skenario 2 pbl a9 blok hemato

Upload: darayani-amalia

Post on 02-Jun-2018

239 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 8/10/2019 Skenario 2 Pbl a9 blok hemato

    1/20

    1

    SKENARIO

    Seorang anak perempuan usia 4 tahun dibawa orangtuanya ke dokter praktek umum

    dengan keluhan terlihat 4 tahun dibawa orangtuanya ke dokter praktek umum dengan keluhan

    terlihat pucat dan perut agak membuncit. Penderita juga lekas lemah, lelah, dan seering

    mengeluh sesak nafas. Pertumbuhan badannya terlambat bila dibandingkan dengan temansebayanya.

    Pada pemeriksaan fisik didapatkan konjuctiva pucat, sclera agak ikterik, kulit pucat,

    dan splenomegaly schufner II.

    Dokter menganjurkan beberapa pemeriksaan laboratorium, hasilnya sebagai berikut :

    Pemeriksaan Kadar Nilai Normal

    Hemoglobin (Hb) 9g/dl 11.5-15,5 g/dl

    Hematokrit (Ht) 30% 34-40%

    Eritrosit 3,5x 10 /ul 3,9-5,3 x 10 /ul

    MCV 69fl 75-87 fl

    MCH 13 pg 24-30 pg

    MCHC 19% 32-36%

    Leukosit 8000/ul 5000-14500/ul

    Trombosit 260.000/ul 250.000-450.000/ul

    Retikulosit 2% 0,5-1,5%

    Sediaan apus darah

    tepi

    Eritrosit mikrositik,hipokrom,anisopoikilositik,sel target

    (+), fragmentosit (+)

  • 8/10/2019 Skenario 2 Pbl a9 blok hemato

    2/20

    2

    KATA-KATA SULIT

    1. Sklera : Lapisan luar bola mata, liat, berwarna, putih menutupi kurang lebih 5/6 bagian

    permukaan belakang bola mata bersambungan dengan kornea di anterior dan selubung

    luar saraf optik di posterior

    2.

    Ikterik : Kondisi dimana tubuh memiliki banyak bilirubin sehingga kulit dan putih matamenjadi kuning.

    3.

    Splenomegali Schufner II : Perbesaran limpa ke medial dan kebawah umbilicus

    4.

    Anisopoikilositosis : Eritrosit yang berbeda/tidak sama ukuran dan bentuk.

    5.

    Retikulosit : Sel darah merah yang masih muda dan masih memiliki inti

    6.

    Fragmentosit : Pecahan eritrosit

  • 8/10/2019 Skenario 2 Pbl a9 blok hemato

    3/20

    3

    PERTANYAAN

    1. Mengapa pertumbuhan tubuh pasien terlambat?

    2. Apa yang menyebabkan perut anak itu membuncit?

    3. Apa yang menyebabkan terjadinya splenomegaly dan anemia?

    4.

    Pada saat kondisi seperti apa yg dapat menyebabkan Hb pasien turun?5.

    Mengapa sklera pasien mengalami ikterik?

    6.

    Apa diagnosis dari pasien tersebut?

    7.

    Mengapa pasien mengalami sesak napas?

    8.

    Apasaja penanganan untuk pasien tersebut?

    9.

    Apa yang menyebabkan terjadinya fragmentasi?

    10.

    Apasaja pencegahan yang dapat di berikan?

  • 8/10/2019 Skenario 2 Pbl a9 blok hemato

    4/20

    4

    JAWABAN

    1. Tidak sempurnnya eritrosit menyebabkan metabolisme terganggu dan menghambat

    pertumbuhan

    2. Splenomegali

    3.

    Karena kompensasi dari limpa untuk memecah eritrosit

    4. Ketika produksi eritrosit tidak sempurna sehingga pemecahan eritrosit terjadi secara besar

    sehingga Hb turun

    5. Karena pemecahan eritrosit berlebih, sehingga produksi bilirubin meningkat

    6. Thalassemia

    7. Splenomegali, komensasi tubuh akibat kekurangan O2 akibat kekurangan hemoglobin

    8. Transfusi darah dengan pemberian Deferoksamin, terapi khelasi, splenoktomi,

    transplantasi sumsum tulang

    9. Akibat splenomegali

    10.

    Konsulasi Genetik

  • 8/10/2019 Skenario 2 Pbl a9 blok hemato

    5/20

    5

    HIPOTESIS

    Thalassemia merupakan kelainan dimana mutasi gen yang terjadi pada kromosom 16

    dan/atau 11 yang menyebabkan terganggunya sintesis alfa dan beta globin sehingga

    terbentuknya rantai hemoglobin di eritrosit yang abnormal dan mudah lisis Akibat sumsum

    tulang yang tidak mencukupi produksi, sehingga tubuh mengkompensasi dengan caraproduksi eritrosit ekstramedular. Penghancuran eritrosit oleh limpa menimbulkan terjadinya

    splenomegaly. Beberapa cara penanganannya antara lain tranfusi darah, terapi khelasi,

    splenektomi, transplantasi sumsum tulang.

