etika profesi ok.doc

109
1 ETIKA PROFESI Dr Tanudjaja, SH,CN,MH.* literatur : (1)Dr. Shidharta,SH,Mhum., Moralitas Profesi Hukum (suatu tawaran kerangka berpikir), Refika Aditama, Bandung, 2006. (2)Prof.Abdulkadir Muhammad,SH., Etika Profesi Hukum,Citra Aditya Bakti, Bandung, 2001. (3)Drs.Abdul Kadir Wahid,SH., Anang Sulistyono,SH., Etika Profesi Hukum Dan Nuansa Tantangan Profesi Hukum Di Indonesia, Tarsito, Bandung, 1997. (4)I Gede A.B.Wiranata,SH,MH., Dasar-dasar Etika dan Moralitas (Pengantar Kajian Etika Profesi Hukum), Citra Aditya Bakti, Bandung, 2005. (5)Suhrawardi K.Lubis,SH., Etika Profesi Hukum, Sinar Grafika, Jakarta, 2002.

Upload: danganh

Post on 28-Dec-2016

269 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: ETIKA PROFESI OK.doc

1ETIKA PROFESI

Dr Tanudjaja, SH,CN,MH.*

literatur:

(1)Dr. Shidharta,SH,Mhum., Moralitas Profesi Hukum (suatu tawaran

kerangka berpikir), Refika Aditama, Bandung, 2006.

(2)Prof.Abdulkadir Muhammad,SH., Etika Profesi Hukum,Citra Aditya

Bakti, Bandung, 2001.

(3)Drs.Abdul Kadir Wahid,SH., Anang Sulistyono,SH., Etika Profesi

Hukum Dan Nuansa Tantangan Profesi Hukum Di Indonesia, Tarsito,

Bandung, 1997.

(4)I Gede A.B.Wiranata,SH,MH., Dasar-dasar Etika dan Moralitas

(Pengantar Kajian Etika Profesi Hukum), Citra Aditya Bakti, Bandung,

2005.

(5)Suhrawardi K.Lubis,SH., Etika Profesi Hukum, Sinar Grafika, Jakarta,

2002.

(6)Hadi Herdiansyah dkk, Rekaman Proses Workshop, Kode Etik

Advokat Indonesia (Langkah Menuju Penegakan), PSHK, Jakarta, 2004.

(7)Prof. Dr Liliana Tedjosaputro.,Etika Profesi dan Etika Profesi Hukum,

aneka ilmu, Semarang, 2003.

(8)As'ad Sungguh, 25 Etika Profesi, Sinar Grafika, Jakarta, 2004.

(9)Prof. Drs. C.S.T.Kansil, SH., Christine S.T.Kansil,SH,MH, Pokok-

Pokok Etika Profesi Hukum, Pradnya Paramita, Jakarta, 2003.

(10)Supriadi,SH,Mhum., Etika & Tanggung Jawab Profesi Hukum Di

Indonesia, Sinar Grafika, Jakarta, 2006.

Page 2: ETIKA PROFESI OK.doc

(11)Daryl Koehn., Landasan Etika Profesi. Pustaka Filsafat, Kanisius,

Yogyakarta, 2000.

(12)E.Y.Kanter, SH,. Etika Profesi Hukum (Sebuah Pendekatan Sosio

Religius), Storia Grafika, Jakarta, 2001.

(13)E.Sumaryono, Etika Hukum, Kanisius, Jakarta, 2002.

(14)Prof.Ko Tjay Sing., Rahasia Pekerjaan Dokter Dan Advokat,

Gramedia Jakarta, Jakarta, 1978.

1. PENGERTIAN SERTA FUNGSI ETIKA DAN MORAL

Etika berasal dari bahasa Yunani kuno yakni Ethos adalah ta etha

artinya adat kebiasaan.

James J.Spillane SJ berpendapat bahwa etika atau ethics memperhatikan

dan mempertimbangkan tingkah laku manusia dalam pengambilan

keputusan moral.

Dalam kamus besar bahasa Indonesia :

(1)etika merupakan ilmu tentang apa yang baik dan yang buruk serta

tentang hak dan kewajiban moral (akhlak);

(2)moral memiliki arti: a) ajaran tentang baik buruk yang diterima umum

mengenai perbuatan, sikap, kewajiban, akhlak, budi pekerti, asusila; b)

kondisi mental yang membuat orang tetap berani, bersemangat,

bergairah, berdisiplin, isi hati atau keadaan perasaan.

Moral merupakan landasan dan patokan bertindak bagi setiap orang

dalam kehidupan sehari-hari ditengah-tengah kehidupan sosial

kemasyarakatan maupun dalam lingkungan keluarga dan yang terpenting

moral berada pada batin dan atau pikiran setiap insan sebagai fungsi

kontrol untuk penyeimbang bagi pikiran negatif yang akan direalisasikan.

Page 3: ETIKA PROFESI OK.doc

Moral sebenarnya tidak dapat lepas dari pengaruh sosial budaya,

setempat yang diyakini kebenarannya. Moral selalu mengacu pada baik

buruknya manusia sebagai manusia. Hal tersebut akan lebih mudah kita

pahami manakala mendengar orang mengatakan perbuatannya tidak

bermoral. Perkataan tersebut mengandung makna bahwa perbuatan

tersebut dipandang buruk atau salah karena melanggar nilai-nilai dan

norma-norma moral yang berlaku dalam masyarakat.

Franz Magnis suseno membahas, ajaran tentang moral adalah ajaran-

ajaran, wejangan-wejangan, khotbah-khotbah, patokan-patokan,

kumpulan peraturan dan ketetapan entah lisan atau tertulis, tentang

bagaimana manusia harus hidup dan bertindak agar ia menjadi manusia

yang baik. Ajaran moral bersumberkan kepada berbagai manusia dalam

kedudukan yang berwenang, seperti para bijak, antara lain para pemuka

agama dan masyarakat, tulisan-tulisan para bijak.

Sumaryono mengklasifikasikan moralitas atas:

1.moralitas objektif

Moralitas perbuatan yang melihat perbuatan manusia sebagaimana

apa adanya. Jadi perbuatan itu mungkin baik atau buruk, mungkin

benar atau salah terlepas dari berbagai modifikasi kehendak bebas

yang dimiliki oleh setiap pelakunya. Contoh: membunuh

merupakan perbuatan tidak baik.

2.moralitas subjektif

Moralitas perbuatan yang melihat perbuatan manusia tidak

sebagaimana adanya karena dipengaruhi oleh sejumlah faktor

pelakunya, seperti emosional,latar belakang, pengetahuan, dsbnya.

3.moralitas intrinsik

Page 4: ETIKA PROFESI OK.doc

Moralitas perbuatan yang menentukan suatu perbuatan atas benar

atau salah, baik atau buruk berdasarkan hakikatnya terlepas tidak

bergantung dari pengaruh hukum positif, contohnya berilah kepada

orang lain apa yang menjadi haknya. Hal tersebut pada dasarnya

sudah merupakan kewajiban. Meskipun kemudian diatur dalam

hukum positif, tidaklah memberikan akibat yang signifikan.

4.moralitas ekstrinsik

Moralitas perbuatan yang menentukan suatu perbuatan benar atau

salah, baik atau buruk berdasarkan hakikatnya bergantung dari

pengaruh hukum positif. Hukum positif dijadikan patokan dalam

menentukan kebolehan dan larangan atas suatu perbuatan.

EY. Kanter tidak hanya membahas etika pada wilayah individu akan

tetapi terdapat pendapatnya, bahwa moralitas individu mendapat ruang

gerak dalam wilayah moralitas masyarakat (publik). Moralitas publik

adalah moralitas yang terwujud dan didukung oleh wilayah publik,

artinya didukung oleh struktur kekuasaan politik, ekonomi dan ideologi.

Mutu moralitas publik banyak ditentukan oleh pelaksanaan

kepemimpinan dalam suatu negara, misalkan cara pengambilan

keputusan dibuat dengan etis ataukah tidak. Etika merefleksikan

mengapa seseorang harus mengikuti moralitas tertentu atau bagaimana

kita mengambil sikap yang bertanggung jawab ketika berhadapan dengan

berbagai moralitas.

Pengertian moral, menurut Bartens yang dikutip oleh Abdul Kadir

Muhammad menyatakan bahwa kata yang sangat dekat dengan etika

adalah moral. Kata ini berasal dari bahasa latin “mos”, jamaknya mores

yang juga berarti adat kebiasaan. Secara etismologis kata etika sama

dengan kata moral yang mengandung pengertian adat kebiasaan.

Page 5: ETIKA PROFESI OK.doc

Perbedannya dari bahasa asalnya yakni etika berasal dari bahasa

Yunani,sedangkan moral berasal dari bahasa latin.

Pemahaman persamaan antara etika dan moral dapat diartikan sebagai

suatu nilai dan norma yang berfungsi sebagai patokan dan panutan bagi

setiap person ataupun kelompok, maupun dalam sosial kemasyarakatan

dalam mengatur tingkah lakunya.

Liliana Tedjosaputro membagi moralitas kedalam dua bagian yakni:

(1)moralitas dapat bersifat intrinsik, berasal dari diri manusia itu sendiri

sehingga perbuatan manusia itu baik atau buruk terlepas atau tidak

dipengaruhi oleh peraturan hukum yang ada;

(2)moralitas yang bersifat ekstrinsik, penilaiannya didasarkan pada

peraturan hukum yang berlaku, baik yang bersifat perintah ataupun

larangan.

pelaksanaan peraturan hukum membutuhkan moral dari pelaku.

Hukum meskipun harus mengacu pada kepentingan sosial

kemasyarakatan agar tercapai suatu kepastian dan keadilan hukum,

namun produk hukum itu sendiri tidak dapat lepas dari produk politik

yang tidak dapat mengcover seluruh kehendak masyarakat, sehingga

pelaksanaan hukum dengan baik dan ikhlas sesungguhnya bergantung

pada moral setiap individu, bukan bergantung pada sifat memaksa dari

hukum. Guna memudahkan pengertian tersebut maka dapat diberikan

suatu gambaran manakala seseorang tidak melaksanakan suatu peraturan

ataupun etika maka orang tersebut merasa sebagai beban moral.

Shidharta mengemukakan, setiap manusia yang sehat secara rohani pasti

memiliki sikap moral dalam menghadapi keadaan-keadaan yang

menyertai perjalanan hidupnya. Sikap moral ini ada yang hadir begitu

saja tanpa harus disertai pergulatan atas pilihan-pilihan dilematis,namun

Page 6: ETIKA PROFESI OK.doc

ada pula sikap moral yang perlu direnungkan secara mendalam sebelum

ditetapkan menjadi suatu keputusan. Sikap moral itulah yang pada

umumnya dijadikan pedoman bagi manusia ketika mengambil suatu

tindakan. Renungan terhadap moralitas tersebut merupakan pekerjaan

etika. Dengan demikian,setiap manusia siapapun dan apapun profesinya

membutuhkan perenungan-perenungan atas moralitas yang terkait

dengan profesinya. Dalam konteks inilah lalu timbul suatu cabang etika

yang disebut etika profesi.

Etika merupakan hasil perenungan dari moralitas yang dirasakan perlu

adanya etika dalam kehidupan, karena merupakan kewajiban moral untuk

mewujudkan sesuatu yang baik baik bagi diri sendiri, kelompok,

masyarakat, maupun bangsa dan negara.

Pendapat Imanuel Kant, diterjemahkan oleh Lili Tjahjadi tentang

membedakan moralitas menjadi dua:

(1)moralitas hetronom, sikap dimana kewajiban ditaati dan dilaksanakan

bukan karena kewajiban itu sendiri, melainkan karena sesuatu yang

berasal dari luar kehendak sipelaku sendiri, misalnya karena mau

mencapai tujuan yang diinginkan ataupun karena perasaan takut pada

penguasa yang memberi tugas kewajiban itu;

(2)moralitas otonom, kesadaran manusia akan kewajiban yang ditaatinya

sebagai suatu yang dikehendakinya sendiri karena diyakini sebagai hal

yang baik. Didalam moralitas otonom orang mengikuti dan menerima

hukum bukan lantaran mau mencapai tujuan yang diinginkannya taupun

lantaran takut pada penguasa, melainkan itu dijadikan kewajiban sendiri

berkat nilainya yang baik. Moralitas demikian menurut Kant disebut

sebagai otonom kehendak yang merupakan prinsip tertinggi moralitas,

Page 7: ETIKA PROFESI OK.doc

sebab ia berkaitan dengan kebebasan, hal yang hakiki dari tindakan

mahluk rasional atau manusia

Pendapat lain menyatakan moral berasal dari dalam relung hati yang

terdalam sehingga perbuatan baik ataupun buruk sebenarnya dirinya

sendiri sebagai penilai utama, sedangkan etika merupakan manifestasi

dari moral yang berasal dari adat kebiasaan dan sosial kemasyarakatan

yang telah berproses menjadi suatu bentuk etika sebagai pedoman

bertindak baik ranah formal maupun non formal sehingga sering

dikatakan suatu perbuatan baik bila dilaksanakan maka telah beretika

serta sebaliknya dikatakan tidak beretika.

Mengutip dari Srisumantri, bahwa Nilai-nilai etika dan moral harus

diletakkan sebagai landasan atau dasar pertimbangan dalam setiap

kegiatan di bidang keilmuan. Tahap tertinggi dalam kebudayaan moral

manusia, ujar Charles darwin, adalah ketika menyadari bahwa kita

seyogyanya mengontrol pikiran kita.

Pikiran merupakan faktor penentu dan pemutus suatu tindakan yang akan

kita lakukan, pikiran yang baik dapat menghasilkan moral atau etika

yang baik sedangkan pikiran yang buruk akan menghasilkan tindakan

yang buruk, yang perlu dipahami bahwa segala gerakan organ tubuh

merupakan pikiran sebagai pemimpin. Pada kondisi manusia yang telah

mampu mempergunakan pikiran sebagai filter atau alat kontrol bagi

perbuatannya maka hal yang buruk dapat ditiadakan minimal dapat

ditekan.

Pendapat Alvin Tofler yang diterjemahkan Koesdyantinah memberi

gambaran betapa manusia dewasa ini dan dimasa-masa mendatang akan

mengalami indeks kesementaraan, yang mengakibatkan manusia terjebak

dalam keanekaragaman gaya hidup dan banyak kepribadian.

Page 8: ETIKA PROFESI OK.doc

Menurutnya,”Apabila keanekaragaman bertemu dan berpadu dengan

kesementaraan dan kebaruan, masyarakat akan meroket kesuatu krisis

adaptasi yang historis. Kita akan menciptakan lingkungan yang demikian

sementaranya asingnya dan kompleksnya sehingga mengancam jutaan

orang dengan kehancuran adaptif. Kehancuran ini adalah kejutan masa

depan”.

Ajaran-ajaran moral guna meningkatkan moralitas agar manusia

menjadi baik, sedangkan etika bertugas memberikan argumentasi

rasional dan kritis guna mendukung ajaran moral. Dalam perkembangan

jaman yang makin kompleks timbullah tantangan yang dihadapi oleh

ajaran-ajaran moral makin kompleks. Indoktrinasi dalam ajaran-ajaran

moral akan sering dipertanyakan jika tidak lagi mampu memberikan

orientasi yang jelas bagi penganutnya. Kekaburan orientasi itu muncul

justru karena bertambah banyaknya ragam orientasi yang ada. Salah satu

dari keragaman itu ditandai oleh berbagai ideologi yang saling

menawarkan diri sebagai pilihan terbaik. Padahal apa yang baik menurut

satu pihak sering dianggap buruk oleh yang lainnya. Etika yang telah

disepakati oleh setiap kelompok akan menepis kehilangan orientasi

sehingga kebenaran sebenarnya bersifat relatif karena kebenaran

merupakan produk pikiran masing-masing sehingga perlu adanya

kesepakatan yang tentunya tidak dapat melepaskan diri dari kebenaran

universal.

