skenario c blok 23 2013.doc
TRANSCRIPT
-
8/13/2019 Skenario c Blok 23 2013.Doc
1/45
1
KATA PENGANTAR
Kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-besar nya kepada Dosen pembimbing
tutorial skenario C blok 23, sehingga proses tutorial dapat berlangsung dengan baik.
Tidak lupa kami mengucapkan terima kasih kepada kedua orang tua, yang telah memberi
dukungan baik berupa materil dan moril yang tidak terhitung jumlahnya sehingga kami
dapat menyelesaikan laporan tutorial skenario C blok 23.
Kami menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari kata mendekati sempurna. Oleh
karena itu kami mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun untuk
perbaikan di penyusunan laporan berikutnya. Mudah-mudahan laporan ini dapat
memberikan manfaat bagi kita semua.
Palembang, 10 Februari 2014
Penyusun
-
8/13/2019 Skenario c Blok 23 2013.Doc
2/45
2
DAFTAR ISI
Kata Pengantar ................................................................................................................... 1
Daftar Isi ............................................................................................................................. 2
BAB I Pendahuluan
1.1.Latar Belakang ......................................................................................... 3
BAB II Pembahasan
2.1. Data Tutorial ........................................................................................ 42.2. Skenario Kasus ..................................................................................... 52.3. Paparan
I.Klarifikasi Istilah ............................................................................... 6
II.Identifikasi masalah ........................................................................ 6
III.Analisis Masalah ............................................................................. 7
IV.Learning Issues ...............................................................................
BAB III Penutup
3.1. Kesimpulan ..........................................................................................
DAFTAR PUSTAKA .........................................................................................................
-
8/13/2019 Skenario c Blok 23 2013.Doc
3/45
3
BAB I
PENDAHULUAN
1.1Latar BelakangPada kesempatan ini, dilakukan tutorial studi kasus sebagai bahan pembelajaran untuk
menghadapi kasus yang sebenarnya pada waktu yang akan datang. Adapun maksud dan
tujuan dari materi praktikum tutorial ini, yaitu:
1. Sebagai laporan tugas kelompok tutorial yang merupakan bagian dari sistempembelajaran KBK di Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya Palembang.
2. Dapat menyelesaikan kasus yang diberikan pada skenario dengan metode analisisdan pembelajaran diskusi kelompok.
3. Tercapainya tujuan dari metode pembelajaran tutorial dan memahami konsep dariskenario ini.
-
8/13/2019 Skenario c Blok 23 2013.Doc
4/45
4
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Data TutorialTutor : dr.Julniar M Tasli SpA (K)
Moderator : Dhillah Juas Ainun
Sekretaris Papan : Keidya Twintananda
Sekretaris Meja : Frandi Wirajaya
Hari, Tanggal : Senin, 10 Februari 2014
Peraturan : 1. Alat komunikasi di nonaktifkan
2. Semua anggota tutorial harus mengeluarkan pendapat
3. Dilarang makan dan minum
-
8/13/2019 Skenario c Blok 23 2013.Doc
5/45
5
2.2 Skenario C blok 23 2013A female baby was born at Moh Hoesin Hospital from a 19 years old woman. Her mother,
Mrs Solehah was hospitalized at Moh Hoesin Hospital due to contraction. It was her first
pregnancy. She forgot when her first day of last period, but she thought that her pregnancy
was about 8 months. She said that she never had hypertension or other illness during her
pregnancy. Six hours after admitted, she delivered her baby spontaneously. The labor process
was 30 minutes,and rupture of membrane happened one hour before delivery. The baby
didnt cry spontaneously after birth, and resuscitation was done. APGAR score at 1 minute
was 1, at 5 minute was 3, and at 10 minutes was 7. One hour later the baby still had grunting
and cyanosis.
On physical examination :
Body weight was 1400 gr, body length was 40 cm, and head circumference was 30 cm. The
muscle tone decreased, she poorly flexed at the limbs, she had thin skin,more lanugo over the
body and plantar creased at 1/3 anterior. At 10 minutes of age, she still had grunting and
cyanosis on the whole body. The respiratory rate was 70 x/min,heart rate was 150 bpm, the
temperature was 36C. There was chest indrawing. Other physical examination were within
normal limit.
As a general practitioner please analyze the problem and the managemnet
-
8/13/2019 Skenario c Blok 23 2013.Doc
6/45
6
2.3 Paparan
I. Klarifikasi istilah
First day of last period : hari pertama haid terakhir
Labor :persalinan
Resuscitation : menghidupkan kembali seseorang yang tampaknya meninggal
Cyanosis : perubahan warna kulit dan membran mukosa menjadikebiruan akibat konsentrasi hemoglobin terdeduksi yang berlebihan dalam darah
Muscle tone : tonus otot
Lanugo : rambut halus pada tubuh janin
-
8/13/2019 Skenario c Blok 23 2013.Doc
7/45
7
II. Identifikasi Masalah:
1. Bayi prematur dan berat badan bayi rendah2. Ibu tidak mengetahui hari pertama haid terakhir3. APGAR score 1/3/74. Grunting, cyanosis, tachypneu
-
8/13/2019 Skenario c Blok 23 2013.Doc
8/45
8
III. Analisis masalah
1.Bagaimana menentukan jenis BBLR?
Berat Badan Lahir Rendah dapat dibagi 3,yaitu :
1. Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) adalah bayi dengan berat lahir antara 1500 gram -2500 gram
2. Bayi Berat Lahir Sangat Rendah (BBLSR) adalah bayi dengan berat lahir antara 1000gram - < 1500gram
3. Bayi Berat Lahir Amat Sangat Rendah (BBLASR) adalah bayi dengan berat lahirkurang dari 1000 gram
Pada kasus ini, berat badan lahir adalah 1200 gram termasuk Bayi Berat Lahir
Sangat Rendah (BBLSR)
2.BerdasarkanBallards score, berapakah usia gestasi ?
Sistem penilaian ini dikembangkan untuk menentukan usia gestasi bayi baru lahir melalui
penilaian neuromuskular dan fisik. Penilaian neuromuskular meliputi postur, square window,
arm recoil, sudut popliteal, scarf sign dan heel to ear maneuver. Penilaian fisik yang diamatiadalah kulit, lanugo, permukaan plantar, payudara, mata/telinga, dan genitalia
-
8/13/2019 Skenario c Blok 23 2013.Doc
9/45
9
1.Penilaian Maturitas Neuromuskular
a.Postur
Tonus otot tubuh tercermin dalam postur tubuh bayi saat istirahat dan adanya tahanan saat
otot diregangkan . Ketika pematangan berlangsung, berangsur-angsur janin mengalami
peningkatan tonus fleksor pasif dengan arah sentripetal, dimana ekstremitas bawah sedikit
lebih awal dari ekstremitas atas. Pada awal kehamilan hanya pergelangan kaki yang fleksi.
Lutut mulai fleksi bersamaan dengan pergelangan tangan. Pinggul mulai fleksi, kemudian
diikuti dengan abduksi siku, lalu fleksi bahu. Pada bayi prematur tonus pasif ekstensor tidak
mendapat perlawanan, sedangkan pada bayi yang mendekati matur menunjukkan perlawanan
tonus fleksi pasif yang progresif. Untuk mengamati postur, bayi ditempatkan terlentang dan
pemeriksa menunggu sampai bayi menjadi tenang pada posisi nyamannya. Jika bayiditemukan terlentang, dapat dilakukan manipulasi ringan dari ekstremitas dengan
-
8/13/2019 Skenario c Blok 23 2013.Doc
10/45
10
memfleksikan jika ekstensi atau sebaliknya. Hal ini akan memungkinkanbayi menemukan
posisi dasar kenyamanannya. Fleksi panggul tanpa abduksi memberikan gambaran seperti
posisi kaki kodok.
b.Square Window
Fleksibilitas pergelangan tangan dan atau tahanan terhadap peregangan ekstensor
memberikan hasil sudut fleksi pada pergelangan tangan. Pemeriksa meluruskan jari-jari bayi
dan menekan punggung tangan dekat dengan jari-jari dengan lembut. Hasil sudut antara
telapak tangan dan lengan bawah bayi dari preterm hingga posterm diperkirakan berturut-
turut > 90 , 90 , 60 , 45, 30 , dan 0
c.Arm Recoil
Manuver ini berfokus pada fleksor pasif dari tonus otot biseps dengan mengukur sudut
mundur singkat setelah sendi siku difleksi dan ekstensikan.Arm recoil dilakukan dengan cara
evaluasi saat bayi terlentang. Pegang kedua tangan bayi,fleksikan lengan bagian bawah
sejauh mungkin dalam5 detik, lalu rentangkan kedua lengan dan lepaskan.Amati reaksi bayi
saat lengan dilepaskan. Skor 0: tangan tetap terentang/ gerakan acak, Skor 1: fleksi parsial
140-180 , Skor 2: fleksi parsial 110-140 , Skor 3: fleksi parsial 90-100 , dan Skor 4:
kembali ke fleksi penuh.
d.Popliteal Angle
Manuver ini menilai pematangan tonus fleksor pasif sendi lutut dengan menguji resistensi
ekstremitas bawah terhadap ekstensi. Dengan bayi berbaring telentang, dan tanpa popok,
paha ditempatkan lembut di perut bayi dengan lutut tertekuk penuh. Setelah bayi rileks dalam
posisi ini, pemeriksa memegang kaki satu sisi dengan lembut dengan satu tangan sementara
mendukung sisi paha dengan tangan yang lain.Jangan memberikan tekanan pada paha
belakang, karena hal ini dapat mengganggu interpretasi.Kaki diekstensikan sampai terdapat
resistensi pasti terhadap ekstensi. Ukur sudut yang terbentuk antara paha dan betis di daerah
popliteal. Perlu diingat bahwapemeriksa harus menunggu sampai bayi berhenti menendang
secara aktif sebelum melakukan ekstensi kaki. Posisi Frank Breech pralahir akan
mengganggu maneuver ini untuk 24 hingga 48 jam pertama usia karena bayi mengalami
kelelahan fleksor berkepanjangan intrauterine. Tes harus diulang setelah pemulihan telah
terjadi.
