makalah tugas gizi kel. 4.doc

21
Makalah Tugas Gizi Blok “Kardiorespirasi” Disusun Oleh : KELOMPOK 4 1. Ajeng Amalia Insani (1318011007) 2. Benny BPP (1318011034) 3. Benny Prayogi (1318011035) 4. Diah Ayu Mariam (1318011056) 5. Farras Cahya Puspitha (1318011068) 6. Fathan Muhi Amrullah (1318011069) 7. Muhammad Ega Alfarizi (1318011111) 8. Mulya Dita paramita (1318011113) 9. Nabila Luthfiana (1318011114) 10. Tasya Putri Atma Utami (1318011164) 11. Teguh Dwi Wicaksono (1318011165)

Upload: m-ega-alfarizi-drangers

Post on 22-Jan-2016

223 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Makalah Tugas Gizi kel. 4.doc

Makalah Tugas Gizi

Blok “Kardiorespirasi”

Disusun Oleh :

KELOMPOK 4

1. Ajeng Amalia Insani (1318011007)

2. Benny BPP (1318011034)

3. Benny Prayogi (1318011035)

4. Diah Ayu Mariam (1318011056)

5. Farras Cahya Puspitha (1318011068)

6. Fathan Muhi Amrullah (1318011069)

7. Muhammad Ega Alfarizi (1318011111)

8. Mulya Dita paramita (1318011113)

9. Nabila Luthfiana (1318011114)

10. Tasya Putri Atma Utami (1318011164)

11. Teguh Dwi Wicaksono (1318011165)

Fakultas Kedokteran

Universitas Lampung

2015

Page 2: Makalah Tugas Gizi kel. 4.doc

1. ETIOLOGI Pneumonia

Pada masas ekarang terjadi perubahan pola mikroorganisme penyebab ISNBA (Infeksi

SaluranNapas Bawah Akut) akibat adanya perubahan keadaan pasien sepert igangguan

kekebalan dan penyakit kronik, polusi lingkungan, dan penggunaan antibiotik yang tidak

tepat hingga menimbulkan perubahan karakteristik pada kuman. Etiologi pneumonia

berbeda-beda pada berbagai tipe dari pneumonia, dan hal ini berdampak kepada obat yang

akan di berikan. Mikroorganisme penyebab yang tersering adalah bakteri, yang jenisnya

berbeda antar Negara, antara suatu daerah dengan daerah yang lain pada suatu Negara,

maupun bakteri yang berasal dari lingkungan rumah sakit ataupun dari lingkungan luar.

Karena itu perlu diketahui dengan baik pola kuman di suatu tempat.

Pneumonia yang disebabkan oleh infeksi antara lain :

1. Bakteri

Agenpenyebab pneumonia di bagi menjadi organisme gram-positif atau gram-negatif

seperti : Steptococcuspneumoniae (pneumokokus), Streptococcus piogenes, Staphylococcus

aureus, Klebsielapneumoniae, Legionella, hemophilusinfluenzae.

2. Virus

Influenzae virus, Parainfluenzae virus, Respiratory, Syncytial adenovirus, chicken-pox (cacar

air), Rhinovirus, Sitomegalovirus, Virus herves simpleks, Virus sinial pernapasan,

hantavirus.

3. Fungi

Aspergilus, Fikomisetes, Blastomisesdermatitidis, histoplasmakapsulatum.

Selain disebabkan oleh infeksi, pneumonia juga bisa di sebabkan oleh bahan-bahan lain/non

infeksi :

1. Pneumonia Lipid : Disebabkankarenaaspirasiminyak mineral

2. Pneumonia Kimiawi :Inhalasi bahan-bahan organic dan anorganik atau uap kimia seperti

beryllium.

Page 3: Makalah Tugas Gizi kel. 4.doc

3. Extrinsik allergic alveolitis :Inhalasi bahan debu yang mengandung allergen seperti spora

aktinomise test ermofilik yang terdapat pada ampas debu di pabrik gula

4. Pneumonia karenaobat :Nitofurantoin, busulfan, metotreksat

5. Pneumonia karenaradiasi

6.Pneumonia dengan penyebab tak jelas.

