tanggal - hukum.unsrat.ac.idhukum.unsrat.ac.id/men/mendagrip2010_54_lamp2.pdf · dari laporan,...

55
TAHAPAN DAN TATA CARA PENYUSUNAN RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH (RPJPD) A. BAGAN ALIR PENYUSUNAN RPJPD B. PERSIAPAN PENYUSUNAN RPJPD C. PENYUSUNAN RANCANGAN AWAL RPJPD D. PELAKSANAAN MUSRENBANG RPJPD E. PENYUSUNAN RANCANGAN AKHIR RPJPD F. PENETAPAN PERATURAN DAERAH TENTANG RPJPD LAMPIRAN II : PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR : TANGGAL :

Upload: lamtuong

Post on 26-Jul-2019

240 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

TAHAPAN DAN TATA CARA PENYUSUNAN

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH

(RPJPD)

A. BAGAN ALIR PENYUSUNAN RPJPD

B. PERSIAPAN PENYUSUNAN RPJPD

C. PENYUSUNAN RANCANGAN AWAL RPJPD

D. PELAKSANAAN MUSRENBANG RPJPD

E. PENYUSUNAN RANCANGAN AKHIR RPJPD

F. PENETAPAN PERATURAN DAERAH TENTANG RPJPD

LAMPIRAN II : PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI

NOMOR :

TANGGAL :

- 2 -

PENYUSUNAN RANCANGAN AWAL RPJPD

Persiapan Penyusunan

RPJPD

Analisis Gambaran umum kondisi

daerah provinsi

Penelaahan RPJPN dan

RPJPD daerah lainnya

Penelaahan RTRW

provinsi dan RTRW daerah

lainnya

Analisis isu-isu strategis

Pembangunan jangka panjang

provinsi

Pengolahan data dan informasi

Perumusan Permasalahan Pembangunan

Daerah provinsi

Rancangan Awal RPJPD

pendahuluan;gambaran umum kondisi daerah;analisis isu-isu strategis;visi dan misi daerah;Arah kebijakan pembangunan

jangka panjangKaidah pelaksanaan.

MUSRENBANGRPJPD

PERUMUSAN RANCANGAN AKHIR

RPJPD

PENETAPANRPJPD

Pelaksanaan Forum Konsultasi

Publik

Perumusan sasaran pokok

dan arah kebijakan

Perumusan visi dan misi

daerah provinsi

Naskah Kesepakatan Musrenbang

RPJPD

Penyiapan data dan kegiatan

Perumusan hasil

Musrenbang

Pelaksanaan Musrenbang

RPJPD

Perumusan Rancangan Akhir RPJPD

Penyampaian Rancangan Akhir RPJPD

Pembahasan Rancangan Akhir RPJPD

Rancangan Akhir RPJPD

PendahuluanGambaran umum kondisi daerahAnalisis isu-isu srategis,Visi dan misi daerahArah kebijakan pembangunan

jangka panjangKaidah pelaksanaan

Perda tentang RPJPD

RPJPD

PendahuluanGambaran umum

Kondisi daerah Analisis isu-isu

srategisVisi dan misi

daerahArah kebijakan

pembangunan jangka panjang daerah

Kaidah pelaksanaan

Rancangan Perda ttg RPJPD beserta Rancangan akhir

RPJPD

Masukan dari SKPD

Konsultasi rancangan

akhir RPJPD

Penyempurnaan rancangan akhir

RPJPD

Pembahasan rancangan perda tentang RPJPD bersama DPRD

Persetujuan bersama perda

tentang RPJPD oleh DPRD dan Kepala

Daerah

Penyampaian rancangan perda tentang RPJPD

kepada DPRD

Penyampaian perda ttg RPJPD

kepada Kepemendagri

Penyelarasan visi, misi dan

arah kebijakan RPJPD provinsi

A. BAGAN ALIR PENYUSUNAN RPJPD

Gambar.G-II.A.1 Bagan Alir Tahapan Penyusunan RPJPD Provinsi

- 3 -

GAMBAR.G-II.A.2 Bagan Alir Tahapan Penyusunan RPJPD Kabupaten/Kota

PENYUSUNAN RANCANGAN AWAL RPJPD

Persiapan Penyusun RPJPD

Analisis Gambaran

umum kondisi daerah

Kabupaten/Kota

Penelaahan RPJPN, RPJPD

Provinsi dan RPJPD kab/kota lainnya

Penelaahan RTRW Kab/

Kota dan RTRW kab/kota daerah

lainnya

Analisis isu-isu strategis

pembangunan jangka panjang kabupaten/kota

Pengolahan data dan informasi

Perumusan Permasalahan Pembangunan

Daerah Kabupaten/

kota

Rancangan Awal RPJPD

pendahuluan;gambaran umum kondisi daerah;analisis isu-isu strategis;visi dan misi daerah;arah kebijakan.

MUSRENBANGRPJPD

PERUMUSAN RANCANGAN AKHIR

RPJPD

PENETAPANRPJPD

Pelaksanaan Forum Konsultasi

Publik

Perumusan Sasasaran

pokok dan arah kebijakan

Perumusan visi dan misi

daerah kabupaten/

kota

Naskah Kesepakatan Musrenbang

RPJPD

Penyiapan data dan kegiatan

Perumusan hasil

Musrenbang

Pelaksanaan Musrenbang

RPJPD

Perumusan Rancangan Akhir RPJPD

Penyampaian Rancangan Akhir RPJPD

Pembahasan Rancangan Akhir RPJPD

Rancangan Akhir RPJPD

PendahuluanGambaran umum kondisi daerahAnalisis isu-isu srategis,Visi dan misi pembangunan

jangka panjang daerahArah kebijakan jangka panjang

daerah

Perda tentang RPJPD

RPJPD

PendahuluanGambaran umum

Kondisi daerah Analisis isu-isu

srategisVisi dan misi

Pembangunan jangka panjang daerah

Arah kebijakan jangka panjang daerah

Rancangan Perda ttg RPJPD beserta Rancangan akhir

RPJPD

Masukan dari SKPD

Pembahasan rancangan perda tentang RPJPD bersama DPRD

Persetujuan bersama perda

tentang RPJPD oleh DPRD dan Kepala

Daerah

Penyampaian rancangan perda tentang RPJPD

kepada DPRD

Penyampaian Perda Ttg

RPJPD kepada PemProv

Konsultasi rancangan

akhir RPJPD

Penyempurnaan rancangan akhir RPJPD

Penyelarasan visi, misi dan

arah kebijakan RPJPD

Kabupaten/Kota

- 4 -

B. PERSIAPAN PENYUSUNAN RPJPD

Tahapan persiapan dilakukan untuk menyiapkan keseluruhan tahapan penyusunan RPJPD

provinsi dan kabupaten/kota.

B.1. Pembentukan Tim Penyusun RPJPD

Kegiatan pembentukan tim penyusun dimulai dari penyiapan rancangan surat keputusan

kepala daerah tentang pembentukan tim penyusun RPJPD provinsi dan kabupaten/kota.

Anggota tim berasal dari pejabat dan staf SKPD yang memiliki kemampuan dan kompetensi di

bidang perencanaan dan penganggaran, serta dapat mencurahkan waktu dan konsentrasinya

untuk menyusun RPJPD.

Guna efektivitas proses penyusunan dan kedalaman kajian maupun rumusan dokumen, tim

penyusun sebaiknya dibagi ke dalam beberapa kelompok kerja (pokja) berdasarkan urusan

atau gabungan beberapa urusan penyelenggaraan pemerintahan daerah yang menjadi

kewenangan provinsi dan kabupaten/kota, atau menurut klasifikasi lainnya yang dapat

mengefektifkan dan mengefisiensikan pelaksanaan tugas dan fungsi tim.

Tugas tim penyusun RPJPD selanjutnya dijabarkan kedalam agenda kerja, yang dijadikan

sebagai panduan kerja mulai dari tahap persiapan sampai dengan ditetapkannya rancangan

Peraturan Daerah tentang RPJPD.

Struktur tim penyusun RPJPD sekurang-kurangnya sebagai berikut:

Penanggungjawab : Sekretaris Daerah

Ketua Tim : Kepala Bappeda

Wakil Ketua : Pejabat Pengelola Keuangan Daerah

Sekretaris : Sekretaris Bappeda

Anggota : Kepala SKPD sesuai dengan kebutuhan.

Tim penyusun RPJPD provinsi dan kabupaten/kota ditetapkan dengan keputusan kepala

daerah.

B.2. Orientasi mengenai RPJPD

Orientasi mengenai RPJPD kepada seluruh anggota tim perlu dilakukan. Hal ini untuk

penyamaan persepsi dan memberikan pemahaman terhadap berbagai peraturan perundang-

undangan berkaitan dengan perencanaan pembangunan nasional dan daerah, keterkaitannya

dengan dokumen perencanaan lainnya, teknis penyusunan dokumen RPJPD, dan menganalisis

serta menginterpretasikan data dan informasi perencanaan pembangunan daerah yang

diperlukan dalam menyusun RPJPD.

Bahan orientasi mengenai RPJPD, antara lain:

Peraturan perundang-undangan tentang keuangan negara; sistem perencanaan

pembangunan nasional; pemerintahan daerah; pengelolaan keuangan daerah; pembagian

urusan pemerintahan antara pemerintah, pemerintahan daerah provinsi dan pemerintahan

daerah kabupaten/kota; pedoman Evaluasi Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah

(EPPD); tahapan tata cara penyusunan, pengendalian dan evaluasi pelaksanaan rencana

penyelenggaraan daerah, dan tata cara pelaksanaan evaluasi kinerja penyelenggaraan

pemerintahan daerah.

Panduan atau pedoman teknis terkait penyusunan RPJPD dan penyusunan anggaran.

Buku-buku literatur tentang perencanaan dan penganggaran.

B.3. Penyusunan Agenda Kerja Tim RPJPD

Rencana kegiatan tim penyusun RPJPD dijabarkan kedalam agenda kerja yang dijadikan

sebagai panduan mulai dari persiapan hingga ditetapkannya rancangan Peraturan Daerah

tentang RPJPD.

- 5 -

- 6 -

Contoh agenda kerja penyusunan dokumen RPJPD adalah sebagai berikut:

Tabel T-II.B.1. Contoh Agenda Kerja Penyusunan RPJPD

No. Kegiatan Tahun 1 Tahun 2

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

A. PERSIAPAN PENYUSUNAN RPJPD

1. Pembentukan tim penyusunan RPJPD

2. Orientasi mengenai RPJPD

3. Penyusunan Agenda Kerja

4. Pengumpulan data dan Informasi

B. Penyusunan Rancangan Awal RPJPD

C. Penyiapan Surat Edaran KDH

D. Penyusunan Rancangan RPJPD

E. MUSRENBANG RPJPD

1. Penyiapan Data dan Kegiatan

2. Pelaksanaan Musrenbang RPJPD

3. Perumusan hasil Musrenbang RPJPD

F PENYUSUNAN RANCANGAN AKHIR RPJPD

1 Perumusan rancangan akhir RPJPD

2 Pembahasan rancangan akhir RPJPD dengan SKPD dan Kepala

Daerah

3 Penyampaian rancangan akhir RPJPD untuk persetujuan Kepala

Daerah

4 Konsultasi rancangan akhir RPJPD

5 Penyempurnaan rancangan akhir RPJPD berdasarkan hasil

konsultasi

G PENETAPAN PERDA RPJPD

1 Penyampaian rancangan perda tentang RPJPD kepada DPRD

2 Pembahasan rancangan perda tentang RPJPD bersama DPRD

3 Persetujuan bersama perda tentang RPJPD oleh DPRD dan

Kepala Daerah

H

Penyampaian Perda tentang RPJPD provinsi oleh Gubernur

kepada Menteri Dalam Negeri/perda tetang RPJPD

kabupaten/kota oleh Bupati/Walikota kepada gubernur dengan

tembusan ke Menteri Dalam Negeri

B.4. Pengumpulan Data dan Informasi

Data dan informasi perencanaan pembangunan daerah merupakan unsur penting dalam

penyusunan rencana, karena akan menentukan kualitas dokumen rencana pembangunan

daerah yang akan disusun. Untuk itu, dalam rangka penyusunan RPJPD perlu dikumpulkan

data dan informasi yang dapat dipertanggungjawabkan.

Pengumpulan data dan informasi dilakukan dengan langkah-langkah, sebagai berikut:

1. Menyusun daftar data dan informasi yang dibutuhkan bagi penyusunan RPJPD dan

disajikan dalam bentuk matrik (check list) untuk memudahkan analisis.

2. Mengumpulkan data dan informasi yang akurat dari sumber-sumber yang dapat

dipertanggungjawabkan.

3. Menyiapkan tabel-tabel/matrik kompilasi data yang sesuai dengan kebutuhan analisis.

Data dan informasi yang perlu dikumpulkan dalam proses penyusunan RPJPD, antara lain:

1. Peraturan perundangan terkait;

2. Kebijakan-kebijakan nasional yang terkait;

3. Dokumen-dokumen:

a. RPJPN, RTRWN, RPJMN, untuk penyusunan RPJPD provinsi;

b. RPJPN, RTRWN, RPJMN dan RPJPD provinsi untuk penyusunan RPJPD

kabupaten/kota;

- 7 -

c. Hasil evaluasi RPJPD periode lalu; dan

4. Data statistik minimal lima tahun terakhir.

Jenis data dan informasi yang diperlukan untuk menyusun dokumen RPJPD antara lain

sebagaimana tercantum dalam Lampiran I Peraturan Menteri ini.

C. PENYUSUNAN RANCANGAN AWAL RPJPD

Penyusunan rancangan awal RPJPD merupakan salah satu dari tahapan penyusunan RPJPD

rancangan awal RPJPD provinsi dan kabupaten/kota yang dilakukan melalui dua tahapan

rangkaian proses yang berurutan, mencakup:

1. Tahap perumusan rancangan awal RPJPD; dan

2. Tahap penyajian rancangan awal RPJPD.

Tahapan penyusunan rancangan awal RPJPD provinsi dan kabupaten/kota, dapat dilihat pada

Gambar.G-II.C.1 dan Gambar.G-II.C.2.

Gambar.G-II.C.1 Penyusunan Rancangan Awal RPJPD Provinsi

Analisis Gambaran

umum kondisi daerah Provinsi

Penelaahan RPJPN dan

RPJPD provinsi lainnya

Penelaahan RTRW

Provinsi dan RTRW provinsi lainnya

Analisis isu-isu

strategis pembangunan jangka panjang

provinsiPengolahan data dan informasi

Perumusan Permasalahan Pembangunan

Daerah Provinsi

Rancangan Awal RPJPD

pendahuluan;gambaran umum kondisi daerah;analisis isu-isu strategis;visi dan misi daerah;arah kebijakan.

Pelaksanaan Forum Konsultasi

Publik

Perumusan Sasaran pokok

dan arah kebijakan

Perumusan visi dan misi

daerah

Masukan dari SKPD

Penyelarasan visi, misi dan

arah kebijakan RPJPD Provinsi

- 8 -

Gambar.G-II.C.2

Penyusunan Rancangan Awal RPJPD Kabupaten/Kota

Analisis Gambaran

umum kondisi daerah

Penelaahan RPJPN, RPJPD

Provinsi dan RPJPD kab/kota lainnya

Penelaahan RTRW Kab/

Kota dan RTRW kab/kota daerah

lainnya

Analisis isu-isu

strategis pembangunan jangka panjang

Kabupaten/Kota

Pengolahan data dan informasi

Perumusan Permasalahan Pembangunan

Daerah Kabupaten/

Kota

Rancangan Awal RPJPD

pendahuluan;gambaran umum kondisi daerah;analisis isu-isu strategis;visi dan misi daerah;arah kebijakan.

Pelaksanaan Forum Konsultasi

Publik

Perumusan sasaran pokok

dan arah kebijakan

Perumusan visi dan misi

daerah

Masukan dari SKPD

Penyelarasan visi, misi dan

arah kebijakan RPJPD

Kabupaten/Kota

C.1. Tahap Perumusan Rancangan Awal RPJPD

Perumusan isi dan substansi rancangan awal RPJPD sangat menentukan kualitas dokumen

RPJPD yang akan dihasilkan, mengingat cikal bakal perumusan kebijakan perencanaan

pembangunan jangka panjang daerah yang akan disusun kedalam RPJPD, disiapkan pada

tahap ini baik melalui pendekatan teknokratis maupun pendekatan partisipatif. Dokumentasi

perumusan dan keseluruhan tahap perencanaan pembangunan daerah daerah dijadikan

sebagai kertas kerja (working paper). Suatu kertas kerja perumusan dan keseluruhan tahap

penyusunan RPJPD merupakan dokumen yang tak terpisahkan dan dijadikan sebagai dasar

penyajian (dokumen).

a. Perumusan rancangan awal RPJPD provinsi dilakukan melalui serangkaian kegiatan,

sebagai berikut:

1. Pengolahan data dan informasi;

2. Penelaahan RTRW provinsi dan RTRW provinsi lainnya;

3. Analisis gambaran umum kondisi daerah provinsi;

4. Perumusan permasalahan pembangunan daerah provinsi.

5. Penelaahan RPJPN dan RPJPD provinsi lainnya;

6. Analisis isu-isu strategis pembangunan jangka panjang daerah provinsi;

7. Perumusan visi dan misi daerah provinsi;

8. Perumusan arah kebijakan;

9. Pelaksanaan forum konsultasi publik; dan

10. Penyelarasan visi, misi, dan arah kebijakan RPJPD provinsi.

b. Perumusan rancangan awal RPJPD kabupaten/kota dilakukan melalui serangkaian

kegiatan, sebagai berikut:

1. Pengolahan data dan informasi;

2. Penelaahan RTRW kabupaten/kota dan RTRW kabupaten/kota lainnya;

3. Analisis gambaran umum kondisi daerah kabupaten/kota;

4. Perumusan permasalahan pembangunan daerah kabupaten/kota;

5. Penelaahan RPJPN, RPJPD provinsi, dan RPJPD kabupaten/kota lainnya;

6. Analisis isu-isu strategis pembangunan jangka panjang daerah kabupaten/kota;

7. Perumusan visi dan misi daerah kabupaten/kota;

- 9 -

8. Perumusan arah kebijakan;

9. Pelaksanaan forum konsultasi publik; dan

10. Penyelarasan visi, misi, dan arah kebijakan RPJPD kabupaten/kota.

C.1.1. Pengolahan Data dan Informasi

Tahap pengolahan data dan informasi bertujuan untuk menyajikan seluruh kebutuhan data

dari laporan, informasi, hasil analisis, resume/notulen-notulen pertemuan, bahan paparan

(slide atau white paper), hasil riset dan lain-lain, menjadi informasi yang lebih terstruktur,

sistematis, dan relevan bagi pembahasan tim dan pihak-pihak terkait ditiap tahap perumusan

penyusunan rancangan awal RPJPD.

Mengingat pentingnya kesiapan data dan informasi dalam proses perumusan RPJPD, perlu

ditunjuk anggota tim yang secara khusus bertanggung jawab terhadap pengolahan data (dan

bagaimana data itu harus diperoleh) sangat penting.

Data dan informasi yang diolah mencakup bahan yang diperlukan dalam rangka analisis

kondisi umum wilayah dan permasalahan pembangunan daerah, evaluasi kinerja

pembangunan daerah, analisis ekonomi dan keuangan daerah, telaahan kebijakan nasional

dan provinsi, serta telaahan rumusan hasil reses DPRD.

Data dan informasi perencanaan pembangunan daerah harus dikompilasi secara terstruktur

berdasarkan aspek geografi dan demografi, aspek kesejahteraan, aspek pelayanan umum,

dan aspek daya saing daerah. Hal ini dilakukan untuk memudahkan pengolahan serta analisis

secara sistematis guna memberikan gambaran tentang kondisi umum daerah sekurang-

kurangnya 5 (lima) tahun sebelumnya.

Hal penting lainnya yang perlu diperhatikan yaitu bahwa pengolahan data dan informasi

hendaknya tidak dilakukan hanya disaat dimulainya perencanaan, tetapi kegiatan ini arus

berlangsung terus menerus, seiring dengan dinamika penyelengaraan pemerintahan daerah.

Berhubung pengolahan/tersedianya data dan informasi yang akurat merupakan salah satu

kelemahan atau kurang mendapat perhatian selama ini, maka di lingkungan SKPD perlu

ditingkatkan/ditumbuhkembangkan kesadaran tentang pentingnya data dan informasi,

utamanya bagi pengelolaan rencana pembangunan daerah.