-
8/13/2019 Skenario c Blok 23 2013.Doc
11/45
11
e.Scarf Sign
Manuver ini menguji tonus pasif fleksor gelang bahu. Dengan bayi berbaring telentang,
pemeriksa mengarahkan kepala bayi ke garis tengah tubuh dan mendorong tangan bayi
melalui dada bagian atas dengan satu tangan dan ibu jari dari tangan sisi lain pemeriksa
diletakkan pada siku bayi. Siku mungkin perlu diangkat melewati badan, namun kedua bahu
harus tetap menempel di permukaan meja dan kepala tetap lurus dan amati posisi siku pada
dada bayi dan bandingkan dengan angka pada lembar kerja, yakni, penuh pada tingkat leher
(-1); garis aksila kontralateral (0);kontralateral baris puting (1); prosesus xyphoid (2); garis
puting ipsilateral (3); dan garis aksila ipsilateral (4).
f.Heel to Ear
Manuver ini menilai tonus pasif otot fleksor pada gelang panggul dengan memberikan fleksi
pasif atau tahanan terhadap otot-otot posterior fleksor pinggul. Dengan posisi bayi terlentang
lalu pegang kaki bayidengan ibu jari dan telunjuk, tarik sedekat mungkin dengan kepala tanpa
memaksa, pertahankan panggul pada permukaan meja periksa dan amati jarak antara kaki dan
kepala serta tingkat ekstensi lutut ( bandingkan dengan angka pada lembar kerja).Penguji
mencatat lokasi dimana resistensi signifikan dirasakan. Hasil dicatat sebagai resistensi tumit
ketika berada pada atau dekat: telinga (-1); hidung (0); dagu (1) puting baris (2); daerah pusar(3); dan lipatan femoralis (4).
2. Penilaian Maturitas Fisik
a.Kulit
Pematangan kulit janin melibatkan pengembangan struktur intrinsiknya bersamaan dengan
hilangnya secara bertahap dari lapisan pelindung, yaitu vernix caseosa. Oleh karena itu kulit
menebal, mengering dan menjadi keriput dan / atau mengelupas dan dapat timbul ruam
selama pematangan janin. Fenomena ini bisa terjadi dengan kecepatan berbeda-beda pada
masing-masing janin tergantung pada pada kondisi ibu dan lingkungan intrauterine. Sebelum
perkembangan lapisan epidermis dengan stratum corneumnya, kulit agak transparan dan
lengket ke jari pemeriksa. Pada usia perkembangan selanjutnya kulit menjadi lebih halus,
menebal dan menghasilkanpelumas, yaitu vernix, yang menghilang menjelang akhir
kehamilan. pada keadaan matur dan pos matur, janin dapat mengeluarkan mekonium dalam
-
8/13/2019 Skenario c Blok 23 2013.Doc
12/45
12
cairan ketuban. Hal ini dapat mempercepat proses pengeringan kulit, menyebabkan
mengelupas, pecah-pecah, dehidrasi, sepetisebuah perkamen.
b.Lanugo
Lanugo adalah rambut halus yang menutupi tubuh fetus. Pada extreme prematurity kulit janin
sedikit sekali terdapat lanugo. Lanugo mulai tumbuh pada usia gestasi 24 hingga 25 minggu
dan biasanya sangat banyak, terutama di bahu dan punggung atas ketika memasuki minggu
ke 28 Lanugo mulai menipis dimulai dari punggung bagian bawah. Daerah yang tidak
ditutupi lanugo meluas sejalan dengan maturitasnya dan biasanya yang paling luas terdapat di
daerah lumbosakral. Pada punggung bayi matur biasanya sudah tidak ditutupi lanugo
c.Permukaan Plantar
Garis telapak kaki pertama kali muncul pada bagian anterior ini kemungkinan berkaitan
dengan posisi bayi ketika di dalam kandungan. Bayi dari ras selain kulit putih mempunyai
sedikit garis telapak kaki lebih sedikit saat lahir. Di sisi lain pada bayi kulit hitam dilaporkan
terdapat percepatan maturitas neuromuskular sehinggatimbulnya garis pada telapak kaki tidak
mengalami penurunan. Namun demikian penialaian dengan menggunakan skor Ballard tidak
didasarkan atas ras atau etnistertentu.Bayi very premature dan extremely immature tidak
mempunyai garis pada telapak kaki. Untuk membantu menilai maturitas fisik bayi tersebut
berdasarkanpermukaan plantar maka dipakai ukuran panjang dariujung jari hingga tumit.
Untuk jarak kurang dari 40 mm diberikan skor -2, untuk jarak antara 40 hingga 50 mm
diberikan skor -1. Hasil pemeriksaan disesuaikan dengan skor di table
d.Payudara
Areola mammae terdiri atas jaringan mammae yang tumbuh akibat stimulasi esterogen ibu
dan jaringan lemak yang tergantung dari nutrisi yang diterima janin.Pemeriksa menilai
ukuran areola dan menilai ada atau tidaknya bintik-bintik akibat pertumbuhan papilla
Montgomery. Kemudian dilakukan palpasi jaringan mammae di bawah areola dengan ibu jari
dan telunjuk untuk mengukur diameternya dalam millimeter
e.Mata/Telinga
Daun telinga pada fetus mengalami penambahan kartilago seiring perkembangannya menuju
matur. Pemeriksaan yang dilakukan terdiri atas palpasi ketebalan kartilago kemudianpemeriksa melipat daun
-
8/13/2019 Skenario c Blok 23 2013.Doc
13/45
13
telinga ke arah wajah kemudian lepaskan dan pemeriksa mengamati kecepatan kembalinya
daun telinga ketika dilepaskan ke posisi semulanya Pada bayi prematur daun telinga biasanya
akan tetap terlipat ketika dilepaskan. Pemeriksaan mata pada intinya menilai kematangan
berdasarkan perkembanganpalpebra. Pemeriksa berusaha membuka dan memisahkanpalpebra
superior dan inferior dengan menggunakan jari telunjuk dan ibu jari. Pada bayi extremely
premature palpebara akan menempel erat satu sama lain. Dengan bertambahnya maturitas
palpebra kemudian bisa dipisahkan walaupun hanya satu sisi dan meningggalkan sisi lainnya
tetap pada posisinya.Hasil pemeriksaan pemeriksa kemudian disesuaikan dengan skor dalam
tabel.Perlu diingat bahwa banyak terdapat variasi kematangan palpebra pada individudengan
usia gestasi yang sama. Hal ini dikarenakanterdapat faktor seperti stresintrauterin dan faktor
humoral yang mempengaruhi perkembangan kematangan palpebra.
f.Genital (Pria)
Testis pada fetus mulai turun dari cavum peritoneum ke dalam scrotum kurang lebih pada
minggu ke 30 gestasi. Testis kiri turun mendahului testis kanan yakni pada sekitar minggu ke
32. Kedua testis biasanya sudah dapat diraba di canalis inguinalis bagian atas atau bawah
pada minggu ke 33 hingga 34 kehamilan.Bersamaan dengan itu, kulit skrotum menjadi lebih
tebal dan membentuk rugaeTestis dikatakan telah turun secara penuh apabila terdapat di
dalam zona berugae. Pada nenonatusextremely premature scrotum datar, lembut, dan kadang
belum bisa dibedakan jenis kelaminnya. Berbeda halnya pada neonatus matur hingga
posmatur, scrotum biasanya seperti pendulum dan dapat menyentuh kasur ketika
berbaring.Pada cryptorchidismus scrotum pada sisi yang terkena kosong, hipoplastik,dengan
rugae yang lebih sedikit jika dibandingkan sisi yang sehat atau sesuai dengan usia kehamilan
yang sama.
g.Genital (wanita)
Untuk memeriksa genitalia neonatus perempuan maka neonatus harusdiposisikan telentang
dengan pinggul abduksi kurang lebih 45o dari garis horisontal. Abduksi yang berlebihan
dapat menyebabkan labia minora dan klitoris tampak lebih menonjol sedangkan aduksi
menyebabkankeduanya tertutupi oleh labia majora.Pada neonates extremely premature labia
datar dan klitoris sangat menonjol dan menyerupai penis. Sejalan dengan berkembangnya
maturitas fisik, klitoris menjadi tidak begitu menonjol dan labia minora menjadi lebih
menonjol. Mendekati usia kehamilan matur labia minora dan klitoris menyusut dancenderung tertutupi oleh labia majora yang membesar Labia majora tersusun atas lemak dan
-
8/13/2019 Skenario c Blok 23 2013.Doc
14/45
14
ketebalannya bergantung pada nutrisi intrauterin. Nutrisi yang berlebihan dapat menyebabkan
labia majora menjadi besar pada awal gestasi. Sebaliknya nutrisi yang kurang menyebabkan
labia majora cenderung kecil meskipun pada usia kehamilan matur atau posmatur dan labia
minora serta klitoris cenderung lebih menonjol.
