step 1-7 sken 3 blok 5 daru

80
BAB I KLARIFIKASI ISTILAH 1.1. Anak Menurut Gandana (2012) anak adalah buah hati orang tua yang tak ternilai harganya, senyuman, celoteh, tawa dan tangisnya adalah ungkapan yang senantiasa melekat di hati ayah dan bundanya. Adapun menurut Gunarsa & Gunarsa (2008) anak merupakan periode pekembangan dengan rentang waktu dari masa bayi hingga usia 11 atau 12 tahun. 1.2. Menangis Behrman et al. (2012) menyatakan bahwa menangis pada bayi merupakan aktivitas yang dilakukan untuk mendapatkan perhatian yang lebih. Adapun menurut Hasan (2008) menangis merupakan terapi kesehatan yang sangat berguna dan bermanfaaat. Beberapa hasil kajian dan penelitian menunjukkan bahwa menangis sangat berguna bagi kesehatan jiwa dan emosi kita, dimana air mata mengambil peranan penting dan signifikan dalam meringankan ketegangan jiwa yang mungkin disebabkan oleh komplikasi berbagai penyakit. 1.3. Berjalan Dorland (2012) menyatakan bahwa berjalan merupakan pergerakan dengan dua kaki. Adapun menurut Hartman

Upload: dewandaru-i-a-b

Post on 06-Nov-2015

256 views

Category:

Documents


3 download

DESCRIPTION

fk

TRANSCRIPT

BAB I

KLARIFIKASI ISTILAH

1.1. AnakMenurut Gandana (2012) anak adalah buah hati orang tua yang tak ternilai harganya, senyuman, celoteh, tawa dan tangisnya adalah ungkapan yang senantiasa melekat di hati ayah dan bundanya. Adapun menurut Gunarsa & Gunarsa (2008) anak merupakan periode pekembangan dengan rentang waktu dari masa bayi hingga usia 11 atau 12 tahun.1.2. Menangis Behrman et al. (2012) menyatakan bahwa menangis pada bayi merupakan aktivitas yang dilakukan untuk mendapatkan perhatian yang lebih. Adapun menurut Hasan (2008) menangis merupakan terapi kesehatan yang sangat berguna dan bermanfaaat. Beberapa hasil kajian dan penelitian menunjukkan bahwa menangis sangat berguna bagi kesehatan jiwa dan emosi kita, dimana air mata mengambil peranan penting dan signifikan dalam meringankan ketegangan jiwa yang mungkin disebabkan oleh komplikasi berbagai penyakit.

1.3. BerjalanDorland (2012) menyatakan bahwa berjalan merupakan pergerakan dengan dua kaki. Adapun menurut Hartman (2006) berjalan kaki adalah salah satu kegiatan fisik yang paling mudah dan murah untuk dilakukan1.4. JinjitJalan jinjit merupakan kondisi berjalan dengan menggunakan ujung kaki di bagian jari (Morton, 2005).BAB II

IDENTIFIKASI MASALAH

1. Mengapa Ani yang berumur 2 tahun baru bisa mengucap mama dan maem ?

2. Baggaimana tahap perkembangan berbicara anak yang normal?3. Mengapa cara berjalan Ani sering jinjit ?

4. Bagaimana interpretasi dari kasus Ani ? Bagaimana diagnosis banding kasus tersebut?

5. Bagaimana penatalaksanaannya ?

BAB III

ANALISIS MASALAH

3.1. Berumur 2 tahun terlambat berbicaraMenurut Soetjiningsih (1995) secara umum yang mempengaruhi tumbuh kembang anak termasuk terlambat berbicara adalah sebagai berikut :

1) Faktor genetikFaktor genetik merupakan modal dasar dalam mencapai hasil akhir proses tumbuh kembang anak. Melalui intruksi genetik yang terkandung di dalam sel telur yang telah dibuahi, dapat ditentukan kualitas dan kuantitas pertumbuhan anak. Faktor genetik ini misalnya adanya gangguan perkembangan spektrum autis.2) Faktor lingkungan

Lingkungan merupakan faktor yang sangat mempengaruhi tercapai tidaknya potensi bawaan yaitu : Faktor prenatal, yaitu lingkungan pada waktu dalam kandungan misalnya gizi ibu. Faktor postnatal, yaitu lingkungan pada waktu setelah lahir misalnya kurang latihan, lebih banyak bermain sendiri dan sebagainya3.2. Tahap perkembangan bicara pada anak yang normal Menurut Behrman et al. (2012) tahapan perkembangan bicara pada anak yang normal adalah sebagai berikut :Umur anakPerkembangan

28 mingguSuara vokal polisilabus dibentuk

40 mingguSuara konsonan berulang (mama, papa)

52 minggu (1 tahun)Beberapa kata disamping mama, papa

15 bulanCampuran; mengikuti perintah sederhana; dapat menamai objek yang familiar (bola)

18 bulan10 kata (rata-rata); memberi nama gambar; mengidentifikasi satu atau lebih bagian tubuh

24 bulanMengajukan 3 kata bersama (subjek, kata kerja, objek)

30 bulanMenyebut dirinya dengan sebutan saya, mengetahui nama seluruhnya

36 bulanMengetahui umur dan jenis kelamin, menghitung 3 objek dengan benar; mengulangi 3 angka atau kalimat 6 silabus

48 bulanMenghitung 4 penny dengan tepat; menceritakan sejarah

60 bulanMember nama 4 warna, mengulangi kalimat 10 silabus; menghitung 10 penny dengan benar.

3.4. Cara berjalan sering jinjitMenurut Children's National Medical Center (2012) jalan jinjit memang sering menyertai berbagai gangguan pada anak seperti cerebral palsy dan muscular dystrophy autism serta kelainan otot dan saraf yang lain Namun dalam kebanyakan kasus, jalan jinjit muncul begitu saja tanpa ada gangguan serius yang menyertainya. Penelitian terbaru yang dilakukan oleh Children's National Medical Center (2012) di Washington DC Amerika Serikat menadapatkan bahwa jalan jinjit pada kebanyakan kasus adalah normal. Hampir semua anak mengalaminya sampai usia tertentu, lalu kebiasaan ini hilang dengan sendirinya. Fakta lain tentang jalan jinjit yang terungkap dalam penelitian tersebut antara lain sebagai berikut :

1) Hampir 50 persen anak kecil pernah jalan jinjit pada satu masa dalam hidupnya. Namun pada usia 5,5 tahun, kurang dari setengahnya tidak lagi berjalan jinjit2) Jalan jinjit biasnaya dimulai ketika baru bisa berjalan sendiri, tidak dipegangi orangtua.3) Sejak pertama kali jalan jinjit, anak kecil sering melakukannya hingga 1-2 tahun sebelum lancar berjalan dengan normal.4) 4. Anak kecil yang masih berjalan jinjit hingga umur 5,5 tahun hanya sekitar 25 persen.5) Anak-anak yang didiagnosis mengalami gangguan kognitif dan neuropsikiatri, termasuk anak-anak autis memang memiliki kecenderungan lebih tinggi untuk jalan jinjit.Selanjutnya Drennan et al (2012) menyatakan bahwa berjalan adalah salah satu defisit fungsi motorik kasar yang paling umum ditemukan pada anak-anak dengan gangguan spektrum autisme. 3.5. Interpretasi kasus dan diagnosis bandingnyaAnamnesis :

1. Keluhan utama : umur 2 tahun anaknya lain dari yang lain

Sangat cuek

Terlambat bicara

Jarang rewel Berjalan sering jinjit

2. Keluhan penyerta : -

3. Riwayat penyakit : -Karakter anakInterpretasi

Sangat cuekAbnormal

Terlambat berbicaraAbnormal

Tidak pernah menangis jika ditinggal pergi, juga tidak merasa senang jika ibunya datangAbnormal

Berdasarkan interpretasi dari anamnesis dan karakter dari anak maka dipastikan bahwa Ani menderita Autisme Spectrum Disorder (ASD) (Sadock, 2010; Behrman et al., 2012). Adapun menurut Buhler et al. (2012) dan Gensler (2012) diagnosis banding untuk ASD ini adalah :1) Attention deficit hyperactivity disorder (ADHD), adalah gangguan perkembangan dalam peningkatan aktivitas motorik anak-anak hingga menyebabkan aktivitas anak-anak yang tidak lazim dan cenderung berlebihan.3.6. Etiologi ASDPenyebab autis adalah spekulatif. Sebab-sebab genetic telah dilibatkan. Terdapat 80% angka persesuaian untuk kembar monozigot dan 20% angka persesuaian untuk kembar dizigot. Kelainan kromosom, terutama sindrom x yang mudah pecah (fragil) juga lebih lazim pada keluarga dengan autism. Selain itu, kelainan temuan neurokimia telah terkait, meskipun fungsi dopamine diperkirakan normal, baru-baru ini kelainan ditunjukan dalam jumlah jalur katekolamin. Peningkatan kadar serotonin juga ditemukan dalam anak dengan autism. (Behrman et al, 2012).3.7. Penatalaksaksanaan AutismeMenurut Quill (1995), Sadock (2010) dan (Behrman et al, 2012) penatalaksanaan ASD dapat dilakukan dengan :1) Farmaka : Risperidon di mulai dengan dosis 2 x0,1mg dapat di naikkan 0,25 mg setiap 3-5 hari sampai tercapai dosis 1-2 mg/hari. Dapat memperbaiki hubungan sosial, atensi, agresifitas, hiperaktifitas dan self injury haloperidol dosis 0,25-3mg/hari di bagi 2-3 dosis. Dapat memperbaiki agresifitas, hiperaktifitas, iritabilitas dan stereotipik thioridazine, dosis 0,5 -3mg mg/kg/hari dibagi 2-3 dosis. Dapat menurunkan agresifitas dan agitasi 2) Non Farmaka Applied Behavioral Analysis (ABA)

ABA adalah jenis terapi yang telah lama dipakai , telah dilakukan penelitian dan didisain khusus untuk anak dengan autisme. Sistem yang dipakai adalah memberi pelatihan khusus pada anak dengan memberikan positive reinforcement (hadiah/pujian). Jenis terapi ini bias diukur kemajuannya. Saat ini terapi inilah yang paling banyak dipakai di Indonesia Terapi Wicara

Hampir semua anak dengan autisme mempunyai kesulitan dalam bicara dan berbahasa. Biasanya hal inilah yang paling menonjol, banyak pula individu autistic yang nonverbal atau kemampuan bicaranya sangat kurang. Kadangkadang bicaranya cukup berkembang, namun mereka tidak mampu untuk memakai bicaranya untuk berkomunikasi/berinteraksi dengan orang lain. Dalam hal ini terapi wicara dan berbahasa akan sangat menolong. Terapi Okupasi

Hampir semua anak autistik mempunyai keterlambatan dalam perkembangan motorik halus. Gerakgeriknya kaku dan kasar, mereka kesulitan untuk memegang pinsil dengan cara yang benar, kesulitan untuk memegang sendok dan menyuap makanan kemulutnya, dan lain sebagainya. Dalam hal ini terapi okupasi sangat penting untuk melatih mempergunakan otot otot halusnya dengan benar. Terapi Fisik

Autisme adalah suatu gangguan perkembangan pervasif. Banyak diantara individu autistik mempunyai gangguan perkembangan dalam motorik kasarnya. Kadangkadang tonus ototnya lembek sehingga jalannya kurang kuat. Keseimbangan tubuhnya kurang bagus. Fisioterapi dan terapi integrasi sensoris akan sangat banyak menolong untuk menguatkan ototototnya dan memperbaiki keseimbangan tubuhnya.

Terapi Sosial

Kekurangan yang paling mendasar bagi individu autisme adalah dalam bidang komunikasi dan interaksi . Banyak anakanak ini membutuhkan pertolongan dalam ketrampilan berkomunikasi 2 arah, membuat teman dan main bersama ditempat bermain. Seorang terqapis sosial membantu dengan memberikan fasilitas pada mereka untuk bergaul dengan temanteman sebaya dan mengajari cara2nya.

Terapi Bermain

Meskipun terdengarnya aneh, seorang anak autistik membutuhkan pertolongan dalam belajar bermain. Bermain dengan teman sebaya berguna untuk belajar bicara, komunikasi dan interaksi social. Seorang terapis bermain bisa membantu anak dalam hal ini dengan teknikteknik tertentu.

Terapi Perilaku.

