bk kommprehensif
DESCRIPTION
bkTRANSCRIPT
BIMBINGAN DAN KONSELING KOMPREHENSIF
MAKALAH
Disusun guna memenuhi tugas mata kuliah survey permasalahan bk
Dosen pengampu : Muslikah S.Pd., M.Pd.
Disusun oleh
Atik permanasari (1301411072)Unik prilintia (1301411036)Bondan sawung.p (13014110 ) Alif gema.A (13014110 )
Rombel 2
JURUSAN BIMBINGAN DAN KONSELING
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2013
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sejalan dengan Tujuan Pendidikan Nasional (UU No. 20 Tahun 2003)
setiap satuan pendidikan tidak hanya memberikan pembekalan ilmu
pengetahuan dan teknologi (perkembangan aspek kognitif) namun juga
memfasilitasi perkembangan peserta didik secara optimal. Upaya untuk
memberikan pembekalan ilmu pengetahuan dan teknologi (perkembangan
aspek kognitif) merupakan tugas dari guru bidang studi sedangkan upaya
untuk memfasilitasi perkembangan peserta didik merupakan tugas guru
bimbingan dan konseling yang harus dilakukan secara proaktif dan berbasis
data tentang perkembangan peserta didik beserta faktor yang
mempengaruhinya. Meskipun demikian, dalam pelaksanaannya layanan
bimbingan dan konseling memerlukan kolaborasi antara konselor dengan
pimpinan sekolah, guru mata pelajaran, staf administrasi, orang tua peserta
didik dan pihak-pihak terkait begitu juga sebaliknya.
Sehubungan dengan hal tersebut maka diperlukan program bimbingan
dan konseling yang mewadahi seluruh kegiatan bimbingan dan konseling
yang akan diberikan kepada peserta didik dalam rangka menunjang
tercapainya tujuan pendidikan nasional pada umumnya dan visi/misi yang
ada di sekolah secara khusus. Penyusunan program bimbingan dan
konseling hendaknya merujuk pada pedoman kurikulum dan berdasarkan
kondisi objektif yang berkaitan dengan kebutuhan nyata di sekolah yang
disesuaikan dengan tahapan perkembangan peserta didik. Sehingga program
yang dilaksanakan merupakan program yang realistik dan layak untuk
diimplementasikan dan dapat mengembangkan potensi peserta didik secara
optimal di sekolah-sekolah.
Sugiyo, (2011:16) mengemukakan bahwa komponen bimbingan dan
konseling komprehensif diklasifikasikan ke dalam empat jenis layanan,
yaitu: (1) kurikulum bimbingan dan konseling; (2) layanan responsif; (3)
layanan perencanaan individual; dan (4) dukungan system. Dalam makalah
ini akan dibahas mengenai struktur-struktur bimbingan dan konseling
komprehensif tersebut.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan Bimbingan dan konseling komprehensif?
2. Apa saja komponen-komponen yang terdapat pada Bimbingan dan
konseling komprehensif?
3. Bagaimana sejarahnya BK komprehensif?
4. Apa perbedaan antara Bk Komprehensif dengan Pola 17+?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan Bimbingan dan
konseling komprehensif
2. Untuk mengetahui apa saja komponen-komponen yang terdapat pada
Bimbingan dan konseling komprehensif
3. Untuk mengetahui bagaimana lahirnya BK Komprehensif
4. Untuk mengetahui apa perbedaan antara Bk Komprehensif dengan
Pola 17+
BAB II
PEMBAHASAN
1. Pengertian BK Komprehensif
Bimbingan dan konseling merupakan sistem kegiatan yang dibuat guna
membantu klien dalam mengembangkan potensi dirinya seoptimal mungkin.
Namun dalam prosesnya, siswa tidak selalu mengalami perkembangan yang
baik, namun terkadang sifatnya fluktuatif atau tak stabil. Oleh sebab itulah,
guna membantu siswa dalam perkembangannya perlu diberikan layanan
bimbingan dan konseling yang komprehensif.
Bimbingan dan konseling komprehensif diprogramkan bagi seluruh
siswa, artinya bahwa semua peserta didik wajib mendapatkan layanan
bimbingan dan konseling. Oleh karena itu, menurut Suherman bimbingan
dan konseling komprehensif perlu memperhatikan: (1) ruang lingkup yang
menyeluruh, (2) dirancang untuk lebih berorientasi pada pencegahan, dan,
(3) tujuannya pengembangan potensi peserta didik (Sugiyo, 2011:16).