3. Berdasarkan lubchenco chart termasuk dalam jenis mana ?
Berdasarkan hasil pemeriksaan fisik pada bayi dan disesuaikan dengan kurva Lubchenco :
Berat badan 1400 gr persentil 90 : sesuai masa kehamilan (SMK)
Panjang 40 cm persentil 90 : sesuai masa kehamilam (SMK)
Lingkar kepala 30 cm. >persentil 90 : besar masa kehamilan (BMK)
4.Apa saja faktor resiko dari BBLSR?
Usia ibu saat melahirkan
-
8/13/2019 Skenario c Blok 23 2013.Doc
15/45
15
Kejadian BBLSR paling sering terjadi pada ibu yang melahirkan dibawah usia 20
tahun
Usia kehamilanKehamilan yang kurang dari 37 minggu merupakan penyebab utama terjadinya
BBLSR
Tingkat pendidikan ibuTingkat pendidikan yang dimiliki ibu mempengaruhi sikapnya dalam memilih
pelayanan kesehatan dan pola konsumsi makan yang berhubungan juga dengan
peningkatan berat badan ibu semasa hamil yang pada saatnya akan mempengaruhi
kejadian BBLSR
Jarak kelahiran yang dekat, multigravida Ibu yang memiliki masalah selama kehamilan seperti anemia, preeclampsia dan
hipertensi, infeksi selama kehamilan (infeksi saluran kemih, HIV/AIDS, malaria)
5.Bagaimana cara menilai APGAR score?
Interpretasi skor
Tes ini umumnya dilakukan pada waktu satu dan lima menit setelah kelahiran, dan dapat
diulangi jika skor masih rendah.
-
8/13/2019 Skenario c Blok 23 2013.Doc
16/45
16
Jumlah skor rendah pada tes menit pertama dapat menunjukkan bahwa bayi yang baru lahir
ini membutuhkan perhatian medis lebih lanjut tetapi belum tentu mengindikasikan akan
terjadi masalah jangka panjang, khususnya jika terdapat peningkatan skor pada tes menit
kelima. Jika skor Apgar tetap dibawah 3 dalam tes berikutnya (10, 15, atau 30 menit), maka
ada risiko bahwa anak tersebut dapat mengalami kerusakansyarafjangka panjang. Juga ada
risiko kecil tapi signifikan akankerusakan otak.Namun demikian, tujuan tes Apgar adalah
untuk menentukan dengan cepat apakah bayi yang baru lahir tersebut membutuhkan
penanganan medis segera; dan tidak didisain untuk memberikan prediksi jangka panjang
akan kesehatan bayi tersebut
6.Apa definisi dari asfiksia neonatorum?
Beberapa sumber mendefinisikan asfiksia neonatorum dengan berbeda :
Ikatan Dokter Anak IndonesiaAsfiksia neonatorum adalah kegagalan nafas secara spontan dan teratur pada saat lahir
atau beberapa saat setelah lahir yang ditandai dengsn hipoksemia,hiperkapnia dan
asidosis
WHOAsfiksia neonatorum adalah kegagalan bernafas secara spontan dan teratur segera
setelah lahir
ACOG dan AAPSeorang neonates disebut mengalami asfiksia bila memenuhi kondisi sebagai berikut :
1. Nilai APGAR menit kelima 0-32. Adanya asidosis pada pemeriksaan darah tali pusat (pH
-
8/13/2019 Skenario c Blok 23 2013.Doc
17/45
17
4. Adanya gangguan sistem multiorgan (misalnya gangguan kardiovaskular,gastrointestinal, hematologi, pulmoner dan sistem renal)
7.Bagaimana cara menegakkan diagnosis asfiksia neonatorum?
Berdasarkan skor APGAR Anamnesis
Anamnesis diarahkan untuk mencari factor risiko terhadap terjadinya asfiksia
neonatorum
Pemeriksaan fisikMemerhatikan ada tanda-tanda berikut atau tidak:
1. Bayi tidak bernafas atau menangis2. Denyut jantung kurang dari 100 x/menit3. Tonus otot menurun4. Bisa didapatkan cairan ketuban ibu bercampur mekonium,atau sisa mekonium
pada tubuh bayi
5. BBLR ( berat badan lahir rendah) Pemeriksaan penunjang
Laboratorium : hasil analisis gas darah tali pusat menunjukkan hasil asidosis pada
darah tali pusat jika
1. PaO2 < 50 mmH2O2. PaCO2 >55 mmH2O3. pH < 7.30
8.Bagaimana penatalaksanaan asfiksia neonatorum?
Bayi prematur (usia gestasi < 37 minggu) membutuhkan persiapan khusus. Bayi prematur
memiliki paru imatur yang kemungkinan lebih sulit diventilasi dan mudah mengalami
kerusakan karena ventilasi tekanan positif serta memiliki pembuluh darah imatur dalam otak
yang mudah mengalami perdarahan Selain itu, bayi prematur memiliki volume darah sedikit
yang meningkatkan risiko syok hipovolemik dan kulit tipis serta area permukaan tubuh yang
luas sehingga mempercepat kehilangan panas dan rentan terhadap infeksi.
Alat Resusitasi
-
8/13/2019 Skenario c Blok 23 2013.Doc
18/45
18
. Peralatan yang diperlukan pada resusitasi neonatus adalah sebagai berikut
1. Perlengkapan penghisap
Balon penghisap (bulb syringe) , penghisap mekanik dan tabung, kateter penghisap , pipa
lambung
2. Peralatan balon dan sungkup
Balon resusitasi neonatus yang dapat memberikan oksigen 90% sampai 100%, dengan
volume balon resusitasi 250 ml
Sungkup ukuran bayi cukup bulan dan bayi kurang bulan (dianjurkan yang memiliki bantalan
pada pinggirnya)
Sumber oksigen dengan pengatur aliran (ukuran sampai 10 L/m) dan tabung.
3. Peralatan intubasi
Laringoskop , selang endotrakeal (endotracheal tube) dan stilet (bila tersedia) yang cocok
dengan pipa endotrakeal yang ada
4. Obat-obatan
Epinefrin 1:10.000 (0,1 mg/ml)3 ml atau ampul 10 ml
Kristaloid isotonik (NaCl 0.9% atau Ringer Laktat) untuk penambah volume100 atau 250
ml.
Natrium bikarbonat 4,2% (5 mEq/10 ml)ampul 10 ml.
Naloxon hidroklorida 0,4 mg/ml atau 1,0 mg/ml
Dextrose 10%, 250 ml
Kateter umbilikal
5. Lain-lain
Alat pemancar panas (radiant warmer) atau sumber panas lainnya
Monitor jantung dengan probe serta elektrodanya (bila tersedia di kamar bersalin)
Oropharyngeal airways
Selang orogastrik
6. Untuk bayi sangat prematur
-
8/13/2019 Skenario c Blok 23 2013.Doc
19/45
19
Sumber udara tekan (CPAP, neopuff)
Blender oksigen
Oksimeter
Kantung plastik makanan (ukuran 1 galon) atau pembungkus plastik yang dapat ditutup
Alas pemanas
Inkubator transport untuk mempertahankan suhu bayi bila dipindahkan ke ruang perawatan
Resusitasi neonatus
Secara garis besar pelaksanaan resusitasi mengikuti algoritma resusitasi neonatal.
Langkah Awal Resusitasi
Pada pemeriksaan atau penilaian awal dilakukan dengan menjawab 4 pertanyaan:
apakah bayi cukup bulan?
apakah air ketuban jernih?
apakah bayi bernapas atau menangis?
apakah tonus otot bayi baik atau kuat?
-
8/13/2019 Skenario c Blok 23 2013.Doc
20/45
20
Bila semua jawaban ya maka bayi dapat langsung dimasukkan dalam prosedur perawatan
rutin dan tidak dipisahkan dari ibunya. Bayi dikeringkan, diletakkan di dada ibunya dan
diselimuti dengan kain linen kering untuk menjaga suhu. Bila terdapat jawaban tidak dari
salah satu pertanyaan di atas maka bayi memerlukan satu atau beberapa tindakan resusitasi
berikut ini secara berurutan:
(1) langkah awal dalam stabilisasi
(a) memberikan kehangatan
Bayi diletakkan dibawah alat pemancar panas (radiant warmer) dalam keadaan telanjang
agar panas dapat mencapai tubuh bayi dan memudahkan eksplorasi seluruh tubuh.
Bayi dengan BBLR memiliki kecenderungan tinggi menjadi hipotermi dan harus mendapat
perlakuan khusus.Beberapa kepustakaan merekomendasikan pemberian teknik penghangatan
tambahan seperti penggunaan plastik pembungkus dan meletakkan bayi dibawah pemancar
panas pada bayi kurang bulan dan BBLR.Alat lain yang bisa digunakan adalah alas
penghangat.
(b) memposisikan bayi dengan sedikit menengadahkan kepalanya
Bayi diletakkan telentang dengan leher sedikit tengadah dalam posisi menghidu agar posisi
farings, larings dan trakea dalam satu garis lurus yang akan mempermudah masuknya udara.
