makalah.docx
TRANSCRIPT
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat limpahan
dan rahmat-Nya penulis mampu menyelesaikan makalah ini. Makalah ini membahas segala hal yang
berkaitan dengan macam-macam Teori belajar, Metode dan Media dalam pembelajaran.
Penulis sangat berharap karya tulis ini dapat membantu dalam melakukan proses pembelajaran.
Dalam penyusunan makalah ini, tidak sedikit hambatan yang penulis hadapi. Namun penulis
menyadari bahwa kelancaran dalam penyusunan makalah ini tidak lain berkat bantuan, dorongan, dan
kerja sama, sehingga kendala-kendala penulis dapat teratasi.
Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas dan menjadi sumbangan
pemikiran kepada pembaca khususnya para mahasiswa.
Penulis sadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Untuk itu, kritik dan saran yang
membangun selalu penulis harapkan demi kesempurnaan makalah ini kedepan.
Ambon, Juni 2015
Penulis
1
BAB.I.
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Belajar merupakan suatu proses usaha sadar yang dilakukan oleh individu untuk suatu
perubahan dari tidak tahu menjadi tahu, dari tidak memiliki sikap menjadi bersikap benar, dari tidak
terampil menjadi terampil melakukan sesuatu. Belajar tidak hanya sekedar memetakan pengetahuan
atau informasi yang disampaikan. Namun bagaimana melibatkan individu secara aktif membuat atau
pun merevisi hasil belajar yang diterimanya menjadi suatu pengalamaan yang bermanfaat bagi
pribadinya. Pembelajaran merupakan suatu sistim yang membantu individu belajar dan berinteraksi
dengan sumber belajar dan lingkungan.
Teori adalah seperangkat azaz yang tersusun tentang kejadian-kejadian tertentu dalam dunia nyata
dinyatakan oleh McKeachie dalam grendel 1991 : 5 (Hamzah Uno, 2006:4). Sedangkan Hamzah
(2003:26) menyatakan bahwa teori merupakan seperangkat preposisi yang didalamnya memuat
tentang ide, konsep, prosedur dan prinsip yang terdiri dari satu atau lebih variable yang saling
berhubungan satu sama lainnya dan dapat dipelajari, dianalisis dan diuji serta dibuktikan
kebenarannya. Dari dua pendapat diatas Teori adalah seperangkat azaz tentang kejadian-kejadian
yang didalamnnya memuat ide, konsep, prosedur dan prinsip yang dapat dipelajari, dianalisis dan
diuji kebenarannya. Teori belajar adalah suatu teori yang di dalamnya terdapat tata cara
pengaplikasian kegiatan belajar mengajar antara guru dan siswa, perancangan metode pembelajaran
yang akan dilaksanakan di kelas maupun di luar kelas.
Selama ini kita hanya familiar atau bahkan selalu hanya menggunakan metode seperti ceramah.
padahal banyak sekali selain metode tersebut yang dapat digunakan dan efektif dalam usaha
meningkatkan pemahaman peserta didik terhadap materi yang kita sampaikan dan pada akhirnya
tujuan dari pembelajaran yang sudah kita tetapkan di awal tercapai dengan baik dan akan tecipta
pembelajaran yang berkualitas serta tercipta pengalaman-pengalaman yang menarik
Peningkatan kualitas pembelajaran merupakan salah satu dasar peningkatan pendidikan secara
keseluruhan. Upaya peningkatan mutu pendidikan menjadi bagian terpadu dari upaya peningkatan
kualitas manusia, baik aspek kemampuan, kepribadian, maupun tanggung jawab sebagai warga
masyarakat. Mutu pendidikan sangat tergantung kepada kualitas guru dan pembelajarannya, sehingga
peningkatan pembelajaran merupakan isu mendasar bagi peningkatan mutu pendidikan secara
rasional.
2
Pendidikan adalah investasi jangka panjang, karena hasil dari proses pendidikan akan dirasakan baik
untuk saat ini maupun untuk waktu yang akan datang. Kondisi yang akan datang dapat dibentuk
melalui pendidikan yang sedang kita lakukan sekarang, artinya bahwa pendidikan harus dapat
menyiapkan dan menjawab tantangan dan kebutuhan di masa yang akan datang.
Di era globalisasi seperti sekarang ini, disadari atau tidak pengaruhnya semakin terasa dengan
semakain banyaknya saluran informasi dalam berbagai bentuk media. Media telah mempengaruhi
seluruh aspek kehidupan kita, meskipun dalam derajat yang berbeda-beda. Di negara maju, media
telah mempengaruhi kehidupan hampir sepanjang waktu. Waktu terpanjang yang paling berpengaruh
itu adalah waktu yang digunakan di dunia pendidikan khususnya untuk sekolah. (Miarso, 1989).
Media pembelajaran merupakan salah satu komponen yang penting dalam mendukung keberhasilan
proses belajar mengajar itu.
B. Tujuan Penulisan
1. Untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Strategi Pembelajaran
2. Mengetahui Jenis-Jenis Teori Belajar
3. Mengetahui Metode-Metode, kelebihan dan kekurangannya serta langkah kerjanya.
4. Mengetahui Jenis-Jenis Media dalam pembelajaran.
3
BAB II
PEMBAHASAN
A. Teori Belajar
A. Teori-Teori Klasik
1. Behavioristik
Teori Behavioristik merupakan teori dengan pandangan tetang belajar adalah perubahan dalam
tingkah laku sebagai akibat dari interaksi antara stimulus dan respon. Atau dengan kata lain belajar
adalah perubahan yang dialami siswa dalam hal kemampuannya untuk bertingkah laku dengan cara
yang baru sebagai hasil interaksi antara stimulus dan respon. (Hamzah Uno, 7: 2006). Para ahli yang
banyak berkarya dalam aliran ini adalah Thorndike, Watson, Hull, Edwin Guthrie dan Skinner.
Teori belajar Skinner akan dijelaskan pada bagian yang khusus yaitu teori belajar proses.
a. Thorndike
Menurut Thorndike (Hamzah Uno, 7:2006) belajar adalah proses interaksi antara stimulu dan
respon. Menurut Thorndike perubahan tingkah laku bisa berwujud sesuatu yang dapat diamati atau
yang tidak dapat diamati.
b. Watson
Menurut Watson (Hamzah Uno,7:2006) belajar adalah proses interaksi antara stimulus dan
respon. Stimulus dan respon tersebut berbentuk tingkah laku yang bisa diamati. Dengan kata lain
Watson mengabaikan berbagai perubahan mental yang mungkin terjadi dalam belajar dan
menganggapnya sebagai faktor yang tidak perlu diketahui karena faktor-faktor tersebut tidak bisa
menjelaskan apakah proses belajar telah terjadi atau belum.
c. Clark Hull
Hull berpendapat bahwa tingkah laku seseorang berfungsi untuk menjaga kelangsungan hidup.
Oleh karena itu kebutuhan biologis dan pemuasan kebutuhan biologis menempati posisi sentral.
Menurut Hull kebutuhan dikonsepkan sebagai dorongan, stimulus hampir selalu dikaitan dengan
kebutuhan biologis.
d. Edwin Guthrie
Guthrie mengemukakan bahwa belajar merupakan kaitan asosiatif antara stimulus dan respon
tertentu. Stimulus dan respon merupakan faktor kritis dalam belajar. Oleh karena itu diperlukan
pemberian stimulus yang sering agar hubungan lebih langgeng. Suatu respon akan lebih kuat (dan
4
bahkan menjadi kebiasaan) apabila respon tersebut berhubungan dengan berbagai stimulus. Guthrie
mengemukakan bahwa hukuman memegang peranan penting dalam proses belajar. Menurutnya suatu
hukuman yang diberikan pada saat yang tepat akan mampu merubah kebiasaan seseorang. Contoh
seorang anak perempuan yang setiap kali pulang sekolah selalu mencampakkan baju dan topinya
dilantai. Ibunya menyuruh agar baju dan topi dipakai kembali oleh anaknya. Lalu kembali keluar,
dan masuk rumah kembali sambil mengantungkan baju dan topinya di tempat gantungannya. Setelah
beberapa kali melakukan hal itu, respon menggantung topi dan baju menjadi terasosiasi dengan
stimulus memasuki rumah.
2. Pengkondisian klasik
Teori-teori klasik dipelapori oleh seorang ahli sosiologi Rusia bernama Ivan Pavlo pada awal
tahun 1900 an. Untuk menghasilkan teori ini Ivan Pavlov melakukan suatu eksperimen secara
sistimatis dan saintifik, dengan tujuan mengkaji bagaimana pembelajaran berlaku pada suatu
organism.
Pavlov melakukan suatu eksperimen terhadap anjing. Dia meletakkan secara rutin bubur daging
di depan mulut anjing. Anjing mengeluarkan air liur. Air liur yang dikeluarkan oleh anjing merupakan
suatu stimulus yang diasosiasikan dengan makanan. Pavlov juga menggunakan lonceng sebelum
makanan diberikan.
Berdasarkan hasil eksperimen pavlo diperoleh suatu kesimpulan bahwa asosiasi terhadap
penglihatan dan suara dengan makanan ini merupakan tipe pembelajaran yang penting, yang
kemudian dikenal dengan Teori Pengkondisian Klasik.
Pengkondisian klasik adalah tipe pembelajaran dimana suatu organisme belajar untuk
mengaitkan atau mengasosiasikan stimulus. (Santrock, 2010). Dalam pengkondisian klasik stimulus
netral (seperti melihat seseorang) diasosiasikan dengan stimulus yang bermakna (seperti makanan)
dan menimbulkan kapasitas untuk menghasilkan respon yang sama. Dalam teori pengkondisian
klasik ada 2 tipe stimulus dan 2 tipe respon,yang harus dipahami yaitu Unconditioned Stimulus
(US), Unconditoned respon (ER), Conditioned Stimulus (CS), dan Conditioned Respon (CR).
Unconditioned Stimulus (US) adalah sebuah stimulus yang secara otomatis menghasilkan
respon tanpa ada pembelajaran terlebih dahulu. Dalam eksperimen Pavlov makanan adalah US.
Unconditioned Respon adalah respon yang tidak dipelajari yang secara otomatis dihasilkan oleh US,
dalam eksperimen Pavlov air liur anjing yang merespon makanan adalah UR.
Conditioned Stimulus adalah stimulus yang sebelumnya netral yang akhirnya menghasilkan
conditioned respon setelah diasosiasi dengan US. Dalam espemen Pavlov beberapa penglihatan dan
suara yang terjadi sebelum anjing menyantap makanan. Conditioned Respon adalah respon yang
5
dipelajari yang muncul setelah terjadi pasangan US – CS. Untuk lebih jelas dapat dilihat pada skema
exsperimen Palvov berikut:
Sebelum Pengkondisian
US (makanan) >>>>>>>>>> UR (Keluar air liur)
CS (lonceng) >>>>> tak ada CR (air liur tidak keluar)
Selama Pengkondisian
CS (lonceng) + US (makanan) >>>>> UR (keluar air liur)
Setelah Pengkondisian
CS (lonceng) >>>>>>> CR (keluar air liur)
(M. Asrori, 2008)
Berdasarkan eksperimen yang dilakukan Pavlov diperoleh kesimpulan berkenan dengan beberapa
cara perubahan tingkah laku yang dapat digunakan dalam proses pembelajaran (M. Asrori, 8:2008
dan Santrock, 270 : 2010). Yaitu :
a. Generalization (generalisasi)
Generalization adalah pengaruh dari stimulus yang baru untuk menghasilkan respon yang sama.
Misalnya murid dimarahi karena ujian biologinya buruk. Saat murid untuk ujian kimia dia juga akan
menjadi gugup karena kedua pelajaran tersebut saling berkaitan. Jadi murid menggeneralisasikan satu
ujian mata pelajaran dengan mata pelajaran yang lain.
b. Discrimination (diskriminasi)
Descrimination dalam pengkondisian klasik terjadi ketika organisme merespon stimulus tertentu
tetapi tidak merespon stimulus lainnya. Dalam kasus murid yang mengikuti ujian di kelas, dia begitu
gugup saat menempuh ujian pelajaran bahasa Indonesia atau sejarah, karena kedua mata pelajaran
tersebut jauh berbeda dengan mata pelajaran kimia dan biologi.
c. Extinction (pelenyapan)
Suatu stimulus yang dikondisikan tidak diikuti dengan stimulus tidak dikondisikan, lama
kelamaan organisme tidak akan merespon. Ini berarti bahwa respon secara bertahap terhapus. Murid
yang gugup mengikuti ujian akan mulai menempuh tes dengan lebih baik,dan kecemasannya mereda.
6
Teori pengembangan klasik ini sangat membantu untuk mamahami beberapa aspek pembelajaran
dengan lebih baik dan juga membantu memahami kecemasan dan ketakutan pada murid dalam proses
belajar dan pembelajaran.
3. Gestalt
Gestalt adalah sebuah teori yang menjelaskan proses persepsi melalui pengorganisasian
komponen-komponen sensasi yang memiliki hubungan, pola, ataupun kemiripan menjadi kesatuan.