Untuk efektifitas dan efisiensi pengolahan data dan informasi perencanaan pembangunan

daerah yang disiapkan, tim penyusun harus menyusun terlebih dahulu hasil pengolahan data

dan informasi yang diperlukan kedalam kertas kerja (worksheet), bisa dalam bentuk grafis

maupun dalam bentuk Tabel. Tidak semua data dan informasi dapat disajikan dalam dokumen

RPJPD, karena tergantung pada urgensi data dan informasi apa saja yang paling signifikan

sesuai dengan kebutuhan, berdasarkan sistematika penulisan RPJPD yang ditetapkan dalam

peraturan perundang-undangan.

Berdasarkan penjelasan diatas, maka berikut ini akan diberikan beberapa contoh pengolahan

data dan informasi perencanaan pembangunan daerah yang diperlukan dalam menyusun

RPJPD provinsi, kabupaten/kota yang selanjutnya dapat dikembangkan sesuai dengan

kebutuhan daerah.

C.1.2. Penelaahan RTRW dan RTRW Daerah lainnya

Perencanaan pembangunan daerah pada prinsipnya bertujuan mengintegrasikan rencana tata

ruang wilayah dengan rencana pembangunan daerah. Dalam kaitan itu, penyusunan RPJPD

harus berpedoman pada RTRWD masing-masing. Hal ini untuk menjamin agar arah kebijakan

dan sasaran pokok dalam RPJPD selaras dengan atau tidak menyimpang dari arah kebijakan

RTRW.

Rancangan awal RPJPD provinsi disusun dengan mengacu pada RPJPN dan berpedoman pada

RTRW provinsi, serta memperhatikan RPJPD dan RTRW provinsi lainnya. Sedangkan,

rancangan awal RPJPD kabupaten/kota disusun dengan mengacu pada RPJPN dan RPJPD

provinsi dan berpedoman pada RTRW kabupaten/kota, serta memperhatikan RPJPD dan

RTRW kabupaten/kota lainnya.

C.1.2.1. Penelaahan RTRW

Tata ruang merupakan perwujudan dari struktur ruang dan pola ruang. Penelaahan rencana

tata ruang bertujuan untuk melihat kerangka pemanfaatan ruang daerah dalam 20 (dua

puluh) tahun mendatang berikut asumsi-asumsinya, dengan cara:

- 10 -

1. Menelaah rencana struktur ruang

Struktur ruang merupakan susunan pusat-pusat permukiman dan sistem jaringan

prasarana dan sarana yang berfungsi sebagai pendukung kegiatan sosial ekonomi

masyarakat, yang secara hirarkis memiliki hubungan fungsional.

Telaahan terhadap rencana struktur ruang meliputi:

a. Peta rencana struktur ruang;

b. Rencana sistem perkotaan;

c. Rencana jaringan transportasi;

d. Rencana jaringan energi;

e. Rencana jaringan telekomunikasi; dan

f. Rencana sistem jaringan sumber daya air.

2. Menelaah rencana pola ruang

Pola ruang merupakan distribusi peruntukan ruang dalam suatu wilayah yang meliputi

peruntukan untuk fungsi lindung dan untuk fungsi budidaya.

Telaahan terhadap rencana pola ruang, meliputi:

a. Rencana kawasan lindung; dan

b. Rencana kawasan budidaya yang memiliki nilai strategis.

3. Menelaah indikasi program pemanfaatan ruang

Program pemanfaatan ruang adalah program yang disusun dalam rangka mewujudkan

rencana tata ruang yang bersifat indikatif, melalui sinkronisasi program sektoral dan

kewilayahan baik di pusat maupun di daerah secara terpadu.

Telaahan terhadap indikasi program pemanfaatan ruang, meliputi:

a. Provinsi

1) Menelaah program pembangunan sektoral wilayah provinsi;

2) Menelaah program pengembangan wilayah provinsi;

3) Menelaah program pengembangan kawasan perkotaan yang mencakup 2 (dua)

atau lebih wilayah kabupaten/kota;

4) Menelaah program pengembangan kawasan perdesaan yang mencakup 2 (dua)

atau lebih wilayah kabupaten/kota; dan

5) Menelaah program pengembangan kawasan dan lingkungan strategis yang

merupakan kewenangan pemerintah daerah provinsi;

b. Kabupaten

1) Menelaah program pembangunan sektoral wilayah kabupaten;

2) Menelaah program pengembangan wilayah kabupaten;

3) Menelaah program pengembangan kawasan perkotaan;

4) Menelaah program pengembangan kawasan perdesaan; dan

5) Menelaah program pengembangan kawasan dan lingkungan strategis yang

merupakan kewenangan pemerintah daerah kabupaten.

c. Kota

1) Menelaah program pembangunan sektoral wilayah kota;

2) Menelaah program pengembangan wilayah kota; dan

3) Menelaah program pengembangan kawasan dan lingkungan strategis yang

merupakan kewenangan pemerintah daerah kota.

Telaahan rencana tata ruang ditujukan untuk memperoleh informasi bagi analisis gambaran

umum kondisi daerah.

Dengan menelaah rencana tata ruang daerah, dapat diidentifikasi (secara geografis) arah

pengembangan wilayah, arah kebijakan, dan pentahapan pengembangan wilayah per 5 (lima)

tahun dalam 20 (dua puluh) tahun kedepan. Hasil telaahan struktur dan pola ruang

- 11 -

selanjutnya dituangkan ke dalam contoh Tabel.T-II.C.1 dan Tabel.T-II.C.2, sebagai berikut:

Tabel.T-II.C.1. Hasil Telaahan Struktur Ruang

Provinsi/Kabupaten/Kota ......*)

No Rencana Struktur Ruang

Rencana pentahapan pemanfaatan struktur ruang sesuai RTRW

Arah pemanfaatan

Ruang/Indikasi

Program

lokasi Waktu pelaksanaan

lima tahun ke-I lima tahun ke-II lima tahun ke-III lima tahun ke-IV

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)

I. Rencana pusat permukiman

I.1 ...........................................

I.2 Dst…

II. Rencana jaringan transportasi

II.1 ...........................................

II.2 Dst…

III. Rencana jaringan energi

III.1 ...........................................

III.2 Dst….

IV. Rencana jaringan telekomunikasi

IV.1 ...........................................

IV.2 Dst…

V. Rencana sistem jaringan sumber daya air

V.1 ...........................................

V.2 Dst….

Dst….

*) Sesuaikan atau diisi dengan nama provinsi/kabupaten/kota.

Tabel.T-II.C.2. Hasil Telaahan Pola Ruang

Provinsi/Kabupaten/Kota ......*)

No Rencana Pola Ruang

Rencana pentahapan pemanfaatan Pola Ruang sesuai RTRW

Arah pemanfaatan

Ruang/Indikasi Program lokasi

Waktu pelaksanaan

lima tahun ke-I lima tahun ke-II lima tahun ke-III lima tahun ke-IV

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)

I. Rencana kawasan lindung

I.1 ...........................................

I.2 ...........................................

Dst ...

II. Rencana kawasan budidaya yang memiliki nilai strategis

II.1 ...........................................

II.2 ...........................................

Dst ...

*) Sesuaikan atau diisi dengan nama provinsi/kabupaten/kota.

C.1.2.2. Penelahaan RTRW Daerah lainnya

Dalam menyusun RPJPD, selain berpedoman pada RTRW sendiri juga berpedoman pada RTRW

daerah lain, agar tercipta sinkronisasi dan sinergi pembangunan jangka panjang daerah

antarprovinsi dan/atau antarkabupaten/kota, serta keterpaduan struktur dan pola ruang

dengan provinsi/kabupaten lainnya, terutama yang ditetapkan sebagai satu kesatuan wilayah

pembangunan provinsi/kabupaten/kota dan atau yang memiliki hubungan keterkaitan atau

pengaruh dalam pelaksanaan pembangunan daerah.

Penelaan RTRW daerah lain dilakukan seperti tahapan pada telaahan RTRW daerah sendiri

namun lebih disederhanakan, menyangkut pola ruang dan tata ruang daerah lain yang

berhubungan dengan perencanaan pembangunan daerah sendiri. Penentuan daerah mana

yang harus ditelaah RTRW-nya adalah berdasarkan pertimbangan awal dan implikasi

pembangunan dimasa-masa lalu maupun secara strategis dan kewilayahan.

C.1.3. Analisis Gambaran Umum Kondisi Daerah

Gambaran umum kondisi daerah akan menjelaskan tentang kondisi geografi dan demografi,

serta indikator capaian kinerja penyelenggaraan pemerintahan daerah provinsi dan

kabupaten/kota. Adapun indikator capaian kinerja penyelenggaraan pemerintahan yang

- 12 -

penting dianalisis meliputi 3 (tiga) aspek utama, yaitu aspek kesejahteraan masyarakat, aspek

pelayanan umum dan aspek daya saing daerah.

Analisis gambaran umum kondisi daerah memberikan pemahaman awal bagi tim tentang apa,

bagaimana, dan sejauh mana keberhasilan pembangunan daerah yang dilakukan selama ini,

dan identifikasi faktor-faktor dan berbagai aspek yang nantinya perlu ditingkatkan dalam

optimalisasi pencapaian keberhasilan pembangunan daerah provinsi dan kabupaten/kota.

Gambaran umum kondisi daerah memberikan basis atau pijakan dalam proses perumusan

perencanaan pembangunan daerah, baik dari aspek geografi dan demografi serta capaian

kinerja penyelenggaraan pemerintahan daerah beserta interpretasinya. Mengingat

perbedaaan dari karakteristiknya maka dalam analisis gambaran umum kondisi daerah harus

disesuaikan dengan struktur kewenangan dan tingkatan pemerintahan antara provinsi dan

kabupaten/kota.

Hal yang perlu diperhatikan bahwa sumber data dan informasi yang akan diolah untuk

mengevaluasi capaian indikator kinerja penyelenggaraan pemerintahan daerah provinsi,

merupakan data dan informasi yang menggambarkan keadaan senyatanya pada setiap

kabupaten/kota. Sedangkan, data dan informasi yang diolah untuk kabupaten/kota,

menggambarkan keadaan setiap kecamatan di wilayah masing-masing.

1. Aspek Geografi dan Demografi

Analisis pada aspek geografi provinsi dan kabupaten/kota perlu dilakukan untuk memperoleh

gambaran mengenai karakteristik lokasi dan wilayah, potensi pengembangan wilayah,

kerentanan wilayah terhadap bencana. Sedangkan gambaran kondisi demografi, antara lain

mencakup perubahan penduduk, komposisi dan populasi masyarakat secara keseluruhan

atau kelompok dalam waktu tertentu, pada provinsi dan kabupaten/kota.

Secara rinci, analisis geografi daerah untuk provinsi dan kabupaten/kota dapat dilakukan

antara lain terhadap:

a. Karakteristik lokasi dan wilayah, mencakup:

1) Luas dan batas wilayah administrasi;

2) Letak dan kondisi geografis, antara lain terdiri dari:

a) Posisi astronomis;

b) Posisi geostrategis;

c) Kondisi/kawasan, antara lain meliputi:

(1) Pedalaman;

(2) Terpencil;

(3) Pesisir;

(4) Pegunungan;

(5) Kepulauan;

3) Topografi, antara lain terdiri dari:

a) Kemiringan lahan;

b) Ketinggian lahan;

4) Geologi, antara lain terdiri dari:

a) Struktur dan karakteristik;

b) Potensi;

5) Hidrologi, antara lain terdiri dari:

a) Daerah Aliran Sungai;

b) Sungai, danau dan rawa;

c) Debit;

6) Klimatologi, antara lain terdiri dari:

a) Tipe;

b) Curah hujan;

c) Suhu;

d) Kelembaban;

7) Penggunaan lahan, antara lain terdiri dari:

a) Kawasan budidaya; dan

b) Kawasan lindung;

- 13 -

b. Potensi pengembangan wilayah

Berdasarkan deskripsi karakteristik wilayah, dapat diidentifikasi wilayah yang memiliki

potensi untuk dikembangkan sebagai kawasan budidaya seperti perikanan, pertanian,

pariwisata, industri, pertambangan dan lain-lain dengan berpedoman pada rencana tata

ruang wilayah.

c. Wilayah rawan bencana

Berdasarkan deskripsi karakteristik wilayah dapat diidentifikasi wilayah yang berpotensi

terhadap rawan bencana alam, seperti: banjir, tsunami, abrasi, longsor, kebakaran hutan,

gempa tektonik/vulkanik, dan lain-lain.

d. Demografi

Memberikan deskripsi tentang ukuran, struktur, dan distribusi penduduk serta bagaimana

jumlah penduduk berubah setiap waktu akibat kelahiran, kematian, migrasi, serta

penuaan. Analisis kependudukan dapat merujuk pada komposisi dan populasi masyarakat

secara keseluruhan atau kelompok tertentu yang didasarkan kriteria seperti pendidikan,

kewarganegaraan, agama, atau entitas tertentu.

2. Aspek Kesejahteraan Masyarakat

Aspek kesejahteraan masyarakat terdiri dari kesejahteraan dan pemerataan ekonomi,

kesejahteraan sosial, serta seni budaya dan olahraga.

Untuk menganalisis gambaran umum kondisi daerah pada aspek kesejahteraan masyarakat

dalam menyusun rancangan awal RPJPD provinsi, terlebih dahulu disusun Tabel capaian

indikator setiap variabel yang akan dianalisis menurut kabupaten/kota di wilayah provinsi.

Sedangkan untuk penyusunan RPJPD kabupaten/kota, terlebih dahulu disusun Tabel capaian

indikator setiap variabel yang akan dianalisis menurut kecamatan di wilayah diwilayah

kabupaten/kota. Indikator variabel aspek kesejahteraan masyarakat dimaksud, terdiri dari:

2.1. Fokus Kesejahteraan dan Pemerataan Ekonomi

Analisis kinerja atas fokus kesejahteraan dan pemerataan ekonomi dilakukan terhadap

indikator pertumbuhan PDRB, laju inflasi provinsi, PDRB per kapita, indeks gini, pemerataan

pendapatan versi Bank Dunia, indeks ketimpangan Williamson (indeks ketimpangan regional),

persentase penduduk diatas garis kemiskinan, dan angka kriminalitas yang tertangani.

Berikut ini disajikan beberapa contoh hasil analisis dari beberapa indikator kinerja pada fokus

kesejahteraan dan pemerataan ekonomi, sebagai berikut:

a. Pertumbuhan PDRB

Hasil analisis pertumbuhan PDRB dapat disajikan dalam contoh tabel, sebagai berikut:

Tabel.T-II.C.3. Nilai dan Kontribusi Sektor dalam PDRB Tahun .... s.d ....

atas Dasar Harga Konstan Tahun .....

Provinsi/Kabupaten/Kota ......*)

No. Sektor (n-5) (n-4) (n-3) (n-2) (n-1)**)

(Rp) % (Rp) % (Rp) % (Rp) % (Rp) %

1 Pertanian

2 Pertambangan & Penggalian

3 Industri Pengolahan

4 Listrik, Gas, & Air Bersih

5 Konstruksi

6 Perdagangan, Hotel , & Restoran

7 Pengangkutan & Komunikasi

8 Keuangan, Sewa, & Js. Perush.

9 Jasa-jasa

PDRB

*) Sesuaikan atau diisi dengan nama provinsi/kabupaten/kota.

**) Diisi sesuai dengan ketersediaan data.

- 14 -

Tabel.T-II.C.4. Nilai dan Kontribusi Sektor dalam PDRB Tahun .... s.d ....

atas Dasar Harga Berlaku

Provinsi/Kabupaten/Kota ......*)

No. Sektor (n-5) (n-4) (n-3) (n-2) (n-1)**)

(Rp) % (Rp) % (Rp) % (Rp) % (Rp) %

1 Pertanian

2 Pertambangan & Penggalian

3 Industri Pengolahan

4 Listrik,Gas, & Air bersih

5 Konstruksi

6 Perdagangan, Hotel, & Restoran

7 Pengangkutan & Komunikasi

8 Keuangan, sewa, & Js. Perusahaan

9 Jasa-jasa

PDRB

*) Sesuaikan atau diisi dengan nama provinsi/kabupaten/kota.

**) Diisi sesuai dengan ketersediaan data.

Tabel.T-II.C.5. Perkembangan Kontribusi Sektor dalam PDRB Tahun .... s.d ....

atas Dasar Harga Berlaku (Hb) dan Harga Konstan (Hk)

Provinsi/Kabupaten/Kota ......*)

No. Sektor

(n-5) (n-4) (n-3) (n-2) (n-1)**)

Hb Hk Hb Hk Hb Hk Hb Hk Hb Hk

% % % % % % % % % %

1 Pertanian

2 Pertambangan & Penggalian

3 Industri Pengolahan

4 Listrik,Gas, & Air bersih

5 Konstruksi

6 Perdagangan, Hotel, & Restoran

7 Pengangkutan & Komunikasi

8 Keuangan, sewa, & Js. Perusahaan

9 Jasa-jasa

PDRB

*) Sesuaikan atau diisi dengan nama provinsi/kabupaten/kota.

**) Diisi sesuai dengan ketersediaan data.

Tabel.T-II.C.6. Pertumbuhan Kontribusi Sektor dan PDRB Atas Dasar Harga Berlaku (Hb)

dan Harga Konstan (Hk) Tahun ..... sampai dengan Tahun...

Provinsi/Kabupaten/Kota ......*)

No. Sektor

Pertumbuhan

Hb Hk

% %

1 Pertanian

2 Pertambangan & Penggalian

3 Industri Pengolahan

4 Listrik,Gas, & Air bersih

5 Konstruksi

6 Perdagangan, Hotel, & Restoran

7 Pengangkutan & Komunikasi

8 Keuangan, sewa, & Jasa Perusahaan

9 Jasa-jasa

PDRB

*) Sesuaikan atau diisi dengan nama provinsi/kabupaten/kota.

**) Diisi sesuai dengan ketersediaan data.

- 15 -

Tabel.T-II.C.7. Perkembangan PDRB provinsi/kabupaten/kota Tahun .... s.d ....

atas Dasar Harga Konstan dan Harga Berlaku

Provinsi/Kabupaten/Kota ......*)

(dalam jutaan rupiah)

No

Kabupaten/Kota/Kecamatan*)

PDRB

(n-5) (n-4) (n-3) (n-2) (n-1)**)

HB HK HB HK HB HK HB HK HB HK

1 Kabupaten/Kota/Kecamatan.....***)

2 Kabupaten/Kota/Kecamatan.....***)

3 Kabupaten/Kota/Kecamatan.....***)

4 Kabupaten/Kota/Kecamatan.....***)

5 Dst …

Standar

Provinsi/Kabupaten/Kota****)

Standar Nasional/Provinsi****)

Standar Internasional/Nasional****)

*) Sesuaikan atau diisi dengan nama provinsi/kabupaten/kota.

**) Diisi sesuai dengan ketersediaan data.

***) Jika tabel provinsi, isi sesuai nama kabupaten/kota berkenaan, dan apabila tabel kabupaten/kota diisi

dengan nama kecamatan berkenaan.

****) Coret sesuai dengan kebutuhan (untuk kabupaten dapat dibandingkan dengan standar provinsi, jika

kecamatan dapat dibandingkan dengan standar kabupaten/kota dst....)

b. Laju Inflasi

Hasil analisis nilai inflasi rata-rata dapat disajikan dalam contoh tabel, sebagai berikut:

Tabel.T-II.C.8. Nilai inflasi rata-rata Tahun.... s.d ....

Provinsi/Kabupaten/Kota ......*)

Uraian (n-5) (n-4) (n-3) (n-2) (n-1)**) Rata-rata

pertumbuhan

Inflasi

*) Sesuaikan atau diisi dengan nama provinsi/kabupaten/kota.

**) Diisi sesuai dengan ketersediaan data.

Analisis terhadap indikator kinerja lainnya pada fokus kesejahteraan dan pemerataan ekonomi

provinsi/kabupaten/kota, dapat disajikan kedalam bentuk grafis atau tabel sesuai dengan

kebutuhan daerah seperti contoh diatas, dengan merujuk pada Lampiran I Peraturan Menteri

ini.

2.2. Fokus Kesejahteraan Sosial

Analisis kinerja atas fokus kesejahteraan sosial dilakukan terhadap indikator angka melek

huruf, angka rata-rata lama sekolah, angka partisipasi kasar, angka pendidikan yang

ditamatkan, angka partisipasi murni, angka kelangsungan hidup bayi, angka usia harapan

hidup, persentase penduduk yang memiliki lahan, dan rasio penduduk yang bekerja.