Pada bayi dan anak-anak penyebab yang paling sering adalah:

1. virus sinsisial pernafasan

2. adenovirus

3. virus parainfluenza

4. virus influenza

Adapun cara mikroorganisme itu sampai ke paru-paru bias melalui :

1. Inhalasi (penghirupan) mikroorganisme dari udara yang tercemar

2. Aliran darah, dari infeksi di organ tubuh yang lain

3. Migrasi (perpindahan) organism langsung dari infeksi di dekat paru-paru

2. PATOGENESIS PNEUMONIA

Dalam keadaan sehat, tidak terjadi pertumbuhan mikroornagisme di paru. Keadaan ini

disebabkan oleh mekanisme pertahanan paru. Apabila terjadi ketidakseimbangan antara daya

tahan tubuh, mikroorganisme dapat berkembang biak dan menimbulkan penyakit. Resiko

infeksi di paru sangat tergantung pada kemampuan mikroorganisme untuk sampai dan

merusak permukaan epitel saluran napas. Ada beberapa cara mikroorganisme mencapai

permukaan :

1. Inokulasi langsung

2. Penyebaran melalui pembuluh darah

Page 4: Makalah Tugas Gizi kel. 4.doc

3. Inhalasi bahan aerosol

Paru berusaha untuk mengeluarkan berbagai mikroorganisme yang terhirup seperti partikel

debu dan bahan-bahan lainnya yang terkumpul di dalam paru. Beberapa bentuk mekanisme

ini antara lain bentuk anatomis saluran napas, reflex batuk, sistem mukosilier, juga sistem

fagositosis yang dilakukan oleh sel-sel tertentu dengan memakan partikel-partikel yag

mencapai permukaan alveoli. Bila fungsi ini berjalan baik, maka bahan infeksi yang bersifat

infeksius dapat dikeluarkan dari saluran pernapasan, sehingga pada orang sehat tidak akan

terjadi infeksi serius.. Infeksi saluran napas berulang terjadi akibat berbagai komponen

sistem pertahanan paru yang tidak bekerja dengan baik.

4. Kolonisasi dipermukaan mukosa

Di dalam saluran napas atau cukup banyak bakteri yang bersifat komnesal. Bila jumlah

mereka semakin meningkat dan mencapai suatu konsentrasi yang cukup, kuman ini

kemudian masuk ke saluran napas bawah dan paru, dan akibat kegagalan mekanisme

pembersihan saluran napas, keadaan ini bermanifestasi sebagai penyakit. Mikroorganisme

yang tidak menempel pada permukaan mukosa saluran anaps akan ikut dengan sekresi

saluran napas dan terbawa bersama mekanisme pembersihan, sehingga tidak terjadi

kolonisasi.

Dari keempat cara tersebut diatas yang terbanyak adalah secara Kolonisasi. Secara inhalasi

terjadi pada infeksi virus, mikroorganisme atipikal, mikrobakteria atau jamur. Kebanyakan

bakteri denganukuran 0,5 -2,0 m melalui udara dapat mencapai bronkus terminal atau alveol

dan selanjutnya terjadi proses infeksi. Bila terjadi kolonisasi pada saluran napas atas (hidung,

orofaring) kemudian terjadiaspirasi ke saluran napas bawah dan terjadi inokulasi

mikroorganisme, hal ini merupakan permulaan infeksi dari sebagian besar infeksi paru.

Aspirasi dari sebagian kecil sekret orofaring terjadi pada orang normal waktu tidur (50 %)

juga pada keadaan penurunan kesadaran, peminum alkohol dan pemakai obat(drug abuse).

Sekresi orofaring mengandung konsentrasi bakteri yang tinggi 10 8-10/ml, sehingga aspirasi

dari sebagian kecil sekret (0,001 - 1,1 ml) dapat memberikan titer inokulum bakteri yang

tinggi dan terjadipneumonia.

