hemato 1 libu

20
LI 1 Memahami dan Mengetahui Eritropoesis LO 1.1 Definisi Eritropoesis adalah proses pembuatan eritrosit, pada janin dan bayi proses ini berlangsung di limfa dan sumsum tulang, tetapi pada orang dewasa terbatas hanya pada sumsum tulang LO 1.2 Proses dan Morfologi Eritopoiesis dibentuk selama beberapa minggu pertama gestasi (pembentukan janin) selama trisemester kedua kehamilan, sel darah merah janin di produksi dalam hati, limpa,dan limponodus. Setelah lahir sum-sum tulang menjadi sisiprinsip dari produksi sel darah merah. Setelah remaja, sum-sum merah dari tulang membranosa antara lain pelvis, iga, sternum dan veterbrae mengambil alih fungsi ertitropoietik utama. Proses pematangan sel darah merah : 1. Tahap Proeritroblas yaitu: Tahap pertama setelah koloni eritroit memb entuk unit suatu sel dengan nukleus yang sangat besar. 2. Tahap eritroblas basofilik yaitu; Tahap dimana mulainya sintesis hemoglobin. 3. Tahap eritroblas polikromatik(tahap normoblas) yaitu: Tahap akhir dari sintesis DNA, dan pembelahan sel. 4. Tahap eritroblas ortokromatik yaitu: Menunjukkan pengisutan dan autolisis nu kleus. Nukleus sisa akan disingkirkan dan dipisahlkan dari sel. 5. Tahap Retikulosit yaitu: Sel ini tidak memiliki nukleus dan memasuki sirkulasi

Upload: talib-bin-talib

Post on 02-Dec-2015

47 views

Category:

Documents


4 download

TRANSCRIPT

Page 1: Hemato 1 Libu

LI 1 Memahami dan Mengetahui Eritropoesis

LO 1.1 Definisi

Eritropoesis adalah proses pembuatan eritrosit, pada janin dan bayi proses ini berlangsung di limfa dan sumsum tulang, tetapi pada orang dewasa terbatas hanya pada sumsum tulang

LO 1.2 Proses dan Morfologi

Eritopoiesis dibentuk selama beberapa minggu pertama gestasi (pembentukan janin) selama trisemester kedua kehamilan, sel darah merah janin di produksi dalam hati, limpa,dan limponodus. Setelah lahir sum-sum tulang menjadi sisiprinsip dari produksi sel darah merah. Setelah remaja, sum-sum merah dari tulang membranosa antara lain pelvis, iga, sternum dan veterbrae mengambil alih fungsi ertitropoietik utama.

Proses pematangan sel darah merah :

1. Tahap Proeritroblas

yaitu: Tahap pertama setelah

koloni eritroit memb entuk unit

suatu sel dengan nukleus yang

sangat besar.

2. Tahap eritroblas basofilik

yaitu; Tahap dimana mulainya sintesis hemoglobin.

3. Tahap eritroblas polikromatik(tahap normoblas)

yaitu: Tahap akhir dari sintesis DNA, dan pembelahan sel.

4. Tahap eritroblas ortokromatik

yaitu: Menunjukkan pengisutan dan autolisis nu kleus. Nukleus sisa akan disingkirkan dan

dipisahlkan dari sel.

5. Tahap Retikulosit

yaitu: Sel ini tidak memiliki nukleus dan memasuki sirkulasi tempat ia menjadi eritrosit

matang dalam waktu sekitar 7 hari dan eritrosit dewasa akan hidup selama 100-120 hari.

Eritrosit berbentuk diskus atau lempengan yang mana selnya dapat bergerak dalam ruang

yang rapat untuk mengambil atau melepaskan oksigen.

Morfologi eritrosit

Page 2: Hemato 1 Libu

Eritrosit normal berbentuk bulat atau agak oval dengan diameter 7 – 8 mikron (normosit). Dilihat dari samping, eritrosit nampak seperti cakram atau bikonkaf dengan sentral akromia kira-kira 1/3 – ½  diameter sel. Pada evaluasi sediaan darah apus maka yang perlu diperhatiakan adalah 4S yaitu size (ukuran), shape (bentuk), warna (staining) dan struktur intraselluler.

