skenario c blok 23 2013.doc

Upload: muhammad-albie

Post on 04-Jun-2018

252 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

  • 8/13/2019 Skenario c Blok 23 2013.Doc

    1/45

    1

    KATA PENGANTAR

    Kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-besar nya kepada Dosen pembimbing

    tutorial skenario C blok 23, sehingga proses tutorial dapat berlangsung dengan baik.

    Tidak lupa kami mengucapkan terima kasih kepada kedua orang tua, yang telah memberi

    dukungan baik berupa materil dan moril yang tidak terhitung jumlahnya sehingga kami

    dapat menyelesaikan laporan tutorial skenario C blok 23.

    Kami menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari kata mendekati sempurna. Oleh

    karena itu kami mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun untuk

    perbaikan di penyusunan laporan berikutnya. Mudah-mudahan laporan ini dapat

    memberikan manfaat bagi kita semua.

    Palembang, 10 Februari 2014

    Penyusun

  • 8/13/2019 Skenario c Blok 23 2013.Doc

    2/45

    2

    DAFTAR ISI

    Kata Pengantar ................................................................................................................... 1

    Daftar Isi ............................................................................................................................. 2

    BAB I Pendahuluan

    1.1.Latar Belakang ......................................................................................... 3

    BAB II Pembahasan

    2.1. Data Tutorial ........................................................................................ 42.2. Skenario Kasus ..................................................................................... 52.3. Paparan

    I.Klarifikasi Istilah ............................................................................... 6

    II.Identifikasi masalah ........................................................................ 6

    III.Analisis Masalah ............................................................................. 7

    IV.Learning Issues ...............................................................................

    BAB III Penutup

    3.1. Kesimpulan ..........................................................................................

    DAFTAR PUSTAKA .........................................................................................................

  • 8/13/2019 Skenario c Blok 23 2013.Doc

    3/45

    3

    BAB I

    PENDAHULUAN

    1.1Latar BelakangPada kesempatan ini, dilakukan tutorial studi kasus sebagai bahan pembelajaran untuk

    menghadapi kasus yang sebenarnya pada waktu yang akan datang. Adapun maksud dan

    tujuan dari materi praktikum tutorial ini, yaitu:

    1. Sebagai laporan tugas kelompok tutorial yang merupakan bagian dari sistempembelajaran KBK di Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya Palembang.

    2. Dapat menyelesaikan kasus yang diberikan pada skenario dengan metode analisisdan pembelajaran diskusi kelompok.

    3. Tercapainya tujuan dari metode pembelajaran tutorial dan memahami konsep dariskenario ini.

  • 8/13/2019 Skenario c Blok 23 2013.Doc

    4/45

    4

    BAB II

    PEMBAHASAN

    2.1 Data TutorialTutor : dr.Julniar M Tasli SpA (K)

    Moderator : Dhillah Juas Ainun

    Sekretaris Papan : Keidya Twintananda

    Sekretaris Meja : Frandi Wirajaya

    Hari, Tanggal : Senin, 10 Februari 2014

    Peraturan : 1. Alat komunikasi di nonaktifkan

    2. Semua anggota tutorial harus mengeluarkan pendapat

    3. Dilarang makan dan minum

  • 8/13/2019 Skenario c Blok 23 2013.Doc

    5/45

    5

    2.2 Skenario C blok 23 2013A female baby was born at Moh Hoesin Hospital from a 19 years old woman. Her mother,

    Mrs Solehah was hospitalized at Moh Hoesin Hospital due to contraction. It was her first

    pregnancy. She forgot when her first day of last period, but she thought that her pregnancy

    was about 8 months. She said that she never had hypertension or other illness during her

    pregnancy. Six hours after admitted, she delivered her baby spontaneously. The labor process

    was 30 minutes,and rupture of membrane happened one hour before delivery. The baby

    didnt cry spontaneously after birth, and resuscitation was done. APGAR score at 1 minute

    was 1, at 5 minute was 3, and at 10 minutes was 7. One hour later the baby still had grunting

    and cyanosis.

    On physical examination :

    Body weight was 1400 gr, body length was 40 cm, and head circumference was 30 cm. The

    muscle tone decreased, she poorly flexed at the limbs, she had thin skin,more lanugo over the

    body and plantar creased at 1/3 anterior. At 10 minutes of age, she still had grunting and

    cyanosis on the whole body. The respiratory rate was 70 x/min,heart rate was 150 bpm, the

    temperature was 36C. There was chest indrawing. Other physical examination were within

    normal limit.

    As a general practitioner please analyze the problem and the managemnet

  • 8/13/2019 Skenario c Blok 23 2013.Doc

    6/45

    6

    2.3 Paparan

    I. Klarifikasi istilah

    First day of last period : hari pertama haid terakhir

    Labor :persalinan

    Resuscitation : menghidupkan kembali seseorang yang tampaknya meninggal

    Cyanosis : perubahan warna kulit dan membran mukosa menjadikebiruan akibat konsentrasi hemoglobin terdeduksi yang berlebihan dalam darah

    Muscle tone : tonus otot

    Lanugo : rambut halus pada tubuh janin

  • 8/13/2019 Skenario c Blok 23 2013.Doc

    7/45

    7

    II. Identifikasi Masalah:

    1. Bayi prematur dan berat badan bayi rendah2. Ibu tidak mengetahui hari pertama haid terakhir3. APGAR score 1/3/74. Grunting, cyanosis, tachypneu

  • 8/13/2019 Skenario c Blok 23 2013.Doc

    8/45

    8

    III. Analisis masalah

    1.Bagaimana menentukan jenis BBLR?

    Berat Badan Lahir Rendah dapat dibagi 3,yaitu :

    1. Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) adalah bayi dengan berat lahir antara 1500 gram -2500 gram

    2. Bayi Berat Lahir Sangat Rendah (BBLSR) adalah bayi dengan berat lahir antara 1000gram - < 1500gram

    3. Bayi Berat Lahir Amat Sangat Rendah (BBLASR) adalah bayi dengan berat lahirkurang dari 1000 gram

    Pada kasus ini, berat badan lahir adalah 1200 gram termasuk Bayi Berat Lahir

    Sangat Rendah (BBLSR)

    2.BerdasarkanBallards score, berapakah usia gestasi ?

    Sistem penilaian ini dikembangkan untuk menentukan usia gestasi bayi baru lahir melalui

    penilaian neuromuskular dan fisik. Penilaian neuromuskular meliputi postur, square window,

    arm recoil, sudut popliteal, scarf sign dan heel to ear maneuver. Penilaian fisik yang diamatiadalah kulit, lanugo, permukaan plantar, payudara, mata/telinga, dan genitalia

  • 8/13/2019 Skenario c Blok 23 2013.Doc

    9/45

    9

    1.Penilaian Maturitas Neuromuskular

    a.Postur

    Tonus otot tubuh tercermin dalam postur tubuh bayi saat istirahat dan adanya tahanan saat

    otot diregangkan . Ketika pematangan berlangsung, berangsur-angsur janin mengalami

    peningkatan tonus fleksor pasif dengan arah sentripetal, dimana ekstremitas bawah sedikit

    lebih awal dari ekstremitas atas. Pada awal kehamilan hanya pergelangan kaki yang fleksi.

    Lutut mulai fleksi bersamaan dengan pergelangan tangan. Pinggul mulai fleksi, kemudian

    diikuti dengan abduksi siku, lalu fleksi bahu. Pada bayi prematur tonus pasif ekstensor tidak

    mendapat perlawanan, sedangkan pada bayi yang mendekati matur menunjukkan perlawanan

    tonus fleksi pasif yang progresif. Untuk mengamati postur, bayi ditempatkan terlentang dan

    pemeriksa menunggu sampai bayi menjadi tenang pada posisi nyamannya. Jika bayiditemukan terlentang, dapat dilakukan manipulasi ringan dari ekstremitas dengan

  • 8/13/2019 Skenario c Blok 23 2013.Doc

    10/45

    10

    memfleksikan jika ekstensi atau sebaliknya. Hal ini akan memungkinkanbayi menemukan

    posisi dasar kenyamanannya. Fleksi panggul tanpa abduksi memberikan gambaran seperti

    posisi kaki kodok.

    b.Square Window

    Fleksibilitas pergelangan tangan dan atau tahanan terhadap peregangan ekstensor

    memberikan hasil sudut fleksi pada pergelangan tangan. Pemeriksa meluruskan jari-jari bayi

    dan menekan punggung tangan dekat dengan jari-jari dengan lembut. Hasil sudut antara

    telapak tangan dan lengan bawah bayi dari preterm hingga posterm diperkirakan berturut-

    turut > 90 , 90 , 60 , 45, 30 , dan 0

    c.Arm Recoil

    Manuver ini berfokus pada fleksor pasif dari tonus otot biseps dengan mengukur sudut

    mundur singkat setelah sendi siku difleksi dan ekstensikan.Arm recoil dilakukan dengan cara

    evaluasi saat bayi terlentang. Pegang kedua tangan bayi,fleksikan lengan bagian bawah

    sejauh mungkin dalam5 detik, lalu rentangkan kedua lengan dan lepaskan.Amati reaksi bayi

    saat lengan dilepaskan. Skor 0: tangan tetap terentang/ gerakan acak, Skor 1: fleksi parsial

    140-180 , Skor 2: fleksi parsial 110-140 , Skor 3: fleksi parsial 90-100 , dan Skor 4:

    kembali ke fleksi penuh.

    d.Popliteal Angle

    Manuver ini menilai pematangan tonus fleksor pasif sendi lutut dengan menguji resistensi

    ekstremitas bawah terhadap ekstensi. Dengan bayi berbaring telentang, dan tanpa popok,

    paha ditempatkan lembut di perut bayi dengan lutut tertekuk penuh. Setelah bayi rileks dalam

    posisi ini, pemeriksa memegang kaki satu sisi dengan lembut dengan satu tangan sementara

    mendukung sisi paha dengan tangan yang lain.Jangan memberikan tekanan pada paha

    belakang, karena hal ini dapat mengganggu interpretasi.Kaki diekstensikan sampai terdapat

    resistensi pasti terhadap ekstensi. Ukur sudut yang terbentuk antara paha dan betis di daerah

    popliteal. Perlu diingat bahwapemeriksa harus menunggu sampai bayi berhenti menendang

    secara aktif sebelum melakukan ekstensi kaki. Posisi Frank Breech pralahir akan

    mengganggu maneuver ini untuk 24 hingga 48 jam pertama usia karena bayi mengalami

    kelelahan fleksor berkepanjangan intrauterine. Tes harus diulang setelah pemulihan telah

    terjadi.

