bawah pengaruh LH, folikel de graaf menjadi matang sampai

terjadi ovulasi. Setelah ovulasi terjadi, dibentuklah korpus rubrum yang akan menjadi

korpus luteum, di bawah pengaruh hormon LH dan LTH (luteotrophic hormones,

suatu hormon gonadotropik). Korpus luteum menghasilkan progesteron yang dapat

mempengaruhi pertumbuhan kelenjar endometrium. Bila tidak ada pembuahan maka

korpus luteum berdegenerasi dan mengakibatkan penurunan kadar estrogen dan

progesteron. Penurunan kadar hormon ini menyebabkan degenerasi, perdarahan, dan

pelepasan dari endometrium. Proses ini disebut haid atau menstruasi. Apabila terdapat

pembuahan dalam masa ovulasi, maka korpus luteum tersebut dipertahankan.

Pada tiap siklus dikenal 3 masa utama yaitu:

a. Masa menstruasi yang berlangsung selama 2-8 hari. Pada saat itu endometrium

(selaput rahim) dilepaskan sehingga timbul perdarahan dan hormon-hormon

ovarium berada dalam kadar paling rendah

b. Masa proliferasi dari berhenti darah menstruasi sampai hari ke-14. Setelah

menstruasi berakhir, dimulailah fase proliferasi dimana terjadi pertumbuhan dari

desidua fungsionalis untuk mempersiapkan rahim untuk perlekatan janin. Pada

fase ini endometrium tumbuh kembali. Antara hari ke-12 sampai 14 dapat terjadi

pelepasan sel telur dari indung telur (disebut ovulasi)

c. Masa sekresi. Masa sekresi adalah masa sesudah terjadinya ovulasi. Hormon

progesteron dikeluarkan dan mempengaruhi pertumbuhan endometrium untuk

membuat kondisi rahim siap untuk implantasi (perlekatan janin ke rahim)

Siklus ovarium :

1. Fase folikular. Pada fase ini hormon reproduksi bekerja mematangkan sel telur

yang berasal dari 1 folikel kemudian matang pada pertengahan siklus dan siap untuk

proses ovulasi (pengeluaran sel telur dari indung telur). Waktu rata-rata fase folikular

33

pada manusia berkisar 10-14 hari, dan variabilitasnya mempengaruhi panjang siklus

menstruasi keseluruhan

2. Fase luteal. Fase luteal adalah fase dari ovulasi hingga menstruasi dengan jangka

waktu ratarata 14 hari

Siklus hormonal dan hubungannya dengan siklus ovarium serta uterus di dalam siklus

menstruasi normal:

1. Setiap permulaan siklus menstruasi, kadar hormon gonadotropin (FSH, LH) berada

pada level yang rendah dan sudah menurun sejak akhir dari fase luteal siklus

sebelumnya

2. Hormon FSH dari hipotalamus perlahan mengalami peningkatan setelah akhir dari

korpus luteum dan pertumbuhan folikel dimulai pada fase folikular. Hal ini

merupakan pemicu untuk pertumbuhan lapisan endometrium

3. Peningkatan level estrogen menyebabkan feedback negatif pada pengeluaran FSH

hipofisis. Hormon LH kemudian menurun sebagai akibat dari peningkatan level

estradiol, tetapi pada akhir dari fase folikular level hormon LH meningkat drastis

(respon bifasik)

4. Pada akhir fase folikular, hormon FSH merangsang reseptor (penerima) hormon

LH yang terdapat pada sel granulosa, dan dengan rangsangan dari hormon LH,

keluarlah hormon progesteron

5. Setelah perangsangan oleh hormon estrogen, hipofisis LH terpicu yang

menyebabkan terjadinya ovulasi yang muncul 24-36 jam kemudian. Ovulasi adalah

penanda fase transisi dari fase proliferasi ke sekresi, dari folikular ke luteal

6. Kedar estrogen menurun pada awal fase luteal dari sesaat sebelum ovulasi sampai

fase pertengahan, dan kemudian meningkat kembali karena sekresi dari korpus luteum

7. Progesteron meningkat setelah ovulasi dan dapat merupakan penanda bahwa sudah

terjadi ovulasi

8. Kedua hormon estrogen dan progesteron meningkat selama masa hidup korpus

luteum dan kemuadian menurun untuk mempersiapkan siklus berikutnya

Mensturasi abnormal pada usia tua

Menorrhagia adalah pengeluaran darah haid yang terlalu banyak dan biasanya disertai

dengan pada siklus yang teratur. Menorrhagia biasanya berhubungan dengan usia

dimana terjadi ketidakseimbangan hormon progesteron dan esterogen dimana terjadi

penurunan progesteron sehingga hormon estertogen dominan dalam pembentukkan

atau penebalan endometrium yang berlebihan dengan suplai darah yang tinggi.

