pleno rev.ppt

69
PLENO GIZI BLOK TUMBANG dr. Gita Sekar Prihanti MPdKed

Upload: derama-setyawan

Post on 25-Oct-2015

56 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

pleno tumbang tentang gizi buruk malnutrisi pada masa tumbuh kembang pleno tumbang tentang gizi buruk malnutrisi pada masa tumbuh kembang

TRANSCRIPT

PLENO GIZI BLOK TUMBANG

dr. Gita Sekar Prihanti MPdKed

KONSEP DASAR TIMBULNYA MASALAH GIZI

• SEGITIGA EPIDEMIOLOGI

• JARING-JARING SEBAB AKIBAT

• RODA

• LA LONDE BLUM

2

SEGITIGA EPIDEMIOLOGI

3

Agent(Sumber Penyakit)

Host(Penjamu/Manusia)

Environment(Lingkungan)

Jaring-jaring sebab akibat

4

14

15

16

17

8

7

6

5

4

3

2

1

MASALAH GIZI

10

11

12

13

9

5

Faktor yg mempengaruhi masalah gizi

6

ProduksiPangan

Pengolahan

Distribusi &Harga

KetersediaanBahan makanan

KemampuanKeluarga dlmmenggunakan

Pendapatan,Pendidikan,

Kemampuan sosial

Konsumsi

Keadaan Gizi

Kesehatan

RODA

7

LINGKUNGAN

MANUSIA

INTI GENETIK/AGENT

Konsep faktor yang mempengaruhi status kesehatan (La Londe Blum)

Psychobiologic

Health Status LifestyleEnvironment

Health Services

Pathogenesis Terjadinya Krisis Pangan.

9

Curah hujan kurang Panen gagal Kesempatan kerjakurang

Serangan hamaStok panganberkurang

Penghasilan kurang

KonsumsiMakan

menurun

Status gizi menurun

Status kesehatan menurun angkaMorbiditas & mortalitas meningkat

Kondisi Pangan Gizi Gawat karena kemarau Panjang & Resesi Ekonomi.

10

Kemaraupanjang

Resesi Ekonomi.

Produksi pangankurang

Penurunan sumberpangan

Peningkatan PHK

Penyediaan pangankurang

Harga pangannaik

Daya beliturun

Keresahan sosialKejahatan kriminalitas Kelaparan masyarakat.

Pengukuran status gizi secara tidak langsung

• Survei konsumsi gizi• Menelaah statistik vital, angka penyakit, dan

epidemiologi• Menelaah faktor ekologi dan lingkungan

dalam arti luas

Statistik vital kesehatan dan status gizi

• Mortalitas– ASMR– CSMR

• Morbiditas – Kesakitan karena penyakit tertentu

• Angka cakupan pelayanan kesehatan

Golongan bayi

• Indikator langsung• Indikator tak langsung statistik vital :

– IMR – NMR– Perinatal mortality– Cause of death– Insiden infeksi penyakit

Survei konsumsi : MP ASI, umur penyapihan

Golongan balita

• Indikator langsung• Indikator tak langsung vital statistik

– Kematian balita– Insiden penyakit infeksi (diare)– Sebab kematian

• Survey konsumsi : pola konsumsi keluarga

Pemantauan pertumbuhan balita dengan indikator SKDN

• Identifikasi pelayanan di posyandu :1.Jumlah balita yang ada, dibedakan umur2.Tingkat partisipasi masyarakat (D/S)3.Jumlah balita yang naik berat badannya (N/S)4.Jumlah balita BGM5.Jumlah anak balita (13-60 bln) yang menerima

kapsul vitamin A periode feb dan agst

Indikator SKDN

• Hasil cakupan program : K/S• Tingkat partisipasi program : D/S• Tingkat kelangsungan penimbangan : D/K• Hasil penimbangan : N/D• Hasil pencapaian program : N/S

Indikator pangan dan gizi masyarakat

1. Indikator untuk perencanaan jangka panjang1. Indikator persedian pangan 6-12 bln ke depan2. Harga pangan pokok3. Prevalensi KKP dengan TB/U4. Indikator tingkat pertumbuhan balita (N/D)

2. Indikator untuk penentuan tindakan segera (Tindakan Tepat Waktu)

1. Indikator lokal pangan2. Indikator lokal non pangan

Kondisi Pangan Gizi Gawat karena kemarau Panjang & Resesi Ekonomi.

