makalah.docx

18
BAB I PENDAHULUAN 1.1LatarBelakang Indonesia merupakan daerah tropis yang sesuai untuk perkembangan berbagaimacam jenis parasite misalnya cacing. Hingga saat ini kasus kecacingan pada manusia di Indonesia masih cukup tinggi. Salah satu kelompok cacing usus yang prevalensinya masih cukup tinggi adalah Soil Transmitted Helminth. Termasuk dalam kelompok ini adalah Ascaris lumbricoides, Trichuris trichiura, Strongy loidesstercoralis, Ancylostoma duodenaledan Necatoramericanus. Soil Transmitted Helmith pada hewan yang dapat menimbulkan penyakit pada manusia adalah Ancylostomabraziliensis, Ancylostomacaninum yang dapat menyebabkan cutaneus larva migrans. Cutaneus Larva Migran (CLM) adalah penyakit infeksi kulit parasit yang sudah dikenal sejak tahun 1874. Awalnya ditemukan pada daerah – daerah tropical dan subtropical beriklim hangat, saat ini karena kemudahan transportasi keseluruh bagian dunia, penyakit ini tidak lagi dikhususkan pada daerah – daerah tersebut. Creeping itch atau rasa gatal yang menjalar, merupakan karakteristik utama dari Cutaneus Larva Migrans.

Upload: lita-muliawati

Post on 26-Dec-2015

34 views

Category:

Documents


12 download

TRANSCRIPT

Page 1: Makalah.docx

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LatarBelakang

Indonesia merupakan daerah tropis yang sesuai untuk perkembangan

berbagaimacam jenis parasite misalnya cacing. Hingga saat ini kasus kecacingan pada

manusia di Indonesia masih cukup tinggi. Salah satu kelompok cacing usus yang

prevalensinya masih cukup tinggi adalah Soil Transmitted Helminth. Termasuk dalam

kelompok ini adalah Ascaris lumbricoides, Trichuris trichiura, Strongy loidesstercoralis,

Ancylostoma duodenaledan Necatoramericanus.

Soil Transmitted Helmith pada hewan yang dapat menimbulkan penyakit pada

manusia adalah Ancylostomabraziliensis, Ancylostomacaninum yang dapat menyebabkan

cutaneus larva migrans.

Cutaneus Larva Migran (CLM) adalah penyakit infeksi kulit parasit yang sudah

dikenal sejak tahun 1874. Awalnya ditemukan pada daerah – daerah tropical dan

subtropical beriklim hangat, saat ini karena kemudahan transportasi keseluruh bagian

dunia, penyakit ini tidak lagi dikhususkan pada daerah – daerah tersebut. Creeping itch

atau rasa gatal yang menjalar, merupakan karakteristik utama dari Cutaneus Larva

Migrans.

Faktor resiko utama bagi penyakit ini adalah kontak dengan tanah lembab atau

berpasir, yang telah terkontaminasi dengan feces anjing atau kucing. Penyakit ini lebih

sering dijumpai pada anak – anak dibandingkan pada orang dewasa. Pada orang dewasa,

factor resikonyaadalahpadatukangkebun, petani, dan orang – orang

denganhobiatauaktivitas yang berhubungandengantanahlembabdanberpasir.

Cutaneus Larva Migrans dapat diterapi dengan beberapa cara yang berbeda, yaitu:

terapi sistemik (oral) atau terapi topikal. Berdasarkan beberapa penelitian yang ada terapi

sistemik merupakan terapi yang terbaik karena tingkat keberhasilannya lebih baik dari

pada terapi topical.

Page 2: Makalah.docx

1.2 Tujuan

Untuk mengetahui secara umum mengenaidefinisi, etiologi dan fisiologi anatomi,

patofisiologi dan patogenesis, manifestasi klinis, penegakan diagnosis, penatalaksanaan

serta prognosis dari Cutaneus Larva Migrans.

1.3 Manfaat

Bagi mahasiswa kedokteran nantinya bias mengaplikasikan ilmu tersebut atau

penerapannya dalam tindakan medis pada pasien yang mengalami Cutaneus Larva

Migrans dengan baik dan benar.

Page 3: Makalah.docx

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi

Kelainan kulit yang merupakan peradangan berbentuk linear atau berkelok – kelok,

menimbul dan progresif, disebabkan oleh invasi larva cacing tambang yang berasal dari

anjing dan kucing.