Posisi ini adalah posisi terbaik untuk melakukan ventilasi dengan balon dan sungkup dan/atau
untuk pemasangan pipa endotrakeal.
(c) membersihkan jalan napas sesuai keperluan
Cara yang tepat untuk membersihkan jalan napas adalah bergantung pada keaktifan bayi dan
ada/tidaknya mekonium.
Bila terdapat mekoneum dalam cairan amnion dan bayi tidak bugar (bayi mengalami depresi
pernapasan, tonus otot kurang dan frekuensi jantung kurang dari 100x/menit) segera
dilakukan penghisapan trakea sebelum timbul pernapasan untuk mencegah sindrom aspirasi
mekonium. Penghisapan trakea meliputi langkah-langkah pemasangan laringoskop dan
selang endotrakeal ke dalam trakea, kemudian dengan kateter penghisap dilakukan
pembersihan daerah mulut, faring dan trakea sampai glotis.
-
8/13/2019 Skenario c Blok 23 2013.Doc
21/45
21
Bila terdapat mekoneum dalam cairan amnion namun bayi tampak bugar, pembersihan sekret
dari jalan napas dilakukan seperti pada bayi tanpa mekoneum.
(d) mengeringkan bayi, merangsang pernapasan dan meletakkan pada posisi yang benar
Meletakkan pada posisi yang benar, menghisap sekret, dan mengeringkan akan memberi
rangsang yang cukup pada bayi untuk memulai pernapasan. Bila setelah posisi yang benar,
penghisapan sekret dan pengeringan, bayi belum bernapas adekuat, maka perangsangan taktil
dapat dilakukan dengan menepuk atau menyentil telapak kaki, atau dengan menggosok
punggung, tubuh atau ekstremitas bayi.
Bayi yang berada dalam apnu primer akan bereaksi pada hampir semua rangsangan,
sementara bayi yang berada dalam apnu sekunder, rangsangan apapun tidak akan
menimbulkan reaksi pernapasan. Karenanya cukup satu atau dua tepukan pada telapak kaki
atau gosokan pada punggung. Jangan membuang waktu yang berharga dengan terus menerus
memberikan rangsangan taktil.
(2) ventilasi tekanan positif
(3) kompresi dada
(4) pemberian epinefrin dan atau pengembang volume (volume expander)
Keputusan untuk melanjutkan dari satu kategori ke kategori berikutnya ditentukan dengan
penilaian 3 tanda vital secara simultan (pernapasan, frekuensi jantung dan warna kulit).
Waktu untuk setiap langkah adalah sekitar 30 detik, lalu nilai kembali, dan putuskan untuk
melanjutkan ke langkah berikutnya (lihat bagan 1)
-
8/13/2019 Skenario c Blok 23 2013.Doc
22/45
22
Penilaian
Penilaian dilakukan setelah 30 detik untuk menentukan perlu tidaknya resusitasi lanjutan.
Tanda vital yang perlu dinilai adalah sebagai berikut:
(1) Pernapasan
Resusitasi berhasil bila terlihat gerakan dada yang adekuat, frekuensi dan dalamnya
pernapasan bertambah setelah rangsang taktil. Pernapasan yang megap-megap adalah
pernapasan yang tidak efektif dan memerlukan intervensi lanjutan.
(2) Frekuensi jantung
Frekuensi jantung harus diatas 100x/menit. Penghitungan bunyi jantung dilakukan dengan
stetoskop selama 6 detik kemudian dikalikan 10 sehingga akan dapat diketahui frekuensi
jantung permenit.
(3) Warna kulit
-
8/13/2019 Skenario c Blok 23 2013.Doc
23/45
23
Bayi seharusnya tampak kemerahan pada bibir dan seluruh tubuh. Setelah frekuensi jantung
normal dan ventilasi baik, tidak boleh ada sianosis sentral yang menandakan hipoksemia.
Warna kulit bayi yang berubah dari biru menjadi kemerahan adalah petanda yang paling
cepat akan adanya pernapasan dan sirkulasi yang adekuat. Sianosis akral tanpa sianosis
sentral belum tentu menandakan kadar oksigen rendah sehingga tidak perlu diberikan terapi
oksigen. Hanya sianosis sentral yang memerlukan intervensi.
Pemberian oksigen
Bila bayi masih terlihat sianosis sentral, maka diberikan tambahan oksigen. Pemberian
oksigen aliran bebas dapat dilakukan dengan menggunakan sungkup oksigen, sungkup
dengan balon tidak mengembang sendiri, T-piece resuscitator dan selang/pipa oksigen.
Pemberian oksigen 100% tidak dianjurkan pada bayi kurang bulan karena dapat merusak
jaringan.Penghentian pemberian oksigen dilakukan secara bertahap bila tidak terdapat
sianosis sentral lagi yaitu bayi tetap merah atau saturasi oksigen tetap baik walaupun
konsentrasi oksigen sama dengan konsentrasi oksigen ruangan. Bila bayi kembali sianosis,
maka pemberian oksigen perlu dilanjutkan sampai sianosis sentral hilang. Kemudian
secepatnya dilakukan pemeriksaan gas darah arteri dan oksimetri untuk menyesuaikan kadar
oksigen mencapai normal.
Ventilasi Tekanan Positif
Ventilasi tekanan positif (VTP) dilakukan sebagai langkah resusitasi lanjutan bila semua
tindakan diatas tidak menyebabkan bayi bernapas atau frekuensi jantungnya tetap kurang dari
100x/menit. Sebelum melakukan VTP harus dipastikan tidak ada kelainan congenital seperti
hernia diafragmatika, karena bayi dengan hernia diafragmatika harus diintubasi terlebih
dahulu sebelum mendapat VTP. Bila bayi diperkirakan akan mendapat VTP dalam waktu
yang cukup lama, intubasi endotrakeal perlu dilakukan atau pemasangan selang orogastrik
untuk menghindari distensi abdomen. Kontra indikasi penggunaan ventilasi tekanan positif
adalah hernia diafragma. Terdapat beberapa jenis alat yang dapat digunakan untuk melakukan
ventilasi pada bayi baru lahir,yaitu:
(1)Tekno tube and mask
(2) Balon mengembang sendiri (self inflating bag)
Balon mengembang sendiri (self inflating bag) setelah dilepaskan dari remasan akan terisi
spontan dengan gas (oksigen atau udara atau campuran keduanya) ke dalam balon.
-
8/13/2019 Skenario c Blok 23 2013.Doc
24/45
24
(3) Balon tidak mengembang sendiri (flow inflating bag),
Balon tidak mengembang sendiri (flow inflating bag),disebut juga balon anestesi, terisi hanya
bila gas yang berasal dari gas bertekanan mengalir ke dalam balon.
(4)T-piece resuscitator T-piece resuscitator bekerja hanya bila dialiri gas yang berasal dari
sumber bertekanan ke dalamnya. Gas mengalir langsung, baik ke lingkungan sekitar maupun
ke bayi, dengan cara menutup atau membuka lubang pada pipa T dengan jari atau ibu jari.
Kompresi dada
Kompresi dada dimulai jika frekuensi jantung kurang dari 60x/menit setelah dilakukan
ventilasi tekanan positif selama 30 detik. Tindakan kompresi dada (cardiac massage) terdiri
dari kompresi yang teratur pada tulang dada, yaitu menekan jantung ke arah tulang belakang,
meningkatkan tekanan intratorakal, dan memperbaiki sirkulasi darah ke seluruh organ vital
tubuh. Kompresi dada hanya bermakna jika paru-paru diberi oksigen, sehingga diperlukan 2
orang untuk melakukan kompresi dada yang efektifsatu orang menekan dada dan yang
lainnya melanjutkan ventilasi.Orang kedua juga bisa melakukan pemantauan frekuensi
jantung, dan suara napas selama ventilasi tekanan positif. Ventilasi dan kompresi harus
dilakukan secara bergantian.
Teknik ibu jari lebih direkomendasikan pada resusitasi bayi baru lahir karena akan
menghasilkan puncak sistolik dan perfusi koroner yang lebih besar
Prinsip dasar pada kompresi dada adalah:
(1) Posisi bayi
Topangan yang keras pada bagian belakang bayi dengan leher sedikit tengadah.
(2) Kompresi
lokasi ibu jari atau dua jari : pada bayi baru lahir tekanan diberikan pada 1/3 bawah tulang
dada yang terletak antaraprocessus xiphoideus dan garis khayal yang menghubungkan kedua
puting susu.
kedalaman : diberikan tekanan yang cukup untuk menekan tulang dada sedalam kurang lebih
1/3 diameter anteroposterior dada, kemudian tekanan dilepaskan untuk memberi kesempatan
jantung terisi. Satu kompresi terdiri dari satu tekanan ke bawah dan satu pelepasan. Lamanya
tekanan ke bawah harus lebih singkat daripada lamanya pelepasan untuk memberi curah
jantung yang maksimal. Ibu jari atau ujung-ujung jari (tergantung metode yang digunakan)
harus tetap bersentuhan dengan dada selama penekanan dan pelepasan.
-
8/13/2019 Skenario c Blok 23 2013.Doc
25/45
25
frekuensi : kompresi dada dan ventilasi harus terkoordinasi baik, dengan aturan satu ventilasi
diberikan tiap selesai tiga kompresi, dengan frekuensi 30 ventilasi dan 90 kompresi permenit.
