resume kasus
TRANSCRIPT
KASUS DRPs PADA PASIEN RAWAT INAP DI PAV. FLAMBOYAN
1.1 Identifikasi Pasien
Nama pasien : Ny. R
Umur : 41 tahun
Asuransi : Umum
Tanggal MRS : 04 Agustus 2012
1.2 Keluhan Utama
Nyeri perut kanan atas sejak 6 jam sebelum masuk rumah sakit, sariawan di
bibir sejak 2 minggu dan lidah terdapat bercak-bercak putih, BAB mencret,
serta lutut kanan pasien tidak bisa digerakkan.
1.3 Riwayat Penyakit Terdahulu
Diabetes Melitus (+)
1.4 Diagnosa
Kandidiasis oral, GEA, anemia diduga penyakit kronis, disertai leukositosis,
trombositosis, AKI, neuropati perifer dan hepatomegali.
1.5 Terapi Pengobatan
Terapi yang didapatkan adalah :
1. Untuk kandidiasis oral diberikan mycostatin 4 x 1 cc selama 11 hari,
tetapi karena penggunaan obat yg salah dan tidak teratur, shg pada hari
ke-11 pun, kandidiasis px blm dpt disembuhkan.
2. Untuk GEA diberikan kotrimoksazol 2 x 1 tab (480 mg) selama 10 hari,
pada hari ke-3 px sdh tdk mengalami diare. Kotrimoksazol diindikasikan
utk diare spesifik, ttp tdk didapatkan data yang mendukung adanya
tanda-tanda seperti tinja berbuih atau berlendir.
3. Untuk anemia diduga penyakit kronis sudah diberikan transfusi PRC
4. Untuk leukositosis terapi yg pertama diberikan yaitu Ceftriaxone 2 x 2 g
selama 5 hari, tetapi krn tdk ada perbaikan yg signifikan, shg pada hari
ke-6 ceftriaxone di ganti dgn cefirom 2 x 1 g. Penanda adanya perbaikan
dari pergantian antibiotik ini yaitu dengan menurunnya jumlah leukosit
dan demam turun.
5. Pada tanggal 13, pasien mengalami abses retroperitoneal sehingga
diberikan metronidazol drip 3 x 500 mg.
6. Untuk trombositosis diberikan ascardia 1 x 80 mg selama 6 hari.
Penanda adanya perbaikan yaitu dengan penurunan jumlah trombosit.
7. AKI menyebabkan pasien mengalami hiperkalemia sehingga diberikan
kalitake 3 x 1 sachet.
8. Untuk neuropati perifer diberikan amitriptilin 2 x 12,5 mg, gabexal 2 x
300 mg, mecobalamin inj 1 x 500 mg dan neurobion 5000 1 x 1 tab.
9. Untuk demam yang kadang-kadang dialami pasien diberikan PCT 3 x
500 mg.
1.6 DRPs
Berdasarkan hasil terapi, didapatkan beberapa DRP yaitu :
1. Pada terapi kandidiasis oral, pasien tdk menggunakan mycostatin
dengan benar dan tdk teratur shg px mengalami kegagalan terapi.
Rekomendasi dari hal ini yaitu farmasis hrs memberikan penjelasan yg
jelas ttg cara penggunaan mycostatin yg benar & px diharapkan dpt
lebih terbuka trhdp tenaga medis.
2. Penggunaan kotrimoksazol sebaiknya hrs didukung dg data yg kuat
seperti adanya lendir pada tinja maupun dilakukan uji mikroba.
3. Pada saat pemberian ketorolac, tramadol jg diberikan, sebaiknya
pemberian tramadol dihentikan pemberiannya.
4. Pada saat px didiagnosis HNP, px diberikan profenid sup, padahal px
sdh diberikan ketorolac, sebaiknya profenid tdk perlu diberikan.