  • 8/13/2019 Skenario c Blok 23 2013.Doc

    11/45

    11

    e.Scarf Sign

    Manuver ini menguji tonus pasif fleksor gelang bahu. Dengan bayi berbaring telentang,

    pemeriksa mengarahkan kepala bayi ke garis tengah tubuh dan mendorong tangan bayi

    melalui dada bagian atas dengan satu tangan dan ibu jari dari tangan sisi lain pemeriksa

    diletakkan pada siku bayi. Siku mungkin perlu diangkat melewati badan, namun kedua bahu

    harus tetap menempel di permukaan meja dan kepala tetap lurus dan amati posisi siku pada

    dada bayi dan bandingkan dengan angka pada lembar kerja, yakni, penuh pada tingkat leher

    (-1); garis aksila kontralateral (0);kontralateral baris puting (1); prosesus xyphoid (2); garis

    puting ipsilateral (3); dan garis aksila ipsilateral (4).

    f.Heel to Ear

    Manuver ini menilai tonus pasif otot fleksor pada gelang panggul dengan memberikan fleksi

    pasif atau tahanan terhadap otot-otot posterior fleksor pinggul. Dengan posisi bayi terlentang

    lalu pegang kaki bayidengan ibu jari dan telunjuk, tarik sedekat mungkin dengan kepala tanpa

    memaksa, pertahankan panggul pada permukaan meja periksa dan amati jarak antara kaki dan

    kepala serta tingkat ekstensi lutut ( bandingkan dengan angka pada lembar kerja).Penguji

    mencatat lokasi dimana resistensi signifikan dirasakan. Hasil dicatat sebagai resistensi tumit

    ketika berada pada atau dekat: telinga (-1); hidung (0); dagu (1) puting baris (2); daerah pusar(3); dan lipatan femoralis (4).

    2. Penilaian Maturitas Fisik

    a.Kulit

    Pematangan kulit janin melibatkan pengembangan struktur intrinsiknya bersamaan dengan

    hilangnya secara bertahap dari lapisan pelindung, yaitu vernix caseosa. Oleh karena itu kulit

    menebal, mengering dan menjadi keriput dan / atau mengelupas dan dapat timbul ruam

    selama pematangan janin. Fenomena ini bisa terjadi dengan kecepatan berbeda-beda pada

    masing-masing janin tergantung pada pada kondisi ibu dan lingkungan intrauterine. Sebelum

    perkembangan lapisan epidermis dengan stratum corneumnya, kulit agak transparan dan

    lengket ke jari pemeriksa. Pada usia perkembangan selanjutnya kulit menjadi lebih halus,

    menebal dan menghasilkanpelumas, yaitu vernix, yang menghilang menjelang akhir

    kehamilan. pada keadaan matur dan pos matur, janin dapat mengeluarkan mekonium dalam

  • 8/13/2019 Skenario c Blok 23 2013.Doc

    12/45

    12

    cairan ketuban. Hal ini dapat mempercepat proses pengeringan kulit, menyebabkan

    mengelupas, pecah-pecah, dehidrasi, sepetisebuah perkamen.

    b.Lanugo

    Lanugo adalah rambut halus yang menutupi tubuh fetus. Pada extreme prematurity kulit janin

    sedikit sekali terdapat lanugo. Lanugo mulai tumbuh pada usia gestasi 24 hingga 25 minggu

    dan biasanya sangat banyak, terutama di bahu dan punggung atas ketika memasuki minggu

    ke 28 Lanugo mulai menipis dimulai dari punggung bagian bawah. Daerah yang tidak

    ditutupi lanugo meluas sejalan dengan maturitasnya dan biasanya yang paling luas terdapat di

    daerah lumbosakral. Pada punggung bayi matur biasanya sudah tidak ditutupi lanugo

    c.Permukaan Plantar

    Garis telapak kaki pertama kali muncul pada bagian anterior ini kemungkinan berkaitan

    dengan posisi bayi ketika di dalam kandungan. Bayi dari ras selain kulit putih mempunyai

    sedikit garis telapak kaki lebih sedikit saat lahir. Di sisi lain pada bayi kulit hitam dilaporkan

    terdapat percepatan maturitas neuromuskular sehinggatimbulnya garis pada telapak kaki tidak

    mengalami penurunan. Namun demikian penialaian dengan menggunakan skor Ballard tidak

    didasarkan atas ras atau etnistertentu.Bayi very premature dan extremely immature tidak

    mempunyai garis pada telapak kaki. Untuk membantu menilai maturitas fisik bayi tersebut

    berdasarkanpermukaan plantar maka dipakai ukuran panjang dariujung jari hingga tumit.

    Untuk jarak kurang dari 40 mm diberikan skor -2, untuk jarak antara 40 hingga 50 mm

    diberikan skor -1. Hasil pemeriksaan disesuaikan dengan skor di table

    d.Payudara

    Areola mammae terdiri atas jaringan mammae yang tumbuh akibat stimulasi esterogen ibu

    dan jaringan lemak yang tergantung dari nutrisi yang diterima janin.Pemeriksa menilai

    ukuran areola dan menilai ada atau tidaknya bintik-bintik akibat pertumbuhan papilla

    Montgomery. Kemudian dilakukan palpasi jaringan mammae di bawah areola dengan ibu jari

    dan telunjuk untuk mengukur diameternya dalam millimeter

    e.Mata/Telinga

    Daun telinga pada fetus mengalami penambahan kartilago seiring perkembangannya menuju

    matur. Pemeriksaan yang dilakukan terdiri atas palpasi ketebalan kartilago kemudianpemeriksa melipat daun

  • 8/13/2019 Skenario c Blok 23 2013.Doc

    13/45

    13

    telinga ke arah wajah kemudian lepaskan dan pemeriksa mengamati kecepatan kembalinya

    daun telinga ketika dilepaskan ke posisi semulanya Pada bayi prematur daun telinga biasanya

    akan tetap terlipat ketika dilepaskan. Pemeriksaan mata pada intinya menilai kematangan

    berdasarkan perkembanganpalpebra. Pemeriksa berusaha membuka dan memisahkanpalpebra

    superior dan inferior dengan menggunakan jari telunjuk dan ibu jari. Pada bayi extremely

    premature palpebara akan menempel erat satu sama lain. Dengan bertambahnya maturitas

    palpebra kemudian bisa dipisahkan walaupun hanya satu sisi dan meningggalkan sisi lainnya

    tetap pada posisinya.Hasil pemeriksaan pemeriksa kemudian disesuaikan dengan skor dalam

    tabel.Perlu diingat bahwa banyak terdapat variasi kematangan palpebra pada individudengan

    usia gestasi yang sama. Hal ini dikarenakanterdapat faktor seperti stresintrauterin dan faktor

    humoral yang mempengaruhi perkembangan kematangan palpebra.

    f.Genital (Pria)

    Testis pada fetus mulai turun dari cavum peritoneum ke dalam scrotum kurang lebih pada

    minggu ke 30 gestasi. Testis kiri turun mendahului testis kanan yakni pada sekitar minggu ke

    32. Kedua testis biasanya sudah dapat diraba di canalis inguinalis bagian atas atau bawah

    pada minggu ke 33 hingga 34 kehamilan.Bersamaan dengan itu, kulit skrotum menjadi lebih

    tebal dan membentuk rugaeTestis dikatakan telah turun secara penuh apabila terdapat di

    dalam zona berugae. Pada nenonatusextremely premature scrotum datar, lembut, dan kadang

    belum bisa dibedakan jenis kelaminnya. Berbeda halnya pada neonatus matur hingga

    posmatur, scrotum biasanya seperti pendulum dan dapat menyentuh kasur ketika

    berbaring.Pada cryptorchidismus scrotum pada sisi yang terkena kosong, hipoplastik,dengan

    rugae yang lebih sedikit jika dibandingkan sisi yang sehat atau sesuai dengan usia kehamilan

    yang sama.

    g.Genital (wanita)

    Untuk memeriksa genitalia neonatus perempuan maka neonatus harusdiposisikan telentang

    dengan pinggul abduksi kurang lebih 45o dari garis horisontal. Abduksi yang berlebihan

    dapat menyebabkan labia minora dan klitoris tampak lebih menonjol sedangkan aduksi

    menyebabkankeduanya tertutupi oleh labia majora.Pada neonates extremely premature labia

    datar dan klitoris sangat menonjol dan menyerupai penis. Sejalan dengan berkembangnya

    maturitas fisik, klitoris menjadi tidak begitu menonjol dan labia minora menjadi lebih

    menonjol. Mendekati usia kehamilan matur labia minora dan klitoris menyusut dancenderung tertutupi oleh labia majora yang membesar Labia majora tersusun atas lemak dan

  • 8/13/2019 Skenario c Blok 23 2013.Doc

    14/45

    14

    ketebalannya bergantung pada nutrisi intrauterin. Nutrisi yang berlebihan dapat menyebabkan

    labia majora menjadi besar pada awal gestasi. Sebaliknya nutrisi yang kurang menyebabkan

    labia majora cenderung kecil meskipun pada usia kehamilan matur atau posmatur dan labia

    minora serta klitoris cenderung lebih menonjol.