Berikut ini disajikan beberapa contoh hasil analisis dari beberapa indikator kinerja pada fokus

kesejahteraan sosial, sebagai berikut:

a. Angka melek huruf

Hasil analisis angka melek huruf dapat disajikan dalam contoh tabel, sebagai berikut:

Tabel.T-II.C.9. Perkembangan Angka Melek Huruf Tahun .... s.d ....

Provinsi/Kabupaten/Kota ......*)

No. Uraian (n-5) (n-4) (n-3) (n-2) (n-1)**)

1 Jumlah penduduk usia diatas 15 tahun yang

bisa membaca dan menulis

2 Jumlah penduduk usia 15 tahun ke atas

3 Angka melek huruf

*) Sesuaikan atau diisi dengan nama provinsi/kabupaten/kota.

- 16 -

**) Diisi sesuai dengan ketersediaan data.

Tabel.T-II.C.10. Angka Melek Huruf Tahun .... menurut kabupaten/kota/kecamatan

Provinsi/Kabupaten/Kota ......*)

No. Kabupaten/Kota/Kecamatan*)

Jumlah penduduk usia diatas

15 tahun yang bisa membaca

dan menulis

Jumlah penduduk

usia 15 tahun keatas Angka melek huruf

1 Kabupaten/Kota /Kecamatan.....**)

2 Kabupaten/Kota /Kecamatan.....**)

3 Dst .....

Jumlah

*) Sesuaikan atau diisi dengan nama provinsi/kabupaten/kota.

**) Jika tabel provinsi, isi sesuai nama kabupaten/kota berkenaan, dan apabila tabel kabupaten/kota diisi

dengan nama kecamatan.

b. Angka rata-rata lama sekolah

Hasil analisis angka rata-rata lama sekolah dapat disajikan dalam contoh tabel, sebagai

berikut:

Tabel.T-II.C.11. Rata-Rata Lama Sekolah Tahun .... s.d ....

Provinsi/Kabupaten/Kota ......*)

No. Kabupaten/Kota/Kecamatan*) (n-5) (n-4) (n-3) (n-2) (n-1)**)

L P L P L P L P L P

1 Kabupaten/Kota/Kecamatan.....***)

2 Kabupaten/Kota/Kecamatan.....***)

3 Dst .....

Jumlah

*) Sesuaikan atau diisi dengan nama provinsi/kabupaten/kota.

**) Diisi sesuai dengan ketersediaan data.

***) Jika tabel provinsi, isi sesuai nama kabupaten/kota berkenaan, dan apabila tabel kabupaten/kota diisi

dengan nama kecamatan.

Analisis terhadap indikator kinerja lainnya pada fokus kesejahteraan sosial sesuai dengan

kewenangan provinsi dan kabupaten/kota, dapat disajikan kedalam bentuk grafis atau Tabel

sesuai dengan kebutuhan daerah seperti contoh diatas, dengan merujuk pada Lampiran I

Peraturan Menteri ini.

2.3. Fokus Seni Budaya dan Olahraga

Analisis kinerja atas seni budaya dan olahraga dilakukan terhadap indikator jumlah grup

kesenian, jumlah klub olahraga, dan jumlah gedung olahraga.

Berikut ini disajikan beberapa contoh hasil analisis dari beberapa indikator kinerja pada fokus

seni budaya dan olahraga sebagai berikut:

Tabel.T-II.C.12. Perkembangan Seni, Budaya dan Olahraga Tahun .... s.d ....

Provinsi/Kabupaten/Kota ......*)

No. Capaian Pembangunan (n-5) (n-4) (n-3) (n-2) (n-1)**)

1 Jumlah grup kesenian per 10.000

penduduk.

2 Jumlah gedung kesenian per 10.000

penduduk.

3 Jumlah klub olahraga per 10.000

penduduk.

4 Jumlah gedung olahraga per 10.000

penduduk.

*) Sesuaikan atau diisi dengan nama provinsi/kabupaten/kota.

**) Diisi sesuai dengan ketersediaan data.

- 17 -

Tabel.T-II.C.13. Perkembangan Seni, Budaya dan Olahraga Tahun .... menurut kabupaten/kota/kecamatan

Provinsi/Kabupaten/Kota ......*)

No Kabupaten/Kota/Kecamatan*)

Jumlah grup

kesenian per

10.000 penduduk

Jumlah gedung

kesenian per

10.000 penduduk

Jumlah klub

olahraga per

10.000 penduduk

Jumlah gedung

olahraga per

10.000 penduduk 1 Kabupaten/Kota/Kecamatan.....**)

2 Kabupaten/Kota/Kecamatan.....**)

3 Kabupaten/Kota/Kecamatan.....**)

4 Dst ......

Jumlah

*) Sesuaikan atau diisi dengan nama provinsi/kabupaten/kota.

**) Jika tabel provinsi, isi sesuai nama kabupaten/kota berkenaan, dan apabila tabel kabupaten/kota diisi

dengan nama kecamatan.

Analisis terhadap indikator kinerja pada fokus seni budaya dan olahraga lainnya sesuai

dengan kebutuhan untuk provinsi dan kabupaten/kota, dapat disajikan kedalam bentuk grafis

atau table seperti contoh diatas dengan merujuk pada Lampiran I Peraturan Menteri ini.

3. Aspek Pelayanan Umum

Pelayanan publik atau pelayanan umum merupakan segala bentuk jasa pelayanan, baik dalam

bentuk barang publik maupun jasa publik yang menjadi tanggung jawab pemerintah daerah

provinsi dan kabupaten/kota dalam upaya pemenuhan kebutuhan masyarakat sesuai dengan

ketentuan perundang-undangan.

Untuk menganalisis gambaran umum kondisi daerah pada aspek pelayanan umum dalam

menyusun rancangan awal RPJPD provinsi terlebih dahulu disusun Tabel capaian indikator

setiap variabel yang dianalisis menurut kabupaten/kota di wilayah provinsi.

Sedangkan untuk penyusunan rancangan awal RPJPD kabupaten/kota disusun kedalam

Tabel capaian indikator setiap variabel yang dianalisis menurut kecamatan di wilayah

kabupaten/kota.

Indikator variabel aspek pelayanan umum terdiri dari:

3.1 Fokus Layanan Urusan Wajib

Analisis kinerja atas layanan urusan wajib dilakukan terhadap indikator-indikator kinerja

penyelengaraan urusan wajib pemerintahan daerah, yaitu bidang urusan pendidikan,

kesehatan, pekerjaan umum, perumahan, penataan ruang, perencanaan pembangunan,

perhubungan, lingkungan hidup, pertanahan, kependudukan dan catatan sipil, pemberdayaan

perempuan dan perlindungan anak, keluarga berencana dan keluarga sejahtera, sosial,

ketenagakerjaan, koperasi dan usaha kecil menengah, penanaman modal, kebudayaan,

kepemudaan dan olah raga, kesatuan bangsa dan politik dalam negeri, otonomi daerah,

pemerintahan umum, administrasi keuangan daerah, perangkat daerah, kepegawaian, dan

persandian, ketahanan pangan, pemberdayaan masyarakat dan desa, statistik, kearsipan,

komunikasi dan informatika dan perpustakaan.

Berikut ini disajikan beberapa contoh hasil analisis dari beberapa indikator kinerja pada fokus

layanan urusan wajib pemerintahan daerah, sebagai berikut:

a. Angka partisipasi sekolah

Hasil analisis perkembangan Angka Partisipasi Sekolah (APS) di lingkup provinsi dan

kabupaten/kota dapat disajikan dalam contoh tabel, sebagai berikut:

- 18 -

Tabel.T-II.C.14. Perkembangan Angka Partisipasi Sekolah (APS)

Tahun .... s.d ....

Provinsi/Kabupaten/Kota ......*)

No. Jenjang Pendidikan (n-5) (n-4) (n-3) (n-2) (n-1)**)

1 SD/MI

1.1. jumlah murid usia 7-12 thn

1.2. jumlah penduduk kelompok usia 7-12

tahun

1.3. APS SD/MI

2 SMP/MTs

2.1. jumlah murid usia 13-15 thn

2.2. jumlah penduduk kelompok usia 13-

15 tahun

2.3. APS SMP/MTs

*) Sesuaikan atau diisi dengan nama provinsi/kabupaten/kota.

**) Diisi sesuai dengan ketersediaan data.

Tabel.T-II.C.15. Angka Partisipasi Sekolah (APS)

Tahun .... menurut kabupaten/kota/kecamatan*)

Provinsi/Kabupaten/Kota ......*)

No. Kabupaten/Kota/Kecamatan*)

SD/MI SMP/MTs

jumlah

murid

usia 7-12

thn

jumlah

penduduk usia

7-12 th

APS

jumlah

murid usia

13-15 thn

jumlah

penduduk

usia 13-15

th

APS

1 Kabupaten/Kota/Kecamatan.....**)

2 Kabupaten/Kota/Kecamatan.....**)

3 Kabupaten/Kota/Kecamatan.....**)

4 Kabupaten/Kota/Kecamatan.....**)

5 Dst ......

Jumlah

*) Sesuaikan atau diisi dengan nama provinsi/kabupaten/kota.

**) Jika tabel provinsi, isi sesuai nama kabupaten/kota berkenaan, dan apabila tabel kabupaten/kota diisi

dengan nama kecamatan.

b. Rasio ketersediaan gedung sekolah/penduduk usia sekolah

Hasil analisis rasio ketersediaan gedung sekolah per-penduduk usia sekolah se provinsi dan

kabupaten/kota dapat disajikan dalam contoh tabel, sebagai berikut:

Tabel.T-II.C.16.

Ketersediaan Sekolah dan Penduduk Usia Sekolah

Tahun .... s.d ....

Provinsi/Kabupaten/Kota ......*)

No. Jenjang Pendidikan (n-5) (n-4) (n-3) (n-2) (n-1)**)

1 SD/MI

1.1. Jumlah gedung sekolah

1.2. jumlah penduduk kelompok usia 7-12 tahun

1.3. Rasio

2 SMP/MTs

2.1. Jumlah gedung sekolah

2.2. jumlah penduduk kelompok usia 13-15 tahun

2.3. Rasio

*) Sesuaikan atau diisi dengan nama provinsi/kabupaten/kota.

**) Diisi sesuai dengan ketersediaan data.

- 19 -

Tabel.T-II.C.17. Ketersediaan Sekolah dan Penduduk Usia Sekolah Tahun .......

Menurut kabupaten/kota/kecamatan

Provinsi/Kabupaten/Kota ......*)

No. Kabupaten/Kota/Kecamatan*)

SD/MI SMP/MTs

Jumlah

gedung

sekolah

jumlah

penduduk usia

7-12 th

Rasio

Jumlah

gedung

sekolah

jumlah

penduduk usia

13-15 th

Rasio

(1) (2) (3) (4) (5=3/4) (6) (7) (8=6/7)

1 Kabupaten/Kota/Kecamatan.....**)

2 Kabupaten/Kota/Kecamatan.....**)

3 Kabupaten/Kota/Kecamatan.....**)

4 Kabupaten/Kota/Kecamatan.....**)

5 Dst ......

Jumlah

*) Sesuaikan atau diisi dengan nama provinsi/kabupaten/kota.

**) Jika tabel provinsi, isi sesuai nama kabupaten/kota berkenaan, dan apabila tabel kabupaten/kota diisi

dengan nama kecamatan.

c. Rasio guru/murid

Hasil analisis rasio jumlah guru/murid se provinsi/kabupaten/kota dapat disajikan dalam contoh

tabel, sebagai berikut:

Tabel.T-II.C.18. Jumlah Guru dan Murid Jenjang Pendidikan Dasar

Tahun .... s.d ....

Provinsi/Kabupaten/Kota ......*)

No. Jenjang Pendidikan (n-5) (n-4) (n-3) (n-2) (n-1)**)

1 SD/MI

1.1. Jumlah Guru

1.2. Jumlah Murid

1.3. Rasio

2 SMP/MTs

2.1. Jumlah Guru

2.2. Jumlah Murid

2.3. Rasio

*) Sesuaikan atau diisi dengan nama provinsi/kabupaten/kota.

**) Diisi sesuai dengan ketersediaan data.

Tabel.T-II.C.19. Jumlah Guru dan Murid Jenjang Pendidikan Dasar

Menurut Kabupaten/Kota

Provinsi/Kabupaten/Kota ......*)

No. Kabupaten/Kota/Kecamatan*)

SD/MI SMP/MTs

Jumlah Guru Jumlah

Murid Rasio

Jumlah

Guru

Jumlah

Murid Rasio

(1) (2) (3) (4) (5=3/4) (6) (7) (8=6/7)

1 Kabupaten/Kota/Kecamatan.....**)

2 Kabupaten/Kota/Kecamatan.....**)

3 Kabupaten/Kota/Kecamatan.....**)

4 Kabupaten/Kota/Kecamatan.....**)

5 Kabupaten/Kota/Kecamatan.....**)

6 Dst ......

Jumlah

*) Sesuaikan atau diisi dengan nama provinsi/kabupaten/kota.

***) Jika tabel provinsi, isi sesuai nama kabupaten/kota berkenaan, dan apabila tabel kabupaten/kota diisi

dengan nama kecamatan.

- 20 -

Analisis terhadap indikator kinerja lainnya pada fokus layanan urusan wajib sesuai dengan

kewenangan provinsi dan kabupaten/kota, dapat disajikan kedalam bentuk grafis atau Tabel

sesuai dengan kebutuhan daerah seperti contoh diatas, dengan merujuk pada Lampiran I

Peraturan Menteri ini.

3.2 Fokus Layanan Urusan Pilihan

Analisis kinerja atas layanan urusan pilihan dilakukan terhadap indikator-indikator kinerja

penyelenggaraan urusan pilihan pemerintahan daerah, yaitu bidang urusan pertanian,

kehutanan, energi dan sumberdaya mineral, pariwisata, kelautan dan perikanan,

perdagangan, industri dan ketransmigrasian.

Berikut ini disajikan beberapa contoh hasil analisis dari beberapa indikator kinerja pada fokus

layanan urusan pilihan pemerintahan daerah, sebagai berikut:

a. Jumlah investor berskala nasional (PMDN/PMA)

Hasil analisis jumlah investor PMDN/PMA di provinsi dan kabupaten/kota dapat disajikan

dalam contoh tabel, sebagai berikut:

Tabel.T-II.C.20. Jumlah Investor PMDN/PMA Tahun .... s.d ....

Provinsi/Kabupaten/Kota ......*)

Tahun Uraian PMDN PMA Total

(1) (2) (3) (4) (5=3+4)

(n-5) Jumlah Investor

(n-4) Jumlah Investor

(n-3) Jumlah Investor

(n-2) Jumlah Investor

(n-1)**) Jumlah Investor

*) Sesuaikan atau diisi dengan nama provinsi/kabupaten/kota.

**) Diisi sesuai dengan ketersediaan data.

b. Jumlah nilai investasi berskala nasional (PMDN/PMA)

Hasil analisis nilai PMDN/PMA di provinsi dan kabupaten/kota dapat disajikan dalam contoh

tabel, sebagai berikut:

Tabel.T-II.C.21. Jumlah Investasi PMDN/PMA Tahun .... s.d ....

Provinsi/Kabupaten/Kota ......*)

Tahun Persetujuan Realisasi

Jumlah Proyek Nilai Investasi JumlahProyek Nilai Investasi

(n-5)

(n-4)

(n-3)

(n-2)

(n-1)**)

*) Sesuaikan atau diisi dengan nama provinsi/kabupaten/kota.

**) Diisi sesuai dengan ketersediaan data.

c. Rasio daya serap tenaga kerja

Hasil analisis rasio daya serap tenaga kerja di provinsi dan kabupaten/kota, dapat disajikan

dalam contoh tabel, sebagai berikut:

- 21 -

Tabel.T-II.C.22. Rasio Daya Serap Tenaga Kerja Tahun .... s.d ....

Provinsi/Kabupaten/Kota ......*)

No. Uraian (n-5) (n-4) (n-3) (n-2) (n-1)**)

1 Jumlah tenaga kerja yang berkerja

pada perusahaan PMA/PMDN

2 Jumlah seluruh PMA/PMDN

3 Rasio daya serap tenaga kerja

*) Sesuaikan atau diisi dengan nama provinsi/kabupaten/kota.

**) Diisi sesuai dengan ketersediaan data.

Analisis terhadap indikator kinerja lainnya pada fokus layanan urusan pilihan sesuai dengan

kewenangan provinsi dan kabupaten/kota, dapat disajikan kedalam bentuk grafis atau Tabel

sesuai dengan kebutuhan daerah seperti contoh diatas, dengan merujuk pada Lampiran I

Peraturan Menteri ini.

4. Aspek Daya Saing Daerah

Daya saing daerah adalah kemampuan perekonomian daerah dalam mencapai pertumbuhan

tingkat kesejahteraan yang tinggi dan berkelanjutan, dengan tetap terbuka pada persaingan

dengan provinsi lainnya, domestik, atau internasional. Aspek daya saing daerah terdiri dari

kemampuan ekonomi daerah, fasilitas wilayah atau infrastruktur, iklim berinvestasi, dan

sumber daya manusia.

Untuk menganalisis gambaran umum kondisi daerah pada aspek daya saing daerah dalam

menyusun rancangan awal RPJPD propinsi, terlebih dahulu disusun tabel capaian indikator

setiap variabel yang akan dianalisis menurut kabupaten/kota di wilayah provinsi. Sedangkan

untuk kabupaten/kota disusun menurut kecamatan di wilayah kabupaten/kota masing-

masing.

Indikator variabel aspek daya saing daerah, terdiri dari:

4.1 Fokus Kemampuan Ekonomi Daerah

Analisis kinerja atas aspek kemampuan ekonomi daerah dilakukan terhadap indikator

pengeluaran konsumsi rumah tangga per kapita, pengeluaran konsumsi non pangan per

kapita, produktivitas total daerah, dan nilai tukar petani.

Berikut ini disajikan beberapa contoh hasil analisis dari beberapa indikator kinerja pada fokus

kemampuan ekonomi daerah, sebagai berikut:

a. Pengeluaran konsumsi rumah tangga per kapita (Angka konsumsi RT per kapita)

Hasil analisis konsumsi RT perkapita dapat disajikan dalam tabel, sebagai berikut:

Tabel.T-II.C.23. Angka Konsumsi RT per Kapita

Tahun .... s.d ....

Provinsi/Kabupaten/Kota ......*)

No. Uraian (n-5) (n-4) (n-3) (n-2) (n-1)**)

1. Total Pengeluaran RT

2. Jumlah RT

3. Rasio (1./2.)

*) Sesuaikan atau diisi dengan nama provinsi/kabupaten/kota.

**) Diisi sesuai dengan ketersediaan data.

- 22 -

Tabel.T-II.C.24. Angka Konsumsi RT per Kapita

Menurut Kabupaten/Kota/Kecamatan Tahun ....

Provinsi/Kabupaten/Kota ......*)

*) Sesuaikan atau diisi dengan nama provinsi/kabupaten/kota.

**) Jika tabel provinsi, isi sesuai nama kabupaten/kota berkenaan, dan apabila tabel kabupaten/kota diisi

dengan nama kecamatan.

b. Nilai tukar petani

Untuk hasil penghitungan terhadap nilai tukar petani (NTP), dapat disajikan ke dalam contoh

tabel, sebagai berikut:

Tabel.T-II.C.25. Nilai Tukar Petani (NTP) Tahun .... s.d ....

Provinsi/Kabupaten/Kota ......*)

No. Uraian (n-5) (n-4) (n-3) (n-2) (n-1)**)

1. Indeks Yang Diterima Petani (lt)

2. Indeks Yang Dibayar Petani (lb)

3. Rasio

*) Sesuaikan atau diisi dengan nama provinsi/kabupaten/kota.

**) Diisi sesuai dengan ketersediaan data.

Tabel.T-II.C.26. Nilai Tukar Petani (NTP)

Menurut Kabupaten/Kota/Kecamatan Tahun ....

Provinsi/Kabupaten/Kota ......*)

No. Kabupaten/Kota/Kecamatan*) Indeks Yang Diterima

Petani (lt)

Indeks Yang Dibayar

Petani (lb) Rasio

(1) (2) (3) (4) (5=3/4)

1. Kabupaten/Kota/Kecamatan.....**)

2. Kabupaten/Kota/Kecamatan.....**)

3. Dst ......

Jumlah

*) Sesuaikan atau diisi dengan nama provinsi/kabupaten/kota. **) Jika tabel provinsi, isi sesuai nama kabupaten/kota berkenaan, dan apabila tabel kabupaten/kota diisi

dengan nama kecamatan berkenaan.

c. Pengeluaran konsumsi non pangan perkapita (Persentase Konsumsi RT untuk non

pangan)

Untuk menghitung jumlah nonkonsumsi pangan perkapita, dapat disajikan ke dalam contoh

tabel, sebagai berikut:

Tabel.T-II.C.27. Persentase Konsumsi RT non-Pangan

Tahun .... s.d ....

