radiologi-pleno
TRANSCRIPT
RADIASI SINAR X
Kelompok Tutorial 5
P
MAPPING
Radiasi
SINAR X Efek Samping
Proteksii
Penggunaan
Exposure
Processing Film
Radiograf
Alat dan Bahan
PengertianRadiologi adalah cabang ilmu kedokteran yang menggunakan energi pengion dan bentuk energi lainnya (non pengion) dalam bidang diagnostik, imajing dan terapi.
Radiasi adalah pemancaran energi
menembus ruang atau substansi dalam bentuk gelombang atau partikel
Sumber Radiasi
Dari alam Berasal dari sina kosmos, sinar Gamma dari kulit
bumi, hasil peluruhan Radon dan Thorium di udara, serta berbagai Radionuklida yang terdapat dalam bahan makanan.
Buatan Radiasi yang timbul karena atau berhubungan
dengan kegiatan manusia seperti penyinaran dibidang medik, jatuhan Radioaktif, radiasi yang diperoleh pekerja radiasi di fasilitas Nuklir, Radiografi, Logging, pabrik kas lampu dan sebagainya.
Jenis Radiasi
Radiasi Sinar α Radiasi Sinar β Radiasi Sinar γ Radiasi Sinar X
Sifat Sinar X
1. Tak dapat dilihat dengan mata2. Tidak dapat dibelokan oleh medan magnet3. Tidak dapat difokuskan oleh lensa apapun4. Dapat diserap oleh timah hitam (Pb)5. Dapat dibelokan setelah menembus logam atau benda padat6. Mempunyai panjang gelombang sangat pendek8. Mempunyai frekuensi gelombang yang tinggi9. Mempunyai daya tembus yang tinggi10. Dapat menimbulkan efek biologik sebagai akibat energi ionisasi11. Dapat bereaksi dengan film yang digunakan untuk roentgenodiagnosa12. Dapat menstimulasi sel-sel muda dari organ tubuh hidup13. Dapat menyebabkan nekrotik pada jaringan tubuh hidup14. Dapat memutasikan sel-sel gonad
Proses Terjadinya
a. Katoda (filament) dipanaskan (besar dari 20.0000 C) sampai menyala dengan mengalirkan listrik yang berasal dari transformator.
b. Karena panas electron-elektron dari katoda (filamen) terlepas. c. Sewaktu dihubungkan dengan transformator tegangan tinggi,
elektron-elektron gerakannya dipercepat menuju anoda yang berpusat di focusing cup.
d. Awan-awan elektron mendadak dihentikan pada target (sasaran) sehingga terbentuk panas (99%) den sinar x (1%)
e. Pelindung (perisai) timah akan mencegah keluarnya sinar x, sehingga
sinar x yang terbentuk hanya dapat keluar melalui jendela. f. Panas yang tinggi pada target (sasaran) akibat benturan
electron dihilangkan dengan radiator pendingin.
Penggunaan Sinar X
Penunjang diagnosa Pembuatan rencana perawatan Evaluasi hasil perawatan Data rekam medik Kepentingan forensik Mengetahui keadaan patologis Mengetahui hubungan sinus dan gigi impaksi Mengetahui keadaan gigi dan jaringan penyangga Mengetahui pertumbuhan dan perkembangan gigi Melakukan forensik Melakukan survei dan penelitian
Efek Samping
Efek Somatik-DeterministikEfek yang dapat didefinisikan secara langsung, efek ini secara langsung menyebabkan kerusakan pada sel tubuh.contohnya inflamsi, iritasi pada kulit, mukositis, katarak
Efek Somatik-StokastikEfek ini secara tidak langsung dalam merusakkan sel tubuh, radiasi menyebabkan abnormalitas pada sel-sel tubuh yang jika terus terakumulasi dapat menyebabkan kanker dan tumor tertent
Efek Genetik Efek ini menyebabkan terjadinya mutas
pada kromosom dan DNA, yang nantinya akan diwariskan pada keturunan selanjutnya dan dapat menyebabkan kelainan herediter
Efek Biologi Radiasi pada tubuh
Adanya radiasi menyebabkan interaksi antara sinar X denga bahan, efek interaksi ini dibagi menjadi 2, yaitu:1. Efek Langsung
Efek dari pemaparan dapat diamati secara langsung dengan mata, ex: inflamasi, keradangan pada kulit
2. Efek Tidak LangsungEfek ini berlangsung pada tingkatan sel. Adanya sinar X menyebabkan terjadinya penguraian pada molekul air pada sel tubuh, yang jika terakumulasi dapat menimbulkan suatu radikal bebas (H2O2) yang dapat merusak sel2 tubuh
Proses pembentukan radikal bebas karena paparan radiasi
Proteksi terhadap Sinar X Perlindungan Radiasi bagi Pasien1. Komunikasi Efektif2. Immobilisasi3. Alat untuk Membatasi Pancaran Sinar4. Filtrasi yang Tepat5. Penggunaan Pelindung6. Teknik Pemrosesan Radiografi yang Baik7. Jumlah Radiograf Ulang Sesedikit
Mungkin
Proteksi terhadap Sinar X Perlindungan Radiasi bagi Operator1. Ruang Radiasi2. Memakai Baju Timah Hitam (Apron)3. Posisi Operator
Dosis Radiasi
1. Dosis lemah/rendah : 0 – 50 rad2. Dosis sedang : 50-200
rad3. Dosis semi letal : 200-400 rad4. Dosis letal : 400-600 rad
Radiograf
Radiograf adalah bentukan bayangan yang tampak pada film/ hasil bayangan fotografik daru suatu objek setelah exposure dengan sinar pengion setelah dilakukan processing film
Jenis Dental Radiograf
1. Radiograf Intra Orala. Periapikal
Teknik ini digunakan untuk melihat keseluruhan mahkota serta akar gigi dan tulang pendukungnya.
