paper kunjungan salatiga (daru) edisi revisi ok.doc
TRANSCRIPT
PAPER KUNJUNGAN SALATIGA
EDISI REVISI
Mata kuliah Analisis Lingkungan BisnisPengampu: Drs.Bambang Sarosa, MSi
Oleh :
Daru Gravianto S4111057
PROGRAM PASCASARJANA MAGISTER MANAJEMEN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2012
Artikel ini mengulas kondisi kehidupan masyarakat pedesaan yang melalui peran
perempuan untuk memperoleh pendapatan bagi rumah tangganya, walau hanya sekedar untuk
menambah uang lauk atau memberi uang jajan sekolah bagi anak-anaknya.
Lokasi yang akan dilakukan pengamatan ada di salah satu sudut wilayah kota
Salatiga. Dimana di desa tersebut perempuan tampil hampir di semua kegiatan ekonomis.
Dalam hal memenuhi kebutuhan hidup, kedudukan perempuan pada umumnya tidaklah
begitu berbeda dibanding laki-laki.
Lebih tepatnya lagi kita mengunjungi masyarakat binaan Grameen Foundation.
Grameen Foundation merupakan lembaga pembiayaan yang memberikan dana kepada
masyarakat kurang mampu di daerah pedesaan terutama bagi ibu-ibu rumah tangga yang
tidak berpenghasilan tetap, dimana dengan tujuan agar bisa sedikit merubah dan meringankan
beban kehidupan-nya khususnya masalah ekonomi.
Sejarah Singkat Bank Grameen - Keberhasilan Grameen Bank dan pendirinya
Muhammad Yunus terbukti dengan secara bersama meraih penghargaan Nobel Perdamaian
Tahun 2006, bahkan Muhammad Yunus diberi gelar “Bankir Rakyat Miskin” oleh
masyarakat dunia, dalam bentuk lebih dari 30 penghargaan internasional dan sekitar 27 gelar
kehormatan dari berbagai perguruan tinggi di dunia.
Muhammad Yunus adalah seorang dosen di bidang ekonomi pada University of
Chittagong (Bangladesh), lulusan Vanderbilt University (1969) di AS. Krisis kelaparan pada
tahun 1974 di Bangladesh melahirkan sebuah penelitian yang dilakukan oleh Muhammad
Yunus dalam bidang ekonomi pedesaan, menjadi titik awal diluncurkannya sebuah proyek
kredit mikro untuk kaum miskin pedesaan. Proyek ini mendapat sambutan yang baik dari
masyarakat dan kemudian diformalkan menjadi sebuah institusi legal yang bernama Grameen
Bank pada tahun 1976. “Grameen” dalam bahasa Bengali berarti “nagari”, “desa” atau
“pedesaan”.
Muhammad Yunus dan Grameen Bank telah berhasil membuktikan bahwa gerakan
nyata untuk mendayagunakan ekonomi masyarakat pedesaan bisa berjalan. Salah satu ciri
unik Grameen Bank adalah pola pemberian kreditnya yang disandarkan pada
pembentukan kelompok kecil penerima kredit. Satu kelompok terdiri dari lima orang yang
saling bantu dan mengawasi dalam proses income generating. Hanya dua orang dari mereka
yang diperkenankan meminta kredit dari bank, dan jika mereka tidak bermasalah dalam
pengembalian kreditnya, dua orang lainnya dalam kelompok boleh ikut meminjam, dan jika
semua sukses si orang kelima bisa mengajukan kredit pada bank.
Dilihat dari sejarah singkat tadi maka kegiatan di Salatiga merupakan adopsi dari
sistem dan pola yang sudah terbentuk secara global, sehingga dengan sukses pula di negara
lain mengapa di negara kita tidak, salah satunya di Salatiga tersebut. Dimana secara tidak
langsung Bangladesh dan Indonesia memliki kultur yang mirip, sehingga tidak sulit diterap di
Indonesia. Mengingat pula penekananya pada peran serta perempuan dan dengan status
miskin, maka tidaklah sulit untuk penerapan dalam jangka panjang.
Hanya saja disini ( Salatiga / Indonesia) beberapa kendala yang dihadapi adalah
perilaku dan pola pikir yang terbentuk oleh masyarakat itu sendiri. Sehinggga ketika sistem
dan pola bank grameen mau diterapkan selain adanya pengucuran kredit, perlu dibentuk pula
penataan perilaku atau penambahan wawasan melalui sisi psikologis, lebih lengkap akan
dikemukakan pada PEMBAHASAN berikut ini.