  • 8/10/2019 Skenario 2 Pbl a9 blok hemato

    6/20

    6

    SASARAN BELAJAR

    LO.1. Memahami dan Menjelaskan Gen Penyandi Hb

    LO.2. Memahami dan Menjelaskan Thalassemia

    2.1. Definisi

    2.2. Etiologi

    2.3. Klasifikasi

    2.4. Patofisiologi

    2.5. Manifestasi Klinis

    2.6. Diagnosis dan Diagnosis Banding

    2.7. Tatalaksana

    2.8. Pencegahan

    2.9. Prognosis

  • 8/10/2019 Skenario 2 Pbl a9 blok hemato

    7/20

    7

    LO.1. Memahami dan Menjelaskan Gen Penyandi Hb

    Pada awal kehidupan embrio sampai delapan minggu kehamilan (masa transisi embrio ke

    fetus), yolk sac dan hati akan mensintesis rantai globin yang mirip dengan globin dan

    berkombinasi dengan rantai untuk membentuk hemoglobin Gower I (22) dan kemudian

    diganti dengan hemoglobin Gower II (22) dan hemoglobin Portland (22). Pada masa fetushingga akhir kehamilan akan dibentuk hemoglobin fetal atau Hb-F (22) dan Hb-A2 (22).

    Organ yang bertanggung jawab pada periode ini adalah hati, limpa dan sumsum tulang. Hb-F

    bersifat heterogen karena ada dua lokus gen - yang berbeda. Kedua gen ini dibedakan oleh

    susunan asam amino pada posisi 136 yang terdiri dari glisin pada G dan alanin pada A.

    Setelah bayi lahir, kadar Hb-F akan segera menurun dan diganti oleh Hb-A (22) yang

    dibentuk oleh sumsum tulang.

    Setelah enam minggu kelahiran hingga individu dewasa, hemoglobin normal akan

    dikendalikan oleh empat gen utama yaitu gen , , , dan . Pada individu dewasa normal,

    Hb-A (22) (hemoglobin adult) terdiri dari 97%, Hb-A2 (22) 2,5% dan sisanya kira-kira0,5% lainnya adalah Hb-F (22) (hemoglobin fetal). Akan tetapi, jumlah besi yang

    terkandung dalam hemoglobin hanya kira-kira 0,35% dari berat protein keseluruhan. Seluruh

    tugas sintesis globin pada periode ini diambil alih oleh sumsum tulang pipih.

  • 8/10/2019 Skenario 2 Pbl a9 blok hemato

    8/20

    8

    LO.2. Memahami dan Menjelaskan Thalassemia

    2.1. Definisi

    Thalassemia adalah kelompok heterogen anemia hemolitik herediter yang secara

    umum terdapat penurunan kecepatan sintesis pada satu atau lebih rantai polipeptidahemoglobin dan diklasifikasikan menurut rantai yang terkena(, , ), dua katagori utamanya

    adalah thalassemia dan .(Dorland, 2007)

    Thalasemia merupakan sindrom kelainan yang diwariskan (inherited) dan masuk ke

    dalam kelompok hemoglobinopati, yakni kelainan yang disebabkan oleh gangguan sintesis

    hemoglobin akibat mutasi di dalam atau dekat gen globin. Mutasi gen globin ini dapat

    menimbulkan dua perubahan rantai globin, yakni:

    Perubahan struktur rangkaian asam amino (amino acid sequence) rantai

    globin tertentu, disebut hemoglobinopati struktural, atau

    Perubahan kecepatan sintesis (rate of synthesis) atau kemampuan produksi

    rantai globin tertentu, disebut thalassemia.

    (Djumhana A, 2009)

    2.2. Etiologi

    Thalassemia merupakan akibat dari ketidakseimbangan pembuatan rantai asam amino

    yang membentuk hemoglobin yang dikandung oleh sel darah merah. Sel darah merah

    membawa oksigen ke seluruh tubuh dengan bantuan substansi yang disebut hemoglobin.

    Hemoglobin terbuat dari dua macam protein yang berbeda, yaitu globin dan globin .Protein globin tersebut dibuat oleh gen yang berlokasi di kromosom yang berbeda, globin

    diproduksi oleh kromosom 16, sedangkan globin oleh kromosom 11. Apabila satu atau

    lebih gen yang memproduksi protein globin tidak normal atau hilang, maka akan terjadi

    penurunan produksi protein globin yang menyebabkan thalassemia. Mutasi gen pada globin

    alfa akan menyebabkan penyakit alfa- thalassemia dan jika itu terjadi pada globin beta maka

    akan menyebabkan penyakit beta-thalassemia.

    Ketidakseimbangan dalam rantai protein globin alfa dan beta, yang diperlukan dalam

    pembentukan hemoglobin, disebabkan oleh sebuah gen cacat yang diturunkan. Untuk

    menderita penyakit ini, seseorang harus memiliki 2 gen dari kedua orang tuanya. Jika hanya 1

    gen yang diturunkan, maka orang tersebut hanya menjadi pembawa tetapi tidak menunjukkan

    gejala-gejala dari penyakit ini.

    Pasien Th banyak ditemukan di daerah miskin, begitu juga dengan daerah endemis

    malaria. Daerah endemis malaria merupakan daerah yang rentan terjadi kasus Th. Parasit

    malaria diduga ikut membantu kerusakan sel darah merah. Kasus kematian bukan karena Th,

    tapi karena komplikasi kerusakan organ akibat penumpukan zat besi yang berlebihan di

    dalam organ tubuh. Agar tetap produktif, dibutuhkan transfusi darah secara teratur setiap

    bulan selama hidupnya.

  • 8/10/2019 Skenario 2 Pbl a9 blok hemato

    9/20

    9

    2.3 Klasifikasi

    Berdasarkan rantai asam amino yang terkena, klasifikasi thalassemia dibagi menjadi:

    1.