18

Kemaraupanjang

Resesi Ekonomi.

Produksi pangankurang

Penurunan sumberpangan

Peningkatan PHK

Penyediaan pangankurang

Harga pangannaik

Daya beliturun

Keresahan sosialKejahatan kriminalitas Kelaparan masyarakat.

• Hasil Riskesdas 2010 : prevalensi gizi Kurang menjadi 17,9% dan gizi buruk menjadi 4.9%.

• Sasaran tahun 2014 ; 15,0% untuk gizi kurang dan 3,5% untuk gizi buruk dapat tercapai.

19

KLB GIZI BURUK

• adalah apabila terjadi lebih dari 1% kasus gizi buruk disertai dengan meningkatnya faktor resiko (perubahan memburuknya pola konsumsi dan penyakit) di suatu wilayah tertentu.

20

• Menteri Kesehatan melalui suratnya Nomor: 1209 tanggal 19 Oktober 1998 : menginstruksikan agar memperlakukan kasuskurang gizi berat sebagai Kejadian Luar Biasa (KLB) sehingga setiap kasus baru harus dilaporkan dalam 1x 24 jam.

• Salah satu upaya untuk mencegah terjadinya KLB gizi buruk adalah melalui kegiatan surveilans.

21

Surveilans gizi

• Sistem Kewaspadaan Pangan dan Gizi (SKPG)• Sistem Kewaspadaan Gizi (SKG)• SKD-KLB Gizi.

22

PENYELIDIKAN DAN PENANGGULANGAN KLB GIZI BURUK

23

Penyelidikan KLB

• Pada saat pertama kali dilaporkan adanya KLB atau dugaan KLB

• Pada waktu perkembangan KLB atau penyelidikan KLB lanjutan

24

Penyelidikan KLb

• Melakukan konfirmasi KLB gizi buruk• Mengetahui etiologi, distribusi, dan gambaran

epidemiologi• Menetapkan faktor risiko dan anak balita yang

berisiko• Memperkirakan kecenderungan perkembangan KLB• Memberi rekomendasi strategi penanggulangan

termasuk penyelidikan lebih lanjut (bila diperlukan)

25

Upaya pencegahan

• Pemberian imunisasi• Peningkatan cakupan kapsul vitamin A terutama pada

daerah ada kasus campak.• Peningkatkan cakupan pemantauan pertumbuhan• Penyuluhan kepada masyarakat dan konseling pada

anak-anak yang mengalami gagal tumbuh• Manajemen faktor risiko gizi buruk dan koordinasi

dengan program terkait.• Memperhatikan kondisi lingkungan, kondisi ekonomi, dll

26

Surveilans Ketat atau Surveilans Intensif

• bertujuan memonitor dan melakukan kegiatan penanggulangan KLB

• Meliputi :– Mengkaji data kunjungan penderita yang berobat

di pelayanan kesehatan/PKM terutama untuk kasus diare, campak.

– Pencarian kasus kasus baru dengan cara melakukan pengukuran antropometri (BB/TB) dua mingguan pada populasi (misalnya; operasi timbang)

27

• Melakukan analisis kecenderungan peningkatan kasus gizi buruk dari bulan ke bulan, Membuat tabulasi distribusi kasus gizi buruk menurut tempat dan waktu

• Memantau tatalaksana kasus dengan menghitung jumlah kasus gizi buruk yang dirawat/ditangani dan jumlah kasus yang membaik.

