galih dwi yulianto_14020112140129_008_implementasi public management dalam new public management
DESCRIPTION
administrasi publikTRANSCRIPT
Implementasi Public Management dalam New Public Management
Manajemen Publik
DisusunOleh:
NAMA : GALIH DWI YULIANTO 14020112140129
JURUSAN ADMINISTRASI PUBLIK
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS DIPONEGORO
2015
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Manajemen publik merupakan suatu spesialisasi baru, tetapi berakar dari pendekatan
normative, Woodrow Wilson sebagai penulis “The Study of Administration” ditahun 1887 dalam
Shafritz & Hyde (1997), merupakan vionernya. Di dalam aliran ini yang dibicarakan benar-benar
manajemen publik. Wilson mendesak agar ilmu administrasi publik segera mengarahkan
perhatiannya pada orientasi yang dianut dunia bisnis, perbaikan kualitas personel pada tubuh
pemerintah, aspek organisasi dan metode-metode kepemerintahan. Fokus dari ajaran tersebut
adalah melakukan perbaikan fungsi ekskutif dalam tubuh pemerintahan karena waktu itu dinilai
telah berada di luar batas kewajaran sebagai akibat dari merebaknya gejala korupsi, kolusi, dan
nepotisme dengan mengadopsi prinsip manajemen bisnis.
Wilson meletakkan empat prinsip dasar bagi studi administrasi publik yang mewarnai
manajemen publik sampai sekarang yaitu :
(1) pemerintah sebagai setting utama organisasi, (2) fungsi eksekutif sebagai fokus utama, (3)
pencarian prinsip-prinsip dan teknik manajemen yang lebih efektif sebagai kunci pengembangan
kompetensi administrasi, (4) metode perbandingan sebagai suatu metode studi pengembangan
bidang administrasi publik.
Warna manajemen publik dapat dilihat pada masing-masing paradigma, misalnya dalam
paradigma pertama yaitu pemerintah diajak mengembangkan sistem rekrutmen, ujian pegawai,
klasifikasi jabatan, promos, disiplin dan pensiun secara lebih baik. Manajemen sumber daya
manusia dan barang/ jasa harus diupayakan akuntabel agar tujuan negara dapat tercapai,
paradigma kedua dikembangkan prinsip-prinsip manajemen yang diklaim sebagai prinsip-prinsip
universal yang dikenal sebagai POSDCORB (Planing, Organizing, Staffing, Directing,
Coordinating, Reporting, dan Budgeting), yang merupakan karya besar Luther Gullick dan
Lundall Urwick di tahun 1937. Prinsip-prinsip ini kemudian dikritik dalam karya
“Administrative Behaviour”, yang mengajak para ahli tidak hanya mendasarkan dirinya pada
aspek normatif sebagai diajarkan dalam rasional tetapi harus melihat kenyataan yang terjadi
dalam satu fungsi manajemen yang penting yaitu pembuatan keputusan (decision making). Kritik
ini telah memberikan ruang baik kemunduran pengembangan fungsi manajemen publik waktu
itu, karena para ahli politik akhirnya melihat administrasi publik sekaligus manajemen publik
sebagai kegiatan politik, atau lebih merupakan bagian dari ilmu politik. Paradigma ketiga,
karnanya fungsi-fungsi manajenen tidak perlu di ajarkan secara normatif, atau tidak perlu lagi
melihat fungsi-fungsi manajemen tersebut sebagai sesuatu yang universal. Paradigma keempat,
setelah tidak menyetujui kritikan para ahli ilmu politik, konsep manajemen terus dikembangkan
seperti didirikannya School of Bussines dan administrasi publik serta Journal Administrative
Science Quarterly di Cornell University Amerika Serikat.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan pokok bahasan yang dikaji dalam makalah ini, maka dapat dirumuskan
beberapa masalah sebagai berikut:
1. Apa Pengertian Public Management dan New Public Management ?
2. Bagaimana Implementasi Public Managemen dalam New Public Management ?
C. Tujuan
Sejalan dengan perumusan masalah seperti tersebut di atas, maka pengkajian masalah
dalam makalah ini dikandung maksud untuk mencapai tujuan antara lain:
1. Untuk Menjelaskan Pengertian Public Managemen dan New Public Management.
2. Untuk Menjelaskan Implementasi Public Managemen dalam New Public Management.
BAB II
ISI
A. Definisi
1. Public Management (Manajemen Publik)
Pada dasarnya public management, yaitu instansi pemerintah. Overman dalam Keban
(2004 : 85), mengemukakan bahwa manajemen publik bukanlah “scientific
management”,meskipun sangat dipengaruhi oleh “scientific management”. Manajemen publik
bukanlah “policy analysis’, bukanlah juga administrasi publik, merefleksikan tekanan-tekanan
antara orientasi “rational-instrumental” pada satu pihak, dan orientasi politik kebijakan dipihak
lain. Public management adalah suatu studi interdisipliner dari aspek-aspek umum organisasi,
dan merupakan gabungan antara fungsi manajemen seperti planning, organizing, dan controlling
satu sisi, dengan SDM, keuangan, fisik, informasi dan politik disisi lain. Berdasarkaan pendapat
Overman tersebut, OTT, Hyde dan Shafritz (1991:xi), mengemukakan bahw manajemen publik
dan kebijakan publik merupakan dua bidang administrasi publik yang tumpang tindih. Tapi
untuk membedakan keduanya secara jelas maka dapat dikemukakan bahwa kebijakan publik
merefleksikan sistem otak dan syaraf, sementara manajemen publik mempresentasikan sistem
jantung dan sirkulasi dalam tubuh manusia. Dengan kata manajemen publik merupakan proses
menggerakkan SDM dan non SDM sesuai perintah kebijakan publik.
J. Steven Ott, Albert C. Hyde dan Jay M. Shafritz (1991), berpendapat bahwa dalam
tahun 1990an, manajemen publik mengalami masa transisi dengan beberapa isu terpenting yang
akan sangat menantang, yaitu: (1) privatisasi sebagai suatu alternatif bagi pemerintah untuk
memberikan pelayanan publik, (2) rasionalitas dan akuntabilitas, (3) perencanaan dan kontrol,
(4) keuangan dan penganggaran, dan (5) produktivitas sumber daya manusia. Isu-isu ini telah
menantang sekolah atau perguruan tinggi yang mengajarkan manajemen publik atau administrasi
publik untuk menghasilkan calon manajer publik profesional yang kualitas tinggi, dan penataan
sistem manajemen yang lebih baik.
Sedangkan Owen E.Hughes(1994), menyajikan dalam Public Management And
Administration , bahwa pada awal tahun 1990an kita telah menyaksikan adanya suatu
transformasi dalam tubuh sektor publik di negara-negara maju, yaitu suatu perubahan bentuk
administrasi publik dari yang kaku, hierarkhis, dan birokratis menuju ke bentuk manajemen
publik yang lebih fleksibel, dan berbasis pasar. Ini bukanlah sekedar perubahan kecil tentang
gaya manajemen tetapi perubahan mendasar tentang peran pemerintah dalam masyarakat dan
hubungan antara pemerintah dengan warganya. Administrasi publik tradisional telah dikritik baik
secara teoritik maupun praktis sehingga memunculkan paradigma baru yang kemudian dikenal
dengan istilah Public Management And New Public Management.
Doktrin utama Public Management adalah :
1. Fokus utamanya pada aktivitas manajemen, penilaian kinerja dan efisiensi, bukan pada
kebijakan;
2. Memecah birokrasi publik ke dalam agensi-agensi (unit-unit) dibawah yang terkait
langsung dengan pemakai pelayanan;
3. Pemanfaatan ‘pasar-semu’ dan ‘kontrak kerja’ untuk menggalakkan persaingan;
4. Pengurangan anggaran pemerintah;
5. Penggunaan gaya manajemen yang lebih menekankan pada sasaran akhir, kontrak
jangka pendek, insentif anggaran, dan kebebasan melaksanakan manajemen.
