pleno cantiq

26
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jatuh sering terjadi atau dialami oleh usia lanjut. Banyak faktor berperan didalamnya, baik faktor intrinsik dalam diri lansia tersebut seperti gangguan gaya berjalan, kelemahan otot ekstremitas bawah, kekakuan sendi,sinkoppe dan dizzines,serta faktor ekstrinsik seperti lantai yang licin dan tidak rata, tersandung benda-benda, penglihatan kurang karena cahaya kurang terang,dan sebagainya. Jatuh adalah suatu kejadian yang dilaporkan penderita atau saksi mata, yang melihat kejadian mengakibatkan seseorang mendadak terbaring/terduduk di lantai/tempat yang lebih rendah dengan atau tanpa kehilangan kesadaran atau luka. Berdasarkan survei di masyarakat AS, Tinetti (1992) mendapatkan seitar 30% lansia lebih dari umur 65 tahun jatuh setipa tahunnya, separuh dari angka tersebut mengalami jatuh berulang. Reuben dkk (1996) mendapatkan insiden jatuh di masyarakat AS pada umum lebih dari 65 tahun berkisar 1/3 populasi lansia setiap tahun, dengan rata- rata jatuh 0.6/orang. Insiden di rumah-rumah perawatan 3 kali lebih banyak.Lima persen dari penderita jatuh ini mengalami patah tulang atau memerlukan perawatan di rumah sakit. Kecelakaan merupakan penyebab kematian no.6 di Amerika Serikat tahun 1992. kematian akibat jatuh sangat sulit didefinisikan karena sering tidak disadari oleh keluarga atau dokter pemeriksanya, sebaliknya jatuh juga merpakan akibat penyakit lain misalnya serangan jantung mendadak.Fraktur kolum femoris merupakan komplikasi utama akibat jatuh pada lansia. Fraktur

Upload: messias-fir

Post on 03-Aug-2015

41 views

Category:

Documents


3 download

TRANSCRIPT

Page 1: pleno cantiq

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Jatuh sering terjadi atau dialami oleh usia lanjut. Banyak faktor berperan didalamnya,

baik faktor intrinsik dalam diri lansia tersebut seperti gangguan gaya berjalan, kelemahan

otot ekstremitas bawah, kekakuan sendi,sinkoppe dan dizzines,serta faktor ekstrinsik

seperti lantai yang licin dan tidak rata, tersandung benda-benda, penglihatan kurang

karena cahaya kurang terang,dan sebagainya.

Jatuh adalah suatu kejadian yang dilaporkan penderita atau saksi mata, yang melihat

kejadian mengakibatkan seseorang mendadak terbaring/terduduk di lantai/tempat yang

lebih rendah dengan atau tanpa kehilangan kesadaran atau luka. Berdasarkan survei di

masyarakat AS, Tinetti (1992) mendapatkan seitar 30% lansia lebih dari umur 65 tahun

jatuh setipa tahunnya, separuh dari angka tersebut mengalami jatuh berulang. Reuben dkk

(1996) mendapatkan insiden jatuh di masyarakat AS pada umum lebih dari 65 tahun

berkisar 1/3 populasi lansia setiap tahun, dengan rata-rata jatuh 0.6/orang. Insiden di

rumah-rumah perawatan 3 kali lebih banyak.Lima persen dari penderita jatuh ini

mengalami patah tulang atau memerlukan perawatan di rumah sakit. Kecelakaan

merupakan penyebab kematian no.6 di Amerika Serikat tahun 1992. kematian akibat

jatuh sangat sulit didefinisikan karena sering tidak disadari oleh keluarga atau dokter

pemeriksanya, sebaliknya jatuh juga merpakan akibat penyakit lain misalnya serangan

jantung mendadak.Fraktur kolum femoris merupakan komplikasi utama akibat jatuh pada

lansia. Fraktur kolum femoris merupakan fraktur yang berhubungan dengan proses menua

dan osteoporosis. Wanita mempunyai resiko tinggi dibanding laki-laki untuk terjadinya

fraktur dan perlukaan akibat jatuh. Lansia yang sehat juga mempunyai resiko lebih tinggi

dibanding lansia yang lemah atau cacat untuk terjadinya fraktur dan perlukaan akibat

jatuh.resiko untuk terjadinya perlikaan akibat jatuh merupakan efek gabungan dari

penurunan respon perlindungan diri ketika jatuh dan besar kekuatan terbantingnya.

1.2 Tujuan

a. Dapat menjelaskan definisi dari jatuh

b. Dapat menjelaskan penyebab jatuh pada lansia

c. Dapat menjelaskan factor resiko jatuh

Page 2: pleno cantiq

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Skenario

Jatuh dan Gangguan Berjalan

Seorang laki-laki 68 tahun datang ke RS dengan keluhan menurut keluarganya tiba-

tiba terpleset di depan kamar mandi tadi pagi. Setelah itu kedua tungkai tak dapat

digerakkan tetapi kalau diraba atau dicubit masih dirasakan oleh penderita.