34

Biasanya juga berhubungan dengan nocturrhagia yaitu suatu keadaan dimana

menstruasi mempengaruhi pola tidur wanita dimana waita harus mengganti pembalut

pada tengah malam. Menorrhagia juga berhubungan dengan kram selama haid yang

tidak bisa dihilangkan dengan obat-obatan. Penderita juga sering merasakan

kelemahan, pusing, muntah dan mual berulang selama haid.

35

d. Pemeriksaan apusan darah tepi

Pemeriksaan darah tepi gambaran anisopoikilositosis

e. Patogenesis anemia hipokrom mikrositik yang disebabkan oleh Necator americanusInfeksi cacing tambang dapat menyebabkan pendarahan menahun (kronis) yang berakibat menurunya cadangan besi tubuh dan akhirnya menyebabkan timbulnya anemia defisiensi besi. Cacing tambang menempel pada dinding usus dan menghisap darah. Akibat gigitan tersebut sebagian darah hilang dan dikeluarkan dari dalam tubuh melalui tinja. Jumlah cacing yang sedikit belum menunjukan gejala klinis, tetapi apabila jumlahnya lebih dari 1000 ekor maka akan mengakibatkan anemia. Pendarahan terjadi akibat proses penghisapan aktif oleh cacing dan juga akibat perembesan darah dari sekitar tempat hisapan. Cacing berpindah tempat menghisap sekitar 6 jam, pendarahan ditempat yang ditinggalkan segera berhenti dan luka menutup kembali dengan cepat karena turn over sel epitel usus sangat cepat. Kehilangan darah juga dapat terjadi akibat adanya lesi yang terjadi pada dinding usus oleh karena penghisapan darah oleh cacing.Cacing tambang hidup dalam rongga usus halus tapi melekat dengan giginya pada dinding usus dan menghisap darah. Infeksi cacing tambang menyebabkan kehilangan darah secara perlahan-lahan sehingga penderita mengalami kekurangan darah(anemia).Anemia akibat cacing tambang (hookworm anemia) adalah anemia defisiensi besi yang disebabkan oleh karena cacing tambang berat (TPG>2000). Anemia akibat cacing tambang sering disertai pembengkakan parotis, dan warna kuning pada telapak

36

tangan. Pada pemeriksaan laboratorium disamping tanda-tanda defisiensi besi yang disertai adanya eosinofilia.Jika tidak ditemukan pendarahan yang nyata, dapat dilakukan tes darah samar (occult blood test) pada feses, jika ada indikasi dilakukan endoskopi saluran cerna atas atau bawah.Untuk laki-laki dewasa di indonesia Pemeriksaan feses untuk mencari telur cacing tambang tidak cukup hanya dilakukan pemeriksaan hapusan langsung( direct smear dengan eosin) tetapi sebaiknya dilakukan pemeriksaan semi kuantitatif, seperti misalnya teknik Kato-Katz, untuk menentukan beratnya infeksi. Jika ditemukan infeksi ringan tidak lah serta merta dapat dianggap sebagai penyebab utama ADB, harus dicari penyebab lainnya. Titik kritis cacing tambang sebagai penyebab utama jika ditemukan telur per gram feses(TPG) >2000 pada perempuan dan >4000 pada laki-laki. Dalam suatu penelitian lapangan ditemukan hubungan yang nyata antara derajat infeksi cacing tambang dengan cadangan besi pada laki-laki, tetapi hubungan ini lebih lemah pada perempuan.

f. Pemeriksaan FePemeriksaan Anemia defisiensi besi

Pemeriksaan Kadar hemoglobin dan indeks eritrositDidapatkan anemia hipokromik mikrositer dengan penurunan kadar hemogglobin

mulai dari ringan sampai berat. MCV dan MCH menurun. MCV <70 fl hanya

didapatkan pada anemia defisiensi besi dan thalassemia major. MCHC menurun pada

defisiensi yang lebih berat dan berlangsung lama. Anisositosis merupakan tanda awal

defisiensi besi. Penigkatan anisositosis ditandai oleh peningkatan RDW (red cell

distribution width). Dulu dianggap pemeriksaan RDW dapat dipakai untuk

membedakan ADB dengan anemia akibat penyakit kronik, tetapi sekarang RDW pada

kedua jenis ini hasilnya sering tumpang tindih.

