journal radiologi

15
Temuan foto radiologi dada pada tuberculosis paru primer : pengamatan kejadian luar biasa pada siswa Sekolah Menengah Atas Tujuan: Untuk menggambarkan temuan radiografi pada tuberkulosis paru ( TB ) primer, pada pasien remaja yang sebelumnya sehat. Metoda : The Institutional Review Board telah mensetujui penelitian retrospektif pada penelitian ini. Dengan pernyataan informed consent dari pasien. Wabah TB terjadi di 15 sekolah menengah atas dan radiografi dada dari 58 siswa dengan strain TB yang identik dianalisis dengan fragmen restriksi analisis polimorfisme panjang oleh dua pengamat independen. Lesi nodul, konsolidasi , atau kavitasi di zona paru bagian atas digolongkan sebagai TB khas. pembesaran kelenjar getah bening mediastinum; lesi bernodul-nodul, konsolidasi, atau kavitasi di lobus paru bawah; atau efusi pleura diklasifikasikan sebagai TB atipikal. untuk setiap temuan radiografi diperiksa oleh statistik kappa. Hasil : dari 58 siswa, tiga (5%) memiliki foto radiologi dada yang normal. Gambaran Kavitas didapatkan pada 25 siswa (45%) dari 55 siswa. Lesi pada lobus atas paru didapatkan pada 27 siswa (49%), sedangkan pada lobus bawah paru didapatkan pada 18 siswa(33%), 10 ( 18 % ) pasien yang

Upload: dionissashabira

Post on 07-Dec-2015

11 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

ddd

TRANSCRIPT

Page 1: Journal Radiologi

Temuan foto radiologi dada pada tuberculosis paru primer : pengamatan kejadian

luar biasa pada siswa Sekolah Menengah Atas

Tujuan: Untuk menggambarkan temuan radiografi pada tuberkulosis paru ( TB ) primer,

pada pasien remaja yang sebelumnya sehat.

Metoda : The Institutional Review Board telah mensetujui penelitian retrospektif pada

penelitian ini. Dengan pernyataan informed consent dari pasien. Wabah TB terjadi di 15

sekolah menengah atas dan radiografi dada dari 58 siswa dengan strain TB yang identik

dianalisis dengan fragmen restriksi analisis polimorfisme panjang oleh dua pengamat

independen. Lesi nodul, konsolidasi , atau kavitasi di zona paru bagian atas digolongkan

sebagai TB khas. pembesaran kelenjar getah bening mediastinum; lesi bernodul-nodul,

konsolidasi, atau kavitasi di lobus paru bawah; atau efusi pleura diklasifikasikan sebagai

TB atipikal. untuk setiap temuan radiografi diperiksa oleh statistik kappa.

Hasil : dari 58 siswa, tiga (5%) memiliki foto radiologi dada yang normal. Gambaran

Kavitas didapatkan pada 25 siswa (45%) dari 55 siswa. Lesi pada lobus atas paru

didapatkan pada 27 siswa (49%), sedangkan pada lobus bawah paru didapatkan pada 18

siswa(33%), 10 ( 18 % ) pasien yang tersisa memiliki lesi di kedua lobus atas dan bawah

paru. Efusi pleura tidak diamati dalam setiap pasien ,begitu juga pembesaran kelenjar

getah bening mediastinum. Pembesaran kelenjar getah bening pada hilus hanya terlihat

pada satu (2%) siswa. Secara keseluruhan , 37 ( 67 % ) siswa memiliki bentuk khas TB ,

sedangkan 18 ( 33 % ) memiliki lesi TB bentuk atipikal.

Kesimpulan : Temuan radiografi yang paling umum pada TB paru primer yang

sebabkan oleh infeksi baru pada remaja yang sebelumnya sehat adalah gambaran lesi

paru bagian atas , dimana dianggap sebagai temuan radiologi reaktifasi TB Paru yang

lama.

Page 2: Journal Radiologi

Latar belakang :

Tuberculosis paru (TB) diklasifikasikan menjadi primer dan sekunder. Pada 5%

individu yang terinfeksi oleh Mycobacterium tuberculosis (M.tuberculosis), infeksi

berkembang menjadi penyakit aktif dalam waktu dua tahun setelah infeksi. TB primer

progresif biasanya terjadi pada usia anak, dan pada orang dewasa biasanya terjadi

reaktifasi kembali (TB sekunder).

