makalah layanan bk
TRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pelayanan bimbingan dan konseling merupakan bagian yang tidak
terpisahkan (integral) dari keseluruhan program pendidikan. Program
bimbingan menunjang tercapainya tujuan pendidikan yaitu perkembangan
individu secara optimal. Oleh karena itu, kegiatan bimbingan dan konseling
harus diselenggarakan dalam bentuk kerjasama sejumlah orang untuk mencapai
suatu tujuan. Kegiatan itu harus diselenggarakan secara teratur, sistematik dan
terarah atau berencana, agar benar-benar berdaya dan berhasil guna bagi
pertumbuhan dan perkembangan siswa.
Bimbingan konseling adalah salah satu komponen yang penting dalam
proses pendidikan sebagai suatu sistem. Bimbingan merupakan bantuan kepada
individu dalam menghadapi persoalan-persoalan yang dapat timbul dalam
hidupnya. Bantuan semacam itu sangat tepat jika diberikan di sekolah, supaya
setiap siswa lebih berkembang ke arah yang semaksimal mungkin. Dengan
demikian bimbingan menjadi bidang layanan khusus dalam keseluruhan
kegiatan pendidikan sekolah yang ditangani oleh tenaga-tenaga ahli dalam
bidang tersebut.
Dalam konteks pemberian layanan bimbingan konseling, bahwa
pemberian layanan bimbingan konseling meliputi layanan orientasi, informasi,
penempatan dan penyaluran, pembelajaran, konseling perorangan, bimbingan
kelompok, dan konseling kelompok.
Dalam ketujuh layanan bimbingan konseling tersebut dilakukan agar
setiap permasalahan yang dihadapi siswa dapat diantisipasi sedini mungkin
sehingga tidak menggangu jalannya proses pembelajaran. Dengan demikian
siswa dapat mencapai prestasi belajar secara optimal tanpa mengalami
hambatan dan permasalahan pembelajaran yang cukup berarti.
1
Realitas di lapangan, menunjukkan bahwa peran guru kelas dalam
pelaksanaan bimbingan konseling belum dapat dilakukan secara optimal
mengingat tugas dan tanggung jawab guru kelas yang sarat akan beban
sehingga tugas memberikan layanan bimbingan konseling kurang membawa
dampak positif bagi peningkatan prestasi belajar siswa.
Dalam Pedoman Kurikulum Berbasis Kompetensi bidang Bimbingan
Konseling tersirat bahwa suatu sistem layanan bimbingan dan konseling
berbasis kompetensi tidak mungkin akan tercipta dan tercapai dengan baik
apabila tidak adanya kegiatan pendukung bimbingan dan konseling. Artinya,
hal itu perlu dilakukan secara jelas, sistematis, dan terarah, tidak hanya dengan
layanan saja, tetapi harus ada kegiatan pendukungnya.
Pelayanan Bimbingan dan Konseling dilaksanakan dari manusia untuk
manusia dan oleh manusia (Prayitno, 1994). Proses Bimbingan dan Konseling
seperti itu melibatkan manusia dan kemanusiaan sebagai totalitas yang
menyangkut potensi-potensi dan kecenderungan-kecenderungannya,
Perkembangannya dinamika kehidupannya, permasalahan-permasalahannya
dan interaksi dinamis antar berbagai unsur yang ada. Maka untuk dapat
tercapainya pelayanan Bimbingan dan Konseling dibutuhkan pemahaman
terkait pelayanan-pelayanan yang ada dalam pelayanan Bimbingan dan
Konseling. Pelayanan Bimbingan dan Konseling diselenggarakan terhadap
sasaran layanan baik secara individu maupun kelompok.
Layanan bimbingan dan konseling diharapkan membantu peserta didik
dalam pengenalan diri, pengenalan lingkungan dan pengambilan keputusan,
serta memberikan arahan terhadap perkembangan peserta didik; tidak hanya
untuk peserta didik yang bermasalah tetapi untuk seluruh peserta didik.
Layanan bimbingan dan konseling tidak terbatas pada peserta didik
tertentu atau yang perlu ‘dipanggil’ saja”, melainkan untuk seluruh peserta
didik.
2
B. Rumusan Masalah
Dari tinjauan uraian diatas dapat dirumuskan :
1. apa saja jenis-jenis layanan bimbingan dan konseling?
2. Apa dan bagaimana pelayanan Orientasi dan pelayanan Informasi?
3. Apa dan bagaimana pelayanan konseling?
4. Evaluasi bimbingan
C. Metode Pembahasan
Dalam penulisan makalah ini, kami menggunakan metode studi pustaka
dari beberapa literatur terkait pembahasan ini.
D. Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan makalah ini adalah diharapkan untuk memahami
seperti apa dan bagaimana pelayanan-pelayanan dalam bimbingan dan
konseling, agar dapat mengaplikasikannya dalam kegiatan pendidikan.
E. Sistematika Penulisan
Makalah ini tersusun atas empatbab. Bab I merupakan Pendahuluan,
Bab II Tinjauan Teoritis, Bab IIIAnalisis dan Bab IV sebagai Penutup.
3
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A. Jenis-jenis Layanan Bimbingan dan Konseling
Jenis-jenis layanan pada dasarnya merupakan operasionalisasi dari konsep
bimbingan dan konseling dalam rangka memenuhi berbagai asas, prinsip,
fungsi dan tujuan bimbingan dan konseling. Dalam perspektif kebijakan
pendidikan nasional saat ini terdapat tujuh jenis layanan. Namun sangat
mungkin ke depannya akan semakin berkembang, baik dalam jenis layanan
maupun kegiatan pendukung. Para ahli bimbingan di Indonesia saat ini sudah
mulai meluncurkan dua jenis layanan baru yaitu layanan konsultasi dan
layanan mediasi. Namun, kedua jenis layanan ini belum dijadikan sebagai
kebijakan formal dalam sistem pendidikan di sekolah.Untuk lebih jelasnya, di
bawah ini akan diuraikan ketujuh jenis layanan bimbingan dan konseling yang
saat ini diterapkan dalam pendidikan nasional.
Macam-macam layanan bimbingan dan konseling 1 :
1. Layanan Orientasi
Yaitu layanan bimbingan dan konseling yang memungkinkan
peserta didik (klien) memahami lingkungan (seperti sekolah) yang baru
dimasuki peserta didik, untuk mempermudah dan memperlancar
berperannya peserta didik di lingkungan yang baru itu.
2. Layanan Informasi
Yaitu layanan bimbingan dan konseling yang memungkinkan
peserta didik (klien) menerima dan memahami berbagai informasi
(seperti informasi pendidikan dan jabatan) yang dapat digunakan
sebagai bahan pertimbangan dan pengambilan keputusan untuk
kepentingan peserta didik (klien).
1 http://noorholic.wordpress.com/2008/06/09/jenis-jenis-layanan-dalam-bk/
4
Menurut Prayitno &Erman Amti (2004:259-260)layanan informasi
adalah kegiatan memberikan pemahaman kepada individu-individu yang
berkepentingan tentang berbagai hal yang diperlukan untuk menjalani suatu
tugas atau kegiatan, atau untuk menentukan arah suatu tujuan atau rencana
yang dikehendaki. Dengan demikian, layanan informasi itu pertama-tama
merupakan perwujudan dari fungsi pemahaman dalam bimbingan dan
konseling.
Menurut Budi Purwoko (2008:52) penyajian informasi dalam rangka
program bimbingan ialah kegiatan membantu siswa dalam mengenali
lingkungannya, terutama tentang kesempatan-kesempatan yang ada
didalamnya, yang dapat dimanfaatkan siswa baik untuk masa kini maupun
masa yang akan datang. Penyajian informasi itu dimaksudkan untuk
memberikan wawasan kepada para siswa sehingga ia dapat menggunakan
informasi itu baik untuk mencegah atau mengatasi kesulitan yang dihadapinya,
serta untuk merencanakan masa depan. Perencanaan kehidupan ini mencakup,
kehidupan dalam studinya, dalam pekerjaannya, maupun dalam membina
keluarga.
SedangkanWinkel &Sri Hastuti (2006: 316-317) menjelaskan bahwa
layanan informasi adalah usaha untuk membekali para siswa dengan
pengetahuan tentang data dan fakta dibidang pendidikan sekolah, bidang
pekerjaan dan bidang perkembangan pribadi-sosial, supaya mereka dengan
belajar tentang lingkungan hidupnya lebih mampu mengatur dan
merencanakan kehidupannya sendiri. Program bimbingan yang tidak
memberikan layanan pemberian informasi akan menghalangi peserta didik
untuk berkembang lebih jauh, karena mereka membutuhkan kesempatan untuk
mempelajari data dan fakta yang dapat mempengaruhi jalan hidupnya.
Namun,mengingat luasnya informasi yang tersedia dewasa ini, mereka harus
mengetahui pula informasi manakah yang relevan untuk mereka dan mana
yang tidak relevan, serta informasi macam apa yang menyangkut data dan
fakta yang tidak berubah dan yang dapat berubah dengan beredarnya roda
waktu.
Dari beberapa pengertian tentang layanan informasi diatas dapat
diambil kesimpulan bahwa layanan informasi adalah suatu kegiatan atau usaha
5
untuk membekali para siswa tentang berbagai macam pengetahuan supaya
mereka mampu mengambil keputusan secara tepat dalam kehidupannya.
3. Layanan Penempatan dan penyaluran
Yaitu layanan bimbingan dan konseling yang memungkinkan
peserta didik (klien) memperoleh penempatan dan penyaluran yang tepat
(misalnya penempatan dan penyaluran di dalam kelas, kelompok belajar,
jurusan/program studi, program latihan, magang, kegiatan
ektrakulikuler) sesuai dengan potensi, bakat, minat erta kondisi
pribadinya.
4. Layanan pembelajaran
Yaitu layanan bimbingan dan konseling yang memungkinkan
peserta didik (klien) mengembangkan sikap dan kebiasaan belajar yang
baik dalam menguasai meteri pelajaran yang cocok dengan kecepatan
dan kemampuan dirinya, serta berbagai aspek tujuan dan kegiatan
belajar lainnya.
5. Layanan Konseling Individual
Yaitu layanan bimbingan dan konseling yang memungkinkan
peserta didik (klien) mendapatkan layanan langsung tatap muka (secara
perorangan) dengan guru pembimbing dalam rangka pembahasan dan
pengentasan permasalahan pribadi yang dideritanya.
