makalah.docx
TRANSCRIPT
MAKALAH
PENGENDALIAN HAYATI HAMA-HAMA PADA
TANAMAN HORTIKULTURA DAN PALAWIJA
OLEH :
KELOMPOK 6
1. JOSUA G. SOMBA
2. MARIA J. KORDAK
3. ENJEL D. MONTOLALU
4. NURMALA LINGGAMA
5. MEIRY LONTENG
6. CHRISTY KORDAK
UNIVERSITAS NEGERI MANADO
FAKULTAS MIPA
JURUSAN BIOLOGI
2012
Kata Pengantar
Puji syukur kepada TUHAN Yang Maha Esa karena hanya atas kehendakNya-lah
sehingga Makalah tentang Pengendalian Hayati hama-hama pada Tanman Hortikultura dan
Pengendalian hayati hama-hama pada tanaman Palawija ini bisa terselesai dengan baik.
Kami menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini masih banyak kekurangan.
Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun kami harapkan demi penyusunan
makalah yang lebih baik di masa mendatang.
Atas perhatiannya, disampaikan terima kasih.
Tondano, Desember 2012
Kelompok 6
DAFTAR ISI
Kata Pengantar....................................................................................................................... 1
Daftar Isi................................................................................................................................ 2
BAB I Pendahuluan
Latar Belakang...................................................................................................................... 3
BAB II Pembahasan
A. Pengendalian Hayati pada Tanaman Hortikultura..................................................... 4B. Pengendalian Hayati Tanaman Palawija.................................................................... 6
BAB III Penutup
Kesimpulan.......................................................................................................................... 12
Daftar Pustaka..................................................................................................................... 13
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang Masalah
Pengendalian hayati (biological control) adalah taktik pengendalian hama yang
melibatkan manipulasi musuh alami hama yang menguntungkan untuk memperoleh
pengurangan jumlah populasi dan status hama di lapangan.
Biological control berbeda dengan natural control, natural control dalam prakteknya
melibatkan agen lain selain musuh alami, misalnya cuaca atau makanan. Beberapa author
mengungkapkan bahwa biological control dalam arti luas termasuk semua metode yang
melibatkan organism hidup sebagai bagian dari taktik pengendalian, seperti penggunaan
inang yang resisten, pelepasan serangga steril, atau manipulasi genetic.
Organisme dalam aktivitas hidupnya selalu berinteraksi dengan organisme lainnya dalam
suatu keterkaitan dan ketergantungan yang kompleks. Interaksi antar organisme tersebut
dapat bersifat antagonistik, kompetitif atau simbiotik. Sifat antagonistik ini dapat dilihat pada
musuh alami yang merupakan agen hayati dalam pengendalian hama. Musuh alami memiliki
peranan dalam pengaturan dan pengendalian populasi hama, sebagai faktor yang bekerjanya
tergantung kepada kepadatan, dalam kisaran tertentu musuh alami dapat mempertahankan
populasi hama di sekitar aras keseimbangan umum.
BAB III
PEMBAHASAN
A. Pengendalian Hayati pada Tanaman Hortikultura
Pengendalian Hama Tanaman Kubis
Hama-hama Tanaman Kubis
Hama-hama serangga yang dapat menyerang tanaman kubis di Indonesia yang penting diantaranya Agrotis ipsilon, Spodoptera litura, Aphis sp., dan Liriomyza brassicae. Pengamatan sampai dengan tahun 2004hama yang terpenting ialah P. Xylostella L. (Lepidoptera; Yponomeutidae) serta C. binotalis (Sembel,1991 ; Sembel dkk., 1994 ; Sembel dkk.,2003 ; Sembel dkk., 2004).
Hama S.litura menyerang tanaman kubis bersamaan dengan serangan C. binotalis pada bagian tanaman yang sama sehingga terlihat adanya kompetisi antara kedua jenis hama ini.
Agrotis epsilon merupakan hama penting pula, terutama pada awal pembibitan biasanya merusak bagian akar dan sering memangkas bagian pangkal tanaman kubis yang masih muda.
Hama kutu daun, Aphis sp.,berfluktuasi dari waktu ke waktu, namun biasanya tingkat serangannya belum mengakibatkan kerusakan yang berarti. Hama ini menyerang tanaman kubis yang masih muda dan mengisap cairan tanaman terutama daun-daun muda dan pangkal batang tanaman kubis.