Lilana memaparkan bahwa,dalam perkembangannya kajian etika,

terdapat banyakaliran-aliran didalamnya. Beberapa aliran penting dalam

etika adalah sebagai berikut:

Page 9: ETIKA PROFESI OK.doc

1.etika naturalisme ialah aliran yang beranggapan bahwa kebahagiaan

manusia itu didapatkan dengan menurutkan panggilan natura (fitrah)

kejadian manusia sendiri;

2.etika hedonisme ialah aliran yang berpendapat bahwa perbuatan susila

itu adalah perbuatan yang menimbulkan hedone (kenikmatan dan

kelezatan);

3.etika utilitarianisme ialah aliran yang menilai baik dan buruknya

perbuatan manusia itu ditinjau dari kecil dan besarnya manfaatbagi

manusia (utility=manfaat);

4.etika idealisme ialah aliran yang berpendirian bahwa perbuatan

manusia janganlah terikat pada sebab musabab lahir, tetapi haruslah

berdasarkan pada prinsip kerohanian (idea) yang lebih tinggi;

5.etika vitalisme ialah aliran yang menilaibaik buruknya perbuatan

manusia itu sebagai ukuran ada tidak adanya daya hidup (vital) yang

maksimum mengendalikan perbuatan itu;

6.etika theologis ialah aliran yang berkeyakinan bahwa ukuran baik dan

buruknya perbuatan manusia itu dinilai dengan sesuai dan tidak

sesuainya perbuatan itu dengan perintah Tuhan (Theos=Tuhan).

Franz Magnis Suseno mengemukakan pendapat tentang, etika berfungsi

untuk membantu manusia mencari orientasi secara kritis dalam

berhadapan dengan moralitas yang membingungkan. Etika adalah

pemikiran sistematis dan yang dihasilkannya secara langsung bukan

kebaikan, melainkan suatu pengertian yang lebih mendasar dan kritis.

Pengertian ini perlu dicari dengan landasan pemikiran sebagai berikut:

1.kita hidup dalam masyarakat yang semakin pluralistik, juga dalam

bidang moral. Dalam keseharian kita banyak bertemu dan bergaul dengan

berbagai orang dan karakter yang serba berbeda dari suku yang beragam,

Page 10: ETIKA PROFESI OK.doc

daerah asal yang bervariasi, agama berbeda, dan sebagainya. Kita ada

ditengah-tengah pandangan mengenai etika dan moral yang beraneka

ragam bahkan tidak jarang saling bertentangan sehingga kita bingung

mengikuti moralitas yang mana. Untuk menentukan pilihan itulah perlu

refleksi kritis etika.

2.Kita hidup dalam masa transformasi masyarakat yang kian lama

menuju modernisasi. Meski masih belum dijumpai batasan baku tentang

makna modernisasi, konsep ini membawa perubahan besar dalam

struktur kebutuhan dan nilai masyarakat yang akibatnya menentang

pandangan-pandangan moral tradisional.

3.Proses perubahan sosial budaya dan moral ternyata tidak jarang

digunakan berbagai pihak untuk memancing di air keruh. Adanya

pelbagai ideologi yang ditawarkan sebagai penuntun hidup, masing-

masing dengan ajarannya sendiri tentang bagaimana manusia harus

hidup. Etika dapat dijadikan tatanan untuk mengkritisi secara objektif

dan memberi penilaian agar tidak mudah terpancing, tidak naif, atau

ekstrem untuk cepat-cepat menolak hanya karena masih relatif baru dan

belum biasa.

4.Etika juga diperlukan oleh kaum agama yang disatu pihak menemukan

dasar kemantapan mereka dalam iman kepercayaan mereka, dilain pihak

sekaligus mau berpartisipasi tanpa takut-takut dan dengan tidak menutup

diri dalam semua dimensi kehidupan masyarakat yang sedang berubah

itu

Refleksi kritis etika tidak hanya untuk menentukan moralitas mana yang

dipakai karena terdapat norma yang bertentangan. Refleksi kritis etika

merupakan alat untuk memecahkan permasalahan moral, seperti

Page 11: ETIKA PROFESI OK.doc

perubaham moral yang diakibatkan oleh proses transformasi menuju

modernisasi yang menentang keberadaan pandangan moral tradisional.

Etika yang berkaitan dengan etika profesi merupakan etika yang

senantiasa mengikuti perkembangan modernisasi yang tak dapat

dibendung, sehingga perlunya etika yang kritis untuk mengatasi kendala

yang ada. Tidak dapat dipungkiri penyandang profesi, pemuka

masyarakat/adat, filosof, hukum yang berfungsi sebagai salah satu faktor

penentu etika yang kritis.

Keadilan, kepastian hukum, equality before the law merupakan harapan

moral masyarakat yang masih terus diperjuangkan.

2. ETIKA CABANG DARI FILSAFAT

Filsafat dapat dimaknai sebagai pandangan hidup, tentunya

pandangan hidup yang cinta akan kebijaksanaan, disis lain filsafat dapat

diartikan sebagai ilmu yang selalu mencari hakekat yang terdalam.

Filsafat sebagai pandangan hidup merupakan suatu produk nilai atau

sistem nilai yang diyakini kebenarannya dan dapat dijadikan pedoman

perilaku oleh individu, kelompok, masyarakat.

Pada prinsipnya cabang filsafat dapat dikelompokkan pada tiga

cabang filsafat yaitu:

(1) ontologi;

(2)epistemologi;

(3)aksiologi.

Ontologi adalah cabang filsafat yang menyelidiki tentang keberadaan

sesuatu. Epistemologi adalah cabang filsafat yang menyelidiki tentang

asal, syarat susunan, metode, dan validitas pengetahuan. Aksiologi

merupakan cabang filsafat yang menyelidiki tentang hakikat nilai,

kriteria, dan kedudukan suatu nilai. Pada kelompok aksiologi dapat

Page 12: ETIKA PROFESI OK.doc

dimasukkan cabang-cabang filsafat etika dan estetika. Dapat disimpulkan

etika merupakan cabang dari filsafat tentang hakikat nilai atau aksiologi

yang merupakan nilai berkaitan dengan sikap dan perilaku manusia atau

kelompok manusia. Etika membahas tentang nilai-nilai yang baik bagi

manusia dan nilai inilah dikenal sebagi moral.

Menurut EY.Kanter : Etika sama artinya dengan filsafat moral atau ilmu

tentang moralitas. Etika bukan sumber tambahan bagi ajaran moral

melainkan filsafat atau pemikiran rasional-kritis dan mendasar tentang

ajaran dan pandangan moral. Jadi etika bukan sebuah ajaran melainkan

sebuah ilmu.

Filosof Plato mengungkapkan filsafat tidak lain dari pengetahuan

tentang segala yang ada. Filsafat merupakan ilmu pokok dan pangkal

segala pengetahuan yang didalamnya mencakup empat persoalan sebagai

berikut:

A)apakah yang dapat kita ketahui ? Pertanyaan tersebut dijawab oleh

metafisika (ilmu pengetahuan yang berhubungan dengan hal-hal yang

non fisik atau tidak terlihat).

B)apakah yang boleh kita kerjakan ? Pertanyaan tersebut dijawab oleh

etika.

C)sampai dimananakah pengharapan kita ? Pertanyaan tersebut dijawab

oleh agama.

D)apakah yang dinamakan manusia ? Pertanyaan tersebut dijawab oleh

antropologi (ilmu tentang manusia).

Mengamati pemikiran plato maka makin mendukung opini bahwa etia

merupakan bagian dari filsafat hal tersebut merupakan jawaban terhadap

tujuan utama dari filsafat yang berarti cinta akan kebijaksanaan adalah

untuk kebaikan umat manusia yang bijaksana penuh dengan kedamaian.

Page 13: ETIKA PROFESI OK.doc

Guna mendukung pendapat Plato dapat kita padukan dengan pendapat

Aristoteles yang dikutip dari I Gede A.B.Wiranata sebagai berikut:

“ Pembagian filsafat menurut Aristoteles

a. Filosofia teoritika/spekulatif

Filsafat yang bersifat objektif, yang terdiri atas:

1.fisika (mengkaji tentang dunia materiil);

2.matematika (mengkaji tentang barang menurut kuantitasnya);

3.metafisika (mengkaji tentang “ada”).

b. Filosofia praktika (Filsafat yang memberi petunjuk dan berbagai

pedoman mengenai tingkah laku hidup dan kesusilaan yang seharusnya

dilakukan/diperbuat), yang meliputi:

1.etika (mengkaji tentang kesusilaan dalam hidup perseorangan);

2.ekonomia (mengkaji tentang kesusilaan dalam hidup kekeluargaan);

3.politika (mengkaji tentang kesusilaan dalam tantanan hidup

kenegaraan).

Filosofia produktiva (pencipta) (filsafat yang mengkaji dan membimbing

serta menuntun manusia tentang pengetahuan sehingga menjadikan

manusia produktif melalui sebuah ketrampilan yang bersifat khusus)”.

Aristoteles merupakan tokoh filsafat yang menempatkan etika sebagai

pembahasan utama dalam tulisannya “Ethika Nichomachela” dengan

pendapatnya, tata pergaulan dan penghargaan seorang manusia, yang

tidak didasarkan oleh egoisme atau kepentingan individu, akan tetapi

didasarkan kepada hal-hal yang alruistik, yaitu memperhatikan orang

lain.

Menurut Srisumantri yang dikutip dari Liliana, filsafat dalam

perkembangannya antara lain mencakup:

1.epistimologi (filsafat pengetahuan);

Page 14: ETIKA PROFESI OK.doc

2.etika (filsafat moral);

3.estetika (filsafat seni);

4.metafsika;

5.filsafat politik;

6.filsafat;

7.filsafat agama;

8.filsafat pendidikan;

9.filsafat hukum;

10.filsafat sejarah;

11.filsafat matematika.

Sebagai bagian filsafat dan bahkan sebagai salah satu cabang filsafat

yang paling tua, maka etika juga dikembangkan sebagai bagian dari

kajian ilmu pengetahuan.

Filosof H.De Vos juga menyatakan etika sebagai bagian dari filsafat.

Etika dapat dibedakan menjadi, etika umum dan etika khusus. Etika

umum membahas tentang prinsip moral, pengertian dan fungsi etika,

tanggung jawab, suara hati. Etika khusus merupakan etika yang sudah

dikaitkan dengan konteks bidang tertentu, kehidupan pribadi, antar

pribadi.

Etika dapat dikaji dari berbagai aspek, akan tetapi secara garis besar

terdapat tiga aspek yang dominan dalam mempelajari etika yaitu:

1)aspek normatif

aspek normatif ialah aspek yang mengacu pada

norma-norma/standar moral yang diharapkan untuk mempengaruhi

perilaku, kebijakan, keputusan, karakter individual, dan struktur

profesional. Dengan aspek ini diharapkan perilaku dengan segala

unsur-unsurnya tetap berpijak pada norma, baik norma-norma

Page 15: ETIKA PROFESI OK.doc

kehidupan bersama ataupun norma-normamoral yang diaturdalam

standar profesi bagi kaum profesi;

2)aspek konseptual

diarahkan pada penjernihan konsep-konsep/ide-ide dasar, prinsip-

prinsip, problema-problema dan tipe-tipe argumen yang

dipergunakan dalam membahas isu-isu moral dalam wadah kode

etik. Kajian konseptual ini juga untuk mempertajam pemahaman-

pemahaman kode etik dengan tetap menekankan pada kepentingan

masyarakat dan organisasi profesi itu sendiri;

3)aspek deskriptif

kajian ini berkaitan dengan pengumpulan fakta-fakta yang relevan

dan spesifikasi yang dibuat untuk memberikan gambaran tentang

fakta-fakta yang terkait dengan unsur-unsur normatif dan

konseptual. Aspek ini memberikan informasi tentang fakta-fakta

yang berkembang, baik di masyarakat maupun dalam organisasi

profesi, sehingga penanganan aspek normatif dan konseptual dapat

segera direalisasikan.

Etika merupakan cabang filsafat sebagai ilmu yang merupakan

philosopical study of morality, sehingga subyek yang melakukan etika

adalah manusia, dengan demikian etika sebagai filsafat manusia.

3. PENGERTIAN PROFESI DAN PROFESI HUKUM

Pekerjaan pada umumnya berbeda dengan profesi baik dari segi

ketrampilan maupun tanggung jawab yang diembannya. Berkaitan

dengan pekerjaan pada umumnya Cycle Kluckohn yang dikutip oleh

koentjaraningrat menyatakan: antropolog seperti Cycle Kluckohn dan

Florence Kluckohn juga menempatkan diri untuk menelaah hakikat kerja

(karya) bagi manusia. Menurut mereka ada nilai-nilai budaya yang

Page 16: ETIKA PROFESI OK.doc

memandang kerja itu sekedar untuk memenuhi nafkah, namun ada pula

yang memandang kerja sebagai upaya menggapai kedudukan dan

kehormatan. Orientasi nilai budaya ketiga dari hakikat kerja adalah

bahwa bekerja merupakan upaya terus menerus untuk berkarya yakni

dengan mencapai hasil yang lebih baik dan lebih baik lagi.

Thomas Aquinas berpendapat, perwujudan kerja mempunyai empat

tujuan sebagai berikut:

1.dengan bekerja, orang dapat memenuhi apa yang menjadi

kebutuhan hidup sehari-harinya;

2.dengan adanya lapangan kerja, maka pengangguran dapat

dihapuskan/dicegah. Ini juga berarti bahwa dengan tidak adanya

pengangguran,maka kemungkinan timbulnya kejahatan dapat

dihindari pula;

3.dengan surplus hasil kerjanya, manusia juga dapat berbuat amal

bagi sesamanya;

4.dengan kerja orang dapat mengontrol atau mengendalikan gaya

hidupnya.

Profesi oleh berbagai ahli diartikan sebagai pekerjaan dengan

keahlian khusus menuntut pengetahuan tinggi, dengan berbagai pelatihan

khusus.

Menurut pendapat Brandels yang dikutip oleh A.Pattern Jr, dikutip dari

Supriadi, untuk dapat disebut sebagai profesi,pekerjaan itu sendiri harus

mencerminkan adanya dukungan yang berupa:

1.ciri-ciri pengetahuan (intellectual character);

2.diabadikan untuk kepentingan orang lain;

3.keberhasilan tersebut bukan didasarkan pada keuntungan finansial;

Page 17: ETIKA PROFESI OK.doc

4.keberhasilan tersebut antara lain menentukan berbagai ketentuan yang

merupakan kode etik, serta pula bertanggung jawab dalam memajukan

dan penyebaran profesi yang bersangkutan;

5.ditentukan adanya standar kualifikasi profesi.