LO 1.3 Faktor Pembentuk

Untuk mempertahankan jumlah eritrosit dalam rentang hemostasis, sel-sel barudiproduksi dalam kecepatan yang sangat cepat yaitu lebih dari 2 juta per detik pada orangyang sehat. Proses ini dikontrol oleh hormone dan tergantung pada pasokan yang memadaidari besi, asam amino dan vitamin B tertentu.

1. Hormonal Control

Stimulus langsung untuk pembentukan eritrosit disediakan oleh hormone eritropoetin( EPO ) dan hormon glikoprotein. Ginjal memainkan peranan utama dalam produksi EPO.Ketika sel-sel ginjal mengalami hipoksia ( kekurangan O2 ), ginjal akan mempercepat pelepasan eritropoetin. Penurunan kadar O2 yang memicu pembentukan EPO :

.- Kurangnya jumlah sel darah merah atau destruksi eritrosit yang berlebihan- Kurang kadar hemoglobin di dalam sel darah merah ( seperti yang terjadi pada

defisiensi besi)- Kurangnya ketersediaan O2 seperti pada daerah dataran tinggi &  penderita pneumonia.

Peningkatan aktivitas eritropoesis ini menambah jumlah sel darah merah dalam darah,sehingga terjadi peningkatan kapasitas darah mengangkut O2 dan memulihkan penyaluranO2 ke jaringan ke tingkat normal. Apabila penyaluran O2 ke ginjal telah normal, sekresi eritropoetin dihentikan sampai diperlukan kembali. Jadi, hipoksia tidak mengaktifkan langsung sumsum tulang secara langsung, tapi merangsang ginjal yang nantinya memberikanstimulus hormone yang akan mengaktifkan sumsum tulang.Selain itu, testosterone pada pria juga meningkatkan produksi EPO oleh ginjal.Hormone sex wanita tidak berpengaruh terhadap stimulasi EPO, itulah sebabnya jumlah RBC pada wanita lebih rendah daripada pria.

2. Eritropoeitin

Dihasilkan oleh: sel interstisial peritubular ginjal,hati

Page 3: Hemato 1 Libu

Stimulus pembentukan eritroprotein: tekanan O2 dalam jaringan ginjal. ↓ penyaluran O2 ke ginjal merangsang ginjal mengeluarkan hormon eritropoetin ke dalamdarah → merangsang eritropoiesis di sumsum tulang dengan merangsang proliferasi dan  pematangan eritrosit →jumlah eritrosit meningkat→kapasitas darah mengangkut O2 ↑ dan penyaluran O2 ke jaringan pulih ke tingkat normal → stimulus awal yang mencetuskansekresi eritropoetin hilang sampai diperlukan kembali. Pasokan O2↑ ke jaringan akibat peningkatan massa eritrosit/Hb dapat lebih mudah melepaskan O2 : stimulus eritroprotein turun Fungsi: mempertahankan sel-sel precursor dengan memungkin sel-sel tsb terus berproliferasi menjadi elemen-elemen yg mensintesis Hb. Bekerja pada sel-sel tingkat G1 Hipoksia: rangsang fisiologis dasar untuk eritropoeisis karena suplai O2

& kebutuhan mengatur pembentukan eritrosit.

LO 1.4 Kelainan Eritropoesis

Mikrosit

o Diameter 6  μmo Normal 10%o Biasanya pada Anemi

Def Fe

Makrosit

o Diameter 9-12  μmo Normal 10%o Biasanya pada

Anemi Def Vit12/ Def asam folat

Basofilik Stipling

o Eritrosit dengan granula biru-hitam granula ini dari kondensasi atau

presipitasi RNA ribosom akibat dari defective hemoglobin syntesis

Hipokrom

o Eritrosit pucat di tengah > 1/3nyao Normal 10%o Kurangnya Hb

o Pada anemi def Fe

Eliptosit

o Eritrosit berbentuk oval (ovalosyt) atau lonjong (pensil cell/sel cerutu)o Osmotic fragility meningkato Distribusi cholesterol dalam