Akhmad Sudrajat (Tersedia pada : http://belajarpsikologi.com/teori-belajar-gestalt/, 16 Maret 2011)
menguraikan beberapa Aplikasi teori Gestalt dalam proses pembelajaran antara lain :
a. Pengalaman tilikan (insight); bahwa tilikan memegang peranan yang penting dalam perilaku.
Dalam proses pembelajaran, hendaknya peserta didik memiliki kemampuan tilikan yaitu kemampuan
mengenal keterkaitan unsur-unsur dalam suatu obyek atau peristiwa.
b. Pembelajaran yang bermakna (meaningful learning); kebermaknaan unsur-unsur yang terkait
akan menunjang pembentukan tilikan dalam proses pembelajaran. Makin jelas makna hubungan suatu
unsur akan makin efektif sesuatu yang dipelajari. Hal ini sangat penting dalam kegiatan pemecahan
masalah, khususnya dalam identifikasi masalah dan pengembangan alternatif pemecahannya. Hal-hal
yang dipelajari peserta didik hendaknya memiliki makna yang jelas dan logis dengan proses
kehidupannya.
c. Perilaku bertujuan (pusposive behavior); bahwa perilaku terarah pada tujuan. Perilaku bukan
hanya terjadi akibat hubungan stimulus-respons, tetapi ada keterkaitannya dengan dengan tujuan yang
ingin dicapai. Proses pembelajaran akan berjalan efektif jika peserta didik mengenal tujuan yang ingin
dicapainya. Oleh karena itu, guru hendaknya menyadari tujuan sebagai arah aktivitas pengajaran dan
membantu peserta didik dalam memahami tujuannya.
d. Prinsip ruang hidup (life space); bahwa perilaku individu memiliki keterkaitan dengan
lingkungan dimana ia berada. Oleh karena itu, materi yang diajarkan hendaknya memiliki keterkaitan
dengan situasi dan kondisi lingkungan kehidupan peserta didik.
e. Transfer dalam Belajar; yaitu pemindahan pola-pola perilaku dalam situasi pembelajaran
tertentu ke situasi lain. Menurut pandangan Gestalt, transfer belajar terjadi dengan jalan melepaskan
pengertian obyek dari suatu konfigurasi dalam situasi tertentu untuk kemudian menempatkan dalam
situasi konfigurasi lain dalam tata-susunan yang tepat. Jadi menekankan pentingnya penangkapan
prinsip-prinsip pokok yang luas dalam pembelajaran dan kemudian menyusun ketentuan-ketentuan
umum (generalisasi). Transfer belajar akan terjadi apabila peserta didik telah menangkap prinsip-
prinsip pokok dari suatu persoalan dan menemukan generalisasi untuk kemudian digunakan dalam
7
memecahkan masalah dalam situasi lain. Oleh karena itu, guru hendaknya dapat membantu peserta
didik untuk menguasai prinsip-prinsip pokok dari materi yang diajarkannya.
B. Teori – Teori Belajar Proses
1. Teori Skinner
Teori Skinner disebut juga dengan teori pengkondisian operan. Pelopor teori ini adalah B.F.
Skinner. Inti dari teori ini adalah dimana konsekunsi prilaku akan menyebabkan perubahan dalam
probabilitas prilaku itu akan terjadi (Santrock, 272:2010).
Konsekuensi – imbalan atau hukuman bersifat sementara pada prilaku organisme. Contoh
seorang siswa akan mengemas bukunya secara rapi jika dia tahu bahwa dia akan diberikan hadiah
oleh gurunya.
Menurut Skinner, pengkondisian Operan terdiri dari 2 konsep utama, yaitu : penguatan
(reinforcement), yang terbagi kedalam penguatan positif dan penguatan negative, dan hukuman
(punishment). (M. Asrori, 9 : 2008).
Penguatan positiv (positeve reinforcement) adalah apa saja stimulus yang dapat meningkatkan
sesuatu tingkah laku. Contoh seorang siswa yang mencapai prestasi tinggi diberikan hadiah maka dia
akan mengulangi prestasi itu dengan harapan dapat hadiah lagi. Penguatan bisa berupa benda,
penguatan sosial (pujian, sanjungan) atau token (seperti nilai ujian).
Penguatan negativ (negative reinforcement) apa saja stimulus yang menyakitkan atau yang
menimbulkan keadaan tidak menyenangkan atau tidak mengenakan perasaan sehingga dapat
mengurangi terjadinya sesuatu tingkah laku. Contoh seorang siswa akan meninggalkan kebiasaan
terlambat mengumpulkan tugas/PR karena tidak tahan selalu dicemooh oleh gurunya.
Hukuman (punishment) adalah apa saja stimulus yang menyebabkan sesuatu respon atau
tingkah laku menjadi berkurang atau bahkan langsung dihapuskan atau ditinggalkan. Contoh seorang
siswa yang tidak mengerjakan PR tidak dibolehkan bermain bersama teman-temannya saat jam
istirahat.
Ada sejumlah teknik-teknik dalam pengkondisian operan yang dapat digunakan untuk pembentukan
tingkah laku dalam pembelajaran (M.Asrori, 10:2008), yaitu :
a. Pembentukan respon (Shaping Behaviour)
Teknik pembentukan respon ini dilakukan dengan cara menguatkan organisme pada saat setiap
kali ia bertindak kearah yang diinginkan sehingga ia menguasai atau belajar merespon sampai suatu
saat tidak lagi menguatkan respon tersebut. Prosedur pembentukan respon bisa digunakan untuk
8
melatih tingkah laku siswa dalam proses pembelajaran agar secara bertahap mampu merespon
stimulus dengan baik . Contoh : apabila seorang guru memberikan ceramah, reaksi siswa sebagai
pendengar dapat mempengaruhi bagaimana guru itu bertindak. Jika sekelompok siswa mengangguk –
angguk kepala mereka, ini dapat menguatkan guru tersebut untuk berceramah lebih semangat lagi.
b. Generalisasi,Diskriminasi dan Penghapusan
Generalisasi adalah penguatan yang hampir sama dengan penguatan sebelumnya akan dapat
menghasilkan respon yang sama. Contoh : Seorang siswa akan mengerjakan PR dengan tepat waktu
karena pada minggu lalu mendapat pujian di depan kelas oleh gurunya ketia menyelesaikan PR tepat
waktu.
Diskriminasi adalah respon organisme terhadap sesuatu penguatan, tetapi tidak terhadap
penguatan yang lain. Contoh : seorang siswa mengerjakan PR dengan tepat waktu Karena mendapat
ujian dari gurunya pada mata pelajaran IPA, tetapi tidak begitu halnya ketika mendapat pujian dari
guru IPS. Respon ini bias berbeda karena cara memberikan pujiannya sudah berbeda.
Penghapusan adalah suatu respon terhapus secara bertahap apabila penguatan atau ganjaran
tidak diberikan lagi. Contoh : seorang siswa yang mampu mengerjakan PR dengan tepat waktu tadi
bisa secara bertahap menjadi tidak tepat waktu karena gurunya tidak pernah lagi memberikan pujian
sama sekali.
c. Jadwal Penguatan (Schedule of reinforcement)
Skinner menyatakan bahwa cara atau waktu pemberian penguatan dapat mempengaruhi respon.
Penguatan disini dibagi menjadi 2 yaitu penguatan berkelanjutan (Continous Inforcement) dan
penguatan berkala (Variabel Reinforcement).
Penguatan berkelanjutan adalah penguatan yang diberikan pada setiap saat setiap kali
organisme menghasilkan respon. Contoh : setiap kali siswa mampu mengerjakan soal dengan betul,
guru selalu memberikan pujian kepadanya
Penguatan berkala adalah penguatan yang diberikan dalam jangka waktu tertentu. Penguatan
berkala terbagi dua , yaitu : berdasarkan nisbah (rasio) yang disebut penguatan nisbah dan
berdasarkan interval waktu atau disebut juga dengan penguatan waktu.
Penguatan nisbah dibagi menjadi dua, yaitu : Nisbah tetap adalah apabila penguatan diberikan
setelah beberapa respon terjadi. Misalnya ada 10 kali siswa memberikan respon baru diberikan 1 kali
penguatan. Dan nisbah berubah adalah apabila penguatan diberikan setelah beberapa kali respon
muncul, tetapi kadarnya tidak tetap. Misalnya penguatan diberikan kepada siswa kadang kala setelah
10 kali respon kadang kala setelah 5 respon.
9
Penguatan waktu juga dibagi dua, yaitu : waktu tetap adalah apabila penguatan diberikan pada
akhir waktu yang ditetapkan. Misalnya memberikan pengutan kepada setiap respon yang muncul
setelah 1 menit. Waktu berubah adalah apabila penguatan diberikan pada akhir waktu yang
ditetapkan, tetapi waktu yang ditetapkan itu berbeda berdasarkan respon yang muncul.
d. Penguatan Positif
Penguatan posistif dilakukan dengan memberikan penguatan sesegera mungkin setelah suatu
tingkah laku muncul. Misalnya seorang siswa yang dapat menjawab pertanyaan guru maka pada sait
itu juga guru segera memberikan pujian.
e. Penguatan Intermiten
Penguatan intermiten dilakukan dengan memberikan penguatan untuk memelihara perubahan
tingkah laku atau respon positif yang telah dicapai seseorang. Dengan penguatan seperti ini dapat
menumbuhkan kepercayaan diri individu . Misalnya : seorang siswa yang tadinya malu untuk
membaca puisi di depan kelas, kemudian secara bertahap dia sudah tidak malu lagi dan mampu
membaca puisi di depan kelas. Maka guru memberikan pujian di depan teman-temannya agar
keberanian membaca puisi di depan kelas tersebut dapat terpelihara.
f. Penghapusan
Penghapusan dilakukan dengan cara tidak melakukan penguatan sama sekali atau tidak
mengirakan respon yang akan muncul pada seseorang. Misalnya siswa yang berbicara lucu dengan
maksud memancing teman-temannya bergurau agar suasana kelas menjadi gaduh, tidak diberikan
sapaan oleh guru bahkan guru tidak menghiraukannya. Denga demikian, siswa yang bersangkutan
akan merasa bahwa apa yang dilakukannya tidak berkenan di hati gurunya sehingga dia tidak akan
melakukannya lagi.
g. Percontohan (modeling)
Percontohan adalah prilaku atau respon individu yang dilakukan dengan mencontoh tingkah
laku orang lain. Contohnya : seorang siswa berusaha berbicara dengan suara keras, tidak terges-gesa,
sistematis, dan mudah dipahami karena dia meniru guru IPA yang selalu menunjukkan prilaku seperti
itu pada saat mengajar. Oleh karena itu seorang guru harus mampu menunjukkan tutur kata, sikap,
kemampuan, kecerdasan dan tingkah laku yang dapat dicontoh oleh siswa.
10
h. Token Ekonomi
Adalah memberikan gambaran terhadap sesuatu yang memiliki nilai ekonomi ketika seseorang
telah mampu menunjukkan respon atau tingkah laku yang positif sesuai dengan yang diharapkan.
Misalnya guru member hadiah buku novel yang bagus kepada seorang siswa
2. Teori Gagnee
Robert Gagne lahir tahun 1916 di North Andover, Beliau mendapatkan gelar A.B. pada Yale
tahun 1937 dan pada tahun 1940 mendapat gelar Ph.D. Ada beberapa hal yang melandasi pandangan
Gagne tentang belajar. menurutnya belajar bukan merupakan proses tunggal melainkan proses luas
yang dibentuk oleh pertumbuhan dan perkembangan tingkah laku, dimana tingkah laku itu merupakan
proses komulatif dari belajar. Artinya banyak keterampilan yang dipelajari memberikan sumbangan
bagi belajar keterampilan yang lebih rumit.
Menurut Gagne belajar memberi kontribusi terhadap adaptasi yang diperlukan untuk
mengembangkan proses yang logis, sehingga perkembangan tingkah laku (behavior) adalah hasil dari
efek belajar yang kumulatif (Gagne, 1968). Lebih lanjut ia menjelaskan bahwa belajar itu bukan
proses tunggal. Belajar menurut Gagne tidak dapat didefinisikan dengan mudah, karena belajar
bersifat kompleks. Hasil belajar merupakan kapabilitas. Setelah belajar, orang memiliki
keterampilan, pengetahuan, sikap dan nilai. Timbulnya kapabilitas tersebut berasal dari (1) stimulasi
yang berasal dari lingkungan; dan (2) proses kognitif yang dilakukan siswa. Dengan demikian,
belajar adalah seperangkat proses kognitif yang mengubah sifat stimulasi lingkungan, melewati
pengolahan informasi menjadi kapabilitas baru. Juga dikemukakan bahwa belajar merupakan faktor
yang luas yang dibentuk oleh pertumbuhan, perkembangan tingkah laku merupakan hasil dari aspek
kumulatif belajar. Berdasarkan pandangan ini Gagne mendefinisikan pengertian belajar secara
formal bahwa belajar adalah perubahan dalam disposisi atau kapabilitas manusia yang
berlangsung selama satu masa waktu dan tidak semata-mata disebabkan oleh proses pertumbuhan.
Perubahan itu berbentuk perubahan tingkah laku. Hal itu dapat diketahui dengan jalan
membandingkan tingkah laku sebelum belajar dan tingkah laku yang diperoleh setelah belajar.