Profesi bukan hanya dibutuhkan oleh seseorang atau kelompok akan

tetapi menyangkut kebutuhan publik sehingga peran negara dibutuhkan

untuk mengesahkan/mengangkat seseorang menjadi penyandang profesi

agar meniadakan/meminimalkan kerugian atau tindakan yang tidak

bertanggung jawab terhadap pihak yang membutuhkan jasa profesi serta

tidak merugikan kepentingan publik. Berkaitan dengan pendapat

tersebut, maka terdapat pendapat Daryl Koehn yang dikutip dari Supriadi

mengatakan meskipun kriteria untuk menentukan siapa yang memenuhi

syarat sebagai profesional amat beragam, ada lima ciri yang kerap

disebut kaum profesional sebagai berikut:

1)mendapat izin dari negara untuk melakukan suatu tindakan tertentu;

2)menjadi anggota organisasi/pelaku-pelaku yang sama-sama,

mempunyai hak suara yang menyebarluaskan standar dan/atau cita-cita

perilaku yang saling mendisiplinkan karena melanggar standar itu;

3)memiliki pengetahuan atau kecakapan “esoterik” (yang hanya

diketahui dan dipahami oleh orang-orang tertentu saja) yang tidak

dimiliki oleh anggota-anggota masyarakat lain;

4)memiliki otonomi dalam melaksanakan pekerjaan mereka,dan

pekerjaan itu tidak amat dimengerti oleh masyarakat yang lebih luas;

5)secara publik dimuka umum mengucapkan janji untuk memberi

bantuan kepada mereka yang membutuhkan dan akibatnya mempunyai

tanggung jawab dan tugas khusus.

Page 18: ETIKA PROFESI OK.doc

Profesi hukum memiliki ciri tersendiri dibandingkan dengan profesi

lainnya,karena profesi ini berkaitan langsung dengan pengaturan

kehidupan sosial kemasyarakatan, kemudian berpengaruh pada

kehidupan berbangsa dan bernegara. Profesi hukum secara khusus

berhubungan dengan masyarakat pencari keadilan. Profesi hukum

sebagai profesi diantara profesi lain tidak dapat lepas atau berdiri sendiri

sebagai suatu gambaran pada saat suatu perusahaan dalam proses go

public maka selain profesi hukum berperan juga profesi dibidang

ekonomi ikut andil didalamnya, sehingga interaksi antar profesi

merupakan ciri dari profesi. Perkembangan hukum dewasa ini akibat

pemikiran filosofi bahwa manusia memiliki hak dasar yang harus

dilindungi sebagai Hak Asasi Manusia yang harus dilindungi sebagai hak

hukum yang tertinggi. Adapun Hak Asasi manusia yang berlaku

universal, meliputi:

1)hak-hak asasi pribadi (personal rights), merupakan kebebasan

menyatakan pendapat, memeluk agama, beraktifitas dan sebagainya;

2)hak-hak asasi ekonomi (property rights), merupakan hak memiliki

sesuatu, memperalihkannya, seperti membeli dan menjualnya, serta

memanfaatkannya;

3)hak-hak asasi dan kebudayaan (social and cultural rights), seperti hak

untuk memilih pendidikan, mengembangkan kebudayaan, dsb.

4)hak-hak asasi untuk mendapatkan perlakuan yang sama dalam hukum

dan pemerintahan;

5)hak-hak asasi untuk mendapatkan perlakuan tata cara peradilan dan

perlindungan (procedural rights).

Perkembangan penegakan hukum dan/ hak asasi manusia

menimbulkan profesi hukum makin berkembang bahkan pada Undang-

Page 19: ETIKA PROFESI OK.doc

undang nomor: 18 Tahun 2003, tentang Advokat jelas mengatur Advokat

sebagai oficium Nobille (profesi terhormat) serta sebagai pembela Hak

Asasi Manusia.

Sebagai suatu kriteria profesi hukum dapat ditelaah dari pertemuan

para Advokat tanggal 27 Juni 1971dalam piagam Baturaden yang

merumuskan tentang unsur-unsur untuk dapat disebut profession, yaitu:

a)harus ada ilmu (hukum) yang diolah didalamnya;

b)harus ada kebebasan, tidak boleh ada dicust verhouding (hubungan

dinas) hierarkis.

c)mengabdi kepada kepentingan umum, mencari nafkah tidak boleh

menjadi tujuan;

d)ada clienten verhouding, yaitu hubungan kepercayaan diantara Advokat

dan client;

e)ada kewajiban merahasiakan informasi dari client dan perlindungan

dengan hak merahasiakan itu oleh undang-undang;

f)ada imuniteit terhadap penuntutan tentang hak yang dilakukan dalam

tugas pembelaan;

g)ada kode etik dan peradilan kode etik (tuchtrechtspraak);

h)ada honorarium yang tidak perlu seimbang dengan hasil pekerjaan atau

banyaknya usaha atau pekerjaan yang dicurahkan (orang tidak mampu

harus ditolong tanpa biaya dan dengan usaha yang sama).

Batasa profesi yang diberikan tidak dapat dikategorikan sebagai profesi

pada umumnya. Batasan profesi yang dapat berlaku pada profesi hukum

pada umumnya ditetapkan pada tahun 1977 oleh Peradin dalam seminar

pembinaan profesi hukum sebagai berikut:

Page 20: ETIKA PROFESI OK.doc

1.dasar ilmiah berupa ketrampilan untuk merumuskan sesuatu

berdasarkan teori akademi dan memerlukan sesuatu dasar pendidikan

yang baik dan diakhiri dengan suatu sistem ujian;

2.praktik sesuatu. Adanya suatu bentuk perusahaan, yang berdiri,

sehingga memungkinkan dipupuknya hubungan pribadi dalam

memecahkan kebutuhan para klien yang bersifat pribadi pula (person by

person basis) diiringi dengan sistem pembayaran honorarium;

3.fungsi penasihat. Fungsi sebagai penasihat sering-sering diiringi

dengan fungsi pelaksanaan dari pelaksana dari penasihat yang diberikan;

4.jiwa mengabdi. Adanya pandangan hidup yang bersifat objektif dalam

menghadapi persoalan, tidak mementingkan diri sendiri, tidak

mengutamakan motof-motif yang bersifat materiil;

5.adanya suatu kode yang mengedalikan sikap dari pada anggota.

Kebutuhan klien terhadap kinerja profesi sebatas keahlian dan tuntutan

profesinya tidak menyangkut pribadi penyandang profesi sehingga

terdapat batasan yang jelas tidak menyimpang dari segi profesionalisme

kinerja profesi.

4. PROFESI LUHUR

Franz Magnis Suseno membedakan profesi menjadi profesi pada

umumnya dan profesi luhur. Profesi luhur merupakan profesi yang

menekankan pada pengabdian kepada masyarakat sehingga merupakan

suatu pelayanan pada manusia atau masyarakat dengan motivasi utama

bukan untuk memperoleh nafkah dari pekerjaannya.

Profesi pada umumnya terdapat dua hal yang harus ditegakkan yaitu,

menjalankan profesinya dengan bertanggung jawab baik terhdap

pekerjaan maupun hasil dari pekerjaan, serta tanggung jawab terhadap

dampak pekerjaan yang dilakukan tidak sampai merusak lingkungan

Page 21: ETIKA PROFESI OK.doc

hidup (berkaitan dengan prinsip kedua, hormat terhadap hak-hak orang

lain.

Terdapat pula dua kategori untuk profesi luhur yaitu, mendahulukan

orang yang dibantu, serta mengabdi pada tuntutan luhur profesi.

Pelaksanaan profesi luhur yang baik menurut Magnis Suseno harus

didukung dengan moralitas yang tinggi. Berkaitan dengan moralitas

tinggi magnis menyatakan terdapat tiga ciri :

1)berani berbuat dengan bertekad untuk brtindak sesuai dengan tuntutan

profesi;

2)sadar akan kewajibannya, dan

3)memiliki idealisme yang tinggi.

Profesi luhur tidak hanya menjadi pendapat para ahli akan tetapi telah

diterapkan dalam peraturan perundangan, seperti Undang-undang nomor:

18 tahun 2003, tentang Advokat. Catur wangsa penegak hukum seperti

Polisi,Jaksa,Hakim,Advokat.

5. ETIKA PROFESI HUKUM

Etika sebagai cabang filsafat merupakan ilmu terapan atau ilmu yang

menyangkut praktis kehidupan. Etika profesi hukum merupakan etika

yang berasal dari kenyataan empiris dalam praktek hukum sehingga tidak

dapat dikaitkan dengan prinsip-prinsip moral secara umum.

Etika profesi agar menjadi etika yang berkualitas juga harus merujuk

dari berbagai cabang ilmu hukum seperti sejarah hukum, psikologi

hukum, dan sosiologi hukum.

Etika profesi hukum temasuk kategori etika normatif yang berupaya

menindaklanjuti hal-hal yang telah digambarkan secara objektif. Etika

normatif memberikan penilaian sikap baik dan buruk, selanjutnya

penyandang profesi dapat memilihnya.

Page 22: ETIKA PROFESI OK.doc

Penyandang profesi hukum dalam melaksanakan tugas profesinya

berkaitan dengan hal-hal yang bersifat etis, karena eksis untuk melayani

anggota masyarakat ketika masyarakat berhadapan langsung dengan

suatu otoritas kekuasaan. Sebagai contoh seorang terdakwa

membutuhkan jasa Advokat pada saat menghadapi otoritas peradilan dan

memang Advokat oleh peraturan perundangan diberikan kewenangan

untuk melakukan hal tersebut, maka profesi hukum harus bersikap dan

berprilaku menurut kaidah hukum serta kaedah sosial. Kewenangan

inilah menyebabkan profesi hukum membutuhkan muatan moralitas yang

lebih tinggi dibandingkan profesi lain.

Sebagian ahli hukum dan/ ahli etika beranggapan profesi hukum harus

tunduk pada kaedah hukum, dengan tanpa memperhatikan kaedah sosial

selain hukum seperti adat setempat yang berkembang dan berlaku

dimasyarakat. Pandangan etis atau tidak etis tidak hanya dikalangan

profesi hukum itu sendiri karena harus berhubungan dengan masyarakat

dan masyarakat tetaplah sebagai penilai utama apakah penegak hukum

bermoral ataukah tidak. Tidak dapat dipungkiri fungsi profesi hukum

untuk melayani kepentingan masyarakat dan masyarakat memiliki hak

untuk melaporkan kepada dewan kehormatan apabila profesi hukum

dipandang melanggar etika profesi. Sesuai dengan pendapat Sidharta:

“disisi lain, para penyandang profesi hukum senantiasa bersinggungan

dengan nilai-nilai yang hidup dalam masyarakat. Nilai-nilai tersebut ada

yang bersifat tetap tetapi ada pula yang mengalami perubahan, mengikuti

perkembangan masyarakat pada suatu temapat dan waktu tertentu. Nilai-

nilai tetap ini adalah nilai-nilai dasar, dan yang cenderung berubah itu

adalah nilai-nilai instrumentalnya.

Page 23: ETIKA PROFESI OK.doc

Karena interaksi ini, profesi hukum bukan lagi profesi yang bebas

nilai. Ia juga bukan profesi yang demikian eksklusifnya yang berdiri

diatas menara gading dan karena itu memiliki sistem nilai yang secara

ekstrem berbeda dengan nilai-nilai masyarakat pada umumnya. Profesi

hukum adalah profesi yang berintegrasi dengan masyarakat luas,

sehingga nilai-nilai yang dianggap baik oleh masyarakat juga harus

dijadikan ukuran dalam etika profesi tersebut, demikian pula sebaliknya”.

UBI JUS INCERTUM,IBI JUS NULLUM ><SUMMUN IUS SUMMA

INJURIA.

Kaum legisme= asas hukum harus ditegakkan, sedangkan kaum

realisme=kepastian hukum dikejar akan melukai hukum membuat hukum

menjadi kaku karena menggeneralisir semua keadaan.

Etika profesi harus dinamis mengikuti perkembangan masyarakat sesuai

dengan dengan prinsip-prinsip moral yang berkembang dan hidup di

masyarakat, karena logika dari terbentuknya hukum karena kehendak

masyarakat guna kepentingan masyarakat. Cicero mengemukakan

dimana ada masyarakat disana pasti ada hukum (ubi societas ibi ius).

Beberapa nilai moral profesi hukum yang harus mendasari

kepribadian profesional hukum sebagai berikut:

1)kejujuran. Faktor kejujuran memegang kendali yang terbesar untuk

mengarah pada profesional karena profesi mempunyai keahlian

khusus,sedangkan masyarakat (orang awam) tidak/kurang memahami

dapat dengan mudah menjadi obyek pembohongan/ penipuan;

2)bersikap apa adanya. Mempunyai pengertian menghayati dan

menunjukkan diri dengan apa adanya, berani memberi nasihat kepada

klien sesuai dengan kondisi hukum klien

Page 24: ETIKA PROFESI OK.doc

3)bertanggung jawab. Dalam melaksanakan tugas profesinya dapat

membantu segala persoalan yang berkaitan dengan profesinya,

menjalankan tugas sesuai dengan peraturan perundangan dan kode etik.

Menuntaskan segala tanggung jawab yang diembannya hingga tuntas

atau telah ada penyelesaian dan pemberesan.

4)kemandirian moral. Mengandung pengertian melaksanakan etika yang

telah disepakati bersama oleh organisasi profesi yang dituangkan dalam

kode etik. Tidak terpengaruh oleh pendapat pihak lain, sehingga

berpegang teguh pada moral profesinya dengan analisa yuridis yang

mandiri.

5)Keberanian. Merupakan keberanian untuk bersikap dalam

melaksanakan tugasnya dengan segala resiko yang dihadapi sesuai asas

dan ketentuan hukum. Berani menolak segala bentuk korupsi kolusi

nepotisme.

6)Kesetiaan. Setia terhadap hukum dan penegakan hukum serta kode

etik. Setia tehadap profesi mulia yang diembannya, setia terhadap

moralitas yang tinggi, Setia terhadap bangsa dan negara.

6. MANFAAT ETIKA PROFESI & TANGGUNG JAWAB PROFESI

Etka profesi pada awalnya terbentuk guna kepentingan kelompok

profesi itu sendiri karena bermula dari pemasalahan-permasalahan yang

imbul, dalam perkembangannya sesuai dengan situasi dan kondisi ilmu

pengetahuan filsafat yang terkait dengan etika maka berkembang menjadi

lebih maju sesuai dengan hasil penelitian empiris yang didukung oleh

norma yang ada diperoleh suatu hipotesa dan sampailah pada hasil akhir

profesi guna kepentingan masyarakat dengan konsekuensi logis etika

profesi merefleksikan kinerjanya secara etis atas kebutuhan masyarakat.

Page 25: ETIKA PROFESI OK.doc

Etika profesi merupakan bagian dari kebutuhan profesi dalam sistem

pergulatan profesi baik diantara profesi itu sendiri maupun terhadap

masyarakat.

Perkembangan masyarakat yang makin majemuk , mengglobal,

berkembang maju baik bidang ekonomi, teknologi, serta bidang yang

lain. Komunikasi antar daerah maupun negara makin cepat membuktikan

mobilitas masyarakat makin meninggi dan tidak terkendali. Seiring

dengan hal tersebut maka peran profesi makin dibutuhkan baik dari segi

kualitas maupun kuantitas. Kualitas dari profesi harus makin meningkat

guna mengimbangi kemajuan jaman serta kuantitas dari bertambahnya

jenis kebutuhan penanganan oleh profesi akibat kemajuan dari berbagai

bidang merupakan tantangan profesi yang harus didukung perangkat

etika profesi yang memadai sebagai suatu tanggung jawab profesi.

Tanggung jawab etika profesi tidak dapat lepas dari manfaat etika

profesi. Adapun manfaat etika profesi dalam perkembangan terdiri dari:

(a)manfaat terhadap diri sendiri. Penyandang profesi memiliki

kesempatan luas untuk mengabdikan diri demi kepentingan publik.

