skenario 3 pbl blok hemato
DESCRIPTION
Tugas PBL skenario 3 blok hemato YarsiTRANSCRIPT
Debby Elvira
1102012051
Tugas Mandiri
PBL Skenario 3 : Bercak Biru Pada Lutut
LI.1. Memahami dan menjelaskan tentang Hemostasis
LO.1.1. Definisi Hemostasis
Hemostasis adalah penghentian perdarahan melalui mekanisme
vasokontriksi dan koagulasi fisiologis atau melalui cara-cara bedah.
Hemostasis adalah hambatan aliran darah didalam pembuluh darah
manapun atau yang menuju area anatomis mana pun. (Dorland, 2008)
Hemostasis adalah proses tubuh yang secara simultan menghentikan
perdarahan dari tempat yang cedera, sekaligus mempertahankan darah dalam
keadaan cair didalam kompartemen vascular. (Sacher, 2004)
LO.1.2 Sistem yang berperan dalam Hemostasis
Mekanisme hemostatic normal terdiri dari empat system utama yaitu : (1)
system pembuluh darah, (2) trombosit, (3) system pembekuan, (4) system
fibrinolitik.
Sistem Pembuluh Darah
Pembuluh darah memiliki satu atau lebih lapisan otot polos yang
mengelilingi sel endotel yang menutupi permukaan lumen. Jika pembuluh rusak,
otot tersebut akan berkonstriksi dan mempersempit jalur yang dilalui oleh darah
dan kadang-kadang menghentikan secara total aliran darah. Fase pembuluh darah
ini hanya mengenai arteriol dan kapiler-kapilernya; pembuluh besar tidak cukup
dapat berkonstriksi untuk mencegah pengeluaran darah.
Trombosit
Sumbat hemostatic yang efektif terdiri dari trombosit dan protein mirip-
gel yaitu fibrin. Trombosit dapat menyumbat lubang kecil di pembuluh darah dan
dapat membentuk suatu mekanisme hemostatic primer yang efektif. Trombosit
akan mengalami peristiwa :
1. Platelet adhesion
2. Platelet activation
3. Platelet aggregation
Pembentukan sumbat hemostatic dimulai dengan kerusakan pembuluh
darah, kerusakan jaringan, atau keduanya yang menyebabkan terjadinya suatu
proses yang berantai. Cedera vascular biasanya berkaitan dengan vasokonstriksi,
aktivasi kontak trombosit diikuti oleh agregasi trombosit dan pengaktifan jenjang
koagulasi. Kerusakan pada lapisan endotel ini menyebabkan kolagen dibawahnya
terpajan, tempat trombosit dalam sirkulasi melekat (adhesi trombosit). Hal ini
memicu rekrutmen lebih banyak trombosit untuk ‘menyumbat’ pembuluh yang
cedera (agregasi trombosit).
Sistem Pembekuan
Pembekuan darah (koagulasi) adalah suatu proses kimiawi yang protein-
protein plasmanya (yaitu faktor koagulasi) berinteraksi untuk mengubah molekul
protein plasma besar yang larut, yaitu fibrinogen menjadi gel stabil yang tidak
larut disebut fibrin. Senyawa aktif , enzim thrombin yang secara khusus mengubah
fibrinofen (larut) menjadi fibrin (tidak larut).
Faktor-faktor koagulasi :
Nama Fungsi
Faktor Kontak Aktivasi:
F XII (Hageman Factor) Mengaktifkan FXII dan PK
HMW Kininogen, Prekalikrein Membawa FXII & PK pada suatu
permukaan
F XI (PTA) Mengaktifkan FXII & FXI
Vitamin K-dependent proenzymes:
Prothrombin (FII) Precursor thrombin
FX Mengaktifkan prothrombin
FIX Mengaktifkan FX
FVII Mengaktifkan FIX & FX
Protein C Menonaktifkan FVa dan VIIa
Kofaktor
Tissue factor (FIII) Kofaktor untuk FVII dan VIIa
Platelet procoagulant Kofaktor untuk FIXa dan FXa
Phospholipid (PF3)
FVIII (anti hemophilic factor) Kofaktor untuk FIXa
FV (proaccelerin)
Protein S Kofaktor utk protein C
Faktor untuk deposisi fibrin:
Fibrinogen (FI) Precursor fibrin
FXIII (fibrin stabilizing factor) Crosslinking fibrin
Sistem Fibrinolitik
Sistem ini membatasi koagulasi hanya ditempat cedera dan perbaikan
luka serta mencegah koagulasi meluas dan tidak terkendali. Senyawa aktif pada
system ini adalah enzim plasmin (berasal dari protein plasma plasminogen);
plasmin merupakan enzim yang relative tidak selektif yang lebih cenderung
mencerna fibrin dan fibrinogen.