membrane akumulasio Cholesterol dipinggir  

Lakrimasit

o Eritrosit berbentuk tetesan airo Nama lain Tear Drop cell

Page 4: Hemato 1 Libu

Target Cell

o Eritrosit yang gelap di tengaho Nama lain Target Cell (seperti sasaran)o Normal 2%

o Akibat cytoplasmic aturationo Defects and liver disease

Acantocyt 

o Eritrosit dengan tonjolan sitoplasma yang runcingo Tonjolan tidak teraturo Akibat defisiensilow-dencity betha Lipoprotein

Burr Cell

o Eritrosit dengan tonjolan sitoplasma yang tumpul teraturo Akibat dari passage through fibrin network

Crenated Cell

o Eritrosit dengan sitoplasma mengkeruto Terjadi karena hipertronik larutan pada saat pengeringan apusan

Scistocyt

o Eritrosit dengan bentuk tak teraturo Akibat proses fragmentasio Dikeluarkan ke dalam sirkulasi oleh RE sistem

Stomatocyt

o Eritrosit pucat memanjang di tengaho Normal, 5%o Akibat meningkatnya Sodium dalam sel dan menurunnya Potasium

Sferosit

o Eritrosit tanpa pucat di tengaho Bentuk lebih kecil, tebalo Akibat dari developmental defect

Cabot Ring

o Eritrosit mengandung cincin Caboto Pe yebab kegagalan eritopoiesiso Terbentuk dari kumparan mitosiso Artefak akibat kerusakan protein

Howell Jolly Leptosyt

Page 5: Hemato 1 Libu

o Eritrosit yang mengandung fragmen kromatin akibat pembelahan / mitosis abnormal pada tahap orthochromic yang gagal membentuk inti

o Eritrosit dengan pucat di tengah besaro Diameter besar tapi volume sama

Papenheimer

o Eritrosit dengan granula besi (ferritin agregate)o Disebut juga Siderosito Ditemukan pada anemi hemolitik, infeksi, Splenectomy

Sickle Cell

o Eritrosit yang memanjang dan melengkung dengan 2 katup uncingo Nama la

LI 2Memahami dan Mengetahui Hemoglobin

LO 2.1 Definisi

Hemoglobin (Hb) adalah suatu substansi protein dalam sel-sel darah merah yang terdiri dari zat besi, yang merupakan pembawa oksigen.Setiap molekul hemoglobin tersusun atas 4 kandungan hem yang identik dan terikat pada 4 rantai globin. Keempat rantai globin ini terdiri atas 2 rantai alfa dan 2 rantai lagi berlainan, sesuai dengan jenis hemoglobin yaitu rantai beta untuk HbA, rantai delta untuk HbA2 dan rantai gama untuk HbF. Menurut Sacher (2004), Untuk laki-laki dewasa kadar normal hemoglobin adalah 13,5 - 18,0 gr% perempuan normal adalah 12 - 16 gr%. Wanita hamil normal 11 – 13 gr%.

LO 2.2 Jenis

Jenis-jenis HB biasanya diberi nama berbeda berdasarkan karakteristiknya. Hemoglobin normal pada manusia adalah HbF, HbA dan HbA2. Pada janin, jenis Hb yang paling banyak terkandung di dalam sel darah merahnya adalah jenis HbF (F=fetus=janin). Sementara pada orang dewasa, jenis Hb yang dominant di dalam darahnya adalah HbA dan HbA2.

LO 2.3 Struktur

Page 6: Hemato 1 Libu

Molekul hemoglobin terdiri dari 2 bagian :

1. Bagian globin, suatu protein yang terbentuk dari 4 rantai polipeptida yang sangat berliipat-lipat

2. Gugus nitrogenosa nonprotein mengandung besi atau gugus heme, yang masing-masing terikat ke satu polipeptida. Setiap atom besi dapat berikatan

secara reversible dengan 1 atom

, dengan demikian setiap molekul

hemoglobin dapat mengangkut 4 molekul

LO 2.4 Fungsi

Hemoglobin berfungsi sebagai media  transport  oksigen  dari  paru paru  ke seluruh jaringan tubuh dan  membawa karbondioksida dari jaringan tubuh ke paru-paru untuk dipakai sebagai bahan bakar, mengatur pertukaran oksigen dan karbondioksida didalam jaringan-jaringan tubuh.