Hama penggorok daun kubis, Liriomyza brassicae, biasanya menyerang tanaman kubis yang masih muda. Hasil survei hama-hama ini di Sulawesi Utara menunjukkan bahwa tingkat serangan hama ini masih cukup rendah sehingga belum menunjukkan kerusakan yang berartipada tanaman kubis namun berpotensi untuk dapat menjadi hama penting bila kondisi memungkinkan bagi penggorok daun ini untuk berkembang (Sembel dkk., 2003). Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa terdapat beberapa jenis parasitoid yang dapat memarasit hama penggorok ini, diantaranya Hemiptarsenus varicornis, Gronotoma micromorpha, Neochrysocharis sp., dan Quadrstichus sp. (Kandowangko dkk., 2003; Sembel dkk., 2009). Adanya parasitoid tersebut telah mampu menekan perkembangan populasi penggorok daun kubis sehingga tidak dapat berkembang menjadi hama yang dapat merusak tanaman dan merugikan petani.
Hama Plutella xylostella ( Yponomeutidae)
Hama ini tersebar luas di Eropa, Amerika, Selandia Baru, dan Asia (Kashloven,1981). Dalam keadaan istirahat, pada bagian punggung imago terdapat tiga bentuk yang berwarna kuning seperti berlian sehingga nama umum dalam bahasa Inggris diamond back moth. Telur hama
ini berukura kecil, berwarna putih kekuningan dan diletakkan pada bagian bawah permukaan daun secara berkelompok antara 2-5 butir dengan stadium telur berkisar 3-6 hari. Larva yang baru menetas dari telur berwarna kehijauan. Terdapat instar larva yang kesemuanya aktif makan. Di Minahasa, stadium larva berlangsung 7-9 hari ( Hosang dan Sembel, 1983). Gejala serangan hama ini ialah larva-larva memakan bagian bawah daun dan lama-kelamaan daun-daun yang terserang berrlubang-lubang karena bagian epidermis yang tersisa menjadi kering. Hama ini merusak tanaman mulai dari pembibitan sampai panen.
Penggunaan agen hayati, Diadegma eucheropaga (= D.semiclausum) dalam mengendalikan P. Xylotella berdasarkan hasil survei di Sumut tahun 1976 dan di Sulawesi tahun 1984 juga sudah menetap dan menekan perkembangan populasi hama P.xylostella.
Pelepasan Diadegma semiclusum di Lapangan
Pupa-pupa parasitoid dimasukkan dalam kontainer plastik secukupnya (200-300 parasitoid) dan diletakkan di pertanaman kubis yang mulai terlihat adanygejala serangan hama Plutella xylostella. Kontainer-kontainer yang berisi plastik yang berisis parasitoid tersebut diletakkan sedemikian rupa di lapangan pada tiang gantungan T sehingga pupa-pupa parasitoid keluar menjadi imago maka parasitoid-parasitoid tersebut akan menyebar ke seluruh pertanaman kubis dan mencari inangnya yaitu larva P.xylostella. Tinggi tempat peletakkan kontainer parasitoid disesuaikan dengan tinggi tanaman. Ketinggian ini dapat diatur dengan menaikkan tiang gantungan T sesuai tinggi tanaman. Pelepasan parasitoid ini dapat dilakukan secara inokulatif. Agar pupa-pupa ini parasitoid tidak dimakan tergenanag air dalam kontainer saat hujan maka kontainer tersebut ditutup dengan plastik. Agar pupa-pupa parasitoid tidak dimakan semut maka tiang T vertikal dapat dioles dengan minyak oli bekas atau vat.
Pelepasan parasitoid D. Semiclausum kini sering dilakukan secara inokulatif dengan secara langsung melepas parasitoid ini di lapangan pada tanaman kubis yang baru dua atau tiga minggu dipindahkan dari tempat pembibitan dengan menempatkan pupa-pupa dalam kontainer yang dapat terbuka, tetapi terhindar oleh hujan.