    Thalassemia (melibatkan rantai alfa)

    Pada kasus thalassemia , akan terjadi mutasi pada kromosom 16 yang menyebabkanproduksi rantai globin (memiliki 4 lokus genetik) menurun, yang menyebabkan adanya

    kelebihan rantai globin pada orang dewasa dan kelebihan rantai pada newborn.

    Derajat thalassemia berhubungan dengan jumlah lokus yang termutasi (semakin banyak

    lokus yang termutasi, derajat thalassemia semakin tinggi). Thalassemia dibedakan

    menjadi:

    a.

    Silent Carrier Thalassemia (Thalassemia-2- Trait)

    Delesi satu gen (/o). Tiga loki globin cukup memungkinkan produksi

    Hb normal. Secara hematologis sehat, kadang-kadang indeks RBC (Red Blood Cell)

    rendah. Tidak ada anemia dan hypochromia pada orang ini. Diagnosis tidak dapat

    ditentukan dengan elektroforesis. Biasanya pada etnis populasi African American.

    CBC (Complete Blood Count) salah satu orang tua menunjukkan hypochromia dan

    microcytosis.

    b.

    Thalassemia-1- Trait

    Delesi pada 2 gen , dapat berbentuk thalassemia-1a- homozigot (/oo) atau

    thalassemia-2a- heterozigot (o/o). Dua loki globin memungkinkan erythropoiesis

    hampir normal, tetapi ada anemia hypochromic microcytic ringan dan indeks RBC

    rendah.

    c.

    Thalassemia Intermedia (Hb H disease)Delesi 3 gen globin (o/oo). Dua hemoglobin yang tidak stabil ada dalam

    darah, yaitu HbH (tetramer rantai ) & Hb Barts (tetramer rantai ). Kedua Hb yang

    tidak stabil ini mempunyai afinitas yang tinggi terhadap O2 daripada Hb normal,

    sehingga pengiriman O2 ke jaringan rendah (hipoksia). Ada anemia hypochromic

    microcytic dengan sel-sel target dan heinz bodies (badan inklusi) pada preparat

    hapus darah tepi, juga ditemukan splenomegali. Kelainan ini Nampak pada masa

    anak-anak atau pada awal kehidupan dewasa ketika anemia dan splenomegali terlihat.

    d.

    Thalassemia Major (Thalassemia Homozigot)

    Delesi sempurna 4 gen (oo/oo). Fetus tidak dapat hidup segera sesudah

    keluar dari uterus dan kehamilan mungkin tidak bertahan lama. Sebagian besar bayi

    ditemukan meninggal pada saat lahir dengan hydrops fetalis dan bayi yang lahir hidup

    akan segera meninggal setelah lahir, kecuali transfusi darah intrauterine diberikan.

    Bayi-bayi tersebut edema dan mempunyai sedikit Hb yang bersirkulasi, Hb yang ada

    semuanya tetramer rantai (Hb Barts) yang memiliki afinitas yang tinggi.

    2.

    Thalasemia (melibatkan rantai )

    Beta thalassemia juga sering disebut Cooleys anemia. Thalassemia terjadi karena

    mutasi pada rantai globin pada kromosom 11. Thalassemia ini diturunkan secara

    autosom resesif. Derajat penyakit tergantung pada sifat dasar mutasi. Mutasi

    diklasifikasikan sebagai (o) jika mereka mencegah pembetukan rantai dan (+) jika

  • 8/10/2019 Skenario 2 Pbl a9 blok hemato

    10/20

    10

    mereka memungkinkan formasi beberapa rantai terjadi. Produksi rantai menurun atau

    tidak diproduksi sama sekali, sehingga rantai relatif berlebihan, tetapi tidak membentuk

    tetramer. Kumpulan rantai yang berlebihan tersebut akan berikatan dengan membran sel

    darah merah, mengendap, dan menyebabkan kerusakan membran. Pada konsentrasi

    tinggi, kumpulan rantai tersebut akan membentuk agregat toksik. Thalassemia diklasifikasikan sebagai berikut:

    a.

    Silent Carrier Thalassemia (Thalassemia Trait)

    Pada jenis ini penderita memiliki satu gen normal dan satu gen yang

    bermutasi. Penderita mungkin mengalami anemia ringan yang ditandai dengan sel

    darah merah yang mengecil (mikrositer). Fenotifnya asimtomatik, disebut juga

    sebagai thalassemia minor.

    b.

    Thalassemia Intermedia

    Suatu kondisi tengah antara bentuk major dan minor. Pada kondisi ini, kedua

    gen mengalami mutasi tetapi masih bisa memproduksi sedikit rantai beta globin.

    Penderita dapat hidup normal, tetapi mungkin memerlukan transfusi sekali-sekali,

    misalnya pada saat sakit atau hamil, serta tergantung dari derajat mutasi gen yang

    terjadi.

    c. Thalassemia Associated with Chain Structural Variants

    Sindrom thalassemia (Thalassemia / HbE).

    d.

    Thalassemia Major (Cooleys Anemia)

    Pada kondisi ini, kedua gen mengalami mutasi sehingga tidak dapat memproduksi

    rantai beta globin. Biasanya gejala muncul pada bayi ketika berumur 3 bulan

    berupa anemia yang berat.Berbeda dengan thalassemia minor (thalassemia trait/bawaan), penderita

    thalassemia mayor tidak dapat membentuk hemoglobin yang cukup di dalam

    darah mereka, sehingga hampir tidak ada oksigen yang dapat disalurkan ke

    seluruh tubuh, yang lama-lama akan menyebabkan hipoksia jaringan (kekurangan

    O2), edema, gagal jantung kongestif, maupun kematian. Oleh karena itu, penderita

    thalassemia mayor memerlukan transfusi darah yang sering dan perawatan medis

    demi kelangsungan hidupnya.