6. Layanan Bimbingan Kelompok
Yaitu layanan bimbingan dan konseling yang memungkinkan
peserta didik (klien) secara bersama-sama melalui dinamika kelompok
memperoleh berbagai bahan dari nara sumber tertentu (teruama dari
guru pembimbing) dan/atau membahas secara bersama-ama pokok
bahasan (topik) tertentu yang berguna untuk menunjang
untuk pemahaman dan kehidupannya mereka sehari-hari dan/atau untuk
pengembangan kemampuan sosial, baik sebagai individu maupun
sebagai pelajar, serta untuk pertimbangan dalam pengambilan keputusan
dan/atau tindakan tertentu.
6
7. Layanan Konseling Kelompok
Yaitu layanan bimbingan dan konseling yang memungkinkan
peserta didik (klien) memperoleh kesempatan untuk pembahasan dan
pengentasan permasalahan yang dialaminya melalui dinamika
kelompok, masalah yang dibahas itu adalah maalah-masalah pribadi
yang dialami oleh masing-masing anggota kelompok.
8. Layanan Mediasi
Layanan mediasi yakni layanan konseling yang memungkinkan
permasalahan atau perselisihan yang dialami klien dengan pihak lain
dapat terentaskan dengan konselor sebagai mediator.
9. Layanan Konsultasi
Pengertian konsultasi dalam program BK adalah sebagai suatu
proses penyediaan bantuan teknis untuk konselor, orang tua,
administrator dan konselor lainnya dalam mengidentifikasi dan
memperbaiki masalah yang membatasi efektivitas peserta didik atau
sekolah. konseling atau psikoterapi sebab konsultasi tidak merupakan
layanan yang langsung ditujukan kepada klien, tetapi secara tidak
langsung melayani klien melalui bantuan yang diberikan orang lain.
Kegiatan Pendukung diantaranya :
1. Aplikasi Instrumentasi
Yaitu kegiatan pendukung bimbingan dan konseling untuk
mengumpulkan data dan keterangan tentang diri peserta didik (klien),
keterangan tentang lingkungan peserta didik dan lingkungan yang lebih
luas. Pengumpulan data ini dapat dilakukan denagn berbagai cara melalui
instrumen baik tes maupun nontes.
2. Himpunan Data
Yaitu kegiatan pendukung bimbingan dan konseling untuk
menghimpun seluruh data dan keterangan yang relevan dengan keperluan
pengembangan peserta didik (klien). Himpunan data perlu dielenggarakan
secara berkelanjutan, sistematik, komprehensif, terpadu, dan sifatnya
tertutup.
7
3. Konferensi Kasus
Yaitu kegiatan pendukung bimbingan dan konseling untuk
membahas permasalahan yang dialami oleh peserta didik (klien) dalam
suatu forum pertemuan yang dihadiri oleh berbagai pihak yang diharapkan
dapat memberikan bahan, keterangan, kemudahan dan komitmen bagi
terentaskannya permasalahan tersebut. Pertemuan ini dalam rangka
konferensi kasus bersifat terbatas dan tertutup.
4. Kunjungan Rumah
Yaitu kegiatan pendukudng bimbingan dan konseling untuk
memperoleh data, keteranang, kemudahan dan komitmen bagi
terentaskannya permasalahan peserta didik (klien) melalui kunjungan ke
rumahnya. Kegiatan ini memerlukan kerjasama yang penuh dari orang tua
dan anggota keluarga klien yang lainnya.
5. Alih tangan kasus
Yaitu kegiatan pendukudng bimbingan dan konseling untuk
mendapatkan penanganan yang lebih tepat dan tuntas atas masalah yang
dialami peserta didik (klien) dengan memindahkan penanganan kasus dari
satu pihak ke pihak lainnya. Kegiatan ini memerlukan kerjasama yang erat
dan amntap antara berbagi pihak yang dapat memberikan bantuan dan atas
penanganan masalah tersebut (terutama kerjasama dari ahli lain tempat
kasus itu dialihtangankan).
Kegiatan layanan dan pendukung bimbingan dan konseling ini,
kesemuanya saling terkait dan saling menunjang baik langsung maupun
tidak langsung. Saling keterkaitan dan tunjang menunjang antara layanan
dan pendukung itu menyangkut pula fungsi-fungi yang diemban oleh
masing-masing layanan/kegiatan pendukung.2
B. Layanan Konseling
2 http://www.a741k.web44.net/BIMBINGAN%20DAN%20KONSELING.htm
8
Layanan konseling yaitu layanan kepada peserta didik yang
menghadapi masalah-masalah pribadi melalui teknik konseling. Tuan layanan
ini agar peserta didik yang menghadapi masalahpribadi mampu
memecahkannya sendiri. Berbagai teknik konseling yang dapat digunakan oleh
konselor di antaranya3:
1. Teknik raport
2. Perilaku attending
3. Teknik structuring
4. Empati
5. Refleksi perasaan
6. Teknik eksplorasi
7. Teknik paraphrasing (menangkap pesan utama)
8. Teknik bertanya
9. Dorongan minimal (minimal encouragement)
10. Interpretasi
11. Teknik mengarahkan (directing)
12. Teknik menyimpulkan sementara (summarizing)
13. Teknik- teknik memimpin
14. Teknik focus
15. Teknik konfrontasi
16. Penjernihan (Clarifying)
17. Memudahkan (Fasilitating)
18. Diam sebagai suatu teknik
19. Mengambil inisiatif
20. Memberi nasihat
21. Pemberian informasi
22. Merencanakan
3 Bimo walgito bimbingan dan konseling di perguruan tinggi. Yayasan penerbitan fakultas psikologi UGM Yokyakarta. 1982. hal: 96
http://ibnsyam.blogspot.com/2012/06/teknik-teknik-konseling.html
9
23. Menyimpulkan
24. Teknik mengakhiri
C. Layanan Referal
Layanan referal yaitu layanan untuk melimpahkan kepada pihak lain
yang lebih mampu dan berwenang apabila masalah yang ditangani itu diluar
kemampuan dan kewenangan personal/guru pembimbing di sekolah tersebut.
Dalam memberikan referal, konselor menyiapkan berbagai data tentang siswa
yang akan direferal diantaranya data tentang: kecerdasan, bakat, minat,
kepribadian, latar belakang siswa, ekonomi, dan sejarah kesehatan serta
pendidikannya.
D. Layanan Penilaian (Evaluasi) dan Tindak Lanjut
Layanan penilaian dan tindak lanjut yaitu layanan untuk menilai
keberhasilan usaha bimbingan yang telah diberikan. Sekaligus secara tidak
langsung layanan ini dapat berfungsi untuk menilai keberhasilan program
pendidikan secara keseluruhan. Dari hasil penilaian ini selanjutnya dianalisis
dan direncanakan tindak lanjut bimbingan berikut.
Penilaian merupakan langkah penting dalam manajemen program
bimbingan. Tanpa penilaian tidak mungkin kita dapat mengetahui dan
mengidentifikasi keberhasilan pelaksanaan program bimbingan yang telah
direncanakan. Penilaian program bimbingan merupakan usaha untuk menilai
sejauh mana pelaksanaan program itu mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Dengan kata lain bahwa keberhasilan program dalam pencapaian tujuan
merupakan suatu kondisi yang hendak dilihat lewat kegiatan penilaian.
Sehubungan dengan penilaian ini, Shertzer dan Stone (1966)
mengemukakan pendapatnya: “Evaluation consist of making systematic
judgements of the relative effectiveness with which goals are attained in
relation to special standards“.
Evaluasi ini dapat pula diartikan sebagai proses pengumpulan informasi
(data) untuk mengetahui efektivitas (keterlaksanaan dan ketercapaian)
10
kegiatan-kegiatan yang telah dilaksanakan dalam upaya mengambil keputusan.
Pengertian lain dari evaluasi ini adalah suatu usaha mendapatkan berbagai
informasi secara berkala, berkesinambungan dan menyeluruh tentang proses
dan hasil dari perkembangan sikap dan perilaku, atau tugas-tugas
perkembangan para siswa melalui program kegiatan yang telah dilaksanakan.
Penilaian kegiatan bimbingan di sekolah adalah segala upaya, tindakan
atau proses untuk menentukan derajat kualitas kemajuan kegiatan yang
berkaitan dengan pelaksanaan program bimbingan di sekolah dengan mengacu
pada kriteria atau patokan-patokan tertentu sesuai dengan program bimbingan
yang dilaksanakan.
11
BAB III
ANALISIS PEMBAHASAN
A. Layanan Pengumpul Data
Pengumpulan data bertujuan untuk mendapatkan pengertian yang lebih
luas, lebih lengkap, dan lebih mendalam tentang masing-masing peserta didik,
serta membantu siswa dan mahasiswa memperoleh pemahaman akan diri
sendiri. Alat pengumpulan data dapat berupa:
1. Alat tes. Alat tes digunakan untuk meramalkan (memperkirakan),
mengadakan seleksi, mengadakan klasifikasi, dan melakukan evaluasi.
Adapun pembagian alat tes menurut aspek isi, sebagai berikut:
Tes hasil belajar,mengukur apa yang telah dipelajari seseorang di berbagai
bidang studi.
Tes kemampuan intelektual,mengukur taraf kemampuan berpikir, terutama
berkaitan dengan potensi untuk mencapai taraf prestasi tertentu dalam
belajar.
Tes kemampuan khusus atau tes bakat khusus, mengukur taraf
kemampuan seseorang untuk berhasil dalam bidang studi tertentu, bidang
pekerjaan tertentu.
Tes minat,mengukur kegiatan yang paling disukai seseorang.
Tes perkembangan vokasional,mengukur taraf perkembangan individu
dalam menduduki suatu pekerjaan atau jabatan.
Tes kepribadian, mengukur ciri-ciri kepribadian seperti sifat karakter, gaya
temperamen, corak kehidupan emosional, kesehatan mental.
2. Alat non tes, digunnakan dalam rangka teknik dan metode non tes, yang
lebih menyoroti dimensi kualitatif tingkah laku dan kondisi kehidupan
seseorang. Bentuk-bentuk alat non tes sebagai berikut:
Angket tertulis,
Wawancara,
12
Otobiografi, merupakan karangan yang ditulis oleh siswa mengenai
riwayat hidupnya pada saat sekarang.
