makalah bk kel 5.doc
TRANSCRIPT
MAKALAH
PERMASALAHAN PESERTA DIDIK DI SEKOLAH
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Bimbingan Konseling
Dosen Pengampu : Ulya Mahmudah, S.Pd., M.Pd.
Disusun oleh :
1. Dewi Ponco Wati (K3312018)
2. Dimas Ridho T.P (K3312020)
3. Nova Dwi Ariyanti (K3312054)
4. Naning Sugita (K3311056)
PROGRAM PENDIDIKAN KIMIA
JURUSAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2015
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Alloh SWT. bahwa penulis telah
menyelesaikan tugas mata kuliah Bimbingan Konseling dengan membahas permasalahan
peserta didik di sekolah.
Dalam penyusunan tugas atau materi ini, tidak sedikit hambatan yang penulis hadapi.
Namun penulis menyadari bahwa kelancaran dalam penyusunan materi ini tidak lain berkat
bantuan, dorongan dan bimbingan semua pihak, sehingga kendala-kendala yang penulis
hadapi teratasi. Oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Ibu Ulya Mahmudah, S.Pd., M.Pd. yang telah memberikan tugas dan petunjuk kepada
penulis sehingga penulis termotivasi dan menyelesaikan tugas ini.
2. Orang tua yang telah turut membantu, membimbing, dan mengatasi berbagai kesulitan
sehingga tugas ini selesai.
3. Semua pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu per satu yang telah membantu
proses penyelesaian tugas ini.
Semoga materi ini dapat bermanfaat dan menjadi sumbangan pemikiran bagi pihak yang
membutuhkan, khususnya bagi penulis sehingga tujuan yang diharapkan dapat tercapai.
Surakarta, 28 Februari 2015
Penyusun
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.........................................................................................2
DAFTAR ISI........................................................................................................3
BAB I : PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah..................................................................................4
B. Rumusan Masalah...........................................................................................4
C. Tujuan..............................................................................................................4
BAB II: PEMBAHASAN
A. Pengertian masalah.........................................................................................5
B. Tanda-tanda Adanya Masalah pada Individu..................................................5
C. Jenis-jenis Masalah Siswa di Sekolah……………………………………….8
BAB III : PENUTUP
A. Simpulan.........................................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................... 14
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Layanan bimbingan dan konseling di sekolah berurusan dengan individu siswa
dan masalahnya. Individu siswa yang banyak jumlahnya tersebut memiliki karakteristik
yang berbeda-beda, demikian pula dengan masalah yang mungkin dialami memiliki
karakteristik yang belum tentu sama. Masalah-masalah yang dialami siswa selayaknya
diatasi dan bukan dihindari. Menghindari masalah sama halnya dengan merusak diri
(self-victimizing atau self-defeating). Dengan layanan bimbingan dan konseling,
diharapkan masalah-masalah siswa dapat teratasi; dan akhirnya perkembangan diri
yang optimal dapat terwujud.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, rumusan masalah pada makalah ini antara
lain:
1. Apa yang dimaksud dengan masalah?
2. Bagaimana tanda-tanda adanya masalah pada individu?
3. Apa saja jenis-jenis dari masalah?
C. Tujuan Penulisan
Berdasarkan rumusan masalah yang telah dijabarkan di atas, tujuan dari penulisan
makalah ini antara lain:
1. Mengetahui pengertian dari masalah.
2. Memahami tanda-tanda adanya masalah pada individu.
3. Mengetahui jenis-jenis dari masalah.
4
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Masalah
Banyak ahli yang mengemukakan pengertian masalah. Ada yang melihat masalah
sebagai ketidak sesuaian antara harapan dan kenyataan, ada yang melihatnya sebagai
tidak terpenuhinya kebutuhan seseorang, dan ada pula yang mengartikannya sebagai hal
yang tidak mengenakkan (Emran Amti, dkk, 1992:82). Masalah adalah sesuatu yang (1)
tidak disukai adanya, (2) menimbulkan kesulitan bagi diri sendiri atau orang lain, dan
(3) ingin atau perlu dihilangkan (Prayitno, dalam Erman Amti, dkk 1002:83).