Anak autistik seringkali merasa frustrasi. Temantemannya seringkali tidak memahami mereka, mereka merasa sulit mengekspresikan kebutuhannya, Mereka banyak yang hipersensitif terhadap suara, cahaya dan sentuhan. Tak heran bila mereka sering mengamuk. Seorang terapis perilaku terlatih untuk mencari latar belakang dari perilaku negatif tersebut dan mencari solusinya dengan merekomendasikan perubahan lingkungan dan rutin anak tersebut untuk memperbaik perilakunya. Terapi Perkembangan

Floortime, Sonrise dan RDI (Relationship Developmental Intervention) dianggap sebagai terapi perkembangan. Artinya anak dipelajari minatnya, kekuatannya dan tingkat perkembangannya, kemudian ditingkatkan kemampuan sosial, emosional dan Intelektualnya. Terapi perkembangan berbeda dengan terapi perilaku seperti ABA yang lebih mengajarkan ketrampilan yang lebih spesifik.

Terapi Visual

Individu autistik lebih mudah belajar dengan melihat (visual learners/visual thinkers). Hal inilah yang kemudian dipakai untuk mengembangkan metode belajar komunikasi melalui gambargambar, misalnya dengan metode PECS ( Picture Exchange Communication System). Beberapa video games bisa juga dipakai untuk mengembangkan ketrampilan komunikasi.

Terapi Biomedik

Terapi biomedik dikembangkan oleh kelompok dokter yang tergabung dalam DAN (Defeat Autism Now). Banyak dari para perintisnya mempunyai anak autistik. Mereka sangat gigih melakukan riset dan menemukan bahwa gejalagejala anak ini diperparah oleh adanya gangguan metabolisme yang akan berdampak pada gangguan fungsi otak. Oleh karena itu anakanak ini diperiksa secara intensif, pemeriksaan, darah, urin, feses, dan rambut. Semua hal abnormal yang ditemukan dibereskan, sehingga otak menjadi bersih dari gangguan. Terrnyata lebih banyak anak mengalami kemajuan bila mendapatkan terapi yang komprehensif, yaitu terapi dari luar dan dari dalam tubuh sendiri (biomedis).DAFTAR PUSTAKA (step 1-3)Behrman, R.E., Kliegman, R & Arvin, A.M. (2012.). Nelson Ilmu Kesehatan Anak. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Bhler, E., Bachmann, C., Goyert, H., Heinzel-Gutenbrunner, M., & Kamp-Becker, I. (2011). Differential diagnosis of autism spectrum disorder and attention deficit hyperactivity disorder by means of inhibitory control and theory of mind. Journal of Autism Dev. Disorder, 41(12), 1718-1726.

Children's National Medical Center. (2012). Children's Toe Walking Not a Sign of Bigger Problems. Washington DC. : Children's National Medical CenterDorland, W.A. N. (2012). Kamus Kedokteran Dorland. Edisi 31. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC.Gensler, D. (2012). Autism Spectrum Disorder in DSM-V: Differential Diagnosis and Boundary Conditions. Journal of Infant, Child, and Adolescent Psychotherapy,11(2), 676-686.

Hasan, M.B.M.. (2008). Hikmah Terapi Air Mata : Menangis Karena Allah. Kuala Lumpur : Al-Hidayah.Hartman, T. (2006). Terapi Jalan Kaki. Jakarta : PT. Serambi Ilmu Semesta.Morton, P.G. (2005). Panduan Pemeriksaan Kesehatan Dengan Dokumentasi Soapie. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC.Sadock, B. J. (2010). Kaplan & Sadock Buku Ajar Psikiatri Klinis. Edisi 2. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGCSoetjiningsih. (2014). Tumbuh Kembang Anak. Edisi 2. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGCQuill, K.A. (1995). Teacing Children with Autism ; strategic to Enchange Communication and Socialization. New York : Cengage Learning..BAB V

MATERI PEMBELAJARAN

1. Jelaskan macam-macam reflex primitif !

2. Apa saja fase tumbuh kembang pada anak?

3. Ciri-ciri pertumbuhan anak pada gigi !

4. Macam-macam perkembangan anak? (motorik kasar, motorik halus, bahasa, interaksi sosial)

5. Jelaskan gangguan pada masing-masing perkembangan !

6. Anak umur 2 tahun sudah bisa apa saja? Jika tidak sesuai penyakitnya apa?

7. Jelaskan semua tentang autisme dan ADHD !

8. Jelaskan semua tentang retridasi mental dan palsy cerebral !

9. Penatalaksanaan tumbuh kembang secara umum!

10. Jelaskan D development screening test !

BAB VII

BERBAGI INFORMASI

7.1. Macam-macam refleks primitifMenurut Behrman et al (2012) dan Soetjiningsih (2014) macam-macam refleks primitif pada bayi adalah :1) Refleks mencari (rooting reflex)

Merupakan refleks yang pertama kali berperan. Bila bayi mencium susu, dia menggerakkan kepalanya berputar berupaya mencari sumbernya. Jika pipinya disentuh dengan obyek halus (payudara ibu), bayi akan berputar kearah obyek, membuka mulutnya sebagai antisipasi untuk menghisap puting (mencari puting dengan mulutnya). Refleks ini akan mulai terhambat pada usia sekitar empat bulan dan berangsur-angsur akan terbawa di bawah sadar, serta akan hilang saat bayi sudah melihat objek.

2) Refleks menghisap (sucking reflex)

Reflek ini berhubungan dengan reflek rooting dan menyusui, dan menyebabkan bayi untuk secara langsung mengisap apapun yang disentuhkan di mulutnya. Ada dua tahapan dari reflek ini, yaitu :

a. Tahap expression : dilakukan pada saat puting susu diletakkan diantara bibir bayi dan disentuhkan di permukaan langit-langitnya. Bayi akan secara langsung menghisap puting dengan menggunakan lidah dan langit-langitnya untuk mengeluarkan air susunya.

b. Tahap milking : saat lidah bergerak dari areola menuju puting, mendorong air susu dari payudara ibu untuk ditelan oleh bayi

3) Refleks menggenggam (palmar grasping reflex)

Reflek menggemgam adalah refleks gerakan jari-jari tangan mencengkram benda-benda yang disentuhkan ke bayi. Bayi akan otomatis menggenggam jari ketika kita menyodorkan jari telunjuk kepadanya. Reflek menggenggam terjadi ketika sesuatu menyentuh telapak tangan bayi, bayi akan merespons dengan cara menggenggamnya kuat kuat. Reflek ini muncul pada saat kelahiran dan akan menetap hingga usia 5 sampai 6 bulan.4) Reflek moro (moro reflex)

Refleks ini suatu respon tiba-tiba pada bayi yang terjadi akibat suara atau gerakan yang mengejutkan. Reflek ini muncul sejaklahir, paling kuat pada usia satu bulan dan akan mulai menghilang pada usia 3-4 bulan. Saat bayi dikagetkan oleh suara yang keras, kepala bayi tiba-tiba terangkat, kaki dan tangan akan melakukan gerakan ekstensi dan lengan akan tersentak keatas dengan telapak tangan keatas dan ibu jarinya bergerak fleksi.5) Babinski Reflex.

Refleks yang berupa gerakan jari-jari mencengkram ketika bagian bawah kaki diusap, merupakan indikasi syaraf berkembang dengan normal. Reflek ini akan hilang di usia 4 bulan.

6) Reflek menelan (swallowing reflex) Merupakan refleks gerakan menelan benda-benda yang didekatkan ke mulut, memungkinkan bayi memasukkan makanan. 7) Breathing ReflexRefleks berupa gerakan seperti menghirup dan menghembuskan nafas secara berulang-ulang, yang berfungsi menyediakan O2 dan membuang CO2. Reflek ini berlaku permanen dalam kehidupan.

8) Eyeblink Reflex

Refleks gerakan seperti menutup dan mengejapkan mata. Jika bayi terkena cahaya atau hembusan angin, matanya akan menutup atau dia akan mengerjapkan matanya yang berfungsi melindungi mata dari cahaya dan benda-benda asing. Reflek ini permanen dalam kehidupan.

9) Puppilary ReflexRefleks gerakan menyempitkan pupil mata terhadap cahaya terang, membesarkan pupil mata terhadap lingkungan gelap. Reflek ini berfungsi melindungi mata dari cahaya terang dan menyesuaikan terhadap suasana gelap.

10) Refleks tonic neckDisebut juga posisi menengadah, muncul pada usia satu bulan dan akan menghilang pada sekitar usia 5 bln. Saat kepala bayi digerakkan kesamping, lengan pada sisi tersebut akan lurus dan lengan yang berlawanan akan menekuk (kadang-kadang pergerakan akan sangat halus atau lemah). Jika bayi baru lahir tidak mampu untuk melakukan posisi ini atau jika reflek ini terus menetap hingga lewat usia 6 bulan, bayi dimungkinkan mengalami gangguan pada neuron motorik atas. Berdasarkan penelitian, refleks tonick neck merupakan suatu tanda awal koordinasi mata dan kepala bayi yang akan menyediakan bayi untuk mencapai gerak sadar.11) Refleks tonic labyrinthinePada posisi telentang, reflex ini dapat diamati dengan mengangkat tungkai bayi beberapa saat lalu dilepaskan. Tungkai yang diangkat akan bertahan sesaat kemudian jatuh. Refleks ini akan hilang pada usia 6 bulan.12) Refleks merangkak (crawling reflex)Jika ibu menelungkupkan bayi baru lahir, ia membentuk posisi merangkak karena saat di dalam rahim kakinya tertekuk kearah tubuhnya.13) Refelks berjalan dan melangkah (stepping reflex)Reflek ini muncul sejak lahir, walaupun bayi tidak dapat menahan berat tubuhnya, namun saat tumit kakinya disentuhkan pada suatu permukaan yang rata, bayi akan terdorong untuk berjalan dengan menempatkan satu kakinya didepan kaki yang lain. Refleks berjalan ini berbeda dengan gerakkan berjalan normal yang ia kuasai beberapa bulan berikutnya. Reflek ini akan menghilang sebagai sebuah respon otomatis dan muncul kembali sebagai kebiasaan secara sadar pada sekitar usia delapan bulan hingga satu tahun untuk persiapan kemampuan berjalan.

14) Refleks YawningYaitu refleks seperti menjerit kalau ia merasa lapar. Reflek ini berlangsung hingga usia sekitar satu tahun. 15) Refleks SwimmingReflek ini ditunjukkan pada saat bayi diletakkan di kolam yang berisi air, ia akan mulai mengayuh dan menendang seperti gerakan berenang. Refleks ini akan menghilang pada usia empat sampai enam bulan. Refleks ini berfungsi untuk membantu bayi bertahan jika ia tenggelam. Meskipun bayi akan mulai mengayuh dan menendang seperti berenang, namun meletakkan bayi di air sangat beresiko. Bayi akan menelan banyak air pada air saat itu.16) Reflek PlantarReflek ini jugadisebut reflek plantar grasp, muncul sejak lahir dan berlangsung hingga usia sekitar satu tahun. Reflek plantar ini dapat diperiksa dengan menggosokkan sesuatu di telapan kakinya, maka jari-jari kakinya akan melekuk secara erat. Plantar adalah respon melakukan flekxi maksimal.

17) Reflex galant

Reflek ini juga dikenal sebagai reflek Galant infantile, ditemukan oleh seorang neurolog Rusia Johann Susman Galant. Reflek ini muncul sejak lahir dan berlangsung sampai pada usia empat hingga enam bulan. Pada saat kulit di sepanjang sisi punggung bayi diigosok, maka bayi akan berayun menuju sisi yang digosok. Jika reflek ini menetap hingga lewat enam bulan, dimungkinkan ada patologis. Akan muncul pada saat remaja tetapi bukan gallant tapi reflex seksual.

2. Fase tumbuh kembang anak

Menurut Soetjiningsih (2014) beberapa tahapan tumbuh kembang anak usia 0 sampai dengan 5 tahun adalah sebagai berikut :

1) Bayi usia 0 sampai dengan 1 bulan biasanya bayi lebih banyak tidur, di saat yang bersamaan indera pendengaran mulai berkembang, indera perasa, penyentuh dan indera penglihatan. Di saat usia 2 bulan Mereka akan mulai melihat warna dan mengembangkan berbagai suara. Dan mereka juga sudah mulai bermain menggunakan otot, dan mata lebih banyak berkedipnya. Tumbuh kembang bayi terjadi di tahapan yang berbeda beda pada setiap anak. Beberapa anak akan tampak lebih maju dan mulai merangkak lebih awal dari bayi lain, tapi rata-rata seorang bayi duduk dimulai pada usia sekitar 6 bulan dan merangkak dimulai sekitar usia sembilan bulan.