Perubahan tingkah laku dapat berbentuk perubahan kapabilitas jenis kerja atau perubahan sikap,
minat atau nilai. Perubahan itu harus dapat bertahan selama periode waktu dan dapat dibedakan
dengan perubahan karena pertumbuhan, missalnya perubahan tinggi badan atau perkembangan otot
dan lain-lain.
Gagne membagi proses belajar berlangsung dalam empat fase utama, yaitu:
Fase pengenalan (apprehending phase). Pada fase ini peserta didik memperhatikan stimulus
tertentu kemudian menangkap artinya dan memahami stimulus tersebut untuk kemudian
11
ditafsirkan sendiri dengan berbagai cara. Ini berarti bahwa belajar adalah suatu proses yang
unik pada tiap siswa, dan sebagai akibatnya setiap siswa bertanggung jawab terhadap
belajarnya karena cara yang unik yang dia terima pada situasi belajar.
Fase perolehan (acqusition phase). Pada fase ini peserta didik memperoleh pengetahuan
baru dengan menghubungkan informasi yang diterima dengan pengetahuan sebelumya.
Dengan kata lain pada fase ini siswa membentuk asosiasi-asosiasi antara informasi baru dan
informasi lama.
Fase penyimpanan (storage phase). Fase storage/retensi adalah fase penyimpanan informasi,
ada informasi yang disimpan dalam jangka pendek ada yang dalam jangka panjang, melalui
pengulangan informasi dalam memori jangka pendek dapat dipindahkan ke memori jangka
panjang.
Fase pemanggilan (retrieval phase). Fase Retrieval/Recall, adalah fase mengingat kembali
atau memanggil kembali informasi yang ada dalam memori. Kadang-kadang dapat saja
informasi itu hilang dalam memori atau kehilangan hubungan dengan memori jangka
panjang. Untuk lebih daya ingat maka perlu informasi yang baru dan yang lama disusun
secara terorganisasi, diatur dengan baik atas pengelompokan-pengelompokan menjadi
katagori, konsep sehingga lebih mudah dipanggil.
Kemudian ada fase-fase lain yang dianggap tidak utama, yaitu :
Fase motivasi
sebelum pelajaran dimulai guru memberikan motivasi kepada siswa untuk belajar.
Fase generalisasi
adalah fase transer informasi pada situasi-situasi baru, agar lebih meningkatkan daya ingat, siswa
dapat diminta mengaplikasikan sesuatu dengan informasi baru tersebut.
Fase penampilan
adalah fase dimana siswa harus memperlihatkan sesuatu penampilan yang nampak setelah
mempelajari sesuatu.
Fase umpan balik
siswa harus diberikan umpan balik dari apa yang telah ditampilkan (reinforcement).
12
C. Teori – Teori Kognitif
1. Pemrosesan informasi
Teori pemrosesan informasi adalah teori kognitif tentang belajar yang menjelaskan
pemrosesan, penyimpanan, dan pemanggilan kembali pengetahuan dari otak (Slavin, 2000: 175).
Teori ini menjelaskan bagaimana seseorang memperoleh sejumlah informasi dan dapat diingat dalam
waktu yang cukup lama. Oleh karena itu perlu menerapkan suatu strategi belajar tertentu yang dapat
memudahkan semua informasi diproses di dalam otak melalui beberapa indera.
Pemerosesan informasi menyatakan bahwa murid mengolah informasi, memonitiringnya, dan
menyusun strategi berkenaaan dengan informasi tersebut. Inti dari pendekatan ini adalah proses
memori dan berfikir (thinking). (Santrock, 310:2010). Anak secara bertahap mengembangkan
kapasitas untuk mengembangkan untuk memproses informasi, dan secara bertahap pula mereka biasa
mendapatkan pengetahuan dan keahlian yang kompleks.
Pemerosesan informasi pada awalnya menggunakan sistem komputer sebagai analog. Penggunaan
sistem komputer sebagai analog cara manusia memproses, menyimpan dan mengingat kembali
informasi sesungguhnya kurang tepat karena terlalu menyederhanakan manusia. Cara manusia
memproses informasi sesungguhnya lebih kompleks dibandingkan dengan komputer. (M.Asrori,
13:2008)
Roobert Siegler (1998) mendeskripsikan tiga karateristik utama dari pendekatan pemrosesan
informasi , yaitu : Proses pikiran, mekanisme pengubahan dan modifikasi diri. (Santrock, 310 :2010).
Pemikiran menurut pendapat Siegler (2002), berfikir adalah pemerosesan informasi. Ketika
anak merasakan, malakukan, mempresentasikan dan menyimpan informasi dari dunia sekelilingnya,
mereka sedang melakukan proses berfikir. Pikiran adalah sesuatu yang sangat fleksibel, yang
menyebabkan individu bias beradaptasi dan menyesuaikan diri dengan perubahan dalam lingkungan,
tugas dan tujuan. (Santrock, 311 : 2010).
Mekanisme pengubahan menurut Siegler (2002) dalam pemerosesan informasi focus utamnya
adalah pada peran mekanisme pengubah dalam perkembangan. Ada empat mekanisme yang
bekerjasama menciptakan perubahan dalam keterampilan kognitif anak, yaitu : Ecoding
(penyandian), Otomatisasi, konstruksi strategis dan generalisasi.
Ecoding adalah proses memasukkan informasi kedalam memori. Aspek utama dari pemecahan
problem adalah menyandikan informasi dan relevan dan mengabaikan informasi yang tidak relevan.
13
Otomatisitas adalah kemampuan untuk memproses informasi dengan sedikit atau tanpa usaha.
Seiring dengan bertambahnya usia dan pengalaman, pemerosesan informasi menjadi makin otomatis,
dan anak bisa mendeteksi hubungan – hubungan baru antara ide dan kejadian. (Kail, 2002 dalam
Santrock, 311 : 2010).
Konstruksi Strategi yaitu penemuan prosedur baru untuk memproses informasi. Anak perlu
menyandikan informasi kunci untuk suatu problem dan mengoordinasikan informasi tersebut dengan
pengetahun sebelumnya yang relevan untuk memecahkan masalah.
Agar dapat manfaat penuh dari strategi baru diperlukan generalisasi. Anak perlu melakukan
generalisasi, atau mengaplikasikan strategi pada problem lain.
Modifikasi diri. Anak memainkan peran aktif dalam perkembangan mereka. Mereka
menggunakan pengetahuan dan strategi yang telah mereka pelajari untuk menyesuaikan respon pada
situasi pembelajaran yang baru. Anak membangun respon baru dan lebih canggih berdasarkan
pengetahuan dan strategi sebelumnya.
2. Metakognisi
Metakognisi adalah suatu kemampuan individu berdiri di luar kepalanya dan berusaha
merenungkan cara dia berfikir atau merenungkan proses kognitif yang dilakukan. (M.Asrori,
20:2008). Pengetahuan metakognisi melibatkan usaha monitoring dan refleksi pada pikiran seseorang
pada saat sekarang. Aktivitas metakognisi terjadi pada saat murid secara sadar menyesuaikan dan
mengelola strategi pemikiran mereka pada saat memecahkan masalah dan memikirkan sesuatu tujuan.
(Santrock, 340:2010).
Orang yang pertama memperkenalkan istilah metakognisi adalah John Flavell. Ia membagi
metakognisi keempat variable yang penting, yaitu :
a. Variabel Individu
Variabel individu mengandung makna bahwa manusia itu adalah organism kognitif atau
pemikir. Segala tindak – tanduk kita adalah akibat dari cara kita berfikir. Variabel individu dibagi
menjadi tiga, yaitu :
Variabel Intra Individu
Variabel intra individu adalah apa saja yang terjadi di dalam diri seseorang. Misalnya : seseorang
yang mengetahui dirinya lebih pandai dalam mata pelajaran matematika dibandingkan dengan mata
pelajaran sejarah.
14
Variabel antra individu
Variabel antra individu adalah kemampuan individu membandingkan dan membedakan kemampuan
kognitif dirinya dengan orang lain. Misalnya : seorang siswa mengetahui bahwa dirinya pandai pada
mata pelajaran IPA dibandingkan dengan teman yang duduk dengan dia di kelasnya.
b. Variabel Universal
Variabel universal adalah pengetahun yang diperoleh dari unsur-unsur yang ada didalam sistem
budaya sendiri. Misalnya : mengetahui bahwa sebagai manusia kita lupa. Sebenarnya kita paham
terhadap apa yang kita lupakan, tetapi lama kelamaan kita sadar bahwa kita tidak paham
c. Variabel Tugas
Variabel tugas adalah kesanggupan individu untuk mengetahui kesan-kesan, pentingnya dan
hambatan sesuatu tugas kognitif. Contoh : seandainya informasi yang disampaikan oleh guru adalah
sesuatu yang sulit dan siswa tahu bahwa guru tersebut tidak akan mengulangi, maka para siswa tentu
akan memberikan perhatian yang lebih serius dan mendengarkan serta memproses informasi itu
dengan lebih teliti.
d. Variabel Strategi
Variabel strategi adalah pengetahuan tentang bagaimana melakukan sesuatu atau mengatasi
kesulitan yang timbul.
3. Sibernetik
Menurut teori sibernetik, belajar adalah pengolahan informasi. (Hamzah Uno, 17 : 2006).
Dalam teori sibernetik yang lebih penting adalah sistem informasi yang diproses, karena informasi ini
yang akan menentukan proses.
Kelebihan Teori Sibernetik
Cara berfikir yang berorientasi pada proses lebih menonjol.
Penyajian pengetahuan memenuhi aspek ekonomis.
Kapabilitas belajar dapat disajikan lebih lengkap.
Adanya keterarahan seluruh kegiatan kepada tujuan yang ingin dicapai.
Adanya transfer belajar pada lingkungan kehidupan yang sesungguhnya.
Kontrol belajar memungkinkan belajar sesuai dengan irama masing-masing individu
15
Balikan informativ memberikan rambu-rambu yang jelas tentang tingkat unjuk kerja yang
telah dicapai dibandingkan dengan unjuk kerja yang diharapkan.
Kelemahan teori sibernetik adalah teori ini dikritik karena lebih menekankan pada sistem informasi
yang dipelajari, dan kurang memperhatikan bagaimana proses belajar.
B. Metode.
Selama ini kita hanya familiar atau bahkan selalu hanya menggunakan metode seperti ceramah.
padahal banyak sekali selain metode tersebut yang dapat digunakan dan efektif dalam usaha
meningkatkan pemahaman peserta didik terhadap materi yang kita sampaikan dan pada akhirnya
tujuan dari pembelajaran yang sudah kita tetapkan di awal tercapai dengan baik dan akan tecipta
pembelajaran yang berkualitas serta tercipta pengalaman-pengalaman yang menarik.
Dibawah ini dipaparkan macam-macam metode pembelajaran yang efektif untuk dapat dilaksanakan.
Antara lain :
1. Model Pembelajaran EXAMPLE NON EXAMPLE
a. Pengertian
Model Pembelajaran Example Non Example atau juga biasa di sebut example and non-example
merupakan model pembelajaran yang menggunakan gambar sebagai media pembelajaran.
b. Ciri – ciri
Strategi yang diterapkan dari metode ini bertujuan untuk mempersiapkan siswa secara cepat
dengan menggunakan 2 hal yang terdiri dari example dan non-example dari suatu definisi konsep
yang ada, dan meminta siswa untuk mengklasifikasikan keduanya sesuai dengan konsep yang ada.
– Example memberikan gambaran akan sesuatu yang menjadi contoh akan suatu materi yang sedang
dibahas,sedangkan
– non-example memberikan gambaran akan sesuatu yang bukanlah contoh dari suatu materi yang
sedangdibahas.
Metode Example non Example penting dilakukan karena suatu definisi konsep adalah suatu konsep
yang diketahui secara primer hanya dari segi definisinya daripada dari sifat fisiknya. Dengan
memusatkan perhatian siswa terhadap example dan non-example diharapkan akan dapat mendorong
siswa untuk menuju pemahaman yang lebih dalam mengenai materi yang ada.
16
c. Kelebihan dan Kekurangan
Menurut Buehl (1996) keuntungan dari metode Example non Example antara lain:
1. Siswa berangkat dari satu definisi yang selanjutnya digunakan untuk memperluas pemahaman
konsepnya dengan lebih mendalam dan lebih komplek.
2. Siswa terlibat dalam satu proses discovery (penemuan), yang mendorong mereka untuk
membangun konsep secara progresif melalui pengalaman dari Example non Example
3. Siswa diberi sesuatu yang berlawanan untuk mengeksplorasi karakteristik dari suatu konsep dengan
mempertimbangkan bagian non example yang dimungkinkan masih terdapat beberapa bagian yang
merupakan suatu karakter dari konsep yang telah dipaparkan pada bagian example.