Satu siklus yang berlangsung selama 2 detik, terdiri dari satu ventilasi dan tiga kompresi.
Penghentian kompresi:
detik. Penghitungan frekuensi jantung selama ventilasi dihentikan.
a frekuensi
jantung telah diatas 60 x/menit kompresi dada dihentikan, namun ventilasi diteruskan dengan
kecepatan 40-60 x/menit. Jika frekuensi jantung tetap kurang dari 60 x/menit, maka
pemasangan kateter umbilikal untuk memasukkan obat dan pemberian epinefrin harus
dilakukan.
-
8/13/2019 Skenario c Blok 23 2013.Doc
26/45
26
tekanan positif dapat dihentikan, tetapi bayi masih mendapat oksigen alir bebas yang
kemudian secara bertahap dihentikan. Setelah observasi beberapa lama di kamar bersalin bayi
dapat dipindahkan ke ruang perawatan.
Intubasi endotrakeal
Intubasi endotrakeal dapat dilakukan pada setiap tahapan resusitasi sesuatu dengan keadaan,
antara lain beberapa keadaan berikut saat resusitasi:
(1) Jika terdapat mekoneum dan bayi mengalami depresi pernapasan, maka intubasi
dilakukan sebagai langkah pertama sebelum melakukan tindakan resusitasi yang lain, untuk
membersihkan mekoneum dari jalan napas.
(2) Jika ventilasi tekanan positif tidak cukup menghasilkan perbaikan kondisi, pengembangan
dada, atau jika ventilasi tekanan positif berlangsung lebih dari beberapa menit, dapat
dilakukan intubasi untuk membantu memudahkan ventilasi.
(3) Jika diperlukan kompresi dada, intubasi dapat membantu koordinasi antara kompresi dada
dan ventilasi, serta memaksimalkan efisiensi ventilasi tekanan positif.
(4) Jika epinefrin diperlukan untuk menstimulasi frekuensi jantung maka cara yang umum
adalah memberikan epinefrin langsung ke trakea melalui pipa endotrakeal sambil menunggu
akses intravena.
(5) Jika dicurigai ada hernia diafragmatika, mutlak dilakukan pemasangan selang
endotrakeal. Cara pemasangan selang endotrakeal perlu dikuasai diantaranya melalui
pelatihan khusus.
Pemberian obat-obatan
Obat-obatan jarang diberikan pada resusitasi bayi baru lahir.Bradikardi pada bayi baru lahir
biasanya disebabkan oleh ketidaksempurnaan pengembangan dada atau hipoksemia, dimana
kedua hal tersebut harus dikoreksi dengan pemberian ventilasi yang adekuat. Namun bila
bradikardi tetap terjadi setelah VTP dan kompresi dada yang adekuat, obat-obatan seperti
epinefrin, atau volume ekspander dapat diberikan. Obat yang diberikan pada fase akut
resusitasi adalah epinefrin. Obat-obat lain digunakan pada pasca resusitasi atau pada keadaan
khusus lainnya.
-
8/13/2019 Skenario c Blok 23 2013.Doc
27/45
27
(1) Epinefrin
Indikasi pemakaian epinefrin adalah frekuensi jantung kurang dari 60x/menit setelah
dilakukan VTP dan kompresi dada secara terkoordinasi selama 30 detik. Epinefrin tidak
boleh diberikan sebelum melakukan ventilasi adekuat karena epinefrin akan meningkatkan
beban dan konsumsi oksigen otot jantung. Dosis yang diberikan 0,1- 0,3 ml/kgBB
larutan1:10.000 (setara dengan 0,01-0,03 mg/kgBB) intravena atau melalui selang
endotrakeal. Dosis dapat diulang 3-5 menit secara intravena bila frekuensi jantung tidak
meningkat. Dosis maksimal diberikan jika pemberian dilakukan melalui selang endotrakeal.
(2) Volume Ekspander
Volume ekspander diberikan dengan indikasi sebagai berikut: bayi baru lahir yang dilakukan
resusitasi mengalami hipovolemia dan tidak ada respon dengan resusitasi, hipovolemia
kemungkinan akibat adanya perdarahan atau syok. Klinis ditandai adanya pucat, perfusi
buruk, nadi kecil atau lemah, dan pada resusitasi tidak memberikan respon yang adekuat.
Dosis awal 10 ml/kg BB IV pelan selama 5-10 menit. Dapat diulang sampai menunjukkan
respon klinis. Jenis cairan yang diberikan dapat berupa larutan kristaloid isotonis (NaCl
0,9%, Ringer Laktat) atau tranfusi golongan darah O negatif jika diduga kehilangan darah
banyak.
(3) Bikarbonat
Indikasi penggunaan bikarbonat adalah asidosis metabolik pada bayi baru lahir yang
mendapatkan resusitasi. Diberikan bila ventilasi dan sirkulasi sudah baik. Penggunaan
bikarbonat pada keadaan asidosis metabolik dan hiperkalemia harus disertai dengan
pemeriksaan analisa gas darah dan kimiawi. Dosis yang digunakan adalah 2 mEq/kg BB atau
4 ml/kg BB BicNat yang konsentrasinya 4,2 %. Bila hanya terdapat BicNat dengan konsetrasi
7,4 % maka diencerkan dengan aquabides atau dekstrosa 5% sama banyak. Pemberian secara
intra vena dengan kecepatan tidak melebihi dari 1 mEq/kgBB/menit.
(4) Nalokson
Nalokson hidroklorida adalah antagonis narkotik diberikan dengan indikasi depresi
pernafasan pada bayi baru lahir yang ibunya menggunakan narkotik dalam waktu 4 jam
sebelum melahirkan. Sebelum diberikan nalokson ventilasi harus adekuat dan stabil. Jangan
diberikan pada bayi baru lahir yang ibunya dicurigai sebagai pecandu obat narkotika, sebab
akan menyebabkan gejala putus obat pada sebagian bayi. Cara pemberian intravena atau
melalui selang endotrakeal. Bila perfusi baik dapat diberikan melalui intramuskuler atau
subkutan. Dosis yang diberikan 0,1 mg/kg BB, perlu diperhatikan bahwa obat ini tersedia
dalam 2 konsentrasi yaitu 0,4 mg/ml dan 1 mg/ml.
-
8/13/2019 Skenario c Blok 23 2013.Doc
28/45
28
9.Apa definisi Respiratory Distress ?
Kesulitan bernafas yang dibuktikan dengan adanya nasal flaring ,chest restriction,
tachypnea, grunting
10.Apa penyebab respiratory distress pada kasus?
Penyebab respiratory distress pada kasus adalah penyakit membrane hialin.
Akibat dari kegagalan mengembangkan kapasitas residu fungsional (functional residual
capacity/FRC) dan kecenderungan paru-paru terkena atelektasis mempunyai korelasi dengan
tegangan permukaan yang tinggi dan tidak adanya surfaktan. Unsur utama surfaktan adalahdipalmitilfosfatidilkolin (lesitin),fosfatidilgliserol,apoprotein (protein surfaktan =PS-
A,B,C,D) dan kolestrol. Dengan semakin bertambahnya umur kehamilan,maka terjadi
penambahan jumlah fosfolipid yang disintesis,dan disimpan di dalam sel alveolar tipe II.
Agen aktif ini dilepaskan ke dalam alveoli untuk mengurangi tegangan permukaan dan
membantu mempertahankan stabilitas alveolar dengan jalan mencegah kolapsnya ruang udara
kecil pada akhir ekspirasi. Namun,karena adanya imaturitas jumlah yang dihasilkan atau
dilepaskan mungkin tidak cukup memenuhi kebutuhan pasca-lahir.Kadar tertinggi surfaktanterdapat dalam paru janin yang dihomogenasi pada umur kehamilan 20 minggu,tetapi belum
mencapai permukaan paru sampai tiba saatnya. Surfaktan tampak dalam cairan amnion antara
28-32 minggu.Kadar surfaktan matur biasanya timbul sesudah 35 minggu.
Sintesis surfaktan sebagian bergantung pH,suhu dan perfusi normal. Asfiksia,
hipoksemia,dan iskemia paru terutama dalam hubungannya dengan hipovolemia,hipotensi
dan stress dingin, dapat menekan sintesis surfaktan. Lapisan epitel paru dapat juga terkena
jejas akibat kadar oksigen yang tinggi dan pengaruh manajemen oleh operator
respirasi,mengakibatkan pengurangan surfaktan yang lebih lanjut.
Atelektasis alveolar, formasi membrane hialin,dan edema interstitial membuat paru-paru
kurang lentur,memerlukan tekanan yang lebih besar untuk mengembangkan alveolus kecil
dan jalan nafas. Pada bayi ini, dada bawah tertarik ke dalam ketika diafragma turun dan
tekanan intratoraks menjadi negative,dengan demikian membatasi jumlah tekanan intratoraks
yang dihasilkan,akibatnya timbul kecenderungan atelektasis. Dinding dada bayi preterm yang
sangat lemah memberikan lebih sedikit tekanan daripada dinding dada bayi yang matur
-
8/13/2019 Skenario c Blok 23 2013.Doc
29/45
29
terhadap kecenderungan alamiah paru untuk kolaps. Dengan demikian pada akhir
ekspirasi,volume toraks dan paru cenderung mendekati volume residu,sehingga menyebabkan
atelektasis.