Provinsi/Kabupaten/Kota ......*)

No. Uraian (n-5) (n-4) (n-3) (n-2) (n-1)**)

1. Total Pengeluaran RT non Pangan

2. Total Pengeluaran

3. Rasio

*) Sesuaikan atau diisi dengan nama provinsi/kabupaten/kota.

No. Kabupaten/Kota/Kecamatan*) Total Pengeluaran RT Jumlah RT Rasio

(1) (2) (3) (4) (5=3/4)

1. Kabupaten/Kota/Kecamatan.....**)

2. Kabupaten/Kota/Kecamatan.....**)

3. Dst ......

Jumlah

- 23 -

**) Diisi sesuai dengan ketersediaan data.

Tabel.T-II.C.28. Persentase Konsumsi RT non-Pangan

Menurut Kabupaten/Kota Tahun ....

Provinsi/Kabupaten/Kota ......*)

No. Kabupaten/Kota/Kecamatan*) Total pengeluaran RT

non pangan Total Pengeluaran Rasio

(1) (2) (3) (4) (5=3/4)

1. Kabupaten/Kota/Kecamatan.....**)

2. Kabupaten/Kota/Kecamatan.....**)

3. Kabupaten/Kota/Kecamatan.....**)

4. Kabupaten/Kota/Kecamatan.....**)

5. Dst ......

Jumlah

*) Sesuaikan atau diisi dengan nama provinsi/kabupaten/kota. **) Jika tabel provinsi, isi sesuai nama kabupaten/kota berkenaan, dan apabila tabel kabupaten/kota diisi

dengan nama kecamatan berkenaan.

Analisis terhadap indikator kinerja lainnya pada fokus kemampuan ekonomi daerah sesuai

dengan kewenangan provinsi dan kabupaten/kota, dapat disajikan kedalam bentuk grafis atau

Tabel sesuai dengan kebutuhan daerah seperti contoh diatas, dengan merujuk pada Lampiran

I Peraturan Menteri ini.

4.2 Fokus Fasilitas Wilayah/Infrastruktur

Analisis kinerja atas fasilitas wilayah/infrastruktur dilakukan terhadap indikator rasio panjang

jalan per jumlah kendaraan, jumlah orang/barang yang terangkut angkutan umum, jumlah

orang/barang melalui dermaga/bandara/terminal per tahun, ketaatan terhadap RTRW, luas

wilayah produktif, luas wilayah industri, luas wilayah kebanjiran, luas wilayah kekeringan, luas

wilayah perkotaan, jenis dan jumlah bank dan cabang, jenis dan jumlah perusahaan asuransi

dan cabang, jenis, kelas, dan jumlah restoran, jenis, kelas, dan jumlah penginapan/hotel,

persentase rumah tangga (RT) yang menggunakan air bersih, rasio ketersediaan daya listrik,

persentase rumah tangga yang menggunakan listrik, dan persentase penduduk yang

menggunakan HP/telepon.

Berikut ini disajikan beberapa contoh hasil analisis dari beberapa indikator kinerja pada fokus

fasilitas wilayah/infrastruktur, sebagai berikut:

a. Ketaatan terhadap Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW)

Untuk menghitung ketaatan terhadap Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) dapat disajikan

dalam contoh tabel, sebagai berikut:

Tabel.T-II.C.29. Rasio Ketaatan terhadap RTRW

Tahun .... s.d ....

Provinsi/Kabupaten/Kota ......*)

No. Uraian (n-5) (n-4) (n-3) (n-2) (n-1)**)

1. Realisasi RTRW

2. Rencana Peruntukan RTRW

3. Rasio (1./2.)

*) Sesuaikan atau diisi dengan nama provinsi/kabupaten/kota.

**) Diisi sesuai dengan ketersediaan data.

- 24 -

b. Luas wilayah produktif

Untuk menghitung luas wilayah produktif dapat disusun tabel sebagai berikut:

Tabel.T-II.C.30. Persentase luas Wilayah Produktif

Tahun .... s.d ....

Provinsi/Kabupaten/Kota ......*)

No. Uraian (n-5) (n-4) (n-3) (n-2) (n-1)**)

1. Luas wilayah produktif

2. Luas seluruh wil. Budidaya

3. Rasio (1./2.)

*) Sesuaikan atau diisi dengan nama provinsi/kabupaten/kota.

**) Diisi sesuai dengan ketersediaan data.

Tabel.T-II.C.31.

Persentase Luas Wilayah Produktif

Menurut Kabupaten/Kota Tahun ....

Provinsi/Kabupaten/Kota ......*)

No. Kabupaten/Kota/Kecamatan*) Luas Wilayah Produktif Luas Seluruh Wil.

Budidaya Rasio

(1) (2) (3) (4) (5=3/4)

1 Kabupaten/Kota/Kecamatan.....**)

2 Kabupaten/Kota/Kecamatan.....**)

3 Kabupaten/Kota/Kecamatan.....**)

4 Kabupaten/Kota/Kecamatan.....**)

5 Dst ......

Jumlah

*) Sesuaikan atau diisi dengan nama provinsi/kabupaten/kota.

**) Jika tabel provinsi, isi sesuai nama kabupaten/kota berkenaan, dan apabila tabel kabupaten/kota diisi

dengan nama kecamatan berkenaan.

Analisis terhadap indikator kinerja lainnya pada fokus fasilitas/infrastruktur sesuai dengan

kewenangan provinsi dan kabupaten/kota, dapat disajikan kedalam bentuk grafis atau Tabel

sesuai dengan kebutuhan daerah seperti contoh diatas, dengan merujuk pada Lampiran I

Peraturan Menteri ini.

4.3 Fokus Iklim Berinvestasi

Analisis kinerja atas iklim berinvestasi dilakukan terhadap indikator angka kriminalitas, jumlah

demo, lama proses perijinan, jumlah dan macam pajak dan retribusi daerah, jumlah perda

yang mendukung iklim usaha, dan persentase desa berstatus swasembada terhadap total

desa.

Berikut ini disajikan beberapa contoh hasil analisis dari beberapa indikator kinerja pada fokus

iklim berinvestasi, sebagai berikut:

a. Angka kriminalitas

Untuk menghitung angka kriminalitas dapat disajikan dalam contoh tabel sebagai berikut:

Tabel.T-II.C.32. Angka Kriminalitas

Provinsi/Kabupaten/Kota ......*)

No Jenis Kriminal (n-5) (n-4) (n-3) (n-2) (n-1)**)

1. Jumlah kasus narkoba

2. Jumlah kasus pembunuhan

3. Jumlah kejahatan seksual

4. Jumlah kasus penganiayaan

5. Jumlah kasus pencurian

- 25 -

No Jenis Kriminal (n-5) (n-4) (n-3) (n-2) (n-1)**)

6. Jumlah kasus penipuan

7. Jumlah kasus pemalsuan uang

8. Jumlah tindak kriminal selama 1 tahun

9. Jumlah penduduk

10. Angka kriminalitas (8)/(9)

*) Sesuaikan atau diisi dengan nama provinsi/kabupaten/kota.

**) Diisi sesuai dengan ketersediaan data.

b. Jumlah Demonstrasi

Untuk menghitung jumlah demontrasi,dapat disajikan dalam contoh tabel sebagai berikut:

Tabel.T-II.C.33. Jumlah Demo

Provinsi/Kabupaten/Kota ......*)

No Uraian (n-5) (n-4) (n-3) (n-2) (n-1)**)

1 Bidang politik

2 Ekonomi

3 Kasus pemogokan kerja

4 Jumlah unjuk rasa

*) Sesuaikan atau diisi dengan nama provinsi/kabupaten/kota.

**) Diisi sesuai dengan ketersediaan data.

Analisis terhadap indikator kinerja lainnya pada fokus iklim berinvestasi sesuai dengan

kewenangan provinsi dan kabupaten/kota, dapat disajikan kedalam bentuk grafis atau Tabel

sesuai dengan kebutuhan daerah seperti contoh diatas, dengan merujuk pada Lampiran I

Peraturan Menteri ini.

4.4 Fokus Sumber Daya manusia

Analisis kinerja atas sumber daya manusia dilakukan terhadap indikator rasio ketergantungan

dan rasio lulusan S1/S2/S3.

a. Kualitas tenaga kerja (Rasio lulusan S1/S2/S3)

Hasil analisis rasio lulusan S1/S2/S3 dapat disajikan dalam contoh tabel sebagai berikut:

Tabel.T-II.C.34. Rasio lulusan S1/S2/S3

Provinsi/Kabupaten/Kota ......*)

No. Uraian (n-5) (n-4) (n-3) (n-2) (n-1)**)

1. Jumlah lulusan S1

2. Jumlah lulusan S2

3. Jumlah lulusan S3

4. Julah lulusan S1/S2/S3

5. Jumlah penduduk

6. Rasio lulusan S1/S2/S3 (4/5)

*) Sesuaikan atau diisi dengan nama provinsi/kabupaten/kota.

**) Diisi sesuai dengan ketersediaan data.

b. Tingkat ketergantungan (rasio ketergantungan)

Hasil analisis rasio ketergantungan dapat disajikan dalam contoh tabel sebagai berikut:

Tabel.T-II.C.35. Rasio Ketergantungan Tahun .... s.d ....

Provinsi/Kabupaten/Kota ......*)

No Uraian (n-5) (n-4) (n-3) (n-2) (n-1)**)

1. Jumlah penduduk usia < 15 tahun

2. Jumlah penduduk usia > 64 tahun

3. Jumlah penduduk usia tidak produktif (1) & (2)

4. Jumlah penduduk usia 15-64 tahun

5. Rasio ketergantungan (3) / (4)

*) Sesuaikan atau diisi dengan nama provinsi/kabupaten/kota.

- 26 -

**) Diisi sesuai dengan ketersediaan data.

Hasil analisis gambaran umum kondisi daerah terkait dengan capaian kinerja

penyelenggaraan urusan pemerintahan daerah provinsi/kabupaten/kota dapat dirangkum

dalam bentuk tabel, sebagai berikut:

Tabel.T-II.C.36. Hasil Analisis Gambaran Umum Kondisi Daerah

Terhadap Capaian Kinerja Penyelenggaraan Urusan Pemerintahan Daerah

Provinsi/Kabupaten/Kota ......*)

No

Aspek/Fokus/Bidang Urusan/

Indikator Kinerja Pembangunan

Daerah

Capaian kinerja

Standar

Interpretasi

belum tercapai (<)

sesuai (=)

melampaui (>)

(n-5) (n-4) (n-3) (n-2) (n-1)**)

1. KESEJAHTERAAN MASYARAKAT

1.1. Kesejahteraan dan Pemerataan

Ekonomi

1.1.1.

Otonomi Daerah, Pemerintahan

Umum, Administrasi keuangan

daerah, Perangkat Daerah,

Kepegawaian dan Persandian

1.1.1.1 Pertumbuhan PDRB

1.1.1.2 Laju inflasi

1.1.1.3 PDRB per kapita

1.1.1.4 Dst….

1.2. Kesejahteraan Sosial

1.2.1 Pendidikan

1.2.1.1 Angka melek huruf

1.2.1.2 Angka rata-rata lama sekolah

1.2.1.3 Dst ……

1.3. Dst ……

1.3.1 Dst….

2. PELAYANAN UMUM

2.1 Pelayanan Urusan Wajib

2.1.1 Pendidikan

2.1.1.1 Pendidikan dasar

2.1.1.1.1 Angka partisipasi sekolah

2.1.1.1.2 Rasio ketersediaan

sekolah/penduduk usia sekolah

2.1.1.1.3 Rasio terhadap murid

2.1.1.1.4 Dst ……

2.1.1.2 Pendidikan menengah

2.1.1.2.1 Angka partisipasi sekolah

2.1.1.2.2 Rasio ketersediaan sekolah

terhadap penduduk usia sekolah

2.1.1.3 Dst…..

2.1.2 Kesehatan

2.1.2.1 Rasio posyandu per satuan

balita

2.1.2.2 Rasio puskesmas, poliklinik,

pustu per satuan penduduk

2.1.2.3 Dst….

2.1.3 Dst…

2.1.3.1 Dst….

2.2 Pelayanan Urusan Pilihan

2.2.1 Pertanian

2.2.1.1

Produktivitas padi atau bahan

pangan utama lokal lainnya per

hektar

2.2.1.2 Kontribusi sektor pertanian

terhadap PDRB

2.2.2 Kehutanan

2.2.2.1 Rehabilitasi hutan dan lahan

kritis

2.2.2.2 Kerusakan Kawasan Hutan

- 27 -

No

Aspek/Fokus/Bidang Urusan/

Indikator Kinerja Pembangunan

Daerah

Capaian kinerja

Standar

Interpretasi

belum tercapai (<)

sesuai (=)

melampaui (>)

(n-5) (n-4) (n-3) (n-2) (n-1)**)

2.2.2.3 Dst….

2.2.3 Dst….

2.2.3.1 Dst……

3. DAYA SAING DAERAH

3.1 Kemampuan Ekonomi

3.1.1

Otonomi Daerah, Pemerintahan

Umum, Administrasi keuangan

daerah, Perangkat Daerah,

Kepegawaian dan Persandian

3.1.1.1 Pengeluaran konsumsi rumah

tangga per kapita

3.1.1.2 Pengeluaran konsumsi non

pangan perkapita

3.1.1.3 Produktivitas total daerah

3.1.1.4 Dst ……

3.1.2 Pertanian

3.1.2.1 Nilai tukar petani

3.2 Fasilitas Wilayah/Infrastuktur

3.2.1 Perhubungan

3.2.1.1 Rasio panjang jalan per jumlah

kendaraan

3.2.1.2 Jumlah orang/ barang yang

terangkut angkutan umum

3.2.1.3 Dst…

3.2.2 Penataan Ruang

3.2.2.1 Ketaatan terhadap RTRW

3.2.2.2 Luas wilayah produktif

3.2.2.3 Dst…..

3.3 Dst ….

3.3.1 Dst…

*) Sesuaikan atau diisi dengan nama provinsi/kabupaten/kota.

**) Diisi sesuai dengan ketersediaan data.

C.1.4. Perumusan Permasalahan Pembangunan Daerah

Permasalahan pembangunan daerah merupakan “gap expectation” antara kinerja

pembangunan yang dicapai saat ini dengan yang direncanakan serta antara apa yang ingin

dicapai dimasa datang dengan kondisi riil saat perencanaan sedang dibuat. Potensi

permasalahan pembangunan daerah pada umumnya timbul dari kekuatan yang belum

didayagunakan secara optimal dan kelemahan yang tidak diatasi. Untuk mengefektifkan

sistem perencanaan pembangunan daerah dan bagaimana visi/misi daerah dibuat dengan

sebaik-baiknya, dibutuhkan pengetahuan yang mendalam tentang kekuatan dan kelemahan

sehubungan dengan peluang dan tantangan yang dihadapi.

Tujuan dari perumusan permasalahan pembangunan daerah adalah untuk mengidentifikasi

berbagai faktor yang mempengaruhi keberhasilan/kegagalan kinerja pembangunan daerah

dimasa lalu, khususnya yang berhubungan dengan kemampuan manajemen pemerintahan

dalam memberdayakan kewenangan yang dimilikinya.

Selanjutnya, identifikasi permasalahan pembangunan dilakukan terhadap seluruh bidang

urusan penyelenggaraan pemerintahan daerah secara terpisah atau sekaligus terhadap

beberapa urusan. Hal ini bertujuan agar dapat dipetakan berbagai permasalahan yang terkait

dengan urusan yang menjadi kewenangan dan tanggungjawab penyelenggaraan pemerintahan

daerah.

Tidak semua permasalahan tiap urusan dijadikan sasaran pokok selama 20 (dua puluh) tahun

ke depan, mengingat keterbatasan pendanaan, isu strategis yang muncul, fokus kepada

agenda paling strategis, dan hubungannya dengan agenda-agenda pembangunan yang telah

berhasil dicapai di periode sebelumnya.

Dengan pendekatan manajemen strategis, permasalahan pada urusan atau gabungan urusan

yang akan dijadikan sebagai dasar penentuan sasaran pokok adalah permasalahan-

- 28 -

permasalahan yang memiliki dampak paling tinggi terhadap pembangunan dan kriteria-kriteria

lain yang sesuai peraturan perundang-undangan.

Untuk mendapatkan gambaran awal bagaimana permasalahan daerah dipecahkan, tiap-tiap

permasalahan juga diidentifikasi faktor-faktor penentu keberhasilannya dimasa datang.

Faktor-faktor penentu keberhasilan adalah faktor kritis, hasil kinerja, dan faktor-faktor lainnya

yang memiliki daya ungkit yang tinggi dalam memecahkan permasalahan pembangunan atau

dalam mewujudkan keberhasilan penyelenggaraan urusan pemerintahan.

Perumusan permasalahan pembangunan pada tiap penyelenggaraan urusan pemerintah

daerah dilakukan dengan memperhatikan capaian indikator kinerja pembangunan tiap

penyelenggaraan urusan pemerintah guna mendapatkan rumusan permasalahan pada

masing-masing urusan tersebut, sebagaimana Tabel berikut ini:

Tabel.T-II.C.37. Identifikasi Permasalahan Pembangunan untuk Penentuan Program Prioritas

Provinsi/Kabupaten/Kota …..*)

No BIDANG URUSAN DAN INDIKATOR KINERJA

PENYELENGGARAAN PEMERINTAH DAERAH

INTERPRETASI

Belum tercapai (<)

Sesuai (=)

Melampaui (>)

PERMASALAHAN

PEMBANGUNAN DAERAH

FAKTOR –FAKTOR

PENENTU KEBERHASILAN

(1) (2) (3) (4) (5)

1. Pendidikan

1.1. Angka melek huruf

1.2. Angka rata-rata lama sekolah

1.3. Pendidikan dasar:

1.3.1. Angka partisipasi sekolah

1.3.2. Rasio ketersediaan sekolah/penduduk usia

sekolah

1.3.3. Rasio guru/murid

1.4. Dst….

2. Kesehatan

2.1. Angka kelangsungan hidup bayi

2.2. Angka usia harapan hidup

2.3. Persentase balita gizi buruk

2.4. Rasio posyandu per satuan balita

2.5. Rasio puskesmas, poliklinik, pustu per satuan

penduduk

2.6. Rasio Rumah Sakit per satuan penduduk

2.7. Dst….

3. Pekerjaan Umum

3.1. Proporsi panjang jaringan jalan dalam kondisi

baik

3.2. Rasio jaringan irigasi

3.3. Rasio tempat ibadah per satuan penduduk

3.4. Persentase rumah tinggal bersanitasi

3.5. Rasio tempat pemakaman umum per satuan

penduduk

3.6. Dst…..

4. Perumahan

4.1. Rumah tangga pengguna air bersih

4.2. Rumah layak huni

4.3. Dst….

5. Penataan Ruang

5.1. Rasio ruang terbuka hijau per satuan luas

wilayah ber HPL/HGB

5.2.

Rasio bangunan ber- IMB per satuan

bangunan

5.3. Ruang publik yang berubah peruntukannya

5.4. Ketaatan terhadap RTRW

- 29 -

No BIDANG URUSAN DAN INDIKATOR KINERJA

PENYELENGGARAAN PEMERINTAH DAERAH

INTERPRETASI

Belum tercapai (<)

Sesuai (=)

Melampaui (>)

PERMASALAHAN

PEMBANGUNAN DAERAH

FAKTOR –FAKTOR

PENENTU KEBERHASILAN

(1) (2) (3) (4) (5)

5.5. Luas wilayah produktif

5.6. Dst….

6. Dst…

*) Sesuaikan atau diisi dengan nama provinsi/kabupaten/kota.

Cara pengisian Tabel.T-II.C.37 adalah sebagai berikut:

Kolom (1) diisi dengan nomor urut.

Kolom (2) diisi dengan bidang urusan/indikator, bidang urusan urutannya sesuai dengan

peraturan perundang-undangan yang mengatur tentang Pembagian Urusan

Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi dan

Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota sebagaimana tercantum dalam Lampiran I

Peraturan Menteri ini.

Kolom (3) diisi dengan interpretasi hanya pada kolom urusan berdasarkan pada analisis

indikator-indikator sebagaimana tercantum dalam Lampiran I Peraturan Menteri

ini.

Kolom (4) diisi dengan permasalahan pembangunan daerah.