• Melakukan pertemuan berkala petugas lapangan dengan aparat desa, kader dan anggota masyarakat yang peduli KLB untuk membahas hasil upaya penanggulangan dan perkembangan KLB Gizi Buruk

28

• Menyampaikan hasil kajian kepada pimpinan dan tim pangan dan gizi secara terus menerus.

• Pimpinan dan Tim Pangan dan Gizi melakukan manajemen faktor resiko

29

SKD-KLB Gizi buruk.

• Prinsip :• Kajian epidemiologi secara rutin• Peringatan kewaspadaan dini• Peningkatan kewaspadaan dan kesiapsiagaan.

30

1. KAJIAN EPIDEMIOLOGI

• adalah analisis terhadap penyebab, gambaran epidemiologi, sumber-sumber penyebaran, faktor-faktor yang mempengaruhi serta menetapkan cara-cara penanggulangan yang efektif dan efisien terhadap suatu KLB atau dugaan adanya KLB.

• Kajian epidemilogi bersumber dari data rutin dan data khusus.

31

Tujuan kajian epidemiologi

• untuk mengidentifikasi ada tidaknya potensi/ancaman KLB-Gizi buruk di masyarakat dengan mempelajari distribusi kasus menurut waktu, tempat dan orang serta faktor-faktor penyebab gizi buruk di masyarakat.

32

• Variabel orang :• Umur• Jenis kelamin• status gizi• Variabel waktu adalah :• bulan kejadian• tahun kejadian• Variabel tempat adalah :• desa,• kecamatan• batas administratif dan sebagainya.

33

faktor-faktor penyebab gizi buruk terutama yang berkaitan langsung

• • konsumsi makanan• • status perolehan vitamin A• • penyakit infeksi• • status imunisasi

34

Data rutin

• laporan pemantauan pertumbuhan, • Pemantauan Status Gizi (PSG), • Pemantauan Konsumsi Gizi (PKG), • Tinggi Badan Anak Baru Masuk Sekolah

(TBABS),• Indeks Massa Tubuh (IMT) dan lain-lain.

35

Data khusus

• adalah data yang dikumpulkan tidak secara reguler misalnya survei cepat dan survei gizi lainnya.

36

Jenis dan Sumber data

• data yang sangat erat kaitannya dengan kasusgizi buruk yaitu data penyakit, pemantauan pertumbuhan serta data di luar sektor kesehatan

Data-data tersebut diolah di tingkat desa sampai Kabupaten/Kota.

37

Data Kesehatan dan Gizi :

• Data penimbangan (S, K, D, N, BGM)• Surveilans epidemiologi penyakit berpotensi

KLB (Campak, Diare, Demam Berdarah Dengue (DBD), TBC dan ISPA/Pneumonia).

• Pelayanan kesehatan misalnya : imunisasi, pemberian vitamin A

38

Data di luar sektor kesehatan

• • Produksi pertanian, harga pangan pokok• • Jumlah keluarga miskin, pengangguran,

tingkat pendidikan• • Pola asuh• • Kondisi lingkungan pemukiman• • Bencana alam, dll

39

Data Penimbangan• Jumlah balita (S) yang ada di wilayah desa• Jumlah balita yang memiliki KMS (K)• Jumlah balita yang datang ditimbang (D) pada bulan

penimbangan• Jumlah balita yang naik berat badannya (N) pada bulan

penimbangan• Jumlah anak balita Bawah Garis Merah (BGM)• Jumlah balita yang tidak naik berat badanya (T)• Jumlah balita yang datang bulan ini, tetapi bulan lalu tidak datang

(O)• Jumlah balita baru yang datang (B)

40

Sumber data :• Data diperoleh dari hasil pemantauan

pertumbuhan balita setiap bulan di posyandu di desa tersebut

Periode waktu• Setiap bulan dikumpulkan melalui posyandu• Setiap hari, untuk kasus BGM yang datang ke

petugas kesehatan (bidan desa) dan ke pelayanan kesehatan di desa.

