pemicu 3 word hemato

27
1. Interpretasi hasil pemeriksaan fisik dan kata sulit! Jawab: Definisi Kata Sulit Akral hangat: Rasa hangat pada ujung – ujung ekstremitas Hepato-splenomegali : Pembesaran hepar dan limpa. Hepar dapat diraba 2-4 cm dibawah batas kosta dan pembesaran limpa dapat dilihat muncul dari di bawah batas kosta kiri memperluas diagonal ke kuadran arah kanan bawah Interpretasi pemeriksaan fisik Kompos mentis : Sadar sepenuhnya, normal. Pucat Menurunnya produksi hemoglobin karena depresi sumsum tulang Gizi kurang Karena anoreksia yang diakibatkan peningkatan kadar leptin Suhu 38,5 o C (Demam) Merupakan demam paraneoplastik yang terjadi pada keganasan, karena produksi sitokin inflamasi oleh makrofag berupa TNF-α, IL-1, IL-6 sebagai repon terhadap sel leukimia atau bisa karena terjadinya neutropenia sehingga timbul infeksi mengakibatkan demam. Abdomen buncit dengan hepatosplenomegali (+) Infiltrasi sel – sel leukimia Esktremitas: Akral hangat Rasa hangat pada ujung – ujung ekstremitas Nyeri di tungkai bawah bila berjalan Infiltrasi sumsum tulang oleh sel – sel leukimia 2. interpretasi pemeriksaan lab?

Upload: anna-althafunnisa

Post on 07-Jul-2016

234 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

CASE

TRANSCRIPT

Page 1: Pemicu 3 Word Hemato

1. Interpretasi hasil pemeriksaan fisik dan kata sulit!

Jawab:

Definisi Kata Sulit

Akral hangat: Rasa hangat pada ujung – ujung ekstremitas

Hepato-splenomegali : Pembesaran hepar dan limpa. Hepar dapat diraba 2-4 cm

dibawah batas kosta dan pembesaran limpa dapat dilihat muncul dari di bawah batas

kosta kiri memperluas diagonal ke kuadran arah kanan bawah

Interpretasi pemeriksaan fisik

Kompos mentis : Sadar sepenuhnya, normal.

Pucat Menurunnya produksi hemoglobin karena depresi sumsum tulang

Gizi kurang Karena anoreksia yang diakibatkan peningkatan kadar leptin

Suhu 38,5oC (Demam) Merupakan demam paraneoplastik yang terjadi pada

keganasan, karena produksi sitokin inflamasi oleh makrofag berupa TNF-α, IL-1, IL-6

sebagai repon terhadap sel leukimia atau bisa karena terjadinya neutropenia sehingga

timbul infeksi mengakibatkan demam.

Abdomen buncit dengan hepatosplenomegali (+) Infiltrasi sel – sel leukimia

Esktremitas:

Akral hangat Rasa hangat pada ujung – ujung ekstremitas

Nyeri di tungkai bawah bila berjalan Infiltrasi sumsum tulang oleh sel – sel

leukimia

2. interpretasi pemeriksaan lab?

Jawab:

Jenis Pemeriksaan Hasil Pada

Pemeriksaan

Nilai Normal Keterangan

Hb 6,9 g/dl 11,5 g/dl , terjadi karema

depresi sum-sum

tulang sehingga

menekan eritropoiesis

Jumlah leukosit 82.500/ul 5000 – 10.000 Karena infiltrasi sel

kanker menyebabkan

Page 2: Pemicu 3 Word Hemato

proliferasi tak

terkendali.

Basofil 2% 0-1%

Eosinofil 0% 1-3%

Netrofil batang 0% 2-6%

Netrofil segmen 4% 40-60%

Limfosit 13% 20-45%

Monosit 0% 2-5%

Sel blast 81% < 30% Karena adanya

infiltrasi sel leukemia

ke sum-sum tulang

menekan sel darah

yang matur sehingga

sel immatur ( sel blas )

keluar menggantikan.

3. Jelaskan tentang granulopoiesis?

Jawab:

Neutroffil, eosinofil, dan basofil disebut juga sebagai granulosit artinya sel dengan

granula didalam sitoplasmanya. CSF adalah glikoprotein yang berasal dari sel yang tergolong

dalam kelompok regulator sel darah putih yang lebih besar yang dinamakan sitokin. CSF

secara terus menerus disintesis oleh berbagai macam sel, sel yang terpenting adalah sistem

limfosit-makrofag, fibroblas, dan sel endotel yang ditemukan dalam sumsum tulang. CSF

dipercaya bekerja ditempatnya dihasilkan atau bersirkulasi dan melekatkan diri pada reseptor

tertentu dipermukaan sel dari prekursor hematopoietik, bekerja untuk deferensiasi sel darah

putih yaitu granulosit, monosit dan garis sel limfatik.

