ekstraksi minyak dan lemak

32
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Minyak dan lemak merupakan salah satu sumber energi yang penting bagi manusia. Minyak dan lemak hanya dibedakan dari bentuk dan sumbernya : minyak berbentuk cair pada suhu kamar dan umumnya berasal dari tumbuhan (minyak nabati), sedangkan lemak berbentuk padat dan umumnya berasal dari hewan (lemak hewani). Lemak dan minyak disusun dari trigliserida. Trigliserida terdiri dari gliserol dan asam-asam lemak. Asam-asam lemak mengadakan esterifikasi dengan ketiga gugus hidroksil dari gliserol. Minyak dan lemak atau lipida pada umumnya tidak larut dalam air tetapi larut dalam pelarut-pelarut organik. Pemilihan bahan pelarut yang paling sesuai untuk ekstraksi lipida adalah menentukan derajat polaritasnya. Pada dasarnya suatu bahan akan mudah larut karena derajat polaritas lipida berbeda-beda, maka tidak ada bahan pelarut umum untuk semua macam lipida. Begitupun dengan

Upload: afida-tul-hasanah

Post on 16-Jan-2016

109 views

Category:

Documents


6 download

DESCRIPTION

penentuan ekstraksi minyak dan lemak

TRANSCRIPT

Page 1: Ekstraksi Minyak Dan Lemak

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Minyak dan lemak merupakan salah satu sumber energi yang penting bagi

manusia. Minyak dan lemak hanya dibedakan dari bentuk dan sumbernya : minyak

berbentuk cair pada suhu kamar dan umumnya berasal dari tumbuhan (minyak

nabati), sedangkan lemak berbentuk padat dan umumnya berasal dari hewan (lemak

hewani). Lemak dan minyak disusun dari trigliserida. Trigliserida terdiri dari gliserol

dan asam-asam lemak. Asam-asam lemak mengadakan esterifikasi dengan ketiga

gugus hidroksil dari gliserol.

Minyak dan lemak atau lipida pada umumnya tidak larut dalam air tetapi larut

dalam pelarut-pelarut organik. Pemilihan bahan pelarut yang paling sesuai untuk

ekstraksi lipida adalah menentukan derajat polaritasnya. Pada dasarnya suatu bahan

akan mudah larut karena derajat polaritas lipida berbeda-beda, maka tidak ada bahan

pelarut umum untuk semua macam lipida. Begitupun dengan pelarut, memiliki

kepolaran yang berbeda sehingga dengan demikian pelarut memiliki kemampuan

yang berbeda-beda dalam melarutkan minyak.

Ekstraksi merupakan salah satu metode pemisahan senyawa, dalam ekstraksi

pelarut perbandingan konsentrasi zat dalam pelarut organik dengan zat dalam pelarut

air menjadi bagian yang penting. Zat-zat yang polar akan larut dalam pelarut yang

juga bersifat polar (air), sedangkan zat-zat yang non polar akan larut dalam pelarut

yang bersifat non polar pula (pelarut organik). Berdasarkan teori tersebut maka

diadakanlah percobaan ini untuk melihat dan mengetahui kelarutan beberapa pelarut

dengan minyak/lemak serta pelarut yang baik untuk ekstraksi minyak dan lemak.

Page 2: Ekstraksi Minyak Dan Lemak

1.2 Maksud dan Tujuan Percobaan

1.2.1 Maksud Percobaan

Untuk mempelajari dan memahami prosedur ekstraksi minyak/lemak

dengan menggunakan berbagai macam pelarut, dan mengetahui jenis pelarut yang

baik untuk ekstraksi minyak dan lemak

1.2.2 Tujuan Percobaan

Adapun tujuan dari percobaan ini yaitu:

1. Menentukan kelarutan minyak dan lemak dengan menggunakan berbagai macam

pelarut.

2. Menentukan dan mengetahui jenis pelarut yang baik untuk minyak dan lemak.

1.3 Prinsip Percobaan

1. 3. 1 Kelarutan Minyak dan Lemak

Melarutkan minyak/lemak dalam pelarut air, butanol, n-heksana, kloroform

dan menghitung diameter noda muncul setelah larutan tersebut diteteskan di atas

kertas saring yang dikeringkan dalam oven.

