makalah bk

22
MAKALAH PERANAN GURU BIDANG STUDI DALAM LAYANAN BIMBINGAN DAN KONSELING Disusun oleh: Aulia Parahita (4301413050/2013) UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG i

Upload: aulia-parahita

Post on 12-Nov-2015

218 views

Category:

Documents


3 download

DESCRIPTION

pendidikan

TRANSCRIPT

MAKALAHPERANAN GURU BIDANG STUDI DALAM LAYANAN BIMBINGAN DAN KONSELING

Disusun oleh:Aulia Parahita(4301413050/2013)

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANGKOTA SEMARANG2014

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL iDAFTAR ISI iiBAB I PENDAHULUANLatar Belakang 1Rumusan Masalah 2Tujuan Penyusunan 2BAB II PEMBAHASANMasalah-masalah Siswa Sekolah Lanjutan 3Peranan Guru Bidang Studi dalam Layanan Bimbingan dan Konseling5Kerja Sama Guru Bidang Studi dengan Konselor dalam Layanan Bimbingan 9BAB III PENUTUPKesimpulan 12Saran 12DAFTAR PUSTAKA 13

i

BAB IPENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANGBimbingan dan konseling atau sering kita kenal dengan singkatan BK. Istilah ini bukan hal yang asing lagi bagi kita. Namun kenyataannya banyak orang yang tidak mengetahui dan mengerti fungsi dan tugas dari BK di lingkungan pendidikan khususnya. Banyak orang berpendapat bahwa BK adalah tempat untuk menangani siswa-siswa yang nakal dan bandel. Sehingga BK terkesan menjadi tempat yang menyeramkan bagi para siswa. Hal ini yang menyebabkan siswa enggan berkonsultasi ketika menghadapi permasalahan kepada BK di sekolah.Persepsi yang kurang tepat terhadap BK tidak hanya pada masyarakat awam. Para guru bidang studi sebagai pendidik pun masih ada yang beranggapan bahwa BK bukan merupakan bagian dari tugasnya. Tetapi adalah tugas khusus guru BK (konselor). Pandangan ini menjadikan guru leluasa melaporkan dan mengirim siswa yang dianggap nakal, buruk dan kurang asertif ke guru BK untuk menangani. Padahal, gurulah yang seharusnya memberikan penanganan terhadap masalah-masalah yang dihadapi para siswa. Karena guru bidang studi yang lebih sering berinteraksi dengan siswa dibanding dengan guru BK. Berdasarkan hal tersebut, guru bidang studi sebenarnya dituntut untuk menguasai kompetensi dalam hal bimbingan dan konseling.Bimbingan dan konseling selalu diidentikan sebagai tempatnya siswa yang bermasalah. Berkenaan dengan masalah-masalah yang dihadapi para siswa, maka perlu adanya pendekatan-pendekatan melalui pelaksanaan bimbingan dan konseling. Disini, guru bidang studi memiliki peranan yang sangat penting. Guru merupakan sumber yang sangat menguasai informasi tentang keadaan siswa. Di dalam melakukan bimbingan dan konseling, perlu adanya kerjasama antara konselor dengan personel lain di sekolah seperti guru bidang studi atau wali kelas. Kerja sama ini merupakan syarat yang tidak boleh ditinggalkan dan akan menjamin tersusunnya program bimbingan dan konseling yang komprehensif, memenuhi sasaran serta realistik.

B. RUMUSAN MASALAHBerdasarkan latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan beberapa rumusan masalah sebagai berikut :1. Apa masalah-masalah yang dihadapi siswa sekolah lanjutan ?2. Bagaimana peranan guru bidang studi dalam layanan bimbingan dan konseling di sekolah ?3. Bagaimana kerja sama guru bidang studi dengan konselor dalam layanan bimbingan ?

