makalah modul 5 kel 2.docx

24
IDENTIFIKASI DAN PENATALAKSANAAN PASIEN IV MODUL 5. PERAWATAN TRAUMA PADA GIGI SULUNG SEMESTER VI BLOK 2 TAHUN AKADEMIK 2014/2015 KELOMPOK 2 Kenny Rama Widya 2012.07.0.0008 Ardin Christian 2012.07.0.0009 Emerald Navy W P 2012.07.0.0019 LidyaHarjanti 2012.07.0.0028 Ricana Indrawan 2012.07.0.0037 Wellyanto 2012.07.0.0049 Kristin Gaby Rosari 2012.07.0.0058 Asa Rina Thohiroh 2012.07.0.0074 Sheila Masitha Dewipuspa 2012.07.0.0079 Noer Avila Firdauzi 2012.07.0.0083 Hafizhuddin Muhammad 2012.07.0.0092 FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI

Upload: hafizhuddin-muhammad

Post on 04-Sep-2015

302 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

IDENTIFIKASI DAN PENATALAKSANAAN PASIEN IVMODUL 5. PERAWATAN TRAUMA PADA GIGI SULUNG

SEMESTER VI BLOK 2TAHUN AKADEMIK 2014/2015KELOMPOK 2Kenny Rama Widya2012.07.0.0008Ardin Christian 2012.07.0.0009Emerald Navy W P 2012.07.0.0019LidyaHarjanti2012.07.0.0028Ricana Indrawan2012.07.0.0037Wellyanto 2012.07.0.0049Kristin Gaby Rosari2012.07.0.0058Asa Rina Thohiroh2012.07.0.0074Sheila Masitha Dewipuspa2012.07.0.0079Noer Avila Firdauzi 2012.07.0.0083Hafizhuddin Muhammad2012.07.0.0092

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGIUNIVERSITAS HANG TUAHSURABAYA2015KATA PENGANTARUcapan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena telah menyertai serta membimbing penulis selama proses pembuatan makalah, sehingga makalah yang berjudul Perawatan trauma pada gigi sulung dapat terselesaikan dengan baik dan tepat pada waktunya. Makalah ini membahas mengenai cara mendiagnosis, pertimbangan dalam menentukan diagnosis dan bagaimana cara menentukan rencana perawatan yang baik dan tepat pada kasus trauma yang mengenai gigi sulung.Makalah ini tentu saja tidak dapat terselesaikan dengan baik tanpa bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu, tak lupa kami ucapkan terima kasih kepada:1. Monika Elidasai, drg., Sp. BM. selaku penanggung jawab modul,2. Fani Pangabdian, drg., Sp. KG. selaku fasilitator kelompok 2,3. Semua pihak yang membantu kami penulis secara langsung maupun tidak langsung.Penulis berharap makalah ini dapat bermanfaat serta memudahkan pembaca untuk dapat mengenal lebih jauh tentang perawatan trauma pada gigi sulung. Apabila dalam pembuatan makalah ini terdapat hal yang kurang tepat, penulis mohon agar mendapat masukkan sehingga penulis mengetahui dan dapat memperbaikinya.

Surabaya, 26 Juni 2015

Tim Penyusun

BAB 1PENDAHULUAN

1.1 Latar BelakangSeorang anak perempuan berusia berusia 6 tahun datang diantar ibunya ke RSGM, dengan keluhan gigi depan kanan atas goyang dan terlihat lebih panjang dari gigi sebelahnya akibat jatuh waktu bermain sepeda 4 hari yang yang lalu. Penderita saat ini merasakan sakit pada gigi tersebut sehingga mengganggu saat makan dan minum.Berat badan anak 24 kg. Pada pemeriksaan intra oral tampak gigi 51 ekstrusi, mobility (+) . Orang tua penderita berharap gigi anaknya tersebut bisa dirawat . Radiografi terlampir.