1. 3. 2 Ekstraksi Minyak dan Lemak

Menambahkan n-heksana dan kloroform pada campuran air dan minyak

serta memisahkan fasa organik dan fasa air sebanyak dua kali. Kemudian fasa

organiknya digabungkan. Pada setiap penambahan baik n-heksana maupun kloroform

dan gabungan antara kedua fasa organik diambil sebanyak 3 tetes dan diteteskan di

atas kertas saring dan dikeringkan dalam oven lalu diukur diameter noda yang

muncul.

Page 3: Ekstraksi Minyak Dan Lemak

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Umum Minyak dan Lemak

Lemak dan minyak termasuk golongan lipida sederhana. Istilah lipida

menunjuk ke zat-zat yang dapat diekstraksi dari materi hidup dengan menggunakan

pelarut hidrokarbon seperti benzene, etil eter, atau kloroform. Fungsi lipida

diantaranya : penyimpan energi dan transport, sebagai kulit pelindung yang

merupakan komponen dinding sel. Asam lemak merupakan asam karboksilat alifatik

berantai panjang adalah salah satu jenis utama dari lipida (Page, 1998).

Lipida ditandai dengan sifatnya yang sedikit larut dalam air dan banyak

larut dalam pelarut organik, sifat fisik yang mencerminkan sifat hidrofobik dari

struktur hidrokarbon. Lipida dapat diklasifikasikan menjadi : asil gliserol, fospolipid,

glikolipid, terpenoid lipid, termasuk karotenoid dan steroid. Semuanya tersebar luas

di alam (Conn, 1976).

Asam lemak dapat didefinisikan sebagai asam yang berasal dari trigliserida

alami, dan merupakan asam monokarboksilat berantai lurus. Asam lemak pada

umumnya mempunyai jumlah atom karbon genap. Asam lemak ada yang sifatnya

jenuh dan ada pula yang tidak jenuh, serta beberapa diantaranya mengandung gugus

subtituen seperti hidroksil, atau gugus keto (Kleiner, 1962).

Kebanyakan asam lemak jenuh dan tidak jenuh ditemukan dalam lemak

alami. Asam kaprat, laurat, miristat, dan asam arakidat termasuk dalam kelompok

asam lemak jenuh. Sedangkan asam arakidonat termasuk dalam kelompok asam

lemak tak jenuh. Dua asam lemak siklik salah satu diantaranya adalah asam lemak

Page 4: Ekstraksi Minyak Dan Lemak

siklik tak jenuh yaitu asam kaulmoograt yang merupakan pereaksi penting untuk

pengobatan penyakit kusta (Kleiner, 1962).

Sifat-sifat fisik lemak netral mencerminkan susunan asam lemak dari lemak.

sebagai dalil umum adalah titik lebur suatu asam lemak berkurang dengan

bertambahnya ketidak jenuhan dan berkurangnya bobot molekularnya. Rendahnya

titik lebur dari asam lemak tak jenuh mungkin disebabkan oleh ukurannya yang besar

yang sesuai dengan struktur molekular oleh ikatan-ikatan rangkap karbon-karbon

dalam konfigurasi cis pada asam-asam lemak alamiah (Page, 1998).

Lemak merupakan salah satu sumber energi yang penting bagi makhluk hidup

termasuk manusia, tetapi jika jumlahnya berlebihan maka dapat juga menyebabkan

suatu penyakit. Misalnya penyakit kolesterol yang dikaitkan dengan kelainan pada

konsentrasi relatif lipida terutama kolesterol dan fospolipid. Misalnya dalam

penelitian yang dilakukan di India yang berjudul hubungan antara serum lipid dengan

komponen glukosa dalam uji penyakit choleolithis. Penelitian ini dilakukan untuk

mengetahui kadar serum lipid, kolesterol total, dan trigliserida. Penelitian ini

bertujuan untuk menemukan cara untuk mengobati orang-orang yang memiliki

penyakit choleolithis dengan cara mengubah glukosa dan metabolisme lipid saat

mengobati pasien (Virupaksha, 2011).