Sejak seminggu penderita terdengar batuk-batuk dan agak sesak napas serta nafsu

makan sangat berkurang tetapi tidak disertai demam. Dan diketahui pasien adalah seorang

perokok sejak muda. Penderita selama ini juga mengidap dan minum obat penyakit

kencing manis dan hipertensi,kedua mata dianjurkan untuk operasi tetapi penderita selalu

menolak

2.2 Terminologi

a. Diabetes mellitus : suatu kumpulan gejala yang timbul pada seseorang yang

disebabkan oleh karena adanya peningkatan kadar gula (glukosa) darah akibat

kekurangan insulin baik absolut atau relatif.

b. Hipertensi : keadaan tubuh kehilangan atau kurang mampu mengendalikan tekanan

darah.

2.3 Permasalahan

a. Mengapa terpleset di depan kamar mandi?

Penyebab jatuh pada lansia biasanya merpakan gabungan beberapa faktor, antara lain

:

1. Kecelakaan

Merupakan penyabab jatuh yang utama (30 - 50% kasus jatuh lansia)

Murni kecelakaan misalnya terpelesat, tersandung

Gabungan antara lingkungan yang jelek dengan kelaianan-kelainan akibat proses

menua misalnya karena mata kurang awas, benda-benda yang ada di rumah

tertabrak, lalu jatuh.

2. Nyeri kepala atau vertigo

3. Hipotensi orthostatik

Hipovolemia / curah jantung rendah

Disfungsi otonom penurunan kembalinya darah vena ke jantung

Terlalu lama berbaring

Pengaruh obat-obatan hipotensi

Page 3: pleno cantiq

Hipotensi sesudah makan

4. Obat-obatan

Diuretik

Antihipertensi

Antidepresan trisiklik

Sedativa

Antipsikotik

Obat-obat hipoglikemik

Alkohol

5. Proses penyakit yang spesifik

Penyakit-penyakit akut seperti :

Kardiovaskuler :

- aritmia

- stenosis aorta

- sinkope sinus carotis

Neurulogi :

- TIA

- Stroke

- Serangan kejang

- parkinson

- kompresi saraf spinal karena spondilosis

- penyakit serebelum

6. Idiopatik (tidak jelas sebabnya)

7.Sinkope :kehilangan kesadaran secara tiba-tiba

Drop attack(serangan roboh)

Penurunan darah ke otak secara tiba-tiba

Terbakar matahari

b. Mengapa kedua tungkai tidak dapat digerakkan tetapi kalau diraba atau dicubit masih

bisa dirasakan?

Mekanisme seseorang yang terjatuh terpleset kemungkinan bisa ke depan atau

ke belakang. Secara anatomis tungkai (ekstremitas bawah) dipersarafi oleh serabut

saraf dari vertebrata segmen lumbal dan sakral. Jadi kemungkinan besar ketika

terjatuh, pasien tersebut mengalami trauma vertebrata segmen lumbal sakral yang

mengakibatkan tertekannya ramus-ramus saraf di cornu anterior bagian dari kornum

Page 4: pleno cantiq

anterior di segmen lumbo sakral yang tertekan yang berfungsi sebagai saraf motorik

pada ke dua tungkai yang mengakibatkan tungkai tidak dapat digerakkan.

c. Hubungan merokok dengan gejalan batuk dan sesak napas?

Rokok mengandung nikotin, tar, gas, CO dan berbagai logam berat. Nikotin

bersifat toksis terhadap jaringan syaraf juga menyebabkan peningkatan tekanan darah

sistolik dan diastolik. Denyut jantung bertambah, kontraksi otot jantung seperti

dipaksa, pemakaian O2 bertambah, aliran darah pada pembuluh darah koroner

bertambah dan vasokontroksi pembuluh darah perifer. Nikotin meningkatkan kadar

gula darah,kadar asam lemak bebas,kolestrol LDL dan meningkatkan agresi sel

pembekuan darah. Tar mempunyai bahan kimia beracun yang bisa menyebabkan

kerusakan pada sel-sel paru dan menyebabkan kanker. CO membuat berkurangnya

kemampuan darah membawa O2 . Rokok merupakan faktor risiko penyakit paru

obstruktif menahun yang utama. Asap rokok dapat mengganggu aktifitas saluran

pernapasan dan mengakibatkan hipertrofi kelenjar mukosa. Mekanisme kerusakan

paru akibat merokok adalah melalui dua tahap yaitu peradangan yang disertai

kerusakan pada matriks ekstrasel dan menghambat proses perbaikan matriks ekstrasel.

Mekanisme kerusakan paru akibat rokok adalah melalui radikal bebas yang

dikeluarkan oleh asap rokok. Gejala yang ditimbulkan pada penyakit paru obstruktif

brupa batuk kronis,berdahak gangguan pernapasan.

d. Hubungan minum obat kencing manis pada gejala di skenario?

- Obat DM tipe 1 memerlukan suntikan insulin tiap hari

- Obat DM tipe 2 kadang dengan diet dan olahraga saja glukosa darah bisa menjadi

normal,biasanya minum OAD oral/tablet.