1.2 Batasan Topik1.2.1 Prosedur Diagnosis1.2.2 Interpretasi hasil radiografi1.2.3 Diagnosis akhir dan alasan1.2.4 Etiologi terjadinya trauma pada gigi sulung1.2.5 Klasifikasi trauma dan Kegoyangan gigi1.2.6 Rencana perawatan pada kasus : Ekstraksia. Definisib. Indikasi dan Kontraindikasic. Persiapan dan Armamentariumd. Teknike. Komplikasif. Prognosis1.2.7 Obat Post Ekstraksi1.2.8 Perawatan trauma secara umum pada gigi sulung1.2.9 Kesimpulan

1.3 Keywords1.3.1 Ekstrusi1.3.2 Trauma1.3.3 Mobility (+)1.4 Peta Konsep

Trauma(Gigi Sulung Anterior RA)

Pemeriksaan PenunjangRadiografiPemeriksaan SubyektifGigi GoyangGigi lebih panjangSakitPemeriksaan ObyektifGigi EkstruksiMobilitasKomplikasiIndikasiRencana PerawatanObstruksi Gigi 51KontraindikasiTeknikPersiapan dan ArmamentariumObat Post TerapiDiagnosisNekrosis Pulpa disertai Ekstruksi dan Resorpsi fisiologis

BAB IIPEMBAHASAN

2.1 Prosedur Diagnosis Data pribadi Nama : Sheilla TTL/umur: Surabaya, 1 April 2009/6th Alamat: Jl. Arif Rahman Hakim no. 3 Telepon: - Jenis Kelamin: Perempuan Orang tua/Wali: Ibu Ana Dokter: Istien Wardhani, drg, sp.KGA Mahasiswa: Ardin Catatan medis1. Apakah anak ini sedang menerima perawatan medis? 2. Kapan kunjungan terakhir pada dokternya? 3. Tujuannya? 4. Penyakit-penyakit sebelumnya (Jantung, alergi, measles, nephritis, diabetes, coeliac/diare, gangguan perdarahan, cacar air, rheumatic, fever, asthma, epilepsy/gangguan endrokin,dll)? 5. Temperatur? Normal6. Nafsu makan? Normal7. Makan permen? 8. Makan kue-kue kering/basah? 9. Makan waktu tidur? 10. Bentuk muka? Simetri11. Kebiasaan-kebiasaan (tangan/ lengan sebagai bantal, bernafas melalui mulut, menggigit bibir/kuku/pipi, menghisap jempol/jari, tongue thrusting, bruxism)? 12. Apakah pernah mengunjungi dokter gigi? 13. Apakah pernah dirawat di RS? Co-operative? Baik Hasil anamnesaKeluhan Utama: gigi depan kanan atas goyang dan ekstrusi akibat jatuh waktu bermain sepeda 4 hari yang lalu, sakit saat makan dan minum. Pemeriksaan klinisIO: gigi 51 goyang, vitalitas (-), EPT (-), perkusi (+), palpasi (+)2.2 Interpretasi hasil radiografi Tampak resorpsi 1/3 apikal pada gigi 51 Tampak benih gigi pada perapikal regio 11 dan 21 sudah menembus tulang alveolar Diskontinuitas lamina dura-Pelebaran ligament periodontal2.3 Diagnosis Akhir dan AlasanDiagnosis kasus: nekrosis pulpa disertai ekstrusi gigi dan resorbsi fisiologisAlasan: Berdasarkan hasil anamnesis didapatkan keluhan gigi goyang, gigi lebih panjang, sakit akibat jatuh karena bermain sepeda 4 hari yang lalu. Dari hasi pemeriksaan klinis, ekstraoral tidak ada kelainan, intraoral ditemukan gigi 51 ekstrusi dan mobilitas positif. Pemeriksaan penunjang menunjukkan gigi 51 mahkotanya lebih incisal daripada gigi sebelah-sebelahnya (61 atau 52), ada resorbsi akar fisiologis, benih gigi 11 dan 21 sudah menembus tulang alveolar, serta gambaran pelebaran ligamen periodontal (patologis).

