praktikum lemak dan minyak makan 6
DESCRIPTION
pembuatan mayonaisse dan salad dressingTRANSCRIPT
Hafizha M Putri240210120037
IV. HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN
Praktikum yang dilakukan kali ini adalah pembuatan mayonnaise dan
salad dressing. Mayonaise merupakan salah satu contoh produk dari proses
emulsi yang banyak dimanfaatkan dalam jenis makanan kita. Emulsi merupakan
suatu terdispersi atau suspensi suatu cairan dalam cairan yang lain yang molekul-
molekul kedua cairan tersebut tidak saling berbaur tetapi saling antagonistik. Pada
suatu emulsi terdapat tiga bagian utama yaitu bagian yang terdispersi yang terdiri
dari butir-butir yang biasanya terdiri dari lemak. Kedua disebut media pendispersi
yang biasanya terdiri dari air, dan bagian ketiga adalah emulsifier yang berfungsi
menjaga agar butir minyak tadi tetap tersuspensi di dalam air (Maxes, 1984).
Daya kerja emulsifier disebabkan oleh bentuk molekulnya yang dapat
terikat baik pada minyak dan air. Bila emulsifier tersebut lebih terikat pada air
maka terjadi dispersi minyak dalam air sebagai contoh susu. Sebaliknya bila
emulsifier lebih larut dalam minyak terjadilah emulsi air dalam minyak sebagai
contoh mentega dan margarin (Bernasconi, 1995).
Beberapa bahan yang dapat berfungsi sebagai emulsifier adalah kuning
telur, telur utuh, gelatin, pektin, pasta kanji, albumin atau beberapa tepung yang
sangat halus seperti mustard. Daya kerja emulsifier terutama disebabkan oleh
bentuk molekulnya yang dapat terikat baik pada minyak maupun air (Gamman,
1992).
Salad dressing merupakan salah satu jenis makanan yang menggunakan
proses pencampuran (homogenisasi). Dengan prinsip pencampuran minyak
dengan air. Digunakan pula zat pengemulsi sebagai komponen yang dapat
menjaga stabilitas pencampuran bahan sehingga salad dressing tidak mudah
terpisah lapisan minyak dan airnya.
Dalam salad dressing, minyak memegang peranan penting. Ada dua
fungsi utama minyak, yakni sebagai peningkat mutu sensori -terutama flavor dan
mouthfeel, dan sebagai sumber lemak yang berkontribusi terhadap energi.
Menurut Lawson (1997), terdapat perbedaan yang signifikan antara
minyak untuk menggoreng dengan minyak untuk salad (salad oils). Salad oil
umumnya menggunakan minyak yang tetap berbentuk cair dan tidak “graining”
Hafizha M Putri240210120037
pada suhu referigerator (sekitar 40oF atau 4.4oC). Sifat lain yang sebaiknya
dimiliki salad oil antara lain jernih, dapat dituang, dan dipompa.
Penggunaan utama salad oil adalah untuk salad dressing. Salad oils
sebagian besar berasal dari sumber nabati. Beberapa faktor yang perlu
diperhatikan dalam memilih salad oil sebagai salad dressing adalah biaya dan
ketersediaan, flavor, kesehatan dan pelabelan, stabilitas, dan melting pointnya.
Ada beberapa jenis salad dressing yang sering digunakan, yakni
mayonnaise type dressing, salad dressing, dan french dressing. Mayonnaise type
dressing adalah emulsi minyak dalam air dengan beberapa ingridien untuk
menstabilkan emulsi tersebut. Salad dressing berbeda dengan mayonaise type
dressing, karena menggunakan salad oil yang lebih sedikit yakni 30-40%.
Sedangkan french dressing merupakan tipe dressing yang stabilitas emulsinya
tidak kuat setelah proses mixing, emulsi tersebut bisa saja pecah.
Selain untuk salad dressing, salad oil bisa juga digunakan untuk deep
frying, panfrying, griddling, dan beberapa metode baking. Salad oil mungkin
dapat digunakan sebagai cooking oil, tetapi cooking oil tidak dapat digunakan
sebagai salad oil. Namun, bukan berarti salad oil dapat menghasilkan mutu yang
sama dengan penggunaan lemak atau minyak yang memang didesain khusus
untuk fungsi-fungsi tersebut (Lawson, 1997).
Pembuatan mayonnaise I (kelompok 7) dilakukan dengan menambahkan
kuning telur, garam, lada, dan mustard lalu bahan-bahan tersebut diaduk/ dikocok
dengan mixer hingga tercampur rata. Setelah itu, selama pengadukan ditambahkan
minyak sayur setetes demi tetes ke dalam adonan hingga semua minyak tercampur
merata lalu dimasukan ke dalam jar dan diamati. Pembuatan mayonnaise II
(kelompok 8) dilakukan dengan mencampurkan kuning telur, mustard, penyedap
rasa, merica dan garam lalu tambahkan minyak sayur setetes demi setetes sambil
dikocok hingga mengembang dan kaku. Tambahkan perasaan air jeruk lemon dan
kocok kembali.