C. TUJUAN PENYUSUNANBerdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penyusunan makalah adalah sebagai berikut :1. Mengetahui dan memahami tentang masalah-masalah yang dihadapi siswa sekolah lanjutan2. Mengetahui dan memahami peranan guru bidang studi dalam layanan bimbingan dan konseling di sekolah3. Mengetahui tentang kerja sama guru bidang studi dengan konselor dalam layanan bimbingan.

BAB IIPEMBAHASAN

A. Masalah-Masalah Siswa Sekolah Lanjutan1. Pengertian MasalahMasalah adalah suatu kendala atau persoalan yang harus dipecahkan dengan kata lain masalah merupakan kesenjangan antara kenyataan dengan suatu yang diharapkan dengan baik, agar tercapai tujuan dengan hasil yang maksimal. Masalah yang menimpa seseorang bila dibiarkan berkembang dan tidak segera dipecahkan dapat mengganggu kehidupan, baik dirinya sendiri maupun orang lain. 2. Ciri-ciri MasalahSebuah masalah mempunyai ciri-ciri, Pravitno (1985) mengemukakan ciri-ciri masalah yaitu :a. Masalah adalah sesuatu yang tidak disukai adanyab. Menimbulkan kesulitan bagi diri sendiri atau orang lainc. Ingin (perlu) dihilangkan.Setiap masalah yang dialami seseorang biasanya mengandung satu atau lebih ciri di atas. Suatu masalah juga terjadi pada diri sendiri. Suatu hal, kejadian suasana atau gejala yang tidak disukai adanya, yang dapat menimbulkan kesulitan atau kerugian bagi diri sendiri ataupun orang lain, dan ingin dihilangkan. Maka dengan itu, suatu masalah dapat terjadi pada siapa saja, termasuk siswa sekolah dasar. Masalah itu perlu diupayakan penanggulangannya agar menjadi sesuai dengan apa yang diharapkan dengan baik.3. Jenis-jenis Masalah Siswa Sekolah LanjutanSikap dan perilaku anak yang berada dalam masa puber sering mengganggu tugas-tugas perkembangan anak pada fase berikutnya yaitu fase masa remaja, dan sebagai akibatnya anak akan mengalami gangguan dalam menjalani kehidupan pada fase masa remaja. Berikut beberapa masalah yang dialami oleh remaja antara lain :1) Masalah emosiEmosi remaja sering kali sangat kuat, tidak terkendali, dan tampak irrasional. Hal ini dapat dilihat dari gejala seperti mudah marah dan dirangsang emosi meledak-ledak dan tidak mampu mengendalikan perasaan. Sekolah sebagai lembaga formal bertanggung jawab untuk membantu subjek didik menuju kedewasaan. Misalnya dengan pelayanan melalui program layanan informasi, layanan konseling dan layanan bimbingan dan konseling kelompok.2) Masalah Penyesuaian DiriRemaja harus menyesuaikan diri dengan lawan jenis baik sesama remaja maupun dengan orang dewasa di luar lingkungan keluarga dan sekolah. Yang menjadi masalah adalah apabila remaja salah bergaul, misalnya dalam kelompok pamakai obat terlarang, minuman keras dan perilaku negatif lainnya. Untuk itulah maka sekolah harus membantu dalam penyesuaian dirinya. Melalui penyediaan sarana dan prasarana serta fasilitas pembinaan bakat dan minat baik lewat kegiatan kurikuler maupun kokurikuler di sekolah, diharapkan dapat mencegah dan mengatasi kesalahan pergaulan.3) Masalah Perilaku SeksualPada masa ini remaja mulau tertarik pada lawan jenis, bersikap romantis, yang diikuti keinginan yang kuat untuk memperoleh dukungan dan perhatian lawan jenis. Sebagai akibatnya remaja mempunyai minat yang tinggi pada seks. Informasi yang tidak tepat dapat menimbulkan perilaku seks remaja yang apabila ditinjau dari segi moral dan kesehatan tidak layak untuk dilakukan. Untuk menanggulangi dan mengatasi masalah itu, sekolah hendaknya melakukan tindakan nyata, yaitu memasukkan pendidikan seks ke dalam mata pelajaran yang bersangkutan. Misalnya tentang reproduksi pada pelajaran biologi, seks yang baik dalam bidang agama, dan lain-lain. 4) Masalah Perilaku SosialTanda-tanda masalah perilaku sosial pada remaja dapat dilihat dari diskriminasi terhadap mereka yang berlatar belakang ras, agama atau sosial ekonomi yang berbeda. Untuk mencegah dan mengatasi masalah tersebut, sekolah dapat menyelenggarakan kegiatan kelompok dengan tidak memperhatikan latar belakang suku, agama dan sosial ekonomi. Sekolah harus memperlakukan siswa secara sama dan tidak membeda-bedakan siswa yang satu dengan lainnya.5) Masalah MoralMasalah moral remaja ditandai dengan adanya ketidakmampuan remaja membedakan yang benar dan yang salah. Hal ini disebabkan oleh ketidakkonsistenan dalam konsep benar dan salah yang ditemukan dalam kehidupan sehari-hari untuk mencegah masalah tersebut sebaiknya sekolah menyelenggarakan kegiatan keagamaan dan meningkatkan pendidikan budi pekerti.6) Masalah KeluargaSebab umum pertentangan keluarga pada masa remaja adalah standar perilaku, metode disiplin, hubungan dengan saudara kandung, dan sikap yang sangat kritis pada remaja. Remaja sering menganggap standar perilaku orang tua yang kuno dan yang modern berbeda. Menurut remaja, orang tua yang mempunyai standar yang kuno harus mengikuti standar modern, sedangkan orang tua tetap pada pendiriannya semula.