Kolom (5) diisi dengan faktor-faktor penentu keberhasilan.

Perlu diperhatikan bahwa pengisian tabel diatas difokuskan pada identifikasi permasalahan

pembangunan pada tiap-tiap urusan. Indikator pada tiap-tiap urusan dijadikan input utama

bahan analisis.

C.1.5. Penelaahan RPJPN

Penelaahan kebijakan nasional bertujuan untuk mendapatkan butir-butir kebijakan nasional

terpenting, berhubungan, dan berpengaruh langsung dengan daerah bersangkutan. Hasil

telaahan pada dasarnya dimaksudkan sebagai sumber utama bagi identifikasi isu-isu

strategis, di samping sumber-sumber lain. Kebijakan yang diidentifikasi dapat berupa peluang

atau sebaliknya, tantangan bagi daerah selama kurun waktu 20 (dua puluh) tahun yang akan

datang.

Penelaahan kebijakan nasional untuk tingkat provinsi dilakukan terhadap dokumen RPJPN

dan sumber-sumber informasi terkait lainnya. Adapun, penelaahan kebijakan nasional untuk

tingkat kabupaten/kota dilakukan terhadap dokumen RPJPN dan RPJPD provinsi dan sumber-

sumber informasi terkait lainnya.

Tabel.T-II.C.38. Identifikasi Kebijakan Nasional

Pemerintah Provinsi/Kabupaten/Kota......*)

No. Kebijakan Nasional

RPJPN RPJP Provinsi Lain-lain

(1) (2) (3) (4)

1.

2.

3.

Dst

*) Sesuaikan atau diisi dengan nama provinsi/kabupaten/kota.

Keterangan: untuk pengisian tabel provinsi, tidak termasuk kolom 3

- 30 -

Cara Pengisian Tabel.T-II.C.38:

Kolom (1) diisi dengan nomor urut sesuai dengan urutan isu di tingkat nasional, provinsi

maupun kabupaten/ kota.

Kolom (2) diisi dengan kebijakan nasional yang mengacu pada rancangan awal RPJPN atau

dari sumber informasi lain yang dapat dipertanggungjawabkan.

Kolom (3) diisi dengan kebijakan provinsi yang mengacu pada rancangan awal RPJPD

provinsi atau dari sumber informasi lain yang dapat dipertanggungjawabkan.

Kolom (4) diisi dengan identifikasi kebijakan nasional/provinsi selain dalam bentuk (atau

ada dalam) RPJP, yang dapat dipertanggungjawabkan.

C.1.5.1. Penelaahan RPJPD daerah lainnya

Penyusunan dokumen RPJPD daerah juga memperhatikan dokumen RPJPD daerah lainnya,

dimaksudkan agar tercipta keterpaduan pembangunaan jangka panjang daerah dengan

daerah-daerah lain terkait. Hasil telaahan RPJPD daerah lainnya pada dasarnya dimaksudkan

sebagai sumber utama bagi identifikasi isu-isu strategis, di samping sumber-sumber lain.

Kebijakan yang diidentifikasi dapat berupa peluang atau sebaliknya, tantangan bagi daerah

selama kurun waktu 20 (dua puluh) tahun yang akan datang. Perlunya suatu daerah

menelaah RPJPD daerah lain karena beberapa alasan, sebagai berikut:

1. Adanya persamaan kepentingan/tujuan atau upaya-upaya strategis yang harus

disinergikan;

2. Adanya persamaan permasalahan pembangunan yang memerlukan upaya pemecahan

bersama;

3. Adanya agenda pembangunan kewilayahan yang menentukan kewenangan bersama,

utamanya daerah-daerah yang letaknya berdekatan; dan

4. Adanya kebijakan pemerintah yang menetapkan suatu daerah sebagai bagian dari

kesatuan wilayah/kawasan pembangunan.

Selanjutnya, identifikasi kebijakan dari dokumen RPJPD daerah lain dituangkan dalam tabel,

sebagai berikut:

Tabel.T-II.C.39. Identifikasi RPJPD Daerah Lain

Provinsi/Kabupaten/Kota ......*)

No. Daerah Lain Periode RPJMD Kebijakan Terkait Keterangan

*) Sesuaikan atau diisi dengan nama provinsi/kabupaten/kota.

C.1.6. Analisis Isu-Isu Strategis Pembangunan Jangka Panjang

Analis isu-isu strategis merupakan bagian penting dan sangat menentukan dalam proses

penyusunan rencana pembangunan daerah, untuk melengkapi tahapan-tahapan yang telah

dilakukan sebelumnya. Identifikasi isu yang tepat dan bersifat strategis meningkatkan

akseptabilitas prioritas pembangunan, dapat dioperasionalkan dan secara moral dan etika

birokratis dapat dipertanggungjawabkan.

Perencanaan pembangunan antara lain adalah dimaksudkan agar organisasi senantiasa

mampu menyelaraskan diri dengan lingkungan. Oleh karena itu, perhatian kepada mandat dari

masyarakat dan lingkungan eksternalnya merupakan perencanaan dari luar ke dalam yang

tidak boleh diabaikan.

Isu strategis merupakan salah satu pengayaan analisis lingkungan eksternal terhadap proses

perencanaan. Jika dinamika eksternal, khususnya selama 20 (dua puluh) tahun yang akan

datang diidentifikasi dengan baik maka pemerintah daerah dapat mempertahankan

- 31 -

kelangsungan penyelenggaraan pemerintahan untuk peningkatan kesejahteraan masyarakat.

Pemerintahan daerah yang tidak menyelaraskan diri secara sepadan atas isu strategisnya

akan menghadapi kegagalan dalam mencapai keberhasilan pembangunan daerah.

Isu strategis adalah kondisi atau hal yang harus diperhatikan atau dikedepankan dalam

perencanaan pembangunan karena dampaknya yang signifikan bagi entitas pemerintahan

daerah dan masyarakat dimasa datang. Suatu kondisi/kejadian penting adalah keadaan yang

apabila tidak diantisipasi akan menimbulkan kerugian yang lebih besar atau sebaliknya, dalam

hal tidak dimanfaatkan maka menghilangkan peluang untuk meningkatkan kesejahteraan

masyarakat dalam jangka panjang.

Karakteristik suatu isu strategis adalah kondisi atau hal yang bersifat penting, mendasar,

berjangka panjang, mendesak, bersifat kelembagaan/keorganisasian dan menentukan tujuan

organisasi/institusi dimasa yang akan datang. Secara teknokratis, penentuan sesuatu atau

kondisi menjadi isu strategis dapat didukung dengan menerbitkan pedoman atau kriteria oleh

kepala daerah atau Kepala Bappeda. Panduan itulah yang akan digunakan tim perencana

dalam mengkompilasi berbagai bahan untuk merumuskan isu-isu strategis bagi daerah. Suatu

isu strategis dapat berlaku umum untuk sebagian besar daerah. Namun, sebagian lainnya, isu

strategis hanya berlaku bagi satu daerah tertentu saja karena kekhasan, tantangan, dan

peluang yang berbeda tiap daerah.

Isu strategis diindentifikasikan dengan menggunakan pendekatan ilmiah (teknokratik) melalui

pengumpulan dan analisis informasi dari berbagai sumber yang dapat

dipertanggungjawabkan, termasuk analisis kebijakan terhadap entitas pemerintahan

diatasnya. Hal ini bertujuan agar rumusan isu strategis yang dihasilkan dapat sinkron dengan

arah kebijakan pembangunan jangka panjang nasional dan kebijakan pembangunan jangka

panjang provinsi bagi kabupaten/kota. Sinkronisasi langkah dan kebijakan pembangunan

daerah terhadap isu-isu strategis tetap berlandaskan bahwa pembangunan daerah tidak saja

memanfaatkan peluang dimasa datang, tak kalah penting, perencanaan daerah juga harus

menghasilkan ide dan langkah untuk menciptakan peluang itu sendiri.

Isu strategis dalam jangka panjang daerah sekurang-kurangnya memenuhi kriteria, sebagai

berikut:

1. Memiliki pengaruh yang besar/signifikan terhadap pencapaian sasaran

pembangunan nasional;

2. Merupakan tugas dan tanggung jawab pemerintah daerah;

3. Memiliki dampak yang ditimbulkannya terhadap daerah dan masyarakat;

4. Memiliki daya ungkit yang signifikan pembangunan daerah; dan

5. Kemungkinan atau kemudahannya untuk ditangani.

Metode penentuan isu-isu strategis yang dapat digunakan, antara lain:

1) Dibahas melalui forum Focussed Group Discussion (FGD) dengan melibatkan para pakar

yang memiliki pengalaman merumuskan isu-isu strategis, dibuat berbagai rumusan isu-isu

strategis dengan tabel, sebagai berikut:

Tabel.T-II.C.40. Identifikasi Isu-Isu Strategis

No Isu Strategis

Dunia Internasional Kebijakan Nasional Regional Lain-lain

(1) (2) (3) (4) (5)

1.

2.

3.

Cara Pengisian Tabel.T-II.C.40:

Kolom (1) diisi dengan nomor urut sesuai dengan nomor urutan.

Kolom (2) diisi dengan isu strategis yang diidentifikasi dari dunia Internasional.

Kolom (3) diisi dengan isu strategis yang diidentifikasi di tingkat nasional termasuk kebijakan

nasional yang mengacu pada rancangan awal RPJPN.

Kolom (4) diisi dengan isu strategis yang diidentifikasi di tingkat provinsi termasuk kebijakan

provinsi yang mengacu pada rancangan awal RPJP provinsi.

- 32 -

Kolom (5) diisi dengan isu-isu strategis lain yang berasal dari dunia akademik, usaha/bisnis,

sosial budaya, penemuan-penemuan teknologi, dan lain-lain yang dapat

dipertanggungjawabkan.

2) Pembobotan

Setelah berbagai isu diidentifikasi dan dilakukan FGD untuk memahami usulan dan masukan

tentang berbagai isu strategis, langkah selanjutnya adalah menentukan mana isu strategis

yang paling prioritas dan akan dijadikan dasar bagi proses berikutnya (menentukan visi dan

misi). Salah satu metode yang menentukan skor terhadap masing-masing kriteria yang telah

ditetapkan, dengan mengisi Tabel.T-II.C.41 dengan contoh sebagai berikut:

Tabel.T-II.C.41. Skor Kriteria Penentuan Isu-isu Strategis

No Kriteria*) Bobot

1 Memiliki pengaruh yang besar/signifikan terhadap pencapaian sasaran

pembangunan nasional 20

2 Merupakan tugas dan tanggung jawab pemerintah daerah 10

3 Dampak yang ditimbulkannya terhadap daerah dan masyarakat 20

4 Memiliki daya ungkit yangsignifikan pembangunan daerah 10

5 Kemungkinan atau kemudahannya untuk ditangani 15

6 Prioritas janji politik yang perlu diwujudkan 25

Dst… Dst…

Total 100

*) urutan dan jumlah kriteria dapat disesuaikan dengan kebutuhan.

Melakukan penilaian isu strategis terhadap kriteria yang telah ditetapkan berdasarkan skor

tersebut diatas dengan mengisi tabel sebagai berikut:

Tabel.T-II.C.42. Nilai Skala Kriteria

Nama Anggota Tim : ...........

No Isu Strategis Nilai Skala Kriteria Jumlah

skor 1 2 3 4 5 6 Dst…

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10)

1

2

3

4

5

Dst..

Cara Pengisian Tabel.T-II.C.42:

Kolom (1) diisi dengan nomor urut.

Kolom (2) diisi sesuai isu strategis yang teridentifikasi pada Tabel.T-II.C.40.

Kolom (3) s.d. Kolom (9) diisi dengan total skor per kriteria per-isu strategis per peserta.

Kolom (10) diisi dengan total skor isu strategis dari seluruh kriteria.

Menghitung rata-rata skor/bobot setiap isu strategis dengan mengakumulasikan nilai tiap-tiap

isu strategis dibagi jumlah peserta, yang dituangkan dalam tabel, sebagai berikut:

- 33 -

Tabel.T-II.C.43. Rata-Rata Skor Isu-Isu Strategis

No. Isu-Isu Strategis Total Skor Rata-Rata skor

(1) (2) (3) (4)

1

2

3

4

5

Dst..

Cara Pengisian Tabel.T-II.C.43:

Kolom (1) diisi dengan nomor urut.

Kolom (2) diisi sesuai isu strategis yang teridentifikasi baik isu dari dunia internasional,

nasional dan regional.

Kolom (3) diisi total akumulasi jumlah skor dari keseluruhan anggota tim perumus (diambil

dari Tabel.T-II.C.42) untuk setiap isu-isu strategis.

Kolom (4) diisi dengan nilai rata-rata dari total skor tiap-tiap isu strategis yaitu total skor

pada Kolom (3) dibagi banyaknya anggota tim.

Teknik atau metode di atas dapat digunakan untuk melakukan pemeringkatan sejenis bidang

lainnya, seperti pemrioritaskan program prioritas, kegiatan prioritas, usulan permasalahan

pembangunan, dan lain-lain.

C.1.7. Perumusan Visi dan Misi Daerah

Perumusan visi dan misi pembangunan jangka panjang merupakan salah satu tahap penting

penyusunan dokumen RPJPD sebagai hasil dari analisis sebelumnya. Visi dan misi daerah

harus jelas menunjukkan apa yang menjadi cita-cita bersama masyarakat daerah atau

stakeholder pembangunan daerah, yang merefleksikan kekuatan dan potensi khas daerah

sekaligus menjawab permasalahan dan isu-isu strategis daerah.

C.1.7.1. Perumusan Visi

Visi adalah rumusan umum mengenai keadaan yang diinginkan pada akhir periode

perencanaan pembangunan jangka panjang 20 (dua puluh) tahun. Visi harus dapat

menunjukkan gambaran masa depan yang ideal bagi masyarakat/daerah dan merupakan

suatu pernyataan umum yang menjadi dasar/basis bagi semua elemen atau semua pelaku

(stakeholders) dalam operasionalisasi perencanaan pembangunan daerah.

Visi menjelaskan arah atau suatu kondisi ideal dimasa depan yang ingin dicapai (clarity of

direction) berdasarkan kondisi dan situasi yang terjadi saat ini yang menciptakan kesenjangan

(gap) antara kondisi saat ini dan masa depan yang ingin dicapai. Di sini, visi diciptakan

melampaui realitas sekarang. Visi bukan hanya mimpi atau serangkaian harapan, tetapi suatu

komitmen dan upaya merancang dan mengelola perubahan untuk mencapai tujuan. Oleh

karena itu, visi didasarkan pada realita, bukan pikiran berandai-andai (wishfull thinking), tetapi

dengan fokus pada masa depan. Pernyataan visi yang artikulatif akan memberikan arah yang

jelas bagaimana mencapai masa depan yang diharapkan dan mengatasi kesenjangan yang

terjadi.

Visi mengarahkan kondisi daerah yang ingin dicapai dimasa depan (desired future) dalam 20

(dua puluh) tahun ke depan. Visi daerah dituangkan dalam RPJPD, dirumuskan, dibahas dan

disepakati secara bersama-sama oleh seluruh pemangku kepentingan pembangunan daerah

secara partisipatif. Visi pembangunan jangka panjang daerah yang telah diterjemahkan dalam

sasaran pokok dan arah kebijakan RPJPD menjadi acuan bagi (calon) kepala daerah dan wakil

kepala daerah dalam merumuskan visinya pada periode lima tahun berkenaan dan bagaimana

RPJMD dikembangkan.

Kriteria dan Syarat Visi Daerah

Kriteria suatu rumusan visi daerah antara lain memuat hal-hal sebagai berikut:

- 34 -

1. Menggambarkan arah yang jelas tentang kondisi masa depan yang ingin dicapai dalam 20

(dua puluh) tahun mendatang (clarity of direction);

2. Menjawab permasalahan pembangunan daerah dan/atau isu strategis yang perlu

diselesaikan dalam jangka panjang;

3. Menjelaskan/mengakomodasikan kekuatan dan peluang serta keunikan „kompetitif‟ yang

dimiliki daerah dalam jangka panjang; dan

4. Menggambarkan nilai-nilai kunci (core values) yang perlu dilaksanakan.

Syarat visi yang baik, antara lain:

1. Dapat dibayangkan oleh semua pelaku (imaginable);

2. Memiliki nilai yang memang diinginkan dan dicita-citakan (desirable);

3. Memungkinkan, wajar dan layak untuk dicapai dengan situasi, kondisi dan kapasitas yang

ada (feasible);

4. Memusatkan perhatian kepada isu strategis dan permasalahan utama daerah, sehingga

pemerintahan dan pembangunan daerah dapat beroperasi dan terselenggara secara

efektif, efisien dan berkelanjutan serta dapat terjamin eksistensi daerah dimasa depan

(focussed);

5. Dapat mengantisipasi dan disesuaikan dengan perubahan zaman (flexible);

6. Dapat dikomunikasikan dan mudah dimengerti oleh semua pelaku (communicable); dan

7. Dapat dirumuskan dan ditulis dengan suatu pernyataan yang singkat, jelas dan padat.

Proses Perumusan Visi

Dengan koridor atau panduan tentang karakteristik visi sebagaimana dijelaskan diatas dan

melanjutkan tahapan penyusunan rancangan awal RPJPD, perumusan visi dilakukan untuk

menindaklanjuti hasil analisis isu-isu strategis dan permasalahan pembangunan daerah (PPD)

untuk menemukan perwujudan visi. Perwujudan visi merupakan gambaran paling sederhana

dan dengan bahasa yang mudah dikomunikasikan tentang wujud nyata kondisi daerah di 20

(dua puluh) tahun yang akan datang. Untuk memperjelas gambaran suatu perwujudan visi

dapat ditambahkan dengan atribut atau ciri-ciri lain tentang suatu wujud visi, dengan mengisi

tabel dibawah ini.

Tabel.T-II.C.44. Perumusan Perwujudan Visi

Isu Strategis

Permasalahan

Pembangunan Daerah

Isu Strategis

1

Isu Strategis

2

Isu Strategis

3 Dst

PPD 1 Perwujudan

Visi 1 Perwujudan

Visi 2 Perwujudan

Visi 3 Dst

PPD 2

PPD 3

Dst

Perwujudan visi diidentifikasi melalui proses FGD atau teknik lain yang secara efektif dapat

menghasilkan rumusan tentang bagaimana wujud daerah dalam 20 (dua puluh) tahun ke

depan yang dapat menjawab permasalahan pembangunan daerah dan isu-isu strategisnya. Di

sini masing-masing anggota tim perumus perlu diberi waktu yang cukup untuk memaparkan

gambaran masing-masing tentang wujud dari visi yang diinginkan pada akhir tahun ke-20,

berikut pemikiran atau hasil analisis yang mendasarinya.

Namun, sebelum menentukan identifikasi perwujudan visi, terlebih dahulu dibuat analisis

keterhubungan antara permasalahan pembangunan dengan isu strategis (misal, dengan

memberi tanda (x) untuk yang tidak berkesesuaian dan tanda ( ) untuk yang berkesesuaian.

Bagi sel (kotak) yang bertanda ( ) itulah dibuatkan perwujudan dimaksud pada tabel diatas.

Perlu diingat bahwa untuk menghasilkan perwujudan visi yang salah satunya berlandaskan

pada kekuatan terbaik daerah, identifikasi permasalahan daerah harus mampu

mengungkapkan peta kekuatan yang paling dominan dalam realisasi pembangunan daerah

dimasa-masa lalu. Permasalahan pembangunan daerah harus dapat pula mengungkapkan

- 35 -

kantong-kantong kekuatan pembangunan yang selama ini terabaikan untuk dijadikan salah

satu faktor keberhasilan visi/misi pembangunan dimasa 20 (dua puluh) tahun mendatang.

Sebagaimana telah dijelaskan bahwa salah satu potensi permasalahan pembangunan adalah

jika suatu kekuatan tidak dimanfaatkan secara optimal.

Setelah berbagai identifikasi perwujudan visi dibuat, dilakukan pembahasan masing-masing

perwujudan visi menjadi pokok-pokok visi. Suatu perwujudan visi merupakan kalimat yang

relatif masih lengkap dalam menggambarkan wujud visi masa datang, termasuk atribut-atribut

yang menjelaskannya. Berbagai atribut sangat penting dalam memberi bobot dan kejelasan

bahwa perwujudan visi dimaksud penting bagi pembangunan daerah 20 (dua puluh) tahun

mendatang. Pembahasan tentang wujud apa yang paling baik atau sesuai bagi suatu daerah

dimasa datang sangat ditentukan bagaimana anggota tim mengenali, memahami, dan

membandingkan atribut-atribut dari berbagai perwujudan visi yang berbeda-beda. Untuk

membantu identifikasi dan mengukur capaian kinerja, perwujudan visi dapat disebutkan target

waktu pencapaiannya.