    3. Berdasarkan lubchenco chart termasuk dalam jenis mana ?

    Berdasarkan hasil pemeriksaan fisik pada bayi dan disesuaikan dengan kurva Lubchenco :

    Berat badan 1400 gr persentil 90 : sesuai masa kehamilan (SMK)

    Panjang 40 cm persentil 90 : sesuai masa kehamilam (SMK)

    Lingkar kepala 30 cm. >persentil 90 : besar masa kehamilan (BMK)

    4.Apa saja faktor resiko dari BBLSR?

    Usia ibu saat melahirkan

  • 8/13/2019 Skenario c Blok 23 2013.Doc

    15/45

    15

    Kejadian BBLSR paling sering terjadi pada ibu yang melahirkan dibawah usia 20

    tahun

    Usia kehamilanKehamilan yang kurang dari 37 minggu merupakan penyebab utama terjadinya

    BBLSR

    Tingkat pendidikan ibuTingkat pendidikan yang dimiliki ibu mempengaruhi sikapnya dalam memilih

    pelayanan kesehatan dan pola konsumsi makan yang berhubungan juga dengan

    peningkatan berat badan ibu semasa hamil yang pada saatnya akan mempengaruhi

    kejadian BBLSR

    Jarak kelahiran yang dekat, multigravida Ibu yang memiliki masalah selama kehamilan seperti anemia, preeclampsia dan

    hipertensi, infeksi selama kehamilan (infeksi saluran kemih, HIV/AIDS, malaria)

    5.Bagaimana cara menilai APGAR score?

    Interpretasi skor

    Tes ini umumnya dilakukan pada waktu satu dan lima menit setelah kelahiran, dan dapat

    diulangi jika skor masih rendah.

  • 8/13/2019 Skenario c Blok 23 2013.Doc

    16/45

    16

    Jumlah skor rendah pada tes menit pertama dapat menunjukkan bahwa bayi yang baru lahir

    ini membutuhkan perhatian medis lebih lanjut tetapi belum tentu mengindikasikan akan

    terjadi masalah jangka panjang, khususnya jika terdapat peningkatan skor pada tes menit

    kelima. Jika skor Apgar tetap dibawah 3 dalam tes berikutnya (10, 15, atau 30 menit), maka

    ada risiko bahwa anak tersebut dapat mengalami kerusakansyarafjangka panjang. Juga ada

    risiko kecil tapi signifikan akankerusakan otak.Namun demikian, tujuan tes Apgar adalah

    untuk menentukan dengan cepat apakah bayi yang baru lahir tersebut membutuhkan

    penanganan medis segera; dan tidak didisain untuk memberikan prediksi jangka panjang

    akan kesehatan bayi tersebut

    6.Apa definisi dari asfiksia neonatorum?

    Beberapa sumber mendefinisikan asfiksia neonatorum dengan berbeda :

    Ikatan Dokter Anak IndonesiaAsfiksia neonatorum adalah kegagalan nafas secara spontan dan teratur pada saat lahir

    atau beberapa saat setelah lahir yang ditandai dengsn hipoksemia,hiperkapnia dan

    asidosis

    WHOAsfiksia neonatorum adalah kegagalan bernafas secara spontan dan teratur segera

    setelah lahir

    ACOG dan AAPSeorang neonates disebut mengalami asfiksia bila memenuhi kondisi sebagai berikut :

    1. Nilai APGAR menit kelima 0-32. Adanya asidosis pada pemeriksaan darah tali pusat (pH

  • 8/13/2019 Skenario c Blok 23 2013.Doc

    17/45

    17

    4. Adanya gangguan sistem multiorgan (misalnya gangguan kardiovaskular,gastrointestinal, hematologi, pulmoner dan sistem renal)

    7.Bagaimana cara menegakkan diagnosis asfiksia neonatorum?

    Berdasarkan skor APGAR Anamnesis

    Anamnesis diarahkan untuk mencari factor risiko terhadap terjadinya asfiksia

    neonatorum

    Pemeriksaan fisikMemerhatikan ada tanda-tanda berikut atau tidak:

    1. Bayi tidak bernafas atau menangis2. Denyut jantung kurang dari 100 x/menit3. Tonus otot menurun4. Bisa didapatkan cairan ketuban ibu bercampur mekonium,atau sisa mekonium

    pada tubuh bayi

    5. BBLR ( berat badan lahir rendah) Pemeriksaan penunjang

    Laboratorium : hasil analisis gas darah tali pusat menunjukkan hasil asidosis pada

    darah tali pusat jika

    1. PaO2 < 50 mmH2O2. PaCO2 >55 mmH2O3. pH < 7.30

    8.Bagaimana penatalaksanaan asfiksia neonatorum?

    Bayi prematur (usia gestasi < 37 minggu) membutuhkan persiapan khusus. Bayi prematur

    memiliki paru imatur yang kemungkinan lebih sulit diventilasi dan mudah mengalami

    kerusakan karena ventilasi tekanan positif serta memiliki pembuluh darah imatur dalam otak

    yang mudah mengalami perdarahan Selain itu, bayi prematur memiliki volume darah sedikit

    yang meningkatkan risiko syok hipovolemik dan kulit tipis serta area permukaan tubuh yang

    luas sehingga mempercepat kehilangan panas dan rentan terhadap infeksi.

    Alat Resusitasi

  • 8/13/2019 Skenario c Blok 23 2013.Doc

    18/45

    18

    . Peralatan yang diperlukan pada resusitasi neonatus adalah sebagai berikut

    1. Perlengkapan penghisap

    Balon penghisap (bulb syringe) , penghisap mekanik dan tabung, kateter penghisap , pipa

    lambung

    2. Peralatan balon dan sungkup

    Balon resusitasi neonatus yang dapat memberikan oksigen 90% sampai 100%, dengan

    volume balon resusitasi 250 ml

    Sungkup ukuran bayi cukup bulan dan bayi kurang bulan (dianjurkan yang memiliki bantalan

    pada pinggirnya)

    Sumber oksigen dengan pengatur aliran (ukuran sampai 10 L/m) dan tabung.

    3. Peralatan intubasi

    Laringoskop , selang endotrakeal (endotracheal tube) dan stilet (bila tersedia) yang cocok

    dengan pipa endotrakeal yang ada

    4. Obat-obatan

    Epinefrin 1:10.000 (0,1 mg/ml)3 ml atau ampul 10 ml

    Kristaloid isotonik (NaCl 0.9% atau Ringer Laktat) untuk penambah volume100 atau 250

    ml.

    Natrium bikarbonat 4,2% (5 mEq/10 ml)ampul 10 ml.

    Naloxon hidroklorida 0,4 mg/ml atau 1,0 mg/ml

    Dextrose 10%, 250 ml

    Kateter umbilikal

    5. Lain-lain

    Alat pemancar panas (radiant warmer) atau sumber panas lainnya

    Monitor jantung dengan probe serta elektrodanya (bila tersedia di kamar bersalin)

    Oropharyngeal airways

    Selang orogastrik

    6. Untuk bayi sangat prematur

  • 8/13/2019 Skenario c Blok 23 2013.Doc

    19/45

    19

    Sumber udara tekan (CPAP, neopuff)

    Blender oksigen

    Oksimeter

    Kantung plastik makanan (ukuran 1 galon) atau pembungkus plastik yang dapat ditutup

    Alas pemanas

    Inkubator transport untuk mempertahankan suhu bayi bila dipindahkan ke ruang perawatan

    Resusitasi neonatus

    Secara garis besar pelaksanaan resusitasi mengikuti algoritma resusitasi neonatal.

    Langkah Awal Resusitasi

    Pada pemeriksaan atau penilaian awal dilakukan dengan menjawab 4 pertanyaan:

    apakah bayi cukup bulan?

    apakah air ketuban jernih?

    apakah bayi bernapas atau menangis?

    apakah tonus otot bayi baik atau kuat?

  • 8/13/2019 Skenario c Blok 23 2013.Doc

    20/45

    20

    Bila semua jawaban ya maka bayi dapat langsung dimasukkan dalam prosedur perawatan

    rutin dan tidak dipisahkan dari ibunya. Bayi dikeringkan, diletakkan di dada ibunya dan

    diselimuti dengan kain linen kering untuk menjaga suhu. Bila terdapat jawaban tidak dari

    salah satu pertanyaan di atas maka bayi memerlukan satu atau beberapa tindakan resusitasi

    berikut ini secara berurutan:

    (1) langkah awal dalam stabilisasi

    (a) memberikan kehangatan

    Bayi diletakkan dibawah alat pemancar panas (radiant warmer) dalam keadaan telanjang

    agar panas dapat mencapai tubuh bayi dan memudahkan eksplorasi seluruh tubuh.

    Bayi dengan BBLR memiliki kecenderungan tinggi menjadi hipotermi dan harus mendapat

    perlakuan khusus.Beberapa kepustakaan merekomendasikan pemberian teknik penghangatan

    tambahan seperti penggunaan plastik pembungkus dan meletakkan bayi dibawah pemancar

    panas pada bayi kurang bulan dan BBLR.Alat lain yang bisa digunakan adalah alas

    penghangat.

