makalah modul 1 kel. 4.docx

28
PROSEDUR DIAGNOSIS BLOK IDENTIFIKASI DAN PENATALAKSANAAN PASIEN III LAPORAN DISKUSI KELOMPOK SEMESTER VI TAHUN AKADEMIK 2014/2015 Kelompok 4 Dita Yuarita 2012.07.0.0014 Rexi Renaldy Lotong 2012.07.0.0016 Rizta Riztia Budianti 2012.07.0.0017 Rizki Kartika Putra 2012.07.0.0020 Sintya Kusuma Wardani 2012.07.0.0029 Almira Fa’izah 2012.07.0.0040 Andrey Abraham Thoe 2012.07.0.0046 Vanya Natasha Gani 2012.07.0.0052 M Bagus Fadila 2012.07.0.0061

Upload: almirafaizah

Post on 26-Sep-2015

74 views

Category:

Documents


8 download

TRANSCRIPT

PROSEDUR DIAGNOSISBLOK IDENTIFIKASI DAN PENATALAKSANAAN PASIEN III

LAPORAN DISKUSI KELOMPOKSEMESTER VITAHUN AKADEMIK 2014/2015Kelompok 4

Dita Yuarita2012.07.0.0014Rexi Renaldy Lotong 2012.07.0.0016Rizta Riztia Budianti 2012.07.0.0017Rizki Kartika Putra2012.07.0.0020Sintya Kusuma Wardani2012.07.0.0029Almira Faizah2012.07.0.0040Andrey Abraham Thoe2012.07.0.0046Vanya Natasha Gani2012.07.0.0052M Bagus Fadila2012.07.0.0061Henry Sebastian2012.07.0.0065Caroline Prajna Paramitha A2012.07.0.0067

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGIUNIVERSITAS HANG TUAHSURABAYA2015

KATA PENGANTARPuji syukur atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa kami ucapkan karena atas berkat dan rahmat-Nya, makalah Prosedur Diagnosis dapat terselesaikan dengan baik dan tepat waktu. Makalah ini membahas mengenai prosedur diagnosis yang meliputi teknik pemeriksaan subjektif, pemeriksaan objektif, serta macam-macam tes untuk mengetahui vitalitas pulpa.Kami juga mengucapkan terima kasih kepada berbagai pihak yang membantu kami dalam menyelesaikan makalah ini, Sarianoferni,drg.,M.Kes. selaku fasilitator kelompok kami,teman-teman, keluarga serta dosen-dosen lainnya.Semoga makalah ini bermanfaat bagi pembaca. Mohon maaf apabila ada kesalahan dalam penulisan makalah kami. Kami memohon kritik dan saran yang membangun dan berguna bagi makalah kami kedepannya.

Surabaya, 6 Maret 2015

Penulis

DAFTAR ISI

Kata pengantar. 2Daftar Isi.... 3Peta Konsep..4BAB IPENDAHULUAN ........................................................... 5BAB IIPEMBAHASAN ............................................................. 7BAB IIIPENUTUP .................................................................... 21Daftar Pustaka..22

PETA KONSEP

Keluhan Utama(Gigi 46 Karies di Oklusal)Anamnesis(Pemeriksaan Subjektif)Pemeriksaan Klinis(Pemeriksaan Objektif)Ekstra OralPembesaran Kelenjar Pembengkakan Ekstra OralIntra OralTes VitalitasPerkusiPalpasiKedalaman KariesPemeriksaan Penunjang (Radiografi)Diagnosis Klinik