Selain penjelasan di atas, berikut ini adalah pengertian masalah menurut beberapa
ahli:
1. Menurut Prajudi Atmosudirjo, masalah adalah sesuatu yang menyimpang dari apa
yang diharapkan, direncanakan, ditentukan untuk dicapai sehingga merupakan
rintangan menuju tercapainya tujuan.
2. Menurut Agung Wijaya, masalah merupakan suatu keadaan yang tidak seimbang
antara harapan/keinginan dengan kenyataan yang ada.
3. Menurut Roger Kaufman, masalah adalah suatu kesenjangan yang perlu ditutup
antara hasil yang dicapai saat ini dan hasil yang diharapkan.
Setiap individu termasuk siswa-siswa SMA pada umumnya memiliki masalah,
namun tidak semua individu siswa memerlukan bantuan untuk mengatasinya. Dengan
kata lain, tidak semua masalah perlu dipecahkan dengan bantuan orang lain, dan hanya
masalah tertentu saja yang perlu dipecahkan melalui konseling. Masalah yang
memerlukan pemecahan melalui konseling adalah masalah yang telah berkembang
sedemikian rupa sehingga masalah yang sesungguhnya telah samar-samar tertimbun
dalam ketidak-sadaran individu yang memilikinya (Rochman Natawiddjaja, 1978: 132).
B. Tanda-tanda Adanya Masalah pada Individu
Ada tidaknya masalah pada diri individu dapat diketahui dari gejala atau pertanda
tertentu. Rochman Natawidjaja (1978: 132-133) mengemukakan bahwa pertanda dari
timbulnya masalah pada diri individu, di antaranya adalah:
1. Individu memperlihatkan ketegangan luar biasa
2. Tingkah laku individu berbeda jauh dari adat kebiasaan kelompoknya.
5
3. Individu terus menerus tidak sanggup menentukan perbuatannya, tidak sanggup
membuat keputusan.
4. Individu sama sekali tidak mempunyai minat untuk mengerjakan sesuatu atau sama
sekali tidak memperlihatkan kegairahan untuk berbuat wajar.
5. Individu terus menerus berusaha untuk menarik perhatian orang lain atau
melakukan tingkah laku yang agresif.
6. Individu memperlihatkan kompensasi yang berlebihan dengan kegairahan yang
berlebihan, mengabdikan diri secara berlebihan kepada kegemaran atau minat
tertentu.
7. Individu memperlihatkan ketidak-serasian antara tujuan dengan kesanggupan yang
dimilikinya.
8. Individu kurang percaya kepada dirinya sendiri dan terlalu bergantung kepada
orang lain.
9. Individu tidak memperlihatkan kemajuan yang sesuai dengan tujuannya semula.
10. Individu memperlihatkan perubahan tingkah laku dengan tiba-tiba dan
bertentangan dengan tingkah laku semula.
11. Individu melakukan tingkah laku yang bersifat anti sosial atau kekanak-kanakan.
12. Individu tidak mau mempergunakan kesanggupan dan minat yang dimilikinya.
13. Individu tidak sanggup melakukan penyesuaian diri dengan memadai kepada
masyarakat sekitarnya.
14. Individu selalu gagal dan jarang mendapat kesempatan untuk memperoleh
pengalaman yang memuaskan.
15. Individu menciptakan kebiasaan dan sikap yang kurang baik.
16. Individu tidak ingin membina kebutuhan dasarnya.
Kaitannya dengan proses pembelajaran di sekolah, Soli Abimanyu, dkk (1996:
390-391) mengemukakan pertanda bagi siswa yang mengalami kesulitan dan proses
pembelajaran, yakni sebagai berikut:
1. Menunjukkan hasil belajar yang rendah(di bawah rata-rata nilai yang dicapai oleh
kelompoknya).
2. Hasil yang dicapai tidak seimbang dengan usaha yang telah dilakukan. Mungkin
ada siswa yang selalu berusaha untuk belajar dengan giat, tetapi nilai yang dicapai
selalu rendah.
6
3. Lambat dalam menyelesaikan tugas-tugas kegiatan belajarnya. Ia selalu tertingal
dari kawan-kawannya dalam menyelesaikan tugas-tugas yang sesuai dengan batas
waktu yang tersedia.