Seperti yang tertera di atas bahawa minyak bisa saja menyebabkan suatu

penyakit, tetapi minyak/lemak juga sangat bermanfaat. Minyak dapat diperoleh dari

tanaman bunga misalnya melati. Di Indonesia pemanfaatan bunga melati masih

terbatas sebagai pewangi teh, dekorasi dan bunga tabur. Sebagai bunga yang harum,

melati sangat potensial untuk bahan baku minyak melati. Oleh karena itu, dilakukan

penelitian pembuatan minyak atsiri dari bunga melati dengan menggunakan metode

enfleurasi dan pelarut menguap, pengaruh komposisi lemak dan pelarut terhadap

Page 5: Ekstraksi Minyak Dan Lemak

rendemen dan mutu minyak atsiri yang dihasilkan serta membandingkan aroma

terbaik yang mendekati aroma dari bahan baku. Kualitas minyak atsiri yang

dihasilkan lebih bagus menggunakan metode enfleurasi serta rendemen yang yang

diperoleh lebih besar (Sani, 2012).

Sebagaimana dijelaskan pada paragraf sebelumnya, minyak/lemak dapat

diperoleh dari tanaman. Cara memperolehnya bisa saja dengan menggunakan

beberapa macam metode salah satunya adalah dengan ekstraksi. Pemisahan dengan

metode ekstraksi dilakukan untuk memisahkan zat dari suatu bahan baik itu organic

ataupun anorganik yang tidak dapat bercampur dengan baik. Pada prinsipnya, partisi

dari zat terlarut anatara fasa air dan fasa organik dalam sebuah sistem keseimbangan

diatur oleh hukum distribusi. Jika zat terlarut terdistribusi dalam air dan organik

maka sistem keseimbangannya dapat dituliskan sebagai berikut :

A (aq) A (org)

dimana huruf dalam kurung mengacu pada fasa air dan organik. Tetapan

kesetimbangan (K) dapat dituliskan sebagai berikut (Skoog, ) :

Metode ekstraksi ini juga bisa digunakan untuk pengolahan limbah. Misalnya

limbah biji buah kakao, Indonesia sebagai penghasil kakao ketiga terbesar ketiga

didunia berpotensi menghasilkan limbah berupa kulit biji buah kakao. Kulit biji buah

kakao mengandung protein yang dapat dimanfaatkan sebagai pakan ternak serta

theobromine yang dapat digunakan sebagai produk farmasi. Theobromine dari kulit

biji buah kakao dapat dipisahkan melalui proses ekstraksi. Salah satu faktor yang

mempengaruhi proses ekstraksi adalah jenis pelarut (Hartati, 2012).

Page 6: Ekstraksi Minyak Dan Lemak

Faktor-faktor lain yang mempengaruhi ekstraksi antara lain : konsentrasi,

waktu ekstraksi, dan suhu ekstraksi. Semua faktor-faktor tersebut berpengaruh

terhadap efisiensi ekstraksi. Misalnya pada penelitian pengujian efek konsentrasi

etanol, waktu ekstraksi, dan suhu ekstraksi pada pada pemulihan senyawa fenolik dan

kapasitas antioksidan dari ekstrak Orthosiphon stamineus. Pada penelitian ini

diperoleh bahwa kondisi optimal untuk ekstraksi fenolik dari O. stamineus adalah

40% etanol dengan waktu ekstraksi 120 menit pada suhu ekstraksi sekitar 65 0C

(Chew, 2011).

Ekstraksi suatu zat adalah salah satu jenis pemisahan berdasarkan perbedaan

kelarutan zat terlarut. Misalnya kelarutan vitamin dalam lemak. pada penelitian yang

dilakukan oleh Clark, yaitu menguji tentang pengaruh suhu dan cahaya terhadap

stabilitas vitamin larut dalam lemak yang berada dalam darah selama 7 hari. Dalam

seluruh darah yang disimpan di bawah salah satu dari empat kondisi hingga 7 hari,

konsentrasi dari α-karoten, β-karoten, lutein, lycopene, retinol, dan α-tokoferol

diubah oleh kurang dari 8%, dan γ- tokoferol kurang dari 11%. Meskipun efek suhu

yang signifikan yang diamati untuk α-karoten, dan α-dan γ-tokoferol, dan efek

cahaya yang signifikan diamati untuk α-karoten, lycopene tersebut diubah oleh

kurang dari 1% per hari dalam semua kondisi (Clark, 2004).