Biasanya manifestasi radiografi infeksi TB primer berbeda dengan TB yang

reaktivasi (TB sekunder). Pelebaran kelenjar limfa mediastinum, lesi pada lobus bawah

paru dan efusi pleura dianggap sebagai karakteristik infeksi TB primer , sedangkan lesi

lobus atas, kavitasi, dan fibrosis dianggap khas reaktivasi TB. Namun, studi terbaru

menggunakan metode genotip untuk M. tuberculosis yang diisolasi telah menunjukkan

bahwa gambaran radiografi sering serupa pada pasien yang memiliki penyakit primer

dengan infeksi baru dan mereka yang memiliki rekaktivasi TB lama.

Untuk mengkonfirmasi bahwa TB pada orang dewasa disebabkan infeksi baru,

peneliti mendokumentasikan konversi uji tuberkulin atau memanfaatkan polimorfisme

panjang fragmen restriksi ( RFLP ) analisis ( sidik jari DNA dengan urutan penyisipan

IS6110) dari M. Tuberculosis yang terisolasi dari pasien yang terinfeksi dengan strain

epidemiologis terkait TB memiliki pola RFLP berbeda, sedangkan yang dari pasien

dengan strain epidemiologis terkait umumnya memiliki pola RFLP identik.

Bagaimanapun, beberapa kasus TB, didefinisikan sebagai orang yang memiliki genotipe

isolat yang sama atau terkait erat , biasanya baru tertular. Untuk mengevaluasi temuan

radiografi TB paru primer pada remaja yang sebelumnya sehat , kita meninjau radiografi

dada dari sejumlah besar pasien dengan TB yang diisolasi telah mengalami analisis RFLP

Materi dan metode:

The Institutional Review Board telah mensetujui penelitian retrospektif pada penelitian

ini. Dengan pernyataan informed consent dari pasien.

Subjek penelitian

Dari Januari 2007 sampai Desember 2009 , wabah TB terjadi di 15 sekolah menengah

atas di Korea Selatan. Dengan meninjau catatan medis dari Korea Institute of

Page 3: Journal Radiologi

Tuberculosis, kami mengidentifikasi semua 90 siswa di antaranya memiliki kultur

terbukti TB menunjukkan strain identik TB dengan analisis RFLP dengan urutan

penyisipan IS6110. Semua isolasi dari sekolah yang sama tampaknya muncul dengan

strain yang sama.

Kementrian Pendidikan, Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Korea melakukan

pemeriksaan siswa berkala ketika siswa berada di tingkat pertama dan keempat dari

sekolah dasar dan pada kelas satu sekolah menengah dan tinggi. Pemeriksaan berkala

pads siswa termasuk pemeriksaan radiografi dada untuk evaluasi TB paru. Semua 90

siswa dalam penelitian juga menjalani pemeriksaan radiografi dada di kelas satu sekolah

menengah atau tinggi. Karena semua siswa ini sebelumnya sehat dan memiliki radiografi

dada normal pada pemeriksaan berkala sebelumnya, kami menganggap ini adalah infeksi

baru yang dibuktikan dengan analisis RFLP sebagai TB primer. Interval rata-rata antara

saat radiografi dada normal terakhir dan saat diagnosis TB untuk setiap pasien adalah

1,25 tahun ( rentang ; 0.5- 2,5 tahun ). Usia rata-rata dari 90 siswa adalah 17 ± 1,2 tahun ,

dan 64 siswa ( 71 % ) adalah laki-laki. Penyakit kronis sebelumnya tidak dilaporkan pada

setiap siswa. Selain itu, tidak ada siswa dengan TB paru aktif memiliki riwayat

pengobatan TB

Semua siswa ini dirujuk ke pusat kesehatan masyarakat, di mana mereka

menerima pemeriksaan radiografi dada dengan ukuran regular film ( 14 × 17 inci ) ( n =

32 ) atau radiografi digital (n = 58). Dari 90 siswa , radiografi dada awal yang tersedia di

58 siswa yang menjalani pemeriksaan radiografi dada dengan teknik radiografi digital

(unit radiografi dari berbagai perusahaan vendor). Parameter pencitraan untuk radiografi

digital adalah sebagai berikut : ukuran gambar, 14 × 17 inci atau 17 × 17 inci ; arus

tabung maksimum , 650 mA ; Jumlah eksposur biasa , 1 atau 2 mAs ; tegangan tabung ,

100-120 kVp ; ukuran focal spot , 1,2 mm ; detectorfocus jarak , 183 cm. Pemeriksaan

radiografi dada diambil dalam posisi postero-anterior (PA) saja. Dengan demikian, 58

siswa ini merupakan populasi penelitian untuk analisis karakteristik radiografi dada.