Pembuatan salad dressing I (kelompok 5) menggunakan mayonnaise,
garam, gula, butter, cuka, oregano, lada hitam, dan bawang putih. Bahan-bahan
tersebut dicampurkan dan diaduk hingga rata menggunakan sendok. Setelah itu
ditutup dan didinginkan kemudian disajikan. Pembuatan salad dressing II
Hafizha M Putri240210120037
(kelompok 6) menggunakan kuning telur, pati jagung, garam, telur, dan air. Bahan
bahan tersebut dikocok menggunakan mixer sambil ditambahkan minyak sedikit-
demi sedikit dan juga cuka. Keasaman dan kekentalan dari salad dressing ini
diatur oleh cuka. Berikut merupakan hasil pengamatan pembuatan salad dressing
dan mayonnaise.
Tabel 1. Karakteristik Mayonnaise 1 dan 2Karakteristik Mayonnaise 1 Mayonnaise 2
Warna Kuning (+++) Kuning (+++)Rasa Khas mayonnaise Khas mustard
Aroma Sedikit asam Sedikit asamTekstur Lembut Lembut
Kekentalan Kental (+++) Kental (+)Sumber : Dokumentasi Pribadi (2014)
Tabel 2. Karakteristik Salad dressing 1 dan 2Karakteristik Salad dressing 1 Salad dressing 2
Warna Kuning pucat Kuning pucatRasa Khas mayonnaise Asin
Aroma Aroma butter AmisTekstur Berpasir Berbusa
Kekentalan Kental CairSumber : Dokumentasi Pribadi (2014)
Berdasarkan hasil pengamatan, dapat dilihat pada tabel 1 terdapat
perbedaan antara mayonnaise 1 dan 2 dari segi rasa dan kekentalan. Kedua
mayonnaise tersebut sama-sama berwarna kuning karena menggunakan mustard
dan juga penggunaan kuning telur dengan minyak nabati, dimana keduanya
memiliki warna kuning, dan pada minyak nabati adanya panas yang berasal dari
pengocokkan tadi dapat menyebabkan warna memudar, sehingga dengan
dipadukan dengan kuning telur didapatkan warna kuning yang cerah. Rasa pada
mayonnaise 1 khas mayonnaise sedangkan pada mayonnaise 2 khas mustard.
Perbedaan rasa ini disebabkan oleh banyaknya takaran mustard yang
ditambahkan. Mayonnaise 2 lebih banyak ditambahkan mustard daripada
mayonnaise 1 sehingga rasa mustardnya lebih kuat. Kedua mayonnaise ini
memiliki tekstur yang lembut namun terdapat perbedaan pada kekentalannya.
Mayonnaise 1 lebih kental dibandingkan dengan mayonnaise 2. Hal ini mungkin
disebabkan oleh banyaknya minyak yang ditambahkan selama pengadukan.
Berdasarkan hasil pengamatan karakteristik salad dressing pada tabel 2
dapat dilihat bahwa terdapat perbedaan diantara keduanya. Salad dressing 2 dapat
Hafizha M Putri240210120037
dikatakan gagal karena tekstur akhir, rasa, aroma, kekentalan, dan warna yang
didapatkan tidak sesuai dengan salad dressing pada umumnya. Tekstur cair ini
disebabkan oleh pecahya emulsi saat pengadukan selain itu juga disebabkan
adanya kesalahan saat perhitungan takaran bahan yang akan digunakan sehingga
perbandingan yang digunakan tidak pas. Berbeda dengan salad dressing 1 yang
memiliki rasa, warna, aroma, tekstur, dan kekentalan pada umumnya. Hanya saja
salad dressing 1 ini memiliki tekstur berpasir karena pengadukan gula yang
kurang merata.
Hafizha M Putri240210120037
V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Baik kuning telur maupaun mustard merupakan bahan-bahan yang
dapat berfungsi sebagai emulsifier.
Secara mekanis pengocokkan ini akan menghasilkan panas, yang dapat
memepengaruhi produk baik dari segi rasa, aroma, bahkan sampai
kekelentalan.
Warna kuning didapatkan dari kuning telur dan kombinasinya dengan
bahan lain seperti minyak sayur ataupun mustard menghasilkan warna
kuning yang tertentu.
Penambahan minyak selain untuk warna juga untuk memepengaruhi
konsistensi bahan, dimana semakin baik konsistensinya akan semakin
baik juga tekstur dan kekentalannya sehingga daya olesnya pun makin
baik juga.
Kuantitas dari bahan yang ditambahkan dapat mempengaruhi produk,
sehingga komposisi bahan harus juga diperhatikan.
5.2 Saran
Perhitungan takaran harus lebih teliti lagi agar tidak terjadi kegagalan
saat praktikum
Penambahan minyak sebaiknya dilakukan setetes demi setetes agar
emulsi yang sudah terbentuk tidak hancur
Hafizha M Putri240210120037
DAFTAR PUSTAKA
Bernasconi. 1995. Teknologi Pangan. Gramedia, Jakarta.
Gamman, P. M. 1992. Ilmu Pangan Nutrisi Dan Mikrobiologi. UGM-Press, Yogyakarta.
Maxes, P.A. 1984. Ilmu Pangan. Gramedia, Jakarta.