Page 5: Makalah Tugas Gizi kel. 4.doc

Sebagian besar pneumonia timbul melalui aspirasi kuman atau penyebaran langsung kuman

dari saluran respiratorik atas. Hanya sebagian kecil merupakan akibat sekunder dari

viremia/bakteremia atau penyebaran dari infeksi intra abdomen. Dalam keadaan normal

saluran respiratorik bawah mulai dari sublaring hingga unit terminal adalah steril. Paru

terlindung dari infeksi melalui beberapa mekanisme termasuk barier anatomi dan barier

mekanik, juga sistem pertahanan tubuh lokal maupun sistemik. Barier anatomi dan mekanik

diantaranya adalah filtrasi partikel di hidung, pencegahan aspirasi dengan refleks epiglotis,

ekspulsi benda asing melalui refleks batuk, pembersihan ke arah kranial oleh lapisan

mukosilier. Sistem pertahanan tubuh yang terlibat baik sekresi lokali munoglobulin A

maupun respon inflamasi oleh sel-sel leukosit, komplemen, sitokin,Imunoglobulin, alveolar

makrofag dan cell mediated immunity.

Pneumonia terjadi bila satu atau lebih mekanisme diatas mengalami gangguan sehingga

kuman patogen dapat mencapai saluran nafas bagian bawah. Inokulasi pathogen penyebab

pada saluran nafas menimbulkan respon inflamasi akut pada penjamu yang berbeda sesuai

dengan patogen penyebabnya. Virus akan menginvasi saluran nafas kecil dan alveoli,

umumnya bersifat patchy dan mengenai banyak lobus. Pada infeksi virus ditandai lesi awal

berupa kerusakan silia epitel dengan akumulasi debris ke dalam lumen. Respon inflamasi

awal adalah infiltrasi sel-sel mononuklear ke dalam submukosa dan perivaskular. Sejumlah

kecil sel-sel PMN akan didapatkan dalam saluran nafas kecil. Bila proses ini meluas, dengan

adanya sejumlah debris dan mukus serta sel-sel inflamasi yang meningkat dalam saluran

nafas kecil maka akan menyebabkan obstruksi baik parsial maupun total. Respon inflamasi

ini akan diperberat dengan adanya edema submukosa yang mungkin bisa meluas ke dinding

alveoli. Respon inflamasi di dalam alveoli ini juga seperti yang terjadi pada ruang intersitial

yang terdiri dari sel-sel mononuklear. Proses infeksi yang berat akan mengakibatkan

terjadinya denudasi (pengelupasan) epitel dan akan terbentuk eksudat hemoragik. Infiltrasi ke

intersitial sangat jarang menimbulkan fibrosis. Pneumonia viral pada anak merupakan

predisposisi terjadinya pneumonia bakterial oleh karena rusaknya barier mukosa.

Pneumonia bakterial terjadi oleh karena inhalasi atau aspirasi patogen, kadangkadang terjadi

melalui penyebaran hematogen. Terjadi tidaknya proses pneumonia tergantung dari interaksi

antara bakteri dan ketahanan sistem imunitas penjamu. Ketika bakteri dapat mencapai alveoli

Page 6: Makalah Tugas Gizi kel. 4.doc

maka beberapa mekanisme pertahanan tubuh akan dikerahkan. Saat terjadi kontak antara

bakteri dengan dinding alveoli maka akan ditangkap oleh lapisan cairan epitelial yang

mengandung opsonin dan tergantung pada respon imunologis penjamu akan terbentuk

antibodi imunoglobulin G spesifik. Dari proses ini akan terjadi fagositosis oleh makrofag

alveolar (sel alveolar tipe II), sebagian kecil kuman akan dilisis melalui perantaraan

komplemen. Mekanisme seperti ini terutama penting pada infeksi oleh karena bakteri yang

tidak berkapsul seperti Streptococcus pneumoniae. Ketika mekanisme ini tidak dapat

merusak bakteri dalam alveolar, leukosit PMN dengan aktifitas fagositosisnya akan direkrut

dengan perantaraan sitokin sehingga akan terjadi respon inflamasi. Hal ini akan

mengakibatkan terjadinya kongesti vascular dan edema yang luas, dan hal ini merupakan

karakteristik pneumonia oleh karena pneumokokus. Kuman akan dilapisi oleh cairan

edematus yang berasal dari alveolus ke alveolus melalui pori-pori Kohn (the pores of Kohn).