Analisis gambar

Semua data gambaran radiografi dada dari 58 pasien langsung dihubungkan ke

pengarsipan gambar dan komunikasi sistem (M -view ; Marotec Medis Sistem, Seoul,

Page 4: Journal Radiologi

Korea) yang memungkinkan untuk menampilkan semua data gambar pada monitor

(empat monitor , 2048 × 2560 matriks gambar , 10 - bit skala abu-abu dapat dilihat , dan

145,9 -ft - lambert luminescence)

Radiografi dada awal siswa dengan TB yang baru didiagnosis ditinjau secara

independen oleh dua ahli radiologi dada yang memiliki delapan tahun pengalaman, di

departemen radiologi dan perbedaan dalam temuan diamati diselesaikan melalui

konsensus. Pengamat menilai adanya kelainan parenkim paru termasuk nodul-nodul,

konsolidasi, dan kavitas. Ada atau tidak adanya efusi pleura dan pembesaran kelenjar

getah bening dari mediastinum atau hilus juga dicatat . Nodul-nodul (dengan diameter ≤ 3

cm ; nodul besar ≥ 10 mm, nodul kecil < 10 mm) dianggap hadir ketika ada opasitas

bulat, baik yang didefinisikan dengan baik atau buruk. Konsolidasi didefinisikan sebagai

peningkatan opasitas homogen di parenkim paru yang mengaburkan batas pembuluh

darah dan dinding saluran napas. Sebuah kavitas didiagnosis ketika sebuah rongga berisi

udara ditemukan dengan konsolidasi , massa , atau nodul.

Distribusi (lobus atas atau lobus bawah paru) dan lateralitas (unilateral atau

bilateral) lesi paru juga dianalisis. Lesi dianggap di lobus paru bagian atas jika dari

bagian cephal ke hilus paru dan di lobus paru lebih rendah jika berada di bagian kauda

hilus.

Setelah analisis temuan foto toraks, temuan itu dianggap khas dari definisi TB

paru reaktivasi infeksi jauh jika lesi konsolidasi, nodul-nodul, atau kavitas di lobus paru

bagian atas. Kehadiran limfadenopati hilus, lesi paru-paru dibagian yang lebih rendah,

atau efusi pleura tidak mengubah karakterisasi khas TB tipikal. Temuan itu dianggap

menjadi atipikal jika terdapat pembesaran kelenjar getah bening mediastinum, kelainan di

lobus paru-paru lebih rendah, atau adanya efusi pleura. Radiografi dengan lesi kavitas

atau segmental atau konsolidasi lobar di lobus paru lebih rendah juga dianggap atipikal

Analisis Statistik

Analisis statistik dilakukan dengan menggunakan software yang tersedia secara

komersial ( SPSS 15.0 ; SPSS , Chicago , IL ). Persetujuan antara dua ahli radiologi

untuk ada atau tidaknya setiap temuan radiografi diperiksa dengan menggunakan k

statistik. Sebuah nilai k dari 0-0,20 menunjukkan kesepakatan sedikit; 0,21-0,40 ,

Page 5: Journal Radiologi

kesepakatan yang adil ; 0,41-0,60, perjanjian moderat ; 0,61-0,80 kesepakatan substansial

; dan 0,81-1,00 hampir kesepakatan sempurna.

Hasil

Dua pengamat/ ahli radiologi memiliki persetujuan hampir sempurna untuk

identifikasi pembesaran kelenjar getah bening mediastinum (k = 1,00), pembesaran getah

bening hilus (k = 1,00) , efusi pleura (k = 1,00), nodul besar (k = 0,965), kavitas (k =

0,894), dan konsolidasi (k = 0,813). Ada substansial kesepakatan esensial antara dua ahli

radiologi untuk identifikasi nodul kecil ( k = 0,742 )

Dari 58 pasien yang menjalani radiografi dada, tiga memiliki gambaran

radiografi normal. Tabel 1 menunjukan ringkasan temuan foto toraks abnormal pada 55

pasien . Lesi kavitas terdapat pada 25 (45 %) siswa. Efusi pleura tidak ditemukan pada

setiap pasien, begitu juga pembesaran kelenjar getah bening mediastinum. Pembesaran

kelenjar getah bening Hilus terlihat hanya satu pasien (2 %).