BAB IPendahuluan1.1. Latar BelakangGigi berlubang merupakan penyakit gigi yang paling banyak diderita oleh masyarakat. Keluhan yang muncul pada umumnya berupa sakit gigi dan linu baik pada saat makan dan minuman dingin maupun secara spontan. Keluhan gigi berlubang merupakan salah satu kasus yang paling banyak dikeluhkan oleh masyarakat karena menganggu kegiatan sehari-hari. Dalam menentukan penyebab dari gigi berlubang tersebut diperlukan adanya prosedur diagnosis yang tepat sehingga dapat ditemukan diagnosis akhir yang akurat sehingga nantinya dapat menentukan rencana perawatan yang tepat untuk menganggulangi kasus. 1.2. Batasan Topik 1.2.1 Prosedur Diagnosis1.2.2 Pemeriksaan Subyektif1.2.3 Pemeriksaan Obyektif1.2.4 Tes Vitalitas 1.2.5 Pemeriksaan Penunjang1.2.6 Diagnosis akhir beserta alasan, prognosis, rencana perawatab dan kartu status1.3 PemicuJudul pemicu: GIGIKU BERLUBANG Jabaran pemicu: Radian mahasiswa FKG usia 20 tahun, datang ke RSGMP UHT ingin merawatkan gigi bawah kanan belakang yang berlubang. Gigi tersebut sakit bila terkena makanan dan minuman dingin sudah sejak 5 hari yang lalu dan tidak ada keluhan spontan. Gigi tersebut tidak pernah dilakukan perawatan sebelumnya. Untuk menegakkan diagnosis perlu dilakukan pemeriksaan klinis dan pemeriksaan penunjang Pada Pemeriksaan klinis : Gigi 46 karies di bagian oklusal.Tes Vitalitas : Gigi Vital

BAB IIPEMBAHASAN2.1 PROSEDUR DIAGNOSISa. DefinisiProsedur diagnosis merupakan prosedur yang bertujuan untuk menentukan masalah yang dihadapi pasien dan alasan kenapa pasien menderita masalah tersebut, yang pada akhirnya berkaitan dengan penatalaksanaan yang diperlukan. (Hangreaves, Cohen ;2011, p.2)

b. Langkah dalam menegakan diagnosisProses penegakan/ pembuatan diagnosis dapat dibagi dalam 5 tahapan, yaitu:1. Pasien memberitahukan klinis alasan mengapa pasien mencari nasihat2. Klinisi memberi pertanyaan- pertanyaan kepada pasien terkait gejala gejala dan riwayat yang membuat pasien berkunjung3. Klinisi melakukan tes pemeriksaan obyektif4. Klinisi mengkorelasikan temuan pemeriksaan objektif dengan deta subjektif dan membuat diferential diagnosa sementara5. Klinisi merumuskan diagnosa pasti (Hangreaves, Cohen, 201, p.2)

c. Keadaan umum dan kesehatan pasienMenerima secara tuntas kesehatan umum pasien baru dan menelaah ulang serta memperbarui data riwayat kesehatan umum pasien lama merupakan langkah pertama penegakan diagnosis. Riwayat kesehatan umum yang lengkap bagi pasien baru terdri dari data demografis,riwayat medis, riwayat dental, keluhan utama, dan sakit yang sering diderita.

