resume pertemuan 2 pidana

5
Tanggal : 14 Februari 2013 Dosen : Sigid Riyanto S.H., M.Si. Hukum pidana sebagai hukum publik: a. Kepentingan yang diatur Dalam hukum pidana kepentingan umum menghendaki orang tidak boleh melakukan perbuatan yang tercela. Jadi dalam hukum pidana kepentingan yang diatur adalah kepentingan umum. Nyawa diberikan kepada orang – perorangan tapi keselamatan atas nyawa adalah merupakan kepentingan umum oleh karena itu orang tidak boleh mengambil atau membantu menghilangkan nyawa orang lain meskipun atas kerelaan orang itu sendiri (pasal 344 KUHP). Contoh: janin di dalam kandungan yang ketika dibawakan kepada dokter atau dukun untuk minta digugurkan. b. Kedudukan para pihak Dalam hukum pidana kedudukan para pihak menunjukan hubungan yang tidak seimbang atau unequal. c. Mekanisme penegakan hukum Hukum pidana penegakan hukumnya menggunakan mekanisme yang diatur sesuai dengan norma – norma yang terdapat dalam Kitab Undang – Undang Hukum Acara Pidana. Mekanisme penegakan hukum dalam hukum pidana dijalankan atau diatur oleh pejabat yang memiliki kewenangan. Dalam menyelesaikan kasus pidana seseorang tidak boleh menyelesaikan sendiri. Perkara pidana

Upload: irene-gabriella-megakurnia

Post on 23-Dec-2015

216 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

FH UGM 2012

TRANSCRIPT

Page 1: Resume Pertemuan 2 Pidana

Tanggal : 14 Februari 2013

Dosen : Sigid Riyanto S.H., M.Si.

Hukum pidana sebagai hukum publik:

a. Kepentingan yang diatur

Dalam hukum pidana kepentingan umum menghendaki orang tidak boleh melakukan

perbuatan yang tercela. Jadi dalam hukum pidana kepentingan yang diatur adalah

kepentingan umum. Nyawa diberikan kepada orang – perorangan tapi keselamatan atas

nyawa adalah merupakan kepentingan umum oleh karena itu orang tidak boleh

mengambil atau membantu menghilangkan nyawa orang lain meskipun atas kerelaan

orang itu sendiri (pasal 344 KUHP). Contoh: janin di dalam kandungan yang ketika

dibawakan kepada dokter atau dukun untuk minta digugurkan.

b. Kedudukan para pihak

Dalam hukum pidana kedudukan para pihak menunjukan hubungan yang tidak seimbang

atau unequal.

c. Mekanisme penegakan hukum

Hukum pidana penegakan hukumnya menggunakan mekanisme yang diatur sesuai

dengan norma – norma yang terdapat dalam Kitab Undang – Undang Hukum Acara

Pidana. Mekanisme penegakan hukum dalam hukum pidana dijalankan atau diatur oleh

pejabat yang memiliki kewenangan. Dalam menyelesaikan kasus pidana seseorang tidak

boleh menyelesaikan sendiri. Perkara pidana boleh dihentikan asal ada ketentuan bahwa

deliknya masih merupakan delik aduan tertentu. Delik aduan adalah perkara yang dapat

ditindak oleh pihak berwajib jika sudah ada laporan dan pengaduan yang secara resmi

dilakukan oleh pihak korban. Contohnya: pencemaran nama baik, pencurian dalam

keluarga. Delik aduan dilaporkan kepada pihak yang berwajib sebelum 3bulan boleh

dicabut. Daluarsa pengaduan adalah 6 bulan kalau orang yang bersangkutan ada di

Indonesia. Bila orang yang bersangkutan ada diluar Indonesia daluarsa pengaduan adalah

9 bulan. Perkara biasa kewenangan penegakan hukumnya dilakukan oleh pihak berwajib.