Kelebihan:
1. Siswa lebih kritis dalam menganalisa gambar.
2. Siswa mengetahui aplikasi dari materi berupa contoh gambar.
3. Siswa diberi kesempatan untuk mengemukakan pendapatnya.
Kekurangan:
1. Tidak semua materi dapat disajikan dalam bentuk gambar.
2. Memakan waktu yang lama.
d. Langkah-langkah :
Guru mempersiapkan gambar-gambar sesuai dengan tujuan pembelajaran
Menempelkan gambar di papan atau ditayangkan melalui OHP
Guru memberi petunjuk dan memberi kesempatan pada siswa untuk
memperhatikan/menganalisa gambar
Melalui diskusi kelompok 2-3 orang siswa, hasil diskusi dari analisa gambar tersebut dicatat
pada kertas
Tiap kelompok diberi kesempatan membacakan hasil diskusinya
Mulai dari komentar/hasil diskusi siswa, guru mulai menjelaskan materi sesuai tujuan yang
ingin dicapai
Kesimpulan
2. Model pembelajaran PICTURE AND PICTURE
a. Pengertian
Salah satu model yang saat ini populer dalam pembelajaran adalah Model Pembelajaran Picture
and Picture ini merupakan salah satu bentuk model pembelajaran kooperatif. Model pembelajaran
17
Picture and Picture adalah suatu metode belajar yang menggunakan gambar dan dipasangkan /
diurutkan menjadi urutan logis. Pembelajaran ini memiliki ciri Aktif, Inovatif, Kreatif, dan
Menyenangkan. Model Pembelajaran ini mengandalkan gambar sebagai media dalam proses
pembelajaran. Gambar-gambar ini menjadi factor utama dalam proses pembelajaran.
Menurut Johnson & Johnson , prinsip dasar dalam model pembelajaran kooperatif picture and picture
adalah sebagai berikut:
1.Setiap anggota kelompok (siswa) bertanggung jawab atas segala sesuatu yang dikerjakan dalam
kelompoknya.
2. Setiap anggota kelompok (siswa) harus mengetahui bahwa semua anggota kelompok mempunyai
tujuan yang sama.
3. Setiap anggota kelompok (siswa) harus membagi tugas dan tanggung jawab yang sama di antara
anggota kelompoknya.
4. Setiap anggota kelompok (siswa) akan dikenai evaluasi.
5. Setiap anggota kelompok (siswa) berbagi kepemimpinan dan membutuhkan keterampilan untuk
belajar bersama selama proses belajarnya.
6. Setiap anggota kelompok (siswa) akan diminta mempertanggungjawabkan secara individual materi
yang ditangani dalam kelompok kooperatif.
b. Kelebihan dan kekurangan model pembelajaran Picture and Picture:
Kelebihan:
1. Guru lebih mengetahui kemampuan masing-masing siswa.
2. Melatih berpikir logis dan sistematis.
3. Membantu siswa belajar berpikir berdasarkan sudut pandang suatu subjek bahasan dengan
memberikan kebebasan siswa dalam praktik berpikir,
4. Mengembangkan motivasi untuk belajar yang lebih baik.
5. Siswa dilibatkan daiam perencanaan dan pengelolaan kelas
Kekurangan:
1. Memakan banyak waktu
2. Banyak siswa yang pasif.
3. Guru khawatir bahwa akan terjadi kekacauan dikelas.
4. Banyak siswa tidak senang apabila disuruh bekerja sama dengan yang lain
5. Dibutuhkan dukungan fasilitas, alat dan biaya yang cukup memadai
c. Langkah-langkah dalam Model Pembelajaran Picture and Picture adalah sebagai berikut:
1. Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai
2. Menyajikan materi sebagai pengantar
18
3. Guru menunjukkan/memperlihatkan gambar-gambar kegiatan berkaitan dengan materi.
4. Guru menunjuk siswa secara bergantian untuk mengurutkan gambar-gambar secara logis.
5. Guru menanyakan alasan/dasar pemikiran urutan gambar tersebut.
6. Dari alasan/urutan gambar tersebut guru memulai menanamkan konsep/materi sesuai dengan
kompetensi yang ingin dicapai.
7. Kesimpulan/rangkuman
3. Model pembelajaran Numbered Head Together (NHT)
a. Pengertian
Model Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT, Pembelajaran kooperatif merupakan strategi
pembelajaran yang mengutamakan adanya kerjasama antar siswa dalam kelompok untuk mencapai
tujuan pembelajaran. Para siswa dibagi ke dalam kelompok-kelompok kecil dan diarahkan untuk
mempelajari materi pelajaran yang telah ditentukan. Tujuan dibentuknya kelompok kooperatif adalah
untuk memberikan kesempatan kepada siswa agar dapat terlibat secara aktif dalam proses berpikir dan
dalam kegiatan-kegiatan belajar. Dalam hal ini sebagian besar aktifitas pembelajaran berpusat pada
siswa, yakni mempelajari materi pelajaran serta berdiskusi untuk memecahkan masalah
b. Kelebihan dan kekurangan model pembelajaran Numbered Heads Together
adalah sebagai berikut :
Kelebihan:
– Setiap siswa menjadi siap semua
– Dapat melakukan diskusi dengan sungguh-sungguh.
– Siswa yang pandai dapat mengajari siswa yang kurang pandai.
Kelemahan:
– Tidak terlalu cocok untuk jumlah siswa yang banyak karena membutuhkan waktu yang lama..
– Tidak semua anggota kelompok dipanggil oleh guru
c. Langkah-langkah dikembangkan oleh Ibrahim (2000: 29) menjadi enam langkah sebagai
berikut :
Langkah 1. Persiapan
Dalam tahap ini guru mempersiapkan rancangan pelajaran dengan membuat Skenario Pembelajaran
(SP), Lembar Kerja Siswa (LKS) yang sesuai dengan model pembelajaran kooperatif tipe NHT.
19
Langkah 2. Pembentukan kelompok
Dalam pembentukan kelompok disesuaikan dengan model pembelajaran kooperatif tipe NHT. Guru
membagi para siswa menjadi beberapa kelompok yang beranggotakan 3-5 orang siswa.
Langkah 3. Tiap kelompok harus memiliki buku paket atau buku panduan
Dalam pembentukan kelompok, tiap kelompok harus memiliki buku paket atau buku
Langkah 4. Diskusi masalah
Dalam kerja kelompok, guru membagikan LKS kepada setiap siswa sebagai bahan yang akan
dipelajari.
Langkah 5. Memanggil nomor anggota atau pemberian jawaban
Dalam tahap ini, guru menyebut satu nomor dan para siswa dari tiap kelompok dengan nomor yang
sama mengangkat tangan dan menyiapkan jawaban kepada siswa di kelas.
Langkah 6. Memberi kesimpulan
Guru bersama siswa menyimpulkan jawaban akhir dari semua pertanyaan yang berhubungan dengan
materi yang disajikan.
4. Metode belajar Cooperative script
Skrip kooperatif adalah metode belajar dimana siswa bekerja berpasangan dan secara lisan
mengikhtisarkan bagian-bagian dari materi yang dipelajari.
a. Langkah-langkah:
1. Guru membagi siswa untuk berpasangan.
2. Guru membagikan wacana / materi tiap siswa untuk dibaca dan membuat ringkasan.
3. Guru dan siswa menetapkan siapa yang pertama berperan sebagai pembicara dan siapa yang
berperan sebagai pendengar.
4. Pembicara membacakan ringkasannya selengkap mungkin, dengan memasukkan ide-ide
pokok dalam ringkasannya. Sementara pendengar menyimak / mengoreksi / menunjukkan
ide-ide pokok yang kurang lengkap dan membantu mengingat / menghapal ide-ide pokok
dengan menghubungkan materi sebelumnya atau dengan materi lainnya.
5. Bertukar peran, semula sebagai pembicara ditukar menjadi pendengar dan sebaliknya, serta
lakukan seperti di atas.
6. Kesimpulan guru.
b. Kelebihan dan kekurangan, sebagai berikut :
Kelebihan:
20
Melatih pendengaran, ketelitian / kecermatan.
Setiap siswa mendapat peran.
Melatih mengungkapkan kesalahan orang lain dengan lisan.
Kekurangan:
Hanya digunakan untuk mata pelajaran tertentu
Hanya dilakukan dua orang (tidak melibatkan seluruh kelas sehingga koreksi hanya sebatas
pada dua orang tersebut).
5. Model pembelajaran Kepala bernomor struktur
a. Pengertian
Untuk mengembangkan potensi to live together salah satunya melalui model pembelajaran
kooperatif. Aktivitas pembelajaran kooperatif menekankan pada kesadaran siswa perlu belajar untuk
mengaplikasikan pengetahuan, konsep, keterampilan kepada siswa yang membutuhkan atau anggota
lain dalam kelompoknya, sehingga belajar kooperatif dapat saling menguntungkan antara siswa yang
berprestasi rendah dan siswa yang berprestasi tinggi.
b. Langkah – langkah Kepala bernomor struktur
1Siswa dibagi dalam kelompok, setiap siswa dalam setiap kelompok mendapat nomor
2. Penugasan diberikan kepada setiap siswa berdasarkan nomorkan terhadap tugas yang berangkai
Misalnya : siswa nomor satu bertugas mencatat soal. Siswa nomor dua mengerjakan soal dan siswa
nomor tiga melaporkan hasil pekerjaan dan seterusnya
3. Jika perlu, guru bisa menyuruh kerja sama antar kelompok. Siswa disuruh keluar dari kelompoknya
dan bergabung bersama beberapa siswa bernomor sama dari kelompok lain. Dalam kesempatan ini
siswa dengan tugas yang sama bisa saling membantu atau mencocokkan hasil kerja sama mereka
4. Laporkan hasil dan tanggapan dari kelompok yang lain
5. Kesimpulan
Kelebihan dan kelemahan model pembelajaran kepala bernomor struktur
c. Kelebihan dan kekurangan
Kelebihan:
a. Dapat meningkatkan prestasi belajar siswa.
b. Mampu memperdalam pamahaman siswa.
21
c. Melatih tanggung jawab siswa.
d. Menyenangkan siswa dalam belajar.
e. Mengembangkan rasa ingin tahu siswa.
f. Meningkatkan rasa percaya diri siwa.
g. Mengembangkan rasa saling memiliki dan kerjasama.
h. Setiap siswa termotivasi untuk menguasai materi.
i. Menghilangkan kesenjangan antara yang pintar dengan tidak pintar.
j. Tercipta suasana gembira dalam belajar. Dengan demikian meskipun saat pelajaran menempati jam
terakhir pun,siswa tetap antusias belajar.
Kekurangan:
a. Ada siswa yang takut diintimidasi bila Memberi nilai jelek kepada anggotanya (bila kenyataannya
siswa lain kurang mampu menguasai materi)
b. Ada siswa yang mengambil jalan pintas dengan meminta tolong pada temannya untuk mencarikan
jawabnya.Solusinya mengurangi poin pada siswa yang membantu dan dibantu .
c. Apabila pada satu nomer kurang maximal mengerjakan tugasnya, tentu saja mempengaruhi
pekerjaan pemilik tugas lain pada nomer selanjutnya.
6. Model pembelajaran STUDENT TEAMS- ACHIEVEMENT DIVISIONS (STAD)
a. Pengertian
1. Menurut wina (2008:242) menjelaskan bahwa pembelajaran kooperatif merupakan model
pembelajaran menggunakan sistem pengelompokkan atau tim kecil,yaitu antara 4-5 orang yang
mempunyai latar belakang kemampuan akademik,jenis kelamin,ras atau suku yang berbeda
(heterogen)
2. Johnson (dalam Etin Solihatin,2005 :4 ) menyatakan bahwa :pembelajaran kooperatif adalah
pemanfaatan kelompok kecil dalam pembelajaran yang memungkinkan siswa bekerja sama.
b. Langkah-langkah model pembelajaran STAD dapat dilihat pada tabel dibawah ini
Tabel : Enam Langkah Model Pembelajaran STAD
Langkah Indikator Tingkah laku guru
Langkah 1
Menyampaikan tujuan dan
memotivasi siswa
Guru menyampaikan tujuan
pembelajaran dan
mengkomunikasikan
22
Langkah 2
Langkah 3
Langkah 4
Langkah 5
Menyajikan informasi
Mengorganisasikan siswa ke
dalam kelompok- kelompok
belajar
Membimbimg kelompok
belajar
Evaluasi
kompetensi dasar
yang akan dicapai serta
memotivasi siswa
Guru menyajikan informasi
kepada siswa
Guru menginformasikan
pengelom-pokkan
Siswa
Guru memotivasi serta
memfasilitasi kerja siswa
dalam kelompok-kelompok
belajar
Guru mengevaluasi hasil
belajar tentang
materi pembelajaran yang
telah dilaksanakan
Guru memberi penghargaan
hasil belajar
individual dan kelompok
23
Langkah 6
Memberikan penghargaan
Model pembelajaran STAD dikembangkan oleh Robert Slavin dan temantemannya di Universitas
John Hopkins. Siswa dalam suatu kelas tertentu dipecah menjadi kelompok dengan anggota 4-5
orang, setiap kelompok haruslah heterogen, terdiri atas laki-laki dan perempuan, berasal dari berbagai
suku, memiliki kemampuan tinggi, sedang dan rendah. Anggota tim menggunakan lembar kegiatan
atau perangkat pembelajaran yang lain untuk menuntaskan materi pelajarannya dan kemudian saling
membantu satu sama lain untuk memahami bahan pelajaran melalui diskusi dan kuis.