Ruang lingkup bimbingan dan konseling komprehensif tidak hanya
berorientasi pada peserta didik sebagai pribadi saja, namun semua aspek
kehidupan siswa sejak usia dini sampai usia remaja (SMA/SMK). Dimana
focus utamanya adalah teraktualisasinya potensi peserta didik dan
berkembang optimal sehingga peserta didik dapat meraih sukses di sekolah
maupun masyarakat.
Titik berat bimbingan dan konseling komprehensif adalah
mengarahkanpeserta didik agar mampu mencegah berbagai hal yang dapat
menghambat perkembangannya. Selain itu, melalui hal preventif peserta
didik mampu memutuskan dan memilih tindakan-tindakan tepat ang dapat
mendukung perkembangannya.
Agar pelaksanaan program bimbingan dan konseling komprehensif
berjalan sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan, maka harus dipahami 5
premis dasar Bimbingan dan konseling komprehensif. Menurut Gysbers dan
Henderson dalam Sugiyo, (2011:16) lima presmis tersebut adalah:
a. Tujuan Bimbingan dan konseling bersifat kompatibel dengan tujuan
pendidikan.
b. Fokus utama layanan bimbingan dan konseling adalah mengawal
perkembangan peserta didik melalui pemenuhan fasilitas peserta didik
agar dapat tumbuh dan berkembang menjadi mandiri dan lebih optimal.
c. Program bimbingan dan konseling merupakan Team
Building approach artinya merupakan suatu tim yang bersifat
kolaboratif antar staff.
d. Program bimbingan dan konseling merupakan sebuah proses yang
tersusun secara sistematis dan dikemas melalui tahap-tahap
perencanaan, desain, implementasi, evaluasi, dan tindak lanjut.
e. Program bimbingan dan konseling harus dikendalikan oleh
kepemmimpinan yang memiliki visi dan misi yang kuat mengenai
bimbingan dan konseling.
2. Komponen Bimbingan dan Konseling Komprehensif
Menurut Gybers dan Henderson dalam Sugiyo, (2011:16) pelayanan
bimbingan dan konseling komprehensif dikemas dalam empat komponen
yaitu: (a) kurikulum bimbingan, (b) perencanaan incividual, (c) pelayanan
responsif, dan (d) dukungan sistem.
a. Kurikulum bimbingan dan konseling
Kurikulum bimbingan dan konseling merupakan seperangkat aktifitas
yang dirancang secara sistematis untuk memfasilitasi perkembangan peserta
didik yang mencakup perkembangan akademis, karir, pribadi dan sosial.
Strtegi yang dilakukan konselor dalam pelaksanaan bimbingan dan
pelayanan dasar ini dikemukakan oleh Departemen Pendidikan Nasional
(2008: 224-230) sebagai berikut:
1) Bimbingan kelas, merupakan suatu strategi yang digunakan konselor
untuk memberikan layanan kepada peserta didik dengan jalan
berinteraksi secara langsung didalam kelas.
2) Pelayanan orientasi, salah satu kegiatan kkonselor dalam membantu
peserta didik agar dapat memahami dan menyesuaikan diri dengan
situasi dan kondisi yang baru.
3) Pelayanan informasi, berupa layanan yang mennitikberatkan pada
pemberian informasi kepada peserta didik agar bisa memahami dirinya
dan lingkungannya.
4) Bimbingan kelompok, merupakan bentuk layanan bimbingan yang
diberikan kepada kelompok-kelompok kecil yang beranggotakan 5
sampai 12 peserta didik. Hal ini dimaksudkan untuk membantu peserta
didik agar dapat merespon kebutuhan dan minatnya.
5) Pelayanan pengumpulan data, berupa layanan yang bermaksud untuk
mengumpulkan berbagai data/informasi mengenai peserta didik secara
lengkap dan komprehensif.
Layanan ini bertujuan untuk membantu semua siswa agar memperoleh
perkembangan yang normal, memiliki mental yang sehat, dan memperoleh
keterampilan dasar hidupnya. Tujuan layanan ini dapat juga dirumuskan
sebgai upaya membantu siswa agar:
1. memiliki kesadaran pemahaman tentang diri dan lingkungannya
(pendidikan, pekerjaan, sosial-budaya, dan agama);
2. mampu mengembangkan keterampilan untuk mengidentifikasi
tanggung jawab atau seperangkat tingkah laku tepat (memadai) bagi
penyesuaian dirinya dengan lingkungannya;
3. mampu menangani atau memenuhi kebutuhan dan masalahnya, serta
mengembangkan dirinya dalam rangka mencapai tujuan hidupnya.
