makalah gizi kel 12 nutrisi parenteral
DESCRIPTION
gizi kedokteranTRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
Obstruksi intestinal merupakan kegawatan dalam bedah abdominalis yang
sering dijumpai, merupakan 60—70% dari seluruh kasus akut abdomen yang
bukan appendicitis akuta. Penyebab yang paling sering dari obstruksi ileus adalah
adhesi/streng, sedangkan diketahui bahwa operasi abdominalis dan operasi
obstetri-ginekologik makin sering dilaksanakan yang terutama didukung oleh
kemajuan di bidang diagnostik kelainan abdominalis. Ada 3 hal yang tetap
menarik untuk diketahui/diselidiki tentang obstruksi ileus, ialah :
a. Makin meningkatnya keterdapatan obstruksi ileus.
b. Diagnosa obstruksi ileus sebenarnya mudah dan bersifat universil; tetapi
untuk mengetahui proses patologik yang sebenarnya di dalam rongga
abdomen tetap merupakan hal yang sulit.
c. Bahaya strangulasi yang amat ditakuti sering tidak disertai gambaran
klinik khas yang dapat mendukungnya.
Untuk dapat melaksanakan penanggulangan penderita obstruksi ileus
dengan cara yang sebaik-baiknya, diperlukan konsultasi antara disiplin yang
bekerja dalam satu tim dengan tujuan untuk mencapai 4 keuntungan :
a. Bila penderita harus dioperasi, maka operasi dijalankan pada saat keadaan
umum penderita optimal.
b. Dapat mencegah strangulasi yang terlambat.
c. Mencegah laparotomi negatif.
d. Penderita mendapat tindakan operatif yang sesuai dengan penyebab
obstruksinya.
Tujuan tunjangan nutrisi adalah memberi asupan kalori dan protein yang
dibutuhkan untuk :
a. Membatasi terjadi katabolisme
b. Mempertahankan fungsi organ vital
c. Mekanisme pertahanan tubuh
d. Menunjang perbaikan kerusakan jaringan
1
Nutrisi seperti halnya oksigen dan cairan senantiasa dibutuhkan oleh
tubuh. Penderita yang tidak dapat makan atau tidak boleh makan harus tetap
mendapat masukan nutrisi melalui cara enteral (pipa nasogastrik) atau cara
parentral (intravena). Nutrisi parenteral tidak menggantikan fungsi alamiah usus,
karena itu hanya merupakan jalan pintas sementara sampai usus berfungsi normal
kembali.1
Penderita dengan gangguan pada saluran pencernaan sering berada dalam
keadaan nutrisi yang buruk. Pemberian makanan secara per oral sering tidak
efektif lagi untuk mengatasi keadaan karena adanya gangguan pengolahan dan
penyerapan makanan. Dalam hal ini pemberian nutrisi harus diganti secara
parenteral. Kita dapat memberikan air, kalori, karbohidrat, asam amino, lemak,
elektrolit, vitamin dalam susunan yang optimal, melalui kateter vena sentral untuk
jangka waktu lama. Sekarang kita tidak hanya sanggup mempertahankan
homeostasis, tetapi juga dapat mengusahakan proses anabolik, penyembuhan luka
dan pertumbuhan pada penderita dengan berbagai gangguan nutrisi. 1
Banyak diantara penderita pasca bedah laparotomi karena perforasi ileum
(typhus abdominalis) , invaginasi, volvulus, atau hernia inkarserata yang
kemudian mengalami kebocoran jahitan usus yang menyebabkan peritonitis atau
enterofistula ke kulit . Dengan bantuan nutrisi yang baik penyulit-penyulit fatal ini
dapat dihindari. 1
Untuk terapi penderita obstruksi ileus dapat diberikan nutrirsi parenteral.
Keuntungan pemberian nutrisi parenteral melebihi bahaya yang dapat terjadi
bilamana fasilitas medis, perawatan, farmasi dan laboratorium yang dibutuhkan
tersedia. Dapat dipahami bahwa banyak terdapat kendala untuk pelaksanaannya
misalnya sumber daya manusia atau logistik, namun dengan pemahaman yang
baik mengenai keselamatan yang utuh maka prosedur ini dapat dilaksanakan
sesuai kemampuan yang ada. 1
Tujuan utama pemberian nutrisi secara parenteral ialah2 :
a. Mempertahankan sirkulasi
b. Mencukupi dan mempertahankan keseimbangan air dan elektrolit
c. Mencegah dan mengganti kehilangan jaringan tubuh (katabolisme)
2
d. Mengurangi morbiditas dan mortalitasl
Teknik nutrisi parenteral memang tidak mudah dan penuh liku-liku
masaalah biokimia dan fisiologi. Juga harga relatif mahal tetapi jika digunakan
dengan benar pada penderita yang tepat, pada akhirnya akan dapat dihemat lebih
banyak biaya yang semestinya keluar untuk antibiotik dan waktu tinggal dirumah
sakit. Contoh kesalahan yang masih banyak ditemukan di rumah sakit yaitu
Pemberian protein tanpa kalori karbohidrat yang cukup dan Pemberian cairan
melalui vena perifer dimana osmolaritas cairan tersebut lebih dari 900 m Osmol
yang seharusnya melalui vena sentral.2,3
Jika krisis katabolisme kecil sedang tubuh mempunyai cukup cadangan
tidak timbul masalah apapun. Penderita dewasa mudah sehat dengan status gisi
yang baik, dapat menjalani pembedahan, puasa 5 –7 hari setelah operasi sembuh
dan pulang dengan selamat hanya dengan kerugian penurunana berat badan.
Tetapi pada kenyataannya lebih banyak penderita yang kondisi awalnya sudah
jelek (berat bdan kurang, kadar albumin < 3,5 gr/dl), untuk penderita ini puasa
pasca bedah / pasca trauma 5 – 7 hari hanya mendapat infus elektrolit sudah
cukup untuk mencetuskan hipoalbuminemia, hambatan penyenbuhan luka ,
penurunan daya tahan tubuh sehingga infeksi mudah menyebar. 2,3
3
BAB II
SKENARIO
A. SKENARIO
Seorang laki-laki 35 tahun berat badan 55 kg telah menjalani operasi
karena ileus obstruksi dan harus dirawat sampai kondisinya pulih. Untuk
memenuhi kebutuhan kalori dan proteinnya maka dilakukan pemberian
nutrisi secara paraenteral.
B. IDENTIFIKASI ISTILAH
Berat badan : Massa yang dimiliki oleh tubuh yang bisa di ukur
dengan cara menimbangnya.
Operasi : Setiap tindakan yang dilakukan dengan alat atau
dengan tangan seorang ahli bedah.
Ileus obstruksi : Penyumbatan intestinal mekanik yang terjadi karena
adanya daya mekanik yang bekerja atau
mempengaruhi dinding usus sehingga menyebabkan
penyempitan/ penyumbatan lumen usus.
Kalori : Beberapa unit panas didefinisinikan sebagai jumlah
panas yang dibutuhkan untuk meningkatkan
temparatur 1 kilogram air 1 derajat celius pada
temperatur tertentu.
Protein : Kelompok senyawa organik kompleks yang
mengandung karbon,hydrogen, oksigen,nitrogen
dan biasanya sulfur, unsure khas adalah nitrogen.
Nutrisi : Asupan dan metabolism bahan gizi( makanan dan
bahan bergizi lainnya) oleh organism sehingga
kehidupan dipertahankan dan pertmbuhan dapat
berlangsung.
4
Nutrisi parenteral : Pemberian nutrien melalui pembuluh darah vena,
cara pemberian : vena perifer (nutrisi parenteral
perifer) atau vena sentral (nutrisi parenteral total).
C. DAFTAR MASALAH
1. Apa yang dimaksud dengan obstruksi ileus?
2. Apa yang menyebabkan terjadinya obstruksi ileus?
3. Bagaimana penatalaksanaan pada pasien dengan obstruksi ileus?
4. Apakah yang dimaksud dengan nutrisi enteral dan nutrisi parenteral?
5. Bagaimana indikasi dan kontraindikasi pada pemberian nutrisi enteral dan
nutrisi parenteral?
6. Bagaimana perencanaan nutrisi nutrisi enteral dan nutrisi parenteral?
7. Bagaimana sususan nutrien nutrisi enteral dan nutrisi parenteral?
8. Bagaimana komplikasi pemberian nutrisi enteral dan nutrisi parenteral?
9. Bagaimana pemberian nutrisi parenteral pada pasien pasca operasi
obstruksi ileus?
D. SASARAN BELAJAR
1. Pengertian, etiologi dan penatalaksanaan obstruksi ileus.
2. Definisi nutrisi enteral dan nutrisi parenteral.
3. Indikasi dan kontraindikasi pemberian nutrisi enteral dan nutrisi
parenteral.
4. Perencanaan nutrisi nutrisi enteral dan nutrisi parenteral.
5. Sususan nutrien nutrisi enteral dan nutrisi parenteral.
6. Komplikasi pemberian nutrisi enteral dan nutrisi parenteral.
7. Cara pemberian nutrisi parenteral pada pasien pasca operasi obstruksi
ileus.
5
BAB III
PEMBAHASAN
A. OBSTRUKSI ILEUS
Definisi
Obstruksi intestinal merupakan kegawatan dalam bedah abdominalis yang
sering dijumpai, merupakan 60—70% dari seluruh kasus akut abdomen yang
bukan appendicitis akuta.Penyebab yang paling sering dari obstruksi ileus adalah
adhesi/streng, sedangkan diketahui bahwa operasi abdominalis dan operasi
obstetri-ginekologik makin sering dilaksanakan yang terutama didukung oleh
kemajuan di bidang diagnostik kelainan abdominalis.4
Obstruksi ileus disebabkan penyumbatan intestinal mekanik yang terjadi
karena adanya daya mekanik yang bekerja atau mempengaruhi dinding usus
sehingga menyebabkan penyempitan/ penyumbatan lumen usus. 4
Ada 3 hal yang tetap menarik untuk diketahui/diselidiki tentang obstruksi
ileus, ialah4 :
a. Makin meningkatnya keterdapatan obstruksi ileus.
b. Diagnosa obstruksi ileus sebenarnya mudah dan bersifat universil; tetapi
untuk mengetahui proses patologik yang sebenarnya di dalam rongga
abdomen tetap merupakan hal yang sulit.
c. Bahaya strangulasi yang amat ditakuti sering tidak disertai gambaran
klinik khas yang dapat mendukungnya.