4. Menunjukkan sikap-sikap yang kurang wajar, seperti acuh tak acuh, suka
menentang, berpura-pura, dan dusta.
5. Menunjukkan kelainan tingkah laku, seperti: membolos, datang terlambat, tidak
mengerjakan tugas/pekerjaan rumah, mengganggu di dalam dan di luar kelas, tidak
mau mencatat pelajaran, tidak teratur dalam kegiatan belajar, mengasingkan diri,
tersisih dari teman-temannya, dan tidak mau bekerja sama.
6. Menunjukkan gejala emosional yang kurang wajar, seperti: pemurung, mudah
tersinggung, dan pemarah.
7. Lebih banyak mengalami kecemasan dan kurang mampu mengontrol diri terhadap
kecemasannya.
8. Kurang mampu menyesuaikan diri, dan kurang percaya diri.
9. Kurang mampu mengikuti otoritas.
10. Kurang mampu dalam penerimaan sosial
11. Lebih banyak mengalami konflik dan ketergantungan
12. Kegiatannya kurang berorientasi akademis dan sosial.
13. Adanya perasaan tidak mampu, inferior, sehingga mengganggu cara berpikirnya
dalam menghadapi masalah sehari-hari, semua dirasakan sebagai kecemasan dan
mengancam.
14. Ada kecenderungan menghindari hal-hal yang menimbulkan stres sehingga
sifatnya defensive dan tidak berani menghadapi kesukaran, serta takut bertanggung
jawab.
15. Tidak memiliki pandangan yang obyektif terhadap kesukaran-kesukaran sehingga
sikapnya sangat kaku, kurang mampu melihat kemungkinan lain yang lebih cocok
untuk dilakukan.\
16. Sifat yang egosentris menghambat hubungan antara dirinya dan orang lain.
17. Merasa bersalah setiap kali gagal menghadapi kesukaran, sehingga selalu merasa
tidak puas dan tidak tenang.
7
C. Jenis-jenis Masalah Siswa di Sekolah
Banyak masalah yang dialami siswa di sekolah, tetapi pada dasarnya dapat dibagi
atas:
1. Masalah yang bersifat umum(masalah proses belajar mengajar dan pekerjaan), dan
2. Masalah yang lebih bersifat khusus(masalah sosial dan pribadi). Menurut
Djumhur dan Moh. Surya(1975: 32) masalah yang dihadapi siswa di sekolah
adalah:
a) Masalah pengajaran atau masalah belajar, seperti : cara membagi waktu
belajar, memilih materi yang sesuai, menggunakan buku, mempersiapkan
ujian, belajar sendiri, belajar kelompok, menerima pelajaran di sekolah,
menyusun catatan, mengerjakan tugas-tugas dan pekerjaan rumah.
b) Masalah pendidikan, seperti: menyesuaikan diri dengan pelajaran baru;
menyesuaikan diri dengan lingkungan sekolah, guru, tata tertib sekolah, cara
belajar dan sebagainya; memilih mata pelajarn dan jurusan yang sesuai;
memilih kegiatan ekstra kurikuler yang cocok; memilih sekolah lanjutan;
memilih jenis latihan terentu untuk kerja, dan sebagainya.
c) Masalah pekerjaan, seperti: pemilihan jenis-jenis pekerjan yang sesuai dengan
kemampuannya dan penyesuaian diri dengan lingkungan pekerjaan (masalah-
masalah ini pada umumnya dirasakan oleh siswa-siswa SMA dan mahasiswa
Perguruan Tinggi).
d) Masalah penggunaan waktu senggang, seperti: bagaimana cara siswa mengisi
waktu luang dengan kegiatan yang bermanfaat dan produktif.
Menurut Tohirin (2007: 111) siswa di sekolah dan madrasah sebagai manusia
(individu) dapat dipastikan memiliki masalah, akan tetapi kompleksitas masalah-
masalah yang dihadapi oleh individu yang satu dengan yang lainnya tentulah berbeda-
beda. Masalah-masalah yang dialami siswa di sekolah berkenaan dengan:
1. Perkembangan individu
Setiap individu dilahirkan ke dunia dengan membawa hereditas
tertentu. Hal ini berarti bahwa karakteristik individu diperoleh melalui
pewarisan dari pihak orang tuanya. Karakteristik tersebut menyangkut fisik
dan psikis atau sifat-sifat mental.