Untuk mencapai tujuan tersebut, maka kepada para siswa disajikan materi
layanan yang menyangkut aspek-aspek pribadi, sosial, belajar dan karier
yang kesemuanya terkait dengan pencapaian tugas-tugas perkembangannya.
Secara rinci materi aspek-aspek tugas-tugas perkembangan itu dapat
dirumuskan sebagai berikut.
a) Pengembangan keimanan dan ketakwaan kepada Tuhan Yang Maha
Esa.
b) Pengembangan kemandirian emosional.
c) Pengembangan kemampuan individual (problem solving/ decision
making)
d) Pengembangan sikap dan kebiasaan belajar yang positif atau
keterampilan belajar yang efektif.
e) Pengembangan perilaku sosial yang bertanggung jawab (sikap altruis,
sikap toleran dalam suasana kehidupan yang heterogen: multi budaya,
etnis, ras dan agama.
f) Pengembangan upaya pencapaian peran sosial sebagai pria atau wanita.
g) Pengembangan sikap penerimaan diri secara objektif dan
pengembangan secara tepat.
h) Pengembangan sikap dan kemampuan mempersiapkan karier di masa
depan.
i) Pengembangan upaya pencapaian hubungan baru yang lebih matang
dengan teman sebaya, baik pria maupun wanita
j) Pengembangan sikap positif terhadap pernikahan dan hidup
berkeluarga.
b. Perencanaan individual
Layanan perencanaan individual dapat diartikan sebagai layanan bantuan
kepada semua siswa agar mampu membuat dan melaksanakan perencanaan
masa depannya, berdasarkan pemahaman akan kekuatan dan kelemahan
dirinya. Layanan perencanaan individual adalah layanan bimbingan yang
bertujuan membantu individu membuat dan mengimplementasikan rencana-
rencana dalam hal pendidikan, karir, social pribadinya. Dapat juga
dikemukakan bahwa layanan ini bertujuan untuk membimbing seluruh
siswa agar (a) memiliki kemampuan untuk merumuskan tujuan,
perencanaan, atau pengelolaan terhadap pengembangan dirinya, baik
menyangkut aspek pribadi, soaial, belajar maupun karir, (b) belajar dapat
memantau dan memehami perkembangan dirinya, (c) dapat melakukan
kegiatan atau tindakan berdasarkan pemahamannya atau tujuan yang telah
dirumuskan secara proaktif.
Teknik bimbingannya adalah konsultasi dan konseling. Isi layanan
perencanaan individual adalah:
(1) bidang pendidikan dengan topic-topik belajar yang efektif, belajar
memanfaatkan program keahlian yang sesuai dengan bakat, minat, dan
karakteristik kepribadian lainnya,
(2) bidang karir dengan topic-topik mengidentifikasi kesempatan karir yang
ada di lingkungan masyarakat, mengembangkan sikap yang positif
terhadap dunia kerja , dan merencanakan kehidupan karirnya,
(3) bidang social-pribadi dengan topic-topik mengembangkan konsep diri
yang positif, mengembangkan keterampilan-keterampilan social yang
tepat, belajar menghindari konflik dengan teman, dan belajar
memahami perasaan orang lain.
Satu hal yang perlu dilakukan konselor adalah memahami klien/peserta
didik /konseli secara mendalam beserta aspek kepribadiannya melalui
berbagai assesmen dan menyajikan informasi yang akurat tentang potensi
diri dan lingkungan serta peluang yang tersedia sehingga klien dapat:
1) Menganalisis kekuatan dan kelemahannya baik yang berkaitan dengan
potensi, bakat, minat, kepribadian dan lingkungannya.
2) Mempersiapkan diri untuk mengikuti pendidikan lanjutan yang sesuai
dengan dirinya sehingga dapat mengikuti pendidikan lanjutan dengan
suasana yang kondusif.
3) Mengukur dan menilai ketercapaian tujuan yang telah ditetapkan.
4) Mempertimbangkan dan selanjutnya memilih serta menentukan pilihan
melalui keputusan yang tepat dan bijak, sehingga apa yang nantinya
dilakukan adalah buah dari perencanaan yang matang.
