tugas perlintan kel.2.docx

Upload: rofi-karomah

Post on 18-Oct-2015

183 views

Category:

Documents


6 download

TRANSCRIPT

TUGAS PERLINDUNGAN TANAMANAPLIKASI TAKTIK FISIS UNTUK PENGENDALIAN HAMA PASCA PANEN BERAS DALAM SIMPANANGuna Melengkapi Tugas Perlindungan Tanaman

Oleh :1. Riris WidyowatiH08101022. Rofi AmaliaH08101033. Rofi KaromahH08101044. Roslita SugiyantoH08101055. Rossiyani Dewi H0810106Dosen Pengampu : Ir. Yv. Pardjo Notosandjojo, M.S.

PROGRAM STUDI AGRIBISNISFAKULTAS PERTANIANUNIVERSITAS SEBELAS MARETTAHUN 2012BAB IPENDAHULUANBeras merupakan jenis padi-padian yang menjadi kebutuhan pokok masyarakat yang paling utama. Bahan pangan seperti beras tersebut diperlukan sepanjang masa sebagai kebutuhan pokok manusia sebelum sandang dan papan. Sebanyak 75% masukan kalori harian masyarakat di nagara-negara Asia berasal dari beras. Lebih dari 50% penduduk dunia tergantung pada beras sebagai sumber kalori utama. Seiring dengan itu, pertumbuhan penduduk yang makin meningkat menjadi tuntutan bagi bahan pangan untuk semakin hari semakin meningkat, baik jumlah maupun mutunya. Namun, produktivitas tanaman pangan waktunya sangat terbatas baik oleh musim atau keadaan alam sehingga mengakibatkan produksinya hanya bisa diperoleh pada waktu tertentu saja bahkan pada kondisi perubahan iklim yang terjadi sekarang ini sering menyebabkan banyak terjadi gagal panen. Oleh karena itulah, berbagai tindakan dilakukan mulai dari pengolahan hasil hingga pada penyimpanan produk pangan agar ketika dibutuhkan produk tersebut dapat tersedia.Selain adanya kondisi perubahan iklim yang terjadi di bumi ini, tahapan-tahapan dalam pascapanen padi juga sangat mempengaruhi kuantitas hasil padi yang diperoleh. Kehilangan hasil pada tahapan pascapanen dapat diakibatkan oleh banyak faktor, tetapi faktor hama adalah yang paling utama. Di negara berkembang termasuk di Indonesia kerusakan bahan hasil pertanian diperkirakan rata-rata mencapai 25-50 % dari total produksi. Sedangkan di negara maju, kerusakan yang terjadi berkisar antara 5-15 %. Produk pasca penen merupakan bagian tanaman yang dipanen dengan berbagai tujuan terutama untuk memberikan nilai tambah dan keuntungan bagi petani maupun konsumen. Pada setiap tahap dalam kegiatan pascapanen dapat terjadi penyusutan pada komoditas yang besarnya beragam tergantung pada baik buruknya sistem pascapanen yang diterapkan. Penyusutan akibat serangan organisme perusak terbesar terjadi di tempat penyimpanan. Menurut FAO, kehilangan hasil panen di negara-negara berkembang berkisar antara 10-13%, diantaranya berkisar 5% oleh berbagai jenis hama gudang seperti serangga, tikus, tungau, burung, dan jasad renik. Bulog memperkirakan susut bobot beras sekitar 25%, terdiri dari 8% waktu panen, 5% waktu pengangkutan, 2% waktu pengeringan, 5% waktu penggilingan, dan 5% waktu penyimpanan.