Area edematus ini akan membesar secara sentrifugal dan akan membentuk area sentral yang

terdiri dari eritrosit, eksudat purulen (fibrin, sel-sel lekosit PMN) dan bakteri. Fase ini secara

histopatologi dinamakan red hepatization (hepatisasi merah).

Tahap selanjutnya adalah hepatisasi kelabu yang ditandai dengan fagositosis aktif oleh

lekosit PMN. Pelepasan komponen dinding bakteri dan pneumolisin melalui degradasi

enzimatik akan meningkatkan respon inflamasi dan efek sitotoksik terhadap semua sel-sel

paru. Proses ini akan mengakibatkan kaburnya struktur seluler paru. Resolusi konsolidasi

pneumonia terjadi ketika antibodi antikapsular timbul dan lekosit PMN meneruskan aktifitas

fagositosisnya; sel-sel monosit akan membersihkan debris. Sepanjang struktur retikular paru

masih intak (tidak terjadi keterlibatan instertitial), parenkim paru akan kembali sempurna dan

perbaikan epitel alveolar terjadi setelah terapi berhasil. Pembentukan jaringan parut pada

paru minimal.

Pada infeksi yang disebabkan oleh Staphylococcus aureus, kerusakan jaringan disebabkan

oleh berbagai enzim dan toksin yang dihasilkan oleh kuman. Perlekatan Staphylococcus

aureus pada sel mukosa melalui teichoic acid yang terdapat di dinding sel dan paparan di

submukosa akan meningkatkan adhesi dari fibrinogen, fibronektin,kolagen dan protein yang

lain. Strain yang berbeda dari Staphylococcus aureus akan menghasilkan faktor-faktor

Page 7: Makalah Tugas Gizi kel. 4.doc

virulensi yang berbeda pula. dimana faktor virulensi tersebut mempunyai satu atau lebih

kemampuan dalam melindungi kuman dari pertahanan tubuh penjamu, melokalisir infeksi,

menyebabkan kerusakan jaringan yang lokal dan bertindak sebagai toksin yang

mempengaruhi jaringan yang tidak terinfeksi. Beberapa strain Staphylococcus aureus

menghasilkan kapsul polisakarida atau slime layer yang akan berinteraksi dengan

opsonofagositosis. Penyakit yang serius sering disebabkan Staphylococcus aureus yang

memproduksi koagulase. Produksi coagulase atauclumpingfactor akan menyebabkan plasma

menggumpal melalui interaksi dengan fibrinogen dimana hal ini berperan penting dalam

melokalisasi infeksi (contoh: pembentukan abses,pneumatosel). Beberapa strain

Staphylococcus aureus akan membentuk beberapa enzimseperti catalase (meng-nonaktifkan

hidrogen peroksida, meningkatkan ketahanan intraseluler kuman) penicillinase atau ß

lactamase (mengnonaktifkan penisilin pada tingkat molekular dengan membuka cincin beta

laktam molekul penisilin) dan lipase.

3. Gejala Pneumonia

Page 8: Makalah Tugas Gizi kel. 4.doc

4. Pemeriksaan Fisik dan Penunjang

Pemeriksaan fisik

Pada penderita pneumonia hasil pemeriksaan fisik yang biasanya muncul yaitu :

a. Keadaan Umum : Bisa terlihat kelelahan maupun sesak

b. Kesadaran : Bisa sampai somnosent

c. Kepala : Tidak ada kelainan

d. Mata : Konjungtiva bisa anemis

e. Hidung : Jika sesak akan terlihat nafas cuping hidung

f. Tanda-tanda vital :

a)TD bisa normal atau hipotensi

b)nadi meningkat

c)suhu meningkat

d)RR trachipnea

g. Paru :

Inspeksi : Pengembangan paru berat, tidak simetris jika hanya satu sisi paru, ada penggunaan otot

bantu nafas dan retraksi.

Palpasi : Pengembangan paru tidak sama pada area konsolidasi, SF bisa meningkatjika terjadi

konsolidasi pada kedua sisi.

