management

Upload: monica-lauretta-sembiring-ii

Post on 03-Mar-2016

215 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

;lkjn

TRANSCRIPT

DIAGNOSISSeorang dokter yang berpengalaman seharusnya dapat mencurigai diagnosis krisis myasthenia setelah pemeriksaan neurologis dan anamnesis dasar. Elektrophysiology saraf peripheral adalah tes yang diutamakan untuk menkonfirmasi diagnosis. Endrophonium test tidak direkomendasikan pada pasien dnegan suspek krisis myasthenia karena hasil positif palsu dan negative palsu, dan resiko keparahan kelemahan otot pada pasien dengan overdosis antikolinesterase.

Diagnosa Banding dari Myasthenia Gravis

ManagementPrinsip manajemen dari Krisis MyasthenicUmum:Bantuan jalan napas dan ventilasoPemberhantian antikolinesteraseMonitoring JantungIdentifikasi dan pengobatan infeksiProfilaksis untuk thrombosis venaSpesifik:Pergantian plasma (pemindahan 1-1,5 kali plasma volume pada tiap sese x 5)Immunoglobulin IV (0,4/kg/day x 5)Kortikosteroid dosis tinggi (prednisolone 1 mg/kg/day)(chaudhuri, 2008)

Perawatan Respiratori Awal di ICU1. Evaluasi awal dan manajemen jalan napasPasien dengan kriris harus ke intensif care unit (icu). Step awal adalah stabilisasi jalan napas. Jalan napas harus terbuka dengan cara suction secret setelah diposisikan dagu dan lidahnya. Oksigen tinggi harus diberikan daan saturasi oksigen harus dimonitoring dengan oximetry secara berkelanjutan. Jika respirasi tetap inadekuat, pasien dapan diventilasi dengan sungkup sementara dipersiapkan untuk intubasi. Pasien harus ditanya tentang kesulitan menelan, batuk setelah makan, dan tersedak. Jika ada, maka pasien harus dipuasakan dulu. Setelah jalan napas aman, maka dapat dicari penyebab eksaserbasu dari myastenic gravis. Obat-obat yang dicurigai menyebabkan crisis harus dihentikan. (Keesey) Rontgen thorax peting untuk mendeteksi pneumonia. Anibiokik spectrum luas diindikasikan untuk sepsis dan pneumonia.2. Terapi BronkodilatorPada krisis myasthenic, bronkodilator berguna untuk mempertahankan jalan napas dan mengatasi bronkospasm.3. Indikasi untuk intubasi endotrakeal.Hampir 90% pasien dengan krisis muasthenic memerlukan intubasi dan mesin ventilasi. Indikasi absolut untuk intubasi adalah cardiac atau respiratory arrest, gangguan kesadaran , life-threatening aritmia. Dengan pemantauan secara baik dari kondisi pasien, intubasi endotrakeak dapat dilakukan secara elektif daripada darurat sebagai respon dari kolaps pernapasan.4. Modifikasi dari farmakoterapi setelah intubasiSetelah pasien menunjukkan perbaikan definitive di kekuatan otot, biasanya beberapa hari setelah intravena immunoglobulin awal atau pergantian plasma, asetilkolinesterase, biasanya oral pyridostigmine dapat digunakan kembali setelah atau sebelum intubasi. Oral pyridostigmine lebih diutamakan namun dapat juga diberikan secara intravena.

Selain penanganan invasive ventilasi, dapat juga dilakukan non-invasif ventilasi dengan menggunakan BiPAP (Bilateral Positive Airway Pressure). BiPAP efektif sebaai pengobatan akut kegalalan pernapasan pasien dengan myasthenia gravis. Percobaan BiPAP sebelum muncul hipercapnia dapat mencegah intubasi dan pemanjangan ventilasi, mengurangi komplikasi paru-paru dan lama perawatan di icu dan perawatan di rumah sakit. (janaka/2008 )Myasthenia gravis mengalami eksaserbasi dipicu dengan infeksi, stress emosional, operasi, etc. Thymectomy adalah pilihan terapetik untuk myasthenia gravis seiring dngan thymoma. Walaupun begitu, operasi sendiri bisa meningkatkan resiko myasthenia gravis selama masa operasi. (nan liu, 2014)Thymectomy mempunyai peranan pencegahan myasthenia dan keparahan dari serangan myasthenia. Namun efek ini memerlukan evaluasi penelitian selanjutnya. (soleimani 2004)