d. Akibat kesalahan dalam menegakan diagnosis (Abidin;USU)1. Perawatan dilakukan pada gigi yang salah2. Membahayakan jiwa, dokter gigi dan perawatan3. Perawatan yang tidak tepat4. Ketidakpercayaan pasien kepada dokter gigi2.2 PEMERIKSAAN SUBJEKTIFa. Definisi :Pemeriksaan subjektif merupakan informasi rutin yang didapatkan dengan menggali informasi sebanyak mungkin dari pasien meliputi data pribadi, keluhan utama (anamnesis), riwayat medis dan riwayat dental. (Walton dan Torabinejad, 2008)Pada kasusPasien tidak ada keluhan spontan atau merasa sakit bila ada rangsangan seperti makanan dan minuman dingin.Aspek nyata dari nyeriSejumlah aspek nyeri merupakan petunjuk kuat bagi adanya penyakit pulpa dan / periradikuler sehingga bisa memberi petunjuk bagi perawatan yang sesuai. Aspek- aspek ini adalah1. Intensitas nyeriMakin kuat rasa nyeri makin besar kemungkinan adanya penyakit yang irreversibel. Nyeri intens adalah nyeri yang baru terjadi, tidak dapat diredakan oleh analgesik, dan menyebabkan pasien mencari pertolongan. Nyeri intens dapat timbul pada pulpitis irreversible/ periodontitis / abses apikalis simtomatik (akut).2. Nyeri spontanTimbul tanpa adanya stimulus. Jadi nyeri timbul tanpa sebab, disebut nyeri spontan. Nyeri spontan jika digabung dengan nyeri intens biasanya mengindikasikan adanya penyakit pulpa atau periradikuler yang parah. Ada beberapa kasus dimana nyeri intens dan terus menerus reda oleh karena dingin. Pasien seperti ini sering datang sambil menggenggam segelas air es yang diisapnya terus- menerus untuk mendinginkan giginya yang sakit. Nyeri ini adalah tanda dari pulpitis irreversibel.3. Nyeri terus- menerusNyeri ini bersifat terus- menerus dan bahkan intensitasnya makin meningkat setelah stimulusnya hilang. Contohnya, pasien mengemukakan adanya nyeri berkepanjangan setelah minum cairan dingin, yang lain mengeluhkan adanya nyeri intens yang terus- menerus setelah mengunyah. Nyeri terus- menerus akibat stimulus termal biasanya menandakan adanya pulpitis irreversibel. Nyeri terus- menerus setelah aplikasi tekanan pada gigi mengindikasikan penyakit periradikuler.(Walton & Torabinejad :2008)b. Riwayat Penyakit1. Riwayat MedisSuatu riwayat medis yang lengkap dan teliti tidak hanya membantu dalam penegakkan diagnosis, tetapi juga menyediakan informasi mengenai kerentanan dan reaksi pasien terhadap infeksi, hal-hal mengenai perdarahan, obat-obatan yang telah diberikan dan status emosionalnya. Karena riwayat media tidak dimaksudkan sebagai pemeriksaan klinis lengkap, pernyataan medis yang luas tidak diperlukan. Cukup formulir pemeriksaan singkat berisi penyakit serius yang sedang dan pernah diderita, dan cedera serta pembedahan yang pernah dialami. Jika ditemukan adanya penyakit fisik/ psikologis yang parah/ penyakit yang masih diragukan yang mungkin mengganggu diagnosis dan perawatan, lakukan pemeriksaan lebih lanjut dan konsultasikan dengan profesi kesehatan lainnya. (Walton dan Torabinejad, 2008) 2. Riwayat DentalRiwayat dental merupakan ringkasan dari penyakit dental yang pernah dan sedang diderita. Riwayat ini memberikan informasi mengenai sikap pasien terhadap kesehatan gigi, pemeliharaan serta perawatan. Informasi tersebut tidak hanya berperan penting dalam penegakkan diagnosis, melainkan berperan pula pada rencana perawatan. Pertanyaan yang diajukan menanyakan mengenai tanda dan gejala baik kini maupun masa lalu. Riwayat dental merupakan langkah yang penting untuk menentukan diagnosis spesifik. Riwayat dental juga memberikan informasi mengenai penyakit-penyakit gigi yang pernah dialami pasien di masa lalu serta petunjuk mengenai masalah psikologis yang mungkin ada dan menerangkan sejumlah temuan klinis yang tidak jelas. Informasi ini tidak hanya penting untuk menggali informasi terkait keluhan utama pasien, melainkan juga membantu dalam memilih tes/cara perawatan. (Walton dan Torabinejad, 2008)2.3 PEMERIKSAAN OBJEKTIF2.3.1 Pemeriksaan Ekstra OralPenampilan umum, tonus kulit, asimetri wajah, pembengkakan, perubahan warna, kemerahan, jaringan parut ekstra oral/saluran sinus dan kepekaan/membesarnya nodus limfe servikal/fasial adalah indikator bagi status fisik pasien. Pemeriksaan ekstra oral yang hati-hati akan membantu mengidentifikasikan sumber keluhan pasien serta adanya dan luasnya reaksi inflamasi di rongga mulut. (Walton & Torabinejad, 63:2008)2.3.2 Pemeriksaan Intra Oral1. Jaringan LunakPemeriksaan jaringan lunak rongga mulut biasanya dilakukan secara visual/palpasi. Yang diperiksa meliputi bibir, mukosa oral, pipi, lidah, palatum dan otot-otot serta semua keabnormalan yang ditemukan. Periksa pula mukosa alveolus dan gingiva cekat untuk melihat apakah daerah tersebut mengalami perubahan warna, terinflamasi, ulserasi/mempunyai saluran sinus biasanya menandakan adanya pulpa nekrosis/periodontitis apikalis supuratif/kadang-kadang abses periodontium. (Walton & Torabinejad, 63:2008)2. Gigi GeligiPemeriksaan gigi geligi dilakukan untuk mengetahui adanya perubahan warna, fraktur, abrasi, erosi, karies, restorasi luas, atau abnormalitas lain. Mahkota yang berubah warna sering merupakan tanda adanya penyakit pulpa/merupakan akibat perawatan saluran akar yang telah dilakukan sebelumnya. (Walton & Torabinejad, 64:2008)