LO 2.5 Biosisntesis dan Katabolisme

biosintesis

heme disintesis dalam serangkain langkah-langkah yang melibatkan kompleks enzim dalam mitokondria dan sitosol sel. Langkah pertama sintesis heme terjadi di dalam mitokondria, dengan laruta CoA suksinil dan glisin ALA sintase untuk membentuk asam 5-aminolevulic (ALA). Molekul ini diangkut ke sitosol dimana rangkaian reaksi menghasilkan struktur cincin yang disebut coproporphyrinogen III. Hal ini kembali ke mitokondria dimana reaksinya menghasilkan protoporhyrin IX. Kemjudian enzim ferrochelatase dan besi masuk ke dalam struktur scincin protoporhyrin IX untuk memproduksi heme. Kemudian asam amino yang terdapat pada sitosol akan masuk ke ribosom untuk membentuk rantai alfa dan beta. Rantai alfa dan beta akan bergabung menjadi globin alfa 2 dan beta 2. Penggabungan heme dan globin alfa 2 dan beta 2 ini akan membentuk hemoglobin.

Page 7: Hemato 1 Libu

Katabolisme

HEMOGLOBIN

HEME

LO 2.6 Peran Fe dan Oksigen

Peranan besi

Zat besi (Fe) merupakan salah satu mineral penting yang sangat diperlukan tubuh bahkan sejak seseorang masih ada di dalam kandungan. Zat besi dengan konsentrasi tinggi terdapat dalam sel darah merah (disebut Hemoglobin). Zat besi dibutuhkan untuk pembentukan Hemoglobin yang berfungsi membawa oksigen ke seluruh tubuh, termasuk otak. Hemoglobin mengangkut oksigen dari paru-paru dan dibawa ke sel-sel yang membutuhkannya untuk proses metabolisme glukosa, lemak dan protein menjadi energi. Kandungan zat besi yang terdapat dalam hemoglobin  membuat darah bewarna merah 

Peranan oksigenTiap-tiap sel darah merah mengandung 200 juta molekul hemoglobin. Hemoglobin (Hb) merupakan suatu protein yang mengandung senyawa besi hemin. Hemoglobin mempunyai fungsi mengikat oksigen di paru-paru dan mengedarkan ke seluruh jaringan tubuh. Jadi, dapat dikatakan bahwa di paruparu terjadi reaksi antara hemoglobin dengan oksigen.

2 Hb2+ 4 O2 ==> 4 Hb O2 (oksihemoglobin)

Setelah sampai di sel-sel tubuh, terjadi reaksi pelepasan oksigen oleh Hb.

4 Hb O2 ==> 2 Hb2+ 4 O2Kandungan hemoglobin inilah yang membuat darah berwarna merah

BESI

TRANSFERIN

ERITROBLAS

PROTOPORFIRIN

BILIRUBIN GLUKORNIDA

STERKOBILIN (OGEN)

KONJUGASI DI HATI

BILIRUBIN BEBAS

FESESURIN

ASAM AMINO

GLOBIN

UROBILIN (OGEN)

Page 8: Hemato 1 Libu

LI 3Memahami dan Mengetahui Anemia

LO 3.1 Definisi

Anemia merupakan penyakit yang diakibatkan oleh rendahnya kadar hemoglobin (Hb) sampai dibawah batas normal. Anemia bisa juga disebabkan oleh kehilangan darah dalam jumlah banyak akibat kecelakaan, karena ketidakmampuan tubuh memproduksi sel darah merah yang cukup, dan bisa juga disebabkan oleh kelainan bawaan atau genetik (keturunan).