Lesi pada lobus paru atas yang diamati pada 27 (49 %) pasien dan lesi pada

lobus bawah paru diamati pada 18 (33 %) pasien. Sisa 10 (18 %) pasien memiliki lesi di

kedua lobus paru bagian atas dan bawah. Keterlibatan bilateral lesi paru diamati pada 13

(24 %) pasien. Secara keseluruhan, 37 (67 %) siswa memiliki bentuk khas reaktivasi TB

(Gambar. 1, 2), dan 18 (33 %) memiliki lesi TB dari bentuk atipikal, berdasarkan temuan

foto toraks (gambar 3).

Page 6: Journal Radiologi

Diskusi :

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menggambarkan temuan radiografi TB

paru primer pada pasien remaja yang sebelumnya sehat dengan infeksi baru. Peneliti

menemukan bahwa TB paru primer pada siswa sekolah tinggi remaja biasanya

memperlihatkan gambaran dengan nodul pada lobus atas, konsolidasi, atau lesi kavitas

pada radiografi dada. Pembesaran kelenjar getah bening Mediastinum atau efusi pleura

tidak terlihat. Pada TB reaktivasi, radiografi dada telah dianggap menunjukkan

konsolidasi merata dan nodul yang didefinisikan buruk yang melibatkan lobus bagian

atas. Pada sepertiga pasien, kavitas didapatkan dengan kelainan paru-paru.

Page 7: Journal Radiologi

TB primer telah dianggap terutama penyakit bayi dan anak. Kelainan radiografi

yang paling umum dari TB primer pada masa bayi dan kanak-kanak adalah pembesaran

kelenjar getah bening intrathoraks, efusi pleura, dan lesi lobus paru-paru yang lebih

rendah . TB primer juga dapat terjadi pada orang dewasa dan karena pada orang dewasa

mungkin terkait dengan penurunan terpapar di masa kecil dan peningkatan jumlah orang

dengan imunnocompromised. TB primer pada remaja dan orang dewasa cenderung

dengan manifestasi sebagai lesi parenkim paru di lobus atas atau segmen superior lobus

bawah, di samping itu, efusi pleura atau pembesaran kelenjar getah bening mediastinum

kadang-kadang ditemukan. Kavitasi, biasanya dengan bidang konsolidasi, juga dapat

terjadi pada TB primer remaja atau orang dewasa seperti dalam kasus ini. Kavitasi awal

TB primer lebih umum dan terjadi lebih cepat pada orang dewasa dibandingkan pada

kelompok usia lainnya. Oleh karena itu, TB primer pada remaja dan orang dewasa dapat

bermanifestasi kavitas konsolidasi pada lobus atas tanpa pembesaran kelenjar getah

bening mediastinum dan hilus atau efusi pleura, dan dengan demikian dianggap khas

temuan radiografi reaktivasi TB.

Temuan radiografi yang diamati dalam penelitian kami sependapat dengan

pemeriksaan dalam studi Sant'Anna et al., yang mengevaluasi temuan radiografi TB paru

yang diamati pada kelompok usia remaja. Dalam studi mereka, meskipun modus (primer,

reaktivasi endogen atau reinfeksi eksogen) infeksi tidak disebutkan dengan jelas, lesi

parenkim paru terletak di lobus atas di 57 % dari pasien, sedangkan lesi cavitas terjadi di

183 (32 %) dari 564 pasien (28% [67 dari 243 pasien] terdiri dari 10 remaja berusia

sampai 15 tahun dan 36 % [116 dari 321] terdiri dari 16 sampai 19 remaja .

Studi terbaru berdasarkan sidik jari DNA menunjukkan bahwa fitur radiografi

dada yang serupa pada pasien yang tampaknya memiliki penyakit primer dan mereka

yang memiliki TB reaktivasi. Selain itu, lebih dari 70 % dari pasien dewasa dengan

pleuritis TB (yang telah dianggap sebagai manifestasi TB primer daripada reaktivasi TB )

memiliki fitur TB reaktivasi di parenkim paru. Selain itu, lesi paru cavitas memang

terjadi dalam waktu enam bulan dari infeksi awal dengan kata lain, lesi kavitas

bermanifestasi sebagai temuan radiografi infeksi paru TB primer. Pengamatan ini

menunjukkan bahwa tipe reaktifasi TB paru dapat merupakan hasil dari infeksi primer,

reaktivasi endogen, atau reinfeksi eksogen.