Perumusan pokok-pokok visi dilakukan dengan mencari inti (kalimat) perwujudan visi ke dalam

satu-dua kata dengan menghilangkan berbagai kata dan atribut yang bukan inti dari

perwujudan visi dimaksud. Selanjutnya, dari keseluruhan pokok-pokok visi dibuatlah

pernyataan visi, sehingga keseluruhan langkah diatas dituangkan dalam tabel sebagai berikut:

Tabel.T-II.C.45. Perumusan Visi

No. Perwujudan Visi Pokok-pokok Visi Pernyataan Visi

Suatu pernyataan visi dibuat dengan menggunakan bahasa yang singkat, lugas, dan jelas

serta memenuhi kriteria atau karakteristik visi sebagaimana telah dijelaskan di awal. Suatu

pernyataan visi dapat berupa satu atau lebih pernyataan atau kalimat yang merangkum atau

menggabungkan berbagai pokok visi terpilih. Namun, dengan kesederhanaan kalimat,

diupayakan visi adalah satu kalimat dengan pokok-pokok visi dapat lebih dari satu. Untuk

memberi penekanan atas keyakinan bahwa target dapat dicapai pada akhir periode

perencanaan maka pernyataan visi dapat secara spesifik menyebutkan waktu capaian.

Penjelasan visi dibuat untuk menjelaskan masing-masing pokok visi, dengan mengisi tabel

sebagai berikut:

Tabel.T-II.C.46. Penyusunan Penjelasan Visi

Visi Pokok-pokok Visi Penjelasan Visi

Dengan demikian, suatu penjelasan visi pada dasarnya menguraikan kembali pokok-pokok visi

yang telah disepakati ke dalam perwujudan visi dengan merinci lebih baik berbagai atribut

atau penjelasan masing-masing pokok visi.

C.1.7.2. Perumusan Misi

Misi adalah rumusan umum mengenai upaya-upaya yang akan dilaksanakan untuk

mewujudkan visi. Misi juga dapat dipandang sebagai pilihan jalan (the chosen track) bagi

pemerintahan daerah dalam menyediakan dan menyelenggarakan layanan bagi masyarakat

dan aktivitas pembangunan pada umumnya bagi stakeholder pembangunan secara

keseluruhan. Rumusan misi yang baik membantu lebih jelas penggambaran visi yang ingin

- 36 -

dicapai dan menguraikan upaya-upaya apa yang harus dilakukan. Dalam suatu dokumen

perencanaan, rumusan misi menjadi penting untuk memberikan kerangka bagi tujuan dan

sasaran serta arah kebijakan yang ingin dicapai dan menentukan jalan yang akan ditempuh

untuk mencapai visi.

Rumusan misi dalam dokumen RPJPD dikembangkan dengan memperhatikan faktor-faktor

lingkungan strategis, baik eksternal dan internal yang mempengaruhi, serta kekuatan,

kelemahan, peluang dan tantangan yang ada dalam pembangunan daerah. Misi disusun

untuk memperjelas jalan atau langkah yang akan dilakukan dalam rangka mencapai

perwujudan visi. Perumusan misi adalah suatu upaya untuk menyusun peta perjalanan yang

memungkinkan pemerintahan daerah memiliki dasar yang jelas dalam mengembangkan

program-program prioritas dalam memenuhi kebutuhan dan memperbaiki kepuasan masing-

masing segmen masyarakat pengguna layanan (customer perspective); bagaimana

barang/jasa disiapkan dan diberikan dalam berbagai aktivitas pembangunan (internal process

perspective); aktivitas dan investasi apa pada SDM, sistem/kebijakan, dan pemanfaatan

teknologi yang dapat mengefektifkan dan mengefisiensikan seluruh proses birokrasi (learning

and growth perspective); dan bagaimana dana publik dapat terus ditingkatkan kapasitasnya

serta efektifitas/efisiensi penggunaannya (financial perspective).

Kriteria suatu rumusan misi:

1. Menunjukkan dengan jelas komitmen pemerintah daerah dalam rangka mewujudkan visi

daerah.

2. Disusun dengan memperhatikan faktor-faktor lingkungan strategis eksternal dan internal

daerah.

3. Mengandung rumusan misi yang lebih luas jangkauan dan skalanya untuk menaungi

prioritas program pembangunan lima tahunan selama 20 (dua puluh) tahun.

4. Disusun dengan menggunakan bahasa yang ringkas, sederhana dan mudah diingat.

Perumusan Misi

Setelah dibuat visi, termasuk pokok-pokok visi dan penjelasan visi, selanjutnya dibuat misi,

termasuk penjelasan misi didalamnya. Mengingat bahwa misi harus dibuat penjelasannya,

maka pengertian misi harus sederhana, singkat dan lugas dalam menjelaskan bagaimana visi

akan dicapai. Alasan utama pengembangan visi adalah pada pokok-pokok visi karena pada

pokok-pokok visi tersebut terkandung ulasan-ulasan apa yang akan dijadikan untuk dicapai

dalam 20 (dua puluh) tahun ke depan.

Sebagaimana telah dijelaskan bahwa misi juga menyangkut komitmen pada stakeholder

utama atau apa yang ingin diwujudkan oleh visi, maka pengembangan misi harus dijabarkan

terlebih dahulu kepada stakeholder utama pembangunan, dalam hal ini masyarakat daerah

(secara keseluruhan), pemerintah daerah (pelaku organisasi), pelaku ekonomi di daerah, dan

stakeholder pembangunan daerah lainnya. Yang perlu mendapat perhatian adalah bahwa

rumusan misi di RPJPD berbeda dengan misi RPJMD. Jika misi RPJMD dimaksudkan untuk

memberi gambaran tentang program pembangunan daerah lima tahunan yang harus

diselenggarakan maka misi RPJPD harus dapat menaungi berbagai tema pembangunan di 4

(empat) tahap pembangunan daerah.

Teknisnya, pokok visi harus diidentifikasi terlebih dahulu stakeholder mana yang menjadi

pelaku atau terkena dampak atas pokok visi dimaksud. Atau stakeholder yang berhubungan

atau terkait dengan pokok visi tersebut, kemudian dibuatlah rincian misi. Proses perumusan

misi dicontohkan pada tabel berikut ini:

Tabel.T-II.C.47. Perumusan Misi

No. Visi

Pokok-

pokok

visi

Stakeholder Pembangunan Misi

Masyarakat Pemerintah Daerah Pelaku Ekonomi Lainnya

(√) Rincian misi (x) - (√) Rincian misi (√) Rincian

misi

- 37 -

Visi dan pokok-pokok visi yang telah diperoleh dalam proses penyusunan visi yang dijelaskan

pada subbab C.1.7.1 maka pokok-pokok visi disandingkan dengan stakeholder pembangunan

yang terpengaruh atau terkait visi tersebut dengan (√) dan dijelaskan sebagai rincian misi

kenapa stakeholder tersebut mempengaruhi pokok-pokok misi. Setelah diketahui stakeholder

yang terpengaruh atau berhubungan dengan pokok-pokok visi dan dijelaskan dalam “rincian

misi”, selanjutnya dibuat pernyataan misinya. Pengemasan menjadi kalimat misi dapat

dilakukan dengan bermacam cara, namun harus tetap mempertahankan substansi. Sebagai

contoh, misi dapat dibuat spesifik setiap pokok visi dengan merangkum masing-masing rincian

misinya. Lalu, tiap-tiap misi dibuat sub-misi berdasarkan rincian misi; yang mana, masing-

masing sub-misi tersebut pada dasarnya adalah misi.

Selanjutnya, dibuat penjelasan misi dengan menggunakan dasar rincian atau sub-misi yang

telah dibuat untuk menjelaskan berbagai hal sehingga misi menjadi mudah dipahami.

C.1.7.3. Perumusan Arah Kebijakan

Arah kebijakan adalah instrumen perencanaan yang memberikan panduan kepada pemerintah

daerah agar lebih terarah dalam menentukan dan mencapai tujuan. Arah kebijakan

pembangunan jangka panjang daerah merupakan pedoman untuk menentukan tahapan dan

prioritas pembangunan lima tahunan selama 20 (dua puluh) tahun guna mencapai sasaran

pokok RPJPD bertahap.

Tahapan dan prioritas yang ditetapkan mencerminkan urgensi permasalahan yang hendak

diselesaikan berkaitan dengan pengaturan waktu. Penekanan prioritas dalam setiap tahapan

berbeda-beda, tetapi memiliki kesinambungan dari satu periode ke periode lainnya dalam

rangka mencapai sasaran pokok pembangunan jangka panjang daerah.

Kurun waktu RPJPD sesuai dengan kurun waktu RPJPN 20 (dua puluh) tahun. Pentahapan

dalam RPJPD dijabarkan sesuai dengan periode masa jabatan kepala daerah.

Langkah-langkah penyusunan arah kebijakan pembangunan jangka panjang daerah adalah

sebagai berikut:

a. Mengidentifikasi sasaran pokok pembangunan jangka panjang daerah yang diturunkan

dari masing-masing pernyataan misi daerah yang telah disepakati;

b. Merumuskan arah kebijakan pembangunan jangka panjang daerah untuk masing-masing

sasaran pokok dalam rangka mencapai masing-massing misi; dan

c. Merumuskan tahapan dan prioritas pembangunan daerah untuk setiap periode RPJMD.

Secara skematis, substansi arah kebijakan pembangunan jangka panjang daerah dapat dilihat

dalam gambar sebagai berikut:

Gambar.G-II.C.3

Visi daerah

Arah kebijakan lima

tahun ke-1

(....-….)

Arah kebijakan lima

tahun ke-2 (....-….)

Arah kebijakan lima

tahun ke-3 (....-….)

Arah kebijakan lima

tahun ke-4 (....-….)

Indikator target 5th

Indikator target 5th

Indikator target 5th

Indikator target 5th

Misi daerah

Sasaran Pokok 20 tahun

Dari gambar diatas tampak bahwa penyusunan sasaran pokok, merupakan langkah awal yang

cukup penting guna menggambarkan kondisi agar apa yang diinginkan dengan visi/misi pada

akhir periode 20 (dua puluh) tahun dan bagaimana upaya-upaya yang akan dilakukan.

- 38 -

Dengan telah diterjemahkannya tiap-tiap pokok visi ke dalam misi maka berbekal penjelasan

masing-masing misi dibuat sasaran pokok dengan mengisi tabel, sebagai berikut:

Tabel.T-II.C.48. Perumusan Sasaran Pokok dan Indikator Kinerja

No. Pokok Visi Misi/Sub misi Sasaran pokok Indikator dan target

Selanjutnya, sasaran pokok tersebut digambarkan kedalam pembangunan lima tahunan

melalui arah kebijakan pembangunan.

Perumusan arah kebijakan pembangunan jangka panjang daerah selanjutnya disajikan dalam

tabel, sebagai berikut:

Tabel.T-II.C.49. Arah Kebijakan Pembangunan Jangka Panjang Daerah

Visi Misi /Sub misi

Sasaran Pokok Arah Kebijakan

Pembangunan Uraian Indikator dan

Target

Visi 1 ............

....................

....................

....................

Misi 1…… Sasaran Pokok 1

....................

.............. Arah Kebijakan pembangunan

1 ………………

Arah Kebijakan pembangunan

2 ………………

Dst .................

..............

Dst ......

Misi 2…… Sasaran Pokok 2

....................

............... Dst .................

Dst .................

Dst .................

Dst .................

..............

Dst ......

Misi dst …… dst .................

.............. Dst .................

Dst .................

Dst .................

Dst .................

..............

Dst .......

Visi 2 ............

....................

....................

....................

Misi dst …… dst .................

.............. Dst .................

Dst .................

Dst .................

Dst .................

...............

dst ..........

Misi dst …… dst .................

.............. Dst .................

Dst .................

Dst .................

Dst .................

..............

dst ..........

Visi

dst............ Misi dst …… dst ................. dst .......... dst ..........

- 39 -

Dari tabel diatas, suatu sasaran pokok dibuat pada tiap butir misi untuk menjelaskan fokus

dan keterkaitannya, diwakili dengan pilihan indikator kinerja (beserta target kinerjanya) yang

menjelaskan sasaran pokok dimaksud selama 20 (dua puluh) tahun. Adapun untuk

menjembatani bagaimana kinerja 20 (dua puluh) tahun tersebut, akan dicapai tiap

tahapannya dalam 5 (lima) tahun, maka dibuatlah arah kebijakan. Arah kebijakan pada

hakekatnya merupakan sasaran pokok terkait masalah yang dijadikan pedoman bagi

penyusunan visi dan misi calon kepala daerah dan wakil kepala daerah untuk mengikuti

pemilihan umum kepala daerah (pemilukada). Sasaran pokok dan indikator kinerja yang

dibuat pada tabel diatas belum dibuat per-lima tahunan, walau dalam diskusi tim perumus

harus sudah digambarkan kemungkinan-kemungkinannya.

Penyusunan Prioritas Pembangunan

Setiap sasaran pokok dalam misi pembangunan jangka panjang daerah dapat ditetapkan

prioritasnya masing-masing pada setiap tahapan pembangunan lima tahunan. Prioritas

masing-masing misi dapat dipilih mana yang menjadi prioritas utama yang menggambarkan

makna strategis dan urgensi permasalahan sehingga dapat diketahui mana yang harus

didahulukan dari yang lain di masing-masing 4 (empat) tahapan 5 (lima) tahun selama 20 (dua

puluh) tahun.

Perumusan prioritas pembangunan dilakukan untuk mengurutkan tahap-tahapan

pembangunan ke dalam tahapan lima tahunan secara lebih definitif, berdasarkan arah

kebijakan pembangunan. Suatu arah kebijakan pembangunan harus dapat memberi panduan

kapan suatu indikator kinerja sasaran pokok harus dicapai dari empat kemungkinan tahapan

yang ada.

Hasil rumusan penyusunan skala prioritas pembangunan jangka panjang daerah selanjutnya

disajikan dalam tabel, sebagai berikut:

Tabel.T-II.C.50. Tahapan dan Prioritas Pembangunan Jangka Panjang

Sasaran Pokok dan Arah

Kebijakan Pembangunan Indikator

Kondisi Awal

Kinerja

Pembangunan

Target Kondisi Akhir

Kinerja

Pembangunan Tahap

I

Tahap

II

Tahap

III

Tahap

IV

Sasaran Pokok 1 ..........................................

1. Arah Kebijakan

pembangunan ……………

2. Dst ...........................

3. Dst ...........................

4. Dst ...........................

Sasaran Pokok 2 ..........................................

1. Arah Kebijakan

pembangunan .............

2. Dst ...........................

3. Dst ...........................

4. Dst ...........................

Sasaran Pokok 3 ..........................................

1. Arah Kebijakan

pembangunan .............

2. Dst ...........................

3. Dst ...........................

4. Dst ...........................

Sasaran Pokok dst .......................................

1. Arah Kebijakan

pembangunan.............

2. Dst ...........................

3. Dst ...........................

4. Dst ...........................

- 40 -

Adakalanya, suatu sasaran pokok merupakan proses kontinum yang harus selalu diwujudkan

dari keseluruhan tahap, yang kerap berupa indikator kinerja yang makin membaik dari tahap

ke tahap sehingga target kinerja akhir periode tahun ke-20 dapat dicapai. Sementara, sasaran

pokok lainnya bersifat spesifik, dicapai pada periode atau tahapan tertentu. Karakteristik lain

adalah bahwa suatu sasaran pokok dapat menjadi prasyarat (enabler) bagi keberhasilan

kinerja (sasaran pokok) lainnya.

C.1.7.4. Pelaksanaan Forum Konsultasi Publik

Pelaksanaan forum konsultasi publik dimaksudkan untuk menjaring aspirasi pemangku

kepentingan terhadap draft rancangan awal RPJPD. Tujuannya adalah untuk menghimpun

masukan atau harapan para pemangku kepentingan terhadap visi, misi dan sasaran pokok

dan arah kebijakan pembangunan daerah.

Forum konsultasi publik dapat diselenggarakan secara bertahap atau sekaligus dengan

melibatkan tokoh atau wakil berbagai elemen masyarakat, pakar, akademisi, dan lain-lain

sesuai dengan kemampuan anggaran dan urgensinya.

Tujuan utama penyelenggaraan forum konsultasi publlik adalah penyampaian rancangan

visi/misi dan sasaran pokok serta arah kebijakan pembangunan jangka panjang. Berbagai

masukan dan draft perubahan di kompilasi, sebagaimana tabel berikut:

Tabel.T-II.C.51. Kompilasi Hasil Forum Konsultasi Publik

No. Materi Masukan/Usulan Tambahan Keterangan

Visi

Misi

Sasaran Pokok

Arah Kebijakan

Masukan atau kesepakatan forum konsultasi publik dituangkan dalam berita acara kegiatan

yang ditandatangani oleh peserta rapat.

C.1.7.5. Penyelarasan Visi, Misi, dan Arah Kebijakan RPJPD

Kegiatan ini dimaksudkan untuk menyelaraskan draft rancangan awal dengan hasil forum

konsultasi publik sebagaimana dijelaskan diatas. Suatu penyelarasan harus didukung bukti

yang memadai dari kesepakatan akhir dalam forum konsultasi publik.

Penyelarasan dilakukan terhadap muatan visi, misi, sasaran pokok, dan arah kebijakan;

termasuk prioritasi tahapan-tahapan pembangunan selama empat tahap pembangunan lima

tahunan. Penyelarasan terhadap draft rancangan awal RPJPD dapat berupa adopsi hasil

kesepakatan dalam forum konsultasi publik maupun pembahasan terhadap masukan-

masukan dalam forum konsultasi yang membutuhkan pembahasan lebih lanjut di tingkat tim

perumus.

Hasil penyelarasan, selanjutnya, digunakan untuk menyempurnakan kertas kerja perumusan

sekaligus dijadikan sebagai bahan dan dasar dalam membuat penyajian rancangan awal

RPJPD.

- 41 -

C.2. Tahap Penyajian Rancangan Awal RPJPD

Tahap ini pada dasarnya merupakan penyajian dari apa yang telah dihasilkan dari tahap

perumusan kedalam dokumen perencanaan. Tidak seluruh informasi yang diolah dari hasil-

hasil analisis dan pembahasan/kesepakatan disajikan.

Prinsip-prinsip dalam penyajian adalah:

1. Semua informasi yang disajikan harus berkorelasi dan didukung dengan data yang valid

dari kertas kerja perumusan.

2. Informasi yang disajikan dapat merupakan keseluruhan bentuk pada tahap perumusan

(kertas kerja perumusan) atau sebagian menjadi yang dianggap relevan disajikan.

3. Penyajian agar diperkaya dengan teknis presentasi yang baik, pilihan yang kata yang

sederhana dan mudah dipahami.

Penulisan rancangan awal RPJMD disusun menurut sistimatika yang ditetapkan berdasarkan

peraturan perundang-undangan yang mengacu pada hasil kertas kerja pasca tahap

perumusan rancangan awal RPJMD. Penyajian rancangan awal RPJMD tersebut disusun

menurut sistimatika sekurang-kurangnya sebagai berikut:

BAB I. PENDAHULUAN

Pada bagian ini dijelaskan mengenai gambaran umum materi rancangan awal RPJPD

agar substansi pada bab-bab berikutnya dapat dipahami dengan baik.

1.1. Latar Belakang

Menjelaskan pengertian ringkas tentang RPJPD, proses penyusunan RPJPD, alasan

mengapa RPJPD ini disusun, resiko jika RPJPD tidak tersedia dan pendekatan yang

digunakan dalam penyusunan.

1.2. Dasar Hukum Penyusunan

Bagian ini menjelaskan dasar hukum perencanaan pembangunan daerah pada

umumnya dan RPJPD pada khususnya sesuai peraturan perundangan dan produk

hukum daerah terkait, termasuk pedoman pengelolaan keuangan daerah.

1.3. Hubungan Antar Dokumen RPJPD dengan Dokumen Rencana Pembangunan

Daerah lainnya

Bagian ini menjelaskan hubungan RPJPD dengan dokumen lain yang relevan beserta

penjelasannya. Keterhubungan dengan dokumen lain, seperti: RPJPN, RPJPD

provinsi, RTRW nasional, RTRW provinsi, dan RTRW kabupaten/kota.

1.4. Sistematika Penulisan

Mengemukakan organisasi penyusunan dokumen RPJPD terkait dengan pengaturan

bab serta garis besar isi setiap bab di dalamnya.