Ex: Glibenclamido yang dpat menurunkn glukosa darah tetepi pada dosis yang tinggi

yang dapat menyebabkan hipoglikemi. Kejadian hipoglikemi karena interaksi obat

yang kompleks terutama yang melibatkan agen hipoglikemik oral dan insulin untuk

diabetik dengan usia.

e. Mengapa kedua mata dianjurkan untuk operasi ?

Kemungkinan terjadi komplikasi pada mata akibat penyakit diabetes mellitus

yang diderita pasien sebelumnya.

2.4 Learning Objective

Page 5: pleno cantiq

a. Mahasiswa dapat menjelaskan pengertian jatuh dan faktor-faktor yang mempengaruhi

jatuh pada lansia?

Jatuh adalah suatu kejadian yang dilaporkan penderita atau saksi mata, yang

melihat kejadian mengakibatkan seseorang mendadak terbaring/terduduk di

lantai/tempat yang lebih rendah dengan atau tanpa kehilangan kesadaran atau luka.

Secara singkat faktor resiko jatuh pada lansia dibagi dalam dua golongan besar, yaitu :

1. Faktor-faktor intrinsik

- kondisi fisik dan neuropsikiatrik

- penurunan visus dan pendengaran

- perubahan neuromuskuler, gaya berjalan, dan reflek postural karena proses

menua

2. Faktor-faktor ekstrinsik

- Obat-obat yang diminum

- Alat-alat bantu berjalan

- Lingkungan yang tidak mendukung (Kane, 1994)

Berbagai faktor resiko jatuh pada lansia

1. Faktor host (diri lansia).

Faktor-faktor yang menyebabkan roboh sangat komplek dan tergantung

kondisi penderita/lansia. Di antaranya adanya disability, penyakit yang

sedang diderita; perubahan-perubahan akibat proses penuaan (penurunan

pendengaran, penurunan visus, penurunan mental, penurunan fungsi indra

yang lain, lambatnya pergerakan, hidup sendiri) dan neuropati perifer.

Neuropati perifer dapat dinilai dengan tes berdiri satu kaki selama 10

detik, bila gagal dalam tiga kali tes, sangat mungkin terdapat neuropati.

Kondisi sakit, panas badan atau meningkatnya angka lekosit dan limfosit

serta hemoglobin yang rendah juga meningkatkan risiko terjadinya roboh.

Menurut Probo, beberapa disability di antaranya, kelemahan paha, artritis,

penyakit parkinson, kelemahan badan secara umum, gangguan

keseimbangan dan gangguan berjalan, gangguan neuromuskular atau

muskuloskeletal. Bila terdapat tiga disability, maka risiko roboh 100

persen, sedangkan tanpa disability mempunyai risiko roboh sekitar 12

persen per tahun.

2. Faktor aktifitas

Page 6: pleno cantiq

Laki-laki dengan mobilitas tinggi, postur yang tidak stabil, mempunyai

risiko roboh sebesar 4,5 kali dibandingkan dengan yang tidak aktif atau

aktif, tetapi dengan postur yang stabil. Penelitian selama setahun terhadap

4.862 penderita yang dirawat di rumah sakit atau panti jompo, didapatkan

penderita dengan risiko roboh paling tinggi adalah penderita aktif, dengan

sedikit gangguan keseimbangan.

3. Faktor Lingkungan

Faktor lingkungan, terutama yang belum dikenal mempunyai risiko

terhadap roboh 22 persen. Roboh pada lingkungan yang sudah dikenal,

(misalnya di rumah), lebih banyak disebabkan oleh faktor host (dirinya).

Faktor lingkungan terdiri dari penerangan yang kurang, benda-benda di

lantai (seperti tersandung karpet), peralatan rumah yang tidak stabil,

tangga tanpa pagar, tempat tidur atau toilet yang terlalu rendah.

4. Faktor obat-obatan

Jumlah obat yang diminum merupakan faktor yang bermakna terhadap

penderita. Empat obat atau lebih meningkatkan risiko jatuh. Roboh akibat

terapi obat dinamakan roboh iatrogenik. Obat-obatan yang meningkatkan

risiko jatuh, di antaranya obat golongan sedatif dan hip notik yang dapat

mengganggu stabilitas postur tubuh, yang mengakibatkan efek samping

menyerupai sindroma parkinson. Obat-obatan lain yang menyebabkan

hipotensi, hipoglikemi, mengganggu vestibular, menyebabkan neuropati

hipotermi dan menyebabkan kebingungan. Transquilizer mayor (misalnya

phenothiazine), antidepresan trisiklik, barbiturat, dan benzodiazepin kerja

panjang juga meningkatkan risiko roboh

b. Mahasiswa mampu komplikasi yang terjadi akibat jatuh

Jatuh pada lansia menimbulkan komplikasi-komplikasi seperti :

1. Perlukaan (injury)

- Rusaknya jaringan lunak yang terasa sngat sakit berupa robek atau tertariknya

jaringan otot, robeknya arteri atau vena

- Patah tulang (fraktur)