Neutrofil merupakan sistem pertahanan tubuh primer melawan infeksi bakteri; metode

pertahanannya adalah proses fagositosis. Eosinofil mempunyai fungsi fagosit lemah yang

tidak dipahami secara jelas. Eosinofil berfungsi pada reaksi antigen-antibodi dan meningkat

Page 3: Pemicu 3 Word Hemato

pada serangan asma, reaksi obat-obatan dan infestasi parasit. Basofil membawa heparin,

faktor-faktor pengaktifan histamin dan trombosit dalam granula-granulanya untuk

menimbulkan peradangan pada jaringan. Basofil mempunyai lokasi pengikatan

imunoglobulin E dan degranulasinya disertai dengan pelepasan histamin. Monosit

meninggalkan sirkulasi dan menjadi makrofag jaringan serta merupakan bagian dari sistem

monosit-makrofag. Umur monosit adalah beberapa minggu sampai beberapa bulan. Monosit

memiliki fungsi fagosit, membuang sel-sel cidera dan mati, fragmen-fragmen sel, dan

mikroorganisme.

Limfosit berasal dari sel induk pluripotensial didalam sumsum tulang dan bermigrasi

kedalam jaringan limfoid lain termasuk kelenjar getah bening, lien, timus dan permukaan

mukosa traktus gastrointestinal dan traktur respiratorius. Limfosit terbagi menjadi 2, yaitu

limfosit T dan limfosit B. Limfosit T bertanggung jawab atas respon kekebalan selular

melalui pembentukan sel yang reaktif antigen, sedangkan limfosit B berdiferensiasi menjadi

sel plasma yang menghasilkan imunoglobulin, sel-sel ini bertanggung jawab atas respon

kekebalan humoral.

4. Jelaskan limfopoesis?

Jawab:

Limfosit T berasal dari sum-sum tulang tetapi sel T bermigrasi dan matur ditimus.

Setelah maturasi, kedua limfosit tersebut masuk ke dalam aliran darah bermigrasi ke organ

limfoid perifer seperti limfa, nodus limfatikus dan jaringan limfoid mukosal. Di dalam organ

limfoid perifer , sel khusus sel dendritik mempresentasikan antigen pada limfosit. Sel T naif

yang berjumpa dengan antigen akan berproliferasi dan berdiferensiasi menjadi sel efektor

spesifik antigen. Saat pengenalan terhadap antigen spesifik,limfosit yang berada dalam fase

G0 siklus sel berhenti bermigrasi, membesar dan masuk G1. Kromatin di dalam nukleus

menjadi kurang padat, nukleolus terlihat, olume nukleus dan sitoplasma meningkat dan RNA

serta proteinbaru di sintesis. Dalam beberapa jam, sel telah lengkap berdiferensiasi dan

dikenal sebagai limfoblas. Limfoblas selanjutnya mulai membelah, sehingga limfosit naif

menghasilkan klon sekitar 1000 sel anak dengan spesifisitas yang identik dan kemudian

berdifereniasi menjadi sel efektor.

5 a. Definisi, etiologi dan epidemiologi Leukemia Limfoblastik Akut?

Jawab:

Page 4: Pemicu 3 Word Hemato

a. Definisi

Leukemia Limfoblastik Akut (LLA) adalah suatu keganasan pada sel-sel prekursor

limfoid, yakni sel darah yang nantinya akan berdiferensiasi menjadi limfosit T dan limfosit B.

LLA ini banyak terjadi pada anak-anak yakni 75%, sedangkan sisanya terjadi pada orang

dewasa. Lebih dari 80% dari kasus LLA adalah terjadinya keganasan pada sel T, dan sisanya

adalah keganasan pada sel B. Insidennya 1 : 60.000 orang/tahun dan didominasi oleh anak-

anak usia < 15 tahun, dengan insiden tertinggi pada usia 3-5 tahun.

b. Etiologi

Sampai saat ini LLA belum diketahui penyebabnya, alias idiopatik. Akan tetapi para

peneliti telah mengemukakan beberapa teori kemungkinan penyebab LLA ini. Ada dua teori,

yaitu genetik dan lingkungan.

1. Genetik, seperti pada penderita Sindrom Down dan Wiskott Aldrich yang juga

mengalami leukemia.

2. Lingkungan, yakni ada beberapa hal yang mendasari teori ini, diantaranya: (1) radiasi

ionik, seperti pasca pemboman Hiroshima-Nagasaki di Jepang, insiden leukemia

Page 5: Pemicu 3 Word Hemato

meningkat tajam; (2) bahan kimia, seperti senyawa benzena; (3) kebiasaan merokok;

(4) obat-obat kemoterapi; (5) infeksi virus semisal virus EBV; dan lain-lain.

c. Epidemiologi

Di Indonesia, diprediksi tiap tahun ada seratus penderita kanker baru dari 100.000

penduduk, 2 persen di antaranya atau 4.100 kasus merupakan kanker anak. Angka ini terus

meningkat lantaran kurangnya pemahaman orangtua mengenai penyakit kanker dan

bahayanya.

Penelitian yang dilakukakn di RSCM ditemukan bahwa leukemia merupakan jenis

kanker yang paling banyak terjadi pada anak (30-40 %). Disusul tumor otak (10-15%) pada

anak dan kanker mata/retinoblastoma (10-20 %) pada anak. Sisanya kanker jenis lain seperti

kanker kelenjar betah bening, kanker saraf, dan kanker ginjal (Siswono, 2001). Data lain

menyatakan bahwa di Indonesia terdapat sekitar 80 juta anak dengan umur dibawah 15 tahun.