1.5. Maksud dan Tujuan

Memberikan uraian ringkas tentang maksud penyusunan dokumen RPJPD dan

tujuan penyusunan dokumen RPJPD bagi daerah yang bersangkutan.

BAB II. GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH

Bagian ini sangat penting untuk menjelaskan dan menyajikan secara logis dasar-

dasar analisis, gambaran umum kondisi daerah yang meliputi aspek geografi dan

demografi serta indikator kinerja penyelenggaraan pemerintah daerah.

Bagian ini dijabarkan berdasarkan hasil analisis dan kajian gambaran umum kondisi

daerah pada tahap perumusan. Tidak seluruh informasi dalam perumusan tentang

gambaran umum kondisi daerah ditampilkan dalam penyajian. Hanya informasi yang

relavan dan penting saja yang perlu dicantumkan untuk mendapatkan fokus yang

baik dalam dokumen. Suatu informasi dianggap relevan dan penting jika

menjelaskan gambaran umum kondisi daerah yang selaras dan mendukung isu

strategis, permasalahan pembangunan daerah, visi/misi kepala daerah, dan

kebutuhan perumusan strategi. Ketersediaan data gambaran umum kondisi daerah

selengkapnya dapat dilihat di Lampiran I Peraturan Menteri ini.

- 42 -

2.1. Aspek Geografi dan Demografi

Pada bagian ini diawali dengan pengantar analisis. Selanjutnya, pada bagian ini

dijelaskan kondisi umum geografis mengenai kondisi geografi daerah, potensi

pengembangan wilayah, dan wilayah rawan bencana. Penjelasan dapat dilengkapi

dengan tabel, grafik, dan gambar yang mendukung setiap potensi kawasan budaya

yang dimiliki daerah. Penjelasan perlu dilengkapi dengan kerangka pemikiran

hubungan antara kondisi geografi daerah dengan potensi pengembangan kawasan

budidaya, dengan mengisi dan menyajikan diagram sebagai berikut:

Gambar.G-II.C.4

Kerangka Pemikiran

Potensi Pengembangan Kawasan Budidaya

Selanjutnya, dijelaskan tentang kondisi demografi seperti ukuran, struktur, dan

distribusi penduduk serta bagaimana jumlah penduduk berubah setiap waktu akibat

kelahiran, kematian, migrasi, serta penuaan. Analisis kependudukan dapat merujuk

pada populasi masyarakat secara keseluruhan atau kelompok tertentu yang

didasarkan kriteria seperti pendidikan, kewarganegaraan, agama, atau etnis

tertentu. Tabel-tabel atau grafik tertentu yang dianggap relevan, dapat dipaparkan

pada bab ini.

2.2. Aspek Kesejahteraan Masyarakat

Bagian ini diawali dengan pengantar analisis. Selanjutnya, pada bagian ini

dijelaskan kondisi umum kesejahteraan masyarakat sebagai bagian dari indikator

kinerja pembangunan secara keseluruhan. Berbagai indikator yang telah diolah

pada tahap perumusan, sesuai lampiran I peraturan ini, dapat ditampilkan,

khususnya indikator yang paling dapat menjelaskan kondisi dan perkembangan

kesejahteraan masyarakat daerah bersangkutan. Lebih lanjut dipaparkan tentang

fokus kesejahteraan dan pemerataan ekonomi, fokus kesejahteraan sosial, fokus

seni budaya dan olah raga.

2.3. Aspek Pelayanan Umum

Bagian ini diawali dengan pengantar analisis. Selanjutnya, pada bagian ini

dijelaskan kondisi umum aspek pelayanan umum sebagai bagian dari indikator

kinerja pembangunan secara keseluruhan. Berbagai indikator yang telah diolah

pada tahap perumusan, sesuai lampiran I peraturan ini, dapat ditampilkan,

khususnya indikator yang paling dapat menjelaskan kondisi dan perkembangan

aspek pelayanan umum daerah bersangkutan. Lebih lanjut dipaparkan tentang

fokus urusan layanan wajib dan fokus urusan layanan pilihan.

2.4. Aspek Daya Saing Daerah

- 43 -

Bagian ini diawali dengan pengantar analisis. Selanjutnya, pada bagian ini

dijelaskan kondisi umum aspek daya saing daerah sebagai bagian dari indikator

kinerja pembangunan secara keseluruhan. Berbagai indikator yang telah diolah

pada tahap perumusan, sesuai lampiran I peraturan ini, dapat ditampilkan,

khususnya indikator yang paling dapat menjelaskan kondisi dan perkembangan

aspek daya saing daerah bersangkutan. Lebih lanjut dipaparkan tentang fokus

kemampuan ekonomi daerah, fokus fasilitas wilayah/infrastuktur, fokus iklim

berinvestasi, dan fokus sumber daya manusia.

BAB III. ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS

Analisis isu-isu strategis merupakan salah satu bagian terpenting dokumen RPJPD

karena menjadi dasar utama perumusan visi dan misi pembangunan jangka

panjang daerah. Oleh karena itu, penyajian analisis ini harus dapat menjelaskan

butir-butir penting isu-isu strategis yang akan dihadapi dalam pembangunan daerah

untuk waktu 20 (dua puluh) tahun mendatang. Penyajian isu-isu strategis meliputi

permasalahan pembangunan daerah dan isu strategis.

3.1. Permasalahan Pembangunan Daerah

Permasalahan pembangunan yang disajikan adalah permasalahan

penyelenggaraan urusan pemerintahan yang relevan atau pada akhirnya dijadikan

dasar dalam perumusan visi dan misi pembangunan jangka panjang daerah.

Dengan demikian permasalahan pembangunan daerah disajikan dengan merujuk

pada identifikasi permasalahan pembangunan daerah.

Pada bagian atau tahap perumusan isu-isu strategis, permasalahan-permasalahan

pembangunan lain yang tidak diprioritaskan atau menjadi agenda utama rencana

pembangunan daerah dalam 20 (dua puluh) tahun kedepan tidak perlu disajikan,

walau tetap ada dalam kertas kerja (worksheet) perumusan.

Perumusan permasalahan pembangunan dapat dijabarkan secara deskriptif dalam

bentuk uraian kalimat, bagian demi bagian dengan sistematika berurut sesuai

urusan yang terpilih atau sesuai jenis permasalahan tanpa mengedepankan

urusannya.

3.2. Isu Strategis

Isu strategis dapat berasal dari permasalahan pembangunan maupun yang berasal

dari dunia international, kebijakan nasional maupun regional. Sesuai isu-isu

strategis yang telah dihasilkan dalam tahap perumusan pada Tabel.T-II.C.43

dituangkan dalam penyajian. Dalam penyajian isu strategis hal terpenting yang

diperhatikan adalah isu tersebut dapat memberikan manfaat/pengaruh dimasa

datang terhadap daerah. Isu-isu strategis yang tidak dijadikan dasar dalam

perumusan visi dan misi agar dieliminasi.

BAB IV. VISI DAN MISI DAERAH

Penyajian visi dan misi dalam dokumen RPJPD sangat penting karena keadaan atau

cita-cita yang diinginkan dari hasil pembangunan daerah selama 20 (dua puluh)

tahun mendatang akan tergambar.

4.1. Visi

Sesuai perumusan visi yang telah dihasilkan dalam tahap perumusan, pernyataan

visi pada Tabel.T-II.C.45 dituangkan dalam penyajian. Hal terpenting dalam

penyajian visi adalah dibuatnya uraian yang jelas tentang apa dan bagaimana visi

yang ingin diwujudkan tersebut pada akhir periode perencanaan pembangunan

jangka panjang daerah.

Suatu visi dapat berupa satu kalimat atau lebih. Dalam hal visi diuraikan dalam satu

kalimat maka dapat dicontohkan, sebagai berikut:

Visi

Terwujudnya Kota ABC sebagai pusat industri dan perdagangan terdepan se Jawa Tengah

pada tahun 20xx

- 44 -

Dengan pernyataan visi sebagaimana dicontohkan diatas maka dalam penyajian visi

harus dijelaskan tentang makna, kriteria, dan penjelasan relevan lainnya tentang

pokok visi: PUSAT INDUSTRI terdepan se Jawa Tengah dan PUSAT PERDAGANGAN

terdepan se Jawa Tengah.

Visi sebagaimana contoh diatas harus dijelaskan, untuk memberi gambaran yang

spesifik dan jelas horizon waktunya bahwa target kota ABC selama 20 (dua) puluh

tahun ke depan adalah menjadikan pusat perdagangan dan industri terdepan se

Jawa Tengah, termasuk kriteria tentang pusat perdagangan dan industri yang

terdepan (atau nomor satu) se Jawa Tengah. Rasionalitas tentang dipilihnya pokok

visi dapat ditambahkan untuk memberikan kejelasan.

Indikator keberhasilan suatu pusat perdagangan dan industri untuk (ukuran) Jawa

Tengah harus dipaparkan. Sesuai kriteria, dengan demikian, pada periode 20 (dua

puluh) tahun berikutnya setelah visi diatas dapat dicapai, visi tidak lagi sama. Misal,

menggunakan keberhasilan visi pada periode sekarang untuk mendapatkan fokus

baru dimasa datang, atau tetap dengan fokus yang sama tapi ditingkatkan target

keunggulannya. Seperti, menjadi pusat perdagangan dan industri terdepan di

pentas nasional. Dengan asumsi, target tersebut memang rasional dapat dicapai.

Dari pernyataan visi diatas kita dapat melakukan pemilahan menjadi perwujudan

visi, sebagai berikut:

Perwujudan Visi 1: Kota ABC sebagai pusat industri terdepan se Jawa Tengah,

Perwujudan Visi 2: Kota ABC sebagai pusat perdagangan terdepan se Jawa

Tengah.

4.2. Misi

Sebagai rumusan tentang bagaimana visi diwujudkan dan di sisi lain sebagai

komitmen terhadap keseluruhan stakeholders utama pelaku pembangunan daerah,

misi harus disajikan dengan teknik penulisan yang mampu menjelaskan hubungan

yang erat dengan visi dan bahwa misi cukup lengkap untuk menaungi berbagai jenis

agenda pembangunan yang dibutuhkan untuk mencapai sasaran pokok. Masing-

masing misi dapat disajikan sub-misi dan penjelasan yang memadai bagaimana

maksud dan arah dari masing-masing misi.

Tabel.T-II.C.52. Visi dan Misi Pembangunan Jangka Panjang Daerah

Visi Misi

Kota ABC sebagai pusat industri

terdepan se jawa tengah,

Misi I. 1: menciptakan dan memperbaiki sentra-sentra industri dan

produk unggulan.

Misi I. 2: menjamin kemudahan aksesibilitas dan mobilitas ekonomi

daerah, khususnya pada pusat-pusat industri.

Misi I. 3: Menciptakan nilai tambah produk dengan basis teknologi tepat

guna dan bahan baku lokal yang lebih murah.

dst ...........................................................................

Kota ABC sebagai pusat

perdagangan terdepan se jawa

tengah

Misi II. 1: .................................................................

Misi II. 2:...................................................................

Misi II. 3: ..................................................................

dst ...........................................................................

Misi diatas dituangkan dalam bentuk paparan secara sistematis dan penjelasan

yang memadai masing-masing misi dengan sub-misi disertai data dan argumentasi

yang baik dan jelas.

BAB V. ARAH KEBIJAKAN PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH

Dalam bagian ini terlebih dahulu diuraikan sasaran pokok pembangunan jangka

panjang daerah berdasarkan setiap misi untuk merumuskan arah kebijakan,

- 45 -

pentahapan pembangunan 5 (lima) tahunan selama 20 (duapuluh) tahun dan

prioritas masing-masing tahapan.

5.1. Sasaran pokok dan arah kebijakan pembangunan jangka panjang daerah

untuk masing-masing misi.

Pada bagian ini diuraikan sasaran pokok dan arah kebijakan pembangunan jangka

panjang daerah untuk masing-masing misi.

a. Misi 1 ....................................

1. Uraian mengenai sasaran pokok pembangunan jangka panjang

berdasarkan rumusan misi pertama.

2. Uraian mengenai arah kebijakan untuk mencapai sasaran pokok

pembangunan jangka panjang.

b. Misi 2 ....................................

1. Uraian mengenai sasaran pokok pembangunan jangka panjang

berdasarkan rumusan misi kedua.

2. Uraian mengenai arah kebijakan untuk mencapai sasaran pokok

pembangunan jangka panjang.

c. Dst ....................................

Atau dapat juga disajikan dalam tabel, sebagai berikut:

Misi Daerah Sasaran Pokok Arah Kebijakan Pembangunan

Misi1 ......... Sasaran 1 ..... 1. ...............

2. ...............

Sasaran 2 ..... 1. ...............

2. ...............

Misi 2 ......... Sasaran 1 ..... 1. ...............

2. ...............

Sasaran 2 ..... 1. ...............

2. ...............

Dst .........

5.2. Tahapan dan Prioritas

Pada bagian ini diuraikan sasaran pokok yang menjadi prioritas utama di masing-

masing tahapan.

5.2.1 Tahap lima tahun ke-1 (….....-….....)

Uraian mengenai sasaran pokok yang akan dicapai dan arah kebijakan

yang akan dilaksanakan dalam tahap lima tahun pertama pembangunan

jangka panjang daerah.

5.2.2 Tahap lima tahun ke-2 (….....-….....)

Uraian mengenai sasaran pokok yang akan dicapai dan arah kebijakan

yang akan dilaksanakan dalam tahap lima tahun kedua pembangunan

jangka panjang daerah.

5.2.3 Tahap lima tahun ke-3 (….....-….....)

Uraian mengenai sasaran pokok yang akan dicapai dan arah kebijakan

yang akan dilaksanakan dalam tahap lima tahun ketiga pembangunan

jangka panjang daerah.

5.2.4 Tahap lima tahun ke-4 (….....-….....)

Uraian mengenai sasaran pokok yang akan dicapai dan arah kebijakan

yang akan dilaksanakan dalam tahap lima tahun keempat pembangunan

jangka panjang daerah. BAB VI. KAIDAH PELAKSANAAN

- 46 -

RPJPD merupakan penjabaran dari visi, misi, dan arah kebijakan daerah. Pada

bagian ini diuraikan langkah-langkah pelaksanaan dari visi misi dan arah kebijakan

yang telah disusun dalam dokumen RPJPD.

D. PELAKSANAAN MUSRENBANG RPJPD

Musrenbang RPJPD merupakan forum musyawarah antara para pemangku kepentingan untuk

membahas dan menyepakati rancangan awal RPJPD.

Tujuan musrenbang RPJPD yakni untuk mendapatkan masukan dan komitmen para pemangku

kepentingan pembangunan sebagai bahan penyempurnaan rancangan awal RPJPD.

Musrenbang RPJPD dilaksanakan paling lambat 1 (satu) tahun sebelum berakhirnya RPJPD

periode sebelumnya.

Untuk optimalisasi pelaksanaan musrenbang RPJPD, tata tertib pelaksanaan ditetapkan

dengan peraturan kepala daerah.

Musrenbang RPJPD dilaksanakan dengan tahapan sebagai berikut :

1. Persiapan musrenbang RPJPD; dan

2. Penyelenggaraan musrenbang RPJPD.

D.1. Persiapan Musrenbang RPJPD

Dilakukan dengan kegiatan-kegiatan antara lain:

1. Menyusun jadwal dan agenda musrenbang RPJPD;

2. Menyiapkan materi bahasan dalam musrenbang RPJPD;

3. Mempublikasikan seluas-luasnya melalui sarana publikasi yang tersedia terhadap

pokok-pokok materi RPJPD yang akan dibahas dalam musrenbang RPJPD;

4. Penyiapan pokok-pokok materi yang akan dipublikasikan, sekurang-kurangnya

mencakup hasil analisis isu-isu strategis daerah, rumusan visi dan misi daerah dan arah

kebijakan pembangunan jangka panjang daerah;

5. Menghimpun saran dan tanggapan dari masyarakat terhadap pokok-pokok materi dari

hasil publikasi, sebelum musrenbang RPJPD dilaksanakan;

6. Mengumumkan secara terbuka jadual, tempat, dan agenda musrenbang RPJPD paling

lambat 7 (tujuh) hari kerja sebelum pelaksanaan;

7. Menyiapkan fasilitator dengan memperhatikan hal-hal sebagai berikut:

a. Memiliki persyaratan kompetensi dan kemampuan memimpin diskusi kelompok;

b. Bertanggungjawab terhadap kelancaran proses pembahasan dan pengambilan

keputusan untuk menyepakati setiap materi yang dibahas;

8. Menyiapkan narasumber dengan memperhatikan antara lain:

a. Menyajikan/memaparkan berbagai kebijakan menjadi acuan, penyusunan RPJPD serta

penjelasan lainnya yang perlu diperhatikan terkait dengan materi yang akan dibahas

didalam musrenbang RPJPD;

b. Penentuan narasumber disesuaikan dengan kompetensi;

c. Untuk musrenbang RPJPD provinsi dapat mengundang akademisi, pimpinan DPRD

atau pejabat dari kementerian/lembaga tingkat pusat menjadi narasumber;

d. Untuk RPJPD kabupaten/kota dapat mengundang akademisi, pimpinan DPRD

kabupaten/kota atau pejabat provinsi dan dari kementerian/lembaga tingkat pusat

menjadi narasumber;

9. Merancang pembagian kelompok diskusi dan kriteria penajaman visi, misi dan arah

kebijakan pembangunan jangka panjang daerah;

10. Pembagian kelompok diskusi memperhatikan hal-hal sebagai berikut:

a. Dapat dibagi berdasarkan misi atau gabungan dari beberapa misi;

b. Jumlah kelompok diskusi dan fasilitator serta narasumber dapat disesuaikan dengan

kebutuhan;

- 47 -

c. Pembagian kelompok dan anggota kelompok diskusi mempertimbangkan

keseimbangan keterwakilan dari setiap unsur yang hadir (pembagian anggota

kelompok diskusi disesuaikan berdasarkan absensi/daftar hadir);

11. Menyusun pedoman penyelenggaraan musrenbang RPJPD termasuk panduan diskusi

kelompok, mencakup tata tertib sidang/diskusi dan kriteria penajaman sasaran pokok

arah kebijakan pembangunan jangka panjang daerah;

12. Mengundang calon peserta musrenbang RPJPD meliputi:

a. Musrenbang RPJPD provinsi terdiri dari Gubernur dan wakil Gubernur, pimpinan dan

anggota DPRD provinsi, Bupati dan Walikota serta Kepala Bappeda kabupaten/kota,

kepala SKPD provinsi, kepala instansi vertikal di provinsi, , akademisi, LSM/ormas,

tokoh masyarakat, keterwakilan perempuan dan kelompok masyarakat rentan

termajinalkan dan unsur pengusaha/investor, serta pejabat kementerian/lembaga

tingkat pusat sesuai dengan kebutuhan; dan

b. Musrenbang RPJPD kabupaten/kota terdiri dari Bupati dan wakil Bupati/Walikota dan

wakil Walikota, pimpinan dan anggota DPRD provinsi, Kepala Bappeda provinsi dan

kabupaten/kota, kepala SKPD kabupaten/kota, akademisi, LSM/ormas, tokoh

masyarakat, keterwakilan perempuan dan kelompok masyarakat rentan

termajinalkan dan unsur pengusaha/investor serta pejabat dari

kementerian/lembaga tingkat pusat sesuai dengan kebutuhan.

D.2. Penyelenggaraan Musrenbang RPJPD

Penyelenggaraan musrenbang RPJPD dilaksanakan guna membahas dan menyepakati

rancangan awal RPJPD, membahas dan menyepakati rancangan RPJPD antara lain mencakup:

1. Penajaman visi dan misi daerah;

2. Penyelarasan sasaran pokok dan arah kebijakan pembangunan jangka panjang daerah

untuk mencapai visi dan misi daerah;

3. Penajaman sasaran pokok pembangunan jangka panjang daerah;

4. Klarifilasi dan penajaman tahapan dan prioritas pembangunan jangka panjang daerah;

dan

5. Membangun komitmen bersama antara pemangku kepentingan untuk memedomani

RPJPD melaksanakan pembangunan daerah.

Susunan acara pelaksanaan musrenbang RPJPD, antara lain sebagai berikut:

1. Acara pembukaan musrenbang RPJPD diisi dengan penyampaian sambutan dari

pejabat yang diundang sesuai dengan kebutuhan dan sekaligus acara peresmian

pembukaan musrenbang RPJPD oleh kepala daerah.