2) Anak usia 1 sampai dengan 2 tahun. Pada usia 1 tahun anak akan mulai belajar berjalan perlahan, belajar mengenali tentang apa saja di sekitarnya. Kontrol motoriknya sudah mulai berkembang dan anak sudah mulai bisa belajar memegang krayon dan belajar seni lainnya. Mereka akan marah ketika mereka di ambil dari orang tua mereka, sudah mulai juga bisa makan sendiri dan mereka tidak mau mendengarkan perintah terlalu banyak.3) Anak usia 18 bulan, mereka pada umumnya sudah mulai mantap berjalan menggunakan kedua kaki mereka, dan dalam beberapa kasus merekapun ada yang sudah dapat menendang bola, perkembangan kosa katanya juga sudah meningkat.

4) Anak usia 3 tahun, mereka sudah mulai dapat menaiki sepeda beroda tiga, kosa katanyapun akan selalu meningkat dan struktur kalimatnya juga sudah mulai terbentuk, inilah sebabnya mengapa buku sangat penting pada tahapan usia 3 tahun, mereka pun sudah mulai dapat melihat logika, dan akalnya pun sudah mulai berjalan ketika mereka mulai melakukan hal2 seperti membangun logo, dan meletakkan sesuatu bersama sama, dan kita pun akan melihat bahwa mereka akan berpikir panjang dan keras tentang tugas tugas tertentu.

5) Anak usia 4 tahun, di tahapan usia ini, mereka seringnya merasa ketakutan, misalnya mereka mungkin menjadi takut gelap, dan mereka pun akan mulai belajar untuk berbagi dan bermain dengan anak anak lainnya.

6) Anak usia 5 tahun, perkembangan motoriknya akan mulai meningkat, seperti cara mereka melompat, dan menjalankan mainan akan berbeda di setiap tahapan tumbuh kembangnya. Mereka sudah mempunyai rasa tanggung jawab, rasa penyesalan dan rasa bangga pada diri sendiri.

3. Ciri-ciri pertumbuhan anak pada gigiMaulani (2005) dan Behrman et al (2012) menyatakan bahwa pertumbuhan gigi pada anak adalah sebai berikut :

1) Gigi susu atau gigi sulung, biasanya mulai tumbuh (erupsi) pada bayi usia 6 bulan. Pertumbuhan gigi susu dimulai dengan gigi seri bagian bawah, disusul gigi seri bagian atas. 2) Selanjutnya, tumbuh gigi seri ke-2, baru kemudian tumbuh geraham di usia usia 8-9 bulan. Gigi susu yang terakhir tumbuh adalah gigi taring. Hal ini sering ditandai dengan gejala bayi sering rewel, gusi bengkak disertai peningkatan suhu badan. Pada masa pertumbuhan gigi susu, biasanya gusinya terasa gatal sehingga anak ingin menggigit setiap benda yang dipegangnya..3) Gigi susu diharapkan sudah tumbuh lengkap pada saat anak berusia 2 tahun. Kadang-kadang, ada bayi yang usianya belum genap enam bulan giginya sudah mulai tumbuh, atau ada juga anak sudah menginjak satu tahun giginya belum tumbuh sama sekali. Kondisi seperti ini tidak perlu dirisaukan karena ada beberapa faktor yang mempengaruhi pertumbuhan gigi misalnya nutrisi, hormonal, ataupun keturunan (faktor genetik). 4) Gigi susu bila tumbuh lengkap berjumlah 20 buah, masing-masing 10 gigi di rahang atas dan 10 gigi di rahang bawah, yang terdiri dari 4 gigi seri, 2 gigi taring, dan 4 gigi geraham. Gigi geraham pada gigi susu hanya satu macam, sedangkan pada gigi tetap terdapat dua macam sehingga dibedakan menjadi gigi geraham besar dan gigi geraham kecil. Jumlah gigi tetap seluruhnya 32 buah.5) Saat gigi susu tanggal, biasanya bersamaan dengan saat gigi tetap tumbuh, tetapi ada pengecualian pada gigi geraham besar. Gigi geraham besar pertama mulai tumbuh pada umur 6 sampai 7 tahun. Gigi geraham ini bukan gigi pengganti. Artinya, gigi ini langsung muncul pada deretan di belakang gigi-gigi susu, baik pada rahang atas maupun rahang bawah. Gigi ini (dan juga gigi geraham besar lainnya) tumbuh tidak menggantikan gigi susu, sedangkan gigi lainnya, geraham kecil, taring, dan seri akan tumbuh menggantikan gigi pendahulunya (gigi susu). Tabel 1. Pertumbuhan gigi

6) Usia anak 6 -11 tahun adalah periode gigi campur. Gigi kelihatan tidak beraturan karena berada pada masa peralihan saat tanggalnya gigi susu dan saat tumbuhnya gigi tetap. Pada masa ini perlu perhatian dari orang tua untuk memeriksakan kesehatan gigi anaknya ke dokter gigi, minimal 6 bulan sekali, agar pertumbuhan gigi tetap terkontrol dengan baik. 4. Macam-macam perkembangan anak (motorik kasar, motorik halus, bahasa, interaksi sosial)Menurut Behrman et al (2012) dan Soetjiningsih (2014) perkembangan motorik kasar, motorik halus, bahasa dan interaksi sosial pada anak adalah sebagai berikut : 1) Perkembangan motorik kasar anak

Motorik kasar merupakan gerakan fisik yang membutuhkan keseimbangan dan koordinasi antar anggota tubuh, dengan menggunakan otot-otot besar, sebagian atau seluruh anggota tubuh, contohnya berjalan, berlari, berlompat, dan sebagainya. Perkembangan motorik kasar pada bayi memiliki rangkaian tahapan yang berurutan. Artinya setiap tahapan harus dilalui dan dikuasai dulu sebelum memasuki tahapan selanjutnya. Tidak semua bayi akan menguasai suatu keterampilan di usia yang sama, karena perkembangan anak bersifat individual. Tapi perbedaan itu tidak disebabkan bayi yang satu lebih pandai daripada bayi yang lain. Perkembangan keterampilan tidak ada pengaruhnya langsung dengan kecerdasan.

Berikut merupakan tahapan perkembangan motorik kasar pada anak sesuai dengan pertumbuhan usianya :Usia lahir sampai 3 bulan Belajar mengangkat kepala

Menahan barang yang dipegangnyaUsia 3 sampai 6 bulan Mengangkat kepala sampai 90 dan mengangkat dada dengan bertopang tangan

Mulai belajar meraih benda-benda yang ada dalam jangkauannya atau diluar jangkauannya

Menaruh benda-benda dimulutnyaUsia 6 sampai 9 bulan

Dapat duduk tanpa dibantu

Dapat tengkurep dan berbalik sendiri

Dapat merangkak meraih benda atau mendekati seseorang\

Memindahkan benda dari 1 tangan ketangan yang lain

Memegang benda kecil dengan ibu jari dan jari telunjuk Mulai berpartisipasi dalam permainan, tepuk tangan dan sembunyi-sembunyianUsia 9 sampai 12 bulan Dapat berdiri sendiri tanpa dibantu

Dapat berjalan dengan dituntun Memperlihatkan minat yang besar dalam mengeksplorasi sekitarnya, ingin melihat semuanya, ingin menyentuh apa saja dan memasukkan benda-benda kemulutnya

Berpartisipasi dalam permainanUsia 12 sampai 18 bulan Berjalan dan mengeksplorasi rumah serta sekeliling rumah

Menyusun 2-1 kotakUsia 18 sampai 24 bulan:

Naik turun tangga

Menyusun 6 kotak Belajar makan sendiriAnak usia 3 tahun

berbalik atau berhenti secara tiba-tiba atau cepat

melompat dengan lompatan kurang lebih 37-60 cm

naik tangga tanpa dibantu

meloncat dengan tambahan beberapa variasi lompatan

Anak usia 4 tahun

sangat aktif, mampu meniru, mengikuti dan menikmati berbagai gerakan yang dicontohkan

mampu mengontrol gerakan dan memberikan respon bila diberi petunjuk orang dewasa, seperti berhenti, memulai, atau berputar yang lebih efektif

naik turun tangga dengan langkah kaki yang saling bergantian

Anak usia 5 tahun

mampu melakukan gerakan dengan konstan dan waktu istirahat yang pendek

mampu mengikuti permainan fisik yang bersifat sosial

mampu menaik sepeda roda tiga

berjalan di garis lurus ke depan atau ke belakang

lompat ditempat dengan 1 kaki

berjalan di atas papan keseimbangan2) Perkembangan motorik halus anak

Kemampuan motorik halus adalah kemampuan yang berhubungan dengan keterampilan fisik yang melibatkan otot kecil dan koordinasi mata-tangan. Saraf motorik halus ini dapat dilatih dan dikembangkan melalui kegiatan dan rangsangan yang kontinu secara rutin. Seperti, bermain puzzle, menyusun balok, memasukan benda ke dalam lubang sesuai bentuknya, membuat garis, melipat kertas dan sebagainya.

Kecerdasan motorik halus anak berbeda-beda. Dalam hal kekuatan maupun ketepatannya. perbedaan ini juga dipengaruhi oleh pembawaan anak dan stimulai yang didapatkannya. Lingkungan (orang tua) mempunyai pengaruh yang lebih besar dalam kecerdasan motorik halus anak. Lingkungan dapat meningkatkan ataupun menurunkan taraf kecerdasan anak, terutama pada masa-masa pertama kehidupannya.

Setiap anak mampu mencapai tahap perkembangan motorik halus yang optimal asal mendapatkan stimulasi tepat. Di setiap fase, anak membutuhkan rangsangan untuk mengembangkan kemampuan mental dan motorik halusnya. Semakin banyak yang dilihat dan didengar anak, semakin banyak yang ingin diketahuinya. Jika kurang mendapatkan rangsangan anak akan bosan. Berikut perkembangan motorik halus anak berdasarkan tahapan usianya :Usia lahir sampai 3 bulan Belajar mengikuti objek dengan matanya

Melihat kemuka seseorang dan tersenyum

Bereaksi terhadap suara/bunyi

Mengenal ibunya dengan penglihatan, penciuman, pendengaran dan kontak Mengoceh spontan atau bereaksi dengan mengoceh

Usia 3 sampai 6 bulan Berusaha memperluas lapangan pandangan

Tertawa dan menjerit karena gembira bila diajak bermainUsia 6 sampai 9 bulan Bergembembira dengan melempar benda-benda

Mengeluarkan kata-kata yang tanpa arti

Mengenal muka anggota-anggota keluarga dan takut kepada orang asing/lainUsia 9 sampai 12 bulan Menirukan suara

Mengulang bunyi yang didengarnya

Belajar menyatakan satu atau dua kata

Mengerti perintah sederhana atau laranganUsia 12 sampai 18 bulan Dapat mengatakan 5-10 kata

Memperlihatkan rasa cemburu dan rasa bersaing

Usia 18 sampai 24 bulan Menunjuk mata dan hidungnya

Menyusun 2 kata Menggambar garis di kertas atau pasir

Mulai belajar mengontrol buang air besar dan buang air kecil

Menaruh minat pada apa yang dikerjakan oleh orang-orang yang lebih besar

Memperlihatkan minat kepada anak lain dan bermain-main dengan mereka.Anak usia 3 tahun

menggambar mengikuti bentuk

menarik garis vertikal, menjiplak bentuk lingkaran

membuka menutup kotak

menggunting kertas mengikuti pola garis lurus

Anak usia 4 tahun

menggambar sesuatu yang diketahui, bukan yang dilihat

mulai menulis sesuatu dan mampu mengontrol gerakan tangannya

menggunting zig zag, melengkung, membentuk dengan lilin

menyelesaikan pasel 4 keping

Anak usia 5 tahun

melipat

menggunting sesuai pola

menyusun mainan konstruksi bangunan

mewarnai lebih rapi tidak keluar garis

meniru tulisan3) Perkembangan bahasaSchaerleakens (1977) membagi fase-fase perkembangan bahasa anak dalam empat periode. Perbedaan fase-fase ini berdasrkana pada ciri-ciri tertentu yang khas pada setiap periode. Adapun periode-periode tersebut sebagai berikut :

a. Periode Prelingual (usia 0 - 1 tahun)

Pada periode ini anak mempunyai bahasa sendiri, misalnya mengoceh sebagai ganti komunikasi dengan orang lain, contohnya baba, mama, tata.

b. Periode Lingual Dini (1 - 2,5 tahun)

Pada periode ini anak mulai mengucapkan perkataannya yang pertama, meskipun belum lengkap. Misalnya: atit (sakit), agi (lagi), itut (ikut), atoh (jatuh). Pada masa ini beberapa kombinasi huruf masih sukar diucapkan, juga beberapa huruf masih sukar untuk diucapkan seperti r, s, k, j, dan t.

c. Periode Diferensiasi (usia 2,5 - 5 tahun)

Yang menyolok pada periode ini adalah keterampilan anak dalam mengadakan diferensiasi dalam penggunaan kata-kata dan kalimat-kalimat. Perbendaharaan kata sedikit demi sedikit mulai berkembang.Kata benda dan karta kerja mulai lebih terdiferensiasi dalam pemakaiannya, hal ini ditandai dengan penggunaan kata depan, kata ganti dan kata kerja bantu.d. Perkembangan bahasa sesudah usia 5 tahun.