Untuk dapat melaksanakan penanggulangan penderita obstruksi ileus
dengan cara yang sebaik-baiknya, diperlukan konsultasi antara disiplin yang
bekerja dalam satu tim dengan tujuan untuk mencapai 4 keuntungan4 :
a. Bila penderita harus dioperasi, maka operasi dijalankan pada saat keadaan
umum penderita optimal.
b. Dapat mencegah strangulasi yang terlambat.
c. Mencegah laparotomi negatif.
d. Penderita mendapat tindakan operatif yang sesuai dengan penyebab
obstruksinya.
6
Patogenesa
Obstruksi ileus merupakan penyumbatan intestinal mekanik yang terjadi
karena adanya daya mekanik yang bekerja atau mempengaruhi dinding usus
sehingga menyebabkan penyempitan/penyumbatan lumen usus. Hal tersebut
menyebabkan pasase lumen usus terganggu. Akan terjadi pengumpulan isi lumen
usus yang berupa gas dan cairan, pada bagian proximal tempat penyumbatan,
yang menyebabkan pelebaran dinding usus (distensi). Sumbatan usus dan distensi
usus menyebabkan rangsangan terjadinya hipersekresi kelenjar pencernaan.
Dengan demikian kumulasi cairan dan gas ntakin hertambah yang menyebabkan
distensi usus tidak hanya pada tempat sumbatan tetapi juga dapat mengenai
seluruh panjang usus sehelah proximal sumbatan. Sumbatan ini menyebabkan
geraKan usus yang meningkat (hiperperistaltik) sebagai usaha alamiah.
Sehaliknya juga terjadi gerakan anti-peristaltik. Hal ini menyebabkan terjadi
serangan kolik abdomen dan muntah-muntah.4
Pada obstruksi usus yang lanjut, peristaltik ntudah hilang oleh karena
Binding usus kehilangan (Jaya kontraksinya. Pada saat ini gambaran kliniknya
dapat dikenal dengan4 :
a. gangguan kolik menghilang
b. distensi usus berat
c. gangguan keseimbangan elektrolit dan asam basa, serta dehidrasi berat
Pada obstruksi usus dengan strangulasi, terjadi keadaan gangguan
pendarahan dinding usus yang menyebabkan nekrosis/ gangguan dinding usus.
Bahaya umum dari keadaan ini adalah sepsis/toxinemia.4
Diagnosa
Gambaran klinik obstruksi ileus sangat mudah dikenal, tidak tergantung
kepada penyebab obstruksinya. Hanya pada keadaan strangulasi, nyeri biasanya
lebili hebat dan menetap. Sekali berhadapan dengan kasus obstruksi ileus, timbul
beherapa pertanyaan yang sekaligus diusahakan mendapat jawabannya4 :
a. Apakah penderita benar obstruksi ileus ?7
b. Dimana letak obstruksinya ?
c. Apa proses patogenesa yang sebenarnya terjadi ?
d. Berapa jauh obstruksi ileus telah menyebabkan gangguan hemeostasis ?
e. Apakah sudah terjadi keadaan strangulasi ?
Obstruksi ileus ditandai dengan gambaran klinik, berupa nyeri abdomen
yang bersifat kolik, muntah-muntah dan obstipasi, distensi intestinalis, dan tidak
adanya flatus. Rasa nyeri perut dirasakan sebagai menusuk-nusuk atau rasa mulas
yang hebat, umumnya nyeri tidak menjalar. Pada saat dating serangan, biasanya
disertai perasaan perut yang melilit dan terdengar semacam "suara" dari dalam
perut. Bila obstruksi tinggi, muntah hebat bersifat proyektil dengan cairan muntah
yang berwarna kehijauan. Pada obstruks rendah, muntah biasanya timbul sesudah
distensi usus yang jelas — Antibiotika. Pada umumnya persiapan penderita dapat
sekali. muntah tidak proyektil dan berbaru "feculent", warna cairan muntah
kecoklatan.4
Pada penderita yang kurus /sedang dapat ditemukan darm contour atau
darm steifung; biasanya nampak jelas pada saat penderita mendapat serangan
kolik. Pada saat itu, ,dalam pemeriksaan bising usus dapat didengarkan bising
usus yang kasar dan meninggi (borgorygmi dan metalic sound).4
Untuk mengetahui ada tidaknya strangulasi usus, beberapa gambaran
klinik dapat membantu4 :
f. Rasa nyeri abdomen yang hebat, bersifat menetap, makin lama makin
hebat.
g. Pada pemeriksaan abdomen, didapatkan ascites.
h. Terdapatnya abdominal tenderness.
i. Adanya tanda-tanda yang bersifat umum, demam, dehidrasi berat,
tachycardi, hipotensi atau shock.
Pemeriksaan Radiologi
Secara klinik obstruksi ileus umumnya mudah ditegakkan. 90% obstruksi
ileus ditegakkan secara tepat hanya dengan berdasarkan gambaran klinisnya saja.
Pada foto polos abdomen, 60—70% dapat dilihat adanya peleharan usus dan
8
hanya 40% dapat ditemukan adanya air-f luid level. Walaupun pemeriksaan
radiologi hanya sebagai pelengkap saja, pemeriksaan sering diperlukan pada
obstruksi ileus yang sulit atau untuk dapat memperkirakan keadaan obstruksinya
pada masa pra-bedah. 4
Beberapa tanda radiologik yang khas untuk obstruksi ileus adalah :
a. Pengumpulan gas dalam lumen usus yang melebar, penebalan valvulae
coniventes yang memberi gambaran fish bone appearance.
b. Pengumpulan cairan. dengan gambaran khas air-fluid level. Pada obstruksi
yang cukup lama, beberapa air fluid level roemberikan gambaran huruf U
terbalik.
Penatalaksanaan
Penatalaksanaan obstruksi ileus sekarang dengan jelas telah menurunkan
angka morbiditas dan mortalitas. Hal ini terutama disebabkan telah dipahaminya
dengan tepat pathogenesis penyakit serta perubahan homeostasis sebagai akibat
obstruksi usus. Pada umumnya penderita mengikuti prosedur penatalaksanaan
dalam aturan yang tetap. 4
1. Persiapan penderita.
Persiapan penderita berjalan bersama dengan usaha menegakkan diagnosa
obstruksi ileus secara lengkap dan tepat. Sering dengan persiapan penderita
yang baik, obstruksinya berkurang atau hilang sama sekali. Persiapan
penderita meliputi :
a. Dekompressi usus.
b. Koreksi elektrolit dan keseimbangan asam basa.
c. Atasi dehidrasi.
d. Mengatur peristaltik usus yang efisien. berlangsung selama 4—24 jam
sampai saatnya penderitasiap untuk operasi.
2. Operatif.
Bila telah diputuskan untuk tindakan operasi, ada 3 hal yang perlu
diperhatikan :
a. Berapa lama obstruksinya sudah berlangsung.
9
b. Bagaimana keadaan/fungsi organ vital lainnya, baik sebagai akibat
obstruksinya maupun kondisi sebelum sakit.
c. Apakah ada risiko strangulasi. Kewaspadaan akan resiko strangulasi
sangat penting.
Pada obstruksi ileus yang ditolong dengan cara operatif pada saat yang
tepat, angka kematiannya adalah 1% pada 24 jam pertama, sedangkan pada
strangulasi angka kematian tersebut 31%.
Pada umumnya dikenal 4 macam (cara) tindakan bedah yang dikerjakan
pada obstruksi ileus.
a. Koreksi sederhana (simple correction). Hal ini merupakan tindakan bedah
sederhana untuk membebaskan usus dari jepitan, misalnya pada hernia
incarcerata non-strangulasi, jepitan oleh streng/adhesi atau pada volvulus
ringan.
b. Tindakan operatif by-pass. Membuat saluran usus baru yang "melewati"
bagian usus yang tersumbat, misalnya pada tumor intralurninal, Crohn
disease, dan sebagainya.
c. Membuat fistula entero-cutaneus pada bagian proximal dari tempat
obstruksi, misalnya pada Ca stadium lanjut.
d. Melakukan reseksi usus yang tersumbat dan membuat anastomosis ujung-
ujung usus untuk mempertahankan kontinuitas lumen usus, misalnya pada
carcinomacolon, invaginasi strangulata, dan sebagainya.
Pada beberapa obstruksi ileus, kadang-kadang dilakukan tindakan operatif
bertahap, baik oleh karena penyakitnya sendiri maupun karena keadaan
penderitanya, misalnya pada Ca sigmoid obstruktif, mula-mula dilakukan
kolostomi saja, kemudian hari dilakukan reseksi usus dan anastomosis. 4
Pasca Bedah
Suatu problematik yang sulit pada keadaan pasca bedah adalah distensi
usus yang masih ada. Pada tindakan operatif dekompressi usus, gas dan cairan
yang terkumpul dalam lumen usus tidak boleh dibersihkan sama sekali oleh
10
karena caftan tersebut mengandung banyak bahan-bahan digestif yang sangat
diperlukan. 4
Pasca bedah tidak dapat diharapkan fisiologi usus kembali normal,
walaupun terdengar bising usus. Hal tersebut bukan berarti peristaltik usus telah
berfungsi dengan efisien, sementara ekskresi meninggi dan absorpsi sama sekali
belum baik.Sering didapati penderita dalam keadaan masih distensi dandisertai
diare pasca bedah. 4
Tindakan dekompressi usus dan koreksi air dan elektrolit serta menjaga
keseimbangan asam basa darah dalam batas normal tetap dilaksanakan pada pasca
bedahnya. Pada obstruksi yang lanjut, apalagi bila telah terjadi strangulasi,
monitoring pasca bedah yang teliti diperlukan sampai selama 6 - 7 hari pasca
bedah. 4
Bahaya lain pada masa pasca bedah adalah toksinemia dan sepsis.