5. Pemberian amitriptilin dan gabexal untuk mengatasi neuropati perifer,
seharusnya berdasarkan EBM terapi lini pertama yaitu TCA, bila px
kontraindikasi dg TCA barulah gabapentin. Sebaiknya hanya TCA saja
yg diberikan.
6. Pemberian mecobalamin dan neurobion 5000 diindikasikan untuk terapi
penunjang neuropati perifer px, sebaiknya hanya mecobalamin saja yg
diberikan.
7. Px mengalami hipoalbumin, tetapi tdk diberikan terapi, sebaiknya px
diterapi dg albumin.
8. Ondansentron dan omeprazol diberikan tanpa adanya keluhan dari
pasien dan px jg tidak ada riwayat penyakit terdahulu.
Patofisiologi DM tipe 2
Pankreas yang disebut kelenjar ludah perut, adalah kelenjar penghasil
insulin yang terletak di belakang lambung. Di dalamnya terdapat kumpulan sel
yang berbentuk seperti pulau pada peta, karena itu disebut pulau-pulau
Langerhans yang berisi sel beta yang mengeluarkan hormone insulin yang sangt
berperan dalam mengatur kadar glukosa darah.
Insulin yang dikeluarkan oleh sel beta tadi dapat diibaratkan sebagai anak
kunci yang dapat membuka pintu masuknya glukosa ke dalam sel, untuk
kemudian di dalam sel glukosa tersebut dimetabolisasikan menjadi tenaga. Bila
isulin tidak ada, maka glukosa dalam darah tidak dapat masuk ke dalam sel
dengan akibat kadar glukosa dalam darah tidak dapat masuk ke dalams el dengan
akibat kadar glukosa dalam darah meningkat. Keadaan inilah yang terjadi pada
diabetes mellitus tipe 1.
Pada keadaan diabetes mellitus tipe 2, jumlah insulin bisa normal, bahkan
lebih banyak, tetapi jumlah reseptor (penangkap) insulin di permukaan sel kurang.
Reseptor insulin ini dapat diibaratkan sebagai lubang kunci pintu masuk ke dalam
sel. Pada keadaan DM tipe 2, jumlah lubang kuncinya kurang, sehingga meskipun
anak kuncinya (insulin) banyak, tetapi karena lubang kuncinya (reseptor) kurang,
maka glukosa yang masuk ke dalam sel sedikit, sehingga sel kekurangan bahan
bakar (glukosa) dan kadar glukosa dalam darah meningkat. Dengan demikian
keadaan ini sama dengan keadaan DM tipe 1, bedanya adalah pada DM tipe 2
disamping kadar glukosa tinggi, kadar insulin juga tinggi atau normal. Pada DM
tipe 2 juga bisa ditemukan jumlah insulin cukup atau lebih tetapi kualitasnya
kurang baik, sehingga gagal membawa glukosa masuk ke dalam sel. Di samping
penyebab di atas, DM juga bisa terjadi akibat gangguan transport glukosa di
dalam sel sehingga gagal digunakan sebagai bahan bakar untuk metabolism
energi.
Definisi
Diabetes Mellitus ( DM ) adalah penyakit metabolik yang kebanyakan herediter,
dengan tanda – tanda hiperglikemia dan glukosuria, disertai dengan atau tidak
adanya gejala klinik akut ataupun kronik, sebagai akibat dari kuranganya insulin
efektif di dalam tubuh, gangguan primer terletak pada metabolisme karbohidrat
yang biasanya disertai juga gangguan metabolisme lemak dan protein (Askandar,
2000).
Gangren adalah proses atau keadaan yang ditandai dengan adanya jaringan mati
atau nekrosis, namun secara mikrobiologis adalah proses nekrosis yang
disebabkan oleh infeksi (Askandar, 2001). Gangren Kaki Diabetik adalah luka
pada kaki yang merah kehitam-hitaman dan berbau busuk akibat sumbatan yang
terjadi di pembuluh darah sedang atau besar di tungkai (Askandar, 2001).