    2.4.

    Menjelaskan Patofisiologi Thalassemia

    1.

    Patofisiologi Thalassemia-

    Secara ringkas berikut merupakan hal yang terjadi pada patofisiologi thalassemia beta

    dan manifestasinya:

    a.

    Mutasi primer terhadap produksi globin : sintesis globin yang tidak seimbang.

    b.

    Rantai globin yang berlebihan terhadap metabolisme dan ketahanan hidup eritrosit :

    anemia.

    c.

    Eritrosit abnormal terhadap fungsi organ : produksi eritropoetin dan ekspansi sumsum

    tulang, deformitas skeletal, gangguan metabolisme, dan perubahan adaptif fungsi

    kardiovaskular.

    d.

    Metabolisme besi yang abnormal : muatan besi berlebih mengakibatkan kerusakan

    jaringan hati, endokrin, miokardium, dan kulit.

  • 8/10/2019 Skenario 2 Pbl a9 blok hemato

    11/20

    11

    e. Sel ekskresi : peningkatan kadar HbF, heterogenitas populasi sel darah merah.

    f. Modifiers genetik sekunder : variasi fenotip, variasi metabolisme bilirubin, besi, dan

    tulang.

    g. Pengobatan : muatan besi berlebih, kelainan tulang, infeksi yang ditularkan lewat

    darah, toksisitas obat.h. Riwayat evolusioner : variasi latar belakang genetik, respon terhadap infeksi.

    i. Faktor ekologi dan etnologi.

    2.

    Patofisiologi Thalassemia-

    Kelainan dasar thalassemia- sama dengan thalassemia-, yakni ketidakseimbangan

    sintesis rantai globin. Namun ada perbedaan besar dalam hal patofisiologi kedua jenis

    thalassemia ini:

    a. Rantai- dimiliki bersama oleh hemoglobin fetus ataupun dewasa, maka thalassemia -

    alfa bermanifestasi pada masa fetus.

    b.

    Sifat yang ditimbullkan akibat produksi berlebihan rantai globin a dan beta yang

    disebabkan oleh defek produksi rantai globin-alfa sangat berbeda dibandingkan

    dengan akibat produksi berlebih rantai pada thalassemia . Bila kelebihan rantai

    tersebut menyebabkan presipitasi pada prekusor eritrosit, maka thalassemia

    menimbulkan tetramer yang larut, yakni 4 (Hb Barts) dan 4 (HbH).

    2.5.

    Manifestasi Klinis

    1.

    Sindrom Thalassemia a. Thalassemia (silent carrier)

    Gambaran klinis normal, tidak ditemukan kelainan hematologi, saat dilahirkan Hb

    Barts dalam rentangan 1-2%. Tidak ada yang pasti untuk mendiagnosis silent carrier

    dengan kritreria hematologis.

    b. Thalassemia trait (minor)

    Menunjukkan tampilan klinis normal, anemia ringan dengan peningkatan eritrosit

    yang mikrositik hipokrom. Pada saat lahir Hb Barts dalam rentang 2-10%. Biasanya

    pada penderita dewasa tidak ditemukan HbH (4).

    c. Thalassemia intermedia (Hb-H disease)

    Penderita mengalami anemia hemolitik kronik ringan sampai dengan sedang, dengan

    kadar Hb rentang antara 3-10%, retikulosit antara 5-10%. Limpa biasanya membesar,

    sumsum tulang menunjukkan hiperplasia eritroid.

    d. Thalassemia homozigot (hydrops fetalis)

    Bayi dilahirkan prematur, dapat hidup lalu meninggal beberapa saat kemudian. Fetus

    menunjukan anemia, edema, asites, hepatosplenomegali berat dan kardiomegali. Hb

    didominasi oleh Hb Barts bersama dengan Hb Portland 5-20% dan sedikit Hb-H.

    (Atmakusuma, 2009)

  • 8/10/2019 Skenario 2 Pbl a9 blok hemato

    12/20

    12

    2. Sindrom Thalasemia

    1. Thalassemia mayor: anemia berat tergantung transfusi darah

    a. Gambaran klinik: anemia berat, harus transfusi, apabila tidak ditransfusi terjadi

    peningkatan hepatosplenomegali, ikterus, perubahan tulang yang nyata.b. Gambaran radiologis: hair on end, tulang panjang menjadi tipis mengakibatkan

    fraktur, wajah khas dengan tonjolan pada dahi, tulang pipi dan dagu atas,

    pertumbuhan fisik dan perkembangan terhambat.

    c.

    Gambaran laboratoris: kadar Hb rendah, eritorsit hipokrom, poikilositosis, sel target,

    sel teardrop, eliptosit, fragmen eritrosit, mikrosferosit, eritrosit stippled dan

    bernukleus, besi serum meningkat, TIBC normal atau sedikit meningkat, transferin

    meningkat. Elektroforesis Hb menunjukkan terutama Hb-F denagan sedikit

    peningkatan Hb-A2, sedangkan Hb-A dapat tidak ada sama sekali atau menurun.

    2.