B. Peranan Guru Bidang Studi dalam Layanan Bimbingan dan Konseling di SekolahImplementasi kegiatan BK dalam pelaksanaan Kurikulum Berbasis Kompetensi sangat menentukan keberhasilan proses belajar-mengajar. Oleh karena itu peranan guru kelas dalam pelaksanaan kegiatan BK sangat penting dalam rangka mengefektifkan pencapaian tujuan pembelajaran yang dirumuskan. Sardiman (2001:142) menyatakan bahwa ada sembilan peran guru dalam kegiatan BK, yaitu:a. Informator, guru diharapkan sebagai pelaksana cara mengajar informatif, laboratorium, studi lapangan, dan sumber informasi kegiatan akademik maupun umum.b. Organisator, guru sebagai pengelola kegiatan akademik, silabus, jadwal pelajaran dan lain-lain.c. Motivator, guru harus mampu merangsang dan memberikan dorongan serta reinforcement untuk mendinamisasikan potensi siswa, menumbuhkan swadaya (aktivitas) dan daya cipta (kreativitas) sehingga akan terjadi dinamika di dalam proses belajar-mengajar.d. Director, guru harus dapat membimbing dan mengarahkan kegiatan belajar siswa sesuai dengan tujuan yang dicita-citakan.e. Inisiator, guru sebagai pencetus ide dalam proses belajar-mengajar.f. Transmitter, guru bertindak selaku penyebar kebijaksanaan dalam pendidikan dan pengetahuan.g. Fasilitator, guru akan memberikan fasilitas atau kemudahan dalam proses belajar-mengajar.h. Mediator, guru sebagai penengah dalam kegiatan belajar siswa.i. Evaluator, guru mempunyai otoritas untuk menilai prestasi anak didik dalam bidang akademik maupun tingkah laku sosialnya, sehingga dapat menentukan bagaimana anak didiknya berhasil atau tidak.