Insiden leukemia 2,5-4,0 per 100.000 anak dengan estimasi 2000-3200 kasu baru jenis ALL

tiap tahunnya. Dari penelitian yang dilakukan di RS. Sardjito Universitas Gajah Mada

Yogyakarta 30-40 leukemia anak jenis ALL didiagnosa setiap tahun.

5b.Jelaskan patofisiologi dan tanda dan gejala dari leukemia limfoblastik akut!

Jawab:

a. Patofisiologi Leukemia Limfoblastik Akut

Penelitian morfologik dan kinetika sel menunjukkan bahwa pada leukemia akut baik limfoblastik maupu nmieloblastik, terjadi hambatan pada diferensiasi dan bahwa sel blas neoplastik memperlihatan waktu generasi yang memanjang, bukan memendek. Oleh karena itu akumulasi sel blas terjadi akibat ekspansi klonal dan kegagalan pematangan progeni menjadi sel matur fungsional. Akibat penumpukan sel blas di sum-sum tulang, sel bakal hematopoetik mengalami tekanan. Hal ini menimbulkan dua dampak klinis yang penting: 1. Manifestasi utama leukemia akut terjadi akibat kurangnya sel darah merah, sel darah putih, dan trombosit normal; 2. Tujuan pengobatan adalah mengurangi populasi klonal leukemia sedemikian sehingga terjadi rekonstitusi progeni sel bakal normal yang masih tersisa.

b. tanda dan gejala LLA

1. Anemia

2. Anoreksia

3. Nyeritulangdansendi

4. Demam

Page 6: Pemicu 3 Word Hemato

5. Infeksi

6. PerdarahanKulit

7. Organomegali

8. Massa dimediastinum

9. Manifestasisusunansarafpusat

5. c. Jelaskan faktor resiko dan pemeriksaan LLA!

Jawab:

Faktor Resiko LLA

Umur

Berdasarkan data The Leukemia and Lymphoma Society (2009) di Amerika Serikat, LLA

paling sering dijumpai pada anak-anak yaitu 4.220 pada anak-anak. Menurut penelitian

Kartiningsih L.dkk (2001), melaporkan bahwa di RSUD Dr. Soetomo LLA menduduki

peringkat pertama kanker pada anak selama tahun 1991-2000. Ada 524 kasus atau 50% dari

seluruh keganasan pada anak yang tercatat di RSUD Dr. Soetomo, 430 anak (82%) adalah

LLA, 50 anak (10%) menderita nonlimfoblastik leukemia, dan 42 kasus merupakan leukemia

mielositik kronik. Penelitian Simamora di RSUP H. Adam Malik Medan tahun2004-2007

menunjukkan bahwa leukemia lebih banyak diderita oleh anak-anak usia <15 tahun

khususnya LLA yaitu 87%. Pada usia 15-20 tahun 7,4%, usia 20-60 tahun 20,4%, dan pada

usia >60 tahun 1,8%.

Jenis Kelamin

Insiden rate untuk seluruh jenis leukemia lebih tinggi pada laki-laki dibanding perempuan.

Pada tahun 2009, diperkirakan lebih dari 57% kasus baru leukemia pada laki-laki.

Berdasarkan laporan dari Surveillance Epidemiology And End Result (SEER) di Amerika

tahun 2009, kejadian leukemia lebih besar pada laki-laki daripada perempuan dengan

perbandingan 57,22%:42,77%. Menurut penelitian Simamora (2009) di RSUP H. Adam

Malik Medan, proporsi penderita leukemia berdasarkan jenis kelamin lebih tinggi pada laki-

laki dibandingkan dengan perempuan (58%:42%)

Ras

Berdasarkan data The Leukemia and Lymphoma Society (2009), leukemia merupakan salah

satu dari 15 penyakit kanker yang sering terjadi dalam semua ras atau etnis. Insiden leukemia

Page 7: Pemicu 3 Word Hemato

paling tinggi terjadi pada ras kulit putih (12,8 per 100.000) dan paling rendah pada suku

Indian Amerika/penduduk asli Alaska (7,0 per 100.000).

Genetik

Insiden leukemia pada anak-anak penderita sindrom down adalah 20 kali lebih banyak

daripada normal. Kelainan pada kromosom 21 dapat menyebabkan leukemia akut. Insiden

leukemia akut juga meningkat pada penderita dengan kelainan kongenital misalnya

agranulositosis kongenital, sindrom Ellis Van Creveld, penyakit seliak, sindrom Bloom,

anemia Fanconi, sindrom Wiskott Aldrich, sindrom Kleinefelter dan sindrom trisomi D. Pada

sebagian penderita dengan leukemia, insiden leukemia meningkat dalam keluarga.

Kemungkinan untuk mendapat leukemia pada saudara kandung penderita naik 2-4 kali.