Dalam periode ini ada anak dianggap telah menguasai struktur sintaksis dalam bahasa pertamanya, sehingga ia dapat membuat kalimat lengkap.Tabel 2. Perkembangan bahasa anak sampai usia 3 tahunUsia anakPerkembangan Bahasa

6 bulan Berespon ketika dipanggil namanya

Berespon pada suara orang lain dengan menolehkan kepala atau melihat kearah suara

Berespon relevan dengan nada marah atau ramah

1 tahun Menggunakan satu atau lebih kata bermakna jika ingin sesuatu, bisa jadi hanya potongan kata misalnya mam untuk makan

Mengerti instruksi sederhana seperti duduk

Mengeluarkan kata pertama yang bermakna

18 bulan Kosa kata mencapai 5-20 kata, kebanyakan kata benda

Suka mengulang kata atau kalimat

Dapat mengikuti instruksi seperti tolong tutup pintunya

2 tahun Bisa menyebutkan sejumlah nama benda disekitarnya

Menggabungkan dua kata menjadi kalimat pendek mama bobo

Kosa kata mencapai 150-300 kata

Bisa berespon pada perintah seperti tunjukan mana telingamu

3 tahun Bisa bicara tentang masa yang lalu

Tahu nama nama bagian tubuhnya

Menggunakan 3 kata dalam satu kalimat

Kosa kata mencapai 900-1000 kata

Bisa menyebutkan nama, usia dan jenis kelamin

Bisa menjawab pertanyaan sederhana tentang lingkungannya

e. Perkembangan interaksi sosialDalam perkembangan menuju kematangan sosial, anak mewujudkan dalam bentuk-bentuk interkasi sosial diantarannya :1. Pembangkangan (Negativisme)Bentuk tingkah laku melawan, tingkah laku ini terjadi sebagai reaksi terhadap penerapan disiplin atau tuntutan orang tua atau lingkungan yang tidak sesuai dengan kehendak anak. Tingkah laku ini mulai muncul pada usia 18 bulan dan mencapai puncaknya pada usia 3 tahun dan mulai menurun pada usia 4 hingga 6 tahun. Sikap orang tua terhadap anak seyogyanya tidak memandang pertanda mereka anak yang nakal, keras kepala atau sebutan negatif lainnya, sebaiknya orang tua mau memahami sebagai proses perkembangan anak dari sikap dependent menuju kearah independent.2. Agresi (Agression)Yaitu perilaku menyerang balik secara fisik (nonverbal) maupun kata-kata (verbal). Agresi merupakan salah bentuk reaksi terhadap rasa frustasi ( rasa kecewa karena tidak terpenuhi kebutuhan atau keinginannya). Biasanya bentuk ini diwujudkan dengan menyerang seperti ; mencubut, menggigit, menendang dan lain sebagainya. Sebaiknya orang tua berusaha mereduksi, mengurangi agresifitas anak dengan cara mengalihkan perhatian atau keinginan anak. Jika orang tua menghukum anak yang agresif maka egretifitas anak akan semakin memingkat.3. Berselisih (Bertengkar)Sikap ini terjadi jika anak merasa tersinggung atau terganggu oleh sikap atau perilaku anak lain.4. Menggoda (Teasing)Menggoda merupakan bentuk lain dari sikap agresif, menggoda merupakan serangan mental terhadap orang lain dalam bentuk verbal (kata-kata ejekan atau cemoohan) yang menimbulkan marah pada orang yang digodanya.5. Persaingan (Rivaly)Yaitu keinginan untuk melebihi orang lain dan selalu didorong oleh orang lain. Sikap ini mulai terlihat pada usia 4 tahun, yaitu persaingan prestise dan pada usia 6 tahun semangat bersaing ini akan semakin baik.6. Kerja sama (Cooperation)Yaitu sikap mau bekerja sama dengan orang lain. Sikap ini mulai nampak pada usia tiga tahun atau awal empat tahun, pada usia enam hingga tujuh tahun sikap ini semakin berkembang dengan baik.7. Tingkah laku berkuasa (Ascendant behavior)Yaitu tingkah laku untuk menguasai situasi sosial, mendominasi atau bersikap bossiness. Wujud dari sikap ini adalah ; memaksa, meminta, menyuruh, mengancam dan sebagainya.8. Mementingkan diri sendiri (selffishness)Yaitu sikap egosentris dalam memenuhi interest atau keinginannya9. Simpati (Sympaty)Yaitu sikap emosional yang mendorong individu untuk menaruh perhatian terhadap orang lain mau mendekati atau bekerjasama dengan dirinya.5. Gangguan pada masing-masing perkembanganMenurut Burn et al. (2012) gangguan yang mungkin terjadi pada masing-masing perkembangan adalah :1) Gangguan pada perkembangan motorik kasar dan halusKecurigaan adanya gangguan perkembangan motorik kasar bila dijumpai keadaan seperti berikut :

Usia 1 bulan reflek isap lemah, hipotoni atau hipertoni, gangguan penglihatan atau pendengaran

Usia 4 bulan belum dapat mengangkat kepala dan belum dapat telapak tangan menggenggam

Usia 8 bulan belum dapat tengkurap

Usia 12 buian belum dapat duduk

Usia 18 bulan belum dapat berjalan

2) Gangguan pada perkembangan bahasaKecurigaan adanya gangguan perkembangan bahasa (tanda bahaya), bila dijumpai keadaan:

Usia 6 bulan: belum bisa babling (haba, gagaga)

Usia 10 bulan belum bisa mencari arah suara

Usia 15 bulan belum bisa menyebut 3-5 huruf konsonan

Usia 22 bulan belum bisa bicara terarah (ekholali)

3) Gangguan pada perkembangan interaksi sosialKecurigaan perkembangan personal sosial bila dijumpai keadaan:

Usia 3-6 bulan belum bisa senyum

Usia 6-9 bulan belum ada interaksi dengan orang yang belum dikenalnya

Usia 15-18 bulan belumbisa bergaul atau berinteraksi dengan sekitarnya

Usia 21-24 bulan sangat sedikit interaksi dengan sekitarnya

6. Perkembangan anak umur 2 tahun Menurut Burn et al. (2012) Behrm et al. (2012) serta Soetjiningsih (2014) yang sudah dapat dilakukan secara normal oleh anak pada periode tumbuh kembang usia 1-2 tahun adalah sebagai berikut :1. Meniru tingkah laku orang disekitarnya

2. Mencari mainan yang hilang

3. Menunjukkan letak benda-benda

4. Memahami kata-kata dan perintah dengan baik

5. Melakukan eksperimen dengan benda-benda disekitarnya : seperti memasukkan benda ke dalam botol, menyusun benda berbaris, menyusun vertikal, dsb.

6. Mengenali kepemilikan barang

7. Menunjukkan dan menyebutkan nama-nama benda dan gambar

8. Mencorat-coret di kertas saat diberi pensil atau pulpen.

9. Mampu menyelesaikan tugas sederhana jika dimintakan tolong

10. Mengucapkan beberapa kata bersamaan. Umur 1 tahun bisa mengucapkan 3 kata selain dada dan mama. Umur 13 14 bulan mulai mengoceh lebih banyak dan bisa mengucapka 6+ kata. Umur 15 16 bulan bisa menggunakan 2 kata dalam kalimat dan bertanya apa itu?. Umur 17 19 bulan menguasai 20+ kata. Anak yang sering diajak bicara dan dibacakan cerita akan menguasai sekitar 200 kata di umur 2 tahun.

11. Umur 1 tahun belajar minum dengan cangkir. Umur 13 14 bulan sudah bisa lebih baik saat minum dengan cangkir, lebih sedikit tumpah

12. Mulai bisa makan sendiri. Umur 13 14 bulan bisa mulai menggunakan sendok sendiri dengan lebih baik.

13. Umur 1 tahun bisa berdiri sendiri dengan lebih baik dan berjalan rambatan di mebel atau benda sekitarnya. Umur 13 14 bulan sudah bisa berjalan mundur. Umur 17 18 bulan bisa melangkah naik tangga. Umur 20 23 bulan sudah bisa melompat di satu tempat.

14. Menikmati jika diceritakan dongeng atau dibacakan buku

15. Menikmati bernyanyi sedehana bersama-sama

16. Mulai mampu mebangun relasi pertemanan

17. Umur 17 19 bulan bisa main lempar bola dan menyodorkan mainan ke tangan orang dewasa untuk minta tolong saat tidak bisa memainkannya. Umur 20 23 bulan bisa menendang bola ke depan

18. Mulai bisa bermain peran

19. Bangga jika berhasil melakukan sesuatu

20. Meniru melipat (satu lipatan) walaupun hasilnya belum baik

21. Menjawab pertanyaan sederhana

22. Memahami berakhirnya aktivitas dengan adanya ucapan "terima kasih", "sudah" dan sebagainya.

Menurut Burn et al. (2012) Behrman et al. (2012) dan Soetjiningsih (2014) apabila perkembangan anak tidak sesuai dengan perkembangan seperti tersebut diatas, maka dicurigai anak mengalami penyakit kelainan diantaranya seperti berikut :

1) Autisme

2) ADHD

3) Serebral palsi

4) Retardasi mental7. Autisme dan ADHD

1) Autisme

Menurut Yau (2012), Behrm et al. (2012) dan Rivera & McDaniels (2013) autisme adalah gangguan perkembangan yang ditandai dengan gangguan perkembangan dalam komunikasi, interaksi sosial, dan perilaku. Autisme menimpa satu dari sekitar 100 anak dan mempengaruhi kehidupan baik anak itu sendiri maupun keluarga mereka. Penyakit autis cenderung lebih banyak pada jenis kelamin laki-laki lima kali lipat dibandingkan pada jenis kelamin perempuan.Etiologi autisme

Penyebab autis adalah spekulatif. Sebab-sebab genetik telah dilibatkan. Terdapat 80% angka persesuaian untuk kembar monozigot dan 20% angka persesuaian untuk kembar dizigot. Kelainan kromosom, terutama sindrom x yang mudah pecah (fragil) juga lebih lazim pada keluarga dengan autism. Selain itu, kelainan temuan neurokimia telah terkait, meskipun fungsi dopamine diperkirakan normal, baru-baru ini kelainan ditunjukan dalam jumlah jalur katekolamin. Peningkatan kadar serotonin juga ditemukan dalam anak dengan autism. (Behrman et al, 2012).