(b)manfaat terhadap masyarakat. Masyarakat dapat memperoleh

pelayanan sesuai dengan kebutuhannya mengingat profesi memiliki

keahlian khusus yang tidak dimiliki pihak lain.

(c)Manfaat terhadap negara. Penyandang profesi dapat berperan serta

memajukan negara dengan keahlian bidang tertentu yang dimilikinya.

Segala bidang dalam aktifitas negara saling terkait, apabila segala bidang

kehidupan dapat berjalan dengan maksimal maka mekanisme

pembangunan dalam segala bidang menjadi maju yang berdampak pada

kemajuan negara.

Page 26: ETIKA PROFESI OK.doc

(d)Manfaat terhadap hukum. Negara kita adalah negara hukum dan

hukum sebagai panglima yang tertinggi. Profesi pada bidangnya masing-

masing tetap hukum menjadi panutan bagi profesi sesuai pandangan

segala segi kehidupan harus berpatokan pada hukum yang berlaku.

Profesi hukum merupakan profesi yang terdepan dalam berupaya

menegakkan hukum berfungsi sebagai panutan bagi profesi selain hukum

dan masyarakat.

Emmanuel levinas menyatakan respondeo ergo sum (aku bertanggung

jawab, jadi aku ada).

Setiap orang memiliki kebebasan baik secara natural maupun secara

yuridis untuk menentukan sikap dalam kehidupan sehari-hari termasuk

memilih pekerjaan/profesi yang akan digeluti. Kebebasan tersebut

menimbulkan konsekuensi logis terhadap dampak positif maupun negatif

yang harus diterima dengan analogi segala langkah kehidupan tidak

dapat lepas dari efek positif dan efek negatif. Tanggung jawab tidaklah

dapat lepas dari akibat kebebasan memilih yang harus diterima dengan

lapang dada.

Kebebasan tidaklah dapat dilaksanakan dengan sebebas-bebasnya

mengingat kebebasan dapat menyentuh hak hukum atau kebebasan orang

lain. Kebebasan harus diartikan sebagai kebebasan hukum yakni

kebebasan sesuai ketentuan hukum yang berupaya mengcover moral ,

hukum kebiasaan, dan adat istiadat yang berlaku dimasyarakat.

Tanggung jawab merupakan bentuk pelaksanaan kewajibannya dan yang

tak kalah pentingnya tanggung jawab atas kesalahan yang telah

diperbuat. Tanggung jawab oleh sebagian ahli hukum diartikan sebagai

tanggung gugat. Tanggung gugat sebenarnya merupakan tanggung jawab

atas tuntutan hukum, tapi disisi lain terdapat tanggung jawab moral yang

Page 27: ETIKA PROFESI OK.doc

tidak dapat digantikan oleh tanggung gugat secara hukum, bahkan moral

pertanggungjawabannya diwakilkan pada kode etik melalui Dewan

Kehormatan. Terdapat pertanggungjawaban lain yang tidak dapat

terselesaikan yaitu tanggung jawab hati nurani serta dampaknya terhadap

nama baik penyandang profesi.

7. ETIKA BERKAITAN DENGAN HUKUM

Etika merupakan bagian dari filsafat yang selalu berupaya menuju

pada kebaikan kehidupan manusia baik secara lahir maupun batin,

sedangkan hukum untuk mengatur tata kehidupan manusia baik individu,

kelompok maupun masyarakat/publik, sehingga hak orang lain tidak

berbenturan dengan hak orang lain serta adanya keseimbangan antara hak

dan kewajiban.

Paul Scholten menyatakan, bahwa baik hukum maupun moral (etika)

kedua-duanya mengatur perbuatan-perbuatan manusia sebagai manusia.

Keduanya sama, yaitu mengatur perbuatan-perbuatan kita.

Hukum dan etika memiliki nilai kemanfaatan yang sama yaitu mencita-

citakan tertib kehidupan masyarakat serta memberi jawaban atas

kebutuhan keadilan masyarakat dengan penegakan nilai-nilai kebenaran.

Etika dalam perkembangannya dikodifikasikan dalam bentuk kode etik

oleh setiap kelompok sosial bahkan didukung berlakunya oleh peraturan

perundangan sehingga kode etik itu sendiri bukanlah etika pada

umumnya tetapi menyatu dengan ketentuan hukum yang berlaku.

Meskipun demikian tetap memberikan nuansa yang berbeda dari segi

sanksi yang dijatuhkan bila terjadi pelanggaran. Sanksi pelanggaran kode

etik sesuai dengan kesepakatan kelompok yang dituangkan dalam kode

etik, pada umumnya dalam bentuk sanksi administratif. Kewenangan atas

keputusan melebihi sanksi administratif merupakan kewenangan

Page 28: ETIKA PROFESI OK.doc

peraturan perundangan dalam hal ini otoritasnya diserahkan kepada para

penegak hukum.

8. KODE ETIK PROFESI

Kode etik merupakan prinsip-prinsip yang merupakan kesatuan

moral yang melekat pada suatu profesi sesuai kesepakatan organisasi

profesi yang disusun sesara sistematis.

Kode etik dapat dikatakan merupakan sekumpulan etika yang telah

tersusun dalam bentuk peraturan berdasarkan prinsip moral pada

umumnya yang disesuaikan dan diterima sesuai jiwa profesi guna

mendukung ketentuan hukum yang berlaku demi kepentingan profesi,

pengguna jasa profesi, masyarakat/publik, bangsa dan negara.

Pengaturan etika disusun dalam bentuk kode etik dipandang penting

mengingat jumlah penyandang profesi makin banyak sehingga

membutuhkan ketentuan baku yang mampu mengendalikan serta

mengawasi kinerja profesi. Selain makin banyaknya penyandang profesi,

juga menghindari kesalahan profesi tanpa ada pertangungjawaban

dengan mengotak-atik kelemahan etika guna mengamankan penyandang

profesi itu sendiri. Faktor lain yang mendukung dibentuknya kode etik

secara baku karena tuntutan masyarakat yang makin kompleks dan kritis

sehingga ada kepastian hukum tentang benar atau tidaknya penyandang

profesi dalam menjalankan tugasnya.

Penegakan terhadap pelaksanaan kode etik secara konsekuen

dilakukan oleh organisasi profesi sebagai pencetus lahirnya kode etik.

Keberadaan organisasi profesi dipandang penting untuk menjatuhkan

sanksi bagi pelanggar kode etik. Sanksi-sanksi diharapkan lebih efektif

karena telah dibahas diantara penyandang profesi, sehingga terdapat

beban moral bagi pelanggar yang secara psikis merasa dikucilkan dalam

Page 29: ETIKA PROFESI OK.doc

pergaulan profesi bahkan akan menjadi lebih berarti manakala organisasi

profesi telah diberikan kewenangan oleh Undang-undang untuk

memberikan Ijin praktek. Kewenangan tersebut dapat mengakibatkan

pencabutan ijin praktek. Selain organisasi sebagai penegakan etika, juga

merupakan wadah bagi pengembangan profesi, sebagai tempat tukar

menukar informasi, membahas dan menyelesaikan permasalahan yang

berkaitan dengan profesi, membela hak-hak anggotanya.

Menurut E.Holloway dikutip dari Shidarta, kode etik itu memberi

petunjuk untuk hal-hal sebagai berikut:

1.hubungan antara klien dan penyandang profesi;

2.pengukuran dan standar evaluasi yang dipakai dalam profesi;

3.penelitian dan publikasi/penerbitan profesi;

4.konsultasi dan praktik pribadi;

5.tingkat kemampuan kompetensi yang umum;

6.administrasi personalia;

7.standar-standar untuk pelatihan.

Ditambahkan oleh Holloway, bahwa kode etik (standar etika) tersebut

mengandung beberapa tujuan sekaligus, yaitu untuk:

1.menjelaskan dana menetapkan tanggung jawab kepada klien, lembaga

(institution), dan masyarakat pada umumnya;

2.membantu penyandang profesi dalam menentukan apa yang harus

mereka perbuat kalau mereka menghadapi dilema-dilema etis dalam

pekerjaannya;

3.membiarkan profesi menjaga reputasi (nama baik) dan fungsi profesi

dalam masyarakat melawan kelakuan buruk dari anggota-anggota

tertentu dari profesi itu;

Page 30: ETIKA PROFESI OK.doc

4.mencerminkan pengharapan moral dari komunitas masyarakat (atas

pelayanan penyandang profesi itu kepada masyarakat);

5.merupakan dasar untuk menjaga kelakuan dan integritas atas kejujuran

dari penyandang profesi itu sendiri.

Kode etik oleh Edgar Bodenheimer dapat dikelompokkan kedalam jenis

aturan yang disebut autonomic legislation. Biasanya kode etik tidak

pernah dianggap sebagai bagian dari hukum positif suatu negara, Namun

disadari atau tidak, kode etik dapat saja secara diam-diam diadopsi

menjadi salah satu jenis sumber formal hukum.

Perkembangan hukum di Indonesia terdapat beberapa Undang-

undang yang mencantumkan kode etik harus ditaati sehingga kode etik

merupakan bagian dari hukum positif yang akan menimbulkan sanksi

hukum bagi pelanggar disisi lain penegakan kode etik juga merupakan

tujuan dari hukum positif. Adapun Undang-undang tersebut antara lain:

1)pasal 17 ayat 1 huruf f Undang-Undang Nomor: 8 Tahun 1999, tentang

perlindungan konsumen, melarang pelaku usaha periklanan

memproduksi iklan yang melanggar etika dan/atau ketentuan peraturan

perundangan yang berlaku;

2)Undang-Undang Nomor: 18 Tahun 2003, tentang Advokat;

3)Undang-Undang Nomor: 30 Tahun 2004, tentang jabatan Notaris, pada

pasal 85 disinggung beberapa jenis sanksi yang bisa dikaitkan dengan

pelanggaran kode etik.

9.IKATAN HUKUM DALAM HUBUNGAN HUKUM PROFESI

Selain unsur pembeda antara profesi pada umumnya dan profesi

luhur dari segi pengabdiannya, terdapat unsur lain yang membedakannya,

yaitu ikatan hukum antara penyandang profesi dengan pihak yang

dilayani. Hubungan keperdataan yang terjadi terhadap profesi pada

Page 31: ETIKA PROFESI OK.doc

umunya dengan yang dilayani merupakan perikatan yang menjanjikan

suatu hasil (resultaatsverbintenis), sedangkan perikatan hukum antara

profesi luhur dengan yang dilayani adalah perikatan yang menjanjikan

usaha (inspanningsverbitenis). Profesi yang terikat dalam hubungan

hukum yang menjanjikan usaha dituntut memiliki landasan intelektual

dan standar kualifikasi serta moral yang lebih tinggi, sehingga

Penghargaan yang diberikan oleh masyarakat tentunya lebih tinggi.

Sebagai suatu gambaran dapat diamati pada hubungan antara Advokat

dan klien idealnya menggunakan perikatan model menjanjikan suatu

usaha dalam hal Advokat menjanjikan keberhasilan maka merupakan

pelanggaran terhadap kode etika. Advokat tersebut baik sadar atau tidak

sadar telah merendahkan profesi luhur yang seharusnya dijunjung tinggi.

10 . PENGAWASAN SERTA PENINDAKAN ORGANISASI

PROFESI TERHADAP PENYANDANG PROFESI YANG

MELANGGAR KODE ETIK.

Organisasi merupakan kelompok dari sebagian masyarakat yang

mempunyai tujuan yang sama serta berinteraksi sosial dalam organisasi

dengan didukung oleh perangkat aturan demi kepentingan organisasi

maupun kepentingan masyarakat. Pendapat serupa juga dikemukakan

Max Weber yang dikutip oleh Miftah Thoha sebagai berikut:

organisasi atau kelompok kerja sama merupakan suatu hubungan

sosial yang dihubungkan dan dibatasi oleh aturan-aturan. Aturan-

aturan ini sejauh mungkin dapat memaksa seseorang untuk

melakukan kerja sebagai suatu fungsi yang ajek, baik dilakukan

oleh pimpinan maupun oleh pegawai-pegawai administrasinya.

Aspek dari pengertian dimaksud oleh Max Weber ialah bahwa

suatu organisasi atau kelompok kerja sama ini mempunyai unsur

Page 32: ETIKA PROFESI OK.doc

kekayaan sebagai berikut. Organisasi merupakan tata hubungan

sosial, dalam hal ini seorang individu melakukan proses interaksi

sesamanya didalam organisasi tersebut.

1.Organisasi mempunyai batas-batas tertentu (boundaries)

sehingga seseorang yang melakukan hubungan interaksi

dengan lainnya tidak atas kemauan sendiri. Mereka dibatasi

oleh aturan-aturan tertentu;

2.Organisasi merupakan suatu kumpulan tata aturan, yang

bisa membedakan suatu organisasi dengan kumpulan-

kumpulan kemasyarakatan. Tata aturan ini menyusun proses

interaksi diantara orang-orang yang bekerja sama didalamnya

sehingga interaksi tersebut tidak muncul begitu saja;

3.Organisasi merupakan suatu kerangka hubungan yang

berstruktur didalamnya berisi wewenang, tanggung jawab,

dan pembagian kerja untuk menjalankan sesuatu fungsi

tertentu. Istilah lain dari unsur ini ialah terdapatnya hierarki

(hierachy). Konsekuensi dari adanya hierarki ini bahwa

didalam organisasi ada pimpinan atau kepala dan bawahan

atau staf.

Pendapat Max Weber lebih condong kearah interaksi, struktur

organisasi, serta pentingnya aturan dalam organisasi, sedangkan

Kelompok masyarakat tidak akan membentuk suatu organisasi tanpa

adanya kehendak yang sama serta yang terpenting mempunyai tujuan

organisasi yang akan dicapai demi kepentingan bersama yang juga

merupakan kepentingan anggota juga, bahkan yang dikatakan sebagai

tujuan organisasi merupakan motivasi awal terbentuknya suatu

Page 33: ETIKA PROFESI OK.doc

organisasi, sedangkan Amitai Etziomi yang dikutip oleh Miftah Thoha

mengemukakan bahwa:

organisasi sebagai pengelompokan orang-orang yang sengaja

disusun untuk mencapai tujuan tertentu. Kelompok semacam ini

mempunyai karakteristik sebagai berikut:

1.mempunyai pembagian kerja, kekuasaan, dan

pertanggungan jawab yang dikomunikasikan. Pembagian ini

tidaklah dikomunikasikan. Pembagian ini tidak dilakukan

secara acak (random) melainkan sengaja dilakukan untuk

meningkatkan usaha mencapai tujuan tertentu;

2.adanya satu atau lebih pusat kekuasaan yang dapat

dipergunakan untuk mengendalikan usaha-usaha organisasi

yang telah direncanakan dan yang dapat diarahkan untuk

mencapai tujuan. Pusat kekuasaan ini juga harus dapat

dipergunakan untuk menilai kembali secara ajek pelaksanaan

organisasi, dan menyempurnakan struktur yang dianggap

perlu untuk meningkatkan efisiensi; dan

3.adanya suatu pergantian kepegawaian, misalnya seseorang

yang cara kerjanya tidak memuaskan dapat dipindahkan dan

diganti oleh orang lain. Dalam organisasi juga dapat

dilakukan usaha memadukan kembali kegiatan kepegawaian

dengan cara pemindahan atau promosi.