LO.1.3 Proses Hemostasis
Pembuluh vaskuler mengalami kerusakan, pada awalnya akan terjadi vasokontriksi
temporer dinding pembuluh vaskuler. Kemudian platelet akan menempel pada permukaan
vaskuler yang mengalamai kerusakan, lalu beradhesi-agregasi membentuk hemostatic plug
sementara. Platelet merupakan partikel solid dalam darah yang menyebabkan jendalan
darah. Proses selanjutnya melalui jalur terpisah yang berbeda, yaitu mekanisme clotting dan
anticlotting. proses hemostasis ini tergantung pada: integritas dinding pembuluh vaskuler,
jumlah platelet yang adekuat, fungsi platelet yang baik, faktor pembekuan dan jalur
fibrinolitik yang berfungsi dengan baik. Pasien yang menderita kelainan pendarahan,
kemungkinan mengalami ganggian pada salah satu faktor tersebut. Dalam prakteknya,
semua kelainan hemostasis disebabkan oleh abnormalitas trombosit atau faktor koagulasi.
Sangat jarang ditemukan gangguan pendarahan disebabkan fragilitas kapiler.
Urutan mekanisme hemostasis dan koagulasi dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Segera setelah pembuluh darah terpotong atau pecah, rangsangan dari pembuluh
darahyang rusak itu menyebabkan dinding pembuluh berkontraksi sehingga dengan
segeraaliran darah dari pembuluh darah yang pecah akan berkurang (terjadi vasokontriksi).
2. Setelah itu, akan diikuti oleh adhesi trombosit, yaitu penempelan trombosit pada
kolagen. ADP (adenosin difosfat) kemudian dilepaskan oleh trombosit kemudian ditambah
dengan tromboksan A2 menyebabkan terjadinya agregasi (penempelan trombosit satu sama
lain). Proses aktivasi trombosit ini terus terjadi sampai terbentuk sumbat trombosit, disebut
juga hemostasis primer.
3. Setelah itu dimulailah kaskade koagulasi yaitu hemostasis sekunder, diakhiri dengan
pembentukan fibrin. Produksi fibrin dimulai dengan perubahan faktor X menjadi faktor Xa.
Faktor X diaktifkan melalui dua jalur, yaitu jalur ekstrinsik dan jalur intrinsik. Jalur
ekstrinsik dipicu oleh tissue factor/tromboplastin. Kompleks lipoprotein tromboplastin
selanjutnya bergabung dengan faktor VII bersamaan dengan hadirnya ionkalsium yang
nantinya akan mengaktifkan faktor X. Jalur intrinsik diawali oleh keluarnya plasma atau
kolagen melalui pembuluh darah yang rusak dan mengenai kulit. Paparan kolagen yang
rusak akan mengubah faktor XII menjadi faktor XII yang teraktivasi. Selanjutnya faktor
XIIa akan bekerja secara enzimatik dan mengaktifkan faktor XI. Faktor XIa akan
mengubah faktor IX menjadi faktor IXa.
4. Faktor IXa akan bekerja sama dengan lipoprotein trombosit, faktor VIII, serta ion
kalsium untuk mengaktifkan faktor X menjadi faktor Xa.
5. Faktor Xa yang dihasilkan dua jalur berbeda itu akan memasuki jalur bersama. Faktor Xa
akan berikatan dengan fosfolipid trombosit, ion kalsium, dan juga faktor V sehingga
membentuk aktivator protrombin.
6. Selanjutnya senyawa itu akan mengubah protrombin menjadi trombin. Trombin
selanjutnya akan mengubah fibrinogen menjadi fibrin (longgar), dan akhirnya dengan
bantuan faktor VIIa dan ion kalsium, fibrin tersebut menjadi kuat. Fibrin inilah yang akan
menjerat sumbat trombosit sehingga menjadi kuat.