    (b) memposisikan bayi dengan sedikit menengadahkan kepalanya

    Bayi diletakkan telentang dengan leher sedikit tengadah dalam posisi menghidu agar posisi

    farings, larings dan trakea dalam satu garis lurus yang akan mempermudah masuknya udara.

    Posisi ini adalah posisi terbaik untuk melakukan ventilasi dengan balon dan sungkup dan/atau

    untuk pemasangan pipa endotrakeal.

    (c) membersihkan jalan napas sesuai keperluan

    Cara yang tepat untuk membersihkan jalan napas adalah bergantung pada keaktifan bayi dan

    ada/tidaknya mekonium.

    Bila terdapat mekoneum dalam cairan amnion dan bayi tidak bugar (bayi mengalami depresi

    pernapasan, tonus otot kurang dan frekuensi jantung kurang dari 100x/menit) segera

    dilakukan penghisapan trakea sebelum timbul pernapasan untuk mencegah sindrom aspirasi

    mekonium. Penghisapan trakea meliputi langkah-langkah pemasangan laringoskop dan

    selang endotrakeal ke dalam trakea, kemudian dengan kateter penghisap dilakukan

    pembersihan daerah mulut, faring dan trakea sampai glotis.

  • 8/13/2019 Skenario c Blok 23 2013.Doc

    21/45

    21

    Bila terdapat mekoneum dalam cairan amnion namun bayi tampak bugar, pembersihan sekret

    dari jalan napas dilakukan seperti pada bayi tanpa mekoneum.

    (d) mengeringkan bayi, merangsang pernapasan dan meletakkan pada posisi yang benar

    Meletakkan pada posisi yang benar, menghisap sekret, dan mengeringkan akan memberi

    rangsang yang cukup pada bayi untuk memulai pernapasan. Bila setelah posisi yang benar,

    penghisapan sekret dan pengeringan, bayi belum bernapas adekuat, maka perangsangan taktil

    dapat dilakukan dengan menepuk atau menyentil telapak kaki, atau dengan menggosok

    punggung, tubuh atau ekstremitas bayi.

    Bayi yang berada dalam apnu primer akan bereaksi pada hampir semua rangsangan,

    sementara bayi yang berada dalam apnu sekunder, rangsangan apapun tidak akan

    menimbulkan reaksi pernapasan. Karenanya cukup satu atau dua tepukan pada telapak kaki

    atau gosokan pada punggung. Jangan membuang waktu yang berharga dengan terus menerus

    memberikan rangsangan taktil.

    (2) ventilasi tekanan positif

    (3) kompresi dada

    (4) pemberian epinefrin dan atau pengembang volume (volume expander)

    Keputusan untuk melanjutkan dari satu kategori ke kategori berikutnya ditentukan dengan

    penilaian 3 tanda vital secara simultan (pernapasan, frekuensi jantung dan warna kulit).

    Waktu untuk setiap langkah adalah sekitar 30 detik, lalu nilai kembali, dan putuskan untuk

    melanjutkan ke langkah berikutnya (lihat bagan 1)

  • 8/13/2019 Skenario c Blok 23 2013.Doc

    22/45

    22

    Penilaian

    Penilaian dilakukan setelah 30 detik untuk menentukan perlu tidaknya resusitasi lanjutan.

    Tanda vital yang perlu dinilai adalah sebagai berikut:

    (1) Pernapasan

    Resusitasi berhasil bila terlihat gerakan dada yang adekuat, frekuensi dan dalamnya

    pernapasan bertambah setelah rangsang taktil. Pernapasan yang megap-megap adalah

    pernapasan yang tidak efektif dan memerlukan intervensi lanjutan.

    (2) Frekuensi jantung

    Frekuensi jantung harus diatas 100x/menit. Penghitungan bunyi jantung dilakukan dengan

    stetoskop selama 6 detik kemudian dikalikan 10 sehingga akan dapat diketahui frekuensi

    jantung permenit.

    (3) Warna kulit

  • 8/13/2019 Skenario c Blok 23 2013.Doc

    23/45

    23

    Bayi seharusnya tampak kemerahan pada bibir dan seluruh tubuh. Setelah frekuensi jantung

    normal dan ventilasi baik, tidak boleh ada sianosis sentral yang menandakan hipoksemia.

    Warna kulit bayi yang berubah dari biru menjadi kemerahan adalah petanda yang paling

    cepat akan adanya pernapasan dan sirkulasi yang adekuat. Sianosis akral tanpa sianosis

    sentral belum tentu menandakan kadar oksigen rendah sehingga tidak perlu diberikan terapi

    oksigen. Hanya sianosis sentral yang memerlukan intervensi.

    Pemberian oksigen

    Bila bayi masih terlihat sianosis sentral, maka diberikan tambahan oksigen. Pemberian

    oksigen aliran bebas dapat dilakukan dengan menggunakan sungkup oksigen, sungkup

    dengan balon tidak mengembang sendiri, T-piece resuscitator dan selang/pipa oksigen.

    Pemberian oksigen 100% tidak dianjurkan pada bayi kurang bulan karena dapat merusak

    jaringan.Penghentian pemberian oksigen dilakukan secara bertahap bila tidak terdapat

    sianosis sentral lagi yaitu bayi tetap merah atau saturasi oksigen tetap baik walaupun

    konsentrasi oksigen sama dengan konsentrasi oksigen ruangan. Bila bayi kembali sianosis,

    maka pemberian oksigen perlu dilanjutkan sampai sianosis sentral hilang. Kemudian

    secepatnya dilakukan pemeriksaan gas darah arteri dan oksimetri untuk menyesuaikan kadar

    oksigen mencapai normal.

    Ventilasi Tekanan Positif

    Ventilasi tekanan positif (VTP) dilakukan sebagai langkah resusitasi lanjutan bila semua

    tindakan diatas tidak menyebabkan bayi bernapas atau frekuensi jantungnya tetap kurang dari

    100x/menit. Sebelum melakukan VTP harus dipastikan tidak ada kelainan congenital seperti

    hernia diafragmatika, karena bayi dengan hernia diafragmatika harus diintubasi terlebih

    dahulu sebelum mendapat VTP. Bila bayi diperkirakan akan mendapat VTP dalam waktu

    yang cukup lama, intubasi endotrakeal perlu dilakukan atau pemasangan selang orogastrik

    untuk menghindari distensi abdomen. Kontra indikasi penggunaan ventilasi tekanan positif

    adalah hernia diafragma. Terdapat beberapa jenis alat yang dapat digunakan untuk melakukan

    ventilasi pada bayi baru lahir,yaitu:

    (1)Tekno tube and mask

    (2) Balon mengembang sendiri (self inflating bag)

    Balon mengembang sendiri (self inflating bag) setelah dilepaskan dari remasan akan terisi

    spontan dengan gas (oksigen atau udara atau campuran keduanya) ke dalam balon.

  • 8/13/2019 Skenario c Blok 23 2013.Doc

    24/45

    24

    (3) Balon tidak mengembang sendiri (flow inflating bag),

    Balon tidak mengembang sendiri (flow inflating bag),disebut juga balon anestesi, terisi hanya

    bila gas yang berasal dari gas bertekanan mengalir ke dalam balon.

    (4)T-piece resuscitator T-piece resuscitator bekerja hanya bila dialiri gas yang berasal dari

    sumber bertekanan ke dalamnya. Gas mengalir langsung, baik ke lingkungan sekitar maupun

    ke bayi, dengan cara menutup atau membuka lubang pada pipa T dengan jari atau ibu jari.

    Kompresi dada

    Kompresi dada dimulai jika frekuensi jantung kurang dari 60x/menit setelah dilakukan

    ventilasi tekanan positif selama 30 detik. Tindakan kompresi dada (cardiac massage) terdiri

    dari kompresi yang teratur pada tulang dada, yaitu menekan jantung ke arah tulang belakang,

    meningkatkan tekanan intratorakal, dan memperbaiki sirkulasi darah ke seluruh organ vital

    tubuh. Kompresi dada hanya bermakna jika paru-paru diberi oksigen, sehingga diperlukan 2

    orang untuk melakukan kompresi dada yang efektifsatu orang menekan dada dan yang

    lainnya melanjutkan ventilasi.Orang kedua juga bisa melakukan pemantauan frekuensi

    jantung, dan suara napas selama ventilasi tekanan positif. Ventilasi dan kompresi harus

    dilakukan secara bergantian.

    Teknik ibu jari lebih direkomendasikan pada resusitasi bayi baru lahir karena akan

    menghasilkan puncak sistolik dan perfusi koroner yang lebih besar

    Prinsip dasar pada kompresi dada adalah:

    (1) Posisi bayi

    Topangan yang keras pada bagian belakang bayi dengan leher sedikit tengadah.

    (2) Kompresi

    lokasi ibu jari atau dua jari : pada bayi baru lahir tekanan diberikan pada 1/3 bawah tulang

    dada yang terletak antaraprocessus xiphoideus dan garis khayal yang menghubungkan kedua

    puting susu.

    kedalaman : diberikan tekanan yang cukup untuk menekan tulang dada sedalam kurang lebih

    1/3 diameter anteroposterior dada, kemudian tekanan dilepaskan untuk memberi kesempatan

    jantung terisi. Satu kompresi terdiri dari satu tekanan ke bawah dan satu pelepasan. Lamanya

    tekanan ke bawah harus lebih singkat daripada lamanya pelepasan untuk memberi curah

    jantung yang maksimal. Ibu jari atau ujung-ujung jari (tergantung metode yang digunakan)

    harus tetap bersentuhan dengan dada selama penekanan dan pelepasan.

  • 8/13/2019 Skenario c Blok 23 2013.Doc

    25/45

    25

    frekuensi : kompresi dada dan ventilasi harus terkoordinasi baik, dengan aturan satu ventilasi

    diberikan tiap selesai tiga kompresi, dengan frekuensi 30 ventilasi dan 90 kompresi permenit.