    Thalassemia intermedia

    Gambaran klinis bervariasi dari bentuk ringan, walaupun dengan anemia sedang

    sampai berat yang tidak dapat menoleransi aktivitas berat dan fraktur patologis.

    Eritropoiesis nyata meningkat walaupun tidak efektif. Sehingga menyebabkan

    peningkatan turn over besi dalam plasma, kemudian merangsang penyerapan besi via

    saluran cerna. Komplikasi jantung dan endokrin muncul 10-20 tahun kemudian pada

    penerita thalasemia intermedia yang tidak mendapatkan transfusi darah.

    3.

    Thalasemia minor (trait):

    a.

    Gambaran klinik: hepatosplenomegali dan splenomegali pada sedikit penderita.b.

    Gambaran laboratoris: anemia hemolitik ringan asimtomatis, mikrositik hipokrom,

    poikilositosis, sel target, eliptosit, peningkatan eritrosit stippled, sumsum tulang

    hiperplasia ringan, kadar Hb-A2 tinggi (3,5-8%), Hb-F (1-5%).

    4.

    Thalasemia (silent carrier)

    Tampilan klinis normal dengan kadar hemoglobin normal, kadar Hb-A2 normal dan

    kemungkinan adanya mikrositik yang sangat ringan.

    (Atmakusuma, 2009)

    2.6.

    Menjelaskan Diagnosis Thalassemia

    1.

    Diagnosis

    a.

    Anamnesis

    1.

    Ditanyakan keluhan utama dan riwayat perkembangan penyakit pasien.

    2.

    Ditanyakan riwayat keluarga dan keturunan.

    3.

    Ditanyakan tentang masalah kesehatan lain yang dialami.

    4.

    Ditanyakan tentang test darah yang pernah diambil sebelumnya.

    5.

    Ditanyakan apakah nafsu makan berkurang

    b.

    Pemeriksaan fisik

    1.

    Pada pemeriksaan fisik pasien tampak pucat, lemas dan lemah.

    2.

    Pemeriksaan tanda vital heart rate

  • 8/10/2019 Skenario 2 Pbl a9 blok hemato

    13/20

    13

    3. Pada palpasi biasanya ditemu kan hepatosplenomegali pada pasien

    c. Pemeriksaan Laboratorium

    Hasil tes mengungkapkan informasi penting, seperti jenis thalassemia.

    Pengujian yang membantu menentukan diagnosis Thalassemia meliputi:1. Hitung Darah Lengkap (CBC) dan SHDT

    Sel darah diperiksa bentuknya (shape), warna (staining), jumlah, dan ukuran

    (size). Fitur-fitur ini membantu dokter mengetahui apakah Anda memiliki

    thalassemia dan jika iya, jenis apa. Tes darah yang mengukur jumlah besi dalam

    darah (tes tingkat zat besi dan feritin tes). Sebuah tes darah yang mengukur jumlah

    berbagai jenis hemoglobin (elektroforesis hemoglobin). Hitung darah lengkap

    (CBC) pada anggota lain dari keluarga (orang tua dan saudara kandung). Hasil

    menentukan apakah mereka telah thalassemia. Dokter sering mendiagnosa bentuk

    yang paling parah adalah thalassemia beta mayor atau anemia Cooley's. Kadar Hb

    adalah 7 10 g/ dL. Pada sediaan hapus darah tepi ditemukan anemia hipokrom

    mikrositik, anisositosis, dan poikilositosis (target cell).

    2. Elektroforesis Hemoglobin

    Elektroforesis hemoglobin adalah pengujian yang mengukur berbagai jenis

    protein pembawa oksigen (hemoglobin) dalam darah. Pada orang dewasa, molekul

    molekul hemoglobin membentuk persentase hemoglobin total seperti berikut

    HbA : 95% - 98%

    HbA2 : 2% -3%

    HbF : 0,8% - 2%

    HbS : 0%

    HbC : 0

  • 8/10/2019 Skenario 2 Pbl a9 blok hemato

    14/20

    14

    Pada kasus thalasemia beta intermedia, HbF dan HbA2 meningkat.

    Pemeriksaan pedigree: kedua orangtua pasien thalassemia mayor merupakan trait

    (carrier) dengan HbA2 meningkat (> 3,5% dari Hb total)

    Catatan: rentang nilai normal mungkin sedikit berbeda antara laboratorium yang satu

    dengan laboratorium lainnya.

    3. Mean Corpuscular Values ( MCV)

    Pemeriksaan mean corpuscular values terdiri dari 3 jenis permeriksaan, yaitu

    Mean Corpuscular Volume (MCV), Mean Corpuscular Hemoglobin (MCH) dan

    Mean Corpuscular Hemoglobin Concentration (MCHC). Untuk pemeriksaan ini

    diperlukan data mengenai kadar Hb (g/dL), nilai hematokrit (%), dan hitung

    eritrosit (juta/uL).

    4. Pemeriksaan Rontgen

    Foto Ro tulang kepala, gambaran hair on end, korteks menipis, diploe melebar

    dengan trabekula tegak lurus pada korteks.

    (Gambaran hair on end)

    Foto tulang pipih dan ujung tulang panjang :

    perluasan sumsum tulang sehingga

    trabekula tampak jelas.

    (http://repository.usu.ac.id)

    2.