Mengenai titik pemilah MCV, ada yang memaki angka <80fl, tapi pada penilitian

ADB di Bagian Penyakit Dalam FK UNUD Denpasar, dijumpai bahwa titik pemilah

<78fl memberi sensitivitas dan sfesifisitas paling baik. Dijumpai juga bahwa

penggabungan MCV,MCH,MCHC dan RDW makin meningkatkan spesifisitas indeks

eritrosit. Indeks eritrosit selalu dapat mengalami perubahan sebelum kadar

hemoglobin menurun. Hapusan darah tepi menunjukkan anemia hipokromik

mikrositer, anisositosis, dan poiklilositosis. Makin berat derajat anemia, makin berat

derajat hipokromia. Derajat hipokromia dan mikrositosis berbanding lurus dengan

derajat anemia, berbeda dengan thalassemia. Jika terjadi hipokromia dan mikrositosis

ekstrim, maka sel tampak sebagai sebuah cincin (ring cell), atau memanjang seperti

elips, disebut sebagai sel pensil (pencil cell atau cigar cell). Kadang-kdang dijumpai

37

sel target. Leukosit dan trombosit pada umumnya normal. Tetapi granulositopenia

ringan dapat dijumpai pada ADB yang berlangsung lama. Pada ADB karena cacing

tambang dijumpai eosinofilia. Trombositosis dapat dijumpai pada ADB dengan

dengan episode perdarahan akut.

Pemeriksaan Konsentrasi besi serum dan Total Iron Binding Capacity (TIBC)

Kensentrasi besi serum dan Total Iron Binding Capacity (TIBC) meningkat. TIBC

menunjukkan tingkat kejenuhan apotransferin terhadap besi, sedangkan saturasi

transferin dihitung dari besi serum dibagi TIBC dikalikan 100%. Untuk kriteria

diganosis ADB, kadar besi serum menurun <50μg/dl, total iron binding capacity

(TIBC) meningkat >350μg/dl, dan saturasi transferin <15%. Ada juga memakai

saturasi transferin <16%, atau <18%. Harus diingat bahwa besi serum menunjukkan

variasi diurnal yang sangat besar dengan kadar puncak pada jam 8 sampai 10 pagi.

Pemeriksaan Ferritin serum

Feritin serum merupakan indikator cadangan besi yang sangat baik kecuali pada

keadaan inflamasi dan keganasan tertentu. Titik pemilah (cutt off point) untuk feritin

aserum pada ADB diapakai angka <12μg/l, tetapi ada juga yang memakai <15μg/l.

untuk daerah tropik di mana angka infeksi dan inflamasi masih tinggi, titik pemilah

yang diajukan oleh negara barat tampaknya haris dikoreksi. Pada satu penilitian pada

pasien anemia di rumah sakit di Bali pemakaian feritin serum <12μg/l dan <20μ/l

memberikan sensitivitas dan spesifisitas masing-masing 68% dan 98% serta 68% dan

96%. Sensitivtas tertinggi (84%) justru dicapai pada pemakaian feritin serum

<40mg/l, tanpa mengurangi spesifisitas terlalu banyak (92%). Hercberg untuk daerah

tropik menganjurkan memakai angka feritin serum <20mg/l sebagai kriteria diagnosis

ADB. Jika terdapat inflamasi atau infeksi yang jelas seperti artritis reumatoid, maka

feritin serum 50-60μg/l masih dapat menunjukkan adanya defisiensi besi. Feritin

serum merupakan pemeriksaan laboratorium untuk diagnosis ADB yang paling kuat

oleh karena itu banyak dipakai baik di klinik maupun di lapangan karena cukup

reliabel dan praktis, meskipun tidak terlalu sensitif. Angka feritin serum normal tidak

selalu dapat menyingkirkan adanya defisiensi besi, tetapi feritin serum di atas

100mg/dl dapat memastikan tidak adanya defisiensi besi.