    Satu siklus yang berlangsung selama 2 detik, terdiri dari satu ventilasi dan tiga kompresi.

    Penghentian kompresi:

    detik. Penghitungan frekuensi jantung selama ventilasi dihentikan.

    a frekuensi

    jantung telah diatas 60 x/menit kompresi dada dihentikan, namun ventilasi diteruskan dengan

    kecepatan 40-60 x/menit. Jika frekuensi jantung tetap kurang dari 60 x/menit, maka

    pemasangan kateter umbilikal untuk memasukkan obat dan pemberian epinefrin harus

    dilakukan.

  • 8/13/2019 Skenario c Blok 23 2013.Doc

    26/45

    26

    tekanan positif dapat dihentikan, tetapi bayi masih mendapat oksigen alir bebas yang

    kemudian secara bertahap dihentikan. Setelah observasi beberapa lama di kamar bersalin bayi

    dapat dipindahkan ke ruang perawatan.

    Intubasi endotrakeal

    Intubasi endotrakeal dapat dilakukan pada setiap tahapan resusitasi sesuatu dengan keadaan,

    antara lain beberapa keadaan berikut saat resusitasi:

    (1) Jika terdapat mekoneum dan bayi mengalami depresi pernapasan, maka intubasi

    dilakukan sebagai langkah pertama sebelum melakukan tindakan resusitasi yang lain, untuk

    membersihkan mekoneum dari jalan napas.

    (2) Jika ventilasi tekanan positif tidak cukup menghasilkan perbaikan kondisi, pengembangan

    dada, atau jika ventilasi tekanan positif berlangsung lebih dari beberapa menit, dapat

    dilakukan intubasi untuk membantu memudahkan ventilasi.

    (3) Jika diperlukan kompresi dada, intubasi dapat membantu koordinasi antara kompresi dada

    dan ventilasi, serta memaksimalkan efisiensi ventilasi tekanan positif.

    (4) Jika epinefrin diperlukan untuk menstimulasi frekuensi jantung maka cara yang umum

    adalah memberikan epinefrin langsung ke trakea melalui pipa endotrakeal sambil menunggu

    akses intravena.

    (5) Jika dicurigai ada hernia diafragmatika, mutlak dilakukan pemasangan selang

    endotrakeal. Cara pemasangan selang endotrakeal perlu dikuasai diantaranya melalui

    pelatihan khusus.

    Pemberian obat-obatan

    Obat-obatan jarang diberikan pada resusitasi bayi baru lahir.Bradikardi pada bayi baru lahir

    biasanya disebabkan oleh ketidaksempurnaan pengembangan dada atau hipoksemia, dimana

    kedua hal tersebut harus dikoreksi dengan pemberian ventilasi yang adekuat. Namun bila

    bradikardi tetap terjadi setelah VTP dan kompresi dada yang adekuat, obat-obatan seperti

    epinefrin, atau volume ekspander dapat diberikan. Obat yang diberikan pada fase akut

    resusitasi adalah epinefrin. Obat-obat lain digunakan pada pasca resusitasi atau pada keadaan

    khusus lainnya.

  • 8/13/2019 Skenario c Blok 23 2013.Doc

    27/45

    27

    (1) Epinefrin

    Indikasi pemakaian epinefrin adalah frekuensi jantung kurang dari 60x/menit setelah

    dilakukan VTP dan kompresi dada secara terkoordinasi selama 30 detik. Epinefrin tidak

    boleh diberikan sebelum melakukan ventilasi adekuat karena epinefrin akan meningkatkan

    beban dan konsumsi oksigen otot jantung. Dosis yang diberikan 0,1- 0,3 ml/kgBB

    larutan1:10.000 (setara dengan 0,01-0,03 mg/kgBB) intravena atau melalui selang

    endotrakeal. Dosis dapat diulang 3-5 menit secara intravena bila frekuensi jantung tidak

    meningkat. Dosis maksimal diberikan jika pemberian dilakukan melalui selang endotrakeal.

    (2) Volume Ekspander

    Volume ekspander diberikan dengan indikasi sebagai berikut: bayi baru lahir yang dilakukan

    resusitasi mengalami hipovolemia dan tidak ada respon dengan resusitasi, hipovolemia

    kemungkinan akibat adanya perdarahan atau syok. Klinis ditandai adanya pucat, perfusi

    buruk, nadi kecil atau lemah, dan pada resusitasi tidak memberikan respon yang adekuat.

    Dosis awal 10 ml/kg BB IV pelan selama 5-10 menit. Dapat diulang sampai menunjukkan

    respon klinis. Jenis cairan yang diberikan dapat berupa larutan kristaloid isotonis (NaCl

    0,9%, Ringer Laktat) atau tranfusi golongan darah O negatif jika diduga kehilangan darah

    banyak.

    (3) Bikarbonat

    Indikasi penggunaan bikarbonat adalah asidosis metabolik pada bayi baru lahir yang

    mendapatkan resusitasi. Diberikan bila ventilasi dan sirkulasi sudah baik. Penggunaan

    bikarbonat pada keadaan asidosis metabolik dan hiperkalemia harus disertai dengan

    pemeriksaan analisa gas darah dan kimiawi. Dosis yang digunakan adalah 2 mEq/kg BB atau

    4 ml/kg BB BicNat yang konsentrasinya 4,2 %. Bila hanya terdapat BicNat dengan konsetrasi

    7,4 % maka diencerkan dengan aquabides atau dekstrosa 5% sama banyak. Pemberian secara

    intra vena dengan kecepatan tidak melebihi dari 1 mEq/kgBB/menit.

    (4) Nalokson

    Nalokson hidroklorida adalah antagonis narkotik diberikan dengan indikasi depresi

    pernafasan pada bayi baru lahir yang ibunya menggunakan narkotik dalam waktu 4 jam

    sebelum melahirkan. Sebelum diberikan nalokson ventilasi harus adekuat dan stabil. Jangan

    diberikan pada bayi baru lahir yang ibunya dicurigai sebagai pecandu obat narkotika, sebab

    akan menyebabkan gejala putus obat pada sebagian bayi. Cara pemberian intravena atau

    melalui selang endotrakeal. Bila perfusi baik dapat diberikan melalui intramuskuler atau

    subkutan. Dosis yang diberikan 0,1 mg/kg BB, perlu diperhatikan bahwa obat ini tersedia

    dalam 2 konsentrasi yaitu 0,4 mg/ml dan 1 mg/ml.

  • 8/13/2019 Skenario c Blok 23 2013.Doc

    28/45

    28

    9.Apa definisi Respiratory Distress ?

    Kesulitan bernafas yang dibuktikan dengan adanya nasal flaring ,chest restriction,

    tachypnea, grunting

    10.Apa penyebab respiratory distress pada kasus?

    Penyebab respiratory distress pada kasus adalah penyakit membrane hialin.

    Akibat dari kegagalan mengembangkan kapasitas residu fungsional (functional residual

    capacity/FRC) dan kecenderungan paru-paru terkena atelektasis mempunyai korelasi dengan

    tegangan permukaan yang tinggi dan tidak adanya surfaktan. Unsur utama surfaktan adalahdipalmitilfosfatidilkolin (lesitin),fosfatidilgliserol,apoprotein (protein surfaktan =PS-

    A,B,C,D) dan kolestrol. Dengan semakin bertambahnya umur kehamilan,maka terjadi

    penambahan jumlah fosfolipid yang disintesis,dan disimpan di dalam sel alveolar tipe II.

    Agen aktif ini dilepaskan ke dalam alveoli untuk mengurangi tegangan permukaan dan

    membantu mempertahankan stabilitas alveolar dengan jalan mencegah kolapsnya ruang udara

    kecil pada akhir ekspirasi. Namun,karena adanya imaturitas jumlah yang dihasilkan atau

    dilepaskan mungkin tidak cukup memenuhi kebutuhan pasca-lahir.Kadar tertinggi surfaktanterdapat dalam paru janin yang dihomogenasi pada umur kehamilan 20 minggu,tetapi belum

    mencapai permukaan paru sampai tiba saatnya. Surfaktan tampak dalam cairan amnion antara

    28-32 minggu.Kadar surfaktan matur biasanya timbul sesudah 35 minggu.

    Sintesis surfaktan sebagian bergantung pH,suhu dan perfusi normal. Asfiksia,

    hipoksemia,dan iskemia paru terutama dalam hubungannya dengan hipovolemia,hipotensi

    dan stress dingin, dapat menekan sintesis surfaktan. Lapisan epitel paru dapat juga terkena

    jejas akibat kadar oksigen yang tinggi dan pengaruh manajemen oleh operator

    respirasi,mengakibatkan pengurangan surfaktan yang lebih lanjut.

    Atelektasis alveolar, formasi membrane hialin,dan edema interstitial membuat paru-paru

    kurang lentur,memerlukan tekanan yang lebih besar untuk mengembangkan alveolus kecil

    dan jalan nafas. Pada bayi ini, dada bawah tertarik ke dalam ketika diafragma turun dan

    tekanan intratoraks menjadi negative,dengan demikian membatasi jumlah tekanan intratoraks

    yang dihasilkan,akibatnya timbul kecenderungan atelektasis. Dinding dada bayi preterm yang

    sangat lemah memberikan lebih sedikit tekanan daripada dinding dada bayi yang matur

  • 8/13/2019 Skenario c Blok 23 2013.Doc

    29/45

    29

    terhadap kecenderungan alamiah paru untuk kolaps. Dengan demikian pada akhir

    ekspirasi,volume toraks dan paru cenderung mendekati volume residu,sehingga menyebabkan

    atelektasis.