Defisiensi sintesis atau pelepasan surfaktan,bersama dengan unit-unit saluran pernafasan
yang kecil dan dinding dada yang lemah, menghasilkan atelektasis,mengakibatkan adanya
perfusi pada alveolus,tetapi tidak ada ventilasi dan menyebabkan hipoksia.Pengurangan
kelenturan paru, volume tidal yang kecil, kenaikan ruang mati fisiologis,kenaikan kerja
pernafasan dan ventilasi alveolar yang tidak cukup akhirnya mengakibatkan hiperkapnia.
Kombinasi hiperkapnia,hipoksia dan asidosis menghasilkan vasokontriksi arteri pulmonalis
dengan kenaikan shunt dari kanan ke kiri melalui foramen ovale,duktus arteriosus dan dalam
paru-paru itu sendiri. Aliran darah paru berkurang,dan jejas iskemik pada sel menghasilkan
surfaktan dan terhadap bantalan vascular mengakibatkan efusi bahan proteinaseosa ke dalam
ruang alveolar.
11. Apa diagnosis bandingnya?
Diagnosis banding :
Penyakit membrane hialin Transient tachypnea of the newborn (TTN)
12.Pemeriksaan penunjang untuk menegakkan diagnosis RDS?
Rontgen dadaGambaran yang khas berupa pola retikulogranular, yang disebut ground glass
appearance,disertai gambarn bronkus di bagian perifer paru (air bronchogram)
Terdapat 4 stadium :
1. Stadium 1 : pola retikulogranular ( ground glass appearance)2. Stadium 2 : stadium 1 + air bronchogram3. Stadium 3 : stadium 2 + batas jantung-paru kabur4. Stadium 4 : stadium 3 + white lung appearance
Nilai gas darah serta asam basa13.Bagaimana penatalaksanaan RDS?
-
8/13/2019 Skenario c Blok 23 2013.Doc
30/45
30
Memberikan lingkungan yang optimal. Suhu tubuh bayi harus selalu diusahakan agartetap dalam batas normal (36,5-37,2 C) dengan meletakkan bayi di dalam incubator.
Humiditas ruangan juga harus adekuat (70-80%)
Pemberian O2 harus berhati-hatiPrinsip: Oksigen mempunyai pengaruh kompleks terhadap bayi baru lahir. Pemberian
O2 yang terlalu banyak dapat menimbulkan komplikasi seperti fibrosis
paru,kerusakan retina. Untuk mencegah timbulnya komplikasi, pemberian O2
sebaiknya diikuti dengan pemeriksaan saturasi oksigen,sebaiknya antara 85-93% dan
tidak melebihi 95% untuk mengurangi terjadinya ROP dan BPD.
Terapi oksigen sesuai dengan kondisi :
Nasal kanul atau head box dengan kelembaban dan konsentrasi yang cukupuntuk mempertahankan tekanan oksigen arteri antara 50-70 mmHg
Jika PaO2 tidak dapat dipertahankan diatas 50 mmHg pada konsentrasioksigen inspirasi 60% atau lebih,penggunaan NCPAP (Nasal Continuous
Positive Airway Pressure) terindikasi. NCPAP merupakan metode ventilasi
yang non invasive. Pengguanaan NCPAP sedini mungkin untuk stabilisasi
bayi dengan berat lahir sangat rendag (1000-1500 gr) di ruang persalinan juga
direkomendasikan untuk mencegah kolaps alveoli.
Ventilator mekanik digunakan pada bayi dengan penyakit membrane hialinberat atau komplikasi yang menimbulkan apneu persisten. Indikasi rasional
penggunaan ventilator adalah : pH darah arteri < 7,2 , PCO2 darah arteri 60
mmHg atau lebih, PO2 darah arteri 50 mmHg / kurang pada konsentrasi
oksigen 70- 100% dan tekanan CPAP 6-10 cmH2O, apneu persisten.
Kalori dan cairan harus diberikan secara IV. Untuk 24 jam pertama , 10% glukosa danair harus diinfuskan melalui vena perifer dengan kecepatan 65-75mL/kg/24
jam.Selanjutnya elektrolit harus ditambahkan dan volume cairan ditambahkan sedikit
demi sedikit sampai 120-150 mL/kg/24 jam
Pemberian antibiotikaSetiap penderita penyakit membrane hialin perlu mendapat terapi antibiotika untuk
mencegah terjadinya infeksi sekunder. Pemberian antibiotka dimulai dengan spectrum
-
8/13/2019 Skenario c Blok 23 2013.Doc
31/45
31
luas,biasanya dimulai dengan ampisilin 50mg/kgBB IV setiap 12 jam dan gentamisin
3mg/kgBB untuk bayi dengan BBL < 2 kg. JIka tak terbukti ada infeksi, pemberian
antibiotika diberhentikan
SurfaktanSurfaktan diberikan dalam 24 jam pertama jika bayi terbukti mengalami penyakit
membrane hialin, dberikan dalam bentuk doss berulang melalui pipa endotrakea
setiap 612 jam untuk total 2-4 dosis, tergantung jenis preparat yang dipergunakan
14.Apa SKDI pada kasus?
3B Mampu membuat diagnosis klinik berdasarkan pemeriksaan fisik dan
pemeriksaanpemeriksaan tambahan yang diminta oleh dokter (misalnya : pemeriksaan
laboratorium sederhana atau X-ray). Dokter dapat memutuskan dan memberi terapi
pendahuluan, serta merujuk ke spesialis yang relevan (kasus gawat darurat).
-
8/13/2019 Skenario c Blok 23 2013.Doc
32/45
32
I V. Learning I ssue
1. Asfiksia NeonatorumAsfiksia Neonatorum
2.1.1. Definisi
Asfiksia neonatorum adalah kegagalan napas secara spontan dan teratur pada saat lahir atau
beberapa saat setelah saat lahir yang ditandai dengan hipoksemia, hiperkarbia dan
asidosis(IDAI, 2004). Asfiksia neonatorum adalah kegagalan bernapas secara spontan dan
teratur segera setelah lahir(WHO, 1999).
2.1.2. Klasifikasi asfiksia
Klasifikasi asfiksia berdasarkan nilai APGAR;
a. Asfiksia berat dengan nilai APGAR 0-3.
b. Asfiksia ringan sedang dengan nilai APGAR 4-6.
c. Bayi normal atau sedikit asfiksia dengan nilai APGAR 7-9.
d. Bayi normal dengan nilai APGAR 10 (Ghai, 2010).
2.1.3. Etiologi dan Faktor Risiko
Asfiksia neonatorum dapat terjadi selama kehamilan, pada proses persalinan dan melahirkan
atau periode segera setelah lahir. Janin sangat bergantung pada pertukaran plasenta untuk
oksigen, asupan nutrisi dan pembuangan produk sisa sehingga gangguan pada aliran darah
umbilikal maupun plasental hampir selalu akan menyebabkan asfiksia(Parer, 2008).
Penyebab asfiksia menurut Mochtar (1989) adalah :
1. Asfiksia dalam kehamilan.
a. Penyakit infeksi akut.
b. Penyakit infeksi kronik.
-
8/13/2019 Skenario c Blok 23 2013.Doc
33/45
33
c. Keracunan oleh obat-obat bius.
d. Uremia dan toksemia gravidarum.
e. Anemia berat.
f. Cacat bawaan.
g. Trauma.
2. Asfiksia dalam persalinan
a. Kekurangan O2
Partus lama ( rigid serviks dan atonia/ insersi uteri).
Ruptur uteri yang memberat, kontraksi uterus yang terus-menerus mengganggu
sirkulasidarah ke plasenta.
Tekanan terlalu kuat dari kepala anak pada plasenta.
Prolaps fenikuli tali pusat akan tertekan antara kepala dan panggul.
Pemberian obat bius terlalu banyak dan tidak tepat pada waktunya.
Perdarahan banyak : plasenta previa dan solutio plasenta.
Kalau plasenta sudah tua : postmaturitas (serotinus), disfungsi uteri.
b. Paralisis pusat pernafasan
Trauma dari luar seperti oleh tindakan forceps.
Trauma dari dalam : akibat obat bius
2.1.4. Patofisiologi
Cara bayi memperoleh oksigen sebelum dan setelah lahir;Sebelum lahir, paru janin tidak
berfungsi sebagai sumber oksigen atau jalan untuk mengeluarkan karbon dioksida. Pembuluh
arteriol yang ada di dalam paru janin dalam keadaan konstriksi sehingga tekanan oksigen
-
8/13/2019 Skenario c Blok 23 2013.Doc
34/45
34
(pO2) parsial rendah. Hampir seluruh darah dari jantung kanan tidak dapat melalui paru
karena konstriksi pembuluh darah janin, sehingga darah dialirkan melalui pembuluh yang
bertekanan lebih rendah yaitu duktus arteriosuskemudian masuk ke aorta(Perinasia, 2006).
Setelah lahir, bayi akan segera bergantung pada paru-paru sebagai sumber utama oksigen.