Page 2: Resume Pertemuan 2 Pidana

Pengertian hukum pidana

Secara garis besar, pengertian hukum pidana dibagi menjadi dua, yaitu:

1. Hukum pidana dalam arti objektif (ius poenale), mengandung unsur suatu rumusan yang

berisi larangan atau suatu keharusan yang mana atas pelanggaran larangan dan keharusan

kepada pelanggarnya akan dapat dikenakan sanksi berupa pidana. Atau singkatnya

merupakan sejumlah aturan yang berisi:

a. Larangan

b. Keharusan

c. Sanksi pidana

Contoh pasal 362 KUHP mengenai larangan orang untuk mengambil barang milik orang

lain, diancam pencurian dengan pidana paling lama tujuh tahun. Keharusan adalah

kewajiban bagi warganegara sehingga harus melakukan sesuatu, misalnya pada pasal 304

dan 305 KUHP

Hukum pidana dalam arti objektif (ius poenale) juga mengandut dua artian yaitu:

a. Hukum pidana materiil atau sering juga disebut dengan hukum inabstracto. Mengapa

demikian? Karena hukum pidana materiil itu adalah berisi tentang larangan –

larangan saja atau aturan – aturan yang melarang orang lain atau hanya sebatas

ketentuan yang dilarang. Isi dari hukum pidana materiil itu ada 3 hal :

- Perbuatan yang dapat diancam hukuman

Perbuatan – perbuatan seperti apa yang diancam oleh hukuman? Yaitu semata –

mata perbuatan yang dirumuskan didalam suatu peraturan perundang – undangan

sebagai perbuatan yang diancam oleh sanksi pidana. Contoh perbuatan yang dapat

diancam dengan hukuman: orang melakukan perbuatan mengambil barang orang

lain tanpa seizin pemiliknya, maka orang itu akan diancam dengan hukuman

pencurian. Untuk mengukur perbuatan melawan hukum, cara perumusannya

dalam KUHP ada 2, yaitu: rumusan formil dan rumusan materiil. Dikatan

rumusan formil apabila perbuatan itu sesuai atau mencocoki kata – kata yang

disebutkan dalam pasal. Contoh: mengenai pencemaran nama baik, unsur

pencemaran nama baik adalah adanya pernyataan atau tulisan yang dapat

Page 3: Resume Pertemuan 2 Pidana

menyerang kehormatan nama orang lain, yang mana pernyataan tadi dikemukakan

ditempat umum atau dimaksudkan untuk diketahui oleh umum. Dikatakan

rumusan materiil apabila menimbulkan akibat tertentu misalnya: pasal – pasal

mengenai pembunuhan atau hilangnya nyawa orang lain.Kalau korban belum

sempat meninggal maka sanksinya bukan mengenai pembunahan melainkan

percobaan pembunuhan atau penganiayaan

- Siapa yang dapat dihukum atau dapat dipertanggungjawabkan. Bagaimana

perbuatan pidana yang dilakukan oleh banyak orang? Dalam pasal 55 KUHP, ada

kualifikasinya yaitu: yang menyuruh melakukan, yang memberikan bantuan, yang

bersama – sama melakukan dan lain – lain. Individual theory menyatakan yang

dapat dimintakan pertanggungjawaban adalah yang menimbulkan kesalahan

secara langsung.

- Hukuman yang dapat dijatuhkan bagi pelanggarnya.

Mengenai hukuman apa yang dapat dijatuhkan kepada pelanggarnya itu adalah

berdasarkan kepada perbuatan yang diancamkan kepada orang yang

bersangkutan. Hukuman yang dijatuhkan dapat berupa penjara, kurungan, denda

dan lain – lain.

b. Hukum pidana formil atau sering juga disebut hukum inconcreto merupakan cara

untuk menegakan hukum pidana materil atau tata cara negara melaksanakan haknya

untuk mengadili atau memberi putusan kepada seseorang yang diduga melakukan

tindakan pidana.

2. Hukum pidana dalam arti subjektif atau sering juga disebut “ius puniendi”. Mengatur

bahwa hanya negara yang berhak untuk menjatuhkan hukuman. Jadi dengan kata lain,

selain negara tidak diperbolehkan untuk menjatuhkan hukuman.

Menurut pendapat Prof Moelyatno, Hukum Pdana juga mengandung 3 unsur berisi ketentuan

yang mengatur:

a. Hukum pidana mengatur tentang suatu perbuatan yang tidak boleh dilakukan atau

dilarang yang diatur dengan pidana dan disertai sanksi bagi pelanggarnya

Page 4: Resume Pertemuan 2 Pidana

b. Menentukan siapa yang dapat dipertanggungjawabkan

c. Mentukan prosedurnya

Salah satu ciri khusus pendapat Prof. Moelyatno adalah membedakan antara perbuatan pidana

dan pertanggungjawaban pidana. Seseorang yang melakukan perbuatan pidana tidak selalu

berakhir dengan sanksi pidana, kalaupun ada sanksinya harus dilihat dari kualifikasi perbuatan

pidana yang dilakukan.