    Defisiensi sintesis atau pelepasan surfaktan,bersama dengan unit-unit saluran pernafasan

    yang kecil dan dinding dada yang lemah, menghasilkan atelektasis,mengakibatkan adanya

    perfusi pada alveolus,tetapi tidak ada ventilasi dan menyebabkan hipoksia.Pengurangan

    kelenturan paru, volume tidal yang kecil, kenaikan ruang mati fisiologis,kenaikan kerja

    pernafasan dan ventilasi alveolar yang tidak cukup akhirnya mengakibatkan hiperkapnia.

    Kombinasi hiperkapnia,hipoksia dan asidosis menghasilkan vasokontriksi arteri pulmonalis

    dengan kenaikan shunt dari kanan ke kiri melalui foramen ovale,duktus arteriosus dan dalam

    paru-paru itu sendiri. Aliran darah paru berkurang,dan jejas iskemik pada sel menghasilkan

    surfaktan dan terhadap bantalan vascular mengakibatkan efusi bahan proteinaseosa ke dalam

    ruang alveolar.

    11. Apa diagnosis bandingnya?

    Diagnosis banding :

    Penyakit membrane hialin Transient tachypnea of the newborn (TTN)

    12.Pemeriksaan penunjang untuk menegakkan diagnosis RDS?

    Rontgen dadaGambaran yang khas berupa pola retikulogranular, yang disebut ground glass

    appearance,disertai gambarn bronkus di bagian perifer paru (air bronchogram)

    Terdapat 4 stadium :

    1. Stadium 1 : pola retikulogranular ( ground glass appearance)2. Stadium 2 : stadium 1 + air bronchogram3. Stadium 3 : stadium 2 + batas jantung-paru kabur4. Stadium 4 : stadium 3 + white lung appearance

    Nilai gas darah serta asam basa13.Bagaimana penatalaksanaan RDS?

  • 8/13/2019 Skenario c Blok 23 2013.Doc

    30/45

    30

    Memberikan lingkungan yang optimal. Suhu tubuh bayi harus selalu diusahakan agartetap dalam batas normal (36,5-37,2 C) dengan meletakkan bayi di dalam incubator.

    Humiditas ruangan juga harus adekuat (70-80%)

    Pemberian O2 harus berhati-hatiPrinsip: Oksigen mempunyai pengaruh kompleks terhadap bayi baru lahir. Pemberian

    O2 yang terlalu banyak dapat menimbulkan komplikasi seperti fibrosis

    paru,kerusakan retina. Untuk mencegah timbulnya komplikasi, pemberian O2

    sebaiknya diikuti dengan pemeriksaan saturasi oksigen,sebaiknya antara 85-93% dan

    tidak melebihi 95% untuk mengurangi terjadinya ROP dan BPD.

    Terapi oksigen sesuai dengan kondisi :

    Nasal kanul atau head box dengan kelembaban dan konsentrasi yang cukupuntuk mempertahankan tekanan oksigen arteri antara 50-70 mmHg

    Jika PaO2 tidak dapat dipertahankan diatas 50 mmHg pada konsentrasioksigen inspirasi 60% atau lebih,penggunaan NCPAP (Nasal Continuous

    Positive Airway Pressure) terindikasi. NCPAP merupakan metode ventilasi

    yang non invasive. Pengguanaan NCPAP sedini mungkin untuk stabilisasi

    bayi dengan berat lahir sangat rendag (1000-1500 gr) di ruang persalinan juga

    direkomendasikan untuk mencegah kolaps alveoli.

    Ventilator mekanik digunakan pada bayi dengan penyakit membrane hialinberat atau komplikasi yang menimbulkan apneu persisten. Indikasi rasional

    penggunaan ventilator adalah : pH darah arteri < 7,2 , PCO2 darah arteri 60

    mmHg atau lebih, PO2 darah arteri 50 mmHg / kurang pada konsentrasi

    oksigen 70- 100% dan tekanan CPAP 6-10 cmH2O, apneu persisten.

    Kalori dan cairan harus diberikan secara IV. Untuk 24 jam pertama , 10% glukosa danair harus diinfuskan melalui vena perifer dengan kecepatan 65-75mL/kg/24

    jam.Selanjutnya elektrolit harus ditambahkan dan volume cairan ditambahkan sedikit

    demi sedikit sampai 120-150 mL/kg/24 jam

    Pemberian antibiotikaSetiap penderita penyakit membrane hialin perlu mendapat terapi antibiotika untuk

    mencegah terjadinya infeksi sekunder. Pemberian antibiotka dimulai dengan spectrum

  • 8/13/2019 Skenario c Blok 23 2013.Doc

    31/45

    31

    luas,biasanya dimulai dengan ampisilin 50mg/kgBB IV setiap 12 jam dan gentamisin

    3mg/kgBB untuk bayi dengan BBL < 2 kg. JIka tak terbukti ada infeksi, pemberian

    antibiotika diberhentikan

    SurfaktanSurfaktan diberikan dalam 24 jam pertama jika bayi terbukti mengalami penyakit

    membrane hialin, dberikan dalam bentuk doss berulang melalui pipa endotrakea

    setiap 612 jam untuk total 2-4 dosis, tergantung jenis preparat yang dipergunakan

    14.Apa SKDI pada kasus?

    3B Mampu membuat diagnosis klinik berdasarkan pemeriksaan fisik dan

    pemeriksaanpemeriksaan tambahan yang diminta oleh dokter (misalnya : pemeriksaan

    laboratorium sederhana atau X-ray). Dokter dapat memutuskan dan memberi terapi

    pendahuluan, serta merujuk ke spesialis yang relevan (kasus gawat darurat).

  • 8/13/2019 Skenario c Blok 23 2013.Doc

    32/45

    32

    I V. Learning I ssue

    1. Asfiksia NeonatorumAsfiksia Neonatorum

    2.1.1. Definisi

    Asfiksia neonatorum adalah kegagalan napas secara spontan dan teratur pada saat lahir atau

    beberapa saat setelah saat lahir yang ditandai dengan hipoksemia, hiperkarbia dan

    asidosis(IDAI, 2004). Asfiksia neonatorum adalah kegagalan bernapas secara spontan dan

    teratur segera setelah lahir(WHO, 1999).

    2.1.2. Klasifikasi asfiksia

    Klasifikasi asfiksia berdasarkan nilai APGAR;

    a. Asfiksia berat dengan nilai APGAR 0-3.

    b. Asfiksia ringan sedang dengan nilai APGAR 4-6.

    c. Bayi normal atau sedikit asfiksia dengan nilai APGAR 7-9.

    d. Bayi normal dengan nilai APGAR 10 (Ghai, 2010).

    2.1.3. Etiologi dan Faktor Risiko

    Asfiksia neonatorum dapat terjadi selama kehamilan, pada proses persalinan dan melahirkan

    atau periode segera setelah lahir. Janin sangat bergantung pada pertukaran plasenta untuk

    oksigen, asupan nutrisi dan pembuangan produk sisa sehingga gangguan pada aliran darah

    umbilikal maupun plasental hampir selalu akan menyebabkan asfiksia(Parer, 2008).

    Penyebab asfiksia menurut Mochtar (1989) adalah :

    1. Asfiksia dalam kehamilan.

    a. Penyakit infeksi akut.

    b. Penyakit infeksi kronik.

  • 8/13/2019 Skenario c Blok 23 2013.Doc

    33/45

    33

    c. Keracunan oleh obat-obat bius.

    d. Uremia dan toksemia gravidarum.

    e. Anemia berat.

    f. Cacat bawaan.

    g. Trauma.

    2. Asfiksia dalam persalinan

    a. Kekurangan O2

    Partus lama ( rigid serviks dan atonia/ insersi uteri).

    Ruptur uteri yang memberat, kontraksi uterus yang terus-menerus mengganggu

    sirkulasidarah ke plasenta.

    Tekanan terlalu kuat dari kepala anak pada plasenta.

    Prolaps fenikuli tali pusat akan tertekan antara kepala dan panggul.

    Pemberian obat bius terlalu banyak dan tidak tepat pada waktunya.

    Perdarahan banyak : plasenta previa dan solutio plasenta.

    Kalau plasenta sudah tua : postmaturitas (serotinus), disfungsi uteri.

    b. Paralisis pusat pernafasan

    Trauma dari luar seperti oleh tindakan forceps.

    Trauma dari dalam : akibat obat bius

    2.1.4. Patofisiologi

    Cara bayi memperoleh oksigen sebelum dan setelah lahir;Sebelum lahir, paru janin tidak

    berfungsi sebagai sumber oksigen atau jalan untuk mengeluarkan karbon dioksida. Pembuluh

    arteriol yang ada di dalam paru janin dalam keadaan konstriksi sehingga tekanan oksigen

  • 8/13/2019 Skenario c Blok 23 2013.Doc

    34/45

    34

    (pO2) parsial rendah. Hampir seluruh darah dari jantung kanan tidak dapat melalui paru

    karena konstriksi pembuluh darah janin, sehingga darah dialirkan melalui pembuluh yang

    bertekanan lebih rendah yaitu duktus arteriosuskemudian masuk ke aorta(Perinasia, 2006).

    Setelah lahir, bayi akan segera bergantung pada paru-paru sebagai sumber utama oksigen.