BAB IIISIBeras adalah suatu jenis komoditas utama di Indonesia, dan mampu disimpan dalam gudang dalam jangka waktu yang relatif lama, hal ini bisa mengakibatkan serangan hama pasca panen didalam penyimpanan.Hama pasca panen merupakan salah satu faktor yang memegang peranan penting dalam peningkatan produksi. Hama menjadi salah satu faktor penyebab kerusakan pada hasil pertanian baik dilapangan maupun ditempat penyimpanan. Hasil panen yang disimpan khususnya biji-bijian setiap saat dapat diserang oleh berbagai hama gudang yang dapat merugikan. Kerugian yang ditimbulkan oleh hama pasca panen ini berupa penurunan kualitas dan kuantitas yaitu kerusakan bentuk, aroma, tercampur kotoran, daya tumbuh, nilai gizi dan nilai sosial ekonomi materi yang disimpan. Kerugian akibat serangga hama dan penyakit di Indonesia diperkirakan rata-rata setiap tahun 15-20% dari potensi produksi pertanian total.Produk dalam simpanan ini khususnya beras juga tidak terlepas dari masalah organisme pengganggu tumbuhan terutama dari golongan serangga hama. Hama yang menyerang komoditas simpanan (hama gudang) mempunyai sifat khusus yang berlainan dengan hama yang menyerang tanaman ketika di lapang. Walaupun hama gudang (produk dalam simpanan) ini hidupnya dalam ruang lingkup yang terbatas, karena ternyata tidak sedikit pula jenis dan spesiesnya, yang masing-masing memiliki sifat sendiri, klasifikasi atau penggolongan hama yang menyerang produk dalam gudang untuk lebih mengenalnya dan lebih mudah mempelajarinya telah dilakukan oleh para ahli taksonomi. Berikut penjelasan lebih lanjut tentang hama pasca panen yang menyerang beras dan aplikasi taktik-taktik fisis untuk mengendalikannya:A. Hama Pasca Panen pada Beras dalam PenyimpananHama merupakan semua binatang yang aktifitasnya menimbulkan kerusakan pada tanaman dan menimbulkan kerugian secara ekonomis. Jenis hama serangga tidak hanya dijumpai di ladang ataupun di sawah, akan tetapi hama serangga dapat pula di jumpai pada bahan-bahan simpanan di gudang.Hama gudang hidup dalam ruang lingkup yang terbatas, yakni hidup dalam bahan-bahan simpanan di gudang.Beras merupakan salah satu komoditi yang membutuhkan penyimpanan dalam waktu yang relatif lama. Oleh karena itu, tidak jarang akan timbul berbagai gangguan khususnya hama pascapanen yang menyerang beras dalam penyimpanan. Berikut adalah beberapa hama yang menyerang beras dalam penyimpanan.1. Kumbang Bubuk Beras (Sitophilus oryzae)Sitophilus oryzae dikenal sebagai bubuk beras (rice weevil). Hama ini ditemukan pertama kali oleh Corolus Linaeus pada tahun 1763 di media padi.