2. Rapat Pleno I

a. Pemaparan materi rancangan RPJPD, antara lain:

1) Isu-isu strategis pembangunan jangka panjang daerah;

2) Pemaparan rumusan visi dan misi daerah;

3) Pemaparan arah kebijakan dan sasaran pokok pembangunan jangka panjang

daerah.

b. Pemaparan materi lainnya disesuaikan dengan kebutuhan.

c. Tanggapan peserta atas materi yang dipaparkan.

3. Penjelasan panitia penyelenggara secara umum atau informasi penting lainnya terkait

dengan pelaksanaan diskusi kelompok musrenbang RPJPD.

4. Diskusi kelompok musrenbang RPJPD, untuk membahas materi rancangan RPJPD.

5. Rapat Pleno II Pemaparan hasil kelompok diskusi musrenbang RPJPD.

6. Rangkuman hasil rapat pleno I dan pleno II musrenbang RPJPD selanjutnya di rumuskan

ke dalam rancangan berita acara kesepakatan hasil musrenbang RPJPD oleh tim

perumus yang dipimpin oleh Kepala Bappeda.

7. Rancangan berita acara kesepakatan hasil musrenbang RPJPD beserta lampirannya

terdiri dari:

a. Rancangan berita acara kesepakatan hasil musrenbang RPJPD;

- 48 -

b. Daftar hadir peserta musrenbang RPJPD;

c. Rekapitulasi Hasil Pembahasan Kelompok Musrenbang RPJPD terhadap visi dan misi

daerah;

d. Rekapitulasi Hasil Pembahasan Sidang-Sidang Kelompok Musrenbang RPJPD terhadap

Sasaran Pokok dan Arah Kebijakan Pembangunan Jangka Panjang Daerah;

e. Rekapitulasi hasil pembahasan sidang-sidang kelompok musrenbang RPJPD terhadap

tahapan dan prioritas jangka panjang daerah; dan

f. Kesepakatan hasil sidang kelompok musrenbang RPJPD.

dengan contoh format sebagai berikut:

a. Format Rancangan Berita Acara Kesepakatan Hasil Musrenbang RPJPD

RANCANGAN BERITA ACARA

KESEPAKATAN HASIL MUSRENBANG RPJPD

PROVINSI/KABUPATEN/KOTA .........*)

Pada hari........ tanggal...sampai dengan tanggal...... bulan...... tahun............. telah

diselenggarakan musrenbang RPJPD yang dihadiri para pemangku kepentingan sebagaimana daftar

hadir peserta yang tercantum dalam I berita acara ini.

Setelah memperhatikan, mendengar dan mempertimbangkan :

a. Sambutan-sambutan yang disampaikan oleh ...... (dijelaskan secara berurutan pejabat yang

menyampaikan) pada acara pembukaan musrenbang RPJPD;

b. Pemaparan analisis isu-isu strategis daerah, visi dan misi daerah dan arah kebijakan

pembangunan jangka panjang daerah oleh ..............;

c. Pemaparan materi lainnya (disesuaikan dengan materi dan nama pejabat yang menyampaikan);

d. Tanggapan dan saran dari seluruh peserta musrenbang jangka panjang daerah terhadap materi

yang dipaparkan baik pada sidang pleno maupun dalam sidang kelompok, maka pada:

Hari dan Tanggal : ....................................................................

J a m : ....................................................................

Tempat : ....................................................................

musrenbang RPJPD Provinsi/Kabupaten/Kota .....* ):

MENYEPAKATI

KESATU : Visi dan Misi Daerah dalam RPJPD Provinsi/Kabupaten/Kota ...*)Tahun .... - ....

sebagaimana tercantum dalam LAMPIRAN II berita acara ini.

KEDUA : Sasaran pokok dan arah kebijakan pembangunan jangka panjang daerah

Provinsi/Kabupaten/Kota ...*) Tahun .... - .... sebagaimana tercantum dalam

LAMPIRAN III berita acara ini.

KETIGA : Tahapan dan Prioritas Pembangunan Jangka Panjang Daerah

Rancangan awal RPJPD Provinsi/Kabupaten/Kota.....*) Tahun .....-..... sebagaimana

tercantum dalam LAMPIRAN IV berita acara ini.

KEEMPAT : Hasil kesepakatan sidang-sidang kelompok Musrenbang RPJPD

Provinsi/Kabupaten/Kota.....*) Tahun...-... sebagaimana tercantum dalam LAMPIRAN

V yang merupakan satu kesatuan dan tidak terpisahkan dari berita acara ini.

KELIMA : Berita acara ini beserta lampiran dijadikan sebagai bahan penyusunan rancangan

akhir RPJPD Provinsi/Kabupaten/Kota.....*) Tahun .....-.....

Demikian berita acara ini dibuat dan disahkan untuk digunakan sebagaimana mestinya.

................................, tanggal ….........................

Pimpinan Sidang

Tanda tangan

( Nama)

Mewakili peserta musrenbang RPJPD Provinsi/Kabupaten/Kota.....*)

No. Nama Lembaga/instansi Jabatan/Alamat Tanda Tangan

1.

2.

3.

4.

- 49 -

5.

Dst..

Catatan :

*) Coret yang tidak perlu

b. Format Daftar Hadir Peserta Musrenbang RPJPD

LAMPIRAN I : BERITA ACARA HASIL KESEPAKATAN MUSRENBANG RPJPD

NOMOR :

TANGGAL :

Daftar hadir peserta musrenbang RPJPD Provinsi/Kabupaten/Kota ...... *)

Tanggal : ..................

Tempat : ..................

No Nama Lembaga/Instansi Alamat & no Telp. Tanda tangan

1.

2.

3.

4.

5.

dst…

c. Format Rekapitulasi Hasil Pembahasan Kelompok Musrenbang RPJPD terhadap Visi dan

Misi Daerah

LAMPIRAN II : BERITA ACARA HASIL KESEPAKATAN MUSRENBANG RPJPD

NOMOR :

TANGGAL :

Tabel T-II.D.1. Rekapitulasi Hasil Pembahasan Kelompok Musrenbang RPJPD terhadap

Visi dan Misi Daerah Tahun ....-....

Provinsi/Kabupaten/Kota *) ………………

Tanggal: .............

Tempat : .............

Visi Misi

Misi 1

Misi 2

Misi 3

Misi 4

d. Format Rekapitulasi Hasil Pembahasan Sidang-Sidang Kelompok Musrenbang RPJPD

terhadap Sasaran Pokok dan Arah Kebijakan Pembangunan Jangka Panjang Daerah

LAMPIRAN III : BERITA ACARA HASIL KESEPAKATAN MUSRENBANG RPJPD

NOMOR :

TANGGAL :

Tabel T-II.D.2. Rekapitulasi Hasil Pembahasan Sidang-sidang Kelompok Musrenbang RPJPD terhadap

Sasaran Pokok dan Arah Kebijakan Pembangunan Jangka Panjang Daerah

Provinsi/Kabupaten/Kota *) ………………

Tanggal : .............

Tempat : ...........

Misi Daerah Sasaran Pokok Arah Kebijakan Pembangunan

Misi1 ......... Sasaran 1 ..... 1. ...............

2. ...............

Sasaran 2 ..... 1. ...............

2. ...............

Misi 2 ......... Sasaran 1 ..... 1. ...............

2. ...............

- 50 -

Sasaran 2 ..... 3. ...............

4. ...............

Dst .........

e. Format Rekapitulasi Hasil Pembahasan Sidang-Sidang Kelompok Musrenbang RPJPD

terhadap Tahapan dan Prioritas Jangka Panjang Daerah.

LAMPIRAN IV : BERITA ACARA HASIL KESEPAKATAN MUSRENBANG RPJPD

NOMOR :

TANGGAL :

Tabel T-II.D.3.

Rekapitulasi Hasil Pembahasan Sidang-sidang Kelompok Musrenbang RPJPD terhadap

Tahapan dan Prioritas Jangka Panjang Daerah

Provinsi/Kabupaten/Kota *) ………………

Tanggal : .............

Tempat : ...........

Misi..............

Tahapan Sasaran Pokok Arah Kebijakan Pembangunan

Tahapan lima tahun ke-1

(.......-…....)

...............

...............

dst

Tahapan lima tahun ke-2

(.......-…....)

...............

...............

dst ...............

Tahapan lima tahun ke-3

(.......-…....)

...............

...............

dst

Tahapan lima tahun ke-4

(.......-…....)

...............

...............

dst ...............

Misi dst..............

Tahapan Sasaran Pokok Arah Kebijakan Pembangunan

Tahapan lima tahun ke-1

(.......-…....)

...............

...............

dst ...............

Tahapan lima tahun ke-2

(.......-…....)

...............

...............

dst ...............

Tahapan lima tahun ke-3

(.......-…....)

...............

...............

dst ...............

Tahapan lima tahun ke-4

(.......-…....)

...............

...............

dst ...............

Misi dst..............

- 51 -

f. Format Kesepakatan Hasil Sidang Kelompok Musrenbang RPJPD

LAMPIRAN V : BERITA ACARA HASIL KESEPAKATAN MUSRENBANG RPJPD

NOMOR :

TANGGAL :

Kesepakatan Hasil Sidang Kelompok ........

Musrenbang RPJPD

Provinsi/Kabupaten/Kota.....*).

Pokok bahasan : Misi ........

Tabel T-II.D.4. Misi, sasaran pokok dan Arah Kebijakan

Misi Daerah Sasaran Pokok Arah Kebijakan Pembangunan

Misi1 ......... Sasaran 1 ..... 1. ...............

2. ...............

Sasaran 2 ..... 1. ...............

2. ...............

Tabel T-II.D.5. Tahapan dan Prioritas Jangka Panjang Daerah

Misi..............

Tahapan Sasaran Pokok Arah Kebijakan Pembangunan

Tahapan lima tahun ke-1

(.......-…....)

...............

...............

dst

Tahapan lima tahun ke-2

(.......-…....)

...............

...............

dst ...............

Tahapan lima tahun ke-3

(.......-…....)

...............

...............

dst

Tahapan lima tahun ke-4

(.......-…....)

...............

...............

dst ...............

No. SARAN/REKOMENDASI SIDANG KELOMPOK

1.

2.

3.

Dst....

- 52 -

................... (nama daerah) (Tanggal/Bulan/Tahun)

Anggota Sidang Kelompok......

Musrenbang RPJPD Provinsi/Kabupaten/Kota.....*) Tahun ....-....

No. Nama Lembaga/instansi Jabatan Dalam Sidang

Kelompok Tanda Tangan

1.

2.

3.

4.

dst…

8. Rapat Pleno III Pembacaan rancangan berita acara kesepakatan hasil musrenbang RPJPD

dan pengambilan keputusan;

9. Berita acara kesepakatan hasil musrenbang RPJPD yang telah disetujui dalam rapat Pleno

III, ditandatangani oleh yang mewakili setiap unsur pemangku kepentingan yang

menghadiri musrenbang RPJPD; dan

10. Berita acara kesepakatan hasil musrenbang RPJPD yang telah ditandatangani beserta

lampirannya dijadikan sebagai bahan penyempurnaan rancangan awal RPJPD menjadi

rancangan akhir RPJPD.

E. PERUMUSAN RANCANGAN AKHIR RPJPD

Rancangan akhir RPJPD dirumuskan berdasarkan berita acara kesepakatan hasil musrenbang

RPJPD.

Rancangan akhir RPJPD yang telah disempurnakan berdasarkan kesepakatan hasil

musrenbang RPJPD.

Rancangan akhir RPJPD yang telah disempurnakan selanjutnya diajukan kepada kepala

daerah untuk meminta persetujuan dikonsultasikan kepada Menteri Dalam Negeri terhadap

rancangan akhir RPJPD provinsi dan kepada gubernur terhadap rancangan akhir RPJPD

kabupaten/kota.

E.1.Konsultasi Rancangan Akhir RPJPD

1. Setelah rancangan akhir RPJPD mendapatkan persetujuan dari kepala daerah untuk

dikonsultasikan kepada Menteri/Gubernur, Kepala Bappeda menyiapkan surat kepala

daerah perihal permohonan konsultasi rancangan akhir RPJPD sebagai berikut:

a. surat Gubernur perihal permohonan konsultasi rancangan akhir RPJPD provinsi kepada

Menteri Dalam Negeri; dan

b. surat Bupati/Walikota perihal konsultasi rancangan akhir RPJPD kabupaten/kota

kepada gubenur.

2. Surat kepala Daerah perihal permohonan konsultasi rancangan akhir RPJPD disampaikan

kepada Menteri Dalam Negeri/Gubernur paling lama 7 (tujuh) hari sebelum konsultasi

dilakukan.

3. Dalam surat permohonan konsultasi diberitahukan pokok-pokok substansi materi yang

perlu dikonsultasikan dan dilampiri dengan dokumen rancangan akhir RPJPD beserta

berita acara kesepakatan hasil musrenbang RPJPD serta hasil pengendalian dan evaluasi

kebijakan perencanaan pembangunan jangka menengah daerah.

4. Konsultasi rancangan akhir RPJPD provinsi kepada Menteri Dalam Negeri bertujuan untuk

untuk memperoleh saran pertimbangan dari landasan hukum penyusunan, sistematika

dan teknis penyusunan, konsistensi menindaklanjuti hasil musrenbang RPJPD provinsi,

sinkronisasi dan sinergi, dengan RPJPN, RTRW provinsi dan RPJPD dan RTRW provinsi

lainnya.

- 53 -

5. Konsultasi rancangan akhir RPJPD kabupaten/kota kepada gubernur untuk memperoleh

saran pertimbangan dari landasan hukum penyusunan, sistematika dan teknis

penyusunan, konsistensi menindaklanjuti hasil musrenbang RPJPD kabupaten/kota,

sinkronisasi dan sinergi, dengan RPJPN, RPJPD provinsi, RTRW kabupaten/kota serta

RPJPD dan RTRW kabupaten/kota lainnya.

E.2.Penyempurnaan Rancangan Akhir RPJPD Berdasarkan Hasil Konsultasi.

Gubernur menindak lajuti hasil konsultasi RPJPD Provinsi dengan Menteri Dalam Negeri, dan

Bupati/Walikota menindak lanjuti hasil konsultasi rancangan RPJPD kabupaten/kota dengan

Gubernur.

Tindak lanjut dimaksud yaitu menyempurnakan rancangan akhir RPJPD berdasarkan hasil-

hasil konsultasi yang disampaikan dengan surat Menteri Dalam Negeri/Gubernur.

E.3.Melengkapi Sistematika Rancangan Awal RPJPD Menjadi Rancangan Akhir RPJPD

Penyajian rancangan akhir RPJPD disusun menurut sistematika yang telah disusun

sebagaimana disajikan pada rancangan awal RPJPD provinsi dan kabupaten/kota . Kertas

kerja yang muncul pada tahap penyusunan rancangan akhir RPJPD sebagaimana dijelaskan

pada subbab di atas menjadi dasar perubahan materi terkait dari isi rancangan akhir RPJPD.

Dengan demikian, sistematika penyajian rancangan akhir RPJPD, sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Sama dengan isi rancangan awal RPJPD dengan koreksi seperlunya sesuai

kebutuhan atau tambahan informasi pada tahap ini.

1.2. Dasar Hukum Penyusunan

Sama dengan isi rancangan awal RPJPD dengan koreksi seperlunya sesuai

kebutuhan atau tambahan informasi pada tahap ini.

1.3. Hubungan Antar Dokumen RPJPD dengan Dokumen Rencana

Pembangunan Daerah lainnya

Sama dengan isi rancangan awal RPJPD dengan koreksi seperlunya sesuai

kebutuhan atau tambahan informasi pada tahap ini.

1.4. Sistematika Penulisan

Sama dengan isi rancangan awal RPJPD dengan koreksi seperlunya sesuai

kebutuhan atau tambahan informasi pada tahap ini.

1.5. Maksud dan Tujuan

Sama dengan isi rancangan awal RPJPD dengan koreksi seperlunya sesuai

kebutuhan atau tambahan informasi pada tahap ini.

BAB II GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH

Sama dengan isi rancangan awal RPJPD dengan koreksi seperlunya sesuai

kebutuhan atau tambahan informasi pada tahap ini.

2.1. Aspek Geografi dan Demografi

Sama dengan isi rancangan awal RPJPD dengan koreksi seperlunya sesuai

kebutuhan atau tambahan informasi pada tahap ini.

2.2. Aspek Kesejahteraan Masyarakat

Sama dengan isi rancangan awal RPJPD dengan koreksi seperlunya sesuai

kebutuhan atau tambahan informasi pada tahap ini.

2.3. Aspek Pelayanan Umum

Sama dengan isi rancangan awal RPJPD dengan koreksi seperlunya sesuai

kebutuhan atau tambahan informasi pada tahap ini.

- 54 -

2.4. Aspek Daya Saing Daerah

Sama dengan isi rancangan awal RPJPD dengan koreksi seperlunya sesuai

kebutuhan atau tambahan informasi pada tahap ini.

BAB III ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS

Sama dengan isi rancangan awal RPJPD dengan koreksi seperlunya sesuai

kebutuhan atau tambahan informasi pada tahap ini.

3.1. Permasalahan Pembangunan

Sama dengan isi rancangan awal RPJPD dengan koreksi seperlunya sesuai

kebutuhan atau tambahan informasi pada tahap ini.

3.2. Isu Strategis

Sama dengan isi rancangan awal RPJPD dengan koreksi seperlunya sesuai

kebutuhan atau tambahan informasi pada tahap ini.

BAB IV VISI DAN MISI DAERAH

Sama dengan isi rancangan awal RPJPD dengan koreksi seperlunya sesuai

kebutuhan atau tambahan informasi pada tahap ini.

4.1. Visi

Sama dengan isi rancangan awal RPJPD dengan koreksi seperlunya sesuai

kebutuhan atau tambahan informasi pada tahap ini.

4.2. Misi

Sama dengan isi rancangan awal RPJPD dengan koreksi seperlunya sesuai

kebutuhan atau tambahan informasi pada tahap ini.

4.3. Tujuan dan Sasaran

Sama dengan isi rancangan awal RPJPD dengan koreksi seperlunya sesuai

kebutuhan atau tambahan informasi pada tahap ini.

BAB V ARAH KEBIJAKAN PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH

Sama dengan isi rancangan awal RPJPD dengan koreksi seperlunya sesuai

kebutuhan atau tambahan informasi pada tahap ini.

5.1. Sasaran pokok dan arah kebijakan pembangunan jangka panjang daerah

untuk masing-masing misi

Sama dengan isi rancangan awal RPJPD dengan koreksi seperlunya sesuai

kebutuhan atau tambahan informasi pada tahap ini.

5.2. Tahapan dan Prioritas

Sama dengan isi rancangan awal RPJPD dengan koreksi seperlunya sesuai

kebutuhan atau tambahan informasi pada tahap ini.

BAB VI KAIDAH PELAKSANAAN

Sama dengan isi rancangan awal RPJPD dengan koreksi seperlunya sesuai

kebutuhan atau tambahan informasi pada tahap ini.

- 55 -

F. PENETAPAN PERATURAN DAERAH TENTANG RPJPD

1. Kepala daerah menyampaikan rancangan Peraturan Daerah tentang RPJPD kepada DPRD

untuk memperoleh persetujuan bersama, paling lama 6 (enam) bulan sebelum RPJPD yang

sedang berjalan berakhir.

2. Penyampaian rancangan Peraturan Daerah tentang RPJPD disertai dengan rancangan

akhir RPJPD yang telah dikonsultasikan dengan Menteri Dalam Negeri/Gubernur disertai

dengan:

a. berita acara kesepakatan hasil musrenbang RPJPD; dan

b. surat Menteri Dalam Negeri/Gubernur perihal hasil konsultasi rancangan akhir RPJPD.

3. Mekanisme pembahasan dan penetapan rancangan Peraturan Daerah tentang RPJPD

sesuai dengan ketentuan perundang-undangan.

4. Rancangan Peraturan Daerah tentang RPJPD provinsi dan Rancangan Peraturan Daerah

tentang RPJPD kabupaten/kota ditetapkan paling lama 6 (enam) bulan setelah penetapan

RPJPN, kecuali ditetapkan lain dengan peraturan perundang-undangan.

5. Peraturan daerah tentang RPJPD provinsi disampaikan kepada Menteri Dalam Negeri

paling lama 7 (tujuh) hari setelah ditetapkan untuk dievaluasi dan Peraturan Daerah

tentang RPJPD kabupaten/kota, disampaikan kepada gubernur untuk dievaluasi dengan

tembusan kepada Menteri Dalam Negeri.

MENTERI DALAM NEGERI,

GAMAWAN FAUZI