Anatomi Fisiologi
Pankreas merupakan sekumpulan kelenjar yang panjangnya kira – kira 15
cm, lebar 5 cm, mulai dari duodenum sampai ke limpa dan beratnya rata – rata
60 – 90 gram. Terbentang pada vertebrata lumbalis 1 dan 2 di belakang lambung.
Pankreas merupakan kelenjar endokrin terbesar yang terdapat di dalam
tubuh baik hewan maupun manusia. Bagian depan (kepala) kelenjar pankreas
terletak pada lekukan yang dibentuk oleh duodenum dan bagian pilorus dari
lambung. Bagian badan yang merupakan bagian utama dari organ ini merentang
ke arah limpa dengan bagian ekornya menyentuh atau terletak pada alat ini. Dari
segi perkembangan embriologis, kelenjar pankreas terbentuk dari epitel yang
berasal dari lapisan epitel yang membentuk usus.
Pankreas terdiri dari dua jaringan utama, yaitu :
1. Asini sekresi getah pencernaan ke dalam duodenum.
2. Pulau Langerhans yang tidak tidak mengeluarkan sekretnya keluar, tetapi
menyekresi insulin dan glukagon langsung ke darah.
Pulau – pulau Langerhans yang menjadi sistem endokrinologis dari
pamkreas tersebar di seluruh pankreas dengan berat hanya 1 – 3 % dari berat total
pankreas. Pulau langerhans berbentuk ovoid dengan besar masing-masing pulau
berbeda. Besar pulau langerhans yang terkecil adalah 50 m, sedangkan yang
terbesar 300 m, terbanyak adalah yang besarnya 100 – 225 m. Jumlah semua
pulau langerhans di pankreas diperkirakan antara 1 – 2 juta.
Pulau langerhans manusia, mengandung tiga jenis sel utama, yaitu :
1. Sel – sel A (alpha), jumlahnya sekitar 20 – 40 % ; memproduksi glikagon
yang manjadi faktor hiperglikemik, suatu hormon yang mempunyai “anti
insulin like activity“.
2. Sel – sel B (betha), jumlahnya sekitar 60 – 80 % , membuat insulin.
3. Sel – sel D (delta), jumlahnya sekitar 5 – 15 %, membuat somatostatin.
Masing – masing sel tersebut, dapat dibedakan berdasarkan struktur dan
sifat pewarnaan. Di bawah mikroskop pulau-pulau langerhans ini nampak
berwarna pucat dan banyak mengandung pembuluh darah kapiler. Pada penderita
DM, sel beha sering ada tetapi berbeda dengan sel beta yang normal dimana sel
beta tidak menunjukkan reaksi pewarnaan untuk insulin sehingga dianggap tidak
berfungsi.
Insulin merupakan protein kecil dengan berat molekul 5808 untuk insulin
manusia. Molekul insulin terdiri dari dua rantai polipeptida yang tidak sama, yaitu
rantai A dan B. Kedua rantai ini dihubungkan oleh dua jembatan (perangkai),
yang terdiri dari disulfida. Rantai A terdiri dari 21 asam amino dan rantai B terdiri
dari 30 asam amino. Insulin dapat larut pada pH 4 – 7 dengan titik isoelektrik
pada 5,3. Sebelum insulin dapat berfungsi, ia harus berikatan dengan protein
reseptor yang besar di dalam membrana sel.
Insulin di sintesis sel beta pankreas dari proinsulin dan di simpan dalam
butiran berselaput yang berasal dari kompleks Golgi. Pengaturan sekresi insulin
dipengaruhi efek umpan balik kadar glukosa darah pada pankreas. Bila kadar
glukosa darah meningkat diatas 100 mg/100ml darah, sekresi insulin meningkat
cepat. Bila kadar glukosa normal atau rendah, produksi insulin akan menurun.