Peranan guru dalam pelaksanaan bimbingan di sekolah dapat dibedakan menjadi dua :a) Tugas Guru dalam Layanan Bimbingan di KelasGuru perlu mempunyai gambaran yang jelas tentang tugas-tugas yang harus dilakukannya dalam kegiatan bimbingan. Kejelasan tugas ini dapat memotivasi guru untuk berperan secara aktif dalam kegiatan bimbingan dan mereka merasa ikut bertanggung jawab atas terlaksananya kegiatan itu. Sehubungan dengan itu Rochman Natawidjaja dan moh. Surya (1985) menyatakan bahwa fungsi bimbingan dalam proses mengajar itu merupakan salah satu kompetensi guru yang terpadu dalam keseluruhan pribadinya. Perwujudan kompetensi ini tampak dalam kemampuannya untuk menyesuaikan diri dengan karakteristik siswa dan suasana belajarnya.Perilaku guru dapat mempengaruhi keberhasilan belajar. Oleh karena itu, guru harus dapat menerapkan fungsi bimbingan dalam kegiatan belajar mengajar. Sehubungan dengan itu, Rochman Natawidjaya dan Moh. Surya dalam Soetjipto dan Kosasi (2009 : 108) mengemukakan beberapa hal yang harus diperhatikan guru dalam proses belajar mengajar sesuai dengan fungsinya sebagai guru dan pembimbing, yaitu : a. Perlakuan terhadap siswa didasarkan atas keyakinan bahwa sebagai individu, siswa memiliki potensi untuk berkembang dan maju serta mempu mengarahkan dirinya sendiri untuk mandiri.b. Sikap yang positif dan wajar terhadap siswa.c. Perlakuan terhadap siswa secara hangat, ramah, rendah hati, menyenanagkan.d. Pemahaman siswa secara empatik.e. Penghargaan terhadap martabat siswa sebagai individu.f. Penampilan diri secara ahli (genuine) tidak berpura-pura di depan siswa.g. Kekonkretan dalam menyatakan diri.h. Penerimaan siswa secara apa adanya.i. Perlakuan terhadap siswa secara permissive.j. Kepekaan terhadap perasaan yang dinyatakan oleh siswa dan membantu siswa untuk menyadari perasaannya itu.k. Kesadaran bahwa tujuan mengajar bukan terbatas pada penguasaan siswa terhadap bahan pengajaran saja, melainkan menyangkut pengembangan siswa menjadi individu yang lebih dewasa.l. Penyesuaian diri terhadap keadaan yang khusus.

Abu ahmadi (1977) mengemukakan peran guru sebagai pembimbing dalam melaksanakan proses belajar-mengajar, sebagai berikut :a. Menyediakan kondisi-kondisi yang memungkinkan setiap siswa merasa aman, dan berkeyakinan bahwa kecakapan dan prestasi yang dicapainya mendapat penghargaan dan perhatian. Suasana yang demikian dapat meningktakan motivasi belajar siswa, dan dapat menimbulkan rasa percaya diri siswa.b. Mengusahakan agar siswa-siswa dapat memahami dirinya, kecakapan-kecakapan, sikap, minat, dan pembawaannya.c. Mengembangkan sikap-sikap dasar bagi tingkah laku sosial yang baik. Tingkah laku siswa yang tidak matang dalam perkembanagn sosialnya ini dapat merugikan dirinya sendiri maupun teman-temannya. d. Menyediakan kondisi dan kesempatan bagi setiap siswa untuk memperoleh hasil yang lebih baik. Guru dapat memberikan fasilitas waktu, alat atau tempat bagi para siswa untuk mengembangkan kemampuannya.e. Membantu memilih jabatan yang cocok, sesuai dengan bakat, kemampuan, dan minatnya. Berhubung guru relatif lama dengan para siswanya, maka kesempatan tersebut dapat dimanfaatkannya untuk memahami potensi siswa. Guru dapat menunjukkan arah minat yang cocok dengan bakat dan kemampuannya. Melalui penyajian materi pelajaran, usahakan bimbingan tersebut dapat dilaksanakan.