Klasifikasi Kumbang Beras (Sitophilus oryzae) yaitu:Kingdom:AnimaliaFilum : ArthropodaKelas:InsectaOrdo : ColeopteraFamili : CurculionidaeGenus : SitophilusSpesies : Sitophilus oryzaeKumbang bubuk beras ini bersifat kosmopolit atau tersebar ke seluruh dunia, tapi terutama di daerah tropis dan sub tropis. Akibat penyerangan ini, dalam waktu tidak lebih dari 1 tahun, produksi beras yang disimpan dalam gudang-gudang akan rusak 10-20%. Dalam waktu yang relatif pendek, simpanan beras di gudang maupun lumbung akan berubah menjadi bubuk-bubuk beras yang bergumpalan, bila tempat-tempat itu mempunyai kondisi yang baik bagi kumbang untuk hidup dan berkembang biak.Kepala kumbang bubuk beras memanjang dan membentuk moncong. Pada ujungnya terdapat bagian mulut pengunyah untuk membor biji-biji beras.Hama Sitophilus oryzae bersifat polifag, selain merusak butiranberas, juga merusak simpanan jagung, padi, kacang tanah, gaplek, kopra, dan butiran lainnya.Akibat dari serangan hama ini, butir beras menjadi berlubang kecil-kecil, tetapi karena ada beberapa lubang pada satu butir, akan menjadikan butiran beras yang terserang menjadi mudah pecah dan remuk seperti tepung. Kualitas beras akan rusak sama sekali akibat serangan hama ini yang bercampur dengan air liur hama.Kumbang muda dan dewasa berwarna cokelat agak kemerahan, setelah tua warnanya berubah menjadi hitam. Terdapat 4 bercak berwarna kuningagak kemerahan pada sayap bagian depan, 2 bercak pada sayap sebelah kiri, dan 2 bercak pada sayap sebelah kanan. Panjang tubuh kumbang dewasa 3,5-5 mm, tergantung dari tempat hidup larvanya. Apabila kumbang hidup pada jagung, ukuran rata-rata 4,5 mm, sedang pada beras hanya 3,5 mm. Larva kumbang tidak berkaki, berwarna putih atau jernih dan ketika bergerak akan membentuk dirinya dalam keadaan agak membulat. Pupa kumbang ini tampak seperti kumbang dewasa.Cara berkembang biaknyanya dengan bertelur. Telur-telur itu diletakkan dalam biji-biji beras yang sudah dibor lebih dulu kemudian ditutup dengan cairan gelatin yang dihasilkan oleh kumbang itu sendiri. Kumbang betina dapat mencapai umur 3-5 bulan dan dapat menghasilkan telur sampai 300-400 butir. Lubang gerekan biasanya dibut sedalam 1 mm dan telur yang dimasukkan ke dalam lubang tersebut dengan bantuan moncongnya adalah telur yang berbentuk lonjong. Stadia telur berlangsung selama 7 hari. Larva yang telah menetas akan langsung menggerek butiran beras yang menjadi tempat hidupnya. Selama beberap waktu, larva akan tetap berada di lubang gerekan, demikian pula imagonya juga akan berada di dalam lubang selama 5 hari. Siklus hidup hama ini sekitar 28-90 hari, tetapi umumnya selama 31 hari. Panjang pendeknya siklus hidup hama ini tergantung pada temperatur ruang simpan, kelembapan di ruang simpan, dan jenis produk yang diserang.Faktor yang menentukan derajat kerusakan beras oleh kumbang beras dalam masa penyimpanan antara lain oleh pengaruh populasi, kadar air beras, kelembaban, kondisi fisik gudang, suhu, varietas asal beras, serta lama penyimpanan beras.2. Kumbang Tepung (Tribolium castaneum)Hama kumbang tepung ini juga disebut hama bubuk beras, bubuk Tribolium bukan hama yang khusus menyerang beras atau tepungnya. Pada kenyataannya, dimana pada komoditas beras ditemukan hama (Sitophilus oryzae), pasti akan ditemukan juga hama bubuk ini. Hama (Tribolium) hanya memakan sisa komoditas yang telah terserang hama (Sitophilus oryzae) sebelumnya yang berbentuk tepung (hama sekunder).

Klasifikasi Kumbang Tepung (Tribolium sp) yaitu:Kingdom: AnimaliaFilum: ArthropodaKelas : InsectaOrdo : ColeopteraFamili : TenebrionidaeGenus : TriboliumSpesies: (Tribolium sp.)Hama ini tidak hanya ditemukan dalam komoditas beras, tetapi juga terdapat pada gaplek, dedak, bekatul yang ada di toko maupun di rumah. Kumbang dewasa berbentuk pipih, berwarna cokelat kemerahan, panjang tubuhnya 4 mm. Telur berwarna putih agak merah dengan panjang 1,5 mm. larva berwarna cokelat muda dengan panjang 5-6 mm. Pupa berwarna putih kekuningan dengan panjang 3,5 mm. Kumbang betina mampu bertelur hingga 450 butir sepanjang siklus hidupnya. Telur diletakkan dalam tepung atau pada bahan lain yang sejenis yang merupakan pecahan kecil (remah). Larva bergerak aktif karena memiliki 3 pasang kaki thorixal. Larva akan mengalami pergantian kulit sebanyak 6-11 kali, tidak jarang pula pergantian kulit ini hanya terjadi sebanyak 6-7 kali, ukuran larva dewasa dapat mencapai 8-11 mm. Menjelang terbentuknya pupa, larva kumbang akan muncul di permukaan material, tetapi setelah menjadi imago akan kembali masuk ke dalam material. Siklus hidup dari kumbang 35-42 hari. 3. Ngengat Beras (Corcyra cephalonica)Ngengat beras menyebar luar di daerah tropis terutama di Asia Tenggara dan Asia Selatan. Stadia larva merupakan hama primer beras dan kerusakan diperparah oleh aktivitas bersarangnya yang membentuk ruangan-ruangan kecil (webbing). Larva melekatkan butir-butir beras hingga bergumpal dan menjadikannya sebagai tempat tinggal.