Anekdota,merupakan laporan singkat tentang perilaku seseorang dan
memuat deskripsi obyektif tentang tingkah laku siswa pada saat tertentu.
Skala penilaian, merupakan daftar yang berisi sejumlah aitem yang
menunjukkan sejauh mana individu dinilai memiliki sifat atau sikap
tertentu.
Sosiometri, merupakan suatu metode untuk memperoleh data tentang
jaringan hubungan sosial dalam suatu kelompok.
Kunjungan rumah, bertujuan untuk lebih mengenal lingkungan hidup
siswa, jika informasi yang dibutuhkan tidak dapat diperoleh melalui
angket atau wawancara.
Kartu pribadi,
Studi kasus.
B. Layanan Orientasi
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pemberian layanan
orientasi adalah:
Program orientasi yang efektif mempercepat proses adapatasi, dan
memberikan kemudahan untuk mengembangkan kemampuan
memecahkan masalah.
Murid-murid yang mengalami masalah penyesuaian ternyata kurang
berhasil disekolah.
Anak-anak dari lelas sosial ekonomi yang rendah memerlukan waktu yang
lebih lama untuk menyesuaikan diri, dari pada anaak-anak dari kelas sosial
ekonomi yang lebih tinggi.
Ada baiknya layanan orientasi juga diberkan kepada orang tua siswa
juga,hal ini dikarenakan pemahaman orang tua terhadap berbagai materi
orientasi akan membantu mereka dalam memberikan kemudahan dan
pelayanan kepada anak-anaknya untuk dapat mengikuti pendidikan di sekolah
dengan sebain-baiknya.
13
Yang dimaksud dengan orientasi disini ialah pusat perhatian atau titik
berat pandangan. Menurut Prayitno, 2004 ada tiga orientasi yaitu :
1. Orientasi perorangan
Orientasi perorangan maksudnya adalah guru pembimbing dalam
kegiatan bimbingan dan konseling selalu menitikberatkan pandangannya
pada siswa secara individual. Satu persatu siswa yang menjadi tanggung
jawab guru pembimbing perlu mendapat perhatian, dikenali secara
perorangan dan didekati serta dilayani secara perorangan. Guru
pembimbinglah orang atau pendidik disekolah yang paling mengetahui
siapa, bagaimana, mengapa siswa asuhnya secara perorangan guru
pembimbinglah yang paling dekat dan paling peduli kepada siswa
asuhnya.
Sehubungan dengan orientasi dalam pimbingan dan konseling ada
beberapa kaidah atau ketentuan yang perlu diketahui, prayitno (1994)
mengemukakan sebagai berikut :
semua kegiatan yang di selenggarakan dalam rangka pelayanan bimbingan
dan konseling diarahkan bagi peningkatan perwujudan diri sendiri setiap
individu yang menjadi sasaran layanan.
Pelayanan bimbingan dan konseling meliputi kegiatan berkenaan dengan
individu untuk memahami kebutuhan-kebutuhannya, motivasi-
motivasinya dan kemampuan-kemampuan potensialnya, yang semuanya
unik, serta untuk membantu individu agar dapat menghargai kebutuhan,
motivasi dan potensinya itu kearah pengembangannya yang optimal, dan
pemanfaatan yang sebesar-besarnya bagi diri dan lingkungannya.
Setiap klien harus diterima sebagai individu dan harus ditangani secara
individu.
Merupakan tanggung jawab konselor untuk memahami minat, kemampuan
dan perasaan klien serta untuk menyesuaikan program-program pelayanan
dengan kebutuhan klien secepat mungkin.
14
2. Orientasi perkembangan
Perkembangan individu merupakan konsep inti serta menjadi
tujuan dari segenap layanan bimbingan dan konseling. Ivey dan Rigazio-
digilio4 menekankan bahwa orientasi perkembangan merupakan ciri khas
yang menjadi inti gerakan bimbingan.
Merupakan suatu kewajiban bagi guru pembimbing di sekolah
untuk mendorong, meransang dan meningkatkan perkembangan siswa,
meransang dan hendaknya peduli terhadap perkembangan siswa yang
optimal secara peroranganlah yang menjadi tujuan upaya guru
pembimbing untuk semua siswa asuhnya.
3. Orientasi permasalahan
Diketahui dan diyakini bahwa perjalanan hidup manusia dan proses
perkembangannya ternyata tidak mulus, banyak mengalami hambatan dan
rintangan. Padahal tujuan umum bimbingan dan konseling sejalan dengan
tujuan hidup dan perkembangan itu sendiri yaitu kebahagian. Hambatan
dan rintngan dalam perjalan hidup pastilah akan menganggu tercapainya
kebahagian itu. Oleh sebab itu kemungkinan timbulnya hambatan dan
rintangan perlu diwaspadai.
Orientasi masalah secara langsung bersangkut paut dengan fungsi
pencegahan dan fungsi pengentasan. Sehubungan dengan kegiatan
bimbingan dan konseling di sekolah maka guru pembimbing sebagai orang
yang bertanggung jawab dalam perkembangan siswa memperhatikan
permasalahan siswa asuhnya secara perorangan terutama yang sedang
dialami siswa. Jika siswa bermasalah, guru pembimbing bertanggung
jawab membantu pengentasannya. Jika ia tidak bermasalah, guru
pembimbing tetap waspada melakukan berbagai upaya pencegahan agar
siswa tersebut tidak mengalami masalah. Guru pembimbing teramat peduli
terhadap permasahan seluruh siswa asuhnya secara perorangan. Semua
masalah yang di alami oleh siswa secara peroramgan tertangani secara
baik oleh guru pembimbing. Guru pembimbingan adalah “sang pembebas”
4 (dalam prayitno 1994 : 240)15
bagi setiap siswa asuhnya : orang yang paling terpercaya dan yang paling
diharapkan untuk memberikan “pencerahan” manakala siswa mengalami
keadaan suram. Gurupembimbing adalah tumpuan harapan, mana kala
siswa menalami kebuntuan, kegoncangan ataupun keputusasaan.
Sedangkan Sofyan. S. Willis (2004) mengemukakan landasan-landasan
filosofis dari orientasi baru bimbingan dan konseling, yaitu:
Pedagogis
Ini berarti menciptakan kondisi sekolah yang kondusif bagi
perkembangan peserta didik dengan memperhatikan perbedaan individual
diantara peserta didik.
Potensial
Ini berarti setiap peserta didik adalah individu yang memiliki potensi
untuk dikembangkan, sedangkan kelemahannya secara berangsur-angsur akan
diatasinya sendiri.
Humanistik-religius
Ini berarti pendekatan terhadap peserta didik haruslah manusiawi
dengan landasan ketuhanan. peserta didik sebagai manusia dianggap sanggup
mengembangkan diri dan potensinya.
Profesional
Ini berarti proses bimbingan dan konseling harus dilakukan secara
profesional atas dasar filosofis, teoritis, yang berpengetahuan dan
berketerampilan berbagi teknik bimbingan dan konseling.
1. Dasar-Dasar Orientasi Bimbingan dan Konseling
Dari segi lain, Prayitno(1982) menyatakan bahwa layanan bimbingan
dan konseling harus berpusat/berorientasi pada masalah yang dihadapi oleh
klien. Dengan istilah lain disebutkan asas kekinian. Ini berarti bahwa layanan
bimbingan dan konseling harus berorientasikan pada masalah-masalah yang
dihadapi oleh klien pada saat ia berkonsultasi.Berdasarkan pendapat-pendapat
di atas Soetjipto dan Kosasi dalam bukunya Profesi Keguruan (2007)
menyimpulkan bahwa layanan bimbingan dan konseling hendaknya
menekankan pada orientasi individual, perkembangan dan masalah. Senada
16
dengan hal ini, Prayitno dan Amti dalam bukunya Dasar-Dasar Bimbingan dan
Konseling(2004) orientasi bimbingan dan konseling ada tiga yaitu orientasi
perseorangan, perkembangan, dan permasalahan. Berikut diuraikan ketiga
orientasi tersebut.
1) Orientasi Perseorangan
Dalam hal ini individu diutamakan dan kelompok dianggap sebagai
lapangan yang dapat memberikan pengaruh tertentu terhadap individu.
Dengan kata lain, kelompok dimanfaatkan sebesar-besarnya untuk
kepentingan dan kebahagiaan individu, dan bukan sebaliknya. Pemusatan
perhatian terhadap individu itu sama sekali tidak berarti mengabaikan
kepentingan kelompok; dalam hal ini kepentingan kelompok diletakkan
dalam kaitannya dengan hubungan timbal balik yang wajar antarindividu
dan kelompoknya. (Prayitno dan Amti, 2004:234-235) sejumlah kaidah
yang berkaitan dengan orientasi perorangan dalam bimbingan dan konseling
dapat dicatat sebagai berikut:
a. Semua kegiatan yang diselenggarakan dalam rangka pelayanan bimbingan
dan konseling diarahkan bagi peningkatan perwujudan diri sendiri setiap
individu yang menjadi sasaran layanan.
b. Pelayanan bimbingan dan konseling meliputi kegiatan berkenaan dengan
individu untuk memahami kebutuhan-kebutuhan, motivasi-motivasinya, dan
kemampuan-kemampuan potensialnya, yang semuanya unik, serta untuk
membantu individu agar dapat menghargai kebutuhan, motivasi, dan
potensinya itu kea rah pengembangannya yang optimal, dan pemanfaatan
yang sebesar-besarnya bagi diri dan lingkungan.
c. Setiap klien harus diterima sebagai individu dan harus ditangani secara
individual5.
d. Adalah menjadi tanggungjawab konselor untuk memahami minat,
kemampuan, dan persaan klien serta untuk menyesuaikan program-program
pelayanan dengan kebutuhan klien setepat mungkin. Tylor (1956) juga
menyatakan bahwa kelas social keluarga dapat menimbulkan terjadinya
5 (Rogers, dalam McDaniel, 1956).17
perbedaan individu. Perbedaan latar belakang kehidupan individu dapat
mempengaruhinya dalam cara berpikir, cara berperasaan, dan cara
menganalisis data. Dalam layanan dan bimbingan konseling ini harus
menjadi perharian besar. Inilah yang dimaksud dengan orientasi individual.