Selain kadar glukosa darah, faktor lain seperti asam amino, asam lemak, dan
hormon gastrointestina merangsang sekresi insulin dalam derajat berbeda-beda.
Fungsi metabolisme utama insulin untuk meningkatkan kecepatan transport
glukosa melalui membran sel ke jaringan terutama sel – sel otot, fibroblas dan sel
lemak.
Etiologi (penyebab)
DM mempunyai etiologi yang heterogen, dimana berbagai lesi dapat
menyebabkan insufisiensi insulin, tetapi determinan genetik biasanya memegang
peranan penting pada mayoritas DM. Faktor lain yang dianggap sebagai
kemungkinan etiologi DM yaitu :
1. Kelainan sel beta pankreas, berkisar dari hilangnya sel beta sampai
kegagalan sel beta melepas insulin.
2. Faktor – faktor lingkungan yang mengubah fungsi sel beta, antara lain
agen yang dapat menimbulkan infeksi, diet dimana pemasukan karbohidrat
dan gula yang diproses secara berlebihan, obesitas dan kehamilan.
3. Gangguan sistem imunitas. Sistem ini dapat dilakukan oleh autoimunitas
yang disertai pembentukan sel – sel antibodi antipankreatik dan
mengakibatkan kerusakan sel – sel penyekresi insulin, kemudian
peningkatan kepekaan sel beta oleh virus.
4. Kelainan insulin. Pada pasien obesitas, terjadi gangguan kepekaan jaringan
terhadap insulin akibat kurangnya reseptor insulin yang terdapat pada
membran sel yang responsir terhadap insulin.
Patofisiologi
Sebagian besar gambaran patologik dari DM dapat dihubungkan dengan salah
satu efek utama akibat kurangnya insulin berikut:
1. Berkurangnya pemakaian glukosa oleh sel – sel tubuh yang
mengakibatkan naiknya konsentrasi glukosa darah setinggi 300 – 1200
mg/dl.
2. Peningkatan mobilisasi lemak dari daerah penyimpanan lemak yang
menyebabkan terjadinya metabolisme lemak yang abnormal disertai
dengan endapan kolestrol pada dinding pembuluh darah.
3. Berkurangnya protein dalam jaringan tubuh.
Pasien – pasien yang mengalami defisiensi insulin tidak dapat mempertahankan
kadar glukosa plasma puasa yang normal atau toleransi sesudah makan. Pada
hiperglikemia yng parah yang melebihi ambang ginjal normal (konsentrasi
glukosa darah sebesar 160 – 180 mg/100 ml), akan timbul glikosuria karena
tubulus – tubulus renalis tidak dapat menyerap kembali semua glukosa.
Glukosuria ini akan mengakibatkan diuresis osmotik yang menyebabkan poliuri
disertai kehilangan sodium, klorida, potasium, dan pospat. Adanya poliuri
menyebabkan dehidrasi dan timbul polidipsi. Akibat glukosa yang keluar bersama
urine maka pasien akan mengalami keseimbangan protein negatif dan berat badan
menurun serta cenderung terjadi polifagi. Akibat yang lain adalah astenia atau
kekurangan energi sehingga pasien menjadi cepat telah dan mengantuk yang
disebabkan oleh berkurangnya atau hilangnya protein tubuh dan juga
berkurangnya penggunaan karbohidrat untuk energi.
Hiperglikemia yang lama akan menyebabkan arterosklerosis, penebalan membran
basalis dan perubahan pada saraf perifer. Ini akan memudahkan terjadinya
gangren.
b. Gangren Kaki Diabetik
Ada dua teori utama mengenai terjadinya komplikasi kronik DM akibat
hiperglikemia, yaitu teori sorbitol dan teori glikosilasi.