Ngengat beras berwarna coklat keabu-abuan pucat, telur berjumlah 200 butir dan menetas 3-5 hari setelah diletakkan. Larva berwarna putih krem dan akan merusak material simpanan dengan cara menggandeng butiran materail dengan air liurnya. Ngengat kecil berwarna coklat pucat, panjang tubuh 12-15 mm, rentang sayap depan 15-25 mm, antena sedang, kepala memiliki dua tonjolan kecil sehingga sekilas menyerupai bangun segitiga (ciri khas). Di daerah tropis Corcyra cephalonica bermetamorfosis sempurna dengan siklus hidup kurang lebih 28 hari pada suhu 300C dan kelembaban udara 70%, sedangkan di daerah dingin berlangsung 40-60 hari. Masa preoviposisi imago betina 1-2 hari setelah kemunculannya dari pupa, sedangkan puncak oviposisi pada usia imago 2-3 hari. Oviposisi dilakukan pada malam hari dan fekunditas mencapai 400 telur per indvidu. Telur Corcyra cephalonica berwarna putih kekuningan dan diletakkan secara soliter (tidak berkelompok). Setelah empat hari inkubasi, telur menetas menjadi larva yang memiliki tungkai semu pada abdomen ruas ke-tiga hingga ke enam dan sepuluh. Larva berwarna putih kelabu hingga kekuningan, aktif bergerak, dan mensekresi benang-benag sutera untuk mengikat kotoran dan butir-butir beras menjadi ruangan tempat tinggalnya. 4. Kumbang Penggerek Beras (Rhyzopertha dominica)Kumbang ini berukuran panjang 1,5-3 mm, tubuh silindris, kepala terletak di bawah pronotum. Kumbang berwarna coklat gelap atau hitam. Kumbang betina mampu menghasilkan telur sebanyak 300-500 butir dan diletakkan secara tunggal atau mengelompok dalam biji. Lama siklus hidup sekitar 2 bulan. Gejala serangannya ditandai dengan berlubangnya gabah dan adanya sisa gerekan berupa dedak halus hal ini menandakan beras menjadi rusak akibat hama ini. Penurunan hasil yang ditimbulkan kumbang ini yakni mencapai 7%.

5. Ngengat Tepung India (Plodia interpunctella)Ngengat tepung India termasuk hama primer beras dan menyebar luas di wilayah tropis. Ngengat berukuran kecil, berwarna coklat tua, permukaan atas sayap depan berwarna cokelat gelap, sedangkan permukaan bawahnya kuning gelap, rentang sayap 14-18 mm.

Larva berukuran sedikit lebih besar daripada Corcyra cephalonica. Tanpa bintik hitam pada kulit dan perkembangbiakan dan siklus hidup mirip dengan ngengat beras. Setelah kopulasi imago betina bertelur hingga 400 butir yang ditempelkan pada permukaan beras atau karung kemasan. Setelah empat hari telur menjadi larva yang aktiv bergerak di antara butir-butir beras.Stadia larva menyerang beras dengan gejala kerusakan seperti serangan ngengat beras Corcyra cephalonica.Stadia imago tidak makan, sehingga tidak menimbukan kerusakan pada beras. Stadia larva dilalui dalam 4-7 instar selama kurang lebih 16 hari, kemudian menjadi pupa dalam tempo tujuh hari. Pupa terbungkus kokon yang dibuatnya dari butir-butir beras yang saling diletakkan dengan semacam lamat hasil sekresi mulutnya. 6. Ngengat Gudang Tropis (Ephestia elutella)Di daerah tropis terdapat tiga spesies yang merupakan hama penting pada beras giling yaitu Ephestia elutella, Ephestia cautella, dan Ephestia kuehniella. Kerusakan akibat dimakan larva hanya sedikit, tetapi aktivitas bersarang dengan mengikat beberapa butir beras mengakibatkan banyak butir rusak dan terkontaminasi kotoran.