- paralelling
Radiograf dari insisiv central RA
Radiograf dari Caninus RA
Radiograf dari Premolar RA
Radiograf dari Molar RA
Radiograf dari Insisiv RB
Radiograf dari Caninus RB
Radiograf dari Premolar RB
Radiograf dari Molar RB
- Bisektris
Diagram position dari pemotretan central insicor RA
Diagram position dari pemotretan caninus RA
Diagram position dari pemotretan Premolar RA
Diagram position dari pemotretan molar RA
Diagram position dari insisiv RB
Diagram position dari pemotretan caninus RB
Diagram position dari pemotreta premolar RB
Diagram dari pemotretan molar RB
Perbedaan hasil foto bisektris (A) dengan paralelling (B)
b. InterproksimalTeknik ini digunakan untuk melihat mahkota gigi rahang atas dan rahang bawah daerah anterior dan posterior sehingga dapat digunakan untuk melihat permukan gigi yang berdekatan dan puncak tulang alveolar. Teknik pemotretannya yaitu pasien dapat menggigit sayap dari film untuk stabilisasi film di dalam mulut.
c. Oklusal Teknik ini digunakan untuk melihat area
yang luas baik pada rahang atas maupun rahang bawah dalam satu film. Film yang digunakan adalah film oklusal. Teknik pemotretannya yaitu pasien diinstruksikan untuk mengoklusikan atau menggigit bagian dari film tersebut.
Radiograf Extra Oral
1. Teknik Rontgen PanoramikFoto panoramik merupakan foto Rontgen ekstra oral yang menghasilkangambaran yang memperlihatkan struktur facial termasuk mandibula dan maksila beserta struktur pendukungnya. Foto Rontgen ini dapat digunakan untuk mengevaluasi gigi impaksi, pola erupsi, pertumbuhan dan perkembangan gigi geligi, mendeteksi penyakit dan mengevaluasi trauma. Untuk menentukan keadaan gigi dan jaringan pendukungnya secara keseluruhan dalam satu Rontgen foto, Untuk menentukan urutan erupsi gigi, dll.
2. Teknik LateralFoto Rontgen ini digunakan untuk melihat keadaan sekitar lateral tulang muka, diagnosa fraktur dan keadaan patologis tulang tengkorak dan muka.
3. Teknik Postero AnteriorFoto Rontgen ini digunakan untuk melihat keadaan penyakit, trauma, atau kelainan pertumbuhan dan perkembangan tengkorak. Foto Rontgen ini juga dapat memberikan gambaran struktur wajah, antara lain sinus frontalis dan ethmoidalis, fossanasalis, dan orbita.
4. Teknik Antero PosteriorFoto Rontgen ini digunakan untuk melihat kelainan pada bagian depan maksila dan mandibula, gambaran sinus frontalis, sinus ethmoidalis, serta tulang hidung.
5. Teknik CephalometriFoto Rontgen ini digunakan untuk melihat tengkorak tulang wajah akibattrauma penyakit dan kelainan pertumbuhan perkembangan. Foto ini juga dapatdigunakan untuk melihat jaringan lunak nasofaringeal, sinus paranasal danpalatum keras. foto rontgen seluruh tengkorak kepala yang diambil dari arah samping. Rotgen ini bermanfaat untuk melihat adanya permasalahan pada tulang rahang atas dan bawah, yang mungkin menyebabkan gigi tonggos atau pun cakil. Hal ini dimaksudkan sebagai pertimbangan dilakukannya terapi pada tulang rahang atas maupun bawah.
6. Proyeksi Water’sFoto Rontgen ini digunakan untuk melihat sinus maksilaris, sinusethmoidalis, sinus frontalis, sinus orbita, sutura zigomatiko frontalis, dan rongganasal.
7. Proyeksi Reverse-TowneFoto Rontgen ini digunakan untuk pasien yang kondilusnya mengalamiperpindahan tempat dan juga dapat digunakan untuk melihat dinding posterolateral pada maksila.