Strategi yang dikembangkan oleh Gysber dan Henderson dalam Sugiyo,
(2011:16) meliputi: (1) Individual appraisal, yaitu suatu strategi dimana
konselor membantu peserta didik untuk dapat menilai dan menafsirkan
potensi-potensi yang dimilikinnya, minat, keterampilan, prestasi dan aspek
kepribadiannya. (2) Individual advisement, yaitu suatu strategi yang
mebantu klien agar dapat menggunakan segala informasi untuk
mengarahkan dirinya snndiri. (3) Transition planning, yaitu suatu strategi
yang dimaksudkan untuk mebantu peserta didik dalam memahami dunia
kerja melalui transisi dari dunia sekolah ke dunia kerja. (4) Follow up, yaitu
suatu stategi guna memberikan layanan tindak lanjut melalui berbagai
kumpulan datauntuk evaluasi dan perbaikan program mendatang.
c. Pelayanan responsif
Layanan responsif merupakan “layanan bantuan bagi para siswa yang
memiliki kebutuhan atau masalah yang memerlukan bantuan (pertolongan)
dengan segera.”
Layanan ini bertujuan untuk membantu siswa memenuhi kebutuhannya
yang dirasakan pada saat ini, atau para siswa yang dipandang mengalami
hambatan dalam menyelesaikan tugas-tugas perkembangannya. Indikator
dari kegagalan itu berupa ketidakmampuan untuk menyesuaikan diri atau
perilaku bermasalah, atau malasuai (maladjustment).
Layanan responsif merupakan layanan yang bersifat kuratif/langsung,
sehingga berbagai strategi yang sering digunakan adalah sebagai berikut:
1) Konseling individual dan kelomppok
2) Referal (alih tangan atau rujukan)
3) Kolaborasi dengan guru mata pelajaran dan wali kelas
4) Kolaborasi dengan orang tua
5) Kolaborasi dengan pihak luar sekolah
6) Konsultasi
7) Konferensi kasus
8) Kunjungan rumah
d. Dukungan sistem
Dukungan system merupakan komponen layanan dan kegiatan
manajemen yang secara tidak langsung memberaikan bantuan kepada siswa,
atau memfasilitasi kelancaran perkembangan siswa.
Dukungan sistem adalah kegiatan-kegiatan manajemen yang bertujuan
memantapkan, dan meningkatkan program bimbingan secara menyeluruh
melalui pengembangan professional, hubungan masyarakat dan staf,
konsultasi dengan guru, staf ahli/ penasehat, masyarakat yang lebih luas,
manajemen program, penelitian dan pengembangan (Thomas Ellis, 1990).
Program ini memberikan dukungan kepada guru pembimbing dalam
rangka memperlancar penyelenggaraan ketiga program layanan di atas.
Sedangkan bagi personel pendidikan lainnya adalah untuk memperlancar
penyelenggaraan program pendidikan di sekolah.
Komponen dukungan system mencakup dua bagian: (1) program
bimbingan dan konseling, dan (2) layanan pendukung. Strategi yang
digunakan dalam dukungan system ini berupa:
(a) Pengembangan jejaring (networking) yaitu upaya menjalin kerjasama
dengan guru, orang tua dan masyarakat serta seluruh personil sekolah agar
tercipta suasana kondusif dalam proses pembelajaran dan layanan
bimbingan dan konseling.
(b) Pengembangan konselor yang meliputi: pelatihan-pelatihan yang tekait
dengan bimbingan dan konseling, aktif dalam organisasi seperti ABKIN,
aktif dalam pertemuan ilmiah seperti seminar, workshop, dan lain
sebagainya.
3. Sejarah lahirnya BK Komprehensif
Selama empat hari (11-14 Desember 2007) ada pelatihan ‘Keterampilan
Manajemen Bimbingan dan Konseling“, bertempat di Cikole Lembang
Bandung, yang diselenggarakan oleh Pengurus Besar Asosiasi Bimbingan
dan Konseling Indonesia (PB-ABKIN) bekerja sama dengan Direktorat
Jenderal Peningkatan Mutu Pendidikan dan Tenaga Kependidikan
Depdiknas. Dalam pelatihan, setiap anggota yang megikuti pelatihan
menerima berbagai materi dan penjelasan dari para nara sumber seputar
penyelenggaraan Bimbingan dan Konseling di sekolah yang tampaknya
akan menjadi cikal bakal untuk lahirnya kebijakan penyelenggaraan
Bimbingan dan Konseling di sekolah.