Larva tinggal di dalam gumpalan tersebut hingga menjadi pupa. Ketiga spesies merupakan ngengat kecil, panjang tubuh 7-9 mm, sayap depan abu-abu tua bergaris, rentangan sayap 16-19 mm, sayap belakang berwarna putih, dan kepala relatif besar. Ciri khasnya larva memiliki rambut-rambut setae yang dikelilingi oleh lingkaran kecil berwarna gelap. Ngengat aktif terbang pada senja hari tetapi tidak tertarik dengan cahaya lampu. Perkembangbiakan dan siklus hidupnya mirip dengan ngengat beras dan ngengat tepung india.Di daerah tropis, perkembangan telur hingga imago Ephestia sp. Berlangsung 25-30 hari pada suhu 300C dengan kelembaban udara 70%, sedangkan di daerah dingin berlangsung berlangsung 6-12 minggu. Fekunditas seekor betina kurang lebih 300 telur yang diletakkan pada permukaan beras secara berderet. Setelah menetas, larva bergerak bebas pada butir-butir beras dan melalui enam tahap instar. Pada instar terakhir larva membuat gumpalan-gumpalan dari butir beras yang saling dilketkan sebagai tempat untuk melalui fase pupa, hingga kemudian muncul sebagai imago yang baru.7. Kumbang Karat Padi (Cryptolestes ferrugineus)Larva dan imago kubang karat padi merupakan hama sekunder pada beras dan produk tanaman pangan lainnya. Beras yang diserang adalah butir yang telah rusak, pecah atau berjamur.

Pada serealia yang belum diolah, larva melakukan penetrasi dan menyerang bagian embrio sehingga biji tidak mampu berkecanbah. Penyebarannya meliputi daerah tropis berkelembaban udara tinggi dan wilayah subtropis yang hangat. Tubuh berbentuk pipih, panjang 1,5-2,5 mm, dan berwarna cokelat kemerahan. Ciri khas antena relatif pendek dengan ruas berbentuk bulat. Kumbang karat padi bermetamorfosis sempurna seiring dengan perkembangan dari telur hingga imago berlangsung 23-35 hari. Setelah kopulasi, imago betina meletakkan telur di antara butir-butir beras. Telur yang semula berwarna putih bening berubah keruh menjelang menetas menjadi larva yang aktif bergerak. Pupasi berlangsung di dalam kokon.

8. Kumbang Karat Pipih (Cryptolestes pusillus)Morfologi kumbang karat pipih mirip dengan karat padi. Ciri khas kumbang karat pipih adalah antena relatif panjang dengan ruas lebih panjang, dan ujung anterior pronotum sedikit melebar ke arah lateral. Ciri tersebut dapat digunakan sebagai pembeda dengan kumbang karat padi. Dalam penyimpanan. Kedua spesies sering ditemukan bersama-sama menyerang beras dan komoditi lain.

9. Kumbang Bergerigi (Oryzaephilus surinamensis)Imago kumbang bergiri memiliki perilaku khas, yaitu bergerak cepat dan gesit pada permukaan beras yang diserangnya. Larva dan imago menimbulkan kerusakan pada beras dengan gejala mirip serangan. Imago memakan beras melalui bagian yang rusak, sedangkan larva memakan dari alam. Pada kopra dan buah-buahan yang dikeringkan, larva menggerek daging buah dan meninggalkan bekas berupa terowongan kecil.

Tubuh pipih, ramping, antena berbentuk ganda dengan ruas tersusun rapat dan membesar pada ujungnya. Ciri khasnya, terdapat enam buah tonjolan menyerupai gerigi pada kedua sisi toraks dan tiga garis menonjol pada bagian dorsal toraks. Sayap depan memiliki tonjolan garis-garis memanjang searah sayap. Kumbang bergerigi ini termasuk kelompok serangga holometabola, perkembangan telur hingga imago berlangsung selama 20-30 hari di daerah tropisdan 75 hari di daerah dingin. Fekunditas seekor betina 50-300 telur, telur diletakkan tersebar di antara butir beras. Larva kumbang bergerigi berukuran besar, hampir dua kali panjang imagonya, bergerak aktif, dan memakan beras dari dalam. Pupasi dilalui dalam kokon, imago hidup berkisar antara 6-10 bulan.10. Kumbang Bergerigi (Oryzaephillus mercator)Disebut juga sebagai kumbang bergerigi meskipun merupakan spesies yang berbeda.