Berdasarkan hal-hal di atas maka Public Management dapat diartikan sebagai bagian
yang sangat penting dari administrasi publik (yang merupakan bidang kajian yang lebih luas),
karena administrasi publik tidak membatasi dirinya hanya pada pelaksanaan manajemen
pemerintahan saja tetapi juga mencakup aspek politik, sosial, kultural, dan hukum yang
berpengaruh pada lembaga-lembaga publik. Dan Public Management berkaitan dengan fungsi
dan proses manajemen yang berlaku baik pada sektor publik (pemerintahan) maupun sektor
diluar pemerintahan yang tidak bertujuan mencari untung (nonprofit sector). Organisasi publik
melaksanakan kebijakan publik. Public Management memanfaatkan fungsi-fungsi : perencanaan,
pengorganisasian, penggerakan dan pengawasan sebagai sarana untuk mencapai tujuan publik,
maka berarti ia memfokuskan diri pada the managerial tools, techniques, knowledges and skills
yang dipakai untuk mengubah kebijakan menjadi pelaksanaan program.
2. New Public Management (NPM)
Paradigma NPM melihat bahwa paradigma manajemen terdahulu kurang efektif dalam
memecahkan masalah dalam memberikan pelayanan kepada publik. Karena itu VIGODA dalam
KEBAN (2005 : 34), mengungkapkan bahwa ada tujuh prinsip-prinsip NPM, yaitu :
1. Pemanfaatan manajemen profesional dalam sektor publik.
2. Penggunaan indikator kinerja.
3. Penekanan yang lebih besar pada kontrol output.
4. Pergeseran perhatian ke unit-unit yang lebih kecil.
5. Pergeseran ke kompetisi yang lebih tinggi.
6. Penekanan gaya sektor swasta pada penerapan manajemen.
7. Penekanan pada disiplin dan penghematan yang lebih tinggi dalam penggunaan sumber daya.
NPM secara umum dipandang sebagai suatu pendekatan dalam administrasi publik yang
menerapkan pengetahuan dan pengalaman yang diperoleh dalam dunia manajemen bisnis dan
disiplin yang lain untuk meningkatkan efisiensi, efektivitas kinerja pelayanan publik pada
birokrasi modern.
Orientasi NPM
NPM ini telah mengalami berbagai perubahan orientasi menurut Ferlie, Ashbuerner,
Filzgerald dan Pettgrew dalam Keban (2004 : 25), yaitu:
1. Orientasi The Drive yaitu mengutamakan nilai efisiensi dalam pengukuran kinerja.
2. Orientasi Downsizing and Decentralization yaitu mengutamakan penyederhanaan
struktur, memperkaya fungsi dan mendelegasikan otoritas kepada unit-unit yang lebih
kecil agar dapat berfungsi secara cepat dan tepat.
3. Orientasi in Search of Excellence yaitu mengutamakan kinerja optimal dengan
memanfaatkan ilmu pengetahuan dan teknologi.
4. Orientasi Public Service yaitu menekankan pada kualitas, misi dan nilai-nilai yang
hendak dicapai organisasi publik, memberikan perhatian yang lebih besar kepada
aspirasi, kebutuhan dan partisipasi “user” dan warga masyarakat, termasuk wakil-wakil
mereka menekankan “social learning” dalam pemberian pelayanan publik dan penekanan
pada evaluasi kinerja secara berkesinambungan, partisipasi masyarakat dan akuntabilitas.
B. Alasan Munculnya Public Management
Pada akhir tahun 1980an dan awal tahun 1990an kita melihat munculnya suatu
pendekatan manajemen baru di sektor publik sebagai respon atas kekurangberhasilan model
administrasi tradisional. Pendekatan manajemen baru di sektor publik ini mempunyai berbagai
nama/sebutan, antara lain : Managerialism (Pollit, 1990) ; New Public Management (Hood,
1991); Market-Based public Administration (Lan and Rosenbloom, 1992) ; dan
Enterpreneurial Government (Osborne and Gaebler, 1992).
Menurut Owen E.Hughes (1994), ada 6 alasan munculnya paradigma Public Management
yaitu :
1. Administrasi publik tradisional telah gagal mencapai tujuanynya secara efektif dan
efisien sehingga perlu diubah menuju ke orientasi yang lebih memusatkan perhatian pada
pencapaian hasil(kinerja) dan akuntabilitas;
2. Adanya dorongan yang kuat untuk mengganti tipe birokrasi klasik yang kaku menuju ke
kondisi organisasi public, kepegawaian, dan pekerjaan yang lebih luwes;
3. Perlunya menetapkan tujuan organisasi da pribadi secara jelas dan juga perlu ditetapkan
alat ukur keberhasilan kinerja lewat indicator kinerja;
4. Perlunya para pegawai senior lebih punya komitmen politik pada pemerintah yang
sedang berkuasa daripada bersikap netral atau non partisan;
5. Fungsi-fungsi yang dijalankan pemerintah hendaknya lebih disesuaikan dengan tuntutan
dan signal pasar; dan
6. adanya kecenderungan untuk mereduksi peran dan fungsi pemerintah dengan melakukan
kontrak kerja dengan pihak lain (contracting out) dan privatisasi.