2.3.3 Kedalaman karies:1. Karies superficial karies yang melibatkan dasar enamel2. Karies mediakaries yang melibatkan dasar dentin dan enamel, sisa dentin masih tebal3. Karies profundasisa dentin tinggal selapis tipis, adanya perforasi.2.3.4 FistulaDapat terlepas dari deteksi bila tertutup ludah/dapat juga suatu kavitas interproksimal luput dari perhatian bila terisi sisa makanan bila tidak diperiksa di bawah sinar terang dalam keadaan kering. Lubang fistula ke dalam krevisgingiva/poket dalam di bawah tulang mungkin luput dari pendeteksian karena kegagalan penggunaan probe, periodontal. Oleh karena itu penggunaan probe periodontal harus digunakan secara rutin untuk menentukan sttaus oeriodontal gigi yang dicurigai dan gigi di dekatnya.2.3.5 Penyebab perforasi gigi karena karies, alat kedokteran gigi, trauma.2.3.6 Perubahan warna gigiDisebabkan perawatan endodontik, stain karena restorasi amalgam lain, bahkan pengisi saluran akar, obat2an sperti tetrasiklin, juga berhubungan dengan pulpa nekrotik pulpa gangren, resorbsi internal dan eksternal terbukanya pulpa karena karies.2.3.7 TekananUntuk mengetahui adanya keradangan pada jaringan periodonsium.Cara: menekan gigi dengan instrument gigi atau dengan jari tangan2.3.8 Perkusi: (kalau ada rasa sakit, pemeriksaan dilakukan dengan tangan)Tujuan: menentukan adanya patosis pulpa dan jaringan periapikal.Cara: mengetuk permukaan insisal dan oklusal dengan ujung kaca mulut yang diletakan dengen aksis giniHasil (+) tajam: inflamasiHasil (+) ringan-sedang: inflamasi sedang periodontal ligament