2.4 Etiologi Terjadinya Trauma pada Gigi SulungTrauma pada gigi sulung seringkali disebabkan oleh karena jatuh saat bermain, kecelakaan, atau saat anak baru belajar berjalan. Hal ini lebih sering terjadi pada anak laki-laki, dan biasanya mengakibatkan fraktur mahkota, akar, ekstrusi, dan intrusi.Dalam menentukan etiologi terjadinya trauma perlu memperhatikan: How: bagaimana proses terjadinya trauma. Hal ini digunakan untuk menentukan keparahan trauma When: kapan trauma terjadi. Hal ini untuk menentukan keparahan trauma dan mengetahui kemungkinan keberhasilan perawatan (prognosis). Semakin cepat ditangani, umumnya prognosis akan semakin baik. Where: dimana trauma terjadi. Lokasi terjadinyatrauma selain menentukan tingkat keparahan trauma juga memungkinkan untuk mengetahui kemungkinan terjadinya infeksi. Misalnya saja jatuh pada area yang kotor, dikhawatirkan bisa terjadi infeksi tetanus. Atau ketika terjadi trauma yang mengakibatkan avulsi, gigi yang terjatuh di tanah atau tempat kotor tentunya prognosis lebih buruk daripada gigi yang terjatuh ke lantai. Gejala-gejala lain yang atau masalah yang dialami bersama dengan trauma. Misalnya saja pusing, bengkak, gigi hilang, dan lain-lain yang mungkin berpengaruh dalam pemilihan rencana perawatan yang akan dilakukan.Etiologi utama trauma membagi penyebab trauma menjadi 2:a. LangsungGigi secara langsung terkena benda penyebab trauma.b. Tidak langsungGigi secara tidak langsung terkena trauma, contohnya pasien jatuh sehingga rahang terbentur lantai, akan tetapi yang mengalami kerusakan adalah giginya.Trauma langsung dan tidak langsung pada gigi anak dapat disebabkan karena terjatuh dan berkelahi, atau kecelakaan (olahraga, lalu lintas, permainan). Khusus untuk trauma yang terjadi secara langsung misalnya dapat disebabkan oleh pengunyahan yang disebut fraktur spontan. Hal ini dapat terjadi karena tekanan pengunyahan pada gigi yang mengalami karies besar sehingga gigi dapat retak atau patah saat menggigit benda keras (Finn, 1973).

2.5 Klasifikasi Trauma dan Kegoyangan GigiKlasifikasi trauma gigi sulung dan permanen secara umum menurut Ellis dan Devey : Kelas 1: Fraktur yang sederhana dari mahkota gigi dengan terbuka sedikit atau tidak sama sekali sebagian dentin dari mahkotanya (hanya mengenai bagian enamel). Kelas 2: Fraktur yang terjadi pada mahkota gigi dengan terbukanya dentin yang luas, tetapi belum mengenai pulpa (hanya mengenai bagian dentin). Kelas 3: Fraktur pada mahkota gigi dengan terbukanya dentin yang luas, sudah mengenai pulpa (dentin dan pulpa tekena). Kelas 4: Trauma pada gigi yang menyebabkan gigimenjadi non vital disertai dengan ataupun tanpa disertai hilangnya struktur mahkota gigi. Kelas 5: Trauma pada gigi yang menyebabkan hilangnya gigi yang disebut avulsi. Kelas 6: Fraktur pada akar disertai dengan ataupun tanpa disertai hilangnya struktur mahkota gigi. Kelas 7: Trauma yang menyebabkan berpindahnya gigi (intrusi, ekstrusi, labial, palatal, bukal, distal, mesial, rotasi) tanpa disertai adanya fraktur mahkota atau akar gigi. Kelas 8: Trauma yang menyebabkan fraktur mahkota yang besar pada gigi (total distruction) tetapi gigi tetap pada tempatnya dan akar gigi tidak mengalami perubahan. Kelas 9: Semua kerusakan pada gigi sulung akibat trauma pada gigi depan.