Gambaran kliniknya biasanya mulai nampak pada hari ke 4-5 pasca bedah.
Pemberian antibiotika dengan spektrum luas dan disesuaikan dengan hasil kultur
kuman sangatlah penting.4,5
Pasien postoperative beresiko untuk menderita hipofosfatemia dan
gangguan metabolik atau elektrolit lainnya. Beberapa penelitian melaporkan
bahwa terdapat 20-50% hipofosfatemia pada pasien pasca operasi. Hanya
hipofosfatemia yang parah yang simptomatik yaitu kelemahan otot, koma, dan
gagal jantung atau pernapasan. Oleh karena itu, untuk menghindari
hipofosfatemia pada pasien dengan nutrisi parenteral total, 10-20 mMol
fosfor/1000 kkal karbohidrat direkomendasikan.5
Terapi
Nutrisi adalah dasar proses penyembuhan (Nutrition is a basic of
recovery). Yang banyak dikerjakan adalah :
a. Terapi nutrisi kombinasi enteral dan parenteral
b. Terapi nutrisi parenteral suportif
c. Terapi nutrisi enteral total sementara
d. Nutrisi enteral
11
e. Nutrisi oral
Kebutuhan gizi disesuaikan berdasarkan usia dan tingkat penyakit. Nutrisi
parenteral merupakan terapi suportif yang aman dan efektif, jika dilakukan
monitoring yang adekuat.6
Efek yang menguntungkan pada nutrisi enteral total telah diketahui pada
banyak jenis penyakit seperti luka bakar, trauma dan sepsis. Dibandingkan dengan
nutrisi parenteral, nutrisi enteral total dapat mengurangi infeksi nosokomial, gagal
multipel organ (MOF) dan memperlama rawat inap di rumah sakit.7
Tabel 1. Obat-obat yang mempengaruhi asupan nutrisi setelah operasi8
C. NUTRISI ENTERAL
Nutrisi enteral merupakan terapi pemberian nutrien lewat saluran cerna
dengan menggunakan selang/ kateter khusus (feeding tube). Cara pemberiannya
bisa melalui jalur hidung-lambung (nasogastric route) atau hidung-usus
(nasoduodenal atau nasojejunal route). Pemberian nutrient juga bisa dilakukan
dengan cara bolus atau cara infus lewat pompa infuse enteral.9
12
Gambar 1. Dua jenis slang yang dipakai dalam nutrisi enteral: Levin feeding tube
yang biasa dan feeding tube yang halus dengan dilengkapi guide wire.
Gambar 2. Hubungan sisi pada feeding tube
13
Gambar 3. Cara pemberian nutrisi enteral melalui jalur hidung-lambung
(nasogastric route)
Pemberian nutrisi enteral yang dini (early enteral feeding) akan
memberikan manfaat antara lain memperkecil respons katabolik, mengurangi
komplikasi infeksi, memperbaiki toleransi pasien, mempertahankan integritas
usus, mempertahankan integritas/respon imunologis, lebih fisiologik dan
memberikan sumber energi yang tepat bagi usus pada waktu sakit. Namun dalam
kenyataannya, pemberian nutirisi enteral yang dini tidak selalu dilaksanakan
dalam berbagai bidang spesialisasi kedokteran. Karena pemberian nutrisi enteral
mengandung kontroversi antara berbagai bidang spesialisasi tersebut.10,11
Di Rumah Sakit terdapat berbagai jenis formula enteral yang digunakan
untuk memenuhi berbagai ragam kebutuhan nutrisi pasien. Pemberian nutrisi
enteral yang tepat akan memberikan nutrient kepada pasien dalam bentuk yang
bisa digunakan oleh metabolisme tubuhnya tanpa menimbulkna gangguan saluran
14
cerna seperti kram usus atau diare sementara biaya dan proses pembuatannya
memungkinkan pemberian nutrisi tersebut.9
Gambar 4. Nutrisi enteral yang memakai selang hidung-lambung (nasogastrtic
tube, NGT) dengan pompa infus yang konstan.
Indikasi dan Kontraindikasi
Pemberian nutrisi enteral diperlukan pada penderita yang memerlukan
asupan nutrien dengan saluran cerna yang masih berfungsi, seperti pada penyakit
AIDS/HIV (yang disertai malnutrisi), kakeksia pada penyakit jantung atau kanker,
penurunan kesadaran/koma, disfagia/obstruksi esofagus, anoreksia pada infeksi
yang berat atau kronis atau pada malnutrisi, pembedahan/kanker pada kepala/leher
dan gangguan psikologis seperti depresi berat atau anoreksia nervosa. Keadaan
hipermetabolisme (luka bakar, trauma, infeksi HIV), asupan oral yang tidak
mencukupi, inflamasi kronis, penyakit Crohn, intubasi/ventilasi, upaya
mempertahankan keutuhan usus, seperti pada pancreatitis juga memerlukan nutrisi
enteral. Bahkan pada kasus-kasus berat seperti pembedahan dan trauma dengan
resiko sepsis diperlukan pemberian nutrisi enteral secara dini (early enteral
feeding) yang dapat disertai suplementasi nutrien yang berperan dalam proses
15
pergantian brush border cells (sel-sel jonjot usus) seperti glutamine. Untuk
mempelajari urutan tindakan dalam pemberian nutrisi enteral, lihat gambar
tentang algoritma pemberian nutrisi enteral dan parenteral.8,11
Pemberian nutrisi enteral tidak boleh dilakukan pada keadaan seperti
perdarahan gastrointestinal yang berat, muntah yang persisten, ileus obstruktif,
diare yang profus dan enterokolitis berat. Kadang-kadang nutrisi enteral dilakukan
bersama nutrisi parenteral jika diperlukan terapi nutrisi yang intensif untuk
mendapatkan asupan kalori dan protein yang tinggi. 8,12
Tabel 2. Indikasi pemberian nutrisi enteral dan parenteral13
Susunan Nutrien dan Osmolalitas
a. Karbohidrat
16
Karbohidrat dalam formula enteral dapat berasal dan pelbagai sumber
seperti glukosa, sukrosa, maltodekstrin, corn syrup dan sebagainya. Untuk
mengurangi osmolalitas dan kemanisannya, produsen formula enteral
umumnya memakai cornstarch, maltodekstrin dan oligosakarida. Laktosa
tidak dipakai dalam pembuatan formula enteral karena dikhawatirkan adanya
intoleransi laktosa yang banyak dijumpai di antara penduduk Asia (ingat
gejala diare pada mereka yang tidak terbiasa meminum susu).9
b. Serat pangan
Beberapa produk formula enteral seperti Nutren fibre® juga
mengikutsertakan serat pangan yang larut dengan maksud untuk menghindari
konstipasi atau diare. Dalam formula enteral untuk diabetes (Diabetasol®,
Glucerna®) juga ditambahkan serat pangan larut untuk mengendalikan
absorpsi KH (glukosa) dan lemak di usus halus. Namun, formula enteral
lainnya yang ada di pasaran umumnya tidak mengandung serat dan tidak
menghasilkan residu (rendah sisa). Penambahan serat dapat dilakukan pula
secara alami di rumah sakit dengan pemberian buah atau sayuran yang
diblender di samping makanan berserat seperti agar-agar.14
c. Protein
Protein bisa tcrdapat dalam bentuk hidrolisat protein atau asam amino
bebas (untuk diet elemental). Umumnya protein dalam formula enteral berupa
kasein dan/.atau isolat kedelai. Formula tinggi protein diperlukan bagi pasien-
pasien yang mengalami malnutrisi, infeksi/sepsis, trauma, dan pasien pra-
serta pascabedah. Pasien dalam keadaan koma yang memperoleh formula
tinggi-protein(harus menjalani pemantauan untuk mengetahui kecukupan
asupan cairan dan keseimbangan cairan serta elektrolitnya. Formula enteral
yang rendah protein, seperti Nephrisol® dan Falkamine®, masing-masing
diproduksi khusus untuk penderita insufisiensi ginjal dan hati.11,14
d. Lemak
17
Lemak merupakan nutrien yang tinggi kalori sehingga penambahan
kalori tanpa peningkatan osmolaritas dapat dicapai dengan pemberian nutrien
ini. Di samping itu, lemak juga mengandung asam lemak esensial seperti asam
gama lenolenat dan lenoleat yang sangat dibutuhkan tubuh bagi metabolisme
saraf, kelenturan jaringan seperti kulit dan pembentukan prostasiklin yang
dapat mencegah vasokonstriksi serta penjendalan trombosit yang berlebihan.
Lemak dalam formula enteral umumnya terdapat dalam bentuk minyak nabati
atau trigliserida rantai-sedang (MCT, middle chaini triglyceride) karena jenis
minyak ini mudah diserap usus tanpa membutuhkan getah empedu. Dengan
demikian, formula enteral masih dapat diberikan kepada pasien-pasien yang
menderita malabsorpsi lemak atau gangguan empedu karena gangguan
absorpsi tersebut terutama terjadi pada jenis lemak rantai-panjang (atom
karbon lebih dari 12) dan lemak jenuh.9
d. Vitamin, Mineral, dan Trace Elements
Ketiga jenis mikronutrien ini umumnya tersedia dalam bentuk preparat
jadi untuk menenuhi kebutuhan tubuh menurut AKG. Trace elements (elemen
renik) dan mineral dapat kita beli daIam bentuk preparat cair atau tetesan.