2) Orientasi Perkembangan
Salah satu fungsi bimbingan dan konseling adalah fungsi tersebut
adalah pemeliharaan dan pengembangan. Orientasi perkembangan dalam
bimbingan dan konseling lebih menekankan lagi pentingnya peranan
perkembangan yang terjadi dan yang hendaknya diterjadikan pada diri
individu. Peranan bimbingan dan konseling adalah memberikan
kemudahan-kemudahan bagi gerak individu menjalani alur
perkembangannya. Pelayanan bimbingan dan konseling berlangsung dan
dipusatkan untuk menunjang kemampuan inheren individu bergerak menuju
kematangan dalam perkembangannya. Ivey dan Rigazio(dalam Mayers,
1992) menekankan bahwa orientasi perkembangan justru merupakan ciri
khas yang menjadi inti gerakan bimbingan. Perkembangan merupakan
konsep inti dan terpadukan, serta menjadi tujuan dari segenap layanan
bimbingan dan konseling. Selanjutnya ditegaskan bahwa, praktek
bimbingan dan konseling tidak lain adalah memberikan kemudahan yang
berlangsung perkembangan yang berkelanjutan. Permasalahan yang
dihadapi oleh individu harus diartikan sebagai terhalangnya perkembangan,
dan hal itu semua mendorong konselor dan klien bekerjasama untuk
menghilangkan penghalang itu serta mempengaruhi lajunya perkembangan
klien.
Secara khusus, Thompson&Rudolph(1983) melihat perkembangan
individu dari sudut perkembangan kognisi. Dalam perkembangannya, anak-
anak berkemungkinan mengalami hambatan perkembangan kognisi dalam
empat bentuk:
a) Hambatan egosentrisme, yaitu ketidakmampuan melihat kemungkinan
laindi luar apa yang dipahaminya,
18
b) Hambatan konsentrasi, yaitu ketidakmampuan untuk memusatkan
perhatian pada lebih dari satu aspek tentang sesuatu hal,
c) Hambatan reversibilitas, yaitu ketidakmampuan menelusuri alur yang
terbalik dari alur yang dipahami semula,
d) Hambatan transformasi, ketidakmampuan meletakkan sesuatu pada
susunan urutan yang ditetapkan.
Thompson & Rudolph menekankan bahwa tugas bimbingan dan
konseling adalah menangani hambatan-hambatan perkembangan itu.
3) Orientasi Permasalahan
Dalam kaitannya dengan fungsi-fungsi bimbingan dan konseling
yang telah dibicarakan, orientasi masalah secara langsung bersangkut-paut
dengan fungsi pencegahan dan fungsi pengentasan. Fungsi pencegahan
menghendaki agar individu dapat terhindar dari masalah-masalah yang
mungkin membebani dirinya, sedangkan fungsi pengentasan menginginkan
agar individu yang sudah terlanjur mengalami maslaah dapat terentaskan
masalahnya. Melalui fungsi pencegahan, layanan dan bimbingan konseling
dimaksudkan mencegah timbulnya masalah pada diri siswa sehingga
mereka terhindar dari bernagai permasalahan yang dapat menghambat
perkembangannya. Fungsi ini dapat diwujudkan oleh guru pembimbing atau
konselor dengan merumuskan program bimbungan yang sistematis sehingga
hal-hal yang dapat menghambat perkembangan siswa kesulitan belajar,
kekurangan informasi, masalah sosial, dan sebagainya dapat dihindari. Roos
L. Mooney (dalam Prayitno, 1987) mengidentifikasi 330 masalah yang
digolongkan ke dalam sebelas kelompok masalah, yaitu kelompok masalah
yang berkenaan dengan :
a. perkembangan jasmani dan kesehatan (PJK)
b. keuangan, keadaan lingkungan, dan pekerjaan (KLP)
c. kegiatan sosial dan reaksi (KSR)
d. hubungan muda-mudi, pacaran, dan perkawinan (HPP)
e. hubungan social kejiwaan (HSK)
f. keadaan pribadi kejiwaan (KPK)
19
g. moral dan agama (MDA)
h. keadaan rumah dan keluarga (KRK)
i. masa depan pendidikan dan pekerjaan (MPP)
j. penyesuaian terhadap tugas-tugas sekolah (PTS)
k. kurikulum sekolah dan prosedur pengajaran (KPP)
Frekuensi dialaminya masalah-masalah tersebut juga bervariasi. Satu
jenis masalah barangkali lebih banyak dialami, sedangakan jenis masalah lain
lebih jarana muncul. Frekuensi munculnya masalah-masalah itu diwarnai oleh
berbagai kondisi lingkungan.
2. Aktualisasi Orientasi Layanan dan Bimbingan Konseling di Sekolah
Dalam proses pendidikan, khususnya di sekolah, Mortensen dan
Schmuller (1976) mengemukakan adanya bidang-bidang tugas atau pelayanan
yang saling terkait. Bidang-bidang tersebut hendaknya secara lengkap ada
apabila diinginkan agar pendidikan di sekolah dapat berjalan dengan sebaik-
baiknya untuk memenuhi secara optimal kebutuhan peserta didik dalam proses
perkembangannya. Bidang-bidang tersebut adalah sebagai berikut :
1) Bidang kurikulum dan pengajaran meliputi semua bentuk pengembangan
kurikulum dan pelaksanaan pengajaran, yaitu penyampaian dan
pengembangan pengetahuan, keterampilan, sikap, dan kemampuan
berkomunikasi peserta didik.
2) Bidang administrasi atau kepemimpinan, yaitu bidang yang meliputi
berbagai fungsi berkenaan dengan tanggung jawab dan pengambilan
kebijaksanaann, serta bentuk-bentuk kegiatan pengelolaan dan administrasi
sekolah, seperti perencanaan, pembiayaan, pengadaan, dan pengembangan
staf, prasarana dan sarana fisik, dan pengawasan.
3) Bidang kesiswaan, yaitu bidang yang meliputi berbagai fungsi dan kegiatan
yang mengacu kepada pelayanan kesiswaan secara individual agar masing-
masing peserta didik itu dapat berkembang sesuai dengan bakat, potensi,
dan minat-minatnya, serta tahap-tahap perkembangannya. Bidang ini
dikenal sebagai bidang pelayanan bimbingan dan konseling.
20
Kendatipun ketiga bidang tersebut tampaknya terpisah anatra satu
dengan yang lain, namun semuanya memiliki arah yang sama, yaitu
memberikan kemudahan bagi pencapaian perkembangan yang optimal peserta
didik. Antara bidang yang satu dengan yang lain terdapat hubungan yang saling
isi mengisi.
Rumusan lain mengenai ruang lingkup bimbingan dikemukakan oleh
Depdikbud RI, melalui Badan Pengembangan Pendidikan, dalam “Pola Dasar
dan Pengembangan Program Bimbingan dan Penyuluhan Melalui Proyek-
proyek Perintis Sekolah Pembangunan” (1974) adalah sebagai berikut:
1) Bimbingan melayani semua peserta didik, Dengan perkataan lain ia tidak
hanya melayani peserta didik yang mempunyai masalah saja.
2) Bimbingan membantu peserta didik membuat perencanaan dan mengambil
keputusan-keputusan. Bahkan tugas bimbingan buat menyiapkan nasehat
dan rencana semacam barang jadi bagi peserta didiknya/kliennya. Konseling
bukan pekerjaan memberikan nasehat-nasehat.
3) Bimbingan membantu guru dan staf sekolah yang lain, akan tetapi ia tidak
melakukan,apalagi ia mnegambil alih tugas-tugas pekerjaan guru dan staf
sekolah itu, mislanya mengajar menggantikan tempat guru yang
berhalangan, mengawasi ulangan, mengabsen peserta didik, mendisiplinkan
dan semacamnya. Demikian pun konselor tidak melakukan sendiri
pekerjaan karena penempatan tenaga.
4) Bimbingan tidak melakukan pekerjaan bantuan yang menuntut keahlian di
luar keahlian yang dimilikinya, tidak mengangani masalah-masalah
gangguan kepribadian yang semestinya menjadi garapan ahli psikologi
klinik, ahli psikologi terapi, ahli pekerjaan sosial tau ahli penyakit jiwa.
5) Bimbingan menjalankan tugasnya dalam ruang lingkup waktu kegiatan
kurikuler yang resmi baik baik di dalam sekolah maupun di luar sekolah.
6) Otoritas dan tanggung jawab bimbingan adalah sejauh itu menyangkut
bidang layanan (pelayanan) bantuan profesional perorangan di sekolah
21
sebagaimana disepakati bersama dnegan peserta didik yang mendapat
layanan.6
C. Layanan Informasi
1. Tujuan Layanan Informasi
Menurut Budi Purwoko (2008:52) tujuan yang ingin dicapai dengan
penyajian informasi adalah sebagai berikut:
a) Para siswa dapat mengorientasikan dirinya kepada informasi yang
diperolehnya terutama untuk kehidupannya, baik semasa masih sekolah
maupun setelah menamatkan sekolah.
b) Para siswa mengetahui sumber-sumber informasi yang diperlukan.
c) Para siswa dapat menggunakan kegiatan kelompok sebagai sarana
memperoleh informasi.
d) Para siswa dapat memilih dengan tepat kesempatan-kesempatan yang ada
dalam lingkungannya sesuai dengan minat dan kemampuanya.
Sementara Ifdil menjelaskan tujuan layanan informasi ada dua macam
yaitu secara umum dan khusus.Secara umum agar terkuasainya informasi
tertentu sedangkan secara khusus terkait dengan fungsi pemahaman (paham
terhadap informasi yang diberikan) dan memanfaatkan informasi dalam
penyelesaian masalahnya. Layanan informasi menjadikan individu mandiri
yaitu memahami dan menerima diri dan lingkungan secara positif, objektif
dan dinamis, mampu mengambil keputusan, mampu mengarahkan diri sesuai
dengan kebutuhannya tersebut dan akhirnya dapatmengaktualisasikan dirinya
(konselingindonesia. com/2008).
Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa tujuan layanan
informasi adalah supaya para siswa memperoleh informasi yang relevan
dalam rangka memilih dan mengambil keputusan secara tepat guna
pencapaian pengembangan diri secara optimal. Dalam penelitian ini tujuan
dari layanan informasi adalah membekali siswa dengan berbagai informasi
tentang potensi diri sehingga siswa mampu meningkatkan pemahaman potensi
diri guna mencapai kualitas hidup yang lebih baik.