Selain itu, leukemia juga dapat terjadi pada kembar identik. Berdasarkan penelitian Hadi, et

al (2008) di Iran dengan desain case control menunjukkan bahwa orang yang memiliki

riwayat keluarga positif leukemia berisiko untuk menderita LLA (OR=3,75 ; CI=1,32-10,99)

artinya orang yang menderita leukemia kemungkinan 3,75 kali memiliki riwayat keluarga

positif leukemia dibandingkan dengan orang yang tidak menderita leukemia.

Virus

Beberapa virus tertentu sudah dibuktikan menyebabkan leukemia pada binatang. Ada

beberapa hasil penelitian yang mendukung teori virus sebagai salah satu penyebab leukemia

yaitu enzyme reserve transcriptase ditemukan dalam darah penderita leukemia. Seperti

diketahui enzim ini ditemukan di dalam virus onkogenik seperti retrovirus tipe C yaitu jenis

RNA yang menyebabkan leukemia pada binatang.

Pada manusia, terdapat bukti kuat bahwa virus merupakan etiologi terjadinya leukemia.

HTLV (virus leukemia T manusia) dan retrovirus jenis cRNA, telah ditunjukkan oleh

mikroskop elektron dan kultur pada sel pasien dengan jenis khusus leukemia/limfoma sel T

yang umum pada propinsi tertentu di Jepang dan sporadis di tempat lain, khususnya di antara

Negro Karibia dan Amerika Serikat.

Sinar Radioaktif

Sinar radioaktif merupakan faktor eksternal yang paling jelas dapat menyebabkan leukemia.

Sebelum proteksi terhadap sinar radioaktif rutin dilakukan, ahli radiologi mempunyai risiko

menderita leukemia 10 kali lebih besar dibandingkan yang tidak bekerja di bagian tersebut.

Page 8: Pemicu 3 Word Hemato

Zat Kimia

Zat-zat kimia (misal benzene, arsen, pestisida, kloramfenikol, fenilbutazon) diduga dapat

meningkatkan risiko terkena leukemia. Sebagian besar obat-obatan dapat menjadi penyebab

leukemia (misalnya Benzene). Penelitian Hadi, et al (2008) di Iran dengan desain case

control menunjukkan bahwa orang yang terpapar benzene dapat meningkatkan risiko terkena

leukemia (OR=2,26 dan CI=1,17-4,37) artinya orang yang menderita leukemia kemungkinan

2,26 kali terpapar benzene dibandingkan dengan yang tidak menderita leukemia.

Merokok

Merokok merupakan salah satu faktor risiko untuk berkembangnya leukemia. Rokok

mengandung leukemogen yang potensial untuk menderita leukemia. Penelitian Hadi, et al

(2008) di Iran dengan desain case control memperlihatkan bahwa merokok lebih dari 10

tahun meningkatkan risiko kejadian leukemia (OR=3,81; CI=1,37-10,48) artinya orang yang

menderita leukemia kemungkinan 3,81 kali merokok lebih dari 10 tahun dibanding dengan

orang yang tidak menderita leukemia. Faktor risiko terjadinya leukemia pada orang yang

merokok tergantung pada frekuensi, banyaknya, dan lamanya merokok.

Pemeriksaan LLA:

Pemeriksaan fisik LLA:

Splenomegali

Hepatomegali

Nyeri tulang

Ekimosis

Perdarahan retina

Pemeriksaan Penunjang LLA:

Darah Tepi:

Leukositosis

Pansitopenia

Limfositosis

Ditemukan sel blas

Kadar Hb menurun

Sumsum Tulang

Hiperseluler karena adanya infiltrasi limfoblas

Ditemukan sel blast imatur

Page 9: Pemicu 3 Word Hemato

5. d. Komplikasi, klasifikasi dan prognosis LLA?

Jawab:

1. Komplikasi

Leukemia dapat menyebabkan berbagai komplikasi, diantaranya

yaitu:

a. Gagal sumsum tulang (Bone marrow failure). Sumsum tulang gagal

memproduksi sel darah merah dalam jumlah yang memadai, yaitu

berupa:

- Lemah dan sesak nafas, karena anemia (sel darah merah terlalu

sedikit)

- Infeksi dan demam, karena berkurangnya jumlah sel darah

putih

- Perdarahan, karena jumlah trombosit yang terlalu sedikit.

b. Infeksi. 

c. Hepatomegali (Pembesaran Hati).

d. Splenomegali(Pembesaran limpa).  Kelebihan sel-sel darah yang

diproduksi sebagian akan berakumulasi di limpa. Hal ini

menyebabkan limpa bertambah besar, bahkan beresiko untuk

pecah.

e. Limpadenopati. Limfadenopati merujuk kepada ketidaknormalan

kelenjar getah bening dalam ukuran, konsistensi, ataupun

jumlahnya.

f. Kematian

2. Klasifikasi

klasifikasi LLA berdasarkan morfologik untuk lebih memudahkan

pemakaiannya dalam klinik antara lain :

a. L-1 terdiri dari sel-sel limfoblas kecil serupa dengan kromatin

homogen, nucleolus umumnya tidak tampak dan sitoplasma sempit.

b. L-2 pada jenis ini sel limfoblas lebih besar tetapiukurannya bervariasi,

kromatin lebih besar dengan satu atau lebih anak inti.