2.3.9 Kegoyangan gigiDigunakan untuk mengevaluasi integritas apparatus pengikat di sekeliling gigi. Tes dilakukan dengan menggerakkangigi kea rah lateral dalam soketnya dengan menggunakan jari / menggunakan tangkai 2 instrumen . Tujuan tes ini untuk menentukan apakah gigi terikat kuat / longgar pada alveolusnya . Jumlah gerakan menunjukan kondisi periodonsiium makin besar gerakannya makin jelek status periodontalnya.1. Derajat I Sebagai gerakan gigi yang nyata dalam soketnya 2. Derajat II Gerakan gigi dalam jarak 1 mm3. Derajat IIIGerakan lebih besar drpd 1 mm / bila gigi dapat ditekan tidak boleh endodontic2.3.10 Pembesaran Kelenjar 1. Pemeriksaan kelenjar submandibular - kanan : teraba (+/-) , lunak / kenyal / keras,sakit (+/-) - kiri : teraba (+/-) , lunak / kenyal/ keras , sakit (+/-)2. Pemeriksaan kelenjar submental teraba (+/ -) , lunak / kenyal / kersa ,sakit (+/-)3. Pemeriksaan kelenjar servikal kanan : teraba (+/-) , lunak / kenyal / keras , sakit (+/-)kiri ; teraba (+/-) , lunak / kenyal / keras , sakit (+/-)Abnormal jika teraba D = 1- 4,5 cm . Konsistensi keras dapat mengarah ke keganasan sedangkan kenyal bisa mengarah limfoma, dan jika lunak bisa mengarah ke proses infeksi sensitifitas palpasi.Dilakukan dengan ujung jari menggunakan tekanan ringan untuk memeriksa konsistensi jaringan dan respon rasa sakit dilakukan dengan menemukan pembengkakan yang meliputi gigi yg terlibat dan menentukan hal berikut :1) apakah jaringan fluktuan dan cukup membesar untuk insisi dan drainase 2) adanya intensitas dan lokasi rasa sakit3) adanya dan lokasi adenopati 4) adanya krepitus tulangUntuk menentukan adenopati sebaiknya hati hati bila palpasi nodus limfa pada infeksi akut , untuk menghindari kemungkinan penyebaran infeksi melalui pembuluh limfatik . Bila gigi posterior nodus limfa submaxilary turut terlibat sedangkan pada gigi anterior biasanya menyebabkan pembengkakan nodus limfa submental2.3.11 Lokasi fraktur mahkota Fraktur mahkota meliputi :1) Fraktur email hanya memerlukan penghalusan bagian yang tajam/penambalan dengan komposit2) Fraktur dentin sebaiknya ditambal sesegara mungkin, khususnya pada pasien muda karena penetrasi bakteri melalui tubulus dentin cepat terjadi. Penambalan dengan semen kalsium hidroksida dan restorasi komposit sudah cukup ideal. 3) Fraktur pulpa dirawat dengan pulp capping , pulpotomi /ekstrasi pulpa2.3.12 Kondisi gingiva :Gingiva dikeringkan sebelum observasi.Yang diperiksa adalah :warna, kontur, konsistensi, ukuran, tekstur permukaan, posisi, perdarahan dan rasa sakit.Distribusi penyakit gingiva, keadaan akut atau kronis.Kondisi gingiva: 1. Normal warna coral pink, stippling terlihat.2. Hiperemisi terlihat kemerahan3. Retraksi usaha pendorongan gingiva gigi penyangga ke arah lateral dengan maksud agar tepi akhir preparasi gigi dapat tercetak dengan baik.2.3.13 Jenis PolipPulpitis irrversibel hiperplastik (polip pulpa) bentuk pulpitis irreversibel pada pulpa yang terinflamasi secara kronis hingga timbul ke permukaan oklusal. Dapat terjadi pada pasien muda oleh karena ruang pulpa yang masih besar dan punya pembuluh darah yang banyak, serta perforasi pada atap pulpa yang merupakan drainase polip pulpa. Polip pulpa biasanya asimtomatik dan terlihat sebagai benjolan jaringan ikat yang berwarna merah mengisi kavitas gigi di permukaan oklusal. (https://repository.unhas.ac.id/.../8%20Bab%2011%20Tinjauan%20Pustaka.doc)Polip gingiva merupakan radang pada gingiva yang menyebabkan pembesaran gusi yang di tandai dengan daging timbul akibat trauma terus menerus oleh mahkota gigi yang rusak atau tajam.(https://library.binus.ac.id/eols/eThesisdoc/Bab2HTML/lbm2000075Bab2/page36.html)2.4.14 Karang gigi :Plak dan karang gigi yang di supragingiva dapat dilihat. Kalkulus subgingiva dapat dideteksi dengan explorer.Pemeriksaannya dapat diukur dengan penilaian OHI-S.

2.4 TES VITALITAS2.4.1 Tes Thermal- PanasTes panas dilakukan dengan menggunakan gutta percha yang dipanaskan kemudian diletakkan pada 1/3 servikal. Bila timbul suatu respon, maka gutta percha harus segera diangkat. Dan juga harus dijaga untuk tdk menggunakan panas yang berlebihan agar tidak memicu terjadinya fase dilatasi pembuluh darah pada pulpa yg mempengaruhi keradanganTes dingin dapat menggunakan 3 metode, yaitui memakai es biasa, CO2 (es kering) dan refrigerant (cth: chlor ethyl) di gunakan pada cotton pellet kemudian diaplikasikan pada bagian 1/3 servikal gigi sampai timbul suatu respon2.4.2 Tes VitalitesterVitalitester merupakan pemerikasaan vitalitas pulpa dengan menggunakan aliran listrik dalam menstimulasi pulpa yang bertujuan untuk merangsang respon pulpa. Suatu respon positif merupakan indikasi vitalitas dan membantu dalam menentukan normalitas/abnormalitas pulpa tersebut. Tidak ada respon merupakan indikasi adanya nekrosis pulpa. Jika sudah melakukan tes ini maka tidak perlu dilakukan tes thermal konvensional