Berikut merupakan ciri-ciri autisme

Gangguan Kemampuan SosialAutisme berkaitan dengan gangguan kemampuan sosial yang penderitanya berinteraksi berbeda dengan orang pada umumnya. Pada tingkat gejala ringan, ciri-ciri autisme yang muncul adalah tampak canggung saat berhubungan dengan orang lain, mengeluarkan komentar yang menyinggung orang lain, dan tampak terasing saat berkumpul bersama orang lain. Penderita autis dengan tingkat gejala autis yang parah biasanya tidak suka berinteraksi dengan orang lain. Mereka juga cenderung menghindari kontak mata. Pada anak-anak, gejala autis berupa gangguan kemampuan sosial ini dapat terlihat dari ketidaktertarikannya pada permainan bersama serta sulit berbagi dan bermain secara bergantian. Kesulitan BerempatiSangat sulit bagi anak penderita autisme untuk memahami perasaan orang lain, sehingga mereka jarang berempati terhadap orang lain. Mereka juga sulit mengenali dan memahami bahasa tubuh atau intonasi bicara. Saat berbicara dengan orang lain, komunikasi cenderung bersifat satu arah karena mereka lebih banyak membicarakan dirinya sendiri. Untungnya, kemampuan berempati ini dapat dilatih dan meningkat jika mereka rutin diingatkan untuk belajar mempertimbangkan perasaan orang lain. Tidak Suka Kontak Fisik Tak seperti anak lain pada umumnya, sebagian anak penderita autisme tidak menyukai jika mereka disentuh atau dipeluk. Namun, tidak semua menunjukkan gejala yang sama. Sebagian anak dengan autisme sering dan senang memeluk mereka yang dekat dengannya Tidak Suka Suara Keras, Beberapa Aroma, dan Cahaya Terang Anak penderita autisme umumnya merasa terganggu dengan suara keras yang mengagetkan, perubahan kondisi cahaya, dan perubahan suhu yang mendadak. Diyakini bahwa yang membuat mereka merasa terganggu adalah perubahan mendadak, sehingga mereka tidak bisa mempersiapkan diri terlebih dahulu. Bagi anak-anak dengan autisme, memberitahu mereka tentang sesuatu yang akan terjadi ternyata bermanfaat bagi mereka Gangguan BicaraCiri-ciri autisme bisa juga Anda deteksi dengan mengetahui kemampuan bicara pada anak. Diketahui bahwa 40% dari anak-anak dengan autisme tidak dapat berbicara atau hanya dapat mengucapkan beberapa kata saja. Sekitar 25-30% dapat mengucapkan beberapa kata pada usia 12-18 bulan, namun sesudahnya kehilangan kemampuan berbicara. Sedangkan sisanya baru dapat berbicara setelah agak besar. Intonasi penderita autisme saat berbicara biasanya cenderung datar dan bersifat formal. Mereka juga suka mengulang kata atau frase tertentu, atau dikenal sebagai echolalia. Suka Tindakan Berulang

Anak autis menyukai hal yang sudah pasti sehingga mereka menikmati melakukan rutinitas yang sama terus menerus atau sering melakukan tindakan yang berulang-ulang. Adanya perubahan pada rutinitas sehari-hari akan terasa sangat mengganggu bagi mereka. Tindakan yang berulang ini dapat bervariasi dan dikenal sebagai stimulating activities, serta biasanya menjadi suatu obsesi tersendiri bagi penderita autisme

Perkembangan Tidak SeimbangPerkembangan anak pada umumnya bersifat seimbang, artinya perkembangannya meliputi banyak faktor dan bertahap. Sebaliknya, perkembangan pada anak-anak autis cenderung tidak seimbang: perkembangan di satu bidang terjadi dengan cepat namun terhambat di bidang lainnya. Sebagai contoh, perkembangan kemampuan kognitif terjadi dengan pesat namun kemampuan bicara masih terhambat atau perkembangan kemampuan bicara terjadi dengan pesat namun kemampuan motorik masih terhambat.Berikut adalah cara mendeteksi anak yang beresiko mengidap autisme apabila dilihat dari mata dan bibir :

1. Pada bagian mata anak yang beresiko mengidap autisme terlihat tampak jarak yang lebih besar dari keadaan normal.

2. Daerah pipi dan hidung seringkali memiliki jarak yang lebih dekat apalagi pada bagian tengah wajah. Ciri ini umum dialami oleh anak yang mengalami autisme yaitu bagian tengah wajah yang sempit.

3. Selanjutnya pada bibir, pada anak yang mengidap autisme memiliki bagian lebar pada bibir dan philtrum yaitu daerah antara hidung dengan bibir sedikit lebarDiagnosis Autis Menegakkan diagnosis autism memang tidaklah mudah karena membutuhkan kecermatan, pengalaman dan mungkin perlu waktu yang tidak sebentar untuk pengamatan. Sejauh ini tidak ditemukan tes klinis yang dapat mendiagnosa langsung autis.

Diagnosa yang paling baik adalah dengan cara seksama mengamati perlilaku anak dalam berkomunikasi, bertingkah laku dan tingkat perkembangannya.

Banyak tanda dan gejala perilaku seperti autism yang disebabkan oleh adanya gangguan selain autis.

Pemeriksaan klinis dan penunjang lainnya mungkin diperlukan untuk memastikan kemungkinan adanya penyebab lain tersebut.

Karena karakteristik dari penyandang autisme ini banyak sekali ragamnya sehingga cara diagnosa yang paling ideal adalah dengan memeriksakan anak pada beberapa tim dokter ahli seperti ahli neurologis, ahli psikologi anak, ahli penyakit anak, ahli terapi bahasa, ahli pengajar dan ahli profesional lainnya dibidang autis.Penatalaksanaan autismePenatalaksanaan dapat dilakukan dengan paduan cara farmaka dan non-farmaka (Sadock, 2010; Gensler, 2012; Behrman et al, 2012; Yau, 2012).a. Farmaka : Risperidon di mulai dengan dosis 2 x0,1mg dapat di naikkan 0,25 mg setiap 3-5 hari sampai tercapai dosis 1-2 mg/hari. Dapat memperbaiki hubungan sosial, atensi, agresifitas, hiperaktifitas dan self injury haloperidol dosis 0,25-3mg/hari di bagi 2-3 dosis. Dapat memperbaiki agresifitas, hiperaktifitas, iritabilitas dan stereotipik thioridazine, dosis 0,5 -3mg mg/kg/hari dibagi 2-3 dosis. Dapat menurunkan agresifitas dan agitasi b. Non Farmaka

Applied Behavioral Analysis (ABA)

ABA adalah jenis terapi yang telah lama dipakai , telah dilakukan penelitian dan didisain khusus untuk anak dengan autisme. Sistem yang dipakai adalah memberi pelatihan khusus pada anak dengan memberikan positive reinforcement (hadiah/pujian). Jenis terapi ini bias diukur kemajuannya. Saat ini terapi inilah yang paling banyak dipakai di Indonesia

Terapi Wicara

Hampir semua anak dengan autisme mempunyai kesulitan dalam bicara dan berbahasa. Biasanya hal inilah yang paling menonjol, banyak pula individu autistic yang nonverbal atau kemampuan bicaranya sangat kurang. Kadangkadang bicaranya cukup berkembang, namun mereka tidak mampu untuk memakai bicaranya untuk berkomunikasi/berinteraksi dengan orang lain. Dalam hal ini terapi wicara dan berbahasa akan sangat menolong.

Terapi Okupasi

Hampir semua anak autistik mempunyai keterlambatan dalam perkembangan motorik halus. Gerakgeriknya kaku dan kasar, mereka kesulitan untuk memegang pinsil dengan cara yang benar, kesulitan untuk memegang sendok dan menyuap makanan kemulutnya, dan lain sebagainya. Dalam hal ini terapi okupasi sangat penting untuk melatih mempergunakan otot otot halusnya dengan benar. Terapi Fisik

Autisme adalah suatu gangguan perkembangan pervasif. Banyak diantara individu autistik mempunyai gangguan perkembangan dalam motorik kasarnya. Kadangkadang tonus ototnya lembek sehingga jalannya kurang kuat. Keseimbangan tubuhnya kurang bagus. Fisioterapi dan terapi integrasi sensoris akan sangat banyak menolong untuk menguatkan ototototnya dan memperbaiki keseimbangan tubuhnya. Terapi Sosial

Kekurangan yang paling mendasar bagi individu autisme adalah dalam bidang komunikasi dan interaksi . Banyak anakanak ini membutuhkan pertolongan dalam ketrampilan berkomunikasi 2 arah, membuat teman dan main bersama ditempat bermain. Seorang terqapis sosial membantu dengan memberikan fasilitas pada mereka untuk bergaul dengan temanteman sebaya dan mengajari cara2nya.

Terapi Bermain

Meskipun terdengarnya aneh, seorang anak autistik membutuhkan pertolongan dalam belajar bermain. Bermain dengan teman sebaya berguna untuk belajar bicara, komunikasi dan interaksi social. Seorang terapis bermain bisa membantu anak dalam hal ini dengan teknikteknik tertentu.

Terapi Perilaku.

Anak autistik seringkali merasa frustrasi. Temantemannya seringkali tidak memahami mereka, mereka merasa sulit mengekspresikan kebutuhannya, Mereka banyak yang hipersensitif terhadap suara, cahaya dan sentuhan. Tak heran bila mereka sering mengamuk. Seorang terapis perilaku terlatih untuk mencari latar belakang dari perilaku negatif tersebut dan mencari solusinya dengan merekomendasikan perubahan lingkungan dan rutin anak tersebut untuk memperbaik perilakunya.

Terapi Perkembangan

Floortime, Sonrise dan RDI (Relationship Developmental Intervention) dianggap sebagai terapi perkembangan. Artinya anak dipelajari minatnya, kekuatannya dan tingkat perkembangannya, kemudian ditingkatkan kemampuan sosial, emosional dan Intelektualnya. Terapi perkembangan berbeda dengan terapi perilaku seperti ABA yang lebih mengajarkan ketrampilan yang lebih spesifik.

Terapi Visual

Individu autistik lebih mudah belajar dengan melihat (visual learners/visual thinkers). Hal inilah yang kemudian dipakai untuk mengembangkan metode belajar komunikasi melalui gambargambar, misalnya dengan metode PECS ( Picture Exchange Communication System). Beberapa video games bisa juga dipakai untuk mengembangkan ketrampilan komunikasi.

Terapi Biomedik

Terapi biomedik dikembangkan oleh kelompok dokter yang tergabung dalam DAN (Defeat Autism Now). Banyak dari para perintisnya mempunyai anak autistik. Mereka sangat gigih melakukan riset dan menemukan bahwa gejalagejala anak ini diperparah oleh adanya gangguan metabolisme yang akan berdampak pada gangguan fungsi otak. Oleh karena itu anakanak ini diperiksa secara intensif, pemeriksaan, darah, urin, feses, dan rambut. Semua hal abnormal yang ditemukan dibereskan, sehingga otak menjadi bersih dari gangguan. Terrnyata lebih banyak anak mengalami kemajuan bila mendapatkan terapi yang komprehensif, yaitu terapi dari luar dan dari dalam tubuh sendiri (biomedis).2) ADHD (Attention-Deficit Hiperactivy Disorder)Menurut Reiff (2011) dan Barkley (2013) ADHD adalah gangguan perkembangan dalam peningkatan aktifitas motorik anak-anak hingga menyebabkan aktifitas anak-anak yang tidak lazim dan cenderung berlebihan. Ditandai dengan berbagai keluhan perasaan gelisah, tidak bisa diam, tidak bisa duduk dengan tenang, dan selalu meninggalkan keadaan yang tetap seperti sedang duduk, atau sedang berdiri. Beberapa kriteria yang lain sering digunakan adalah, suka meletup-letup, aktifitas berlebihan, dan suka membuat keributan.

Gangguan ini biasanya didiagnosis pertama kali ketika anak berada di sekolah dasar, ketika masalah dengan perhatian atau hiperaktifitas-impulsifitas menyulitkan anak untuk menyesuaikan diri. Walaupun tanda-tanda hiperaktifitas sudah sering teramati sejak awal, banyak anak kecil yang terlalu aktif tidak menegmbangkan ADHD. ADHD merupakan masalah psikologis y ang sering terjadi akhir-akhir ini. Gangguan ini diperkirakan mempengaruhi 3% samapi 7% anak-anak usia sekolah. ADHD didiagnosis 2 sampai 9 kali lebih banyak diderita oleh anak lak-laki disbanding anak perempuan. Walaupun kurangnya perhatian merupakan dasar dari masalah, masalah-masalah lain yang mencakup ketidakmampuan untuk duduk tenang lebih dari beberapa menit, menggangu, temper tantrum, keras kepala, dan tidak berespon terhadap hukuman. Aktifitas dan kegelisahan pada anak ADHD menghambat kemampuan mereka untuk berfungsi di sekolah. Mereka tamp[ak tidak dapat duduk dengan tenang. Mereka gelisah dan bergerak-gerak di kursi, mengganggu kegiatan anak-anak lain, mudah marah dan melakukan perilaku yang berbahaya seperti berlari kejalan tanpa melihat. Yang jelas, mereka menbuat orang tua dan guru merasa tidak berdaya.Etiologi ADHDHingga saat ini penyebab ADHD belum dapat dipastikan. Terdapat berbagai teori tentang penyebab ADHD : (1) faktor genetik, terdapat mutasi gen pengkode neurotransmiter dan reseptor dopamin(D2 dan D4) pada kromosom 11p; (2) gangguan otak dan metabolisme; (3) faktor lingkungan/fsikososial.Ciri-ciri perilaku ADHDTabel 3. Pola perilaku khusus ADHDJenis MasalahPola Perilaku Khusus

Kurangnya perhatian Gagal memperhatikan detail atau ceroboh dalam tugas sekolah Tampak tidak memperhatiak apa yang dikatakan orang lain Kesulitan mempertahankan perhatian di sekolah atau saat main Tidak bisa mengikuti instruksi atau menyelesaikan tugas Kesulitan mengatur pekerjaan dan aktivitas lainnya Menghindari pekerjaan atau aktivitas yang menuntut perhatian Mudah teralihkan perhatiannya Sering lupa melakukan aktivitas sehari-hari Kehilangan alat-alat sekolah