41

• Pengolahan• Penyajian data dalam bentuk tabel, grafik.

42

43

44

Analisis data

45

• Penyajian data• Interpretasi data

Dari grafik 2 di atas diketahui bahwa :• D/S menurun, hal ini kemungkinan disebabkan oleh

beberapa faktor, antar lain faktor kebosanan, anak sakit, kualitas pelayanan yang kurang baik dari petugas, musim hujan, dll.

• N/D turun, kemungkinan ada wabah misal, diare, campak menyerang sebagian anak sehingga berat badan anak turun.

46

Tindak lanjut

• untuk wilayah yang memiliki D/S atau N/D yang rendah misalnya dengan pelacakan ke lapangan untuk mengetahui penyebab langsung, sehingga dapat disusun upaya perbaikan untuk kondisi tersebut

47

Data Kasus Gizi Buruk

Sumber data• Hasil pemantauan pertumbuhan bulanan desa• Laporan aktif dari masyarakat dengan pengenalan

tanda-tanda klinis gizi buruk (telah diverifikasi petugas)• Laporan gizi buruk (W1)• Data lain yang terkait (laporan KLB penyakit, laporan

rawat jalan/rawat inap kasus gizi buruk, data rujukan kasus gizi buruk, kasus gizi buruk yang meninggal di puskesmas atau rumah sakit).

48

• Pengumpulan data• Pengolahan data• Penyajian data

49

50

Analisis data

• Analisis data dilakukan secara sederhana untuk melihat perubahan jumlah kasus gizi buruk baru dalam satu periode waktu dan tempat.

• Lakukan analisis hubungan terjadinya gizi buruk dengan faktorfaktor risiko yang berdampak pada keadaan gizi anak (misal : diare, campak, dan lain-lain)

51

Interpretasi data

• Pada contoh grafik 3 di atas terlihat bahwa jumlah kasus gizi buruk meningkat artinya memburuknya status kesehatan balita di suatu desa/kelurahan.

• Hal ini mungkin disebabkan karena meningkatnya kejadian penyakit diare, ISPA, atau lainnya atau ada indikasi kerawanan pangan

52

Tindak lanjut

• Pemberian imunisasi• Melakukan penyuluhan• Melakukan PMT• Melakukan operasi pasar

53

Pelaporan

• Rujukan informasi atau kasus dari posyandu atau masyarakat atau sumber lain yang telah diklarifikasi petugas kesehatan pembina desa disampaikan secepatnya ke Puskesmas.

• Setelah dikonfirmasi, dilaporkan kepada Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dengan menggunakan format PWS setiap bulannya.

• format laporan KLB gizi.doc

54

Data Penyakit Campak, Diare dan Penyakit Infeksi Lainnya

• Data diambil dari hasil olahan (informasi) pemantauan wilayah setempat (PWS) surveilans penyakit di puskesmas

55

2. PERINGATAN KEWASPADAAN DINI KLB GIZI

2.1. Indikasi yang digunakan untuk peringatan dinia. Balita dengan status 2 kali berturut-turut tidak

mengalami kenaikan berat badan atau turun berat badannya.

b. Kasus BGM baru (berat badan turun dari pita warna kuning sehingga berada di bawah ditimbang), selanjutnya kasus ini dirujuk ke puskesmas untuk dikonfirmasi dengan BB/TB dan atau tanda klinis,

c. N/D turun dari bulan yang lalu, atau tetap selama 3 bulan berturut-turut di suatu desa kecuali pada desa yang telah mencapai N/D 80%

56

d. N/D rendahe. D/S datar atau menurunf. Kasus diare- Angka kesakitan dan atau kematian di suatu kecamatan,

desa/kelurahan menunjukkan kenaikan mencolok selama 3 kali waktu observasi berturut-turut (harian atau mingguan).

