makalah relativitas
DESCRIPTION
relativitasTRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
A. LatarBelakang
Secara naluri, kita lebih suka percaya bahwa energy adalah energy
sedangkan benda adalah benda, titik. Akan tetapi Einstein menemukan bahwa
energy dan massa sesungguhnya adalah dua aspek berbeda tetapi dapat saling
dipertukarkan untuk sesuatu yang secara universal sama, yang demi istilah lebih
baik kita menyebutnya massa – energi. Persamaan Einstein yang kecil, sederhana
tetapi menghebohkan ini merupakan rumus untuk menentukan berapa banyak
energy setara dengan jumlah massa dan sebaliknya. Hal ini merupakan salah satu
bagian kecil dalam teori Relavitasnya.
Teori Relativitas adalah sebutan untuk kumpulan dua teori fisikaya itu
relativitas umum dan relativitas khusus. Kedua teori ini diciptakan untuk
menjelaskan bahwa gelombang elektromagnetik (cahaya) tidak sesuai dengan
teori gerakan Newton. Gelombang elektromagnetik dibuktikan bergerak pada
kecepatan yang konstan, tanpa dipengaruhi gerakan sang pengamat. Inti pemikiran
dari kedua teori ini adalah bahwa dua pengamat yang bergerak relative terhadap
masing – masing akan mendapatkan waktu dan interval ruang yang berbeda untuk
kejadian yang sama, namun isi hokum fisika akan terlihat sama oleh keduanya.
Teori Relativitas Einstein adalah teori yang sangat terkenal, tetapi sangat
sedikit yang kita pahami. Utamanya, teori relativitas ini merujuk pada dua elemen
berbeda yang bersatu kedalam sebuah teori yang sama: relativitas umum dan
relativitas khusus. Theori relativtas khusus telah diperkenalkan dulu, dan
kemudian berdasaratas kasus - kasus yang lebih luas diperkenalkan teorir
elativitas umum.
Untuk mengetahui dan memahami teori relativitas einstein, kami sajikan
makalah ini.
B. Rumusan masalah
Bagaimana konsep teori relativitas khusus ?
C. Tujuan
Untuk mengetahui konsep teori relativitas khusus
1
BAB II
PEMBAHASAN
A. Teori Relativitas Khusus
Teori relativitas khusus yang diperkenalkan Albert Einstein ialah tingkah
laku benda yang diposisikan dalam kerangka acuan inersia, umumnya hanya
berlaku pada kecepatan yang mendekati kecepatan cahaya. Sedangkan Teori
relativitas umum Einstein ialah Teori yang lebih luas. Dimana dengan
memasukkan gravitasi sebagai fenomena geometris dalam sistem koordinat
ruang dan waktu yang melengkung, juga dimasukkan kerangka acuan
noninersia (misalnya, percepatan).
Relativitas klasik (yang diperkenalkan pertama kali oleh Galileo Galilei
dan didefinisikan ulang oleh Sir Isaac Newton) mencakup transformasi
sederhana diantara benda yang bergerak dan seorang pengamat pada kerangka
acuan lain yang diam (inersia).
Permasalahan dengan relatifitas ini terjadi ketika diaplikasikan pada
cahaya, pada akhir 1800-an, untuk merambatkan gelombang melalui alam
semesta terdapat substansi yang dikenal dengan eter, yang mempunyai
kerangka acuan. Eksperimen Michelson- Morley, bagaimanapun juga telah
gagal untuk mendeteksi gerak bumi relatif terhadap eter, dan tidak ada
seorangpun yang bisa menjelaskan fenomena ini. Ada sesuatu yang salah
dalam interpretasi klasik dari relatifitas jika diaplikasikan pada cahaya,
kemudian muncullah pemahaman baru yang lebih matang setelah Einstein
datang untuk menjelaskan fenomena ini.
B. Percobaan Michelson-Morley
Pada mulanya sesuai dengan teori gelombang dari Huygens bahwa
gelombang memerlukan medium rambatannya untuk mencapai suatu
tempat dan setelah Maxwell menyatakan bahwa cahaya tidak lain adalah
gelombang elektromagnetik, maka para pakar fisika abad ke-19 segera
melakukan berbagai usaha untuk mempelajari sifat zat perantara sebagai
2
rambatan gelombang elektromagnetik. Para pakar mengajukan hipotesis
medium yang dinamakan eter yang terdapat meskipun di ruang hampa .