1. Teori Sorbitol
Hiperglikemia akan menyebabkan penumpukan kadar glukosa pada sel dan
jaringan tertentu dan dapat mentransport glukosa tanpa insulin. Glukosa yang
berlebihan ini tidak akan termetabolisasi habis secara normal melalui glikolisis,
tetapi sebagian dengan perantaraan enzim aldose reduktase akan diubah menjadi
sorbitol. Sorbitol akan tertumpuk dalam sel / jaringan tersebut dan menyebabkan
kerusakan dan perubahan fungsi.
2. Teori Glikosilasi
Akibat hiperglikemia akan menyebabkan terjadinya glikosilasi pada semua
protein, terutama yang mengandung senyawa lisin. Terjadinya proses glikosilasi
pada protein membran basal dapat menjelaskan semua komplikasi baik makro
maupun mikro vaskular.
Terjadinya Kaki Diabetik (KD) sendiri disebabkan oleh faktor – faktor disebutkan
dalam etiologi. Faktor utama yang berperan timbulnya KD adalah angiopati,
neuropati dan infeksi. Neuropati merupakan faktor penting untuk terjadinya KD.
Adanya neuropati perifer akan menyebabkan terjadinya gangguan sensorik
maupun motorik. Gangguan sensorik akan menyebabkan hilang atau menurunnya
sensasi nyeri pada kaki, sehingga akan mengalami trauma tanpa terasa yang
mengakibatkan terjadinya ulkus pada kaki gangguan motorik juga akan
mengakibatkan terjadinya atrofi otot kaki, sehingga merubah titik tumpu yang
menyebabkan ulsetrasi pada kaki pasien. Angiopati akan menyebabkan
terganggunya aliran darah ke kaki. Apabila sumbatan darah terjadi pada
pembuluh darah yang lebih besar maka penderita akan merasa sakit tungkainya
sesudah ia berjalan pada jarak tertentu. Manifestasi gangguan pembuluh darah
yang lain dapat berupa : ujung kaki terasa dingin, nyeri kaki di malam hari, denyut
arteri hilang, kaki menjadi pucat bila dinaikkan. Adanya angiopati tersebut akan
menyebabkan terjadinya penurunan asupan nutrisi, oksigen ( zat asam ) serta
antibiotika sehingga menyebabkan luka sulit sembuh ( Levin,1993). Infeksi sering
merupakan komplikasi yang menyertai KD akibat berkurangnya aliran darah atau
neuropati, sehingga faktor angiopati dan infeksi berpengaruh terhdap
penyembuhan atau pengobatan dari KD.
5. Klasifikasi
Klasifikasi yang dianjurkan oleh PERKENI adalah yang sesuai dengan anjuran
lklasifikasi DM American Diabetes Association ( ADA ) 1997.
Klasifikass Etiologi Diabetes Melitus (ADA 1997 ) :
1. Diabetes Tipe 1 (destruksi sel beta , umumnya menjurus ke defisiensi
insulin absolut)
2. Diabetes Tipe 2 (berpariasi mulai yang terutama dominant resistensi
insulin disertai defisiensi insulin relatif sampai yang terutama defek sekresi
insulin disertai resistensi insulin).
3. Diabets Tipe Lain
Defek Relatif fungsi sel beta
Maturity –onset Diabetes of the young (MODY).
DNA mitichondria
Defek Negatif Kerja Insulin
Penyakit eksokrin pankreas.
- Pankreatitis
- Tumor pankreatektomy
- Pankreatopati Fibrokalkulus
Endokrinopaty
- Akromegali
- Sindrom Cushing
- Feokrositoma
- Hiperthiridisme
Karena Obat zat kimia
- Vacor, pentamidin,asam nikotinat
- Glukkokortikoid, hormon thiroid
- Tiazid, Dilantin, interferon alfa dll
Infeksi
- Rubella, Kongenital, Cyto-Megalo- Virus ( CMV)
Sebab Imonologi yang jarang
- Antibodi anti insulin
Sindrom Genetik lain yang berkalitan dengan DM
- Sindrom Down , Sindrom Klinefelter, Sindrpm Turner, dll.
Diabetes Melitus Gestasional (DMG).