8
Hereditas merupakan aspek bawaan dan memiliki potensi untuk
berkembang. Seberapa jauh perkembangan individu itu terjadi dan bagaimana
kualitas perkembangannya, bergantung kepada kualitas hereditas dan
lingkungan yang mempengaruhinya. Lingkungan merupakan factor penting
disamping hereditas yang menentukan perkembangan individu. Perkembangan
dapat berhasil dengan baik, jika factor-faktor tersebut bisa saling melengkapi.
Untuk mencapai perkembangan yang baik harus ada asuhan terarah. Asuhan
dalam perkambangan dengan melalui proses belajar sering disebut pendidikan.
2. Masalah Perbedaan individu dalam hal: kecerdasan, kecakapan, hasil
belajar, bakat, sikap, kebiasaan, pengetahuan, kepribadian, cita-cita,
kebutuhan, minat, pola-pola dan tempo perkembangan, ciri-ciri jasmaniah, dan
latar belakang lingkungan. Syaiful Bahri Djamarah (2000:55)
mengklasifikasikan perbedaan individual anak didik menjadi tiga aspek, yaitu
perbedaan biologis, intelektual, dan psikologis.
3. Masalah kebutuhan individu dalam hal memperoleh kasih sayang,
memperoleh harga diri, memperoleh penghargaan yang sama, ingin dikenal,
memperoleh prestasi dan posisi, untuk dibutuhkan orang lain, merasa bagian
dari kelompok, rasa aman dan perlindungan diri, dan untuk memperoleh
kemerdekaan diri.
4. Masalah penyesuaian diri dan kelainan tingkah laku.
Kegiatan atau tingkah merupakan laku individu pada hakikatnya merupakan
cara pemenuhan kebutuhan. Banyak cara yang dapat ditempuh individu untuk
memenuhi kebutuhannya, baik secara yang wajar maupun yang tidak wajar,
cara yang disadari maupun cara yang tidak disadari. Yang penting untuk dapat
memenuhi kebutuhan ini, individu harus dapat menyesuaikan antar kebutuhan
dengan segala kemungkinan yang ada dalam lingkungan, disebut sebagai
proses penyesuaian diri. Individu harus dapat menyesuaikan diri dengan
berbagai lingkungan baik lingkungan sekolah, rumah maupum masyararakat.
5. Masalah belajar.
Belajar merupakan kegiatan inti. Pendidikan itu sendiri dapat diartikan sebagai
bantuan perkembang-an melalui kegiatan belajar. Secara psikologis belajar
dapat diartikan sebagai proses memperoleh perubahan tingkah laku (baik
9
dalam kognitif, af’ektif, maupun psikomotor) untuk memperoleh respons yang
diperlukan dalam interaksi dengan lingkungan secara efisien.
Menurut M. Hamdan Bakran Adz-Dzaky (2004) mengklasifikasikan masalah
individu termasuk siswa sebagai berikut:
1. Masalah individu yang berhubungan dengan Tuhannya
Hubungan seseorang atau individu dengan Tuhannya adalah hubungan
yang sangat penting. Hubungan ini berkaitan dengan perasaan
keberagamaan. Perasaan keagamaan termasuk bentuk perasaan yang luhur
dalam jiwa manusia, karena perasaan keagamaan menggerakkan hati
manusia agar ia lebih banyak melakukan perbuatan yang baik.
Menurut Tohirin ialah masalah individu yang berhubungan dengan
Tuhannya berkaitan dengan kegagalan individu melakukan hubungan
secara vertikal dengan Tuhannya. Seperti sulit menghadirkan rasa takut,
memiliki rasa tidak bersalah atas dosa yang dilakukan, sulit menghadirkan
rasa taat, merasa bahwa Tuhan senantiasa mengawasi perilakunya
sehingga individu merasa tidak memiliki kebebasan. Dampak semuanya
itu adalah timbulnya rasa malas atau enggan melaksanakan ibadah dan
sulit untuk meninggalkan perbuatan-perbuatan yang dilarang Tuhan.