Page 10: Pemicu 3 Word Hemato

c. L-3 terdiri dari sel limfoblas besar, homogen dengan kromatin

berbercak, banyak ditemukan anak inti serta sitoplasma yang basofilik

dan bervakuolisasi.

3. Prognosis

faktor- faktor yang berpengaruh terhadap buruknya prognosis LLA

adalah :

a. Jumlah leukosit awal lebih dari >50.000/mm 3 .

b. Umur pasien pada saat diagnosis dan hasil pengobatan kurang dari 2

tahun atau lebih dari 10 tahun.

c. Jenis kelamin laki-laki.

d. Respon terapi yang buruk pada saat pemberian kemoterapi, dilihat dari

BMP, sel blast di sum-sum tulang> 1000/mm 3.

e. Kelainan jumlah kromosom. Pasien dengan indeks DNA>1.16

(hiperdiploid) mempunyai prognosis yang lebih baik.

5.e histopatologi,stadium,tatalaksana Leukimia limfoblastik akut?

Jawab:

HISTOPATOLOGI

a. Leukimia limfoblastik memiliki nucleus lebih sedikit dari pada mieloblas, dan

kromatin ini tampak lebih padat, granula sitoplasma tidak ada.

b. Leukemia mieloblastik akut M1 mieloblas memiliki kromatin inti halus, nucleus

menonjol, dan granula azurofilik di sitoplasma.

Page 11: Pemicu 3 Word Hemato

Stadium LLA

a. Stadium 0 : limfositosis darah tepi dan sumsum tulang

b. Stadium I : limfositosis dan limfadenopati.

c. Stadium II : limfositosis dan splenomegali/ hepatomegali.

d. Stadium III : limfositosis dan anemia (Hb < 11 gr/dl).

e. Stadium IV : limfositosis dan trombositopenia

Tatalaksana LLA:

1. Kemoterapi

Kemoterapi pada penderita LLA Pengobatan umumnya terjadi secara bertahap,

meskipun tidak semua fase yang digunakan untuk semua orang.

a. Tahap 1 (terapi induksi) Tujuan dari tahap pertama pengobatan adalah untuk

membunuh sebagian besar sel-sel leukemia di dalam darah dan sumsum tulang.

Terapi induksi kemoterapi biasanya memerlukan perawatan di rumah sakit yang

panjang karena obat menghancurkan banyak sel darah normal dalam proses

membunuh sel leukemia.Pada tahap ini dengan memberikan kemoterapi kombinasi

yaitu daunorubisin, vincristin, prednison dan asparaginase.

b. Tahap 2 (terapi konsolidasi/ intensifikasi) Setelah mencapai remisi komplit, segera

dilakukan terapi intensifikasi yang bertujuan untuk mengeliminasi sel leukemia

residual untuk mencegah relaps dan juga timbulnya sel yang resisten terhadap obat.

Terapi ini dilakukan setelah 6 bulan kemudian.

c. Tahap 3 ( profilaksis SSP) Profilaksis SSP diberikan untuk mencegah kekambuhan

pada SSP. Perawatan yang digunakan dalam tahap ini sering diberikan pada dosis

yang lebih rendah.29 Pada tahap ini menggunakan obat kemoterapi yang

Universitas Sumatera Utara berbeda, kadang-kadang dikombinasikan dengan terapi

radiasi, untuk mencegah leukemia memasuki otak dan sistem saraf pusat

d. Tahap 4 (pemeliharaan jangka panjang) Pada tahap ini dimaksudkan untuk

mempertahankan masa remisi. Tahap ini biasanya memerlukan waktu 2-3 tahun.29

Angka harapan hidup yang membaik dengan pengobatan sangat dramatis. Tidak

hanya 95% anak dapat mencapai remisi penuh, tetapi 60% menjadi sembuh. Sekitar

80% orang dewasa mencapai remisi lengkap dan sepertiganya mengalami harapan

Page 12: Pemicu 3 Word Hemato

hidup jangka panjang, yang dicapai dengan kemoterapi agresif yang diarahkan pada

sumsum tulang dan SSP

2. Radioterapi

Radioterapi menggunakan sinar berenergi tinggi untuk membunuh selsel

leukemia. Sinar berenergi tinggi ini ditujukan terhadap limpa atau bagian lain dalam

tubuh tempat menumpuknya sel leukemia. Energi ini bisa menjadi gelombang atau

partikel seperti proton, elektron, x-ray dan sinar gamma. Pengobatan dengan cara ini

dapat diberikan jika terdapat keluhan pendesakan karena pembengkakan kelenjar

getah bening setempat

3. Transplantasi Sumsum Tulang

Transplantasi sumsum tulang dilakukan untuk mengganti sumsum tulang yang

rusak dengan sumsum tulang yang sehat. Sumsum tulang yang rusak dapat

disebabkan oleh dosis tinggi kemoterapi atau terapi radiasi. Selain itu, transplantasi

sumsum tulang juga berguna untuk mengganti sel-sel darah yang rusak karena kanker.

4. Terapi Suportif

Terapi suportif berfungsi untuk mengatasi akibat-akibat yag ditimbulkan

penyakit leukemia dan mengatasi efek samping obat. Misalnya transfusi darah untuk

penderita leukemia dengan keluhan anemia, transfusi trombosit untuk mengatasi

perdarahan dan antibiotik untuk mengatasi infeksi.