7. Selanjutnya apabila sudah tidak dibutuhkan lagi, bekuan darah akan dilisiskan
melalui proses fibrinolitik. Proses ini dimulai dengan adanya proaktivator plasminogen
yang kemudian dikatalis menjadi aktivator plasminogen dengan adanya enzim
streptokinase, kinase jaringan, serta faktor XIIa. Selanjutnya plasminogen akan diubah
menjadi plasmin dengan bantuan enzim seperti urokinase. Plasmin inilah yang akan
mendegradasi fibrinogen/fibrin menjadi fibrin degradation product.
FIBRINOLISIS
Fibrinolisis merupakan respons hemostatik yang normal terhadap kerusakan
vaskular. Plasminogen (proenzim β-globulin dalam darah dan cairan jaringan) diubah
menjadi plasmin (suatu protease serin) oleh aktivator-aktivator , baik dari dinding
pembuluh darah (aktivasi intrinsik) atau dari jaringan (aktivasi ekstrinsik) .
Jalur yang terpenting terjadi setelah pelepasan tissue plasminogen activator (tPA)
dari sel endotel. tPA adalah protease serin yang mengikat fibrin .Proses ini meningkatkan
kemampuannya untuk mengubah plasminogen yang terikat pada trombus menjadi
plasmin.Plasmin mampu memecah fibrinogen,fibrin ,faktor V,VIII, serta banyak protein
lain.Pemecahan tersebut akan menghasilkan berbagai produk oemecahan (fibrin
degradation product).Pelepasan tPA terjadi setelah stimulus seperti trauma ,olahraga, atau
stres emosional.Protein C aktiv merangsang fibrinolisis dengan menghancurkan inhibitor
tPA dalam plasma . Disisi lain,trombin menghambat fibrinolisis dengan mengaktifkan
inhibitor fibrinolisis yang diaktifkan trombin (thrombin-activated fibrinolysis
inhibitor ,TAFI).
LO.1.4 Mekanisme kontrol pembekuan
Faktor-faktor hemostasis :
1. Pembuluh darahDinding pembuluh darah merupakan salah satu faktor yang berperan dalam hemostasis. Bagaimana pembuluh darah bisa berperan daam hemostasis. Pembuluh darah terdiri dari tunika intima, tunika media, dan tunika eksterna. Tunika intima lah yang berperan dalam hemostasis. Tunika intima ini pun juga terdiri dari 3 lapis, yaitu endotel, membranabasalis, dan subendotel. Subendotel pada vena terdiri dari kolagen dan fibroblas. Pada arteri, subendotel terdiri dari kolagen, fibroblas, dan otot polos.
Perangkat yang mendukung koagulasi tersebut adalah:
VasokonstriksiJika ada kerusakan endotel, endotelin-1 akan disekresikan. Endotelin ini akan menginduksi vasokonstriksi. Hal ini menyebabkan lumen pembuluh darah menyempit sehingga aliran darah ke daerah luka akan menurun, darah yang keluar pun juga berkurang.
Kolagen
Di subendotel yang berfungsi sebagai tempat penempelan trombosit. Melalui vWF, kolagen akan berikatan dengan GP1b yang ada di permukaan trombosit.
vWF
Merupakan suatu glikoprotein yang disekresi oleh endotel. vWF ini berfungsi untuk perantara ikatan trombosit dengan kolagen.
P-selectin
Yang disekresikan oleh endotel untuk melapisi dirinya. P-selecin ini berfungsi untuk menarik trombosit dan leukosit agar menempel.
ICAM (intercellular Adhesion Molecules) dan PECAM ( Platelet endothelial cell adhesion molecules)
Yang menginduksi pengikatan leukosit.
Otot polos dan fibroblasyang mendukung suatu protein permukaan yang disebut Tissue Factor. Tissue Factor ini akan menginduksi aktivasi faktor VII sehingga jalur koagulasi ekstrinsik akan teraktivasi.