Sinonim :

Cutaneous larva migrans, creeping eruption, dermatosis linearis migrans,

sandworm disease (di Amerika Selatan larva sering ditemukan ditanah pasir atau di

pantai), strongyloidiasis (creeping eruption pada punggung).

2.2 Etiologi

Etiologi umum dan di mana parasite dari kulit larva migrans (CLM) yang paling sering

ditemukan adalah sebagaiberikut:

1. Braziliense Ancylostoma (cacing tambang dan domestic anjing liar dan

kucing) adalah penyebab paling umum. Hal ini dapat ditemukan di

Page 4: Makalah.docx

Amerika Serikat tengah dan selatan, Amerika Tengah, Amerika Selatan,

danKaribia.

2. Ancylostomacaninum (cacing tambang anjing) ditemukan di Australia.

3. Uncinariastenocephala (cacing tambang anjing) ditemukan di Eropa.

4. Bunostomumphlebotomum (ternak cacing tambang)

Etiologi langka meliputi:

1. Ancylostomaceylonicum

2. Ancylostomatubaeforme (cacing tambang kucing)

3. Necatoramericanus (cacing tambang manusia)

4. Strongyloidespapillosus (parasitdomba, kambing, dansapi)

5. Strongyloideswesteri (parasite kuda)

6. Ancylostomaduodenale

7. Pelodera (Rhabditis) strongyloides

2.3 Epidemologi

Creeping eruption ditemukan di seluruh dunia tapi paling sering terjadi di daerah dengan

iklim tropis atau subtropis yang hangat dan lembab, misalnya di Afrika, Amerika Selatan

dan Barat, terutama Amerika Serikat bagian tenggara, Karibia, Afrika, Amerika Selatan,

Amerika Pusat, India, dan Asia Tenggara, di Indonesia pun banyak dijumpai. Infestasi lebih sering

ditemukan saat ini karena tingginya mobilitas dan tamasya.

Dilaporkan adanya outbreak insiden CLM di perkemahan anak-anak di Miami,

Florida pada tahun 2006. Dilaporkan 22 orang (33,7%) terdiri dari anak-anak dan

dewasa, menderita CLM setelah 2,5 minggu berada di perkemahan. Dari analisa

didapatkan 22 orang tersebut berain dikotak pasir selama minimal 1 jam per hari,

berjemur matahari 1 jam per hari, 17 dari 22 orang yang terkena ternyata tidak

mengenakan sandal pada saat bermain pasir. Banyak yang mengakui adanya kucing yang

bekeliaran dalam jumlah cukup banyak di sekitar perkemahan. Cara infeksi melalui

kontak kulit dengan larva infektif pada tanah. Orang dari berbagai jenis umur, seksa dan

ras bias terinfeksi jika terpajan larva. Grup yang beresiko adalah mereka yang pekerjaan

Page 5: Makalah.docx

atau hobinya berkontak dengan tanah berpasir yang lembab dan hangat antara lain

sebagai berikut:

1. Orang yang tidak memakai alas kaki di pantai

2. Anak-anak yang bermainpasir

3. Petani

4. Tukang kebun

5. Pembersih septic tank

6. Pemburu

7. Tukang kayu

8. Penyemprot serangga

2.4 Patogenesis

Penyebab utama adalah larva yang berasal dari cacing tambang binatang anjing dan

kucing, yaituAncylostoma braziliense dan Ancylostoma caninum. Selain itu dapat pula

disebabkan oleh larva dari beberapa jenis lalat, seperti Castrophillus (the horse bot fly)

dan cattle fly. Biasanya larva ini merupakan stadium ketiga siklus hidup. Nematoda hidup

pada hospes (anjing, kucing atau babi), ovum terdapat pada kotoran binatang dan karena

kelembapan berubah menjadi larva yang mempu mengadakan penetrasi kekulit. Larva ini

tinggal di kulit berjalan – jalan tanpa tujuan sepanjang dermo – epidermal, setelah

beberapa jam atau hari, akan timbul gejala di kulit.