Sintaks model Pembelajaran STAD dalam Chotimah (2007) antara lain :
a. Guru membentuk kelompok yang anggotanya 4 orang secara heterogen.
b. Guru menyajikan pelajaran.
c. Guru memberi tugas pada kelompok untuk dikerjakan oleh anggota-anggota kelompok
d. Peserta didik yang bisa mengerjakan tugas/soal menjelaskan kepada anggota kelompok
lainnya sehingga semua anggota dalam kelompok itu mengerti.
e. Guru memberi kuis/pertanyaan kepada seluruh peserta didik. Pada saat menjawab
kuis/pertanyaan peserta didik tidak boleh saling membantu.
f. Guru memberi penghargaan (rewards) kepada kelompok yang memiliki nilai/poin
g. Guru memberikan evaluasi.
h. Penutup.
Dalam STAD, penghargaan kelompok didasarkan atas skor yang didapatkan oleh
kelompok dan skor kelompok ini diperoleh dari peningkatan individu dalam setiap kuis.
Sumbangan poin peningkatan siswa terhadap kelompoknya didasarkan atas ketentuan
pada tabel 2.2 berikut.
Tabel 2.2 Kriteria Pemberian Skor Peningkatan STAD
Skor Kuis Poin peningkatan
24
Lebih dari 10 point di bawah skor dasar
1-10 point di bawah skor dasar
Skor dasar sampai 10 poin di atas skor dasar
Lebih dari 10 poin di atas skor dasar
Hasil sempurna (tidak mempertimbangkan skor dasar
5
10
20
30
30
Catatan: Nilai kuis sebelumnya dapat digunakan sebagai skor dasar
(Sumber:Slavin, 1995 dalam Parlan, 2006:17)
Skor kelompok untuk setiap kelompok didasarkan pada sumbangan poin peningkatan
yang diperoleh oleh setiap anggota kelompok yaitu dengan menjumlah seluruh poin
peningkatan anggota kelompok dibagi dengan jumlah anggota kelompok. Penghargaan
kelompok diberikan dengan empat kriteria seperti pada tabel 2.3 berikut.
Tabel 2.3 Predikat Keberhasilan Kelompok
Kriteria Nilai Perkembangan
Excellent
The best teams
Good teams
General teams
22,6 – 30
15,1 – 22,5
7,6 – 15,0
≥7,5
(Sumber: Slavin, 1995 dalam Supriyo, 2008:50)
5. Kelebihan dan Kekurangan pembelajaran Tipe STAD
Menurut Davidson (dalam Nurasma,2006:26) :
25
Kelebihan:
a) Meningkatkan kecakapan individu
b) Meningkatkan kecakapan kelompok
c) Meningkatkan komitmen
d) Menghilangkan prasangka buruk terhadap teman sebaya
e) Tidak bersifat kompetitif
f) Tidak memiliki rasa dendam
Kekurangan :
a) Menurut Slavin (dalam Nurasma 2006:2007 )yaitu:
b) Konstribusi dari siswa berprestasi rendah menjadi kurang
c) Siswa berprestasi tinggi akan mengarah pada kekecewaan karena peran anggota yang pandai
lebih dominan.
7. Model pembelajaran Jigsaw
a. Pengertian
Jigsaw adalah tipe pembelajaran kooperatif yang dikembangkan oleh Elliot Aronson’s. Model
pembelajaran ini didesain untuk meningkatkan rasa tanggung jawab siswa terhadap pembelajarannya
sendiri dan juga pembelajaran orang lain. Siswa tidak hanya mempelajari materi yang diberikan,
tetapi mereka juga harus siap memberikan dan mengajarkan materi tersebut kepada
kelompoknya.Pada model pembelajaran jigsaw ini keaktifan siswa (student centered) sangan
dibutuhkan, dengan dibentuknya kelompok-kelompok kecil yang beranggotakan 3-5 orang yang
terdiri dari kelompok asal dan kelompok ahli.
b. Langkah- Langkah dalam metode jigsaw
1. Awal kegiatan pembelajaran
a. Persiapan
1. Melakukan Pembelajaran Pendahuluan
Guru dapat menjabarkan isi topik secara umum, memotivasi siswa dan menjelaskan tujuan
dipelajarinya topik tersebut.
2. Materi
Materi pembelajaran kooperatif model jigsaw dibagi menjadi beberapa bagian pembelajaran
26
tergantung pada banyak anggota dalam setiap kelompok serta banyaknya konsep materi
pembelajaran yang ingin dicapai dan yang akan dipelajari oleh siswa.
3. Membagi Siswa Ke Dalam Kelompok Asal Dan Ahli
Kelompok dalam pembelajarn kooperatif model jigsaw beranggotakan 3-5 orang yang
heterogen baik dari kemampuan akademis, jenis kelamin, maupun latar belakang sosialnya
4. Menentukan Skor Awal
Skor awal merupakan skor rata-rata siswa secara individu pada kuis sebelumnya atau nilai
akhir siswa secara individual pada semester sebelumnya.
2.
Rencana Kegiatan
1. Setiap kelompok membaca dan mendiskusikan sub topik masing-masing dan menetapkan
anggota ahli yang akan bergabung dalam kelompok ahli.
2. Anggota ahli dari masing-masing kelompok berkumpul dan mengintegrasikan semua sub
topik yang telah dibagikan sesuai dengan banyaknya kelompok.
3. Siswa ahli kembali ke kelompok masing-masing untuk menjelaskan topik yang
didiskusikannya.
4. Siswa mengerjakan tes individual atau kelompok yang mencakup semua topik.
5. Pemberian penghargaan kelompok berupa skor individu dan skor kelompok atau
menghargai prestasi kelompok.
3. Sistem Evaluasi
Dalam evaluasi ada tiga cara yang dapat dilakukan:
1. Mengerjakan kuis individual yang mencaukup semua topik.
2. Membuat laporan mandiri atau kelompok.
3. Presentasi
Materi Evaluasi
– Pengetahuan (materi ajar) yang difahami dan dikuasai oleh mahasiswa.
– Proses belajar yang dilakukan oleh mahasiswa.
Kelebihan :
Bila dibandingkan dengan metode pembelajaran tradisional, model pembelajaran Jigsaw memiliki
beberapa kelebihan yaitu:
1. Mempermudah pekerjaan guru dalam mengajar,karena sudah ada kelompok ahli yang bertugas
menjelaskan materi kepada rekan-rekannya
2. Pemerataan penguasaan materi dapat dicapai dalam waktu yang lebih singkat
27
3. Metode pembelajaran ini dapat melatih siswa untuk lebih aktif dalam berbicara dan berpendapat.
Kelemahan :
Dalam penerapannya sering dijumpai beberapa permasalahan yaitu :
1. Siswa yang aktif akan lebih mendominasi diskusi, dan cenderung mengontrol jalannya diskusi.
Untuk mengantisipasi masalah ini guru harus benar-benar memperhatikan jalannya diskusi. Guru
harus menekankan agar para anggota kelompok menyimak terlebih dahulu penjelasan dari tenaga ahli.
Kemudian baru mengajukan pertanyaan apabila tidak mengerti.
2. Siswa yang memiliki kemampuan membaca dan berfpikir rendah akan mengalami kesulitan untuk
menjelaskan materi apabila ditunjuk sebagai tenaga ahli. Untuk mengantisipasi hal ini guru harus
memilih tenaga ahli secara tepat, kemudian memonitor kinerja mereka dalam menjelaskan materi,
agar materi dapat tersampaikan secara akurat.
3. Siswa yang cerdas cenderung merasa bosan.
Untuk mengantisipasi hal ini guru harus pandai menciptakan suasana kelas yang menggairahkan agar
siswa yang cerdas tertantang untuk mengikuti jalannya diskusi.
4. Siswa yang tidak terbiasa berkompetisi akan kesulitan untuk mengikuti proses pembelajaran.
8. Model pembelajaran BERBASIS MASALAH (PROBLEM BASED INTRODUCTION)
a. Pengertian
Menurut Suherman (2003: 7)
Model pembelajaran dimaksudkan sebagai pola interaksi siswa dengan guru di dalam kelas yang
menyangkut strategi, pendekatan, metode, dan teknik pembelajaran yang diterapkan dalam
pelaksanaan kegiatan belajar mengajar di kelas. Konsep yang dikemukakan Suherman menjelaskan
bahwa model pembelajaran adalah suatu bentuk bagaimana interaksi yang tercipta antara guru dan
siswa berhubungan dengan strategi, pendekatan, metode, dan teknik pembelajaran yang digunkan
dalam proses pembelajaran.
Kriteria Pemilihan Bahan Pembelajaran Berbasis Masalah
1. Bahan pelajaran harus mengandung isu-isu yang mengandung konflik yang bisa bersumber dari
berita,rekaman,video dan lain sebagainya.
28
2. Bahan yang dipilih adalah bahan yang bersifat familiar dengan siswa,sehingga setiap siswa dapat
mengikutinya dengan baik.
3. Bahan yang dipilih merupakan bahan yang berhubungan dengan kepentingan orang
banyak,sehingga terasa manfaatnya.
4. Bahan yang dipilih adalah bahan yang mendukung tujuan atau kompetensi yang harus dimiliki oleh
siswa sesuai dengan kurikulum yang berlaku.
5. Bahan yang dipilih sesuai dengan minat siswa sehingga setiap siswa merasa perlu untuk
mempelajarinya.
b. Langkah-langkah Pembelajaran Berbasis Masalah
Berikut langkah-langkah PBM.
1. Guru memulai sesi awal PBM dengan presentasi permasalahan yang akan dihadapi oleh siswa.
2. Siswa terstimulus untuk berusaha menyelesaikan permasalahan di lapangan.
3. Siswa mengorganisasikan apa yang telah mereka pahami tentang permasalahan dan mencoba
mengidentifikasi hal-hal terkait.
4. Siswa berdiskusi dengan mengajukan pertanyaan tentang hal-hal yang tidak mereka pahami.
5. Guru mendampingi siswa untuk fokus terhadap pertanyaan yang dianggap penting.
6. Setelah periode self-study, sesi kedua dilakukan.
7. Pada awal sesi ini siswa diharapkan dapat membagi pengetahuan baru yang mereka peroleh.
8. Siswa menguji validitas dari pendekatan awal dan menyaringnya.
9. Siswa berlatih mentransfer pengetahuan dalam konteks nyata melalui pelaporan di kelas.
Dalam penyelidikan suatu masalah, hal-hal yang perlu diperhatikan adalah sebagai berikut.
1. Membaca dan menganalisis skenario dan situasi masalah.
2. Daftar hipotesis, ide, atau firasat
3. Daftar apa yang dikenal.4. Mengembangkan sebuah pernyataan masalah.
5. Daftar apa yang dibutuhkan.
6. Daftar tindakan yang mungkin.
7. Mengumpulkan dan Menganalisis informasi.
8. Menyajikan temuan-temuannya.
c. Kelebihan dan Kekurangan Metode Pembelajaran Berbasis Masalah dalam Pemanfaatannya
Kelebihan :
1. Mengembangkan pemikiran kritis dan keterampilan kreatif
2. Meningkatkan kemampuan memecahkan masalah
3. Meningkatkan motivasi siswa dalam belajar
29
4. Membantu siswa belajar untuk mentransfer pengetahuan dengan situasi baru
5. Dapat mendorong siswa/mahasiswa mempunyai inisiatif untuk belajar secara mandiri
6. Mendorong kreativitas siswa dalam pengungkapan penyelidikan masalah yang telah ia lakukan
7. Dengan PBM akan terjadi pembelajaran bermakna.
8. Dalam situasi PBM, siswa/mahasiswa mengintegrasikan pengetahuan dan ketrampilan secara
simultan dan mengaplikasikannya dalam konteks yang relevan.
9. PBM dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis, menumbuhkan inisiatif siswa/mahasiswa
dalam bekerja, motivasi internal untuk belajar, dan dapat mengembangkan hubungan interpersonal
dalam bekerja kelompok.
Kekurangan :
1. Kurang terbiasanya peserta didik dan pengajar dengan metode ini. Peserta didik dan pengajar masih
terbawa kebiasaan metode konvensional, pemberian materi terjadi secara satu arah.
2. Kurangnya waktu pembelajaran. Proses PBM terkadang membutuhkan waktu yang lebih banyak.
Peserta didik terkadang memerlukan waktu untuk menghadapi persoalan yang diberikan. Sementara,
waktu pelaksanaan PBM harus disesuaikan dengan beban kurikulum.
3. Menurut Fincham et al. (1997), “PBL tidak menghadirkan kurikulum baru tetapi lebih pada
kurikulum yang sama melalui metode pengajaran yang berbeda,” (hal. 419).
4. Siswa tidak dapat benar-benar tahu apa yang mungkin penting bagi mereka untuk belajar, terutama
di daerah yang mereka tidak memiliki pengalaman sebelumnya.