LO 3.2 Klasifikasi

LI 4 Memahami dan Mengetahui Anemia Defisiensi Besi

LO 4.1 Definisi

Anemia defisiensi besi adalah anemia yang timbul akibat berkurangnya penyediaan besi untuk eritropoiesis, karena cadangan besi kosong yang pada akhirnya mengakibatkan pembentukan hemoglobin berkurang.

LO 4.2 Klasifikasi

Jika dilihat dari berkurangnya besi dalam tubuh, maka defisiensi besi dapat dibagi menjadi 3 tingkatan,yaitu :

1. Deplesi Besi (iron depleted state) : cadangan besi menurun, tetapi penyediaan besi untuk eritopoesis belum terganggu

Page 9: Hemato 1 Libu

2. Eritopoesis Defisiensi Besi (iron deficient erythropoesis) : cadangan besi kosong,penyediaan besi untuk eritopoesis terganggum tetapi belum timbul anemia secara laboratorik

3. Anemia Defisiensi Besi : cadangan besi kosong disertai anemia defisiensi besi

LO 4.3 Etiologi

1. Meningkatnya kebutuhan Fe atau hematopoiesis: pertumbuhan cepat pada bayi dan

remaja, kehamilan, terapi eritropoietin.

2. Kehilangan Fe: hilangnya darah secara akut/kronik, menstruasi, donasi darah,

phlebotomy sebagai pengobatan untuk polycythemia vera.

3. Turunnya pengambilan atau absorbsi besi: diet yang tidak adekuat, malabsorbsi

karena penyakit (diare, Cohn’s disease), pembedahan (gastrektomi), inflamasi

akut/kronik.

LO 4.4 Patofisiologi

Walaupun dalam diet rata-rata terdapat 10 - 20 mg besi, hanya sampai 5% - 10%(1 - 2 mg) yang sebenarnya sampai diabsorpsi. Pada persediaan besi berkurang maka besi dari diet tersebut diserap lebih banyak. Besi yang dimakan diubah menjadi besi fero dalam lambung dan duodenum; penyerapan besi terjadi pada duodenum dan jejunum proksima l. Kemudian besi diangkut oleh transferin plasma ke sumsum tulang untuk sintesis hemoglobin atau ke tempat penyimpanan di jaringan.

LO 4.3 Manifestasi klinis

Gejala umum penderita anemia defisiensi besi:

1. Pucat yang berlangsung lama tanpa manifestasi perdarahan

2. Mudah lelah, lemas, mudah marah, tidak ada nafsu makan, daya tahan tubuh terhadap infeksi menurun, serta gangguan perilaku dan prestasi belajar

3. Gemar makanan yang tidak biasa (pica) seperti es batu, kertas, tanah, rambut

4. Memakan bahan makanan yang kurang mengandung zat besi, bahan makanan yang menghambat penyerapan besi seperti kalsium dan fitrat (beras, gandum) serta konsumsi susu sebagai sumber energi utama sejak bayi sampai usia 2 tahun (milkaholic)Infeksi malaria, infestasi parasit seperti ankylostoma dan schistosoma

Gejala khas yang hanya ada pada penderita anemia defisiensi besi, antara lain :- Koilinika (kuku jari tangan berbentuk seperti sendok)

Page 10: Hemato 1 Libu

- Athropi papila lidah, sehingga lidah nampak mengkilap.- Susah konsentrasi- Stomachitis angularis.- Glositis (iritasi lidah), keilosis (bibir pecah-pecah), disfagia (nyeri menelan)

LO 4.5 Pemeriksaan Fisik dan Penunjang

Pemeriksaan Fisik :

1. Gejala klinis ADB sering terjadi perlahan dan tidak begitu diperhatikan oleh keluarga. Bila kadar Hb < 5g/dl ditemukan gejala iritabel dan anoreksia.

2. Pucat ditemukan bila kadar Hb < 7 g/dl

3. Tanpa OrganomegaliGangguan pertumbuhan

4. Rentan terhadap infeksi

5. Penurunan aktivitas kerja

6. Dapat ditemukan koilonika (kuku sendok), atrofi glositis (lidah halus), angular cheilitis (ulkus di sudut mulut), takikardi (jantung berdebar debar), gagal jantung

Pemeriksaan Laboratorium :

Darah Lengkap :

-  Hb rendah, MCV, MCH, MCHC rendah. RDW lebar dan MCV rendah merupakan skring Anemia defisiensi besi.