6 (Ahmadi dan Rohani, 1991)22
2. Alasan Penyelenggaraan Layanan Informasi
Menurut Prayitno & Erman Amti (2004:260-261)ada tiga alasan
utama mengapa layanan informasi perlu diselenggarakan.
a) Membekali individu dengan berbagai macam pengetahuan tentang
lingkungan yang diperlukan untuk memecahkan masalah yang dihadapi
berkenaan dengan lingkungan sekitar, pendidikan, jabatan, maupun sosial
budaya.
b) Memungkinkan individu dapat menentukan arah hidupnya “kemana dia
ingin pergi”. Syarat dasar untuk dapat menentukan arah hidup adalah
apabila ia mengetahui apa (informasi) yang harus dilakukan serta
bagaimana bertindak secara kreatif dan dinamis berdasarkan atas
informasi-informasi yang ada itu.
c) Setiap individu adalah unik.
Sedangkan Winkel &Sri Hastuti (2006:317) menjelaskan, ada tiga alasan
pokok mengapa layanan pemberian informasi merupakan usaha vital
dalam keseluruhan program bimbingan yang terencana dan terorganisasi.
d. Siswa membutuhan informasi yang relevan sebagai masukan dalam
mengambil ketentuan mengenai pendidikan lanjutan sebagai persiapan
untuk memangku jabatan dimasyarakat.
e. Pengetahuan yang tepat dan benar membantu siswa untuk berfikir lebih
rasional tentang perencanaan masa depan dan tuntutan penyesuaian diri
dari pada mengikuti sembarang keinginan saja tanpa memperhitungkan
kenyataan dalam lingkungan hidupnya.
f. Informasi yang sesuai dengan daya tangkapnya menyadarkan siswa akan
hal-hal yang tetap dan stabil, serta hal-hal yang akan berubah dengan
bertambahnya umur dan pengalaman.
Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa alasan
penyelenggaraan layanan informasi adalah karena siswa membutuhkan
informasi yang relevan sebagai bekal dalam menghadapi berbagai macam
dinamika kehidupan secara positif dan rasional, baik sebagai pelajar
maupun anggota masyarakat. Terkait dengan penelitian ini, ada dua alasan
23
penyelenggaraan layanan informasi.Pertama, untuk membuktikan bahwa
layanan informasi bisa meningkatkan pemahaman siswa terhadap potensi
diri.Kedua, disadari atau tidak siswa sangat membutuhkan informasi
tentang pemahaman potensi diri sebagai modal awal dalam menggapai
cita-cita dan tujuan hidup yang mereka inginkan.
3. Jenis-jenis Informasi
Menurut Prayitno &Erman Amti (2004:261-268)pada dasarnya
jenis dan jumlah informasi tidak terbatas. Namun, khusunya dalam rangka
pelayanan bimbingan dan konseling, hanya akan dibicarakan tiga jenis
informasi, yaitu (a) informasi pendidikan, (b) informasi pekerjaan, (c)
informasi sosial budaya.
(a) Informasi pendidikan
Dalam bidang pendidikan banyak individu yang berstatus siswa
atau calon siswa yang dihadapkan pada kemungkinan timbulnya masalah
atau kesulitan. Diantara masalah atau kesulitan tersebut berhubungan
dengan (a) pemilihan program studi, (b) pemilihan sekolah fakultas dan
jurusannya, (c) penyesuaian diri dengan program studi, (d) penyesuaian
diri dengan suasana belajar, dan (e) putus sekolah. Mereka membutuhkan
adanya keterangan atau informasi untuk dapat membuat pilihan dan
keputusan yang bijaksana.
(b) Informasi jabatan
Saat-saat transisi dari dunia pendidikan kedunia kerja sering
merupakan masa yang sangat sulit bagi banyak orang muda. Kesulitan itu
terletak tidak saja dalam mendapatkan jenis pekerjaan yang cocok, tetapi
juga dalam penyesuaian diri dengan suasana kerja yang baru dimasuki dan
pengembangan diri selanjutnya.
(c) Informasi sosial budaya
Hal ini dapat dilakukan melalui penyajian informasi sosial budaya
yang meliputi, macam-macam suku bangsa, adat istiadat, agama dan
kepercayaan, bahasa, potensi-potensi daerah dan kekhususan masyarakat
atau daerah tertentu.
24
Budi Purwoko (2008:53) juga menjelaskan, jenis-jenis informasi yang
penting bagi para siswa waktu masih sekolah, misalnya informasi tentang:
Kondisi fisik sekolahnya, fasilitas yang tersedia, guru-gurunya, para
karyawan, bagian administrasi, dan sebainya.
Informasi tentang program studi disekolahnya, yang bersumber dari
kurikulum yang berlaku.
Informasi tentang cara belajar yang efisien, yang bersumber dari para
pembimbingnya.
Informasi tentang usaha kesehatan sekolah yang bersumber dari doktor,
para perawat kesehatan
Sedangkan Winkel &SriHastuti (2006:318) memberikan gambaran
bahwa data dan fakta yang disajikan kepada siswa sebagai informasi biasanya
dibedakan atas tiga tipe dasar, yaitu :
1) Informasi tentang pendidikan sekolah yang mencakup semua data
mengenai variasi program pendidikan sekolah dan pendidikan prajabatan
dari berbagai jenis, mulai dari semua persyaratan penerimaan sampai
dengan bekal yang dimiliki pada waktu tamat.
2) Informasi tentang dunia pekerjaan yang mencakup semua data mengenai
jenis-jenis pekerjaan yang ada dimasyarakat, mengenai gradasi posisi
dalam lingkup suatu jabatan, mengenai persyaratan tahap dan jenis
pendidikan, mengenai sistem klasifikasi jabatan, dan mengenai prospek
masa depan berkaitan dengan kebutuhan riil masyarakat akan/corak
pekerjaan tertentu.
3) Informasi tentang proses perkembangan manusia muda serta pemahaman
terhadap sesama manusia mencakup semua data dan fakta mengenai tahap-
tahap perkembangan serta lingkungan hidup fisik dan psikologis, bersama
dengan hubungan timbal balik antara perkembangan kepribadian dan
pergaulan sosial diberbagai lingkungan masyarakat.
Informasi tentang proses perkembangan manusia muda serta
pemahaman terhadap sesama manusia meliputi, pemahaman diri dan orang
lain, pembinaan jalinan hubungan yang sehat dengan teman sebaya,
25
pendidikan seks, fase-fase dalam kehidupan manusia dewasa, pemahaman
dan penyesuain diri terhadap kondisi dalam lingkungan keluarga dan
perawatan kesehatan jasmani dan penampilan diri (Winkel & Sri Hastuti,
2006).
Dari berbagai pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa materi
layanan informasi pada dasarnya tidak terbatas.Khusus dalam pelaksanaan
bimbingan dan konseling, layanan informasi yang diberikan kepada siswa
dibedakan menjadi empat tipe yaitu, informasi dalam bidang pribadi,
sosial, belajar dan karier.Namun demi tercapainya tujuan dari layanan
informasi maka materi informasi sebaiknya disesuaikan dengan tujuan dari
pelaksanaan layanan informasi itu sendiri. Kaitannya dengan penelitian ini
maka materi layanan informasi yang akan diberikan adalah informasi
tentang berbagai macam jenis potensi diri yang dimiliki oleh siswa yang
sangat mungkin untuk dikembangkan guna mencapai prestasi dan kualitas
hidup yang terbaik.
4. Metode Layanan Informasi
Menurut Prayitno &Erman Amti (2004:269-271) Pemberian
informasi kepada siswa dapat dilakukan dengan berbagai cara sebagai
berikut:
a) Ceramah
Ceramah merupakan metode pemberian informasi yang paling
sederhana, mudah dan murah, dalam arti bahwa metode ini dapat
dilakukan hampir oleh setiap petugas bimbingan disekolah.
b) Diskusi
Penyampaian informasi pada siswa dapat dilakukan melalui
diskusi. Diskusi semacam ini dapat diorganisasikan baik oleh siswa sendiri
mapun oleh konselor, atau guru.
c) Karya Wisata
Dalam bidang konseling karyawisata mempunyai dua sumbangan
pokok. Pertama, membantu siswa belajar dengan menggunakan berbagai
sumber yang ada dalam masyarakat yang dapat menunjang perkembangan
26
mereka. Kedua, memungkinkan diperolehnya informasi yang dapat
membantu pengembangan sikap-sikap terhadap pendidikan, pekerjaan dan
berbagai masalah dalam masyarakat.
d) Buku panduan
Buku-buku panduan (seperti buku panduan sekolah atau perguruan
tinggi, buku panduan kerja bagi karyawan) dapat membantu siswa dalam
mendapatkan informasi yang berguna.
e) Konferensi karier
Selain melalui teknik-teknik yang diutarakan diatas, penyampaian
informasi kepada siswa dapat juga dilakukan melalui konferensi karier.
Dalam konferensi karier para nara sumber dari kelompok-kelompok usaha,
jawatan atau dinas lembaga pendidikan, dan lain-lain yang diundang,
mengadakan penyajian berbagai aspek program pendidikan dan
latihan/pekerjaan yang diikuti oleh para siswa.
Sedangkan menurut Tim Pengembangan MKDK IKIP Semarang
(1993: 82) menjelaskan bahwa teknik yang digunakan dalam layanan
informasi adalah sebagai berikut:
Ceramah
Diskusi atau Tanya jawab
Bacaan buku, selebaran dan brosur
Gambar, slide, pemutaran film
Karyawisata
Melalui mata pelajaran tertentu
Melalui kelas khusus
Hari karier
Hari perguruan tinggi
Wawancara dalam rangka konseling
Dari berbagai jenis metode yang digunakan dalam pemberian
layanan informasi maka dalam penelitian ini metode yang akan digunakan
adalah ceramah, diskusi/tanya jawab dan audio visual.
D. Layanan konseling
27
Seperti yang telah dijelaskan bahwa didalam menjelaskan konseling
seseorang tidak akan lepas dari teknik apa yang digunakan dalam konseling
tersebut. 7 Yang dimaksud teknik konseling di sini adalah cara- cara tertentu
yang digunakan oleh seorang konselor dalam proses konseling untuk
membantu klien agar berkembang potensinya serta mampu mengatasi
masalah yang dihadapi dengan mempertimbangkan kondisi- kondisi di
lingkungannya yakni nilai- nilai sosial, budaya, dan agama.