8. Proyeksi SubmentovertexFoto ini bisa digunakan untuk melihat dasar tengkorak, posisi kondilus,sinus sphenoidalis, lengkung mandibula, dinding lateral sinus maksila, dan arcuszigomatikus.
Pembuatan Radiograf
EKSPOSURE PROSESING FILM Terdiri dari 5 tahap:1. Developing2. Rinsing3. Fixing4. Washing5. Drying
Developing a. Merubah Perak Halogen menjadi Perak logam hitam
(bayangan hitam) b. Metoda pembangkitan : 5 mt , suhu 20 º C c. Inspeksi : Metoda ini kurang menguntungkan
karena : - Waktu kurang efisien - Kemungkinan terjadinya oksidasi - Kemungkinan terjadinya Light Fongging - Kemungkinan cairan akan terbuang
d. Agitasi : - Menghindari “Air Bubbles” - Proses pembangkitan lebih merata - Kekurangan agitasi akan menimbulkan “edge effect” dan “Bromide flow lines” (garis hitam didaerah yang densitasnya
tinggi) e. Hal-hal yang menimbulkan kelemahan Developer :
- Aerial Oxidation menigkat - Temperatur larutan - PH larutan melemah
Rinsing
Menghilangkan sisa-sisa Developer yang masih menempel pada film
dengan air bersih yang mengalir dan dingin supaya tidak masuk ke
larutan Fixer. Bila sisa-sisa Developer masuk ke Fixer maka yang
terjadi :a. Keasaman Fixer akan menurun sehingga cepat lemahb. Pembangkit bayangan masih berlanjut di Fixer sehingga menimbulkan Dichroic Fog (noda berwarna pink pada foto
dan berwarna biru atau hijau bila dilihat melalui cahaya).c. Timbul noda coklat akibat oksidasi dari sisa-sisa
Developer.
Fixing
berfungsi untuk :a. Mendapatkan gambaran yang permanent dan jelasb. Menghentikan pembangkitanc. Mengeraskan emulsi film untuk mencegah kerusakan
Faktor yang mempengaruhi waktu fiksasi :a. Jenis Fixing Agent : Dengan bahan Amonium Thiosulfat waktu
fiksasi lebih cepat dibanding dengan Natrium Thiosulfat.b. Konsentrasi dari Fixing Agentc. Temperatur : Suhu berkisar (16 – 21) º Cd. Jenis Emulsie. Agitasif. Umur Fixing
Faktor yang mempengaruhi umur larutan Fixer :a. Jumlah dan jenis serta ukuran film yang diprosesb. Substansi Perak Halogen pada emulsic. Jumlah “Undeveloped” perak Halogen dalam emulsid. Tirisan air pembilas yang masuk larutan fixer.
Efek menggunakan Fixer yang lemah :a. Clearing time akan lama dan proses fiksasi kurang
sempurnab. Fungsi pengeras emulsi tidak sempurnac. Akan timbul noda pada film
Washing
Membersihkan sisa-sisa larutan Fixer yang menempel pada permukaan film dengan menggunakan air yang mengalir, dingin dan bersih
Drying
Mengeringkan film dengan :1. Driying cabinet dengan temperature
sekitar 50 º C2. Rapid Film Drying3. Automatic Processor
Teknik Processing Film
1. Metode Manuala. Metode Visualb. Metode Temperatur dan waktu
2. Metode Automaticdg film processing automatic machine
Metode Visual
Film dibuka di kamar gelap Lakukan developing dalam developer
diangkat diamati (diulang) sampai film hijau (putih dan hitam)
Cuci dlm air tenang sampai bersih (20 detik)
Fixing dalam fikser sampai radiograf jernih
Cuci dalam air mengalir sampai bau asam hilang
Radiograf dikeringkan
Metode Temperatur dan suhu Film dibuka di kamar gelap Masukkan film kedalam developer sesuai dengan waktu dan temepratur yang telah ditentukan, yaitu
FAHRENHEIT CELCIUS t DEVELOPING
60 15,6 6,5
65 18,3 5
68 20 4,5
70 21,1 4
75 23,4 3
Metode Self Processing
Larutan prosesing sudah mengandung developer dan fixer dalam satu larutan (MONOBATH) Disuntikkan kedalam film pocket yang sudah di exposure dibuka dan dicuci dengan air mengalir dikeringkan
Automatic Processing Film
Film dimasukkan kedalam alat (prosesor otomatis) yang berisi developer dan fixer. Film secara otomatis akan berjalan melewati kedua larutan tersebut dan keluar dari alat sudah dalam keadaan kering.
ALAT DAN BAHAN
X-Ray tube Image Receptor Film prosesing unit Film prosesing solution Film drying unit Radiation protection system
Gambar dari X-ray tube
Gambar dari Image Receptor (Film)
TERIMA
KASIH