Di samping tugas-tugas tersebut, guru juga dapat melakukan tugas-tugas bimbingan dalam proses pembelajaran seperti berikut: Melaksanakan kegiatan diagnostik kesulitan belajar. Dalam hal ini guru mencari atau mengidentifikasi sumber-sumber kesulitan belajar yang dialami oleh siswa. Guru dapat memberikan bantuan sesuai dengan kemampuan dan kewenangannya kepada murid dalam memecahkan masalah pribadi.

Tugas utama guru kelas dalam layanan BK adalah sebagai berikut:1. Membantu memasyarakatkan layanan bimbingan dan konseling kepada siswa.2. Melakukan kerja sama dengan guru pembimbing dalam mengidentifikasi siswa yang memerlukan bimbingan dan konseling.3. Mengalihtangankan (merujuk) siswa yang memerlukan bimbingan dan konseling kepada guru pembimbing.4. Mengadakan upaya tindak lanjut layanan bimbingan dan konseling (program perbaikan dan program pengayaan, atau remedial teaching).5. Memberikan kesempatan kepada siswa untuk memperoleh layanan bimbingan dan konseling dari guru pembimbing6. Membantu mengumpulkan informasi yang diperlukan dalam rangka penilaian layanan bimbingan dan konseling7. Menerapkan nilai-nilai bimbingan dalam PBM atau berinteraksi dengan siswa, seperti : bersikap respek kepada semua siswa, memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya, atau berpendapat, memberikan reward kepada siswa yang menampilkan perilaku/prestasi yang baik, menampilkan pribadi sebagai figur moral yang berfungsi sebagai uswah hasanah.8. Bertanggung jawab memberikan layanan bimbingan pada siswa dengan perbandingan 1 : 150 orang

b) Tugas Guru dalam Operasional Bimbingan di luar KelasTugas guru dalam layanan bimbingan tidak terbatas dalam kegiatan proses belajar-mengajar atau dalam kelas saja, tetapi juga kegiatan-kegiatan bimbingan di luar kelas. Tugas-tugas bimbingan itu antara lain:a) Memberikan pengajaran perbaikan (ramedial teaching)b) Memberikan pengayaan dan pengembangan bakat siswac) Melakukan kunjungan rumah (home visit)d) Menyelenggarakan kelompok belajar, yang bermanfaat untuk: Membiasakan anak untuk bergaul dengan teman-temannya, bagaimana mengemukakan pendapatnya dan menerima pendapat dari teman lain. Merealisasikan tujuan pendidikan dan pengajaran melalui belajar secara kelompok. Mengatasi kesulitan-kesulitan, terutama dalam hal pengajaran secara bersama-sama. Belajar hidup bersama agar nantinya tidak canggung di dalam masyarakat yang lebih luas. Memupuk rasa kegotongroyongan.