    Diagnosis Banding Thalassemia

    Thalasemia Anemia defisiensi besi

    Splenomegali + -

    Ikterus + -Perubahan morfologi

    eritrosit

    Tak sebanding dengan

    derajat anemia

    Sebanding dengan derajat

    anemia

    Sel target ++ +/-

    Resitensi osmotic N

    Besi serum

    TIBC

    Cadangan besi Kosong

    http://repository.usu.ac.id/http://repository.usu.ac.id/http://repository.usu.ac.id/http://repository.usu.ac.id/
  • 8/10/2019 Skenario 2 Pbl a9 blok hemato

    15/20

    15

    Feritin serum

    HbA2/HbF N

    (I Made Bakta, 2009)

    2.7.

    Penatalaksanaan

    1. Transfusi Darah

    Transfusi yang dilakukan adalah transfusi sel darah merah. Terapi ini merupakan

    terapi utama bagi orang-orang yang menderita thalassemia sedang atau berat. Ttransfusi

    darah harus dilakukan secara teratur karena dalam waktu 120 hari sel darah merah akan

    mati dan untu mempertahankan kadar Hb selalu sama atau 12 g/dl. Khusus untuk

    penderita beta thalassemia intermedia, transfusi darah hanya dilakukan sesekali saja, tidak

    secara rutin. Sedangkan, untuk beta thalassemia mayor (Cooleys Anemia) harus

    dilakukan secara teratur (2 atau 4 minggu sekali).

    Efek samping transfusi darah adalah kelebihan zat besi dan terkena penyakit yangditularkan melalui darah yang ditransfusikan. Setiap 250 ml darah yang ditransfusikan

    selalu membawa kira-kira 250 mg zat besi. Sedangkan kebutuhan normal manusia akan

    zat besi hanya 12 mg per hari. Pada penderita yang sudah sering mendapatkan transfusi

    kelebihan zat besi ini akan ditumpuk di jaringan-jaringan tubuh seperti hati, jantung, paru,

    otak, kulit dan lain-lain. Penumpukan zat besi ini akan mengganggu fungsi organ tubuh

    tersebut dan bahkan dapat menyebabkan kematian akibat kegagalan fungsi jantung atau

    hati.

    2. Pemberian Obat Kelasi Besi

    Pemberian obat kelasi besi atau pengikat zat besi (nama dagangnya Desferal) secara

    teratur dan terus-menerus akan mengatasi masalah kelebihan zat besi. Obat kelasi besi

    (Desferal) yang saat ini tersedia di pasaran diberikan melalui jarum kecil ke bawah kulit

    (subkutan) dan obatnya dipompakan secara perlahan-lahan oleh alat yang disebut

    syringe driver. Pemakaian alat ini diperlukan karena kerja obat ini hanya efektif bila

    diberikan secara perlahan-lahan selama kurang lebih 10 jam per hari. Idealnya obat ini

    diberikan lima hari dalam seminggu seumur hidup.

    3. Pemberian Asam Folat

    Asam folat adalah vitamin B yang dapat membantu pembangunan sel-sel darah merah

    yang sehat. Suplemen ini harus tetap diminum di samping melakukan transfusi darah

    ataupun terapi kelasi besi.

    4. Cangkok Sumsum Tulang

    Bone Marrow Transplantation (BMT) sejak tahun 1900 telah dilakukan. Darah dan

    sumsum transplantasi sel induk normal akan menggantikan sel-sel induk yang rusak. Sel-

  • 8/10/2019 Skenario 2 Pbl a9 blok hemato

    16/20

    16

    sel induk adalah sel-sel di dalam sumsum tulang yang membuat sel-sel darah merah.

    Transplantasi sel induk adalah satu-satunya pengobatan yang dapat menyembuhkan

    thalassemia. Namun, memiliki kendala karena hanya sejumlah kecil orang yang dapat

    menemukan pasangan yang baik antara donor dan resipiennya serta donor harus dalam

    keadaan sehat

    5. Splenektomi

    Limpa yang terlalu besar, sehingga membatasi gerak penderita, menimbulkan

    peningkatan tekanan intra abdominal dan bahaya terjadinya ruptur. Jika disetujui pasien

    hal ini sebaiknya dilakukan setelah anak berumur di atas 5 tahun sehingga tidak terjadi

    penurunan drastis imunitas tubuh akibat splenektomi.

    Splenektomi meningkatkan resiko sepsis yang parah sekali, oleh karena itu operasi

    dilakukan hanya untuk indikasi yang jelas dan harus ditunda selama mungkin. Indikasi

    utama splenektomi adalah meningkatnya kebutuhan transfusi yang menunjukan unsur

    hipersplenisme. Meningkatnya kebutuhan tranfusi yang melebihi 250ml/kgBB dalam 1

    tahun terakhir. Imunisasi pada penderita ini dengan vaksin hepatitis B, vaksin H,

    influensa tipe B, dan vaksin polisakarida pneumokokus serta dianjurkan profilaksis

    penisilin.

    2.8.

    Pencegahan

    WHO menganjurkan dua cara pencegahan yakni pemeriksaan kehamilan dan

    penapisan (screening) penduduk untuk mencari pembawa sifat Talasemia. Program

    itulah yang diharapkan dimasukkan ke program nasional pemerintah.

    Menurut Hoffbrand (2005) konseling genetik penting dilakukan bagi pasangan yang

    berisiko mempunyai seorang anak yang menderita suatu defek hemoglobin yang berat.