Perkusi : bunyi redup pada area konsolidasi.

Auskultasi : bunyi nafas berkurang, bisa terdengar krakels & RBH.

h. Jantung : Jika tidak ada kelainan pada jantung, pemeriksaan jantung tidak ada kelemahan.

i.Ekstremitas: Pada ekstremitas bisa terlihat sianosis, turgor kurang jika dehidrasi.

Pemeriksaan Penunjang

Page 9: Makalah Tugas Gizi kel. 4.doc

Pemeriksaan penunjang yang dilakukan dalam menegakkan diagnosis pneumonia menurut Aziz

Alimul Hidayat ( 2000) adalah :

a. Pemeriksaan Darah

Pada pemeriksaan biasanya menunjukkan leukositosis dengan predominanPMN atau dapat

ditemukan leukopenia yang menandakan prognosis buruk dapat ditemukan anemia sedang atau

ringan. Terdapat peningkatan LED

b.Pemeriksaan Radiologis

Pada pemeriksaan radiologis ini memberi gambaran bervariasi yaitu :

1.Bercak konsolidasi merata pada bronkopneumonia

2.Bercak konsolidasi satu lobus pada pneumonia lobaris

3.Gambaran bronkhopneumonia difus atau infiltrat inserstitialis pada pneumonia stafilokok.

c.Pemeriksaan Sputum

5. TATALAKSANA PNEUMONIA PADA ANAK

Pneumonia Ringan

Tatalaksana

1. Anak di rawat jalan2. Beri antibiotik: Kotrimoksasol (4 mg TMP/kg BB/kali) 2 kali sehari selama 3 hari atau

Amoksisilin (25 mg/kg BB/kali) 2 kali sehari selama 3 hari. Untuk pasien HIV diberikan selama 5 hari.

Tindak lanjut

Anjurkan ibu untuk memberi makan anak. Nasihati ibu untuk membawa kembali anaknya setelah 2 hari, atau lebih cepat kalau keadaan anak memburuk atau tidak bisa minum atau menyusu.

Ketika anak kembali:

1. Jika pernapasannya membaik (melambat), demam berkurang, nafsu makan membaik, lanjutkan pengobatan sampai seluruhnya 3 hari.

Page 10: Makalah Tugas Gizi kel. 4.doc

2. Jika frekuensi pernapasan, demam dan nafsu makan tidak ada perubahan, ganti ke antibiotik lini kedua dan nasihati ibu untuk kembali 2 hari lagi.

3. Jika ada tanda pneumonia berat, rawat anak di rumah sakit dan tangani sesuai pedoman di bawah ini.

Pneumonia Berat

Tatalaksana

Anak dirawat di rumah sakit

Terapi Antibiotik

1. Beri ampisilin/amoksisilin (25-50 mg/kgBB/kali IV atau IM setiap 6 jam), yang harus dipantau dalam 24 jam selama 72 jam pertama. Bila anak memberi respons yang baik maka diberikan selama 5 hari. Selanjutnya terapi dilanjutkan di rumah atau di rumah sakit dengan amoksisilin oral (15 mg/ kgBB/kali tiga kali sehari) untuk 5 hari berikutnya.

2. Bila keadaan klinis memburuk sebelum 48 jam, atau terdapat keadaan yang berat (tidak dapat menyusu atau minum/makan, atau memuntahkan semuanya, kejang, letargis atau tidak sadar, sianosis, distres pernapasan berat) maka ditambahkan kloramfenikol (25 mg/kgBB/kali IM atau IV setiap 8 jam).

3. Bila pasien datang dalam keadaan klinis berat, segera berikan oksigen dan pengobatan kombinasi ampilisin-kloramfenikol atau ampisilin-gentamisin.