Pelvis

Femur

Humerus

Lengan bawah

Page 7: pleno cantiq

Tungkai bawah

Hematom subdural

2. Rawatan rumah sakit

3. Disabilitas

4. Resiko untuk dimasukkan dalam rumah perawatan

5. Mati

c. Mahasiswa mampu menjelaskan pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang yang

dapat dilakukan pada pasien jatuh

Pemeriksaan yang dilakukan pada pasien jatuh

A. Anamnesa riwayat penyakit (jatuhnya), meliputi:

1. Seputar jatuhnya : Mencari penyebab jatuh, misalnya terpleset,

tersandung, berjalan, perubahan posisi

badan, saat BAK/BAB, saat batuk, atau

bersin dan aktivitas lainnya.

2. Gejala yang menyertai : Seperti nyeri dada, berdebar-debar, nyeri

kepala tiba-tiba, vertigo, pingsan, lemah,

inkontinensia, sesak nafas.

3. Kondisi kormobid yang relevan : Pernah menderita hipertensi, diabetes

melitus, stroke, parkinsonisme,

osteoporosis, sering kejang, penyakit

jantung, rematik, depresi dll.

4. Review obat-obatan yang diminum : Antihipertensi, diuretik, antidepresan,

dll.

5. Review keadaan lingkungan : Tempat jatuh apakah licin/ bertingkat-

tingkat, pencahayaan, dll

B. Pemeriksaan Fisik

1. Mengukur tanda vital : Tekanan darah, nadi, pernafasan, suhu badan.

2. Kepala dan leher : Apakah terdapat penurunan visus, penurunan

pendengaran, nistagmus, gerakan menginduk, ketidak

seimbangan, bising.

3. Pemeriksaan Jantung : Kelainan katup, aritmia, stenosis aorta dll

4. Neurologi : Perubahan status mental, defisit fokal, neuropati, perifer,

kelemahan otot, instabilitas, kekakuan, tremor, dll

Page 8: pleno cantiq

5. Muskuluskeletal : Perubahan sendi, pembatasan gerak sendi, deformitas,

dll

C. Assesmen Fungsional

Dilakukan untuk mengetahui lebih lanjut tentang kebiasaan pasien dan aspek

fungsional dalam lingkungannya, ini bermanfat untuk mencegah terjadinya jatuh

ulangan pada assesmen fungsional dilakukan observasi atau pencarian terhadap:

1. Fungsi gait dan keseimbangan : observasi pasien ketika bangkit dari kursi,

berjalan, ketika membelok/ berputar badan.

2. Mobilitas : dapat berjalan sendiri tanpa bantuan

menggunakan alat bantu atau dibantu orang lain

3. Aktivitas kehidupan sehari-hari : mandi, berpakaian, berpergian, dll

D. Pemeriksaan Penunjang

a. Pemeriksaan radiologis

- Foto X-ray pelvis dan genu

- Foto bone density

b. Pemeriksaan laboratorium

- Darah tepi

- Elektrolit

- Gula darah

- Kadar kalsium

c. Pemeriksan elektrokardiogram (EKG)

d. Mahasiswa mampun menjelaskan penatalaksanaan pada pasien jatuh

Tujuan penatalaksanaan ini untuk mencegah terjadinya jatuh berulang dan

menerapi komplikasi yang terjadi, mengembalikan fungsi AKS terbaik,

mengembalikan kepercayaan diri penderita.

Penatalaksanaan penderita jatuh dengan mengatasi atau meneliminasi faktor

risiko, penyebab jatuh dan menangani komplikasinya. Penatalaksanaan ini harus

terpadu dan membutuhkan kerja tim yang terdiri dari dokter (geriatrik, neurologik,

bedah ortopedi, rehabilitasi medik, psikiatrik, dll), sosiomedik, arsitek dan keluarga

penderita.

Page 9: pleno cantiq

Penatalaksanaan bersifat individual, artinya berbeda untuk setiap kasus karena

perbedaan factor – factor yang bekerjasama mengakibatkan jatuh. Bila penyebab

merupakan penyakit akut penanganannya menjadi lebih mudah, sederhanma, dan

langsung bisa menghilangkan penyebab jatuh serta efektif. Tetapi lebih banyak pasien

jatuh karena kondisi kronik, multifaktorial sehingga diperlukan terapi gabungan

antara obat rehabilitasi, perbaikan lingkungan, dan perbaikan kebiasaan lansia itu.

Pada kasus lain intervensi diperlukan untuk mencegah terjadinya jatuh ulangan,

misalnya pembatasan bepergian / aktifitas fisik, penggunaan alat bantu gerak.