Reaksi yang timbul pada kulit, bukan diakibatkan oleh parasit, tetapi disebabkan

oleh reaksi inflammasi dan alergi oleh sistem immun terhadap larva dan produknya. Pada

hewan, Larva ini mampu menembus dermis dan melengkapi siklus hidupnya dengan

berkembang biak di organ dalam. Sedangkan pada manusia, larva memasuki kulit melalui

folikel, fissura atau menembus kulit utuh menggunakan enzim protease, tapi infeksi nya

hanya terbatas pada epidermis karena tidak memiliki enzym collagenase yang dibutuhkan

untuk penetrasi kebagian kulit yang lebih dalam.

2.5 Gejala Klinis

Masuknya larva ke kulit biasanya disertai rasa gatal dan panas4. Mula –mula, pada point

of entry, akan timbul papul, kemudian diikuti oleh bentuk yang khas, yakni lesi berbentuk

Page 6: Makalah.docx

linear atau berkelok – kelok (snakelike appearance – bentuk seperti ular) yang terasa

sangat gatal, menimbul dengan lebar 2 – 3 mm, panjang 3 – 4 cm dari point of entry, dan

berwarna kemerahan. Adanya lesi papul yang eritematosa ini menunjukkan larva tersebut

telah berada dikulit selama beberapa jam atau hari. Rasa gatal dapat timbul paling cepat

30 menit setelah infeksi, meskipun pernah dilaporkan late onset dari CLM.

Perkembangan selanjutnya papul merah ini menjalar seperti benang berkelok-

kelok, polisiklik, serpiginosa, menimbul dan membentuk terowongan (burrow), mencapai

panjang beberapa sentimeter dan bertambah panjang beberapa milimeter atau beberapa

sentimeter setiap harinya. Umumnya pasien hanya memiliki satu atau tiga lintasan

dengan panjang 2 – 5 cm. Rasa gatal biasanya lebih hebat pada malam hari, sehingga

pasien sulit tidur. Rasa gatal ini juga dapat berlanjut, meskipun larva telah mati.

Terowongan yang sudah lama, akan mengering dan menjadi krusta, dan bila

pasien sering menggaruk, dapat menimbulkan iritasi yang rentan terhadap infeksi

sekunder. Larva nematoda dapat ditemukan terperangkap dalam kanal folikular, stratum

korneum atau dermis.Tempat predileksi adalah di tempat – tempat yang kontak langsung

dengan tanah, baik saat beraktivitas, duduk, ataupun berbaring, seperti di tungkai, plantar,

tangan, anus, bokong dan paha juga di bagian tubuh di mana saja yang sering berkontak

dengan tempat larva berada.

Gambar 1. Pasien yang berjemur telanjang di sebuah pantai di Martinique disajikan dengan

klasik, erythematous, saluran serpiginosa di tumit kiri.

Page 7: Makalah.docx

Gambar 2. Larva migrans kulit di jempol kanan.

Gambar 3. Larva migrans kulit di paha kiri.

Page 8: Makalah.docx

2.6 Diagnosis

Anamnesis

Masuknya larva ke kulit biasanya disertai dengan rasa gatal dan panas pada kulit

yang terkena. Rasa gatal biasanya lebih hebat pada malam hari. Predileksi tersering

berada di daerah siku,tangan, bokong dan kaki, lokasi tubuh yang paling sering kontak

dengan tanah. Jarang ditemukan pada wajah. Biasanya ada riwayat kontak dengan tanah

secara langsung.

Pemeriksaan Fisis

Pada pemeriksaan fisik ditemukan kelainan kulit berupa papul pada awalnya,

kemudian di ikuti bentuk yang khas yaitu berbentuk linier atau berkelok-kelok, menimbul

degan diameter 2-3 mm, dan berwarnakemerahan, selanjunya membentuk terowongan

(burrow) mencapai panjang beberapa cm. Tempat predileksi di tungkai, telapak kaki,

tangan anus, bokong dan paha atau bagian tubuh yang kontak dengan tempat larva

berada.

2.7 Diagnosis Banding

Scabies

Scabies adalah penyakit kulit yang disebabkan oleh infestasi dan sensitasi

terhadap sarcoptes scabiei var. hominis dan produknya. Cara penularan bisa melalui

kontak langsung (kontak dengan kulit), misalnya berjabat tangan, tidur bersama dan

hubungan seksual. Dan melalui kontak tidak langsung (melalui benda), misalnya pakaian,

handuk, sprei, bantal dan lain-lain.