    Cairan yang mengisi alveoli akan diserap ke dalam jaringan paru, dan alveoli akan berisi

    udara. Pengisian alveoli oleh udara akan memungkinkan oksigen mengalir ke dalam

    pembuluh darah di sekitar alveoli(Perinasia, 2006). Arteri dan vena umbilikalis akan menutup

    sehingga menurunkan tahanan pada sirkulasi plasenta dan meningkatkan tekanan darah

    sistemik. Akibat tekanan udara dan peningkatan kadar oksigen di alveoli, pembuluh darah

    paru akan mengalami relaksasi sehingga tahanan terhadap aliran darah bekurang(Perinasia,

    2006). Keadaan relaksasi tersebut dan peningkatan tekanan darah sistemik, menyebabkan

    tekanan pada arteri pulmonalis lebih rendah dibandingkan tekanan sistemik sehingga aliran

    darah paru meningkat sedangkan aliran pada duktus arteriosus menurun. Oksigen yang

    diabsorbsi di alveoli oleh pembuluh darah di vena pulmonalis dan darah yang banyak

    mengandung oksigen kembali ke bagian jantung kiri, kemudian dipompakan ke seluruh tubuh

    bayi baru lahir. Pada kebanyakan keadaan, udara menyediakan oksigen (21%)

    untukmenginisiasi relaksasi pembuluh darah paru. Pada saat kadar oksigen meningkat dan

    pembuluh paru mengalami relaksasi, duktus arteriosus mulai menyempit. Darah yang

    sebelumnya melalui duktus arteriosus sekarang melalui paru-paru, akan mengambil banyak

    oksigen untuk dialirkan ke seluruh jaringan tubuh(Perinasia, 2006). Pada akhir masa transisi

    normal, bayi menghirup udara dan menggunakan paru- parunya untuk mendapatkan oksigen.

    Tangisan pertama dan tarikan napas yang dalam akan mendorong cairan dari jalan napasnya.

    Oksigen dan pengembangan paru merupakan rangsang utama relaksasi pembuluh darah paru.

    Pada saat oksigen masuk adekuat dalam pembuluh darah, warna kulit bayi akan berubah dari

    abu-abu/biru menjadi kemerahan.

    Reaksi bayi terhadap kesulitan selama masa transisi normal ;

    Bayi baru lahir akan melakukan usaha untuk menghirup udara ke dalam paru-parunya yang

    mengakibatkan cairan paru keluar dari alveoli ke jaringan insterstitial di paru sehingga

    oksigen dapat dihantarkan ke arteriol pulmonal dan menyebabkan arteriol berelaksasi. Jika

    keadaan ini terganggu maka arteriol pulmonal akan tetap kontriksi, alveoli tetap terisi cairan

    dan pembuluh darah arteri sistemik tidak mendapat oksigen(Perinasia, 2006). Pada saat

    pasokan oksigen berkurang, akan terjadi konstriksi arteriol pada organ seperti usus, ginjal,

    otot dan kulit, namun demikian aliran darah ke jantung dan otak tetap stabil atau meningkat

  • 8/13/2019 Skenario c Blok 23 2013.Doc

    35/45

    35

    untuk mempertahankan pasokan oksigen. Penyesuaian distribusi aliran darah akan menolong

    kelangsungan fungsi organ-organ vital. Walaupun demikian jika kekurangan oksigen

    berlangsung terus maka terjadi kegagalan fungsi miokardium dan kegagalan peningkatan

    curah jantung, penurunan tekanan darah, yang mengkibatkan aliran darah ke seluruh organ

    akan berkurang. Sebagai akibat dari kekurangan perfusi oksigen dan oksigenasi jaringan,

    akan menimbulkan kerusakan jaringan otak yang irreversible, kerusakan organ tubuh lain,

    atau kematian. Keadaan bayi yang membahayakan akan memperlihatkan satu atau lebih

    tanda-tanda klinis seperti tonus otot buruk karena kekurangan oksigen pada otak, otot dan

    organ lain; depresi pernapasan karena otak kekurangan oksigen; bradikardia (penurunan

    frekuensi jantung) karena kekurangan oksigen pada otot jantung atau sel otak; tekanan darah

    rendah karena kekurangan oksigen pada otot jantung, kehilangan darah atau kekurangan

    aliran darah yang kembali ke plasenta sebelum dan selama proses persalinan,takipnu

    (pernapasan cepat) karena kegagalan absorbsi cairan paru-paru dan sianosis

    karenakekurangan oksigen di dalam darah

    2.1.5. Komplikasi Pasca Hipoksia

    Pada keadaan hipoksia akut akan terjadi redistribusi aliran darah sehingga organ vital seperti

    otak, jantung, dan kelenjar adrenal akan mendapatkan aliran yang lebih banyak dibandingkan

    organ lain. Perubahan dan redistribusi aliran terjadi karena penurunan resistensi vaskular

    pembuluh darah otak dan jantung serta meningkatnya resistensi vaskular diperifer(Williams

    CE,1993).

    Faktor lain yang dianggap turut pula mengatur redistribusi vaskular antara lain timbulnya

    rangsangan vasodilatasi serebral akibat hipoksia yang disertai akumulasi karbon dioksida,

    meningkatnya aktivitas saraf simpatis dan adanya aktivitas kemoreseptor yang diikuti

    pelepasan vasopressin.Pada hipoksia yang berkelanjutan, kekurangan oksigen untuk

    menghasilkan energy bagi metabolisma tubuh menyebabkan terjadinya proses glikolisis

    anerobik. Produk sampingan proses tersebut (asam laktat dan piruvat) menimbulkan

    peningkatan asam organic tubuh yang berakibat menurunnya pH darah sehingga terjadilah

    asidosis metabolik. Perubahan sirkulasi dan metabolisma ini secara bersama-sama akan

    menyebabkan kerusakan sel baik sementara ataupun menetap.

    2.1.6. Penegakan Diagnosis

    Anamnesis ;

  • 8/13/2019 Skenario c Blok 23 2013.Doc

    36/45

    36

    Anamnesis diarahkan untuk mencari faktor risiko terhadap terjadinya asfiksia neonatorum.

    Pemeriksaan fisik ;

    Memerhatikan sama ada kelihatan terdapat tanda- tanda berikut atau tidak:-

    Bayi tidak bernafas atau menangis.

    Denyut jantung kurang dari 100x/menit.

    Tonus otot menurun.

    Bisa didapatkan cairan ketuban ibu bercampur mekonium, atau sisa mekonium pada tubuh

    bayi.

    BBLR (berat badan lahir rendah)

    Pemeriksaan penunjang

    Laboratorium: hasil analisis gas darah tali pusat menunjukkan hasil asidosis pada darah tali

    pusat jika:-

    2.1.8. Resusitasi neonatus Secara garis besar pelaksanaan resusitasi mengikuti algoritma

    resusitasi neonatal.

    Langkah Awal Resusitasi ;

    Pada pemeriksaan atau penilaian awal dilakukan dengan menjawab 4 pertanyaan:

  • 8/13/2019 Skenario c Blok 23 2013.Doc

    37/45

    37

    Bila terdapat jawaban tidak dari salah satu pertanyaan di atas maka bayi memerlukan satu

    atau beberapa tindakan resusitasi berikut ini secara berurutan(Nelson KB, 1991).

    (1) langkah awal dalam stabilisasi

    (a) memberikan kehangatan

    Bayi diletakkan dibawah alat pemancar panas (radiant warmer) dalam keadaantelanjang agar

    panas dapat mencapai tubuh bayi dan memudahkan eksplorasi seluruhtubuh(Goodwin TM,

    1992).

    (b) memposisikan bayi dengan sedikit menengadahkan kepalanya

    Bayi diletakkan telentang dengan leher sedikit tengadah dalam posisi menghidu agar posisifarings, larings dan trakea dalam satu garis lurus yang akan mempermudah masuknya udara.

    Posisi ini adalah posisi terbaik untuk melakukan ventilasi dengan balon dan sungkup dan/atau

    untuk pemasangan pipa endotrakeal(Martin-Ancel A, 1995).

    (c) membersihkan jalan napas sesuai keperluan

    Aspirasi mekonium saat proses persalinan dapat menyebabkan pneumonia aspirasi.Salah satu

    pendekatan obstetrik yang digunakan untuk mencegah aspirasi adalah dengan melakukan

    penghisapan mekonium sebelum lahirnya bahu (intrapartum suctioning) (WiswellTE,

    2000).Bila terdapat mekonium dalam cairan amnion dan bayi tidak bugar (bayi

    mengalamidepresi pernapasan, tonus otot kurang dan frekuensi jantung kurang dari

    100x/menit) segera dilakukan penghisapan trakea sebelum timbul pernapasan untuk

    mencegah sindrom aspirasimekonium. Penghisapan trakea meliputi langkah-langkah

    pemasangan laringoskop danselang endotrakeal ke dalam trakea, kemudian dengan kateter

    penghisap dilakukanpembersihan daerah mulut, faring dan trakea sampai glottis.Bila terdapat

    mekonium dalam cairan amnion namun bayi tampak bugar, pembersihansekret dari jalan

    napas dilakukan seperti pada bayi tanpa mekonium(Perinasia, 2006).

    (d) mengeringkan bayi, merangsang pernapasan dan meletakkan pada posisi yang benar.

    Bila setelah posisi yang benar, penghisapan sekret dan pengeringan, bayi belumbernapas

    adekuat, maka perangsangan taktil dapat dilakukan dengan menepuk atau menyentiltelapak

    kaki, atau dengan menggosok punggung, tubuh atau ekstremitas bayi(Perinasia,2006).

    (2) ventilasi tekanan positif

  • 8/13/2019 Skenario c Blok 23 2013.Doc

    38/45

    38

    (3) kompresi dada

    (4) pemberian epinefrin dan atau pengembang volume (volume expander)

    Keputusan untuk melanjutkan dari satu kategori ke kategori berikutnya ditentukandengan

    penilaian 3 tanda vital secara simultan (pernapasan, frekuensi jantung dan warnakulit). Waktu

    untuk setiap langkah adalah sekitar 30 detik, lalu nilai kembali, dan putuskanuntuk

    melanjutkan ke langkah berikutnya(Perinasia, 2006).