Untuk penderita dengan kelemahan otot ekstremitas bawah dan penurunan

fungsional terapi difokuskan untuk meningkatkan kekuatan dan ketahanan otot

sehingga memperbaiki nfungsionalnya. Sayangnya sering terjadi kesalahan, terapi

rehabilitasi hanya diberikan sesaat sewaktu penderita mengalami jatuh, padahal terapi

ini diperlukan terus – menerus sampai terjadi peningkatan kekuatan otot dan status

fumgsional. Penelitian yang dilakukan dalam waktu satu tahun di Amerika Serikat

terhadap pasien jatuh umur lebih dari 75 tahun, didapatkanpeningkatan kekuatan otot

dan ketahanannya baru terlihat nyata setelah menjalani terapi rehabilitasi 3 bulan,

semakin lama lansia melakukan latihan semakin baik kekuatannya.

Terapi untuk penderita dengan penurunan gait dan keseimbangan difokuskan

untuk mengatasi / mengeliminasi penyebabnya/faktor yang mendasarinya. Penderita

dimasukkan dalam program gait training, latihan strengthening dan pemberian alat

bantu jalan. Biasanya program rehabilitasi ini dipimpin oleh fisioterapis. Program ini

sangat membantu penderita dengan stroke, fraktur kolum femoris, arthritis,

Parkinsonisme.

Penderita dengan dissines sindrom, terapi ditujukan pada penyakit

kardiovaskuler yang mendasari, menghentikan obat – obat yang menyebabkan

hipotensi postural seperti beta bloker, diuretik, anti depresan, dll.

Terapi yang tidak boleh dilupakan adalah memperbaiki lingkungan rumah /

tempat kegiatan lansia seperti di pencegahan jatuh

e. Pencegahan jatuh

Page 10: pleno cantiq

Usaha pencegahan merupakan langkah yang harus dilakukan karena bila

sudah terjadi jatuh pasti terjadi komplikasi, meskipun ringan tetap memberatkan.

Ada 3 usaha pokok untuk pencegahan, antara lain : ( Tinetti, 1992; Van – der

– Cammen, 1991; Reuben, 1996 )

1. Identifikasi faktor resiko

Pada setiap lansia perlu dilakukan pemeriksaan untuk mencari adanya faktor

intrinsik risiko jatuh, perlu dilakukan assesmen keadaan sensorik, neurologik,

muskuloskeletal dan penyakit sistemik yang sering mendasari / menyebabkan jatuh.

Keadaan leingkungan rumah yang berbahaya dan dapat menyebabkan jatuh

harus dihilangkan. Penerangan rumah harus cukup tetapi tidak menyilaukan. Lantai

rumah datar, tidak licin, bersih dari benda – benda kecil yang susah dilihat. Peralatan

rumah tangga yangsudah tidak aman ( lapuk, dapat bergeser sendiri ) sebaiknya

diganti, peralatan rumah ini sebaiknya diletakkan sedemikian rupa sehingga tidak

mengganggu jalan / tempat aktifitas lansia. Kamar mandi dibuat tidak licin, sebaiknya

diberi pegangan pada dindingnya, pintu yang mudah dibuka. WC sebaiknya dengan

kloset duduk dan diberi pegangan di dinding.

Obat – obatan yang menyebabkanhipotensi postural, hipoglikemik atau

penurunan kewaspadaan harus diberikan sangat selektif dan dengan penjelasan yang

komprehensif pada lansia dan keluargannya tentang risiko terjadinya jatuh akibat

minum obat tertentu.

Alat bantu berjalan yang dipakai lansia baik berupa tongkat, tripod, kruk atau

walker harus dibuat dari bahan yang kuat tetapi ringan, aman tidak mudah bergeser

serta sesuai dengan ukuran tinggi badan lansia.

2. Penilaian keseimbangan dan gaya berjalan ( gait )

Setiap lansia harus dievaluasi bagaimana keseimbangan badannya dalam

melakukan gerakan pindah tempat, pindah posisi. Penilaian postural sway sangat

diperlukan untuk mencegah terjadinya jatuh pada lansia. Bila goyangan badan pada

saat berjalan sangat berisiko jatuh, maka diperlukan bantuan latihan oleh rehabilitasi

Page 11: pleno cantiq

medik. Penilaian gaya berjalan ( gait ) juga harus dilakukan dengan cermat apakah

penderita mengangkat kaki dengan benar pada saat berjalan, apakah kekuatan otot

ekstremitas bawah penderita cukup untuk berjalan tanpa bantuan. Kesemuanya itu

harus dikoreksi bila terdapat kelainan / penurunan.

3. Mengatur / mengatasi fraktur situasional

Faktor situasional yang bersifat serangan akut / eksaserbasi akut, penyakit

yang dideriata lansia dapat dicegah dengan pemeriksaan rutin kesehatan lansia secara

periodik. Faktor situasional bahaya lingkungan dapat dicegah dengan mengusahakan

perbaikan lingkungan seperti tersebut diatas. Faktor situasional yang berupa aktifitas

fisik dapat dibatasi sesuai dengan kondisi kesehatan penderita. Perlu diberitahukan

pada penderita aktifitas fisik seberapa jauh yang aman bagi penderita, aktifitas

tersebut tidak boleh melampaui batasan yang diperbolehkan baginya sesuai hasil

pemeriksaan kondisi fisik. Bila lansia sehat dan tidak ada batasan aktifitas fisik, maka

dianjurkan lansia tidak melakukan aktifitas fisik sangat melelahkan atau beresiko

tinggi untuk terjadinya jatuh.