2. TROMBOSIT
Bila endotel rusak endotelin akan menarik trombosit untuk adesi pada kolagen pembuluh darah
Trombosit diaktifkan akan membentuk pseudopodia sehingga :Melepas substasi ADP, serotonin, dll- Mudah melekat ke kolagen endotel- Mudah melekat ke trombosit lain (agregasi trombosit)
Trombin menghambat sintesaAMP siklik -> peningkatan ion kalsium-> hiperagregasi trombosit
Pada sikresi ADP yang berlebih akan mengaktifkan membran fosfolipid (faktor trombosit 3) sehingga terjadi aktifasi sistim koagulasi
Faktor-faktor pembekuan
Faktor Nama deskriptif Bentuk aktifI Fibrinogen Subunit fibrin
II Protrombin Protease serinIII Faktor jaringan (tissue tromboplastin) Reseptor/kofaktor
V Faktor labil Kofaktor
VII Prokonvertin Protease serinVIII Faktor antihemofilik Kofaktor
IX Faktor Christmas Protease serin
X Faktor Stuart-Power Protease serin
XI Prekursor tromboplastin Plasma (plasma thromboplastin antecedent)
Protease serin
XII Faktor Hageman Protease serin
XIII Faktor penstabil fibrinPrekallikrein (faktor Fletcher)HMWK (faktor Fitzgerald)
TransglutaminaseProtease serinKofaktor
Catatan : serin protease adalah Memiliki residu serin dalam lokasi aktifnya.Bersifat endopeptidase.Yang termasuk enzim ini: tripsin, kimotripsin, elastase dan subtilin
LO.1.5 Pemeriksaan Penyaring
LI.2. Memahami dan menjelaskan tentang Hemofilia
LO.2.1 Definisi & Klasifikasi Hemofilia
Hemofilia adalah penyakit perdarahan akibat kekurangan faktor pembekuan darah
yang diturunkan (herediter) secara sex linked recessive pada kromosom X ( X h). Orang
yang lahir dengan hemofilia memiliki sedikit atau tidak ada faktor pembekuan . Faktor
pembekuan adalah protein yang diperlukan untuk pembekuan darah normal . Ada beberapa
jenis faktor pembekuan . Protein ini bekerja dengan trombosit ( platelets ) untuk membantu
bekuan darah. Meskipun hemophilia merupakan penyakit herediter tetapi sekitar 20-30%
pasien tidak memiliki gangguan pembekuan darah, sehingga diduga akibat lingkungan
endogen ataupun eksogen.
Sampai saat ini dikenal 2 macam hemophilia yang diturunkan secara sex linked recessive
yaitu :
- Hemofilia A (hemophilia klasik), akibat defisiensi atau disfungsi faktor pembekuan VIII
(FVIIIc).
- Hemofilia B (Christmas disease) akibat defisiensi atau disfungsi FIX ( faktor Christmas)
Klasifikasi Kadar Faktor VII dan Faktor IX di
dalam darah
Berat Kurang dari 1% dari jumlah normalnya.
Terjadi hemarthrosis & perdarahan
berulang.
Sedang 1% - 5% dari jumlah normalnya. Jarang
menyebabkan kelainan ortopedik,
hemartrosis & perdarahan spontan.
Ringan 5% - 30% dari jumlah normalnya.
Mungkin tidak terjadi hemartrosis &
perdarahan spontan lain tapi menyebabkan
perdarahan serius bila ada trauma/ luka tak
berat/ pembedahan
Sub-
hemofilia
Kadar factor 25-50% dari normal. Tak
terjadi perdarahan kecuali bila penderita
mengalami trauma hebat & pembedahan
luas.
LO.2.2 Epidemiologi Hemofilia
Penyakit ini bermanifestasi klinik pada laki-laki. Angka kejadian hemofilia A
sekitar 1:10.000 orang dan hemofilia B sekitar 1:25.000-30.000 orang. Sebanyak 18.000
orang di Amerika Serikar menderita hemofilia. Tiap tahun, sekitar 400 bayi dilahirkan
dengan kelainan bawaan ini.
Belum ada data mengenai angka kekerapan di Indonesia, namun diperkirakan
sekitar 20.000 kasus dari 200 juta penduduk Indonesia saat ini. Kasus hemofilia A lebih
sering dijumpai dibandingkan hemofilia B. yaitu berturut-turut mencapai 80-85% dan 10-
15% tanpa memandang ras, geografi, dan keadaan sosial ekonomi. Mutasi gen secara
spontan diperkirakan mencapai 20-30% yang terjadi pada pasien tanpa riwayat keluarga.