    2.1.9. Penilaian

    Penilaian dilakukan setelah 30 detik untuk menentukan perlu tidaknya resusitasilanjutan.

    Tanda vital yang perlu dinilai adalah sebagai berikut:

    (1) Pernapasan

    Resusitasi berhasil bila terlihat gerakan dada yang adekuat, frekuensi dan

    dalamnyapernapasan bertambah setelah rangsang taktil. Pernapasan yang megap-megap

    adalahpernapasan yang tidak efektif dan memerlukan intervensi lanjutan(Perinasia, 2006).

    (2) Frekuensi jantung

    Frekuensi jantung harus diatas 100x/menit. Penghitungan bunyi jantung dilakukan dengan

    stetoskop selama 6 detik kemudian dikalikan 10 sehingga akan dapat diketahuifrekuensi

    jantung permenit(Perinasia, 2006).

    (3) Warna kulit

    Bayi seharusnya tampak kemerahan pada bibir dan seluruh tubuh. Setelah frekuensi jantung

    normal dan ventilasi baik, tidak boleh ada sianosis sentral yang menandakan hipoksemia.

    Warna kulit bayi yang berubah dari biru menjadi kemerahan adalah petanda yang paling

    cepat akan adanya pernapasan dan sirkulasi yang adekuat. Sianosis akral tanpasianosis sentral

    belum tentu menandakan kadar oksigen rendah sehingga tidak perlu diberikanterapi oksigen.

    Hanya sianosis sentral yang memerlukan intervensi(Perinasia, 2006).

    2.1.10. Penghentian resusitasi

    Bila tidak ada upaya bernapas dan denyut jantung setelah 10 menit, setelah usaharesusitasi

    yang menyeluruh dan adekuat dan penyebab lain telah disingkirkan, maka resusitasidapat

  • 8/13/2019 Skenario c Blok 23 2013.Doc

    39/45

    39

    dihentikan. Data mutakhir menunjukkan bahwa setelah henti jantung selama 10 menit,sangat

    tipis kemungkinan selamat, dan yang selamat biasanya menderita cacat berat

    2. BBLRPengertian BBLR

    Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) adalah bila berat badannya kurang dari 2500 gram

    (sampai dengan 2499 gram). Bayi yang dilahirkan dengan BBLR umumnya kurang mampu

    meredam tekanan lingkungan yang baru sehingga dapat mengakibatkan pada terhambatnya

    pertumbuhan dan perkembangan, bahkan dapat menggangu kelangsungan hidupnya

    (Prawirohardjo, 2006).

    BBLR adalah bayi yang lahir dengan berat badan kurang dari 2500 gram tanpa memandang

    usia masa kehamilan. BBLR biasa terdiri atas BBLR kurang bulan atau bayi lahir prematur

    dan BBLR cukup bulan / lebih bulan dengan hambatan pertumbuhan intrauterine (IUGR).

    BBLR kurang bulan / premature khususnya yang masa kehamilannya, biasanya mengalami

    penyulit seperti gangguan nafas, ikterus, infeksi dan sebagainya,yang apabila tidakdikelola

    sesuai dengan standar pelayanan medis akan berakibat fatal. Sementara BBLR yang cukup /

    lebih bulan pada umumnya organ tubuhnya sudah matur sehingga tidak terlalu bermasalah

    dalam perawatannya (Purwanto,2009). Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) ialah bayi baru

    lahir yang berat badannya saat lahir kurang dari 2.500 gram (sampai dengan 2.499 gram)

    (Hanifa,2006).

    Etiologi/ Penyebab BBLR

    Penyebab terbanyak terjadinya BBLR adalah kelahiran prematur. Faktor ibu yang lain adalah

    umur, paritas, dan lain-lain. Faktor plasenta seperti penyakit vaskuler, kehamilan

    kembar/ganda, serta faktor janin juga merupakan penyebab terjadinya BBLR (IDAI, 2004).

    -Faktor ibu

    Penyakit : Seperti malaria, anaemia, sipilis, infeksi TORCH, dan lain-lain.

    Komplikasi pada kehamilan.Komplikasi yang tejadi pada kehamilan ibu seperti perdarahan

    antepartum, pre-eklamsia berat, eklamsia, dan kelahiran preterm.

    Usia Ibu : Angka kejadian BBLR tertinggi ditemukan pada bayi yang dilahirkan oleh ibu-ibudengan usia kurang dari 20 tahun dan lebih dari 35 tahun.

  • 8/13/2019 Skenario c Blok 23 2013.Doc

    40/45

  • 8/13/2019 Skenario c Blok 23 2013.Doc

    41/45

    41

    Gambaran Klinis

    Gambaran Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) tergantung dari umur kehamilan sehingga

    dapat dikatakan bahwa makin kecil bayi atau makin muda kehamilan maka nyata. Sebagai

    gambaran umum dapat dikemukakan bahwa Berat Badan Lahir Rendah mempunyai

    karakteristik. Karateristik BBLR sebagai berikut:

    a.Berat Badan Lahir kurang dari 2.500 gram.

    bPanjang badan kurang dari 45 cm.

    c.Lingkar dada kurang dari 33 cm.

    d.Lingkar kepala kurang dari 33 cm.

    e.Umur kehamilan kurang dari 37 minggu.

    f.Kepala reltif lebih besar dari badannya.

    g.Kulit: tipis transparan, lanugo banyak terutama pada dahi, lemak subkutan kurang.

    h.Ubun-ubun dan sutura lebar.

    i.Tangisan lemah dan jarang

    j.Pernapasan belum teratur dan sering timbul apnea.

    kDaya isap lemah terutama dalam hari-hari pertama.

    l.Labia minora belum tertututp oleh labia mayora (pada wanita), testis belum turun (pada

    laki-laki).

    m.Pergerakan kurang dan lemah.

    n.Kepala tidak mampu bergerak.

    o.Pernapasan sekitar 45 sampai 50 x/menit

    p.Frekuensi nadi 100 sampai 140/ menit)(Alimul Aziz H, 2005)

    Kompikasi

  • 8/13/2019 Skenario c Blok 23 2013.Doc

    42/45

    42

    Bersangkutan dengan kurang sempurnanya alat-alat dalam tubuhnya baik anatomik maupun

    fisiologik maka mudah timbul kelainan sebagai berikut.

    a.Suhu tubuh tidak stabil oleh karena kesulitan mempertahankan suhu tubuh yang disebabkan

    oleh penguapan yang bertambah akibat kurangnya jaringan lemak di bawah kulit.

    b.Gangguan pernapasan disebabkan oleh kurangnya surfaktan, pertumbuhan dan

    perkembangan paru belum smpurna dan otot pernapasan masih lemah.

    c.Gangguan pencernaan dan problem nutrisi, distensi abdomen, volume lambung berkurang

    daya untuk mencerna dan mengabsorbsi lemak, vitamin dan beberapa mineral tertentu

    berkurang, kerja kardio-esofagus belum sempurna.

    d.Imatur hati memudahkan terjadinya hiperbilirubin dan defisiensi vitamin K.

    e.Ginjal belum imatur baik secara anatomi atau fungsinya.

    f.Perdarahan mudah terjadi.

    g.Gangguan imunologi: daya tahan tubuh terhadap infeksi kurang.

    h.Retrolental fibroplasia: dengan menggunakan oksigen dengan konsentrasi tinggi.

    Dampak BBLR

    Baik disebabkan oleh prematuris, maupun ukuran bayi kecil untuk usia kehamilan BBLR

    mempunyai dampak sebagai berikut:

    a.Kematian perinatal (lahir mati, ke matian neonatus).

    b.Lingkar kepala kecil.

    c.Retardasi mental.

    d.Kesulitan atau ketidakmampuan dalam belajar.

    e.Defek penglihatan dan pendengaran.

    f.Defek neurologis.

    g.Pertumbuhan dan perkembangan janin terhambat.(Varney Helen, 2006)

  • 8/13/2019 Skenario c Blok 23 2013.Doc

    43/45

    43

    Prognosis

    Prognosis Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) tergantung dari berat ringannya masalah

    perinatal, misalnya masa gestasi, asfiksia, sindrom gangguan pernapasan, infeksi. Prognosis

    ini juga tergantung dari keadaan sosial ekonomi, pendidikan orang tua dan perawatan pada

    saat kehamilan, persalinan dan post natal, resusitasi, mencegah infeksi, mengatasi gangguan

    pernafasan dan hipoglikemia

    BAB III

  • 8/13/2019 Skenario c Blok 23 2013.Doc

    44/45

    44

    PENUTUP

    3.1.KesimpulanBayi Ny Sholeh, preterm, SGA (sesuai dengan usia kehamilan),BBLSR,lahir spontan dengan

    asfiksia perinatal dan respiratory distressakibat penyakit membrane hialin.

    DAFTAR PUSTAKA

  • 8/13/2019 Skenario c Blok 23 2013.Doc

    45/45

    Dorland, W.A.N. 2002. Kamus Kedokteran Dorland. Editor: Hartanto, H., et al. EGC,

    Jakarta, Indonesia.

    Behrman, Kliegman , Jenson . Nelson Textbook of Pediatrics 17thedition

    Bagian Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Padjajaran . Pedoman

    diagnosis dan terapi edisi ke-3. Bandung : 2005

    Buku Ajar Fisiologi Kedokteran, Arthur C. Guyton, John E.Hall. Jakarta : EGC

    Sylvia A.Price , Lorraine M.Wilson. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses

    Penyakit.Edisi 6 vol.2.Jakarta: EGC 2005