Bagi pasien yang mengalami malabsorpsi atau stres berat, seperti luka bakar
atau cedera yang berat, jumlah pemberian vitamin, mineral dan trace elements
menurut AKG mungkin tidak mencukupi. Untuk mengetahui kebutuhan yang
pasti dalam keadaan semacam itu, pemantauan kadar ketiga mikronutrien
tersebut diperlukan kendati pelaksanaannya membutuhkan laboratorium
pemeriksaan yang canggih.9,11
Penggunaan jus sayuran atau buah yang segar mungkin dapat
membantu memenuhi kebutuhan tubuh akan vitamin, mineral, dan trace
elements. Beta karoten yang berkhasiat sebagai provitamin A dan antioksidan,
misalnya, dapat diberikan lewat jus wortel. Pemberian jus wortel yang
terlampau banyak dapat menimbulkan warna tengguli pada tangan, namun
keadaan ini akan menghilang jika pemberian juice tersebut dihentikan. Karena
itu, pemberian juice sayuran dan buah perlu dilakukan secara bervariasi
18
dengan menggunakan pelbagai sayuran (misalnya, wortel, brokoli, kacang
janjang, ketimun) dan buah (misalnya, jeruk manis [orange, mandarin], jambu
biji/bangkok, bengkuang). Bagi pasien yang diperbolehkan untuk mendapat
serat makanan atau bagi pasien yang sembelit, kita dapat memberikan buah
atau sayuran yang diblender atau dilumatkan sehingga dapat melewati slang
sonde seperti apel, belimbing, pepaya, tomat, yang di blender, dll.9,11
Pada penderita insufisiensi renal, hati atau jantung, pemberian natrium,
kalium dan/atau fosfor harus diperhatikan dan disesuaikan dengan hasil
pemeriksaan kadar mineral tersebut di dalam darah. Beberapa formula enteral
buatan pabrik sudah tersedia bagi gagal ginjal dan hati, antara lain Nephrisol®
(gagal ginjal) dan Falkamine® (gagal hati).9,11
e. Osmolalitas
Osmolalitas merupakan ukuran jumlah partikel dalam larutan yang
dinyatakan dalam miliosmol per kg (mOsm/kg). Ukuran ini dapat dipakai
untuk menentukan kemampuan larutan dalam menahan air atau menarik air
lewat membran semipermeabel. Formula enteral dengan osmolalitas yang
tinggi dan diberikan dengan cepat akan menarik cairan ke dalam usus dan
mengakibatkan gejala kram, mual, muntah, atau diare. Osmolalitas mungkin
merupakan faktor yang menentukan bagi penderita yang menjalani operasi
lambung atau yang menggunakan slang jejunostomi. Osmolalitas bukan
masalah jika formula enteral diberikan secara perlahan-lahan atau dengan cara
tetesan yang konstan (model infus). Semakin rendah osmolalitas, semakin
cepat formula enteral dapat diberikan.
Pada formula enteral, osmolalitas ditentukan oleh konsentrasi gula,
asam amino dan elektrolit. Osmolalitas formula enteral akan enmgkat jika
kandungan asam amino bebas, monosakarida, disakarida dan elektrolit
bertambah. Lemak, protein utuh dan pati secara osmotis tidak begitu aktif.
Formula yang isotonik memiliki osmolalitas yang sama seperti darah yaitu
sekitar 300 mOsm/kg. Formula. dengan osmolalitas yang lebih tinggi daripada
300 mOs / kg digolongkan sebagai formula yang hipertonik atau
19
hiperosmolar. Formula yang isotonik atau sedikit hipertonik umumnya dapat
ditolerir oleh sebagian besar pasien. Makanan sonde yang di buat sendiri di
rumah sakit dengan kandungan nutrien yang seimbang umumnya memiliki
osmolalitas sekitar 600 mOsm/ kg air. Karena itu, formula enteral yang tepat
harus memiliki osmolaritas kurang dari 500 mOsm/kg air agar formula
tersebut bersifat isotonik atau sedikit hipertonik dan tidak menarik cairan ke
dalam rongga usus.
Osmolaritas berbeda dengan osmolalitas. Osmolaritas diukur dengan
satuan miliosmol (mOsm) per liter pelarut dan merupakan konsentrasi partikel
per total volume pelarut. Sebagaimana disebutkan di atas, osmolalitas
merupakan konsentrasi partikel per satuan pelarut dan diukur dengan satuan
miliosmol (mOsm) per kilogram air. Osmolaritas makanan yang cair kurang-
lebih 80% dari osmolalitasnya.9,11
Tipe Formula Enteral
Ada banyak tipe formula enteral yang telah dibuat oleh perusahaan
farmasi. Salah satu cara untuk menggolongkan tipe formula enteral adalah dengan
memperhatikan jenis protein yang dikandungnya. Formula utuh mengandung
protein utuh (whole protein) dan nutrien lain dalam bentuk yang kompleks.
Formula yang dihidrolisis atau dicerna sebagian mengandung fragmen protein
yang kecil-kecil dalam bentuk asam amino, dipeptida dan tripeptidi di samping
hidratarang dan lemak yang juga sudah dicerna sebagian. Dalam kedua kategori
ini terdapat jenis-jenis formula enteral yang spesifik menurut penyakitnya.9,14
a. Formula Protein Utuh
Formula ini dibuat dari protein lengkap yang utuh (misalnya, susu,
daging, telur) atau isolat protein (protein yang sudah menjalani semipurifikasi
dan memiliki nilai biologis tinggi; protein ini ekstraksi dan susu, kedelai atau
telur). Karena mengandung molekul protein, hidratarang dan lemak yang
kompleks, formula yang utuh memerlukan kemampuan pencernaan yang
normal untuk mampu mencerna dan mengabsorpsi semua nutrien tersebut.
Formula ini juga mengandung vitamin, mineral dan unsur-unsur renik (trace
elements) yang lengkap.9,14
20
Ada beberapa kategori formula utuh yang dirancang untuk memenuhi
berbagai kebutuhan pasien9:
1. Formula blender (blenderized formula) yang akan memberikan 1ebih
kurang 1,0 kcal/mL dan 16% jumlah kalori yang diberikan olen formula
tersebut berasal dari protein. Formula ini dibuat dan makanan biasa seperti
daging, susu, buah dan sayur yang diblender sehingga memiliki
konsistensi yang cair. Sebagian formula mengandung serat pangan dan
laktosa. Formula blender dikemas dalam kaleng atau kotak dan sudah
banyak digunakan pada rumah sakit di negara maju kendati sampai sejauh
ini belum tersedia di Indonesia. Contohnya adalah Compleat Regular dan
Vitaneed.
2. Formula standar memberikan lebih-kurang 1,0 hingga 1,2 kcal/mL dan
14% hingga 16% kalori dan protein. Formula ini rendah sisa dan bebas
laktosa. Meskipun penggunaannya dimaksudkan sebagai formula makanan
sonde (nutrisi enteral), kadang-kadang formula standar diberikan per oral
(nutrisi oral). Contoh formula standar yang sudah tersedia di Indonesia
adalah Isocal, Ensure, Peptisol, Nutrison, Enercal Plus, Panenteral dan
banyak lagi lainnya.
3. Formula tinggi-kalori memberikan 1,5 hingga 2,0 kcal/mL dan 14%
hingga 17% jumlah kalorinya berasal dan protein. Formula ini ditujukan
bagi pasien yang hendak menaikkan berat badannya sementara volume
makanan dan jumlah cairan harus dibatasi. Formula seperti ini belum
banyak ditemukan di Indonesia. Contohnya adalah Magnacal dan Deliver
2.0.
4. Formula tinggi-protein memberikan 1,0 hingga 2,0 kcal/mL dan lebih 16%
total kalorinya berasal dan protein. Formula ini rendah sisa dan kadang-
kadang diberikan per oral. Di Indonesia, contoh formula seperti ini yang
sering digunakan adalah Protifar. Di luar negeri terdapat Isocal HN,
Osmolite HN dan Promote.
5. Formula yang diperkaya dengan serat memberikan 1,0 hingg 1,5 kcal/mL
dan pemakaiannya ditujukan kepada pasien yang mengalami diare atau
21
konstipasi karena formula rendah sisa. Penyertaan serat di dalam formula
ini akan membantu integritas mukosa usus dan sebagian formula juga
mengandung prebiotik seperti inulin serta FOS yang penting hagi
keberadaan probiotik (laktobaksilus, bifidobakteri dll.) yang diperlukan
untuk memelihara keseimbangan flora di dalam usus. Contoh formula
yang diperkaya dengan serat adalah Prolansia Fiber dan beberapa susu
rendah lemak bagi manula yang kaya kalsium dan prebiotik seperti
Produgen, Anlen, Calciskim dll. Di luar negeri terdapat Fibersource, Jevity
dan UltraCal.