Pelaksanaan organisasi baik struktur maupun sistem kerja organisasi

diarahkan pada tujuan organisasi yang merupakan kehendak dari para

anggotanya, sehingga pendapat ini lebih melihat pada cita-cita sebagai

realita dari suatu organisasi. Tujuan dari organisasi sebagai suatu patokan

dasar justru dapat membaca itikad dari suatu organisasi baik terhadap

Page 34: ETIKA PROFESI OK.doc

anggota organisasi, sesama organisasi, masyarakat maupun negara. Lebih

lanjut Richard scott yang dikutip oleh Miftah Thoha mengemukakan

organisasi sebagai tujuan khusus dalam hal-hal sebagai berikut:

organisasi itu sebagai suatu kolektivitas yang sengaja dibentuk

untuk mencapai suatu tujuan khusus tertentu sedikit banyak

didasarkan pada asas kelangsungan, akan lebih jelas persoalannya

bahwa organisasi itu bagaimanapun adanya, mempunyai gambaran

prospek yang jelas, dan berbeda dari sekedar khususnya tujuan atau

kelangsungan aktivitas. Perbedaan gambaran itu meliputi hal-hal

antara lain:

1.adanya batas-batas yang jelas;

2.adanya aturan-aturan yang normatif;

3.adanya jenjang otoritas;

4.adanya suatu sistem komunikasi; dan

5.adanya suatu sistem insentif yang mampu mendorong

berbagai tipe partisipasi dalam usaha bekerja sama untuk

mencapai tujuan tertentu.

Tujuan yang khusus merupakan pengendali suatu organisasi tidak

melenceng dari cita-cita organisasi sehingga diharapkan organisasi dapat

terfokus pada anggaran dasar dan anggaran rumah tangga. Peran

organisasi dengan patokan yang jelas memberikan kesempatan luas yang

terkondisi positif untuk mencapai tujuan yang dapat mengcover

kehendak masyarakat maupun kehendak anggota. Tujuan organisasi

dapat terwujud apabila didukung oleh seperangkat sistem yang

didalamnya terdapat aturan atau batasan yang jelas bagi organisasi baik

secara umum maupun khusus bagi anggotannya. Kriteria dari suatu

organisasi secara umum memiliki kesamaan dengan organisasi profesi,

Page 35: ETIKA PROFESI OK.doc

akan tetapi letak perbedaan pada tujuan dari suatu organisasi terpengaruh

oleh latar belakang dari sejarah perkembangannya, karena mendapat

pengaruh dari fungsi profesi berdasarkan kondisi jaman yang tidak lain

memiliki perbedaan atas kebutuhan masyarakat atas fungsi profesi itu

sendiri.

Terbentuknya beberapa Organisasi profesi hukum menimbulkan dilema

dalam penegakan etika profesi, karena setiap organisasi profesi memiliki

Kode Etik masing-masing. Anggota dari suatu organisasi dapat pindah ke

organisasi lain apabila akan dijatuhi sanksi dari organisasinya, sehingga

penegakan etika profesi hanya sebagai wacana ataupun cita-cita dari

organisasi profesi. Pendapat serupa juga dikemukakan oleh Shidarta

sebagai berikut:

secara jujur harus diakui, bahwa pengembangan etika profesi

hukum di Indonesia kurang berjalan dengan baik dalam dunia

hukum kita. Banyak pelanggaran etika profesi yang tidak mendapat

penyelesaian secara tuntas, bahkan terkesan didiamkan. Lembaga

semacam Dewan atau Majelis Pertimbangan Profesi yang bertugas

menilai pelanggaran etika masih belum berwibawa dimata para

anggotanya. Kondisi demikian menyebabkan bahan kajian etika

profesi hukum di Indonesia menjadi sangat kering dan berhenti

pada ketentuan-ketentuan normatif yang abstrak. Padahal kajian ini

pasti akan lebih menarik jika dibentangkan bersama contoh kasus

nyata yang dihadapi para fungsionaris hukum kita. Munculnya

berbagai organisasi profesi sejenis dengan Kode Etiknya sendiri-

sendiri, semakin mengurangi nilai kajian ini dimata orang-orang

yang mempelajari etika profesi hukum.

Page 36: ETIKA PROFESI OK.doc

Kajian terhadap efektifitas hukum ataupun etika profesi tidak dapat

dicermati dari nilai yang ada, akan tetapi harus disertai gambaran riel

yang terjadi dimasyarakat. Anggota Organisasi profesi/profesi hukum

wajib mematuhi Kode Etik layaknya mematuhi ketentuan hukum yang

berlaku. Pendapat serupa juga dikemukakan oleh Abdulkadir Muhammad

bahwa:

sama halnya dengan penegakan hukum adalah penegakan Kode

Etik. Penegakan Kode Etik adalah usaha melaksanakan Kode Etik

sebagaimana mestinya, mengawasi pelaksanaannya supaya tidak

terjadi pelanggaran, dan jika terjadi pelanggaran memulihkan Kode

Etik yang dilanggar itu supaya ditegakkan kembali, karena Kode

Etik adalah bagian dari hukum positif, maka norma-norma

penegakan hukum Undang-undang juga berlaku pada penegakan

Kode Etik.

Penegakan Kode Etik serupa dengan penegakan terhadap hukum positif,

bahkan dengan ditegakkannya Kode Etik maka berarti telah menegakkan

hukum karena Kode Etik sebagai bagian dari hukum positif. Sebagai

konsekuensi penegakan Kode Etik maka organisasi profesi memiliki

perangkat Pengawas guna mengawasi keseharian profesi/profesi hukum

dalam menjalankan tugasnya, serta Dewan Kehormatan dalam

memeriksa dan mengadili profesi/profesi hukum yang melakukan

pelanggaran terhadap Kode Etik. Pendapat serupa juga dikemukakan

oleh Liliana Tedjosaputro sebagai berikut:

organisasi profesi merupakan unsur pendukung bagi suatu profesi.

organisasi profesi ini merupakan wadah untuk mengembangkan

dan memajukan profesi, tempat untuk bertukar pikiran, tukar

menukar informasi dan perlindungan dikalangan anggotanya, serta

Page 37: ETIKA PROFESI OK.doc

tempat untuk menyelesaikan permasalahan profesi. Bahkan

organisasi profesi bertanggung jawab adanya penyalahgunaan

tanggung jawab profesi yang terjadi dikalangan profesi dan juga

penjatuhan sanksi akibat adanya pelanggaran profesi.

Organisasi profesi yang solid akan memberikan kewibawaan yang

tinggi bagi para anggotanya dan dimata anggota masyarakat dan

juga Pemerintah. Organisasi profesi yang solid akan memberikan

rasa nyaman dan perlindungan bagi anggotanya. Apabila ada

pelanggaran, penjatuhan sanksi yang objektif diterima dengan

lapang dada oleh anggota yang melanggar Kode Etiknya.

Penjatuhan sanksi yang objektif merupakan suatu harapan demi tegaknya

etika profesi sekaligus merupakan pelindung bagi para anggotanya dan

memiliki kewibawaan dimata masyarakat. Pengertian objektif itu sendiri

memiliki makna yang dapat diperdebatkan, mengingat yang ditegakkan

adalah etika yang merupakan sekumpulan nilai sehingga penegakannya

tidak dapat lepas dari subyek yang menilai. Sesuai pula dengan yang

dikemukakan oleh Shidarta sebagai berikut:

nilai tidak lain adalah kualitas dari sesuatu. Sesuatu yang dimaksud

disini adalah sesuatu obyek yang tertentu. Apabila kualitas tersebut

dilihat dari kondisi sebenarnya maka nilai demikian disebut nilai

objektif. Nilai objektif tersebut memang tidak dapat dipisahkan dari

subyek yang memberikan penilaian. Subyek ini dapat berupa

individu, kelompok masyarakat, suatu bangsa, atau universal. Nilai

yang diberikan oleh subyek disebut nilai subyektif dan pada

umumnya nilai memang bersifat subyektif karena subyeklah yang

memberikan keputusan tentang nilai itu. Secara teoritis kedua

macam nilai ini dapat dibedakan, tetapi dalam prakteknya sangat

Page 38: ETIKA PROFESI OK.doc

sulit untuk menentukan mana nilai objektif dan subyektif.

Walaupun kriteria nilai objektif adalah dilihat dari obyeknya,

namun tetap saja yang menentukan nilai dari obyek itu adalah si

subyek, itulah sebabnya ada pendapat yang mengatakan bahwa

nilai itu senantiasa bersifat subyektif, dan semakin banyak subyek

yang memberikan nilai yang sama pada suatu obyek, maka

dikatakan semakin bernilai objektiflah obyek yang bersangkutan.

Nilai objektif dan subjektif saling bertaut sehingga sulit dipisahkan,

karenanya suatu nilai dapat menjadi objektif harus melalui proses yang

objektif pula dan dalam organisasi dapat diwujudkan dalam bentuk

penilaian anggota atas suatu obyek agar dapat bersifat objektif.

Pembahasan dari para anggota atas proses penegakan Kode Etik sangat

berpengaruh dalam menegakkan etika profesi. Pembahasan dan penilaian

bersama menimbulkan anggota organisasi dapat menerima sanksi

pelanggaran secara lapang dada karena anggota telah menyadari atas

resiko terhadap pelanggaran yang telah diperbuat.

Penegakan terhadap Kode Etik bukan saja melalui sanksi terhadap

anggotanya, akan tetapi dimulai dari sosialisasi kepada anggotanya

dalam setiap rapat organisasi mengenai tujuan pokok rumusan etika,

yang dijelaskan oleh Suhrawardi K.Lubis sebagai berikut:

namun demikian dapat diutarakan bahwa prinsip-prinsip yang

umum dirumuskan dalam suatu profesi akan berbeda-beda satu

sama lain. Hal ini dapat terjadi disebabkan perbedaan, adat-istiadat,

kebiasaan, kebudayaan dan peranan tenaga ahli profesi yang

didefinisikan dalam suatu negara dengan negara tertentu tidak

sama. Adapun yang menjadikan tujuan pokok dari rumusan etika

yang dituangkan dalam Kode Etik profesi adalah:

Page 39: ETIKA PROFESI OK.doc

1.standar-standar etika menjelaskan dan menetapkan

tanggung jawab kepada klien, lembaga (institution), dan

masyarakat pada umumnya;

2.standar-standar etika membantu tenaga ahli profesi dalam

menentukan apa yang harus mereka perbuat kalau mereka

menghadapi dilema-dilema etika dalam pekerjaannya;

3.standar-standar etika membiarkan profesi menjaga reputasi

atau nama dan fungsi profesi dalam masyarakat melawan

kelakuan-kelakuan yang jahat dari anggota-anggota tertentu;

4.Standar - standar etika mencerminkan / membayangkan

pengharapan moral-moral dari komunitas. Dengan demikian,

standar-standar etika menjamin bahwa para anggota profesi

akan menaati Kitab Undang-undang etika (Kode Etik) profesi

dalam pelayanannya; dan

5.standar-standar etika merupakan dasar untuk menjaga

kelakuan dan integritas atau kejujuran dari tenaga ahli profesi.

Tujuan dari rumusan etika harus disadari oleh anggota profesi

sebagai suatu kepentingan bersama bahkan sebagai kepentingan person

profesi dalam memberikan arah serta standar dalam melaksanakan

profesinya, sehingga layaknya Kode Etik sebagai suatu Undang-undang.

Pengertian pelanggaran terhadap Kode Etik memiliki makna yang

luas, karena pelanggaran dimaksud juga merupakan pelanggaran

terhadap hukum, sedangkan pengertian pelanggaran terhadap hukum

juga merupakan pelanggaran terhadap Kode Etik. Sedemikian

pentingnya Kode Etik harus ditegakkan serupa hukum positif mengingat

keberadaan Kode Etik sebagai hukum khusus yang terkait dengan

kepentingan publik. Hal serupa juga dikemukakan oleh Todung Mulya

Page 40: ETIKA PROFESI OK.doc

Lubis sebagai berikut: “dengan demikian, tempat Kode Etik itu adalah

dalam perangkat hukum khusus yang memang mempunyai karakteristik

khusus, akan tetapi mempunyai fungsi penting di dalam masyarakat

profesi, karena rasa hormat terhadap etika profesi inilah yang

memelihara kredibilitas profesi itu dimata masyarakat”.

Kredibilitas profesi Advokat dimasyarakat bukan semata-mata demi

kepentingan Advokat, tetapi harus dikembalikan pada tujuan keberadaan

Advokat yang terdiri dari berbagai kepentingan dan hal tersebut dapat

ditelaah dari sifat pemberlakuan Kode Etik. Sesuai yang dikemukakan

oleh Oemar Seno Adji bahwa:

Kode Etik sebagai wadah peraturan-peraturan perilaku yang

disepakati bersama oleh masyarakat profesi, pada umumnya

mengandung hak-hak dan kewajiban-kewajiban bagi para

profesionalis. Kode Etik juga mengandung dalam falsafah hukum,

apa yang dikualifisir sebagai normatieve etiek. Sebagai normatieve

etiek, umumnya dapat dikatakan bahwa Kode Etik mengandung

ketentuan-ketentuan yang bersifat gesinnung, yaitu:

1.kewajiban pada diri sendiri;

2.kewajiban-kewajiban pada umum;

3.ketentuan-ketentuan mengenai kerekanan; dan

4.kewajiban terhadap orang ataupun profesi yang dilayani.

Luasnya cakupan Kode Etik memerlukan perhatian khusus tidak

saja terhadap penegakannya, akan tetapi juga terhadap materi, sistem

pengawasan dan penindakan. Penegakan tanpa diimbangi oleh faktor

pendukung yang lain menimbulkan kelemahan hukum yang justru dapat

dimanfaatkan demi kepentingan mengelabui Kode Etik itu sendiri.

Page 41: ETIKA PROFESI OK.doc

Berkaitan dengan penegakan Kode Etik, maka Hadi Herdiansyah

dan rekan mengutip dari B.Arief Sidharta menyatakan sebagai berikut:

faktor lemahnya pelaksanaan dan penegakan Kode Etik profesi

hukum antara lain adalah:

1.banyak pengemban profesi hukum dan masyarakat pada

umumnya tidak mengetahui dan memahami secara baik dan

lengkap tentang substansi dan prosedur yang diatur dalam

Kode Etik profesi hukum;

2.dalam praktek, Kode Etik profesi hukum tidak ditegakkan

dengan menggunakan mekanisme atau prosedur dan sanksi

yang telah diatur dalam Kode Etik yang bersangkutan;

3.substansi Kode Etik, sanksi dan aturan prosedural

penegakannya belum cukup lengkap dan jelas;

4.faktor kultural yang kurang mendukung kultur

kelembagaan. Seperti sikap ewuh pakewuh, sikap melindungi

sejawat secara berlebihan, karena pemahaman dan

penghayatan yang keliru terhadap pengertian solidaritas dan

moralitas;

5.tingkat responsivitas lembaga-lembaga yang bertugas

menegakkan Kode Etik pada umumnya masih rendah;

6.Tingkat konsistensi lembaga dalam menjatuhkan sanksi

kepada pelanggar Kode Etik masih rendah; dan

7.Karakter organisasi profesi hukum yang tertutup dan

eksklusif menyebabkan sempitnya kesempatan masyarakat

untuk ikut melakukan pengawasan terhadap profesi hukum

yang menyebabkan partisipasi masyarakat menjadi rendah.