    Jika seorang wanita hamil diketahui menderita kelainan hemoglobin, pasangannya harus

    diperiksa untuk menentukan apakah dia juga membawa defek. Jika keduanya

    memperlihatkan adanya kelainan dan ada resiko suatu defek yang serius pada anak

    (khususnya Talasemia- mayor) maka penting untuk menawarkan penegakkan diagnosis

    antenatal.

    1.

    Penapisan (Screening)

    Ada 2 pendekatan untuk menghindari Talesemia:

    a.

    Karena karier Talasemia bisa diketahui dengan mudah, penapisan populasi dankonseling tentang pasangan bisa dilakukan. Bila heterozigot menikah, 1-4 anak

    mereka bisa menjadi homozigot atau gabungan heterozigot.

    b. Bila ibu heterozigot sudah diketahui sebelum lahir, pasangannya bisa diperiksa dan

    bila termasuk karier, pasangan tersebut ditawari diagnosis prenatal dan terminasi

    kehamilan pada fetus dengan Talasemia berat. Bila populasi tersebut menghendaki

    pemilihan pasangan, dilakukanpenapisanpremarital yang bisa dilakukan di sekolah

  • 8/10/2019 Skenario 2 Pbl a9 blok hemato

    17/20

    17

    anak. Penting menyediakan program konseling verbal maupun tertulis mengenai hasil

    penapisan Talasemia.

    Alternatif lain adalah memeriksa setiap wanita hamil muda berdasarkan ras.

    Penapisan yang efektif adalah ukuran eritrosit, bila MCV dan MCH sesuai gambaranTalasemia, perkiraan kadar HbA2 harus diukur, biasanya meningkat pada Talasemia .

    Bila kadarnya normal, pasien dikirim ke pusat yang bisa menganalisis gen rantai .

    Penting untuk membedakan Talasemia o (-/) dan Talasemia + (-/-), pada kasus

    pasien tidak memiliki risiko mendapat keturunan Talesemia o homozigot.

    Pada kasus jarang dimana gambaran darah memperlihatkan Talesemia heterozigot

    dengan HbA2 normal dan gen rantai utuh, kemungkinannya adalah Talasemia non

    delesi atau Talasemia dengan HbA2 normal. Kedua hal ini dibedakan dengan sintesis

    rantai globin dan analisa DNA. Penting untuk memeriksa Hb elektroforase pada kasus-

    kasus ini untuk mencari kemungkinan variasi struktural Hb.

    2. Diagnosis Prenatal

    Diagnosis prenatal dari berbagai bentuk Talasemia, dapat dilakukan dengan berbagai

    cara. Dapat dibuat dengan penelitian sintesis rantai globin pada sampel darah janin

    dengan menggunakanfetoscopi saat kehamilan 18-20 minggu, meskipun pemeriksaan ini

    sekarang sudah banyak digantikan dengan analisis DNA janin. DNA diambil dari sampel

    villi chorion (CVS=corion villus sampling), pada kehamilan 9-12 minggu. Tindakan ini

    berisiko rendah untuk menimbulkan kematian atau kelainan pada janin.Teknik diagnosis digunakan untuk analisis DNA setelah tehnik CVS, mengalami

    perubahan dengan cepat beberapa tahun ini. Diagnosis pertama yang digunakan oleh

    Southern Blotting dari DNA janin menggunakan restriction fragment length

    polymorphism (RELPs), dikombinasikan dengan analisis linkage atau deteksi langsung

    dari mutasi. Yang lebih baru, perkembangan dari polymerase chain reaction (PCR)

    untuk mengidentifikasikan mutasi yang merubah lokasi pemutusan oleh enzim restriksi.

    Saat ini sudah dimungkinkan untuk mendeteksi berbagai bentuk dan dari Talasemia

    secara langsung dengan analisis DNA janin.

    Perkembangan PCR dikombinasikan dengan kemampuan oligonukleotida untuk

    mendeteksi mutasi individual, membuka jalan bermacam pendekatan baru untuk

    memperbaiki akurasi dan kecepatan deteksi karier dan diagnosis prenatal. Contohnya

    diagnosis menggunakan hibridasi dari ujung oligonukleotida yang diberi label globin

    dapat diperbesar lebih 108 kali, waktu hibridasi dapat dibatasi sampai 1 jam dan seluruh

    prosedur diselesaikan dalam waktu 2 jam.

    Terdapat berbagai macam variasi pendekatan PCR pada diagnosis prenatal.

    Contohnya, tehnik ARMS (Amplification refractory mutation system), berdasarkan

  • 8/10/2019 Skenario 2 Pbl a9 blok hemato

    18/20

    18

    pengamatan bahwa pada beberapa kasus, oligonukleotida. Angka kesalahan dari

    berbagai pendekatan laboratorium saat ini, kurang dari 1%. Sumber kesalahan antara

    lain, kontaminasi ibu pada DNA janin, non-paterniti, dan rekombinasi genetik jika

    menggunakan RELP linkage analysis.

    Menurut Tamam (2009), karena penyakit ini belum ada obatnya, maka pencegahandini menjadi hal yang lebih penting dibanding pengobatan. Program pencegahan

    Talasemia terdiri dari beberapa strategi, yakni (1) penapisan (skrining) pembawa sifat

    Talasemia, (2) konsultasi genetik (genetic counseling), dan (3) diagnosis prenatal.

    Skrining pembawa sifat dapat dilakukan secara prospektif dan retrospektif. Secara

    prospektif berarti mencari secara aktif pembawa sifat thalassemia langsung dari populasi

    diberbagai wilayah, sedangkan secara retrospektif ialah menemukan pembawa sifat

    melalui penelusuran keluarga penderita Talasemia (family study).