Dalam ppertemuan ini disampaikan keprihatinan atas ketidakpastian
dalam penyelenggaraan Bimbingan dan Konseling selama ini, seperti :
ketidakjelasan dalam sertifikasi guru bimbingan dan konseling, standar
kompetensi konselor, Standar Kompetensi Lulusan atau sekarang dikenal
dengan istilah Standar Kompetensi Kemandirian (SKK), dan hal-hal lainnya
tentang praktik Bimbingan dan Konseling, melalui kegiatan pelatihan ini
sebagian besar terjawab sudah. Hanya mungkin ada beberapa persoalan
teknis yang belum bisa terjawab dan perlu ada tindaklanjut tertentu.
Ketika membuka kegiatan pelatihan, Prof. Dr. Sunaryo, M.Pd. selaku
ketua PB- ABKIN, dalam sambutannya mengatakan bahwa dalam satu
tahun terakhir ini, ABKIN telah bekerja secara intensif untuk mencari
formulasi terbaik tentang bagaimana seharusnya penyelenggaraan
Bimbingan dan Konseling di sekolah, yang dalam Kurikulum Tingkat
Satuan Pendidikan belum terakomodir dengan baik. Hasil kerja keras
ABKIN dalam satu tahun terakhir ini telah menghasilkan draft Naskah
Akademik berupa “Rambu-Rambu Penyelenggaraan Bimbingan dan
Konseling dalam Jalur Pendidikan Formal“, yang sekarang sedang dikaji
oleh pihak yang kompeten untuk dijadikan sebagai kebijakan resmi
penyelenggaraan Bimbingan dan Konseling di sekolah.
Salah satu rencana yang dibuat bahwa depannya Bimbingan dan
Konseling di Indonesia tidak lagi bersandar pada Konsep Pola 17 yang
selama ini digunakan dalam praktik bimbingan dan konseling di sekolah,
tetapi justru akan lebih mengembangkan model bimbingan dan konseling
yang komprehensif dan
Jika kita perhatikan komponen-komponen program di atas, tampaknya
ada upaya dari ABKIN untuk mengelaborasi konsep bimbingan dan
konseling sebelumnya, baik dalam Kurikulum 1975, Kurikulum 1984, mau
pun Kurikulum 1994. Selain itu, keempat komponen program bimbingan
dan konseling di atas tampaknya menggunakan rujukan model
penyelenggaraan bimbingan dan konseling yang saat ini sedang
dikembangkan di Amerika Serikat. Perbedaannya, untuk komponen layanan
dasar di Amerika cenderung menggunakan istilahguidance curriculum.
Kolaborasi antarprofesi dalam satuan pendidikan (sekolah). Unjuk kerja
profesi guru di sekolah, termasuk BK belum sepenuhnya
mengimplementasikan pola kerja yang bersifat komprehensif yang sangat
menekankan pada aspek hubungan kolaboratif dan saling mendukung
antarguru yang terlibat. Premis utama yang ingin dikembangkan dalam
paradigm layanan komprehensif, yakni: tujuan layanan BK pada dasarnya
selaras dan sejalan dengan tujuan pendidikan pada umumnya, layanan BK
hanya dapat tercapai optimal bila terjadi kolaborasi profesional antarguru,
dan implementasi layanan
4. Perbedaan pola 17 plus dengan BK Komprehensif
No Aspek pembanding
Pola 17+ Komprehensif Persamaan Perbedaan
1. Pengertian Pemberian bantuan kepada peserta didik melalui, enam bidang bimbingan, sembilan layanan, dan enam layanan pendukung yang sesuai dengan norma yang berlaku.
Pemberian bantuan kepada peserta didik melalui layanan dasar bimbingan, layanan responsive, layanan perencanaan individual dan dukungan system sesuai dengan norma yang berlaku di masyarakat.
Sama-sama proses pemberian bantuan kepada peserta didik.
Perbedaan ada dalam hal layanannya.
2. Tujuan Membantu peserta didik mengenal bakat , minat , dan kemampuannya, serta memilih dan menyesuaikan diri dengan kesempatan, pendidikan, dan merencanakan karier yang sesuai dengan tuntutan kerja.