Pada tahun 1887, Michelsone dan Morley dua orang ilmuwan
Fisika berkebangsaan Amerika mengukur kelajuan eter dengan
menggunakan interferometer. Hakekat percobaan ini membandingkan
kelajuan cahaya sejajar dan tegak lurus pada gerak bumi mengelilingi
matahari. Kitaikan eter itu diam di alam semesta ini diharapkan ada
kelajuan relatif eter terhadap bumi yang bergerak mengelilingi matahari.
Percobaan ini berdasarkan prinsip penjumlah vektor, dengan menggunakan
penalaran gerak perahu yang menyeberangi sungai sebagai berikut.
Gambar 2.1 Gerak perahu menyeberangi sungai, perahu A bergerak
tegak lurus arus sungai dan perahu B sejajar dengan arus sungai
Perahu A bergerak menyeberangi sungai dalam lintasan tegak lurus
sungai dan perahu B bergerak dengan lintasan sejajar arus sungai. Dengan
membandingkan waktu yang diperlukan untuk menempuh jarak pulang 3
pergi dalam lintasan tegak lurus arus sungai dan waktu yang diperlukan
untuk menempuh lintasan yang sejajar arus sungai dalam jarak yang sama
yaitu d seperti pada gambar diatas. Jika kecepatan perahu itu c, dan
kecepatan aliran sungai adalah v.
Kecepatan sesungguhnya perahu A menempuh lintasan adalah
, sehingga waktu yang diperlukan untuk menempuh lintasan A
adalah :
......................................................................................(1)
Apabila kecepatan perahu c diketahui dan dapat diukur, maka v
dapat dihitung.
Michelson dan Morley adalah perintis yang menggunakan contoh
sederhana tersebut di atas untuk mencoba mengukur kecepatan aliran eter,
bila memang eter itu ada. Perahu A dan perahu B diganti dengan pasangan
berkas cahaya yang berasal dari satu sumber, yang satu dipantulkan dan
yang lain diteruskan oleh gelas setengah cermin seperti tampak pada
gambar dibawah.
4
Gambar 2.2 Percobaan interferometer Michelson – Merley
Masing-masing berkas cahaya itu dipantulkan oleh cermin C1 dan
C2 yang letaknya terhadap gelas setengah cermin. Berkas-berkas cahaya ini
menggantikan peran perahu A dan B. Apabila kecepatan cahaya itu
sebesar 3 × 108 m/s dan kecepatan eter relatif terhadap bumi sama dengan
kecepatan tangensial bumi mengelilingi matahari yaitu sebesar 3 × 104 m/s
sehingga diharapkan ada selisih waktu antara tA dan tB. Adanya selisih
waktu itu diharapkan antara gelombang cahaya yang berasal dari pantulan
cermin C1 dan C2 akan timbul perubahan pola-pola hasil interferensi yang
terjadi pada layar pengamatan. Akan tetapi selama percobaan tidak pernah
teramati adanya perubahan pola-pola interferensi yang terjadi. Hal ini
menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan waktu antara tA dan tB.
Berdasarkan percobaan ini Michelson dan Morley menyimpulkan bahwa :
1. Hipotesa tentang eter itu tidak benar, eter itu tidak ada.
2. Kecepatan cahaya adalah sama untuk ke segala arah, tidak
tergantung pada kerangka acuan inersial.
C. Transformasi Galileo
Hendrik Antoon Lorentz (1853 – 1928) seorang fisikawan asal
Belanda mencoba mentransformasikan kuantitas elektromagnetik Maxwell
dari suatu kerangka acuan ke kerangka acuan yang lainnya yang bergerak
relatif terhadap kerangka acuan pertama. Rumusannya ini sekarang kita
kenal dengan Transformasi Lorentz. Transformasi Lorentz memberi akibat
pada penciutan ruang dan waktu. Panjang sebuah benda yang sedang
bergerak akan berkurang jika diukur oleh pengamat yang diam relatif
terhadap benda yang bergerak tersebut. Namun demikian, Lorentz seperti
halnya Maxwell dan ilmuan fisika lainnya masih memiliki kepercayaan
akan adanya eter hingga kemudian Albert Einstein mengungkapkan Teori
Relativitas Khususnya.