Di samping formula utuh yang disebutkan di atas, terdapat juga
formula yang spesifik menurut jenis penyakit seperti Diabetasol dan Glucerna
untuk diabetes melitus; Pulmocare dan Oxepa untuk kelainan paru (atau untuk
pasien yang pernapasannya dibantu dengan respirator); Nephrisol dan Nephro
untuk gagal ginjal; Falkamin, Aminoleban dan Hepatosol untuk gagal hati;
Neomune dan Impact untuk gangguan fungsi kekebalan; Lipisorb Liquid untuk
gangguan absorpsi lemak; dan TraumaCal untuk stes metabolik.9
22
Pemberian Formula Enteral
Formula enteral yang disimpan dalam lemari es harus dibiarkan pada suhu
ruangan dahulu sebelum diberikan kepada pasien. Penelitian menunjukkan bahwa
suhu makanan hanya sedikit pengaruhnya atas motilitas lambung dan tidak
mempengaruhi waktu transit. Pemanasan formula enteral hingga mencapai suhu
tubuh dapat mempermudah pertumbuhan bakteri mengingat formula enteral
merupakan media kultur yang baik. Karena itu, pemanasan formula enteral tidak
dianjurkan.9,15
Jika diberikan ke dalam lambung, makanan sonde yang bisa formula
enteral buatan pabrik maupun formula sonde rumah dapat diberikan secara bolus
atau infus yang kontinyu. Pemberian secara bolus bisa dimulai dengan volume
200 ml (1 ml makanan sonde umunnya dibuat setara dengan 1 kcal sehingga 200
ml akan memberikan 200 kcal) dan dilakukan secara perlahan-lahan setiap 4
sampai 6 jam sekali untuk mencegah retensi lambung serta regurgitasi. Jika
makanan sonde tersebut diserap dengan baik (yang diketahui dengan memeriksa
residu makanan sonde tersebut yang kurang dari 50% atau kurang dari 150 cc)
dan pasien tidak menunjukkan gejala muntah atau kembung, maka volume
makanan sonde bisa dinaikkan hingga 350 ml per kali pemberian dengan interval
pemberian 3 sampai 4 jam sehingga nutrisi enteral tersebut dapat memberikan
energi sampai 2100 kcal. Pada pelaksanaan nutrisi enteral, bagian dada pasien
harus ditinggikan dengan menaikan bagian kepala ranjang sainpai 30º atau lebih
untuk memperkecil kemungkinan aspirasi. 9,15
Apabila formula enteral (umumnya formula elemental) akan diberikan
secara infus ke dalam lambung atau duodenum, pemberian dimulai dengan 25
cc/jam (sekitar 8 tetes per menit) selama 12 jam pertama, dan kemudian tetesan
tersebut dapat dinaikkan secara bertahap sehingga bisa mencapai 16 tetes per
menit atau 50 cc per jam selama 12 jam berikutnya. Sesudah itu, jumlah
pemberian dapat dinaikkan secara berangsur-angsur hingga mencapai jumlah
kalori yang dikehendaki. Kecepatan tetesan dan kepekatan larutan formula tidak
boleh dinaikkan secara bersamaan karena dapat menimbulkan gangguan saluran
cerna. Pemberian maksima1 umumnya sekitar 150 cc per jam (atau sekitar 30
24
tetes per menit). Pcmantauan keberhasilan atau kegagalan absorpsi oleh usus
(khususnya bagi emberian sonde yang berupa tetesan kontinu ke dalam duodemm)
dapat dilakukan dan gejala kembung (distensi) yang dirasaan pasien atau yang
teraba atau tampak oleh pemeriksa. 9,15
Formula enteral buatan pabrik dapat disimpan selama 24 jam di dalam
lemari es setelah formula tersebut dilarutkan. Makanan sonde yang dibuat sendiri
oleh rumah sakit umumnya hanya bisa diimpan selama 4 jam dalam lemari es
sehingga makanan tersebut harus segera diberikan setelah dibuat. 9,15
a. Cara Pemberian
Formula enteral dapat diberikan secara intermiten atau kontinu lama
periode 8 hingga 24 jam. Kecepatan pemberiannya dapat diatur dengan
gravitasi (seperti tetesan infus) dan pompa khusus. Cara pemberian formula
enteral ditentukan oleh tipe dan lokasi slang sonde, tipe formula enteral yang
diberikan dan toleransi pasien. 9
1. Pemberian sonde secara intermiten
Formula diberikan beberapa kali dengan porsi yang tidak lebih dari 150 ml
per kali pemberian. Cara ini meniru pola makan orang sehat dan
memungkinkan pasien untuk melakukan kegiatan atau mobilisasi dalam
masa interval di antara jam-jam makan. Toleransi cara pemberian
intermiten dapat dioptimalkan lewat pemberian formula pada suhu kamar
dengan menggunakan metode infus dengan tetesan lambat atau dengan
pompa infus selama periode 20 hingga 30 menit. Untuk mencegah
aspirasi, sisa formula dalam lambung harus dicek sebelum pemberian
formula berikutnya dan toleranansi pasien ditentukan. Sisa formula tidak
boleh lebih dan 50% volume formula yang diberikan sebelumnya (atau
tidak lebih dari 150 ml pada pemberian 200-250 ml formula enteral). Sisa
ini harus dimasukkan kembali untuk mengurangi kemungkinan hilangnya
elektrolit dan getah lambung. 9
2. Pemberian model bolus
Pemberian secara bolus merupakan variasi pemberian secara intermiten.
Di Indonesia, pemberian model bolus paling banyak dikerjakan di rumah
25
sakit dengan menggunakan semprit berukuran besar berukuran 50 atau 100
ml yang dihubungkan dengan slang sonde. Pemberian model bolus
dilakukan sebanyak 4 hingga 6 kali sehari dalam jumlah yang acapkali
cukup besar (300-400 ml) untuk memenuhi kebutuhan kalori dan nutrien
pasien. Model pemberian ini sering tidak ditolerir dengan baik dan
menyebabkan sindrom dumping yang terdiri atas rasa mual, diare,
glukosuria, distensi, kram perut serta muntah, dan peningkatan risiko
terjadinya aspirasi. 9
3. Metode tetesan yang kontinu
Formula diberikan secara kontinu selama 8 hingga 24 jam untuk
memaksimalkan toleransi pasien dan absorpsi nutrien. Metode ini
direkomendasikan bagi pasien yang sakitnya berat dan pemberian nutrisi
enteralnya ke dalam duodenum. Kerapkali metode tetesan yang kontinu
dilakukan untuk memulai pemberian makanan sonde ke dalam lambung
(baik lewat NGT atau gastrostomi). Pompa ini dapat digunakan untuk
memastikan kecepatan tetesan yang konsisten. Pemberian nutrisi ini harus
dihentikan setiap 6 jam sekali untuk memberikan kesempatan
membersihkan slang sonde dengan air dan memelihara hidrasi pasien. Sisa
formula di dalam lambung diukur setiap 4 hingga 6 jam sekali. Jika
volume formula yang tersisa melebihi volume formula yang diberikan dua
jam 4 sebelumnya, kecepatan pemberian formula tersebut harus dikurangi. 9,14
b. Pemilihan Slang dan Pemasangannya
Penggunaan slang hidung-lambung (NGT) biasanya dilakukan bila
pemberian nutrisi enteral berlangsung sementara. NGT yang panjangnya
antara 18 dan 30 inci dengar ukuran #12 hingga #16F biasanya perlu dibilas
dahulu dengan sedikit air (sekitar 50 ml) sebelum formula enteral berikutnya
dimasukkan agar lubang slang tetap bersih dan terbuka. Sisa formula enteral
yang melekat pada dinding lubang slang memberikan kemungkinan untuk
pertumbuhan bakteri dan tersumbatnya slang sonde. Slang NGT bisa terbuat
26
dari PVC atau poliuretan. Sebenarnya slang yang terbuat dari PVC dengan
besar seperti jari kelingking merupakan slang untuk dekompresi dan aspirasi
tetapi pada banyak rumah sakit, slang PVC masih digunakan sebagai feeding
tube. Slang yang tepat untuk pemberian nutrisi enteral adalah slang poliuretan
yang berukuran kecil dan tidak perlu sering diganti. Sayangnya, slang
poliuretan ini tidak bisa digunakan untuk pemberian makanan blender yang
dibuat sendiri oleh dapur rumah sakit. 9
Slang hidung-lambung (NGT), khususnya yang terbuat dan PVC, juga
perlu diganti secara periodik (biasanya tiap 2-3 hari) untuk menjamin
kebersihannya dan mengurangi penekanan kontinyu. yang dapat menimbulkan
nekrosis pada jaringan jalur hidung-lambung (mukosa hidung, faring, laring
dan esofagus). Slang yang lebih kecil dan lebih lentur seperti kateter Flocare
atau kateter yang terbuat dan poliuretan (yang panjangnya sekitar 36 inci
dcngan diameter #8 sampai #10F) umumnya bisa digunakan untuk waktu yang
lebih lama karena slang ini tidak begitu mengganggu kenyamanan
(komfortabilitas) dan pasien masih bisa mendapatkan makanan per oral
sekalipun terpasang slang. Slang nasojejunal Dobhoff (slang poliuretan)
biasanya digunakan dalam pemberian nutrisi enteral ke dalam duodenum atau
jejunum namun slang yang diameternya lebih kecil ini memerlukan formula
enteral yang viskositasnya rendah. Pemasangan slang nasojejunal bisa
dilakukan dengan memasukkannya lewat endoskopi hingga duodenum dan
kemudian slang yang ujungnya diperberat (weighted-tip nasojejunal tube)
didorong untuk masuk sendiri ke dalam jejunum. Slang nasojejunal yang
sudah terpasang harus dipastikan dengan pemeriksaan sinar-X 12 hingga 24
jam sesudah pemasangannya. Pemberian formula enteral baru dilakukan
setelah posisi slang dalam duodenum atau jejunum dipastikan. 9,14
27
Pemantauan Keadaan Pasien
Pemantauan harus dilakukan terhadap perubahan berat badan serta
sejumlah parameter antropometrik lainnya (tebal triseps, LLA, LOLA),
keseimbangan cairan dan elektrolit, dan parameter loratorium untuk menilai
kondisi gizi serta komplikasi metabolik akibat pemberian formula enteral. Fungsi
hepar dan ginjal juga harus dipantau pada pasien malnutrisi yang mendapatkan
formula tinggi protein untuk mencegah overloading nitrogen. Di samping
komplikasi metabolik, beberapa komplikasi mekanis seperti aspirasi, nekrosis
mukosa hidung, false route, dan lainnya, serta komplikasi gastrointestinal, seperti
sembelit, diare, kram perut, mual, muntah dan kembung, dan lainnya dapat terjadi
sehingga diperlukan pemantauan yang ketat terhadap kemungkinan komplikasi ini
dalam pemberian nutrisi enteral.9
Selanjutnya untuk mempelajari berbagai permasalahan yang potensial
terjadi pada pemberian nutrisi enteral, penyebabnya dan tindakan yang harus
dilakukan.9
C. NUTRISI PARENTERAL
Nutrisi parenteral adalah pemberian nutrien dalam bentuk formula
parenteral ke dalam pembuluh darah balik (vena) yang bisa berupa vena perifer
atau vena sentral. Dengan demikian, pemberian nutrisi parenteral memintas
saluran cerna. Pemberian nutrisi parenteral total dilakukan untuk pertama kalinya
oleh Rhoads dan Dudrick dalam pertengahantahun 1960-an. Karena pemasangan
kateter ke dalam vena sentral dikerjakan oleh dokter spesialis anestesi, maka
umumnya nutrisi parenteral total menjadi bagian dalam spesialisasi tersebut.
Namun, jika nutrisi parenteral hendak dibahas dari segi komplikasi metabolik
mungkin terjadi, bidang ini bisa di anggap pula sebagai bagian dari spesalisasi
endokrin. Peran ahli gizi dalam nutrisi parenteral terutama terletak pada
perhitungan komposisi nutrienya bila formula nutrisi parenteral tersebut
merupakan campuran larutan hidratarang dengan asam amino dan vitamin-
mineral. Namun, masalah ini dapat teratasi dengan penggunaan larutan nutritrisi
parenteral yang sudah memiliki nutrien lengkap dengan komposisi yang tepat
menurut indikasi dan kebutuhan pasien.29
Gambar 5. Pemberian nutrisi parentertal perifer dengan menggunakan pompa
infuse. Selang infuse di masukkan ke dalam pembuluh vena perifer seperti vena
kubiti.