f. mahasiswa mampu menjelaskan diabetes mellitus pada lansia

1.  Definisi

Diabetes melitus merupakan kelainan metabolisme yang kronis terjadi

defisiensi insulin atau retensi insulin, di tandai dengan tingginya keadaan glukosa

darah (hiperglikemia) dan glukosa dalam urine (glukosuria) atau merupakan sindroma

klinis yang ditandai dengan hiperglikemia kronik dan gangguan metabolisme

karbohidrat, lemak dan protein sehubungan dengan kurangnya sekresi insulin secara

absolut/relatif dan atau adanya gangguan fungsi insulin.

Diabetes mellitus merupakan sekelompok kelainan heterogen yang ditandai

oleh kenaikan kadar glukosa dalam darah atau hiperglikemia (Mansjoer, 2000).

Diabetes mellitus merupakan sekelompok kelainan heterogen yang ditandai oleh

kenaikan kadar glukosa dalam darah atau hiperglikemia. (Brunner dan Suddarth,

2002).

Diabetes mellitus merupakan penyakit sistemis, kronis, dan multifaktorial

yang dicirikan dengan hiperglikemia dan hipoglikemia. ( Mary,2009)

Page 12: pleno cantiq

2.   Epidemiologi

Diabetes terutama prevalen diantara kaum lanjut usia. Diantara individu yang

berusia lebih dari 65 tahun, 8,6% menderita diabetes tipe II. Angka ini mencakup 15%

populasi pada panti lansia.

3.    Etiologi

Pada lansia cenderung terjadi peningkatan berat badan, bukan karena

mengkonsumsi kalori berlebih namun karena perubahan rasio lemak-otot dan

penurunan laju metabolisme basal. Hal ini dapat menjadi faktor predisposisi

terjadinya diabetes mellitus. Penyebab diabetes mellitus pada lansia secara umum

dapat digolongkan ke dalam dua besar:

·         Proses menua/kemunduran (Penurunan sensitifitas indra pengecap, penurunan

fungsi pankreas, dan penurunan kualitas insulin sehingga insulin tidak berfungsi

dengan baik).

·          Gaya hidup(life style) yang jelek (banyak makan, jarang olahraga, minum

alkohol, dll.) Keberadaan penyakit lain, sering menderita stress juga dapat menjadi

penyebab terjadinya diabetes mellitus.

Selain itu perubahan fungsi fisik yang menyebabkan keletihan dapat menutupi

tanda dan gejala diabetes dan menghalangi lansia untuk mencari bantuan medis.

Keletihan, perlu bangun pada malam hari untuk buang air kecil, dan infeksi yang

sering merupakan indikator diabetes yang mungkin tidak diperhatikan oleh lansia dan

anggota keluarganya karena mereka percaya bahwa hal tersebut adalah bagian dari

proses penuaan itu sendiri.

4.   Klasifikasi

·         Diabetes melitus tipe I:

Destruksi sel beta, umumnya menjurus ke defisiensi insulin absolut baik

melalui proses imunologik maupun idiopatik.

Karakteristik Diabetes Melitus tipe I:

Mudah terjadi ketoasidosis

Pengobatan harus dengan insulin

 Onset akut

Biasanya kurus

Biasanya terjadi pada umur yang masih muda

Berhubungan dengan HLA-DR3 dan DR4

Page 13: pleno cantiq

Didapatkan antibodi sel islet

10%nya ada riwayat diabetes pada keluarga

·         Diabetes melitus tipe II:

Bervariasi mulai yang predominan resistensi insulin disertai defisiensi insulin

relatif sampai yang predominan gangguan sekresi insulin bersama resistensi insulin.

Karakteristik DM tipe II:

Sukar terjadi ketoasidosis

Pengobatan tidak harus dengan insulin

Onset lambat

Gemuk atau tidak gemuk

Biasanya terjadi pada umur > 45 tahun

Tidak berhubungan dengan HLA

Tidak ada antibodi sel islet

30%nya ada riwayat diabetes pada keluarga

± 100% kembar identik terkena

5.   Manifestasi Klinis

Keluhan umum pasien DM seperti poliuria, polidipsia, polifagia pada lansia

umumnya tidak ada. Osmotik diuresis akibat glukosuria tertunda disebabkan ambang

ginjal yang tinggi, dan dapat muncul keluhan nokturia disertai gangguan tidur, atau

bahkan inkontinensia urin. Perasaan haus pada pasien DM lansia kurang dirasakan,

akibatnya mereka tidak bereaksi adekuat terhadap dehidrasi. Karena itu tidak terjadi

polidipsia atau baru terjadi pada stadium lanjut. Sebaliknya yang sering mengganggu

pasien adalah keluhan akibat komplikasi degeneratif kronik pada pembuluh darah dan

saraf.