Berdasarkan data terakhir dari Yayasan Hemofilia Indonesia (HMHI) Pusat jumlah
penderita hemofilia yang sudah teregistrasi sampai Juli 2005 sebanyak 895 penderita yang
tersebar di 21 provinsi dari 30 provinsi, berarti ada 9 provinsi yang belum membuat data
registrasi kemungkinan adanya penderita hemofilia di daerahnya, dengan jumlah penduduk
Indonesia yang mencapai 217.854.000 populasi (BPS Indonesia, 2004), secara nasional
prevalensi hemofilia hanya mencapai ± 4,1/1 juta populasi, angka ini sangat kecil
dibandingkan prediksi secara epidemiologi seharusnya di Indonesia penderita hemofilia ±
21.000 orang.
LO.2.3 Etiologi Hemofilia
Hemofilia berdasarkan penyebabnya :
Hemofilia A; yang dikenal juga dengan nama :
- Hemofilia Klasik; karena jenis hemofilia ini adalah yang paling
banyak kekurangan faktor pembekuan pada darah.
- Hemofilia kekurangan Factor VIII; terjadi karena kekurangan faktor 8
(Factor VIII) protein pada darah yang menyebabkan masalah pada
proses pembekuan darah.
Hemofilia B; yang dikenal juga dengan nama :
- Christmas Disease; karena di temukan untuk pertama kalinya pada
seorang bernama Steven Christmas asal Kanada
- Hemofilia kekurangan Factor IX; terjadi karena kekurangan faktor 9
(Factor IX) protein pada darah yang menyebabkan masalah pada
proses pembekuan darah.
Hemofilia C ; kekurangan / tidak ada factor XI , autosomal recessive
LO.2.4 Patogenesis & Patofisiologi Hemofilia
Penyakit hemofilia ditandai oleh perdarahan spontan maupun perdarahan yang
sukar berhenti. Selain perdarahan yang tidak berhenti karena luka, penderita hemophilia
juga bisa mengalami perdarahan spontan di bagian otot maupun sendi siku.
Pada orang normal, ketika perdarahan terjadi maka pembuluh darah akan mengecil dan
keping-keping darah (trombosit) akan menutupi luka pada pembuluh. Pada saat yang sama,
trombosit tersebut bekerja membuat anyaman (benang-benang fibrin) untuk menutup luka
agar darah berhenti mengalir keluar dari pembuluh. Pada penderita hemofilia, proses
tersebut tidak berlangsung dengan sempurna. Kurangnya jumlah faktor pembeku darah
menyebabkan anyaman penutup luka tidak terbentuk sempurna sehingga darah terus
mengalir keluar dari pembuluh yang dapat berakibat berbahaya. Perdarahan di bagian
dalam dapat mengganggu fungsi sendi yakni mengakibatkan otot sendi menjadi kaku dan
lumpuh, bahkan kalau perdarahan berlanjut dapat mengakibatkan kematian pada usia dini .
LO.2.5 Manifestasi Klinis Hemofilia
Perdarahan merupakan gejala dan tanda klinik khas yang sering dijumpai pada kasus hemofilia. Perdarahan dapat timbul secara spontan atau akibat trauma ringan sampai sedang serta dapat timbul saat bayi mulai belajar merangkak.
Tanda perdarahan yang sering dijumpai yaitu berupa hemartrosis, hematom subkutan/intramuskular, perdarahan mukosa mulut, perdarahan intrakranial, epistaksis dan hematuria. Sering pula dijumpai perdarahan yang berkelanjutan pascaoperasi kecil ( sirkumsisi,ekstrasi gigi).
Hemartosis paling sering ditemukan ( 85%) dengan berturut-turut sebagai berikut, sendi lutut siku pergelangan tangan dan lainnya. Sendi engsel lebih sering mengalami hemartrosis dibandingkan dengan sendi peluru, karena ketidakmampuannya menahan gerakan berputar dan menyudut pada saat gerakan volunter maupun intravolunter sebdangkan sendi peluru lebih mampu menhan beban tersebut kerena fungsinya.
Hematom intramuskular terjadi pada otot-otot fkexor besar, khususnya pada otot betis, otot-otot regio illiopsoas ( sering pada panggul ) dan lengan bawah. Hematom ini sering menyebabkan kehilangan darah yang nyata, sindrom komprateman, kompresi saraf dan kontraktur otot.
Pendarahan intrakranial merupakn penyebab utama kematian, dapat terjadi spontan atau sesudah trauma.
Perdarahan retroperitoneal dan retrofangieal yang membahayakan jalan nafas dapat mengancam kehidupan.
Hematuria masif sering ditemukan dan dapat menyebabkan kolik ginjal tetapi tidak mengancam kehidupan .