2.4.3 Tes KavitasTes ini dilakukan dengan cara mengebur melalui pertemuan email-dentin gigi tanpa anastesi. Pengeburan harus dilakukan dengan kecepatan rendah dan tanpa air pendingin. Sensitivitas/nyeri yang dirasakan oleh pasien merupakan suatu petunjuk vitalitas pulpa.2.4.4 Tes Jarum MillerTes ini dilakukan apabila pada pemeriksaan vitalitas sebelumnya, yaitu vitalitester, tes thermal, tes kavitas gigi tidak memberikan respon nyeri. Tes ini dilakukan dengan cara memasukkan jarum miller ke dalam pulpa sampai pasien merasa nyeri. Apabila pasien belum merasa nyeri, jarum miller terus dimasukkan sampai panjang rata-rata gigi.(Cohen :2011)

2.5 PEMERIKSAAN PENUNJANGRadiografi merupakan alat yang paling penting untuk diagnosa. Keterampilan dalam radiografi sangat diperlukan yang meliputi penempatan film, pengambilan sudut untuk mencegah distorsi gambar anatomic, waktu pecahayaan, dan teknik pencucian yang tepat. Radiografi dapat menunjukkan jumlah, bagian, bentuk, panjang dan lebar saluran akar, adanya material yang mengapur di rongga pulpa/ saluran akar, resorpsi dentin, kalsifikasi, penebalan ligament perio, resorpsi sementum, sifat dan perluasan kerusakan periapikal dan tulang alveolar.(Walton & Torabinejad :2008) 2.6 DIAGNOSIS AKHIR BESERTA ALASAN, PROGNOSIS, RENCANA PERAWATAN DAN KARTU STATUS2.6.1 Diagnosis akhir beserta alasanPulpitis Reversible pada gigi 46, Pulpitis reversibel merupakan suatu kondisi inflamasi pulpa ringan - sedang yang disebabkan oleh suatu etiologi. Tetapi pulpa mampu kembali pada keadaan tidak terinflamasi setelah etiologi ditiadakan.Alasan : 1. Pemeriksaan Subyektif Sakit bila makan dan minum dingin, tidak ada keluhan spontan.2. Pemeriksaan Obyektif Gigi masih vital2.6.2 PrognosisPrognosis Baik, karena inflamasi pulpa tidak parah dan kevitalan pulpa selama perawatan dapat dipertahankan.(Cohen:2011)2.6.3 Rencana PerawatanMenghilangkan iritan atau memperbaiki struktur gigi (karies, dentin yang terekspose) (Cohen:2011)2.6.4 Kartu Status

BAB IIIPENUTUP

Kesimpulan Diagnosis akhir yang tepat ditentukan oleh Prosedur diagnosis yang tepat sehingga dapat dilakukan rencana perawatan yang sesuai dengan diagnosa. Langkah-langkahnya meliputi pemeriksaan subyektif untuk menentukan keluhan uttama pasien diikuti dengan pemeriksaan obyektif yaitu pemeriksaan klinis. Untuk menunjang diagnosis akhir yang tepat, dapat pula dilakukan tes vitalitas gigi serta pemeriksaan penunjang. Pada kasus, diagnosis akhir adalah pulpitis reversible karena nyeri saat makan dan minum dingin tanpa adanya keluhan spontan.

DAFTAR PUSTAKA

1. Cohen,S dan Hargreaves K.2011.Cohens Pathways of the Pulp.10th edition2. Torabinejad, M., dan Walton, R.E., 2008,Endodontics: Principles and Practice, 4thedition 3. https://repository.unhas.ac.id/.../8%20Bab%2011%20Tinjauan%20Pustaka.doc diakses 4 Maret 20154. https://library.binus.ac.id/eols/eThesisdoc/Bab2HTML/lbm2000075Bab2/page36.html diakses 4 Maret 20155. http://repository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/2707/BAB%20II.docx?sequence=2 diakses 4 Maret 2015