4. Sebagai alternatif, beri seftriakson (80-100 mg/kgBB IM atau IV sekali sehari).5. Bila anak tidak membaik dalam 48 jam, maka bila memungkinkan buat foto dada.6. Apabila diduga pneumonia stafilokokal (dijelaskan di bawah untuk pneumonia

stafilokokal), ganti antibiotik dengan gentamisin (7.5 mg/kgBB IM sekali sehari) dan kloksasilin (50 mg/kgBB IM atau IV setiap 6 jam) atau klindamisin (15 mg/kgBB/hari –3 kali pemberian). Bila keadaan anak membaik, lanjutkan kloksasilin (atau dikloksasilin) secara oral 4 kali sehari sampai secara keseluruhan mencapai 3 minggu, atau klindamisin secara oral selama 2 minggu.

Terapi Oksigen

1. Beri oksigen pada semua anak dengan pneumonia berat2. Bila tersedia pulse oximetry, gunakan sebagai panduan untuk terapi oksigen (berikan

pada anak dengan saturasi oksigen < 90%, bila tersedia oksigen yang cukup). Lakukan periode uji coba tanpa oksigen setiap harinya pada anak yang stabil. Hentikan pemberian oksigen bila saturasi tetap stabil > 90%. Pemberian oksigen setelah saat ini tidak berguna

Page 11: Makalah Tugas Gizi kel. 4.doc

3. Gunakan nasal prongs, kateter nasal, atau kateter nasofaringeal. Penggunaan nasal prongs adalah metode terbaik untuk menghantarkan oksigen pada bayi muda. Masker wajah atau masker kepala tidak direkomendasikan. Oksigen harus tersedia secara terus-menerus setiap waktu. Perbandingan terhadap berbagai metode pemberian oksigen yang berbeda dan diagram yang menunjukkan penggunaannya terdapat pada bagian 10.7

4. Lanjutkan pemberian oksigen sampai tanda hipoksia (seperti tarikan dinding dada bagian bawah ke dalam yang berat atau napas > 70/menit) tidak ditemukan lagi.

Perawat sebaiknya memeriksa sedikitnya setiap 3 jam bahwa kateter atau prong tidak tersumbat oleh mukus dan berada di tempat yang benar serta memastikan semua sambungan baik.

Sumber oksigen utama adalah silinder. Penting untuk memastikan bahwa semua alat diperiksa untuk kompatibilitas dan dipelihara dengan baik, serta staf diberitahu tentang penggunaannya secara benar

Pneumonia Komuniti

Dalam hal mengobati penderita pneumonia perlu diperhatikan keadaan klinisnya. Bila keadaan klinis baik dan tidak ada indikasi rawat dapat diobati di rumah. Juga diperhatikan ada tidaknya faktor modifikasi yaitu keadaan yang dapat meningkatkan risiko infeksi dengan mikroorganisme patogen yang spesifik misalnya S. pneumoniae . yang resisten penisilin. Yang termasuk dalam faktor modifikasis adalah: (ATS 2001)

1. Pneumokokus resisten terhadap penisilina. Umur lebih dari 65 tahunb. Memakai obat-obat golongan P laktam selama tiga bulan terakhirc. Pecandu alkohold. Penyakit gangguan kekebalane. Penyakit penyerta yang multipel

2. Bakteri enterik Gram negatif a. Penghuni rumah jompob. Mempunyai penyakit dasar kelainan jantung paruc. Mempunyai kelainan penyakit yang multipeld. Riwayat pengobatan antibiotik

3. Pseudomonas aeruginosa a. Bronkiektasis

Page 12: Makalah Tugas Gizi kel. 4.doc

b. Pengobatan kortikosteroid > 10 mg/haric. Pengobatan antibiotik spektrum luas > 7 hari pada bulan terakhird. Gizi kurang

Penatalaksanaan pneumionia dibagi menjadi:

a. Penderita rawat jalan Pengobatan suportif / simptomatik

a. Istirahat di tempat tidurb. Minum secukupnya untuk mengatasi dehidrasic. Bila panas tinggi perlu dikompres atau minum obat penurun panasd. Bila perlu dapat diberikan mukolitik dan ekspektorane. Pemberian antiblotik harus diberikan (sesuai bagan) kurang dari 8 jam

b. Penderita rawat inap di ruang rawat biasa Pengobatan suportif / simptomatik

a. Pemberian terapi oksigenb. Pemasangan infus untuk rehidrasi dan koreksi kalori dan elektrolitc. Pemberian obat simptomatik antara lain antipiretik, mukolitikd. Pengobatan antibiotik harus diberikan (sesuai bagan) kurang dari 8 jam

c. Penderita rawat inap di Ruang Rawat Intensif Pengobatan suportif / simptomatik

a. Pemberian terapi oksigenb. Pemasangan infus untuk rehidrasi dan koreksi kalori dan elektrolit Pemberian

obat simptomatik antara lain antipiretik, mukolitikc. Pengobatan antibiotik (sesuai bagan.) kurang dari 8 jamd. Bila ada indikasi penderita dipasang ventilator mekanik