2. Masalah individu yang berhubungan dengan dirinya sendiri
Kegagalan bersikap disiplin dan bersahabat dengan hati nurani yang
selalu mengajak atau menyeru dan membimbing kepada kebaikan dan
kebenaran Tuhannya. Dampaknya adalah muncul sikap was-was, ragu-
ragu, berprasangka buruk (Su’uẓon), rendah motivasi, dan dalam banyak
hal tidak mampu bersikap mandiri.
3. Masalah individu yang berhubungan dengan lingkungan keluarga
Salah satu aspek penting dalam hubungan orang tua dengan anak
adalah gaya pengasuhan yang diterapkan oleh orang tua. Diana Baumrind
(dalam Lerner & Hultsch, 1983) merekomendasikan tiga tipe pengasuhan
yang dikaitkan dengan aspek-aspek yang berbeda dalam tingkah laku
sosial anak, yaitu otoriatif, otoriter, dan permisif.
Menurut Resmita (2009, 144-145) otoritatif yaitu pengasuhan dengan
memperlihatkan pengawasan yang ekstra ketat terhadap tingkah laku anak,
10
namun juga bersikap responsif, menghargai dan menghormati pemikiran,
perasaan, serta mengikutsertakan anak dalam pengambilan keputusan.
Sehingga anak-anak lebih percaya pada diri sendiri, pengawasan diri
sendiri, dan mampu bergaul baik dengan teman-teman sebayanya. Otoriter
adalah suatu gaya pengasuhan yang membatasi dan menuntut anak untuk
mengikuti perintah-perintah orang tua. Anak dari orang tua yang otoriter
cenderung bersifat curiga pada orang lain dan merasa tidak bahagia dengan
dirinya sendiri, merasa canggung berhubungan dengan teman sebaya, dan
memiliki prestasi belajar yang rendah. Permisif dapat dibedakan kepada
dua yaitu: Pertama, pengasuhan permissive-indulgent yaitu suatu gaya
pengasuhan di mana orang tua sangat terlibat dalam kehidupan anak, tetapi
menetapkan sedikit batas atau kendali atas mereka. Akibatnya anak-anak
tidak pernah belajar mengendalikan perilaku mereka sendiri dan selalu
mengharapkan agar semua kemauannya dituruti. Kedua, pengasuhan
permissive-indefferent yaitu suatu gaya pengasuhan di mana orang tua
sangat tidak terlibat dalam kehidupan anak. Anak-anak yang dibesarkan
oleh orang tua dengan pengasuhan seperti ini cenderung kurang percaya
diri, pengendalian diri yang buruk, dan rasa harga diri yang rendah.
Masalah-masalah yang dihadapi oleh peserta didik di tengah-tengah
keluarganya berakibat dari cara pengasuhan orang tua yang tidak baik.
Masalah-masalah tersebut terlihat dengan kesulitan atau ketidakmampuan
mewujudkan hubungan yang harmonis antara anggota keluarga seperti
antara anak dengan ayah dan ibu, adik dengan kakak, dan saudara-saudara
lainnya. Kondisi ketidakharmonisan dalam keluarga menyebabkan anak
merasa tertekan, kurang kasih sayang, dan kurangnya ketauladanan dari
kedua orang tua.
4. Masalah individu yang berhubungan dengan lingkungan kerja
Kegagalan individu memilih pekerjaan yang sesuai dengan
karakteristik pribadinya, kegagalan dalam meningkatkan prestasi kerja,
ketidakmampuan berkomunikasi dengan atasan, rekan kerja, dan
kegagalan melaksanakan pekerjaan-pekerjaan yang menjadi tugas dan
tanggung jawabnya. Khususnya siswa, masalah yang berhubungan
denngan karier misalnya ketidakmampuan memahami tentang karier,
11
kegagalan memilih karier yang sesuai dengan latar belakang pendidikan
dan karakteristik pribadinya.