Keenam alasan tersebut di atas, ditambahkan oleh Martin Minogue (2000) dengan
menyebut adanya 3 tekanan yang menyebabkan perlu adanya perubahan paradigma menuju ke
Public management yaitu:
1. Semakin membesarnya anggaran pemerintah
2. Rendahnya mutu kinerja pemerintah
3. Adanya nilai ideologi yang bersifat konfiktif terhadap perubahan paradigma pemerintahan
Adanya gelombang perubahan paradigma pemerintahan itu sendiri merupakan tekanan
perubahan tidak hanya karena ia merupakan perubahan yang fundamental dalam nilai-nilai sector
public tetapi juga karena ia memberikan peluang bagi perumus kebijakan untuk menemukan
solusi terhadap tekanan yang positif (meningkatkan mutu kinerja pemerintah), atau tekanan yang
negative ( mereduksi ukuran dan peran pemerintah).
Sedangkan menurut Owen (1994) :
1. Adanya tekanan yang kuat atas peran sector public
2. Terjadinya perubahan teori ekonomi
3. Adanya pengaruh globalisasi terhadap sector publik
C. Karakteristik, Arah dan Tujuan Public Management
1. Karakteristik Public Management
M.Minougue (2000) paling tidak menyebut adanya 5 karakteristik utama Public
Management, yaitu:
1. A separation of strategic policy from operational management. Public management lebih
banyak terkait dengan tugas-tugas operasional pemerintahaan dari pada peran perumusan
kebijakan.
2. A concern with results rather than process and procedure. Public management lebih
berkonsentrasi pada upaya mencapai tujuan daripada upaya berkutat dengan proses dan
prosedur.
3. An orientation the needs of customer rather than those of bureaucratic organizations.
Public management lebih banyak berorientasi pada pemenuhan kebutuhan pelanggan dari
pada kebutuhan birikrasi.
4. A withdrawal from direct service provision in favour of a steering or enabling role.
Public management menghindarkan diri dari berperan memberikan pelayanan langsung
kepada masyarakat sesuai dengan peran nutamanya memberikan arahan saja atau
pemberdayaan kepada masyarakat.
5. A trans formed bureaucratic culture/ A change to entrepreneurial management culture.
Public management mengubah diri dari budaya birokrasi.
Menurut C.Hood (1991) terdapat 7 karakteristik New Public Management, yaitu:
1. Hands-on professional management. Pelaksanaan tugas manajemen pemerintahaan
diserahkan kepada manajer professional.
2. Explicit standards and measures of performance. Adanya standar dan ukuran kinerja
yang jelas.
3. Greater emphasis on out put controls. Lebih ditekankan pada control hasil/keluaran.
4. A shift to desegregations of units in the public sector. Pembagian tugas ke dalam unit-unit
yang dibawah.
5. A shift to greater competition in the public sector. Ditumbuhkannya persaingan ditubuh
sektor publik.
6. A stress on private sectore styles of management practice. Lebih menekankan
diterapkannya gaya manajemen sektor privat.
7. A stress on greater discipline and parsimony in resource use. Lebih menekankan pada
kedisiplinan yang tinggi dan tidak boros dalam menggunakan berbagai sumber. Sektor
publik seyogjanya bekerja lebih keras dengan sumber-sumber yang terbatas (to do more
with less).
2. Arah Public Management
Dalam rangka meningkatkan kinerja sektor publik. Public management diarahkan
kegiatannya pada:
1. Melakukan restrukturisasi sektor publik lewat proses privatisasi.
2. Melakukan restrukturisasi dan merampingkan struktur dinas sipil di pusat.
3. Memperkenalkan nilai-nilai persaingan khususnya lewat pasar internal dan
mengkontrakkan pelayanan public kepada pihak swasta dan intervensi oleh pemerintah.