Pada DM lansia terdapat perubahan patofisiologi akibat proses menua,

sehingga gambaran klinisnya bervariasi dari kasus tanpa gejala sampai kasus dengan

komplikasi yang luas. Keluhan yang sering muncul adalah adanya gangguan

penglihatan karena katarak, rasa kesemutan pada tungkai serta kelemahan otot

(neuropati perifer) dan luka pada tungkai yang sukar sembuh dengan pengobatan

lazim.

Menurut Supartondo, gejala-gejala akibat DM pada usia lanjut yang sering ditemukan

adalah :

a.       Katarak                                     

Page 14: pleno cantiq

b.      Glaukoma

c.       Retinopati

d.      Gatal seluruh badan

e.       Pruritus Vulvae

f.       Infeksi bakteri kulit

g.      Infeksi jamur di kulit

h.      Dermatopati

i.        Neuropati perifer

j.        Neuropati viseral

k.      Amiotropi

l.        Ulkus Neurotropik

m.    Penyakit ginjal

n.      Penyakit pembuluh darah perifer

o.      Penyakit koroner

p.      Penyakit pembuluh darah otak

q.      Hipertensi

6.         Patofisiologi

Dalam proses metabolisme, insulin memegang peranan penting yaitu

memasukkan glukosa ke dalam sel yang digunakan sebagai bahan bakar. Insulin

adalah suatu zat atau hormon yang dihasilkan oleh sel beta di pankreas. Bila insulin

tidak ada maka glukosa tidak dapat masuk sel dengan akibat glukosa akan tetap

berada di pembuluh darah yang artinya kadar glukosa di dalam darah meningkat.

Pada Diabetes melitus tipe 1 terjadi kelainan sekresi insulin oleh sel beta

pankreas. Pasien diabetes tipe ini mewarisi kerentanan genetik yang merupakan

predisposisi untuk kerusakan autoimun sel beta pankreas. Respon autoimun dipacu

oleh aktivitas limfosit, antibodi terhadap sel pulau langerhans dan terhadap insulin

itu sendiri.

Pada diabetes melitus tipe 2 yang sering terjadi pada lansia, jumlah insulin

normal  tetapi jumlah reseptor insulin yang terdapat pada permukaan sel yang kurang

sehingga glukosa yang masuk ke dalam sel sedikit dan glukosa dalam darah menjadi

meningkat.

7.      Penatalaksanaan

Page 15: pleno cantiq

Tujuan utama terapi diabetes mellitus adalah mencoba menormalkan aktivitas

insulin dan kadar glukosa darah dalam upaya untuk mengurangi komplikasi vaskuler

serta neuropati. Tujuan terapeutik pada setiap tipe diabetes adalah mencapai kadar

glukosa darah normal.

Ada 5 komponen dalam penatalaksanaan diabetes :

a.   Diet

Suatu perencanaan makanan yang terdiri dari 10% lemak, 15% Protein,

75% Karbohidrat kompleks direkomendasikan untuk mencegah diabetes.

Kandungan rendah lemak dalam diet ini tidak hanya mencegah arterosklerosis,

tetapi juga meningkatkan aktivitas reseptor insulin.

b.   Latihan

Latihan juga diperlukan untuk membantu mencegah diabetes.

Pemeriksaan sebelum latihan sebaiknya dilakukan untuk memastikan bahwa

klien lansia secara fisik mampu mengikuti program latihan kebugaran. Pengkajian

pada tingkat aktivitas klien yang terbaru dan pilihan gaya hidup dapat membantu

menentukan jenis latihan yang mungkin paling berhasil. Berjalan atau berenang, dua

aktivitas dengan dampak rendah, merupakan permulaan yang sangat baik untuk para

pemula. Untuk lansia dengan NIDDM, olahraga dapat secara langsung meningkatkan

fungsi fisiologis dengan mengurangi kadar glukosa darah, meningkatkan stamina dan

kesejahteraan emosional, dan meningkatkan sirkulasi, serta membantu menurunkan

berat badan.

c.  Pemantauan

Pada pasien dengan diabetes, kadar glukosa darah harus selalu diperiksa

secara rutin. Selain itu, perubahan berat badan lansia juga harus dipantau untuk

mengetahui terjadinya obesitas yang dapat meningkatkan resiko DM pada lansia.

d. Terapi (jika diperlukan)

Sulfoniluria adalah kelompok obat yang paling sering diresepkan dan efektif

hanya untuk penanganan NIDDM. Pemberian insulin juga dapat dilakukan untuk

mepertahankan kadar glukosa darah dalam parameter yang  telah ditentukan untuk

membatasi komplikasi penyakit yang membahayakan.

e.  Pendidikan

Diet yang harus dikomsumsi

Latihan

Penggunaan insulin

Page 16: pleno cantiq

8.         Pemeriksaan Diagnostik

Glukosa darah sewaktu

Kadar glukosa darah puasa

Tes toleransi glukosa

Kriteria diagnostik WHO untuk diabetes mellitus pada sedikitnya 2 kali

pemeriksaan:

Glukosa plasma sewaktu >200 mg/dl (11,1 mmol/L)

Glukosa plasma puasa >140 mg/dl (7,8 mmol/L)

Glukosa plasma dari sampel yang diambil 2 jam kemudian sesudah

mengkonsumsi 75 gr karbohidrat (2 jam post prandial (pp) > 200 mg/dl

9.  Komplikasi Diabetes Melitus

Komplikasi diabetes mellitus diklasifikasikan menjadi akut dan kronis. Yang

termasuk dalam komplikasi akut adalah hipoglikemia, diabetes ketoasidosis (DKA),

dan hyperglycemic hyperosmolar nonketocic coma (HHNC). Yang termasuk dalam

komplikasi kronis adalah retinopati diabetic, nefropati diabetic, neuropati,

dislipidemia, dan hipertensi.

·      Komplikasi akut

a.  Diabetes ketoasidosis

       Diabetes ketoasidosis adalah akibat yang berat dari deficit insulin yang berat

pada jaringan adipose, otot skeletal, dan hepar. Jaringan tersebut termasuk sangat

sensitive terhadap kekurangan insulin. DKA dapat dicetuskan oleh infeksi ( penyakit)

·      Komplikasi kronis:

a.   Retinopati diabetic

Lesi paling awal yang timbul adalah mikroaneurism pada pembuluh retina.

Terdapat pula bagian iskemik, yaitu retina akibat berkurangnya aliran darah retina.

Respon terhadap iskemik retina ini adalah pembentukan pembuluh darah baru, tetapi

pembuluh darah tersebut sangat rapuh sehingga mudah pecah dan dapat

mengakibatkan perdarahan vitreous. Perdarahan ini bisa mengakibatkan ablasio retina

atau berulang yang mengakibatkan kebutaan permanen.

b.   Nefropati diabetic

Lesi renal yang khas dari nefropati diabetic adalah glomerulosklerosis yang

nodular yang tersebar dikedua ginjal yang disebut sindrom Kommelstiel-Wilson.

Page 17: pleno cantiq

Glomeruloskleriosis nodular dikaitkan dengan proteinuria, edema dan hipertensi. Lesi

sindrom Kommelstiel-Wilson ditemukan hanya pada DM.

c.  Neuropati

Neuropati diabetic terjadi pada 60 – 70% individu DM. neuropati diabetic

yang paling sering ditemukan adalah neuropati perifer dan autonomic.

d.  Displidemia

Lima puluh persen individu dengan DM mengalami dislipidemia.

e.   Hipertensi

Hipertensi pada pasien dengan DM tipe 1 menunjukkan penyakit ginjal,

mikroalbuminuria, atau proteinuria. Pada pasien dengan DM tipe 2, hipertensi bisa

menjadi hipertensi esensial. Hipertensi harus secepat mungkin diketahuin dan

ditangani karena bisa memperberat retinopati, nepropati, dan penyakit makrovaskular.

f.  Kaki diabetic

Ada tiga factor yang berperan dalam kaki diabetic yaitu neuropati, iskemia,

dan sepsis. Biasanya amputasi harus dilakukan. Hilanggnya sensori pada kaki

mengakibatkan trauma dan potensial untuk ulkus. Perubahan mikrovaskuler dan

makrovaskuler dapat mengakibatkan iskemia jaringan dan sepsis. Neuropati, iskemia,

dan sepsis bisa menyebabkan gangrene dan amputasi.

g.  Hipoglikemia

Hipoglikemia adalah keadaan dengan kadar glukosa darah di bawah 60 mg/dl,

yang merupakan komplikasi potensial terapi insulin atau obat hipoglikemik oral.

Penyebab hipoglikemia pada pasien sedang menerima pengobatan insulin eksogen

atau hipoglikemik oral.

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Jatuh adalah suatu kejadian mengakibatkan seseorag mendadak terbaring

/terduduk di lantai atau tempat yang lebih rendah dengan atau tanpa

Page 18: pleno cantiq

kehilangan kesadaran atau luka.

Penyebab Jatuh Pada Lansia

1. Kecelakaan

2. Nyeri kepala atau vertigo

3. Hipotensi orthostatik

4. Obat-obatan

5. Proses penyakit

6. Sinkope : kehilangan kesadaran secara tiba-tiba

Faktor resiko jatuh pada lansia dibagi dua yaitu :

1. faktor intrinsik :

- kondisi fisik dan neuropsikiatrik

- penurunan visus dan pendengaran

- perubahan neuromuskuler, gaya berjalan, dan reflek postural karena proses

menua

2. Faktor-faktor ekstrinsik

- Obat-obat yang diminum

- Alat-alat bantu berjalan

- Lingkungan yang tidak mendukung

DAFTAR PUSTAKA

Darmojo-Boedhi.2004.Geriatri (Ilmu Kesehatan Usia Lanjut). FKUI :

Jakarta

Lansia Sering Tiba-tiba Roboh from : http://www.republika.co.id

Mekanisme Keseimbangan Postural Pada Lansia from :

http://www.rumahweb.com