Konsep baru dari kelarutan menyatakan bahwa semua zat baik padatan, cair

ataupun gas memiliki laju kelarutan dan karenanya, larutan yang mengandung

berbagai zat terlarut dalam cairan apa pun dapat meningkatkan kelarutan obat larut

buruk. Teknik pada konsep baru ini, dapat digunakan dalam formulasi injeksi obat

larut bubuk untuk mengurangi konsentrasi pelarut (digunakan untuk peningkatan

kelarutan) untuk meminimalkan efek racun. Misalnya di sebagian besar metode

solubilisasi berair, konsentrasi tinggi aditif diperlukan untuk menghasilkan

Page 7: Ekstraksi Minyak Dan Lemak

peningkatan yang cukup dalam kelarutan obat yang sukar larut dalam air. Dalam hal

ini , agen pelarut yang digunakan untuk memberikan kelarutan diinginkan untuk obat

yang sukar larut dapat menghasilkan toksisitas sendiri (Maheswari, 2012).

Kelarutan sangat penting dalam sejumlah besar disiplin ilmu dan aplikasi

praktis, mulai dari pengolahan bijih, penggunaan obat-obatan, dan transportasi

polutan. Pembubaran alat pengujian telah menjadi bagian integral dari kontrol

kualitas, meskipun metode resmi yang digunakan, tidak terdapat metode standar

untuk evaluasi bentuk sediaan padat. Metode dan standar, yang berkorelasi baik

dengan data harus dimanfaatkan. Pengetahuan tidak hanya bertindak sebagai alat

tetapi juga membantu dalam studi preformulation dan dalam memahami peran

biofarmasi (Sisodiya, 2011).

Page 8: Ekstraksi Minyak Dan Lemak

BAB III

METODE PERCOBAAN

3.1 Bahan Percobaan

Bahan-bahan yang digunakan dalam percobaan ini adalah minyak kopra,

minyak wijen, minyak sawit, VCO, akuades, n-butanol, n-heksana, kloroform, kertas

saring dan tissue roll.

3.2 Alat Percobaan

Alat-alat yang digunakan pada percobaan ini adalah tabung reaksi, rak

tabung reaksi, pipet tetes, pipet skala 1 mL, penggaris, 3 pasang cawan petri, dan

oven.

3.3 Prosedur Kerja

3. 3. 1 Kelarutan Minyak dan Lemak

Disiapkan 4 buah tabung reaksi, pada tabung reaksi (I) diisi akuades, tabung

reaksi (II) diisi dengan n-butanol, tabung reaksi (III) diisi dengan kloroform, tabung

reaksi (IV) diisi dengan n-heksana, masing-masing sebanyak 1 mL. Kemudian

masing-masing tabung reaksi ditambahkan minyak wijen. Campuran tersebut

dikocok, kemudian dipipet dan diteteskan pada kertas saring. Dikeringkan dalam

oven dan diukur diameter noda yang dihasilkan. Langkah kerja di atas diulangi

dengan menggunakan sampel yang lain (minyak kopra, VCO, dan minyak sawit).

3. 3. 2 Ekstraksi minyak dan lemak

Campuran minyak wijen dan air dimasukkan kedalam tabung reaksi,

kemudian ditambahkan n-heksana. Dikocok-kocok kemudian didiamkan hingga

Page 9: Ekstraksi Minyak Dan Lemak

terbentuk 2 lapisan. Fasa organik I dipipet dan diteteskan pada kertas saring dan

dikeringkan dalam oven. Kemudian diukur diameter noda yang muncul. Setelah itu

fasa air ditambahkan lagi dengan 1 mL n-heksana, kemudian dikocok. Fasa organik

II kemudian diteteskan pada kertas saring lalu dikeringkan dalam oven. Setelah

kering diukur diameter noda yang muncul.

Fasa organik 1 dan 2 kemudian digabungkan, dikocok lalu diteteskan pada

kertas saring sebanyak 3 tetes dan dikeringkan dalam oven. Setelah itu diukur

diameter noda yang muncul. Fasa air dipipet 3 tetes dan diteteskan pada kertas

saring, lalu dikeringkan dalam oven dan diukur diameter nodanya setelah kering.

Langkah di atas diulangi dengan menggunakan sampel yang lain (minyak kopra,

minyak sawit, dan VCO).

Page 10: Ekstraksi Minyak Dan Lemak

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil

4.1.1 Kelarutan Minyak dan Lemak

Kelarutan zat terlarut adalah jumlah maksimum zat terlarut yang akan larut

dalam jumlah tertentu pelarut. Banyak faktor yang mempengaruhi nilai numerik dari

kelarutan suatu larutan dalam pelarut tertentu, termasuk sifat dari pelarut itu sendiri,

Contohnya sifat kepolaran, zat-zat yang polar akan larut dengan baik dalam pelarut

polar dan sebaliknya zat-zat nonpolar akan larut dengan baik dalam pelarut nonpolar.