Pemeriksaan Protoporfirin

Protoporfirin merupakan bahan antara dalam pembentukan heme. Apabila sintesis

heme terganggu, misalnya karena defisiensi besi, maka protoporfirin akan menumpuk

dalam eritrosit. Angka normal adalah kurang dari momg/dl. Untuk defisiensi besi,

38

protoporfirin bebas adalah lebih dari 100mg/dl. Keadaan yang sama juga didapatkan

pada anemia akibat penyakit kronik dan keracunan timah hitam.

Pemeriksaan Kadar reseptor transferin

Kadar reseptor transerin dalam serum meningkat pada defisiensi besi. Kadar normal

dengan cara immunologi adalah 4-9μg/L. Pengukuran reseptor transferin terutama

digunakan untuk membedakan ADB dengan anemia akibat penyakit kronik. Akan

lebih baik lagi bila dipakai rasio reseptor teransferin dengan log feritin serum. Ratio

>1,5 menunjukkan ADB dan rasio <1,5 sangat mungkin anemia karena penyakit

kronik.

Pemeriksaan sumsum tulang

Sumsum tulang menunjukkan hiperplasia normoblastik ringan sampai sedang dengan

normoblas kecil-kecil. Sitoplasma sangat sedikit dan tepi tak teratur. Normoblas ini

disebut sebagai micronormoblast. Pengecatan sumsum tulang dengan biru prusia

(Perl’s stain) menunjukkan cadangan besi yang negatif (butir hemosiderin negatif).

Dalam keadaan normal 40-60% normoblast mengandung granula feritin dalam

sitoplasmanya, disebut sebagai sideroblast negatif. Di klinik, pengecatan besi pada

sumsum tulang dianggap sebagai baku emas (gold standard) diagnosis defisiensi besi,

namun akhir-akhir ini perannya banyak diambil alih oleh pemeriksaan ferritin serum

yang lebih paraktis.

Studi ferokinetik

Studi tentang pergerakan besi pada siklus besi dengan menggunakan zat radioaktif.

Ada dua jenis studi ferokinetik yaitu Plasma iron transport rate (PIT) yang mengukur

kecepatan besi meninggalkan plasma, dan erithrocyte iron turn over rate (EIT) yang

mengukur peredaran besi dari sumsum tulang ke sel darah merah yang beredar.

Secara praktis kedua pemeriksaan ini tidak banyak digunakan, hanya dipakai untuk

tujuan penilitian.

Pemeriksaan penyakit penyebab

Perlu dilakukan pemeriksaan untuk mencari penyebab anemia defisiensi besi. Antara

lain pemeriksaan feses untuk cacing tambang, sebaiknya dilakukan pemeriksaan

semikuantitatif misalnya teknik Kato-katz, pemeriksaan darah samar feses, endoskopi,

barium intake atau barium inloop, dan lain-lain tergantung dari dugaan penyebab

defisiensi tersebut.

39

Kerangka Konsep

40

Mrs. Mona, 41 tahun

Ketidak seimbangan hormonal Hobi berkebun tanpa menggunakan sarung tangan

Menorragia dan polimenore

Nausea

Infeksi hookworm Cacing dewasa kopulasi di usus

Hookworm’s egg positive

Hidup dalam rongga usus halus tapi melekat

dengan giginya pada dinding usus dan menghisap darah

Kehilangan darah akibat adanya lesi yang terjadi pada dinding usus oleh

karena penghisapan darah oleh cacing.

Defisiensi besi

Laserasi sel mukosa usus

Penyerapan Fe menurun

Gangguan metabolisme iodium

pada sel tiroid

Sintesis Hb menurun

RBC menurunPeningkatan kerja jantung

Peningkatan aliran darah menuju organ visceral

Vasokonstriksi pembuluh darah perifer

Takikardi dan pale

Ht, MCV, MCH, MCHC menurun

Suplai oksigen jaringan menurun

Metabolisme aerobik

Pembentukan asam laktat

Fatique

Frekuensi nafas meningkat

takipneuAnemia hipokrom

mikrositik (defisiensi besi)

KesimpulanMrs. Mona, 41 tahun mengalami anemia hipokrom mikrositik dengan defisiensi besi yang disebabkan pendarahan kronis akibat siklus menstruasi yang abnormal dan infeksi cacing tambang dengan keluhan utama weakness dan palpitasi.

41