- RDW > 14,5% bila RDW normal (<13%) pada thalasemia trait

- Rasio MCV/ RBC (Mentzer index) >13%

- Apusan darah tepi : anemia mikrositik hipokromik, anisositosis, poikilositosis, sel pensil

- Kadar besi serum yang rendah, TIBC, Serum Feritin < 12ng/ml dipertimbangkan sebagai diagnostik defisiensi besi.

- Nilai retikulosit normal atau menurun

- Serum transferrin receptor (STfR) : sensitif untuk menentukan defisiensi besi mempunyai nilai tinggi untuk membedakan anemia defisiensi besi dan anemia akibat penyakit kronis.

- kadar Zink protophorphyrin (ZPP) akan meningkat

- Respon terhadap pemberian terapi besi dengan dosis 3 mg/kgBB/hari ditandai dengankenaikan retikulosit 5 - 10 hari diikuti kenaikan kadar hemoglobin 1 g/dl atau

Page 11: Hemato 1 Libu

hematokrit 3% setelah 1 bulan, setelah 6 bulan terapi hemoglobin dan hematokrit dinilai kembali untuk menilai keberhasilan terapi.

LO 4.6 Diagnosis dan Diagnosis Banding

Diagnosis

Kriteria diagnostik ADB menurut WHO :

1. Kadar Hb kurang dari normal sesuai usia2. konsentrasi Hb eritrosit rata rata 31% (N; 32 - 35%)

3. Kadar Fe serum < 50mikrogram/dl (N: 80- 180 mikrogram/dl)

4. Saturasi transferin < 15% (N: 2-0- 25%)

Kriteria ini harus dipenuhi paling sedikit nomor 1,3,4. Tes yang paling efisien untuk mengukur cadangan besi tubuh yaitu feritin serum.

Diagnosis Banding

Anemia defisiensi besi perlu dibedakan dengan anemia hipokromik lainnya, seperti:

1.Thalasemia (khususnya thallasemia minor) :

a. Hb A2 meningkat

b. Feritin serum dan timbunan Fe tidak turun.

2.Anemia karena infeksi menahun :

a. Biasanya anemia normokromik normositik. Kadang-kadang terjadi anemia hipokromik mikrositik.

b. Feritin serum dan timbunan Fe tidak turun

3. Keracunan timah hitam (Pb) :a.Terdapat gejala lain keracunan P.b. Terdapat ring sideroblastik pada pemeriksaan sumsum tulang.c.Anemia sideroblastik

LO 4.7 Penatalaksanaan dan Pencegahan

Terapi terhadap anemia defisiensi besi dapat berupa :

1. Terapi Kausal : tergantung penyebabnyaTerapi kausal harus dilakukan, kalau tidak maka anemia akan kambuh kembali

2. Pemberian preparat besi untuk mengganti kekurangan besi dalam tubuh

Page 12: Hemato 1 Libu

a. Besi per oral : merupakan obat pilihan pertama karena efektif,murah dan aman. Preparat yang tersedia yaitu :

i. Ferrous sulphat (sulfas ferosus) : preparat pilihan pertama ( murah dan efektif). Dosis 3 x 200 mg

ii. Ferrous gluconate,ferrous fumarat,ferrous lactate dan ferrous succinate, harga lebih mahal, tetapi efektivitas dan efek samping hampir sama.

Preparat besi oral sebaiknya diberikan saat lambung kosong, tetapi efek samping lebih banyak dibandingkan dengan pemberian setelah makan. Efek samping dapat berupa mual,muntah serta konstipasi. Pengobatan diberikan sampai 6 bulan setelah kadar hemoglobin normal untuk mengisi cadangan besi tubuh. Kalau tidak,anemia sering kambuh kembali.

b. Besi ParentalEfek samping lebuh berbahaya serta harganya lebih mahal. Indikasi, yaitu

i. Intoleransi oral beratii. Kepatuhan berobat kurang

iii. Kolitis ulserativaiv. Perlu peningkatam Hb secara cepat

Preparat yang tersedia : iron dextran compleks, iron sorbitol citric acid complex. Dapat diberikab secara IM dalam IV pelan.