5
Transformasi Galileo hanya berlaku jika kecepatan-kecepatan yang
digunakan tidak bersifat relativistik, yaitu jauh lebih kecil dari kecepatan
cahaya, c. Sebagai contoh, pada persamaan 6 transformasi Galileo berlaku
untuk kecepatan cahaya, karena cahaya yang bergerak di S' dengan
kecepatan ux' = c akan memiliki kecepatan c + v di S. Sesuai dengan teori
relativitas bahwa kecepatan cahaya di S juga adalah c. Sehingga,
diperlukan persamaan transformasi baru untuk bisa melibatkan kecepatan
relativistik.
Berdasarkan teori relativitas, S' yang bergerak ke kanan relatif
terhadap s ekivalen dengan S yang bergerak ke kiri relatif terhadap S'.
Gambar 2.3 Kerangka acuan S bergerak ke kanan dengan kecepatan v relatif terhadap kerangka S.
Berdasarkan Gambar 1, kita asumsikan transformasi bersifat linier
dalam bentuk:
x = γ (x' + vt') .................................................. (1)
y = y' ................................................................(2)
z = z' ................................................................ (3)
Kita asumsikan bahwa y dan z tidak berubah karena diperkirakan
tidak terjadi kontraksi panjang pada arah ini.
Persamaan invers harus memiliki bentuk yang sama di mana v
diganti dengan -v, sehingga diperoleh:
x' = γ (x - vt) .................................................. (4)
6
Jika pulsa cahaya meninggalkan titik acuan S dan S' pada t = t' = 0,
setelah waktu t menempuh sumbu x sejauh x = ct (di S ), atau x' = ct' (di
S').
Jadi, dari persamaannya
c.t = γ (ct' + vt') = γ (c + v) t' ............................. (5)
c.t' = γ (ct - vt) = γ (c - v) t ................................ (6)
dengan mensubstitusikan t' persamaan (6) ke persamaan (7) akan diperoleh:
c.t = γ (c + v) γ (c - v)(t/c) = γ2 (c2 - v2) t/c
Dengan mengalikan 1/t pada tiap ruas diperoleh nilai γ :
Untuk menentukan hubungan t dan t', kita gabungkan persamaan
(1) dan (4), sehingga diperoleh:
x' = γ (x - vt) = γ { γ (x' + vt') - vt}
Diperoleh nilai t = γ (t' + vx'/c2). Sehingga secara keseluruhan didapatkan:
yang menyatakan persamaan transformasi Lorentz.
7
Untuk transformasi kecepatan relativistik dapat ditentukan dengan
menggunakan persamaan (6), yaitu:
Dengan cara yang sama maka disimpulkan:
Pembahasan : Dengan adanya transformasi Lorentz, maka masalah
perbedaan pengukuran panjang, massa, dan waktu, antara di Bumi dan di
luar angkasa dapat terpecahkan. Jadi semua yang terjadi baik diluar
angkasa maupun dibumi itu dapat kita hitung kecepatan, panjang, massa,
dan waktu sehingga kita mengerti akan konsep transformasi lorentz ini.
D. Dilatasi Waktu
Akibat penting postulat Einstein dan transformasi Lorentz adalah
bahwa selang waktu antara dua kejadian yang terjadi pada tempat yang
sama dalam suatu kerangka acuan selalu lebih singkat daripada selang
waktu antara kejadian sama yang diukur dalam kerangka acuan lain yang
kejadiannya terjadi pada tempat yang berbeda. Pada dua kejadian yang
terjadi di x0' pada waktu t1' dan t2' dalam kerangka S ', kita dapat 8
menentukan waktu t1 dan t2 untuk kejadian ini dalam kerangka S dari
persamaan (9). Kita peroleh:
Sehingga, dari kedua persamaan tersebut diperoleh:
t2 - t1 = γ (t2' – t1') ............................................. (13)
Waktu di antara kejadian yang terjadi pada tempat yang sama
dalam suatu kerangka acuan disebut waktu patut, tp. Dalam hal ini, selang
waktu Δtp = t2' – t1' yang diukur dalam kerangka S' adalah waktu patut.
Selang waktu Δt yang diukur dalam kerangka sembarang lainnya selalu
lebih lama dari waktu patut. Pemekaran waktu ini disebut dilatasi waktu,
yang besarnya:
Δt = γ.Δtp ..................................................... (14)
E. Massa Relativistik
Pada subbab sebelumnya telah dijelaskan bahwa pengukuran
waktu dan pengukuran panjang adalah fungsi-fungsi dari kecepatan v.