4. Meningkatkan efisiensi lewat pemeriksaan dan pengukuran kinerja.
3. Tujuan Public Management
Tujuan dari Public Management adalah:
1. Menurut Rainey (1990): ‘public management aims to achieve skills and improve skills and
improve accountability’ Manajemen publik itu ditujukan untuk meningkatkan tercapainya tujuan
sektor publik (lebih efektif dan efisien), pegawainya lebih berkeahlian dan lebih mampu
mempertanggungjawabkan kinerjanya.
2. Menurut Graham & Hays (1991): “public managemen are concerned with
efficiency,accountability,goal achlevement and dozen of other managerial and technical
question”, Manajemen publik itu bertujuan untuk menjadikan sector public lebih efisien,
akuntabel, dan tujuannya tercapai serta lebih mampu menangani berbagai masalah manajerial
dan teknis.
D. Tahap Perkembangan Public Management
Paling tidak ada empat tahap perkembangan manajemen publik disebuah negara maju (Inggris)
yang meliputi:
1. The Minimal State
Negara mini, atau peran pemerintah paling minimal, merupakan perkembangan tahap
awal dari manajemen publik. Menurut Owen (1965) pelayanan sectok publik di Ingggis
mayoritas diletakkan pada sektor karitas (charitable sector) atau penyediaan pelayanan oleh
sektor swasta. Minimal state bukan berarti tidak ada peran negara sama sekali. Dulu memang
penyediaan dan pelayanan atas barang dan jasa publik itu adalah merupakan prinsip dasar dalam
administrasi publik.
2. Unequal Partnership between Government and The Charitable and Private Sectors.
Dimulai pada abad ke 20 yang ditandai dengan perubahan ideologi dari konservatisme
tradisional dari abad ke 19 menuju reformisme social di abad ke 20 yang berisi tiga unsur:
a. Bahwa masalah sosial dan ekonomi tidak lagi difokuskan pada isi individual tetapi pada
isu sosial yang menyangkut setiap orang.
b. Adanya pengakuan bahwa negara punya peran penting paling sedikit dalam penyediaan
pelayanan kepada publik.
c. Bahwa dimana negara tidak dapat menyediakan pelayanan kepada public maka sektor
karitas dan swasta diundang sebagai upaya kemitraan.
3. The Welfare State
Model ini berjalan antara tahun 1945-1980, yang melandasi adalah keyakinan bahwa
penyediaan pelayanan yang dilaksanakan oles sector karitas dan swasta telah gagal karena
adanya fragmentasi dan duplikasi peran penyedia pelayanan, serta adanya ketidak efisienan dan
keefektifan pengelolaan pelayanan kepada publik. Konsekuensinya, semua kebutuhan akan
pelayanan public ditangani oleh pemerintah mulai dari yang sederhana sampai yang besar.
Pelayanan ini dikelola oleh para kader professional dari dinas publik dengan cara yang
profesional dan objektif.
4. The Plural State
Model ini berjalan sejak tahun 1970an sampai sekarang, dimana partai konservatif di
inggris mulai melontarkan kritik atas konsep ngara kesejahteraan yag dinilai tidak mampu
memberikan kepuasan pada warganya. Yang menjadi acuan utama model plural state adalah
karena model ini dinilai terlampau memusatkan diri pada nilai-nilai ekonomi dan pemotongan
anggaran daripada penyediaan pelayanan yang efektif dan melebihkan superioritas sekor swasta
serta teknik manajemen swasta diatas kemampuan sekor publik dan administrasi publik.
Perkembangan manajemen publik paling tidak dipengaruhi oleh beberapa pandangan
yaitu:.
1. Manajemen Normatif
Menggambarkan apa yang sebaiknya dilakukan oleh seorang manajer dalam proses
manajemen.
2. Manajemen Deskriptif
Menggambarkan apa yang kenyataan yang dilakukan oleh manajer ketika menjalankan
tugasnya.
3. Manajemen Stratejik
Menggambarkan suatu cara memimpin organisasi untuk mencapai misi, tujuan dan
sasaran.
4. Manajemen Publik
Menggambarkan apa yang sebaiknya dilakukan dan senyatanya pernah dilakukan oleh
para manajer public di instansi pemerintah.
5. Manajemen Kinerja
Mengganbarkan bagaimana merancang untuk meningkatkan kinerja organisasi.