Hiperaktivitas Tangan atau kaki bergerak gelisah Meninggalkan kursi pada situasi belajar yang menuntut tenang Berlarian atau memanjat secara terus menerus Kesulitan untuk bermain dengan tenang

Impulsivitas Sering berteriak di kelas Tidak bisa menunggu giliran dalam antrean

Untuk dapat didiagnosis ADHD, gangguan ini harus muncul sebelum usia 7 tahun, secara signifikan menghambat fungsi akademik, social, dan pekerjaan, dan ditandai dengan sejumlah cirri klinis yang ada pada tabel diatas, serta telah terjadi lebih dari 6 bulan paling tidak pada dua situasi seperti sekolah, rumah, atau pekerjaan.Gejala-gejala ADHDADHD dapat ditengarai sejak anak berusia sangat kecil, pada bayi gejala yang nampak adalah :

Terlalu banyak bergerak, sering menangis, dan pola tidurnya buruk

Sulit makan/minum

Selalu kehausan

Cepat marah/sering mengalami temper tantrum

Adapun pada anak balita gejala ADHD yang kerap terlihat adalah :

Sulit berkonsentrasi/memiliki rentang konsentrasi yang sangat pendek

Sangat aktif dan selalu bergerak

Impulsif

Cenderung penakut

Memiliki daya ingat yang pendek

Terlihat tidak percaya diri

Memiliki masalah tidur dan sulit makan

Sangat cerdas, namun prestasi belajar tidak prima.Penatalaksanaan ADHDTerapi yang diberikan untuk tatalaksana ADHD harus dilaksanakan secara menyeluruh, dimulai dari edukasi dengan keluarga, terapi perilaku hingga penatalaksanaan dengan obat-obatan farmasi. Beberapa terapi yang dapat diberikan adalah sebagai berikut : Terapi Obat-obatan

Terapi penunjang terhadap impuls-impuls hiperaktif dan tidak terkendelai, biasanya digunakan antidepresan seperti Ritalin, Dexedrine, desoxyn, adderal, cylert, buspar, clonidine. Terapi nutrisi dan diet

Keseimbangan diet karbohidrat protrein

Terapi biomedis

Suplemen nutrisi, defisiensi mineral, dan gangguan asam amino

Terapi perilaku

8. Retridasi mental dan palsy cerebral

1) Retridasi mental (tuna grahita)Jongsma et al. (2000) dan Smith et al. (2005) menyatakan bahwa retardasi mental ialah keadaan dengan intelegensia yang kurang (subnormal) sejak masa perkembangan (sejak lahir atau sejak masa anak). Biasanya terdapat perkembangan mental yang kurang secara keseluruhan, tetapi gejala utama ialah intelegensi yang terbelakang. Retardasi mental disebut juga oligofrenia (oligo = kurang atau sedikit dan fren = jiwa) atau tuna mental. Retardasi mental bukan suatu penyakit walaupun retardasi mental merupakan hasil dari proses patologik di dalam otak yang memberikan gambaran keterbatasan terhadap intelektual dan fungsi adaptif. Retardasi mental dapat terjadi dengan atau tanpa gangguan jiwa atau gangguan fisik lainnya.

Perkembangan retadasi mental bervariasi, banyak anak dengan retardasi mental menjadi lebih baik seiring berjalannya waktu, terutama bila mereka mendapatkan dukungan, bimbingan dan kesempatan pendidikan yang besar. Mereka yang tumbuh dalam lingkungan yang kurang baik, dapat mengalami kegagalan untuk berkembang atau kemunduran dalam hubungannya dengan anak-anak yang lain.

Etiologi Retardasi MentalRetardasi mental dapat disebabkan oleh aspek biologis, psikososial, atau kombinasi keduanya. Penyebab biologis mencakup gangguan kromosom dan genetis, penyakit infeksi, dan penggunaan alcohol pada saat ibu mengandung. Walaupun demikian, lebih dari separuh kasus retardasi mental tetap tidak dapat dijelaskan, terutama dalam retardasi rental ringan. Kasus-kasus yang tidak dapat dijelaskan itu mungkin melibatkan penyebab dari unsur budaya atau keluarga, seperti pengasuhan dalam lingkungan rumah yang miskin. Atau mungkin penyebabnya merupakan interaksi antar factor psikososial dan genetis, hal yang masih amat minim dipahami.Ciri-ciri retardasi mental Ciri utama retardasi mental adalah lemahnya fungsi intelektual. Selain intelegensinya rendah, anak dengan retardasi mental juga sulit menyesuaikan diri dan susah berkembang.

Keterampilan adaptif yang kurang antara lain adalah keahlian memperhatikan dan merawat diri sendiri dan mengemban tanggung jawab sosial seperti berpakaian, buang air, makan, kontrol diri, dan berinteraksi dengan kawan sebaya. Tingkat Retardasi MentalTabel Tingkat keparahan retardasi mentalDerajat keparahanPerkiraan rentang IQJumlah penyandang MR dalam rentang ini

Ringan (mild)50-55 sampai sekitar 70Kira-kira 85 %

Sedang (moderate)35-40 sampai 50-5510 %

Berat (severe)20-25 sampai 35-403-4 %

Parah (profound)Di bawah 20 atau 251-2 %

Pencegahan dan Pengobatan Pencegahan primer dapat dilakukan dengan pendidikan kesehatan pada masyarakat, perbaikan keadaan-sosio ekonomi, konseling genetik dan tindakan kedokteran (misalnya perawatan prenatal yang baik, pertolongan persalinan yang baik, kehamilan pada wanita adolesen dan diatas 40 tahun dikurangi dan pencegahan peradangan otak pada anak-anak). Pencegahan sekunder meliputi diagnosa dan pengobatan dini peradangan otak, perdarahan subdural, kraniostenosis (sutura tengkorak menutup terlalu cepat, dapat dibuka dengan kraniotomi; pada mikrosefali yang kogenital, operasi tidak menolong). Pencegahan tersier merupakan pendidikan penderita atau latihan khusus sebaiknya disekolah luar biasa. Dapat diberi neuroleptika kepada yang gelisah, hiperaktif atau dektrukstif..

Konseling kepada orang tua dilakukan secara fleksibel dan pragmatis dengan tujuan antara lain membantu mereka dalam mengatasi frustrasi oleh karena mempunyai anak dengan retardasi mental. Orang tua sering menghendaki anak diberi obat, oleh karena itu dapat diberi penerangan bahwa sampai sekarang belum ada obat yang dapat membuat anak menjadi pandai, hanya ada obat yang dapat membantu pertukaran zat (metabolisme) sel-sel otak.2) Serebral palsi

Menurut Miller (2005), Rosenbaum & Rosenbloom (2012) dan McIntyre at al. (2013) serebral palsi adalah gangguan gerakan, otot, atau postur yang disebabkan oleh cedera atau perkembangan abnormal di otak, paling sering terjadi sebelum kelahiran. Tanda dan gejala muncul selama masa bayi atau prasekolah. Secara umum, serebral palsi menyebabkan gangguan gerakan yang terkait dengan refleks berlebihan atau kekakuan, postur tubuh yang abnormal, gerakan tak terkendali, kegoyangan saat berjalan, atau beberapa kombinasi dari gangguan tersebut. Efek cerebral palsy pada kemampuan fungsional sangat bervariasiOrang dengan cerebral palsy sering memiliki kondisi lain yang berkaitan dengan kelainan perkembangan otak, seperti cacat intelektual, masalah penglihatan dan pendengaran, atau kejang. Sebuah spektrum yang luas dari perawatan dapat membantu mengurangi efek cerebral palsy dan meningkatkan kemampuan fungsional seseorang

EtiologiCerebral palsy disebabkan oleh kelainan atau gangguan dalam perkembangan otak, biasanya sebelum anak lahir. Dalam banyak kasus, pemicu yang tepat dari kelainan ini tidak diketahui. Faktor-faktor yang dapat menyebabkan masalah dengan perkembangan otak termasuk (Miller, 2005; Rosenbaum & Rosenbloom, 2012) :

1. Mutasi pada gen yang mengontrol perkembangan otak

2. Infeksi pada ibu yang mempengaruhi perkembangan janin

3. Janin stroke, gangguan suplai darah ke otak yang sedang berkembang

4. Kurangnya oksigen ke otak (asfiksia) terkait dengan persalinan sulit

5. Bayi infeksi yang menyebabkan peradangan dalam atau di sekitar otak

6. Trauma, seperti cedera kepala pada bayi dari kecelakaan kendaraan bermotor, jatuh, atau pelecehan anak

GejalaTanda dan gejala dapat sangat bervariasi. Gangguan gerakan dan koordinasi yang terkait dengan cerebral palsy dapat meliputi :

1. Gangguan pada otot, yaitu terlalu kaku atau terlalu lemah

2. Kaku otot dan refleks berlebihan (kekejangan)

3. Kaku otot dengan refleks normal (kekakuan)

4. Kurangnya koordinasi otot (ataksia)

5. Getaran atau gerakan tidak sadar

6. Gerakan lambat (athetosis)

7. Penundaan dalam mencapai keterampilan motorik8. Lebih menyukai menggunakan satu sisi tubuh, seperti menyeret kakinya saat merangkak9. Kesulitan berjalan, seperti berjalan kaki atau gaya berjalan berjongkok10. Kesulitan menelan11. Kesulitan menghisap atau makan12. Penundaan dalam perkembangan bicara atau kesulitan berbicara13. Kesulitan dengan gerakan yang tepat14. Kecerdasan dibawah normal

15. Keterbelakangan mental

Penatalaksanaan CP

CP tidak dapat disembuhkan dan merupakan kelainan yang berlangsung seumur hidup. Tetapi banyak hal yang dapat dilakukan agar anak bisa hidup semandiri mungkin. Anak-anak dan orang dewasa dengan cerebral palsy akan membutuhkan beberapa derajat perawatan jangka panjang dengan tim perawatan medis. Obat yang dapat mengurangi ketegangan otot dapat digunakan untuk meningkatkan kemampuan fungsional, mengobati rasa sakit dan mengelola komplikasi yang berhubungan dengan kelenturan. Pemilihan obat tergantung pada apakah masalah hanya mempengaruhi otot-otot tertentu (terisolasi) atau seluruh tubuh (umum). Berbagai terapi juga dapat membantu orang dengan cerebral palsy untuk meningkatkan kemampuan fungsional, dimana terapi tersebut dapat meliputi (Miller, 2005; Rosenbaum & Rosenbloom, 2012) :

1. Terapi fisik

2. Terapi okupasi

3. Terapi wicara4. Pembedahan mungkin diperlukan untuk mengurangi kejang otot atau kelainan tulang yang disebabkan oleh kekejangan. Prosedur pembedahan tersebut dapat meliputi (1) Bedah ortopedi; dan (2) Pemotongan saraf9. Tatalaksana tumbuh kembang anak secara umumDengan mengacu kepada Permenkes RI No. 66 (2014) maka tatalaksana secara umum terhadap anak adalah sebagai berikut :

1. Pemantauan pertumbuhan, perkembangan dan gangguan tumbuh kembang anak dilakukan untuk meningkatkan kualitas tumbuh kembang anak usia dini (bayi, anak balita dan pra sekolah) dan kesiapan anak memasuki jenjang pendidikan formal.

2. Pemantauan pertumbuhan, perkembangan dan gangguan tumbuh kembang anak diarahkan untuk meningkatkan status kesehatan dan gizi, kognitif, mental dan psikososial anak.

3. Pemantauan pertumbuhan dilakukan pada anak usia 0 (nol) sampai 72 buln melalui penimbangan berat badan setiap bulan dan pengukuran tinggi badan setiap 3 bulan serta pengukuran lingkar kepala sesuai jadwal.

4. Pemantauan perkembangan dilakukan setiap 3 bulan pada anak usia 0-12 bulan dan 6 bulan pada anak usia 12-72 bulan.

5. Pemantauan gangguan tumbuh kembang anak dilakukan sesuai jadwal umur skrining.

6. Pemantauan pertumbuhan, perkembangan dan gangguan tumbuh kembang anak harus diselenggarakan secara komprehensif dan berkualitas melalui kegiatan : (a) stimulasi yang memadai; (b) deteksi dini; dan (c) intervensi dini.