Cairan yang mengisi alveoli akan diserap ke dalam jaringan paru, dan alveoli akan berisi
udara. Pengisian alveoli oleh udara akan memungkinkan oksigen mengalir ke dalam
pembuluh darah di sekitar alveoli(Perinasia, 2006). Arteri dan vena umbilikalis akan menutup
sehingga menurunkan tahanan pada sirkulasi plasenta dan meningkatkan tekanan darah
sistemik. Akibat tekanan udara dan peningkatan kadar oksigen di alveoli, pembuluh darah
paru akan mengalami relaksasi sehingga tahanan terhadap aliran darah bekurang(Perinasia,
2006). Keadaan relaksasi tersebut dan peningkatan tekanan darah sistemik, menyebabkan
tekanan pada arteri pulmonalis lebih rendah dibandingkan tekanan sistemik sehingga aliran
darah paru meningkat sedangkan aliran pada duktus arteriosus menurun. Oksigen yang
diabsorbsi di alveoli oleh pembuluh darah di vena pulmonalis dan darah yang banyak
mengandung oksigen kembali ke bagian jantung kiri, kemudian dipompakan ke seluruh tubuh
bayi baru lahir. Pada kebanyakan keadaan, udara menyediakan oksigen (21%)
untukmenginisiasi relaksasi pembuluh darah paru. Pada saat kadar oksigen meningkat dan
pembuluh paru mengalami relaksasi, duktus arteriosus mulai menyempit. Darah yang
sebelumnya melalui duktus arteriosus sekarang melalui paru-paru, akan mengambil banyak
oksigen untuk dialirkan ke seluruh jaringan tubuh(Perinasia, 2006). Pada akhir masa transisi
normal, bayi menghirup udara dan menggunakan paru- parunya untuk mendapatkan oksigen.
Tangisan pertama dan tarikan napas yang dalam akan mendorong cairan dari jalan napasnya.
Oksigen dan pengembangan paru merupakan rangsang utama relaksasi pembuluh darah paru.
Pada saat oksigen masuk adekuat dalam pembuluh darah, warna kulit bayi akan berubah dari
abu-abu/biru menjadi kemerahan.
Reaksi bayi terhadap kesulitan selama masa transisi normal ;
Bayi baru lahir akan melakukan usaha untuk menghirup udara ke dalam paru-parunya yang
mengakibatkan cairan paru keluar dari alveoli ke jaringan insterstitial di paru sehingga
oksigen dapat dihantarkan ke arteriol pulmonal dan menyebabkan arteriol berelaksasi. Jika
keadaan ini terganggu maka arteriol pulmonal akan tetap kontriksi, alveoli tetap terisi cairan
dan pembuluh darah arteri sistemik tidak mendapat oksigen(Perinasia, 2006). Pada saat
pasokan oksigen berkurang, akan terjadi konstriksi arteriol pada organ seperti usus, ginjal,
otot dan kulit, namun demikian aliran darah ke jantung dan otak tetap stabil atau meningkat
-
8/13/2019 Skenario c Blok 23 2013.Doc
35/45
35
untuk mempertahankan pasokan oksigen. Penyesuaian distribusi aliran darah akan menolong
kelangsungan fungsi organ-organ vital. Walaupun demikian jika kekurangan oksigen
berlangsung terus maka terjadi kegagalan fungsi miokardium dan kegagalan peningkatan
curah jantung, penurunan tekanan darah, yang mengkibatkan aliran darah ke seluruh organ
akan berkurang. Sebagai akibat dari kekurangan perfusi oksigen dan oksigenasi jaringan,
akan menimbulkan kerusakan jaringan otak yang irreversible, kerusakan organ tubuh lain,
atau kematian. Keadaan bayi yang membahayakan akan memperlihatkan satu atau lebih
tanda-tanda klinis seperti tonus otot buruk karena kekurangan oksigen pada otak, otot dan
organ lain; depresi pernapasan karena otak kekurangan oksigen; bradikardia (penurunan
frekuensi jantung) karena kekurangan oksigen pada otot jantung atau sel otak; tekanan darah
rendah karena kekurangan oksigen pada otot jantung, kehilangan darah atau kekurangan
aliran darah yang kembali ke plasenta sebelum dan selama proses persalinan,takipnu
(pernapasan cepat) karena kegagalan absorbsi cairan paru-paru dan sianosis
karenakekurangan oksigen di dalam darah
2.1.5. Komplikasi Pasca Hipoksia
Pada keadaan hipoksia akut akan terjadi redistribusi aliran darah sehingga organ vital seperti
otak, jantung, dan kelenjar adrenal akan mendapatkan aliran yang lebih banyak dibandingkan
organ lain. Perubahan dan redistribusi aliran terjadi karena penurunan resistensi vaskular
pembuluh darah otak dan jantung serta meningkatnya resistensi vaskular diperifer(Williams
CE,1993).
Faktor lain yang dianggap turut pula mengatur redistribusi vaskular antara lain timbulnya
rangsangan vasodilatasi serebral akibat hipoksia yang disertai akumulasi karbon dioksida,
meningkatnya aktivitas saraf simpatis dan adanya aktivitas kemoreseptor yang diikuti
pelepasan vasopressin.Pada hipoksia yang berkelanjutan, kekurangan oksigen untuk
menghasilkan energy bagi metabolisma tubuh menyebabkan terjadinya proses glikolisis
anerobik. Produk sampingan proses tersebut (asam laktat dan piruvat) menimbulkan
peningkatan asam organic tubuh yang berakibat menurunnya pH darah sehingga terjadilah
asidosis metabolik. Perubahan sirkulasi dan metabolisma ini secara bersama-sama akan
menyebabkan kerusakan sel baik sementara ataupun menetap.
2.1.6. Penegakan Diagnosis
Anamnesis ;
-
8/13/2019 Skenario c Blok 23 2013.Doc
36/45
36
Anamnesis diarahkan untuk mencari faktor risiko terhadap terjadinya asfiksia neonatorum.
Pemeriksaan fisik ;
Memerhatikan sama ada kelihatan terdapat tanda- tanda berikut atau tidak:-
Bayi tidak bernafas atau menangis.
Denyut jantung kurang dari 100x/menit.
Tonus otot menurun.
Bisa didapatkan cairan ketuban ibu bercampur mekonium, atau sisa mekonium pada tubuh
bayi.
BBLR (berat badan lahir rendah)
Pemeriksaan penunjang
Laboratorium: hasil analisis gas darah tali pusat menunjukkan hasil asidosis pada darah tali
pusat jika:-
2.1.8. Resusitasi neonatus Secara garis besar pelaksanaan resusitasi mengikuti algoritma
resusitasi neonatal.
Langkah Awal Resusitasi ;
Pada pemeriksaan atau penilaian awal dilakukan dengan menjawab 4 pertanyaan:
-
8/13/2019 Skenario c Blok 23 2013.Doc
37/45
37
Bila terdapat jawaban tidak dari salah satu pertanyaan di atas maka bayi memerlukan satu
atau beberapa tindakan resusitasi berikut ini secara berurutan(Nelson KB, 1991).
(1) langkah awal dalam stabilisasi
(a) memberikan kehangatan
Bayi diletakkan dibawah alat pemancar panas (radiant warmer) dalam keadaantelanjang agar
panas dapat mencapai tubuh bayi dan memudahkan eksplorasi seluruhtubuh(Goodwin TM,
1992).
(b) memposisikan bayi dengan sedikit menengadahkan kepalanya
Bayi diletakkan telentang dengan leher sedikit tengadah dalam posisi menghidu agar posisifarings, larings dan trakea dalam satu garis lurus yang akan mempermudah masuknya udara.
Posisi ini adalah posisi terbaik untuk melakukan ventilasi dengan balon dan sungkup dan/atau
untuk pemasangan pipa endotrakeal(Martin-Ancel A, 1995).
(c) membersihkan jalan napas sesuai keperluan
Aspirasi mekonium saat proses persalinan dapat menyebabkan pneumonia aspirasi.Salah satu
pendekatan obstetrik yang digunakan untuk mencegah aspirasi adalah dengan melakukan
penghisapan mekonium sebelum lahirnya bahu (intrapartum suctioning) (WiswellTE,
2000).Bila terdapat mekonium dalam cairan amnion dan bayi tidak bugar (bayi
mengalamidepresi pernapasan, tonus otot kurang dan frekuensi jantung kurang dari
100x/menit) segera dilakukan penghisapan trakea sebelum timbul pernapasan untuk
mencegah sindrom aspirasimekonium. Penghisapan trakea meliputi langkah-langkah
pemasangan laringoskop danselang endotrakeal ke dalam trakea, kemudian dengan kateter
penghisap dilakukanpembersihan daerah mulut, faring dan trakea sampai glottis.Bila terdapat
mekonium dalam cairan amnion namun bayi tampak bugar, pembersihansekret dari jalan
napas dilakukan seperti pada bayi tanpa mekonium(Perinasia, 2006).
(d) mengeringkan bayi, merangsang pernapasan dan meletakkan pada posisi yang benar.
Bila setelah posisi yang benar, penghisapan sekret dan pengeringan, bayi belumbernapas
adekuat, maka perangsangan taktil dapat dilakukan dengan menepuk atau menyentiltelapak
kaki, atau dengan menggosok punggung, tubuh atau ekstremitas bayi(Perinasia,2006).
(2) ventilasi tekanan positif
-
8/13/2019 Skenario c Blok 23 2013.Doc
38/45
38
(3) kompresi dada
(4) pemberian epinefrin dan atau pengembang volume (volume expander)
Keputusan untuk melanjutkan dari satu kategori ke kategori berikutnya ditentukandengan
penilaian 3 tanda vital secara simultan (pernapasan, frekuensi jantung dan warnakulit). Waktu
untuk setiap langkah adalah sekitar 30 detik, lalu nilai kembali, dan putuskanuntuk
melanjutkan ke langkah berikutnya(Perinasia, 2006).