Klasifikasi trauma gigi sulung secara khusus menurut Ellis : Kelas I : Fraktur enamel. Kelas II : Fraktur enamel dan dentin. Kelas III : Fraktur enamel, dentin, dan pulpa. Kelas IV : Fraktur akar. Kelas V : Avulsi.Derajat kegoyangan: Derajat 1: Bila penderita merasakan adanya kegoyangan gigi, tapi operator tidak melihat adanya kegoyangan. Derajat 2: Gigi terasa dan terlihat goyang. Derajat 3: Kegoyangan gigi ke arah horizontal oleh lidah. Derajat 4: Kegoyangan gigi ke arah horizontal dan vertikal oleh lidah.

2.6 Rencana Perawatan Ekstraksia. DefinisiPencabutan gigi (ekstraksi) merupakan suatu proses pengeluaran gigi dari alveolus, dimana pada gigi tersebut tidak dapat dilakukan perawatan lagi. Ekstraksi juga merupakan operasi bedah yang melibatkan jaringan bergerak dan jaringan lunak dari rongga mulut, akses yang dibatasi oleh bibir dan ppi, dans elanjutnya dihubungkan atau disatukan oleh gerakan lidah dan rahahng. Definisi pencabutan gigi yang ideal adalah pencabutan tanpa rasa sakit satu gigi utuh atau akar gigi dengan trauma minimal terhadap jaringan pendukung gigi, sehingga bekas pencabutan gigi dapat sembuh dengan sempurna dan tidak terdapat masalah prostetik dimasa mendatang