5. Seorang guru mengadopsi pendekatan PBL mungkin tidak dapat untuk menutup sebagai bahan
sebanyak kursus kuliah berbasis konvensional. PBL bisa sangat menantang untuk melaksanakan,
karena membutuhkan banyak perencanaan dan kerja keras bagi guru. Ini bisa sulit pada awalnya bagi
guru untuk “melepaskan kontrol” dan menjadi fasilitator, mendorong siswa untuk mengajukan
pertanyaan yang tepat daripada menyerahkan mereka solusi
9. MODEL pembelajaran MIND MAPPING
a. Pengertian
Mind mapping merupakan cara untuk menempatkan informasi ke dalam otak dan mengambilnya
kembali ke luar otak. Bentuk mind mapping seperti peta sebuah jalan di kota yang mempunyai banyak
cabang. Mind mapping bisa disebut sebuah peta rute yang digunakan ingatan, membuat kita bisa
menyusun fakta dan fikiran sedemikian rupa sehingga cara kerja otak kita yang alami akan dilibatkan
sejak awal sehingga mengingat informasi akan lebih mudah dan bisa diandalkan daripada
menggunakan teknik mencatat biasa. Mind mapping merupakan tehnik penyusunan catatan demi
membantu siswa menggunakan seluruh potensi otak agar optimum. Caranya, menggabungkan kerja
otak bagian kiri dan kanan. Dengan metode mind mapping siswa dapat meningkatkan daya ingat
hingga 78%.
30
Model pembelajaran Mind Mapping sangat baik digunakan untuk pengetahuan awal siswa atau untuk
menemukan alternatif jawaban. Dipergunakan dalam kerja kelompok secara berpasangan ( 2 orang ).
b. Langkah-langkah pembelajarannya :
1. Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai.
2. Guru menyajikan materi sebagaimana biasa.
3. Untuk mengetahui daya serap siswa, bentuklah kelompok berpasangan dua orang.
4. Menugaskan salah satu siswa dari pasangan itu menceritakan materi yang baru diterima dari
guru dan pasangannya mendengar sambil membuat catatan-catatan kecil, kemudian berganti peran.
Begitu juga kelompok lainnya.
5. Menugaskan siswa secara bergiliran/diacak menyampaikan hasil wawancaranya dengan teman
pasangannya. Sampai sebagian siswa sudah menyampaikan hasil wawancaranya.
6. Guru mengulangi/menjelaskan kembali materi yang kiranya belum dipahami siswa.
7. Kesimpulan/penutup.
c. Kelebihan dan Kekurangan mind mapping
Kelebihan :
a. Cara ini cepat
b. Teknik dapat digunakan untuk mengorganisasikan ide-ide yang muncul dikepala anda
c. Proses mengganbar diagram bisa memunculkan ide-ide yang lain.
d. Diagram yang sudah terbentuk bisa menjadi panduan untuk menulis.
Kekurangan:
a. Hanya siswa yang aktif yang terlibat
b. Tidak sepenuhnya murid yang belajar
c. Jumlah detail informasi tidak dapat dimasukkan
10. Metode MAKE A MATCH
a. Pengertian
31
Guna meningkatkan partisipasi dan keaktifan siswa dalam kelas, guru menerapkan metode
pembelajaran make a match. Metode make a match atau mencari pasangan merupakan salah satu
alternatif yang dapat diterapkan kepada siswa. Penerapan metode ini dimulai dari teknik yaitu siswa
disuruh mencari pasangan kartu yang merupakan jawaban/soal sebelum batas waktunya, siswa yang
dapat mencocokkan kartunya diberi poin.
b. Langkah-langkah penerapan metode make a match sebagai berikut:
1.Guru menyiapkan beberapa kartu yang berisi beberapa konsep atau topik yang cocok untuk sesi
review, satu bagian kartu soal dan bagian lainnya kartu jawaban.
2. Setiap siswa mendapatkan sebuah kartu yang bertuliskan soal/jawaban.
3. Tiap siswa memikirkan jawaban/soal dari kartu yang dipegang.
4. Setiap siswa mencari pasangan kartu yang cocok dengan kartunya. Misalnya: pemegang kartu yang
bertuliskan bela negara akan berpasangan dengan kartu yang bertuliskan soal “sikap dan perilaku
warga negara yang dijiwai oleh kecintaannya kepada negara dalam menjamin kelangsungan hidup
bangsa dan negara” .
5. Setiap siswa yang dapat mencocokkan kartunya sebelum batas waktu diberi poin.
6. Jika siswa tidak dapat mencocokkan kartunya dengan kartu temannya (tidak dapat menemukan
kartu soal atau kartu jawaban) akan mendapatkan hukuman, yang telah disepakati bersama.
7. Setelah satu babak, kartu dikocok lagi agar tiap siswa mendapat kartu yang berbeda dari
sebelumnya, demikian seterusnya.
8. Siswa juga bisa bergabung dengan 2 atau 3 siswa lainnya yang memegang kartu yang cocok.
9. Guru bersama-sama dengan siswa membuat kesimpulan terhadap materi pelajaran.
Pada penerapan metode make a match, diperoleh beberapa temuan bahwa metode make a match dapat
memupuk kerja sama siswa dalam menjawab pertanyaan dengan mencocokkan kartu yang yang ada di
tangan mereka, proses pembelajaran lebih menarik dan nampak sebagian besar siswa lebih antusias
mengikuti proses pembelajaran, dan keaktifan siswa tampak sekali pada saat siswa mencari pasangan
kartunya masing-masing. Hal ini merupakan suatu ciri dari pembelajaran kooperatif seperti yang
dikemukan oleh Lie (2002:30) bahwa, “Pembelajaran kooperatif ialah pembelajaran yang
menitikberatkan pada gotong royong dan kerja sama kelompok.”
c. Kelebihan dan kekurangan
Kelebihan :
1. Mampu menciptakan suasana belajar aktif dan menyenangkan
2. Materi pembelajaran yang disampaikan lebih menarik perhatian siswa
3. Mampu meningkatkan hasil belajar siswa mencapai taraf ketuntasan belajar secara klasikal
87,50% .
4. Suasana kegembiraan akan tumbuh dalam proses pembelajaran (Let them move)
32
5. Kerjasama antar sesama siswa terwujud dengan dinamis.
6. Munculnya dinamika gotong royong yang merata di seluruh siswa.
Kelemahan :
1. Diperlukan bimbingan dari guru untuk melakukan kegiatan
2. Waktu yang tersedia perlu dibatasi jangan sampai siswa terlalu banyak bermain-main dalam proses
pembelajaran.
3. Guru perlu persiapan bahan dan alat yang memadai.
4. Pada kelas yang gemuk (<30 siswa/kelas) jika kurang bijaksana maka yang muncul adalah suasana
seperti pasar dengan keramaian yang tidak terkendali. Tentu saja kondisi ini akan mengganggu
ketenangan belajar kelas di kiri kanannya. Apalagi jika gedung kelas tidak kedap suara. Tetapi hal ini
bisa diantisipasi dengan menyepakati beberapa komitmen ketertiban dengan siswa sebelum
‘pertunjukan’ dimulai. Pada dasarnya menendalikan kelas itu tergantung bagaimana kita
memotivasinya pada langkah pembukaan.
11. Model pembelajaran Tipe Think Pair Share (TPS)
a. Pengertian
Strategi think pair share ini berkembang dari penelitian belajar kooperatif dan waktu tunggu.
Pertama kali dikembangkan oleh Frang Lyman dan Koleganya di universitas Maryland sesuai yang
dikutip Arends (1997),menyatakan bahwa think pair share merupakan suatu cara yang efektif untuk
membuat variasi suasana pola diskusi kelas. Dengan asumsi bahwa semua resitasi atau diskusi
membutuhkan pengaturan untuk mengendalikan kelas secara keseluruhan, dan prosedur yang
digunakan dalam think pair share dapat memberi siswa lebih banyak waktu berpikir, untuk merespon
dan saling membantu. Guru memperkirakan hanya melengkapi penyajian singkat atau siswa membaca
tugas, atau situasi yang menjadi tanda tanya . Sekarang guru menginginkan siswa mempertimbangkan
lebih banyak apa yang telah dijelaskan dan dialami .Guru memilih menggunakan think-pair-share
untuk membandingkan tanya jawab kelompok keseluruhan.
b. Langkah-langkah
Langkah-langkah model pembelajaran Think Pair and Share adalah sebagai berikut :
1. Guru menyampaikan inti materi dan kompetensi yang ingin dicapai.
2. Siswa diminta untuk berfikir tentang materi/permasalahan yang disampaikan guru.
3. Siswa diminta berpasangan dengan teman sebelahnya (kelompok 2 orang) dan
33
mengutarakan hasil pemikiran masing-masing.
4. Guru memimpin pleno kecil diskusi, tiap kelompok mengemukakan hasil diskusinya.
5. Berawal dari kegiatan tersebut, Guru mengarahkan pembicaraan pada pokok permasalahan
dan menambah materi yang belum diungkapkan para siswa.
c. Kelebihan dan Kekurangan :
Kelebihan :
1. Memberi siswa waktu lebih banyak untuk berfikir, menjawab, dan saling membantu satu sama
lain.
2. Meningkatkan partisipasi akan cocok untuk tugas sederhana.
3. Lebih banyak kesempatan untuk konstribusi masing-masing anggota kelompok.
4. Interaksi lebih mudah.
5. Lebih mudah dan cepat membentuk kelompoknya, dst
Kelemahan :
1. Membutuhkan koordinasi secara bersamaan dari berbagai aktivitas.
2. Membutuhkan perhatian khusus dalam penggunaan ruangan kelas.
3. Peralihan dari seluruh kelas ke kelompok kecil dapat menyita waktu pengajaran yang berharga.
Untuk itu guru harus dapat membuat perencanaan yang seksama sehingga dapat meminimalkan
jumlah waktu yang terbuang.
4. Banyak kelompok yang melapor dan perlu dimonitor.
5. Lebih sedikit ide yang muncul, dst
12. Model pembelajaran DEBAT
a. Pengertian
Debat adalah kegiatan adu argumentasi antara dua pihak atau lebih, baik secara perorangan
maupun kelompok, dalam mendiskusikan dan memutuskan masalah dan perbedaan. Secara formal,
debat banyak dilakukan dalam institusi legislatif seperti parlemen, terutama di negara-negara yang
menggunakan sistem oposisi. Dalam hal ini, debat dilakukan menuruti aturan-aturan yang jelas dan
hasil dari debat dapat dihasilkan melalui voting atau keputusan juri.
34
b. Langkah Langkah model pembelajaran Debat :
1.Guru membagi dua kelompok peserta debat yang satu pro dan yang lainnya kontra
2. Guru memberikan tugas untuk membaca materi yang akan didebatkan oleh kedua kelompok diatas
3. Setelah selesai membaca materi guru mrnunjuk salah satu anggota kelompok pro untuk berbicara,
saat itu ditanggapi atau dibantah oleh kelompok kontra. Demikian seterusnya sampai sebagian besar
siswa bisa mengemukakan pendapatnya
4. Sementara siswa menympaikan gagasannya, guru menulis inti/ide-ide darisetiap pembicaraan
dipapan tulis. Sampai sejumlah ide yang diharapkan guru terpenuhi
5. Guru menambahkan konsep atau ide yang belum terungkap
6. Dari data-data yang ada di papan tersebut, guru mengajak siswa membuat kesimpulan atau
rangkuman yang mengacu pada topik yang ingin dicapai.
c. Kelebihan dan kekurangan :
Kelebihan :
1. Memantapkan pemahaman konsep siswa terhadap materi pelajaran yang telah diberikan.
2. Melatih siswa untuk bersikap kritis terhadap semua teori yang telah diberikan.
3. Melatih siswa untuk berani mengemukakan pendapat.
Kekurangan :
1. Ketika menyampaikan pendapat saling berebut
2. Saling adu argument yang tak kunjung selesai bila guru tidak menengahi
3. Siswa yang pandai berargumen akan slalu aktif tapi yang kurang pandai berargumen hanya diam
dan pasif.
13. Model pembelajaran ARTIKULASI
a. Pengertian
Model pembelajaran Artikulasi merupakan model yang prosesnya seperti pesan berantai, artinya
apa yang telah diberikan Guru, seorang siswa wajib meneruskan menjelaskannya pada siswa lain
(pasangan kelompoknya). Di sinilah keunikan model pembelajaran ini. Siswa dituntut untuk bisa
berperan sebagai ‘penerima pesan’ sekaligus berperan sebagai ‘penyampai pesan.’
Model pembelajaran artikulasi merupakan model pembelajaran yang menuntut siswa aktif dalam
pembelajaran dimana siswa dibentuk menjadi kelompok kecil yang masing-masing siswa dalam
kelompok tersebut mempunyai tugas mewawancarai teman kelompoknya tentang materi yang baru
dibahas. Konsep pemahaman sangat diperlukan dalam mode pembelajaran ini.
35
b. Langkah-langkah pembelajaran artikulasi
1.Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai.
2. Guru menyajikan materi sebagaimana biasa.
3. Untuk mengetahui daya serap siswa, bentuklah kelompok berpasangan dua orang.
4. Menugaskan salah satu siswa dari pasangan itu menceritakan materi yang baru diterima dari guru
dan pasangannya mendengar sambil membuat catatan-catatan kecil, kemudian berganti peran. Begitu
juga kelompok lainnya.