Perdarahan pasca operasi sering berlanjut selama beberapa jam sampai beberapa hari. Yang berhubungan dengan penyembuhan luka yang buruk
LO.2.6 Pemeriksaan Fisik & Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Laboratorium- Pemeriksaan Penyaring
1. Percobaan Pembendungan (Rumple Leede, Tourniquet) Tujuan : Untuk menguji ketahanan dinding pembuluh darah Dipengaruhi oleh jumlah dan fungsi trombosit Pada trombositopenia (+) Pasang tensimeter ditengah nilai sistol dan diastole, tunggu sampai 10
menit lalu liat daerah pengamatan 2. Masa Perdarahan
Dipengaruhi oleh dinding kapiler dan trombosit Untuk menentukan lamanya perdarahan pada luka yang mengenai kapiler Fungsi : menilai factor hemostasis letaknya ekstravascular Terdapat 2 metode :
o Ivy (N : 1-6 menit) : pada lengano Duke (N : 1-3 menit) : pada daun telinga
3. Hitung Trombosit (N : 150.000-450.000) Langsung (manual, otomatik, semiotomatik) Tidak langsung : SHDT membandingkan jumlah trombosit dengan RBC
4. PT
Menguji factor pembekuan jalur ekstrinsik dan bersama (VII, X, V, protrombin, fibrinogen)
PT memanjang jika : o Defisiensi salah satu factor diatas o Inhibitor
5. APTT
Menguji jalur intrinsic dan bersama (XII, XI, IX, VIII, X, V, Prekalikrein, Kininogen, Fibrinogen)
APTT memanjang pada : o Defisiensi factor-faktor diataso Inhibitor
6. TT (N : 16-20 detik) Menguji perubahan fibrinogen menjadi fibrin
7. Pemeriksaan Penyaring FXIII Pemeriksaan khusus karena kerjanya menstabilkan fibrin
Pemeriksaan khusus
Tes Faal Trombosit Tes Ristosetin Pengukuran factor spesifik (factor pembekuan) Penguluran alpha-2 antiplasmin
LO.2.7 Diagnosis & Diagnosis Banding
Diagnosis
Diagnosis hemofilia dibuat berdasarkan riwayat perdarahan, gambaran klinik dan
pemeriksaan laboratorium. Pada penderita dengan gejala perdarahan atau riwayat perdarahan, pemeriksaan laboratorium yang perlu diminta adalah pemeriksaan penyaring hemostasis yang terdiri atas hitung trimbosit, uji pembendungan, masa perdarahan, PT (prothrombin time - masa protrombin plasma), APTT (activated partial thromboplastin time – masa tromboplastin parsial teraktivasi) dan TT (thrombin time – masa trombin).
Pada hemofilia A atau B akan dijumpai pemanjangan APTT sedangkan
pemerikasaan hemostasis lain yaitu hitung trombosit, uji pembendungan, masa
perdarahan, PT dan TT dalam batas normal. Pemanjangan APTT dengan PT yang
normal menunjukkan adanya gangguan pada jalur intrinsik sistem pembekuan darah.
Faktor VIII dan IX berfungsi pada jalur intrinsik sehingga defisiensi salah satu dari
faktor pembekuan ini akan mengakibatkan pemanjangan APTT yaitu tes yang menguji
jalur intrinsik sistem pembekuan darah.
Hemofilia A Hemofilia B Peny.von willebrand
Inheritance Sex linked Sex linked Autosomal dominan
Tempat perdarahan
Otot, sendi, postrauma
Otot, sendi, postrauna
Mukosa, luka kulit, postrauma
Bleeding time N N MemanjangPPT N N NAPTT Memanjang Memanjang MemanjangF VIII Rendah N NF VIII : AG N N RendahF IX N Rendah N
LO.2.8 Penatalaksanaan Hemofilia
1. Terapi Suportif Pengobatan rasional pada hemophilia adalah menormalkan kadar factor anti hemophilia yang kurang. Namun, ada beberapa hal yang harus diperhatikan : Melakukan pencegahan baik menghindari luka / benturan Merencanakan suatu tindakkan operasi serta mempertahankankadar aktivitas
faktor pembekuan sekita 30 ± 50%. Untuk mengatasi perdarahan akut yang terjadi maka dilakukantindakkan pertama
seperti rest, ice, compression, elevation (RICE) pada lokasi perdarahan
Kortikosteroid sangat membentu untuk menghilangkan prosesinflamasi pada sinovitis akut yang terjadi setelah serangan akuthemartroisis
Analgetika diindikasi pada pasien hemartroisis dengan nyeri hebatdan sebaiknya dipilih analgetik yang tidak mengganggu agregasitrombosit (harus dihindari penggunaan aspirin dan antikoagulan).