Ciri-ciri morfologi Oryzaephillus mercator mirip dengan kumbang bergerigi. Pembedanya torak Oryzaephillus mercator sedikit lebih lebar melebar sehingga tiga tonjolan pada dorsal torak terlihat melengkung, sedangkan pada Oryzaephillus mercator relatif sejajar, tidak melebar ke samping sehingga torak terlihat lebih ramping dan lurus. Tubuh Oryzaephillus mercator cenderung berwarna lebih terang. Kumbang ini sering ditemukan bersama Oryzaephillus surinamensis menyerang beras dan biasanya lebih dominan.B. Taktik-Taktik Fisis Pengendalian Hama Beras pada PenyimpananProses penyimpanan merupakan tahap pasca panen yang penting. Pada tahap ini komoditas pasca panen akan mengalami perubahan kualitas dan kuantitas yang dipengaruhi oleh fasilitas penyimpanan serta hama. Penyimpanan beras merupakan salah satu mata rantai kegiatan pasca panen sebelum komuditas di distribusikan. Kehilangan komunitas berupa menurunnya mutu, bertambahnya kadar air, kotoran benda asing, kerusakan bentuk, warna, bau, rasa, dan kehilangan kualitas berupa penyusutan berat harus diperhatikan selama penyimpanan.Seringkali dalam periode pascapanen khususnya beras terdapat banyak hama yang menyerang. Hama pascapanen adalah organisme-organisme yang merusak hasil pertanian baik yang telah dipanen atau lewat masa panen. Sumber investasi hama pasca panen (hama gudang) yaitu berasal dari lahan yang masuk ke gudang, berasal dari yang sudah ada di komoditi simpannya, dari fasilitas penyimpanan, dan dari bahan-bahan lain yang ada di gudang. Bentuk kerusakan ham pasca panen (hama gudang) ada dua yaitu secara langsung dan tidak langsung. Secara langsung terjadi dari mulai awal secara langsung gejala sudah terlihat sedangkan bentuk kerusakan secara tidak langsung yaitudari awal serangan kenampakan gejala tampak lama misalnya di kecambah biji.Serangga hama di penyimpanan, terutama hama-hama penting adalah serangga yang telah teradaptasi pada lingkungan penyimpanan dengan baik, karena habitat penyimpanan merupakan reservoir alaminya, toleransinya yang tinggi terhadap faktor fisik di penyimpanan, keragaman perilaku makan pada berbagai bahan simpan, laju reproduksi yang tinggi kemampuan yang tinggi dalam menemukan lokasi sumber makanan kemampuan bertahan hidup dalam kondisi tanpa pangan. Hama dalam penyimpanan seringkali menurunkan produksi pertanian sehingga berdampak kerugian pada petani. Maka dari itu dibutuhkan pengendalian-pengendalian terhadap serangan hama ini. Berikut adalah taktik-taktik fisis pengendalian hama pascapanen pada penyimpanan beras.1. Pengurangan Kadar Air Bahan SimpananKadar air adalah kandungan air yang terdapat di dalam butiran gabah, yang dapat dinyatakan dengan persen. Telah kita ketahui bahwa, tingginya kadar air bahan akan memacu meningkatnya intensitas serangan serangga gudang. Oleh karena itu, diperlukan tindakan dalam rangka mengurangi kadar air bahan. Selama ini, petani sendiri telah tahu mengenai kadar air gabah.Namun, kendala yang dihadapi adalah masih kurangnya peralatan yang dimiliki petani untuk bisa mengukur kadar air bahan sehingga mereka lebih mengandalkan kebiasaan yakni dengan cara setempat. Di beberapa daerah di Sumatera Selatan, pengukuran kadar air gabah dilakukan petani dengan cara menggigit gabah tersebut. Artinya jika gabah digigit retak-retak, gabah tersebut dianggap utuh kalau digiling. Cara tradisional ini memang mudah dilakukan tapi tentunya dengan tingkat keakuratan yang diragukan. Beberapa alat pengukur kadar air gabah telah dipasarkan. Alat ukur kadar air yang sekarang terdapat di pasaran adalah alat ukur kadar air model digital. Alat ini lebih praktis dan mudah pemakaiannya. Namun, harga alat ini masih tergolong mahal. IRRI telah mengembangkan alat pengukur kadar air gabah yang praktis dan dengan harga yang terjangkau.