Scabies memiliki gejala klinis seperti pruritus nocturnal, adanya terowongan

(kunikulus) pada tempat-tempat predileksi yang berwarna putih atau keabu-abuan,

berbentuk garis lurus atau berkelok, rata-rata panjang 1 cm, pada ujung terowongan

ditemukan papul atau vesikel. Menemukan tungau, merupakan hal yang paling

diagnostik. Dapat ditemukan satu atau lebih stadium hidup tungau ini. Penyakit ini

menyerang manusia secara berkelompok, misalnya dalam sebuah keluarga biasanya

seluruh anggota keluarga terkena infeksi. Dengan melihat adanya terowongan harus

Page 9: Makalah.docx

dibedakan dengan scabies. Pada scabies terowongan yang terbentuk tidak akan sepanjang

seperti pada creeping eruption.

Herpes Zoster

Bila invasi larva yang multiple timbul serentak papul-papul lesi dini sering

menyerupai herpes zoster stadium permulaan. Herpes zoster adalah penyakit yang yang

disebabkan infeksi virus varisela zoster yang menyerang kulit dan mukosa. Infeksi ini

merupakan reaktivasi virus yang terjadi setelah reaksi primer. Kadang-kadang infeksi

primer berlangsung subklinis. Frekuensi pada pria dan wanita sama, lebih sering

mengenai usia dewasa.

Daerah yang sering terkena adalah daerah torakal. Terdapat gejala prodromal

sistemik seperti demam, pusing, malaise. Sedangkan gejala lokal nyeri otot-tulang, gatal,

pegal dan sebagainya. Disamping gejala kulit berupa papul yang timbul serentak

dijumpai pembesaran kelenjar getah bening regional. Lokalisasi unilateral dan bersifat

dermatomal sesuai tempat persarafan.

Insect bite

Insect bite merupakan kelainan kulit yang disebabkan oleh gigitan dari hewan.

Kelainan kulit disebabkan oleh masuknya zat farmakologis aktif dan sensitasi antigen

dari hewan tersebut. Dalam beberapa benit akan muncul papul persisten yang seringkali

disertai central hemmoragic punctum. Reaksi bullosa sering terjadi pada kaki anak-anak.

Pada permulaan timbulnya creeping eruption akan ditemukan papul yang menyerupai

insect bite.

Tinea Corporis

Tinea corporis merupakan infeksi jamur golongan dermatofita (berbagai spesies

Trichophyton, Microsporum, dan Epidermophyton) pada badan, tungkai dan lengan dan

mempunyai gambaran morfologi yang khas. Pasien merasa gatal dan kelainan umumnya

berbentuk bulat, berbatas tegas, terdiri atas macam-macam effloresensi kulit (polimorf)

dengan bagian tepi lesi lebih jelas tanda peradangannya dari pada bagian tengah.

Beberapa lesi dapat bergabung dan membentuk gambaran polisiklik. Lesi dapat meluas

dan member gambaran yang tidak khas terutama pada pasien imunodefisiensi.

Page 10: Makalah.docx

2.8 Prognosis

Penyakit ini dapat sembuh sendiri setelah beberapa minggu atau beberapa bulan.

Pengobatan dimaksudkan untuk mempercepat penyembuhan dan mengurangi rasa

ketidaknyamanan pasien. Umumnya pengobatan selalu memberikan hasil yang baik.

2.9 Mortalitas

Mortalitas karena penyakit ini belum pernah dilaporkan. Kebanyakan kasus larva migran

sembuh sendiri dengan atau tanpa pengobatan, dan tanpa diikuti efek samping jangka

panjang apapun.

2.10 Morbiditas

Morbiditas dikaitkan dengan pruritus hebat dan kemungkinan infeksi bakterial sekunder.

Sangat jarang sekali, dapat terjadi migrasi ke jaringan dalam, seperti ke paru dan usus,

yang dapat menyebabkan pneumonitis (Loeffler’s Syndrome), enteritis, myositis (nyeri

otot).

Di Amerika serikat, telah dilakukan de-worming atau pemberantasan cacing

pada anjing dan kucing, dan terbukti mengurangi secara signifikan insiden penyakit ini5.