7. Stimulasi, deteksi dini dan intervensi dini gangguan tumbuh kembang anak harus diselenggarakan secara komprehensif, berkualitas dan berkelanjutan oleh tenaga kesehatan dan petugas lintas sektor.10. Denver development screening test Menurut Nugroho (2009) Denver Developmental Screening Test (DDST) adalah sebuah metode pengkajian yang digunakan secara luas untuk menilai kemajuan perkembangan anak usia 0-6 tahun. Nama Denver menunjukkan bahwa uji skrining ini dibuat di University of Colorado Medical Center di Denver Amerika Serikat.DDST yang umumnya dikenal dengan Denver Scale adalah tes skrining untuk masalah kognitif dan perilaku pada anak prasekolah. Tes ini dikembangkan oleh William K. Frankenburg dan J.B Dodds pada tahun 1967. DDST dipublikasikan oleh Denver Developmental Materials, Inc. di Denver, Colorado. Tes ini dapat dilakukan oleh dokter spesialis anak, tenaga profesional kesehatan lainnya, atau tenaga profesional dalam layanan sosial.

Dalam perkembangannya, DDST mengalami beberapa kali revisi. Revisi terakhir adalah Denver II yang merupakan hasil revisi dan standardisasi dari DDST dan DDSR-R (Revised Denver Developmental Screening Test). Perbedaan Denver II dengan skrining terdahulu terletak pada item-item test, bentuk, interpretasi, dan rujukan.

Manfaat DDSTPenyimpangan perkembangan pada bayi dan anak usia dini sering kali sulit dideteksi dengan dideteksi dengan pemeriksaan fisik rutin. DDST dikembangkan untuk membantu petugas kesehatan dalam mendeteksi masalah perkembangan anak seusia dini (Nugroho, 2009).Menurut studi yang dilakukan oleh The Public Health Agency of Canada, DDST adalah metode tes yang paling banyak digunakan untuk skrining masalah perkembangan anak. Manfaat pengkajian perkembangan dengan menggunakan DDST bergantung pada usia anak. Pada bayi lahir, tes ini dapat mendeteksi berbagai masalah neurologis, salah satunya serebral palsi. Pada bayi, tes ini sering kali dapat memberikan jaminan kepada orang tua atau bermanfaat dalam mengidentifikasi berbagai problem dini yang mengancam mereka. Pada anak, tes ini dapat membantu meringankan permasalah akademik dan sosial.

Denver II dapat digunakan untuk berbagai tujuan, antara lain:

1. Menilai tingkat perkembangan anak sesuai dengan usianya.

2. Menilai tingkat perkembangan anak yang tampak sehat.

3. Menilai tingkat perkembangan anak yang tidak menunjukkan gejala kemungkinan adanya kelainan perkembangan.

4. memastikan anak yang diduga mengalami kelainan perkembangan.

5. Memantau anak yang berisiko mengalami kelainan perkembangan.Apa yang diukur dalam DDSTSebelum menerapkan DDST, terlebih dahulu kita harus memahami apa yang hendak diukur melalui tes tersebut. Agar tidak terjadi kesalahan pemahaman, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan berkaitan Denver II yaitu : Denver II bukan merupakan tes IQ dan bukan alat peramal kemampuan adaptig atau intelektual (perkembangan) pada masa yang akan datang.

Denver II tidak digunakan untuk menetapkan diagnosis, seperti kesukaran belajar, gangguan bahasa, gangguan emosional, dan sebagainya.

Denver II diarahkan untuk membandingkan kemampuan perkembangan anak dengan anak lain yang seusia, bukan sebagai pengganti evaluasi diagnostik atau pemeriksaan fisik.

Denver II terdiri atas 125 item tugas perkembangan yang sesuai dengan usia anak, mulai dari usia 0-6 tahun. Item-item tersebut tersusun dalam formulir khusus dan terbagi menjadi 4 sektor, yaitu :

1. Sektor Personal-Sosial, yaitu penyesuaian diri di masyarakat dan kebutuhan pribadi.

2. Sektor Motorik Halus-Adaptif, yaitu koordinasi mata-tangan, kemampuan memainkan dan menggunakan benda-benda kecil, serta pemecahan masalah.

3. Sektor Bahasa, yaitu mendengar, mengerti, dan menggunakan bahasa.

4. Sektor Motorik Kasar, yaitu duduk, berjalan, dan melakukan gerakan umum otot besar lainnya.

Adapun rincian item pada 4 sektor tersebut adalah sebagai berikut :

A. Sektor Personal Sosial Aspek yang berhubungan dengan kemampuan mandiri, bersosialisasi dan berinteraksi dengan lingkungannya, seperti :

1. Menatap muka

2.Membalas senyum pemeriksa

3.Tersenyum spontan

4.Mengamati tangannya

5.Berusaha menggapai mainan

6.Makan sendiri

7.Tepuk tangan

8. Menyatakan keinginan

9. Daag-daag dengan tangan

10. Main bola dengan pemeriksa

11.Menirukan kegiatan

12.Minum dengan cangkir

13.Membantu di rumah

14.Menggunakan sendok dan garpu

15.Membuka pakaian

16.Menyuapi boneka

17.Memakai baju

18.Gosok gigi dengan bantuan

19.Cuci dan mengeringkan tangan

20.Menyebut nama teman

21.Memakai T-shirt

22.Berpakaian tanpa bantuan

23.Bermain ular tangga / kartu

24.Gosok gigi tanpa bantuan

25.Mengambil makan

B. Sektor Motorik Halus-Adaptif

Aspek yang berhubungan dengan kemampuan anak untuk mengamati sesuatu, melakukan gerakan yang melibatkan bagian-bagian tubuh tertentu dan dilakukan dalam :

1. Mengikuti ke garis tengah

2.Mengikuti lewat garis tengah

3.Memegang icik-icik

4.Mengikuti 18005.Mengamati manik-manik

6.Tangan bersentuhan

7.Meraih

8.Mencari benang

9.Menggaruk manik-manik

10. Memindahkan kubus

11.Mengambil dua buah kubus

12.Memegang dengan ibu jari dan jari

13.Membenturkan 2 kubus

14.Menaruh kubus di cangkir

15.Mencoret-coret

16.Ambil manik-manik ditunjukkan

17.Menara dari 2 kubus

18.Menara dari 4 kubus

19.Menara dari 6 kubus

20.Meniru garis vertikal

21.Menara dari kubus

22.Menggoyangkan dari ibu jari

23.Mencontoh O

24.Menggambar dengan 3 bagian

25.Mencontoh (titik)

26.Memilih garis yang lebih panjang

27.Mencontoh yang ditunjukkan

28.Menggambar orang 6 bagian

29.Mencontoh

C. Sektor BahasaKemampuan untuk memberikan respon terhadap suara, mengikuti perintah dan berbicara spontan yang meliputi :

1. Bereaksi

2.Bersuara

3.Oooo ? Aaaah

4.Tertawa

5.Berteriak

6.Menoleh ke bunyi icik-icik

7.Menoleh ke arah suara

8.Satu silabel

9.Meniru bunyi kata-kata

10.Papa/mama tidak spesifik

11.Kombinasi silabel

12.Mengoceh

13.Papa/mama spesifik

14.1 kata

15.2 kata

16.3 kata

17.6 kata

18.Menunjuk 2 gambar

19.Kombinasi kata

20. menyebut 1 gambar

21.Menyebut bagian badan

22.Menunjuk 4 gambar

23.Bicara dengan dimengerti

24.Menyebut 4 gambar

25.Mengetahui 2 kegiatan

26.Mengerti 2 kata sifat

27.Menyebut satu warna

28.Kegunaan 2 benda

29.Mengetahui

30.Bicara semua dimengerti

31.Mengerti 4 kata depan

32.Menyebut 4 warna

33.Mengartikan 6 kata

34.Mengetahui 3 kata sifat

35.Menghitung 6 kubus

36.Berlawanan 2

37.Mengartikan 7 kata

D. Sektor Motorik KasarAspek yang berhubungan dengan pergerakan dan sikap tubuh, meliputi kemampuan dalam :

1.Gerakan seimbang

2.Mengangkat kepala

3.Kepala terangkat ke atas

4.Duduk kepala tegak

5.Menumpu badan pada kaki

6.Dada terangkat menumpu satu lengan

7.Membalik

8.Bangkit kepala tegak

9.Duduk tanpa pegangan

10. Berdiri tanpa pegangan

11. Bangkit waktu berdiri

12.Bangkit terus duduk

13.Berdiri 2 detik

14.Berdiri sendiri

15.Membungkuk kemudian berdiri

16.Berjalan dengan baik

17.Berjalan dengan mundur

18.Lari

19.Berjalan naik tangga

20.Menendang bola ke depan

21.Melompat

22.Melempar bola, lengan ke atas

23.Loncat

24.Berdiri satu kaki 1 detik

25.Berdiri satu kaki 2 detik

26.Melompat dengan satu kaki

27.Berdiri satu kaki 3 detik

28.Berdiri satu kaki 4 detik

29.Berjalan tumit ke jari kaki

30.Berdiri satu kaki 6 detik

Pelaksanaan TesDalam melaksanakan tes perkembangan anak dengan menggunakan Denver II, kita perlu melakukan langkah-langkah persiapan, diantaranya persiapan alat tes, formulir Denver II, pedoman pelaksanaan pengujian, baru dilanjutkan dengan penghitungan usia anak, dan terakhir pelaksanaan tes sesuai dengan usia anak.

Peralatan yang digunakanAlat-alat pokok yang dibutuhkan dalam penerapan Denver II antara lain:

1. Benang wol merah

2. Icik-icik dengan gagang kecil

3. Boneka kecil dengan botol susu

4. Cangkir kecil dengan pegangan

5. Kubus (dengan rusuk 2,5 cm) berjumlah 8 buah, berwarna merah, biru, kuning, dan hijau masing-masing 2 buah.

6. Botol kecil berwarna bening dengan tutup berdiameter 2 cm

7. Manik-manik (dalam penerapannya, ada yang mengganti manik-manik dengan kismis atas pertimbangan tertentu)

8. Lonceng kecil

9. Bola tenisDetail Formulir DDST Formulir Denver II berupa selembar kertas yang berisikan 125 tugas perkembangan menurut usia pada halaman depan dan pedoman tes untuk item-item tertentu pada halaman belakang. Pada baris horizontal teratas dan terbawah, terdapat skala usia dalam bulan dan tahun yang dimulai dari anak lahir hingga 6 tahun. Pada usia 0-24 bulan, jarak 2 tanda (garis tegak kecil) adalah 1 bulan. Setelah usia 24 bulan, jarak antara 2 tanda adalah 3 bulan.

Pada bagian depan, terdapat 125 item yang digambarkan dalam bentuk persegi panjang yang ditempatkan dalam neraca usia, yang menunjukan 25%, 50% 75%, dan 90% dari seluruh sampel standar anak normal yang dapat melaksanakan tugas tersebut. Sebagai contoh, item menggosok gigi tanpa bantuan memiliki makna :

1. 25% dari seluruh sampel anak dapat menggosok gigi tanpa bantuan di usia kurang dari 33 bulan (2 tahun 9 bulan).

2. 50% dari seluruh sampel anak dapat menggosok gigi tanpa bantuan di usia 42 bulan (3 tahun 6 bulan).

3. 75% dari seluruh sampel anak dapat menggosok gigi tanpa bantuan di usia 51 bulan ( 4 tahun 3 bulan).

4. 90% dari seluruh sampel anak dapat menggosok gigi tanpa bantuan di usia kurang dari 63 bulan (5 tahun 3 bulan).

Pada beberapa kotak, terdapat catatan kecil angka (mis., 1,2, dan 3) yang menunjukkan bahwa item tersebut membutuhkan petunjuk khusus yang dapat dilihat di bagian belakang lembar tes sesuai dengan angka yang tertulis. Pada sejumlah kotak juga terdapat huruf L yang menandakan bahwa item tersebut dapat dinilai LULUS/LEWAT berdasarkan laporan dari orang tua atau pengasuh anak.

Cara Menghitung Usia AnakTelah disebutkan di awal bahwa penerapan DDST ditujukan untuk menilai perkembangan anak berdasarkan usianya. Dengan demikian, sebelum melakukan tes ini, terlebih dahulu kita harus mengetahu usia anak tersebut. Untuk menghitung usia anak, kita dapat mengikuti langkah-langkah berikut.

1. Tulis tanggal, bulan, dan tahun dilaksanakannya tes.

2. Kurangi dengan cara bersusun dengan tanggal, bulan, dan tahun kelahiran anak.

3. Jika jumlah hari yang dikurangi lebih besar, ambil jumlah hari yang sesuai dari angka bulan di depannya (mis., Agustus: 31 hari, September: 30 hari)

4. Hasilnya adalah usia anak dalam tahun, bulan dan hari

5. Ubah usia anak ke dalam satuan bulan jika perlu.

6. Jika pada saat pemeriksaan usia anak di bawah 2 tahun, anak lahir kurang 2 minggu, atau lebih dari HPL, lakukan penyesuaian prematuritas dengan cara mengurangi umur anak dengan jumlah minggu tersebut

Pelaksanaan TesHal-hal yang perlu diperhatikan dalam pelaksanaan tes adalah sebagai berikut:

1. Semua item harus disajikan sesuai dengan pelaksanaan tes yang telah terstandardisasi (sesuai pedoman pelaksanaan tes per item).