Rehabilitas medic dilakukan sedini mungkin secara komprehensif dan holistik dalam sebuah tim karena keterlambatan dalam pengelolaanakan kecacatan atau ketidakmampuan baik fisik, okupasi maupun psikososial dan edukasi
2. Terapi Pengganti Faktor PembekuanPemberian factor pembekuan dilakuakn 3 kali seminggu untuk menghindari
kecactan fisik (terutama sendi) sehingga pasien hemophilia dapat melakukan aktivitas normal. Nmaun untuk mencapai tujuan tersebut dibutuhkan factor antihemofilik (AHF) yang cukup banyak dengan biaya yang tinggi.
Terapi pengganti faktor pembekuan pada kasus hemophilia dilakukan dengan pemberian F VIII dan F IX, baik rekombinan, konsentrat maupun komponen darahyang mengandung cukup banyak faktor -faktor pembekuan tersebut. Pemberian biasanya dilakuakan dalam beberapa hari sampai luka atau pembengkakan membaik sertakhususnya selama fisioterapi.
3. Konsentrat F VIII/ F IXHemofila A berat maupun hemophilia ringan dan sedang dengan
episode perdarahan yang serius membutuhkan koreksi faktor pembekuan dengan kadar yang tinggi yang harus diterapi dengan konsentrat F VIII yang telah dilemahkan virusnya. Faktor IX tersedia dalam 2 bentuk yaitu Prothrombin complex concentrates (PCC)yang berisi F II, VIII, IX, dan X Purified F IX concentrates yang berisis berjumlah FIX tanpa faktor yang lain.
PCC dapat menyebabkan thrombosis paradoksial dan koagulasiinteravena tersebar yang disebabkan oleh sejumlah konsentrat faktor pembekuan lain.Resiko ini meningkatkan pada pemberian F IX berulang, sehingga purifefied kosentrat FIX lebih diinginkan.
4. Kriopesipitat AHFKriopesipitat AHF adalah salah satu komponen darah non selular yang
merupakan konsentrat plasma tertentu yang mengandung F VIII, fibrinogen, faktor von Willebrand.Dapat diberikan apabila konsentrat F VIII tidak ditemukan. Efek samping dapat menimbulkan alergi dan demam.
5. 1-deamino 8-D Arginin Vasopresin (DDAVP) atau DesmopresinHormon sintetik anti diuretic (DDAVP) merangsang peningkatan kadar aktivitas
F VIII di dalam plasma sampai 4 kali, namun bersifat sementara. Pemberian dapat dengan intravena dengan dosis 0,3mg/kg BB dalam 30-50 NaCl 0,9% selama 15 menit atau 20 menit dengan lama kerja 8 jam. Efek samping yang dapat terjadi berupa takikardia, flushing, thrombosis (sangat jarang) dan hiponatremia.
Pada hemophilia ringan, DDAV dapat mengeluarkan cadangan F VIII R : AG (factor von willebrand) untuk mengurangi kebutuhan F VIII.
6. Antifi fibrinolitik Digunakan pada pasien hemophilia B untuk menstabilisasikan bekuan /
fibrindengan cara menghambat proses fibrinolisis. Epsilon aminocaproic acid (EACA) dapat diberikan secara oral maupun intravena dengan dosis awal 200mg/ kg BB ( maksimum 5g setiap pemberian ). Asam traneksamat diberikan dengan dosis 25mg/kg BB (maksimum 1,5g ) secara oral, atau 10 mg/kg BB (maksimum 1 g) secara intravena setiap8 jam. Asam traneksamat juga dapat dilarutkan 10 % bagian dengan perenteral, terutama salin normal.