Misalnya alkohol dengan air yang sama-sama bersifat polar. Sampel-sampel yang

digunakan yaitu minyak wijen, minyak kopra, VCO, dan minyak sawit. Masing-

masing sampel dimasukkan dalam tabung reaksi lalu dicampur dengan pelarut-

pelarut yang digunakan. Campuran dalam tabung reaksi lalu diteteskan 3 tetes pada

kertas saring kemudian dikeringkan dalam oven. Setelah itu diameter noda yang

terbentuk pada masing-masing kertas saring diukur. Adapun hasil pengukuran

diameter noda yang dihasilkan adalah sebagai berikut:

Tabel 1. Kelarutan Minyak dan Lemak

PelarutDiameter noda (cm)

Minyak Wijen

Minyak Kopra VCOMinyak sawit

Keterangan

Air

n-butanol

n-heksana

Kloroform

-

4

4,5

4,5

1

6,1

3,4

4

3,6

5

3,9

4,3

1,1

4

3,5

2,2

Tidak larut

Larut

Larut

Larut

Page 11: Ekstraksi Minyak Dan Lemak

CH2

CH

O C

O

R1

O C

O

R2

CH2 O C

O

R3

H2O

4.1.2 Ekstraksi Minyak dan Lemak

Ekstraksi adalah salah satu jenis pemisahan. Ekstraksi minyak dan lemak

merupakan suatu cara untuk mendapatkan minyak atau lemak dari bahan yang diduga

mengandung minyak atau lemak. Adapun cara ekstraksi ini bermacam-macam, yaitu

rendering (dry rendering dan wet rendering), mechanical expression dan solvent

extraction. Pada percobaan ekstraksi, minyak/lemak diuji dengan cara diekstraksi

dengan berbagai pelarut. Pelarut yang digunakan yaitu pelarut organik kloroform

dan n-heksana. diameter noda yang dihasilkan, yaitu seperti yang terdapat dalam

tabel di bawah:

Tabel 2. Hasil pengamatan Ekstraksi minyak dan lemak

Lapisan Diameter (cm)

Minyak kopra Minyak VCO Minyak

wijen sawit

Air - - 1,6 5

(kloroform) 3 3,6 2 1

n-heksana - - 1,6 5

campuran 2,5 3,7 1,5 1,7

4.2 Reaksi

a. Minyak dengan air

Page 12: Ekstraksi Minyak Dan Lemak

b. Minyak dengan n-butanol

c. Minyak dengan n-heksana

d. Minyak dengan kloroform

4.3 Pembahasan

4.3.1 Kelarutan Minyak dan Lemak

Pada uji kelarutan minyak dan lemak dalam percobaan ini digunakan minyak

wijen, dimana minyak ini dimasukkan kedalam 4 buah tabung reaksi masing-masing

1 mL. Kemudian ditambahkan dengan (air, kloroform, n-butanol, n-heksana pada

masing-masing tabung reaksi), dengan volume masing-masing 1 mL. Kemudian

dikocok hingga terbentuk 2 fasa (fasa organik dan fasa air). Setelah itu dari masing-

masing tabung dipipet dan diteteskan 3 tetes pada kertas saring. Selanjutnya

Page 13: Ekstraksi Minyak Dan Lemak

dikeringkan dalam oven. Setelah kering diukur diameter noda yang muncul pada

masing-masing kertas saring. Setelah semua hal di atas dilakukan maka diperoleh

data untuk minyak wijen diameter noda untuk masing-masing pelarut (air, n-heksana,

n-butanol, dan kloroform) berturut-turut adalah 0 cm, 4,5 cm, 4 cm, dan 4,5 cm.

Minyak kopra, diameter untuk masing-masing pelarut (air, n-heksana, n-butanol, dan

kloroform) berturut-turut adalah 1 cm, 3,4 cm, 6,1 cm, dan 4 cm. Minyak sawit,

diameter untuk masing-masing pelarut (air, n-heksana, n-butanol, dan kloroform)

berturut-turut adalah 1,1 cm, 3,5 cm, 4 cm, dan 2,2 cm. Sedangkan untuk VCO,

diameter untuk masing-masing pelarut (air, n-heksana, n-butanol, dan kloroform)

berturut-turut adalah 3,6 cm, 3,9 cm, 5 cm, dan 4,3 cm. Dari data di atas bisa dilihat

bahwa kertas saring yang ditetesi dengan air hanya menghasilkan sedikit noda dan

bahkan ada yang tidak memiliki noda. Sedangkan untuk pelarut yang lain

menghasilkan banyak noda.