PEMBAHASAN
1. Petikan artikel menyebutkan bahawa “Kemampuan luar biasa dan semangat
Grameen Bank berakar pada komitmen totalnya pada para peminjam ...”. Dari
keterangan dan informasi yang digali Grameen Foundation Salatiga ini sudah
mengghasilkan perputaran uang senilai 200 juta rupiah dari modal awal 60 juta,
walau berlangsung lama yaitu sekitar kurang lebih 6-9 tahun untuk menghasilkan
nilai tersebut. Tetapi apa yang dilihat adalah sebuah komitmen para peminjam
sehingga artinya bahwa peminjam kredit serius berdedikasi untuk mengahsilkan
pengghasilan bagi rumah tangganya. Sehingga dengan sebuah komitmen usaha
kecil rumah tangga dapat berkembang dari tahun ke tahun.
2. Pada dasarnya keberhasilan bank Grameen adalah Pendampingan secara ketat adalah
kunci kepastian tingkat pengembalian pinjaman. Bank menggunakan sistem “kelompok
solidaritas”. Kelompok informal kecil ini mengajukan pinjaman bersama dan sama-sama
menjadi penjamin pengembalian kredit. Mereka bersama-sama pula menjaga dan
memberdayakan pinjaman, sehingga menjadi sumber produktif bagi kehidupan mereka. Di
atas semua itu, kepercayaan (trust) adalah inti dari keberhasilan konsep pemberdayaan
masyarakat miskin melalui program kredit mikro.
3. Pada kunjungan di daerah Salatiga bank Grameen sebenarnya menuai kesuksesan
seperti pengembalian pinjaman lancar 98 persen, serta banyak yang sudah berkembang. Akan
tetapi penerapan di Indonesia khususnya daerah Salatiga ini menuai kekurangan, yaitu pada
sisi soial psikologi masyarakatnya. Mengingat para permpuan miskin di desa rata-rata hanya
mengemban tamatan SD hingga SMP maka dalam pengelolaan keuangan masih kurang
berjalan.
Masyarakat dipedesaan masih kental akan suasana kekeluargaan, dan budaya
“pekewoh” yang memiliki maksud bahwa mereka (masyarakat pedesaan) merasa malu bila
kurang memiliki rasa solidaritas anatar sesama warga desa terutama tetangga. Dalam hal ini
kaitannya adalah pengeluaran ekstra untuk kondangan warga, entah itu kondangan pengantin
maupun kondangan bayi maupun kondangan lain-lainnya. Sehingga dalam hal ini bank
gramen selaku pendamping harus membantu dan melatih mereka untuk dapat mengatur
kondisi keuangan agar tidak over budget.
Solusi sederhana yang mungkin perlu komitmen besara tentu adalah membedakan
uang untuk usaha/ perputaran modal, uang untuk kebutuhan pribadi/ rumah tangga, dan uang
ekstra berupa uang sekolah anak, kondangan dan lain-lain. Porsinya yaitu 70% uang modal,
20% uang rumah tangga, dan 10% sisanya untuk keperluan lain. Akan tetapi hal ini sulit
dilakukan karena masih terkendala akan POLA PIKIR masyarkat itu sendiri, dimana semua
uang yang masuk digunakan apa yang duluan. Sehingga perencanaan keuangan tidak berlaku,
sehinggga menyebabkan budget kebutuhan rumah tangga lebih besar dari pada untuk
perputaran modal usaha.
Maka dari itu Bank Grameen selaku yang memberikan kredit harus terus
mendampingi warganya untuk dapat mengatur keuangan mereka, sampai mereka mampu dan
mau untuk merubah struktur keuangan rumah tanggga mereka, khsususnya bagi ibu-ibu yang
memiliki pemikiran sederhana. Maka dari itu pemikiran yang sederhana itu lah yang diolah
atau diarahkan dan dibimbing ke arah yang lebih baik, bukan berarti berpikiran modern tetapi
, untuk lebih memudahkan masyarakat itu berpikir untuk dapat mencukupi keperluan mereka
tanpa adanya hal-hal yang rumit untuk dipikirkan.
4. Kesimpulannya dari berbagai artikel sudah terlihat kesuksesan Gramen bank itu
sendiri, maka dari itu selain konsep, sistem dan pola yang sudah terbentuk dalam gramen
bank itu, tatanan pemikiran masyarakat-lah yang harus dibantu untuk diubah dan diarahkan
kedalam suatu sistem yang nantinya membawa kebaikan bagi masyarakat itu sendiri.
Motivasi dan dukungan mutlak selalu diberikan dan disampaikan agar dalam mencapai tujuan
tidak pernah patah semangat dan mau untuk terus berusaha demi kebaikan masyarakat itu
sebdiri.
DAFTAR PUSTAKA(Rujukan Artikel Internet)
http://padang-today.com/?mod=artikel&today=detil&id=281
http://id.wikipedia.org/wiki/Bank_Grameen
http://www.commongroundnews.org/article.php?id=29467&lan=ba&sp=0
http://www.p2kp.org/wartaarsipdetil.asp?mid=3062&catid=2&