Page 42: ETIKA PROFESI OK.doc

Pengawasan dalam pelaksanaannya dilakukan oleh Komisi Pengawas

merupakan bentuk penegakan hukum terhadap penegak hukum, hal

tersebut sebagai dasar bagi penegak hukum untuk menegakkan

supremasi hukum.

pada perkembangan dunia ilmu pengetahuan yang makin modern,

maka peran organisasi profesi makin luas demi kepentingan umum. Hal

tersebut sesuai dengan yang dikemukakan oleh Shidarta sebagai berikut:

organisasi profesi merupakan wadah penting untuk pembinaan

profesi. Pembinaan ini terutama ditujukan kepada manusia-manusia

yang menyandang profesi tersebut, yakni masyarakat atau

komunitas profesi. Setiap profesi selalu didukung oleh sistem nilai

yang dituangkan dalam standar kualifikasi dan kompetensi dari

penyandang profesi ini. Sistem nilai ini juga tercermin dari Kode

Etik profesi, anggaran dasar, dan anggaran rumah tangga organisasi

profesi, dan sebagainya. Sistem nilai tersebut juga hadir dalam

praktek keseharian yang dilakukan dalam hubungan antara para

penyandang profesi dengan para pengguna jasa mereka. Dengan

kata lain, sistem nilai ini mengejawantah sebagai budaya (kultur)

profesi, atau sebaliknya, penyandang profesi adalah pendukung

kebudayaan.

Peran organisasi profesi tidak hanya pengawasan dan penindakan,

akan tetapi juga dibutuhkan fungsi pembinaan bagi para anggotanya

dengan tujuan efektifitas dilaksanakannya etika profesi. Pembinaan yang

dilakukan oleh organisasi profesi diharapkan dapat meminimalkan

pelanggaran etika dalam organisasi ataupun anggota organisasi.

Organisasi profesi dapat berperan sesuai dengan yang diharapkan,

apabila sistem dalam organisai profesi tertata dengan baik sehingga

Page 43: ETIKA PROFESI OK.doc

mekanisme organisasi dapat berjalan sebagaimana mestinya, bahkan

anggaran dasar dan anggaran rumah tangga organisasi harus tertata

dengan baik serta sesuai dengan tujuan yang dicita-citakan, selanjutnya

baru dapat mengatur anggotanya.

Organisasi merupakan manajemen yang tentunya dikelola oleh

pengurus, dengan kata lain meskipun anggaran dasar, anggaran rumah

tangga maupun Kode Etik sudah sesuai dengan ketentuan yang ada tanpa

didukung oleh manajemen yang profesional maka organisasi tidak akan

mampu melakukan pembinaan, pengawasan maupun penindakan

terhadap anggotanya. Besesuaian dengan pendapat Shrode dan Voich,

yang dikutip oleh Abdul Wahid dan Anang Sulistyono sebagai berikut:

apabila kita sudah mulai berbicara mengenai organisasi, maka suatu

hal yang pokok adalah bagaimana organisasi itu akan “dibuat

berjalan”. Proses ini tidak lain merupakan kegiatan manajemen.

Manajemen ini bisa diartikan sebagai seperangkat kegiatan atau

suatu proses untuk mengoordinasikan dan mengintegrasikan

penggunaan sumber-sumber daya dengan tujuan untuk mencapai

tujuan organisasi melalui orang-orang, teknik-teknik dan informasi

dan dijalankan dalam kerangka suatu struktur organisasi.

Pendapat tersebut menempatkan orang-orang guna mencapai tujuan

organisasi, karena suatu sistem manajemen pelaksanaannya dilakukan

oleh pengurus. Kualitas pengurus organisasi memegang peranan penting

baik dari segi keilmuan maupun dari segi moralitas serta komitmen yang

tinggi terhadap organisasi itu sendiri. Organisasi profesi memiliki

tantangan yang berat terhadap penindakan atas penyalahgunaan profesi

oleh anggota sejawat demi terwujudnya profesionalisme dalam

penerapannya. Sejalan dengan yang dikemukakan oleh Supriadi bahwa:

Page 44: ETIKA PROFESI OK.doc

dalam kenyataannya,ditengah-tengah masyarakat sering terjadi

penyalahgunaan profesi hukum oleh anggotanya sendiri. Terjadinya

penyalahgunaan profesi hukum tersebut disebabkan adanya faktor

kepentingan. Sumaryono mengatakan bahwa penyalahgunaan dapat

terjadi karena adanya persaingan individu profesional hukum atau

tidak adanya disiplin diri. Dalam profesi hukum dapat dilihat dua

hal yang sering berkontradiksi satu sama lain, yaitu disatu sisi, cita-

cita etika yang terlalu tinggi, dan disisi lain, praktek pengembalaan

hukum yang berada jauh dibawah cita-cita tersebut. Selain itu,

penyalahgunaan profesi hukum terjadi karena desakan pihak klien

yang menginginkan perkaranya cepat selesai dan tentunya ingin

menang. Klien kadangkala tidak segan-segan menawarkan bayaran

yang menggiurkan baik kepada penasihat hukum ataupun Hakim

yang memeriksa perkara.

Tantangan organisasi profesi bukan hanya penindakan penyalahgunaan

profesi, akan tetapi dituntut mampu mengawasi kinerja profesi agar tidak

melakukan pelanggaran terhadap Kode Etik profesi.

11.PERIKATAN DALAM HUBUNGAN HUKUM PROFESI.

Hubungan hukum profesi antara penyandang profesi dengan

pengguna jasa profesi dalam ranah hukum keperdataan. Hubungan

hukum terwujud setelah ada kesepakatan antara penyandang profesi

dengan klien, tentang bagaimana menyelesaikan atau menangani posisi

hukum klien sesuai ketentuan hukum yang berlaku, setelah klien merasa

penyandang profesi hukum dalam hal ini notaris atau advokat dianggap

mampu dan sesuai yang diharapkan maka terwujudlah suatu bentuk

perjanjian baik lisan maupun tertulis. Perjanjian menimbulkan perikatan

sesuai pasal 1233 Burgerlijk Wetboek yang mengatur tiap-tiap perikatan

Page 45: ETIKA PROFESI OK.doc

dilahirkan baik karena persetujuan, baik karena undang-undang,

selanjutnya pasal 1234 BW menyatakan tiap-tiap perikatan adalah untuk

memberikan sesuatu, untuk berbuat sesuatu, atau untuk tidak berbuat

sesuatu.

Perjanjian untuk dapat menimbulkan perikatan harus memenuhi syarat

sahnya perjanjian sesuai ketentuan pasal 1320 BW yang berbunyi sebagai

berikut:

1.sepakat mereka untuk mengikatkan dirinya;

2.kecakapan untuk membuat suatu perikatan;

3.suatu hal tertentu;

4.suatu sebab yang halal.

Ketentuan pasal 1320 BW setelah terpenuhi maka berlakulah Pacta Sunt

Servanda yaitu semua perjanjian yang dibuat secara sah berlaku sebagai

undang-undang bagi mereka yang membuatnya.

Perikatan yang dilakukan antara pekerjaan pada umumnya,

penyandang profesi, penyandang profesi luhur memiliki perbedaan. Pada

Perjanjian pekerjaan pada umumnya kedua belah pihak dapat

mengajukan tuntutan prestasi baik terhadap pelaksanaan pekerjaan

maupun hasil kerja dari pihak dalam perjanjian sesuai dengan asas

kebebasan berkontrak.

Perjanjian atau hubungan hukum pada penyandang profesi dengan

pengguna profesi meskipun tetap menggunakan asas kebebasan

berkontrak akan tetapi dibatasi oleh kode etik masing-masing profesi,

mengingat asas kebebasan berkontrak tetap tidak diperkenankan untuk

melanggar ketentuan hukum. Pengguna jasa profesi tidak dapat menuntut

jaminan keberhasilan, akan tetapi penyandang profesi apabila

Page 46: ETIKA PROFESI OK.doc

berkeyakinan akan keberhasilan masih dapat memberikan gambaran

tentang keberhasilan.

Hubungan hukum yang terjadi antara penyandang profesi dan pengguna

jasa dibedakan menjadi dua model perikatan (verbintenis) yang terdiri

dari, perikatan yang menjanjikan suatu hasil (resultaatsverbintenis) dan

perikatan yang menjanjikan suatu usaha (inspanningsverbintenis).

Profesi luhur menggunakan perikatan yang menjanjikan suatu usaha

sehingga dituntut memiliki landasan intelektual dan standar kualifikasi

yang lebih tinggi dan sudah sepatutnya mendapat penghargaan lebih

tinggi dari masyarakat.

Prestasi utama yang harus direalisasikan oleh penyandang profesi

berkaitan dengan kemampuan intelektual guna menyelesaikan

permasalahan hukum yang ada, sedangkan hukum sendiri bersifat

abstrak, oleh karenanya penyandang profesi merupakan profesi

kepercayaan. Bahkan terdapat ahli hukum Belanda Paul Scholten

menyatakan kegiatan menemukan hukum (rechtsvinding) adalah seni.

Beliau sangat menekankan arti penting dari seni dalam penemuan

hukum, namun seni dalam penemuan hukum tidak diartikan ketrampilan

atau teknik melainkan suatu bentuk pemberian bentuk pada gambaran-

gambaran yang kabur, yaitu membuat sesuatu (fakta konkret)

mengkristalisasi menjadi hukum. Penciptaan bentuk hukum seperti ini

merupakan seni.

Metode interpertasi : gramatikal, otentik, historis.

12.KODE ETIK ADVOKAT

Kode etik Advokat Indonesia terdiri dari:1)PEMBUKAAN;2)KETENTUAN UMUM;3)KEPRIBADIAN ADVOKAT;

Page 47: ETIKA PROFESI OK.doc

4)HUBUNGAN DENGAN KLIEN;5)HUBUNGAN DENGAN TEMAN SEJAWAT;6)TENTANG SEJAWAT ASING;7)CARA BERTINDAK MENANGANI PERKARA;8)KETENTUAN-KETENTUAN LAIN TENTANG KODE ETIK;9)PELAKSANAAN KODE ETIK;10) DEWAN KEHORMATAN (KETENTUAN UMUM);11)PENGADUAN;12)TATA CARA PENGADUAN;13)PEMERIKSAAN TINGKAT PERTAMA OLEH DEWAN KEHORMATAN CABANG/DAERAH;14)SIDANG DEWAN KEHORMATAN CABANG/DAERAH;15)CARA PENGAMBILAN KEPUTUSAN;16)SANKSI-SANKSI;17)PENYAMPAIAN SALINAN KEPUTUSAN;18)PEMERIKSAAN TINGKAT BANDING DEWAN KEHORMATAN PUSAT;19)KEPUTUSAN DEWAN KEHORMATAN;20) KETENTUAN LAIN TENTANG DEWAN KEHORMATAN;21)KODE ETIK&DEWAN KEHORMATAN;22)ATURAN PERALIHAN;23)PENUTUP.

1.PEMBUKAAN:

Tujuan kode etik Advokat:

1.membebankan kewajiban;------------officium nobile

2.perlindungan hukum anggota.--------officium nobile

Advokat (profesi terhormat) dilindungi:

1)Hukum;

2)undang-undang;

3)kode etik.

Advokat memiliki kebebasan sesuai kode etik dan UU RI nomor: 18

tahun 2003, tentang Advokat pasal 14 yang mengatur, Advokat bebas

mengeluarkan pendapat atau pernyataan dalam membela perkara yang

Page 48: ETIKA PROFESI OK.doc

menjadi tanggung jawabnya didalam sidang Pengadilan dengan tetap

berpegang pada kode etik profesi dan peraturan perundang-undangan.

Pasal 15, Advokat bebas dalam menjalankan tugas profesinya untuk

membela perkara yang menjadi tanggung jawabnya dengan tetap

berpegang pada kode etik profesi dan peraturan perundang-undangan

(lihat penjelasannya).

Kebebasan Advokat berdasarkan:

1)kehormatan Advokat;

2)kepribadian Advokat.

Advokat (penegak hukum) berpegang teguh:

1)kemandirian;

2)kejujuran;

3)kerahasiaan;

4)keterbukaan.

Kewajiban Advokat:

1)menjaga citra dan martabat kehormatan profesi;

2)setia dan menjunjung tinggi kode etik dan sumpah profesi

3)jujur dan bertanggung jawab kepada:

a.klien; --- nasihat & penyelesaian kasus klien dengan baik.

b.Pengadilan; --- fakta yuridis & penegakan hukum

c.negara atau masyarakat;--- penegakan hukum --- kesejahteraan.

d.terutama dirinya sendiri. --- penegak hukum --- imunitas.

Advokat sebagai penegak hukum (ps 5(1) UU tentang Advokat) sejajar

dengan instansi penegak hukum lain, harus saling menghargai juga

terhadap teman sejawat.

2.KETENTUAN UMUM

Advokat --- jasa hukum ---- didalam Pengadilan;

Page 49: ETIKA PROFESI OK.doc

diluar Pengadilan.(pasal 1ayat 1 dan 2).

Klien (pasal 1 (3) UU tentang Advokat):

1)orang;

2)badan hukum;

3)lembaga lain.

Teman sejawat :

1)pihak yang berpraktek sebagai Advokat;

2)teman sejawat asing (pasal 1(8) UU tentang Advokat) .

Dewan Kehormatan:

1)mengawasi pelaksanaan kode etik Advokat (ps 13(1), 26(4) UU tentang

Advokat);

2)menerima dan memeriksa pengaduan (ps 26(5) UU tentang Advokat) .

Honorarium (pasal 1 (7) UU tentang Advokat) :

1)imbalan jasa;

2)pembayaran;

3)kesepakatan;

4)perjanjian.

3.KEPRIBADIAN ADVOKAT.

Advokat --- WNI harus berkepribadian:

1)bertakwa kepada Tuhan YME;

2)satria;

3)jujur mempertahankan keadilan dan kebenaran;

4)moral yang tinggi;

5)luhur dan mulia;

6)menjunjung tinggi hukum;

7)menjunjung tinggi UUD RI;

8)menjunjung tinggi kode etik Advokat serta sumpah jabatannya.

Page 50: ETIKA PROFESI OK.doc

Alasan penolakan nasihat dan bantuan hukum Advokat:

1)tidak sesuai dengan keahliannya;

2)bertentangan dengan hati nurani;

Advokat dilarang menolak nasihat dan bantuan hukum dengan alasan

(pasal 18 (1) UU tentang Advokat):

1)perbedaan agama;

2)perbedaan kepercayaan;

3)perbedaan politik;

4)perbedaan kedudukan sosial.

Tujuan Advokat (bagian b menimbang UU tentang Advokat):

1)mengutamakan tegaknya hukum, kebenaran dan keadilan;

2)memperjuangkan HAM.

Beberapa hal yang wajib diperhatikan Advokat:

1)imbalan materi bukan tujuan utama;

2)bebas dan mandiri;

3)memelihara rasa solidaritas diantara teman sejawat;

4)memberi bantuan hukum dan pembelaan hukum kepada teman sejawat

dalamperkara pidana;

5)tidak diperkenankan melakukan pekerjaan lain yang dapat merugikan

kebebasan, derajat dan martabat Advokat;

6)menjunjung tinggi sebagai profesi terhormat;

7)sopan terhadap semua pihak dengan mempertahankan hak dan

martabat Advokat;

8)apabila diangkat sebagai pejabat negara tidak diperkenankan praktek

sebagai Advokat.

4.HUBUNGAN DENGAN KLIEN

1)utamakan jalan damai;

Page 51: ETIKA PROFESI OK.doc

2)memberi keterangan yang sebenarnya sesuai ketentuan hukum yang

berlaku;

3)tidak menjamin perkara pasti menang;

4)honorarium sesuai kemampuan klien;

5)tidak membebani biaya yang tidak perlu;

6)perkara cuma-cuma juga harus diperhatikan;

7)harus menolak perkara yang tidak ada dasar hukum;

8)menjaga rahasia jabatan;

9)tidak melepaskan tugas pada saat posisi tidak menguntungkan klien;

10) pengurusan kepentingan bersama dua pihak atau lebih harus

mengundurkan diri;

11)hak retensi sepanjang tidak merugikan kepentingan klien.