5. Tatalaksana tersier

Ditujukan untuk membatasi atau menghalangi perkembangan kemampuan,

kondisi, atau gangguan sehingga tidak berkembang ke tahap lanjut yang

membutuhkan perawatan intensif. Untuk penderita leukemia dilakukan perawatan

atau penanganan oleh tenaga medis yang ahli di rumah sakit. Salah satu perawatan

yang diberikan yaitu perawatan paliatif dengan tujuan mempertahankan kualitas hidup

penderita dan memperlambat progresifitas penyakit. Selain itu perbaikan di bidang

psikologi, sosial dan spiritual. Dukungan moral dari orang-orang terdekat juga

diperlukan.

6.a Definisi, etiologi dan tanda gejala leukimia limfossitik kronik?

Jawab :

Leukemia Limfositik Kronik (LLK) adalah suatu keganasan hematologik yang ditandai oleh

proliferasi klonal dan penumpukkan limfosit B neoplastik dalam darah sumsum tulang

limfonoid , limpa, hati dan organ-organ lain.

Page 13: Pemicu 3 Word Hemato

Leukemia Limfositik Kronik (LLK) ini masuk dalam kelainan limfoproliferatif, tanda-

tandanya meliputi limfositosis, limfodenopati dan splenomegali. Kebanyakan Leukemia

Limfositik Kronik 95% adalah neoplasma sel B, sisanya neoplasma sel T.

Etiologi

Penyebab LLK belum diketahui. Kemungkinan yang berperan adalah abnormalitas

kromosom, onkogen, dan retrovirus (RNA tumour virus).Penelitian awal menunjukkan

keterlibatan gen bcl-1 dan bcl-2 pada 5-15% pasien, sedangkan gen bcl-3 hanya kadang-

kadang terlibat. Protoonkogen lcr dan c-fgr, yang menkode protein kinase tirosin

diekspresikan pada limfosit yang terkena LLK tetapi tidak pada sel B murni yang normal.

Saat ini pada pasien LLK didapatkan delesi homozigot dan region genom telomerik gen

retinoblastoma tipe-1 d13s25. Hal ini menunjukkan bahwa adanya gen suppressor tumor baru

terlibat dalam LLK.

Epidemiologi

Usia rerata pasien saat didiagnosis berusia 65 tahun, hanya 10-15% kurang dari 50

tahun.Angka kejadian di negara barat 3/100.000.Pada populasi geriatri, insiden di atas usia 70

tahun sekitar 50/100.000.Risiko terjadinya LLK meningkat seiring usia. Perbandingan risiko

relatif pada pria tua adalah 2,8:1 perempuan tua. Kebanyakan pasien memiliki ras kaukasia

dan berpendapatan menengah.

Perjalanan penyakit bervariasi. Kondisi penyakit sel B dapat diramal kelangsungan

hidupnya antara lebih dari 10 tahun sampai kurang dari 19 bulan, dan 9 tahun untuk seluruh

populasi pasien LLK. Beberapa pasien dengan LLK mempunyai masa hidup normal dan yang

lain meninggal dalam waktu 5 tahun setelah diagnosis. Beberapa tahun terakhir kemajuan

penting dicapai dalam pemahaman biologi, perjalanan alami dan pengobatan.

7.a definisi, etiologi,dan tanda gejala leukemia granuloblastik akut?

Jawab:

Leukemia mieloblastik akut (LMA) adalah suatu penyakit yang ditandai dengan

transformasi neoplastik dan gangguan diferensiasi sel – sel progenitor dari seri myeloid. Bila

tidak diobati maka akan menyebabkan kematian secara cepat dalam beberapa minggu atau

bulan sesudah diagnosis.

Page 14: Pemicu 3 Word Hemato

Etiologi dari LMA tidak diketahui, meskipun demikian ada beberapa faktor yang

diketahui dapat menyebabkan LMA :

1. Kemoterapi alkylating.

2. Radiasi ionik.

3. Sindroma down.

4. Paparan benzene

Gejala penderita LMA antara lain :

1. Rasa lelah

2. Pucat

3. Nafsu makan hilang

4. Anemia

5. Petekie

6. Perdarahan

7. Nyeri tulang

8. Infeksi

9. Pembesaran kelenjar getah bening

10. Limpa, hati dan kelenjar mediastinum.

11. Kadang-kadang juga ditemukan hipertrofi gusi, khususnya pada leukemia akut

monoblastik dan mielomonositik.

7 b. Patofisiologi Leukemia Granulositik Kronik

Jawab:

LGK merupakan keganasan pertama yang dihubungkan dengan abnormalitas genetik

secara langsung, yaitu translokasi kromosomal yang dikenal dengan kromosom Philadelphia.

Kelainan kromosomal ini dinamai berdasarkan penemunya pada tahun 1960, dua orang

ilmuwan dari Philadelphia, Pennsylvania: Peter Nowell dan David Hungerford.