Membantu peserta didik mengenal bakat , minat , dan kemampuannya, serta memilih dan menyesuaikan diri dengan kesempatan, pendidikan, dan merencanakan karier yang sesuai dengan tuntutan kerja. Serta mengembangkan pola 17+
Sama-sama Membantu peserta didik untuk mengenal dirinya
Bimbingan komprehensif mengembangkan pola 17+
3. Fungsi Pemahaman-Pencegahan-Perbaikan -PemeliharaanPengembangan-Penyaluran-Penyesuaian -Adaptasi
PemahamanPencegahanPenyesuaian -Pemecahan
Sama-sama memiliki fungsi:
Pemahaman Pencegahan Penyesuaian pemecahan
Pada bimbingan komprehensif tidak ada fungsi:
perbaikan pemeliharaan pengembangan penyaluran penyesuaian adaptasi
Sementara pola 17+ tidak punya fungsi pemecahan
4. Layanan Orientasi Informasi
Penempatan dan penyaluran Pembelajaran
Konseling perorangan Bimbingan kelompok Konseling kelompok Konsultasi Mediasi
Layanan dasar bimbingan
Layanan responsive
Layanan perencanaan individual Dukungan sistem
Tidak ada persamaan
Berbeda jenis layanannya
5. Bimbingan Pribadi Social Karier Belajar Keberagamaan Keberkeluargaan
Pribadi Social Karier Belajar Keberagamaan Keberkeluargaan
Mempunyai bimbingan yang sama
Tidak ada perbedaanya
6. Kegiatan pendukung
Aplikasi instrumentasi
Himpunan data Konferensi kasus
Aplikasi instrumentasi
Himpunan data Konferensi kasus
Mempunyai kegiatan pendukung yang sama
Tidak ada perbedaanya
Kunjungan rumah Alih tangan kasus Terapi kepustakaan
Kunjungan rumah Alih tangan kasus Terapi kepustakaan
7. Tempat kegiatan
Dapat dilaksanakan diluar maupun didalam kelas
Dapat dilaksanakan diluar maupun didalam kelas
Mempunyai tempat kegiatan yang sama
Tidak ada perbedaanya
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Berdasarkan uraian mengenai struktur bimbingan dan konseling
komprehensif, maka struktur tersebut dapat dibagi menjadi empat bagian, yaitu
Kurikulum bimbingan dan konseling, layanan responsif, perencanaan layanan
individual, dan dukungan sistem. Layanan dasar bimbingan berkaitan dengan
layanan bantuan bagi peserta didik melalui kegiatan-kegiatan kelas atau di luar
kelas, yang disajikan secara sistematis, dalam rangka membantu siswa
mengembangkan potensinya secara optimal. Untuk layanan responsif layanan ini
merupakan layanan bantuan bagi para siswa yang memiliki kebutuhan atau
masalah yang memerlukan bantuan (pertolongan) dengan segera dan bertujuan
untuk membantu siswa memenuhi kebutuhannya yang dirasakan pada saat ini,
atau para siswa yang dipandang mengalami hambatan dalam menyelesaikan
tugas-tugas perkembangannya.
Mengeani Layanan perencanaan individual, layanan ini dapat diartikan
sebagai layanan bantuan kepada semua siswa agar mampu membuat
dan melaksanakan perencanaan masa depannya, berdasarkan pemahaman akan
kekuatan dan kelemahan dirinya, selain itu juga bertujuan untuk membantu
individu membuat dan mengimplementasikan rencana-rencana pendidikan, karir,
dan social pribadinya. Sedangkan dukungan system merupakan komponen
layanan dan kegiatan manajemen yang secara tidak langsung memberaikan
bantuan kepada siswa, atau memfasilitasi kelancaran perkembangan siswa yang
meliputi dua layanan yaitu pemberian layanan dan kegiatan manjemen.
DAFTAR PUSTAKA
Sugiyo. 2011. Manajemen Bimbingan dan Konseling di Sekolah. Semarang: Widya Karya.
Yusuf,S.,& Nurishan,J. 2009. Landasan Bimbingan dan Konseling. Bandung : PT Remaja Rosdakarya.
Lidyasari, Aprilia Tina. Tanpa tahun. http://staff.uny.ac.id/sites /default/files/pendidikan/Aprilia%20Tina%20Lidyasari,%20M.Pd./BK%20KOMPREHENSIF.pdf. diunduh pada tanggal 04 November 2013 pukul 23:28