30
Gambar 6. Pemasangan slang pada untuk pemberian nutrisi enteral dan parental
Nutrisi parenteral diperlukan bagi pasien-pasien yang menghadapi
malnutrisi namun tidak mampu/ tidak boleh mendapatkan kecukupan nutrient jika
diberikan lewat mulut atau saluran cerna. Nutrisi parenteral perlu dibedakan
dengan pemberian cairan infuse yang hanya terdiri atas cairan, elektrolit, dan
karbohidrat untuk mempertahankan hidrasi, keseimbangan elektrolit sera
memberikan sedikit kalori. Biasanya pemberian nutrisi parenteral total atau
pemberian seluruh nutrient lewat infuse dilakukan jika pemberian utrisi oral atau
enteral merupakan kontraindikasi. Pemberian nutrisi total parenteral umumnya
dilaksakan lewat vena sentral karena pemberian nutrient dalam jumlah besar
membawa konsekuensi peningkatan osmolalitas yang dapat mengakibkan flebitis
(radang vena) jika larutan nutrient tersebut diberikan lewat vena perifer.8
31
Bila hanya sebagian kebutuhan saja diberikan lewat pembuluh darah,
pemberian nutrisi ini dinamakan nutrisi parenteral parsial. Nutrisi parenteral
parsial ini dilakukan bila pemberian nutrisi oral atau enteral tidak mencukupi
selama lebih dari 5 atau 7 hari. Nutrisi parenteral bisa pula disebut sebagai terapi
nutrisi primer atau sebagai terapi nutrisi supplemental atau suportif.8
Indikasi dan Kontraindikasi
Sebagai terapi nutrisi primer, nutrsi parenteral diberikan pada keadaan :
(1) ketidakmampuan untuk mencerna atau menyerap makanan secara memadai.
Keadaan ini dapat terjadi pada kasus-kasus seperti muntah-muntah persisten, diare
yang berat, sindrom malabsopsi berat, beberapa keadaan trauma perut, ileus yang
lama dan reseksi usus yag luas dan (2) usus harus di istirahatkan. Contohnya
adalah fistula enternal serta penyakit inflamasi usus ang akut dan tidak
memberikan respon terhadap terapi lainnya.5,6
Nutrisi parenteral dapat dilakukan sebagai terapi suportif pada pasien yang
bisa makan atau mendapatkan nutrisi lewat sonde ( nutria enteral), namun tidak
mampu mengkonsumsi cukup kalori serta nutrient lain guna memenuhi kebutuhan
gizinya.8
Nutrisi parenteral tidak boleh diberikan pada krisis emodinamik seperti
keadaan syok atau dehidrasi yang belum terkoreksi (kontaindikasi absolute).
Keadaan seperti kegagalan pernapasan yang membutuhkan bantuan respirator
meupakan kontraindikasi relatif mengingat metabolisme glukosa dapat menambah
produks CO2 yang memperberat keadaan tersebut.8
Keadaan berikut ini mungkin memerlukan nutrisi parenteral sabagai terapi
auplemental atau suportif16 :
a. Prabedah pada pasien yang mengalami emasiasi, deplesi nutrien yang
berat, atau yang kehilangan berat badannya sampai lebih dari 10% berat
badan semula.
b. Pascabedah pada pasien yang tidak mampu makan secara normal selama
lima hari atau lebih.
c. Keadaan truma seperti luka bakar ataufrakur multipel dengan komplikasi
lain seperti sepsis yang kebutuhan nutriennya sangat tinggi.32
d. Penyakit kanker khususnya sebagai tepai penunjang pada terapi utama
kanker yang terdiri atas pembedahan, radioterapi, dan kemoterapi.
e. Malnutrisi protein atau protein-kalori atau kalau berat badan tanpa
edema/asites turun sampai 10% lebih di bawah berat-badan ideanya.
f. Penolakan atau ketidakmampuan makan seperti pada keadaan koma,
anoreksia nervosa, atau kelainan neurologis seperti paralisis pseudobulbar
yang membuat pasien tidak dapat memakan makanan secara normal.
Berdasarkan penelitian, pemberian nutrisi parenteral dapat
mengakibatkan16:
a. Atrofi jaringan limfoid usus (GALT/gut associated lymphoid tissue) yang
merupakan sumber utama imunitas mukosa.
b. Terganggunya fungsi limfosit Sel T dan sel B, menurunnya aktivitas
kemotaksis leukosit dan fungsi fagositosis sehingga memudahkan
pertumbuhan bakteri (bacterial overgrowth).
c. Meningkatnya permeabilitas dinding usus yang dapat mempermudah
terjadinya translokasi bakteri, endotoksin, dan antigen masuk ke dalam
sirkulasi.
Perencanaan Nutrisi Parenteral
Untuk menentukan apakah pasien bisa diberi nutrisi per oral ataukah
haruskan mperoleh nutrisi enteral atau parentral, barangkali dapat dilihat pada
tabel berikut.
33
Gambar 7. Bagan indikasi nutrisi enteral dan parenteral
Susunan Nutrien dalam Formula Parenteral
Sebagai ahli gizi, masalah terpenting dalam terapi nutrisi parenteral adalah
komposisi nutrientnya karena hal tersebut perlu diketahui dokter menghendaki
campuran preparat nutrisi parenteral dalam terapi nutrisi parenteral tersebut.
Pembuatan nutrisi parenteral ini, dilakukan di bagian farmasi dan memerlukan
persyaratan farmasi yang ketat, seperti osmalitas, pirogenisitas, sterilitas dan lain-
lain, sebagai contoh larutan dextrose dan ringer laktat atau Salin dapat
dicampurkan dengan larutan asam amino seperti amino fusin.Berikut ini
34
merupakan nutrien yang harus diketahui oleh ahli gizi dalam pemberian nutrisi
parenteral.9
a. Kalori
Kebutuhan energi bagi orang dewasa yang sehat, dengan berat badan
normal dan aktifitas adalah sekitar 30 kkal/kg BB/ hari. Keaadan stress seperti
demam, pembedahan, tumor,luka bakar, trauma atau sepsis atau peningkatan
berat badan dapat meningkatkan kebutuhan kalori hingga 50-100%. Respon
pasie terhadap terapi nutrisi dapat diukur lewat penambahan berat dan atau
keseimbangan nitrogen yang positif atau negatif. 9,11
Biasanya dextrose (bentuk gukosa yang mengandung air) merupakan
sumber utama energy yang memberikan 3,4 kkal/gram (bukan 4 kkal/gram
karena kandungan airnya). Konsentrasi glukosa yang diberikan dalam
formulasi nutrisi parenteral dapat berkisar dari 10% hingga sekitar 25% (yaitu,
dalam nutrisi parenteral total) dan tidak melebihi konsentrasi tersebut karena
baik orang dewasa maupun anak-anak tidak dapat mengoksidasi glukosa lebih
cepat dari 5 mg/kg BB/menit. Jika larutan glukosa diinfuskan terlalu cepat,
maka kelebihan glukosa akan diubah menjadi lipid. Jika seorang dewasa
dengan berat badan 70 kg tidak boleh mendapatkan lebih dari sekitar 200
gram glukosa per hari sementara kebutuhan energinya melebihi 2000 kkal,
maka emulsi lipid dapat diberikan untuk memenuhi 30% hingga 50% dari
kebutuhan energinya. 9,11
Pada pasien-pasien yang pernafasannya tergantung pada ventilator,
jumlah asupan glukosa juga harus dibatasi (tidak melebihi 50% dari jumlah
total kalori) karena oksidasi glukosa akan lebih banyak menghasilkan karbon
dioksida dibandingkan oksidasi lemak. Demikian pula, jumlah asupan
glukosa pada pasien-pasien stroke seyogyanya tidak melebihi 200 gram per
hari karena dalam keadaan iskemia, otak lebih menggunakan asam laktat
ketimbang glukosa. Hipoksemia, peningkatan karbon dioksida dan ion
hidrogen juga menyebabkan pelebaran pembuluh darah sehingga terjadi
peningkatan aliran darah ke dalam otak yang akan menimbulkan edema otak
dan penekanan aktivasi SSP. Di samping itu, pada stroke yang merupakan
35
keadaan distress berat akan terjadi resistensi insulin sehingga penambahan
glukosa yang berlebihan ke dalam darah dapat mengakibatkan hiperglikemia
dengan konsentrasi terjadinya sembab pada dinding pembuluh darah serta
jaringan saraf.9,11
b. Protein
Sumber protein pada formula nutrisi parenteral terdapat dalam bentuk
campuran asam amino esensial dan nonesensial yang konsentrasinya berkisar
dari 5% hingga 15%. Jumlah total nitrogen yang diberikan harus cukup untuk
memenuhi kebutuhan harian, dan kedelapanasam amino esensial harus
terdapat dengan jumlah yang memadai serta keseimbangan yang tepat. Jumlah
asam amino yang diberikan harus bergantung pada perkiraan kebutuhan pasien
akan protein (estimad protein requirement) dan fungsi hati serta ginjal pasien.
c. Lemak
Lemak diberikan dalam bentuk emulsi lemak seperti preparat intralipid
10%, 20%, dan 30% yang masing-masing mengandung 10, 20 atau 30 gram
lemak/100 ml dan memberikan 1,1, 2 atau 3 kkal/ml. Preparat tersebut tersedia
dengan volume 100 ml atau 250 ml. Dosis lemak yang lazim diberikan
diberikan adalah 0,5 hingga 1 gram/kg BB/hari untuk memasok kalori
sebanyak 30% dari total kalori. Dianjurkan agar pemberian infuse lipid
dibatasi pada 2,5 g/kg BB/hari bagi orang dewasa dan tidak lebih dari 4 g/kg
BB/hari bagi anak-anak. Sebaiknya pemberian lemak dilakukan melalui selang
infus terpisah atau bercabang dan bertujuan untuk meningkatkan asupan kalori
dalam keadaan ketika jumlah kalori dari larutan karbohidrat saja tidak
mencukupi kebutuhan pasien. Di samping itu, pemberian preparat parenteral
lemak juga bertujuan untuk menghindari kemungkinan defisiensi asam lemak
esensial. Pemberian preparat parental lemak merupakan kontraindikasi pada
keadaan seperti hati yang berat, hiperlipidemia berat atau riwayat alergi yang
hebat terhadap telur. Pemberian preparat ini juga harus dilakukan secara hati-
hati pada pasien ateroskelerosis, penyakit hati yang moderat, kelainan
pembekuan darah, pancreatitis atau jenis-jenis penyakit paru tertentu.