Page 8: Journal Radiologi

Gangguan kekebalan tubuh menjadi sebuah faktor predisposisi penyakit TB.

Pasien TB Paru dengan seropositif Human immunodeficiency virus (HIV) dengan

imunodefisiensi (jumlah limfosit CD4 T< 200 / mm3) memiliki prevalensi lebih tinggi

dari limfadenopati mediastinum dan prevalensi yang lebih rendah dari kavitasi

dibandingkan pasien HIV seronegatif. Penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa

temuan radiologis TB pada pasien terinfeksi HIV mencerminkan diperantarai gangguan

imunitas seluler. Dengan demikian, perbedaan temuan radiografi dada antara anak-anak

dan orang dewasa dengan penyakit TB mungkin mencerminkan kemanjuran diferensial

dari respon imun, daripada perbedaan waktu infeksi. Sebuah prediksi penting dari

tampilan radiografi mungkin berhubungan dengan respon imun penderita, sebagaimana

ditentukan oleh usia pasien dan immunodeficiency. Neonatus, anak-anak, atau orang

yang terinfeksi HIV yang memiliki gangguan respon imun seluler menunjukkan

kecenderungan untuk memiliki bentuk atipikal TB, sedangkan pasien imunokompeten

cenderung memiliki bentuk khas yang dikenal sebelumnya reaktivasi reaktivasi TB.

Beberapa karakteristik populasi penelitian kami adalah semua adalah siswa

SMA yang sebelumnya sehat, dengan usia rata-rata 17 tahun, dan tidak ada pasien punya

penyakit kronis yang mendasarinya. Semua siswa yang ditunjukkan terinfeksi strain

identik M. tuberculosis di sekolah masing-masing, dibuktikan dengan pengujian sidik jari

DNA. Temuan ini menunjukkan bahwa pasien pasien remaja yang baru terinfeksi dan

mereka baru-baru ini berkembang menjadi TB paru primer.

Penelitian ini memiliki beberapa keterbatasan. Pertama, subjek penelitian

adalah siswa SMA (remaja). Dengan demikian, hasil mungkin tidak sama untuk anak-

anak atau orang dewasa. Kedua, radiografi dada dari semua pasien tidak tersedia, dengan

demikian bias seleksi dapat hadir. Ketiga, peneliti mengevaluasi temuan radiografi saja,

bahkan ke arah posteroanterior saja dengan demikian, tidak mungkin menemukan

pembesaran kelenjar getah bening hilus atau mediastinum atau minimal efusi pleura.

Selain itu, tiga siswa dalam penelitian kami memiliki radiografi dada normal, walaupun

memiliki riwayat terkonfirmasi TB. Telah dilaporkan bahwa radiografi mungkin normal

atau hanya menunjukkan temuan ringan atau nonspesifik pada pasien dengan penyakit

aktif. Penyebab umum salah diagnosis TB adalah kegagalan untuk mengenali

limfadenopati hilus dan mediastinum dan pengamatan kelainan parenkim ringan seperti

Page 9: Journal Radiologi

nodul sentrilobular kecil. Namun, kesepakatan interobserver dalam identifikasi

pembesaran kelenjar getah bening hilus atau mediastinum dan efusi pleura hampir

sempurna dalam penelitian kami. Keempat, karena tidak memiliki cukup data pada seri

hasil tes tuberkulin, siswa dengan radiografi dada yang sebelumnya normal dan tidak ada

riwayat TBC dianggap memiliki infeksi TB primer. Jadi, peneliti menggunakan definisi

yang luas dari infeksi TB primer

Akhirnya , peneliti tidak mengevaluasi efek dari vaksinasi BCG pada respon

imun host dan manifestasi radiologis infeksi TB. Kebijakan nasional untuk mencegah

tuberkulosis merekomendasikan vaksinasi BCG pada periode neonatal. Vaksinasi BCG

dapat mempengaruhi respon imun host dan manifestasi radiologis infeksi TB.

Kesimpulan

Temuan radiografi yang paling umum dari TB paru primer oleh infeksi baru pada remaja

yang sebelumnya sehat adalah lesi paru bagian atas, termasuk nodul, konsolidasi, dan

kavitas, yang sebelumnya dianggap temuan radiografi khas TB paru reaktivasi infeksi

lama.