Lalu, bagaimana dengan massanya? Menurut teori relativitas khusus
bahwa massa relativistik m dari sebuah partikel yang bergerak dengan laju
v terhadap pengamat dinyatakan:
9
Dengan m0 adalah massa diam, yaitu massa yang diukur bila
partikel tersebut berada dalam keadaan diam (v = 0) dalam suatu kerangka
acuan, dan m disebut massa relativistik partikel.
F. Momentum Relativistik
Momentum suatu partikel didefinisikan sebagai perkalian massa
dan kecepatannya. Berdasarkan hukum kekekalan momentum linier dalam
relativitas umum, maka didefinisikan kembali momentum sebuah partikel
yang massa diamnya m0 dan lajunya v adalah:
G. Energi Relativistik
Dalam mekanika klasik, usaha yang dilakukan oleh gaya yang
bekerja pada partikel sama dengan perubahan pada energi kinetik partikel
tersebut. Sebagaimana dalam mekanika klasik, kita akan mendefinisikan
energi kinetik sebagai kerja yang dilakukan oleh gaya dalam mempercepat
partikel dari keadaan diam hingga mencapai kecepatan tertentu. Jadi,
dengan v = ds/dt, jadi:
10
Kemudian, persamaan tersebut disubstitusikan ke persamaan (2),
maka diperoleh:
Suku kedua persamaan (3) tidak bergantung pada kecepatan dan
disebut energi diam partikel E0, yang merupakan perkalian massa diam
dengan c2 .
E0 = m0 . c2 ....................................................... (4)
Jumlah energi kinetik dan energi diam disebut energi relativistik,
yaitu :
11
BAB III
KESIMPULAN
3.1 Kesimpulan
a. Transformasi Lorentz
Transformasi lorentz digunakan untuk menentukan masalah perbedaan
pengukuran panjang, massa, dan waktu, antara di Bumi dan di luar
angkasa dapat terpecahkan dengan menggunakan kecepatan
relativistik. Jadi semua yang terjadi baik diluar angkasa maupun dibumi itu
dapat kita hitung kecepatan, panjang, massa, dan waktu sehingga kita
mengerti akan konsep transformasi lorentz ini.
Untuk menentukan selang waktu antara dua kejadian yang terjadi pada
tempat yang sama dalam suatu kerangka acuan selalu lebih singkat
daripada selang waktu antara kejadian sama yang diukur dalam kerangka
acuan lain yang kejadiannya terjadi pada tempat yang berbeda dinamakan
dilatasi waktu.Secara sistematis, dilatasi waktu dapat dirumuskan sebagai
berikut:
Dari persamaan tersebut jika suatu kejadian terjadi pada tempat yang
sama dalam suatu kerangka acuan disebut waktu patut . Selang waktu t
yang diukur dalam kerangka sembarang lainnya selalu lebih lama dari
waktu patut.
Untuk menentukan perbedaan pengukuran massa antara dua kejadian yang
terjadi pada tempat yang sama dinamakan dilatasi massa..Secara sistematis,
dilatasi waktu dapat dirumuskan sebagai berikut:
12
dilatasi waktu dua pengamat yang saling bergerak dengan kelajuan
konstan relatif satu terhadap lainnya akan mengukur selang waktu berbeda
diantara dua kejadian. Selang waktu adalah jarak dibagi kelajuan. Karena
kelajuan relatif pangamat satu terhadap pengamat lainnya adalah sama
menurut kedua pengamat itu, maka supaya selang waktu berbeda jarak
menurut kedua pengamat harus berbeda. ternyata panjang benda atau jarak
antara duat titik yang diukur oleh pengamat yang bergeak relatif terhadap
benda selalu lebih pendek daripada panjang yang diukur oleh pengamat
yang diam terhadap benda. Pemendekan ini dikenal dengan sebutan
kontraksi panjang
Untuk kontraksi panjang dapat menggunakan persamaan berikut:
3.2 Saran
1. Sebaiknya menggunakan banyak referensi sebagai bahan untuk makalah
agar materi yang disajikan lebih lengkap.
2. Sebaiknya dalam penyusunan makalah menggunakan bahasa yang mudah
dipahami
13
Daftar Pustakanya
Budiyanto, J. 2009. Fisika : Untuk SMA/MA Kelas XII. Jakarta : Pusat
Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional,
http://atophysics.wordpress.com
http://einstein.stanford.edu/Library/images/rotors_on_blue.jpg
http://horology.jpl.nasa.gov/h_maser.html
http://en.wikipedia.org/wiki/File:A_maglev_train_coming_out,_Pudong_International_Airport,_Shanghai.jpg
14