Hama Crocidolomia binotalis Zeller
Hama ini dikenal petani sebagai ulat krop dan petani Sulawesi Utara mengenal hama ini dengan nama “gay kumpul” atau ulat yang mengumpul karena larva-larva yang menyerang bagian titik tumbuh atau krop yang masih muda pada tanaman kubis atau petsai berkumpul pada jumlah yang cukup banyak. Crocidolomia binotalis menyerang tanaman biasanya pada saat pembentukan krop. Sastrosiswojo dan Setiawati (Tanpa Tahun) mengemukakan bahwa sebenarnya terdapat beberapa jenis parasitoid C.binotalis yang telah dikoleksi sejak 1927, seperti diantaranya Sturnia inconspicuoides Bar ( Diptera : Tachinidae), Inareolata argenteopilosa Cam. (Hymenoptera : Ichneumonidae), Mesochorus dp., Atrometus sp. Dan Chelonus tabanus (Sonan), namun belum ada dari parasitoid-parasitoid tersebut yang dapat berpotensi untuk dikembangkan menjadi agen hayati dari hama ini. Hasli penelitian di lapangan juga menemukan adanya mikroba yang dapat menginfeksi hama ini, antara lain M.anisopliae, Beauveria sp., Noumeriae sp., dan B. Thuringiensis ( Sembel dkk., 2008a dan 2008b). Namun, sampai saat ini data-data penggunaan patogen ini masih tidak konsisten.
Penggunaan Bacillus thuringiensis (Javelin)
Parasitoid D. Semiclausum tidak dapat memarasit C.binotalis. Hasil penelitian dari pengendalian hayati yang dilakukan pada Tanaman Kubis yang ada di Rurukan Tomohon tahun 1993 yang dilakukan dengan melepas parasitoid D.semiclausum dapat menekan populasi hama P.xylostella dan menyemprotkan biopestisida Bacillus thuringiensis (Bt) dengan merek dagang Thuricide didapati dapat menekan populasi hama C.binotalis.
B. Pengendalian Hayati Tanaman Palawija
1. Pengendalian Hayati Tanaman Jagung (Zea mays)
Hama-hama tanaman Jagung
Banyak jenis hama yang menyerang tanaman jagung, diantaranya serangga pemakan daun yaitu belalang kembara,Locusta migratoria, Valanga sp.,Spodoptera litura, pengisap daun, Rhopalosiphun maidis (Fitch), hama ulat tongkol jagung, Heliothis armigera (Noctuidae), dan penggerek batang, Ostrinia nubilalis (Pyralidae) (Kashloven,1971 dan Sembel,1990). Hama ulat tongkol merupakan hama potensial pada tanaman jagung karena hama ini langsung menyerang tongkol jagung. Serangan hama ini mengkibatkan terjadinya gereka pada bagian ujung tongkol atau bagian dasar tongkol jagung. Ngengat betina dari H.armigera biasanya meletakkan telurnya pada pada rambut-rambut tongkol jagung yang masih muda. Telur-telur tersebut menetas dan beberapa hari kemudian larvanya masuk ke dalam tongkol jagung dan merusak biji jagung yang masih muda, terutama pada bagian ujung tongkol. Hama penggerek batang jagung, Ostrinia furnacalis merupakan hama penting pada jagung di Indonesia dan juga di negara-negara ASEAN lainnya (Granados, 2000). Hama ini dapat merusak daun dan menggerek batang jagung sehingga bagian atas tanaman jagung lama-kelamaan menjadi kering.
Pengendalian Hayati Ulat Tongkol Jagung, Heliothis armigera
Pengendalian hayati H.armigera yang telah dilakukan pada tanaman jagung di Sulawesi Utara tahun 1997, menggunakan strain lokal Trichogramma sp. (Sembel dkk.,1977 ; Sumolang,1997).
Perbanyakan Corcyra chepalonica dan Trichogramma sp.
Perbanyakan ini dilakukan dengan menggunakan telur Corcyra cephalonica yang dibiakkan secara massal di laboratorium. Ngengat ibi dipelihara dalam panci-panci plastik berdiameter 25 cm berisis dedak padi dan ditutup dengan kain kasa. Ngengat biasanya meletakkan telurnya pada permukaan kain kasa.Telur-telur ngengat dipanen setiap hari, kemudian disebarkan pada permukaan kertas berwarna coklat yang sebelumnya sudah dilapisi dengan cairan putih telur ayam. Setelah dikering-anginkan, kertas-kertas yang sudah ditaburi telur C.chepalonica dipotong-potong dalam bentuk pias dengan ukuran 1,5 x 4 cm. Dalam satu pias terdapat sekitar 300-400 telur. Beberapa lembar pias diamasukkan dalam gelas atau botol plastik berisi imago Trichogramma sp. Yang berasala dari telur-telur H.armigera yang telah
diparasit pada tanaman jagung di Tomohon. Sesudah dua atau tiga hari telur-telur C.chepalonica yang sudah terparasit oleh Trichogramma menunjukkan perubahan warna menjadi hitam.
Pias-pias yang berisi telur yang sudah terparasit tersebut dikeluarkan dari dalam botol pembiakan dan disimpan dalam kulkas pada suhu 40 - 50 C sampai dipergunakan di lapangan.