36
Dalam formula lipid bagi nutrisi parental, umumnya campuran minyak
safflower dan minyak kedelai dengan fosfolipid telur sebagai pengemulsi
digunakan untuk menghasilkan larutan isotonic yang memberikan cukup
kalori dan sekaligus dapat mencegah defisiensi asam lemak esensial. Kalau
lipid terdapat dalam bentuk campuran dengan nama campuran nutrient total
(total nutrient admixture) atau larutan 3-in-1. Jika lipid tidak diperlukan untuk
memasok energy (dan jika pasien hanya sedikit atau tidak mendapatkan lipid
lewat nutrisi enteral), pemberian infuse lipid hanya dilakukan dengan jumlah
kecil untuk mencegah defisiensi asam lemak esensial. Bila tujuannya hanya
mencegah defisiensi asam lemak esensial, pemberian lipid tersebut dapat
dilakukan hanya selama 3 atau 4 hari dalam satu minggu. Larutan emulsi lipid
lebih mendukung pertumbuhan Candida dan banyak bakteri lainnya
dibandingkan larutan glukosa-asam amino dan dengan demikian preparat ini
harus diberikan dengan teknik aseptic yangebih cermat.
Karnitin yang merupakan derivate asam amino lisisn akan
menstimulasi masuknya asam lemak rantai-panjang ke dalam mitokondria
sehingga asam lemak tersebut dapat dioksidasi sebagai sumber energy.
Karnitin ditemukan dalam makanan hewani dan disintesis dalam tubuh
manusia yang sehat, tetapi larutan nutrisi parenteral tidak mengandung
karnitin. Bayi dan pasien yang mendapatkan nutrisi parenteral total dalam
jangka-waktu lama tidak dapat mensintesis karnitin sehingga harus
memperolehnya lewat splemen karena defisiensi karnitin akan menyebabkan
kardiomiopati, kelemahan otot, letargi (keadaan mengantuk), hipoglikemi,
ensefalopati, kelambatan pertumbuhan serta bangkitan epilepsy. Suplemen
karnitin dapat diberikan per oral atau ditambahkan ke dalam larutan nutrisi
parenteral total jika keadaan defisiensi tersebut dicurigai atau diperkirakan
akan terjadi. 9,11
d. Vitamin dan Mineral
Konsentrat multivitamin dapat ditambahkan ke dalam formula
parentaral menurut RDA dan kebutuhan pasien. Vitamin C kadang-kadang
37
disuntikkan langsung ke dalam pembuluh vena atau lewat selang infuse.
Vitamin K dan B12 tidak bisa ditambahkan ke dalam formula parenteral karena
aktivitasnya akan hilang, karena itu vitamin B12 harus diberikan melalui
suntikan intramuscular sebulan sekali Vitamin K juga bisa disuntikkan lewat
intramuscular melalui hasil pemeriksaan waktu protombrin. Dosis pemberian
vitamin K biasanya 10 mg per minggu. Asam folat tidak dapat bercampur
dengan riboflavin sehingga harus disuntikkan sendiri dengan dosis 5 mg per
minggu. 9,11
Pemberian cairan infuse tertentu yang mengandung elektrolit
tergantung pada hasil pemeriksaan jasmani dan kadar elektrolit pasien.
Pasieni-pasien yang mendapatkan nutrisi parenteral selama lebih dari satu
bulan juga mengalami deplesi trace minerals. Untuk itu, pemberian formula
trace minerals dianjurkan oleh Asosiasi Medik Amerika. Di Indonesia,
penyuntikan preparat trace minerals masih belum lazim dilakukan. 9,11
38
Konsep yang Perlu Disamakan Pada Parenteral Nutrisi
1. Menggunakan vena perifer untuk cairan pekat.
39
Osmolaritas plasma 300 mOsmol . Vena perifer dapat menerima sampai
maksimal 900 mOsmol . Makin tinggi osmolaritas (makin hipertonis) maka
makin mudah terjadi tromphlebitis, bahkan tromboembli. Untuk cairan > 900
– 1000 mOsm, seharusnya digunakan vena setrral (vena cava, subclavia,
jugularis) dimana aliran darah besar dan t cepat dapat mengencerkan tetesan
cairan NPE yang pekat hingga tidak dapat sempat merusak dinding vena. Jika
tidak tersedia kanula vena sentral maka sebaiknya dipilih dosis rendah (larutan
encer) lewat vena perifer, dengan demikian sebaiknya sebelum memberikan
cairan NPE harus memeriksa tekanan osmolaritas cairan tersebut ( tercatat
disetiap botol cairan ). Vena kaki tidak boleh dipakai karena sangat mudah
deep vein trombosis dengan resiko teromboemboli yang tinggi.
2. Memberikan protein tampa kalori karbohidrat yang cukup.
Sumber kalori yang utama dan harus selalu ada adalah dektrose. Otak
dan eritrosit mutlak memerlukan glukosa setiap saat. Jika tidak tersedia terjadi
gluneogenesis dari subtrat lain. Kalori mutlak dicukupi lebih dulu. Diperlukan
deksrose 6 gram /kg.hari (300 gr) untuk kebutuhan energi basal 25 kcal/kg.
Asam amino dibutuhkan untuk regenerasi sel, sintesis ensim dan viseral
protein. Tetapi pemberian asam amino harus dilindungi kalori, agar asam
amino tersebut tidak dibakar menjadi energi (glukoneogenesis) Tiap gram
Nitrogen harus dilindungi 150 kcal berupa karbohidrat. Satu gram Nitrogen
setara 6,25 gram protein. Protein 50 gr memerlukan ( 50 : 6,25 ) x 150 k cal =
1200 kcal atau 300 gram karbohidrat.Kalori dari asam amino itu sendiri tidak
ikut dalam perhitungan kebutuhan kalori. Jangan memberikan asam amino
jika kebutuhan kalori belum dipenuhi.
3. Tidak melakukan perawatan aseptik.
Penyulit trombplebitis karena iritasi vena sering diikuti radang/
infeksi. Prevalensi infeksi berkisar antara 2-30 %. Kuman sering ditemukan
adalah flora kulit yang terbawa masuk pada penyulit atau ganti penutup luka
infus.
40
Komplikasi pada Nutrisi Parenteral
Penggunaan vena perifer hanya digunakan pada terapi nutrisi parenteral
yang tidak melampaui waktu 2 minggu. Setelah itu, pemberian nutrisi harus
beralih kepada nutrisi enteral atau oral. Jika hal tersebut tidak mungkin dilakukan,
pemberian nutrisi parenteral harus dilakukan lewat vena sentral seperti vena
subklavia untuk mencegah flebitis atau trombosis karena hipertonisitas larutan
nutriennya. Pemasangan kateter ven sentral untuk pemberian nutrisi parenteral ini
umumnya dikerjakan oleh dokter spesialis anastesi.17
Karena adanya kemungkinan komplikasi di atas, pasien-pasien yang
mendapat NP harus selalu menjalani pemeriksaan pemantauan. Di samping
pemeriksaan antropometrik dan laboratorium (Hb/Ht, albumin, kolesterol/TG)
untuk mengevaluasi status nutrisi, pemeriksaan klinis dan laboratorium lain
seperti BSG, elektrolit, ureum/kreatinin, SGOT/SGPT perlu dilakukan secara
periodik.17
Pemeriksaan faal gastrointestinal juga harus harus terus dilaksanakan.
Begitu fungsinya pulih kembali dan kontraindikasi pemberian nutrisi enteral tidak
terdapat, saluran cerna harus digunakan sebagai organ untuk pemberian nutrisi.
Jika pasien bersedia dan mampu makan, pemberian per oral merupakan pilihan;
kalau tidak, pemakaian kateter lambung (NGT) diperlukan untuk menyalurkan
nutrien ke dalam saluran cerna (lambung atau duodenum). Saluran cerna yang
tidak digunakan dalam waktu lama akan membawa akibat atrofi sel-sel usus
karena pergantian brush-border usus yang terjadi tiap hari memerlukan glutamin
yang ada dalam formula nutrisi enteral (isolate kedelai). Ketika pemberian nutrisi
enteral sudah dimungkinkan, pemberian nutrisi parenteral harus dikurangi secara
bertahap (tapering-off).17
Tiga komplikasi yang bisa terjadi dalam pemberian nutrisi parenteral17 :
a. Komplikasi teknis, yang berkaitan dengan pemasangan kateter seperti
pneumothorak, rupture atau penetrasi arteri subklavia, emboli udara, dan
tromboemboli.
b. Komplikasi infeksi, yang ditandai dengan demam, hipotensi, oliguria dan
kemunduran keadaan umum. Indikasi absolute pelepasan kateter adalah syok
42
septic, bakterimia, infeksi pada tempat pemasangan, gejala emboli, dan
demam persisten tanpa ditemukan penyebab lain.
c. Komplikasi metabolik, yang berkaitan dengan gangguan keseimbangan
glukosa, asam basa,dan elektrolit seperti hiper/hipoglikemia,
hiper/hipokalemia, hiper/hiperkalsemia, hiper/hipomagnesemia, dan
hiper/hipofosfatemia.