E. Public Management vs Governance
Tema sentral dalam manajemen public adalah upaya mereformasi sector public agar
tujuan padat dicapai lebih efektif,efesien dan ekonomis,semata-mata hanya menunjukan kepada
kita tentang hubungan antara Negara (the state) dan pasar (the market) dan tekanan lebih
eksplisit ditujukan pada adanya dominasi preferensi individu terhadap penyediaan barang dan
jasa atas preferensi kolektif. Kita perlu menyadari bahwa pemerintahan yang modern itu bukan
hanya sekedar mencapai tujuan efisiensi tetapi tentang hubungan akuntabilitas terhadap Negara
dengan warga Negara nya yaitu warga meminta agar tidak diperlakukan hanya sebagai
konsumen dan pelanggan tetapi mereka juga memiliki hak untuk menuntut pemerintahannya
bertanggung jawab atas tindakan yang diambil atau kegagalan dalam bertindak /melakukan
sesuatu.
Warga Negara menghendaki pemberian pelayanan yang efisien ,pengenaan pajak yang
rendah dsb,tetapi mereka juga menginginkan agar hak-haknya dilindungi,suaranya
didengar,nilai-nilai dan preferensinya dihargai sanksi mutlak yang ada ditangan warga Negara
atas rendahnya mutu pelayanan yang diperoleh adalah dengan menolak dan menuntut mundur
kepada mereka yang secara politis bertanggung jawab atas penyediaan pelayanan yang bermutu
rendah dan tidak sesuai dengan kebutuhan warga Negara. Penyediaan anggaran yang
cukup,persaingan ,penetapan standar mutu kerja dsb. Mungkin dibutuhkan untuk mewujudkan
manajemen yang baik dan pemanfaatan sumber-sumber yang efisien, tetapi bila upaya perbaikan
ini menghasilkan pelayanan yang tidak sesuai dengan harapan warga,maka warga sebagai
pemilih dalam pemilu akan berontak dan tidak memilih nya lagi.
Bagi warga Negara yang paling penting adalah terciptanya hukum yang adil dan
ketertiban sosial, yang hal lain itu hanya bisa dilakukan oleh pemerintahan yang sah kuat. Istilah
“Governance” merefleksikan proses penyelenggaraan pemerintah yang baik. Konsep
“Governance” tidaklah dimaksudkan untuk menggantikan konsep “New Public
Management”,akan tetapi lebih menekankan kesadaran kita bahwa pemerintahan yang baik itu
adalah pemerintahan yang memenuhi 4 persyaratan utama yaitu:
1. Yang kuat legitiminasinya
2. Akuntabel
3. kompeten
4. Respek terhadap hukum dan hak-hak azasi manusia
Oleh karena itu “New Public Management” itu merupakan bagian dari strategi yang lebih
luas tentang “Good Governance”.
Teori penyelenggaraan pemerintahan (governance theory) didasarkan atas pandangan
R.A.W.Rhodes,1996 dan G.Stoker,(1998)
Perbedaan Makna Government dan Governance
GOVERNMENT berbeda pemaknaannya dengan GOVERNANCE . Menurut Stoker istilah
’government’ menunjukan pada :
- the formal institutions of state,
- monopoly of legitimate coercive power,
- its ability to make decisions and its capacity to enforce them,
- the formal and institutional processes which operate at the level of the nation state to maintain
public order and facilicate collective action.
Selanjutnya menurut Rhodes,istilah ‘governance’ menunjukan pada:
- a chance in the meaning of government
- referring a new process of governing
- a changed condition of ordered rule
- the new method by which society is governed.
Stoker memandang perbedaan government dan governance hanya pada prosesnya (styles
of governing) bukan pada outputnya. Akhirnya Stoker dan pakar yang lainnya setuju untuk
menyatakan bahwa: “Governance itu menunjukan pada pengembangan gaya menjalankan
pemerintahan dalam mana antara sektor publik dan privat telah menjadi kabur. Esensi
governance pada fokusnya yaitu mekanisme penyelenggaraan pemerintahan yang tidak lagi
tergantung pada bantuan dan sanksi dari pemerintah “.”Konsep governance lebih tertuju pada
kreasi suatu struktur atau tertib yang tidak dapat diimposisikan keluar tetapi merupakan hasil dari
interaksi banyak pihak yang ikut terlibat dalam proses pemerintahan dan mereka saling
mempengaruhi satu sama lain”.(Kooiman dan Vliet,1993).