5. Masalah individu yang berhubungan dengan lingkungan sosial
Peserta didik belajar bergaul dan menyesuaikan diri dengan teman
sebaya merupakan suatu usaha untuk membangkitkan rasa sosial atau
usaha memperoleh nilai-nilai sosial. Oleh karena itu, tidak dapat
dipungkiri peserta didik akan menghadapi permasalahan-permasalahan
sosial dalam hidupnya.
Permasalahan sosial itu berkenan dengan ketidakmampuan melakukan
penyesuaian diri (adaptasi) baik dengan lingkungan tetangga, sekolah, dan
masyarakat atau kegagalan bergaul dengan lingkungan yang beraneka
ragam watak, sifat, dan perilaku.
Zulkifli (2006, 61) mengatakan bahwa dalam kehidupan keluarga, anak
laki-laki harus diajari berperan sebagai laki-laki, anak perempuan harus
diajari berperan sebagai perempuan. Hal ini sesuai dengan tuntutan
masyarakat tempat anak laki-laki berperan sosial sebagai pria, anak
perempuan berperan sosial sebagai wanita. Untuk menunjang tugas
perkembangan itu, guru hendaknya mengajarkan peran sosial yang
sewajarnya, masing-masing untuk murid laki-laki dan murid perempuan.
Dengan memahami pengertian masalah, pertanda adanya masalah, dan jenis-jenis
masalah siswa; diharapkan guru memiliki wawasan tentang bidang garapan
bimbingan dan konseling khususnya yang berkenaan dengan pengatasan masalah
siswa. Guru dapat mengambil peran dalam pengatasan masalah siswa tersebut, namun
tetap harus bekerjasama dengan Guru BK atau Konselor.
12
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Masalah adalah sesuatu yang (1) tidak disukai adanya, (2) menimbulkan
kesulitan bagi diri sendiri atau orang lain, dan (3) ingin atau perlu
dihilangkan (Prayitno, dalam Erman Amti, dkk 1002:83).
2. Ada tidaknya masalah pada diri individu dapat diketahui dari gejala atau
pertanda tertentu. Rochman Natawidjaja (1978: 132-133) mengemukakan
bahwa pertanda dari timbulnya masalah pada diri individu, di antaranya
adalah: individu memperlihatkan ketegangan luar biasa, tingkah laku
individu berbeda jauh dari adat kebiasaan kelompoknya, individu terus
menerus tidak sanggup menentukan perbuatannya, tidak sanggup
membuat keputusan, dsb.
3. Dalam proses pembelajaran di sekolah, Soli Abimanyu, dkk (1996: 390-
391) mengemukakan pertanda bagi siswa yang mengalami kesulitan dan
proses pembelajaran, antara lain: menunjukkan hasil belajar yang rendah
(di bawah rata-rata nilai yang dicapai oleh kelompoknya), hasil yang
dicapai tidak seimbang dengan usaha yang telah dilakukan, dsb.
4. Masalah yang dialami siswa di sekolah, pada dasarnya dapat dibagi atas:
masalah yang bersifat umum(masalah proses belajar mengajar dan
pekerjaan), dan masalah yang lebih bersifat khusus (masalah sosial dan
pribadi).
5. Dengan memahami pengertian masalah, pertanda adanya masalah, dan
jenis-jenis masalah siswa; diharapkan guru memiliki wawasan tentang
bidang garapan bimbingan dan konseling khususnya yang berkenaan
dengan pengatasan masalah siswa.
13
DAFTAR PUSTAKA
Anonymous. 2014. Pengertian Masalah Menurut Para Ahli.
http://dilihatya.com/1145/pengertian-masalah-menurut-para-ahli diakses pada
tanggal 28 Februari 2015 pukul 13:25
Hutomo, Suyatno Satrio. 2011. Pengertian dan Jenis Masalah.
http://yayatsahut.blogspot.com/2011/04/pengertian-dan-jenis-masalah.html
diakses pada tanggal 28 Februari 2015 pukul 13:38
Pausil. 2013. Problematika Peserta Didik.
https://makalahpausil.wordpress.com/2013/12/09/problematika-peserta-didik/
diakses pada tanggal 28 Februari 2015 pukul 21.09
Soeharto dan Sutarno. 2009. Bimbingan dan Konseling. Surakarta: FKIP UNS
14