2.1.9. Penilaian
Penilaian dilakukan setelah 30 detik untuk menentukan perlu tidaknya resusitasilanjutan.
Tanda vital yang perlu dinilai adalah sebagai berikut:
(1) Pernapasan
Resusitasi berhasil bila terlihat gerakan dada yang adekuat, frekuensi dan
dalamnyapernapasan bertambah setelah rangsang taktil. Pernapasan yang megap-megap
adalahpernapasan yang tidak efektif dan memerlukan intervensi lanjutan(Perinasia, 2006).
(2) Frekuensi jantung
Frekuensi jantung harus diatas 100x/menit. Penghitungan bunyi jantung dilakukan dengan
stetoskop selama 6 detik kemudian dikalikan 10 sehingga akan dapat diketahuifrekuensi
jantung permenit(Perinasia, 2006).
(3) Warna kulit
Bayi seharusnya tampak kemerahan pada bibir dan seluruh tubuh. Setelah frekuensi jantung
normal dan ventilasi baik, tidak boleh ada sianosis sentral yang menandakan hipoksemia.
Warna kulit bayi yang berubah dari biru menjadi kemerahan adalah petanda yang paling
cepat akan adanya pernapasan dan sirkulasi yang adekuat. Sianosis akral tanpasianosis sentral
belum tentu menandakan kadar oksigen rendah sehingga tidak perlu diberikanterapi oksigen.
Hanya sianosis sentral yang memerlukan intervensi(Perinasia, 2006).
2.1.10. Penghentian resusitasi
Bila tidak ada upaya bernapas dan denyut jantung setelah 10 menit, setelah usaharesusitasi
yang menyeluruh dan adekuat dan penyebab lain telah disingkirkan, maka resusitasidapat
-
8/13/2019 Skenario c Blok 23 2013.Doc
39/45
39
dihentikan. Data mutakhir menunjukkan bahwa setelah henti jantung selama 10 menit,sangat
tipis kemungkinan selamat, dan yang selamat biasanya menderita cacat berat
2. BBLRPengertian BBLR
Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) adalah bila berat badannya kurang dari 2500 gram
(sampai dengan 2499 gram). Bayi yang dilahirkan dengan BBLR umumnya kurang mampu
meredam tekanan lingkungan yang baru sehingga dapat mengakibatkan pada terhambatnya
pertumbuhan dan perkembangan, bahkan dapat menggangu kelangsungan hidupnya
(Prawirohardjo, 2006).
BBLR adalah bayi yang lahir dengan berat badan kurang dari 2500 gram tanpa memandang
usia masa kehamilan. BBLR biasa terdiri atas BBLR kurang bulan atau bayi lahir prematur
dan BBLR cukup bulan / lebih bulan dengan hambatan pertumbuhan intrauterine (IUGR).
BBLR kurang bulan / premature khususnya yang masa kehamilannya, biasanya mengalami
penyulit seperti gangguan nafas, ikterus, infeksi dan sebagainya,yang apabila tidakdikelola
sesuai dengan standar pelayanan medis akan berakibat fatal. Sementara BBLR yang cukup /
lebih bulan pada umumnya organ tubuhnya sudah matur sehingga tidak terlalu bermasalah
dalam perawatannya (Purwanto,2009). Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) ialah bayi baru
lahir yang berat badannya saat lahir kurang dari 2.500 gram (sampai dengan 2.499 gram)
(Hanifa,2006).
Etiologi/ Penyebab BBLR
Penyebab terbanyak terjadinya BBLR adalah kelahiran prematur. Faktor ibu yang lain adalah
umur, paritas, dan lain-lain. Faktor plasenta seperti penyakit vaskuler, kehamilan
kembar/ganda, serta faktor janin juga merupakan penyebab terjadinya BBLR (IDAI, 2004).
-Faktor ibu
Penyakit : Seperti malaria, anaemia, sipilis, infeksi TORCH, dan lain-lain.
Komplikasi pada kehamilan.Komplikasi yang tejadi pada kehamilan ibu seperti perdarahan
antepartum, pre-eklamsia berat, eklamsia, dan kelahiran preterm.
Usia Ibu : Angka kejadian BBLR tertinggi ditemukan pada bayi yang dilahirkan oleh ibu-ibudengan usia kurang dari 20 tahun dan lebih dari 35 tahun.
-
8/13/2019 Skenario c Blok 23 2013.Doc
40/45
-
8/13/2019 Skenario c Blok 23 2013.Doc
41/45
41
Gambaran Klinis
Gambaran Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) tergantung dari umur kehamilan sehingga
dapat dikatakan bahwa makin kecil bayi atau makin muda kehamilan maka nyata. Sebagai
gambaran umum dapat dikemukakan bahwa Berat Badan Lahir Rendah mempunyai
karakteristik. Karateristik BBLR sebagai berikut:
a.Berat Badan Lahir kurang dari 2.500 gram.
bPanjang badan kurang dari 45 cm.
c.Lingkar dada kurang dari 33 cm.
d.Lingkar kepala kurang dari 33 cm.
e.Umur kehamilan kurang dari 37 minggu.
f.Kepala reltif lebih besar dari badannya.
g.Kulit: tipis transparan, lanugo banyak terutama pada dahi, lemak subkutan kurang.
h.Ubun-ubun dan sutura lebar.
i.Tangisan lemah dan jarang
j.Pernapasan belum teratur dan sering timbul apnea.
kDaya isap lemah terutama dalam hari-hari pertama.
l.Labia minora belum tertututp oleh labia mayora (pada wanita), testis belum turun (pada
laki-laki).
m.Pergerakan kurang dan lemah.
n.Kepala tidak mampu bergerak.
o.Pernapasan sekitar 45 sampai 50 x/menit
p.Frekuensi nadi 100 sampai 140/ menit)(Alimul Aziz H, 2005)
Kompikasi
-
8/13/2019 Skenario c Blok 23 2013.Doc
42/45
42
Bersangkutan dengan kurang sempurnanya alat-alat dalam tubuhnya baik anatomik maupun
fisiologik maka mudah timbul kelainan sebagai berikut.
a.Suhu tubuh tidak stabil oleh karena kesulitan mempertahankan suhu tubuh yang disebabkan
oleh penguapan yang bertambah akibat kurangnya jaringan lemak di bawah kulit.
b.Gangguan pernapasan disebabkan oleh kurangnya surfaktan, pertumbuhan dan
perkembangan paru belum smpurna dan otot pernapasan masih lemah.
c.Gangguan pencernaan dan problem nutrisi, distensi abdomen, volume lambung berkurang
daya untuk mencerna dan mengabsorbsi lemak, vitamin dan beberapa mineral tertentu
berkurang, kerja kardio-esofagus belum sempurna.
d.Imatur hati memudahkan terjadinya hiperbilirubin dan defisiensi vitamin K.
e.Ginjal belum imatur baik secara anatomi atau fungsinya.
f.Perdarahan mudah terjadi.
g.Gangguan imunologi: daya tahan tubuh terhadap infeksi kurang.
h.Retrolental fibroplasia: dengan menggunakan oksigen dengan konsentrasi tinggi.
Dampak BBLR
Baik disebabkan oleh prematuris, maupun ukuran bayi kecil untuk usia kehamilan BBLR
mempunyai dampak sebagai berikut:
a.Kematian perinatal (lahir mati, ke matian neonatus).
b.Lingkar kepala kecil.
c.Retardasi mental.
d.Kesulitan atau ketidakmampuan dalam belajar.
e.Defek penglihatan dan pendengaran.
f.Defek neurologis.
g.Pertumbuhan dan perkembangan janin terhambat.(Varney Helen, 2006)
-
8/13/2019 Skenario c Blok 23 2013.Doc
43/45
43
Prognosis
Prognosis Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) tergantung dari berat ringannya masalah
perinatal, misalnya masa gestasi, asfiksia, sindrom gangguan pernapasan, infeksi. Prognosis
ini juga tergantung dari keadaan sosial ekonomi, pendidikan orang tua dan perawatan pada
saat kehamilan, persalinan dan post natal, resusitasi, mencegah infeksi, mengatasi gangguan
pernafasan dan hipoglikemia
BAB III
-
8/13/2019 Skenario c Blok 23 2013.Doc
44/45
44
PENUTUP
3.1.KesimpulanBayi Ny Sholeh, preterm, SGA (sesuai dengan usia kehamilan),BBLSR,lahir spontan dengan
asfiksia perinatal dan respiratory distressakibat penyakit membrane hialin.
DAFTAR PUSTAKA
-
8/13/2019 Skenario c Blok 23 2013.Doc
45/45
Dorland, W.A.N. 2002. Kamus Kedokteran Dorland. Editor: Hartanto, H., et al. EGC,
Jakarta, Indonesia.
Behrman, Kliegman , Jenson . Nelson Textbook of Pediatrics 17thedition
Bagian Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Padjajaran . Pedoman
diagnosis dan terapi edisi ke-3. Bandung : 2005
Buku Ajar Fisiologi Kedokteran, Arthur C. Guyton, John E.Hall. Jakarta : EGC
Sylvia A.Price , Lorraine M.Wilson. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses
Penyakit.Edisi 6 vol.2.Jakarta: EGC 2005