Pada translokasi ini, bagian dari 2 kromosom (9 dan 22) bertukar tempat. Akibatnya,

bagian dari gen BCR (breakpoint cluster region) dari kromosom 22 bercampur dengan gen

ABL dari kromosom 9. Dari penggabungan abnormal ini terjadi sintesis protein berat p210

atau p185 (p merupakan ukuran berat protein selular dalam kDa). Karena ABL membawa

Page 15: Pemicu 3 Word Hemato

domain yang dapat menambahkan gugus phosphat ke residu tirosin (suatu tirosin kinase),

produk penggabungan gen BCR-ABL juga berupa tirosin kinase.

Protein gabungan BCR-ABL berinteraksi dengan subunit reseptor interleukin

3beta(c). Transkrip BCR-ABL terus-menerus aktif dan tidak memerlukan pengaktifan oleh

protein selular lain. Hasilnya, BCR-ABL mengaktifkan kaskade protein yang mengontrol

siklus sel, mempercepat pembelahan sel. Lebih lagi, protein BCR-ABL menghambat

perbaikan DNA, mengakibatkan ketidakstabilan pada sistem gen dan membuat sel lebih

rawan mengalami abnormalitas genetik lain. Aktivitas dari protein BCR-ABL merupakan

penyebab patofisologis dari LGK. Dengan berkembangnya pemahaman terhadap sifat-sifat

dari protein BCR-ABL dan aktivitasnya sebagai tirosin kinase, terapi spesifik telah

dikembangkan, yaitu dengan menghambat aktivitas protein BCR-ABL.

9. Jelaskan mekanisme pucat pada pemicu!

Jawab:

Berbagai etiologi dan faktor resiko leukemia limfoblastik akut akan menyebabkan kelainan

sistem hemostatik. Proliferasi dari satu jenis sel sering mengganggu produksi normal sel

hematopoetik lainnya. Adanya proliferasi sel blast yaitu produksi leukosit imatur yang

berlebihan menyebabkan disfungsi sumsum tulang. Hal tersebut dapat mengganggu produksi

sel-sel darah lainnya, yaitu penurunan eritrosit. Saat terjadi penurunan eritrosit maka kadar

Hb juga menurun yang kemudian mempengaruhi suplai oksigen ke jaringan terganggu

sehingga menimbulkan anemia yang ditandai dengan pucat.

10. Jelaskan mekanisme nyeri kaki pada pemicu!

Jawab:

Kelainan sitogenetik yang sering ditemukan, misal delesi gen IKZF1, translokasi kromosom

9 dan 22/ fusi gen BCR-ABL/ kromosom philadelphia (CML); atau translokasi kromosom 4

dan 11/ ALL1-AF4 dan kelainan yang lain bisa pada karyotipe hipdiploid dan t(10;14), atau

karena inaktivnya gen supresor tumor seperti p16 dan p15, Rb dan p53. Aktivasi jalur

proliferasi dan pertumbuhan sel secara abnormal Gangguan Proses pematangan dari stem

sel menjadi sel darah putih (limfosit) perubahan ke arah keganasan sel-sel ini

menguasai sumsum tulang dan menggantikan tempat dari sel-sel yang menghasilkan sel-sel

Page 16: Pemicu 3 Word Hemato

darah yang normal Sel – sel leukimia berinfiltrasi ke cavitas medullar atau dibawah

periosteum Menimbulkan tekanan Nyeri tulang.

11. mekanisme demam tidak terlalu tinggi?

Jawab :

pasien leukimia akut terjadi gangguan produksi maupun maturasi neutrofil sehingga

secara kuantitatif maupun fungsional yang terganggu, mengakibatkan risiko terkena infeki

bakterial gram negatif. Terapi intervensi pada pasien leukimia seperti kortikosteroid,

kemoterapi, transplantasi stem sel dan radiasi dapat menyebabkan menurunnya jumlah

maupun fungsi neutrofil sehingga terjadi defisiensi pertahanan tubuh. Selain itu, terapi

tersebut juga mengakibatkan gangguan pertembuhan kulit dan mukosa di saluran pencernaan

sehingga rentan terhadap infeksi bakteri.

12. Mekanisme Penurunan Nafsu Makan ?

Jawab:

Nafsu makan (appetite) adalah keinginan untuk makan, dirasakan sebagai rasa lapar. Napsu

makan terdapat pada semua bentuk kehidupan dan berfungsi mengatur asupan energi yang

adekuat untuk mempertahankan kebutuhan metabolisme. Ini diatur oleh interaksi antara

saluran cerna, jaringan adiposa, dan otak. Napsu makan berkurang dinamakan anoreksi.

Hipotalamus, suatu bagian otak merupakan pusat pengaturan utama dari napsu makan.

Neuron-neuron yang mengatur napsu makan tampaknya didominasi oleh neuron

Page 17: Pemicu 3 Word Hemato

serotoninergik, walaupun neuropeptidae Y (NPY) dan Agouti-related peptide (AGRP) juga

memainkan peran penting.

Cabang-cabang hypothalamocortical dan hypothalamolimbic projections

berkonstribusi terhadap keasadaran adanya rasa lapar. Proses-proses somatik yang

dekendalikan oleh hipotalamus meliputi tonus vagus (aktivitas sistem saraf parasimpatis),

stimulasi tiroid (tiroksin mengatur laju metabolisme), poros hipotalamus-hipofisis-adrenal

serta sejumlah mekanisme lain.