- Jumlah penderita dan atau kematian di suatu kecamatan, desa/kelurahan menunjukkan kenaikan 2 kali atau lebih dalam periode waktu tertentu (harian, mingguan, bulanan) dibandingkan dengan angka rata-rata dalam 1 tahun terakhir

57

- Peningkatan jumlah kesakitan dan atau kematian dalam periode waktu (mingguan, bulanan) di suatu kecamatan, desa/kelurahan dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun yang lalu

- Peningkatan case fatality rate pada suatu kecamatan desa/kelurahan dalam waktu 1 bulan dibandingkan dengan case fatality rate bulan lalu

58

g. Kasus campak– Peningkatan kasus baru berturut-turut selama 3

minggu– Daerah yang mengalami KLB campak dalam 1

bulan terakhir

59

• H. Laporan dari masyarakat tentang perubahan konsumsi yang terjadi pada masyarakat seperti: konsumsi nasi AKING, konsumsi umbi.

60

3. PENINGkATAN KEWASPADAAN DAN KESIAPSIAGAAN KLB-GIZI BURUK

3.1 PENINGKATAN KEWASPADAAN KLB-GIZI BURUKa. Bila dtemukan anak 2X tidak naik berat badan

Penyuluhan kepada orangtua balitaDirujuk ke puskesmas

b. Bila dtemukan BGM baru Konfirmasi BGM (BB/U) dengan BB/TB dan tanda klinis gizi buruk oleh petugas puskesmas

• Jika positif gizi buruk (- 3 SD dan atau disertai dengan tanda-tanda klinis) maka terapkan tatalaksana penanganan gizi buruk

61

C. Bila ditemukan N/D turun

– Kunjungan ke desa yang persentase N/D turun atau tetap oleh pembina wilayah untuk mencari faktor penyebab

– Penimbangan balita yang tidak datang ke posyandu

– Koordinasi dengan puskesmas asal penderita (bila kasus berasal dari wilayah lain)

– pelayanan gizi dan pelayanan kesehatan lainnya

62

d. Bila ditemukan N/D rendah

• Kunjungan ke desa yang persentase N/D rendah oleh pembina wilayah untuk mencari faktor penyebab

• pelayanan gizi dan pelayanan kesehatan lainnya

63

e. Bila ditemukan D/S turun

• Dilakukan pembinaan terhadap desa-desa yang persentase D/S rendah

• Membahas bersama tokoh masyarakat, TP-PKK dan kader tentang upaya peningkatan persentase D/S

64

• F. Bila ditemukan KLB diare• G. Bila ditemukan KLB campak• H. Bila laporan dari masyarakat tentang perubahan

konsumsi yang terjadi• Mengunjungi masyarakat untuk mengetahui jumlah KK

yang mengalami perubahan penurunan jumlah dan mutu konsumsi serta faktor penyebab lainnya.

• Jika telah diketahui penyebabnya maka perlu dibahas di dewan ketahanan pangan atau lintas sektor untuk mencari cara penanggulangan yang tepat

65

3.2 Kesiapsiagaan menghadapi KLB gizi buruk

• Menyiapkan pedoman penyelidikan KLB gizi buruk dan membentuk tim penyelidikan KLB atau memanfaatkan tim penanggulangan KLB yang sudah ada

• Kesiapsiagaan tenaga dan tim– tenaga gizi, tenaga PKM, tenaga P2M dan

surveilans. Bila di suatu daerah sering terjadi KLB maka memerlukan persiapan tenaga di puskesmas dan di rumah sakit (dokter, perawat, gizi)

66

• Kesiapsiagaan anggaran untuk transport, obat, KLB kit, dll

• Kesiapsiagaan logistik• Menyiapkan makanan formula, obat-obatan• Kesiapsiagaan informasi dan transportasi

67

68

Kapan klb dinyatakan selesai ?

• penderita gizi buruk sudah ditanggulangi (sesuai tata laksana gizi buruk), kasus baru lagi selama 3 bulan < 1% dan faktor risiko ditanggulangi

69