Efek samping :

Page 13: Hemato 1 Libu

i. Reaksi anafilkaksisii. Flebitis

iii. Sakit kepalaiv. Flushingv. Mual

vi. Muntahvii. Nyeri perut

viii. Sink

Page 14: Hemato 1 Libu

Dosis besi parental harus dihitung dengan tepat karena besi berlebihan akan membahayakan pasien. Besarnya dosis dapat dihitung dengan rumus

Kebutuhan Besi (mg) = (15-Hb sekarang) x BB x 3

3. Pengobatan laina. Diet : sebaiknya diberikan makanan bergizi dengan tinggi protein, terutama protein

hewanib. Vitamin C : diberikan 3 x 100 mg/ hari untuk meningkatkan absorpsi besi.c. Transfusi darah : jenis darah yang diberikan adalah PRC (packed red cell)

Indikasi pemberian infus adalahi. Adanya penyakit jantung anermik dengan ancaman payah jantung

ii. Anemia yang sangat simtomatikiii. Penderita memerlukan peningkatan kadar hemoglobin yang cepat, seperti

pada kehamilan trismster akhir atau praoprasi

Respon Terhadap Terapi

Dalam pengobatan dengan preparat besi,seorang penderita dinyatakan memberikan respon baik bila :

1. Retikulosit naik pada minggu pertama,menjadi normal setelah hari 10-142. Kenaikan Hb 0,15 g/hari atau 2 g/dl setelah 3-4 minggu3. Hemoglobin menjadi normal setelah 4-10 minggu

Jika respon terhadap terapi tidak baik,perlu dipikirkan :

1. Pasien tidak patuh2. Dosis besi kurang3. Masih ada pendarahan cukup banyak4. Ada penyakit lain5. Diagnosis salah

Jika ditemukan keadaan diatas,lakukak evaluasi kembali dan ambil tindakan yang tepat.

Tindakan pencegahan dapat berupa :

1. Pendidikan kesehatan :a. Kesehatan Lingkunganb. Penyuluhan gizi

2. Pemberantasan infeksi cacing tamvbang sebagai sumbee perdarahan kronik3. Suplementasi besi, terutama untuk segmen penduduk yang rentan, seperti ibu hamil dan

anak balita

Page 15: Hemato 1 Libu

4. Portifikasi bahan makanan dengan besi

LO 4.8 Prognosis

Prognosis baik apabila penyebab anemianya hanya karena kekurangan besi saja dan diketahui

penyebabnya serta kemudian dilakukan penanganan yang adekuat.

Jika terjadi kegagalan dalam pengobatan, perlu dipertimbangkan beberapa kemungkinan sebagai

berikut :

-          Diagnosis salah

-          Dosis obat tidak adekuat

-          Preparat Fe tidak tepat atau kadaluarsa

-          Perdarahan yang tidak teratasi atau perdarahan yang tidak tampak berlangsung menetap

-          Disertai penyakit yang mempengaruhi absorpsi dan pemakaian besi (infeksi, keganasan,

penyakit hati, penyakit ginjal,penyakit tiroid,penyakit defisiensi vitamin B12, asam folat ).

-          Gangguan absorpsi saluran cerna

LO 4.9 Epidemiologi

Sekitar 30% penduduk dunia menderita anemia, dan lebih dari setengahnya adalah anemia defisiensi besi. Prevalensi anemia defisiensi besi di Indonesia belum ada data yang pasti, Martoatmojo et al memperkirakan ADB pada laki-laki 16-50% dan 25-84% pada perempuan tidak hamil serta 46-92% pada wanita hamil.  Sedangkan angka kejadian anemia di Indonesia berdasarkan SKRT 1995 pada anak usia kurang dari 5 tahun adalah 40,5 %, dan 47,2% pada usia 5-9 tahun serta 10-14 tahun.