Banyaknya noda yang terbentuk menendakan bahwa pelarut yang digunakan

tersebut merupakan pelarut yang baik contohnya dari data diatas yang paling banyak

menghasilkan noda adalah kloroform dan artinya kloroform adalah pelarut yang baik

untuk mengekstraksi minyak dan lemak. Hal ini disebabkan karena minyak

terdistribusi secara merata dalam kloroform sehingga pada saat dikeringkan dalam

oven dengan suhu hanya sekitar 60-70 0C, belum menguap sehingga meninggalkan

noda. Sedangkan air tidak bisa menyatu dengan minyak hal ini dibuktikan dengan

sedikitnya noda dan bahkan tidak adanya noda yang dihasilkan pada kertas saring.

Hal ini disebabkan karena air memiliki titik didih yang lebih rendah jika

dibandingkan dengan kloroform sehingga air lebih cepat menguap pada suhu sekitar

60-70 0C, sehingga hanya sedikit atau bahkan tidak meninggalkan noda sama sekali.

Hasil ini sesuai dengan teori bahwa air memang bukan pelarut yang baik untuk

Page 14: Ekstraksi Minyak Dan Lemak

minyak karena air bersifat polar sedangkan minyak non polar berbeda dengan

kloroform, yang bersifat sama dengan minyak yaitu non polar sehingga minyak larut

dengan baik dalam kloroform.

4.3.2 Ekstraksi Minyak dan Lemak

Pada percobaan ekstraksi minyak dan lemak campuran air dan minyak

diambil dan ditambahkan dengan 1 mL kloroform. Kemudian dikocok hingga

terbentuk 2 fasa (fasa organik dan fasa air), kedua fasa ini kemudian dipisahkan dan

fasa organiknya diambil dengan pipet lalu diteteskan pada kertas saring dan

dikeringkan dalam oven. Setelah kering diukur diameter noda yang ada. Fasa air

yang tinggal ditambahkan lagi dengan n-heksana, seperti diatas dikocok, kemudian

dipisahkan lagi kedua fasa yang terbentuk menjadi fasa organik 2 dan fasa air.

Diambil dan diteteskan pada kertas saring 3 tetes, kemudian dikeringkan dalam oven.

Setelah kering diukur diameter noda yang ada. Fasa organik 1 dan 2 kemudian

digabung dan dikocok, diambil dengan pipet lalu diteteskan sebanyak 3 tetes pada

kertas saring. Dikeringkan dalam oven. Setelah kering diukur diameter noda yang

terbentuk. Begitu pula perlakuan yang diberikan pada fasa air. Setelah diukur

diperoleh data : minyak kopra, diameter noda untuk pelarut (n-heksana, kloroform

dan air) berturut-turut adalah 2,5 cm, 3 cm, tidak ada noda. Untuk minyak wijen,

diameter noda untuk pelarut (air, kloroform, n-heksana) berturut-turut adalah tidak

ada noda, 3,6 cm, dan 3,7 cm. Untuk VCO, diameter noda untuk pelarut (air,

kloroform, n-heksana) berturut-turut adalah 1,6 cm, 2 cm, dan 1,5 cm. Untuk minyak

sawit diameter noda untuk pelarut (air, kloroform, n-heksana) berturut-turut adalah 5

cm, 1 cm, dan 1,7 cm. Berdasarkan data yang diperoleh tersebut dapat dilihat

ketidaksesuaian antara teori dan hasil yang diperoleh karena menurut teori bahwa

Page 15: Ekstraksi Minyak Dan Lemak

yang menghasilkan banyak noda adalah pelarut yang baik dan pada pecobaan uji

kelarutan sebelumnya kloroform merupakan jenis pelarut yang baik dibandingkan

dengan air. Sedangkan pada percobaan ini air justru menghasilkan noda lebih banyak

dari kloroform. Hal ini disebabkan kesalahan-kesalahan yang berlangsung selama

percobaan. Diantaranya yaitu, pada saat pemisahan fasa organik dan air sebagian fasa

organik masih tertinggal bersama air. Hal lainnya adalah pada saat memisahkan fasa

atau mengambil pelarut hanya memakai pipet yang sama dan tidak dicuci sebelum

digunakan kembali.