5. Menugaskan siswa secara bergiliran/diacak menyampaikan hasil wawancaranya dengan teman
pasangannya sampai sebagian siswa sudah menyampaikan hasil wawancaranya.
6. Guru mengulangi/menjelaskan kembali materi yang sekiranya belum dipahami siswa.
7. Kesimpulan/penutup.
c. Kelemahan dan kelebihan Pembelajaran Artikulasi
Kelemahan:
a. Untuk mata pelajaran tertentu
b. Waktu yang dibutuhkan banyak
c. Materi yang didapat sedikit
d. Banyak kelompok yang melapor dan perlu dimonitor
e. Lebih sedikit ide yang muncul
f. Jika ada perselisihan tidak ada penengah
Kelebihan :
a. Semua siswa terlibat (mendapat peran)
b. Melatih kesiapan siswa
c. Melatih daya serap pemahaman dari orang lain
d. Cocok untuk tugas sederhana
e. Interaksi lebih mudah
f. Lebih mudah dan cepat membentuknya
g. Meningkatkan partisipasi anak
14. Model pembelajaran Role Playing
a. Pengertian
Metode Role Playing adalah suatu cara penguasaan bahan-bahan pelajaran melalui pengembangan
imajinasi dan penghayatan siswa. Pengembangan imajinasi dan penghayatan dilakukan siswa dengan
memerankannya sebagai tokoh hidup atau benda mati. Permainan ini pada umumnya dilakukan lebih
36
dari satu orang, hal itu bergantung kepada apa yang diperankan.
b. Langkah-langkah model pembelajaran role playing
Langkah-langkah model pembelajaran ini adalah: guru menyiapkan scenario pembelajaran, menunjuk
beberapa siswa untuk mempelajari skenario tersebut, pembentukan kelompok siswa, penyampaian
kompetensi, menunjuk siswa untuk melakonkan skenario yang telah dipelajarinya, kelompok siswa
membahas peran yang dilakukan oleh pelakon, presentasi hasil kelompok, bimbingan penyimpulan
dan refleksi.
c. Kelebihan dan kekurangan role playing
Kelebihan :
1) Siswa bebas mengambil keputusan dan berekspresi secara utuh.
2) Permainan merupakan penemuan yang mudah dan dapat digunakan dalam situasi dan waktu yang
berbeda.
3) Guru dapat mengevaluasi pengalaman siswa melalui pengamatan pada waktu melakukan
permainan.
4) Dapat berkesan dengan kuat dan tahan lama dalam ingatan siswa. Disamping merupakan pengaman
yang menyenangkan yang saling untuk dilupakan
5) Sangat menarik bagi siswa, sehingga memungkinkan kelas menjadi dinamis dan penuh antusias
6) Membangkitkan gairah dan semangat optimisme dalam diri siswa serta menumbuhkan rasa
kebersamaan dan kesetiakawanan sosial yang tinggi
7) Dapat menghayati peristiwa yang berlangsung dengan mudah, dan dapat memetik butir-butir
hikmah yang terkandung di dalamnya dengan penghayatan siswa sendiri
8) Dimungkinkan dapat meningkatkan kemampuan profesional siswa, dan dapat menumbuhkan /
membuka kesempatan bagi lapangan kerja
Kelemahan :
1. Metode bermain peranan memelrukan waktu yang relatif panjang/banyak
2. Memerlukan kreativitas dan daya kreasi yang tinggi dari pihak guru maupun murid. Dan ini tidak
semua guru memilikinya
3. Kebanyakan siswa yang ditunjuk sebagai pemeran merasa malu untuk memerlukan suatu adegan
tertentu
4. Apabila pelaksanaan sosiodrama dan bermain pemeran mengalami kegagalan, bukan saja dapat
memberi kesan kurang baik, tetapi sekaligus berarti tujuan pengajaran tidak tercapai
5. Tidak semua materi pelajaran dapat disajikan melalui metode ini
37
15. Model pembelajaran GROUP INVESTIGATION
a. Pengertian
Group Investigationn merupakan salah satu bentuk model pembelajaran kooperatif yang
menekankan pada partisipasi dan aktivitas siswa untuk mencari sendiri materi (informasi) pelajaran
yang akan dipelajari melalui bahan-bahan yang tersedia, misalnya dari buku pelajaran atau siswa
dapat mencari melalui internet. Siswa dilibatkan sejak perencanaan, baik dalam menentukan topik
maupun cara untuk mempelajarinya melalui investigasi. Tipe ini menuntut para siswa untuk memiliki
kemampuan yang baik dalam berkomunikasi maupun dalam keterampilan proses kelompok.
Dalam metode Group Investigation terdapat tiga konsep utama, yaitu: penelitian atau enquiri,
pengetahuan atauknowledge, dan dinamika kelompok atau the dynamic of the learning group, (Udin
S. Winaputra, 2001:75). Penelitian di sini adalah proses dinamika siswa memberikan respon terhadap
masalah dan memecahkan masalah tersebut. Pengetahuan adalah pengalaman belajar yang diperoleh
siswa baik secara langsung maupun tidak langsung. Sedangkan dinamika kelompok menunjukkan
suasana yang menggambarkan sekelompok saling berinteraksi yang melibatkan berbagai ide dan
pendapat serta saling bertukar pengalaman melaui proses saling beragumentasi.
b. Langkah-Langkah dalam Menggunakan Model Group Investigation
1. Seleksi topik
Para siswa memilih berbagai subtopik dalam suatu wilayah masalah umum yang biasanya
digambarkan lebih dulu oleh guru. Para siswa selanjutnya diorganisasikan menjadi kelompok-
kelompok yang berorientasi pada tugas (task oriented groups) yang beranggotakan 2 hingga 6 orang.
Komposisi kelompok heterogen baik dalam jenis kelamin, etnik maupun kemampuan akademik.
2. Merencanakan kerjasama
Para siswa bersama guru merencanakan berbagai prosedur belajar khusus, tugas dan tujuan umum
yang konsisten dengan berbagai topik dan subtopik yang telah dipilih dari langkah 1 diatas.
3. Implementasi
Para siswa melaksanakan rencana yang telah dirumuskan pada langkah b). pembelajaran harus
melibatkan berbagai aktivitas dan keterampilan dengan variasi yang luas dan mendorong para siswa
untuk menggunakan berbagai sumber baik yang terdapat di dalam maupun di luar sekolah. Guru
secara terus-menerus mengikuti kemajuan tiap kelompok dan memberikan bantuan jika diperlukan.
38
4. Analisis dan sintesis
Para siswa menganalisis dan mensintesis berbagai informasi yang diperoleh pada langkah 3 dan
merencanakan agar dapat diringkaskan dalam suatu penyajian yang menarik di depan kelas.
5. Penyajian hasil akhir
Semua kelompok menyajikan suatu presentasi yang menarik dari berbagai topik yang telah dipelajari
agar semua siswa dalam kelas saling terlibat dan mencapai suatu perspektif yang luas mengenai topik
tersebut. Presentasi kelompok dikoordinir oleh guru.
6. Evaluasi
Guru beserta siswa melakukan evaluasi mengenai kontribusi tiap kelompok terhadap pekerjaan kelas
sebagai suatu keseluruhan. Evaluasi dapat mencakup tiap siswa secara individu atau kelompok, atau
keduanya.
1. Tahapan-tahapan Dalam Group Investigation
Enam Tahapan di dalam Pembelajaran Kooperatif dengan Metode Group Investigationdapat dilihat
pada table berikut, (Slavin, 1995) dalam Siti Maesaroh (2005:29-30):
Tahap I
Mengidentifikasi topik dan
membagi siswa ke dalam
kelompok.
Guru memberikan kesempatan bagi siswa untuk memberi
kontribusi apa yang akan mereka selidiki. Kelompok dibentuk
berdasarkan heterogenitas.
Tahap II
Merencanakan tugas.
Kelompok akan membagi sub topik kepada seluruh anggota.
Kemudian membuat perencanaan dari masalah yang akan
diteliti, bagaimana proses dan sumber apa yang akan dipakai.
Tahap III
Membuat penyelidikan.
Siswa mengumpulkan, menganalisis dan mengevaluasi
informasi, membuat kesimpulan dan mengaplikasikan bagian
mereka ke dalam pengetahuan baru dalam mencapai solusi
masalah kelompok.
Tahap IVSetiap kelompok mempersiapkan tugas akhir yang akan
39
Mempersiapkan tugas akhir.
dipresentasikan di depan kelas.
Tahap V
Mempresentasikan tugas akhir.
Siswa mempresentasikan hasil kerjanya. Kelompok lain tetap
mengikuti.
Tahap VI
Soal ulangan mencakup seluruh topik yang telah diselidiki
dan dipresentasikan.
Kelebihan dan Kekurangan :
Kelebihan :
1. Pembelajaran dengan kooperatif model Group Investigation memiliki dampak positif dalam
meningkatkan prestasi belajar siswa.
2. Penerapan metode pembelajaran kooperatif model Group Investigation mempunyai pengaruh
positif, yaitu dapat meningkatkan motivasi belajar siswa.
3. Pembelajaran yang dilakukan membuat suasana saling bekerjasama dan berinteraksi antar
siswa dalam kelompok tanpa memandang latar belakang.
4. Model pembelajaran group investigation melatih siswa untuk memiliki kemampuan yang baik
dalam berkomunikasi dan mengemukakan pendapatnya.
5. Memotivasi dan mendorong siswa agar aktif dalam proses belajar mulai dari tahap pertama
sampai tahap akhir pembelajaran.
Kelemahan :
Model pembelajaran group investigation merupakan model pembelajaran yang kompleks dan sulit
untuk dilaksanakan dalam pembelajaran kooperatif. Kemudian pembelajaran dengan menggunakan
model pembelajaran group investigation juga membutuhkan waktu yang lama.
16. Model Pembelajaran Bertukar Pasangan
40
a. Pengertian
Model pembelajaran Bertukar Pasangan termasuk pembelajaran dengan tingkat mobilitas cukup
tinggi, di mana siswa akan bertukar pasangan dengan pasangan lainnya dan nantinya harus kembali ke
pasangan semula/pertamanya.
Dan model pembelajaran bertukar pasangan ini merupakan salah satu pembelajaran kooperatif yaitu
pembelajaran yang dikembangkan dari teori kontruktivisme karena mengembangkan struktur kognitif
untuk membangun pengetahuan sendiri melalui berpikir rasional (Rustaman et al., 2003: 206).
b. Langkah-langkah pembelajarannya
1. Siswa dibentuk berkelompok secara berpasangan/2 orang (guru bisa menunjuk pasangannya atau
siswa memilih sendiri pasangannya).
2. Guru memberikan tugas dan siswa mengerjakan tugas dengan pasangannya.
3. Setelah selesai setiap pasangan bergabung dengan satu pasangan dari kempok yang lain.
4. Kedua pasangan tersebut bertukar pasangan, kemudian pasangan yang baru ini saling menanyakan
dan mencari kepastian jawaban mereka.
5. Temuan baru yang didapat dari pertukaran pasangan kemudian dibagikan kepada pasangan semula.
6. Kesimpulan.
7. Penutup.
c. Kelebihan dan Kelemahannya
Kelebihan :
1. Setiap siswa termotivasi untuk menguasai materi.
2. Menghilangkan kesenjangan antara yang pintar dengan tidak pintar.
3. Mendorong siswa tampil prima karena membawa nama baik kelompok lamanya
4. Tercipta suasana gembira dalam belajar. Dengan demikian meskipun saat pelajaran menempati jam
terakhir pun,siswa tetap antusias belajar.
Kelemahan :
1. Ada siswa yang takut diintimidasi bila memberi nilai jelek kepada anggotanya (bila kenyataannya
siswa lain kurang kurang mampu menguasai materi)
Solusinya , lembar penilaian tidak diberi nama si penilai.
2. Ada siswa yang mengambil jalan pintas ,dengan meminta tolong pada temannya untuk mencarikan
jawabnya.
Solusinya mengurangi poin pada siswa yang membantu dan dibantu.
Diatas merupakan beberapa metode serta penjelasannya. Selanjutnya ada begitu banyak metode lain
lagi yang dapat digunakan dalam pembelajaran. Diantaranya :
41
Snowball Throwing
Student Facilitator And Explaining
Demonstration Dan Eksperimen
Course Review Horay
Explisit Instruction
Cooperative Integrated Reading And Composition
Inside-Outside-Circle
Cooperative Learning
Word Square
Scramble
Take And Give
Consept Sentences
Complete Sentence
Time Token Arend
Pair Cecks Spencer Kagen
Round Club
Tari Bambu
Dua Tinggal Dua Tamu (Two Stray Two Stray)
Struktural Analitik Sintetik (SAS)
Pembelajaran Otentik
Numbered Head Together
Inquiry
Model Pembelajaran Terpadu
Berbasis Proyek dan Tugas
Pembelajaran Berbasis Jasa dan Layanan (Service Learning), Dst..
42
C. Media
A. Pengertian Media Pembelajaran
Kata media berasal dari bahasa latin medius yang secara harfiah berarti ’tengah’, ’perantara’,
atau ’pengantar’ dan merupakan bentuk jamak dari kata medium yang secara harfiah berarti perantara
atau pengantar. Media adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan dari
pengirim ke penerima sehingga dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian, dan minat serta
perhatian siswa sedemikian rupa sehingga proses belajar terjadi (Sadiman,2002:6).