Rhodes memandang paling tidak ada 6 istilah yang berbeda dalam memberi makna
lonsep governance,yaitu :
- as the minimal state
- as corporate governance
- as the new public management,
- as ‘good governance’
- as a socio-cybernetic system,
- as self-organizing network.
Lima Proposisi konsep Good Governance
Pandangan Stoker tentang governance as theory,mengemukakan adanya 5 proposisi yang
perlu dipertimbangkan dalam mengkaji konsep good governance,yaitu :
Proposisi I : Governanace refers to a set of institutions and actors that are drawn from
but also beyond government.
Penyelengaraan pemerintahan yang baik perlu memanfaatkan seperangkat institusi dan
actor yang baik dari dlam maupun dari luar burokrasi pemerintah. Pemerintah perlu membuka
pintu dan tidak alergi atau curiga terhadap ekstensi pelbagai macam institusi dan actor diluar
institusi pemerintah,bahkan sebalikmya hal itu bisa dimanfatkan sebagai komponen penguat
dalam mencapai tujuan bersama.
Proposisi II : Governance recognizes the blurring of boundaries and responbilities for
tacking social and economics issues
Penyelenggaraan pemerintah yang baik tidak memungkinkan lagi terjadinya tritomi peran
sektor pertama (eksekutif dan legislatif); sektor kedua(swasta)dan sektor ketiga (masyarakat)
dalam menangani masalah sosial ekonomi, karena peran tersebut sekarang sudah demikian
kabur. Peran ketiga sector tersebut seyogyanya sudah menyatu dan padu karena mereka punya
kepentingan dan komitmen yang sama tingginya untuk mengatasi masalah-masalah sosial-
ekonomi tersebut.
Proposisi III : Governance identifies the power dependence involved in the relationship
between institutions involved in collective action
Penyelenggaraan pemerintahan yang baik mengakui adanya saling ketergantungan
diantara ketiga faktor tersebut diatas dalam peran bersama untuk mengatasi masalah social-
ekonomi. Tujuan masyarakat kesejahteraan hidup masyarakat tidak membutuhkan lagi satu
kekuatan manapun yang dominan yang melebihi perannya atas yang lain , melainkan semuanya
berinteraksi dan berinterrelasi serta punya akses yang sama dalam berpatisipasi dalam
mewujudkan kesejahteraan masyarakat
Proposisi IV : Governance is about autonomous self governing network of actors.
Penyelenggaaan pemerintahan yang baik merupakan jaringan kerja antar actor dari ketiga
kekuatan yang menyatu dalam suatu ikatan yang otonom dan kuat. Ketiga actor tadi akan
menjadi kekuatan yang solid dan dahsyat bila mereka bersedia memberikan dan menerima
kontribusi baik sumber-sumber, keahlian, kepentingan maupun tujuan-tujuan bersama yang
diinginkan.
Proposisi V : Governance recognizes the capacity to get things done which does not rest
on the power of government to commandor use its authority. It sees government as able to use
new tools and techniques to steer and guide.
Penyelenggaraan pemerintahan yang baik dalam rangka meningkatkan kesejahteraan
masyarakat tidak perlu semata-mata menggantungkan diri pada arahan, petunjuk dan otoritas
pemerintah tetapi juga kemampuan untuk memanfaatkan sarana dan teknik pemerintahan dari
sektor non-pemerintah untuk merumuskan , melaksanakan dan mengevaluasi kebijakan yang
baik dan benar.
Kelima proposisi tersebut diatas walaupun mempunyai nilai dan arti yang cukup tinggi
namun untuk bisa diterapkan secara efektif masih perlu diuji tingkat signifikannya.
BAB III
KESIMPULAN
Public Management dapat diartikan sebagai bagian yang sangat penting dari
administrasi publik (yang merupakan bidang kajian yang lebih luas), karena administrasi
publik tidak membatasi dirinya hanya pada pelaksanaan manajemen pemerintahan saja tetapi
juga mencakup aspek polotik, sosial, kultural, dan hukum yang berpengaruh pada lembaga-
lembaga publik. Dan Public Management berkaitan dengan fungsi dan proses manajemen
yang berlaku baik pada sektor publik (pemerintahan) maupun sektor diluar pemerintahan
yang tidak bertujuan mencari untung (nonprofit sector).