5.HUBUNGAN DENGAN TEMAN SEJAWAT

1)saling menghormati, menghargai, saling mempercayai;

2)dalam sidang Pengadilan tidak menggunakan kata tidak sopan baik

lisan atau tertulis;

3)keberatan terhadap tindakan teman sejawat diajukan ke Dewan

Kehormatan tidak melalui media masa atau cara lain;

4)tidak merebut klien;

5)mengganti Advokat dengan pencabutan surat kuasa Advokat semula

serta Advokat berkewajiban mengingatkan klien untuk memenuhi

kewajiban terhadap Advokat semula;

6)Advokat semula wajib memberi/menyerahkan semua surat dan

keterangan berkaitan dengan perkara.

6.SEJAWAT ASING

wajib tunduk pada kode etik Advokat Indonesia.

7.CARA BERTINDAKMENANGANI PERKARA

Page 52: ETIKA PROFESI OK.doc

1)Surat Advokat kepada teman sejawat dapat ditunjukkan kepada Hakim,

kecuali surat dibubuhi catatan Sans Prejudice;

2)isi pembicaraan atau korespondensi upaya damai antar Advokat tidak

dipergunakan sebagai bukti di Pengadilan;

3)perkara perdata, menghubungi Hakim harus bersama-sama dengan

Advokat pihak lawan;

4)Perkara pidana, menghubungi Hakim harus bersama-sama dengan

jaksa Penuntut Umum;

5)Advokat tidak mengajari dan mempengaruhi saksi yang diajukan pihak

lawan atau oleh jaksa Penuntut Umum;

6)Advokat mengetahui seseorang menunjuk Advokat dalam penanganan

perkara maka hubungannya hanya boleh melalui advokat tersebut;

7)imunitas hukum dalam sidang pengadilan (pasal 14,15 UU tentang

Advokat)

8)Advokat wajib memberi bantuan hukum cuma-cuma (pasal 1 (9) UU

tentang Advokat);

9)Advokat wajib menyampaikan pemberitahuan putusan Pengadilan

kepada klien.

8.KETENTUAN-KETENTUAN LAIN TENTANG KODE ETIK

1)Advokat profesi mulia dan terhormat (officium nobile) selaku penegak

hukum sejajar Jaksa dan Hakim dilindungi hukum, undang-undang dan

kode etik;

2)dilarang memasang iklan semata-mata mencari perhatian orang serta

papan nama dengan ukuran dan bentuk yang berlebih-lebihan;

3)Kantor Advokat dan cabangnya tidak diadakan ditempat yang

merugikan kedudukan dan martabat Advokat;

Page 53: ETIKA PROFESI OK.doc

4)tidak mencantumkan yang bukan Advokat sebagai Advokat dipapan

nama atau memperkenalkan sebagai Advokat;

5)tidak mengijinkan karyawan yang tidak berkualifikasi untuk mengurus

perkara atau nasihat hukum;

6)tidak mencari publisitas di media masa;

7)Advokat dapat mengundurkan diri bila timbul perbedaan cara

penanganan perkara dengan kliennya;

8)Advokat mantan hakim atau panitera tidak menangani perkara yang

diperiksa Pengadilan tempat terakhir Pengadilan selama tiga tahun.

9.PELAKSANAAN KODE ETIK

1)Advokat wajib tunduk pada kode etik;

2)pengawasan dan pelaksanaan kode etik oleh Dewan kehormatan.

Pengawasan berdasarkan uu tentang advokat oleh organisasi

Advokat dan komisi pengawas (ps 12,13).

10.DEWAN KEHORMATAN (KETENTUAN UMUM)

1)memeriksa dan mengadili perkara pelanggaran kode etik melalui

tingkat Dewan Kehormatan Cabang/Daerah (tingkat pertama) dan tingkat

pusat sebagai tingkat terakhir;

2)beban biaya oleh DPC, DPP,pengadu/teradu ?

11. PENGADUAN

Pengaaduan diajukan oleh pihak yang berkepentingan dan merasa

dirugikan yaitu:

a)klien;

b)teman sejawat Advokat;

c) pejabat pemerintahan;

d)anggota masyarakat;

Page 54: ETIKA PROFESI OK.doc

e)Dewan Pimpinan pusat/Cabang/Daerah organisasi profesi dimana

teradu menjadi anggota baik untuk kepentingan organisasi atau untuk

kepentingan umum.

12.TATA CARA PENGADUAN

1)Pengaduan secara tertulis dengan alasannya;

2)suatu tempat tidak terdapat dewan Kehormatan Cabang maka aduan

disampaikan pada cabang yang terdekat atau Dewan Kehormatan Pusat

dimana teradu menjadi anggota;

3)DPC menerima pengaduan akan diserahkan kepada DPC yang

berwenang;

4)pengaduan disampaikan Ke Dewan kehormatan Pusat maka akan

diteruskan Ke Dewan Kehormatan Cabang/Daerah yang berwenang.

13.PEMERIKSAAN TINGKAT PERTAMA OLEH DEWAN

KEHORMATAN CABANG/DAERAH

1)Dewan Kehormatan menerima pengaduan tertulis disertai bukti,

kemudian menyampaikan kepada teradu paling lambat 14 hari;

2)Paling lambat 21 hari teradu memberi jawaban tertulis disertai bukti

surat, bila tidak memberi jawaban maka DPC/D menyampaikan

pemberitahuan kedua dengan peringatan apabila dalam waktu 14 hari

sejak tanggal surat peringatan tidak memberi jawaban dianggap

melepaskan hak jawabnya;

3)tidak ada jawaban dapat diputus tanpa kehadiran kedua belah pihak;

4)Jawaban yang diadukan diterima maka menetapkan hari sidang dengan

panggilan secara patut (3hari);

5)pengadu dan teradu harus hadir sendiri, dapat didampingi penasehat

serta berhak mengajukan saksi dan bukti;

Page 55: ETIKA PROFESI OK.doc

6)sidang pertama Dewan Kehormatan menjelaskan tata cara

pemeriksaan, upaya perdamaian untuk yang bersifat perdata selanjutnya

kedua belah pihak mengemukakan alasan pengaduan dan pembelaan

serta saurat bukti dan saksi akan diperiksa;

CATATAN: pelanggaran kode etik yang bersifat pidana apabila telah

diputus peradilan umum maka sudah pasti salah dimana efektivitas

Dewan Kehormatan.

SIDANG PERTAMA SALAH SATU PIHAK TIDAK HADIR :

1)penundaan sidang 14 hari, pengadu tidak hadir aduan gugur dan tidak

dapat mengajukan lagi untuk hal yang sama kecuali dianggap berkaitan

dengan kepentingan organisasi atau umum;

2)teradu 2 kali tidak hadir, pemeriksaan tanpa hadir teradu dan

diputuskan.

14.SIDANG DEWAN KEHORMATAN CABANG/DAERAH

1)Majelis Dewan Kehormatan Cabang/daerah sekurang-kurangnya tiga

orang anggota, salah satu ketu majelis (jumlah ganjil);

2)Majelis dapat terdiri dari: Dewan Kehormatan atau ditambah anggota

Majelsi Kehormatan Adhoc;

3)Majelis dipilih oleh rapat Dewan Kehormatan Cabang;

4)berita acara sidang;

5)sidang tertutup, keputusan sidang terbuka.

15. CARA PENGAMBILAN KEPUTUSAN

1)Keputusan Dewan Kehormatan dapat berupa :

a.menyatakan pengaduan dari pengadu tidak dapat diterima;

b.menerima pengaduan dari pengadu dan mengadili serta

menjatuhkan sanksi-sanksi kepada teradu;

c.menolak pengaduan dari pengadu.

Page 56: ETIKA PROFESI OK.doc

2)keputusan memuat pertimbangan dan pasal kode etik yang dilanggar;

3)keputusan dengan suara terbanyak dan diucapkan disidang terbuka;

4)anggota majelis kalah pengambilan suara berhak membuat catatan

keberatan;

5)keputusan ditanda tangani, berhalangan disebut dalam keputusan.

16.SANKSI/HUKUMAN

1)peringatan biasa (pelanggaran tidak berat);

2)peringatan keras (pelanggaran berat, mengulangi dan/ tidak

mengindahkan sanksi peringatan);

3)pemberhentian sementara untuk waktu tertentu (pelanggaran berat,

tidak mengindahkan dan menghormati kode etik, mengulangi peringatan

keras);

4)pemecatan dari keanggotaan organisasi profesi

untuk bagian 3 dan 4 pemberhentian organisasi profesi menyampaikan ke

Mahkamah Agung untuk dicatat dalam daftar Advokat.

17.PENYAMPAIAN SALINAN KEPUTUSAN

Paling lambata 14 hari setelah putusan diucapkan salinan putusan harus

disampaikan kepada:

1)teradu;

2)pengadu;

3)Dewan pimpinan Cabang/Daerah dari semua organisasi profesi; ?

4)Dewan Pimpinan Pusat;

5)instansi-instansi yang dianggap perlu, apabila keputusan telah

berkekuatan hukum tetap.

18.PEMERIKSAAN BANDING DEWAN KEHORMATAN PUSAT

1)Pengadu atau teradu tidak puas atas putusan tingkat pertama dapat

melakukan upaya hukum banding ke Dewan Kehormatan Pusat;?

Page 57: ETIKA PROFESI OK.doc

2)Batas waktu banding beserta memori banding 21 hari sejak menerima

salinan keputusan;?

3) Dewan Kehormatan Cabang/Daerah setelah menerima memori

banding dalam waktu 14 hari mengirim kepada pihak terbanding;

4)Kontra memori paling lambat 21 hari sejak terima memori banding,

apabila tidak menyampaikan dianggap telah melepaskan haknya;

5)Selambat-lambatnya 14 hari berkas perkara diteruskan kepada Dewan

Kehormatan Pusat;

6)Upaya banding menyebabkan ditundanya pelaksanaan keputusan

Dewan Kehormatan Cabang/Daerah;

7)Susunan Majelis Dewan Kehormatan Pusat seperti Dewan Kehormatan

Cabang/daerah;

8)Dewan Kehormatan Pusat memutus berdasarkan berkas perkara yang

ada, bila dianggap perlu dapat meminta bahan tambahan dari pihak yang

bersangkutan atau memanggil mereka dengan biaya sendiri;

9)Dewan Kehormatan Pusat dapat memeriksa langsung dengan adanya

surat persetujuan dari kedua belah pihak agar perkaranya diperiksa

langsung oleh dewan Kehormatan Pusat;

10) Semua ketentuan untuk pemeriksaan tingkat pertama berlaku bagi

pemeriksaan tingkat banding.

19.KEPUTUSAN DEWAN KEHORMATAN PUSAT

1)Putusannya dapat berupa:

a. menguatkan;

b. merubah;

c. membatalkan.

Page 58: ETIKA PROFESI OK.doc

2)Putusan mempunyai kekuatan hukum tetap sejak diucapkan dan

bersifat final dalam sidang terbuka dengan atau tanpa kehadiran para

pihak;

3)Selambat-lambatnya 14 hari setelah keputusan diucapkan, salinan

keputusan disampaikan kepada:

a. anggota yang diadukan/teradu baik sebagai pembanding ataupun

terbanding;

b. pengadu baik selaku pembanding ataupun terbanding;

c. Dewan Pimpinan Cabang/Daerah;

d. Dewan Kehormatan Cabang/Daerah;

e. dewan Pimpinan Pusat dan masing-masing organisasi profesi;

f. instansi-instansi yang dianggap perlu.

4)Apabila seorang Advokat telah dipecat maka Dewan Kehormatan

Pusat/Cabang/Daerah meminta kepada Dewan Pimpinan Pusat/organisasi

profesi untuk memecat dari keanggotaan organisasi profesi.

20.KETENTUAN LAIN TENTANG DEWAN KEHORMATAN

Dewan kehormatan berwenang menyempurnakan hal-hal yang telah

diatur maupun yang belum diatur tentang Dewan Kehormatan dalam

kode etik ini, dengan kewajiban melaporkan kepada dewan Pimpinan

Pusat agar diumumkan dan diketahui oleh setiap anggota dari masing-

masing organisasi.

13.KODE ETIK NOTARIS

Kode Etik Notaris Ikatan Notaris Indonesia (INI) terdiri dari:

- KETENTUAN UMUM;

- RUANG LINGKUP KODE ETIK;

- KEWAJIBAN, LARANGAN DAN PENGECUALIAN;

- SANKSI;

Page 59: ETIKA PROFESI OK.doc

- TATA CARA PENEGAKAN KODE ETIK:

a.pengawasan;

b.pemeriksaan dan penjatuhan sanksi:

-alat perlengkapan;

-pemeriksaan dan penjatuhan sanksi pada tingkat pertama;

-pemeriksaan dan penjatuhan sanksi pada tingkat banding;

-pemeriksaan dan penjatuhan sanksi pada tingkat terakhir;

c.eksekusi atas sanksi-sanksi dalampelanggaran kode etik

- PEMECATAN SEMENTARA;

- KEWAJIBAN PENGURUS PUSAT;

- KETENTUAN PENUTUP

1.KETENTUAN UMUM

a)Ikatan Notaris Indonesia (INI) merupakan satu-satunya wadah

pemersatu bagi semua dan setiap orang yang memangku dan

menjalankan tugas sebagai pejabat umum di Indonesia, merupakan

organisasi Notaris.

b)Kode Etik Notaris merupakan seluruh kaidah moral yang ditentukan

oleh perkumpulan INI (termasuk didalamnya pejabat sementara Notaris,

Notaris pengganti, Notaris pengganti khusus);

c)Disiplin organisasi : kewajiban-kewajiban terutama kewajiban

administrasi dan finansial yang telah diaturoleh perkumpulan;

d)Pengurus terdiri dari:

-pengurus pusat adalah pengurus perkumpulan pada tingkat

nasional yang mempunyai tugas, kewajiban serta kewenangan

untuk mewakili dan bertindak atas nama perkumpulan baik diluar

maupun dimuka Pengadilan;

Page 60: ETIKA PROFESI OK.doc

-pengurus wilayah adalah pengurus perkumpulan pada tingkat

propinsi;

-pengurus Daerah adalah pengurus perkumpulan pada tingkat

kota/Kabupaten.

e)Dewan Kehormatan adalah alat perlengkapan perkumpulan sebagai

suatu badan atau lembaga yang mandiri dan bebas dari keberpihakan

dalam perkumpulan;

f)Dewan Kehormatan Pusat (nasional), Dewan Kehormatan Wilayah

(propinsi), Dewan Kehormatan Daerah (kota/Kabupaten) yang bertugas

untuk:

-melakukan pembinaan, bimbingan, pengawasan, pembenahan

anggota dalam menjunjung tinggi Kode Etik;

-memeriksa dan mengambil keputusan atas dugaan pelanggaran

ketentuan Kode Etik dan/atau disiplin organisasi, yang bersifat

internal atau yang tidak mempunyai kaitan dengan kepentingan

masyarakat secara langsung pada tingkat akhir final (Dewan

Kehormatan Pusat), tingkat banding (Dewan Kehormatan Wilayah),

tingkat pertama (Dewan Kehormatan Daerah);

-memberikan saran dan pendapat oleh Dewan Kehormatan Pusat

kepada majelis pengawas, Dewan Kehormatan Wilayah kepada

Majelis Pengawas Wilayah dan/atau Majelis pengawas daerah,

Dewan Kehormatan Daerah kepada Majelis Pengawas Daerah atas

dugaan pelanggaran kode etik dan jabatan Notaris;

g)Pelanggaran adalah perbuatan atau tindakan yang dilakukan oleh

anggota perkumpulan maupun orang lain yang memangku dan

menjalankan jabatan Notaris yang melanggar ketentuan Kode Etik

dan/atau disiplin organisasi;

Page 61: ETIKA PROFESI OK.doc

h)Kewajiban adalah sikap perilaku, perbuatan atau tindakan yang harus

dilakukan anggota perkumpulan maupun orang lain yang memangku dan

menjalankan jabatan Notaris, dalam rangka menjaga dan memelihara

citra serta wibawa lembaga notarist dan menjunjung tinggi keluhuran

harkat dan martabat jabatan Notaris;

i)Larangan adalah sikap, perilaku dan perbuatan/tindakan apapun yang

tidak boleh dilakukan oleh anggota perkumpulan maupun orang lain

yang memangku dan menjalankan jabatan notaris, yang dapat

menurunkan citra serta wibawa lembaga notariat ataupun keluhuran

harkat dan martabat jabatan Notaris;

j)Sanksi adalah suatu hukuman sebagai sarana, upaya dan alat pemaksa

ketaatan dan disiplin anggota perkumpulan maupun orang lain yang

memangku dan menjalankan jabatan Notaris dan menegakkan Kode Etik

dan disiplin organisasi;

k)Eksekusi merupakan pelaksanaan putusan Dewan Kehormatan yang

berkekuatan hukum tetap;

l)Klien adlah setiap orang atau badan yang secara sendiri-sendiri atau

bersama-sama datang kepada Notaris untuk membuat akta, berkonsultasi

dalam rangka pembuatan akta serta minta jasa Notaris lainnya.