Pelepasan di Lapangan
Pelepasan dilakukan pada tanaman jagung yang sudah terlihat adanya telur-telur H.armigera pada rambut-rambut segar tongkol buah jagung. Paias-pias yang berisi telur yang sudah diparasit dimasukkan ke dalam kontainer plastik berukuran (5 x 5 x 10 cm) dan digantungkan pada salah satu helai daun jagung dekat tongkol. Dalam satu petak berukuran 10 m x 50 m dapat diletakkan 5 kontainer yang berisi 2-3 pias telur yang sudah diparasit Trichogramma sp., yaitu 4 kontainer pada tiap sudut dan satu kontainer di bagian tengah. Peletakkan kontainer yang berisi telur yang sudah diaparasit dilakukan sedemikian rupa di poertanaman jagung sehingga pada saat telur-telur yang sudah terparasit menetas maka parasitoid-parasitoidnya dapat menyebar ke seluruh lokasi pertanaman jagung. Dalam hal ini pelepasan Trichogramma dilakukan secara inundatif. Pengambilan contoh telur H.armigera dipetak pelepasan dilakukan setiap minggu untuk menghitung tingkat parasitasi. Pelepasan parasitoid sesuai kebutuhan. Pengendalian secara hayati pada tanaman jagung dengan menggunakan Trichogrammasp. Dapat menekan populasi hama H.armigera di lapangan. Namun, karena populasi hama ini masih cukup rendah maka belum diketahui secara pasti efektivitas Trichogramma sp.strain lokal untuk mengendalikan H.armigera.
Prospek Pengendalian Hayati Penggerek Batang Jagung, Ostrinia furnacalis Guenee (Pyralidae)
Salah satu parasitoid penting yang memarasit telur hama ini adalah Trichogramma evanescens, yang menurut Nonci dkk. ( 2000 ) dapat memarasit telur penggerek batang jagung di Sulawesi Selatan sampai 89,9%. Pengendalian hayati hama penggerek batang jagung juga masih dalam taraf penelitian.
2. Pengendalian Hayati Hama-hama Tanaman Padi
Hama-hama tanaman padi
Dale (1994) mengatakan bahwa terdapat lebih dari 800 spesies serangga yang dapat merusak tanman padi, namun hanya sekitar 20 spesies yang tergolong penting (Grist dan Lever, 1969). Sembel (1990) mencatat 23 jenis hama yang tergolong sangat penting, diantaranya hama wereng hijau, Nephotettix sp. (Jassidae=Cicadellidae), hama wereng coklat, Nilaparvata lugens Stahl (Dhelpacidae); walang sengit, Leptocorisa sp. (Alydidae) ; dan penggerek batang padi,Tryporiza sp. Dan Chilo suppressalis (Pyralidae) (Kalshoven, 1971). Berbagai jenis hama dapat dikendalikan secara alami oleh berbagai jenis predator, parasitoid dan patogen yang terdapat dalam ekosistem tanaman padi. Namun, sampai saat ini program
pengendalian hayati hama –hama tanaman padi belum memberikan hasil yang nyata untuk menekan populasi hama.
Pengendalian Hayati penggerek batang padi, Tryporiza innotata (= Scirpophaga innotata ) (Wlk)
Peggerek batang padi sawah atau dikenal dengan nama penggerek batang padi putih, T.innotata, termasuk salah satu hama penting pada tanaman padi. Hama ini tersebar di pertanaman padi di Indonesia, merusak tanaman padi dengan menggerek bagian batang sehing/ga pada akhirnya tanaman padi akan mati atau menjadi kering.
Pelepasan Trichogramma sp. Untuk mengendalikan hama penggerek batang padi telah dilakukan oleh Balai Proteksi Tanaman Pangan dan Hortikultura (BPTPH) Sulawesi Utara pada pertanaman padi padi sawah di daerah ini sejak 2006 sampai 2009. Ternyata parasitoid ini dapat mengendalikan populasi hama dnegan sangat baik. Namun, penyemprotan jamur patogen, Beauveria bassiana, untuk mengendalikan hama walang sengit di lokasi-lokasi yang sama belum memberikan hasil yang memuaskan (BPTPH Sulawesi Utara,2010).
Daftar Pustaka
Sembel, D. 2010. Pengendalian Hayati. Yogyakarta : C.V ANDI OFFSET
http://sukopramono.wordpress.com/2010/06/23/pengendalian-hayati