Secara lebih khusus, pengertian media dalam proses belajar mengajar cenderung diartikan
sebagai alat-alat grafis, photografis, atau elektronik untuk menangkap, memproses, dan menyusun
kembali informasi visual atau verbal. AECT (Association of Education and Communication
Technology, 1977) memberi batasan tentang media sebagai segala bentuk dan saluran yang digunakan
utnuk menyampaikan pesan atau informasi. Disamping sebagai sistem penyampai atau pengantar,
media yang sering diganti dengan kata mediator menurut Fleming (1987 : 234) adalah penyebab atau
alat yang turut campur tangan dalam dua pihak dan mendamaikannya. Dengan istilah mediator, media
menunjukkan fungsi atau perannya, yaitu mengatur hubungan yang efektif antara dua pihak utama
dalam proses belajar, yaitu siswa dan isi pelajaran. Ringkasnya, media adalah alat yang
menyampaikan atau mengantarkan pesan-pesan pengajaran. (Arsyad, 2003 : 3).
definisi tersebut, media pembelajaran memiliki manfaat yang besar dalam memudahkan siswa
mempelajari materi pelajaran. Media pembelajaran yang digunakan harus dapat menarik motivasi dan
minat siswa pada kegiatan belajar mengajar dan lebih merangsang kegiatan belajar siswa.
Selain membangkitkan motivasi dan minat siswa, media pembelajaran juga dapat membantu siswa
meningkatkan pemahaman, menyajikan data dengan menarik dan terpercaya, memudahkan penafsiran
data, dan memadatkan informasi. Sedangkan menurut para pakar bahwa media pembelajaran meliputi
alat yang secara fisik digunakan untuk menyampaikan isi materi pengajaran yang terdiri dari buku,
tape recorder, kaset, video camera, video recorder, film, slide (gambar), foto, gambar, grafik, televisi
dan computer (Gagne dan Briggs: 1975).
43
Jadi, media pembelajaran adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan
(bahan pembelajaran), sehingga dapat merangsang perhatian, minat, pikiran, dan perasaan siswa
dalam kegiatan belajar mengajar untuk mencapai tujuan belajar.
B. Fungsi dan Manfaat Media Pembelajaran
1.Fungsi Media Pembelajaran
Dalam proses pembelajaran, media memiliki fungsi sebagai pembawa informasi dari sumber
(guru) menuju penerima (siswa). Sedangkan metode adalah prosedur untuk membantu siswa dalam
menerima dan mengolah informasi guna mencapai tujuan pembelajaran. Fungsi media pembelajaran,
diantaranya sebagai berikut:
a. Fungsi atensi Media dapat menarik dan mengarahkan perhatian siswa untuk berkonsentrasi pada isi
pelajaran yang berkaitan dengan makna yang ditampilkan dalam materi pelajaran.
b. Fungsi afektif Fungsi media dapat terlihat dari tingkat kenikmatan siswa/mahasiswa ketika proses
belajar mengajar berlangsung.
c. Fungsi kognitif Media dapat mengungkapkan bahwa lambang visual atau gambar memperlancar
pencapaian tujuan untuk memahami dan mengingat informasi atau pesan yang terkandung dalam
gambar.
d. Fungsi kompensatoris Media pembelajaran terlihat dari hasil penelitian konteks untuk memahami
teks, membantu siswa yang lemah dalam membaca, untuk mengorganisasikan informasi dalam teks
dan mengingatnya kembali.
e. Fungsi Psikomotoris Fungsi ini diberikan dengan maksud untuk menggerakkan siswa melakukan
suatu kegiatan, terutama yang berkenaan dengan hafalan-hafalan.
f. Fungsi Evaluasi Fungsi evaluasi dimaksudkan agar segala kegiatan belajar mengajar yang telah
dilaksanaka dapat dilakukan penilaian kemampuan siswa dalam merespon pembelajaran.
2.Manfaat Media Pembelajaran
44
Secara umum manfaat media pembelajaran ialah dapat dikatakan untuk memperlancar
interaksi antara guru dengan siswa sehingga kegiatan belajar mengajar lebih optimal, efektif, dan
efisien baik dari segi teroritis maupun praktikum yang pada akhirnya teraplikasi dalam tindakan.
Sedangkan secara lebih spesifikasi manfaat media pembelajaran yang telah terakumulasi dari
beberapa pendapat pakar adalah :
a. Penyampaian materi pembelajaran dapat diseragamkan. Dengan bantuan media pembelajaran,
penafsiran yang berbeda antar guru dapat dihindari dan dapat mengurangi terjadinya kesenjangan
informasi diantara siswa dimanapun berada.
b. Proses pembelajaran menjadi lebih jelas dan menarik. Media dapat menampilkan informasi melalui
suara, gambar, gerakan dan warna, baik secara alami maupun manipulasi, sehingga membantu guru
untuk menciptakan suasana belajar menjadi lebih hidup, tidak monoton dan tidak membosankan.
c. Proses pembelajaran menjadi lebih interaktif. Dengan media akan terjadinya komukasi dua arah
secara aktif, sedangkan tanpa media guru cenderung bicara satu arah.
d. Efisiensi dalam waktu dan tenaga. Dengan media tujuan belajar akan lebih mudah tercapai secara
maksimal dengan waktu dan tenaga seminimal mungkin. Guru tidak harus menjelaskan materi ajaran
secara berulang-ulang, sebab dengan sekali sajian menggunakan media, siswa akan lebih mudah
memahami pelajaran.
e. Meningkatkan kualitas hasil belajar siswa. Media pembelajaran dapat membantu siswa menyerap
materi belajar lebih mandalam dan utuh
Dilihat dari jenisnya, media terbagi menjadi:
1. Media auditif
Media yang hanyamengandalkan suara saja seperi radio,kaset rekoorder, peringan
hitam.media ini tidak cocok untuk orang tuli atau mempunyai kelainan pendengaran
2. Media visual
Media yang hanya mengandalkan indera penglihatan. Media ini ada yang menampilkan
gambar diam seperti film strip, slides, foto, gambar atau lukisan, dan cetakan. Ada pula yang
menampilkan gambar atau simbol yang bergerak seperti film bisu, dan film kartun.
3. Media audio visual
45
Media yang mempunyai unsur suara dan unsur gambar. Jenis media ini mempunya
kemampuan yang lebih baik karena meliputi kedua jenis media yang pertama dan kedua.
Media ini dibagi dalam:
· Audio visual murni yaitu baik unsur suara maupun unsur gambar derasal dari satu sumberseperti
video kaset
· Audio visual tidak murni yaitu unsur suara dan unsur gambarnya berasal dari sumber yang berbeda.
Misalnya filmbingkai suara yang unsur gambarnya berasal dari slides proyektor dan unsur suaranya
berasal dari tape recorder.
Dilihat dari daya liputnya, media terbagi menjadi
· Media dengan daya liput luas dan serentak.Penggunaan media ini tidak terbatas oleh tempat dan
ruang serta dapat menjangkaujumlah anak didik yang banyak dalam waktu yang sama.seperti radio
dan televisi serta interne
· Media dengan daya liput terbatas oleh ruang dan tempat.media ini dalam penggunaannya
membutuhkan ruang dan tempat yang khusus seperti film sound slides film rangkai, yang harus
menggunakan empat tertutupdan gelap
· Media untuk pembelajaran invidualMedia ini penggunaannya hanya untuk seorang diri.termasuk
media ini adalh modul berprogram dan pengajaran melalui komputer.
Dilihat dari bahan-bahannya, media terbagi menjadi
· Media sederhana.Media ini bahan dasarnya mudah diperoleh dan harganya murah, cara
pembuatannya mudah, danpenggunaannya tidak sulit.
Media kompleks.Media ini adalah media yang bahan dasarnya kompleks sulit didapat serta
mahal harganya, sulit membuatnya, dan penggunaanya memerlukan keterampilan yang memadai.
C. Kelebihan dan kekurangan media pembelajaran
Meskipun dalam penggunaannya jenis-jenis teknologi dan media sangat dibutuhkan guru dan
siswa dalam membantu kegiatan pembelajaran, namun secar`umu terdapat beberapa kelebihan dan
kelemahan dalam penggunaannya. Diantara kelebihan atau kegunaan media pembelajaran yaitu:
· Memperjelas penyajian pesanagar tidak terlalu bersifat verbalistis( dalam bentuk kata-kata,
tertulis atau lisan belaka) Mengatasi perbatasan ruang, waktu dan daya indera, seperti:
a.Objek yang terlalu besar digantikan dengan realitas, gambar, filmbingkai, film atau model
46
b.Obyek yang kecil dibantu dengan proyektor micro, film bingkai, film atau gambar
c.Gerak yang terlalu lambat atau terlalu cepat dapat dibantu dengan tame lapse atau high speed
photografi
d.Kejadian atau peristiwa yang terjadi masa lalu bisa ditampilkan lagi lewat rekaman film,video, film
bingkai, foto maupun secara verbal
e.Obyek yang terlalu kompleks (mesin-mesin) dapat disajikan dengan model, diagram, dll
f.Konsep yang terlalu luas (gunung ber api, gempa bumi, iklim dll) dapat di visualkan dalam bentuk
film,film bingkai, gambar,dll.
· Ada beberapa kelemahan sehubungan dengan gerakan pengajaran visual anatar lain terlalu
menekankan bahan-bahan visualnya sendiri dengan tidak menghirukan kegiatan-kegiatan lain yang
berhubungan dengan desain,pengembangan,produksi, evaluasi, dan pengelolaan bahan-bahan visual.
Disamping itu juga bahan visual dipandang sebagai alat bantu semata bagi guru dalam proses
pembelajaran sehingga keterpaduan antara bahan pelajaran dan alat bantu tersebut diabaikan.
kelemahan audio visual:terlalu menekankan pada penguasaan materi dari pada proses
pengembangannya dan tetap memandang materi audio visual sebagai alat Bantu guru dalam proses
pembelajaran.
47
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan.
Teori belajar adalah suatu teori yang di dalamnya terdapat tata cara pengaplikasian kegiatan
belajar mengajar antara guru dan siswa, perancangan metode pembelajaran yang akan dilaksanakan di
kelas maupun di luar kelas. Namun teori belajar ini tidak-lah semudah yang dikira, dalam prosesnya
teori belajar ini membutuhkan berbagai sumber sarana yang dapat menunjang, seperti : lingkungan
siswa, kondisi psikologi siswa, perbedaan tingkat kecerdasan siswa. Semua unsure ini dapat dijadikan
bahan acuan untuk menciptakan suatu model teori belajar yang dianggap cocok, tidak perlu terpaku
dengan kurikulum yang ada asalkan tujuan dari teori belajar ini sama dengan tujuan pendidikan.
Media pembelajaran merupakan segala sesuatu yang dapat menyalurkan informasi dari sumber
informasi kepada penerima informasi. Jenis media bermacam-macam jika dilihat dari beberapa sudut,
dan masing-masing media tersebut memiliki kelebihan dan kekurangan. Secara umum, manfaat media
dalam proses pembelajaran adalah memperlancar interaksi antara guru dengan siswa sehingga
kegiatan pembelajaran akan lebih efektif dan efisien.
Memilih media hendaknya didasarkan atas kriteria tertentu. Secara umum, kriteria yang harus
dipertimbangkan dalam pemilihan media pembelajaran adalah tujuan, sasaran didik, karakteristik
media yang bersangkutan, waktu, biaya, ketersediaan, konteks penggunaan, serta mutu teknis.
B. Saran.
o Guru sebagai ujung tombak pelaksana pendidikan terdepan dituntut untuk terus
mengembangkan pengetahuan, kemampuan serta keterampilannya. Oleh karena itu disaran
kepada semua yang berhubungan dengan dunia pendidikan dan khususnya guru atau calon
guru dapat membaca dan memahami Teori-teori pembelajaran.
48
o Para guru atau calon guru diharapkan memperhatikan metode-metode tertentu dalam proses
pembelajaran yang sesuai. Agar tidak menimbulkan kebosanan bagi siswa.
o Diharapkan kepada para pendidik untuk lebih memperhatikan penggunaan media yang cocok
dalam proses pembelajaran, sehingga peserta didik lebih mudah memahami materi yang
disampaikan.
DAFTAR PUSTAKA
Dale, E. 1969. Audiovisual Method in Teaching. New Yore: Dyden Press.
Djamarah, Syaiful Bahri dan Aswan Zain. 2006. Strategi belajar Mengajar. Jakarta : PT. Rineka Cipta.
Heinich, R., et. al. 1996. Instructional Media and Technologies for Learning. New Jersey: Prentice
Hall, Englewood Cliffs.
Sanjaya, Wina. 2006. Strategi Pembelajaran. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
https://teguhtdodo.wordpress.com/2014/08/02/41-macam-model-metode-pembelajaran-efektif/
http://biologi-lestari.blogspot.com/2013/03/teori-teori-belajar-dan-pembelajaran.html
http://www.slideshare.net/suediahmad/pemanfaatan-media-pembelajaran.html
49