2.RUANG LINGKUP KODE ETIK

Kode etik notaris berlaku yang memangku dan menjalankan jabatan

Notaris maupun dalam kehidupan sehari-hari.

3.KEWAJIBAN,LARANGAN DAN PENGECUALIAN

Notaris dan orang lain yang memangku dan menjalankan jabatan Notaris

wajib:

a)memiliki moral, akhlak serta kepribadian yang baik;

Page 62: ETIKA PROFESI OK.doc

b)menghormat dan menjunjung tinggi harkat dan martabat jabatan

Notaris;

c)menjaga dan membela kehormatan perkumpulan;

d)bertindak jujur, mandiri, tidak berpihak, penuh rasa tanggung jawab

berdasarkan peraturan perundang-undangan dan isi sumpah jabatan;

e)meningkatkan ilmu pengetahuan yang telah dimiliki tidak terbatas pada

ilmu pengetahuan hukum dan kenotariatan;

f)mengutamakan pengabdian kepada kepentingan masyarakat dan

negara;

g)memberikan jasa pembuatan akta dan jasa kenotarisan lainnya untuk

masyarakat yang tidak mampu tanpa memungut honorarium;

h)menetapkan satu kantor ditempat kedudukan dan kantor tersebut

merupakan satu-satunya kantor bagi Notaris yang bersangkutan dalam

melaksanakan tugas jabatan sehari-hari;

i)memasang satu buah papan nama dengan pilihan ukuran 100cmx40cm,

150cmx60cm, 200cmx80cm, dasar papan putih dengan huruf hitam;

j)hadir, mengikuti dan berpartisipasi aktif dalam setiap kegiatan yang

diselenggarakan oleh perkumpulan, menghormati, mematuhi,

melaksanakan setiap dan seluruh keputusan perkumpulan;

k)membayar uang iuran perkumpulan secara tertib;

l)membayar uang duka untuk membantu ahli waris teman sejawat yang

meninggal dunia;

m) melaksanakan dan mematuhi semua ketentuan tentang honorarium

ditetapkan perkumpulan;

n)menjalankan jabatan Notaris;

o)menciptakan suasana kekeluargaan dan kebersamaan dalam

melaksanakan tugas jabatan dan kegiatan sehari-hari serta saling

Page 63: ETIKA PROFESI OK.doc

memperlakukan rekan sejawat secara baik,saling menghormati,saling

menghargai, saling membantu serta saling berusaha menjalin komunikasi

dan tali silaturahim;

p)memperlakukan setiap klien yang datang dengan baik, tidak

membedakan status ekonomi dan/atau status sosialnya;

q)melakukan perbuatan-perbuatan yang secara umum disebut sebagai

kewajiban untuk ditaati dan dilaksanakan antara lain namun tidak

terbatas pada ketentuan yang tercantum dalam:

-UU Nomor30 tahun 2004 tentang jabatan Notaris;

-penjelasanPasal 19 ayat (2) uu Nomor 30 tahun 2004 tentang

jabatan Notaris;

-isi sumpah jabatan Notaris;

-Anggaran Dasardan Anggaran Rumah Tangga INI.

4.LARANGAN

Notaris dan orang lain yang memangku dan menjalankan jabatan Notaris

dilarang:

a)mempunyai lebih dari satu kantor;

b)memasang papan nama dan/atau tulisan Notaris/kantor Notaris diluar

lingkungan kantor;

c)melakukan publikasi atau promosi diri, baik sendiri maupun secara

bersama-sama, dengan mencantumkan nama dan jabatannya,

menggunakan sarana media cetak dan/atau elektronik, dalam bentuk: -

iklan;

- ucapan selamat;

- ucapan belasungkawa;

- ucapan terima kasih;

- kegiatan pemasaran;

Page 64: ETIKA PROFESI OK.doc

- kegiatan sponsor.

d)Bekerja sama dengan biro jasa/orang/badan hukum;

e)menandatangani akta yang minutanya dibuat pihak lain;

f)mengirimkan minuta untuk ditandatangani klien;

g)berusaha atau berupaya klien notaris lain berpindah kepadanya;

h)memaksa klien agar membuat akta kepadanya;

i)melakukan usaha-usaha persaingan tidak sehat;

j)menetapkan honorarium lebih rendah dari penetepan perkumpulan;

k)mempekerjakan karyawan kantor notaris lain tanpa persetujuan;

l)menjelaskan dan atau mempersalahkan rekan notaris atau akta yang

dibuatnya. Kesalahan serius membahayakan klien notaris wajib

memberitahukan kepada rekan;

m)membentukkelompok rekan sejawat yang bersifat eksklusif dengan

tujuan untuk melayani kepentingan suatu instansi/lembaga;

n)menggunakan/mencantumkan gelar tidak sesuai dengan peraturan

perundangan;

o)melakukan pelanggaran terhadap kode etik, antara lain namun tidak

terbatas pada pelanggaran-pelanggaran terhadap:

-Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2004 tentang Jabatan Notaris;

-penjelasan pasal 19 ayat 2 undang-undang tentang Jabatan Notaris;

-sumpah jabatan Notaris;

p)Hal-hal menurut ketentuan Anggaran Dasar dan Anggaran rumah

Tangga atau keputusan organisasi profesi (INI).

5.PENGECUALIAN

Beberapa hal merupakan pengecualian tidak termasuk pelanggaran,

sebagai berikut:

Page 65: ETIKA PROFESI OK.doc

1)memberikan ucapan selamat, berduka cita dengan tidak mencantumkan

nama pribadi;

2)pemuatan nama dan alamat notaris dalam buku panduan nomor

telepon, Fax yang diterbitkan resmi PT.Telkom atau lembaga resmi;

3)memasang penunjuk jalan dengan ukuran tidak melebihi 20cmx50cm

dasar warna putih tulisan hitam tanpa mencantumkan nama notaris,

dipasang dgn radius max 100 meter dari kantor notaris;

6. SANKSI

Sanksi terhadap pelanggar kode etik berupa:

1)teguran;

2)peringatan;

3)schorsing (pemecatan sementara);

4)onzetting (pemecatan);

5)pemberhentian dengan tidak hormat.

Penjatuhan sanksi-sanksi disesuaikan dengan kwantitas dan kwalitas

pelanggaran.

7. TATA CARA PENEGAKAN KODE ETIK

Pengawasan dan pelaksanaan kode etik:

1)tingkat pertama oleh Pengurus Daerah INI dan Dewan Kehormatan

Daerah;

2)tingkat banding oleh Pengurus Wilayah INI dan Dewan Kehormatan

Wilayah;

3)tingkat terakhir oleh Pengurus Pusat INI dan Dewan Kehormatan

Pusat.

PEMERIKSAAN DAN PENJATUHAN SANKSI

8. ALAT PERLENGKAPAN:

Page 66: ETIKA PROFESI OK.doc

Dewan Kehormatan: alat perlengkapan perkumpulan, melakukan

pemeriksaan dan penjatuhan sanksi pelanggaran kode etik.

9. PEMERIKSAAN DAN PENJATUHAN SANKSI PADA

TINGKAT PERTAMA:

a)dugaan pelanggaran kode etik baik diketahui oleh dewan Kehormatan

daerah/laporan dari Pengurus Daerah ataupun pihak lain kepada Dewan

Kehormatan Daerah, selambat-lambatnya 7 hari kerja harus segera

mengadakan sidang.

b)Ternyata ada dugaan kuat pelanggaran kode etik maka dalam 7 hari

kerja Dewan Kehormatan Daerah berkewajiban memanggil anggota;

c)Dewan Kehormatan Daerah akan memutuskan setelah mendengarkan

keterangan dan pembelaan teradu disertai dengan sanksinya;

d)Keputusan melanggar atau tidak melanggar selambat-lambatnya 15

hari kerja setelah tanggal sidang dimana notaris telah didengar

keterangan dan atau pembelaannya;

e)anggota dipanggil tidak datang tanpa kabar dalam waktu 7hari kerja,

maka panggilannya akan diulang 2 kali dengan jarak waktu 7 hari kerja;

f)setelah panggilan ketiga juga tidak datang tanpa kabar dengan alasan

apapun, maka Dewan Kehormatan Daerah akan bersidang dan

menentukan putusannya;

g)sanksi pemberhentian sementara (schorsing) atau pemecatan

(onzetting) dari keanggotaan perkumpulan, Dewan Kehormatan Daerah

wajib berkonsultasi dengan Pengurus Daerahnya;

h)putusan Dewan Kehormatan Daerah wajib dikirim oleh Dewan

Kehormatan Daerah kepada anggota yang melanggar, tembusannya

kepada Pengurus Cabang, Pengurus Daerah, Pengurus Pusat, dan Dewan

Kehormatan Pusat, dalam waktu 7 hari kerja setelah putusan;

Page 67: ETIKA PROFESI OK.doc

i)pada tingkat Pengurus Daerah belum dibentuk Dewan Kehormatan

Daerah, maka Dewan kehormatan Wilayah berkewajiban dan berwenang

menjalankan kewajiban dan kewenangan Dewan Kehormatan Daerah

dalam rangka penegakan kode etik atau dewan Kehormatan Daerah

terdekat. Berlaku pula apabila Dewan kehormatan Daerah tidak sanggup

menyelesaikan atau memutuskan permasalahan yang dihadapi.

10. PEMERIKSAAN DAN PENJATUHAN SANKSI PADA

TINGKAT BANDING:

a)putusan sanksi pemecatan sementara (schorsing) atau pemecatan

(onzetting) dari keanggotaan perkumpulan dapat dimohonkan banding

dalam waktu tiga puluh hari kerja setelah tanggal penerimaan putusan;

b)permohonan naik banding dikirim tercatat atau dikirim langsung ke

Dewan Kehormatan Wilayah tembusan Dewan Kehormatan Pusat,

pengurus pusat, wilayah,daerah;

c)Dewan Kehormatan Daerah dalam waktu 7 hari mengirim berkas

kepada Dewan kehormatan Pusat;

d)setelah diterima 7 hari Dewan Kehormatan Wilayah memanggil

anggota guna melakukan pembelaan,selanjutnya putusan dalam 30 hari

kerja;

e)anggota tidak hadir tanpa pertanggungjawaban diputus 7 hari setelah

Dewan kehormatan Wilayah menerima permohonan banding;

f)Dewan Kehormatan Wilayah mengirim putusannya tembusannya

dewan Kehormatan Daerah, pengurus wilayah, pengurus daerah dan

pengurus pusat INI pusat dalam waktu 7 hari kerja setelah putusan;

g)apabila putusan Dewan Kehormatan Wilayah karena Dewan

Kehormatan Daerah belum terbentuk, maka keputusannya merupakan

tingkat banding;

Page 68: ETIKA PROFESI OK.doc

11. PEMERIKSAAN DAN PENJATUHAN SANKSI PADA

TINGKAT TERAKHIR

a)putusan penjatuhan sanksi pemecatan sementara atau pemecatan dari

keanggotaan perkumpulan dapat diajukan pemeriksaan tingkat terakhir

kepada Dewan kehormatan Pusat dalam waktu 30 hari kerja setelah

penerimaan surat putusan dewan Kehormatan Wilayah;

b)permohonan dengan surat tercatat atau langsung kepada Dewan

Kehormatan Pusat dan tembusannya kepada Dewan Kehormatan

Daerah, pengurus pusat, pengurus wilayah dan pengurus daerah.

c)Dewan kehormatan Wilayah setelah menerima tembusan 7 hari

mengirim berkas kepada Dewan kehormatan Pusat;

d) setelah menerima permohonan 30 hari kerja anggota dipanggil untuk

membela diri;

h)tidak hadir tanpa pertanggungjawaban diputus 30 hari kerja setelah

Dewan Kehormatan Pusat memperoleh permohonan;

e)putusan dikirim 7 hari kerja tembusan kepada Dewan Kehormatan

Daerah, pengurus cabang, pengurus daerah dan pengurus pusat;

12. EKSEKUSI

a)putusan yang ditetapkan Dewan Kehormatan Daerah, Wilayah, Pusat

dilaksanakan pengurus Daerah;

b)pengurus daerah wajib mencatat dalam buku anggota perkumpulan atas

keputusan Dewan Kehormatan Daerah, wilayah, pusat, selanjutnya nama

notaris, kasus dan keputusan diumumkan dalam media notariat.

13.PEMECATAN SEMENTARA

anggota perkumpulan yang telah melanggar UU No. 30 Tahun 2004

tentang jabatan Notaris dengan putusan dan diputus bersalah dipidana

yang berkekuatan hukum tetap, pengurus pusat wajib memecat sementara

Page 69: ETIKA PROFESI OK.doc

sebagai anggota perkumpulan disertai usul kepada konggres agar anggota

perkumpulan dipecat dari anggota perkumpulan.

14.KEWAJIBAN PENGURUS PUSAT

penjatuhan sanksi pemecatan sementara, pemecatan, pemberhentian tidak

hormat sebagai anggota perkumpulan wajib diberitahukan oleh pengurus

pusat kepada Majelis Pengawas Daerah, dan tembusannya kepada

menteri Hukum dan HAM RI.

15. KETENTUAN PENUTUP

a)anggota perkumpulan wajib menyesuaikan praktek maupun perilaku

dalam menjalankan jabatannya dengan ketentuan-ketentuan yang

tercantum dalam peraturan dan/atau kode etik ini;

b)hanya pengurus pusat dan/atau alat perlengkapan yang lain dari

perkumpulan atau anggota yang ditunjuk yang berhak dan berwenang

untuk memberikan penerangan seperlunya kepada masyarakat tentang

kode etik notaris dan Dewan Kehormatan.