2. Perlu kerja sama aktif dari anak sebab anak harus merasa tenang, aman, senang, sehat (tidak lapar, tidak mengantuk, tidak haus, dan tidak rewel).

3. Harus terbina kerja sama yang baik antara kedua belah pihak. Caranya adalah dengan berkenalan terlebih dulu dengan orang tua, baru kemudian mendekati anak agar ia merasa lebih nyaman dengan kehadiran orang tua baru.

4. Tersedia ruangan cukup yang luas, ventilasi baik, dan berikan kesan yang santai dan menyenangkan.

5. Orang tua harus diberitahu bahwa tes ini bukan tes kepandaian/IQ melainkan tes untuk melihat perkembangan anak secara keseluruhan. Beritahukan bahwa anak tidak selalu dapat melaksanakan semua tugas yang diberikan.

6. Item-item tes sebaiknya disajikan secara fleksibel. Akan tetapi, lebih dianjurkan mengikuti petunjuk berikut : Item yang kurang memerlukan keaktifan anak sebaiknya didahulukan, misalnya sektor personal-sosial, baru kemudian dilanjutkan dengan sector motorik halus-adaptif.

Item yang lebih mudah didahulukan. Berikan pujian pada anak jika ia dapat menyelesaikan tugas dengan baik, juga saat ia mampu menyelesaikannya tetapi kurang tepat. Ini ditujukan agar anak tidak segan untuk menjalani tes berikutnya.

Item dengan alat yang sama sebaiknya dilakukan secara berurutan agar penggunaan waktu menjadi lebih efisien.

Hanya alat-alat yang akan digunakan saja yang diletakkana di atas meja.

Pelaksanaan tes untuk semua sector dimulai dari item yang terletak di sebelah kiri garis umur, lalu dilanjutkan ke item di sebelah kanan garis umur.

7. Jumlah item yang dinilai bergantung pada lama waktu yang tersedia, yang terpenting pelaksanaannya mengacu pada tujuan tes, yaitu mengidentifikasi perkembangan anak dan menentukan kemampuan anak yang relatife lebih tinggi.

Penilaian Tes PerilakuPenilaian perilaku dilakukan setelah tes selesai. Dengan menggunakan skala pada lembar tes, penilaian ini dapat membandingkan perilaku anak selama tes dengan perilaku sebelumnya.. Kita boleh menanyakan kepada orang tua atau pengasuh apakah perilaku anak sehari-hari sama dengan perilakunya saat itu. Terkadang anak tengah dalam kondisi sakit, atau marah sewaktu menjalani pemeriksaan tersebut. Jika demikian, tes dapat ditunda dan dilanjutkan pada hari lain saat anak telah kooperatif.

Pemberian Skor untuk Setiap ItemPada setiap item, kita perlu mencantumkan skor di area kotak yang berwarna putih (dekat tanda 50%), dengan ketentuan sebagai berikut :

1. L = Lulus/Lewat (P = Pass). Anak dapat melakukan item dengan baik atau orang tua/pengasuh melakukan item dengan baik atau orang tua/pengasuh melaporkan secara terpercaya bahwa anak dapat menyelesaikan item tersebut (item yang bertanda L).

2. G = Gagal (F = Fail). Anak tidak dapat melakukan item dengan baik atau orang tua/pengasuh melaporkan secara terpercaya bahwa anak tidak dapat melakukan item tersebut (item yang bertanda L).

3. M = Menolah (R = Refusal). Anak menolak untuk melakukan tes untuk item tersebut. Penolakan dapat dikurangi dengan mengatakan kepada anak apa yang harus dilakukannya (khusus item tanpa tanda L).

4. Tak = Tak ada kesempatan (No= No Opportunity). Anak tidak mempunyai kesempatan untuk melakukan item karena ada hambatan (khusus item yang bertanda L).Interpretasi Hasil

Interpretasi hasil untuk tes ini terdiri atas dua tahap, yaitu penilaian per item dan penilaian tes secara keseluruhan.

1. Penilaian per itemIlustrasi untuk penilaian per item dapat terdiri dari beberapa katgori :

a) Penilaian item L Lebih (Advance). Nilai lebih tidak perlu diperhatikan dalam penilaian tes secara keseluruhan (karena biasanya hanya dapat dilakukan oleh anak yang lebh tua.

b) Penilaian item OK atau normal. Nilai ini tidak perlu diperhatikan dalam penilaian tes secara keseluruhan. Nilai OK dapat diberikan pada anak dalam kondisi berikut .

Anak Gagal (G) atau Menolak (M) melakukan tugas untuk item di sebelah kanan garis usia. Kondisi ini wajar, karena item di sebelah kanan garis usia pada dasarnya merupakan tugas untuk anak yang leblih tua. Dengan demikian, tidak menjadi masalah jika anak gagal untuk menolak melakukan tugas tersebut karena masih banyak kesempatan bagi anak untuk melakukan tugas tersebut jika usianya sudah mencukupi. Anak Lulus/Lewat (L), Gagal (G), atau Menolak (M) melakukan tugas untuk item di daerah putih kotak (daerah 25%-75%). Jika anak lulus, sudah tentu hal ini dianggap normal, sebab tugas tersebut memang ditujukan untuk anak di usia tersebut. Lalu, mengapa saat anak gagal atau menolak melakukan tugas masih kita simpulkan OK? Perlu kita ketahui, daerah putih pada kotak menandakan bahwa sebanyak 25%-75% anak di usia tersebut mampu (Lulus) melakkan tugas tersebut. Dengan kata lain, masih ada sebagian anak di usia tersbeut yang belum berhasil melakukannya. Jadi, jika anak gagal atau menolak melakukan tuga pada daerah itu, hal ini masih dianggap wajar, dan anak masih memiliki kesempaan untuk melakukannya pada tes yang akan datang.c) Penilaian item P= Peringatan (C= Caution). Nilai Peringatan diberikan jika anak Gagal (G) atau Menolak (M) melakukan tugas untuk item yang dilalui oleh garis usia pada daerah gelap kotak (daerah 75% - 90%). Hal ini karena hasil riset menunjukkan bahwa sebanyak 75% - 90% anak di usia tersebut sudah berhasil (Lulus) melakukan tugas tersebut. d) Penilaian item T= Terlambar (D = Delayed). Nilai Terlambat diberikan jika anak Gagal (G) atau Menolak (M) melakukan tugas untuk item di sebelah kiri garis usia sebab tugas tersebut memang ditujukan untuk anak yang lebih muda. Seorang seharusnya mampu melakukan tugas untuk kelompok usia yang lebih muda, yang tentunya berupa tugas-tugas yang lebih ringan. Jika, tugas untuk anak yang leblih muda tidak dapat dilakukan atau ditolak, anak tentu akan mendapatkanpenilaian T (terlambat). e) Penilaian item Tak ada kesempatan (No Opportunity). Nilai Tak ini tidak perlu diperhatikan dalam penilaian tes secara keseluruhan. Nilai Tak ada kesempatan diberikan jika anak mendapat skor Tak atau tidak ada kesempatan untuk mencoba atau melakukan tes.2. Penilaian Keseluruhan TesHasil interpretasi untuk keseluruan tes dikategorikan menjadi 3 yaitu, Normal, Suspek, dan Tak dapat diuji. Penjelasan mengenai ketiga kategori tersebut adalah sebagai berikut .

a. Normal. Intrpretasi NORMAL diberikan jika tidak ada skor Terlambat (0 T) dan/atau maksimal 1 Peringatan (1 P). jika hasil ini didapat, lakukan pemeriksaan ulang pada kunjungan berikutnya.b. Suspek. Interpretasi SUSPEK diberikan jika terdapat satu atau lebih skor Terlambat (1 T) dan/atau dua atau lebih oleh kegagaln (G), bukan oleh penolakan (M). jika hasil ini didapat, lakukan uji ulang dalam 1-2 minggu mendatang untuk menghilangkan faktor-faktor sesaat, seperti rasa takut, sakit, atau kelelahan.c. Tidak dapat diuji. Interpretasi TIDAK DAPAT DIUJI diberikan jika terdapat satu atau lebih skor Terlambat (1 T) dan/atau dua atau lebih Peringatan(2 P). Ingat, dalam hal ini, T dan P harus disebabkan oleh penolakan (M), bukan oleh kegagalan (G). jika hasil ini didapat, lakukan uji ulang dalam 1-2 minggu mendatang.Catatan: Jika hasil tes berulang kali menunjukkan SUSPEK atau TIDAK DAPAT DIUJI, anak perlu menjalani sesi konsultasi dengan seorang ahli guna menentukan keadaan klinis anak berdasarkan :

Profil hasil tes (item yang mendapat nilai Peringatan atau Terlambat);

Jumlah Peringatan dan Terlambat;

Profil klinis lainnya (riwayat klinis, pemeriksaan kesehatan).

Menurut Soetjiningsih (2004) agar lebih cepat dalam melaksanakan skrining, maka dapat digunakan tahap pra skrining dengan menggunakan :1. DDST Short Form, yang masing-masing sektor hanya diambil 3 tugas (sehingga seluruhnya ada 12 tugas) yang ditanyakan pada ibunya. Bila didapatkan salah satu gagal atau ditolak, maka dianggap suspect dan perlu dilanjutkan dengan DDST lengkap.2. PDQ (Pra-Screening Development Questionnaire), bentuk kuisioner ini digunakan bagi orang tua yang berpendidikan SLTA ke atas dapat diisi orang tua di rumah atau pada saat menunggu di klinik. Dipilih 10 pertanyaan pada kuisioner yang sesuai dengan umur anak. Kemudian dinilai berdasarkan kriteria yang sudah ditentukan dan pada kasus yang dicurigai dilakukan tes DDST lengkap. DAFTAR PUSTAKA (step 7)Barkley, R.A. (2013.). Taking Change of ADHD. 3rd Edition. New York : The Guilford Press.Behrman, R.E., Kliegman, R & Arvin, A.M. (2012.). Nelson Ilmu Kesehatan Anak. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Burns, C.E., Dunn, A.M., Brady, M.A., Starr, N.B., & Blosser, C.G.I. (2012.). Pediatric Primary. 5th Edition. New York : Saunder Publishing.Gensler, D. (2012). Autism Spectrum Disorder in DSM-V: Differential Diagnosis and Boundary Conditions. Journal of Infant, Child, and Adolescent Psychotherapy,11(2), 676-686. Jongsma, A.E., Slaggert, K., & Berghuis, D.J. (2010). The Mental Retardation and Development Disability Treatment Planner. New York : Wiley Publishing.

Maulani, C. (2005). Kiat Merawat Gigi Anak. Jakarta : PT. Elex Media Komputindo.

McIntyre, S., Taitz, D., Keogh, J., Goldsmith, S. Badawi, N., Blair, E (2013). A systematic review of risk factors for cerebral palsy in children born at term in developed countries.. Developmental Medicine and Child Neurology, 55(6), 499508Miller, F. (2005). Cerebral Palsy. Washington DC. : Springer Publishing.

Nugroho, H.S.W. (2009). Petunjuk Teknis Denver Developmental Screening Test. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC

Permenkes RI No.66. (2014). Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 66 Tahun 2014 Tentang Pemantauan Pertumbuhan, Perkembangan dan Gangguan Tumbuh Kembang anak. Jakarta : Kementerian Kesehatan RI.

Quill, K.A. (1995). Teaching Children with Autism ; strategic to Enchange Communication and Socialization. New York : Cengage Learning.Reiff, M. (2011). ADHD : What Every Parent Nedds to Know. New York : American Academy Pediatrics.

Rivera, K., & McDaniel, K. (2013). Healing The Symptons Known as Autism. New York : AutismO2.

Rosenbaum, P.L., & Rosenbloom, L. (2012). Cerebral Palsy : From Diagnosis To Adult Life. London, UK. : Mac Keith Press.

Sadock, B. J. (2010). Kaplan & Sadock Buku Ajar Psikiatri Klinis. Edisi 2. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGCSmith, M.B., Patton, J.R., & Kim, S.H. (2005). Mental Retasdation : An Introduction to Intelectual Disability. 7th Edition. New York : Pearson Publishing.

Soetjiningsih. (2014). Tumbuh Kembang Anak. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC

Yau, A. (2012). Autism, A Practical Guide for Parents. London, UK. : Create Space Independent Publishing Plattform.