    Kepada pembawa sifat ini diberikan informasi dan nasehat-nasehat tentang

    keadaannya dan masa depannya. Suatu program pencegahan yang baik untuk Talasemia

    seharusnya mencakup kedua pendekatan tersebut. Program yang optimal tidak selalu

    dapat dilaksanakan dengan baik terutama di negara-negara sedang berkembang, karena

    pendekatan prospektif memerlukan biaya yang tinggi. Atas dasar itu harus dibedakan

    antara usaha program pencegahan di negara berkembang dengan negara maju. Program

    pencegahan retrospektif akan lebih mudah dilaksanakan di negara berkembang daripada

    program prospektif.

    Konsultasi genetik meliputi skrining pasangan yang akan kawin atau sudah kawin

    tetapi belum hamil. Pada pasangan yang berisiko tinggi diberikan informasi dan nasehat

    tentang keadaannya dan kemungkinan bila mempunyai anak.

    Diagnosis prenatal meliputi pendekatan retrospektif dan prospektif. Pendekatanretrospektif, berarti melakukan diagnosis prenatal pada pasangan yang telah mempunyai

    anak Talasemia, dan sekarang sementara hamil. Pendekatan prospektif ditujukan kepada

    pasangan yang berisiko tinggi yaitu mereka keduanya pembawa sifat dan sementara baru

    hamil. Diagnosis prenatal ini dilakukan pada masa kehamilan 8-10 minggu, dengan

    mengambil sampel darah dari villi khorialis (jaringan ari-ari) untuk keperluan analisis

    DNA.

    Dalam rangka pencegahan penyakit Talasemia, ada beberapa masalah pokok yang

    harus disampaikan kepada masyarakat, ialah : (1) bahwa pembawa sifat Talasemia itu

    tidak merupakan masalah baginya; (2) bentuk Talasemia mayor mempunyai dampak

    mediko-sosial yang besar, penanganannya sangat mahal dan sering diakhiri kematian;

    (3) kelahiran bayi Talasemia dapat dihindarkan .

    Karena penyakit ini menurun, maka kemungkinan penderitanya akan terus bertambah

    dari tahun ke tahunnya. Oleh karena itu, pemeriksaan kesehatan sebelum menikah sangat

    penting dilakukan untuk mencegah bertambahnya penderita Talasemia ini. Sebaiknya

    semua orang Indonesia dalam masa usia subur diperiksa kemungkinan membawa sifat

    Talasemia. Pemeriksaaan akan sangat dianjurkan bila terdapat riwayat : (1) ada saudara

  • 8/10/2019 Skenario 2 Pbl a9 blok hemato

    19/20

    19

    sedarah yang menderita Talasemia, (2) kadar hemoglobin relatif rendah antara 10-12 g/dl

    walaupun sudah minum obat penambah darah seperti zat besi, (3) ukuran sel darah

    merah lebih kecil dari normal walaupun keadaan Hb normal.

    2.9.PrognosisTidak ada pengobatan untuk Hb Barts. Pada umumnya kasus penyakit HbH

    mempunyai prognosis baik, jarang memerlukan transfusi darah/ splenektomi dan dapat

    hidup biasa. Thalassemia alfa 1 dan thalassemia alfa 2 dengan fenotip yang normal pada

    umumnya juga mempunyai prognosis baik dan tidak memerlukan pengobatan khusus.

    Transplantasi sumsum tulang alogenik adalah salah satu pengobatan alternatif, tetapi

    hingga saat ini belum mendapatkan penyesuaian hasil atau bermanfaat yang sama di

    antara berbagai penyelidik secara global.

    Thalassemia homozigot umumnya meninggal pada usia muda dan jarang mencapai

    usia dekade ke 3, walaupun digunakan antibiotik untuk mencegah infeksi dan pemberian

    chelating agents (desferal) untuk mengurangi hemosiderosis (harga umumnya tidak

    terjangkau oleh penduduk Negara berkembang). Di negara maju dengan fasilitas

    transfusi yang cukup dan perawatan dengan chelating agents yang baik, usia dapat

    mencapai dekade ke 5 dan kualitas hidup juga lebih baik.

  • 8/10/2019 Skenario 2 Pbl a9 blok hemato

    20/20

    20

    Daftar Pustaka

    Bakta, I Made. 2007.Hematologi Klinik Ringkas. Jakarta: EGC.

    Hoffbrand, A., Pettit, J., & Moss, P. (2005).Kapita Selekta Hematologi(4 ed.). Jakarta: EGC.

    Mithcell, R. N. (2008).Buku Saku Dasar Patologis Penyakit.Jakarta: EGC.

    Permono, Bambang. 2006. Buku Ajar Hematologi-Onkologi Anak. Jakarta: Ikatan Dokter

    Anak Indonesia.

    Permono, Bambang. 2010. Buku Ajar Hematologi-Onkologi Anak.Cetakan Ketiga. Jakarta:

    Ikatan Dokter Anak Indonesia.

    Sudoyo, Aru W. 2009.Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam.Edisi V. Jakarta: InternaPublishing

    Wahidiyat, Iskandar, Pustika Amalia. 2010. Buku Ajar Hematologi-Onkologi Anak. Cetakan

    Ketiga. Ikatan Dokter Anak Indonesia.

    Waterbury,L. (1998).Buku saku hematologi. Jakarta : EGC