Hipotalamus merasakan rangsang-rangsang eksternal melalui sejumlah hormon,

seperti leptin, ghrelin, PYY 3-36, orexin dan CCK (cholecystokinin) ; semua ini

memodifikasi respon hipotalamus. Beberapa diproduksi disaluran cerna dan lainnya oleh

jaringan adiposa (leptin).

Hormon leptin merupakan hormon yang disekresikan jaringan adiposa . Selain di

jaringan adiposa, leptin juga diproduksi di perut, mammary epithelium, plasenta dan jantung.

Hormon ini dapat menjadikan otak menangkap sinyal betapa banyak jumlah lemak di dalam

tubuh. Hormon leptin diregulasikan dalam metabolisme pemecahan lemak. Peningkatan

hormon leptin akan meningkatkan laju metabolisme ini dan laju metabolisme ini akan

menurun jika jumlah leptin berkurang.

Pada penurunan nafsu makan merupakan adanya akibat dari kerjasama IL-1 dan TNF-

α diamana keduanya akan meningkatkan ekspresi leptin oleh sel adiposa. Peningkatan leptin

dalam sirkulasi menyebabkan negatif feedback ke hipothalamus ventromedial yang berakibat

pada penurunan intake makanan.

Menghubungkan pada pemicu dikarenakan terjadinya proliferasi sel , sehingga sel

kanker bersaing dengan sel normal untuk mendapatkan nutrisi terjadilah infiltrasi dari sel

normal digantikan dengan sel kanker sehingga sel kurang asupan makanan terjadilah suatu

perubahan metabolisme tubuh yang mengakibatkan mual muntah anorexia sehingga

menyebabkan juga ketidakseimbangan nutrisi dari kebutuhan.

13. Jelaskan mekanisme terjadinya hepato-splenomegali pada pasien leukemia limfoblastik!

Hepato-splenomegali terjadi akibat infiltrasi sel-sel leukemia kedalam jaringan hepar dan limpa. Pada hati/hepar sel-sel leukemia masuk kejaringan hati sehingga hati akan membesar (hepatomegali) akibat akumulasi sel leukemia. Dan pada limpa, sel-sel leukemia terakumulasi di dalam organ ini dimana limpa memiliki fungsi sebagai penyaring darah yang terbesar di dalam tubuh, sehingga akan terjadi pembesaran (splenomegali). Terjadinya splenomegali dan hepatomegali mencerminkan penyebaran dari sel leukemia.

Page 18: Pemicu 3 Word Hemato

DAFTAR PUSTAKA

1. Sherwood, Lauralee. Fisiologi Manusia dari sel ke Sistem. Edisi 6. Jakarta: Badan

Penerbit Buku Kedokteran EGC, 2011.p 431

2. http://www.scribd.com/doc/197730203/Penurunan-Nafsu-Makan#scribd

3. Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Edisi IV . Jilid II.Jakarta ; EGC. juni 2006. P ; 745

4. Sari Pediatri, Vol. 11, No. 2, Agustus 2009. Sri Mulatsih dkk: Karakteristik klinis LLA dengan fusi gena TEL-AML1, BCR-ABL, dan E2A-PBX1.

5. Fianza, P.I. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II: Leukimia Limfoblastik Akut.

Edisi V. Jakarta: InternaPublishing. 2009. Halaman 1267

6. Moss, P.A.H., Hoffbrand, A.V. Kapitas Selekta Hematologi. Jakarta: Penerbit Buku

Kedokteran EGC. 2013. Halaman 210.

7. Theresa, B., Haddy, Revonda, B., dkk . Osteoporosis in Survivors of Acute

Lymphoblastic Leukemia. USA Washington, DC: Department of Hematology-

Oncology, Children’s National Medical Center. The Oncologist. 2001;6:278-285.

8. http://eprints.undip.ac.id/33719/3/Bab_2.pdf

9. http://www.ichrc.org/sites/default/files/Indonesia.pdf

10. http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/23447/4/Chapter%20II.pdf

11. http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/108/jtptunimus-gdl-sitifatima-5395-2-07.bab-

r.pdf

12. http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/134/jtptunimus-gdl-rahmandase-6687-3-

babii.pdf

13. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Pedoman Interpretasi Data Klinik.

Jakarta: Kementrian Kesehatan. 2011.

14. Sylvia A. Price, Lorraine M. Wilson. Patofisiologi konsep klinis proses-proses

penyakit. Edisi. 6. Jakarta: EGC. 2006

15. Hoffbrand A, Moss P. KapitaSelektaHematologi. Edisi 6. Jakarta: EGC, 2013. p130.16. Sudoyo A, Setiyohadi B, Alwi I, Simadibrata M, SetatiSiti. Buku Ajar

IlmuPenyakitDalamJilid 2. Edisi 5. Jakarta: InternaPublishing, 2009. p1267.17. Kumar, Cotran, Robbins. Buku Ajar Patologi. Edisi 7. Jakarta: EGC, 2007. p475.