Bagi seorang konselor, menguasai teknik- teknik konseling merupakan
suatu keniscayaan. Dalam proses konseling, penguasaan terhadap teknik
konseling merupakan kunci keberhasilan untuk mencapai tujuan konseling.
Seorang konselor yang efektif harus mampu merespons klien secara baik dan
benar sesuai keadaan klien saat itu. Rsespons yang baik berupa pertanyaan-
pertanyaan verbal dan non verbal yang dapat menyentuh, merangsang, dan
mendorong sehingga klien terbuka untuk menyatakan secara bebas perasaan,
pikiran, dan pengalamannya (Sopyan, S. Wilis, 2004: 157).
Sebagai suatu proses, implementasi teknik- teknik konseling akan
melalui beberapa tahap kegiatan. Tahap- tahap tersebut adalah:
a. Persiapan konseling
Pada tahap ini, ada tiga hal yang harus dilakukan oleh konselor
untuk memulai proses konseling yaitu, membentuk kesiapan untuk
konseling, memperoleh riwayat kasus, dan evaluasi psikodiagnostik.
1) Kesiapan untuk konseling
Untuk dapat melakukan konseling secara efektif dan agar
konseling berhasil dan berdaya guna, konselor harus melakukan
persiapan. Begitu juga klien, agar dapar berpartisipasi secara aktif
sesuai tuntutan konseling, harus siap untuk mengikuti konseling.
Tanpa partisipasi dari klien atau tanpa kesiapan klien, proses
konseling bisa gagal. Hal- hal yang berkenaan dengan kesiapan
konseling terutama yang berhubungan dengan klien adalah:
7 Bimo walgito bimbingan dan konseling di perguruan tinggi. Yayasan penerbitan fakultas psikologi UGM Yokyakarta. 1982. hal: 96
28
1. Memotivasi klien untuk memperoleh bantuan
2. Pengetahuan klien tentang konseling
3. Kecakapan intelektual
4. Tingkat tilikan terhadap masalah dan dirinya sendiri
5. Harapan- harapan terhadap peran konselor
6. Sistem pertahanan diri
Motivasi klien untuk memperoleh bantuan akan menentukan
jalannya proses konseling. Klien yang mengikuti sesi konseling
karena mengikuti keinginan guru wali kelas atau orang lain termasuk
konselornya sendiri (terpaksa), akan berbeda partisipasinya dalam
konseling jika motivasi mereka benar- benar ingin memperoleh
bantuan. Begitu pun klien yang mengetahui tentang konseling. Klien
yang tidak mengetahui tentang konseling, ia tidak akan maksimal
memanfaatkan jasa konselor.
Dalam proses konseling harus ada respons- respons tertentu
dari klien. Klien yang kemampuan intelektualnya rendah, akan sulit
merespons proses konseling. Ada klien yang mampu melihat
masalahnya sendiri dan ada yang tidak. Klien yang mampu melihat
masalahnya sendiri, akan mampu berpartisipasi secara aktif dalam
konseling sehingga proses konseling akan berjalan secara lancar.
Sebaliknya, klien yang tidak mampu melihat masalahnya sendiri, akan
sulit untuk berpartisipasi dalam proses konseling. Klien yang banyak
berharap dan mengerti peran- peran konselor, ia akan memanfaatkan
jasa konselor secara maksimal, sebaliknya yang tidak mengerti
tentang peran- peran konselor, maka ia tidak akan banyak berharap
bahwa konselor dapat membantunya untuk memecahkan masalah.
Agar klien siap dalam mengikuti konseling, disarankan kepada
konselor agar melakukan hal- hal berikut:
1. memulai pembicaraan dengan berbagai pihak tentang berbagai
topik masalah dan pelayanan konseling yang diberikan,
29
2. menciptakan iklim kelembagaan yang kondusif sehingga
merangsang siswa untuk memperoleh bantuan,
3. menghubungi sumber- sumber referal (rujukan) misalnya dari
organisasi dan sekolah,
4. memberikan informasi kepada klien tentang dirinya dan
prospeknya,
5. melalui proses pendidikan itu sendiri, dan
6. melakukan orientasi pra konseling.
2) Riwayat kasus
Riwayat kasus adalah suatu kumpulan fakta yang sistematis
tentang kehidupan klien sekarang dan masa lalu. Secara sederhana
riwayat kasus bisa dikatakan melakukan identifikasi terhadap
masalah- masalah yang dialami klien. Menurut Surya (1988: 160),
riwayat kasus dapat dibuat dalam bentuk:
a. Riwayat konseling psikoterapeutik, yang lebih memusatkan pada
masalah- masalah psikoterapeutik dan diperoleh melalui
wawancara konseling,
b. Catatan komulatif (commulative record), yaitu suatu catatan
tentang berbagai aspek yang menggambarkan perkembangan
seseorang,
c. Biografi dan autobiografi,
d. Tulisan- tulisan yang dibuat sendiri oleh siswa yang berkasus
sebagai dokumen pribadi (mungkin dalam bentuk catatan anekdot),
e. Grafik waktu tentang kehidupan siswa yang berkasus.
3) Evaluasi psikodiagnostik
Dalam bidang medis, diagnosis diartikan sebagai suatu proses
memeriksa gejala, memperkirakan sebab- sebab, mengadakan observasi,
menempatkan gejala dalam kategori, dan memperkirakan usaha- usaha
penyembuhannya. Dalam bidang psikologis, proses diagnosis mempunyai
beberapa arti dan sulit dipisahkan secara tegas sebagaiman halnya dalam
bidang medis. Secara umum diagnosis dalam bidang psikologis berarti
30
pernyataan tentang masalah klien, perkiraan sebab- sebab kesulitan,
kemungkinan teknik- teknik konseling untuk memcahkan masalah, dan
memperkirakan hasil konseling dalam bentuk tingkah laku klien di masa
yang akan datang. (Surya, 1988: 162)
Selanjutnya menurut Surya (1988) psikodiagnostik mempunyai dua
arti yaitu, pertama sebagai suatu klasifikasi deskriptif masalah- masalah
yang sama dengan klasifikasi psikiatris untuk gangguan neurosis, psikosis,
dan karakter yang selanjutnya disebut diagnosis diferensial.
Kedua, psikodiagnosis sebagai suatu prosedur menginterpretasikan data
kasus, yang selanjutnya disebut diagnosis struktural. Penggunaan
tes psikodiagnosis dalam konseling berfungsi untuk:
menyeleksi data yang diperlikan bagi konseling
meramalkan keberhasilan konseling
memperoleh informasi yang lebih terinci
merumuskan diagnostic yang lebih tepat
Dalam proses konseling memerlukan teknik- teknik tertentu
sehingga konseling bisa berjalan secara efektif dan efisien atau berdaya
guna dan berhasil guna. Adapun teknik dalam konseling adalah sebagai
berikut:
1).Teknik rapport
Teknik rapport dalam konseling merupakan suatu kondisi
saling memahami dan mengenal tujuan bersama. Tujuan utama teknik
ini adalah untuk menjambatani hubungan antara konsleor dengan
klien, sikap penerimaan dan minat yang mendalam terhadap klien dan
masalahnya. Implementasi teknik ini dalam konseling adalah:
pemberian salam yang menyenangkan
menetapkan topik pembicaraan yang sesuai
susunan ruang konseling yang menyenangkan
sikap yang ditandai dengan: kehangatan emosi, realisasi tujuan
bersama, dan menjamin kerahasiaan klien
kesadaran terhadap hakekat klien secara alamiah
31
2).Perilaku attending
Attending merupakan upaya konselor menghampiri klien yang
diwujudkan dalam bentuk perilaku seperti kontak mata, bahasa tubuh,
dan bahasa lisan.
Perilaku attending berkenaan dengan teknik penerimaan konselor
terhadap klien. Teknik penerimaan menggambarkan cara bagaimana
konselor menerima klien dalam proses atau sesi konseling. Atau cara
bagaimana konselor bertindak agar klien merasa diterima dalam
proses konseling. Teknik ini dalam proses konseling bisa diwujudkan
melalui ekspresi wajah (misalnya ceria atau cemberut). Selanjutnya
juga bisa diwujudkan dalam bentuk tekanan atau nada suara dari
konselor (tinggi, mendatar, rendah) dan jarak duduk antara konselor
dan klien.
3).Teknik structuring
Structuirng adalah proses penetapan batasan oleh konselor tentang
hakikat, batas- batas, dan tujuan proses konseling pada umumnya dan
hubungan tertentu pada khususnya. Structuring memberikan kerangka
kerja atai orientasi terapi kepada klien.Structuring ada yang bersifat
implisit di mana secara umum peranan konselor diketahui oleh klien
dan ada yang bersifat formal berupa pernyataan konselor untuk
menjelaskan dan membatasai proses konseling.
4).Empati
Empati merupakan kemampuan konselor untuk merasakan apa yang
dirasakan oleh klien, merasa dan berpikir bersama klien dan bukan
untuk atau tentang klien. Empati dilakukan bersamaan
dengan attending, karena tanpa attending tidak akan ada empati.
5).Refleksi perasaan
Refleksi perasaan merupakan suatu usaha konselor untuk menyatakan
dalam bentuk katap- kata yang segar dan sikap yang diperlukan
terhadap klien. Refleksi perasaan juga merupakan teknik penengah
yang bermanfaat untuk digunakan setelah hubungan permulaan (tahap
32
awal konseling) dilakukan dan sebelum pemberian informasi serta
tahap interpretasi dimulai.
6).Teknik eksplorasi
Eksplorasi merupakan keterampilan konselor untuk menggali
perasaan, pengalaman, dan pikiran klien. Eksplorasi ada tiga macam
yaitu, eksplorasiperasaan, eksplorasi pikiran,
dan eksplorasi pengalaman.
7).Teknik paraphrasing (menangkap pesan utama)
Tujuan paraphrase antara lain adalah mengatakan kembali esensi atau
inti ungkapan klien, untuk mengatakan kembali kepada klien bahwa
konselor bersama dia dan berusaha untuk memahami apa yang
dikatakan klien, mengendapkan apa yang dikemukakan klien dalam
bentuk ringkasan, memberi arah wawancara konseling, mengecek
kembali persepsi konselor tentang apa yang dikemukakan klien.