Penderita pneumonia berat yang datang ke UGD diobservasi tingkat kegawatannya, bila dapat distabilkan maka penderita dirawat map di ruang rawat biasa; bila terjadi respiratory distress maka penderita dirawat di Ruang Rawat Intensif.

Bila dengan pengobatan secara empiris tidak ada perbaikan / memburuk maka pengobatan disesuaikan dengan bakteri penyebab dan uji sensitiviti.

Page 13: Makalah Tugas Gizi kel. 4.doc

6. Gizi untuk pneumonia

Tujuan diet pada pasien pneumonia adalah untuk memberikan makanan yang bergizi

seimbang, meningkatkan intake makan dan meningkatkan daya tahan tubuh.

Diet yang harus dijalani oleh pasien pneumoia adalah Tinggi Energi Tinggi Kalori.

Kebutuhan energi : 100 mg/kgBB ideal

Kebutuhan protein : 15 % dari kebutuhan energi total

Kebutuhan lemak : 20 % dari kebutuhan energi total

Kebutuhan karbohidrat : 65 % dari kebutuhan energi total

Selain kebutuhan nutrisi pokok seperti :

1. Energi

2. Lemak

3. Protein

4. Karbohidrat

Pasien pneumonia harus memenuhi kebutuhan vitamin serta mineral. Vitamin yang perlu

dikonsumsi seperti vitamin C, vitamin B, vitamin A serta vitamin E. Pasien juga harus

memenuhi kebutuhan mineralnya, jenis mineral yang banyak dikonsumsi oleh pasien

pneumonia adalah mineral seng dan mineral magnesium. Dan juga pasien harus

mengkomsumsi bahan makanan segar seperti sayur dan bauh-buahan.

Ada faktor-faktor untuk mencegah peumonia yaitu :

Memberikan ASI eksklusif pada masa bayi dan balita, mecegah perkembangan infeksi,

mehncegah pneumonia dengan penyakit lain dan mengguakan antibiotik.

Pasien dengan pneumonia harus mendapatkan makanan yang adekuat sesuai dengan kondisi

pasien tersebut.

Page 14: Makalah Tugas Gizi kel. 4.doc

Makanan yang tidak boleh diberikan pada penderita pneumonia

1. Ikan asin

Mengapa ikan asin dikatakan sebagai pantangan untuk penderita radang paru-paru? Dalam ikan asin terdapat zat Nitrosamin yang merupakan salah satu zat karsinogenik yang dapat memicu terjadinya peradangan pada organ tubuh manusia. Bukan hanya nitrosamin, ada kandungan zat lain dalam ikan asin yang merupakan mediator utama dalam pembentukan dan perkembangan virus Epstein-Barr. Virus ini berperan dalam timbulnya peradangan pada organ paru-paru manusia.

2. Terasi merah 

Di masyarakat kita sendiri terasi sudah menjadi salah satu bahan konsumsi yang cukup populer, akan tetapi perlu kita ingat bahwa dalam terasi merah ini mengandung Rhodamin B, suatu zat yang memicu timbulnya iritasi pada saluran pernafasan. Dan jika Rhodamin B dapat terakumulasi pada tubuh manusia dan bersifat karsinogenik dalam jangka waktu yang lama, kemungkinan besar dapat mengakibaktan timbulnya peradangan pada tubuh, terutama pada sistem pernafasan manusia.