7. Terapi GenSaat ini sedang intensif dilakukan penelitian invivo denga memindahkan
vector adenovirus yang membawa gen antihemofilia ke dalam sel hati. Gen F VIII relatif lebih sulit dibandingkan gen F IX, karena ukurannya (9 kb) lebih besar,namun akhir tahun1998 para ahli berhasil melakukan pemindahan plasmid-based faktor VIII secara ex vivo ke fibroblast
Modalitas terapi terdiri atas :
1. Pemberian F VIII untuk hemophilia A dan F IX untuk hemophilia B selama hidup2. Pencegahan kecacatan dengan pendidikan kesehatan3. Rehabilitas apabila terjadi kerusakan sendi
Preparat yang dipakai :
1. Cryoprecipitate mengandung F VIII, vWF, fibrinogen, F XIII2. Lyophilized F VIII komersial – dibuat dari pool donor (2000-5000 orang) bahaya
penularan hepatitis dan HIV AIDS3. Lyophilized F IX- protrombin complex concentrate mengandung semua vit K
dependent factors.
LO.2.9 Prognosis Hemofilia
Baik dengan penanganan yang tepat dan teratur. Produk darah yang bebas virus dan program pengobatan rumah,terapi profilaksis yang diberikan 2-3x seminggu membuat sebagian pasien hemofilia dapat menjalankan kehidupan relatif normal.
Hasilnya biasanya baik dengan pengobatan. Kebanyakan orang dengan hemofilia dapat hidup relatif normal.
Pasien dengan hemofilia harus membangun perawatan rutin dengan hematologi, terutama yang berhubungan dengan pusat perawatan hemofilia. Semakin cepat mengetahui catatan medis mengenai tingkat faktor IX, transfusi faktor (termasuk jenis dan jumlah), komplikasi, dan jumlah inhibitor apapun dapat menyelamatkan nyawa dalam hal situasi darurat.
LO.2.10 Komplikasi Hemofilia
Timbulnya inhibitor : lingkungan & gerak- suatu inhibitor terjadi jika sistem kekebalan tubuh melihat konsentrat FVIII atau FIX sebagai benda asing dan menghancurkannya-reaksi penolakan muncul segera setelah darah di infuskan. Konsentrat factor di hancurkan sebelum dapat mengehntikan perdarahan.antibodi/inhibitor pada banyak kasus dapat di atasi dengan medis darah orang tersebut dapat membeku lagi.-Penderita : cacat ( akibat hemarthrosis) dan meninggal (akibat perdarahan berat)-acquiered hemophilia : Ab terhadap FVIII normal
Kerusakan sendiAkibat perdarahan berulang pada sendi yang sama selama beberapa tahun atropati hemophiliaTerjadi hemarthrosis synovium menyerap darah untuk menyingkirkannya besi tertimbun pada synovium synovium jadi tebal banyak pembuluh darah mudah terjadi perdarahan
Infeksi oleh darah : 1. Penularan Hepatitis Non A 2. Penularan Hepatitis Non B 3. HIV – AIDS - Pembentukan Antibodi terhadap faktor VIII ( sangat jarang ) hemofilia antibodi ( tdk dapat diobati).
LO.2.11 Pencegahan Hemofilia
Konseling genetik
Diagnosis Prenatal intrauterine
Belum banyak yang dapat dilakukan dalam program pencegahan penurunan secara genetik
dari hemofilia ini baik di Indonesia maupun di luar negeri, dua hal yang perlu dipikirkan
saat ini dan bila mungkin dapat dilaksanakan agar tidak mendapat keturunan yang
menderita hemofilia yaitu:
1. Menentukan apakah seorang wanita sebagai carier hemofilia atau tidak, dengan
pemeriksaan DNA probe untuk menentukan kemungkinan adanya mutasi pada kromosom
X, cara ini yang paling baik. Atau dari wawancara riwayat keluarga namun cara ini kurang
akurat yaitu:
o Seorang wanita diduga carier bila dia merupakan anak perempuan dari seorang laki-laki
penderita hemofilia, Bila dia merupakan ibu dari seorang anak laki-lakinya penderita
hemophilia. Wanita dimana saudara laki-lakinya penderita hemofilia atau dia merupakan
nenek dari seorang cucu laki-laki hemofilia,
1. Antenatal diagnosis hemofilia yaitu dengan menentukan langsung F VIII dan F IX sampel
darah yang diambil dari vena tali pusat bayi di dalam kandungan dengan kehamilan 16-20
minggu.
2. Pemeriksaan seorang carier hemofilia dengan pemeriksaan DNA probe dan diagnosis
antenatal hemofilia sampai saat ini masih belum dapat dilakukan di Indonesia.