8).Teknik bertanya
Teknik bertanya ada dua macam yaitu bertanya terbuka (open
question) dan bertanya tertutup (closed question).
9).Dorongan minimal (minimal encouragement)
Dorongan minimal yaitu suatu dorongan langsung yang singkat
terhadap apa yang telah dikatakan klien.
10). Interpretasi
Interpretasi merupakan upaya konselor mengulas pikiran, perasaan,
dan perilaku atau pengalaman klien berdasarkan atas teori- teori
tertentu. Tujuannya adalah untuk memberikan rujukan, pandangan
atau tingkah laku klien, agar klien mengerti dan berubah melalui
pemahaman dari hasil rujukan baru.
11). Teknik mengarahkan (directing)
12). Teknik menyimpulkan sementara (summarizing)
Tujuan dari teknik ini adalah memberikan kesempatan kepada klien
untuk mengambil kilas balik (feed back) dari hal- hal yang telah
dibicarakan bersama konselor, untuk menyimpulkan kemajuan hasil
33
pembicaraan secara bertahap, untuk meningkatkan kualitas diskusi,
mempertajam atau memperjelas fokus atau arah wawancara konseling.
13). Teknik- teknik memimpin
Memimpin dalam konseling bisa memiliki dua arti,
pertama menunjukkan keadaan di mana konselor berada di dalam
atau di luar pikiran klien.
Kedua, keadaan di mana konselor mengarahkan pikiran klien
kepada penerimaan perkataan konselor. Teknik ini bertujuan agar
pembicaraan klien tidak menyimpang dari fokus yang dibicarakan
dan agar arah pembicaraan terfokus pada tujuan konseling.
14). Teknik fokus
Fokus akan membantu klien untuk memusatkan perhatiannya pada
pokok pembicaraan. Ada empat fokus dalam konseling, pertama fokus
pada diri klien. Kedua, fokus pada orang lain. Ketiga, fokus pada
topik. Keempat, fokus mengenai budaya.
15). Teknik konfrontasi
Dalam konseling dikenal juga dengan “memperhadapkan”. Teknik
konfrontasi adalah suatu teknik yang menantang klien untuk melihat
adanya inkonsistensi (tidak konsisten) antara perkataan dengan
perbuatan, ide awal dengan ide berikutnya, senyum dengan kepedihan.
Tujuannya adalah mendorong klien untuk mengadakan penelitian diri
secara jujur (introspeksi diri secara jujur), meningkatkan potensi klien,
membawa klien kepada kesadaran adanya diskrepansi (kondisi
pertentangan antara harapan seseorang dengan kondisi nyata di
lingkungan) dari klien dengan, inkonsistensi, konflik atau kontradiksi
dalam dirinya.
16). Penjernihan (Clarifying)
Tujuannya adalah pertama mengundang klien untuk menyatakan
pesanya secara jelas, ungkapan kata- kata yang tegas, dan dengan
34
alasan- alasan yang logis.Kedua, agar klien menjelaskan, mengulang
dan mengilustrasikan perasaannya.
17). Memudahkan (Fasilitating)
Fasilitating adalah suatu teknik membuka komunikasi agar klien
dengan mudah berbicara dengan konselor dan menyatakan perasaan,
pikiran, dan pengalamannya secara bebas.
18). Diam sebagai suatu teknik
Diam dalam konseling bisa dijadikan sebagai suatu teknik. Dalam
konseling, diam bukan berarti tidak ada komunikasi. Komunikasi tetap
ada, yaitu melalui perilaku non verbal.
Dalam konseling, diam bisa memiliki beberapa makna,
- pertama penolakan atau kebingungan klien.
- Kedua, klien atau konselor telah mencapai akhir suatu ide dan ragu
mengatakan apa selanjutnya.
- Ketiga, kebingungan yang didorong oleh kecemasan atau
kebencian.
- Keempat, klien mengalami perasaan sakit dan tidak siap untuk
berbicara.
- Kelima, klien mengharapkan sesuatu dari konselor.
- Keenam, klien sedang memikirkan apa yang dikatakan.
- Ketujuh, klien baru menyadari kembali dan ekspresi emosional
sebelumnya (Surya, 1988: 165).
Tujuan teknik ini adalah menanti klien yang sedang berpikir, sebagai
protes apabila klien berbicara berbelit- belit (nglantur), menunjang
perilaku attending dan empati sehingga klien bebas berbicara (Surya,
1988: 165).
19). Mengambil inisiatif
35
Teknik ini diterapkan apabila: (1) untuk mengambil inisiatif apabila
klien kurang bersemangat, (2) klien lambat berpikir untuk mengambil
keputusan, dan (3) klien kehilangan arah pembicaraan.
20). Memberi nasihat
21). Pemberian informasi
22). Merencanakan
Rencana yang baik harus merupakan hasil kerja sama antara konselor
dengan klien.
23). Menyimpulkan
Pada akhir sesi konseling, bersama klien konselor membuat suatu
kesimpulan.
24). Teknik mengakhiri
Untuk mengakhiri sesi konseling, dapat dilakukan konselor dengan
cara: (1) mengatakan bahwa waktu sudah habis, (2) merangkum isi
pembicaraan, (3) menunjukkan kepada pertemuan yang akan datang
(menetapkan jadwal pertemuan sesi berikutnya), (4) mengajak klien
berdiri dengan isyarat gerak tangan, (5) menunjukkan catatan- catatan
singkat hasil pembicaraan konseling, (6) memberikan tugas- tugas
tertentu kepada klien yang relevan dengan pokok pembicaraan apabila
diperlukan.
E. Evaluasi Bimbingan dan Konseling
Kriteria atau patokan yang dipakai untuk menilai keberhasilan
pelaksanaan program layanan bimbingan dan konseling di sekolah adalah
mengacu pada terpenuhi atau tidak terpenuhinya kebutuhan-kebutuhan
siswa dan pihak-pihak yang terlibat baik langsung maupun tidak langsung
berperan membantu siswa memperoleh perubahan perilaku dan pribadi ke
arah yang lebih baik.
Dalam keseluruhan kegiatan layanan bimbingan dan konseling,
penilaian diperlukan untuk memperoleh umpan balik terhadap keefektivan
layanan bimbingan yang telah dilaksanakan. Dengan informasi ini dapat
diketahui sampai sejauh mana derajat keberhasilan kegiatan layanan
36
bimbingan. Berdasarkan informasi ini dapat ditetapkan langkah-langkah
tindak lanjut untuk memperbaiki dan mengembangkan program
selanjutnya. Kegiatan evaluasi bertujuan untuk mengetahui keterlaksanaan
kegiatan dan ketercapaian tujuan dari program yang telah ditetapkan.
Adapun fungsi evaluasi program bimbingan dan konseling di
sekolah adalah:
a) Memberikan umpan balik (feed back) kepada guru pembimbing
konselor) untuk memperbaiki atau mengembangkan program
bimbingan dan konseling.
b) Memberikan informasi kepada pihak pimpinan sekolah, guru mata
pelajaran, dan orang tua siswa tentang perkembangan sikap dan
perilaku, atau tingkat ketercapaian tugas-tugas perkembangan siswa,
agar secara bersinergi atau berkolaborasi meningkatkan kualitas
implementasi program BK di sekolah.
1. Aspek-aspek yang Dievaluasi
Ada dua macam aspek kegiatan penilaian program kegiatan
bimbingan, yaitu penilain proses dan penilaian hasil. Penilaian proses
dimaksudkan untuk mengetahui sampai sejauh mana keefektivan layanan
bimbingan dilihat dari prosesnya, sedangkan penilaian hasil dimaksudkan
untuk memperoleh informasi keefektivan layanan bimbingan dilihat dari
hasilnya. Aspek yang dinilai baik proses maupun hasil antara lain:
Kesesuaian antara program dengan pelaksanaan;
Keterlaksanaan program;
Hambatan-hambatan yang dijumpai;
Dampak layanan bimbingan terhadap kegiatan belajar mengajar;
Respon siswa, personil sekolah, orang tua, dan masyarakat terhadap
layanan bimbingan;
Perubahan kemajuan siswa dilihat dari pencapaian tujuan layanan
bimbingan, pencapaian tugas-tugas perkembangan, dan hasil belajar; dan
37
keberhasilan siswa setelah menamatkan sekolah baik pada studi lanjutan
ataupun pada kehidupannya di masyarakat.
Apabila dilihat dari sifat evaluasi, evaluasi bimbingan dan
konseling lebih bersifat “penilaian dalam proses” yang dapat dilakukan
dengan cara berikut ini.
a) Mengamati partisipasi dan aktivitas siswa dalam kegiatan layanan
bimbingan.
b) Mengungkapkan pemahaman siswa atas bahan-bahan yang disajikan atau
pemahaman/pendalaman siswa atas masalah yang dialaminya.
c) Mengungkapkan kegunaan layanan bagi siswa dan perolehan siswa
sebagai hasil dari partisipasi/aktivitasnya dalam kegiatan layanan
bimbingan.
d) Mengungkapkan minat siswa tentang perlunya layanan bimbingan lebih
lanjut.
e) Mengamati perkembangan siswa dari waktu ke waktu (butir ini terutama
dilakukan dalam kegiatan layanan bimbingan yang berkesinambungan).
f) Mengungkapkan kelancaran proses dan suasana penyelenggaraan kegiatan
layanan.
Berbeda dengan hasil evaluasi pengajaran yang pada umumnya
berbentuk angka atau skor, maka hasil evaluasi bimbingan dan konseling
berupa deskripsi tentang aspek-aspek yang dievaluasi
(seperti partisipasi/aktivitas dan pemahaman siswa; kegunaan layanan
menurut siswa; perolehan siswa dari layanan; dan minat siswa terhadap
layanan lebih lanjut; perkembangan siswa dari waktu ke waktu; perolehan
guru pembimbing; komitmen pihak-pihak terkait; serta kelancaran dan
suasana penyelenggaraan kegiatan). Deskripsi tersebut mencerminkan sejauh
mana proses penyelenggaraan layanan/pendukung memberikan sesuatu yang
berharga bagi kemajuan dan perkembangan dan/atau memberikan bahan atau
kemudahan untuk kegiatan layanan terhadap siswa.
2. Langkah-langkah Evaluasi
Dalam melaksanakan evaluasi program ditempuh langkah-langkah berikut.