Page 16: Ekstraksi Minyak Dan Lemak

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil percobaan yang diperoleh dapat disimpulkan bahwa :

1. Pelarut yang baik digunakan untuk ekstraksi minyak dan lemak yaitu dengan

urutan n-butanol, kloroform, n-heksana, dan air.

2. Pelarut yang baik untuk mengekstraksi minyak dan lemak adalah n-butanol.

5.2 Saran

Sebaiknya percobaan ini juga menggunakan lemak karena judulnya adalah

ekstraksi minyak dan lemak tetapi yang digunakan hanya sampel minyak.

Sebaiknya laboratorium menyediakan bahan yang bagus agar kesalahan

yang terjadi pada saat praktikum dapat diminimalisir.

Sebenarnya asisten sudah cukup baik menjelaskan semuanya dengan sangat

jelas. Semoga kedepannya semakin baik.

Page 17: Ekstraksi Minyak Dan Lemak

DAFTAR PUSTAKA

Chew K.K., Khoo M. Z., Ng S.Y., Thoo Y. Y., Wan Aida W. M., Ho C. W., 2011, Effect of ethanol concentration, extraction time and extraction temperature on the recovery of phenolic compounds and antioxidant capacity of Orthosiphon stamineus extracts, International Food Research Journal, 18 (4): 1427-1435.

Clark S., Youngman D. L., Chukwurah B., Palmer A., Parish S., Peto R., Collins R., 2004, Effect of temperature and light on the stability of fat-soluble vitamins in whole blood over several days: implications for epidemiological studies, International Epidemiological Association, 33 (3) : 518-525.

Conn E. E., dan Stumpf P. K., 1976, Outlines of Biochemistry Third Edition, John Wiley and Sons, Inc., New York.

Hartati, 2012, Prediksi Kelarutan Theobromine Pada Berbagai Pelarut Menggunakan Parameter Kelarutan Hildebrand, Momentum, 8 (1) : 11-16.

Virupaksha H.S., Rangaswami M., Deepa K., Goud M. B. K., Bhavna N., 2011, Correlation of Serum Lipids and Glucose Tolerance Test in Cholelithiasis, International Journal of Pharma and Bio Sciences, 2 (1) : 224-228.

Kleiner I. S., dan Orten J. M., 1962, Biochemistry, The C. V. Mosby Company, New York.

Maheswari R. K., and Shilpkar R., 2012, Formulation Development and Evaluation of Injection of Poorly Soluble Drug Using Mixed Solvency Concept, International Journal of Pharma and Bio Science, 3 (1) : 179-189.

Page D. S., 1989, Prinsip-Prinsip Biokimia, Erlangga, Jakarta.

Sani N. S., Racchmawati R., and Mahfud, 2012, Pengambilan Minyak Atsiri dari Melati dengan Metode Enfleurasi dan Ekstraksi Pelarut Menguap, Jurnal Teknik Pomits, 1 (1) : 1-4.

Sisodiya D. S., Patel R., Nigam A., 2011, Solubility and Dissolution, International Journal of Research and Reviews in Pharmacy and Applied science, 2 (2) : 305-341.

Skoog D. A., West Donald M., Holler F. James, Crouch Stanley R., 2009, Analytical Chemistry, Thomson Brooks/cole, Australia.

Page 18: Ekstraksi Minyak Dan Lemak
Page 19: Ekstraksi Minyak Dan Lemak

LAMPIRAN

Lampiran 1. Bagan Kerja Kelarutan Minyak dan Lemak

Page 20: Ekstraksi Minyak Dan Lemak

Lampiran 2. Bagan Kerja Ekstraksi Minyak dan Lemak

Page 21: Ekstraksi Minyak Dan Lemak

LEMBAR PENGESAHAN

Makassar, 10 Maret 2014

Asisten Praktikan

MUH. ADE ARTASASTA SITTI MASITA

Page 22: Ekstraksi Minyak Dan Lemak

LAPORAN PRAKTIKUM

EKSTRAKSI MINYAK DAN LEMAK

NAMA : SITTI MASITA

NIM : H311 12 252

KELOMPOK : II (DUA)

HARI / TGL. PERC. : RABU/ 05 MARET 2014

ASISTEN : SITTI MASITA

LABORATORIUM BIOKIMIAJURUSAN KIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAMUNIVERSITAS HASANUDDIN

MAKASSAR2014