Nutrisi Parenteral Total
Nutrisi parenteral total atau yang lebih dikenal dengan istilah TPN (total
parenteral nutrition) digunakan untuk memberikan dukungan nutrisi dalam
jangka waktu lama bagi pasien-pasien yang tidak mampu mengonsumsi makanan
per oral dan tidak dapat menjalani pemberian nutrisi enteral.9
Karena TPN merupakan cara pemberian nutrisi yang mahal, memerlukan
monitoring yang terus menerus dan berpotensi untuk menimbulkan komplikasi
infeksi, matabolik serta mekanis, tindakan ini hanya dilakukan bila cara
pemberian nutrisi yang lain (oral atau enteral) tidak adekuat atau merupakan
kontraindikasi sementara dukungan nutrisi dalam waktu yang lama sangat
dibutuhkan. Jika memungkinkan, TPN harus dihentikan sesegera mungkin.
Penyapihan pasien yang mendapatkan TPN dengan pemberian nutrisi oral atau
enteral diperlukan agar tidak terjadi komplikasi metabolik dan kekurangan gizi.
TPN bukan merupakan tindakan emerjensi dan selalu berpotensi membawa
resiko.9
Indikasi untuk TPN7,8,11 :
a. Malnutrisi berat dengan penurunan berat badan sebesar 10% atau lebih.
b. Kelaian saluran cerna: obstruksi, peritonitis, gangguan pencernaan dan
absorbs, fistula enterokutaneus, muntah-muntah dan diare yang kronis,
ileus paralitik yan lama, enteritis radiasi, reseksi usus halus yang luas serta
pancreatitis akut yang berat.
c. Kebutuhan suplementasi jika asupan oral tidak mencukupi pada pasien-
pasien kanker yang menjalani terapi yang agresif (terapi radiasi maupun
kemoterapi).
43
d. Sesudah pembedahan atau cedera, khususnya luka bakar yang luas, fraktur
multipel dan sepsis.
e. Gagal jantung, hati, dan ginjal yang akut dengan perubahan kebutuhan
akan asam amino.
f. Pasien penyakit AIDS.
g. Transplantsi sumsum tulang.
Pemantauan Penderita
Kemajuan dan kemunduran keadaan umum penderita dipantau setiap
harinya, termasuk keseimbangan cairan dan elektrolitnya (bila fasilitas ada).
Pemeriksaan laboratorium yang diperlukan adalah11 :
1. Darah:
a. Darah rutin pemeriksaan hemaglobin, hemetokrik, leukosit, mula-mula
dua kali seminggu selanjutnya sekali seminggu.
b. Gula darah setiap hari selama seminggu, kemudian dua kali seminggu.
c. Protein dan albumin mula-mula dua kali seminggu, kemudian sekali
seminggu.
2. Urine.
Volume urine diukur setiap jam.
Penghentian Nutrisi Parenteral
Penghentian nutrisi parentral harus dilakukan dengan cara bertahap untuk
mencegah terjadinya rebound hipoglkemia. Cara yang kami anjurkan adalah
melangkah mundur menuju regimen hari pertama. Sementrara nutrisi enteral
dinaikkan kandungan subtratnya. Sesudah tercapai nutrisi enteral yang adekuat
(2/3 dari jumlah kebutuhan energi total) nutrisi enteral baru dapat dihentikan.
Jenis Formula Parenteral yang Tersedia di Pasaran
Formula parental yang tersedia di pasaran umumnya dibuat oleh PT.
Baxter Kalbe, Otsuka dan Fresenius Kabi. Formula ini tersedia dalam ragam jenis
yang luas untuk berbagai kebutuhan diet seperti TKTP, insufisiensi hati serta
44
ginjal, dan juga bisa berdiri atau berbagai nutrien seperti asam amino esensial,
asam lemak esensial, dextrose, elektrolit, dsb.
D. PEMBAHASAN KASUS
Nilai kebutuhan gizi :
- Kalori : 25-30 kkal/kgBB/hari
- Protein : 1 – 2,5 kkal/kgBB/hr
- Lemak : emulsi lemak
- Vit & mineral : sesuai kebutuhan
Urutan prioritas
1. KH : sumber utama kalori
2. AA : mulai hari 3-5 + vit & mineral
3. Lemak : hari 7, sbg sumber as. Lemak esens
Pada kasus, seorang laki-laki berumur 35 tahun dengan berat badan 55 kg.
Untuk memenuhi kebutuhan gizinya, maka diberikan nutrisi parenteral. Misalnya,
nutrisi parenteral yang diberikan merupakan kombinasi antara crystalline amino
acid (CAA)/dextrose dengan emulsi lipid intravena (IVLE). Penentuan regimen
nutrisi parenteral yang dibutuhkan adalah sebagai berikut :
1. Estimasi kebutuhan kalori dan protein
Kalori = 25 kkal/kgBB/hari x 55 kg = 1375 kkal/hari
Protein = 2 kkal/kgBB/hr x 55 kg = 101 kkal/hari (25,25 g/hari)
2. Estimasi kalori lemak & IVLE
Lemak = estimasi kebutuhan kalori pasien x porsi kalori lemak
= 1375 kkal/hari x 30%
= 412,5 kkal/hari
Emulsi lemak intravena (IVLE) yang memungkinkan adalah :
IVLE 20% 250 ml/hari x 2 kkal/hari = 500 kkal/hari
IVLE 10% 500 ml/hari x 1,1 kkal/hari = 550 kkal/hari
45
3. Kalkulasi volume dari 10% CAA
4. Kalkulasi volume dextrose 70% yang diperlukan
Dextrose = (estimasi jumlah kalori – kalori IVLE – kalori protein) :
3,4 kkal/g
= (1375 kkal – 500 kkal – 101 kkal) : 3,4 kkal/g
= 774 kkal : 3,4 kkal/g
Dextrose = 228 gram
5. Kecepatan Infus
Volume nutrisi parenteral total = 252 ml CAA 10% + 326 ml
dextrose 70% + 100 ml zat tambahan
= 678 ml/hari
Kecepatan infus = 679 ml/hari : 24 jam
= 28,25 ml/jam
BAB IV
46
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Nutrisi parenteral tidak bertujuan menggantikan kedudukan nutrisi
enteral lewat usus yang normal. Segera jika usus sudah berfungsi kembali,
perlu segera dimulai nasogastric feeding, dengan sediaan nutrisi enteral yang
mudah dicerna.
Nutrisi parenteral dapat diberikan dengan aman jika megikuti pedoman
diatas. Karena tubuh penderita perlu waktu adapatasi terhadap perubahan
mekanisme baru maka selama penyesuaian tersebut jangan memberi beban
yang berlebihan: “ START SLOW GO SLOW- OBSERVE CAREFULLY,
TREAT IMMEDIATELY”
Perbaikan dari komposisi subtrat nutrisi, perbaikan tehnik,
pengetahuan, skala prioritas dalam support metabolik dan bedside monitor,
dibutuhkan untuk mencapai recovery yang maksimal. Saat ini ditemukan
immunonutrition yang bertujuan untuk meningkatkan immune respons pada
pasien-pasien critical ill agar outcome klinis dapat diperbaiki dan lama rawat
rumah sakit dapat diturunkan seperti arginine, glutamine, glycine (golongan
asam amino), fatty acids, nucleotide.
Kebutuhan nutrisi pada kasus tersebut adalah 1375 kkal/hari untuk
kalori dan 101 kkal/hari untuk protein. Oleh karena itu, nutrisi parenteral total
yang dibutuhkan adalah 678 ml/hari dengan kecepatan infuse 28,25 ml/jam.
B. SARAN
Pemberian nutrisi parenteral harus dilakukan dengan hati-hati untuk
menghindari terjadi infeksi. Selain itu, sebaiknya regimen nutrisi parenteral
yang diberikan harus tepat dan sesuai.
DAFTAR PUSTAKA
47
1. Etika R. Nutrisi Parenteral Pada Neonatus (Clinical Practise). Divisi Neonatologi Bag./SMF Ilmu Kesehatan Anak FK Unair/RSU Dr. Soetomo Surabaya.)
2. Rahardjo. E : Dukungan Kombinasi Nutrisi Enteral-Parenteral, 2nd Symposium Life Support & Critical Care on Trauma& Emergency Patients. Surabaya. 2002.
3. Arifin. H : Metabolisme dan nutrisi pada Critically Ill : Langkah untuk masa mendatang, Kumpulan makalah pertemuan ilmiah berkala. (PIB) XI IDSAI. Medan. 2002.
4. Manaf NM, Kartadinata. Obstruksi Ileus. Cermin Dunia Kedokteran 1983; 29:20-22.
5. Martinez et al. Hypophosphatemia in postoperative patients with total parenteral nutrition: influence of nutritional support teams. Nutr Hosp. 2006;21:657-660.
6. Horn V. Paediatric Parenteral Nutrition. Hospital Pharmacist 2003; 10:58-62.7. Qin et al. Effect of parenteral and early intrajejunal nutrition on pancreatic
digestive enzyme synthesis, storage and discharge in dog models of acute pancreatitis. World J Gastroenterol 2007 February 21; 13(7): 1123-1128.
8. White R. Peri-operative Nutrition. Hospital Pharmacist 2006; 13: 361-364.9. Hartono A. Terapi Gizi dan Diet Rumah Sakit.Jakarta : EGC, 2006.10. Dervenis C. Enteral Nutrition in Severe Acute Pancreatitis: Future
Development. J Pancreas (Online) 2004; 5(2):60-63.11. Donabedian H. Nutritional therapy and infectious diseases: a two-edged
sword. Nutrition Journal 2006; 5:21-31.12. August D, Teitelbaum D, Albina J, Et Al. Guidelines For The Use Of
Parenteral And Enteral Nutrition In Adult And Pediatric Patients. Journal Of Parenteral And Enteral Nutrition 2002; 26(1).
13. Salvino et al. Perioperative nutrition support: Who and how. Cleveland Clinic Journal Of Medicine 2004; 71(4): 345-351.
14. Augustin OM, Munoz EM. Proteins and peptides in enteral nutrition. Nutr. Hosp. (2006) 21 (Supl. 2) 1-13.
15. Mishra S, Agarwal R, et al. Minimal Enteral Nutrition. Indian J Pediatr 2008; 75(3):267-269.
16. Cahyono. Manajemen Pankreatitis Akut. DEXA MEDIA 2006; 2(19): 99-104.
17. Pacceli F, Bossola M,et al. Enteral vs Parenteral Nutrition After Major Abdominal Surgery. Arch Surg. 2001;136:933-936.
48