Alat pengukur kadar air pada beras (Grain Moisture Meter)Apabila setelah pengukuran kadar air gabah masih relatif tinggi dari normal, maka diperlukan perlakuan yang benar untuk menguranginya tetapi dengan syarat tidak merusak kualitas bahan simpanan. Kadar air biji berkorelasi positif dengan ketahanan hidup. Kadar air meningkat, kondisi lingkungan makin baik untuk serangga sehingga ketahanan hidupnya pun meningkat. Sebaliknya, ketahanan hidup hama pascapanen menurun bila kadar air biji rendah.Beras dengan kadar air kurang dari 14% akan lebih aman disimpan, sedangkan beras dengan kadar air lebih dari 14% akan menyebabkan perkembangbiakan mikroba dan serangga bertambah cepat. Tindakan pengurangan kadar air gabah dapat dilakukan dengan cara penjemuran bahan.

Penjemuran merupakan cara praktis untuk mengurangi kadar air gabah dalam jumlah besar di tingkat petani. Dalam penjemuran ini diperlukan tindakan lain seperti harus dilakukan pembalikan secara berkala. Proses pengeringan di pedesaan umumnya masih dilakukan dengan cara tradisional yaitu penjemuran di bawah panas matahari dengan alas tikar/terpal/plastik di halaman atau tanggul saluran/jalan. Selama penjemuran gabah dibiarkan di lapangan sedang bila turun hujan atau malam hari cukup ditutupi karung atau plastik.2. Menjaga Suhu dan Kelembaban GudangFaktor suhu dapat mempengaruhi penyebaran, frekuenditas, kecepatan perkembangan, lama hidup dan mortalitas hama. Setiap perubahan faktor fisik mempengaruhi berbagai parameter kehidupan tersebut. Serangga biasanya memiliki kisaran suhu optimum termasuk dalam hal ini hama pascapanen dalam penyimpanan baik jenis Sitophilus sp maupun Tribolium sp. Suhu optimum pertumbuhan hama gudang adalah 25-37.5C. Ketahanan hidup akan turun drastis di luar kisaran tersebut. Disamping itu, kelembaban udara di gudang penyimpanan juga harus dijaga. Penjagaan tersebut akan bermanfaat dalam melindungi beras pada penyimpanan agar tidak diserang serangga. 3. Kemasan Kedap UdaraPenyimpanan kedap udara mencakup penempatan beras ke dalam kontainer (wadah) yang menghentikan pergerakan udara (oksigen) dan air antara atmosfer luar dan beras yang disimpan. Teknologi ini sudah mulai diterapkan di beberapa negara di Asia Tenggara. Sistem ini dapat menggunakan kontainer plastik khusus atau kontainer yang lebih kecil terbuat dari plastik atau baja atau bahkan pot dari tanah. Ukuran penyimpan dapat berkisar antara 25 liter sampai 300 ton. Sistem ini dapat digunakan untuk beras. Penyimpanan kedap udara memperbaiki kualitas beras dan viabilitas benih karena cara ini menjaga stabilitas kandungan air dan mengurangi kerusakan karena hama tanpa penggunaan pestisida. Viabilitas atau kelangsungan hidup benih di daerah tropis dapat dapat ditingkatkan dari 6 sampai 12 bulan. Penyimpanan tertutup mengendalikan serangga karena serangga menggunakan oksigen yang ada sepanjang respirasi dan mengeluarkan karbon dioksida (misalnya tingkat oksigen dapat berkurang dari 21% menjadi kurang dari 5% dalam 10-21 hari). Pada kondisi oksigen rendah ini, aktivitas serangga menjadi minimal dan reproduksi terhenti.