38
1) Merumuskan masalah atau beberapa pertanyaan. Karena tujuan
evaluasi adalah untuk memperoleh data yang diperlukan untuk
mengambil keputusan, maka konselor perlu mempersiapkan
pertanyaan-pertanyaan yang terkait dengan hal-hal yang akan
dievaluasi. Pertanyaan-pertanyaan itu pada dasarnya terkait dengan dua
aspek pokok yang dievaluasi yaitu : (1) tingkat keterlaksanaan program
(aspek proses), dan (2) tingkat ketercapaian tujuan program (aspek
hasil).
2) Mengembangkan atau menyusun instrumen pengumpul data. Untuk
memperoleh data yang diperlukan, yaitu mengenai tingkat
keterlaksanaan dan ketercapaian program, maka konselor perlu
menyusun instrumen yang relevan dengan kedua aspek tersebut.
Instrumen itu diantaranya inventori, angket, pedoman wawancara,
pedoman observasi, dan studi dokumentasi.
3) Mengumpulkan dan menganalisis data. Setelah data diperoleh maka
data itu dianalisis, yaitu menelaah tentang program apa saja yang telah
dan belum dilaksanakan, serta tujuan mana saja yang telah dan belum
tercapai.
4) Melakukan tindak lanjut (Follow Up). Berdasarkan temuan yang
diperoleh, maka dapat dilakukan kegiatan tindak lanjut. Kegiatan ini
dapat meliputi dua kegiatan, yaitu (1) memperbaiki hal-hal yang
dipandang lemah, kurang tepat, atau kurang relevan dengan tujuan yang
ingin dicapai, dan (2) mengembangkan program, dengan cara merubah
atau menambah beberapa hal yang dipandang dapat meningkatkan
kualitas atau efektivitas program.
Penilaian di tingkat sekolah merupakan tanggung jawab kepala
sekolah yang dibantu oleh pembimbing khusus dan personel sekolah
lainnya. Di samping itu penilaian kegiatan bimbingan dilakukan juga oleh
pejabat yang berwenang (pengawas bimbingan dan konseling) dari instansi
yang lebih tinggi (Departemen Pendidikan Nasional Kota atau kabupaten).
39
Sumber informasi untuk keperluan penilaian ini antara lain siswa,
kepala sekolah, para wali kelas, guru mata pelajaran, orang tua, tokoh
masyarakat, para pejabat depdikbud, organisasi profesi bimbingan, sekolah
lanjutan, dan sebagainya. Penilaian dilakukan dengan menggunakan
berbagai cara dan alat seperti wawancara, observasi, studi dokumentasi,
angket, tes, analisis hasil kerja siswa, dan sebagainya.
Penilaian perlu diprogramkan secara sistematis dan terpadu.
Kegiatan penilaian baik mengenai proses maupun hasil perlu dianalisis
untuk kemudian dijadikan dasar dalam tindak lanjut untuk perbaikan dan
pengembangan program layanan bimbingan. Dengan dilakukan penilaian
secara komprehensif, jelas dan cermat maka diperoleh data atau informasi
tentang proses dan hasil seluruh kegiatan bimbingan dan konseling. Data
dan informasi ini dapat dijadikan bahan untuk pertanggungjawaban/
akuntabiltas pelaksanaan program bimbingan dan konseling.
Pengawas melakukan pembinaan dan pengawasan dalam bentuk
mendorong konselor dan personil layanan bimbingan dan konseling untuk
melakukan evaluasi program dan keterlaksanaan program. Minimal
evaluasi dilakukan pada akhir tahun ajaran dan menjadi slaah satu dasar
pengembangan program untuk tahun ajaran berikutnya. Evaluasi proses
sebaiknya dilakukan setiap bulan melalui forum pertemuan staf (MGBK di
sekolah) dan dapat dihadiri oleh unsur pimpinan sekolah. Konselor dapat
mengembangkan instrumen yang dapat menjaring umpan balik secara
triangulasi yaitu dari siswa sebagai objek dan subjek bimbingan, dari
pendidik di sekolah sebagai person yang terlibat dan berinteraksi langsung
dengan siswa, pimpinan sekolah terkait dengan ketercapaian tujuan dan
dukungan terhadap program sekolah, orang tua terkait dengan perubahan
perilaku dan perkembangan siswa. Dokumen pelaksanaan evaluasi
menjadi salah satu indikator unjuk kerja konselor.8
8 Sumber: Diambil dari Bahan Belajar Mandiri Kegiatan Pelatihan Pengawas Sekolah. Direktorat Tenaga
Kependidikan Direktorat Jenderal Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga Kependidikan Departemen
Pendidikan Nasional. 2008
40
BAB III
PEMUTUPAN
A. Kesimpulan
A. Jenis-jenis Layanan Bimbingan dan Konseling
41
Macam-macam layanan bimbingan dan konseling 9 :
1. Layanan Orientasi
2. Layanan Informasi
3. Layanan Penempatan dan penyaluran
4. Layanan pembelajaran
5. Layanan Konseling Individual
6. Layanan Bimbingan Kelompok
7. Layanan Mediasi
8. Layanan Konseling Kelompok
9. Layanan mediasi
10. Layanan Konsultasi
Kegiatan Pendukung diantaranya :
1. Aplikasi Instrumentasi
2. Himpunan Data
3. Konferensi Kasus
4. Kunjungan Rumah
5. Alih tangan kasus
B. Layanan Konseling
Berbagai teknik konseling yang dapat digunakan oleh konselor di
antaranya10:
25. Teknik raport
26. Perilaku attending
27. Teknik structuring
9
10 Bimo walgito bimbingan dan konseling di perguruan tinggi. Yayasan penerbitan fakultas psikologi UGM Yokyakarta. 1982. hal: 96
http://ibnsyam.blogspot.com/2012/06/teknik-teknik-konseling.html
42
28. Empati
29. Refleksi perasaan
30. Teknik eksplorasi
31. Teknik paraphrasing (menangkap pesan utama)
32. Teknik bertanya
33. Dorongan minimal (minimal encouragement)
34. Interpretasi
35. Teknik mengarahkan (directing)
36. Teknik menyimpulkan sementara (summarizing)
37. Teknik- teknik memimpin
38. Teknik focus
39. Teknik konfrontasi
40. Penjernihan (Clarifying)
41. Memudahkan (Fasilitating)
42. Diam sebagai suatu teknik
43. Mengambil inisiatif
44. Memberi nasihat
45. Pemberian informasi
46. Merencanakan
47. Menyimpulkan
48. Teknik mengakhiri
C. Layanan Referal
D. Layanan Penilaian (Evaluasi) dan Tindak Lanjut
A. Layanan Pengumpul Data
B. Layanan Orientasi
1. Orientasi perorangan
2. Orientasi perkembangan
3. Orientasi permasalahan
43
1. Dasar-Dasar
Orientasi Bimbingan dan Konseling
1. Orientasi
Perseorangan
2. Orientasi
Perkembangan
3. Orientasi
Permasalahan
2. Aktualisasi Orientasi Layanan
dan Bimbingan Konseling di Sekolah
Dalam proses pendidikan, khususnya di sekolah, Mortensen dan Schmuller (1976) mengemukakan adanya bidang-bidang tugas atau pelayanan yang saling terkait. Bidang-bidang tersebut adalah sebagai berikut :
1. Bidang kurikulum
2. Bidang administrasi atau kepemimpinan,
3. Bidang kesiswaan
C. Layanan Informasi
1. Jenis-jenis
Informasi
E. Informasi pendidikan
F. informasi jabatan
G. Informasi sosial budaya
2. Metode Layanan Informasi
a) Ceramah
b) Diskusi
c) Karya Wisata
d) Buku panduan
e) Konferensi karier
H. Layanan konseling
44
Sebagai suatu proses, implementasi teknik- teknik konseling akan
melalui beberapa tahap kegiatan. Tahap- tahap tersebut adalah:
1. Persiapan konseling
2. Kesiapan untuk konseling
3. Riwayat kasus
4. Evaluasi psikodiagnostik
Dalam proses konseling memerlukan teknik- teknik tertentu
sehingga konseling bisa berjalan secara efektif dan efisien atau berdaya
guna dan berhasil guna. Adapun teknik dalam konseling adalah sebagai
berikut:
1. Teknik rapport
2. Perilaku attending
3. Teknik structuring
4. Empati
5. Refleksi perasaan
6. Teknik eksplorasi
7. Teknik paraphrasing (menangkap pesan
utama)
8. Teknik bertanya
9. Dorongan minimal (minimal
encouragement)
10. Interpretasi
11. Teknik mengarahkan (directing)
12. Teknik menyimpulkan sementara
(summarizing)
13. Teknik- teknik memimpin
14. Teknik focus
15. Teknik konfrontasi
16. Penjernihan (Clarifying)
17. Memudahkan (Fasilitating
18. Diam sebagai suatu teknik
45
19. Diam dalam konseling bisa
20. Mengambil inisiatif
21. Memberi nasihat
22. Pemberian informasi
23. Merencanakan
24. Menyimpulkan
25. Teknik mengakhiri
I. Evaluasi Bimbingan dan Konseling
1. Aspek-aspek yang Dievaluasi
Ada dua macam aspek kegiatan penilaian program kegiatan bimbingan, yaitu penilain proses dan penilaian hasil.
2. Langkah-langkah Evaluasi
1. Merumuskan masalah atau beberapa pertanyaan.
2. Mengembangkan atau menyusun instrumen pengumpul data.
3. Mengumpulkan dan menganalisis data.
4. Melakukan tindak lanjut (Follow Up).
B. Rekomendasi
Pendukung utama bagi tercapainya sasaran pembangunan manusia Indonesia yang bermutu adalah pendidikan yang bermutu. Pendidikan yang bermutu dalam penyelenggaraan tidak cukup hanya dilakukan melalui transformasi ilmu pengetahuan dan teknologi, tetapi harus didukung oleh peningkatan profesionalisasi dan system manajemen tenaga kependidikan serta pengembangan kemampuan peserta didik untuk menolong diri sendiri dala memilih dan mengambil keputusan demi pencapaian cita-cita.
Sebagai konselor atau pendidik perlunya memahami dan menguasai berbagai konseling, agar dapat membantu pencapaian mutu pendidikan dan menghantarkan peserta didik pada pencapaian standar akademis yang di harapkan dalam kondisi perkembangan diri yang sehat dan ooptimal.
46