Larva cacing umumnya menginfeksi tubuh melalui kulit kaki yang tidak terlindungi,

karena itu penting sekali memakai alas kaki, dan menghindari kontak langsung bagian

tubuh manapun dengan tanah.

2.11 Penatalaksanaan

Modalitas topikal seperti spray etilklorida, nitrogen cair, fenol, CO2 snow, piperazine

citrate, dan elektrokauter umumnya tidak berhasil sempurna, karena larva sering tidak

lolos atau tidak mati. Demikian pula kemoterapi dengan klorokuin, dietiklcarbamazine

dan antimony jugatidak berhasil. Terapi pilihan saat ini adalah dengan preparat

antihelmintes baik topikal maupun sistemik.

Page 11: Makalah.docx

SISTEMIK (ORAL)

1. Tiabendazol (Mintezol), antihelmintes spektrum luas. Dosis 50 mg/kgBB/hari,

sehari 2 kali, diberikan berturut – turut selama 2 hari. Dosis maksimum 3 gram

sehari, jika belum sembuh dapat diulangi setelah beberapa hari. Sulit didapat. Efek

sampingnya mual, pusing, dan muntah.

2. Solusio topikal tiabendazol dalam DMSO, atau suspensi tiabendazol secara oklusi

selama 24 – 48 jam. Dapat juga disiapkan pil tiabendazol yang dihancurkan dan

dicampur dengan vaseline, di oleskan tipis pada lesi, lalu ditutup dengan

band-aid/kasa. Campuran ini memberikan jaringan kadar antihelmints yang cukup

untuk membunuh parasit, tanpa disertai efek samping sistemik.

3. Albendazol (Albenza), dosis 400mg dosis tunggal, diberikan tiga hari berturut –

turut.

4. Ivermectin (Stromectol)

AGEN PEMBEKU TOPIKAL

1. Cryotherapy dengan CO2 snow (dry ice) dengan penekanan selama 45 detik sampai

1 menit, selama 2 hari berturut – turut.

2. Nitrogen liquid

3. Kloretil spray, yang disemprotkan sepanjang lesi. Agak sulit karena tidak diketahui

secara pasti dimana larva berada, dan bila terlalu lama dapat merusak jaringan

disekitarnya.

4. Direkomendasikan pula penggunaan Benadryl atau krim anti gatal (Calamine lotion

atau Cortisone) untuk mengurangi gatal.

Page 12: Makalah.docx

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Cutaneous larva migrans (CLM) adalah penyakit kulit pada manusia disebabkan

oleh berbagai larva nematoda parasit, yang paling umum adalah Ancylostoma braziliense

dan Ancylostoma caninum. CLM dapat diterapi dengan beberapa cara yang berbeda,

yaitu: terapi sistemik (oral) atau terapi topikal. Berdasarkan beberapa penelitian yang ada

terapi sistemik merupakan terapi yang terbaik karena tingkat keberhasilannya lebih baik

daripada terapi topical.

Page 13: Makalah.docx

DAFTAR PUSTAKA

Aisah, Siti. 2008. Creeping Eruption, Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Edisi ke 5. Fakultas

Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta : Balai Penerbit FK UI. Hal 125–126

Anonymous. Cutaneous Larva Migrans: The Creeping Eruption. Diunduh dari

www.emedicine.com, November 2009.

Anonymous. Clinical Presentation in Humans. Diunduh dari

www.stanford.edu/group/parasites/parasites2002/cutaneous_larva_migrans/clinical

%20presentation.html, 29 Desember 2009.

Dugdale, DC. Creeping Eruption. Diunduh dari

www.nlm.nih.gov/medlineplus/ency/article/001454.htm . Update terakhir 12 Maret

2008

Emmy dkk. 2005. Creeping Eruption, Penyakit Kulit yang Umum di Indonesia, Sebuah

Panduan Bergambar. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta : PT

Medical Multimedia Indonesia. Hal 71

Jusych, LA. Douglas MC.Cutaneous Larva Migrans: Overview, Treatment and Medication.

Diunduh dariwww.emedicine.com. Maret 2011. Update terakhir 20 November

2009.

Siregar, R.S. 2004. Creeping Eruption, Saripati Penyakit Kulit. Edisi ke 2. Jakarta : Penerbit

Buku Kedokteran, EGC. Hal 172.