4. Pengaturan Tempat PenyimpananTempat penyimpanan juga sangat mempengaruhi kesukaan serangga gudang terhadap beras yang disimpan. Tempat penyimpanan yang tidak baik dengan kelembaban tinggi dan temperatur yang tidak sesuai akan memacu perkembangbiakan serangga. Walaupun kadar air gabah sudah memenuhi standar setelah dikeringkan, akan tetapi jika tempat penyimpanan tidak sesuai justru akan meningkatkan kembali kadar air gabah. Tempat penyimpanan ini meliputi ruang penyimpanan maupun material yang digunakan untuk menyimpan bahan.5. Penggunaan lampu perangkapLampu perangkap lebih banyak digunakan sebagai alat monitoring serangga karena daya tariknya terhadap serangga terbang pada tempat penyimpanan beras. Lampu perangkap juga dapat digunakan sebagai alat pengendalian terutama untuk mengurangi populasi serangga dewasa. Serangga dewasa dapat bersifat fototropik positif (tertarik cahaya), fototropik negatif. (menghindari cahaya). Dipengaruhi oleh adanya daya tarik serangga terhadap cahaya lampu fungsi utama lampu ini hanya menarik perhatrian serangga yang selanjutnya ketika sudah terkumpul dapat dikendalikan dengan ditangkap. Hal ini juga efektif dalam pengendalan hama pasca panen pada beras, misalnya saja ngengat. Ngengat ada yang suka terhadap cahaya, hal ini dapat dimanfaatkan dengan cara menagkap ngengat menggunakan cahaya misalnya cahaya lampu ataupun obor. Selanjutnya ketika ngengat telah tertangkap kemudian dimatikan. 6. Penggunaan Gelombang SuaraPenggunaan intensitas suara yang sangat tinggi dapat merusak serangga. Pengunaan suara lemah dapat merusak serangga. Merekam dan mendengarkaun suara yang dihasilkan oleh serangga guna menggangu perilaku serangga sasaran.

BAB IIIKESIMPULANBeras merupakan bahan pangan utama di Indonesia maupun di dunia. Komoditas ini dapat disimpan dalam jangka waktu yang relatif lebih lama bila dibandingkan dengan produk pertanian lainnya. Maka beras juga menjadi lebih rawan terkena gangguan hama di tempat penyimpanan. Hama-hama di penyimpanan tersebut dapat menurunkan kualitas maupun kuantitas beras hingga 50% dari total produksi.Hama-hama yang ada di gudang bisa berasal dari lahan kemudian masuk ke gudang, dari fasilitas penyimpanan, dari bahan-bahan lain di gudang ataupun berasal dari komoditas itu sendiri. Adapun hama-hama yang menyerang beras saat penyimpanan yaitu:1. Kumbang bubuk beras (Sitophilus oryzae)2. Kumbang tepung (Tribolium castaneum)3. Ngengat beras (Corcyra cephalonica)4. Kumbang penggerek beras (Rhyzopertha dominica)5. Ngengat tepung india (Plodia interpunctella)6. Ngengat gudang tropis (Ephestia elutella)7. Kumbang karat padi (Cryptolestes ferrugineus)8. Kumbang karat pipih (Cryptolestes pusillus)9. Kumbang bergerigi (Oryzaephillus surinamensis)10. Kumbang bergerigi (Oryzaephillus mercator)Pengendalian hama pasca panen padi yaitu saat penyimpanan dalam bentuk beras dapat dilakukan dengan teknik fisis. Adapun cara-caranya yaitu:1. Pengurangan kadar air beras.2. Menjaga suhu dan kelembaban gudang.3. Menyimpan beras dalam kemasan yang kedap udara.4. Pengaturan tempat penyimpanan.5. Penggunaan lampu perangkap.6. Penggunaan gelombang suara.DAFTAR PUSTAKAAnggara, Agus W. dkk. 2007. Hama Pascapanen Padi dan Pengendaliannya. Balai Besar Penelitian Tanaman Padi.Anonim. 2009. Mengatasi Hama Gudang. http://isengnulis.multiply.com/. Diakses pada tanggal 13 Maret 2012._______. 2011. Menekan Serangan Hama Pasca Panen. http://sawahkita.com/. Diakses pada tanggal 13 Maret 2012.Nuryatiningsih. 2011. Teknik-Teknik Pengendalian OPT dan Penerapan Konsep PHT (Pengendalian Hama Terpadu). Balai Besar Perbenihan dan Proteksi Tanaman Perkebunan : Surabaya.Soemartono, dkk. 1974. Bercocok Tanam Padi. CV. Yasaguna : Jakarta.Syahri. 2012. Tinjauan Perbaikan Teknologi Pasca Panen Padi untuk Menekan Serangan Serangga Hama Gudang. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian : Sumatera Selatan.Syamsuddin. 2008. Bioteknologi Hama Pasca Panen dan Pengendaliannya. Seminar Ilmiah dan Pertemuan Tahunan PEI PFI XIX Komisariat Daerah Sulawesi Selatan.