3. Daging kambing 

Perlu kita ketahui bahwa di dalam daging kambing, terdapat beberapa kandungan zat yang dapat mempengaruhi sistem sirkulasi darah dan juga pembentukan zat nitrosamin yang telah kita jelaskan dapat memicu terjadinya perandagan paru-paru dan berakibat fatal pada kesehatan seseorang yang berujung pada penyakit penumonia.

4. Alkohol 

Sebuah penelitian menyatakan bahwa seseorang yang mengkonsumsi alkohol dalam jumlah yang berlebihan, akan memiliki resiko yang lebih besar terkena penyakit tekanan darah tinggi atau penyakit hipertensi dibandingkan dengan mereka yang tidak mengkonsumsi alkohol. Selain dapat menyebabkan tekanan darah naik, mengkonsumsi alkohol juga dapat memicu zat nitrosamin berkembang lebih cepat.

5. Merokok 

Apabila anda adalah seorang perokok aktif, mulai sekarang anda harus menjauhi kebiasaan buruk tersebut. Hal ini tiada lain karena dalam asap rokok terdapat kurang lebih 4000 bahan kimia yang 200 diantaranya beracun dan 43 jenis lainnya dapat menyebabkan penyakit kanker dan peradangan pada organ paru-paru. Beberapa zat yang sangat berbahaya di dalam rokok, antara lain : tar, nikotin, karbon monoksida, dan zat kimia berbahaya lainnya yang dapat memicu timbulnya penyakit radang paru-paru, jantung dan merusak kesehatan tubuh.

Page 15: Makalah Tugas Gizi kel. 4.doc

7. Pencegahan penyakit pneumonia?

Ada sejumlah langkah yang dapat membantu mencegah mendapatkan pneumonia :1. Berhenti merokok . pasien lebih mungkin untuk mendapatkan pneumonia jika pasien

merokok.2. Hindari orang yang memiliki infeksi yang kadang-kadang menyebabkan pneumonia.3. Tinggal jauh dari orang-orang yang memiliki pilek, yang flu , atau lainnya infeksi saluran

pernapasan .4. Jika pasien belum memiliki campak atau cacar air atau jika pasien tidak mendapatkan

vaksin terhadap penyakit ini, hindari orang-orang yang memiliki mereka.5. Sering mencuci tangan. Ini membantu mencegah penyebaran virus dan bakteri yang dapat

menyebabkan pneumonia.

Vaksinasi

Vaksin untuk membantu mencegah pneumonia tersedia. Vaksin untuk anak-anak disebut vaksin konjugasi pneumokokus (PCV) . Vaksin untuk orang dewasa (usia 65 tahun atau lebih tua), orang-orang yang merokok, dan orang-orang yang memiliki beberapa jangka panjang (kronis) kondisi disebut polisakarida vaksin pneumokokus (PPSV) .

Vaksin pneumokokus tidak dapat mencegah pneumonia. Tapi itu bisa mencegah beberapa komplikasi serius dari pneumonia, seperti infeksi dalam aliran darah (bakteremia) atau seluruh tubuh (septikemia), pada orang dewasa muda dan mereka lebih tua dari usia 55 yang memiliki sistem kekebalan tubuh yang sehat.

Vaksin lainnya dapat mencegah penyakit umum yang kadang-kadang menyebabkan pneumonia, seperti:1. Campak . Vaksinasi anak-anak untuk campak dapat mencegah sebagian besar kasus

campak. Orang dewasa mungkin perlu vaksinasi campak jika mereka tidak memiliki penyakit atau tidak divaksinasi selama masa kanak-kanak.

2. Flu . suntikan flu tahunan dapat membuat Anda mendapatkan flu. Flu sering dapat menyebabkan pneumonia, terutama pada orang dewasa yang lebih tua atau pada orang yang memiliki jangka panjang lainnya (kronis) penyakit. Thevaksinasi flu dapat diberikan pada saat yang sama dengan vaksin pneumokokus tetapi pada lengan yang berbeda.

3. Cacar air. cacar air shot ( vaksin varicella-zoster ) dapat mencegah sebagian besar kasus pneumonia disebabkan oleh virus yang menyebabkan cacar air.Pertimbangkan mendapatkan tembakan jika Anda lebih tua dari 13 dan belum menderita cacar air.