b. Indikasi dan KontraindikasiIndikasi1.Natal tooth / Neonatal tooth Natal tooth: Gigi erupsi sebelum lahir Neonatal tooth: Gigi erupsi setelah 1 bulan lahir dan biasanya gigi Maloklusi Dapat mengititasi: Menyebabkan ulserasi pada lidah Mengganggu untuk menyusui2.Gigi dengan karies luas, karies mencapai bifuurkasi dan tidak dapat direstorasi sebaiknya dilakukan pencabutan kemudian dilakukan space mentainer3.Infeksi periapikal atau interradikular dan tidak dapat disembuhkan kecuali dengan pencabutan4.Gigi yang sudah waktunya tanggal dengan catatan bahwa gigi pengganti sudah akan erupsi5.Gigi sulung yang penetrasi6.Gigi yang mengalami ulkus decubitus7.Untuk perawatan orodonsi8.Supernumerary tooth9.Gigi dengan abses dentoalveolarKontraindikasi1.Anak yang sedang menderita infeksi akut dimulutnyaMisal: Infeksi stomatitis akut, herpetic stomatitis2.Blood discrasia atau kelainan darahKondisi ini mengakibatkan terjadinya perdarahan dan infeksi setelah pencabutan, sehingga pencabutan dilakikan setelah konsul dengan ahli penyakit darah.3.Malignasi atau tumor ganas4.Gigi yang tulangnya mendapatkan penyinaran radiasi teptap5.DM yang tidak terkontrolKondisi ini, apabila dilakukan pencabutan akan menyebabkan perdarahan dan luka pun sulit sembuh.c. Persiapan dan ArmamentariumPersiapan a. Sebelum perawatan dilakukan, adalah penting menenangkan emosi pasien (anak) dan orang tuanya. Biasanya setelah terjadi kecelakaan, anak akan shock sehingga bila dokter gigi langsung melakukan perawatan terhadap luka/trauma yang terjadi, sementara rasa takut dan cemas yang dirasakan anak belum hilang, kemungkinan anak akan menunjukkan sikap yang tidak koperatif.b. Tindakan selanjutnya adalah menanggulangi keadaan yang gawat akibat trauma, misalnya menghentikan perdarahan, penanggulangan fraktur tulang rahang (jika ada) serta meredakan rasa sakit. Luka pada jaringan dibersihkan dari kotoran dengan menggunakan air garam hangat (warm saline dapat menghilangkan rasa sakit), H2O2 3 % , Betadine Solution atau air.c. Meminta ijin tertulis dari orang tua (informed consent) atas persetujuan tindakan yang akan dilakukand. Kunjungan untuk pencabutan sebaiknya pagi hari dan dijadwalkan agar anak tidak menunggu lama.e. Instrumen yang akan dipakai sebaiknya jangan diletakkan di meja dan diambil hanya saat akan dipakai saja. Selain itu jangan mengisi jarum suntik di depan pasien karena dapat memicu rasa takut dan cemas anak.f. Sebaiknya katakan yang sebenarnya pada anak.g. Rasa sakit saat disuntik dapat dihindari dengan cara berikut :- Memakai jarum suntik kecil dan tajam.- Anastesi topikal terlebih dahulu di sekitar area yang akan dianastesi.- Deponir pelan-pelan.- Penekanan dengan jari di daerah yang mau disuntik agar membuat daerah tersebut vasokonstriksi dan akan mengurangi rasa sakit.h. Aspirasi saat penyuntikan anastesi dilakukan untuk mencegah anastetikum masuk ke dalam pembuluh darah dan jika terjadi alergi, dapat diketahui dan dicegah.i. Waktu bekerjanya anastesi kurang lebih 5 menit. Sebaiknya dijelaskan pada anak bahwa nanti dia akan merasakan kebas, kesemutanSetelah ekstraksi, dilakukan rotasi 1 arah dan penarikand. TeknikTeknik pencabutan gigi sulung tidak berbeda dengan orang dewasa, tetapi hal yang perlu diketahui:1. Rongga mulut anak lebih kecil sehingga dalam melakukan tindakan ekstraksi lebih sulit.2. Perkembangan tulang rahang masih berjalan.3. Struktur tulang pada anak- anak mengandung bahan organic yang lebih tinggi daripada dewasa. 4. Perhatikan bentuk anatomi gigi sulung.5. Adanya benih gigi permanen dibawah gigi sulung. Ada ijin tertulis dari orang tua (informed consent). Kunjungan untuk pencabutan sebaiknya pagi hari dan dijadwalkan agar anak tidak menunggu lama. Instrumen yang akan dipakai sebaiknya jangan diletakkan di meja dan diambil hanya saat akan dipakai saja. Selain itu jangan mengisi jarum suntik di depan pasien karena dapat memicu rasa takut dan cemas anak. Sebaiknya katakan yang sebenarnya pada anak. Rasa sakit saat disuntik dapat dihindari dengan cara berikut : Memakai jarum suntik kecil dan tajam. Anastesi topikal terlebih dahulu di sekitar area yang akan dianastesi. Deponir pelan-pelan. Penekanan dengan jari di daerah yang mau disuntik agar membuat daerah tersebut vasokonstriksi dan akan mengurangi rasa sakit. Aspirasi saat penyuntikan anastesi dilakukan untuk mencegah anastetikum masuk ke dalam pembuluh darah dan jika terjadi alergi, dapat diketahui dan dicegah. Waktu bekerjanya anastesi kurang lebih 5 menit. Sebaiknya dijelaskan pada anak bahwa nanti dia akan merasakan kebas, kesemutan. Setelah ekstraksi, dilakukan rotasi 1 arah dan penarikan. Prosedur ekstraksi :1. Gunakan bein lurus untuk melepaskan attached gingiva dari servikal gigi labial dan palatal. Sedikit luksasi pada gigi.2. Untuk gigi rahang atas, gunakan tang untuk memberikan tekanan di darah apikal. Luksasi awal menuju ke bagian langit-langit kemudian ke bagian labial. Gigi diputar dalam 1 arah secara terus menerus dengan gerakan rotasi.3. Membentu bagian labial dan palatal dari tulang alveolar seperti biasanya. 4. Tempatkan spn/ kasa di atas luka untuk membantu menghentikan perdarahan. Tempatkan spon baru steril di atas luka dan berikan instruksi.e. Komplikasi1. Fraktur AkarSering terjadi saat ekstraksi, untuk menghindari diperlukan kehati2an serta teknik yang benar dalam melakukan pencabutan2. Trauma benih gigi permanenKemungkinan yang dapat timbul saat ekstraksi adalah benih gigi permanen ikut tercabut, berubah posisi atau terluka. Untuk menghindarinya diperlukan pencabutan yang baik dan hati2.3. Dry SocketJarang terjadi pada anak2 karena vaskularisasinya masih baik. Apabila terjadi pada anak2