C. Kerja Sama Guru Bidang Studi dengan Konselor dalam Layanan Bimbingan dan KonselingAda beberapa pertimbangan, mengapa guru juga harus melaksanakan bimbingan dalam proses pembelajaran. Dalam hal ini, Rochman Natawidjaja dan Moh. Surya (1985) mengutip pendapat Miller yang mengatakan bahwa: a) Proses belajar menjadi sangat efektif, apabila bahan yang dipelajari dikaitkan langsung dengan tujuan pribadi siswa. Ini berarti guru dituntut untuk memahami harapan-harapan dan kesulitan-kesulitan siswa, selanjutnya guru dapat menciptakan situasi belajar yang memungkinkan siswa dapat belajar dengan baik. b) Guru yang memahami siswa dan masalah-masalah yang dihadapinya, lebih pekat terhadap hal-hal yang dapat memperlancar dan menganggu kegiatan kelancaran kelas. Guru mempunyai kesempatan yang luas untuk mengadakan pengamatan terhadap siswa yang diperkirakan mempunyai masalah. Dengan demikian masalah-masalah itu dapat diatasi sedini mungkin, sehingga para siswa dapat belajar dengan baik tanpa dibebani oleh suatu permasalahan.c) Guru dapat memperhatikan perkembangan masalah atau kesulitan siswa secara lebih nyata. Berhubung guru mempunyai kesempatan yang terjadwal untuk bertatap muka dengan para siswa, maka ia akan dapat memperoleh informasi yang lebih banyak tentang keadaan siswa, yang menyangkut masalah pribadi siswa, baik kelebihan dan kekurangannya. Dalam keadaan seperti itu peran guru dalam kegiatan bimbingan sangat penting.Berdasarkan pendapat tersebut, dapat disimpulkan bahwa layanan bimbingan di sekolah akan lebih efektif bila guru dapat bekerja sama dengan konselor sekolah dalam proses pembelajaran. Ada keterbatasan-keterbatasan dari kedua belah pihak (guru dan konselor) dalam kerjasama untuk pelayanan bimbingan disekolah, yaitu :Konselor mempunyai keterbatasan dalam hal yang berkaitan dengan:1) Kurangnya waktu untuk bertatap muka dengan siswa, hal ini karena tenaga konselor masih sangat terbatas, sehingga pelayanan siswa dalam jumlah yang cukup banyak tidak bisa dilakukan secara intensif.2) Keterbatasan konselor keterbatasan konselor sehingga tidak mungkin dapat memberikan semua bentuk layanan seperti memberikan pengajaran perbaikan untuk bidang studi tertentu, dan sebagainya.Sedangkan, guru mempunyai beberapa keterbatasan. Menurut Koestoer Partowisastro (1982), keterbatasan-keterbatasan guru antara lain :a) Guru tidak mungkin lagi menangani masalah-masalah siswa yang bermacam-macam, karena guru tidak terlatih untuk melaksanakan semua tugas itu. b) Guru sendiri sudah berat tugas mengajarnya, sehingga tidak mungkin lagi ditambah tugas yang lebih banyak untuk memecahkan berbagai macam masalah siswa. Di dalam menangani kasus-kasus tertentu, konselor perlu menghadirkan guru atau pihak-pihak terkait guna memberikan pemecahan masalah yang dihadapi siswa.Kegiatan semacam ini disebut sebagai referensi kasus (case conference). Bila guru menemui masalah yang sudah berada diluar batas kewenangannya, guru dapat mengalihtangankan masalah siswa tersebut kepada konselor.

BAB IIIPENUTUP

A. KesimpulanMasalah-masalah yang dialami siswa sekolah lanjutan ada berbagai macam. Siswa sekolah lanjutan telah memasuki fase masa puber dimana sikap dan perilakunya sering mengganggu tugas-tugas perkembangan. Sebagai akibatnya akan mengalami gangguan dalam menjalani kehidupan pada fase masa remaja. Program bimbingan dan konseling di sekolah merupakan kegiatan operasional bimbingan konseling yang dilaksanakan oleh konselor atau guru pembimbing, yang bertujuan untuk membantuh para siswa menangani masalah-masalah yang dihadapinya serta membentuk kepribadian yang baik. Keberhasilan penyelenggaraan bimbingan dan konseling di sekolah tidak lepas dari peranan berbagai pihak di sekolah, selain guru pembimbing dan konselor sebagai pelaksana utama, mereka juga perlu melibatkan kepala sekolah, guru mata pelajaran, dan wali kelas.B. Saran Demikian makalah yang penulis buat, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca. Lebih khusus bagi teman-teman mahasiswa dalam mempelajari mata kuliah profesi pendidika serta menjadi bahan acuan bagi dosen dalam memberikan materi tentang pendidikan.Adapun mengingat keterbatasan penulis dan penyusun makalah ini, jika ada kekeliruan atau kesalahan dalam penyusunan, maka sebagai penulis mohon kritik dan saran dari teman-teman atau pembaca.

DAFTAR PUSTAKA

Soetjipto, Kosasi, Raflis. 2009. Profesi keguruan. Jakarta : Rineka cipta.Awalya, dkk. 2013. Bimbingan dan Konseling. Semarang : UNNES Press.