NPM secara umum dipandang sebagai suatu pendekatan dalam administrasi publik
yang menerapkan pengetahuan dan pengalaman yang diperoleh dalam dunia manajemen
bisnis dan disiplin yang lain untuk meningkatkan efisiensi, efektivitas kinerja pelayanan
publik pada birokrasi modern.
Menurut Owen E.Hughes (1994), ada 6 alasan munculnya paradigma Public
Management yaitu :
1. Administrasi publik tradisional telah gagal mencapai tujuanynya secara efektif dan
efisien sehingga perlu diubah menuju ke orientasi yang lebih memusatkan perhatian
pada pencapaian hasil(kinerja) dan akuntabilitas;
2. Adanya dorongan yang kuat untuk mengganti tipe birokrasi klasik yang kaku menuju
ke kondisi organisasi public, kepegawaian, dan pekerjaan yang lebih luwes;
3. Perlunya menetapkan tujuan organisasi da pribadi secara jelas dan juga perlu
ditetapkan alat ukur keberhasilan kinerja lewat indicator kinerja;
4. Perlunya para pegawai senior lebih punya komitmen politik pada pemerintah yang
sedang berkuasa daripada bersikap netral atau non partisan;
5. Fungsi-fungsi yang dijalankan pemerintah hendaknya lebih disesuaikan dengan
tuntutan dan signal pasar; dan
6. Adanya kecenderungan untuk mereduksi peran dan fungsi pemerintah dengan
melakukan kontrak kerja dengan pihak lain (contracting out) dan privatisasi.
M.Minougue (2000) menyebut adanya 5 karakteristik utama Public Management,
yaitu:
1. A separation of strategic policy from operational management. Public management
lebih banyak terkait dengan tugas-tugas operasional pemerintahaan dari pada peran
perumusan kebijakan.
2. A concern with results rather than process and procedure. Public management lebih
berkonsentrasi pada upaya mencapai tujuan daripada upaya berkutat dengan proses
dan prosedur.
3. An orientation the needs of customer rather than those of bureaucratic organizations.
Public management lebih banyak berorientasi pada pemenuhan kebutuhan pelanggan
dari pada kebutuhan birikrasi.
4. A withdrawal from direct service provision in favour of a steering or enabling role.
Public management menghindarkan diri dari berperan memberikan pelayanan
langsung kepada masyarakat sesuai dengan peran nutamanya memberikan arahan saja
atau pemberdayaan kepada masyarakat.
5. A trans formed bureaucratic culture/ A change to entrepreneurial management
culture. Public management mengubah diri dari budaya birokrasi.
Dalam rangka meningkatkan kinerja sektor publik, Public Management diarahkan
kegiatannya pada:
1. Melakukan restrukturisasi sektor publik lewat proses privatisasi.
2. Melakukan restrukturisasi dan merampingkan struktur dinas sipil di pusat.
3. Memperkenalkan nilai-nilai persaingan khususnya lewat pasar internal dan
mengkontrakkan pelayanan public kepada pihak swasta dan intervensi oleh
pemerintah.
4. Meningkatkan efisiensi lewat pemeriksaan dan pengukuran kinerja.
Tujuan dari Public Management adalah:
Menurut Graham & Hays (1991): “public managemen are concerned with
efficiency,accountability,goal achlevement and dozen of other managerial and technical
question”, Manajemen publik itu bertujuan untuk menjadikan sector public lebih efisien,
akuntabel, dan tujuannya tercapai serta lebih mampu menangani berbagai masalah manajerial
dan teknis.
Ada empat tahap perkembangan manajemen publik disebuah negara maju (Inggris)
yang meliputi:
1. The Minimal State 2. Unequal Partnership between Government and The Charitable and Private Sectors. 3. The Welfare State 4. The Plural State
DAFTAR PUSTAKA
Islamy, Irfan. 2003. Dasar-dasar Administrasi Publik dan Manajemen Publik . Malang,
Indonesia : UNIVERSITAS BRAWIJAYA.
Pasalong, Harbani. 2007. Teori Administrasi Publik. Makasar, Indonesia : ALFABETA.